1 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Ike Trymas Ayulanda1, A. Budi Mulyanto2, Fitria Dewi Yanti3 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau E-mail: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul ”Hubungan antara Konsep Diri dengan Pretasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Adakah hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015? (2) Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015? Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan metode kuantitatif non eksperimen. Populasinya adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuklinggau berjumlah 149 siswa. Penentuan sampel diambil secara simple random sampling dari empat kelas terpilih satu kelas yangberjumlah 35 orang. Pengumpulan data konsep diri menggunakan angket dan data prestasi belajar dengan teknik dokumentasi yaitu mengambil nilai raport. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rxy = 0,3819 dan thitung = 2,374. Untuk taraf signifikan 5% ttabel = 2,042. Karena nilai thitung> ttabel, maka hipotesis diterima. Disimpulkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi, konsep diri mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa sebesar 14.59% melalui persamaan regresi Y’=59,43+0,28X. Kata Kunci : Konsep Diri, Prestasi Belajar Fisika. 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Adanya pendidikan menjadikan manusia terus mengalami dinamisasi perubahan hidup, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Perubahan ini merupakan hasil dari proses interaksi manusia dengan lingkungannya. Dalam proses interaksi tersebut, individu menemukan pribadinya masing-masing. Individu belajar mengidentifikasi dirinya sendiri. Individu mulai membangun konsep diri yaitu sebuah pemikiran atau pandangan terhadap dirinya sendiri. Konsep diri setiap individu terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya (Agustiani, 2012:185). Pengalaman hidup yang berbeda dari setiap individu membentuk keragaman konsep diri. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku. Memiliki konsep diri yang positif akan membantu keberhasilan individu dalam menjalani proses kehidupan sebagaimana yang diharapkan, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun dimasyarakat. Keberhasilan pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu siswa, kurikulum, tenaga pendidik, sarana prasarana serta faktor lingkungan. Berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan memang sudah sering dilakukan, seperti perbaikan kurikulum, pelatihan guru, memvariasikan model dan metode pengajaran, pemberian jam tambahan, penggunaan media maupun alat peraga, dan lain-lain. Namun hasil belajar yang diperoleh siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru memang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena merupakan orang yang secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa. Tetapi tidak sepenuhnya kita harus menyalahkan guru dalam proses belajar mengajar, karena masih ada faktor siswa itu sendiri yang sangat harus diperhatikan. Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep (Trianto, 2010:137). Pencapaian keberhasilan pembelajaran fisika bergantung kepada siswa dalam menguasai pelajaran. Pada kenyataanya masih ada siswa yang tidak menyukai pelajaran fisika. Siswa beranggapan fisika adalah pelajaran yang sulit, banyak menggunakan rumus-rumus dan konsep yang membingungkan, sehingga membuat siswa merasa tidak mampu memahaminya. Persepsi negatif terhadap fisika dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar fisika. Masyarakat awam kebanyakan berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar seseorang hanya harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Namun sebenarnya prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang bersifat kompleks dan menyeluruh. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika ditinjau dari faktor internal, prestasi belajar juga bisa dipengaruhi oleh faktor psikologis siswa yaitu konsep diri. Menurut John dan Grieneeks (dalam Burns, 1993:359), konsep diri merupakan ukuran perkiraan yang paling baik untuk pencapaian prestasi belajar, bahkan berada di atas ukuran-ukuran kecerdasan. Demi keberhasilan proses belajar mengajar dan tercapainya tujuan pembelajaran, sudah menjadi tugas pendidik membentuk konsep diri positif pada siswa dengan membangun pola fikir siswa agar bisa memandang dirinya penting dan percaya diri pada kemampuannya. Konsep diri merupakan salah satu 3 aspek perkembangan psikososial peserta didik yang penting dipahami oleh seorang guru. Konsep diri merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam proses pendidikan. Rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa, terjadinya penyimpanganpenyimpangan perilaku siswa, serta kesulitan belajar yang dialami siswa di kelas banyak disebabkan oleh persepsi negatif siswa terhadap diri sendiri (Desmita, 2012:163). Pada dasarnya anak tidak ada yang bodoh. Perbedaan yang berkaitan dengan prestasi akademis semata-mata hanya terletak pada seberapa jauh seorang anak menemukan konsep dirinya (Supandi, 2011:45). Siswa yang dengan konsep diri positif, memiliki kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuannya. Mengakibatkan siswa memandang tuntutan disekolah mudah untuk diselesaikan. Dan berupaya menggunakan segala potensinya seoptimal mungkin dalam mengikuti kegiatan belajar. Karena itu siswa akan menetapkan standart prestasi yang harus dicapai Hal ini membuatnya memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Perilaku yang baik hasil dari konsep diri yang positif membuat prestasi belajarnya setara dengan kecerdasannya. Terhadap lingkungan disekitarnya juga juga, siswa merasa diterima dan diperlakukan dengan baik, sehingga memiliki hubungan baik dengan keluarga, guru dan teman sekelasnya. Kurangnya perasaan, persepsi dan penilaian yang baik terhadap diri sendiri merupakan gejala khas yang ditemui pada diri siswa yang memiliki prestasi rendah. Konsep diri negatif cenderung menempatkan individu pada penolakan terhadap lingkungan akibat perasaaan inferioritasnya. Pandangan siswa bahwa dirinya tidak kompeten membuat mereka tidak mempunyai minat belajar dan motivasi berprestasi. Walaupun sebenarnya siswa memiliki kecerdasan yang tinggi, namun jika tidak berfikir demikian tentang dirinya, kecerdasannya hanya menjadi potensi yang tidak dapat dikembangkan secara maksimal. Keraguan, ketakutan gagal, tidak percaya diri dan pemikiran sejenis ini akan menyebabkan kapasitas intelektual serta segala potensi siswa tidak sepenuhnya bekerja. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat melaksanakan Penerapan Perangkat Pembelajaran (P3) di SMA Negeri 1 Lubuklinggau, dari tanggal 4 Agustus 2014 hingga 30 September 2014. Peneliti melihat bahwa dalam melaksanakan proses belajar mengajar, siswa yang memperoleh nilai tinggi sebagian besar memang siswa yang menyukai pelajaran fisika, mereka menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dan lebih semangat belajar. Mereka optimis mampu menguasai pelajaran fisika, mau berusaha dan berkeinginan kuat untuk memperoleh nilai yang baik. Dapat dikatakan mereka memiliki konsep diri yang positif. Sementara sebaliknya ada beberapa siswa yang memperoleh nilai fisika rendah, mereka memang tidak menyukai pelajaran fisika, mereka beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang cukup sulit jika dibandingkan dengan pelajaran lain. Mereka merasa kurang mampu menguasai pelajaran fisika dan kurangnya keinginan untuk memperoleh nilai yang tinggi. Kenyataan ini merupakan sebuah persepsi negatif terhadap fisika yang berakibat munculnya sikap acuh dan malas belajar. Mereka dapat dikriteriakan memiliki konsep diri negatif. Observasi awal yang telah dilakukan tersebut diperkuat dengan adanya lembar penilaian diri peserta didik yang telah diisi siswa pada saat peneliti masih melaksanakan Penerapan Perangkat Pembelajaran (P3) di SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Diperoleh hasil penilaian diri peserta didik dengan kriteria sangat 4 baik sebesar 34,28%, kriteria baik sebesar 62,86% dan kriteria cukup sebesar 2,86%. Sementara itu diperoleh data dari pihak sekolah (Tata Usaha SMA Neger i 1 Lubuklinggau) ternyata nilai rata-rata raport mata pelajaran fisika kelas XI pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 adalah 81,95 dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran fisika adalah 77. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA Negeri 1 Lubuklinggau pada tanggal 2 April 2015, disimpulkan bahwa prestasi belajar fisika dan konsep diri siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuklinggau bisa dikatakan relatif baik dan ada kecenderungan terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa. Pencapaian prestasi belajar fisika yang maksimal, salah satunya dikarenakan kepribadian dan perilaku siswa dapat dikatakan baik membentuk motivasi belajar yang tinggi, sehingga siswa merasa nyaman dan bersemangat mengikuti pelajaran. Sikap siswa yang seperti ini akan memberikan kesempatan dirinya dalam memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Bakari Yusuf, PhD dan Prof. Musa Balarabe, (2013:93-104), dengan judul penelitian “Relationship between Academic Self-Concept and Academic Performance of Junior High School Students in Ghana”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa SMP di Ghana. Dengan koefisien korelasi 0,306 dan taraf signifikan 1%. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan penelitian ini adalah (1) Adakah hubungan antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa K e l a s X I SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015? (2) Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa kelasXI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Konsep Diri Konsep diri adalah suatu gagasan terhadap diri sendiri yang masih berupa hipotesis meliputi gambaran diri, citra diri, harga diri, evaluasi dan penilaian diri yang mempengaruhi tingkah lakunya. Konsep diri merupakan satu proses yang bersifat dinamis dan berubah secara halus. (Burns, 1993:84). Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang berkembang secara terus menerus melalui pengalaman-pengalaman yang diperolehnya melalu interaksi dengan lingkungan dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya (Agustiani, 2009:138). Konsep diri sebenarnya terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang siswa, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orang tuanya, gurunya ataupun temantemannya. Sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus-menerus pada 5 seorang siswa muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama-kelamaan siswa akan mempunyai konsep diri bahwa ia seperti yang dikatakan gurunya (Gunarsa dan Gunarsa, 2010:238). Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi anak sehingga mereka belum bisa menemukan konsep dirinya diantaranya adalah anak menganggap bahwa pelajaran tertentu itu tidak penting dan tidak ada manfaatnya. Selama anak tidak melihat manfaat dari suatu mata pelajaran, pikiran anak akan tertutup. Sebagai akibatnya materi pelajaran menjadi membosankan dan tidak menarik bagi mereka. Faktor lainnya adalah kemampuan anak dalam menerima materi pelajaran. Bila anak merasa tidak mampu, mereka merasa tidak perlu lagi mempelajari sesuatu hal yang menurut mereka tidak mampu untuk dikuasai (Supandi, 2011:45). Menurut Rais (dalam Gunarsa dan Gunarsa, 2010:238) banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, antara lain nama, pakaian, jenis kelamin, suku bangsa, harapanharapan, lingkungan, reaksi orang lain terhadap dirinya, pujian-pujian atas segala prestasi yang dibuatnya, maupun hukuman-hukuman dan hinaan-hinaan atas kesalahan-kesalahannya. William H. Fitts (dalam Agustini, 2009:139) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap diri sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: (1) diri identitas (identity self); (2) diri pelaku (behavioral self); (3) diri penerimaan (judging self). Dimensi eksternal merupakan penilaian individu yang berkaitan dengan hal-hal di luar dirinya. Dimensi ini dibedakan dalam lima bentuk: (1) diri fisik (physical self); (2) diri etikmoral (moral-ethic self); (3) diri pribadi (personal self); (4) diri keluarga (family self); (5) diri sosial (sosial self). Bagian-bagian dari dimensi internal dan eksternal konsep diri tersebut saling berinteraksi satu sama lain, sehingga dari tiga dimensi internal dan lima dimensi eksternal akan diperoleh 15 kombinasi yaitu meliputi identitas fisik, identitas moral-etik, identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik, tingkah laku moral-etik, tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku sosial, penilaian fisik, penilaian moral-etik, penilaian pribadi, penilaian keluarga dan penilaian sosial. Semua dimensi tersebut membentuk konsep diri secara keseluruhan (Total Self Concept) pada diri seseorang. (Agustiani, 2009:143). Tanda-tanda konsep diri positif menurut Burns (1993:280) antara lain yaitu (1) Kemampuan memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dipandang dari sudut pengalaman yang baru; (2) Tidak adanya penyesalan yang berlebihan terhadap masa lalu dan kekhawatiran masa yang akan datang; (3) Kepercayaan diri untuk menghadapi masalah bahkan saat dihadapkan dengan kegagalan yang terjadi; (4) Penerimaan diri sebagai seorang yang sama berharganya dengan orang lain meski berbeda bakat dan sifat yang spesifik; (5) Sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain. Kemudian menurut Desmita (2012:164) Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri positif seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir secara positif. 6 Tanda-tanda konsep diri negatif menurut Burns (1993:279) antara lain yaitu (1) Sangat peka terhadap kritikan; (2) Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah; (3) Tidak mengakui kelemahan pribadi dan kegagalan; (4) Sering memberikan respons yang berlebihan terhadap sanjungan dan pujian; (5) Menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Kemudian menurut Desmita (2012:164) Seseorang dengan konsep diri negatif akan lebih sulit berhasil. Sebab, konsep diri negatif mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal, merasa diri bodoh, tidak berguna, rendah diri, merasa pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya Ketika anak-anak memasuki masa remaja, konsep diri mereka mengalami pekembangan yang sangat kompleks dan melibatkan sejumlah aspek dalam diri mereka. Santrock (dalam Desmita, 2012:177) menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu: (1) Abstract and idealistic; (2) differentiated; (3) contradictions within the self; (4) the fluctuating self; (5) Real and ideal, live and false selves (6) Sosial Coparison; (7) Self-conscious; (8) Self-protective; (9) unconscious; (10) self-integration. 2. Prestasi Belajar Fisika Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah mengalami proses pembelajaran sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya (Surya, 2004:75). Prestasi belajar merupakan pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah yang berubah sebagai akibat pengalaman belajar siswa dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Syah, 2014:148). Prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar secara keseluruhan (Ahmadi dan Supriyono, 2013:138). Kemudian Marjoribanks (dalam Rensi dan Sugiarti, 2010:149) mengemukakan prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dilakukan oleh seorang siswa dalam jangka waktu tertentu dan tercatat dalam rapot sekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) yaitu: (1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) meliputi faktor jasmania, yaitu kesehatan, cacat tubuh. Kemudian faktor Psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivas, konsep diri, serta tipetipe khusus seorang pelajar diantaranya seorang yang bertipe visual, auditif, dan lain-lain. (2) Faktor yang berasal dari luar diri (faktor eksternal), yatu faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, lingkungan spiritual dan keamanan. Menurut Azwar (2014:165) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua yaitu: (1) Faktor Internal: Fisik antara lain kondisi panca indera dan fisik secara umum. Psikologis, meliputi variabel nonkognitif, seperti minat, motivasi, dan variabel-variabel kepribadian lainnya. Serta variabel kognitif, yaitu kemampuan khusus (bakat) dan kemampuan umum (intelegensi); (2) Faktor Eksternal yaitu faktor fisik, seperti kondisi tempat belajar, saran dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Dan faktor sosial, yaitu dukungan sosial dan pengaruh budaya 7 Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi belajar yang dicapai siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam dunia pendidikan selain kata evaluasi dan assessment lebuh dikenal dengan istilah tes, ujian, dan ulangan. (Syah, 2013:197). Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dan keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu (Syah, 2013:198). Evaluasi dari prestasi belajar atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai, rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan sebagainya (Azwar, 2014: 164). Pada penelitian ini prestasi belajar fisika yang dimaksudkan adalah hasil dari evaluasi atau penilaian yang dilakukan guru terhadap siswa. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mempelajari fisika, dilakukan dengan mengukur hasil belajar yang dicapai siswa setelah siswa mengikuti kegiatan belajar dalam periode tertentu dan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Dalam hal ini perwujudan prestasi belajar fisika berupa hasil evaluasi belajar secara menyeluruh yang ditunjukan dengan nilai rapot semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Keberhasilan prestasi belajar dapat dikatakan sukses jika telah memenuhi standart kompetensi lulusan dan tujan pelajaran fisika. 3. Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Fisika Kemampuan peserta didik menentukan keberhasilan pencapaian prestasinya. Namun di dalam proses belajar tersebut, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan konsep diri (Soemanto, 2008:101). Menurut John dan Grieneeks (dalam Burn, 1993:359) konsep diri merupakan ukuran perkiraan yang paling baik untuk pencapaian prestasi belajar, bahkan berada di atas ukuran-ukuran kecerdasan. Pada dasarnya anak tidak ada yang bodoh. Perbedaan yang berkaitan dengan prestasi akademis semata-mata hanya terletak pada seberapa jauh seorang anak menemukan konsep dirinya. Konsep diri adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya. Tugas pendidik adalah membangun mindset anak untuk memandang bahwa dirinya bisa, untuk memandang bahwa dirinya penting dan luar biasa (Supandi, 2011:45). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah konsep diri. Siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya kesulitan juga dalam penyesuaian diri. Sikap siswa yang pasif dan rendah diri merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi yang diharapkan. Siswa ini dikarakteristikkan sebagai siswa yang mempunyai konsep diri yang kurang baik (Gunarsa dan Gunarsa, 2010:140). Nylor (dalam Desmita, 2012:171) mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antar pribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas 8 mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian belajar, sehingga tidak hanya tergantung pada guru. Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian. (Desmita, 2012:39). Mengenal pribadi peserta didik sangat penting bagi seorang pendidik, salah satu faktor penting dari kepribadian dan motivasi yang mempengaruhi keberhasilan situasi belajar adalah konsep diri, seorang pendidik harus sadar akan dampak konsep diri terhadap tingkah laku anak di dalam kelas dan terhadap prestasi belajarnya (Soemanto, 2012:185). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015”. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif non eksperimen, dan berdasarkan dengan permasalahan yang diteliti, penelitian ini adalah penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling, Kelas yang terpilih sebagai sampel penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 3 yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan dokumentasi. Angket konsep diri yang digunakan merupakan terjemahan angket Tennessee Self Concept Scale Second Edition (TSCS:2) Adult Form oleh Willian H. Fitts, Ph.D dan W. L. Warren, Ph.D (1996) (dalam modifikasi Tauschek, 39:2001). Selain menggunakan angket TSCS:2, peneliti juga menambahkan dimensi eksternal yang menjadi inti dari penelitian ini yaitu akademik fisika sehingga akhirnya diperoleh 18 indikator hasil interaksi dimensi internal terhadap dimensi eksternal. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau, yang diambil dari nilai raport mata pelajaran fisika pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Tahapan analisis data yang dilakukan yaitu penskoran, mengubah skor menjadi nilai, mengkriteriakan nilai, menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi, uji normalitas, uji homogenitas, analisis korelasi menggunakan korelasi prodeuct moment, menguji signifikansi korelasi, menghitung koefisien determinasi, analisis regresi linier sederhana dan uji linieritas. Pertanggungjawaban penelitian, sebelum pelaksanaan penelitian dimulai. Terlebih dahulu dilakukan validitas kontruk terhadap instrumen angket konsep diri dengan menggunakan pendapat dari ahli. Dalam penelitian ini, ahli yang dipilih sebagai validator instrumen adalah Bapak Irwan Tony, M.Psi., Psi., CHT dan Ibu Een Efriyani, M.Psi., selaku psikolog rumah sakit Dr. Sobirin Lubuklinggauu. Validasi tersebut terlaksana pada tanggal 28 April 2015. Setelah divalidator oleh ahli, instrumen di uji cobakan ke siswa. Dalam hal ini, peneliti melakukan uji coba instrumen ke siswa Kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 di SMA Negeri 2 Muara Beliti dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa. Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 30 April berdasarkan persetujuan dari guru mata pelajaran di SMA Negeri 2 Muara Beliti. Berdasarkan hasil analisis uji coba instrument, dari 100 pernyataan angket yang diujikan diperolehh 91 pernyataan yang sudah memenuhi validitas dan reliabilitas. 9 D. HASIL PENELITIAN DESKRIPTIF DATA PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2015 sampai dengan 30 Mei 2015. Penelitian hanya dilakukan sebanyak satu kali pertemuan yaitu pemberian instrumen angket pada tanggal 12 Mei 2015. Secara keseluruhan siswa memiliki konsep diri yang positif karena persentase semua nilai konsep diri siswa > 50% dan nilai rata-rata konsep diri dari seluruh siswa adalah 81,47, artinya berdasarkan kriteria ketercapaian termasuk dalam kategori tinggi. Distrbusi frekuensi konsep diri siswa dan distribusi frekuensi relatif perindikator konsep diri tersaji pada tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Relatif Konsep Diri Siswa Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria 84-100 10 28,57% Sangat Tinggi 68-83 25 71,43% Tinggi 52-67 0 0,00% Sedang 36-51 0 0,00% Rendah 20-35 0 0,00% Sangat Rendah Untuk lebih mengetahui secara keseluruhan kriteria dari konsep diri siswa, maka disusun analisis deskriptif secara keseluruhan dari masing-masing indikator yang dapat dilihat dalam tabel 2. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Relatif Perindikator Konsep Diri No Indikator Skor Persentase Kriteria 1 Identitas Fisik 149,00 85.14% Sangat Tinggi 2 Identitas Moral-Etik 145,25 83.00% Tinggi 3 Identitas Pribadi 148,00 84.57% Tinggi 4 Identitas Keluarga 146,00 83.43% Tinggi 5 Identitas Sosial 143,40 81.94% Tinggi 6 Identitas Fisika 140,50 80.29% Tinggi 7 Tingkah Laku Fisik 140,75 80.43% Tinggi 8 Tingkah Laku Moral-Etik 123,00 70.29% Tinggi 9 Tingkah Laku Pribadi 130,83 74.76% Tinggi 10 Tingkah Laku Keluarga 153,40 87.66% Sangat Tinggi 11 Tingkah Laku Sosial 142,00 81.14% Tinggi 12 Tingkah Laku Fisika 146,00 83.43% Tinggi 13 Penilaian Fisik 117,43 67.10% Tinggi 14 Penilaian Moral-Etik 141,00 80.57% Tinggi 15 Penilaian Pribadi 135,00 77.14% Tinggi 16 Penilaian Keluarga 163,67 93.52% Sangat Tinggi 17 Penilaian Sosial 139,00 79.43% Tinggi 18 Penilaian Fisika 151,75 86.71% Sangat Tinggi Rata-Rata 140,10 80,06% Tinggi 10 UJI NORMALITAS Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data konsep diri siswa dan data prestasi belajar fiska siswa berdistribusi normal atau tidak. Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas No Jenis Data χ2hitung Dk χ2tabel 1 Data Konsep Diri 3,0488 6 12,592 2 Data Prestasi Belajar 6,8811 6 12,592 Dari tabel 3 menunjukan bahwa nilai χ2hitung data konsep diri dan prestasi belajar lebih kecil dari pada nilai χ2tabel. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan χ2 (chi-kuadrat), karena χ2hitung < χ2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data konsep diri dan prestasi belajar siswa berdistribusi normal pada taraf kepercayaan ɑ = 0,05. ANALISIS KORELASI Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dan tingkat korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa digunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan antara konsep diri (variabel X) dan konsep diri (variabel Y). Dari perhitungan tersebut didapatkan koefisien korelasi sebesar r xy = 0,3819. Untuk melihat tingkat hubungan koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besat atau kecil. Maka rxy dikonsultasikan pada tabel 3.5 pedoman intepretasi koefisien korelasi. Berdasarkan tabel 3.5 maka nilai koefisien korelasi rxy = 0,3819 berada pada rentang 0,200 – 0,399 yang berarti hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa termasuk dalam kriteria rendah. UJI SIGNIFIKANSI KORELASI Selanjutnya untuk menguji signifikan korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa dan untuk membuktikan hipotesis. Peneliti melakukan pengujian signifikansi dengan menggunakan uji-t. Diperoleh hasil perhitungan thitung = 2,374 sedangkan ttabel untuk dk = 33, pada taraf kesalahan 5% diperoleh nilai t tabel = 2,042. Karena thitung = 2,374 > ttabel = 2,042, artinya HO ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ”Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015”, diterima kebenarannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. KOEFISIEN DETERMINASI Untuk mengetahui besarnya kontribusi atau pengaruh konsep diri (X) terhadap prestasi belajar fisika siswa (Y). Dari hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh koefisien determinasi antara antara kosnsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa adalah 14,59%. Hal ini berarti konsep diri memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar fisika sebesar 14,59%, sedangkan 85,41% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti. 11 ANALISIS REGRESI Regresi linier digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas dimanipulasi atau diubah-ubah atau dinaik turunkan. Setelah dianalisis menggunakan regresi linier didapatkan hasil sebesar a=59,43 dab b=0,28. Sehingga persamaan regresi linier sederhana antara variabel bebas dan terikat yaitu Ŷ = 59,43 + 0,28 X. Persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) bagaimana individu dalam variabel terikat akan terjadi bila individu dalam variabel bebas ditetapkan. Dari persamaan regresi linier di atas dapat diartikan bahwa bila nilai konsep diri bertambah 1, maka nilai rata-rata prestasi belajar bertambah 0,28. Sehingga misalnya nilai konsep diri siswa ditingkatkan sampai nilai 100 maka diperkirakan nilai rata-rata prestasi belajar fisika siswa akan meningkat menjadi 87,43. Dapat disimpulkan bahwa jika konsep diri sebagai variabel bebas dimanipulasi maka pengaruhnya positif terhadap prestasi belajar fisika siswa yang merupakan variabel terikat pada penelitian ini. UJI LINIERITAS Tujuan dilakuan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah antara konsep diri sebagai variabel beas (X) dan prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y) mempunyai hubungan linier sebagai prasyarat dalam penerapan metode regresi linier. Dari hasil perhitungan uji linieritas diperoleh nilai Fhitung = 5,64 dan nilai Ftabel = 4,13. Berdasarkan ketentuan pengujian linieritas dengan menggunakan uji signifikansi, karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diteima, maka dapat disimpulkan bahwa data konsep diri dan prestasi belajar siswa berpola linier pada taraf kepercayaan ɑ = 0,05, artinya model regresi linier sederhana signifikan dan dapat digunakan dalam memprediksi prestasi belajar yang dipengaruhi oleh konsep diri. E. PEMBAHASAN Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilihat bahwa skor total semua partisipan > 50%. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 secara keseluruhan memilki konsep diri yang positif. Gambaran mengenai keadaan konsep diri siswa tersebut, peneliti peroleh dengan membagikan angket konsep diri kepada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Lubuklinggau, berjumlah 35 orang siswa yang terpilih sebagai sampel dari populasi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Angket konsep diri yang digunakan merupakan angket yang telah divalidasi oleh dua orang psikolog selaku validator dan telah diuji cobakan pada siswa. Dari angket yang telah dibagikan kepada siswa tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa konsep diri dari analisis rata-rata siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau termasuk dalam kriteria tinggi, dengan nilai rata-rata konsep diri siswa 81,47. Sedangkan rata-rata nilai raport siswa adalah 81,91. Mengacu pada hasil tersebut dapat menunjukan bahwa rata-rata siswa memiliki prestasi belajar fisika yang tinggi. Artinya siswa mampu mengoptimalkan segala upaya dan potensi yang mereka punya sebaik mungkin untuk pencapaian prestasi belajar yang maksimal 12 Dari data yang telah dipaparkan pada hasil penelitian, dapat diperoleh gambaran bahwa rata-rata tingkat konsep diri siswa berada dalam kriteria tinggi sedangkan rata-rata prestasi belajar fisika siswa berdasarkan nilai rapot berada dalam kriteria sangat tinggi. Dari 10 subjek yang memperoleh nilai angket konsep diri sangat tinggi, sembilan subjek nilai prestasi belajar fisikanya memang dalam kategori sangat tinggi, sedangkan satu subjeknya hanya memperoleh nilai prestasi belajar fisika yang tinggi. Serta dari 25 subjek dengan konsep diri tinggi, ternyata 15 subjek bisa memperoleh nilai prestasi belajar fisika yang lebih baik dari konsep diri yang dimiliki, yaitu pretasi belajar fisikanya sangat tinggi. Perolehan tersebut jika dilihat dari konsep diri siswa secara keseluruhan, dan ternyata tidak jauh berbeda perbandingannya jika lebih khusus dilihat dari konsep diri akademik fisika, artinya baik konsep diri secara keseluruhan maupun konsep diri akademik fisika, tidak memberikan perbedaan yang besar terhadap prestasi belajar fisika. Dari hasil konsep diri akademik fisika, ternyata 12 dari 13 subjek dengan konsep diri akademik fisika sangat tinggi, memang memperoleh nilai prestasi belajar fisika yang sangat tinggi, sedangkan satu subjeknya hanya memperoleh nilai prestasi belajar dalam kategori tinggi. Kemudian 23 subjek dengan konsep diri fisika yang tinggi, 12 subjek memperoleh prestasi belajar fisika sangat tinggi. Berdasarkan data hasil belajar ulangan harian fisika sebelum remidial pada semester ganjil, dari 5 subjek yang hasil belajarnya rendah, terdapat satu subjek nilai konsep dirinya sangat tinggi, hal ini berarti konsep diri yang baik baik pada diri siswa tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti pada prestasi belajar fisika. Konsep diri siswa tidak dapat dijadikan acuan mutlak untuk perbandingan prestasi belajar fisika siswa. Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti beransumsi bahwa selain konsep diri ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar fisika. Rendahnya prestasi belajar bisa disebabkan oleh beberapa alasan yaitu kondisi fisik siswa pada saat itu, sumber belajar, keluarga, dan lain sebagainya. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Azwar (2014:165) bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor Internal antara lain faktor fisik yaitu kesehatan, cacat tubuh dan faktor psikologis yaitu minat, motivasi, bakat. Faktor eksternal antara lain faktor fisik, seperti kondisi tempat belajar, perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Dan faktor sosial, yaitu keluarga, masyarakat dan pengaruh budaya. Dari perbandingan yang dipaparkan tersebut, ternyata terjadi kesenjangan antara nilai konsep diri siswa dan prestasi belajar fisikanya, ada siswa yang tidak mampu memperoleh prestasi belajar fisika yang setara dengan konsep dirinya, serta ada beberapa siswa yang memperoleh prestasi belajar fisika lebh baik dari konsep diri yang dimiliki, hal ini berarti konsep diri pada diri setiap siswa tidak memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar fisikanya, walaupun kecenderungan rata-rata siswa prestasi belajarnya sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Sebagaimana hasil yang diperoleh dari hasil wawancara guru, bahwa memang ada beberapa siswa yang menunjukan sikap dari konsep diri kurang baik ternyata mampu mendapatkan nilai yang baik. Dari hasil analisis korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika. Diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang postif antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa. Marsh dan Craven (dalam Kumari dan Chamundeswari, 13 2013:111) menyatakan bahwa konsep diri dan prestasi belajar, masing -masing saling membangun, memperkuat dan memberikan keuntungan satu sama lain. Meningkatkan konsep diri merupakan sesuatu yang penting, karena merupaka variabel mediasi yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Meskipun tingkat hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa rendah, tetap ada korelasi positif antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa. Hubungan bersifat positif artinya terjadi hubungan searah antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika. Konsep diri yang positif dapat memaksimalkan prestasi belajar fisika yang diperoleh. Adanya konsep diri yang tinggi pada siswa merupakan salah satu dasar bagi siswa dalam menjalani kegiatan belajar dengan baik sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi belajar. Kemudian diketahui bahwa hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika merupakan hubungan yang signifikan, artinya hasil korelasi yang diperoleh dari sampel yang telah diambil yaitu kelas XI IPA 3 dapat digeneralisasikan pada populasi XI IPA. Sebagaimana dikemukakan oleh Fink bahwa konsep diri negatif pada seorang anak memiliki korelasi yang signifikan dengan rendahnya prestasi belajar yang dicapainya disekolah. Pudjiyogyanti (dalam Efendi, 2004:27) memberikan pernyataan senada bahwa konsep diri berperan dalam menentukan prestasi belajar, karena dari penilaian diri mengenai kemampuan dan perilaku akan membuat seeorang lebih condong menunjukan prestasi dari hasil penilaian dirinya tersebut. Dengan demikian, hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa merupakan hubungan yang positif dan signifikan, namun hanya dalam kriteria rendah. Pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi diperoleh bahwa konsep diri memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar fisika sebesar 14,44%. Hal ini berarti bahwa nilai prestasi belajar fisika siswa 14,44% ditentukan oleh nilai konsep diri yang dimilikny. Walaupun sangat kecil, namun konsep diri memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa. Sedangkan sisanya 85,56% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya faktor guru, tingkat intelektual siswa, sarana dan prasarana, minat dan sebagainya. Sebagaimana hasil penelitian Efendi (2004:31) bahwa pengenalan, pemahaman, dan penilaian siswa terhadap diri sendiri menjadi modal yang berpengaruh bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Kemudian Popham (dalam Rasyid dan Mansur, 2007:13) mengemukakan bahwa “ranah afektif menentukan keberhasilan atau prestasi belajar seseorang.”. Kemudian Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2007:16) mengatakan “ada empat karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, nilai dan konsep diri.” Prestasi belajar pada ranah kognitif ditentukan oleh konsep diri yang menjadi bagian dari kondisi afektif siswa. Konsep diri merupakan hal mendasar yang mempengaruhi perilaku siswa sehari-hari dalam mengikuti kegiatan pembelajar, konsep diri yang positif bisa membuat siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, mempunyai keinginan yang kuat dan belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga hal ini menjadi proses yang saling berhubungan dan akan berimbas pada prestasi belajar yang akan dihasilkannya. Mengingat bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru dan sekolah sebaiknya memperhatikan 14 aspek konsep diri siswa dalam proses pembelajaran. Diharapkan dapat membantu siswa menumbuh kembangkan konsep dirinya, misalnya dengan memberikan dorongan, nasehat, pujian, semangat, motivasi dan keyakinan bagi siswanya. Siswa juga harus mengerti dan memahami apa kelebihan dan kekurangan dalam dirinya sendiri. Sehingga diharapkan tumbuh konsep diri positif dalam diri siswa guna mencapai prestasi belajar fisika dapat maksimal. Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik (Desmita, 2010:182) (a) Membuat siswa merasa mendapatkan dukungan dari guru, yang bisa ditunjukan dalam bentuk dukungan emosional, seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian dan umpan balik. Dapat juga berupa dukungan penghargaan seperi persetujuan gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara siswa, sehingga siswa membangun perasaan memiliki harga diri, kemampuan atau kompeten dan berarti, (b) Membuat siswa merasa bertanggung jawab, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya., sehingga siswa merasa dirinya mempunyai peranan dan diikutsertakan dalam kegiatan pendidikan, (c) Membuat siswa merasa mampu. Dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan siswa, sehingga siswa juga akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya, (d) Mengarahkan siswa mencapai tujuan yang realistis, menilai diri dan bangga dengan dirinya secara realistis. Siswa harus memiliki motivasi berprestasi dan meninggalkan kebiasaan buruk yang menghambat keberhasilannya. Sebagaimana jika dilihat dari skor tiap butir pernyataan angket. Maka skor terendah dari hasil angket menunjukkan bahwa indikator tersebut menunjukkan keadaan siswa yang juga rendah. Hasil angket menunjukkan skor terendah adalah item no 80 yaitu tentang kebiasaan menunda sampai besok apa yang harus dilakukan hari ini. Karena skornya rendah, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum meyakini bahwa dirinya adalah orang yang disiplin dan merasa bahwa dirinya biasa menunda pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakannya hari ini, padahal hal tersebut dapat merugikan dirinya sendiri dan bisa membuat hasil dari setiap pekerjaannya tidak maksimal. Hal ini menyebabkan rendahnya konsep diri pada siswa tersebut, karena adanya perasaan kurang yakin terhadap pengendalian dirinya dan menunjukan kurangnya motivasi berprestasi yang dapat membuat prestasi yang diraih tidak semaksimal seharusnya. Dari apa yang telah diuraikan mengenai konsep diri siswa terhadap kebiasaan belajarnya. Peneliti berpendapat bahwa kebiasaan belajar siswa memegang peranan yang cukup berarti dalam pencapaian prestasi belajar, kebiasaan belajar yang baik dapat mendukung siswa untuk bisa memperoleh prestasi belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Djaali (2008:127) bahwa kebiasaan belajar siswa memiliki hubungan positif terhadap prestasi belajar. Karena kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Serta dari hasil penelitian Juliarta et. al. (2013:7) bahwa kebiasaan belajar dapat dijadikan sebagai prediktor prestasi belajar, kebiasaan belajar yang baik sangat perlu dibangun dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Kemudian orang tua dan keluarga memiliki peran yang utama dalam pembentukan konsep diri siswa. Jika dilihat dari 15 indikator konsep diri diperoleh data bahwa indikator tertinggi yaitu penilaian keluarga sebesar 95,62%. Berarti siswa memiliki konsep diri yang sangat tinggi pada indikator penenerimaan keluarga. Siswa 15 merasa senang dengan hubungan keluarganya serta memiliki penilaian bahwa ia dipercayai dan cintai dalam keluarga. Artinya peran keluarga sangat besar dalam pembentukan konsep diri siswa. Sebagaimana dikatakan Calhoun dan Acocela (dalam Wulandari dan Rola, 2014:81) bahwa konsep diri diperoleh dari hasil belajar individu melalui hubungannya dengan orang tua, karena orang tua atau keluarga merupakan kontak sosial paling awal dan intens yang dialami individu dan yang paling kuat. Jika dilihat skor tertinggi dari hasil angket, maka indikator tertinggi tersebut menunjukkan keadaan siswa yang juga tinggi Hasil angket yang menunjukkan skor tertinggi adalah item nomor 3 yaitu tentang persepsi terhadap kedudukannya dan keadaan keluarga, kemudia item nomor 36 yaitu tentang pandangan seberapa besar kepercayaan keluarga terhadap dirinya. Adanya skor tertinggi pada dua item ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa merasa dan berfikir bahwa ia memiliki keluarga yang bahagia, yang membuat dirinya merasa berarti dan dipercaya. Perasaan diterima dan dipercaya dalam keluarganya, serta suasana keluarga yang bahagia dan harmonis dapat mempengaruhi konsep diri siswa menjadi semakin baik, yang akan membuat siswa ingin menunjukan bahwa ia bisa menjadi yang terbaik untuk keluarganya yang selalu mendukungnya dan mampu memperoleh prestasi belajar yang maksimal. F. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh nilai koefisien korelasi rxy sebesar 0,3819 dan nilai thitung = 2,374 > ttabel = 2,042, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Koefisien determinasi antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa sebesar 14,59%, artinya konsep diri siswa mempengaruhi pretasi belajar fisika siswa sebesar 14,59%. Sedangkan 85,43% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Bentuk persamaan regresi antara konsep diri dengan prestasi belajar adalah Ŷ = 59,43 + 0,28X, artinya konsep diri dapat dijadikan prediksi prestasi belajar fisika siswa. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian dan kesimpulan penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi siswa diharapkan dapat mengembangkan konsep diri yang positif sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki guna memaksimalkan pencapaian prestasi belajar fisika. 2. Bagi sekolah dan guru sebaiknya memperhatikan aspek konsep diri siswa dalam proses pembelajaran dan dapat membantu siswa mengembangkan konsep dirinya, antara lain dengan memberikan dorongan, nasehat, pujian, semangat, motivasi dan keyakinan bagi siswanya. 3. Bagi para orang tua hendaknya dapat menunjukkan perkataan dan tindakan yang positif sehingga menjadi cerminan bagi anak-anaknya, karena akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut menilai dan memandang dirinya. 4. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini selanjutnya perlu dikembangkan lagi variabel lain yang terlibat dalam populasi penelitian yaitu dapat dengan memperluas prestasi belajar yang diteliti bukan hanya pada aspek kognitif. 16 DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan (Pendekatan EkologiKaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung: Refika Aditama. Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2014. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burns, R.B. 1979. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). Terjemahan oleh Eddy. 1993. Jakarta: Arcan. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dramanu, Bakari Yusuf dan Balarabe Musa. 2013. Relationship between Academic SelfConcept and Academic Performance of Junior High School Students in Ghana, 9(34), 93-104. Efendi, Kusno. 2004. Hubungan antara Konsep Diri dan Kemampuan Verbal dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas Lima Sekolah Dasar Muhammadiyah Sukonandi Yogyajarta. 1(1), 26-31. Fitts, William H dan Warren, W.L. 1996. Tennese Self Concept Scale Second Editiotn Manual. California: Western Psychological Service. Gunarsa, Singgih D dan Gunarsa, Yulia Singgih D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Juliarta, et. al. 2013. Determnasi Motivasi BerprestasI, Kebiasaan Belajar, dan Kualitas Pengelolaan Pembelajaran Guru Terhadap Prestasi Belajar Praktik di SMKN 1 Sukawati. 4,1-12. Kumari, Archana dan Chamundeswari. 2013. Self-Concept and Academic Achievement of Students at the Higher Secondary Level. Journal of Sociological Research, 4(2), 105113. Rasyid dan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wahana Prima Rensi, dan Sugiarti, Lucia Rini. 2010. Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Kristen YSKI Semarang. 3(2), 148-153. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 2012. Psikologi pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Supandi. 2011. Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda (Menghantarkan Anak Anda Menjadi Orang yang Sukses, Bahagia, dan Sejahtera). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Syah, Muhibin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Tauschek, Kari L. 2001. Comparison Between The Sosial and Total Self Concept of Students in A School”s Emotional Disturbance Program and Students Not in The Emotional Distrbance Program. Research Paper diterbitkan. Wisconsin: Master of Science Degree with a Major in School Psychology. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Warren, W. Louise. 1996. The Tennesse Self_Concept Scale: Second Editon (TSCS:2) Adult Form. California: Western Psychological Services. Wulandari, R.r Lita H dan Rola Fasti. 2004. Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan. 3(2), 80-85.