1 INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI KECAMATAN

advertisement
INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI KECAMATAN
LUBUKLINGGAU UTARA II
Oleh: Dery Arta Lingga1 , Fitria Lestari2 , Destien Atmi Arisandy 3
1
Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, bagian-bagian yang
dimanfaatkan serta cara pengolahan tumbuhan obat di Kecamatan Lubuklinggau Utara II.
Penelitian ini dilaksanakan di enam Kelurahan yang berada di Kecamatan Lubuklinggau
Utara II. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi
tumbuhan. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif yaitu data hasil
wawancara dikelompokkan berdasarkan spesies tumbuhan obat, bagian-bagian yang
dimanfaatkan serta cara pengolahannya yang diketahui oleh masyarakat di Kecamatan
Lubuklinggau Utara II. Hasil penelitian ditemukan 56 jenis tumbuhan obat yang terdiri dari
37 famili. Jenis tumbuhan obat terbanyak berasal dari famili Zingiberaceae.Bagian
tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun dan yang paling sedikit digunakan
adalah bagian umbi. Masyarakat Kecamatan Lubuklinggau Utara II mengolah tumbuhan
obat paling banyak dengan cara direbus yaitu 41,07 %.
Kata Kunci: Inventarisasi, Tumbuhan Obat.
A. Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu Negara kaya akan sumber daya alamnya, baik yang
ada di daratan maupun di lautan. Salah satu kekayaan yang dimiliki adalah kekayaan
hayati. Tumbuhan tidak hanya dimanfaatkan di bidang tertentu saja, bahkan dalam dunia
pengobatan cenderung dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat dalam mengobati suatu
penyakit (Handari, 2014:2). Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia ada sekitar 7.000
jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan suatu penyakit (Nugraha,
2008:2). Menurut Cahyari (2014:2) pengobatan tradisional banyak digunakan
masyarakat menengah kebawah dalam upaya pencegahan penyakit (preventif),
1
penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), serta peningkatan kesehatan
(promotif).
Pengobatan tradisional diolah secara tradisional turun-temurun dan mempunyai
khasiat sebagai obat serta khasiatnya diketahui dari hasil telaah ilmiah yang secara klinis
terbukti bermanfaat bagi kesehatan berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat,
kepercayaan, kebiasaan setempat dan pengetahuan tradisional. Menurut Dewoto
(2007:205) tumbuhan obat adalah bahan atau
ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral yang secara turun-temurun digunakan sebagai pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Khasiat obat dari tumbuhan sungguh luar biasa. Seiring dengan berkembangnya
teknologi, industri obat telah banyak memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan sebagai
bahan baku obat, antara lain, sebagai obat malaria, obat sariawan, obat anti diare, obat
darah tinggi dan masih banyak lagi khasiat dari tumbuhan obat yang belum terungkap
secara baik. Disamping itu, semakin banyak masyarakat mengetahui informasi tentang
bahaya obat yang mengandung zat kimia. Maka, semakin banyak juga masyarakat yang
mulai beralih pada pengobataan secara tradisional. Pengobatan tradisional lebih dipilih
oleh masyarakat karena bahan-bahannya mudah dicari dan diracik sebagai bahan
pengobatan. Selain mudah digunakan, tumbuhan obat tidak memiliki efek samping
terhadap penggunanya (Nugraha, 2008:3). Upaya pengobatan tradisional dengan obatobat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam menunjang
kesehatan. Hal ini didukung oleh Kebijakan Departemen Kesehatan RI tentang
pengobatan tradisional seperti yang tercantum dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 47
tentang pengobatan tradisional dan dalam Kepmenkes No. 1076/SK/VII/2003 tentang
penyelenggaraan pengobatan tradisional yang menggunakan tumbuhan obat-obatan
tradisional.
Pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat tidaklah asing bagi
masyarakat karena sejak dulu hingga sekarang masyarakat telah menggunakan berbagai
jenis tumbuhan obat. Tumbuhan obat dapat tumbuh di pekarangan atau halaman rumah,
baik sengaja di tanam atau tumbuh secara liar (Qomarus, 2009:3). Sebagai langkah awal
yang sangat membantu untuk mengetahui suatu tumbuhan berkhasiat obat adalah dari
pengetahuan masyarakat tradisional secara turun temurun. Akhir-akhir ini penelitian
2
tentang pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat lokal telah
banyak dilakukan, diantaranya penelitian mengenai pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan
obat tradisional oleh masyarakat Suku Klabra di Kampung Buk Distrik Klabot
Kabupaten Sorong oleh Bonay (2013:1), penelitian Asmi (2015:1) tentang Studi
Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Obat Berbasis Pengetahuan Lokal di Kabupaten
Enrekang, penelitian Nursiyah (2013:1) tentang Studi Deskriptif Tanaman Obat
Tradisional yang digunakan Orang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus
Melati Kecamatan Kalikanjar Kabupaten Wonosobo, penelitian Karmilasanti dan
Supartini (2011:1) tentang Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya
di Kawasan Tane’ Olen Desa Setulang Malinau Kalimantan Timur serta masih banyak
penelitian lainnya.
Salah satu Kota yang banyak terdapat tumbuhan obat adalah Kota
Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Kota Lubuklinggau khusunya di Kecamatan
Lubuklinggau Utara II merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya masih menjaga
tradisi leluhur dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai obat untuk mengobati suatu
penyakit. Selain itu, upaya pengobatan dengan menggunakan tumbuhan telah dikenal
masyarakat sejak dulu hingga sekarang. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan
masyarakat, tumbuhan obat di Kecamatan Lubuklinggau Utara II cukup melimpah.
Namun, penelitian tentang tumbuhan obat dan cara pemanfaatan oleh masyarakat di
Kecamatan Lubuklinggau Utara II belum pernah dilakukan sehingga jenis–jenis dan cara
pemanfaatan tumbuhan obat di daerah tersebut secara rinci belum teridentifikasi dengan
lengkap.
B. Landasan Teori
Menurut kamus besar bahasa Indonesia inventarisasi adalah 1) pencatatan atau
pendataan barang milik kantor (sekolah, rumah tangga dan sebagainya) yang
digunakan dalam melaksanakan tugas; 2) pencatatan atau pengumpulan data (tentang
kegiatan hasil yang dicapai, pendapat umum, persuratkabaran, kebudayaan dan
sebagainya).
3
Berikut ini beberapa pengertian inventarisasi menurut para ahli:
1. Inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan,
pelaporan hasil pendataan dan mendokomentasikannya pada suatu waktu tertentu
(Sugiama, 2013:7).
2. Inventarisasi merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi
fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah,
jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan,
masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan
adalah
pendataan,
kodifikasi/labelling,
pengelompokkan
dan
pembukuan/administrasi (Siregar, 2004:13).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Inventarisasi tumbuhan
merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokkan data maupun mengelompokkan
suatu jenis tumbuhan yang ada pada suatu wilayah.
Menurut Abdiyani (2008:79) tumbuhan obat adalah spesies tumbuhan yang
diketahui dan dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional. Sedangkan menurut Nursiyah (2013:12)
menyebutkan bahwa tumbuhan obat adalah bahan atau ramuan bahan alam secara
turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Menurut Departemen Kesehatan RI, definisi tumbuhan obat Indonesia
sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah
sebagai berikut:
a. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu.
b. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
baku obat.
c. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut
digunakan sebagai obat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tumbuhan obat adalah
tumbuhan yang mempunyai khasiat obat dan telah digunakan secara turun-temurun
sebagai bahan pengobatan tradisional berdasarkan pengalaman. Menurut Nursiyah
(2013:80) tumbuhan obat memiliki beberapa ciri khas diantaranya memiliki zat aktif
4
penyembuh suatu penyakit, bersifat turun menurun dan efek samping lebih kecil dari
pada obat-obatan kimia
Menurut Hidayat dan Napitupulu (2015:24) terdapat 269 tumbuhan berkhasiat
untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya adalah adas (Foeniculum vulgare)
berkhasiat untuk mengobati sakit perut, batuk dan sariawan. Alang-alang (Imperata
cylindrica) berkhasiat untuk menyuburkan atau menghitamkan rambut, demam,
mimisan, gangguan ginjal, peluruh kencing dan darah tinggi. Anggur (Vitis vinifera)
sebagai obat peluruh kencing. Aren (Arrenga pinnata) sebagai obat luka, batu ginjal,
sakit gigi dan sariawan.
Bandotan (Ageratum conyzoides) digunakan untuk mengobati disentri, diare
dan luka. Bawang daun (Allium fistulosum) mengobati penyakit jantung, pilek, demam,
flu, kesehatan kulit, diabetes, cacingan, infeksi dan luka. Bawang merah (Allium seva)
sebagai obat sakit telinga, kanker, kuman dimulut, dan jerawat. Bawang putih (Allium
sativum) mengobati penyakit kanker, hipertensi, jantung, kolesterol dan penyakit kulit.
Binahong (Anredera cordifolia) sebagai obat radang usus, melancarkan peredaran
darah, stroke, asam urat, mag, dan diabetes. Bunga matahari (Helianthus annuus)
sebagai obat rematik, disentri, dan infeksi saluran kencing. Cabai rawit (Capsicum
annum) digunakan untuk mempercepat metabolisme tubuh, membantu fungsi jantung,
membantu pertumbuhan rambut, meringankan rasa nyeri, menurunkan berat badan,
sakit tenggorokan, hipertensi, infeksi dan mencegah kanker. Cocor bebek
(Bryophyllum pinnatum) digunakan untuk mengobati demam, nyeri lambung, rematik
dan wasir. Delima (Punica granatum) sebagai obat cacingan, batuk, diare, radang gusi,
pendarahan, sariawan, tenggorokan sakit, perut kembung, demam dan batuk.
Gadung (Discorea hispida) untuk mengobati penyakit kusta, kutil, kapalan dan
mata ikan. Genjer (Limnocharis flava) sebagai obat antibiotik, keracunan jengkol,
mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Jahe (Zingiber officinale) sebagai obat
sakit kepala, rematik, sakit perut, pusing, kolera, penawar racun ular, masuk angin,
keseleo dan bengkak. Jali (Coix lacryma) sebagai obat busung lapar dan kencing batu.
Jambu biji (Psidium guajava) sebagai obat diabetes mellitus, mag, luka dan diare.
Jambu mete (Anacardium occidentale) sebagai obat sembelit, diabetes mellitus, radang
5
tenggorokan, sariawan, rematik, digigit ular berbisa, sakit gigi, sakit kulit, pembersih
mulut dan pencahar. Jeruk perut (Citrus hystrix) sebagai obat flu dan kelelahan.
Kaca piring (Gardenia jasminoides) sebagai obat diabetes mellitus, demam,
sariawan dan gangguan pencernaan. Kecombrang (Etlingera elatior) digunakan untuk
menghilangkan bau badan, memperbanyak ASI dan memperlancar darah. Kembang
sepatu (Hibiscus rosa sinensis) sebagai obat demam, borok, bisul, batuk, TBC,
sariawan, kencing nanah, bronkitis, radang selaput lendir hidung. Kemuning (Murraya
paniculata) sebagai obat infeksi, keputihan, sakit gigi, haid tidak teratur dan pelangsing
tubuh. Kenanga (Cananga adorata) sebagai obat sesak napas, malaria dan bronkitis.
Kunyit (Curcuma domestica) sebagai obat penurun tekanan darah, malaria, sakit perut,
cacingan, memar, keseleo dan rematik.
Melinjo (Gnetum gnemon) sebagai obat peluruh kencing, anemia, obat mata
dan busung lapar. Mentimun (Cucumis sativus) sebagai obat hipertensi, sariawan,
ginjal, demam, jerawat, pelangsing, diare, antikanker, sakit tenggorokan dan penyegar
mulut. Nanas (Ananas comosus) sebagai obat anti radang, menghambat pertumbuhan
sel kanker dan sembelit. Pacar air (Impatiens balsamina) sebagai obat peluruh haid,
obat keputihan dan obat luka bakar. Pare (Momordica charantia) buah sebagai
perangsang nafsu makan, penyakit kuning, memperlancar pencernaan, menurunkan
panas, menyembuhkan batuk dan obat malaria. Pepaya (Carica papaya) untuk
mengobati gangguan pencernaan, flu, stroke dan kesehatan kulit. Sambang darah
(Hemigraphis alternata) sebagai obat disentri, wasir dan peluruh kencing.
Sembung (Blumea balsamifera) sebagai obat luka, gatal, masuk angin, malaria
dan demam. Srikaya (Annona squamosa) untuk mengobati borok, bisul, cacingan dan
gangguan pencernaan. Sukun (Artocarpus altilis) sebagai obat ginjal, jantung, penurun
kolesterol, antikanker, liver dan asam urat. Talas (colocasia esculenta) untuk
mengobati mag, buang air besar berdarah dan penyembuh luka. Tapak dara
(Catharantus roseus) sebagai obat hipertensi, diabetes dan leukemia. Tapak liman
(Elephantopus scaber) digunakan untuk mengobati malaria, demam, peluruh kencing,
cacingan, batuk, sariwan, hepatitis dan memperbanyak ASI. Tebu (Saccharum
officinarum) mengobati jantung berdebar, sakit panas, batuk dan kolesterol. Teh
(Camellia sinensis) mengobati penyakit jantung, kolesterol, hipertensi, stroke, diabetes,
6
luka, bisul, sakit gusi dan luka bakar. Tembelekan (Lantana camara) sebagai obat flu,
TBC, rematik dan bengkak serta jenis-jenis tumbuhan obat lainnya.
Obat tradisional sebagai obat-obatan diolah secara tradisional turun-temurun
berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan setempat.
Menurut Naemah, D (2012:22) bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat
diantaranya adalah daun (folium), akar (radix), batang (caulis), rimpang (rhizome),
bunga (flos), buah (fructus) dan biji (semen).
Menurut Bonay (2013:28) masyarakat mengolah tumbuhan sebagai obat
dengan beberapa cara diantaranya direbus, diasap/dipanaskan, dikeruk, diperas,
dikeruk dan diperas, ditumbuk, dipotong dan direbus, dipanaskan dan ditumbuk,
dijemur dan direbus, direndam/diseduh dan tanpa diramu. Adapun cara-cara
pengolahan tumbuhan obat adalah sebagai berikut:
a. Direbus
Proses perebusan biasanya dilakukan pada bagian daun, akar, batang dan kulit
tumbuhan. Tumbuhan yang digunakan dengan cara direbus adalah alang-alang
(Imperata cylindrica), asem jawa (Tamarindus indica), duri (Amaranthus spinosus),
brotowali (Tinospora crispa), ceplukan (Physalis angulata), jahe (Zingiber
officinale), katuk (Sauropus androgynus), kayu manis (Cinnamomum burmanni),
kumis kucing (Orthosiphon aristatus), kunyit (Curcuma domestica), lidah mertua
(Sansevieria trifasciata), manggis (Garcinia mangostana), sirih (Piper betle), sirih
merah (Piper crocatum) dan sungkai (Peronema cenescens).
b. Diasap/dipanaskan
Diasap atau dipanaskan adalah salah satu cara meramu bagian tumbuhan,
seperti, daun, bunga dan pucuk muda yaitu bagian tersebut terlebih dahulu
dibersihkan dan dipanaskan dengan asap atau api. Tumbuhan yang menggunakan
cara tersebut adalah pepaya (Carica papaya) dan jarak (Jathropha multipida).
c. Dikeruk
Bagian tumbuhan yang digunakan dengan cara dikeruk adalah kulit bagian
dalam. Kulit dikupas dan dikeruk bagian dalamnya untuk mengobati luka bakar dan
keseleo. Misalnya, tumbuhan medek (Pometia pinnata).
7
d. Diperas
Proses dengan cara diperas digunakan pada bagian berupa buah dan daun.
Bagian tumbuhan yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan kemudian
diperas untuk menghasilkan cairan yang terkandung di dalamnya. Tumbuhan yang
digunakan dengan cara diperas yaitu jeruk nipis (Citrus aurantifolia), bangle
(Zingiber montanum) dan cocor bebek (Bryophyllum pinnatum).
e. Dikeruk dan diperas
Bagian yang digunakan dengan cara ini adalah kulit batang dan buah. Bagian
yang diambil yaitu bagian dalam dari kulit tersebut. Setelah dikeruk, hasil kerukan
diperas untuk mendapatkan cairan yang akan dikonsumsi atau dimanfaatkan.
f. Ditumbuk
Pada proses ini biasanya berupa daun. Daun ditumbuk hingga halus kemudian
dibalurkan pada bagian yang terkena luka, bisul, borok dan sakit. Tumbuhan yang
digunakan dengan cara ditumbuk yaitu nangka (Artocarpus heterophylus), daun
jambu biji (Psidium guajava) dan sambiloto (Andrografis paniculata).
g. Dipotong dan direbus
Bagian yang digunkan berupa buah, daun dan batang. Proses ini bertujuan
untuk mengeluarkan zat-zat dari tumbuhan.
h. Dipasakan dan ditumbuk
Bagian yang akan diolah biasanya pangkal daun yang masih muda dan
memiliki tekstur berair. Bagian pangkal daun dipanaskan terlebih dahulu agar
pangkal daun menjadi lembut dan mengeluarkan cairan kemudian ditumbuk untuk
mengobati keseleo, memar, bengkak dan luka. Tumbuhan yang dapat menggunakan
cara ini adalah sereh (Cymbopogon cytrates).
i. Dijemur dan direbus
Bagian tumbuhan yang digunakan antara lain, akar, batang dan daun. Bagian
tumbuhan tersebut dijemur hingga kering kemudian direbus.
8
j. Direndam/diseduh
Bagian tumbuhan yang digunakan berupa kulit atau daun. Kulit yang akan
digunakan dikupas dari pohon dan diseduh dengan air panas. Selanjutnya,
ditambahkan gula untuk dapat mengkonsumsi tumbuhan tersebut.
k. Tanpa diramu
Bagian tumbuhan yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan langsung antara
lain buah, daun, getah dan batang. Bagian ini secara langsung dapat dimanfaatkan
untuk mengobati penyakit karena dapat bereaksi secara langsung. Tumbuhan yang
dapat langsung digunakan tanpa diramu adalah belimbing (Averrhoa carambola),
rambutan (Nephelium lappaceum), jambu biji (Psidium guajava), mangga
(Mangifera indica), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa paradisiaca), kelapa
(Cocos nucifera), jarak pagar (Jatropha curcus) dan nanas (Ananas comosus).
C. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di enam Kelurahan yang berada di Kecamatan
Lubuklinggau Utara II yaitu, Kelurahan Batu Urip, Kelurahan Senalang, Kelurahan
Kenanga, Kelurahan Ponorogo, Kelurahan Jogoboyo dan Kelurahan Ulak Surung.
Penelitian ini difokuskan pada inventarisasi jenis-jenis tumbuhan obat, bagian yang
digunakan dan cara pengolahannya melalui wawancara dengan masyarakat
mengenai tumbuhan obat yang berada di Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Waktu
penelitian dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal 25 April sampai dengan 25
Mei 2016.
2. Alat-Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peralatan tulis, log
book, kamera digital, lembar wawancara, buku referensi tumbuhan obat dan peta
lokasi penelitian.
9
3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi yang
dilakukan di enam Kelurahan yang berada di Kecamatan Lubuklinggau Utara II
yaitu Kelurahan Batu Urip, Kelurahan Senalang, Kelurahan Kenanga, Kelurahan
Ponorogo, Kelurahan Jogoboyo dan Kelurahan Ulak Surung. Kemudian, proses
wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi data lisan dari responden yaitu data mengenai jenis-jenis
tumbuhan yang terdapat di wilayah tersebut, bagian-bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan serta cara pengolahan yang dilakukan oleh masyarakat dari setiap
wilayah. Selanjutnya, dokumentasi tumbuhan dengan memotret tumbuhan obat
yang dimaksud dan disajikan dalam bentuk foto. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang berada di wilayah tersebut.
4.
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif
kuantitatif. Data hasil wawancara kemudian dikelompokkan berdasarkan spesies,
bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan serta cara pengolahan tumbuhan obat
yang diketahui oleh masyarakat di Kecamatan Lubuklinggau Utara II.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, tumbuhan obat yang ditemukan di enam
Kelurahan yang berada di Kecamatan Lubuklinggau Utara II berjumlah 56 jenis dari 37
famili. Pemanfaatan tumbuhan obat paling banyak terdapat pada famili Zingiberaceae.
Berdasarkan hasil wawancara, jenis tumbuhan yang berasal dari famili tersebut sangat
banyak dan mudah diperoleh serta dapat mengobati berbagai macam penyakit. Selain
itu, menurut Yohana, dkk (2015:9) famili Zingiberaceae merupakan kelompok
tumbuhan obat yang paling banyak digunakan, hal ini disebabkan karena tumbuhan
tersebut lebih mudah dibudidayakan dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah.
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat di Kecamatan
Lubuklinggau Utara II berjumlah 11 bagian diantaranya adalah akar, buah, kulit buah,
daun, biji, rimpang, bunga, batang, kulit batang, getah dan umbi. Bagian tumbuhan
10
obat yang paling sedikit adalah bagian umbi dengan jumlah 4 jenis tumbuhan obat.
Masyarakat menilai umbi hanya terdapat pada suatu jenis tumbuhan tertentu saja,
seperti pada tumbuhan ubi kayu. Sedangkan, bagian tumbuhan yang paling banyak
digunakan adalah bagian daun berjumlah 42 jenis tumbuhan obat. Berdasarkan
wawancara, masyarakat menganggap bahwa daun banyak mengandung obat dalam
mengobati berbagai macam penyakit.
Menurut Hamzari (2008:167) daun adalah bagian yang paling mudah diperoleh
dan mudah diramu sebagai obat dibandingkan dengan kulit, akar dan batang.
Selanjutnya, menurut Wardiah, dkk (2015:31) masyarakat menilai bahwa daun
dipercaya memiliki khasiat sebagai obat dibandingkan bagian tumbuhan obat lain. Hal
ini, karena daun mengandung klorofil yang di dalamnya terdapat senyawa antioksidan,
antiperadangan dan zat yang bersifat menyembuhkan penyakit. Selain itu, berdasarkan
penelitian Asmi (2015:50) menyatakan bahwa penggunaan daun sebagai obat tidak
berdampak buruk bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Menurut Due dalam Asmi
(2013:52) cara pengolahan dengan cara direbus sangat mudah dan sangat efektif karena
masyarakat pada umumnya lebih senang tumbuhan tersebut diolah menjadi rebusan
dari pada mengkonsumsi secara langsung. Selain itu, proses penyembuhan dengan cara
direbus lebih cepat karena langsung diproses dalam tubuh. Berdasarkan hasil
penelitian, hampir semua bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan dengan cara direbus
(Novri, dkk. 2011:48).
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap inventarisasi tumbuhan
obat di Kecamatan Lubuklinggau Utara II, maka dapat diambil kesimpulan Jenis-jenis
tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh mayarakat di Kecamatan Lubuklinggau Utara
II berjumlah 56 jenis dan terdiri dari 37 famili.
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat berupa akar, buah, kulit buah,
daun, biji, rimpang, bunga, batang, kulit batang, getah dan umbi. Bagian tumbuhan
yang paling banyak digunakan adalah bagian daun dan yang paling sedikit digunakan
adalah bagian umbi. Masyarakat di Kecamatan Lubuklinggau Utara II mengolah
tumbuhan obat paling banyak dengan cara direbus yaitu 41,07 %.
11
F. Daftar Pustaka
Abdiyani. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Dataran
Tinggi Dieng, 5 (1): 79-92.
Asmi, 2015. Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Obat Berbasis Pengetahuan
Lokal di Kabupaten Enrekang. Skripsi tidak diterbitkan. Makasar: Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian-Universitas Hasanudin Makasar.
Bonay. 2013. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Tradisional oleh Masyarakat Suku
Klabra di Kampung Buk Distrik Klabot Kabupaten Sorong. Skripsi tidak
diterbitkan. Manokwari: Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan-Universitas
Negeri Papua.
Cahyari. 2014. Kajian Etnobotani Tanaman Obat (Herbal) dan Pemanfaatannya dalam
Usaha Menunjang Kesehatan Keluarga di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem,
Sleman. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi-Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yoyakarta.
Dewoto. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka, 57 (7),
1-205.
Hamzari. 2008. Identifikasi Tanaman Obat-obatan yang dimanfaatkan Oleh Masyarakat
Sekitar Hutan Tabo-tabo. Vol 3 (2), 111-234.
Handari, T. 2014. Terapi Top Herbal Untuk Ragam Penyakit. Yogyakarta: Dafa
Publishing.
Hidayat dan Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.
Karmilasanti dan Supartini. 2011. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat dan
Pemanfaatannya di Kawasan Tane’ Olen Desa Setulang Malinau Kalimantan
Timur. Vol 5 (1), 1-38.
Naemah, D. 2012. Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Bagi Masyarakat Dayak di
Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Laporan Penelitian
Mandiri. Banjarbaru: Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan-Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Novri, dkk. 2011. Kajian Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten
Bonebolango Provinsi Gorontalo. Laporan Penelitian Tanaman Obat. Jurusan
Biologi, FMIPA UNG.
Nugraha. 2008. Kesehatan Mengenal Apotek Hidup. Jakarta: Karya Mandiri Pratama.
12
Nursiyah. 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang digunakan Orang Tua
Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecamatan Kalikajar Kabupaten
Wonosobo. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Pendidikan -Universitas Negeri Semarang.
Qomarus, Z. 2009. Etnobotani Tumbuhan Obat di Kabupaten Pamekasan Madura Provinsi
Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Siregar, D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiama, A.G. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Bandung: Guardaya Intimarta.
Wardiah, dkk. 2013. Etnobotani Medis Masyarakat Kemukiman Pulo Breuh Selatan
Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Vol 3 (1), 1-50.
Yohana, dkk. 2015. Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat dan Potensi Pemanfaatannya
Pada Beberapa Desa di Sekitar Gunung Sesean Kabupaten Toraja Utara. Vol 5
(2), 1-57.
13
Download