BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Menurut Nonaka and Toyama (2003) “Knowledge is created through a process in which various contradictions are synthesized through dynamic interactions among individuals, the organization, and the environment”.yang artinya pengetahuan diciptakan melalui sebuah proses di mana berbagai kontradiksi di sintesis melalui interaksi yang dinamis antara individu-individu, organisasi, dan lingkungan. (“Knowledge management and organizational culture: a theoretical integrative framework” Rai, Rajnish Kumar. Journal of Knowledge Management 15.5 (2011): P.781.) Menurut Nonaka (1994) dan Sun and Scott (2003) “Knowledge can be defined as justified true beliefs and can reside in individuals as well as collectively in the organization. During the process of implementing new knowledge, individuals’ and the organization’s beliefs systems would undergo some changes that require shifts in individuals’ thinking and behavior. The process could involve double loop learning where employees might query and change the underlying organizational norms and assumptions”. Yang artinya pengetahuan dapat didefinisikan sebagai keyakinan yang benar dibenarkan dan dapat berada di individu maupun kolektif dalam organisasi. Selama proses pelaksanaan pengetahuan baru, individu dan sistem keyakinan organisasi akan mengalami beberapa perubahan yang memerlukan pergeseran dalam berpikir dan perilaku individu. Proses ini dapat melibatkan pembelajaran ganda, di mana karyawan mungkin permintaan dan mengubah mendasari norma dan asumsi organisasi. (“Positioning change readiness in knowledge management research” Rusly, Fariza H; Corner, James L; Sun, Peter. Journal of Knowledge Management 16.2 (2012) P.330). 11 12 Pengetahuan (knowledge) menurut Fernandez dan Sabherwal dalam B. Elnalt Aldi, 2007, mengartikan bahwa pengetahuan sebagai hasil refleksi dan pengalaman seseorang yang dimiliki oleh setiap individu ataupun kelompok. 2.1.2. Jenis – Jenis Pengetahuan Dilihat dari jenisnya, ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan explicit dan pengetahuan tacit. 1. Tacit Knowledge Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,2008). Tacit knowledge tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi. Tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai: a. Pemahaman dan aplikasi pikiran bawah sadar. b. Susah untuk diucapkan. c. Berkembang dari kejadian langsung dan pengalaman. d. Berbagi pengetahuan melalui percakapan (story- telling). Pengetahuan tacit sifatnya sangat personal, sulit diformulasikan sehingga sulit dikomunikasikan dan disebarkan kepada orang lain. 2. Explicit Knowledge Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2008). Pada saat tacit knowledge dapat dikontrol dalam benak seseorang, explicit knowledge justru harus bergantung pada pemahaman dan aplikasi secara tacit, maka dari itu semua pengetahuan berakar dari tacit knowledge. Secara umum explicit knowledge dapat dijabarkan sebagai: a. Dapat diucapkan secara tepat dan resmi. 13 b. Mudah disusun, didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan dikomunikasikan. Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, dan dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, rumus, spesifikasi, dan manual. Sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independen. Sehingga merupakan dapat bentuk dikatakan pengetahuan bahwa yang explicit sudah knowledge terdokumentasi/ terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Contoh; manual, buku, laporan, dokumen, surat, file-file elektronik, dsb. Sedangkan tacit knowledge, merupakan bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya; gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya. 2.1.3. Dasar Membuat Pengetahuan Menurut Ashok Jashapara (2010) dalam Knowledge Management : an integrated approach, terdapat 4 basics patterns for creating knowledge: 1. Tacit to Tacit Belajar mengamati, meniru dan berlatih. 2. Explicit to Tacit Mengembangkan bagian yang terpisah dari pengetahuan eksplisit menjadi satu kesatuan baru, seperti menggunakan berbagai sumber data untuk menulis laporan keuangan. 3. Tacit to Explicit Diskusi catatan, deskripsi, dan inovasi dalam petunjuk, kemudian menggunakan konten tersebut untuk menciptakan produk baru. 14 4. Explicit to Tacit Menafsirkan pengetahuan eksplisit menggunakan kerangka acuan atau referensi, sehingga pengetahuan dapat dipahami dan kemudian di mampu internalisasi/diterima oleh orang lain. 2.1.4. Pengertian Manajemen Menurut George R. Terry (2006) manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya. Menurut Daft (2007) “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sumber daya organisasi. 2.1.5. Fungsi Manajemen Fungsi manajemen menurut George R Terry (2006) adalah POAC: 1. Perencanaan (Planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan. 2. Pengorganisasian (Organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan. 3. Penggerakan (Actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam 15 organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan. 4. Pengawasan (Controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari sebuah organisasi sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana. 2.1.6. Pengertian Manajemen Pengetahuan Menurut Kankanhalli, Tan, & Wei (2005) “Knowledge management can be defined as a systemic and organizationally specified process for acquiring, organizing, and communicating knowledge of employees so that other employees may make use of it to be more effective and productive in their work ”. yang artinya manajemen pengetahuan dapat didefinisikan sebagai sistemik dan Proses organisasional ditentukan untuk memperoleh, mengorganisir, dan mengkomunikasikan pengetahuan karyawan sehingga karyawan lainnya dapat menggunakan untuk menjadi lebih efektif dan produktif dalam pekerjaan mereka. (“a Theory of Knowledge Management” Aktharsha, U Syed. Journal of Contemporary Research in Management 6.1 (Jan-Mar 2011): 103-119.) Menurut Malhotra (1998) knowledge management adalah “a synergistic combination of data and information processing capacity of information technologies, and the creative and innovative capacity of human beings”. Yang artinya kombinasi sinergis data dan pengolahan informasi kapasitas informasi teknologi, dan kapasitas kreatif dan inovatif manusia. (“Knowledge management and organizational culture: a theoretical integrative framework” Rai, Rajnish Kumar. Journal of Knowledge Management 15.5 (2011): P.781.) Menurut Rastogi (2000) knowledge management adalah “systematic and integrative process of coordinating organizationwide activities of acquiring, creating, storing, sharing, diffusing, developing,and deploying knowledge by individuals and groups in 16 pursuit of major organizational goals”. Yang artinya manajemen pengetahuan mengkoordinasikan kegiatan di seluruh organisasi untuk memperoleh, membuat, menyimpan, berbagi, mengembangkan, dan menyebarkan pengetahuan dengan individu dan kelompok dalam mengejar tujuan besar organisasi. (“Knowledge management and organizational culture: a theoretical integrative framework” Rai, Rajnish Kumar. Journal of Knowledge Management 15.5 (2011): P.781.) Barclay dan Murray (2009) mendefinisikan knowledge management sebagai suatu aktivitas bisnis yang mempunyai dua aspek penting, yaitu: 1. Memperlakukan komponen pengetahuan dalam aktivitas- aktivitas bisnis yang direfleksikan dalam strategi, kebijakan, dan berbagai praktek perusahaan secara keseluruhan. 2. Membuat suatu hubungan langsung antara aset intelektual perusahaan baik yang explicit maupun tacit untuk mencapai tujuan perusahaan. 2.1.7. Faktor Faktor Yang Memengaruhi Manajemen Pengetahuan Faktor yang penting dalam implementasi knowledge management (Barclay dan Murray, 2009) : 1. Manusia Baik berupa tacit knowledge ataupun explicit knowledge yang mampu di-sharing/transfer dalam institusi atau organisasi. 2. Leadership Keberhasilan KM didukung peran pemimpin dalam membangun visi yang kuat dengan menggalang dan mengarahkan partisipasi semua anggota organisasi dalam mewujudkan visinya. 3. Teknologi Dukungan infrastruktur yang kuat dalam penyebaran informasi pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula. 4. Organisasi Aspek pengaturan yang jelas dalam hal ini termasuk reward yang berpartisipasi dalam penyebaran informasi 17 5. Learning Kemauan belajar untuk setiap individu sehingga muncul ide-ide, inovasi dan knowledge baru, yang menjadi komoditas utama dalam KM. 2.1.8. Indikator Indikator Manajemen Pengetahuan Menurut Shannak (2009), knowledge management memiliki beberapa indikator, diantaranya adalah Human (People), Process, dan IT (Technology). 1. Human (People) Pengukuran knowledge management diawali dengan fokus pada people, atau orang-orang yang terlibat di dalamnya. Beberapa indikator yang dapat diukur, misalnya: a. Perilaku Knowledge Sharing • Apakah karyawan terbiasa memberikan pengetahuan mereka untuk membantu yang lain? b. Aktivitas Knowledge Sharing • Apakah karyawan aktif dalam berparsitipasi di kegiatan workshop, seminar, atau aktivitas lain? c. Kesadaran • Sejauh mana karyawan merasakan bahwa mereka telah diberikan informasi ataupun edukasi merasakan bahwa mengenai prosedur kerja? d. Partisipasi dalam aktivitas • Sejauh mana karyawan partisipasi dalam aktivitas knowledge sharing dapat memberikan relasi baru dan pengalaman baru? 2. Process Proses merupakan salah satu fokus yang sangat penting dalam knowledge management karena berkaitan dengan kualitas pengetahuan yang dikelola. Integrasi proses knowledge management ke dalam proses bisnis juga dapat mendorong 18 semakin berkembangnya knowledge management di perusahaan. Beberapa indikator yang dapat diukur: a. Kualitas Pengetahuan • Sejauh mana karyawan merasa bahwa pengetahuan yang tersimpan berguna? b. Efisiensi akibat proses baru • Seberapa jauh karyawan merasa mengalami penghematan waktu dalam mencari informasi? c. Kontributor • Adakah perlakuan khusus tertentu yang diberikan kepada karyawan yang sering memberikan kontribusi terhadap knowledge management? 3. Technology Sebagai perekat antara kedua area sebelumnya, teknologi informasi mempunyai peranan penting untuk mendorong implementasi knowledge management yang efisien dan efektif. Beberapa indikator yang dapat diukur: a. Keterlibatan Aktif • Sejauh mana karyawan dapat melakukan kegiatan untuk menciptakan dan memperoleh pengetahuan dalam mempermudah pekerjaannya? b. Knowledge Structure • Sejauh mana karyawan dapat menemukan dan membuat topik/kategori tentang pengetahuan yang dapat mempermudah pekerjaan mereka? c. Usability • Sejauh mana karyawan merasa bahwa sistem yang dibangun mudah untuk digunakan? Dari pengumpulan data berdasarkan indikator yang telah didefinisikan, perusahaan akan mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana tingkat kapabilitas dan performansi dari knowledge management yang berjalan. Untuk melihat peningkatan ataupun 19 penurunan kinerja, maka pengukuran dengan indikator ini dapat dilakukan secara berkala. 2.2 Sistem Informasi Manajemen 2.2.1. Pengertian Sistem Suatu sistem sangatlah dibutuhkan dalam suatu perusahaan atau instansi pemerintahan, karena sistem sangatlah menunjang terhadap kinerja perusahaan, baik yang berskala kecil maupun besar. Supaya dapat berjalan dengan baik diperlukan kerjasama diantara unsur – unsur yang terkait dalam sistem tersebut. Ada berbagai pendapat yang mendefinisikan pengertian sistem, seperti di bawah ini : Sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang mengikuti tujuan tertentu. (Perdapur, Zarrodi, Fatan, Afrancheh, dan Riazi. “Management Information system, functions, structure and its importance In Manager's Decision Making” Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business 4.10 (Feb 2013): 991-997). Menurut Mustakini (2009), bahwa sistem (system) dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, pembelian dan buku besar. Menurut Moekijat dalam Prasojo (2011:152), sistem adalah setiap sesuatu terdiri dari obyek-obyek, atau unsur-unsur, atau komponen-komponen yang bertata kaitan dan bertata hubungan satu sama lain, sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu. 20 2.2.2. Pengertian Informasi Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga memiliki arti tertentu yang berguna bagi si penerima informasi. (Perdapur, Zarrodi, Fatan, Afrancheh, dan Riazi. “Management Information system, functions, structure and its importance In Manager's Decision Making” Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business 4.10 (Feb 2013): 991-997). Informasi merupakan kumpulan data dan terkait dengan penjelasan, interpretasi, dan berhubungan dengan materi lainnya mengenai obyek, peristiwa-peristiwa atau proses tertentu. Sementara itu menurut Bergeron, pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisasi, disintesiskan, diringkaskan untuk meningkatkan pengertian, kesadaran atau pemahaman (Sangkala, 2007, p74). Informasi diartikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto,2009; 8). Menurut Barry E. Cushing (2007) dalam buku Accounting Information System and Business Organization, dikatakan bahwa informasi merupakan sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya. 2.2.3. Faktor – Faktor Penentu Kualitas Informasi Menurut (Budi Sutedjo Dharma Oetomo, 2006 : 16 -17), kualitas informasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : 1. Keakuratan dan Teruji Kebenarannya. Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan. 2. Kesempurnaan Informasi. Informasi disajikan dengan lengkap tanpa pengurangan, penambahan, dan pengubahan. 3. Tepat Waktu. Infomasi harus disajikan secara tepat waktu, karena menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. 21 4. Relevansi. Informasi akan memiliki nilai manfaat yang tinggi, jika informasi tersebut dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. 5. Mudah dan Murah. Apabila cara dan biaya untuk memperoleh informasi sulit dan mahal, maka orang menjadi tidak berminat untuk memperolehnya, atau akan mencari alternatif substitusinya. 2.2.4. Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi adalah sistem yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi untuk tujuan khusus. Setiap sistem informasi yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, prosedur, individu. (Perdapur, Zarrodi, Fatan, Afrancheh, dan Riazi. “Management Information system, functions, structure and its importance In Manager's Decision Making” Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business 4.10 (Feb 2013): 991-997). Menurut O’brien dalam Yakub (2012:16), bahwa sistem informasi (information system) merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut Agus mulyanto (2009 : 29) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Alter dalam Kadir (2009:7), bahwa sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi memiliki 22 peranan yang sangat penting dalam media menyampaikan data yang berguna bagi pemakainya. 2.2.5. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Menurut Munirat, Sanni, dan Kazeem dalam International Jurnal of Humanities Social Sciences and Education. 2014.(The Impact Of Management Information System On The Performance Of Business Organization In Nigeria). Sistem informasi manajemen (SIM) adalah bagian dari pengendalian keseluruhan internal bisnis yang meliputi penerapan orang, dokumen, teknologi, dan prosedur untuk memecahkan masalah bisnis. Menurut Barry E.Cushing, SIM adalah memiliki arti sebagai bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi.. (Jogiyanto,2009:14). Menurut O’brien (2011) SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software, communication network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi. Semua komponen tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan untuk mencapai sasaran. 2.2.6. Tujuan Sistem Informasi Manajemen Adapun tujuan dari sistem informasi manajemen menurut O’Brien (2011) adalah sebagai berikut: 1. Menambah Pengetahuan Adanya Informasi penerimanya, yang akan dapat menambah digunakan pengetahuan sebagai bagi bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan. 23 2. Mengurangi Ketidakpastian Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. 3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. 4. Menyediakan informasi yang efektif dan efisien terkait hal-hal yang bisa membantu percepatan tanpa meninggalkan keakuratan, sehingga bisa meningkatkan nilai jual perusahaan dan memenangkan persaingan di pasar. 2.2.7. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Manajemen Menurut O’Brien (2011) Pengembangan SIM yang baik adalah dengan berbasis pada komputer, lalu memerlukan SDM yang berketerampilan dan berpengalaman lama. Namun peran itu memerlukan partisipasi aktif dari para manajer organisasi. Karena sejumlah faktor, banyak organisasi bisnis yang gagal membangun sistem informasi manajemen mereka. Faktor – faktor penyebab kegagalan itu adalah: 1. Organisasi yang dibangun dalam kondisi buruk. 2. Tidak adanya perencanaan yang memadai. 3. Kurang personil yang handal. 4. Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem serta mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat. SIM yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat. Perusahaan harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh. 24 2.2.8. Indikator Indikator Sistem Informasi Manajemen Hashim et al. (2012) mengatakan bahwa sistem informasi manajemen memiliki beberapa indikator yang jika dapat diimplementasikan dengan baik dan benar, maka akan meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya yaitu: pelatihan (cara pakai), technology update, kemudahan akses, prosedur, dan admin (petugas pengoperasian) 1. Pelatihan (cara pakai) Sejauh mana karyawan mendapatkan pembekalan, berupa pelatihan tentang cara pakai sebelum implementasi sistem informasi manajemen diterapkan perusahaan, sehingga karyawan bisa menggunakannya dengan baik dan benar untuk mempermudah pekerjaan yang mereka lakukan. 2. Technology update. Apakah teknologi yang digunakan perusahaan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan oleh karyawan untuk mengelola informasi yang mereka miliki. 3. Admin (Petugas Pengoperasian) Meliputi petugas operator komputer yang memberikan bantuan dalam pengoperasian untuk mencari informasi yang dibutuhkan dari dalam sistem. 4. Prosedur. Suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya yang memudahkan karyawan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka. 5. Kemudahan akses. Apakah karyawan merasakan kemudahan akses ke dalam suatu sistem untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan? 2.3. Kinerja 2.3.1. Pengertian Kinerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke empat (2008), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Banyak batasan yang 25 diberikan para ahli mengenai istilah kinerja, walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya, namun secara prinsip kinerja adalah mengenai proses pencapaian hasil. Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2009:67) Menurut Rivai dan Basri (2009) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan menurut Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. 2.3.2. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Menurut Gibson (2008, p39), ada tiga perangkat variabel yang memengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu : 1. Variabel Individual, terdiri dari: kemampuan dan keterampilan, mental dan fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), penggajian dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin). 2. Variabel Organisasional, terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. 3. Variabel Psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Tiga faktor utama yang memengaruhi kinerja individu menurut Mathis dan Robert L (2006, p113) adalah kemampuan individu melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi. 2.3.3. Indikator Indikator Penilaian Kinerja Soedjono (2008) menyebutkan 6 (enam) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pegawai secara individu yakni : 26 1. Kualitas kerja, Hasil pekerjaan yang dilakukan mendekati sempurna atau memenuhi tujuan yang diharapkan dari pekerjaan tersebut. 2. Kuantitas kerja, Jumlah yang dihasilkan atau jumlah aktivitas yang dapat diselesaikan. 3. Ketepatan waktu, yaitu dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditetapkan. 4. Efektivitas kerja, yaitu dapat mencapai target secara maksimal.. 5. Kemandirian, yaitu dapat melaksanakan kerja tanpa bantuan orang lain. 6. Komitmen kerja, yaitu komitmen kerja antara pegawai dengan organisasinya dan tanggung jawab pegawai terhadap organisasinya. 2.3.4. Penilaian Kinerja Setiap karyawan dalam melaksanakan kewajiban atau tugas merasa bahwa hasil kerja mereka tidak terlepas dari penilaian atasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kinerja seorang karyawan. Menurut (Rivai, 2009 : 55 ) manfaat penilaian kinerja adalah : 1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai antara lain : a. Meningkatkan motivasi. b. Meningkatka kepuasaan kerja. c. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan. d. Adanya kesempatan berkomunikasi ke atas. e. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi. 2. Manfaat bagi penilai: a. Meningkatkan kepuasan kerja. b. Untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan. c. Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun karyawan. d. Sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan. e. Bisa mengidentifikasikan nkesempatan untuk rotasi karyawan. 27 3. Manfaat bagi perusahaan a. Memperbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan. b. Meningkatkan kualitas komunikasi. c. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan. d. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk masing-masing karyawan. 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian Menurut Riduwan (2009:25) kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini: Sumber : Penulis, 2014. Independent Variable Manajemen Pengetahuan (X1) Dependent Variable Kinerja Karyawan (Y) Independent Variable Sistem Informasi Manajemen (X2) Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian 2.5. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2011 : 71). Sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: 28 Ho= Manajemen pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di Departemen Technical & Service pada PT. Altrak 1978 (Jakarta). H1= Manajemen pengetahuan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di Departemen Technical & Service pada PT. Altrak 1978 (Jakarta). Ho= Sistem informasi manajemen tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di Departemen Technical & Service pada PT. Altrak 1978 (Jakarta). H2= Sistem informasi manajemen memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di Departemen Technical & Service pada PT. Altrak 1978 (Jakarta). Ho= Manajemen pengetahuan dan sistem informasi manajemen tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di Departemen Technical & Service pada PT. Altrak 1978 (Jakarta). H3= Manajemen pengetahuan dan sistem informasi manajemen memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di Departemen Technical & Service pada PT. Altrak 1978 (Jakarta).