ARTIKEL RIANI - login mahasiswa siakad jurusan mipa stkip

advertisement
1
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
Riani Indah Permata Sari1 Sukasno2 Nur Fitriyana3
STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Pada
pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau”. Rumusan
masalah penelitian ini adalah: 1) apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah diterapkan
pembelajaran dengan model Problem Based Learning secara signifikan tuntas ?; 2)
Bagaimana aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau pada saat proses
pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning ?. Tujuan
diadakannya penelitian; 1) untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah
diterapkan model Problem Based Learning (PBL); 2) Untuk mendiskripsikan aktifitas
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017
pada saat proses pembelajaran matematika dengan merapkan model Problem Based
Learning (PBL). Penelitian ini berbentuk eksperimen semu dengan desain Pre-test
and Post-test Group. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau Tahun pelajaran 2016/2017 dan sebagai sampel adalah kelas VIII.6
yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan non
tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis ujit nilai Post-test pada taraf signifikansi ๐›ผ = 0,05, diperoleh ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” (10,3) > ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™
(1,70), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika Siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning secara signifikasi tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 84,22 dan
persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 91,7%.
Kata Kunci : Problem Based Learning, Matematika.
PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki banyak kegunaan
dalam kehidupan sahari-hari dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diajarkan kepada siswa. Menurut Abdurrahman (2010:253) matematika
merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan
bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar
matematika. Cockrof (Abdurrahman, 2010:253) mengemukakan bahwa matematika
1
Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
2,3
2
perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi
kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang
sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan
kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki banyak
kegunaan dalam kehidupan, matematika merupakan salah satu bidang studi yang
sangat penting. Tanpa matematika, akan sulit sekali untuk mempelajari dan
menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika sebagai
alat bantu telah banyak diaplikasikan untuk mempermudah, mengefektifkan, dan
mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan manusia. Berbagai alasan perlunya siswa belajar
matematika pada hakikatnya karena masalah kehidupan sehari-hari, didalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan salah satu guru
mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Lubuklinggau diperoleh data bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lubuklinggau masih
rendah. Permasalahan inilah yang diasumsikan sebagai penyebab masih banyaknya
nilai matematika siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Nilai rata-rata siswa 70 sedangkan KKM yang terdapat di sekolah tersebut adalah 75.
Dari 435 siswa, yang tuntas sebanyak 165 siswa dengan persentase 37,9% dan yang
belum tuntas sebanyak 270 siswa dengan persentase 62,1% sedangkan persentase
ketercapaian hasil belajar yang ditetapkan sekolah harus mencapai atau melebihi
75%.
Rendahnya hasil belajar matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau
disebabkan adanya beberapa permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran matematika dikelas yakni, pembelajaran yang dilakukan cenderung
menggunakan model pembelajaran konvensional dimana proses yang terjadi lebih
kepada ceramah dan memberikan latihan soal. Siswa cenderung pasif, bosan, tidak
sedikit siswa mengobrol pada saat proses pembelajaran bahkan ada beberapa siswa
keluar kelas, siswa tidak mau bertanya walaupun belum paham dengan materi yang
3
diberikan sehingga membuat siswa tidak mampu menentukan rumus dengan tepat
dalam penyelesaian soal. Untuk mencapai harapan tersebut seorang guru harus
terampil dalam memilih model pembelajaran yang tepat dengan pokok bahasan yang
disajikan dengan karakteristik siswa.
Rusman (2010:133) mengemukakan bahwa model pembelajaran bukan sematamata menyangkut kegiatan guru mengajar akan tetapi harus mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu sebagai berikut: (1) tujuan pembelajaran yang hendak dicapai; (2)
hubungan dengan materi pembelajaran; (3) sudut peserta didik serta hal lain yang
nonteknis. Salah satu cara mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa di
atas diperlukan sebuah
model pembelajaran yang aktif, inovatif dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning.
Yamin (2012:17) mengemukakan bahwa Problem Based Learning merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada
peserta didik dalam kondisi dunia nyata. Selain itu Riyanto (2009:285) berpendapat
bahwa
Problem Based Learning atau pembelajaran berdasarkan masalah adalah
suatu model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah. Dengan model Problem Based
Learning peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang
dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Peserta didik juga
diperlakukan sebagai pribadi dewasa karena peserta didik diberikan kebebasan untuk
mengimplementasikan
pengetahuan
atau
pengalaman
yang
dimiliki
untuk
menyelesaikkan masalah. Selanjutnya pengkondisian peserta didik dalam belajar
kelompok yang saling berinteraksi, baik dengan guru maupun teman akan
memudahkan peserta didik mencapai ketuntasan belajar, peserta didik dapat mencari
penyelesaian masalah secara mandiri akan memberikan pengalaman untuk
menyelesaikan soal yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti perlu melakukan penelitian dengan
judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017.
4
LANDASAN TEORI
Model Problem Based Learning
Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi dan disesuaikan dengan
kehidupan Kelson (Riyanto, 2012:285). Problem Based Learning (PBL) adalah suatu
model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan
masalah, belajar secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim.
Menurut Sugiyanto (2010:155) menyatakan Problem Based Learning (PBL) ditandai
oleh siswa yang bekerja berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menginvestigasi masalah dunia nyata”. Pembentukan suatu kelompok-kelompok
dalam proses belajar di harapkan dapat membantu siswa untuk dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya, serta dapat dengan mudah untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang dipelajarinya. Selain itu Menurut Sani (2014:127),
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya
dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaanpertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learing yang
akan diterapkan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran PBL
Fase
Indikator
Tingkah Laku Guru
1
Menyampaikan
Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran,
kompetensi dan tujuan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pembelajaran
serta pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
mempersiapkan siswa
2
Mendemonstrasikan
Guru mendemonstrasikan pengetahuan /keterampilan
pengetahuan
atau yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
keterampilan
3
Membing pelatihan
Guru merencanakan dan memberikan bimbingan
pelatihan awal
4
Mengecek pemahaman dan Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
memberi umpan balik
dengan baik, memberikan umpan balik
5
Memberikan kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
untuk pelatihan lanjutan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan
dan penerapan
kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan seharihari.
5
Aktivitas Belajar
Menurut Masita (2012:21) aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa selama pembelajaran. Menurut Baroh (2012:35),
proses belajar mengajar yang berkembang saat ini adalah pembelajaran “Student
centered” dimana siswalah yang dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Guru dapat mengaktifkan siswa dalam KBM dengan cara membuat
pelajaran menjadi menarik dan merangsan daya cipta siswa untuk menemukan serta
mengesankan bagi siswa.
Aktivitas belajar siswa adalah segala proses kegiatan yang dilakukan siswa
selama pembelajaran berlangsung, aktivitas belajar siswa dapat diukur melalui teknik
observasi aktivitas belajar siswa dikelas.
Ediyono (Baroh, 2010:35) menyatakan ada tujuh kadar keaktifan siswa dalam
belajar, yaitu:
a. partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
b. tekanan pada efektif dalam pembelajaran.
c. partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, terutama interaksi
antara siswa.
d. penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang
relavan bahkan salah sama sekali.
e. kekompakan kelas sebagai kelompok
f. kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusankeputusan penting dalam kehidupan sekolah.
g. jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi
siswa baik yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan mata
pelajaran.
Menurut Bahri (2000:38) mengatakan bahwa beberapa aktivitas belajar
meliputi:
(a)
mendengarkan;
(b)
memandang;
(c)
meraba,
mambau
dan
mencicipi/mengecap; (d) menulis atau mencatat; (e) membaca; (f) membuat
ringkasan; (g) mengamati tebel-tabel; (h) menyusun kertas kerja; (i) mengingat; (j)
berfikir dan (k) latihan atau praktek.
6
Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator aktivitas yang digunakan pada
kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu: (a) membaca; (b) mendengarkan; (c)
memberikan pendapat; (d) bertanya; (e) menjawab pertanyaan; (f) bekerja sama.
METODE PENELITIAN
Desain atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pre-test dan post-test group. Desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
๐ด ๐‘‚1 ๐‘‹ ๐‘‚2
(Arikunto, 2010:124)
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017. Sampel dalam penelitian ini
adalah kelas VIII 6 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk
mengumpulkan data melalui hasil belajar matematika siswa. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk uraian (essay) sebanyak lima soal dengan materi
pokok Lingkaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil pre-test diperoleh bahwa rata-rata hasil pre-test sebesar
19,4, secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa kelas VIII 6
SMP Negeri 2 Lubuklinggau sebelum pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model Probel Based Learning secara signifikasi belum tuntas.
Berdasarkan analisis data hasil post-test menunjukkan nilai ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” = 10,3 ≥
๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ = 1,70, sehingga dapat disimpulkan ๐ป๐‘Ž diterima dan ๐ป๐‘œ ditolak. Dengan
demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah diterapkan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning secara signifikan
tuntas dengan rata-rata nilai post-test sebesar 84,22.
7
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan analisa pada hasil pretest dan post-test maka dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa
mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning. Didalam penelitian ini hanya meneliti
materi lingkaran pada ranah kognitifnya yaitu dalam bentuk tes yang berisi
pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa. Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk siswa menjadi 7 kelompok dimana dalam satu kelompok terdiri dari 5-6
siswa. Model Problem Based Learning menekankan siswa untuk lebih berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa
melalui
proses
kerja
kelompok
yang
sistematis,
sehingga
siswa
dapat
memperdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya
secara berkesinambungan (Tan dalam Rusman, 2010:229). Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan sebanyak Lima kali pertemuan dengan rincian satu kali Pre-Test di awal
pertemuan, tiga kali proses pembelajaran dengan model PBL dan Post-test di akhir
pertemuan.
Pada setiap pertemuan peneliti melakukan penelitian pada tanggal 17 Januari
2017 di kelas VIII.6 merupakan sampel penelitian, peneliti dipersilahkan untuk
masuk ke kelas oleh guru matematika ibu Laili Astuti, S.Pd untuk melaksanakan
penelitian, peneliti berjalan ke kelas dengan diiringi oleh ketua kelas VIII.6, sebelum
peneliti mengadakan pre-test peneliti mengawali dengan salam dan memperkenalkan
diri kepada semua siswa kelas VIII.6 kemudian peneliti melakukan absen siswa.
Setelah selesai maka pelaksanaan pre-test pun dilakukan namun sebelum dibagikan
lembar soal dan lembar jawaban, peneliti memberikan arahan kepada siswa kelas
VIII.6 dimana mereka akan diberi enam soal dengan materi lingkaran dalam
menentukan unsur-unsur lingkaran dan cara menemukan nilai phi berbentuk uraian
dan mereka harus menjawab soal tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing
tanpa mencontek maupun berkerja sama, kemudian peneliti membagi lembar soal dan
lembar jawaban pre-test kepada setiap siswa. Setelah memastikan semua siswa telah
8
mendapatkan
lembar
soal
peneliti
mempersilahkan
kepada
siswa
untuk
menyelesaikan soal yang diberikan.
Selama siswa mengerjakan soal-soal pre-test yang diberikan peneliti
mengawasi dengan tujuan untuk memastikan siswa tidak mencontek atau berbuat
curang dalam mengerjakan soal tersebut. Saat waktu 80 menit telah berakhir semua
lembar jawaban beserta lembar soal dikumpulkan. Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada siswa VIII.6 karena telah mengikuti pre-test dengan tertib dan baik. Sebelum
mengakhiri pertemuan, peneliti menyampaikan kepada para siswa bahwa pada
pertemuan selanjutnya peneliti akan memberikan pembelajaran sebanyak 3 kali
pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan materi Menentukan unsur-unsur lingkaran dan menemukan nilai phi,
pada pertemuan pertama siswa merasa kebingungan dan merasa kesulitan untuk
menuliskan terlebih dahulu unsur yang diketahui dan ditanyakan hal ini disebabkan
karna siswa belum mempelajari tentang materi tes yang di berikan sehingga nilai
awal yang dimiliki siswa tidak ada yang tuntas.
Peneliti menerapan model pembelajaran problem Based Learning
peneliti
mengawali pembelajaran dengan mengabsen siswa kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran lalu peneliti menanyakan kepada siswa apa hubungan materi yang akan
dipelajari dengan kehidupannya dalam sehari-hari. Kemudian peneliti membagi siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang secara
heterogen. Setelah selesai terbentuknya kelompok belajar lalu peneliti membagikan
LKS kepada setiap masing-masing kelompok dengan dua butir soal dengan kolom
tempat penyelesaian soal. Siswa mulai mengerjakan penyelesaian sesuai langkah
yang ada dengan berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Pada saat bekerja pada
kelompok, kegiatan diskusi belum berjalan secara maksimal. Siswa yang pandai
tampak serius memahami masalah yang diberikan, sedangkan siswa yang kurang
pandai tidak tertarik dengan LKS yang diberikan sehingga siswa tersebut ribut dan
mengganggu teman lainnya sehingga siswa masih sulit untuk menuliskan terlebih
dahulu unsur yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Peneliti mengatasi masalah
tersebut dengan memberikan petunjuk-petunjuk penyelesaian soal pada LKS agar
siswa dapat menyelesaikan masalah dengan tepat.
9
Peneliti memberikan umpan balik dan juga memberikan motivasi kepada siswa,
karena motivasi berpengaruh besar terhadap pencapaian belajar siswa sehingga dapat
menggerakan, mengarahkan tindakan, serta menambah antusias siswa dalam belajar.
Saat siswa telah menemukan hasil dari masalah yang diberikan maka siswa
memeriksa kembali jawabannya. Pada kegiatan ini kendala yang ditemukan yaitu
siswa kesulitan dalam membuktikan benar atau tidaknya jawaban yang didapat.
Dengan petunjuk yang ada di LKS dan bimbingan dari peneliti dapat membantu
kesulitan yang dihadapi siswa. Setelah itu peneliti menunjuk salah satu kelompok
secara acak untuk mempresentasikan solusi penyelesaian masalah yang telah
diselesaikan dalam kelompoknya masing-masing didepan kelas, sedangkan kelompok
yang tidak tampil diberi kesempatan untuk bertanya dan melakukan proses
pengamatan dan penilaian terhadap kelompok yang tampil. Pada kegiatan ini peneliti
mengevaluasi solusi penyelesaian masalah dan penguatan berupa klarifikasi terhadap
jawaban siswa. Kemudian siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru
mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama tersebut. Materi yang
diajarkan adalah menentukan rumus luas dan keliling lingkaran
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah dibuat seperti pada pertemuan pertama. Langkah-langkah yang digunakan
peneliti juga sama dengan pertemuan pertama, yaitu peneliti membagikan LKS berisi
masalah baru pada siswa untuk diselesaikan secara mandiri dengan berdiskusi
kelompok. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran, siswa
mulai belajar untuk saling berkomunikasi dengan rekan satu kelompoknya. Mereka
mendiskusikan materi bersama-sama, menanyakan sesuatu yang belum diketahuinya,
saling bertukar pikiran serta saling memberikan informasi satu sama lain walaupun
masih terdapat beberapa siswa yang masih bingung. Siswa yang tidak tampil tampak
bersemangat dalam mengomentari jawaban kelompok lain dan saling bertukar ide.
Sebagian besar siswa sudah menyelesaikan masalah yang terdapat dalam LKS dengan
baik sesuai dengan langkah penyelesaian. Keterbatasan waktu menjadi kendala bagi
peneliti karena hal tersebut membuat siswa terburu-buru dalam penyelesaian masalah
sehingga mendapat hasil yang kurang maksimal. Dapat disimpulkan pada pertemuan
kedua, siswa sudah mengalami peningkatan dalam menyelesaikan masalah.
10
Pertemuan selanjutnya materi yang diajarkan adalah menghitung luas dan
keliling lingkaran. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal itu terlihat dari
siswa yang telah antusias menyelesaikan masalah dengan saling bekerjasama dengan
kelompoknya masing-masing berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan diselesaikan
secara mandiri, walaupun siswa masih tampak bingung ketika dihadapkan pada
permasalahan yang baru. Kemampuan penyelesaian masalah matematika siswa
meningkat, hal tersebut terlihat dari langkah–langkah yang diselesaikan siswa sudah
lebih baik dari pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan ini dapat disimpulkan
bahwa siswa sudah bisa menyelesaikan masalah yang diberikan berdasarkan langkahlangkah penyelesaian masalah, yang meliputi langkah memahami masalah, kemudian
menentukan hasil penyelesaian dan memeriksa kembali hasil.
Setelah selesai diberi perlakuan pembelajaran sebanyak tiga kali dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada pertemuan
ke lima pada tanggal 9 Febuari 2017, kelas VIII.6 diberikan tes akhir (post-test) untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan model PBL.
Berdasarkan hasil post-test nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 84,22.
Siswa yang tuntas 33 orang dan siswa yang tidak tuntas terdapat 3 orang, berarti
terjadi peningkatan rata-rata sebesar 64,82. Dari hasil penelitian dan analisis uji-t dari
hasil tes akhir diperoleh thitung = 10,3 dengan derajat kebebasan dk = n-1 = 36 – 1 =
35, ๐›ผ = 0,05 diperoleh ttabel = 1,70 sehingga thitung > ttabel yaitu 10,3 > 1,70 maka Ha
diterima dan H0 ditolak. Sehingga hipotesis diterima artinya hasil belajar matematika
siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning lebih dari atau
sama dengan 75 ๐œ‹ ≥ 75 secara signifikan sudah tuntas. Hal tersebut disebabkan
karena pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL membuat siswa
lebih aktif, mandiri, kompak dalam kelompok saling bertukar pikiran dalam
menyelesaikan
setiap
soal
yang
diberikan,
berani
mengimplementasikan
pengetahuannya, berpikir kritis dalam menyelesaikan dan memiliki keterampilan
penyelesaian masalah, serta siswa selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
matematika sehingga mudah untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
11
dipelajarinya. Camp (Riyanto, 2009:284) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik dipandang sebagai pribadi “yang utuh” yang memiliki
sejumlah pengetahuan ,menuntuk peserta didik berfikir kritis ,memecahkan masalah,
belajar secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpatisipasi dalam tim, sehingga
dapat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka pembelajaran
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Negeri 2 Lubuklinggau Tahun pelajaran
2016/2017, dapat peneliti simpulkan bahwa:
1.
Hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan model Problem Based Learning secara signifikan tuntas dengan
nilai rata-rata tes akhir sebesar 84,22 dan persentase jumlah siswa yang tuntas
mencapai 91,7%.
2.
Aktivitas siswa semakin meningkat setiap pertemuan. Pertemuan pertama
persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 31% ini menunjukan bahwa siswa
cukup aktif, pada pertemuan kedua persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar
63% ini menunjukan bahwa siswa cukup aktif dan pada pertemuan ketiga
persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 82% ini menunjukan bahwa siswa
aktif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Arikunto, 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri Djamara, Syaiful. 2000. Pisikologi Belajar. Banjarmasin: PT Rineke Cipta.
Baroh. 2010. Efektivitas Metode Simulasi Pada Materi Peluang Siswa Kelas IX SMP
Negeri 1 Semarang. Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya. Vol:3 :No 3 Hal 1315
Masita, Meici. 2012. Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol: 1 No: 2
Hal: 21-24
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Edisi kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Rusman.2011. Model-Model Pembelajaran Edisi kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: PT Bumi Aksara
Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta:
Referensi
Download