hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa

advertisement
1
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR
FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Ike Trymas Ayulanda1, A. Budi Mulyanto2, Fitria Dewi Yanti3
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul ”Hubungan antara Konsep Diri dengan Pretasi Belajar Fisika Siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah
penelitian ini adalah (1) Adakah hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar
fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015? (2)
Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa di kelas XI
SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015? Jenis penelitian ini adalah
penelitian korelasi dengan metode kuantitatif non eksperimen. Populasinya adalah siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuklinggau berjumlah 149 siswa. Penentuan sampel diambil
secara simple random sampling dari empat kelas terpilih satu kelas yangberjumlah 35
orang. Pengumpulan data konsep diri menggunakan angket dan data prestasi belajar
dengan teknik dokumentasi yaitu mengambil nilai raport. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh rxy = 0,3819 dan thitung = 2,374. Untuk taraf signifikan 5% ttabel = 2,042. Karena
nilai thitung> ttabel, maka hipotesis diterima. Disimpulkan ada hubungan yang positif dan
signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1
Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan
koefisien determinasi, konsep diri mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa sebesar
14.59% melalui persamaan regresi Y’=59,43+0,28X.
Kata Kunci : Konsep Diri, Prestasi Belajar Fisika.
1
Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2,3
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
2
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi. Adanya pendidikan menjadikan manusia terus mengalami dinamisasi
perubahan hidup, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Perubahan ini
merupakan hasil dari proses interaksi manusia dengan lingkungannya. Dalam proses
interaksi tersebut, individu menemukan pribadinya masing-masing. Individu belajar
mengidentifikasi dirinya sendiri. Individu mulai membangun konsep diri yaitu sebuah
pemikiran atau pandangan terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri setiap individu terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
diperoleh selama hidupnya (Agustiani, 2012:185). Pengalaman hidup yang berbeda
dari setiap individu membentuk keragaman konsep diri. Konsep diri merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku. Memiliki konsep diri yang positif akan
membantu keberhasilan individu dalam menjalani proses kehidupan sebagaimana
yang diharapkan, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun dimasyarakat.
Keberhasilan pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu siswa, kurikulum, tenaga pendidik,
sarana prasarana serta faktor lingkungan. Berbagai usaha untuk meningkatkan
kualitas pendidikan memang sudah sering dilakukan, seperti perbaikan kurikulum,
pelatihan guru, memvariasikan model dan metode pengajaran, pemberian jam
tambahan, penggunaan media maupun alat peraga, dan lain-lain. Namun hasil belajar
yang diperoleh siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru memang
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena merupakan orang
yang secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa. Tetapi tidak
sepenuhnya kita harus menyalahkan guru dalam proses belajar mengajar, karena
masih ada faktor siswa itu sendiri yang sangat harus diperhatikan.
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,
serta penemuan teori dan konsep (Trianto, 2010:137). Pencapaian keberhasilan
pembelajaran fisika bergantung kepada siswa dalam menguasai pelajaran. Pada
kenyataanya masih ada siswa yang tidak menyukai pelajaran fisika. Siswa beranggapan
fisika adalah pelajaran yang sulit, banyak menggunakan rumus-rumus dan konsep
yang membingungkan, sehingga membuat siswa merasa tidak mampu memahaminya.
Persepsi negatif terhadap fisika dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar fisika.
Masyarakat awam kebanyakan berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
yang tinggi dalam belajar seseorang hanya harus memiliki kecerdasan intelektual
yang tinggi. Namun sebenarnya prestasi belajar merupakan hasil dari proses
belajar yang bersifat kompleks dan menyeluruh. Prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika ditinjau dari faktor internal, prestasi belajar
juga bisa dipengaruhi oleh faktor psikologis siswa yaitu konsep diri. Menurut John
dan Grieneeks (dalam Burns, 1993:359), konsep diri merupakan ukuran perkiraan yang
paling baik untuk pencapaian prestasi belajar, bahkan berada di atas ukuran-ukuran
kecerdasan.
Demi keberhasilan proses belajar mengajar dan tercapainya tujuan
pembelajaran, sudah menjadi tugas pendidik membentuk konsep diri positif
pada siswa dengan membangun pola fikir siswa agar bisa memandang dirinya
penting dan percaya diri pada kemampuannya. Konsep diri merupakan salah satu
3
aspek perkembangan psikososial peserta didik yang penting dipahami oleh seorang
guru. Konsep diri merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam proses
pendidikan. Rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa, terjadinya penyimpanganpenyimpangan perilaku siswa, serta kesulitan belajar yang dialami siswa di kelas
banyak disebabkan oleh persepsi negatif siswa terhadap diri sendiri (Desmita,
2012:163).
Pada dasarnya anak tidak ada yang bodoh. Perbedaan yang berkaitan dengan
prestasi akademis semata-mata hanya terletak pada seberapa jauh seorang anak
menemukan konsep dirinya (Supandi, 2011:45). Siswa yang dengan konsep diri
positif, memiliki kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuannya.
Mengakibatkan siswa memandang tuntutan disekolah mudah untuk
diselesaikan. Dan berupaya menggunakan segala potensinya seoptimal mungkin
dalam mengikuti kegiatan belajar. Karena itu siswa akan menetapkan standart
prestasi yang harus dicapai Hal ini membuatnya memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi. Perilaku yang baik hasil dari konsep diri yang positif membuat
prestasi belajarnya setara dengan kecerdasannya. Terhadap lingkungan
disekitarnya juga juga, siswa merasa diterima dan diperlakukan dengan baik,
sehingga memiliki hubungan baik dengan keluarga, guru dan teman sekelasnya.
Kurangnya perasaan, persepsi dan penilaian yang baik terhadap diri sendiri
merupakan gejala khas yang ditemui pada diri siswa yang memiliki prestasi rendah.
Konsep diri negatif cenderung menempatkan individu pada penolakan terhadap
lingkungan akibat perasaaan inferioritasnya. Pandangan siswa bahwa dirinya tidak
kompeten membuat mereka tidak mempunyai minat belajar dan motivasi berprestasi.
Walaupun sebenarnya siswa memiliki kecerdasan yang tinggi, namun jika tidak berfikir
demikian tentang dirinya, kecerdasannya hanya menjadi potensi yang tidak dapat
dikembangkan secara maksimal. Keraguan, ketakutan gagal, tidak percaya diri dan
pemikiran sejenis ini akan menyebabkan kapasitas intelektual serta segala potensi
siswa tidak sepenuhnya bekerja.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat melaksanakan
Penerapan Perangkat Pembelajaran (P3) di SMA Negeri 1 Lubuklinggau, dari
tanggal 4 Agustus 2014 hingga 30 September 2014. Peneliti melihat bahwa
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, siswa yang memperoleh nilai
tinggi sebagian besar memang siswa yang menyukai pelajaran fisika, mereka
menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dan lebih semangat belajar. Mereka
optimis mampu menguasai pelajaran fisika, mau berusaha dan berkeinginan kuat
untuk memperoleh nilai yang baik. Dapat dikatakan mereka memiliki konsep diri
yang positif. Sementara sebaliknya ada beberapa siswa yang memperoleh nilai
fisika rendah, mereka memang tidak menyukai pelajaran fisika, mereka
beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang cukup sulit jika dibandingkan dengan
pelajaran lain. Mereka merasa kurang mampu menguasai pelajaran fisika dan
kurangnya keinginan untuk memperoleh nilai yang tinggi. Kenyataan ini
merupakan sebuah persepsi negatif terhadap fisika yang berakibat munculnya sikap
acuh dan malas belajar. Mereka dapat dikriteriakan memiliki konsep diri negatif.
Observasi awal yang telah dilakukan tersebut diperkuat dengan adanya
lembar penilaian diri peserta didik yang telah diisi siswa pada saat peneliti masih
melaksanakan Penerapan Perangkat Pembelajaran (P3) di SMA Negeri 1
Lubuklinggau. Diperoleh hasil penilaian diri peserta didik dengan kriteria sangat
4
baik sebesar 34,28%, kriteria baik sebesar 62,86% dan kriteria cukup sebesar
2,86%. Sementara itu diperoleh data dari pihak sekolah (Tata Usaha SMA Neger i
1 Lubuklinggau) ternyata nilai rata-rata raport mata pelajaran fisika kelas XI pada
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 adalah 81,95 dengan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) mata pelajaran fisika adalah 77.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA Negeri
1 Lubuklinggau pada tanggal 2 April 2015, disimpulkan bahwa prestasi belajar
fisika dan konsep diri siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuklinggau bisa
dikatakan relatif baik dan ada kecenderungan terdapat hubungan yang positif
antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa. Pencapaian prestasi
belajar fisika yang maksimal, salah satunya dikarenakan kepribadian dan
perilaku siswa dapat dikatakan baik membentuk motivasi belajar yang tinggi,
sehingga siswa merasa nyaman dan bersemangat mengikuti pelajaran. Sikap
siswa yang seperti ini akan memberikan kesempatan dirinya dalam
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian prestasi belajar
yang tinggi.
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Bakari Yusuf, PhD dan Prof.
Musa Balarabe, (2013:93-104), dengan judul penelitian “Relationship between
Academic Self-Concept and Academic Performance of Junior High School
Students in Ghana”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa SMP
di Ghana. Dengan koefisien korelasi 0,306 dan taraf signifikan 1%.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan penelitian ini
adalah (1) Adakah hubungan antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa K e l a s
X I SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015? (2) Seberapa besar pengaruh
konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa kelasXI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh
konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa di kelas XI SMA Negeri 1
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah suatu gagasan terhadap diri sendiri yang masih berupa hipotesis
meliputi gambaran diri, citra diri, harga diri, evaluasi dan penilaian diri yang
mempengaruhi tingkah lakunya. Konsep diri merupakan satu proses yang bersifat dinamis
dan berubah secara halus. (Burns, 1993:84). Konsep diri merupakan gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya, yang berkembang secara terus menerus melalui
pengalaman-pengalaman yang diperolehnya melalu interaksi dengan lingkungan
dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya (Agustiani, 2009:138).
Konsep diri sebenarnya terbentuk berdasarkan persepsi seseorang
mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang siswa, ia mulai
belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh
orang lain dalam lingkungannya, misalnya orang tuanya, gurunya ataupun temantemannya. Sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus-menerus pada
5
seorang siswa muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama-kelamaan siswa akan
mempunyai konsep diri bahwa ia seperti yang dikatakan gurunya (Gunarsa dan
Gunarsa, 2010:238).
Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi anak sehingga mereka belum bisa
menemukan konsep dirinya diantaranya adalah anak menganggap bahwa pelajaran
tertentu itu tidak penting dan tidak ada manfaatnya. Selama anak tidak melihat
manfaat dari suatu mata pelajaran, pikiran anak akan tertutup. Sebagai akibatnya
materi pelajaran menjadi membosankan dan tidak menarik bagi mereka. Faktor
lainnya adalah kemampuan anak dalam menerima materi pelajaran. Bila anak
merasa tidak mampu, mereka merasa tidak perlu lagi mempelajari sesuatu hal yang
menurut mereka tidak mampu untuk dikuasai (Supandi, 2011:45). Menurut Rais
(dalam Gunarsa dan Gunarsa, 2010:238) banyak faktor yang mempengaruhi konsep
diri seseorang, antara lain nama, pakaian, jenis kelamin, suku bangsa, harapanharapan, lingkungan, reaksi orang lain terhadap dirinya, pujian-pujian atas segala
prestasi yang dibuatnya, maupun hukuman-hukuman dan hinaan-hinaan atas
kesalahan-kesalahannya.
William H. Fitts (dalam Agustini, 2009:139) membagi konsep diri dalam dua
dimensi pokok yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal
adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap diri sendiri berdasarkan dunia di
dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: (1) diri identitas (identity self); (2)
diri pelaku (behavioral self); (3) diri penerimaan (judging self). Dimensi eksternal
merupakan penilaian individu yang berkaitan dengan hal-hal di luar dirinya.
Dimensi ini dibedakan dalam lima bentuk: (1) diri fisik (physical self); (2) diri etikmoral (moral-ethic self); (3) diri pribadi (personal self); (4) diri keluarga (family self);
(5) diri sosial (sosial self).
Bagian-bagian dari dimensi internal dan eksternal konsep diri tersebut saling
berinteraksi satu sama lain, sehingga dari tiga dimensi internal dan lima dimensi
eksternal akan diperoleh 15 kombinasi yaitu meliputi identitas fisik, identitas
moral-etik, identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik,
tingkah laku moral-etik, tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku
sosial, penilaian fisik, penilaian moral-etik, penilaian pribadi, penilaian keluarga dan
penilaian sosial. Semua dimensi tersebut membentuk konsep diri secara
keseluruhan (Total Self Concept) pada diri seseorang. (Agustiani, 2009:143).
Tanda-tanda konsep diri positif menurut Burns (1993:280) antara lain yaitu
(1) Kemampuan memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh
dipandang dari sudut pengalaman yang baru; (2) Tidak adanya penyesalan yang
berlebihan terhadap masa lalu dan kekhawatiran masa yang akan datang; (3)
Kepercayaan diri untuk menghadapi masalah bahkan saat dihadapkan dengan
kegagalan yang terjadi; (4) Penerimaan diri sebagai seorang yang sama
berharganya dengan orang lain meski berbeda bakat dan sifat yang spesifik; (5)
Sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain. Kemudian menurut Desmita (2012:164)
Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah mencapai
keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri positif seseorang akan bersikap optimis,
berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya
diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta
bersikap dan berpikir secara positif.
6
Tanda-tanda konsep diri negatif menurut Burns (1993:279) antara lain yaitu
(1) Sangat peka terhadap kritikan; (2) Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk
mempertahankan citra diri yang goyah; (3) Tidak mengakui kelemahan pribadi dan
kegagalan; (4) Sering memberikan respons yang berlebihan terhadap sanjungan
dan pujian; (5) Menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada
minat pada persaingan. Kemudian menurut Desmita (2012:164) Seseorang dengan
konsep diri negatif akan lebih sulit berhasil. Sebab, konsep diri negatif
mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal, merasa diri bodoh,
tidak berguna, rendah diri, merasa pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku
inferior lainnya
Ketika anak-anak memasuki masa remaja, konsep diri mereka mengalami
pekembangan yang sangat kompleks dan melibatkan sejumlah aspek dalam diri
mereka. Santrock (dalam Desmita, 2012:177) menyebutkan sejumlah karakteristik
penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu: (1) Abstract and
idealistic; (2) differentiated; (3) contradictions within the self; (4) the fluctuating
self; (5) Real and ideal, live and false selves (6) Sosial Coparison; (7) Self-conscious;
(8) Self-protective; (9) unconscious; (10) self-integration.
2. Prestasi Belajar Fisika
Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang
menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah mengalami proses
pembelajaran sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya (Surya, 2004:75). Prestasi belajar merupakan pengungkapan hasil
belajar ideal meliputi segenap ranah yang berubah sebagai akibat pengalaman
belajar siswa dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai
hasil belajar siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Syah,
2014:148). Prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar secara keseluruhan (Ahmadi dan
Supriyono, 2013:138). Kemudian Marjoribanks (dalam Rensi dan Sugiarti,
2010:149) mengemukakan prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dilakukan
oleh seorang siswa dalam jangka waktu tertentu dan tercatat dalam rapot sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Ahmadi
dan Supriyono (2013: 138) yaitu: (1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
(faktor internal) meliputi faktor jasmania, yaitu kesehatan, cacat tubuh. Kemudian
faktor Psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivas, konsep diri, serta tipetipe khusus seorang pelajar diantaranya seorang yang bertipe visual, auditif, dan
lain-lain. (2) Faktor yang berasal dari luar diri (faktor eksternal), yatu faktor sosial,
budaya, lingkungan fisik, lingkungan spiritual dan keamanan.
Menurut Azwar (2014:165) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dibagi menjadi dua yaitu: (1) Faktor Internal: Fisik antara lain kondisi panca indera
dan fisik secara umum. Psikologis, meliputi variabel nonkognitif, seperti minat,
motivasi, dan variabel-variabel kepribadian lainnya. Serta variabel kognitif, yaitu
kemampuan khusus (bakat) dan kemampuan umum (intelegensi); (2) Faktor
Eksternal yaitu faktor fisik, seperti kondisi tempat belajar, saran dan perlengkapan
belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Dan faktor sosial, yaitu
dukungan sosial dan pengaruh budaya
7
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Padanan kata evaluasi
adalah assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi
belajar yang dicapai siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam
dunia pendidikan selain kata evaluasi dan assessment lebuh dikenal dengan istilah
tes, ujian, dan ulangan. (Syah, 2013:197). Tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat kemajuan dan keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh
siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu (Syah, 2013:198). Evaluasi
dari prestasi belajar atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam
bentuk indikator-indikator berupa nilai, rapor, indeks prestasi studi, angka
kelulusan, predikat keberhasilan, dan sebagainya (Azwar, 2014: 164).
Pada penelitian ini prestasi belajar fisika yang dimaksudkan adalah hasil
dari evaluasi atau penilaian yang dilakukan guru terhadap siswa. Bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mempelajari fisika, dilakukan
dengan mengukur hasil belajar yang dicapai siswa setelah siswa mengikuti kegiatan
belajar dalam periode tertentu dan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai
tertentu. Dalam hal ini perwujudan prestasi belajar fisika berupa hasil evaluasi
belajar secara menyeluruh yang ditunjukan dengan nilai rapot semester ganjil
tahun pelajaran 2014/2015. Keberhasilan prestasi belajar dapat dikatakan sukses
jika telah memenuhi standart kompetensi lulusan dan tujan pelajaran fisika.
3. Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Fisika
Kemampuan peserta didik menentukan keberhasilan pencapaian
prestasinya. Namun di dalam proses belajar tersebut, ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan
konsep diri (Soemanto, 2008:101). Menurut John dan Grieneeks (dalam Burn,
1993:359) konsep diri merupakan ukuran perkiraan yang paling baik untuk
pencapaian prestasi belajar, bahkan berada di atas ukuran-ukuran kecerdasan.
Pada dasarnya anak tidak ada yang bodoh. Perbedaan yang berkaitan
dengan prestasi akademis semata-mata hanya terletak pada seberapa jauh seorang
anak menemukan konsep dirinya. Konsep diri adalah cara pandang seseorang
terhadap dirinya. Tugas pendidik adalah membangun mindset anak untuk
memandang bahwa dirinya bisa, untuk memandang bahwa dirinya penting dan luar
biasa (Supandi, 2011:45). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa adalah konsep diri. Siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya
kesulitan juga dalam penyesuaian diri. Sikap siswa yang pasif dan rendah diri
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi yang
diharapkan. Siswa ini dikarakteristikkan sebagai siswa yang mempunyai konsep diri
yang kurang baik (Gunarsa dan Gunarsa, 2010:140).
Nylor (dalam Desmita, 2012:171) mengemukakan bahwa banyak penelitian
yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi
belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi
yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki
penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antar pribadi yang positif
pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan
kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas
8
mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan
kemandirian belajar, sehingga tidak hanya tergantung pada guru.
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen
yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan
tumpuan perhatian. (Desmita, 2012:39). Mengenal pribadi peserta didik sangat
penting bagi seorang pendidik, salah satu faktor penting dari kepribadian dan
motivasi yang mempengaruhi keberhasilan situasi belajar adalah konsep diri,
seorang pendidik harus sadar akan dampak konsep diri terhadap tingkah laku anak
di dalam kelas dan terhadap prestasi belajarnya (Soemanto, 2012:185).
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis
dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep
diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015”.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif non eksperimen, dan
berdasarkan dengan permasalahan yang diteliti, penelitian ini adalah penelitian korelasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling,
Kelas yang terpilih sebagai sampel penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 3 yang berjumlah 35
orang siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan
dokumentasi. Angket konsep diri yang digunakan merupakan terjemahan angket Tennessee
Self Concept Scale Second Edition (TSCS:2) Adult Form oleh Willian H. Fitts, Ph.D dan W. L.
Warren, Ph.D (1996) (dalam modifikasi Tauschek, 39:2001). Selain menggunakan angket
TSCS:2, peneliti juga menambahkan dimensi eksternal yang menjadi inti dari penelitian
ini yaitu akademik fisika sehingga akhirnya diperoleh 18 indikator hasil interaksi
dimensi internal terhadap dimensi eksternal. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh
data prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau, yang diambil dari nilai
raport mata pelajaran fisika pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Tahapan analisis data yang dilakukan yaitu penskoran, mengubah skor menjadi nilai,
mengkriteriakan nilai, menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi, uji normalitas, uji
homogenitas, analisis korelasi menggunakan korelasi prodeuct moment, menguji signifikansi
korelasi, menghitung koefisien determinasi, analisis regresi linier sederhana dan uji linieritas.
Pertanggungjawaban penelitian, sebelum pelaksanaan penelitian dimulai.
Terlebih dahulu dilakukan validitas kontruk terhadap instrumen angket konsep diri
dengan menggunakan pendapat dari ahli. Dalam penelitian ini, ahli yang dipilih
sebagai validator instrumen adalah Bapak Irwan Tony, M.Psi., Psi., CHT dan Ibu Een
Efriyani, M.Psi., selaku psikolog rumah sakit Dr. Sobirin Lubuklinggauu. Validasi
tersebut terlaksana pada tanggal 28 April 2015. Setelah divalidator oleh ahli,
instrumen di uji cobakan ke siswa. Dalam hal ini, peneliti melakukan uji coba
instrumen ke siswa Kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 di SMA Negeri 2 Muara Beliti dengan
jumlah siswa sebanyak 40 siswa. Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 30
April berdasarkan persetujuan dari guru mata pelajaran di SMA Negeri 2 Muara Beliti.
Berdasarkan hasil analisis uji coba instrument, dari 100 pernyataan angket yang
diujikan diperolehh 91 pernyataan yang sudah memenuhi validitas dan reliabilitas.
9
D. HASIL PENELITIAN
DESKRIPTIF DATA PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2015 sampai dengan 30 Mei
2015. Penelitian hanya dilakukan sebanyak satu kali pertemuan yaitu pemberian
instrumen angket pada tanggal 12 Mei 2015. Secara keseluruhan siswa memiliki
konsep diri yang positif karena persentase semua nilai konsep diri siswa > 50% dan
nilai rata-rata konsep diri dari seluruh siswa adalah 81,47, artinya berdasarkan kriteria
ketercapaian termasuk dalam kategori tinggi. Distrbusi frekuensi konsep diri siswa dan
distribusi frekuensi relatif perindikator konsep diri tersaji pada tabel 1.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Relatif Konsep Diri Siswa
Interval Nilai Frekuensi Persentase
Kriteria
84-100
10
28,57%
Sangat Tinggi
68-83
25
71,43%
Tinggi
52-67
0
0,00%
Sedang
36-51
0
0,00%
Rendah
20-35
0
0,00%
Sangat Rendah
Untuk lebih mengetahui secara keseluruhan kriteria dari konsep diri siswa,
maka disusun analisis deskriptif secara keseluruhan dari masing-masing indikator yang
dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Relatif Perindikator Konsep Diri
No
Indikator
Skor
Persentase
Kriteria
1 Identitas Fisik
149,00
85.14%
Sangat Tinggi
2 Identitas Moral-Etik
145,25
83.00%
Tinggi
3 Identitas Pribadi
148,00
84.57%
Tinggi
4 Identitas Keluarga
146,00
83.43%
Tinggi
5 Identitas Sosial
143,40
81.94%
Tinggi
6 Identitas Fisika
140,50
80.29%
Tinggi
7 Tingkah Laku Fisik
140,75
80.43%
Tinggi
8 Tingkah Laku Moral-Etik
123,00
70.29%
Tinggi
9 Tingkah Laku Pribadi
130,83
74.76%
Tinggi
10 Tingkah Laku Keluarga
153,40
87.66%
Sangat Tinggi
11 Tingkah Laku Sosial
142,00
81.14%
Tinggi
12 Tingkah Laku Fisika
146,00
83.43%
Tinggi
13 Penilaian Fisik
117,43
67.10%
Tinggi
14 Penilaian Moral-Etik
141,00
80.57%
Tinggi
15 Penilaian Pribadi
135,00
77.14%
Tinggi
16 Penilaian Keluarga
163,67
93.52%
Sangat Tinggi
17 Penilaian Sosial
139,00
79.43%
Tinggi
18 Penilaian Fisika
151,75
86.71%
Sangat Tinggi
Rata-Rata
140,10
80,06%
Tinggi
10
UJI NORMALITAS
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data konsep diri siswa dan data
prestasi belajar fiska siswa berdistribusi normal atau tidak. Rekapitulasi hasil
perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas
No
Jenis Data
χ2hitung
Dk
χ2tabel
1
Data Konsep Diri
3,0488
6
12,592
2 Data Prestasi Belajar
6,8811
6
12,592
Dari tabel 3 menunjukan bahwa nilai χ2hitung data konsep diri dan prestasi
belajar lebih kecil dari pada nilai χ2tabel. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas
dengan menggunakan uji kecocokan χ2 (chi-kuadrat), karena χ2hitung < χ2tabel maka dapat
disimpulkan bahwa data konsep diri dan prestasi belajar siswa berdistribusi normal
pada taraf kepercayaan ɑ = 0,05.
ANALISIS KORELASI
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dan tingkat korelasi antara
konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa digunakan rumus korelasi product
moment yaitu dengan mengkorelasikan antara konsep diri (variabel X) dan konsep diri
(variabel Y). Dari perhitungan tersebut didapatkan koefisien korelasi sebesar r xy =
0,3819. Untuk melihat tingkat hubungan koefisien korelasi yang ditemukan tersebut
besat atau kecil. Maka rxy dikonsultasikan pada tabel 3.5 pedoman intepretasi
koefisien korelasi. Berdasarkan tabel 3.5 maka nilai koefisien korelasi rxy = 0,3819
berada pada rentang 0,200 – 0,399 yang berarti hubungan antara konsep diri dengan
prestasi belajar fisika siswa termasuk dalam kriteria rendah.
UJI SIGNIFIKANSI KORELASI
Selanjutnya untuk menguji signifikan korelasi antara konsep diri dengan
prestasi belajar fisika siswa dan untuk membuktikan hipotesis. Peneliti melakukan
pengujian signifikansi dengan menggunakan uji-t. Diperoleh hasil perhitungan thitung =
2,374 sedangkan ttabel untuk dk = 33, pada taraf kesalahan 5% diperoleh nilai t tabel =
2,042. Karena thitung = 2,374 > ttabel = 2,042, artinya HO ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ”Ada hubungan yang positif dan
signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1
Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015”, diterima kebenarannya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri
dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015.
KOEFISIEN DETERMINASI
Untuk mengetahui besarnya kontribusi atau pengaruh konsep diri (X) terhadap
prestasi belajar fisika siswa (Y). Dari hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh
koefisien determinasi antara antara kosnsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa
adalah 14,59%. Hal ini berarti konsep diri memberikan kontribusi yang positif
terhadap prestasi belajar fisika sebesar 14,59%, sedangkan 85,41% ditentukan oleh
faktor lain yang tidak diteliti.
11
ANALISIS REGRESI
Regresi linier digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan nilai
variabel terikat bila nilai variabel bebas dimanipulasi atau diubah-ubah atau dinaik
turunkan. Setelah dianalisis menggunakan regresi linier didapatkan hasil sebesar
a=59,43 dab b=0,28. Sehingga persamaan regresi linier sederhana antara variabel
bebas dan terikat yaitu Ŷ = 59,43 + 0,28 X.
Persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi
(ramalan) bagaimana individu dalam variabel terikat akan terjadi bila individu dalam
variabel bebas ditetapkan. Dari persamaan regresi linier di atas dapat diartikan bahwa
bila nilai konsep diri bertambah 1, maka nilai rata-rata prestasi belajar bertambah
0,28. Sehingga misalnya nilai konsep diri siswa ditingkatkan sampai nilai 100 maka
diperkirakan nilai rata-rata prestasi belajar fisika siswa akan meningkat menjadi 87,43.
Dapat disimpulkan bahwa jika konsep diri sebagai variabel bebas dimanipulasi maka
pengaruhnya positif terhadap prestasi belajar fisika siswa yang merupakan variabel
terikat pada penelitian ini.
UJI LINIERITAS
Tujuan dilakuan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah antara konsep
diri sebagai variabel beas (X) dan prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y)
mempunyai hubungan linier sebagai prasyarat dalam penerapan metode regresi linier.
Dari hasil perhitungan uji linieritas diperoleh nilai Fhitung = 5,64 dan nilai Ftabel = 4,13.
Berdasarkan ketentuan pengujian linieritas dengan menggunakan uji signifikansi,
karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diteima, maka dapat disimpulkan bahwa
data konsep diri dan prestasi belajar siswa berpola linier pada taraf kepercayaan ɑ =
0,05, artinya model regresi linier sederhana signifikan dan dapat digunakan dalam
memprediksi prestasi belajar yang dipengaruhi oleh konsep diri.
E. PEMBAHASAN
Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilihat bahwa skor
total semua partisipan > 50%. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 secara keseluruhan memilki konsep
diri yang positif. Gambaran mengenai keadaan konsep diri siswa tersebut, peneliti
peroleh dengan membagikan angket konsep diri kepada siswa kelas XI IPA 3 SMA
Negeri 1 Lubuklinggau, berjumlah 35 orang siswa yang terpilih sebagai sampel dari
populasi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Angket konsep diri yang digunakan
merupakan angket yang telah divalidasi oleh dua orang psikolog selaku validator dan
telah diuji cobakan pada siswa.
Dari angket yang telah dibagikan kepada siswa tersebut, diperoleh data yang
menunjukkan bahwa konsep diri dari analisis rata-rata siswa kelas XI SMA Negeri 1
Lubuklinggau termasuk dalam kriteria tinggi, dengan nilai rata-rata konsep diri siswa
81,47. Sedangkan rata-rata nilai raport siswa adalah 81,91. Mengacu pada hasil
tersebut dapat menunjukan bahwa rata-rata siswa memiliki prestasi belajar fisika yang
tinggi. Artinya siswa mampu mengoptimalkan segala upaya dan potensi yang mereka
punya sebaik mungkin untuk pencapaian prestasi belajar yang maksimal
12
Dari data yang telah dipaparkan pada hasil penelitian, dapat diperoleh
gambaran bahwa rata-rata tingkat konsep diri siswa berada dalam kriteria tinggi
sedangkan rata-rata prestasi belajar fisika siswa berdasarkan nilai rapot berada dalam
kriteria sangat tinggi. Dari 10 subjek yang memperoleh nilai angket konsep diri sangat
tinggi, sembilan subjek nilai prestasi belajar fisikanya memang dalam kategori sangat
tinggi, sedangkan satu subjeknya hanya memperoleh nilai prestasi belajar fisika yang
tinggi. Serta dari 25 subjek dengan konsep diri tinggi, ternyata 15 subjek bisa
memperoleh nilai prestasi belajar fisika yang lebih baik dari konsep diri yang dimiliki,
yaitu pretasi belajar fisikanya sangat tinggi. Perolehan tersebut jika dilihat dari konsep
diri siswa secara keseluruhan, dan ternyata tidak jauh berbeda perbandingannya jika
lebih khusus dilihat dari konsep diri akademik fisika, artinya baik konsep diri secara
keseluruhan maupun konsep diri akademik fisika, tidak memberikan perbedaan yang
besar terhadap prestasi belajar fisika.
Dari hasil konsep diri akademik fisika, ternyata 12 dari 13 subjek dengan
konsep diri akademik fisika sangat tinggi, memang memperoleh nilai prestasi belajar
fisika yang sangat tinggi, sedangkan satu subjeknya hanya memperoleh nilai prestasi
belajar dalam kategori tinggi. Kemudian 23 subjek dengan konsep diri fisika yang
tinggi, 12 subjek memperoleh prestasi belajar fisika sangat tinggi. Berdasarkan data
hasil belajar ulangan harian fisika sebelum remidial pada semester ganjil, dari 5 subjek
yang hasil belajarnya rendah, terdapat satu subjek nilai konsep dirinya sangat tinggi,
hal ini berarti konsep diri yang baik baik pada diri siswa tersebut tidak memberikan
pengaruh yang berarti pada prestasi belajar fisika. Konsep diri siswa tidak dapat
dijadikan acuan mutlak untuk perbandingan prestasi belajar fisika siswa. Sesuai
dengan apa yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti beransumsi bahwa selain
konsep diri ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar fisika.
Rendahnya prestasi belajar bisa disebabkan oleh beberapa alasan yaitu kondisi fisik
siswa pada saat itu, sumber belajar, keluarga, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Azwar (2014:165) bahwa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari
dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor Internal antara
lain faktor fisik yaitu kesehatan, cacat tubuh dan faktor psikologis yaitu minat,
motivasi, bakat. Faktor eksternal antara lain faktor fisik, seperti kondisi tempat
belajar, perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Dan
faktor sosial, yaitu keluarga, masyarakat dan pengaruh budaya.
Dari perbandingan yang dipaparkan tersebut, ternyata terjadi kesenjangan
antara nilai konsep diri siswa dan prestasi belajar fisikanya, ada siswa yang tidak
mampu memperoleh prestasi belajar fisika yang setara dengan konsep dirinya, serta
ada beberapa siswa yang memperoleh prestasi belajar fisika lebh baik dari konsep diri
yang dimiliki, hal ini berarti konsep diri pada diri setiap siswa tidak memberikan
pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar fisikanya, walaupun kecenderungan
rata-rata siswa prestasi belajarnya sesuai dengan konsep diri yang dimiliki.
Sebagaimana hasil yang diperoleh dari hasil wawancara guru, bahwa memang ada
beberapa siswa yang menunjukan sikap dari konsep diri kurang baik ternyata mampu
mendapatkan nilai yang baik.
Dari hasil analisis korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika.
Diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang postif antara konsep diri dengan
prestasi belajar fisika siswa. Marsh dan Craven (dalam Kumari dan Chamundeswari,
13
2013:111) menyatakan bahwa konsep diri dan prestasi belajar, masing -masing
saling membangun, memperkuat dan memberikan keuntungan satu sama lain.
Meningkatkan konsep diri merupakan sesuatu yang penting, karena merupaka
variabel mediasi yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar.
Meskipun tingkat hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika
siswa rendah, tetap ada korelasi positif antara konsep diri dengan prestasi belajar
fisika siswa. Hubungan bersifat positif artinya terjadi hubungan searah antara konsep
diri dengan prestasi belajar fisika. Konsep diri yang positif dapat memaksimalkan
prestasi belajar fisika yang diperoleh. Adanya konsep diri yang tinggi pada siswa
merupakan salah satu dasar bagi siswa dalam menjalani kegiatan belajar dengan baik
sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi belajar.
Kemudian diketahui bahwa hubungan antara konsep diri dengan prestasi
belajar fisika merupakan hubungan yang signifikan, artinya hasil korelasi yang
diperoleh dari sampel yang telah diambil yaitu kelas XI IPA 3 dapat digeneralisasikan
pada populasi XI IPA. Sebagaimana dikemukakan oleh Fink bahwa konsep diri negatif
pada seorang anak memiliki korelasi yang signifikan dengan rendahnya prestasi
belajar yang dicapainya disekolah. Pudjiyogyanti (dalam Efendi, 2004:27) memberikan
pernyataan senada bahwa konsep diri berperan dalam menentukan prestasi belajar,
karena dari penilaian diri mengenai kemampuan dan perilaku akan membuat
seeorang lebih condong menunjukan prestasi dari hasil penilaian dirinya tersebut.
Dengan demikian, hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika siswa
merupakan hubungan yang positif dan signifikan, namun hanya dalam kriteria rendah.
Pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1
Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi diperoleh bahwa konsep diri
memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar fisika sebesar 14,44%.
Hal ini berarti bahwa nilai prestasi belajar fisika siswa 14,44% ditentukan oleh nilai
konsep diri yang dimilikny. Walaupun sangat kecil, namun konsep diri memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa. Sedangkan sisanya 85,56% ditentukan
oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya faktor guru,
tingkat intelektual siswa, sarana dan prasarana, minat dan sebagainya.
Sebagaimana hasil penelitian Efendi (2004:31) bahwa pengenalan,
pemahaman, dan penilaian siswa terhadap diri sendiri menjadi modal yang
berpengaruh bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Kemudian
Popham (dalam Rasyid dan Mansur, 2007:13) mengemukakan bahwa “ranah afektif
menentukan keberhasilan atau prestasi belajar seseorang.”. Kemudian Mardapi
(dalam Rasyid dan Mansur, 2007:16) mengatakan “ada empat karakteristik afektif
yang penting yaitu sikap, minat, nilai dan konsep diri.” Prestasi belajar pada ranah
kognitif ditentukan oleh konsep diri yang menjadi bagian dari kondisi afektif siswa.
Konsep diri merupakan hal mendasar yang mempengaruhi perilaku siswa
sehari-hari dalam mengikuti kegiatan pembelajar, konsep diri yang positif bisa
membuat siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, mempunyai keinginan yang kuat
dan belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga hal ini menjadi proses yang saling
berhubungan dan akan berimbas pada prestasi belajar yang akan dihasilkannya.
Mengingat bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru dan sekolah sebaiknya memperhatikan
14
aspek konsep diri siswa dalam proses pembelajaran. Diharapkan dapat membantu
siswa menumbuh kembangkan konsep dirinya, misalnya dengan memberikan
dorongan, nasehat, pujian, semangat, motivasi dan keyakinan bagi siswanya. Siswa
juga harus mengerti dan memahami apa kelebihan dan kekurangan dalam dirinya
sendiri. Sehingga diharapkan tumbuh konsep diri positif dalam diri siswa guna
mencapai prestasi belajar fisika dapat maksimal.
Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan guru dalam
mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik (Desmita, 2010:182) (a)
Membuat siswa merasa mendapatkan dukungan dari guru, yang bisa ditunjukan
dalam bentuk dukungan emosional, seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian
dan umpan balik. Dapat juga berupa dukungan penghargaan seperi persetujuan
gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara siswa, sehingga siswa
membangun perasaan memiliki harga diri, kemampuan atau kompeten dan berarti,
(b) Membuat siswa merasa bertanggung jawab, dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya., sehingga siswa merasa
dirinya mempunyai peranan dan diikutsertakan dalam kegiatan pendidikan, (c)
Membuat siswa merasa mampu. Dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap dan
pandangan positif terhadap kemampuan siswa, sehingga siswa juga akan
berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya, (d) Mengarahkan siswa mencapai
tujuan yang realistis, menilai diri dan bangga dengan dirinya secara realistis.
Siswa harus memiliki motivasi berprestasi dan meninggalkan kebiasaan buruk
yang menghambat keberhasilannya. Sebagaimana jika dilihat dari skor tiap butir
pernyataan angket. Maka skor terendah dari hasil angket menunjukkan bahwa
indikator tersebut menunjukkan keadaan siswa yang juga rendah. Hasil angket
menunjukkan skor terendah adalah item no 80 yaitu tentang kebiasaan menunda
sampai besok apa yang harus dilakukan hari ini. Karena skornya rendah, maka dapat
dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum meyakini bahwa dirinya adalah
orang yang disiplin dan merasa bahwa dirinya biasa menunda pekerjaan yang
seharusnya bisa dikerjakannya hari ini, padahal hal tersebut dapat merugikan dirinya
sendiri dan bisa membuat hasil dari setiap pekerjaannya tidak maksimal. Hal ini
menyebabkan rendahnya konsep diri pada siswa tersebut, karena adanya perasaan
kurang yakin terhadap pengendalian dirinya dan menunjukan kurangnya motivasi
berprestasi yang dapat membuat prestasi yang diraih tidak semaksimal seharusnya.
Dari apa yang telah diuraikan mengenai konsep diri siswa terhadap kebiasaan
belajarnya. Peneliti berpendapat bahwa kebiasaan belajar siswa memegang peranan
yang cukup berarti dalam pencapaian prestasi belajar, kebiasaan belajar yang baik
dapat mendukung siswa untuk bisa memperoleh prestasi belajar yang baik. Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Djaali (2008:127) bahwa kebiasaan belajar
siswa memiliki hubungan positif terhadap prestasi belajar. Karena kebiasaan belajar
cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan
belajar. Serta dari hasil penelitian Juliarta et. al. (2013:7) bahwa kebiasaan belajar
dapat dijadikan sebagai prediktor prestasi belajar, kebiasaan belajar yang baik sangat
perlu dibangun dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kemudian orang tua dan keluarga memiliki peran yang utama dalam
pembentukan konsep diri siswa. Jika dilihat dari 15 indikator konsep diri diperoleh
data bahwa indikator tertinggi yaitu penilaian keluarga sebesar 95,62%. Berarti siswa
memiliki konsep diri yang sangat tinggi pada indikator penenerimaan keluarga. Siswa
15
merasa senang dengan hubungan keluarganya serta memiliki penilaian bahwa ia
dipercayai dan cintai dalam keluarga. Artinya peran keluarga sangat besar dalam
pembentukan konsep diri siswa. Sebagaimana dikatakan Calhoun dan Acocela (dalam
Wulandari dan Rola, 2014:81) bahwa konsep diri diperoleh dari hasil belajar individu
melalui hubungannya dengan orang tua, karena orang tua atau keluarga merupakan
kontak sosial paling awal dan intens yang dialami individu dan yang paling kuat.
Jika dilihat skor tertinggi dari hasil angket, maka indikator tertinggi tersebut
menunjukkan keadaan siswa yang juga tinggi Hasil angket yang menunjukkan skor
tertinggi adalah item nomor 3 yaitu tentang persepsi terhadap kedudukannya dan
keadaan keluarga, kemudia item nomor 36 yaitu tentang pandangan seberapa besar
kepercayaan keluarga terhadap dirinya. Adanya skor tertinggi pada dua item ini dapat
dikatakan bahwa sebagian besar siswa merasa dan berfikir bahwa ia memiliki keluarga
yang bahagia, yang membuat dirinya merasa berarti dan dipercaya. Perasaan diterima
dan dipercaya dalam keluarganya, serta suasana keluarga yang bahagia dan harmonis
dapat mempengaruhi konsep diri siswa menjadi semakin baik, yang akan membuat
siswa ingin menunjukan bahwa ia bisa menjadi yang terbaik untuk keluarganya yang
selalu mendukungnya dan mampu memperoleh prestasi belajar yang maksimal.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh nilai koefisien
korelasi rxy sebesar 0,3819 dan nilai thitung = 2,374 > ttabel = 2,042, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri
dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015. Koefisien determinasi antara konsep diri dengan prestasi belajar
fisika siswa sebesar 14,59%, artinya konsep diri siswa mempengaruhi pretasi belajar
fisika siswa sebesar 14,59%. Sedangkan 85,43% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Bentuk persamaan regresi antara konsep diri dengan
prestasi belajar adalah Ŷ = 59,43 + 0,28X, artinya konsep diri dapat dijadikan prediksi
prestasi belajar fisika siswa.
Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian dan kesimpulan penulis menyarankan
sebagai berikut:
1. Bagi siswa diharapkan dapat mengembangkan konsep diri yang positif sehingga
dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki guna memaksimalkan pencapaian
prestasi belajar fisika.
2. Bagi sekolah dan guru sebaiknya memperhatikan aspek konsep diri siswa dalam
proses pembelajaran dan dapat membantu siswa mengembangkan konsep dirinya,
antara lain dengan memberikan dorongan, nasehat, pujian, semangat, motivasi dan
keyakinan bagi siswanya.
3. Bagi para orang tua hendaknya dapat menunjukkan perkataan dan tindakan yang
positif sehingga menjadi cerminan bagi anak-anaknya, karena akan mempengaruhi
bagaimana individu tersebut menilai dan memandang dirinya.
4. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini selanjutnya perlu dikembangkan lagi variabel
lain yang terlibat dalam populasi penelitian yaitu dapat dengan memperluas
prestasi belajar yang diteliti bukan hanya pada aspek kognitif.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan (Pendekatan EkologiKaitannya
dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung: Refika Aditama.
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2014. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burns, R.B. 1979. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku).
Terjemahan oleh Eddy. 1993. Jakarta: Arcan.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dramanu, Bakari Yusuf dan Balarabe Musa. 2013. Relationship between Academic SelfConcept and Academic Performance of Junior High School Students in Ghana,
9(34), 93-104.
Efendi, Kusno. 2004. Hubungan antara Konsep Diri dan Kemampuan Verbal dengan
Prestasi Belajar pada Siswa Kelas Lima Sekolah Dasar Muhammadiyah Sukonandi
Yogyajarta. 1(1), 26-31.
Fitts, William H dan Warren, W.L. 1996. Tennese Self Concept Scale Second Editiotn
Manual. California: Western Psychological Service.
Gunarsa, Singgih D dan Gunarsa, Yulia Singgih D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Juliarta, et. al. 2013. Determnasi Motivasi BerprestasI, Kebiasaan Belajar, dan Kualitas
Pengelolaan Pembelajaran Guru Terhadap Prestasi Belajar Praktik di SMKN 1
Sukawati. 4,1-12.
Kumari, Archana dan Chamundeswari. 2013. Self-Concept and Academic Achievement of
Students at the Higher Secondary Level. Journal of Sociological Research, 4(2), 105113.
Rasyid dan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wahana Prima
Rensi, dan Sugiarti, Lucia Rini. 2010. Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Prestasi Belajar
Siswa SMP Kristen YSKI Semarang. 3(2), 148-153.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 2012. Psikologi pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Supandi. 2011. Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda (Menghantarkan Anak Anda Menjadi
Orang yang Sukses, Bahagia, dan Sejahtera). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Syah, Muhibin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Tauschek, Kari L. 2001. Comparison Between The Sosial and Total Self Concept of
Students in A School”s Emotional Disturbance Program and Students Not in The
Emotional Distrbance Program. Research Paper diterbitkan. Wisconsin: Master of
Science Degree with a Major in School Psychology.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Warren, W. Louise. 1996. The Tennesse Self_Concept Scale: Second Editon (TSCS:2) Adult
Form. California: Western Psychological Services.
Wulandari, R.r Lita H dan Rola Fasti. 2004. Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi
Remaja Penghuni Panti Asuhan. 3(2), 80-85.
Download