pengaruh model pembelajaran decision making terhadap hasil

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DECISION MAKING TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Diani Yulia Puteri.1, A. Budi Mulyanto2, Hj. Nurhayati3
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email : [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Decision Making Terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian
ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar
fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian
adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, dengan desain penelitian
Pretest – Postest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X SMA
Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 290 siswa terdiri dari
delapan kelas. Dua kelas diambil sebagai sampel secara acak, yaitu X.1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik tes. Data tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis
data post-test, nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,31 dan nilai rata-rata kelas kontrol
sebesar 67,29 dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat thitung = 4,12 dan ttabel = 1,66. Karena
thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model
pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar fisika siswa.
Kata kunci: Model Pembelajaran Decision Making, Hasil Belajar
¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
² ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan disetiap
negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju
mundurnya negara tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia serta memiliki
keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Sehubungan hal tersebut pendidikan merupakan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai kompetensi yang
diharapkan, hal ini merupakan cerminan dari kemampuan siswa dalam menguasai dan
memahami suatu materi.
Rendahnya mutu pendidikan disebabkan karena berbagai faktor, salah satu
diantaranya adalah guru. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
peningkatan kualitas pendidikan, melalui kegiatan proses pembelajaran yang bermutu,
bervariasi diantaranya menggunakan model pembelajaran sehingga hasil belajar
siswapun dapat meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 09 Maret 2015 antara peneliti
dengan guru fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Bapak Zulheri, M.Pd.Si,
bahwa pembelajaran di SMA tersebut sudah menggunakan model pembelajaran dan
guru sudah berusaha menerapkan model pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Akan tetapi akibat motivasi dan respon siswa yang kurang
mengakibatkan hasil belajar siswa yang cenderung rendah. Sebagian besar nilai siswa
pada beberapa materi fisika yang telah dipelajari sebelumnya masih dibawah kriteria
ketuntasan minimum kompetensi dasar yang telah ditentukan yaitu 75 diambil pada
tahun pelajaran 2014-2015.
Dari hasil observasi dan informasi awal yang telah didapatkan oleh peneliti
bahwa siswa kurang mampu memahami materi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa masih cenderung rendah. Kurangnya
kemampuan siswa dalam memahami materi fisika dikarenakan model dan variasi
pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Hasil
wawancara dengan salah satu guru fisika SMA tersebut menjelaskan bahwa model
Decision Making belum pernah diterapkan pada pelajaran fisika khususnya pada mata
pelajaran suhu dan pengukurannya. Maka dari itu peneliti memilih SMA Negeri 3
Lubuklinggau untuk tempat penelitian.
Model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making mengupayakan peserta
didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan
baik pada waktu yang bersamaan, peserta didik menjadi narasumber bagi peserta
didik yang lainnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making merupakan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama
antara sesama siswa sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar dan pada
akhirnya siswa dapat berfikir secara dewasa.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Decision Making
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015”
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model pembelajaran
Decision Making terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 3
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015?”.
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Decision
Making terhadap hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah. Winkel (dalam Suprihatiningrum, 2013:15) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Amri (2013:24)
”belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku, dan perubahan– perubahan menuju kearah yang
lebih baik untuk mencapai suatu prestasi, mental, psikis kuat.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013:37) hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan
belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance).
Sementara itu menurut Rusman (2013:123) menyatakan hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman yang diperloleh siswa yang mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata
pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan presespsi, kesenangan, minatbakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan
harapan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati melalui penampilan siswa
setelah melalui tahap proses pembelajaran tidak hanya pada penguasaan konsep
teori saja tetapi penguasaan penyesuaian, cita-cita, dan keterampilan.
3. Pengertian Hasil Belajar pada Ranah Kognitif
Menurut Purwanto (2011:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan
perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan
kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori,
peyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan
kembali infromasi ketika diperlukan sebagai usaha menyelesaikan masalah.
Menurut Sanjaya (2008:125-126) menyatakan domain kognitif adalah tujuan
pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan
berfikir seperti mengingat dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Model Pembelajaran Decision Making
Dewey (dalam Depdiknas, 2004:12) pengambilan keputusan (decision
making) tidak jarang disamakan dengan berpikir kritis, pemecahan masalah
dengan berpikir logis serta berpikir selektif.
1) Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu
kesimpulan diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan
kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan
itu.
2) Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada
kesimpulan diawali dengan masalah yang dihadapi dan
mempertanyakan
bagaimana
masalah
itu
dapat
diselesaikan/dipecahkan.
3) Berpikir logis (logical thinking) untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai
identifikasi, menganalisis fakta dan opini serta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya bermuara pada pengambilan
keputusan untuk mendapatkan suatu pilihan yang kemudian ditindaklanjuti
dalam bentuk tindakan. Sementara itu menurut Mulyono (2008:1) pengambilan
keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
pilihan yang tersedia sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah.
Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata
bertujuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan tetapi juga dilandasi
oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta tindakan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan
keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir
kritis dan kreatif.
Cara menentukan kelompok Model Cooperative Learning Tipe
Pengambilan Keputusan (Decision Making) adalah:
a) Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
b) Pengelompokan siswa hendaknya heterogen.
c) Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik.
d) Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu. (Depdiknas, 2004:7)
a. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Decision Making
Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar akan memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga halnya dengan
model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making).
Menurut Mulyono (2008:6), kelebihan dari model Cooperative Learning
Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) yaitu:
a) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
b) Meningkatkan kesetiakawanan sosial.
c) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
d) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan
informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.
e) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama, dan
orientasi tugas.
Kekurangan model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan
(Decision Making) menurut Lie (2002:47) yaitu:
a) Membutuhkan lebih banyak waktu.
b) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
c) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
d) Kurang kesempatan untuk individu.
e) Sering terjadi kegaduhan.
b. Langkah – langkah Model Pembelajaran Decision Making
Menurut Fatimah et. al. (2008:17), langkah-langkah Model Cooperative
Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) sebagai berikut:
a) Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah.
b) Secara klasikal tayangan gambar, wacana atau kasus permasalahan
yang sesuai dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang
diharapkan.
c) Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai
dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
d) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan
membuat alternatif pemecahannya.
e) Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi
yang dibahas dan cara pemecahannya.
f) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka
memilih alternatif tersebut.
g) Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya
masalah tersebut.
h) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Sementara itu menurut Cooke et. al. (1991:3), menjelaskan sembilan tahap
yang dilalui individu dalam mengambil keputusan yaitu:
a) Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru
atau kurang sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk
memutuskan yang sedang terjadi dilingkungannya untuk
memberikan informasi, tujuan dan rumusan masalah.
b) Mengenali masalah, setelah mengetahui informasi, tujuan dan
rumusan masalah, maka individu semakin menyadari bahwa
kebutuhan untuk memutuskan sesuatu menjadi semakin nyata.
c) Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu
yang telah diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan.
d) Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu
untuk memahami secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa
suatu permasalahan dan mengidentifikasi serta membuat alternatif
pemecahannya.
e) Menentukan pilihan – pilhan, jika batas – batas telah diidentifikasi
dengan lebih sempit maka, pilihan – pilhan dengan sendirinya
lebih mudah tersedia.
f) Mengevaluasi pilihan – pilihan, melibatkan penentuan yang lebih
luas mengenai ketepatan masing – masing pilihan terhadap tujuan
pengambilan keputusan berdasarkan pada wacana, gambar atau
kasus yang disajikan.
g) Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan
mengemukakannya.
h) Menerapkan, efektivitas penerapan bergantung pada keterampilan
dan kemampuan individu mencari penyebab terjadinya
permasalahan.
i) Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya
untuk melihat efektivitas dalam memecahkan masalah
mengemukakan
permasalahan.
tindakan
untuk
mencegah
terjadinya
Alasan rasional menggunakan model pembelajaran decision making adalah
suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat
menjalin kerja sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah.
Sehingga siswa merasa dapat menyelesaikan pemecahan masalah dengan baik. Dapat
disimpulkan langkah – langkah model pembelajaran Decision Making tersaji pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making
No
1.
2.
3.
4.
5.
Langkah Decision
Making
Informasi
Perlakuan Guru
Pada tahap ini guru memberikan
informasi, tujuan dan rumusan masalah.
Merumuskan
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk
Masalah
merumuskan masalah sesuai dengan
gambar dan alat peraga yang disajikan.
Indentifikasi
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk
mengidentifikasi
permasalahan
yang
terdapat
dilingkungan
sekitar
dan
membuat alternatif pemecahan masalah
secara kelompok.
Pemecahan Masalah Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk
berfikir real, mengajak siswa untuk
mengemukakan memilih alternatif, dan
mencari penyebab terjadinya masalah.
Merumuskan
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk
Kesimpulan
menyimpulkan seluruh informasi yang
telah diperoleh dan memberi penghargaan.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2). Metode penelitian yang digunakan penelitian ini
adalah True Experimental Design, yaitu jenis – jenis eksperimen yang dianggap sudah baik
karena sudah memenuhi persyaratan, yaitu adanya kelompok lain (kontrol) dan ikut
mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok kontrol dapat diketahui secara pasti
karena dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perlakuan (Arikunto, 2010:86). Jenis
penelitian yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
eksperimen. Menurut Sugiyono (2013a:107) metode penelitian eksperimen diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendali. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretestposttest control group design. Rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pretest-Postest Control Group Design
Kelas
Pre-test
Perlakuan
Post-test
E
O1
X
O2
K
O3
-
O4
Keterangan :
E
= kelas eksperimen
K
= kelas kontrol
O1 dan O3
= pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X
= perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran ...decision making
O2 dan O4
= post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
-
= perlakuan pembelajaran kovensional
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini diambil secara acak
(simple random sampling). Berdasarkan hasil pengundian, terpilih sebagai sampel
adalah Kelas X.1 sebagai kelas eksperimen yang diberikan Model Pembelajaran
Decision Making dan Kelas X.4 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran
konvensional.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Arikunto (2010:193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes disini dipergunakan untuk
mengukur hasil belajar pada aspek kognitif. Instrumen tes yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk essay.
Teknik analisis data yang dilakukan terhadap data kemampuan belajar siswa
dalam penelitian ini adalah menghitung rata-rata dan simpangan baku, normalitas
data, uji homogenitas, uji hipotesis. Pertanggungjawaban penelitian, uji coba
instrumen dilaksanakan tanggal 27 April 2015 di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3
Lubuklinggau, soal uji coba instrumen berupa essay berjumlah 8 soal. Instrumen yang
baik harus memenuhi empat syarat, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan
indeks kesukaran.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sampel penelitian yaitu siswa kelas X.1 dan kelas X.4 Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Lubuklinggau pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Dimana
kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen, yaitu kelas X.1 proses pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran Decision Making, sedangkan pada kelas kontrol, yaitu kelas X.4 proses
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Materi yang dibahas
adalah materi suhu dan pengukurannya.
Penelitian ini dimulai dari tanggal 30 April 2015 dampai dengan 30 Mei 2015.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti bertindak sebagai guru. Sebelum
penelitian ini dilaksanakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes
yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan dalam penelitian.
Uji coba instrumen tes ini dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015 di kelas XI IPA 4
SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa yang
mengikuti tes yaitu sebanyak 28 siswa.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran dikelas, terlebih dahulu dilaksanakan pretest pada kedua kelas dilaksanakan pada tanggal 06 Mei 2015 yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi suhu dan pengukurannya. Setelah
dilakukan pre-test, pada kedua kelas selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada tanggal 13 dan 20 Mei 2015 dengan perlakuan yang berbeda pada
kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dengan perlakukan model pembelajaran
Decision Making dan kelas kontrol dengan perlakukan konvensional, kemudian
dilanjutkan post-test pada tanggal 27 Mei 2015 sebagai tahap akhir dari penelitian
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Decision Making terhadap hasil
belajar siswa.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai
uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika
<
maka
data berdistribusi normal dan jika
≥
maka data tidak berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas post-test untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel
4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Post-test
Kelas
Eksperimen
Kontrol
2,2723
4, 3752
Dk
5
5
11,070
11,070
Kesimpulan
Normal
Normal
Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai
data post-test untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai
. Berdasarkan
ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
(chi-kuadrat)
dapat disimpulkan bahwa post-test untuk masing-masing kelas menunjukkan kedua
kelompok berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05, dimana
<
.
2. Pembahasan
Dari hasil analisis data penelitian yang didapatkan, maka pembahasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas X.1 dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol yaitu kelas X.4,
kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015.
Dalam pelaksanaan penelitian, pokok bahasan yang disampaikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu suhu dan pengukurannya. Perlakuan yang
berbeda hanya terletak pada proses pembelajaran, karena pada kelas eksperimen
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Decision Making, sedangkan
pada kelas kontrol proses pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan menggunakan model
pembelajaran Decision Making. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dan menjadi lebih aktif. Model
pembelajaran Decision Making merupakan suatu pendekatan pembelajaran
pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama
dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah masalah. Dalam
penerapannya siswa dituntut untuk mengungkapkan pendapat serta pengetahuan yang
dimiliki, selain itu siswa dilatih untuk dapat saling berbagi saling mengajari sesama
teman, jadi siswa juga dapat belajar dari sesama teman. Sedangkan pada kelas kontrol
diterapkan pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran ini merupakan
pembelajaran yang kurang melibatkan siswa sehingga siswa kurang aktif dalam
belajar.
Pada saat pembelajaran pertama, pelaksanaan pembelajaran pada kelas
eksperimen dengan model pembelajaran Decision Making mengalami sedikit kendala.
Pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga siswa membutuhkan waktu untuk
penyesuaian. Pada saat siswa dibagi kelompok terjadi sedikit kegaduhan didalam
kelas, hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan dibentuk kelompok
belajar dan menjelaskan materi kepada temannya hal ini mengakibatkan siswa belum
terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada
kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa terlihat
pasif hal ini dikarenakan guru yang jauh lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
Pada saat pembelajaran kedua, pelaksanaan pembelajaran pada kelas
eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making dan kelas
kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab (konvensional). Pada
kelas eksperimen siswa mulai terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran
Decision Making, dan siswa sudah mulai merasa ada kecocokan dengan anggota
kelompoknya masing-masing. Sehingga materi yang disampaikan ketua kelompok
mudah untuk diterima dengan anggota kelompok.
Hambatan yang dirasakan siswa secara berlahan dapat berkurang karena siswa
mulai tertarik dengan model pembelajaran Decision Making, siswa menjadi lebih
tanggap menerima materi dari ketua kelompok dan siswa mulai terbiasa untuk
menyampaikan materi kepada temannya dalam anggota kelompok. Sehingga proses
pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung dengan baik. Karena, pada saat
berlangsungnya proses belajar guru membagi kelompok dan setiap kelompok
mempunyai tugas untuk menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya, setelah
ketua kelompok memberi penjelasan kepada anggota kelompok.
Ketua kelompok menjelaskan materi dari gambar yang disajikan kemudian
setiap anggota kelompok membuat pertanyaan agar dapat merumuskan permasalahan
sesuai dengan gambar yang disajikan, setelah membuat pertanyaan dan merumuskan
masalah secara kelompok anggota mengidentifikasi permasalahan dan membuat
alternatif pemecahannya. Setelah itu secara kelompok siswa diminta untuk
mengemukakan alasan mereka memilih alternatif jawaban dari permasalahan yang
disajikan. Dan yang terakhir secara kelompok siswa diminta untuk menganalisis atau
mencari penyebab terjadinya permasalahan.
Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran Decision Making, siswa menjadi lebih semangat belajar, siswa lebih
tanggap menerima pesan dari siswa lain, siswa lebih aktif, semakin meningkatnya rasa
tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri maupun terhadap siswa lain, dan
mengilangnya sifat mementingkan diri sendiri atau sifat egois. Sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat dan model pembelajaran Decision Making sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Setelah kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas
eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making dan kelas
kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan tanya
jawab terlihat bahwa hasil belajar kedua kelas berbeda.
Berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol,
pembelajaran yang menggunaka metode ceramah dan tanya jawab. Pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran siswa banyak bercerita dengan teman sebangkunya dan
asyik sendiri tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Hanya siswa tertentu yang
memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Kegiatan ini lebih berpusat pada guru,
sehingga siswa menjadi pasif dan tidak aktif dalam belajar. Pada saat guru
menanyakan siapa yang belum paham, siswa hanya diam saja, sehingga membuat
guru kurang mengetahui batas pemahaman siswa.
Sedangkan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen,
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Decision Making secara
keseluruhan siswa antusias dengan diajarkannya pembelajaran fisika menggunakan
model pembelajaran Decision Making.
Berdasarkan analisis data post-test (lampiran C) terdapat perbedaan hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan perbedaan
perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah kelas
eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Decision
Making diperoleh nilai rata-rata tes akhir sebesar 75,31. Sementara kelas kontrol
setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional diperoleh nilai rata-rata
tes akhir sebesar 67,29. Dengan demikian nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi
dari pada nilai post-test kelas kontrol. Dilihat dari hasil tes yang didapatkan dan ada
pengaruh signifikan dari model pembelajaran Decision Making serta meningkatnya
ketuntasan hasil belajar sebesar 10,44%.
E. SIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian data dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Decision
Making terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukan dengan perolehan rata-rata nilai post-test
eksperimen sebesar 75,31 dan nilai rata-rata post-test kelas kontrol sebesar 67,29 serta
uji kesamaan dua rata-rata nilai post-test yaitu thitung = 4,12 dan ttabel = 1,66 karena
>
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian kedua rata – rata
skor post-test kelas eksperimen lebih besar dari rata – rata nilai post-test kelas kontrol.
F. DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Arpah. 2012. Perbedaan Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making (DM) dan
Problem Open Ended (POE) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 11 Lubuklingga. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pengetahuan Sosial. Jakarta.
-------------------------------------------. 2004. Sain. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, et. al. 2008. Model-model pembelajaran (SMP/SMA). Palembang: Pendidikan dan Pelatihan
profesional guru rayon 4 Universitas Sriwijaya.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanifah, Nurdinah. 2008. Pengembangan Decision Making Model (Model Pembuatan Keputusan)
dalam Pembelajaran IPS di SD Kelas 6. No.10.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Pekanbaru: Alfabeta.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Mulyono. 2008. Teori Pengambilan Keputusan (Theory of Decision Making).
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta:
DIVA Press (Anggota IKAPI).
Sanjaya. 2011. Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sari, Nurdiah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan.
Lubuklinggau: Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI
Lubuklinggau.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
. 2013a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suma, Ketut et. al. 2008. Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Sains Terpadu Berorientasi
Pemecahan Masalah Open Ended Argumentatif. TranslationJournal. No.4,
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Susetyo, Budi. 2012. Statistik Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.
Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB.
Tipler, Paul. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Young dan Feedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Download