BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Knowledge Management Knowledge Management adalah usaha untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam organisasi, diantaranya membiasakan budaya berkomunikasi antar personil, memberikan kesempatan untuk belajar, dan menggalakan saling berbagi knowledge. Dimana usaha ini akan menciptakan dan mempertahankan peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Hal ini disarikan dari pendapat McInerney sebagai berikut: “Knowledge Management (KM) is an effort to increase useful knowledge within the organization. Ways to do this include encouraging communication, offering opportunities to learn, and promoting the sharing of appropriate knowledge artifacts.”(Winda Kurnia Sari, Ken Ditha Tania ; 2014 : 681) Menurut (Davenport, Thomas & Prusak, 2000 : 5) knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontektual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi. Di perusahaan knowledge sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma perusahaan knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu Explicit Knowledge dan Tacit Knowledge, yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 14 15 1. Explicit Knowlege Merupakan sesuatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Knowledge jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis. Explicit Knowledge juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses, metoda, cara, pola bisnis dan pengalaman desain dari suatu produksi. 2. Tacit Knowledge Merupakan knowledge dari para pakar, baik individu maupun masyarakat, serta pengalaman mereka. Tacit Knowledge bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengaman fisik serta petunjuk praktis (rule-ofthumb) termasuk dalam jenis Tacit Knowledge.(Andreas Eko Wijaya ; 2014 : 191) II.2. Siklus Aliran Knowledge Model mengenai aliran knowledge disebut sebagai General Knowledge Model (GKM). Pada setiap proses terdapat proses dan siklus aliran knowledge yang lebih dalam.(Andreas Eko Wijaya ; 2014 : 192) Dari keterangan gambar II.1. General Knowledge Model dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Knowledge Creation (penciptaan pengetahuan) penciptaan pengetahuan baru, dapat merupakan proses dilakukan dengan proses 16 pengembangan (development), penemuan (discovery) ataupun penangkapan (capture) pengetahuan. 2. Knowledge Retention (penyimpanan pengetahuan) merupakan proses yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara serta pengambilan-kembali pengetahuan yang ada. 3. Knowledge Transfer (pemindahan pengetahuan) merupakan proses untuk mengalirkan pengetahuan dari satu pihak ke pihak yag lainnya, meliputi proses komunikasi, penterjemahan, pengubahan dan juga pemilahan. Knowledge Transfer dapat juga dipahami sebagai Knowledge Sharing (penyebarluasan pengetahuan). 4. Knowledge Utilization (pemanfaatan pengetahuan) merupakan proses yang berkaitan dengan pemanfaatan pengetahuan yang ada.(Andreas Eko Wijaya ; 2014 : 192) Gambar II.1. General Knowledge Model (Sumber : Newman & Conrad ; 1999) 17 II.3. Konversi Knowledge Nonaka dan Takeuchi mengemukakan bahwa alasan fundamental mengapa perusahaan Jepang sukses, kerena ketrampilan dan pengalaman mereka terdapat pada penciptaan knowledge organisasi. Penciptaan knowledge dicapai melalui pengenalan hubungan sinergik antara tacit knowledge dan explicit knowledge. Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi pada tahun 1991 dan 1995, membedakan antara tacit knowledge dan explicit knowledge, dan membagi model konversi knowledge menjadi 4 cara sebagai berikut: 1. Tacit knowledge ke Tacit knowledge, disebut proses Sosialization. Transfer knowledge dari satu individu ke individu lainnya dalam bentuk tacit knowledge. Disebutkan bahwa Socialization muncul dari aktivitas berbagi dan menciptakan pengetahuan tacit melalui pengalaman langsung. 2. Tacit knowledge ke Explicit Knowledge, disebut proses Externalization. Transformasi knowledge dari bentuk Tacit ke bentuk Explicit. Dengan externalization, pengetahuan tacit yang ada dalam diri individu dikeluarkan dan diformulasikan ke dalam media lain yang dapat dengan mudah dipelajari oleh individu lain. 3. Explicit Knowledge ke Explicit Knowledge, disebut proses Combination. Mengorganisasi kumpulan Explicit knowledge ke dalam satu bentuk media yang lebih sistematis, melalui proses penambahan knowledge baru, kombinasi dan kategorisasi pengetahuan yang telah terkumpul. Kombinasi knowledge dapat difasilitasi melalui media seperti dokumen, pertemuan, komunikasi melalui telepon atau komputerisasi jaringan komunikasi dan lain sebagainya. 18 4. Explicit Knowledge ke Tacit Knowledge, disebut proses Internalization. Tranformasi knowledge dari bentuk Explicit ke bentuk Tacit. Contohnya dengan proses belajar yang kemudian diikuti dengan „learning by doing„. Ketika pengalaman melalui sosialisasi, eksternalisasi dan kombinasi diinternalisasi ke dalam knowledge tacit individu dalam bentuk model mental yang dibagikan atau teknik cara, knowledge ini menjadi aset yang bernilai, dan lambat laun membentuk pengetahuan baru dalam diri individu.(Andreas Eko Wijaya ; 2014 : 192) TACIT (Socialization) TACIT EXPLICIT EXPLICIT (Externalization) E.G. TEAM MEETING AND DISCUSSION E.G. DIALOG WITHIN TEAM (Interlization) (Combination) E.G. LEARN FROM A REPORT E.G. E-MAIL A REPORT Gambar II.2. Model Konversi Knowledge menurut NONAKA (Sumber : Winda Kurnia Sari, Ken Ditha Tania ; 2014 : 683) II.4. Konsep Manajemen Pengetahuan Konsep dan defenisi manajemen pengetahuan, antara lain dikemukakan oleh Davidson dan Philip Voss (2002), Manajemen pengetahuan sebagai system yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan perusahaan. Menurut pendapat Betgerson 19 (2003), manajemen pengetahuan merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengelola asset intelektual dan informasi lain sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan. (Prof. DR. H. Ismail Nawawi ; 2012 : 2) Dalam memperkaya pemahaman, Tannebaum (1998) memberikan definisi dengan berbagai formulasi untuk memberikan pemahaman terhadap manajemen pengetahuan sebagai berikut : 1. Manajemen penyimpanan, pengetahuan dan mencakup pengaksesan pengumpulan, informasi untuk penyusunan, membangun pengetahuan, pemanfaatan dengan tepat teknologi informasi, seperti computer yang dapat mendukung manajemen pengetahuan, namun teknologi informasi tersebut bukanlah manajemen pengetahuan. 2. Manajemen pengetahuan mencakup berbagai pengetahuan (sharing knowledge). Tanpa berbagi pengetahuan, upaya manajemen pengetahuan akan gagal culture perusahaan, dinamika dan praktik, seperti system penggajian dapat mempengaruhi berbagai pengetahuan. Kultur dan aspek social dari manajemen pengetahuan merupakan tantangan yang signifikan. 3. Manajemen pengetahuan terkait dengan pengetahuan orang. Pada suatu saat, organisasi membutuhkan orang yang kompeten untuk memahami dan memanfaatkan informasi dengan efektif. Organisasi terkait dengan individu untuk melakukan inovasi dan memberi petunjuk kepada organisasi. Organisasi juga terkait dengan persoalan keahlian yang menyediakan input untuk menerapkan manajemen pengetahuan. Oleh karena itu, organisasi mesti mempertimbangkan bagaimana menarik, 20 mengembangkan, dan mempertahankan pengetahuan anggota sebagai bagian dari domain manajemen pengetahuan. 4. Manajemen pengetahuan terkait dengan peningkatan efektivitas organisasi. Kita berkonsentrasi dengan manajemen pengetahuan karena dipercaya bahwa manajemen pengetahuan dapat memberikan kontribusi kepada vitalitas dan kesuksesan perusahaan. Upaya untuk mengukur modal intelektual dan untuk menilai efektivitas manajemen pengetahuan harus dapat membantu kita memahami secara luas pengelolaan pengetahuan yang telah dilakukan. Selain mengusulkan satu consensus mengenai pengertian manajemen pengetahuan, Tannebaum juga memberikan penjelasan mengenai karakteristik berbagai aktivitas manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan, menurut Tannebaum, paling tidak terdiri atas berikut ini : 1. Pengembangan database organisasi mengenai pelanggan, masalah yang bersifat umum dan serta pemecahannya. 2. Mengenali para ahli internal, memperjelas apa yang mereka ketahui, dan mengembangkan kamus yang menjelaskan sumber daya internal kunci dan mengenali bagaimana menemukannya. 3. Mendapatkan dan menangkap pengetahuan dari para ahli tersebut untuk disebar ke yang lain. 4. Mendesain struktur pengetahuan yang membantu mengelola informasi dalam suatu cara yang dapat diakses dan siap untuk diaplikasikan. 5. Menciptakan forum bagi orang-orang yang ada di dalam perusahaan untuk berbagi pengalaman dan ide, baik dalam bentuk tatap muka, 21 berkomunikasi melalui internet, website, chating room, e-mail, dan lainlain. 6. Memanfaatkan groupware sehingga memungkinkan berbagai macam orang di lokasi yang berbeda dapat berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama dan mencatat informasi di dalam suatu domain pengetahuan yang telah dipilih. 7. Bertindak untuk mengenali, mempertahankan talenta orang-orang yang memiliki pengetahuan yang diperlukan di dalam bidang kegiatan utama bisnis. 8. Mendesain pelatihan dan aktifitas pengembangan lainnya untuk menilai dan mengembangkan pengetahuan internal. 9. Menerapkan praktik penghargaan pengakuan dan promosi yang mendorong berlangsungnya kegiatan berbagi informasi antar anggota maupun antar unit dalam organisasi. 10. Membantu pekerjaan serta menyediakan alat-alat yang mendukung kinerja sehingga memungkinkan setiap orang menilai dan menerapkan pengetahuan apabila diperlukan. 11. Memaknai database pelanggan, produk, transaksi, atau hasil dengan mengenali kecenderungan dan menggali informasi sebanyak mungkin. 12. Mengukur modal intelektual di dalam upaya mengelola pengetahuan yang lebih baik. 13. Menangkap dan menganalisis informasi yang terkait dengan perhatian pelanggan, pilihan-pilihan, dan kebutuhan dari lapangan, front line atau 22 personil bagian pelayanan didorong untuk mampu memahami dengan lebih baik terhadap keenderungan pelanggan. Di pihak lain, ada yang mengkonsepsikan dengan formulasi definisi dikaitkan dengan komponen krisis bahwa manajemen pengetahuan (knowledge management) yang sukses tidak hanya karena komputerisasi yang impresif, tetapi sebaiknya ditinjau dari ketiga komponen yang kritis berikut : 1. Alur knowledge yang benar dan sumber yang dilimpahkan ke organisasi/institusi. 2. Teknologi tepat yang disimpan dan dapat mengomunikasikan knowledge tersebut. 3. Budaya tempat kerja yang benar, sehingga karyawan termotivasi untuk memanfaatkan knowledge. Oleh karena itu, manajemen pengetahuan (knowledge management) akan sukses apabila terjadi interaksi di antara komponennya dan tidak terjadi tumpang tindih (overlap) dari ketiga komponen tadi. Meskipun demikian, knowledge management memberikan kesempatan pada organisasi tersebut untuk : 1. Menangkap dan menganalisa informasi organisasi dan diaplikasikan secara strategis dalam bentuk warehousing dan dataming, system pendukung keputusan (Decision System Support/DSS), serta system informasi eksekutif (EIS). 2. Menciptakan proses untuk akses informasi ke seluruh dunia melalui intranet, groupware, dan sistem pendukung keputusan kelompok (Group DSS) agar karyawa mendapat informasi secara tepat, informative dan 23 inovatif, menjadikan kekuatan pendorong dari knowledge yang terakumulasi dari pengalaman masa lalu seluruh organisasi 3. Membangun dan menyelesaikan proyek dengan meningkatkan kecepatan, ketangkasan, dan keselamatan. Masih banyak organisasi yang memusatkan usahanya pada pada satu area saja, yaitu mengaplikasikan manajemen pengetahuan melalui teknologi saja. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan melalui pendekatan stok dan alur pengetahuan yang merupakan karakteristik dari manajemen pengetahuan. Stok dan alur pengetahuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Stok pengetahan (knowledge) adalah sesuatu yang telah diketahui yang dapat berupa database atau perpustakaan, organisasi/institusi, tersebar diseluruh organisasi/institusi dalam berbagai kantor, filling cabinets, rak buku (bookshelves), dan sebagainya atau di pikiran karyawan. 2. Alur knowledge, agar knowledge dapat bermanfaat, agar dapat menjamin, bahwa knowledge yang ada di manapun dalam organisasi/institusi dapat tersedia di manapun apabila diperlukan, sangat penting untuk menjamin apakah knowledge yang ada dalam organisasi/institusi mampu untuk menyebar ke manapun dalam organisasi. Kedua pendekatan tersebut diperlukan untuk membangun knowledge sharing dan learning organization dalam organisasi tersebut. Istilah organisasi yang selal belajar (learning organization) dimaksudkan sebagai kemampuan organisasi untuk belajar dari pengalaman di masa lalu (Dibell, 1995). 24 Sebelum organisasi dapat meningkatkan kemampuannya tersebut, harus belajar. Untuk dapat meningkatkan learning organization, maka organisasi tersebut harus menanggulangi 3 isu penting / kritis, yaitu : 1. Arti (menentukan visi learning organization itu nantinya). 2. Pengelolaan (menentukan bagaiman organisasi tersebut bekerja). 3. Ukuran (mengkaji arah dan tingkat belajar (learning)). Kegiatan manajemen pengetahuan dilaksanakan dengan memadukan teknologi, struktur organisasi dan kognisi yang berbasis strategi untuk meningkatkan hasil pengetahuan yang ada dan menghasilkan pengetahuan yang baru. Masalah kritikal dalam upaya ini adalah perluasan sistem kognitif (organisasi, manusia, computer, atau perpaduan sistem manusia-komputer dalam organisasi) guna memperoleh, mengumpul, menyimpan dan menggunakan pengetahuan dalam pembelajaran, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.(Elfianto ; 2011 : 21) Secara konseptual, manajemen pengetahuan dapat didekati minimal dari tiga arah yang berbeda yartu menekankan pada intelijensi organisasi, pengembangan organisasi, dan proses pengolahan informasi (Toumi, 1999:21 dalam Akib: 2003). Pengetahuan berbasis web pendekatannya lebih mengarah kepada proses pengolahan informasi yang sebagian besar di antaranya diarahkan pada pelaksanaan tugas dengan menggunakan sistem informasi, kemudian difokuskan pada teknologi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara anggota organisasi dan saling berbagi informasi melalui komputer.(Elfianto ; 2011 : 22) 25 Tabel II.1. Knowledge Management Taxonomy Discipline Focus Research Tradition Organizational Perception Competitif Inteligence Inteligence Sensemaking Organizational Cognition Memory Organizational Memory Learning - Organization Learning - Knowledge Creation - Transfer of Expertise and Innovation Organizational Management of Development Knowledge Assets - Economies of Knowledge – Skill Management - Creativity - Innovation - Development Work Research Knowledge-base - Business Strategy Competitif - Organization Design Process - Business Strategy Development - Total Quality Management Organizational Organizational - Information Flows Information Communication - Informal Communication Processing Networks - Workflow Automation Infoemation Sharing - Collaborative System - Enterprise Modelling 26 - Data Representation - Knowledge Representation Information - Management Information System processing - Excecutive Information System - Decision Support System - Information Refineries - Data Mining (Sumber : Elfianto ; 2011 : 22-23) II.5. Adobe Dreamweaver CS6 Adobe Dreamweaver CS6 adalah versi terbaru dari Adobe Dreamweaver yang merupakan bagian dari Adobe Creative Suite 6. Adobe Dreamweaver sendiri merupakan aplikasi yang digunakan sebagai HTML editor profesional untuk mendesain web secara visual. Aplikasi ini juga bisa dikenal dengan istilah WYSIWYG (What You See Is What You Get), yang intinya adalah tidak harus berurusan dengan tag-tag HTML untuk membuat sebuah site dan dapat melihat hasil desainnya secara langsung.(Madcoms Madiun ; 2013 : 2) Dengan kemampuan fasilitas yang optimal dalam jendela desain akan memberikan kemudahan untuk mendesain web meskipun untuk para web desainer pemula sekalipun. Kemampuan Adobe Dreamweaver untuk berinteraksi, dan yang lainnya juga memberikan fasilitas maksimal kepada desainer web dengan menyertakan bahasa pemrograman di dalamnya.(Madcoms Madiun ; 2013 : 2) 27 II.6. PHP PHP adalah singkatan dari PersonalHome Page yang merupakan bahasa standar yang digunakan dalam dunia website. PHP adalah bahasa pemrograman yang berbentuk script yang diletakkan didalam web server. PHP dapat diartikan sebagai Hypertext Preeprocessor. Ini merupakan bahasa yang hanya dapat berjalan pada server yang hasilnya dapat ditampilkan pada klien. Interpreter PHP dalam mengeksekusi kode PHP pada sisi server disebut serverside, berbeda dengan mesin maya Java yang mengeksekusi program pada sisi klien atau clientserver.(Peranginangin ; 2006 : 2) II.7. MySQL MySQL adalah sebuah implementasi dari sistem manajemen basisdata relasional (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License). Setiap pengguna dapat secara bebas menggunakan MySQL, namun dengan batasan perangkat lunak tersebut tidak boleh dijadikan produk turunan yang bersifat komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam basisdata yang telah ada sebelumnya; SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian basisdata, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis. (Herny Februariyanti & Eri Zuliarso ; 2012 : 128) Kehandalan suatu sistem basisdata (DBMS) dapat diketahui dari cara kerja pengoptimasi-nya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL yang dibuat oleh pengguna maupun program-program aplikasi yang memanfaatkannya. 28 Sebagai peladen basis data, MySQL mendukung operasi basisdata transaksional maupun operasi basisdata nontransaksional. Pada modus operasi nontransaksional, MySQL dapat dikatakan unggul dalam hal unjuk kerja dibandingkan perangkat lunak peladen basisdata kompetitor lainnya.(Herny Februariyanti & Eri Zuliarso ; 2012 : 129) II.8. UML (Unified Modelling Language) UML (Unified Modelling Language) adalah sebuah "bahasa" yg telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model sebuah system.(Dharwiyanti ; 2003) UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik, skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem software. Notasi standar yang disediakan UML bisa digunakan sebagai alat komunikasi bagi para pelaku dalam proses analisis yaitu, diagram use case, diagram sequence, dan diagram class. Dengan menggunakan UML dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti perangkat lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti perangkat keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya, maka UML cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa pemrograman yang berorientasi objek.(I Ketut Ari Wiwekananda ; 2012) 29 II.8.1. Use Case Diagram Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara actor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya. Seorang/sebuah actor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan system untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua feature yang ada pada sistem. Sebuah use case dapat meng-include fungsionalitas use case lain sebagai bagian dari proses dalam dirinya. Secara umum diasumsikan bahwa use case yang di-include akan dipanggil setiap kali use case yang meng-include dieksekusi secara normal.(Dharwiyanti ; 2003) Get Data Process Jurnal Create Jurnal View Jurnal Actor Posted Jurnal Save Jurnal Gambar II.3. Contoh Use Case Diagram (Sumber : I Ketut Ari Wiwekananda ; 2012) 30 II.8.2. Activity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum.(Dharwiyanti ; 2003) Admin Isi Parameter Jurnal Sistem Cek Data Jurnal Invalid Valid Tampil Jurnal Pilih Posted Jurnal Proses Posting Jurnal Gambar II.4. Contoh Activity Diagram (Sumber : I Ketut Ari Wiwekananda ; 2012) 31 II.8.3. Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya.(Dharwiyanti ; 2003) Admin Form Session Entity Tampilkan Form Search Inputkan Parameter Jurnal Cari Jurnal Tampilkan Jurnal Ambil Data 32 Pilih Posted Jurnal Proses Penyimpanan Simpan Jurnal Gambar II.5. Contoh Sequence diagram (Sumber : I Ketut Ari Wiwekananda ; 2012) II.9. Normalisasi Menurut Whitehorn (2003:212) normalisasi merupakan suatu proses yang memudahkan desain struktur table secara benar sehingga query yang tak dapat ditanyakan tidak muncul. Disamping itu, normalisasi cenderung meminimumkan duplikasi data di dalam suatu basis data. Ini memiliki keunggulan dalam mengurangi ruang simpan yang dibutuhkan maupun mempercepat query.(Yanti Efendy ; 2012 : 258) II.9.1. Bentuk-Bentuk Normalisasi 1. Bentuk Normal Pertama Bentuk normal yang pertama atau 1NF mensyaratkan beberapa kondisi dalam sebuah database, berikut adalah fungsi dari bentuk normal pertama adalah sebagai berikut: a. Menghilangkan duplikasi kolom dari tabel yang sama. 33 b. Buat tabel terpisah untuk masing-masing kelompok data terkait dan mengidentifikasi setiap baris dengan kolom yang unik (primary key). 2. Bentuk Normal Kedua Syarat untuk menerapkan normalisasi bentuk kedua ini adalah data telah dibentuk dalam 1NF, berikut adalah beberapa fungsi normalisasi 2NF adalah sebagai berikut: a. Menghapus beberapa subset data yang ada pada tabel dan menempatkan mereka pada tabel terpisah. b. Menciptakan hubungan antara tabel baru dan tabel lama dengan menciptakan foreign key. c. Tidak ada atribut dalam tabel yang secara fungsional bergantung pada candidate key tabel tersebut. 3. Bentuk Normal Ketiga Normalisasi database dalam bentuk 3NF bertujuan untuk menghilangkan seluruh atribut atau field yang tidak berhubungan dengan primary key. Dengan demikian tidak ada ketergantungan transitif pada setiap kandidat key, syarat dari bentuk normal ketiga atau 3NF adalah sebagai berikut: a. Memenuhi semua persyaratan dari bentuk normal kedua. b. Menghapus kolom yang tidak tergantung pada primary key.