Sebuah Tinjauan Mengenai Epidemiologi Inflammatory Bowel Disease dengan Fokus pada Diet, Infeksi, dan Paparan Antibiotik Penulis : James D. Lewis Inflammatory bowel disease (IBD), termasuk penyakit Crohn (CD-Chron’s Disease) dan kolitis ulserativa (UC-Ulcerative Colitis), adalah penyakit kronis yang melemahkan yang terjadi pada populasi di seluruh dunia. Etiologinya masih dianggap multifaktorial. Faktor genetik diduga berhubungan dengan penyakit ini tapi secara epidemiologi, anggapan tersebut tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Faktor lingkungan, termasuk komposisi mikrobiota usus, juga penting. Ada perbedaan keadaan geografis yang luas dalam insiden dan prevalensi IBD. Tingkat insiden yang tinggi dapat diamati di Inggris, Eropa Utara, Kanada dan Amerika Serikat. Secara global, ada bukti peningkatan kejadian CD dan UC dari waktu ke waktu [1]. Selain itu, meningkatnya insiden IBD di negara-negara Barat telah mendahului peningkatan insiden di negara-negara berkembang. Hal ini mendukung hipotesis bahwa, ‘westernisasi’ gaya hidup kita telah menyebabkan peningkatan insiden IBD. Imigran yang pindah dari daerah dengan insiden IBD yang rendah ke daerah dengan insiden yang tinggi, biasanya terus memiliki tingkat insiden yang lebih rendah pada generasi pertama. Tetapi, tingkat insiden pada generasi yang kedua, sebanding dengan penduduk asli. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan mungkin penting dalam insiden IBD. Masyarakat di dunia Barat biasanya kurang aktif secara fisik dan memiliki akses yang lebih mudah pada makanan. Namun, bukti yang mengaitkan aktivitas fisik dan obesitas dengan insiden kasus baru IBD, umumnya kurang [2]. Diet Barat modern juga berbeda dari diet di bagian lain dunia. Walaupun obesitas dan asupan kalori total yang lebih tinggi tidak mengakibatkan peningkatan risiko IBD, mikro dan makronutrien tertentu, zat aditif, atau kontaminan, dapat mempengaruhi risiko IBD melalui berbagai jalur. Salah satu cara diet mempengaruhi kejadian IBD adalah antigen dari makanan akan mengakibatkan perubahan mikrobiota usus, mempengaruhi ekspresi gen serta mempengaruhi permeabilitas gastrointestinal [3]. Biasanya, makanan pertama kita berupa ASI atau susu formula bayi. Sebuah meta-analisa barubaru ini mengamati bahwa bayi yang baru lahir yang diberi ASI, memiliki insiden IBD yang lebih rendah di masa kanak-kanaknya (odd ratio 0.69, p = 0.02) [4]. Penelitian ini memberikan dukungan lebih lanjut pada teori, bahwa diet awal mempengaruhi risiko IBD pada anak-anak [5]. Setelah pengenalan makanan keluarga, ada perubahan komposisi mikrobiota usu secara dramatis [6]. Mengingat pentingnya peran mikrobiota usus dalam etiologi IBD, adalah logis bahwa paparan makanan di awal kehidupan dapat mempengaruhi risiko IBD. Sayangnya, data tentang hubungan antara diet di awal kehidupan dan risiko IBD umumnya kurang. Namun, penelitian mengenai diet pada anak-anak dan orang dewasa, umumnya mengamati bahwa asupan makanan tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko CD dan UC; diet tinggi serat dan buah dikaitkan dengan penurunan risiko CD, dan diet tinggi sayuran dikaitkan dengan risiko penurunan UC [7]. Selain diet, faktor lain yang dapat mempengaruhi komposisi mikrobiota usus. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi peningkatan risiko IBD setelah infeksi saluran pencernaan [8-10]. Paparan antibiotik juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko IBD, terutama CD [11-15]. Tentu saja, infeksi saluran pencernaan dan paparan antibiotik dapat menjadi penanda bagi mereka yang berisiko terhadap IBD tanpa menyinggung penyebab IBD. Merokok, penggunaan antibiotik dan diet merupakan faktor risiko reversibel untuk IBD. Rekomendasi untuk menghindari rokok, sesuai untuk semua orang karena berbagai alasan. Penggunaan antibiotik harus sesuai indikasi, rekomendasi ini juga cocok untuk semua populasi. Modifikasi diet berpotensi untuk mengurangi insiden IBD melalui penguraian hubungan antara diet, mikrobiota usus dan IBD. Pendekatan ini perlu dipertimbangkan pada mereka yang berisiko tinggi (misalnya anak-anak dari orang tua dengan IBD). Kepustakaan : 1 Molodecky NA, Soon IS, Ra bi DM, et al: Increasing incidence and prevalence of the inflammatory bowel diseases with time, based on systematic review. Gastroenterology 2012;142:46–54 e42; quiz e30. 2 Chan SS, Luben R, Olsen A , et al: Body mass index and the risk for Crohn’s disease and ulcerative colitis: data from a European Prospective Cohort Study (The IBD in EPIC Study). Am J Gastroenterol 2013;108:575–582. 3 Chapman-Kiddell CA, Davies PS, Gillen L, Radford-Smith GL: Role of diet in the development of inflammatory bowel disease. Inflamm Bowel Dis 2010;16:137–151. 4 Barclay AR, Russell RK, Wi lson ML, et al: Systematic review: the role of breastfeeding in the development of pediatric inflammatory bowel disease. J Pediatr 2009;155:421–426.