PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DECISION MAKING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Diani Yulia Puteri.1, A. Budi Mulyanto2, Hj. Nurhayati3 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email : [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Decision Making Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, dengan desain penelitian Pretest – Postest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 290 siswa terdiri dari delapan kelas. Dua kelas diambil sebagai sampel secara acak, yaitu X.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data post-test, nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,31 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 67,29 dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat thitung = 4,12 dan ttabel = 1,66. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar fisika siswa. Kata kunci: Model Pembelajaran Decision Making, Hasil Belajar ¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. ² ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau. A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan disetiap negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya negara tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Sehubungan hal tersebut pendidikan merupakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, hal ini merupakan cerminan dari kemampuan siswa dalam menguasai dan memahami suatu materi. Rendahnya mutu pendidikan disebabkan karena berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah guru. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan, melalui kegiatan proses pembelajaran yang bermutu, bervariasi diantaranya menggunakan model pembelajaran sehingga hasil belajar siswapun dapat meningkat. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 09 Maret 2015 antara peneliti dengan guru fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Bapak Zulheri, M.Pd.Si, bahwa pembelajaran di SMA tersebut sudah menggunakan model pembelajaran dan guru sudah berusaha menerapkan model pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi akibat motivasi dan respon siswa yang kurang mengakibatkan hasil belajar siswa yang cenderung rendah. Sebagian besar nilai siswa pada beberapa materi fisika yang telah dipelajari sebelumnya masih dibawah kriteria ketuntasan minimum kompetensi dasar yang telah ditentukan yaitu 75 diambil pada tahun pelajaran 2014-2015. Dari hasil observasi dan informasi awal yang telah didapatkan oleh peneliti bahwa siswa kurang mampu memahami materi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa masih cenderung rendah. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi fisika dikarenakan model dan variasi pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Hasil wawancara dengan salah satu guru fisika SMA tersebut menjelaskan bahwa model Decision Making belum pernah diterapkan pada pelajaran fisika khususnya pada mata pelajaran suhu dan pengukurannya. Maka dari itu peneliti memilih SMA Negeri 3 Lubuklinggau untuk tempat penelitian. Model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making mengupayakan peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan, peserta didik menjadi narasumber bagi peserta didik yang lainnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama antara sesama siswa sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar dan pada akhirnya siswa dapat berfikir secara dewasa. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Decision Making terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015” Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015?”. Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Winkel (dalam Suprihatiningrum, 2013:15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Amri (2013:24) ”belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, dan perubahan– perubahan menuju kearah yang lebih baik untuk mencapai suatu prestasi, mental, psikis kuat. 2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013:37) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Sementara itu menurut Rusman (2013:123) menyatakan hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperloleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan presespsi, kesenangan, minatbakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati melalui penampilan siswa setelah melalui tahap proses pembelajaran tidak hanya pada penguasaan konsep teori saja tetapi penguasaan penyesuaian, cita-cita, dan keterampilan. 3. Pengertian Hasil Belajar pada Ranah Kognitif Menurut Purwanto (2011:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, peyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali infromasi ketika diperlukan sebagai usaha menyelesaikan masalah. Menurut Sanjaya (2008:125-126) menyatakan domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. 4. Model Pembelajaran Decision Making Dewey (dalam Depdiknas, 2004:12) pengambilan keputusan (decision making) tidak jarang disamakan dengan berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir selektif. 1) Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu kesimpulan diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan itu. 2) Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada kesimpulan diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah itu dapat diselesaikan/dipecahkan. 3) Berpikir logis (logical thinking) untuk sampai pada suatu kesimpulan yang diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai identifikasi, menganalisis fakta dan opini serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya bermuara pada pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu pilihan yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan. Sementara itu menurut Mulyono (2008:1) pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah. Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan tetapi juga dilandasi oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta tindakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir kritis dan kreatif. Cara menentukan kelompok Model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) adalah: a) Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 5 orang. b) Pengelompokan siswa hendaknya heterogen. c) Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik. d) Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. (Depdiknas, 2004:7) a. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Decision Making Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar akan memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga halnya dengan model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making). Menurut Mulyono (2008:6), kelebihan dari model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) yaitu: a) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. b) Meningkatkan kesetiakawanan sosial. c) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. d) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan. e) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Kekurangan model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) menurut Lie (2002:47) yaitu: a) Membutuhkan lebih banyak waktu. b) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik. c) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan. d) Kurang kesempatan untuk individu. e) Sering terjadi kegaduhan. b. Langkah – langkah Model Pembelajaran Decision Making Menurut Fatimah et. al. (2008:17), langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) sebagai berikut: a) Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah. b) Secara klasikal tayangan gambar, wacana atau kasus permasalahan yang sesuai dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. c) Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan. d) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat alternatif pemecahannya. e) Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. f) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka memilih alternatif tersebut. g) Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut. h) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Sementara itu menurut Cooke et. al. (1991:3), menjelaskan sembilan tahap yang dilalui individu dalam mengambil keputusan yaitu: a) Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru atau kurang sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang sedang terjadi dilingkungannya untuk memberikan informasi, tujuan dan rumusan masalah. b) Mengenali masalah, setelah mengetahui informasi, tujuan dan rumusan masalah, maka individu semakin menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan sesuatu menjadi semakin nyata. c) Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang telah diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan. d) Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa suatu permasalahan dan mengidentifikasi serta membuat alternatif pemecahannya. e) Menentukan pilihan – pilhan, jika batas – batas telah diidentifikasi dengan lebih sempit maka, pilihan – pilhan dengan sendirinya lebih mudah tersedia. f) Mengevaluasi pilihan – pilihan, melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai ketepatan masing – masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan berdasarkan pada wacana, gambar atau kasus yang disajikan. g) Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan mengemukakannya. h) Menerapkan, efektivitas penerapan bergantung pada keterampilan dan kemampuan individu mencari penyebab terjadinya permasalahan. i) Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya untuk melihat efektivitas dalam memecahkan masalah mengemukakan permasalahan. tindakan untuk mencegah terjadinya Alasan rasional menggunakan model pembelajaran decision making adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat menjalin kerja sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah. Sehingga siswa merasa dapat menyelesaikan pemecahan masalah dengan baik. Dapat disimpulkan langkah – langkah model pembelajaran Decision Making tersaji pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making No 1. 2. 3. 4. 5. Langkah Decision Making Informasi Perlakuan Guru Pada tahap ini guru memberikan informasi, tujuan dan rumusan masalah. Merumuskan Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk Masalah merumuskan masalah sesuai dengan gambar dan alat peraga yang disajikan. Indentifikasi Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar dan membuat alternatif pemecahan masalah secara kelompok. Pemecahan Masalah Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berfikir real, mengajak siswa untuk mengemukakan memilih alternatif, dan mencari penyebab terjadinya masalah. Merumuskan Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk Kesimpulan menyimpulkan seluruh informasi yang telah diperoleh dan memberi penghargaan. C. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2). Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah True Experimental Design, yaitu jenis – jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan, yaitu adanya kelompok lain (kontrol) dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok kontrol dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perlakuan (Arikunto, 2010:86). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2013a:107) metode penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretestposttest control group design. Rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Pretest-Postest Control Group Design Kelas Pre-test Perlakuan Post-test E O1 X O2 K O3 - O4 Keterangan : E = kelas eksperimen K = kelas kontrol O1 dan O3 = pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol X = perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran ...decision making O2 dan O4 = post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol - = perlakuan pembelajaran kovensional Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini diambil secara acak (simple random sampling). Berdasarkan hasil pengundian, terpilih sebagai sampel adalah Kelas X.1 sebagai kelas eksperimen yang diberikan Model Pembelajaran Decision Making dan Kelas X.4 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Arikunto (2010:193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes disini dipergunakan untuk mengukur hasil belajar pada aspek kognitif. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk essay. Teknik analisis data yang dilakukan terhadap data kemampuan belajar siswa dalam penelitian ini adalah menghitung rata-rata dan simpangan baku, normalitas data, uji homogenitas, uji hipotesis. Pertanggungjawaban penelitian, uji coba instrumen dilaksanakan tanggal 27 April 2015 di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Lubuklinggau, soal uji coba instrumen berupa essay berjumlah 8 soal. Instrumen yang baik harus memenuhi empat syarat, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ini dilaksanakan di dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel penelitian yaitu siswa kelas X.1 dan kelas X.4 Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Lubuklinggau pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Dimana kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, yaitu kelas X.1 proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Decision Making, sedangkan pada kelas kontrol, yaitu kelas X.4 proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Materi yang dibahas adalah materi suhu dan pengukurannya. Penelitian ini dimulai dari tanggal 30 April 2015 dampai dengan 30 Mei 2015. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti bertindak sebagai guru. Sebelum penelitian ini dilaksanakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen tes ini dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015 di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa yang mengikuti tes yaitu sebanyak 28 siswa. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dikelas, terlebih dahulu dilaksanakan pretest pada kedua kelas dilaksanakan pada tanggal 06 Mei 2015 yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi suhu dan pengukurannya. Setelah dilakukan pre-test, pada kedua kelas selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran pada tanggal 13 dan 20 Mei 2015 dengan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dengan perlakukan model pembelajaran Decision Making dan kelas kontrol dengan perlakukan konvensional, kemudian dilanjutkan post-test pada tanggal 27 Mei 2015 sebagai tahap akhir dari penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar siswa. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika < maka data berdistribusi normal dan jika ≥ maka data tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas post-test untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen Kontrol 2,2723 4, 3752 Dk 5 5 11,070 11,070 Kesimpulan Normal Normal Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai data post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai . Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa post-test untuk masing-masing kelas menunjukkan kedua kelompok berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05, dimana < . 2. Pembahasan Dari hasil analisis data penelitian yang didapatkan, maka pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X.1 dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol yaitu kelas X.4, kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Dalam pelaksanaan penelitian, pokok bahasan yang disampaikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu suhu dan pengukurannya. Perlakuan yang berbeda hanya terletak pada proses pembelajaran, karena pada kelas eksperimen proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Decision Making, sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dan menjadi lebih aktif. Model pembelajaran Decision Making merupakan suatu pendekatan pembelajaran pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah masalah. Dalam penerapannya siswa dituntut untuk mengungkapkan pendapat serta pengetahuan yang dimiliki, selain itu siswa dilatih untuk dapat saling berbagi saling mengajari sesama teman, jadi siswa juga dapat belajar dari sesama teman. Sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang kurang melibatkan siswa sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Pada saat pembelajaran pertama, pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Decision Making mengalami sedikit kendala. Pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Pada saat siswa dibagi kelompok terjadi sedikit kegaduhan didalam kelas, hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan dibentuk kelompok belajar dan menjelaskan materi kepada temannya hal ini mengakibatkan siswa belum terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa terlihat pasif hal ini dikarenakan guru yang jauh lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran kedua, pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making dan kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab (konvensional). Pada kelas eksperimen siswa mulai terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran Decision Making, dan siswa sudah mulai merasa ada kecocokan dengan anggota kelompoknya masing-masing. Sehingga materi yang disampaikan ketua kelompok mudah untuk diterima dengan anggota kelompok. Hambatan yang dirasakan siswa secara berlahan dapat berkurang karena siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran Decision Making, siswa menjadi lebih tanggap menerima materi dari ketua kelompok dan siswa mulai terbiasa untuk menyampaikan materi kepada temannya dalam anggota kelompok. Sehingga proses pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung dengan baik. Karena, pada saat berlangsungnya proses belajar guru membagi kelompok dan setiap kelompok mempunyai tugas untuk menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya, setelah ketua kelompok memberi penjelasan kepada anggota kelompok. Ketua kelompok menjelaskan materi dari gambar yang disajikan kemudian setiap anggota kelompok membuat pertanyaan agar dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar yang disajikan, setelah membuat pertanyaan dan merumuskan masalah secara kelompok anggota mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternatif pemecahannya. Setelah itu secara kelompok siswa diminta untuk mengemukakan alasan mereka memilih alternatif jawaban dari permasalahan yang disajikan. Dan yang terakhir secara kelompok siswa diminta untuk menganalisis atau mencari penyebab terjadinya permasalahan. Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making, siswa menjadi lebih semangat belajar, siswa lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain, siswa lebih aktif, semakin meningkatnya rasa tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri maupun terhadap siswa lain, dan mengilangnya sifat mementingkan diri sendiri atau sifat egois. Sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat dan model pembelajaran Decision Making sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab terlihat bahwa hasil belajar kedua kelas berbeda. Berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol, pembelajaran yang menggunaka metode ceramah dan tanya jawab. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran siswa banyak bercerita dengan teman sebangkunya dan asyik sendiri tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Hanya siswa tertentu yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Kegiatan ini lebih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak aktif dalam belajar. Pada saat guru menanyakan siapa yang belum paham, siswa hanya diam saja, sehingga membuat guru kurang mengetahui batas pemahaman siswa. Sedangkan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen, pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Decision Making secara keseluruhan siswa antusias dengan diajarkannya pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran Decision Making. Berdasarkan analisis data post-test (lampiran C) terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Decision Making diperoleh nilai rata-rata tes akhir sebesar 75,31. Sementara kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional diperoleh nilai rata-rata tes akhir sebesar 67,29. Dengan demikian nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai post-test kelas kontrol. Dilihat dari hasil tes yang didapatkan dan ada pengaruh signifikan dari model pembelajaran Decision Making serta meningkatnya ketuntasan hasil belajar sebesar 10,44%. E. SIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Decision Making terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukan dengan perolehan rata-rata nilai post-test eksperimen sebesar 75,31 dan nilai rata-rata post-test kelas kontrol sebesar 67,29 serta uji kesamaan dua rata-rata nilai post-test yaitu thitung = 4,12 dan ttabel = 1,66 karena > maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian kedua rata – rata skor post-test kelas eksperimen lebih besar dari rata – rata nilai post-test kelas kontrol. F. DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arpah. 2012. Perbedaan Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making (DM) dan Problem Open Ended (POE) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Lubuklingga. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI Lubuklinggau. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pengetahuan Sosial. Jakarta. -------------------------------------------. 2004. Sain. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fatimah, et. al. 2008. Model-model pembelajaran (SMP/SMA). Palembang: Pendidikan dan Pelatihan profesional guru rayon 4 Universitas Sriwijaya. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hanifah, Nurdinah. 2008. Pengembangan Decision Making Model (Model Pembuatan Keputusan) dalam Pembelajaran IPS di SD Kelas 6. No.10. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Pekanbaru: Alfabeta. Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Mulyono. 2008. Teori Pengambilan Keputusan (Theory of Decision Making). Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Sanjaya. 2011. Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sari, Nurdiah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI Lubuklinggau. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. . 2013a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suma, Ketut et. al. 2008. Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Sains Terpadu Berorientasi Pemecahan Masalah Open Ended Argumentatif. TranslationJournal. No.4, Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susetyo, Budi. 2012. Statistik Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB. Tipler, Paul. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Young dan Feedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.