ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT SENG (Zn) DAN TEMBAGA (Cu) PADA IKAN NILA DAN PERAIRAN WADUK CIRATA PURWAKARTA, JAWA BARAT MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Mega Margaretha Rachmadianti NIM C24090008 ABSTRAK MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI. Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) Pada Ikan dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan ETTY RIANI. Polusi logam berat dapat menyebabkan kandungan logam Hg, Cr, Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, dan lain-lain pada sistem air meningkat dan terakumulasi hingga pada konsentrasi yang beracun (Guven et al.. 1999). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari-April 2013 di Waduk Cirata, Jawa Barat. Pengambilan sampel ini berupa air, daging dan organ hati ikan nila. Metode pengukuran logam berat dilakukan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Analisis kandungan logam berat dilakukan secara deskriptif, analisis gugus,dan analisis statistika yaitu rancangan acak kelompok (RAK).Berdasarkan analisa statistik yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan kadar Cu dan kadar Zn yang nyata pada tiap stasiunnya (p > 0,05). Perbedaan kadar Cu dan kadar Zn yang nyata didapatkan pada tiap kedalamannya (p < 0,05). Secara keseluruhan kandungan logam berat Cu dan Zn pada ikan belum melebihi baku mutu. Nilai rata-rata dari parameter kualitas air seperti suhu, pH, DO di perairan Waduk Cirata masih di bawah ambang baku mutu.Pada hasil analisis gugus (dendrogram) terlihat bahwa kelompok Imemiliki nilai kesamaannya 97,73%. Kelompok II memiliki nilai kesamaan 69,98% sedangkan kelompok III memiliki nilai kesamaannya adalah 53,75 %. Kata kunci: Air, Ikan Nila, logam berat Cu dan Zn ABSTRACT MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI. Analysis of Heavy Metal (Zinc (Zn) and Copper (Cu)) In Fish Samples and Water from Cirata Reservoir, Purwakarta - West Java. Supervised by SIGID HARIYADI dan ETTY RIANI. Pollution of heavy metals can increase the metal content of Hg,Cr, Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, and others on the water system and accumulating to toxic concentrations (Guven et al. 1999). This research was carried from February until April 2013 on Cirata Reservoirs, West Java. The sample for this research are water, meat and liver of tilapia. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) used for heavy metals quantitative analysis. Heavy metal content being analyzed using descriptive statistics, cluster analysis and statistical analysis (random design group). Based on the statistical analysis,we know that there are no difference in the levels of Cu and Zn levels were evident on each of its stations (p>0,05). Differences in the levels of Cu and Zn levels were obtained at each depth (p>0,05). Overall heavy metal content of Cu and Zn on the quality of the raw fish has not been exceeded. The average value of water quality parameters such as temperature, pH, DO in Cirata reservoirs still under the threshold of quality standards.Based on cluster analysis (dendrogram) that we use, we haveGroup Iwith the value of similarity97,73%, Group II has a value ofsimilarity 69,98%, adn Group III has a similarityvalue 53,75%. Keywords: Water, Tilapia, Heavy metal Cu and Zn ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT SENG (Zn) DAN TEMBAGA (Cu) PADA IKAN NILA DAN PERAIRAN WADUK CIRATA PURWAKARTA, JAWA BARAT MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber daya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Judul Skripsi:Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) pada Ikan Nila dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat Nama : Mega Margaretha Rachmadianti NIM : C24090008 Disetujui oleh Dr Ir Et Riani MS Pembimbing II Pembimbing I Diketahui oleh MSc Tanggal Lulus: r1 9 1 22 0 1 3 Judul Skripsi :Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) pada Ikan Nila dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat Nama : Mega Margaretha Rachmadianti NIM : C24090008 Disetujui oleh Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Pembimbing I Dr Ir Etty Riani, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidaya-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) pada Ikan Nila dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat”. Ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam ramgka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada : 1. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc dan Dr Ir Etty, MS selaku dosen pembimbing. 2. Keluarga tercinta ayahanda Budjang, Ibunda Wati, kakak (Isman marta Badawa, Ika Putri yulianti, Muhammad Chaidir Budawa, Dodi Wijaya) dan adik (Anggun Trisnawati) yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya. 3. Keluarga besar Herry, SSi, MSi dan Tri Wahyuni, SSi, MT arahan serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Hollanda Arief Kusuma, SIk yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya. 5. Prof Dr Ir Dwi Eny Djoko Setyono, MSc yang telah memberikan saran serta masukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Sahabat tercinta Allsay dan Yulia Sartika Dewi yang telah memberikan semangat. 7. Yaya Hudaya, S.T dan BPWC yang telah membantu dalam penelitian ini. 8. Irwan Rudy Pamungkas, Noer Fitria Putra Setyono, Teman-teman MSP 46, MSP 47, MSP 45, MSP 44, keluarga besar MSP, dan Teman-teman sweet home. 9. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat. Bogor, Desember 2013 Mega Margaretha Rachmadianti DAFTAR ISI DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. vi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. vi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. vi PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................................. 3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4 METODE ................................................................................................................ 4 Alat dan Bahan .................................................................................................... 5 Metode Kerja ....................................................................................................... 5 Analisis Data ....................................................................................................... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8 Kualitas Air ......................................................................................................... 8 Analisis Gugus (Clustering Analisis) ................................................................ 10 Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air ............................................................... 11 Kandungan Seng (Zn) dalam Air ...................................................................... 12 Kandungan Logam Berat Cu dalam Ikan .......................................................... 13 Kandungan Logam Berat Zn dalam Ikan .......................................................... 14 Usulan Upaya Pengelolaan Waduk Cirata ........................................................ 16 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 16 Kesimpulan ........................................................................................................ 16 Saran .................................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17 LAMPIRAN .......................................................................................................... 20 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 21 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 Parameter-parameter kualitas air dan biota yang diamati …………………….6 Nilai baku mutu logam berat dalam air dan tubuh ikan ……………………..7 Nilai baku mutu suhu, pH, DO, dan kekeruhan. ……………………………..8 Nilai rata-rata parameter kualitas air pada setiap stasiun pengamatan, perairan waduk Cirata (n = 6) ………………………………………………...9 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Skema perumusan masalah …………………………………………………...3 Peta lokasi penelitian ……………………………………………………..….5 Dendogram kesamaan stasiun pengamatan berdasarkan parameter fisika kimia……………………………………………………………………....... 10 Grafik kandungan tembaga (Cu) dalam air …………………………………11 Grafik kandungan seng (Zn) dalam air ………………………………….......12 Grafik kandungan logam berat Cu dalam ikan ……………………………...13 Faktor konsentrasi Cu ………………………………………………………13 Kandungan logam berat Zn dalam ikan ……………………………………15 Faktor konsentrasi logam berat Zn dalam ikan ……………………………..15 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Cu dalam Air ……………….20 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Zn dalam Air ……………….20 Tabel Kualitas air ……..……………………………………………………20 PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk Cirata adalah salah satu waduk yang ada di Indonesia yang mempunyai berbagai fungsi (waduk serbaguna). Waduk Cirata terletak diantara Waduk Saguling dan Waduk Juanda-Jatiluhur yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yakni Waduk Saguling di bagian hulu, Waduk Cirata di bagian tengah dan Waduk Juanda Jatiluhur di bagian hilir, yang keseluruhannya terdapat dalam DAS Citarum (Riani 2010). Logam berat pada sistem akuatik dapat secara alami diproduksi melalui pelarutan lambat dari tanah atau batuan ke air. Produksi logam berat ini biasanya terjadi pada tingkat rendah yang tidak menyebabkan efek yang berbahaya pada kesehatan manusia. Perkembangan industri, pertanian, dan pertambangan mendorong peningkatan polusi logam di lingkungan melalui hulu dan anak sungai (Sericano et al.1995). Polusi logam berat dapat menyebabkan kandungan logam Hg, Cr, Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, dan lain-lain pada sistem air meningkat dan terakumulasi hingga pada konsentrasi yang beracun (Guven et al.1999) dan menyebabkan dampak pada lingkungan dan manusia (Harms 1975, Jefferies and Freestone 1984, Freedman 1989 in Ashraf M.A et al.2011). Logam ini hanya dapat terdekomposit, dan menyebabkan polusi logam berat di kolom air. Oleh karena itu, logam berat dapat mengalami akumulasi dan biomagnifikasimelalui rantai makanan dan akhirnya terasimilasi pada tubuh manusia yang berpengaruh pada resiko kesehatan (Abdel-Baki et al..2011). Waduk Cirata menampung berbagai jenis senyawa yang bersumber dari limbah, baik oleh aliran sungai Citarum dan anak-anak sungainya (eksternal), maupun limbah yang bersumber dari kegiatan di dalam waduk sendiri (autochtonus) misalnya dari kegiatan jaring terapung yang dari tahun ke tahun terus meningkat (BPWC 2013). Seng (Zn) merupakan nutrien esensial manusia, sebuah kofaktor untuk lebih dari 300 enzim, dan ditemukan dalam semua jaringan. Pada manusia, konsentrasi tertinggi seng ditemukan pada tulang, otot, prostat, hati dan ginjal (EPA 2005). Distribusi yang serupa telah ditemukan pada hewan (EPA 2005). Kurang dari 10% dari total seng di dalam tubuh terdapat dalam darah (EPA 2005) dan sisanya terdapat dalam tulang dan otot. Dalam darah, seng ditemukan di plasma, eritrosit, leukosit, dan plateles. Hampir 98% seng di dalam serum berikatan dengan protein; 85% berikatan dengan albumin, 12% dengan α2-makroglobulin, dan sisanya dengan asam amino (EPA 2005). Dalam eritrosit, seng sebagian besar ditemukan sebagai komponen karbonik anhidrase (87%) dan Cu, Zn-superoksida dismutase (5,4%) (EPA 2005). Tembaga (Cu) merupakan elemen esensial untuk kesehatan dan pertumbuhan metabolisme seluruh mahluk hidup, termasuk ikan dimana keterangan tentang Cu penting untuk segala jenis mahluk hidup akuatik (Eisler 2000). Tembaga berikatan dengan senyawa organik dalam sejumlah proses biokimia dalam tanaman, hewan atau manusia (ICA 1992). Sebagai hasilnya, kekurangan tembaga dapat berhubungan dengan perubahan biokimia (ICA 1992) sehingga dapat menyebabkan defisiensi simpton dalam semua organisme ketika 2 konsentrasi terlalu rendah, namun berefek toksik ketika konsentrasi terlalu tinggi (ICA 1992). Hasil kajian beberapa penelitian di waduk cirata melaporkan bahwa kondisi logam beratnya sudah krisis. Kandungan logam berat di waduk cirata sudah melampaui batas yang diizinkan terutama Hg, Pb, dan Zn2+. Kadar Hg sebanyak 4-10 μg/L akan berdampak dalam meningkatkan protein plasma sehingga ikan sulit untuk menyerap protein dan akan menurunkan tingkat respirasinya sehingga pertambahan berat akan menurun, demikian juga konsentrasi Pb sebesar 0.1 μg/L akan menurunkan laju tumbuh dan konsentrasi Zn2+ maks 0.2 mg/L akan menurunkan growth rate ikan yang dipelihara (Jorgensen 1989 in Saputra 2009). Air Waduk Cirata sudah tercemar limbah logam berat hingga melebihi standar baku air. Kondisi itu menurunkan kualitas ikan hasil budidaya, menambah ongkos pemeliharaan turbin akibat tingginya laju korosi, dan mengancam kesehatan manusia.Secara khusus dalam penelitian Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan kedua tahun 2008 menunjukkan adanya kadar timbal di sejumlah lokasi penelitian mencapai 0,04 miligram (mg) per liter pada triwulan pertama dan 0,11 mg per liter pada triwulan kedua. Adapun kadar tembaga mencapai 0,03 mg per liter pada triwulan pertama.Padahal, ambang batas baku mutu (Cu: 0,033) ideal untuk air minum, perikanan, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 39 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Air adalah 0,02 mg per liter untuk tembaga dan 0,03 mg per liter untuk timbal (Wijaya 2008). Waduk Cirata terkenal dengan tercemar logam berat hal kandungan logam berat Cu dan Zn di perairan Waduk Cirata nilainya tinggi bahkan telah melewati baku mutu (Cu: 0.033 dan Zn: 0.054) yang ditetapkan. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Permana (2012). Topik penelitian mengenai kadar logam berat yang ada di dalam air dan di dalam organ ikan menjadi penting jika ditinjau dari dua aspek utama. Pertama, dilihat dari sudut pandang kesehatan publik, topik penelitian ini penting dalam mengukur akumulasi logam berat untuk mengetahui pengaruhnya terhadap manusia (seperti As, Pb, dan Hg). Kedua, dari sudut pandang lingkungan akuatik, topik penelitian ini digunakan untuk memperhatikan kemunduran biologis dan mengidentifikasi sumber yang mengancam keseimbangan ekologis. Perlu diketahui bahwa logam berat yang berlebih seperti tembaga, seng dan mangan terkadang menggambarkan bahaya yang lebih besar daripada merkuri, kadmium, dan timah (Ashraf et al.2011). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan berlokasi di perairan Waduk Cirata. Waduk Cirata dipilih karena waduk ini terdapat banyak kegiatan budidaya ikan nila. Kadar Cu dan Zn dalam ikan perlu diketahui karena ikan nila merupakan ikan konsumsi yang digemari oleh masyarakat. Harapannya dengan penelitian ini dapat diketahui kandungan kedua logam berat ini di dalam air dan ikan dan dapat memberikan saran kepada masyarakat tentang layak tidaknya Waduk Cirata sebagai lokasi budidaya maupun sebagai tempat pengambilan ikan konsumsi. 3 Perumusan Masalah Timbulnya kandungan logam berat dikarenakan oleh kegiatan alamiah dan aktifitas manusia. Kandungan logam berat secara alamiah berasal dari gunung meletus, erosi, serta hujan. Aktifitas manusia seperti kegiatan KJA, industri, pertanian serta domestik,merupakan faktor penyebab terjadinya peningkatan logam berat, hal ini juga melalui asupan dari sungai-sungai yang masuk ke perairan dalam Waduk Cirata misalnya Sungai Citarum. beberapa kandungan logam berat pada Waduk Cirata sudah melebihi baku mutu air sehingga dikatakan tidak layak bagi kondisi perikanan, seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn). Keberadaan ikan-ikan budidaya yang ada di dalam keramba jaring apung yang ada di dalam Waduk Cirata tentunya akan terpengaruh oleh kondisi perairan yang sudah tercemar. Ikan yang hidup di kawasan perairan yang tercemar oleh logam berat sangat memungkinkan di dalam tubuhnya mengandung logam berat. Pada konsentrasi tertentu akan mengakibatkan terganggunya fungsi organ, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.ikan-ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti kemandulan, kerusakan jaringan organ tubuh, bahkan kematian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperlukan suatu kajian yang dapat memberi tahu secara terkini mengenai kandungan logam berat di Waduk Cirata mengenai kandungan logam berat tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang ada di dalam perairan dan ikan nila. Kandungan logam di Waduk Cirata apabila telah melebihi baku mutu air dan baku mutu ikan, diharapkan dapat segera diambil tindakan perbaikan untuk mengembalikan kondisi Waduk Cirata seperti sediakala yang dimanfaatkan secara tidak berlebihan sehingga kondisi lingkungan dapat terjaga dan tidak terjadi pencemaran pada ekosistem lingkungan di perairan waduk cirata, serta ikan yang di hasilkan dari kegiatan kerambah jaring apung dapat dikonsumsi dengan baik dan sehat. Hal ini dapat dilihat juga pada skemat pada Gambar 1. Alamiah (gunung meletus, erosi, dan hujan) Logam Biota Kesehatan manusia Manusia (KJA, industri, pertanian) Kualitas air Pencemaran lingkungan Ekosistem perairan Gambar 1Skema perumusan masalah 4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kandungan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) pada ikan nila dan di perairan Waduk Cirata. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai kandungan logam berat di dalam air dan di dalam ikan nila yang dibudidayakan. Informasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membuat peraturan untuk limbah yang dibuang di Waduk Cirata seperti limbah rumah tangga, limbah industri, dan limbah lainnya sebagai bahan dalam pengelolaan Waduk Cirata agar pemanfaatan sumberdaya yang ada dapat dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat diinformasikan kepada masyarakat bahwa ikan nila hasil budidaya dapat di konsumsi dengan aman. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari-April 2013 di Waduk Cirata, Jawa Barat. Letak stasiun pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2. Pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan berturut-turut. Pengambilan sampel ini berupa air, daging dan organ hati ikan nila. Analisis kandungan logam berat pada ikan nila dilakukan di Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian sedangkan analisis kualitas perairan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Padjajaran, Bandung. 5 Gambar 2 Peta lokasi penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cool box sebagai tempat ikan contoh, botol polyetilen sebagai tempat contoh air, alat mengambil air contoh menggunakan Van Dorn Sampler, termometer air raksa, pH meter, turbiditimeter, alat bedah, alat untuk titrasi dalam pengukuran DO dan alat analisis logam berat yaitu AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu bahan untuk titrasi DO, organ tubuh ikan (daging dan hati), es batu, air sampel, HNO3. Metode Kerja Penentuan Stasiun Pengamatan Stasiun pengamatan ditentukan secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal ditentukan sebanyak enam titik. Secara vertikal ditentukan pada bagian permukaan 0.2 m, kedalaman 5 m, dan di dasar perairan. Stasiun 1 hingga Stasiun 6 dilakukan analisis kualitas air dan kandungan logam berat Cu dan Zn, sedangkan analisis kandungan logam berat pada ikan hanya dilakukan dari ikan yang diambil pada Stasiun 2 dan 3. Pengambilan Contoh Air dan Ikan Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan perahu milik BPWC (Badan Pengelola Waduk Cirata) yang disesuaikan dengan stasiun pengamatan di lokasi budidaya ikan nila dengan mengambil parameter-parameter 6 yang ditunjukkan pada Tabel 1. Waktu pengambilan sampel kualitas air dilakukan dua kali yaitu pada bulan Febuari dan April 2013 pada pukul 09.00 WIB. Contoh air diambil pada lapisan permukaan 0.2 m, kedalaman 5 m, dan dasar perairan dengan menggunakan botol Van Dorn. Contoh air yang telah diambil dimasukkan ke dalam botol polyetilen. Botol pertama digunakan untuk mengukur kekeruhan sedangkan botol kedua untuk logam berat yang ditambahkan dengan pengawet HNO3 pekat. Pengambilan contoh ikan nila dilakukan pada bulan Febuari sampai April 2013. Pengambilan ini dilakukan 3 kali dalam selang waktu satu bulan selama tiga bulanberturut-turut. Ikan diambil dari 5 keramba jaring aping (KJA).Setiap karamba hanya diambil 2 ekor ikan yang berumur 3-5 bulan sehingga dari 5 karamba didapatkan 10 ekor ikan.Contoh ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik klip untuk mencegah kontaminasi logam selama pengangkutan ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam cool box yang di dalamnya sudah berisi es batu. Ikan nila yang diambil dari karamba tersebut dibedah dan diambil daging dan organ hati. Organ contoh yang dibutuhkan untuk analisis logam berat seperti daging dan hati diperoleh dari beberapa ikan yang dikumpulkan memenuhi berat yang dibutuhkan untuk analisa. Organ contoh tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam plastik klip, kemudian diawetkan dengan pembekuan sampai siap dianalisis.Bahan kimia untuk analisis parameter kimia sesuai dengan metode yang digunakan Eaton et al. (2005) pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Parameter-parameter kualitas air dan biota yang diamati Parameter Kualitas Air 1. Suhu 2. Kekeruhan Satuan 0 C NTU Metode Analisis/ Alat Keterangan Termometer Lapangan Trubiditimeter Lapangan Lapangan Laboratorium Laboratorium 3. DO - 4. pH - 5. Cu 6. Zn mg/l mg/l DO meter Komparasi warna/ kertas lakmus Serapan atom/AAS Serapan atom/AAS Biota (Ikan Nila) Kimia Biota 1. Cu 2. Zn mg/l mg/l Serapan atom/AAS Serapan atom/AAS Lapangan Laboratorium Laboratorium Parameter Kualitas Air Pengukuran yang dilakukan untuk parameter fisika adalah suhu dan kekeruhan. Suhu diukur dengan menggunakan termometer sedangkan kekeruhan menggunakan turbiditimeter. Parameter kimia yang dianalisis meliputi pH dan logam berat. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan bantuan pH meter. Pengukuran logam berat dilakukan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). 7 Analisis logam Zn di air menggunakan AAS dan diekstraksi dengan larutan HNO3 pekat. Analisis logam Zn diikan menggunakan AAS dengan cara destruksi kering. Analisis logam Cu di Air menggunakan AAS dan diekstraksi dengan larutan HNO3 pekat. Analisis logam Cu dengan ikan menggunakan AAS dan destruksi kering. Analisis Data Analisis Logam Berat Analisis kandungan logam berat dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan kandungan logam berat air dengan baku mutu air menurut PP.RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Tabel 2) yang peruntukannya dapat digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan. Kandungan logam berat pada organ tubuh ikan (daging dan hati) dibandingkan dengan kandungan maksimum logam berat dalam tubuh ikan pada SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 mengenai Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Produk Pangan. Tabel 2 Nilai baku mutu logam berat dalam air dan tubuh ikan Jenis Logam Kandungan Maksimum Kandungan Maksimum Berat Pada Air* Dalam Tubuh Ikan** Tembaga (Cu) 0.02 ppm 20 ppm Seng (Zn) 0.05 ppm 100 ppm Ket : * kelas dua menurut PP. RI. No. 82 Tahun 2001 ** Menurut SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 Faktor Konsentrasi Faktor konsentrasi (FK) atau Faktor Akumulasi (FA) merupakan rasio kadar logam berat di dalam tubuh ikan dengan kadar logam berat di dalam air (Muzyed 2011). Pengukuran akumulasi ini berkenaan dengan penelitian atau metode pemantauan pembuangan dan penyimpanan polutan seperti logam didalam organ dan/ atau jaringan organisme seperti ikan. Pemahaman yang baik mengenai faktor akumulasi penting untuk memprediksi kontribusi relatif media abiotik sebagai sumber akumulasi logam berat pada ikan dan efisiensi akumulasi untuk segala macam polutan pada semua organ ikan. Sebagai tambahan, informasi ini krusial dalam membuat penilaian resiko yang akurat untuk tujuan keamanan pangan dan hubungannya terhadap konsekuensi kesehatan manusia (Muzyed 2011). Kumar dan Achyuthan (2007) menyampaikan bahwa faktor konsentrasi digunakan untuk menghitung perkiraan jumlah masukan logam berat dari lingkungan sekitar. Faktor konsentrasi dirumuskan sebagai berikut: Analisa Kualitas Air Nilai parameter fisika dan kimia yang diukur dibandingkan dengan baku mutu air menurut PP. RI No. 82 tahun 2001 dan hasil studi pustaka dari beberapa sumber. Nilai baku mutu dari parameter yang diukur dan sumbernya dapat dilihat 8 pada Tabel 3. Selain menganalisa kualitas air ditinjau dari baku mutunya, analisa statistik juga dilakukan terhadap sampel logam berat yang terdeteksi di dalam kolom air. Rancangan acak kelompok digunakan dengan mengelompokkan stasiun ke dalam perlakuan dan kedalaman sebagai kelompok. Tingkat kepercayaan yang digunakan ialah 95% (α=0,05). Apabila terjadi perbedaan yang nyata maka dilakukan uji dengan menggunakan Tukey Yardstick (Mendenhall, 2013). Tabel 3 Nilai baku mutu suhu, pH, DO, dan kekeruhan. Parameter Nilai baku mutu Sumber Suhu 27 + 28 C PP. RI No. 82 tahun 2001 Kekeruhan 50 NTU PP. RI No. 82 tahun 2001 Ph 6-9 PP. RI No. 82 tahun 2001 Oksigen Terlarut (DO) 4 mg/l PP. RI No. 82 tahun 2001 AnalisisGugus (Cluster Analysis) Analisis gugus digunakan untuk melihat kesamaan suatu stasiun dari beberapa variabel yang digunakan. Analisis ini berguna untuk mengklasifikasikan stasiun pengamatan dalam gugus (cluster) yang sama. Variabel yang digunakan ialah kandungan logam Zn dan Cu di dalam air, suhu, DO, pH, dan kekeruhan. Grup yang akan dianalisis adalah stasiun pengamatannya. Analisis gugus ini menggunakan Eucliddistance untuk mencari pairwise distance dan menggunakan metode unweighted average distance untuk mendapatkan nilai linkage. Nilai linkage ini yang digunakan untuk membuat dendrogram (Everit et al. 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Air Nilai kualitas air yang diukur pada penelitian ini ditunjukkan pada Lampiran 3. Nilai kualitas air yang terdapat pada Tabel 4 merupakan rata-rata dari nilai yang diukur tiap bulannya selama 2 bulan. Suhu air di Waduk Cirata berkisar antara 280-290 C. Nilai suhu air ini termasuk cukup tinggi dikarenakan keadaan dan kondisi alam pada saat pengukuran cukup terik. Suhu perairan dapat mempengaruhi keberadaan dan sifat logam. Umar et al.. (2001) menyatakan bahwa peningkatan suhu perairan cenderung menaikkan akumulasi dan toksisitas logam berat Cu. Hal ini terjadi akibat meningkatnya laju metabolisme dari organisme air. Walaupun demikian suhu di perairan Waduk Cirata masih dalam batas nilai toleransi kehidupan organisme perairan termasuk ikan. 9 Tabel 4 Nilai rata-rata parameter kualitas air pada setiap stasiun pengamatan, perairan waduk Cirata (n = 6). Parameter Suhu Kekeruhan pH DO Satuan 0 C NTU mg/L Stasiun Pengamatan 1 2 3 4 5 6 Simpangan baku (s) 29 27 7.1 3.02 29 25 7 2.82 29 25 7 3.12 28 184 7.3 3.55 28 110 7.1 3.45 29 254 7.2 3.47 0.516 97.311 0.117 0.294 Kisaran pH yang didapat dari keenam stasiun tersebut yaitu antara 7.0–7.3. Palar (1994) mengemukakan bahwa pada badan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH) mendekati normal atau pada daerah kisaran pH 7–8, kelarutan dari senyawa – senyawa (hidroksida, oksida, karbonat, dan sulfida) ini cenderung untuk stabil. Kisaran pH yang didapat ini masih dalam batas toleransi untuk tempat hidup ikan nila. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Suyanto (1995) bahwa nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6–8,5. Kadar oksigen terlarut berkisar antara 2.82– 3.47 mg/L. Artinya kadar oksigen terlarut di Perairan Waduk Cirata sangat rendah. Hal ini tidak baik untuk kelangsungan hidup ikan. Kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup ikan sangat beragam. Pada kadar oksigen terlarut kurang dari 4–5 ppm, nafsu makan ikan berkurang dan pertumbuhan tidak berkembang dengan baik. Dan apabila kadar oksigen terlarut di bawah 4 mg/L untuk jangka waktu yang lama, ikan akan berhenti makan dan pertumbuhan terhenti (Mulyanto 1992). Artinya apabila kadar oksigen terlarut di Waduk Cirata terus seperti ini dalam jangka waktu lama akan sangat membahayakan kehidupan ikan. Penyebab rendahnya oksigen terlarut ini diduga karena telah banyaknya aktifitas manusia di sekitar Waduk Cirata. Selain itu juga, ikan yang dibudidayakan juga semakin banyak dimana ikan melakukan respirasi sehingga jumlah DO dalam air rendah. Efek DO pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk di dalamnya adalah suhu yang berpangaruh langsung terhadap kelarutan O2 dan proses metabolisme organisme akuatik (Sari 2007). Kekeruhan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan sechi disk. kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air. Tingginnya nilai kekeruhan pada stasiun 6 dipengaruhi oleh adanya pergerakan air yang berasal dari aliran sungai. Santoso (2008) menyatakan kekeruhan yang tinggi, sebagai akibat besarnya debit air sungai dan turbulensi sehingga Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi misalanya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik termasuk zooplankton, sehingga dapat mempengaruhi perkembangbiakan plankton larva dan dapat mengakibatkan kematian. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari parameter kualitas air seperti suhu, pH, DO di perairan Waduk Cirata masih di bawah ambang baku mutu dan perairan Waduk Cirata masih dapat digunakan sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Sedangkan kekeruhan sudah melebihi ambang batas baku mutu hal ini dikarenakan adanya bahan organik yang berasal dari sisa pakan ikan yang mengendap didalam perairan sehingga bila ada pergerakan air yang bergerak 10 sampai dasar perairan menyebabkan endapan yang berasal dari pakan ikan akan naik sehingga kekeruhan tinggi. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (APHA, in Santoso 2008). Analisis Gugus (Clustering Analisis) Gambar 3 menunjukkan hasil dendrogram dari analisis gugus yang telah dilakukan dengan menggunakan metode unweighted average distance. Pada Gambar 3 terlihat bahwa kelompok I (stasiun 1, 2, dan 3) memiliki nilai kesamaannya 97,73%. Kelompok II terdiri dari stasiun 4 dan 6 yang memiliki nilai kesamaan 69,98% sedangkan kelompok III terdiri dari stasiun 5 memiliki nilai kesamaannya adalah 53,75 %. Gambar 3 Dendogram kesamaan stasiun pengamatan berdasarkan parameter fisika kimia Kesamaan kelompok I (stasiun 1, 2, dan 3) dapat dilihat dari nilai kekeruhan dan oksigen terlarutnya dimana kedua parameter ini memiliki nilai yang rendah dibandingkan stasiun lainnya. Pada kelompok II (stasiun 4 dan 6) memiliki nilai kekeruhan dan oksigen terlarut yang tinggi, sedangkan pada kelompok III (stasiun 5) memiliki nilai kekeruhan dan oksigen terlarut yang lebih tinggi dibandingkan kelompok I dan kelompok III memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan kelompok II. Pada kelompok II memiliki nilai kekeruhan yang tinggi dimungkinkan adanya pergerakan massa air yang disebabkan kelompok II (stasiun 4 dan 6) berada pada daerah muara sungai. Kesamaan Stasiun 2 dan 3 ternyata terjadi juga dalam kandungan logam berat di dalam organ daging dan hati ikan nila . Kesamaan ini terlihat dari tidak adanya perbedaan yang nyata pada kandungan logam di dalam kedua organ ikan nila tersebut. hal ini berarti dendrogram yang dibuat mewakili dari kondisi stasiun di perairan Waduk Cirata. 11 Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam beratt Cu dalam air selama 2 bulan didappat rata-rata pada setiap stasiun yang disajikann dalam Gambar 4. Berdasarkan analisa statistik (Lampiran 1) yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbbedaan kadar Cu yang nyata pada tiap stasiuunnya (p > 0,05). Perbedaan kadar Cu yang nyata didapatkan pada tiap kedalamannnya (p < 0,05). Dasar perairan membberikan kadar Cu yang berbeda nyata terhadapp dua kedalaman lainnya. Hal ini dappat diartikan bahwa tidak ada pergerakan massa air yang homogen pada waduuk Cirata. Dengan demikian, perlu diwaspaadai untuk tidak mengambil atau mem melihara biota-biota yang hidup di dasar karenna dimungkinkan kandungan Cu di dalaam tubuhnya juga besar akibat adanya akumuulasi. Gambaar 4 Grafik kandungan tembaga (Cu) dalam air a Palar (1994) meengatakan kandungan logam berat Cu naik ke k permukaan air karena adanya pembaalikan massa air sehingga partikel-partikel yang ada di dasar perairan akan naik kee atas disebabkan oleh air hujan. Nilai kandunngan logam berat Cu yang tinggi dipeengaruhi oleh asupan air sungai yang beraasal dari limbah industri, limbah rumaah tangga dan sebagainya (Palar 1994). Penceemaran Cu dapat berasal terutama dari aktifitas manusia (73%) seperti prooduksi tembaga (penambangan) dan pembakaran bahan bakar fosil (batubara daan gas, sisa dari sumber alam (Nriaguu in Woody 2007). Tingginya nilai kandungann logam berat Cu pada suatu perairan dapat merusak indera penciuman, sistem reproduksi dan pertumbuhan pada orrganisme akuatik yang ada di perairan terseebut (Hasler and Schlotz 1983). Sebaggai contoh, Hasler and Schlozt (1983) menyaampaikan bahwa tembaga mempengarruhi indra penciuman ikan salmon yang berdampak b pada proses migrasi ikan teersebut dari air laut ke air tawar. Nilai kandungaan Cu di dalam air pada perairan Waduk Ciraata memiliki nilai 0,008 ppm. Hal ini menunjukkan m bahwa kandungan Cu di perairaan Waduk Cirata masih di bawah ambaang baku mutu ( 0,02 ppm) dan perairan Wadduk Cirata masih dapat digunakan sebaagai tempat budidaya ikan air tawar. 12 Kan ndungan Seng (Zn) dalam Air Berdasarkan hasil penngukuran kandungan logam berat Zn dalam air selama 2 bulan didapat rata-rata pada setiap stasiun yang disajikan dalam Gambar G 5. Berdasarkan analisa statistiik (Lampiran 2) yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan kadaar Zn yang nyata pada tiap stasiunnya (pp > 0,05). Perbedaan kadar Zn yang nyata didapatkan pada tiap kedalamannya (p ( < 0,05). Pola ini sama dengan pola p yang terjadi pada logam Cu. Dasarr perairan memberikan kadar Zn yanng berbeda nyata terhadap dua kedalaman laainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak t ada pergerakan massa air yang homoggen hingga dasar pada Waduk Cirataa. Dengan demikian, perlu diwaspadai unntuk tidak mengambil atau memeliharra biota-biota yang hidup di dasar karena dim mungkinkan kandungan Zn di dalam tubbuhnya juga besar akibat adanya akumulasi. Gambar 5 Grafik kandungan seng (Zn) dalam air l Eisler (2000) menyaatakan bahwa sumber utama dari seng di lingkungan adalah pelelehan logam, akktivitas manusia, dan aktivitas pertambangann. Produksi dan penggunaan seng dalam m kuningan perunggu, tuangan logam, campuuran logam, karet dan cat dapat melepasskan seng ke lingkungan melalui berbagai aliran limbah (EPA 2005). Nilai kandunngan logam berat Zn tinggi di air akan mennyebabkan gangguan pertumbuhan juuga akan mempengaruhi pematangan seksuual hingga dapat menyebabkan kemaatian. Gejala klinis keracunan Zn dilaporkaan sebagai muntaber, diarrhea, kencinng berdarah, icterus, penyakit liver, gagal ginjal, g dan anemia (Duruibe et al..20077). Nilai kadar Zn di daalam air pada Waduk Cirata masih beradaa di bawah ambang baku mutu yangg dikeluarkan oleh pemerintah (0,05 ppm). Hal ini mengisyaratkan bahwa Waduk W Cirata masih dapat digunakan sebaggai tempat budidaya ikan air tawar. Namun N perlu menjadi perhatian bahwa nilaii Zn sudah mendekati ambang batas baku b mutu yang ditetapkan sehingga perlu diwaspadai d akan sumber-sumber penceemar Zn. 13 K Kandungan Logam Berat Cu dalam Ikan Berdasarkan haasil pengukuran kandungan logam berat Cu dalam ikan nila didapat rata-rata padda setiap stasiun dan nilai faktor konsentrassinya (FK) yang disajikan pada Gambbar 6 dan Gambar 7. Gambar 6 menunjukkkan kandungan logam berat Cu bervvariasi pada daging dan organ hati ikan. Secara statistik, kandungan Cu pada daging dan hati ikan tidak berbeda nyata di tiap stasiun dan bulannya. Perbedaan yang nyata terjadi pada kandungan Cu di dalam d organ ikan nila. Kandungan Cu di d dalam hati memiliki nilai lebih besar dibanndingkan dengan daging. Kandungan logam l berat Cu paling tinggi terdapat padaa hati ikan yaitu 6,97 ppm, kemudian nilai kandungan logam berat Cu yang terenddah terdapat pada daging ikan yaitu 0,899 ppm. Gambar 6 Grafik kandungan logam berat Cu dalam ikkan Gambar 7 Faktor konsentrasi Cu 14 Tingginya kandungan Cu dalam hati berkaitan dengan fungsi hati yaitu pengambilan makanan dari saluran pencernaan, biosintesis senyawa-senyawa dan biomolekul dalam tubuh, metabolisme, menyediakan bahan-bahan kaya energi, juga mengandung lisosom dan eksresi bahan-bahan empedu. Pada sel hati banyak mengandung lisosom yang memegang peranan penting dalam pencernaan intraseluler dari ion logam. Lisosom banyak terdapat pada kelenjar pencernaan, seperti pada jaringan clorogineous annelid dan pada hati ikan (Soto et al..2007).Darmono (2001) menyampaikan bahwa jumlah akumulasi logam berat pada ikan memiliki pola dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu hati > ginjal > insang > daging. Edward et al. (2013) menyampaikan dalam penelitiannya jumlah akumulasi Cu dari yang terbesar hingga terkecil yaitu insang > ginjal > hati > daging. Penelitian ini juga memberikan hasil dimana kandungan Cu di hati lebih besar dibandingkan dengan daging. Ariesyady (2000) in Savitri dan Salami (2008) menyatakan bahwa Cu merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun bagi ikan. Efek khronis Cu pada ikan meliputi: inhibisi aktivitas enzim asetilkolinesterase; perubahan sel ginjal; pengurangan pertumbuhan; dan pengurangan respon imun. Cu dalam tubuh organisme akan terakumulasi di hati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Logam berat Cu dalam tubuh ikan belum melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kemampuan organ tubuh dalam mengakumulasi logam berat ditentukan dengan nilai FK. Semakin tinggi nilai FK pada suatu organ menunjukkan semakin tinggi organ tersebut mengakumulasi logam berat tersebut. Van Esch (1977) in Sanusi (1985) mengelompokkan sifat polutan ke dalam tiga urutan yaitu rendah (FK < 100), akumulasi sedang (FK 100 – 1000) dan sangat akumulasi (FK > 1000). Grafik FK Cu menunjukkan bahwa logam berat Cu bersifat sangat akumulasi pada hati ikan nila sedangkan pada daging ikan akumulasinya bersifat akumulasi sedang. Sifat logam yang dapat terakumulasi ini dapat mengakibat biomagnifikasi pada tinggi trofik yang lebih tinggi. Kandungan Logam Berat Zn dalam Ikan Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam berat Zn dalam ikan nila didapat rata-rata pada setiap stasiun dan nilai faktor konsentrasinya (FK) yang disajikan dalam Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8 menunjukkan kandungan logam berat Zn bervariasi pada masing-masing organ ikan. Secara statistik, kandungan Zn pada masing-masing organ ikan tidak berbeda nyata di tiap stasiun dan bulannya. Perbedaan yang nyata terjadi pada kandungan Zn di dalam organ ikan nila. Kandungan Zn di dalam hati memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan daging. 15 G Gambar 8 Kandungan logam berat Zn dalam ikkan Gambar 9 Faktor konsentrasi logam berat Zn dalam ikan Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa akumulasi logam beerat Zn tertinggi berada pada organ haati ikan. Secara keseluruhan kandungan logam m berat Zn pada ikan belum melebihii baku mutu nilai yang diperbolehkan yaitu maksimum 100 ppm pada ikan berdaasarkan SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKV VII/1989. Dilihat dari kedua stasiun nillai kandungan logam berat Zn terbesar terdappat di hati (19,88 ppm) dan terkecil di d daging (5,81 ppm). Hal ini sesuai deengan penyataan Darmono (2001) jum mlah akumulasi logam berat dari yang teerbesar ke yang terkecil berturut-turrut yaitu hati>ginjal>insang>daging. Namun, Edward (2013)menyampaikann bahwa pola akumulasi Zn di dalam tubuhh ikan dari yang terbesar hingga terkkecil yaitu insang > ginjal > hati > dagging. Tingginya 16 kandungan logam berat Zn pada suatu organisme atau manusia akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan sehingga akan menyebabkan kematian pada organisme tersebut, juga akan merusak sistem saluran pernapasan sehingga akan mendorong respon seperti asma. Lloyd dan Richard (1992) menyatakan bahwa Perilaku toksik Zn terhadap ikan adalah dengan memasuki lapisan lendir pada permukaan insang yang dapat mengakibatkan ikan matilemas. Zn dapat bereaksi dengan protein yang dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa jaringan. Hal ini berpengaruh terhadap efisiensi fungsi respirasi dan osmoregulasi dari insang. Sebagai contoh pada ikan gurame konsentrasi Zn dalam tubuh ikan adalah 650 μg Zn2+/L (Eisler 2000) Nilai FK pada kandungan logam berat Zn menujukkan bahwa logam Zn bersifat sangat terakumulasi logam berat pada organ hati sedangkan pada organ daging memiliki sifat akumulasi sedang. Nilai FK pada hati lebih tinggi dibandingkan dengan nilai FK daging. Nilai logam Zn yang tinggi juga dipengaruhi oleh pakan ikan yaitu pelet tersebut mengandung logam Zn yang cukup tinggi juga. Perbedaan tingkat akumulasi pada organ yang berbeda antara Cu dan Zn dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu spesies, jenis organ, jenis polutan, dan besarnya kandungan polutan dalam air (Gipps dan Collee 1980 in Sanusi 1985). Usulan Upaya Pengelolaan Waduk Cirata Waduk Cirata sudah dikatakan rentan karena banyak bahan pencemar yang masuk ke dalam Waduk Cirata hal ini akan berdampak pada pemanfaatanya dan Merugikan pihak-pihak terkait. Salah satu pengelolaan Waduk Cirata yang dapat dilakukakn adalah pengendalian pencemaran. Upaya pengendalian pencemaran yang dilakukan adalah agar waduk dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan adalah (1) pengendalian pencemaran limbah yang berasal dari kegiatan keramba jaring apung (KJA), seperti adanya peraturan batas maksimum jumlah jaring apung yang berada disekitas Waduk Cirata yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya, dan adanya pemeriksaan ulang data jumlah KJA di Waduk Cirata. (2) pengendalian pencemaran limbah yang bersumber dari kegiatan industri adalah setiap industri membuat tempat pembuangan limbah cair secara tertutup sehingga tidak merembas ke lingkungan sekitar, dan dibuatnya peraturan setiap industri kegiatan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri sehingga limbah yang dibuang tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar Zn dan Cu di dalam perairan Waduk Cirata dan di dalam organ ikan nila (hati dan daging) yang dibudidayakan di waduk ini masih berada di bawah ambang batas baku mutu perairan kelas II (PP.RI No. 82 Tahun 2001). Kadar Zn dan Cu dalam 17 organ ikan nila (hati dan daging) juga masih dibawah baku mutu (SK Dirjen POM No.037/25/B/SKVII/1989) mengenai Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Produk Pangan. Kadar Zn dan Cu di dasar perairan Waduk Cirata memiliki nilai yang lebih tinggi bandingkan daerah permukaan (0.2 m dan 5 m). Nilai FK Zn dan Cu pada organ hati ikan nila tergolong tinggi atau bersifat akumulasi tinggi sedangkan nilai FK Zn dan Cu pada daging ikan nila tergolong sedang atau bersifat akumulasi sedang. Saran Perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kandungan logam berat yang terdapat pada ikan-ikan di luar karamba jaring apung (KJA). Selain itu melakukan monitori pencemaran logam berat secara berkala terhadap ikan-ikan yang berada di luar karamba jaring apung (KJA). DAFTAR PUSTAKA Abdel-Baki AS, Dkhil MA, Al-Quraishy S. 2011. Bioaccumulation of some heavy metals in tilapia fish relevant to their concentration in water and sediment of Wadi Hanifah, Saudi Arabia. AfrJ. of Biot. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 10(13): 2541-2547. Tersedia pada : http: //www. Academicjournals. org/ajb/PDF/pdf2011/28Mar/AbdelBaki%20et%20al.pdf Ashraf MA, Maah MJ, Yusoff I. 2011. Bioaccumulation of Heavy Metals in Fish Species Collected From Former Tin Mining Catchment.J. Envir Res. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 6 (1): 209–218. Tersedia pada : http://www.ijer.ir/jufile?c2hvd1BERj00ODcmX2FjdGlvbj1zaG93UERGJ mFydGljbGU9NDg3Jl9vYj0wYjNlZTcxOGQ1N2VmYjJiYTE5M2YuLi4 [BPWC] Badan Pengelola Waduk Cirata. 2013. Laporan pemantauan Hasil kualitas air Waduk Cirata Triwulan I. Bandung (ID) : Badan Pengelola Waduk Cirata. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta (ID) : UI-Press. Duruibe JO, Ogwuegbu MC, Egwurugwu JN. 2007. Heavy metal pollution and human biotoxic effects. Inter J. of Phys Scienc. [Internet]. [diunduh 2013 agust 24];2 (5):112-118. Tersedia pada : http: //www. Academicjournals. org/ijps/pdf/pdf2007/may/duruibe%20et%20al.pdf Eaton AD, Lenore SC. Eugene WR, Arnold EG, Mary HF. 2005. Standar Methods For Examination Of water and Wastewater: Centennial Edition. 21 st Edition. APHA, AWWA, WPCF. Washington DC (USA). Edward JB, Idowu EO, Oso JA, Ibidapo OR. 2013. Determination of Heavy Metal Concentration in Fish Samples, Sediment and Water from Odo-Ayo River in Ado-Ekiti, Ekiti-State, Nigeria. Inter J. of Envir Monit and Anal. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 1(1): 27-33. Tersedia pada : http: /article.sciencepublishinggroup.compdf/10.11648.j.ijema.20130101.14.pdf 18 Eisler R. 2000. Handbook of Chemical Risk Assessment: Health Hazards to Humans, Plants and Animals.New York (US) : Metals. Lewis Publishers.[Internet]. [diunduh 2013 Agustus 24]. Tersedia pada : http://jamesskaar.hopto.org:8080/download-literature/sciences/ Handbook %20of%20Chemical%20Risk%20Assessment/l1506_pdf_toc.pdf [EPA] Environmental Protection Agency. 2005. Toxicological Review of Zinc and Compound. Washington (US) : Environmental Protection Agency. Everitt BS, Sabine Landau, Morven Leese, Daniel Stahl. 2011. Cluster Analysis – 5th Edition. [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 24]. Tersedia pada : http://store.free-college.org/noleech1.php?hidden=r:/778000/df8e6 d3796e9b013dad63c8edf67fc5f&hidden0=Brian_S._Everitt,_Dr_Sabine_ Landau,_Dr_Morven_Leese,_Dr_Daniel_Stahl_Cluster_Analysis,_Fifth_E dition_Wiley_Series_in_Probability_and_Statistics____2011.pdf Güven K, Özbay C, Ünlü E, Satar A. 1999. Acute lethal toxicity and accumulation of copper in Gammarus pulex (L.) (Amphipoda). Tr. J. Biol. [Internet]. [diunduh 2013 agust 24]; 23(1):513-521. Tersedia pada : http: //journals.tubitak.gov.tr/biology/issues/biy-99-23-4/biy-23-4-14-98015.pdf Hasler AD, Scholz AT. 1983. Olfactory Imprinting and Homing in Salmon. Berlin (DE) : Springer–Verlag. [ICA] International Copper Research Association. 1992. Final Report ICA Project No. 223 : The Biological Importance of Copper. http: //www. copper. Org/ environment/ ica_review/pdf/e_r_91.pdf Kumar KA, Achyuthan H. 2007. Heavy metal accumulation in certain marine animals along the east coast of Chennai, Tamil Nadu, India. J. of Envir Biol. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 28(3). 637-643. Tersedia pada : http://www.jeb.co.in/journal_issues/200707_jul07/paper_19.pdf [KLH] Kementrian Lingkungan Hidup.2001. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Perairan. Jakarta (ID) : KLH Lloyd, Richard. 1992. Pollution and Freshwater Fish, The Buckland Foundation. Oxford. 18-40 Mendenhall W. 2013. Introduction to Probability and Statistics. Boston (USA) : Brooks/Cole. Mulyanto. 1992. Lingkungan hidup untuk Ikan. Jakarta (ID) : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Muzyed SK. 2011. Heavy metal concentrations in commercially available fishes in Gaza Strip Markets [thesis]. Gaza (PS) : The Islamic University Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta (ID) : Penerbit Rineka Cipta. Permana AP. 2012. Tingkat Pencemaran perairan Waduk Cirata, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Riani E. 2010. Kontaminasi logam berat pada ikan budidaya dalam keramba jaring apung di Waduk Cirata. J. Teknobiol. [Internet]. [diunduh 2013 Agust 31 ]; 1(1). 51–61. Tersedia pada :http: //lib.unri. ac.id/data/ images/ phocadownload/Jurnal%20Teknobiologi%20Vol.%201%20No1.pdf Sanusi HS. 1985. Akumulasi logam Berat Hg dan Cd pada Tubuh Ikan Bandeng (Chanos chanos Froskal) [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 19 Sari SG. 2007. Kualitas Air Sungai Maron dengan Perlakuan Keramba Ikan di Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. J. BIOCIEN. [Internet]. [diunduh ...]; 4(1). 29-35. Saputra A. 2009. Bioakumulasi Logam Berat Ikan Patin yang Dibudidayakan di Perairan Waduk Cirata dan Laboratorium. [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Savitri PO, Salami IRS. 2008. Kajian Kandungan Logam Berat pada Ikan Air Tawar di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Kota Bandung. ITB. Sericano JL, Wade TL, Jackson TJ, Brooks JM, Tripp BW, Farrington JW, Mee LD, Readmann JW, Villeneuve JP, Goldberg ED. 1995. Trace organic contamination in the Americas: An overview of the US National Status & Trends and the International 'Mussel Watch' programmes. Marine Pollution Bulletin, Vol. 31, Nos 4-12. 214-22 Santoso A D. 2008. Studi Penetuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI (Morphoedaphic index) Analisis. J Hidrosfir Indonesia. [internet]. [diunduh 2013 september 22]; 3(2): 81-86. Tersedia pada : http://digilib.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JHI/article/view/98/118 Soto, K., Garza, K.M. and Murr, L.E. (2007). effects of aggregated nanomaterials. Acta Biomater. J Irania Biomedical. [internet] [diunduh 2013 september 20]; 3(3): tersedia pada : http://scholars.wlu.ca/cgiview content.cgi?Article=1838&contextetd. Suyanto SR. 1995. Nila. Jakarta (ID) : PT Penebar Swadaya. Umar MT, Meagaung WM, Fachruddin L. 2001. Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Marcia sp. di Teluk Pare Pare, Sulawesi Selatan. J. Scien and Tech. Wijaya T. 2008 Agust 16. Waduk Cirata tercemar Logam Berat. Kompas. BPWC Opini : 2 (kol 3-7) Woody, C. A, 2007, Copper : Effects on Freshwater Food Chain and Salmon, A Literature Review. Alaska ( US) : Fisheries Research and Consulting 20 LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Cu dalam Air Sumber Keragaman Kelompok Perlakuan Galat Total Jumlah Derajat Kuadrat F Nilai P F Tabel Kuadrat Bebas Tengah Hitung 3.09E-05 2 1.55E-05 12.83 0.0017 4.10 1.01E-05 5 2.01E-06 1.67 0.2287 3.33 1.20E-05 10 1.20E-06 5.30E-05 17 Lampiran 2 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Zn dalam Air Sumber Keragaman Kelompok Perlakuan Galat Total Jumlah Derajat Kuadrat Bebas 0.00027 2 0.00043 5 0.00028 10 0.00097 Kuadrat Tengah 0.00013 8.50E-05 2.82E-05 F Hitung Nilai P F Tabel 4.72 3.01 0.036 0.065 4.10 3.33 PARAMETER KEKERUHAN pH 23.4 - 24.8 7.9 - 7 24.9 -18.2 7.4 - 6.9 52.9 - 19.6 6.8 - 6.7 36.4 - 18.2 7.5 - 6.9 25.9 - 14.4 7.1 - 6.7 30.5 - 22.1 6.9 - 6.6 21 - 18.2 7.9 - 7 19.6 - 18.2 7.1 - 6.8 49 – 21 6.9 - 6.5 21 - 23.4 7.9 - 7.3 196 – 252 7.5 - 6.9 252 – 357 7.4 - 6.8 19.6 - 23.4 8.3 - 6.9 39.9 – 63 7.3 - 6.6 245 - 271 7.2 -6.4 19.6 - 30.4 8.4 - 6.9 206.5 - 431 7.4 - 6.8 224 - 613 7.2 - 6.6 DO 5.4 - 5.0 2.2 - 2.1 1.8 - 1.6 4.8 - 4.6 2.6 - 1.9 1.5 - 1.5 5.3 - 4.9 2.5 - 2.3 1.9 - 1.8 5.2 - 5.0 4.9 - 4.2 4.6 - 4.0 6.0 - 4.8 4.4 - 4.0 4 - 3.5 6 - 4.6 4.5 - 3.2 4.1 - 4.4 17 Lampiran 3 Tabel Kualitas air STASIUN STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 STASIUN 4 STASIUN 5 STASIUN 6 KEDALAM AN 0,2 m 5m Dekat dasar 0,2 m 5m Dekat dasar 0,2 m 5m Dekat dasar 0,2 m 5m Dekat dasar 0,2 m 5m Dekat dasar 0,2 m 5m Dekat dasar SUHU 30.0 - 30.8 28.9 - 29.1 27.1 - 28.8 30.4 - 30.3 29.1 - 29.1 27 - 28.9 31.0 - 29.9 29.2 - 28 27.6 - 28.8 30.5 - 29.6 28.4 -,27.9 27.4 - 28.8 31.9 - 29.6 28.2 - 27.2 27.4 -28.5 31.2 - 29.5 28.7 - 27.9 27.8 - 27.0 21 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1990 dari ayah Budjang dan ibu Wati. Penulis adalah putri ketujuh dari delapan bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA N 5 Sukabumi dan pada tahun yang sama penulis lulus masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2009 penulis menjabat sebagai Dewan Mushola Asrama Putri IPB gedung A2, sekretaris Komisi 1 Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) FPIK IPB tahun 2010-2011,anggota Komisi 1 DPM FPIK IPB tahun 2011-2012. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan diantaranya Open House IPB tahun 2010, kesekretariatan Orientasi Mahasiswa Baru FPIK tahun 2011, hubungan masyarakat Musyawarah Kerja Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber daya Perairan Se-Indonesia(HIMASUPERINDO) tahun 2012. Penulis juga pernah magang di Balai Besar Budidaya Air Laut, Lampung pada bulan Juli 2011. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor penulis menyusun skripsi dengan judul Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) pada Ikan dan di Perairan Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.