1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia saat ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa Negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data Statistik Peternakan (2010) konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia sampai saat ini baru mencapai 8.5 Kg, sedangkan konsumsi daging ayam hanya 4.5 kg/kapita/tahun. Angka konsumsi tersebut merupakan yang terendah di antara negara-negara ASEAN. Sumber protein hewani utama saat ini berasal dari ternak unggas khususnya jenis ayam pedaging (broiler). Perkembangan industri perunggasan terbukti terus meningkat meskipun besarannya setiap tahunnya masih berfluktuasi. Masalah utama industri perunggasan antara lain adalah banyaknya kasus penyakit yang menyebabkan penurunan produksi daging maupun telur, beberapa penyakit yang sering muncul di dunia perunggasan diantaranya yaitu dari kelompok penyakit viral seperti Avian Influenza, Newcastle Disease (ND), Infectious Bursa Disease (IBD atau Gumboro), Marek dan penyakit viral lainnya. Penyakit Infectious Bursal Disease (selanjutnya disebut IBD) menyerang ayam muda berumur sekitar tiga sampai enam minggu. Penyakit ini mudah menular dan bersifat akut. Penyakit ini dikarakterisasi dengan rusaknya sel limfoid bursa fabricius (Sharma et al. 2000; Cereno 2004). Sejak ditemukannya 40 tahun yang lalu, penyakit ini merupakan masalah yang serius bagi industri unggas komersial. Dampak ekonomi yang ditimbulkan penyakit ini bermacam-macam, termasuk kerugian akibat tingginya morbiditas dan mortalitas (Lukert dan Saif 2003). Dampak lainnya adalah imunosupresi pada ayam yang dapat bertahan terhadap infeksi IBD, diperburuk dengan infeksi agen penyakit lainnya, menurunnya kemampuan respon ayam terhadap vaksinasi dan masuknya produk unggas terinfeksi (Sharma et al. 2000; Toro et al. 2009). 2 Imunosupresi pada ayam menimbulkan infeksi sekunder yang umumnya berupa penyakit Newcastle Disease (ND), diketahui penyakit ND juga mempengaruhi perindustrian unggas. Peternak umumnya melakukan program vaksinasi bersamaan untuk penyakit IBD dan ND. Tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus IBD telah dilakukan dengan vaksinasi. Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan efektifitas, efikasi, efek samping dan daya imunogenik vaksin. Usaha pencegahan penyakit IBD dengan vaksinasi banyak mengalami kegagalan (Partadiredja et al. 1981) dan kegagalan ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan struktur antigen antara subtipe (varian) virus IBD dalam serotipe yang sama (Partadiredja dan Soejoedono 1997). Virus varian mampu meniadakan kekebalan ayam yang divaksinasi. Babiker et al. (2008) telah melakukan evaluasi terhadap vaksin komersial terhadap ayam komersial, namun masih terjadi outbreak pada sebagian populasi ayam komersial tersebut. Coletti et al. (2001) telah melakukan penelitian mengenai efikasi dan keamanan vaksinasi intermediate secara in ovo. Vaksinasi dapat memproteksi infeksi virus pada ayam SPF dan memberikan proteksi sebagian pada ayam komersial. Vaksin yang beredar saat ini adalah vaksin IBD galur intermediate, disebabkan galur virus lapang yang ada di Indonesia adalah galur yang ganas. Vaksin galur mild kurang memberikan respon terhadap infeksi penyakit IBD. Oleh karena itu dibuat vaksin lokal dari galur intermediate (Bahri dan Kusumaningsih 2005) Vaksinasi umumnya diberikan pada umur dua minggu, dimana saat titer antibody asal induk sudah menurun. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa kasus IBD sering terjadi pada ayam dengan umur dibawah 2 minggu. Oleh karena itu pada penelitian ini, akan diuji vaksinasi dengan vaksin IBD intermediate live pada ayam umur sehari dengan berbagai tingkatan dosis dan diuji dengan virus IBD galur lapang. Respon akibat vaksinasi tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pengendalian penyakit akibat virus IBD pada tiap-tiap peternakan. 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati respon serologis dan kondisi klinis berdasarkan pemeriksaan molekuler pada ayam yang divaksin dengan vaksin IBD aktif galur intermediate berbagai tingkat dosis pada umur sehari dan ditantang dengan virus galur lapang. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, dengan mengetahui dosis yang tepat pada ayam pedaging umur sehari yang divaksinasi dengan vaksin IBD galur intermediate berbagai tingkatan dosis diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak dalam program vaksinasi, sehingga dapat mencegah timbulnya IBD pada ayam pedaging.