Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/L

advertisement
Bab V Hasil dan Pembahasan
terukur yang melebihi 0,1 mg/L
tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang
cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan
sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material dari sedimen
tersebut ikut terbawa. Kemungkinan lainnya adalah kondisi kadar oksigen
terlarut yang rendah di bagian dasar waduk sehingga cenderung bersifat anaerob.
Kondisi tersebut menyebabkan ion besi valensi tiga (ferri) yang berikatan dengan
fosfat yang membentuk senyawa kompleks (besifat tidak larut) akan mengalami
reduksi menjadi ion valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat
ke perairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat di perairan (Brown, 1987
dalam Effendi, 2003).
V.9
KANDUNGAN LOGAM BERAT
V.9.1 Kadmium (Cd)
Hasil pengukuran konsentrasi kadmium dapat dilihat pada Tabel V.6 dan Gambar
V.18. Konsentrasi kadmium yang terukur berada pada kisaran 0,00004 – 0,00083
mg/L. Hasil pengukuran tertinggi terukur pada titik 2 di level kedalaman 9 meter
(pengambilan sampel yang pertama), sedangkan hasil pengukuran terendah
terukur pada titik 1 di bagian permukaan pada titik yang sama.
Tabel V.6
Konsentrasi
Kadmium
Pada
Setiap
Titik
Sampling
Kedalaman
Konsentrasi (mg/L)
Titik
Sampling
Sampling 1 (4April 2007)
A
B
1
0,00072 0,0002
2
0,00056 0,00026
3
0,0005
0,0002
4
0,00038 0,00018
5
0,00022 0,00022
6
0,00012 0,00024
7
0,00018 0,00054
8
0,00028 0,0002
9
0,00022 0,00034
10
0,00026 0,0002
Keterangan: A
= permukaan
C
0,00056
0,00022
0,00018
0,00020
0,00016
0,00018
0,00018
0,00012
0,00022
0,00026
Sampling 2 (5 April 2007)
A
0,00008
0,00012
0,00020
0,00016
0,00012
0,00014
0,00020
0,00032
0,00028
0,00010
B
= Kedalaman 9 meter
C
= Dasar (0,8 kali kedalaman total)
V - 23
B
0,00012
0,00083
0,00012
0,00022
0,00042
0,00010
0,00048
0,00016
0,00012
0,00012
C
0,00004
0,00083
0,00020
0,00010
0,00010
0,00014
0,00008
0,00008
0,00012
0,00010
dan
Bab V Hasil dan Pembahasan
Maksimum kandungan logam yang diizinkan pada Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 untuk golongan air Kelas II dan Kelas III adalah sebesar 0,01 mg/L.
Berdasarkan hasil pengukuran, konsentrasi kadmium yang terukur berada jauh di
bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Keterangan:
permukaan
9 m dari permukaan
dasar
Gambar V.18 Konsentrasi Kadmium Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.18 menunjukkan bahwa konsentrasi kadmium yang terukur pada
sampel air bersifat fluktuatif. Kadmium memiliki sifat kelarutan yang terbatas,
terutama ketika membentuk senyawa dengan karbonat dan hidroksida. Pada pH
yang tinggi, kadmium mengalami presipitasi/pengendapan (Effendi, 2003).
Kadmium yang terukur pada sampel dapat berasal dari beberapa sumber,
diantaranya adalah limbah industri (pelapisan logam, peralatan elektronik, tekstil,
dll) yang membuang limbahnya ke sungai yang menjadi input dari Waduk Cirata.
Selain itu, kadmium merupakan salah satu senyawa pembentuk pestisida
(Sutarto, 2007) sehingga area di sekitar Waduk Cirata yang dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian kemungkinan menjadi salah satu sumber kadmium pada air
Waduk Cirata. Sumber lainnya kemungkinan berasal dari pakan ikan yang
digunakan pada aktivitas budidaya ikan. Triastutiningrum (2005) menyebutkan
bahwa tiga jenis pakan ikan yang digunakan pada aktivitas budidaya ikan di
Waduk Cirata mengandung kadmium sebesar 0,18 mg/kg, 0,11 mg/kg, dan 0,17
mg/kg. Sutarto (2007) juga menyebutkan bahwa ikan yang dibudidayakan di
Waduk Cirata telah terindikasikan mengandung kadmium terutama pada organ
hati dengan konsentrasi 0,6569 mg/kg. Kadmium yang terkandung pada ikan
tersebut kemungkinan berasal dari pakan ikan yang mengandung kadmium dan
air waduk yang telah tercemar oleh kadmium.
V - 24
Bab V Hasil dan Pembahasan
V.9.2 Tembaga (Cu)
Hasil pengukuran konsentrasi tembaga dapat dilihat pada Tabel V.7 dan Gambar
V.19. Konsentrasi tembaga yang terukur pada sampel air berada pada kisaran
0,006 – 0,033 mg/L. Hasil pengukuran tertinggi terukur pada titik 3 di level
kedalaman 9 meter (pengambilan sampel yang kedua), sedangkan hasil
pengukuran terendah terukur pada titik 10 di kedalaman yang sama.
Tabel V.7
Titik
Sampling
Konsentrasi Tembaga Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman
Konsentrasi (mg/L)
Sampling 1 (4 April 2007)
A
B
1
0,017
0,011
2
0,017
0,017
3
0,017
0,015
4
0,014
0,011
5
0,011
0,028
6
0,015
0,016
7
0,007
0,013
8
0,017
0,015
9
0,018
0,013
10
0,028
0,006
Keterangan: A
= Permukaan
C
0,014
0,008
0,012
0,012
0,011
0,014
0,015
0,017
0,015
0,018
Sampling 2 (3 Mei 2007)
A
0,026
0,009
0,021
0,020
0,016
0,017
0,020
0,020
0,017
0,021
B
= Kedalaman 9 meter
C
= Dasar (0,8 kali kedalaman total)
B
0,019
0,024
0,033
0,027
0,021
0,017
0,022
0,016
0,015
0,019
C
0,020
0,021
0,026
0,024
0,021
0,022
0,018
0,027
0,025
0,011
Baku mutu untuk kandungan tembaga pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 untuk golongan air Kelas II adalah 0,02 mg/L. Hasil pengukuran
kandungan tembaga pada sampel air menunjukkan bahwa sebagian besar dari
sampel air memiliki kandungan tembaga yang lebih rendah daripada baku mutu
yang ditetapkan pemerintah. Akan tetapi ada beberapa sampel yang memiliki
kandungan tembaga melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kandungan tembaga
yang melebihi baku mutu ditemukan hampir di semua titik pada dasar perairan.
Gambar V.19 menunjukkan bahwa konsentrasi tembaga pada sampel yang
diukur cenderung bersifat fluktuatif. Garam-garam tembaga divalen, misalnya
tembaga klorida, tembaga sulfat, dan tembaga nitrat, bersifat sangat mudah larut
dalam air, sedangkan tembaga karbonat, tembaga hidroksida, dan tembaga
sulfida bersifat tidak mudah larut dalam air (Effendi, 2003).
V - 25
Bab V Hasil dan Pembahasan
Keterangan:
permukaan
9 m dari permukaan
dasar
Gambar V.19 Konsentrasi Tembaga Pada Setiap Kedalaman
Tembaga yang terukur pada sampel dapat bersumber dari limbah industri
(metalurgi, tekstil, elektronika, dll) yang membuang limbahnya ke sungai yang
menjadi input Waduk Cirata. Pakan ikan yang digunakan pada aktivitas budidaya
ikan juga dapat menjadi salah satu sumber kandungan tembaga pada air waduk.
Triastutiningrum (2005) menyebutkan bahwa ketiga jenis pakan ikan yang
digunakan pada aktivitas budidaya ikan di Waduk Cirata teridentifikasi
mengandung logam Cu sebesar 4,41 mg/kg, 12, 54 mg/kg, dan 13,72 mg/kg
Sutarto (2007) menyebutkan bahwa ikan yang dibudidayakan di Waduk Cirata
terindikasikan mengandung tembaga terutama pada organ hati dengan
konsentrasi sebesar 33,736 mg/kg. Kandungan tembaga tersebut kemungkinan
berasal dari pakan ikan yang mengandung tembaga dan perairan waduk yang
telah tercemar oleh tembaga.
V.9.3 Timbal (Pb)
Hasil pengukuran konsentrasi timbal dapat dilihat pada Tabel V.8 dan Gambar
V.20. Kadar timbal yang terukur pada sampel air berada pada kisaran 0,00006 –
0,00264 mg/L. Hasil pengukuran tertinggi terukur pada titik 1 di kedalaman 9
meter (pengambilan sampel yang pertama), sedangkan hasil pengukuran terendah
terukur pada titik 2 di bagian permukaan dan titik 6 di bagian dasar (pengambilan
sampel yang kedua.
Baku mutu untuk kandungan timbal pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 untuk golongan air Kelas II adalah 0,03 mg/L. Hasil pengukuran
V - 26
Bab V Hasil dan Pembahasan
kandungan timbal pada sampel air menunjukkan bahwa seluruh sampel air
memiliki kandungan timbal yang lebih rendah daripada baku mutu yang
ditetapkan pemerintah.
Tabel V.8
Titik
Sampling
Konsentrasi Timbal Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman
Konsentrasi (mg/L)
Sampling 1 (4 April 2007)
A
B
1
0,00108 0,00264
2
0,00060 0,00052
3
0,00180 0,00048
4
0,00064 0,00028
5
0,00218 0,00046
6
0,00048 0,00062
7
0,00040 0,00054
8
0,00082 0,00060
9
0,00130 0,00042
10
0,00078 0,00072
Keterangan: A
= Permukaan
C
0,00138
0,00078
0,00030
0,00138
0,00014
0,00140
0,00038
0,00114
0,00180
0,00060
Sampling 2 (3 Mei 2007)
A
0,00040
0,00006
0,00012
0,00034
0,00006
0,00014
0,00008
0,00042
0,00010
0,00028
B
= Kedalaman 9 meter
C
= Dasar (0,8 kali kedalaman total)
B
0,00010
0,00098
0,00062
0,00028
0,00038
0,00008
0,00018
0,00008
0,00012
0,00012
C
0,00008
0,00020
0,00028
0,00008
0,00012
0,00006
0,00008
0,00048
0,00018
0,00014
Gambar V.20 menunjukkan bahwa kandungan timbal yang terukur bersifat
fluktuatif. Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi.
Kelarutan timbal cukup rendah sehingga kadar timbal di dalam air relatif sedikit
(Effendi, 2003). Di perairan tawar, timbal membentuk senyawa kompleks yang
memiliki sifat kelarutan rendah dengan beberapa anion, misalnya hidroksida,
karbonat, sulfida, dan sulfat.
Keberadaan timbal dapat bersumber dari bahan bakar yang mengandung timbal
yang digunakan pada kapal motor yang dijadikan alat transportasi di sekitar
waduk dan limbah dari industri tekstil. Selain itu, sumber timbal lainnya adalah
pakan ikan yang digunakan di lingkungan KJA. Triastutiningrum (2005)
menyebutkan bahwa tiga jenis pakan ikan yang biasa digunakan para petani ikan
teridentifikasi mengandung timbal sebesar 3,57 mg/kg, 3,51 mg/kg, dan 3,04
mg/kg.
V - 27
Bab V Hasil dan Pembahasan
Keterangan:
permukaan
9 m dari permukaan
dasar
Gambar V.20 Kandungan Timbal Pada Setiap Kedalaman
Sutarto (2007) menyebutkan bahwa ikan budidaya di Waduk Cirata
terindikasikan mengandung timbal dengan terutama pada organ hati dengan
konsentrasi sebesar 0,1718 mg/kg. Kandungan timbal tersebut dapat bersumber
dari pakan ikan yang mengandung timbal dan perairan waduk yang telah
tercemar oleh timbal.
V.9.4 Seng (Zn)
Hasil pengukuran konsentrasi seng dapat dilihat pada Tabel V.9 dan Gambar
V.21. Konsentrasi seng yang terukur pada sampel air berada pada kisaran 0,026 –
0,08 mg/L. Hasil pengukuran tertinggi terukur pada titik 2 di level kedalaman 9
meter, sedangkan hasil pengukuran terendah terukur pada titik 10 di bagian
dasar.
Baku mutu untuk kandungan seng pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 untuk golongan air Kelas II adalah 0,05 mg/L. Hasil pengukuran
konsentrasi seng pada sampel air menunjukkan bahwa sebagian besar sampel air
memiliki kandungan seng yang lebih tinggi daripada baku mutu yang ditetapkan
pemerintah.
Seng termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah yang berlimpah di alam.
Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang
berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam
air sangat dipengaruhi bentuk senyawanya. Jika perairan bersifat asam, kelarutan
seng meningkat (Effendi, 2003).
V - 28
Download