MODUL PERKULIAHAN INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS 2 ANALISIS PASAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MICHAEL PORTER, GE MATRIX, PRODUCT LIFE CYCLE (PLC ) Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Advertising & Marketing Communications Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 03 MK43009 Sari Widuri, SE, MSi. Abstract Kompetensi Modul ini membahas tentang analisis situasi pasar mengkaji materi yaitu Proses analisis situasi pasar dengan mengunakan beberapa model , yaitu Michael Porter, GE Matrix, Past Performace / PLC. Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami model analisis pasar dengan dan melakukan analisis pasar model Michael Porter, GE Matrix, Past Performace / PLC . MODEL PORTER 5 FORCES Porter 5 forces adalah suatu kerangka berpikir untuk manajemen bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter pada tahun 1979, dan dapat dikatakan sebagai salah satu perangkat strategi bisnis yang paling sering digunakan, dan keunggulannya telah terbukti dalam berbagai macam kasus. Porter 5 forces lebih mengarah pada analisa industri dari luar perusahaan, mencoba melihat potensi kedalam (outside-in business strategy), untuk menganalisa tingkat attractiveness(value) of industry structure. Porter mengatakan, di industri manapun, baik domestik atau internasional, kompetisi terbentuk secara alami di dalam lima tekanan kompetitif, yaitu threat of new entrants, threat of subtitute products, bargaining power of supplier, bargaining power of buyers and the rivalvy among the existing competitors. Lima tekanan menentukan ketertarikan pasar. Porter merujuk kelima tekanan ini sebagai lingkungan mikro (microenvirontment). Intensitas persaingan dalam suatu industri dapat dikatakan sebagai kondisi yang tidak menguntungkan, atau juga ketidakberuntungan. Perpaduan dari tekanan- tekanan seperti yang telah disebutkan menentukan potensi keuntungan kompetitif dalam suatu industri. Tidak setiap industri memiliki potensi yang sama. Tujuan akhir dari suatu bisnis unit dalam industri adalah untuk menemukan posisi pada industri dimana perusahaan bisa mempertahankan diri melawan tekanan kompetitif yang ada. Pengetahuan mengenai sumber dari tekanan kompetitif akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang penting, serta menunjukkan posisi dalam industri, menjelaskan area dimana peluang dan tantangan akan berarti. Selain itu juga dalam rangka memutuskan area untuk difersifikasi. Lima Porter Forces Analisis adalah alat penting untuk menilai potensi profitabilitas dalam suatu industri. Dengan sedikit adaptasi, juga berguna sebagai cara untuk menilai keseimbangan kekuasaan dalam situasi yang lebih umum. Ia bekerja dengan melihat kekuatan lima kekuatan penting yang mempengaruhi persaingan: ‘13 2 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id I. Bargaining power of supplier (Kekuatan Pemasok) Kekuatan pemasok untuk menaikkan harga input Anda. II. Bargaining power of buyers (Kekuatan Pembeli) Kekuatan pelanggan Anda untuk menurunkan harga Anda. III. Threat of new entrants (Ancaman dari Pendatang Baru) Kekuatan persaingan di industri. IV. Threat of Substitutes (Kendala dari Industri Sibstitusi) Sejauh mana produk dan jasa yang berbeda dapat digunakan di tempat Anda sendiri. V. Competitive Rivalry between Existing Players (Ancaman dari Pesaing Kuat) Kemudahan yang pesaing baru dapat memasuki pasar jika mereka melihat bahwa Anda membuat keuntungan yang baik (dan kemudian mendorong harga ke bawah). ‘13 3 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id I Bargaining power of supplier (Kekuatan Pemasok) Dalam suatu industri, tekanan supplier bisa berupa tuntutan menaikkan harga, atau pengurangan kualitas dari pembelian barang dan jasa. Supplier yang kuat bisa menekan dari arah yang berlawanan dari sisi harga. Supplier bisa dianggap kuat, bila memenuhi beberapa hal sebagai berikut : Supplier didominasi oleh sejumlah perusahaan. Dominasi, atau bahkan monopoli dari sejumlah perusahaan berpengaruh pada harga, kualitas, serta kondisi dari kesepakatan. Pada saat supplier menjual produk barang atau jasa kepada beberapa industri, dimana suatu industri tidak memberikan kontribusi yang berarti terhadap keseluruhan penjualan, supplier menjadi lebih berkuasa. Namun apabila suatu industri menjadi pembeli yang utama, pendapatan supplier terikat erat dengan industri tersebut, dan mereka akan melindunginya melalui harga yang wajar, serta aktivitas yang berkaitan dengan perlindungan tersebut, seperti misalnya R&D serta lobi-lobi. Produk supplier merupakan input yang penting. Input menjadi hal yang penting dalam kesuksesan proses manufaktur, serta kualitas produk. Hal ini akan meningkatkan daya tawar supplier. Produk supplier terdiferensiasi, sehingga membentuk switching cost yang tinggi. Diferensiasi serta switching cost yang dihadapi pembeli bisa meningkatkan nilai tawar pemasok, karena memang penawaran mereka berbeda dan pembeli tidak mudah untuk berpindah supplier karena membutuhkan biaya tambahan lagi. Kondisi kekuatan supplier yang didapatkan bukan hanya subyek yang tidak bisa diubah, tetapi juga diluar kemampuan kontrol perusahaan. Namun dengan kekuatan pembeli, perusahaan bisa memperbaiki situasi dengan strategi tertentu. II Bargaining power of buyers (Kekuatan Pembeli) Daya tawar buyer pada industri berperan dalam menekan harga untuk turun, serta bargaining untuk peningkatan kualitas ataupun layanan lebih, dan membuat kompetitor saling bersaing satu sama lain. Pembeli memiliki daya tawar yang kuat bila memenuhi beberapa hal sebagai berikut : ‘13 4 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Produk yang dibeli dalam industri tersebut cukup signifikan dalam prosentase pengeluaran rutin pelanggan. Disini pembeli sepertinya terpengaruh untuk mengeluarkan dana dalam rangka berbelanja produk dengan harga yang sesuai, serta selektif dalam berbelanja. Apabila produk yang dijual dalam industri memiliki porsi kecil dalam pengeluaran pelanggan, biasanya pembeli tidak akan terlalu sensitif terhadap harga. Produk yang dibeli dalam industri tersebut standard dan tidak terdiferensiasi. Apabila produk yang ditawarkan adalah standard, pembeli tentunya memiliki kebebasan untuk menemukan alternatif supplier, dan berpindah-pindah supplier. Switching cost rendah. Switching cost, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bisa mengunci pembeli pada supplier tertentu. Di sisi lain, kekuatan pembeli akan bertambah bila switching cost rendah. Pembeli bebas mendapatkan informasi yang lengkap. Pada saat pembeli memiliki informasi lengkap mengenai demand, harga pasar sebenarnya, atau bahkan biaya yang dikeluarkan supplier, maka level tawar pembeli bisa dibilang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi dimana informasi tersebut sangat minim. Dengan bekal informasi yang cukup, pembeli ada pada posisi yang lebih tinggi untuk memastikan bahwa mereka telah mendapatkan penawaran harga terbaik daripada dibandingkan dengan supplier yang lain. III Threat of new entrants (Ancaman dari Pendatang Baru) Adanya pendatang baru tentu saja akan menambah tingkat kompetisi dalam suatu industri. Besarnya peluang untuk masuknya pendatang baru akan tergantung pada hal-hal di bawah ini : Capital requirements. Biaya investasi yang besar merupakan salah satu penghalang yang cukup kuat dalam suatu usaha. Disamping itu, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai cashflow positif juga menjadi pertimbangan. Kebijakan pemerintah. Loyalitas pelanggan. Perusahaan penghasil produk yang sudah ada bisa memiliki merk yang dikenal dan pelanggan yang loyal. Hal ini didapat oleh perusahaan dari advertising, customer service, diferensiasi produk, atau menjadi yang pertama dalam menghasilkan produk tersebut. Kondisi ini membuat pemain baru harus berusaha ‘13 5 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ekstra keras untuk dapat meraih pelanggan dengan produk yang sama atau membuat suatu inovasi baru. Perkembangan Teknologi. Teknologi yang berkembang menyebabkan suatu perusahaan harus terus mengikuti agar tidak tertinggal, dan hal ini berkaitan dengan infrastruktur ataupun peralatan. Tentu saja investasi tambahan juga dibutuhkan. Kemudahan Jalur. Mendapatkan jalur distribusi pelanggan dan jalur pemasok yang tepat adalah tantangan bagi setiap pendatang baru. Lonjakan Kapasitas. Kapasitas yang stabil pada kurun waktu tertentu akan memudahkan suatu perusahaan untuk mengukur, dan memprediksi kebutuhan. Berbeda halnya bila terjadi lonjakan kapasitas pada waktu- waktu tertentu. Pada periode tertentu, industri bisa menghadapi lonjakan kebutuhan yang sangat drastis. Ketidakmampuan dalam menghadapi hal ini menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan dimata pelanggan. Kesalahan dalam menghadapinya bisa juga menghasilkan kapasitas berlebih yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam alokasi pendanaan. Ketika melakukan kajian terhadap strategi perusahaan, harus dipahami bahwa strategi tersebut berbeda antar-industri, antar-perusahaan, dan antar-situasi. Porter mengelompokkan strategi ini ke dalam strategi generik, yaitu strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. IV Threat of Substitutes (Kendala dari Industri Sibstitusi) Semua perusahaan dalam industri saling bersaing, dan bila diperluas, mereka juga bersaing melawan industri yang menghasilkan produk substitusi, yang bisa menjadi produk alternatif bagi pembeli. Identifikasi produk subtitusi adalah berkaitan dengan pencarian produk lain yang dapat memberikan fungsi yang sama. Sebuah ancaman dari pengganti ada jika ada alternatif produk dengan harga yang lebih rendah dari yang lebih baik. Kategori ini juga berkaitan dengan melengkapi produk. Demikian pula dengan ancaman pendatang baru, memperlakukan pengganti ditentukan oleh faktor-faktor seperti: Merek loyalitas pelanggan. Pelanggan biasanya sudah memiliki merek yang dianggapnya baik, sehingga industri harus memiliki strategi untukmerubah pola pikir pelanggan. ‘13 6 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hubungan pelanggan cukup baik dengan industri pesaing. Menjalin hubungan baik dengan palanggan sehingga dapat menubuhkan rasa percaya dengan produk baru. Perubahan biaya bagi pelanggan. Merubah keingian pelanggan untuk menggunakan produk substitusi. Harga relatif untuk kinerja pengganti. Harga yang biasanya lebih mahal untuk produk pengganti baru. Tren saat ini. Merubah trend pelanggan untuk menggunakan produk baru. V Competitive Rivalry between Existing Players (Ancaman dari Pesaing Kuat) Disamping kompetitor itu sendiri, keempat forces yang ada juga ikut berperan dalam meningkatkan intensitas persaingan diantara kompetitor yang ada. Kompetitor dalam hal ini adalah pemain yang menghasillkan serta menjual produk sejenis, yang akan bersaing dalam memperebutkan marketshare pasar. Intensitas persaingan akan tinggi apabila: Jumlah pemain banyak. Banyaknya pemain dengan kekuatan masing- masing tentu saja akan meningkatkan intensitas persaingan dalam kompetisi. Pertumbuhan industri yang lambat. Pertumbuhan industri yang lambat membawa kompetisi kearah persaingan marketshare, dimana pertumbuhan demand yang rendah akan membuat pemain akan saling berebut pelanggan bukannya menciptakan peluang pasar baru. Tidak adanya diferensiasi. Produk barang atau jasa dengan penawaran yang sama akan menyebabkan pembeli memilih berdasarkan harga dan layanan. Hasilnya adalah tekanan kompetisi yang sangat kuat pada harga serta layanan. Diferensiasi produk menciptakan lapisan pelindung tambahan untuk menghindar dari perang kompetisi karena pembeli memiliki ketertarikan, kesenangan dan loyalitas pada penjual tertentu. Kompetitor yang bervariasi. Kompetitor yang bervariasi dalam strategi, originalitas, personalitas serta hubungan dengan perusahaan induk akan memiliki diferensiasi tujuan, serta strategi tentang bagaimana berkompetisi. Kompetitor asing biasanya menambahkan diferensiasi yang baik dalam industri karena mereka memiliki kebiasaan yang berbeda, dan biasanya juga memiliki tujuan yang berbeda. ‘13 7 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Setelah melakukan identifikasi terhadap seluruh tekanan dari masing-masing komponen, berikutnya adalah melakukan perhitungan kekuatan dari setiap tekanan. Potensi keuntungan kompetitif akan tinggi bila akumulasi dari setiap tekanan tersebut pada masing-masing faktor adalah rendah. Strategi Generik Michael R. Porter Menurut Porter, jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip berbisnis, yaitu produk dengan harga tinggi atu produk yang berbiaya rendah, bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsipnya itu Porter menyatakan ada 3 prinsip Genericd strategic, yaitu: 1. Strategi Diferensiasi (Differentiation), Cirinya adalah perusahaan memutuskan untuk membangun persepsi pasar potensial terhadap produk/jasa yang unggul agar tampak berbeda dibandingkan produk pesaing. Pelanggan diharapkan mau membeli dengan harga mahal karena adanya perbedaan itu. 2. Kepemimpinan Biaya Menyeluruh (Overall Cost Leadership) dan Cirinya adalah perusahaan mengkonsentrasikan perhatian pada harga jual produk yang murah untuk menekan biaya produksi, promosi, maupun riset. Jika perlu, produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk pesaing. 3. Fokus (Focus). Cirinya adalah perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar tertentu untuk menghindar dari pesaing. Starting Point dari proses strategi dari Porter adalah Pasar (market), kompetisi (competition) dan pelanggan (customer). Konsep Michele Porter tentang startegi generik sering dikategorikan orang ke dalam Market-Based strategy, beberapa ahli strategi yang menyusun Generik strategi dalm konsep yang berbeda-beda. ‘13 8 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id GENERAL ELECTRIC MARKET ATTRACTIVENESS – BUSINESS POSITION MATRIX (GE MATRIX) Matrix GE atau McKinsey Matrix adalah alat strategis untuk analisis portofolio.Hal ini mirip dengan Matrix BCG dan benar-benar GE / McKinsey Matrix adalah perluasan dari Matrix BCG, multifaktor alat analisis portofolio. Alat ini membandingkan bisnis yang berbeda pada "Kekuatan Bisnis" dan "Pasar Daya Tarik" variabel, ditambah ukuran gelembung merupakan ukuran pasar bukan bisnis penjualan yang digunakan dalam BCG Matrix. Hal ini memungkinkan pengguna bisnis untuk membandingkan kekuatan bisnis, daya tarik pasar, ukuran pasar, dan pangsa pasar untuk berbagai Strategi Bisnin Unit (SBU) atau penawaran produk yang berbeda. Analisis portofolio alat strategis telah awalnya dikembangkan oleh GE dan McKinsey. Dalam matriks GE, SBU dievaluasi dengan menggunakan 2 faktor yaitu market attractiveness and competitive position. Model penilaian market attractiveness dan portfolio posisi bisnsi dikembangkan oleh General Electric USA dan dirancang untuk mengatasi beberapa masalah model matrik BCG. Menggabungkan Matriks GE dilakukan dengan 3 tahap: ‘13 tahap 1, menentukan faktor-faktor dan posisi SBU dalam matriks GE; tahap 2, persiapkan matrik GE (memperkirakan posisi SBU); tahap 3, membuat rekomendasi strategis berdasarkan matrik GE. 9 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id GE Matrix Posisi dan Strategi GE / McKinsey Matrix dibagi menjadi sembilan sel – sembilan alternatif untuk penentuan posisi dari setiap SBU atau menawarkan produk. Berdasarkan kekuatan bisnis dan daya tarik pasar setiap SBU akan memiliki posisi yang berbeda dalam matriks. Selanjutnya, ukuran pasar dan penjualan saat ini akan membedakan setiap SBU.Berdasarkan pemahaman yang jelas dari semua faktor-faktor pengambil keputusan yang mampu mengembangkan strategi yang efektif. Sembilan sel dalam matriks dapat dikelompokkan menjadi tiga segmen utama: Segmen 1: Ini adalah segmen terbaik. bisnis kuat dan pasar menarik. Perusahaan harus mengalokasikan sumber daya dalam bisnis ini dan memfokuskan pada pertumbuhan bisnis dan meningkatkan pangsa pasar. ‘13 10 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Segmen 2: Usaha ini baik yang kuat, tetapi pasar tidak menarik atau pasar yang kuat dan bisnis tidak cukup kuat untuk mengejar peluang potensial. Para pembuat keputusan harus membuat keputusan tentang bagaimana untuk menangani lebih lanjut dengan SBU ini. Beberapa dari mereka mungkin mengkonsumsi banyak sumber daya dan tidak menjanjikan sedangkan yang lain mungkin membutuhkan sumber daya tambahan dan strategi yang lebih baik untuk pertumbuhan. ‘13 11 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Segmen 3: Ini adalah segmen terburuk. Bisnis di segmen ini adalah lemah dan pasar tidak menarik. Para pembuat keputusan harus mempertimbangkan baik reposisi SBU ini ke segmen pasar yang berbeda, mengembangkan menawarkan biaya-efektif yang lebih baik, atau menyingkirkan SBU ini dan menginvestasikan sumber daya ke dalam menjanjikan dan menarik lebih SBU. Kelebihan Matriks GE adalah bahwa matriks GE menggunakan beberapa faktor untuk menilai SBU; analisis GE lebih kaya dari analisis BCG karena lebih banyak faktor yang dipertimbangkan dan lebih fleksibel; banyak nilai pada pembahasan dan perdebatan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menimbang faktor-faktor yang relevan. Di sisi lain,kelemahan matriks GE adalah tekniknya lebih susah daripada pendekatan BCG, dan memerlukan pengumpulan dan pengolahan data yang lebih ekstensif; evaluasi dan skoring SBU sangat subjektif. Subjectif dapat jadi masalah, khususnya ketika perencana tidak berpengalaman dalam menilai; hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor keseluruhan tidak disetujui. ‘13 12 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id SIKLUS HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) / PLC Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh Levitt (1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya. Ada berbagai pendapatan mengenai tahap-tahap yang ada dalam Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk. Ada yang menggolongkannya menjadi introduction, growth, maturity, decline dan termination. Sementara itu ada pula yang menyatakan bahwa keseluruhan tahap-tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) terdiri dari: ‘13 Introduction (Pioneering), Rapid Growth (Market Acceptance), Slow Growth (Turbulence), Maturity (Saturation), Dan Decline (Obsolescence). 13 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Strategi Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) Meskipun demikian pada umumnya yang digunakan adalah penggolongan ke dalam empat tahap, yaitu introduction, growth, maturity dan decline. Bagan Product Life Cycle Bila Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) dianggap sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana posisi Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) produknya. Identifikasi tahapan Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume. Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu : 1. Tahap perkenalan (introduction). Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan ‘13 14 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy) Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran. b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy) Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran. c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy) Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar. d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy) Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah. 2. Tahap pertumbuhan (growth). Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya. Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara: a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik. ‘13 15 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu, produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk utama) c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru. d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi yang baru. e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising) f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga dilapisan berikutnya. 3. Tahap kedewasaan (maturity) Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru. b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk merek yang mapan. c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya. d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu bertujuan menambah keistimewaan baru yang memperluas keanekagunaan, keamanan atau kenyaman produk. e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran. f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk, misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk. ‘13 16 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk seperti model, warna, kemasan dan lain – lain. h. Menggunakan take-off strategy yang mana marupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan. 4. Tahap kemunduran (decline) Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain: a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya). b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksiny a agar lebih efisien. c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik. d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada. e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut. f. Manambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang baik. g. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk. h. Mencari pasar baru. i. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri dapat diatasi. j. Mengurangi investasi perusahaan secara selesktif dengan cara meninggalkan konsumen yang kurang menguntungkan. ‘13 17 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id k. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat. l. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Kotler, Philip. Marketing Management Millenium Edition, Tenth Edition,New Jersey: Pearson Education Company, 2000. 2. Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. Consumer Behavior, 8th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2004. 3. Engel, J. F., Blackwell, R. D. and Miniard, P. W. (1993) Consumer Behavior, New York: Dreyden Press. 4. Belch, Michael & Belch, George. (1995) Introduction To Advertising And Promotion. Irwin Series, United States Of America. 5. Terence A. Shimp. 2003. Periklanan Promosi (Aspek Tambahan: Komunikasi Pemasaran Terpadu) Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 6. Kerin Roger A, Peterson Robert A. (2004): Strategic Marketing Problems; Cases and Comment, Tenth edition, Pearson education, New Jersey, 7. ‘13 18 Integrated Marketing Communications 2 Sari Widuri, Se, Msi. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id