PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION, AND EXPLANATION (POE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA AR-RISALAH LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Abu Hasim Asyari Aka 1, Ahmad Amin 2, Derty Mulyana 3 [email protected] ABSTRACT This thesis entitled "Effect of Learning Model Prediction, Observation, and Explanation (POE) for Class X Student Results SMA Ar-Risala Lubuklinggau academic year 2014/2015". The problems of this study are 1) Is there any influence learning model Prediction, Observation, and Explanation (POE) the learning outcomes of students of class X SMA ArLubuklinggau the school year 2014/2015. 2) How does learning activity class X SMA ArRisalah Lubuklinggau the school year 2014/2015 for the use of the learning model Prediction, Observation, and Explanation (POE)? This type of research is experimental, with a design that is used is a pre-test post-test group design. The population in this study were all students keas X SMA Ar-Risalah Lubuklinggau academic year 2014/2015 amounted to 68 people. Samples of this study consisted of two classes taken by random sampling saturated, which XB class as a class experiment with a number of 35 students and class XA elected as class control the number of 33 students. Final test score data analyzed by using test-Z. Based on the analysis of data with error level α = 0.05 was obtained Zhitung = 4.30 and ZTabel1.96 for Zhitung> Ztabel, which means Ho is rejected and Ha accepted. Furthermore, from the survey results revealed that the percentage of student learning activities amounted to 81.4% (good), So it can be concluded that there is significant influence learning model Prediction, Observation, and Explanation (POE) to grade students' learning outcomes. Keywords: POE, Activity, Learning Outcomes. A. Pendahuluan Pendidikan telah menjadi salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan peran pendidikan sangat besar dalam mensejahterakan kehidupanmanusia itu sendiri. Melalui pengalaman dan pendidikan yang diperoleh, seseorang dapat memanfaatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2010:2) pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Terbentuknya manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, kreatif dan inovatif akan menunjukkan kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia maka manusia memiliki kesiapan untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang dalam kehidupan global. Namun salah satu masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika Berbagai faktor dapat dipandang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu faktor penting adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih monoton dengan mengimplementasikan model pembelajaran yang berorientasi pada pemprosesan informasi. Guru sering memberi informasi yang utuh, seperti konsep-konsep atau rumusrumus yang sudah ada di buku, kemudian memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal. Pada proses pembelajaran, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati, kegiatan pengamatan atau observasi, serta kegiatan yang dapat melatih retorika siswa yaitu mengkomunikasikan atau menjelaskan keterkaitan antara prediksi dan hasil observasi pada orang lain, sehingga kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran yang bermakna. Berdasarkan darihasil wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 10September2014 dengan guru mata pelajaran fisika kelas X semester ganjil di SMA ArRisalahLubuklinggau, mengatakan bahwa hasil belajarsiswa di kelasXmasih tergolong rendah.Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian tahun pelajaran 2014/2015di kelas X hanya mencapai 34,4% siswa yang dapat mencapai nilai KKM70. Hal tersebut menunjukkan bahwa 65,6%dari 53 siswa di kelas X belum mencapai KKM, sehingga mereka harus mengikuti remedial. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya hasil belajar siswa. Pada dasarnya, guru fisika SMA Ar-Risalah Lubuklinggau sudah mengupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum optimal. Guru dalam mengajar fisika perlu memiliki strategi pembelajaran yang tepat. Selain itu agar pelajaran fisika dapat diserap dengan baik oleh siswa, maka seorang guru perlu menerapkan salah satu model atau metode pembelajaran yang dipandang tepat untuk mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di sekolah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengambil inisiatif yaitu menggunakanmodel pembelajaran fisika yang lain. Model yang akan digunakan yaitu model pembelajaran Prediction, Observation and Explanation (POE). Membuat prediksi/dugaan (Prediction), observasi (Observation), dan menjelaskan (Explanation). Dalam model pembelajaran POE langkah awal yang harus dilakukan adalah kemampuan memprediksi dikenal sebagai kemampuan untuk menyusun hipotesis (jawaban sementara). Setelah itu, guru menuliskan apa yang diprediksi siswa. Guru menanyakan kepada siswa “mengapa demikian?”, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut guru mengajak siswa melakukan kegiatan observasi, yaitu melakukan pengamatan melalui percobaan. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan percobaan dan menggunakan data yang dihasilkan untuk disimpulkan. Kesimpulan yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan prediksi yang diberikan siswa. Apabila tepat, maka siswa akan semakin yakin dengan konsep fisika yang mereka kuasai. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika Model pembelajaran POE ini diterapkan dalam modul POE dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang cukup signifikan dalam kategori “sedang”(Ratna, dkk., 100-117:2013), selain itu juga prestasi siswa dengan mengunakan model POE mengalami peningkatan prestasi belajar, (Masykuri, dkk., 24-30:2014), kemampuan berpikir kritis pada peserta didik mengalami peningkatan berkatergori sedang (Ahmad, dkk., 1-6:2014), serta pemahaman konsep fisika dan sikap ilmiah dengan mengunakan model POE lebih tinggi dibandingkan pemahan konsep fisika dan sikap ilmiah menggunkan metode konvensional (Restami, dkk., 1-11:2013). Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dan beberapa permasalahan di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian di SMA Ar-Risalah Lubuklinggau dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Prediction, Observation, and Explanation (POE) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Ar-Risalah Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. B. Landasan Teori Sudjana (dalam Jihad dan Haris 2009:2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2011:13) berpendapat, belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang komplek. Lebih lanjut Slameto (1995:2) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.MenurutHilgard (dalam Rusman 2013:85)berpendapat bahwabelajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan maka dapat didefinisikan belajar adalah suatu proses memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dari interaksi dengan lingkungannya dan untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan. Ranah kognitifmenurut Alisadikin (28 Agustus 2013) terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut: 1. Tingkat pengetahuan (C1), yaitu pada tingkat ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya : fakta, rumus, strategi pemecahan masalah masalah dan sebagainya. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika 2.Tingkat pemahaman (C2), yaitu pada tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata– kata sendiri. Dalam hal ini siwa diharapkan menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata – kata sendiri. 3. Tingkat Penerapan (C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari – hari. 4. Tingkat analisis (C4), merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen – komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat atau tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. 5.Tingkat sintesis (C5) disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6. Tingkat evaluasi (C6) merupakan level tertinggi, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi. Berdasarkan pengertian hasil belajar pada ranah kognitif tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sisntesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi penyusunan pada komposisi soal tes C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan). Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2009:22) berpedapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajara dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dari uraian yang telah diungkapkan, disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika Menurut Purnomo (2010:108), POE adalah singkatan dari Prediction, Observation, dan Explanation. Pembelajaran dengan model POE menggunakan 3 langkah utama, yaitu: 1. Prediction (prediksi) adalah merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa fisika. Dalam membuat dugaan siswa sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini siswa diberi kebebasan seluas-luasanya menyusun dugaan dengan alasannya, sebaiknya guru tidak membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep fisika muncul dari pikiran siswa. Semakin banyaknya muncul dugaan dari siswa, guru akan dapat mengerti bagaimana konsep dan pemikiran fisika siswa tentang persoalan yang diajukan. 2. Observation (observasi) yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa membuat eksperimen, untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa mengamati apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas prediksi mereka. 3. Explanation (eksplanasi) yaitu pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Apabila hasil prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka memperoleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Akan tetapi, jika dugaannya tidak tepat maka siswa dapat mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep yang tidak benar menjadi benar. MenurutWhite and GunstoneKeunggulandankelemahan Model PembelajaranPrediction, Observation, and Explanation (POE) diantaranya: 1. Keunggulan model pembelajaran Prediction, Observation, and Explanation (POE) yaitu : a) Merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi b) Dengan melakukan percobaan untuk menguji prediksinya dapat mengurangi verbalisme c) Proses pembelajaran menjadi lebih baik dan menarik, karena siswa tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui percobaan d) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian siswa lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran 2. Kelemahan model pembelajaran Prediction, Observation, and Explanation (POE) yaitu : a) Memerlukanpersiapan yang lebih matangterutama berkaitan penyajian persoalan fisika dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksiyang diajukan siswa b) Untuk kegiatan percobaan, memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus bagi 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional c) Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan desain berbentuk pre-test post-test control group design, yaitu terdapat dua kelompok yang diberikan pre-test dan post-test untuk dapat membandingkan keadaan sebelum dengan setelah diberi perlakuan. Dua kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan model pembelajaran Prediction, Observation, and Explanation (POE) dan model pembelajaran konvensional diterapkan pada kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Ar-Risalah Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri atas 2 kelas dengan jumlah siswa 68 orang.Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh di mana semua anggota populasi dijadikan sampel. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Riduwan dan Sunarto, 2011:57). Tes dilakukan sebanyak dua kali pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu tes kemampuan awal (pre-test) dan tes kemampuan akhir (post-test). Soal tes yang digunakan sebanyak 6 soal terlebih dahulu telah diuji pertanggungjawaban instrumennya. Hipotesisdalampenelitianiniadalah pembelajaranPrediction, ada Observation, pengaruh and yang signifikan Explanation model (POE) terhadaphasilbelajarfisikasiswakelas X SMA Ar-RisalahLubuklinggautahunpelajaran 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika 2014/2015. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji-Z pada taraf kepercayaan = 0,05 dan dk 66. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan di SMA Ar-Risalah Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 April 2015 sampai dengan 22 Mei 2015. Sebelum pelaksanaan penelitian ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan. Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 5 maret 2015 di SMA Ar-Risalah Lubuklinggau di kelas XI IPA1 dengan jumlah siswa 32 orang materi tentang asas black dan perpindahan kalor. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran POE, dilaksanakan dikelas XB SMA Ar-Risalah Lubuklinggau dengan jumlah siswa 35 siswa. Pemililihan sampel ini menggunakan tekhnik random sampling jenuh, kelas XB sebagai kelas Eksperimen dan kelas XA sebagai kelas kontrol. 1. Kemampuan Awal Siswa Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan pemberian tes awal (pre-test) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan . Tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan = 0,05, Ztabel = 1,96 karena Zhitung ≤ Ztabel maka Ho diterima. 2. Kemampuan Akhir Siswa Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti proses pembelajaran materi asas black dan perpindahan kalor. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir (post-test) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan model yang berbeda antar kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan data post-test, nilai 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika rata-rata pada kelas eksperimen dengan model POE sebesar 72,72 dan kelas kontrol dengan model konvensional 57,90. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dengan model POE lebih tinggi dari pada kelas kontrol dengan model Konvensiona. 3. Analisis Kemampuan Awal Siswa Berdasarkan hasil analisis uji normalitasx2hitung <x2tabel (0,66<11,07), maka data berdistribusi normal dan uji homogenitasFhitung = 1,01 sedangkan Ftabel 1,81 maka Ho diterima atau kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, sehingga dapat dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-Z. Adapun hipotesis yang akan digunakan pada pre-test adalah: Ho = nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil/sama Ha = nilai rata-rata kelas lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol 4. Analisis Kemampuan Akhir Siswa Berdasarkan hasil analisis uji normalitasx2hitung <x2tabel (10,33<11,07), maka data berdistribusi normal dan uji homogenitasFhitung = 1,03 sedangkan Ftabel 1,81 maka Ho diterima atau kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, maka data kedua kelas pada pre-test berdistribusi normal dan homogen sehingga dapat dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-Z. Adapun hipotesis yang akan digunakan pada post-test adalah: Ho = nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil/sama Ha = nilai rata-rata kelas lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol 5. Pembahasan Berdasarkan analisis data post-test (lampiran) terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diajarkan menggunakan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Prediction, Observatio and Explanation diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen 72,72 dan simpangan baku 14,48. Sementara itu, kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Diperoleh skor rata-rata post-test kelas eksperimen lebih tinggi 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika dibandingkan dengan kelas kontrol 57,90 dan simpangan baku 14,20. Aktivitasnya dalam belajar terlihat dari hasil persentase setiap aspek kategori. Pada aspek visual sebesar 91,66 % , aspek lisan sebesar 74,95 %, aspek medengar sebesar 83,33% dan aspek menulis sebesar 83,33%, aspek metrik 74,90 %, aspek berpikir sebesar 80,50 %. Persentase ratarata dari keenam aspek tersebut yaitu 81,44% (sangat baik). Tingginya hasil belajar dan aktivitas belajar siswa disebabkan beberapa keunggulan dari penggunaan model pembelajaran Prediction, Observation, and Explanation yaitu siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam mengeluarkan ide, gagasan untuk memecahkan suatu permasalahan. Siswa juga akan dibiasakan untuk bertukar fikiran dengan teman sehingga berbentuk suatu pola keterampilan sosial. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan dalam belajar. Tidak semua metode pembelajaran dapat dipandang sempurna dan cocok digunakan, pada model pembelajaran Predicton, Observation, and Explanation ini juga memiliki kelemahan yaitu penggunaan metode pembelajaran ini harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa, memerlukan latihan-latihan, keuletan dan ketelitian dalam pengajaran serta membutuhkan waktu yang lama. Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya mengalami sedikit hambatan.Pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa memerlukan untuk penyesuaian. Kegaduhan yang terjadi pada waktu pelaksanaan pembelajaran cuku menyitawaktu belajar. Pembelajaran pada model pembelajaranPredicton, Observation, and Explanationmendorong siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya. Pembelajaran yang dilakukan melatih siswa menjadi aktif, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelasnya.Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Melalui teman sendiri, siswa akan merasa nyaman, tidak ada rasa malu-malu untuk bertanya apabila kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru sebelumnya. Berdasarkan hasil peneliti yang dilakukan pada kelas X1 SMA Ar-Risalah Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Proses pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional, metode pembelajaran ini lebih rendah, dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Predicton, Observation, and Explanation, karena kegiatan pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dan enggan bertanya maupun mengemukakan pendapat meskipun mereka belum paham dan mengerti dengan materi yang diberikan metode ini juga membutuhkan media dan alat dalam pembelajaran. 6. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitiandiperolehan rata-rata hasil belajarnilaipost-test kelaseksperimensebesar 72,72 sedangkanperolehan rata-rata nilaipost-test kelas 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika kontrolsebesar 57,90. Dan hasilanalisisujiZpada data post-test kelaseksperimendankelaskonroldengantarafkepercayaan𝛼 = 0,05 menunjukanbahwaZhitung>𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (4,30>1,96). Sehinggadapatdisimpulkanbahwaadapengaruh pembelajaranPrediction, yang Observation signifikan ,and model Explanation (POE)terhadaphasilbelajarsiswakelasX SMAAr-Risalah Lubuklinggautahunpelajaran 2014/2015. 15 -0.98, 9.6915 -3.46, 0.133 -4 -3 -2.64, 1.113 -2 -0.15, 10.787 0.67, 6.461 10 -1.81, 4.466 5 0 -1 0 1 Gambar: Kurva normalitas kelas eksperimen (post-test) -3.62, 0.1122 -4 15 -0.87, 0.04, 10 10.6854 10.3257 -1.78, 0.95, 5 5.1051 4.6332 -2.7, 1.22 0 -2 0 2 Gambar: 4.4 Kurva normalitas kelas kontrol(post-test) Aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas pada setiap aspek kategori. Pada aspek visual sebesar 91,66%, aspek lisan sebesar 74,95%, aspek mendengar sebesar 83,33%, aspek menulis sebesar 83,33 %, aspek metrik 80,50%. Persentaserata-rata aktivitas siswayaitu 81,44% (Baik). Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas X SMA Ar-Risalah Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran Prediction, Observation ,and Explanation (POE) sangat baik. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika Daftar Pustaka Ahmad, Sopyan dan Yulianto. Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict-ObserveExplain) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kongitif Fisika SMP. Unnes Physics Education Jounal. Vol.3. N0. 3. Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara Hanafiah dan Suahana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Masykuri, Saputro dan Puriyandri. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Prediction, Observation, And Explanation (POE) Dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Menigkatkan Sikap Ilmiah Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA1 Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 3. No 1. Purnomo. 2010. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka Purwanto, Ngalim. 2011. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Ratna, Sarwanto dan Puguh. 2013. Pengembangan Modul Berorientasi POE (Predict, Observe, Explain) Berwawasan Lingkungan Pada Materi Pencemaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. BIOEDUKASI. Vol. 6. No. 1 Restami, Suma dan Pujiani. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, And Explain) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 3. Riduwan dan Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikakan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Slameto. 1995. Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sopiyah. 2012. Penerapan strategi Prediction, Observation, and Explanation (POE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fluida Statis kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi tidak diterlibatkan. Surakarta Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI Surakarta. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Susilo, Muhammad J. 2008. Kurikulum Tingkat Saatuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 1. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3. Dosen Prodi Fisika