PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

advertisement
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
(GI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 4 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
๐ƒ๐ž๐ฌ๐ข ๐ƒ๐ฐ๐ข ๐€๐ฌ๐ญ๐ฎ๐ญ๐ข๐Ÿ , ๐’๐ฎ๐ค๐š๐ฌ๐ง๐จ๐Ÿ , ๐€๐ฌ ๐„๐ฅ๐ฅ๐ฒ ๐’ ๐Ÿ‘
STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email : [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau”.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe
Group Investigation secara signifikan tuntas?. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar setelah diterapkan model kooperatif tipe Group
Investigation pada pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 4
Lubuklinggau. Jenis penelitiannya berbentuk eksperimen semu. Populasinya
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau berjumlah 217 siswa dan
sebagai sampel kelas VIII.F berjumlah 31 siswa. Pengumpulan data dilakukan
teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil
analisis uji-t pada taraf signifikan ๏ก ๏€ฝ 0,05 , diperoleh ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” (5,45) >
๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ (1,69). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation secara signifikan tuntas. Nilai
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 83,23 dan persentase jumlah siswa yang
tuntas mencapai 87,09%.
Kata Kunci: Group Investigation (GI), Hasil belajar, Cooperative learning.
PENDAHULUAN
Pendidikan bagi bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntunan pembangunan secara tahap
demi tahap. Pendidikan juga sebagai pilar utama terhadap pengembangan manusia
dan masyarakat suatu bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat,
kualitas kehidupan bangsa juga meningkat. Di dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran guru di tuntut untuk dapat mempermudah siswa belajar bukan
mempermudah guru dalam mengajar. Hamalik (2010:45) menyatakan dalam
kegiatan belajar-mengajar, guru dianggap yang paling berkuasa dan murid selalu
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
bertindak sebagai penerima. Suasana yang demikian membuat siswa pasif, dan
membosankan dalam pembelajaran sehingga siswa malas belajar. Sikap siswa
yang pasif tersebut akan mempengaruhi pemahaman mata pelajaran disekolah
termasuk pemahaman terhadap mata pelajaran matematika.
Cockrof
(dalam
Abdurrahman,
2012:204)
mengemukakan
bahwa
matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam
segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilam
matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat,
dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara;
(5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan
dan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang. Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada
siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, matematika menjadi salah satu mata pelajaran penting yang harus
diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang
pendidikan tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2012:206) ada
empat pendekatan yang paling berpengaruh dalam pembelajaran matematika, (1)
urutan belajar yang bersifat perkembangan, (2) belajar tuntas, (3) strategi belajar,
(4) pemecahan masalah. Salah satu pendekatan yang berpengaruh
dalam
pembelajaran matematika adalah belajar tuntas. Ini menandakan bahwa belajar
tuntas merupakan salah satu pendekatan yang sangat penting untuk meningkatkan
hasil belajar dalam pembelajaran matematika.
Namun
kenyataan
dilapangan
menunjukkan
bahwa
hasil
belajar
matematika siswa SMP masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi peneliti di SMP Negeri 4 Lubuklinggau diperoleh data bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau masih rendah.
Nilai rata-rata ulangan harian matematika sebesar 60,67 sedangkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pada sekolah tersebut yaitu 75. Dari
jumlah siswa kelas VIII sebanyak 217 siswa, jumlah siswa yang tuntas hanya 93
orang atau (42,85%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 124 orang atau
(57,14%).
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar matematika di
kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau menggunakan metode ceramah. Metode
yang digunakan guru tersebut cenderung kurang membangkitkan semangat siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan siswa akan memperoleh
pengetahuan yang sifatnya hafalan, mudah dilupakan serta aktivitasnya dalam
pembelajaran rendah. Hal ini terlihat dalam pembelajaran, siswa kurang berani
menjawab maupun mengajukan pertanyaan kepada guru, tampak saat guru
memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang berani untuk menjawab dan
ketika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, sebagian besar
siswa cenderung diam. Serta pada saat latihan soal, sebagian siswa malas
mengerjakan sendiri, mereka hanya menyalin jawaban siswa yang bisa tanpa
memahaminya. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika cenderung rendah.
Mencermati fakta di atas, diperlukan suatu cara untuk dapat mengubah
suasana pembelajaran siswa kearah yang memungkinkan siswa aktif dalam belajar
dan meningkatkan hasil belajar matematika. Salah satu model pembelajaran yang
mengarah siswa aktif dalam belajar adalah model kooperatif. Menurut Kauchak
(dalam Trianto, 2009:58), pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama dan siswa akan mengembangkan keterampilan
berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi
kehidupan di luar sekolah.
Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan diatas yaitu Group Investigation. Menurut Hamzah (2014:277)
Group investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum
dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan
kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Metode
pembelajaran Group Investigation merupakan metode pembelajaran berkelompok
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi pelajaran dan siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (Trianto, 2009:79).
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Apakah hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau setelah diterapkan
model
kooperatif tipe Group Investigation secara signifikan tuntas?หฎ
LANDASAN TEORI
Menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara sederhana Anthony Robbins (dalam Trianto, 2009:15)
mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu
(pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jerome Brunner (dalam Trianto,
2009:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan
yang sudah dimilikinya.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009:5). Sedangkan menurut
Hamalik (2010:30) hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspekaspek yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresesi,
emosional, hubungan social, jasmani, etis dan sikap.
Menurut Scot (dalam Hamzah, 2014:159) pembelajaran koopratif
merupakan suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang
memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen. Sedangkan Djajadisastra mendifinisikan pemebalajaraan kooperatif
adalah metode kerja kelompok atau lazimnya metode gotong royong yang
merupakan suatu metode mengajar di mana siswa disusun dalam kelompokkelompokpada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal atau tugastugas
(Hamzah,
2014:160).
Tujuan
pembelajaran
kooperatif
adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok, Jhonson (dalam
Trianto, 2009:57). Sedangkan menurut Suprijono tujuan pembelajaran kooperatif
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keberagaman dan pengembangan keterampilan sosial.
Menurut Suyatno (2009:56) model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok
kecil dimana siswa bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan, proyek,
dan diskusi kelompok dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka
kedepan kelas. Menurut Slavin (2005:218), dalam Group Investigation, para siswa
bekerja melalui enam tahap yaitu: a) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa
ke dalam kelompok, b) Merencanakan tugas yang akan dipelajari, c)
Melaksanakan investigasi, d) Menyiapkan laporan akhir, e) Mempresentasikan
laporan akhir, f) Evaluasi.
Adapun langkah-langkah model group investigation, yaitu: (1) Siswa
dibentuk menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-6 orang secara
heterogen, (2) Siswa diberi penjelasan maksud dari pembelajaran dan tugas-tugas
siswa di dalam kelompoknya, (3) Ketua kelompok mengklarifikasikan topik
permasalahan yang akan dibahas, dengan topik permasalahan yang berbeda untuk
setiap kelompok, (4) Setiap anggota kelompok dibebaskan untuk menggali dan
mengungkapkan pendapat sebanyak-banyaknya berkaitan dengan strategi
pemecahan masalah yang dihadapi melalui penyelidikan, (5) Setiap kelompok
membuat kesimpulan dari hasil investigasi yang telah dilaksanakan, (6) Siswa
bersama kelompoknya mempresentasikan hasil investigasinya, sedangkan
kelompok lain tetap mengikuti.
Model pembelajaran Group Investigation sebagai salah satu alternatif yang
dipakai dalam penyampaian materi pembelajaran selama proses belajar mengajar
juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Anggraini (2010:9)
menyatakan adapun kelebihan model pembelajaran Group Investigation yaitu (1)
Dengan model
pembelajaran
investigasi
kelompok siswa bebas
untuk
mengeluarkan pendapatnya, kalau ada yang bingung mereka bisa bertanya dengan
ketua kelompok yang memang lebih pandai, (2) Guru tidak repot untuk
menjelaskan materi, sebab semuanya mereka temukan sendiri, jika ada yang
bertanya guru tidak langsung memberi tahu tapi dengan cara menggali informasi
dari siswa, (3) Siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbesar saat tes,
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
karena mereka bangga apabila dipilih ketua kelompok. Ini berarti memotivasi
siswa untuk belajar lebih giat, (4) Mengajarkan siswa supaya berani tampil di
depan kelas dan berbicara di depan kelas. Sedangkan kelemahan model
pembelajaran Group Investigation yaitu (1) Kadang pembentukan kelompok
anggotanya tidak berubah, anggota-anggotanya orang yang sama sehingga tidak
memberi kesempatan dengan siswa lain untuk bergabung, (2) Ketua kelompok
yang terpilih merasa terbebani sebab dia merasa penyelesaian itu merupakan
tanggung jawab.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen semu. Eksperimen semu yaitu eksperimen yang tidak sebenarnya,
karena eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan
tertentu (Arikunto, 2010:123)
Adapun desain eksperimen yang digunakan berbentuk Pre-test and Post
Test Group (Arikunto, 2010:124) yang dapat digambarkan sebagi berikut:
O1
X
O2
Keterangan:
a.
O1 = Pre-test
b.
X
= Pembelajaran dengan model Group Investigation (GI).
O2 = Post-test
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Proses pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik random atau acak dengan cara pengundian. Dari 7 kelas terpilih
satu kelas yaitu kelas VIII.F yang berjumlah 31 siswa.
Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.
Tes yang diberikan sebanyak tujuh soal berbentuk essay dengan materi relasi dan
fungsi. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (post-test) materi yang diajarkan. Tes awal diberikan sebelum
proses model pembelajaran Group Investigation, dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Tes akhir dilakukan setelah proses pembelajaran
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa
setelah setelah diberikan model pembelajaran Group Investigation (GI).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016, dengan materi relasi dan fungsi. Dalam
pelaksanaannya, peneliti melakukan lima 5 kali pertemuan yaitu dengan rincian
satu kali pemberian pre-test, tiga kali pembelajaran dengan model pembelajaran
group investigation dan satu kali pemberian post-test.
Pelaksanaan pre-test ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran group
investigation dengan materi relasi dan fungsi. Berdasarkan hasil perhitungan data
pre-test dapat dilihat nilai rata-rata siswa sebesar 19,19 dengan simpangan baku
9,00. Dari 31 siswa di kelas VIII.F nilai tertinggi adalah 40 dan terendah 0,
dengan demikian belum ada siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang sudah ditentukan sebesar 75.
Post-test dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI) pada materi relasi dan fungsi. Berdasarkan hasil perhitungan
data post-test diketahui nilai rata-rata siswa pada post-test sebesar 83,23 dengan
simpangan baku 8,45 dan nilai tertinggi adalah 100 sedangkan nilai terendah
adalah 63. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa
setelah penerapan model kooperatif tipe Group Investigation sudah tuntas, karena
nilai rata-rata yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 75.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, nilai rata-rata pre-test sebesar
19,19 dan nilai rata-rata post-test sebesar 83,23. Besarnya peningkatan hasil
belajar siswa sebesar 76,94%. Dan besar ketuntasan belajar siswa sebesar 87,09%.
Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata post-test lebih tinggi
dibandingkan nilai rata-rata pre-test.
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” = 5,45. Selanjutnya
๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” dibandingkan dengan nilai ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ pada distribusi t dengan derajat
kebebasan dk = n-1 = 31-1 = 30, ๐›ผ = 0,05 diperoleh ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ = 1,69. Dengan
demikian ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” (5,45) > ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ (1,69), hal ini berarti ๐ป0 ditolak dan ๐ป๐‘Ž diterima.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima
kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah
penerapan model kooperatif tipe Group Investigation pada pembelajaran
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau secara signifikan
tuntas.
Pembahasan
Sebelum penyampaian materi dengan model kooperatif tipe Group
Investigation, peneliti mengadakan pre-test (tes awal). Siswa diberikan perlakuan
dengan model kooperatif tipe Group Investigation sebanyak tiga kali pertemuan.
Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah pengertian relasi dan
fungsi. Dengan jumlah siswa 31 orang yang dibagi menjadi 6 kelompok.
Pada pertemuan pertama, siswa masih belum terbiasa mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation
dikarenakan model pembelajaran tersebut masih bersifat baru bagi siswa sehingga
diperlukan penyesuaian terlebih dahulu. Pada pertemuan pertama ini belum ada
kelompok yang dapat melakukan investigasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat
pada saat diskusi kelompok dan persentasi kelompok, siswa mengalami kesulitan
melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri konsep dari suatu materi yang
sedang dipelajari, hal ini disebabkan karena siswa masih terbiasa menerima materi
pelajaran yang diberikan guru yang harus diingat dan dihafalkan tanpa harus
mengetahui konsep atau tujuan dari suatu materi. Dalam kegiatan kelompok ada
beberapa kelompok yang kurang kompak dalam satu kelompok, sebagian lagi ada
siswa yang mendominasi dan ada siswa yang tidak ikut bekerja dalam diskusi.
Untuk mengatasinya, guru membimbing dan memotivasi siswa agar dapat
bekerjasama melakukan investigasi dalam kelompoknya. Selanjutnya, guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan guna untuk memberikan rangsangan kognitif
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
kepada siswa, lalu siswa diminta untuk berdiskusi. Setelah siswa menemukan
pengetahuannya, guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil investigasi kelompoknya masing-masing, kemudian guru
memperjelas kembali hasil investigasi yang telah dipresentasikan, lalu siswa
diminta untuk menarik kesimpulan dari hasil investigasi yang telah mereka
ketahui mengenai materi relasi dan fungsi. Pada pertemuan ini, keberanian siswa
dalam menjawab pertanyaan perlu ditingkatkan, beberapa siswa masih kurang
berani mengemukakan pendapat atau ide dari hasil kelompok mereka di depan
teman-temannya. Hal ini terlihat pada saat mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, siswa masih takut dan ragu untuk menyajikan hasil dikusi
kelompoknya.
Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran sudah lebih baik dari
pertemuan pertama, siswa mulai menjalankan perannya masing-masing dan siswa
sudah mulai menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe group investigation, hal ini ditunjukkan
dengan kesiapan belajar mereka dan rasa keingintahuan mereka sebelum memulai
pembelajaran, serta dilihat dari cara ketertarikan mereka dalam menginvestigasi
konsep materi menghitung nilai fungsi selama proses pembelajaran. Namun, pada
pertemuan kedua ini ada dua kelompok yang masih belum dapat melakukan
investigasi dengan baik. Hal ini ditunjukkan dalam melaksanakan kerjasama
dengan anggota kelompok keributan dan ketergantungan dari siswa yang lemah
kemampuannya masih terjadi. Akan tetapi, empat kelompok lainnya telah
memahami penerapan model kooperatif tipe group investigation yang dilakukan
selama pembelajaran, sehingga pelaksanaan dari model kooperatif tipe group
investigation sudah mulai berjalan dengan cukup baik.
Sedangkan pada pertemuan ketiga, proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan sangat baik dan siswa semakin menyukai pembelajaran matematika
melalui model kooperatif tipe group investigation dengan materi grafik fungsi.
Hal ini terlihat dari setiap kelompok sudah dapat melakukan investigasi dengan
baik. Masalah-masalah yang terjadi pada petemuan sebelumnya tidak terulang
kembali, sehingga adanya peningkatan siswa untuk belajar dengan menggunakan
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
model kooperatif tipe group investigation serta adanya kerjasama yang baik antara
anggota dalam kelompok masing-masing.
Pada pertemuan akhir siswa diberikan tes akhir (post-test) setelah
diterapkan model pembelajaran Group Investigation (GI). Dari hasil post-test
diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 83,23 dengan simpangan baku 8,45 dan
nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 63. Dengan demikian secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah penerapan
model kooperatif tipe Group Investigation sudah tuntas, karena nilai rata-rata
yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 75.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data tentang penerapan
model kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada pembelajaran matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau dengan materi pokok relasi dan
fungsi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada pembelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 4 Lubuklinggau secara signifikan tuntas. Nilai
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 83,23 dan persentase jumlah siswa yang tuntas
mencapai 87,09%.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anggraini, Lela. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika.
(4):1.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hamzah, Ali. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyatno. 2009.
Pustaka.
Menjelajah
Pembelajaran
Inovatif.
Surabaya:
Buana
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
1
2,3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Download