penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
PADA PEMBELAJARAN SISWA FISIKA KELAS X SMA NEGERI 7
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
1.
WINDI HARTONO, 2.AHMAD AMIN, M.Si., 3.TRI ARIANI, M.Pd.Si.
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Fisika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia
(Stkip-Pgri) Lubuklinggau
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Pada Pembelajaran Siswa Fisika Kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil
belajar fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran penemuan terbimbing pada pembelajaran fisika kelas X SMA
Negeri 7 Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni, dengan
desain yang digunakan Quasi Eksperimen yakni desain One-Group Pre-testpost-test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA
Negeri 7 Lubuklinggau yang berjumlah 88. Satu kelas yang diambil sebagai
sampel, dimana kelas X.3 yang berjumlah 23 orang sebagai kelas eksperimen.
Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan
menggunakan uji t. Simpulan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran Penemuan Terbimbing kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan perhitungan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α = 0,05
didapat thitung (1,79) > ttabel (1,17). Dengan demikian hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, bahwa model pembelajaran
Penemuan Terbimbing signifikan ketuntasan hasil belajar fisika kelas X SMA
Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.
Kata Kunci : Penemuan Terbimbing, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar Fisika.
PENDAHULUAN
Tujuan
Pendidikan
Nasional
yang
bersifat
umum
adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pentingnya pendidikan bagi sebuah Negara
juga disampaikan oleh Budiningsih (2005:1) yang menyatakan bahwa bangsa
yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat
dan dunia. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan
tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal. Tanpa pendidikan yang baik, bangsa
Indonesia sulit meraih masa depan yang cerah, damai dan sejahtera. Dalam
suatu sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen
yang sangat penting karena akan memberikan arah kegiatan pendidikan. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, peranan guru sangatlah penting, guru perlu
mencari model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran yang disampaikan
dapat dipahami oleh anak didik secara benar.
Dalam proses belajar mengajar pencapaian tujuan yang diinginkan itu
tergambar antara lain dari hasil belajar yang ingin dicapai oleh siswa. Menurut
Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta
dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Berhasil tidaknya proses belajar
mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang
dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan
dan menggunakan model pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru
harus menguasai prinsip-prinsip belajar mmengajar serta mampu menerapkan
dalam proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar mengajar dalam hal ini
adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.
Pembelajaran fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
alam yang mengamati tentang gejala-gejala atau fenomena yang berhubungan
dengan benda-benda di sekitar. Mempelajari fisika diharapkan dapat membantu
manusia dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seseorang dapat menaikan balok yang
besar ke atas mobil atau truk dengan mudah jika orang tersebut menggunakan
prinsip bidang miring. Selain contoh tersebut, masih banyak contoh
permasalahan kehidupan sehari-hari yang dapat di selesaikan dengan konsep
fisika.
Fisika juga pelajaran yang memiliki peran penting dalam membentuk
pola pikir siswa menjadi siswa yang berkualitas karena langsung mapun tidak
langsung dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai fenomenafenomena yang berhubungan dengan ilmu fisika. Oleh sebab itu dalam proses
pembelajaran fisika berlangsung guru mampu memiliki cara pembelajran
yang tepat agar tercapai tujuan pembelajaran yang dinginkan misalnya guru
mengembangkan suatu aplikasi pembelajaran agar siswa lebih efektif dalam
belajar sains dalam kelas.
Guru IPA seharusnya bisa menarik perhatian siswa sehingga mereka
berminat dan suka bahkan jadi pelajaran favoritnya untuk mempelajari IPA.
Untuk menarik perhatian peserta didik tersebut, guru harus memiliki cara
pembelajaran yang tepat, sehingga menarik dalam penyampaian materi
pembelajaran dan mampu menguasai suasana kelas. Tujuannya agar guru
dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi
kepada siswa sehingga siswa dapat belajar dengan giat dan benar-benar ikut
dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika di
sekolah SMA Negeri 7 Lubuklinggau didapatkan hasil belajar fisika siswa
masih rendah yaitu dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70.
Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai hasil ulangan harian, dari 88 siswa
diambil 1 kelas yang berjumlah 22 siswa terdapat 40% siswa atau 9 siswa
yang mendapatkan nilai ≥70 yang dinyatakan tuntas belajar dan terdapat
60% atau 13 siswa mendapatkan nilai < 70 dan dinyatakan tidak tuntas
belajar.
Pada dasarnya guru fisika di SMA Negeri 7 Lubuklinggau sudah
mengupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang
diperoleh masih belum optimal, salah satu contoh model pembelajaran yang
dapat
digunakan untuk
mengatasi
masalah
tersebut
adalah
model
pembelajaran Penemuan Terbimbing. Penggunaan model pembelajaran
Penemuan Terbimbing ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi siswa dalam
mengembangk an kecakapan siswa untuk berkomunikasi, memahami suatu
konsep pelajaran, saling berbagi pengetahuan dan melatih kemampuan siswa
sehingga hasil belajar fisika lebih baik.
Penggunaan model pembelajaran Penemuan Terbimbing ini diharapkan
dapat menjadi solusi bagi siswa dalam mengembangkan kecakapan siswa
untuk berkomunikasi, memahami suatu konsep pelajaran, saling berbagi
pengetahuan dan melatih kemampuan siswa sehingga hasil belajar fisika lebih
baik. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisa
sendiri, sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan yang
telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada
kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas, agar pembelajaran dapat mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka guru perlu mempertimbangkan
model pembelajaran yang tepat. Hal ini lah yang kemudian memotivasi
penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA
Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Penemuan
Terbimbing secara signifikan tuntas?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama diterapkan model pembelajaran
Penemuan Terbimbing di kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau?
METODE PENELITIAN
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pola desain
penelitian jenis Pre Eksperimental Design yakni desain One-Group PretestPosttest Design. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Dalam desain ini tes
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes
yang dilakukan sebelum eksperimen (𝑂1 ) disebut pre-test, dan tes yang dilakukan
sesudah eksperimen (𝑂2 ) disebut post-test, dan dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.
Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design
Pre-test
Treatmean
Post-test
O1
X
O2
Sumber: Sugiyono (2013:111)
Dimana, 𝑂1 adalah Tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen
𝑂2 adalah Tes akhir (Post-test) pada kelas eksperimen
X adalah Perlakuan (treatment) model Penemuan Terbimbing
HASIL PENELITIAN
Penelitian dengan model pembelajaran Penemuan Terbimbing ini
dilaksanakan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau kelas X.3 tahun pelajaran
2015/2016 yang dilakukan pada tanggal 31 Juli sampai dengan 29 Agustus
2015. Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh
siswa kelas X berjumlah 88 orang, dari empat kelas diambil satu kelas
secara acak untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelas X.3 dengan
jumlah siswa 23 orang, yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 9
orang siswa perempuan. Instrumen tes awal dan tes akhir yang diberikan
pada kelas X.3 pada penelitian ini berbentuk essay yang berjumlah tujuh
butir soal.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (pre-test)
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi
pengukuran merupakan data penelitian yang diperoleh dari hasil pre-test atau
soal yang diberikan sebelum siswa mendapatkan pembelajaran dari guru
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Penemuan
Terbimbing.
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 23
siswa yang berjumlah 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Pelaksanaan
pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.
Soal pre-test yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 7 soal yang
berbentuk essay. Rekapitulasi kemampuan awal siswa pre-test dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Pre-test)
Uraian
Pre-test
No
1
Nilai Rata-rata
31,69
2
3
Nilai Terkecil
Nilai Terbesar
21
46
4
Rentang Nilai
25
5
Simpangan Baku
7,036
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran
merupakan hasil belajar siswa seteleh mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir melalui post-test yang diikuti oleh 23 siswa. Pelaksanaan
post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.
Rekapitulasi kemampuan akhir siswa post-test dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Post-test)
Uraian
Post-test
Nilai Rata-rata
74,34
Nilai Terkecil
41
Nilai Terbesar
94
Rentang Nilai
53
Simpangan Baku
11,59
No
1
2
3
4
5
3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan posttest. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji
kecocokan 𝜒 2 (Chi-kuadrat), jika 𝜒2 hitung < 𝜒2 tabel maka data berdistribusi normal
pada taraf kepercayaan 𝑎 = 5 % dan derajat kebebasan (dk) = 4. dimana k
adalah banyaknya kelas interval. Diperoleh hasil uji normalitas data pre-test
dan post-test dapat dilihat pada tabel Tabel 4.
Tabel 4.
Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test
Tes
𝜒2 hitung
Awal
3,48
Akhir
6,403
dk
𝜒 2 tabel
Kesimpulan
Normal
4
11,1
Normal
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menarik kesimpulan dari data hasil post-test, maka dilakukan pengujian
hipotesis. Berdasarkan hasil uji normalitas data pre-test dan post-test berdistribusi
normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Diperoleh hasil uji hipotesis data posttest dapat dilihat pada tabel Tabel 5.
Tabel 5.
Uji Hipotesis Pre-test dan Post-test
thitung
dk
ttabel
Kesimpulan
1,79
22
1,717
thitung > ttabel
(Ha diterima dan Ho ditolak)
Tes akhir
Ha = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika
menggunakan model Penemuan Terbimbing berada pada ketuntasan
lebih dari atau sama dengan 70 (µ0 ≥70).
Ho = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika
menggunakan model Penemuan Terbimbing berada pada ketuntasan
kurang dari 70 (µ0 < 70).
Selanjutnya t hitung dibandingan dengan t tabel pada daftar distribusi t
dengan derajat kebebasan dk = n-1 =23-1 =22. Hasil uji untuk post-test
menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa
(lampiran) menunjukkan bahwa t hitung > ttabel H0 ditolak dan Ha diterima dengan
taraf kepercayaan 𝑎 = 5 % karena thitung > ttabel yaitu thitung = 1,79 dan ttabel =
1,717.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat dikatakan
bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima kebenarannya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif fisika kelas X
SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan
model pembelajaran Penemuan Terbimbing secara ketuntasan signifikan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau yang
bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model
pembelajaran penemuan terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian
metode
quasi eksperiment (eksperimen semu). Quasi eksperiment yang
melibatkan satu kelompok sampel, dimana peneliti perlakuan pada satu kelas.
Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas yang diambil secara acak yaitu
kelas X.3 yang terdiri 23 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran dan segi kognitifnya yaitu dalam bentuk tes
yang berisi pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan, intelegensi,
dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Tabel 6.
Rekapitulasi persentase data aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada
Saat Praktikum
No
Hari
Nama
Rata-rata
Kategori
Tanggal/Pelaksanaan
Kelmpok
44
1
Kelompok I
x100 = 91,67 Sangat Baik
48
2
Kamis, 20 Agustus
2015
Pertemuan Ke-III
Kelompok II
3
Kelompok III
4
Kelompok IV
%
34
Baik
x100 = 70,83
48
%
39
x100 = 81,25 Sangat Baik
48
%
32
x100 = 66,67
%
48
Baik
Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa dalam pembelajaran
fisika dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing pada
saat praktikum berlangsung, Rata-rata nilai aktivitas siswa yaitu kelompok I
sebesar 91,67 % berkategori sangat baik, kelompok II sebesar 70,83
%berkategori baik, kelompok III sebesar 81,25 % berkategori sangat baik,
dan kelompok IV sebesar 66,67 % berkategori baik. Maka dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing terjadi
Ketuntasan aktivitas siswa pada setiap pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan
bahwa aktivitas siswa pada proses pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran Penemuan Terbimbing memiliki aktivitas belajar siswa
yang baik.
Dari pembahasan yang telah di jelaskan bahwa pada model
pembelajaran Penemuan Terbimbing fisika siswa di kelas X SMA Negeri 7
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model
pembelajaran secara signifikan mengalami ketuntasan. Hal ini ditunjukan dari
ketuntasan hasil belajar fisika siswa dikelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
dan memiliki aktivitas belajar siswa yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan
model pembelajaran Penemuan Terbimbing secara signifikan tuntas. Ratarata hasil belajar siswa sebesar 74,34 dan persentase siswa yang tuntas jga
mengalami ketuntasan sebesar 78,26%. Pada aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran Penemuan
Terbimbing memiliki aktivitas belajar yang baik.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang dicapai pada penelitian
ini, beberapa hal yang penulis sarankan kepada pihak-pihak terkait sebagai
berikut:
1. Diharapkan guru lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan suatu
model pembelajaran. Pembelajaran model pembelajaran Penemuan
Terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran karena
mempunyai ketuntasan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa,
serta pembelajaran akan lebih menyenangkan.
2. Diharapkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga terjadi pembelajaran yang maksimal dan siswa
lebih mudah memahami konsep melalui model pembelajaran Penemuan
Terbimbing yang disampaikan oleh guru.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pengukuran dalam waktu
yang relatif singkat, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk
dapat melaksanakan penelitian pada materi lainnya dan dalam ruang
lingkup yang lebih luas serta dengan waktu yang lebih lama, misalnya
dalam kurun waktu satu semester.
4. Setiap pembelajaran hendaknya memperhatikan alokasi waktu yang
tepat pada tiap pokok kegiatan sehingga kegiatan yang direncanakan
dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Av
Publisher.
.
. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Jihad, Asep, dan Haris, Abdul. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Press.
Martin. 2006. Model Pembelajaran Inquiry. Bandung: Gava Media.
Mundilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Instruksional Sains (P2IS).
Fisika.
Yogyakarta:
Pusat
Mustiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT
Prestasi Pustaka Karaya.
Nasution, S. 2008. Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Bandung: Bumi Aksara.
Purwanto, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Pustaka Pelajar.
Roestiyah, N.K. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta.
. 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran
Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya. Win. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sitiatava. 2013. Model Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung: Trasito.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:
Wijayakusumah.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wancana Prima.
Suparno, Paul. 2007. Metedologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Suprijono. 2013. Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono, 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Erman dan Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis Untuk
Melaksanakan Evaluasi pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah
177.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offest.
Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa
STKIP-PGRI Lubuklinggau. Buku tidak diterbitkan. Lubuklinggau: STKIPPGRI Lubuklinggau.
Trianto. 2010. Mendeskripsikan Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta Erlangga.
Download