Bab V Kesimpulan dan Saran

advertisement
Bab V Kesimpulan dan Saran
V.1. Kesimpulan
1. Pada tahap akumulasi parameter suhu, TDS, DHL, dan COD di KJA lebih
besar dari pada KAD, sedangkan DO, kesadahan, alkalinitas, dan asiditas di
KAD lebih besar dari KJA dan pH tidak berbeda pada kedua lokasi tersebut.
Semua parameter kualitas air baik pada tahap akumulasi maupun depurasi
tidak melebihi baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001 dan syarat perairan bagi
pembudidayaan ikan mas.
2. Rata-rata konsentrasi tembaga dan seng di air pada semua lokasi sampling
masih berada di bawah baku mutu air untuk perikanan yang mengacu pada PP
No.82 Tahun 2001, akan tetapi nilai maksimum tembaga di KJA dan seng di
KAD berada di atas baku mutu tersebut.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara panjang dan berat basah ikan
di KJA dan KAD baik pada tahap akumulasi maupun depurasi yang
mengindikasikan tidak ada perbedaan laju pertumbuhan di kedua lokasi
tersebut.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi tembaga pada ikan di
KJA dan KAD pada tahap akumulasi dan depurasi, tetapi seng di ikan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan di kedua lokasi tersebut pada tahap
akumulasi, sedangkan pada tahap depurasi seng di ikan berbeda secara
signifikan antara KJA dengan KAD.
5. Perbedaan asal bibit ikan tidak memberikan pengaruh terhadap besarnya
konsentrasi Cu dan Zn di ikan dan organ ikan pada tahap akumulasi, serta
tidak mempengaruhi kemampuan depurasi ikan.
6. Perbedaan debit air pada KAD tidak secara signifikan menyebabkan
perbedaan konsentrasi tembaga dan seng di air maupun pada ikan mas
(Cyprinus carpio L), selain itu perbedaan debit juga tidak menyebabkan
perbedaan kemampuan depurasi ikan.
7. Rata-rata konsentrasi Cu di ikan KJA dan KAD melebihi baku mutu
berdasarkan Kep.DIRJEN POM untuk Zn tapi untuk Cu masih di bawah
76
baku mutu, sedangkan rata-rata konsentrasi Cu hati ikan, Zn di hati, sisik,
insang melebihi baku mutu tersebut.
8. Akumulasi tembaga dan seng yang terbesar adalah di hati, kemudian insang,
sisik dan akumulasi terkecil pada otot, sedangkan pada tahap depurasi untuk
Cu: hati>insang>otot>sisik; dan untuk Zn: hati>insang>otot>sisik (KJA);
insang>hati>sisik>otot (KAD).
9. Percobaan depurasi yang dilakukan tidak berhasil mengurangi konsentrasi
tembaga dan seng yang telah terakumulasi pada ikan karena terjadi uptake Cu
dan Zn kembali oleh ikan (bioakumulasi bersifat reversibel).
10. Variasi berat pada ikan mas yang didepurasi dari waduk Cirata memiliki
konsentrasi tembaga yang berbeda secara signifikan dan sedangkan
konsentrasi seng pada ikan tidak berbeda secara signifikan.
11. Nilai BCF yang diperoleh sangat besar (kisaran untuk Cu: 594 - 5448; dan
Zn: 2426 - 9124), hal ini mengindikasikan terjadi ketidakseimbangan antara
pemasukan (uptake) dengan pengeluaran pada tubuh ikan, dimana jumlah
logam berat yang masuk lebih besar dari pada logam berat yang keluar
sehingga terjadi penumpukan (bioakumulasi) logam di dalam tubuh ikan.
V.2. Saran
1. Pada proses depurasi, frekuensi penggantian air sebaiknya dilakukan lebih
sering atau setiap hari agar tidak terjadi uptake tembaga dan seng kembali
oleh ikan.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai efektifitas depurasi pada kondisi air
mengalir.
3. Sebaiknya diusahakan untuk memproduksi dan menggunakan pakan yang
bebas logam berat.
4. Insang, sisik, dan hati sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu sebelum
mengkonsumsi ikan.
5. Sebaiknya jumlah KJA di Waduk Cirata dibatasi sesuai dengan jumlah
maksimum yang ditetapkan.
77
Download