PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN SISWA FISIKA KELAS X SMA NEGERI 7 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1. WINDI HARTONO, 2.AHMAD AMIN, M.Si., 3.TRI ARIANI, M.Pd.Si. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Fisika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (Stkip-Pgri) Lubuklinggau ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Siswa Fisika Kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni, dengan desain yang digunakan Quasi Eksperimen yakni desain One-Group Pre-testpost-test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau yang berjumlah 88. Satu kelas yang diambil sebagai sampel, dimana kelas X.3 yang berjumlah 23 orang sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji t. Simpulan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perhitungan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat thitung (1,79) > ttabel (1,17). Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, bahwa model pembelajaran Penemuan Terbimbing signifikan ketuntasan hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Kata Kunci : Penemuan Terbimbing, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar Fisika. PENDAHULUAN Tujuan Pendidikan Nasional yang bersifat umum adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pentingnya pendidikan bagi sebuah Negara juga disampaikan oleh Budiningsih (2005:1) yang menyatakan bahwa bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal. Tanpa pendidikan yang baik, bangsa Indonesia sulit meraih masa depan yang cerah, damai dan sejahtera. Dalam suatu sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena akan memberikan arah kegiatan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, peranan guru sangatlah penting, guru perlu mencari model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak didik secara benar. Dalam proses belajar mengajar pencapaian tujuan yang diinginkan itu tergambar antara lain dari hasil belajar yang ingin dicapai oleh siswa. Menurut Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas belajar siswa. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar mmengajar serta mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu. Pembelajaran fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mengamati tentang gejala-gejala atau fenomena yang berhubungan dengan benda-benda di sekitar. Mempelajari fisika diharapkan dapat membantu manusia dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seseorang dapat menaikan balok yang besar ke atas mobil atau truk dengan mudah jika orang tersebut menggunakan prinsip bidang miring. Selain contoh tersebut, masih banyak contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang dapat di selesaikan dengan konsep fisika. Fisika juga pelajaran yang memiliki peran penting dalam membentuk pola pikir siswa menjadi siswa yang berkualitas karena langsung mapun tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai fenomenafenomena yang berhubungan dengan ilmu fisika. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran fisika berlangsung guru mampu memiliki cara pembelajran yang tepat agar tercapai tujuan pembelajaran yang dinginkan misalnya guru mengembangkan suatu aplikasi pembelajaran agar siswa lebih efektif dalam belajar sains dalam kelas. Guru IPA seharusnya bisa menarik perhatian siswa sehingga mereka berminat dan suka bahkan jadi pelajaran favoritnya untuk mempelajari IPA. Untuk menarik perhatian peserta didik tersebut, guru harus memiliki cara pembelajaran yang tepat, sehingga menarik dalam penyampaian materi pembelajaran dan mampu menguasai suasana kelas. Tujuannya agar guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi kepada siswa sehingga siswa dapat belajar dengan giat dan benar-benar ikut dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika di sekolah SMA Negeri 7 Lubuklinggau didapatkan hasil belajar fisika siswa masih rendah yaitu dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai hasil ulangan harian, dari 88 siswa diambil 1 kelas yang berjumlah 22 siswa terdapat 40% siswa atau 9 siswa yang mendapatkan nilai ≥70 yang dinyatakan tuntas belajar dan terdapat 60% atau 13 siswa mendapatkan nilai < 70 dan dinyatakan tidak tuntas belajar. Pada dasarnya guru fisika di SMA Negeri 7 Lubuklinggau sudah mengupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum optimal, salah satu contoh model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran Penemuan Terbimbing. Penggunaan model pembelajaran Penemuan Terbimbing ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi siswa dalam mengembangk an kecakapan siswa untuk berkomunikasi, memahami suatu konsep pelajaran, saling berbagi pengetahuan dan melatih kemampuan siswa sehingga hasil belajar fisika lebih baik. Penggunaan model pembelajaran Penemuan Terbimbing ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi siswa dalam mengembangkan kecakapan siswa untuk berkomunikasi, memahami suatu konsep pelajaran, saling berbagi pengetahuan dan melatih kemampuan siswa sehingga hasil belajar fisika lebih baik. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisa sendiri, sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, agar pembelajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang tepat. Hal ini lah yang kemudian memotivasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Penemuan Terbimbing secara signifikan tuntas? 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama diterapkan model pembelajaran Penemuan Terbimbing di kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau? METODE PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pola desain penelitian jenis Pre Eksperimental Design yakni desain One-Group PretestPosttest Design. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Dalam desain ini tes dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen (𝑂1 ) disebut pre-test, dan tes yang dilakukan sesudah eksperimen (𝑂2 ) disebut post-test, dan dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design Pre-test Treatmean Post-test O1 X O2 Sumber: Sugiyono (2013:111) Dimana, 𝑂1 adalah Tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen 𝑂2 adalah Tes akhir (Post-test) pada kelas eksperimen X adalah Perlakuan (treatment) model Penemuan Terbimbing HASIL PENELITIAN Penelitian dengan model pembelajaran Penemuan Terbimbing ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau kelas X.3 tahun pelajaran 2015/2016 yang dilakukan pada tanggal 31 Juli sampai dengan 29 Agustus 2015. Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X berjumlah 88 orang, dari empat kelas diambil satu kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelas X.3 dengan jumlah siswa 23 orang, yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Instrumen tes awal dan tes akhir yang diberikan pada kelas X.3 pada penelitian ini berbentuk essay yang berjumlah tujuh butir soal. 1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (pre-test) Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi pengukuran merupakan data penelitian yang diperoleh dari hasil pre-test atau soal yang diberikan sebelum siswa mendapatkan pembelajaran dari guru dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing. Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 23 siswa yang berjumlah 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing. Soal pre-test yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 7 soal yang berbentuk essay. Rekapitulasi kemampuan awal siswa pre-test dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Pre-test) Uraian Pre-test No 1 Nilai Rata-rata 31,69 2 3 Nilai Terkecil Nilai Terbesar 21 46 4 Rentang Nilai 25 5 Simpangan Baku 7,036 2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-test) Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran merupakan hasil belajar siswa seteleh mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir melalui post-test yang diikuti oleh 23 siswa. Pelaksanaan post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing. Rekapitulasi kemampuan akhir siswa post-test dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Post-test) Uraian Post-test Nilai Rata-rata 74,34 Nilai Terkecil 41 Nilai Terbesar 94 Rentang Nilai 53 Simpangan Baku 11,59 No 1 2 3 4 5 3. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan posttest. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 𝜒 2 (Chi-kuadrat), jika 𝜒2 hitung < 𝜒2 tabel maka data berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 𝑎 = 5 % dan derajat kebebasan (dk) = 4. dimana k adalah banyaknya kelas interval. Diperoleh hasil uji normalitas data pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel Tabel 4. Tabel 4. Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test Tes 𝜒2 hitung Awal 3,48 Akhir 6,403 dk 𝜒 2 tabel Kesimpulan Normal 4 11,1 Normal 4. Pengujian Hipotesis Untuk menarik kesimpulan dari data hasil post-test, maka dilakukan pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil uji normalitas data pre-test dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Diperoleh hasil uji hipotesis data posttest dapat dilihat pada tabel Tabel 5. Tabel 5. Uji Hipotesis Pre-test dan Post-test thitung dk ttabel Kesimpulan 1,79 22 1,717 thitung > ttabel (Ha diterima dan Ho ditolak) Tes akhir Ha = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika menggunakan model Penemuan Terbimbing berada pada ketuntasan lebih dari atau sama dengan 70 (µ0 ≥70). Ho = Rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika menggunakan model Penemuan Terbimbing berada pada ketuntasan kurang dari 70 (µ0 < 70). Selanjutnya t hitung dibandingan dengan t tabel pada daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n-1 =23-1 =22. Hasil uji untuk post-test menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa (lampiran) menunjukkan bahwa t hitung > ttabel H0 ditolak dan Ha diterima dengan taraf kepercayaan 𝑎 = 5 % karena thitung > ttabel yaitu thitung = 1,79 dan ttabel = 1,717. Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Penemuan Terbimbing secara ketuntasan signifikan. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau yang bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran penemuan terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian metode quasi eksperiment (eksperimen semu). Quasi eksperiment yang melibatkan satu kelompok sampel, dimana peneliti perlakuan pada satu kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas yang diambil secara acak yaitu kelas X.3 yang terdiri 23 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan segi kognitifnya yaitu dalam bentuk tes yang berisi pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Tabel 6. Rekapitulasi persentase data aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Saat Praktikum No Hari Nama Rata-rata Kategori Tanggal/Pelaksanaan Kelmpok 44 1 Kelompok I x100 = 91,67 Sangat Baik 48 2 Kamis, 20 Agustus 2015 Pertemuan Ke-III Kelompok II 3 Kelompok III 4 Kelompok IV % 34 Baik x100 = 70,83 48 % 39 x100 = 81,25 Sangat Baik 48 % 32 x100 = 66,67 % 48 Baik Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing pada saat praktikum berlangsung, Rata-rata nilai aktivitas siswa yaitu kelompok I sebesar 91,67 % berkategori sangat baik, kelompok II sebesar 70,83 %berkategori baik, kelompok III sebesar 81,25 % berkategori sangat baik, dan kelompok IV sebesar 66,67 % berkategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing terjadi Ketuntasan aktivitas siswa pada setiap pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada proses pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing memiliki aktivitas belajar siswa yang baik. Dari pembahasan yang telah di jelaskan bahwa pada model pembelajaran Penemuan Terbimbing fisika siswa di kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran secara signifikan mengalami ketuntasan. Hal ini ditunjukan dari ketuntasan hasil belajar fisika siswa dikelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan memiliki aktivitas belajar siswa yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran Penemuan Terbimbing secara signifikan tuntas. Ratarata hasil belajar siswa sebesar 74,34 dan persentase siswa yang tuntas jga mengalami ketuntasan sebesar 78,26%. Pada aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing memiliki aktivitas belajar yang baik. B. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang dicapai pada penelitian ini, beberapa hal yang penulis sarankan kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut: 1. Diharapkan guru lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan suatu model pembelajaran. Pembelajaran model pembelajaran Penemuan Terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran karena mempunyai ketuntasan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta pembelajaran akan lebih menyenangkan. 2. Diharapkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga terjadi pembelajaran yang maksimal dan siswa lebih mudah memahami konsep melalui model pembelajaran Penemuan Terbimbing yang disampaikan oleh guru. 3. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pengukuran dalam waktu yang relatif singkat, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk dapat melaksanakan penelitian pada materi lainnya dan dalam ruang lingkup yang lebih luas serta dengan waktu yang lebih lama, misalnya dalam kurun waktu satu semester. 4. Setiap pembelajaran hendaknya memperhatikan alokasi waktu yang tepat pada tiap pokok kegiatan sehingga kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Av Publisher. . . 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Jihad, Asep, dan Haris, Abdul. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press. Martin. 2006. Model Pembelajaran Inquiry. Bandung: Gava Media. Mundilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar Pengembangan Instruksional Sains (P2IS). Fisika. Yogyakarta: Pusat Mustiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karaya. Nasution, S. 2008. Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Purwanto, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Pustaka Pelajar. Roestiyah, N.K. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta. . 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya. Win. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sitiatava. 2013. Model Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung: Trasito. Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wancana Prima. Suparno, Paul. 2007. Metedologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suprijono. 2013. Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono, 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman dan Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 177. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Offest. Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. Buku tidak diterbitkan. Lubuklinggau: STKIPPGRI Lubuklinggau. Trianto. 2010. Mendeskripsikan Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Tipler, Paul A. 1998. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta Erlangga.