PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI MIA 2 SMA NEGERI 1 TUMPANG 1 Amelia Ananda ), Sri Endah Indriwati2), Nursasi Handayani3) Universitas Negeri Malang Email: [email protected]) [email protected]) [email protected]) ABSTRACT: This research was conducted to determine the implementation of Guided Inquiry Learning Model by Lesson Study to improve attitude, knowledge, and skill learning outcomes of students of XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang. Methods of data collection is observation, self assessment, test, and students worksheet. Data were analyzed in the form of (1) implementative of Guided Inquiry by LS, (2) attitude learning outcome, (3) knowledge learning outcome (4) skill learning outcome. The results show implementation of Guided Inquiry Learning model by LS can improve attitude, knowledge, and skill learning outcomes. Keywords: Guided Inquiry Learning, Lesson Study, Learning Outcomes. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui Lesson Study untuk meningkatkan hasil belajar sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, penilaian diri siswa, tes, dan pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS). Data yang dianalisis berupa (1) keterlaksanaan inkuiri terbimbing melalui LS (2) Hasil belajar sikap (3) Hasil belajar pengetahuan (4) Hasil belajar keterampilan. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui LS dapat meningkatkan hasil belajar sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kata Kunci: Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Lesson Study, Hasil Belajar. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sistem Pendidikan Nasional tersebut mengemban konsep pendidikan yang menyiapkan siswa untuk memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global saat ini. Faktanya, kualitas pendidikan di Indonesia termasuk dalam kategori rendah. OECD (2014:19) hasil studi oleh Program For International Student Assesments (PISA) pada tahun 2012 tentang pendidikan dan kemampuan siswa sekolah yang difokuskan pada kemampuan matematika, membaca, dan pengetahuan ilmiah (sains) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki urutan 64 dari 65 negara peserta. Tuntutan dan fungsi Sistem Pendidikan Nasional juga harus dilaksanakan dalam pembelajaran Biologi. Pembelajaran di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang yang dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 Januari 2016 menunjukkan bahwa sikap jujur siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang 1 2 tidak menuliskan data sesuai dengan pengamatan kelompoknya sendiri. Sikap disiplin siswa yang masih kurang ditunjukkan dengan sebanyak tujuh siswa datang terlambat ke Laboratorium Biologi, siswa juga tidak segan untuk berfoto selfie ketika sedang melaksanakan praktikum, siswa juga tidak aktif dalam melaksanakan praktikum terlihat dari siswa yang bermalas-malasan saat siswa yang lainnya sedang melaksanakan praktikum. Sikap tanggung jawab juga terlihat kurang ditunjukkan dengan ketika guru meminta siswa mengumpulkan tugas, siswa saling melempar tanggung jawab. Begitu juga dengan sikap sopan/santun siswa yang masih rendah terlihat dari ada siswa yang asyik mendengarkan musik dengan menggunakan head set dan beberapa siswa lebih fokus pada game daripada memperhatikan penjelasan dari guru. Keterampilan siswa dalam menyajikan hasil belajar juga masih kurang, terlihat dari siswa yang malu-malu serta tidak sistematis dan jelas dalam menyampaikan hasil praktikum. Dampak yang terjadi akibat kurang tertariknya siswa terhadap pembelajaran ini adalah siswa menjadi kurang memahami materi yang disampaikan. Hal ini terlihat dari dokumen hasil ulangan harian materi Sistem Respirasi juga masih rendah yaitu dari 34 siswa sebesar 15 siswa tuntas dari KKM atau ketuntasan klasikal hanya 44% yang jauh dari standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hasil angket yang di bagikan pada siswa kelas XII MIA 3 menyatakan bahwa pembelajaran tidak dapat menunjang pemahaman siswa karena guru hanya menjelaskan melalui powerpoint dan penugasan membuat makalah. Sikap siswa juga kurang ditanamkan dalam proses pembelajaran Biologi, serta keterampilan hanya dinilai dari penugasan membuat poster. Rendahnya hasil belajar biologi siswa yang meliputi hasil belajar sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diketahui melalui hasil observasi merupakan permasalahan yang perlu diselesaikan dengan solusi alternatif. Solusi alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilakukan dengan pemilihan model pembelajaran yang dapat menuntut siswa untuk aktif mengembangkan potensi dirinya dalam proses pembelajaran, membangun pengetahuan, serta kemampuan dalam menyajikan hasil belajarnya. Sesuai dengan Kurikulum 2013, salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi pendekatan ilmiah adalah model inkuiri. Llwellyn (2013:15) dan Sanjaya (2006:196) inkuiri diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara aktif dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, logis, dan kreatif untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Sani (2014) inkuiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi. Hasil wawancara dengan guru Biologi juga menunjukkan bahwa guru belum pernah membimbing siswa dalam membuat pertanyaan sesuai degan pendekatan ilmiah yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi kelas, wawancara dengan guru Biologi, dan angket siswa, menunjukkan bahwa siswa belum pernah menerapkan pembelajaran dengan model inkuiri sebelumnya, maka tingkatan inkuiri yang dapat diterapkan pada kelas XI MIA 2 adalah inkuiri terbimbing. Llwellyn (2013:105) penggunaan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran sangat tepat bagi siswa yang belum terbiasa menggunakan inkuiri dalam proses belajaranya dan guru disini hanya berperan sebagai fasilitator. 3 Guru juga belum melaksanakan upaya perbaikan kualitas pembelajaran secara kolaboratif dengan guru lain. Pembelajaran inkuiri terbimbing membutuhkan perancangan yang baik melalui kegiatan kolaboratif antara guru satu dengan guru yang lain, oleh karena itu pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan melalui Lesson Study. Lesson Study adalah suatu proses sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajaran yang telah digunakan dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Lesson Study merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas guru mengajar dan aktivitas belajar siswa (Syamsuri & Ibrohim, 2008). Hal ini karena: (a) pengembangan Lesson Study dilakukan berdasarkan pada hasil sharing pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru; (b) penekanan mendasar kegiatan Lesson Study adalah para siswa memiliki kualitas belajar; (c) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas; (d) Lesson Study mampu menjadi landasan pengembangan pembelajaran; dan (e) Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran. Peningkatan kualitas guru model, terutama kemampuan pedagogis guru berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang meningkat berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui Lesson Study. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus masingmasing terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan tindakan (observation), dan refleksi (reflection). Pada setiap pertemuan menerapkan tahapan lesson study, yaitu plan, do, dan see. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang yang terletak di Jalan Raya Malangsuko No. 10 Malang pada Semester Genap 2015/2016 mulai bulan April 2016 – Mei 2016. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui LS dengan tahapan Plan, Do, See pada K.D. 3.12 dan 4.13 materi Sistem Reproduksi untuk siklus 1 serta K.D. 3.13 dan 4.15. materi KB dan ASI Eksklusif untuk siklus 2. Subjek penelitian ini adalah 34 siswa kelas XI MIA 2 yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Data yang dianalisis berupa (1) keterlaksanaan inkuiri terbimbing, (2) Hasil belajar sikap, (3) Hasil belajar pengetahuan, (4) Hasil belajar keterampilan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian terdiri atas tahap pra penelitian dengan mengobservasi pembelajaran biologi untuk menemukan permasalahan dalam pembelajaran. Selanjutnya perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan dibantu oleh 3 orang observer yakni guru biologi SMAN 1 Tumpang yang bernama Ibu Amrih Utami, S.Pd, 2 mahasiswa pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang angkatan Tahun 2012 yakni Arika Masruroh dan Mustika Army Suci. Keterlaksanaan tindakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui LS diukur dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Tingkat keteelaksanaan 4 tindakan oleh guru dan siswa dapat dilihat pada Tabel 1 dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Persentase keterlaksanaan pembelajaran = x 100% Tabel 1. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Tingkat Pencapaian Kriteria 81%-100% Sangat baik 61%-80% Baik 41%-60% Cukup 21%-40% Kurang <21% Sangat kurang (Sumber: adaptasi Arikunto & Jabar, 2010:35) Data hasil belajar sikap spiritual diketahui melalui lembar penilaian diri siswa (self assessment) yang diberikan pada pertemuan terakhir di akhir siklus. Hasil belajar sikap sosial yang diukur dalam penelitian ini berdasarkan Kurikulum 2013 meliputi: (1) jujur, (2) disiplin, (3) tanggung jawab, dan (4) sopan/santun yang diukur melalui lembar observasi setiap pertemuan. Persentase keberhasilan hasil belajar sikap diukur pada setiap aspek dan ketuntasan hasil belajar sikap siswa. Data hasil belajar pengetahuan diketahui melalui pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dilakukan pada setiap pertemuan dan melalui tes di akhir siklus. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menentukan persentase ketuntasan hasil belajar pengetahuan siswa. Data hasil belajar keterampilan diketahui melalui lembar observasi kinerja/praktik siswa, kegiatan presentasi dan penilaian produk. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menentukan persentase ketuntasan hasil belajar keterampilan. Pedoman penilaian hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pedoman Penilaian Ranah Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan Penilaian Hasil Belajar Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Nilai Predikat Nilai Predikat 4 A= Sangat Baik 96-100 A 88-95 A3 B= Baik 80-87 B+ 72-79 B 63-71 B2 C= Cukup 55-62 C+ 47-54 C 38-46 C1 D= Kurang 30-37 D+ 25-29 D (Sumber: Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014) HASIL A. Data Keterlaksanaan Pembelajaran Ringkasan data perbandingan keterlaksanaan tindakan oleh guru dan oleh siswa pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui LS pada 5 siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Keterlaksanaan model setiap pertemuan dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 3. Perbandingan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing oleh Guru Siklus I dan Siklus II Tindakan Tingkat Keterlaksanaan (%) Kriteria Keterlaksanaan Siklus I 88,87 Sangat Baik Siklus II 97,2 Sangat Baik Peningkatan Meningkat 8,3 Tabel 4. Perbandingan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing oleh Siswa Siklus I dan Siklus II Tindakan Tingkat Keterlaksanaan (%) Kriteria Keterlaksanaan Siklus I 83,5 Sangat Baik Siklus II 91,7 Sangat Baik Peningkatan Meningkat 8,2 Gambar 1. Keterlaksanaan Inkuiri Terbimbing B. Data Hasil Belajar Sikap Ringkasan data perbandingan hasil belajar sikap pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 5. Rerata persentase hasil belajar sikap pada siklus I dan II secara berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 5. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Sikap Siklus I dan II Aspek Sikap Siklus I (%) Siklus II (%) Keterangan Spiritual 81,1 83,6 Meningkat Jujur 73,53 87,2 Meningkat Disiplin 77,21 83,8 Meningkat Tanggung jawab 79,4 88,6 Meningkat Sopan/santun 89,22 92,2 Meningkat 6 . Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Rerata Hasil Belajar Sikap Siklus I dan II C. Data Hasil Belajar Pengetahuan Persentase ketuntasan hasil belajar pengetahuan siswa pada siklus I sebesar 76% dan pada siklus II 88% sehingga peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar pengetahuan sebesar 12% dan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pengetahuan Siswa pada Siklus I dan II D. Data Hasil Belajar Keterampilan Persentase ketuntasan hasil belajar keterampilan siswa pada siklus I sebesar 79,4% dan pada siklus II 85,2% sehingga peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar pengetahuan sebesar 5,8% dan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram Batang perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Siswa pada Siklus I dan II 7 PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Inkuiri Terbimbing Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada penelitian ini mengacu pada sintaks pembelajaran Lwellyn (2013). Seluruh sintaks pembelajaran dapat dimonitor dari lembar keterlaksanaan inkuiri terbimbing melalui LS. Pelaksanaan inkuiri tebimbing, diawali dengan penyajian fenomena yang nantinya dapat memunculkan pertanyaan. Hal ini dilakukan oleh guru model dengan menayangkan video-video sebagai pemicu adanya pertanyaan. Tahap kedua, membuat pertanyaan dilakukan dengan guru membimbing siswa dalam membuat pertanyaan yang akan diselidiki oleh siswa berdasarkan fenomena yang telah ditampilkan. Tahap ketiga, merencanakan penyelidikan dan membuat hipotesis dilakukan oleh siswa dengan bimbingan dari guru model. Tahap keempat, melaksanakan penyelidikan dilakukan oleh siswa melalui kegiatan praktikum pengamatan preparat awetan testis dan ovarium mamalia serta kajian dari beberapa literatur. Tahap kelima, menganalisis data dan bukti dilakukan oleh siswa dengan berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dalam menjawab beberapa pertanyaan dalam LKS. Kegiatan melaksanakan penyelidikan dan menganalisis mengasah proses berpikirnya melalui pertanyaan yang diselidiki. Tahap keenam, membangun pengetahuan baru dilakukan dengan siswa menuliskan pengetahuan baru yang dimilikinya dan tahap ketujuh, mengkomunikasikan dilakukan dengan beberapa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil belajar yang telah diperoleh di depan kelas dengan pemberian saran atau pertanyaan dari kelompok lain. Guru model mendapati dalam pertemuan pembelajaran yang sudah berlangsung proses penyelidikan rata-rata sudah dilaksanakan oleh siswa tetapi masih ada siswa yang belum memaksimalkan pembelajaran tapi guru tetap meminta siswa untuk bekerja secara aktif dalam kelompok. Peningkatan hasil keterlaksanaan inkuiri terbimbing ditunjang dengan hasil penelitian yang dilakukan pada 2 siklus menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II, berturut-turut dengan rerata 88,87% dan 97,2% dengan kategori sangat baik. Usaha perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini melalui kegiatan Lesson study. Hasil observasi dan refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan dan pengelolaan waktu yang sudah direncanakan pada skenario pembelajaran masih kurang optimal dalam pelaksanaannya di kelas. Kendala waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sanjaya (2006), bahwa salah satu kelemahan model pembelajaran inkuiri kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. Nuryani dalam Indriwati (2010:24) juga berpendapat bahwa salah satu kelemahan inkuiri yaitu waktu karena harus memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk mengamati fakta. Upaya perbaikan terhadap pengelolaan waktu juga selalu diingatkan oleh tim LS sehingga terjadi peningkatan pembelajaran pada setiap pertemuannya. Tim LS yang mengevaluasi perangkat pembelajaran yang akan diterapkan, mengamati siswa, dan mengambil keputusan upaya perbaikan untuk pertemuan selanjutnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sejalan dengan Garfield (2006), LS dilakukan dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran melalui proses sistematis yaitu kerja guru secara kolaboratif untuk mengembangkan 8 rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi, dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan terus menerus. Menurut Syamsuri & Ibrohim (2008:70) Lesson Study bukanlah model atau metode pembelajaran, melainkan suatu model pembinaan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. B. Inkuiri Terbimbing melalui LS dalam Meningkatkan Sikap Inkuiri dapat meningkatkan sikap siswa antara lain spiritual, jujur, disiplin, tanggung jawab, dan sopan/santun. Tahap eksplorasi fenomena yang ditampilkan oleh guru melalui video-video yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang belum pernah dilihat oleh siswa dapat memunculkan kompetensi sikap spiritual yaitu sikap mensyukuri segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME dengan mengucapkan lafadh Alhamdulillah sebagai salah satu wujud rasa syukur. Fakta pada saat pengamatan siklus I lafadh spiritual belum tampak diucapkan oleh seluruh siswa sebagai bentuk rasa syukur terhadap ciptaan Tuhan YME. Upaya peningkatan hal tersebut adalah guru memberikan pendekatan personal kepada setiap kelompok belajar siswa bahwa setiap kali kita melihat kebesaran, keagungan, dan keindahan ciptaan Allah, marilah kita selalu mengucapkan Alhamdulillah sebagi bentuk rasa syukur kita. Hasil pengisian lembar penilaian diri pada siklus II, dalam beberapa jawaban lembar penilaian diri siswa sudah dijumpai adanya kalimat-kalimat spiritual Alhamdulillah sebagai bentuk rasa syukur atas Tuhan YME. Menurut Hidayah dkk., (2015) berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik, mereka menyatakan bahwa pembelajaran dengan inkuiri terbimbing membuat siswa menyadari kemampuan yang dimiliki yang merupakan anugerah dari Tuhan. Peningkatan sikap spiritual siswa ditunjang dengan hasil rerata sikap spiritual siswa mengalami peningkatan 2,5% dari siklus I dan II. Peningkatan sikap jujur tampak pada tahap pelaksanaan penyelidikan sampai tahap mengkomunikasikan pengetahuan baru. Siswa secara berkelompok harus jujur dengan data yang didapat sesuai dengan pengamatan, menganalisis data berdasarkan hasil diskusi kelompok, menuliskan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang diperoleh, serta mengkomunikasikan hasil sesuai dengan diskusi kelompok. Peningkatan persentase aspek sikap jujur siswa disebabkan penanaman sikap jujur oleh guru kepada siswa dalam setiap pertemuan. Berdasarkan data observasi, kejujuran menunjukkan persentase 73,53% pada siklus I menjadi 82,7% pada siklus II. Hasil penelitian didukung oleh dilakukan oleh Budur (2013) yang menjelaskan peningkatan sikap jujur pada penerapan inkuiri terbimbing berbasis LS dari siklus I ke siklus II sebesar 0,2%. Sikap disiplin tampak pada tahap melaksanakan penyelidikan, menganalisis, sampai tahap mengkomunikasikan hasil. Sikap disiplin ditanamkan guru agar pembelajaran selesai pada waktu yang sudah ditentukan. Disiplin juga tampak ketika pengumpulan tugas yang diberikan oleh guru. Peningkatan persentase sikap disiplin siswa disebabkan siswa sudah mulai terbiasa dengan aturan atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru dan pemberian peringatan tegas jika terdapat siswa yang tidak disiplin. Pemberian dateline pengumpulan tugas dan keterlibatan siswa dalam kelompok juga menjadi usaha guru dalam menigkatkan kedisiplinan siswa. Usaha tersebut dilakukan guru agar siswa terbiasa menerapkan sikap disiplin di dalam kelas. Menurut Hidayah dkk., (2015) 9 pembelajaran inkuiri terbimbing mendidik anak untuk disiplin karena tanpa sikap disiplin siswa tidak akan mencapai hasil yang diharapkan dan akan tertinggal dari kelompok lain. Peningkatan kedisiplinan siswa juga ditunjang dengan rerata hasil disiplin siswa meningkat dari 77,4% pada siklus I menjadi 83,8% pada siklus II. Tahap pelaksanaan penyelidikan dapat memfasilitasi sikap tanggung jawab karena adanya aktivitas pengamatan di Laboratorium melalui kegiatan berkelompok. Putro (2014) peningkatan komunikasi yang terjadi dapat mendukung sikap tanggung jawab yang harus dilakukan siswa dalam mempertanggungjawabkan materi pembelajaran dalam kerja kelompok yang dilakukan. Peningkatan sikap tanggung jawab juga terlihat dari ketepatan waktu setiap tahapan inkuiri terbimbing. Penelitian oleh Muhammad (2011: 1) menyatakan bahwa siswa tidak hanya mempelajari konsep pada pembelajaran inkuiri terbimbing, tetapi juga belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sehingga memungkinkan siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Peningkatan tanggung jawab siswa sebesar 82,3% pada siklus I menjadi 89,3% pada siklus II. Hasil belajar sikap sosial yang terakhir yaitu aspek sopan/santun. Hasil observasi menunjukkan peningkatan dari 89,2% menjadi 92,2%. Peningkatan persentase sikap sopan/santun siswa tampak pada seluruh tahapan inkuiri terbimbing. Sikap sosial santun terutama muncul pada tahap mengkomunikasikan pengetahuan baru dimana dalam jalannya diskusi presentasi, siswa dituntut untuk mempresentasikan, menyampaikan pendapat dengan bahasa yang baku, santun, tidak menyinggung perasaan. Peningkatan sikap sopan/santun disebabkan siswa sudah mulai terbiasa dalam membudayakan sikap santun, termasuk dalam sopan/santun saat mengemukakan saran, tanggapan, dan pendapat atas hasil pengamatan yang dipresentasikan oleh siswa lain. Menurut Ratnasari dan Arsana (2013) sekolah sebagai lembaga pendidik ikut andil memberikan bimbingan kepada anak agar berikap sopan/santun sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku saat ini. Guru merupakan pendidik yang bisa mengarahkan siswa untuk bersikap lebih sopan dan terhindar dari masalah perilaku menyimpang. C. Inkuiri Terbimbing melalui LS dalam Meningkatkan Pengetahuan Hasil belajar pengetahuan siswa dimulai dari tahap eksplorasi fenomena. Fenomena yang diberikan oleh guru kepada siswa yang sesuai dengan kenyataan sebagai bentuk pemunculan sebuah pertanyaan. selanjutnya siswa dituntut untuk mengenali dan mamahami fakta yang disajikan sehingga siswa dapat menanamkan kompetensi pengetahuannya pada tingakat C2 yaitu memahami. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa menjadi langkah awal untuk acuan langkah berikutnya. Hal ini sejalan dengan (Bloom et al., 1984) dalam Ong dan Dorich (2006:30) yang menyatakan bahawa karakteristik inkuiri dimulai dengan pertanyaan yang menarik dan menantang. Pertanyaan yang dirancang untuk mendapatkan kemampuan yang lebih tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi oleh siswa. Tahap melaksanakan penyelidikan dan menganalisis dapat memfasilitasi peningkatan hasil belajar pengetahuan meliputi: (1) tingkat C3 (mengaplikasi), dimana siswa mengaplikasikan konsep yang diketahuinya pada saat eksplorasi fenomena dan membuat pertanyaan dengan melakukan pembuktian melalui kegiatan pengamatan, (2) tingkat C4 (menganalisis), dimana pada tahap ini siswa 10 dituntut untuk membuat analisis yang menunjukkan adanya keterkaitan antara data pengamatan dengan pertanyaan yang diselidiki. Peningkatan hasil belajar ranah pengetahuan karena melalui pembelajaran inkuiri dapat mendorong siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan seperti yang telah diberikan dalam LKS sehingga diharapkan siswa dapat memahami konsep lebih baik. Menurut Llwellyn (2013) dengan inkuiri siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep. Konsep yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatannya karena siswa berpartisipasi aktif dalam menemukan sendiri suatu konsep sehingga siswa merasa puas dan lebih lanjut siswa dapat mengembangkan konsep yang dimiliki, serta menghindarkan siswa dari cara belajar dengan menghafal. Lebih lanjut Trianto (2007:136), pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang singkat. Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga mendorong siswa berpikir pada tingkatan dimensi pengetahuan yang lebih tinggi. Siswa mampu membuat rumusan masalah atau pertanyaan tentang topik tertentu. Pertanyaan yang dibuat memiliki manfaat antara lain membantu siswa berpikir secara runtut, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menjelaskan sebab akibat. Pertanyaan juga membuat siswa terstimulasi untuk mencari tahu mengenai masalah yang diberikan oleh guru sehingga akan terpacu untuk mengajukan hipotesis, menentukan cara mengumpulkan data, menganalisis data, hingga siswa mendapatkan konsep baru dari proses penyelidikan mereka. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Chambers (2002) yang menyatakan bahwa proses inkuiri di dorong oleh rasa ingin tahu, heran, minat, atau gairah untuk memahami pengamatan atau memecahkan masalah sehingga pertanyaan merupakan jantung inkuiri. Guru juga selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan agar siswa lebih aktif, seperti yang dituliskan oleh Zaini (2009) bahwa dengan memberikan pertanyaan atau menyuruh siswa untuk mendiskusikan materi yang diberikan mampu meningkatkan nilai evaluasi hasil belajar siswa. Tahap mengkomunikasikan hasil pengetahuan baru dapat memfasilitasi siswa mengembangkan pengetahuan tingkat C2 yakni memahami, yaitu pada saat kelompok melakukan presentasi, siswa lainnya mendengarkan, mencermati, dan memahami sebagai pengetahuan baru yang didapatkannya. Peningkatan hasil belajar pengetahuan didapatkan dari penilaian LKS dan tes akhir siklus I. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I sebesar 76%, pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 88% atau terjadi peningkatan sebesar 12%. D. Inkuiri Terbimbing melalui LS dalam Meningkatkan Keterampilan Hasil belajar ranah keterampilan merupakan kemampuan yang dicapai siswa terhadap mendemonstrasikan atau mempraktekkan sesuatu setelah mengikuti pembelajaran. Keterampilan siswa dapat teramati ketika siswa melakukan pengamatan atau praktikum di Laboratorium Biologi dan juga keterampilan siswa dalam melakukan presentasi pengetahuan baru yang dimilikinya tepatnya pada tahap mengkomunikasikan hasil serta penilaian produk (powerpoint dan poster). Sanjaya (2006) menyatakan inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, 11 dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Kegiatan untuk memecahkan suatu pertanyaan dapat dilakukan siswa melalui kegiatan praktikum atau pengamatan. Kegiatan praktikum, pengamatan, dan diskusi yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan alat-alat praktikum dan melaksanakan praktikum ataupun keterampilan siswa dalam berdiskusi dan presentasi untuk saling tukar pendapat dengan teman guna mendapatkan informasi atas pertanyaannya. Keterampilan siswa atau psikomotorik siswa dapat terlatih pada saat pengumpulan data yang meliputi praktikum, pengamatan, dan diskusi. Usaha guru dalam meningkatan keterampilan siswa yaitu dengan pemberian kesempatan menyajikan hasil belajar siswa dalam bentuk presentasi yang tampak pada tahap mengkomunikasikan hasil, yang tidak hanya dilakukan oleh satu kelompok. Peningkatan keterampilan siswa dari siklus I ke siklus II ditunjukkan dengan keterampilan mengkomunikasikan hasil yakni, pada siklus II siswa kelas XI MIA 2 lebih banyak dan lebih aktif dalam mempresentasikan hasil di depan kelas. Hasil ketuntasan klasikal ranah keterampilan sebesar 79,4% pada siklus I menjadi 85,2% pada siklus II (peningkatan 5,8%). Menurut Sardirman (2014:101) menyatakan bahwa kegiatan mempresentasikan atau menyajkan termasuk dalam aktivitas lisan yang dapat menjadi pusat belajar yang maksimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang dengan hasil sikap spiritual pada siklus I 81,1% meningkat menjadi 83,6% pada siklus II (peningkatan 2,5%). Sikap sosial antara lain jujur, disiplin, tanggung jawab, dan sopan santun pada siklus I sebesar 73,53%, 77,21%, 79,41% dan 89,22% meningkat menjadi 83,6%, 82,7%, 83,8%, dan 92,2% pada siklus II (peningkatan berturut-turut 13,7%, 6,5%, 9,2%, dan 2,9%). Hasil belajar pengetahuan sebesar 76% pada siklus I menjadi 88% pada siklus II (peningkatan 12%). Hasil belajar keterampilan sebesar 79,4% pada siklus I menjadi 85,2% pada siklus II (peningkatan 5,8%). Saran Saran pada penelitian ini merupakan saran peneliti berkaitan dengan penerapan model inkuiri terbimbing melalui LS. Saran yang dapat peneliti berikan sebagi berikut: (1) penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui Lesson study memiliki permasalahan dalam penggunaan waktu, untuk mengatasinya sebaiknya memperhatikan lagi alokasi waktu yang digunakan pada tahap membuat pertanyaan agar langkah selanjutnya dalam pembelajaran sesuai dengan skenario yang direncanakan; (2) penilaian sikap spiritual siswa yang didapatkan dari penilaian diri perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan oleh guru karena dilakukan siswa dengan melihat jawaban milik siswa lain; (3) penggantian anggota kelompok belajar perlu dilakukan di setiap siklus untuk mengatasi kebosanan siswa; (4) pemberian contoh powerpoint yang baik perlu dilakukan oleh guru sebelum memberikan tugas kepada siswa untuk membuat powerpoint agar siswa lebih termotivasi menjadi lebih baik dalam mengerjakannya. 12 DAFTAR RUJUKAN Budur, Elly Lailatul. 2012. Integrasi Pendidikan Karakter Melalui Inkuiri dengan Lesson Study dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, 4 (1): 70-77. Chambers, Carl. 2002. Multi-Cultural Inquiry-Based Learning. (Online), (http://condor.admin.ccny.cuny.edu/~group5/carlchambers.researchpaaper. doc), diakses pada 12 Juni 2016. Garfield, Joan. 2006. Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics Curricculum, (online), (http://iase-web.org/ documents/papers/icme10/Garfield.pdf), diakses tanggal 24 Maret 2016. Hidayah Nurul, Ashadi, Sentot Budi Rahardjo.2015. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan LKS untuk Meningkatkan Aktivitas, Kerativitas, dan Hasil Belajar pada Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Inkuiri. Vol 4, No. 4, 2015 (hal 61-69) (online),(http://jurnal.fkip.uns.ac.id /index.php/sains), diakses tanggal 2 Juni 2016. Indriwati, Sri Endah. 2010. Mengaktifkan Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran. Malang: FMIPA UM. Llwellyn, Douglas. 2013. Teaching High School Science Trough Inquiry and Argumentation. United States of America. Muhammad, Sali. 2011. Effects of Inquiry Teaching Method on Academic Achievement, Retention and Attitudes Towards Chemistry among Diploma Students of KanoState Polytechnic. (Online) (http:// kubanni .abu.edu .ng: 8080 /jspui /bitstream/123456789 /1726/1/ EFFECTS.pdf), diakses pada 4 Juni 2016. Putro, Rizki Armando. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sikap, Pengathuan, Keterampilan. Jurnal Pendidikan Biologi, (online), (http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel), diakses tanggal 23 Juli 2016. OECD, 2014. What Students Know and Can Do-Student Performance in Mathematics, Reading, and Science (Volume I, Revised edition, February 2014), PISA: OECD Publishing. Ong, Ai Choo., Gary Dorich. 2006. Teaching Startegies that Promote Thinking: Models and Curriculum Approach. Singapore: McGraw Hill. Ratnasari, Deni; I Made Arsana. 2013. Penanaman Sikap Sopan Santun Sebagai Pendidikan Moral kepada Siswa melalui Tata Tertib Sekolah di SMK PGRI 2 Kertosono. Kajian Moral Kewarganegaraan, No (1): 2. (online), (http://www.scribd.com/doc/1), diakses tanggal 26 Juli 2106. Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2006. Startegi Pembeljaran. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Syamsuri, Istamar dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA UM. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Undang-Undang RI No, 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa Keuangan 13 Reuplik Indonesia. (Online), (http://www.jdih.bpk.go.id), diakses 20 Agustus 2015. Zaini, Hisyam. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif Implementasi dan Kendala di dalam Kelas. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.