HUBUNGAN GRAVIDA DAN USIA DENGAN KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Disusun oleh: YENI AISAH 030216A200 PRODI DIV KEBIDANAN TRANSFER FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 2 HUBUNGAN GRAVIDA DAN USIA DENGAN KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Yeni Aisah1, Auly Tarmali2, Heni Setyowati3 Program Studi DIV Kebidanan1, Program Studi Kesehatan Masyarakat2, Program Studi DIV Kebidanan3, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo Email : [email protected] ABSTRAK Pada ibu hamil terutama trimester I sering timbul gejala mual muntah atau yang disebut emesis gravidarum. Menurut World Health Organization ( WHO ), Jumlah kejadian emesis Gravidarum mencapai 12,5 % dari seluruh jumlah kehamilan di dunia. Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Pengawasan hamil dapat diketahui berbagai komplikasi hamil sehingga segera diatasi. Keadaan yang tidak dapat dirujuk ke tempat yang lebih lengkap peralatannya sehingga mendapat perawatan yang optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan gravida dan usia dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Desain penelitian deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 38 responden. Tehnik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data sekunder dan di analisis menggunakan uji Chi Square. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara gravida (p-value0,035) dan usia pvalue0,037) dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara gravida dan usia dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Pentingnya memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). asuhan dan pandangan tentang emesis gravidarum, agar ibu bisa menangani emesis gravidarum dengan mandiri. Kata Kunci: Gravida, Usia, Kejadian Emesis Gravidarum Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 1 ABSTRACT On 1st trimester pregnant woman, nausea and vomiting often appear that is called emesis gravidarum. According to World Health Organization (WHO), the number of emesis gravidarum accident is up to 12.5% from the total pregnancy woman in the world.Antenatal check has important role in raising the mental and physical health in facing the problem that might be occurred so it can be helped immediately. An insurmountable situation must be brought to the adequate place so can get optimum care. The purpose of this research is to know the correlation between Gravida and age toward Emesis Gravidarum Incident on 1st Trimester Pregnant Woman at Puskesmas Sumowono Semarang Regency. This research used descriptive correlation. Population of this research were all of pregnant woman in Puskesmas Sumowono Semarang Regency, as many as 38 respondents. The sampling technique used total sampling technique. Type of data collection in this research is secondary data questionnaire and chi-square in analyzing data. The result research there is correlation between gravida (p-value0,035) and age (pvalue0,037) towardemesis gravidarum incident on 1st trimester pregnant woman at Puskesmas Sumowono Semarang Regency. Conclusion of this research there is significant correlation between age toward emesis gravidarum incident on 1st trimester pregnant woman at Puskesmas Sumowono Semarang Regency. The importance of communication information and education, caring and point of view about emesis gravidarum handle emeis gravidarum independently. Keywords : Gravida, Age, Emesis Gravidarum Incident PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu ( AKI ) dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan dari sistem pelayanan kesehatan di suatu negara. AKI adalah indikator dibidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Penyebab hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO,2012). Beberapa komplikasi yang masih sering terjadi pada kehamilan adalah hiperemesis gravidarum, namun sekarang hiperemesis gravidarum tidak lagi menjadi penyebab mortalitas ibu, tetapi hiperemesis masih menjadi penyebab morbiditas ibu yang signifikan. Hiperemesis Gravidarumterjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan diSwedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki, di Amerika Serikat, prevalensi Hiperemesis Gravidarumadalah 0,5-2% (Winkjosastro,2009). Literature juga menyebutkan bahwa perban dingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 2:1000 kehamilan (Sofian,2011). Penanganan yang kurang tepat pada hiperemesis gravidarum akan menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin, seperti ibu akan dehidrasi, kekurangan asupan nutrisi. Hal ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 2 tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang serta terjadi perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah (Setiawan,2007). Pada ibu hamil, terutama pada trimester I sering timbul gejala mual muntah atau yang disebut emesis gravidarum. Menurut World Health Organization ( WHO ), Jumlah kejadian emesis Gravidarum mencapai 12,5 % dari seluruh jumlah kehamilan di dunia(Nugraha,2007). Hampir 50% – 90% dari wanita hamil mengalami mual pada trimester pertama. Mual dan muntah (emesis gravidarum) terjadi pada 60% -80% primi gravida dan 40% -60% pada multi gravida (Prawirohardjo,2009). Hasil penelitian dari Stoppard (2007) menemukan bahwa wanita dengan usia yang lebih tua semakin cenderung mengalami keluhan mual muntah, sedangkan penelitian dari Yunia Mariati (2012) menemukan wanita-wanita muda lebih cenderung mengalami morning sickness. Pada usia lebih tua juga cenderung lebih menderita mual muntah. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu, kurang makan, pola makan yang buruk, kurang tidur atau istirahat, dan stress dapat memper buruk rasa mual (Rose & Neil, 2006). Tingkat pengetahuan mengenai mual dan muntah dapat menentukan sikap seseorang dalam menangani mual dan muntah selama kehamilan. Tingkat pengetahuan yang kurang mengakibatkan wanita hamil cemas karena mereka tidak tahu cara mengatasinya (Hidayati,2009). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Pengawasan hamil dapat diketahui berbagai komplikasi hamil sehingga segera diatasi. Keadaan yang tidak dapat dirujuk ke tempat yang lebih lengkap peralatannya sehingga mendapat perawatan yang optimal (Manuaba,2007). Berdasarkan data buku register PONED di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang, angka kejadian ibu yang mengalami Hiperemesis gravidarum pada tahun 2016 terdapat 12 orang ibu hamil.Satu ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum tingkat I (ringan), dengan gejala mual muntah terus menerus dan 1 Ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum tingkat II (sedang) dengan gejala penderita lebih lemah dan apatis. Hiperemesis gravidarum tingkat I dan tingkat II perawatan dilakukan di Puskesmas. Berdasarkan Uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul “Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang”. Penelitian ini bermanfaat bagi Masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan dan mampu memberikan motivasi pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dalam mencegah terjadinya komplikasi kehamilan yang diakibatkan oleh emesis gravidarum, seperti hiperemesis gravidarum. Bagi Peneliti Penerapan dari perkuliahan yang telah didapat di kampus serta mendapatkan informasi yang jelas mengenai hubungan gravida dan usia dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan bagi mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo jurusan Kebidanan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kepustakaan. Bagi Tenaga Kesehatan Untuk lebih meningkatkan manajemen asuhan dalam menangani ibu-ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum maka hasil penelitian ini dapat dijadikan Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 3 sebagai bahan masukkan bagi pihak Puskesmas. gravida dan usia terhadap kejadian emesis gravidarum. METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi, yaitu penelitian yang menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainya (Notoadmojo,2010). Pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point to approach), Artinya setiap subjek penelitian hanya diteliti sekali saja dan pengukuran dilakukan terhada p status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Pengumpulan data ini dilaksanakan selama 1 hari pada tanggal 12 Agustus 2017. Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan diri di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang pada bulan Juni-Juli yang tercatat didalam buku register ANC Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang, jumlah populasi sebanyak 38 ibu hamil. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 38 sampel Tekhnik pengambilan sampel kasus menggunakan teknik Total Sampling, karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Data dicatat dalam format yang telah dibuat sesuai dengan keperluan penelitian. Jenis pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu diambil dari register kunjungan ANC di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa bivariat menggunakan Chi-Square. Analisa univariat dilakukan untuk melihat gravida, usia, dan kejadian emesis gravidarum. Chi-Square test digunakan untuk melihat hubungan HASIL 1. Analisis Univariat Hasil analisis Univariat untuk menghitung distribusi frekuensi variabel responden mencakup gravida, usia, dan kejadian Emesis Gravidarum dapat diuraikan sebagai berikut a. Gambaran gravida dan usia ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gravida dan Usia pada Ibu Hamil Trimester I Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Variabel Frekuensi Persentase (%) Gravida Primigravida Multigravida 18 20 47,4 52,6 Usia Beresiko (<20 dan >35 th) Tidak Beresiko (20-35 th) 15 23 39,5 60,5 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 38 responden hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang lebih banyak terdapat ibu multigravida yaitu sebesar 52,6% (20 orang), serta terdapat lebih banyak ibu hamil yang berusia tidak beresiko (20-35 tahun), yaitu sebesar 60,5% (23 orang) di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 4 b. Kejadian Emesis Gravidarum Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang Kejadian Emesis Gravidarum Emesis Gravidarum Tidak Emesis Gravidarum Jumlah Frekuensi Persentase (%) 24 63,2 14 36,8 38 100,0 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 38 responden hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang, sebagian besar mengalami kejadian emesis gravidarum, yaitu sejumlah 24 orang (63,2%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum Tabel 3 Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang Variabel Gravida Primigravida Multigravida Usia Beresiko Tidak Beresiko Kejadian Emesis Gravidarum Emesis Tidak Emesis Total Gravidarum Gravidarum f % f % f % p-value OR 15 9 83,3 45,0 3 11 16,7 55,0 18 20 100 100 0,035 6,11 13 11 86,7 47,8 2 12 13,3 52.2 15 23 100 100 0,037 7,09 Hasil pada tabel 3 menunjukan ibu primigravida dan yang dan mengalami kejadian emesis gravidarum sebesar 83,3% (15 orang) lebih tinggi dari ibu yang multigravida dan mengalami kejadian emesis gravidarum yaitu sebesar 45,0% (9 orang). Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan secara signifikan gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang dan pada ibu yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan pekerjaan dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang, serta ibu yang usia beresiko (< 20 tahun dan > 35 tahun) dan mengalami kejadian emesis gravidarum sebesar 86,7% (13 orang) lebih tinggi dari ibu dengan usia tidak beresiko (20-35 tahun) dan mengalami kejadian emesis gravidarum sebesar 47,8 % (11 orang ) dan Hasil analisis bivariat bahwa ada hubungan secara signifikan usia dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 5 PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Gambaran Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan multigravida yaitu sebesar 52,5% (20 orang) dapat di lihat dari data responden penelitian ibu hamil trimester 1 di Puskesmas Sumowono hampir sebagian besar merupakan kehamilan yang kedua, hanya beberapa ibu hamil yang menjadi responden hamil >2 kali. Peneliti berasumsi masyarakat di sana banyak yang menggunakan alat kontrasepsi sehingga mereka mempunyai anak 2-3 saja. Selain itu dapat kita lihat dari dari dukungan suami yang tinggi agar mempunyai anak lebih dari 1 hal ini dapat kita lihat dari asumsi responden bahwa banyak anak banyak rezeki. 2. Gambaran Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil penelitian didapatkan usia responden terbanyak adalah responden yang berusia 20 – 35 tahun yaitu sebesar 60,5% (23 ibu hamil) serta responden yang berusia < 20 dan >35 tahun (berisiko) sebesar 39,5% (15 ibu hamil), Hal ini berarti sebagian besar responden berada pada usia reproduksi yang sehat dan aman (tidak berisiko) yaitu 20 – 35 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan usia produktif. Pada usia reproduksi sehat sebagian besar wanita dapat menjalani masa kehamilan, persalinan, dan nifas dalam kondisi yang optimal sehingga ibu dan bayinya sehat (Irawan, 2009). Usia 20 – 35 tahun alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal sehingga akan mengurangi berbagai risiko ketika hamil (Gunawan, 2010). 3. Gambaran Kejadian Emesis Gravidarum pada ibu hamil Trimester I di Pusekesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 responden hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang, sebagian besar mengalami kejadian emesis gravidarum, yaitu sebesar 63,2% (24 orang ibu hamil). Emesis gravidarum adalah gejala mual, pusing dan muntah yang biasanya terjadi pada awal kehamilan. Gejala ini umumnya terjadi di pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Emesis gravidarum selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam system endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar HCG (human chorionic gonadotropin), khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tertingginya. HCGsama dengan LH (luteinizing hormone) dan sekresikan oleh sel-sel trofoblas korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta.HCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari sekitar 3 minggu gestasi (yaitu 1 minggu setelah fertilisasi), suatu fakta yang menjadi dasar uji kehamilan. Teori bahwa rasa mual di masa kehamilan mungkin merupakan cara alamiah untuk melindungi janin dengan mencegah ibu untuk tidak memakan makanan yang berbahaya juga telah diajukan, dengan wanita menjadi merasa mual saat melihat, mencium atau merasakan makanan yang dimungkin berpotensi Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 6 mempengaruhi janin, dan jika makanan yang dimakan menyebabkan wanita muntah agar makanan dikeluarkan. Wanita yang memiliki kadar HCG dibawah rentang normal lebih sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran, kelahiran premature atau retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR) (Woolfson, 2004). Berdasarkan Jurnal Ners LENTERA (2015), penelitian yang dilakukan oleh Mattawan, J., Vorapong, P. (2007) tentang “Acupressure and vitamin B6 to relieve nausea and vomiting in pregnancy”di Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University Bangkok, Thailand yaitu dengan memberikan gelang akupresur untuk digunakan di titik P6 serta terapi oral yang identik dengan vitamin B6 50 mg. Hasil penelitian pada ini menunjukkan terapi akupresur tidak lebih efektif dibandingkan dengan vitamin B6 dalam mengurangi mual dan muntah pada perempuan di trimester pertama kehamilan. Penelitian yang dilakukan olehCan Gu¨rkan Ozlem, Arslan Hediye ( 2007) tentang “Effect of acupressure on nausea and vomiting during pregnancy”di poliklinik antenatal Maternity dan Rumah Sakit Anak di Istanbul, kelompok ibu hamil dengan intervensi dikenakan gelang akupresur ke titik P6, kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi ibu dan kelompok ibu hamil yang diberikan intervensi dengan placebo. Hasil dari penelitian menjelaskan intervensi akupresur lebih efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah dibandingkan dengan intervensi pada kelompok plasebo dan kelompok kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Heazell Alexander, Thorneycroft Joy, Walton Victoria, Etherington Ian ( 2005) tentang “Acupressure for the in-patient treatment of nausea and vomiting in early pregnancy a randomized control trial”di rumah sakit Inggris ibu hamil dengan ibu hamil dengan rawat inap pertama, usia kehamilan antara 5 dan 14 minggu, memerlukan rawat inap, pasien memiliki setidaknya ketonuria 2+ dari urine, ketidakmampuan untuk mentolerir cairan oral, dan membutuhkan obat antiemetic, kelompok perlakuan yang menggunakan gelang akupresur pada responden di titik P6. Jumlah kelompok kontrol ibu hamil Intervensi yang diberikan adalah menggunakan gelang akupresur di punggung lengan bawah. Hasil penelitian pada artikel ini yaitu tidak ada perbedaan antara lama rawat inap, jumlah obat, atau cairan yang dibutuhkan antara akupresur dan kelompok kontrol, meskipun akupresur mengurangi jumlah pasien yang tinggal di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Saberi Farzaneh, Sadat Zohreh, Abdezadeh Masoumeh-Kalahroud, Taebi Mahboobeh (2013) tentang “Acupressure and Ginger to Relieve Nausea and Vomiting in Pregnancy: a Randomized Study”di Iran dengan kelompok perlakuan ibu hamil yang diberikan gelang Sea band elastis dengan kancing yang digunakan untuk menekan pada titik P6 terus menerus kecuali ketika mandi. Ibu hamil diberikan intervensi selama 7 hari, 3 hari awal yang tidak diberi intervensi, 4 hari berikutnya menggunakan gelang akupresur sea band. Kelompok kontrol ibu hamil tidak diberikan intervensi, dan ibu hamil sebagai kelompok placebo diberikan 12 kapsul jahe 250 mg (dengan merek bernama Zintoma Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 7 yang dibuat di Goldaroo manufaktur Pharmaceutical Company) untuk 4 hari ( selama hari ke 4-7 ) dan setiap hari 3 kapsul. Penelitian keempat menunjukan jahe lebih efektif daripada akupresur untuk meringankan gejala mual dan muntah ringan sampai sedang pada ibu hamil. Vutyavanich, et al (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Ginger For Nause and Vomiting in pregnancy: randomized, DoubleMasked, Placebo- Controlled Tiad” menegaskan bahwa jahe lebih hebat dibandingkan dimenhydrinat dalam mengurangi gejala mual muntah. Riset yang dilakukan oleh Vutyavanich dari Universitas Chiang Mai di Thailand membuktikan keefektifan khasiat jahe pada ibu hamil dalam mengatasi mual muntah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi pada kelompok yang diberikan tablet jahe pada umumnya mengalami penurunan mual muntah dibandingkan kelompok yang diberikan tablet placebo. Penelitian yang dilakukan oleh Astriana, Ratna Dewi Putri, dan Herlina Aprilia di Lampung Selatan (2015), “tentang pengaruh lemon inhalasi aromatherapy terhadap mual padakehamilan” Hasil ini menunjukan bahwa frekuensi mual responden ratarata sebelum dan sesudah peemberian lemon inhalasi aromatherapy memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai p yang diperoleh p-value<0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian lemon inhalasi aromatherapy mempunyai pengaruh terhadapmual pada kehamilan. Berdasarkan dari beberapa jurnal di atas dapat di simpulkan bahwa penanganan pada kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil ada beberapa metode seperti memberikan gelang akupresur untuk digunakan di titik P6 terapi oral yang identik dengan vitamin B6 50 mg, akupuntur, pemberian tablet placebo,pemberian lemon inhalasi aromatherapy dan pemberian kapsul jahe. Analisis Bivariat 1. Hubungan Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan gravida dengan kejadian emesis gravidarum (ρ 0,035). Hal ini dapat diketahui bahwa ibu primigravida sebagian besar mengalami emesis gravidarum sebesar 83,3% (15 orang) Sedangkan ibu multigravida sebagian besar tidak mengalami kejadian emesis gravidarum, sebesar 45,0% (9 orang) Kemudian didapat pula nilai odds rasio sebesar 7,93, ini menunjukkan bahwa ibu hamil primigravida beresiko 7,93 kali lebih besar mengalami kejadian emesis gravidarum dibandingkan ibu multigravida. Winkjosastro (2007) menyatakan, bahwa Setiap wanita yang hamil akan mengalami proses penyesuaian tubuh terhadap kehamilan sesuai pada tahap trimester yang sedang dijalani. Trimester pertama merupakan awal trimester yang menimbulkan berbagai respon pada ibu hamil. Respon yang paling berpengaruh pada ibu hamil adalah mual dan muntah atau emesis gravidarum.). Hasil laporan menunjukkan bahwa hampir 50-90% wanita hamil mual muntah terjadi pada trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan). Keadaan ini akan membaik pada usia kehamilan 12-16 minggu. Keadaan ini terjadi pada sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian dapat berlangsung berbulan-bulan. Keluhan Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 8 ini merupakan hal yang fisiologis akan tetapi bila tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilan. (Winknjosastro, 2009). Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormone estrogen dan koreonik gonadothropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormone estrogen dan koreonik gonadothropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan persalinan. Sehingga emesis gravidarum yang dialami primigravida biasanya lebih tinggi dibandingkan multigravida (Prawirohardjo,2007). Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunia Mariantari, Widia Lestari, dan Arneliwati di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru (2014), menerangkan bahwa mengenai hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum, hasil penelitian menunjukkan hubungan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum sebanyak 19 dari 22 orang (86,4%) primigravida yang mengalami emesis gravidarum. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher diperoleh nilai p = 0,028, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara gravida dengan kejadian emesis gravidarum. Hasil analisis lanjut menyatakan bahwa ibu multigravida mempunyai peluang 6,33 kali untuk tidak mengalami emesis gravidarum dibandingkan ibu primigravida. Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh nurfitri di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya (2014), menerangkan bahwa mengenai hubungan paritas dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil diketahui bahwa ibu dengan primipara mayoritas mengalami emesis gravidarum yaitu 9 orang (64,3%), ibu dengan multipara mayoritas tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 19 orang (86,4%), sedangkan ibu dengan grandepara mayoritas tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 5 orang (83,3%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value 0,004< α 0,05 (df 2) dengan demikian Ho ditolak, artinya hipotesis “Terdapat hubungan paritas dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya tahun 2014” dapat diterima secara statistik. 2. Hubungan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan usia dengan kejadian emesis gravidarum (ρ 0,037). Usia ibu <20 dan >35 tahun lebih banyak mengalami emesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20 – 35 tahun. Hal ini ditunjukkan dari 15 orang ibu berusia <20 dan >35 tahun sebesar 86,7% (13 orang) yang mengalami emesis gravidarum sedangkan 13,3% (2 orang) lainnya tidak mengalami emesis gravidarum. Emesis Gravidarum dibawah umur 20 tahun lebih disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu yang menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 9 iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah (Yunita, 2005). Emesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah (Yunita, 2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wadud, MA (2012) dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian emesis gravidarum dengan hasil perhitungan Umur (ρ-value 0,027). Penelitian oleh Razak (2010) di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian emesis gravidarum dimana umur ibu dengan risiko tinggi (<20 dan >35 tahun) sebanyak 73,68% sedangkan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil dengan umur 20-30 tahun sebanyak 26,3%. Kehamilan adalah waktu penolakan fisik dan psikologik yang dahsyat, stress dapat memperberat mual dan muntah yang diinduksin secara hormonal yang dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan pertumbuhan janin. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah usia 20-30 tahun, pada usia kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa dan pada usia lebih dari 35 tahun organ kandungan sudah tua sehingga jalan lahir telah kaku dan mudah terjadi komplikasi (Cuningham, 2006). Mual dan muntah terjadi pada umur dibawah 20 tahun disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu sehingga dapat menimbulkan keraguan jasmani, cinta kasih, dan perawatan serta asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Sedangkan mual dan muntah yang terjadi diatas umur 35 tahun disebabkan oleh faktor psikologis, dimana ibu belum siap hamil lagi atau bahkan tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu (Manuaba, 2003). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa ibu hamil yang mempunyai usia yang tidak berisiko (20-35 tahun) juga mengalami emesis gravidarum hal ini bisa disebabkan oleh faktor psikologis seperti kehilangan pekerjaan, kurangnya dukungan suami dan keluarga bisa juga disebabkan karena beban pekerjaan sehingga menyebabkan ibu stres dan akan memicu ibu untuk terkena emesis gravidarum. Faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya emesis gravidarum juga terdiri dari stress, dukungan suami dan keluarga serta faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Prawirohardjo (2010) juga mengemukakan bahwa dalam kehamilan faktor psikologik yng mengakibatkan stres memegang peranan yang penting contohnya Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 10 perceraian, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Prawirohardjo,2010). SIMPULAN 1. Gambaran gravida responden hamil trimester I sebagian besar merupakan ibu multigravida, yaitu sebanyak 20 orang (62,5%). 2. Gambaran usia responden hamil trimester I sebagian besar memiliki usia yang tidak beresiko yaitu sebanyak 23 orang (60,5%). 3. Gambaran kejadian emesis gravidarum responden hamil trimester sebagian besar mengalami kejadian emesis gravidarum, yaitu sebanyak 24 orang (63,2%). 4. Ada hubungan antara gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarangdengan p-value 0,035. 5. Ada hubungan antara usia dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang dengan p-value 0,037. SARAN Masyarakat khususnya ibu hamil dengan emesis gravidarum dan keluarga diharapkan agar dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang emesis gravidarum sehingga ibu-ibu hamil tidak salah dalam mengerti tentang emesis gravidarum dan penanganan yang dilakukan dirumah sesuai dengan anjuran petugas kesehatan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam upaya penanganan emesis gravidarum tersebut. dan dapat mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Puskesmas setempat. Diharapkan setelah mengikuti penyuluhan, ibu mampu mengatasi mual dan muntah dengan penanganan mandiri, dan bagi ibu yang sudah dapat mengatasi secara mandiri, diharapkan dapat mempertahankannya dari masalah di emesis gravidarum. Adapun cara mengatasi kejadian emesis gravidarum seperti tehnik akupresur dan akupuntur, tablet placebo, kapsul jahe atau wedang jahe, dan pemberian lemon inhalasi aromatherapy. Diharapkan dapat meningkatkan hasil penelitiannya dan dapat mengkaji hal-hal yang belum dimunculkan penulis dalam penelitian.Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya dan mendapatkan sampel yang lebih besar serta alat ukur yang lebih sempurna. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan dalam ilmu kebidanan khususnya tentang emesis gravidarum dan dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan untuk dapat menambah pengetahuan. Pentingnya memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil khususnya mengenai kehamilan. Memberikan asuhan dan pandangan tentang emesis gravidarum, agar ibu bisa menangani emesis gravidarum dengan mandiri. DAFTAR PUSTAKA Alexander,H., Joy, T., Victoria, W., Ian, E, Ian. 2005. Acupressure for the in-patient treatment of nausea and vomiting in early pregnancy. American journal of obstetrics and gynecology,194(3), 815-820. Astriani., Putri, D, R., Aprilia, H. 2015. Pengaruh Lemon Inhalasi Aroma Therapy Terhadap Mual Pada Kehamilan di BPS Varia MegaLestari S.SiT. M.Kes. Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 11 Batupuru Kecamatan Natar Kab. Lampung Selatan. Jurnal Kebidanan. VOL 1, NO 3. Cunningham, G. Dkk. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Terjemahan Andry Hartono, Y. Joko Suyono dan Barhm U. Pendit. Jakarta : EGC. Farzaneh, S., Zohreh, s., Kalahroudi, M. A., Mahboobeh, T. 2013. Acupressure and ginger to relieve nausea and vomiting in pregnancy. Iranian Red Crescent Medical Journal, 15(9), 854-61. Gunawan, S. (2010). Mau anak laki-laki atau perempuan bisa diatur. Jakarta: Agromedia Pustaka. Gu¨rkan, O. C., Arslan, H. 2007. Effect of acupressure on nausea and vomiting during pregnancy. Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Juwita, L. (2015). Literature Review Terapi Komplementer Akupresur pada Titik Perikardium 6 dalam Mengatasi Mual dan Muntah pada Kehamilan. Jurnal Ners Lentera. VOL.3, N0 1. Manuaba.( 2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta, EGC Mattawan, J., Vorapong, P. 2007. Acupressure and vitamin B6 to relieve nausea and vomiting in pregnancy. Arch Gynecol Obstetrics journal, 276 (3), 245249. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugraha (2007). Resiko kehamilan. Jakarta. Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rose, W., & Neil. 2006. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan : Jakarta: Dian Rakyat. Sofian. (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Stoppard (2007), Buku Pintar Kehamilan Minggu-Perminggu. Jakarta : Pt.Mitra Media. Woolfson, J (2004). Seri Asuhan Kebidanan Mual Dan Muntah Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran : EGC Wiknjosastro,H.(2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yunita (2005) Hubungan Umur dan Gravida terhadap Hiperemesis Gravidarum pada Ibu hamil di ruang Camar RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2010. http://ejournal.puskesmas.teras.ac. id/index.php.JJPE/article/view file/1893/1645. (di akses tanggal 25 mei 2017). Hubungan Gravida dan Usia dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang | 12