139 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembangunan bendungan Cirata menyebabkan terendamnya lahan penduduk yang tinggal di daerah genangan, khususnya Kecamatan Maniis, sehingga mereka harus berpindah tempat dan beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Selain harus kehilangan tempat tinggal dan tanahnya, sebagian dari masyarakat juga harus kehilangan mata pencahariannya yang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Adanya genangan (waduk) menjadikan sebagian masyarakat Kecamatan Maniis harus bergeser mata pencaharian dari sektor pertanian ke perikanan, perdagangan, jasa dan lain sebagainya, namun ada juga sebagian masyarakat yang tetap melanjutkan mata pencahariannya terdahulu, hal ini dikarenakan bahwa modal yang dimiliki relatif kecil, serta terbatasnya pengetahuan/keterampilan untuk berwirausaha, sehingga masyarakat luar yang pada akhirnya lebih menguasai kesempatan yang ada. Kondisi masyarakat wilayah Kecamatan Maniis tahun 1980-1984, sehubungan ketersediaan infrastruktur belum tertata dengan baik. Sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani tradisional, yaitu dengan menanam padi, mengolah hutan, berladang di tanah milik perhutani dan milik pribadi, serta penyadap karet. Dalam menambah penghasilannya masyarakat Kecamatan Maniis dengan beternak sapi dan domba. Dengan adanya pembangunan proyek bendungan Cirata, terutama pada awal pelaksanaan kegiatan 140 proyek yang didahului dengan proses pembebasan lahan untuk digunakan areal genangan bendungan, sebagian masyarakat menerima biaya kompensasi. Pembangunan bendungan Cirata menghabiskan waktu relatif cukup lama, dimulai dari tahun 1984, baru selesai tahun 1989. Pekerjaan prasarana yang dimulai pada bulan April 1983 meliputi pembangunan jalan hantar, base camp, perbaikan dan peningkatan fasilitas jalan, pemasangan jaringan listrik untuk konstruksi dan sebagainya. Disamping itu terdapat pekerjaan-pekerjaan relokasi jalan, jembatan dan fasilitas umum, diantaranya terminal air, bangunan sekolah, balai desa, MCK dan lain-lain. Tentunya selain menghabiskan waktu yang relatif lama, pembangunan bendungan Cirata juga menghabiskan biaya yang sangat besar. Dibangunnya bendungan Cirata menjadikan masyarakat di Kecamatan Maniis harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Peran masyarakat Kecamatan Maniis dalam menghadapi lingkungan yang berubah yaitu mereka berusaha untuk memanfaatkan kesempatan yang ada agar kehidupannya tetap sejahtera yaitu dengan mendirikan usaha warung ikan bakar lesehan, kolam jaring terapung, jasa perahu, dan sebagainya. Terdapat beberapa konstribusi dari pembangunan bendungan Cirata terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Maniis kabupaten Purwakarta, antara lain sebagai sumber pengairan sawah, sumber air bersih industri, sumber air minum, tempat budidaya ikan, tempat rekreasi dan sarana perhubungan, sehingga arus ekonomi semakin lancar karena dibangunnya jalan oleh Cirata. Manfaat lainnya dari bendungan Cirata adalah untuk pariwisata, dimana dua pertiga pantai genangan waduk Cirata berada di Kabupaten Cianjur, dan perikanan air tawar dengan jaring terapung (japung), 141 pertanian (irigasi) pengendalian banjir yang akan mereduksi banjir yang masuk ke dalam waduk Jatiluhur, juga diperoleh manfaat untuk pembukaan pemukiman baru, pengembangan listrik pedesaan, meningkatkan taraf hidup rakyat di daerah sekitar waduk, serta untuk konservasi air dan perbaikan lingkungan. Untuk membangun waduk atau bendungan yang besar tidak saja memerlukan biaya besar dan memerlukan lahan yang luas untuk genangannya, namun lebih dari itu, pembangunan itu sendiri dapat menimbulkan kerawanankerawanan sosial budaya dan lingkungan yang terkait dengannya, seperti pembebasan lahan, pemindahan penduduk, keberlanjutan proyek, dan lain sebagainya, yang dapat menyisakan masalah yang menyangkut rasa keadilan di hati rakyat (masyarakat). Oleh karena itu penanggulangan terhadap dampak pembangunan sangat penting karena para pelopor pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun menginginkan akibat-akibat yang positif dari pembangunan tersebut. Pembangunan masyarakat mungkin merupakan suatu pembaharuan yang memerlukan pembangunan tersebut sampai difusi, warga yakni penyebaran masyarakat unsur-unsur memutuskan untuk menerimanya (adoption), karena pembangunan waduk sekarang tidak saja mengacu kepada aspek teknis, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan, namun juga aspek otonomi daerah. 142 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keberadaan bendungan Cirata dalam rentang waktu tahun 1984 sampai dengan tahun 2002 telah menberikan kontribusi terhadap perubahan sosial-ekonomi pada masyarakat di sekitar bendungan Cirata, salah satunya di wilayah Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta. Untuk itu, peneliti dapat mengemukakan beberapa saran, antara lain keberadaan bendungan Cirata, yang salah satu fungsinya sebagai pemasok air bagi PLTA, tentunya kualitas air akan menjadi bagian yang sangat penting, baik bagi kelangsungan operasi pembangkit itu sendiri maupun bagi kepentingan pemanfaatan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu pemerintah harus dapat meminimalisir pencemaran dari limbah organik maupun anorganik. Pihak pengelola waduk dalam hal ini PT. PJB UP Cirata harus dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah, dan instansi terkait juga masyarakat luas dalam hal membangun tingkat kesadaran terhadap lingkungan hidup. Dengan melalui proses sosialisasi, program-program yang menggiring kepada pemahaman bahwa kualitas lingkungan akan memberikan pengaruh kepada kualitas manusia baik saat kini maupun masa yang akan datang. Keberadaan waduk Cirata harus senantiasa mampu mendorong peningkatan sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar dengan memberikan perlindungan serta pembinaan bagi usaha-usaha masyarakat, baik yang sudah berjalan maupun bagi masyarakat yang belum mampu memanfaatkan potensi yang ada. Potensi alam yang dimiliki dapat dikembangkan sebagai sarana rekreasi bernuansa alam, pusat penelitian, bumi perkemahan, sarana olah raga air maupun 143 olah raga prestasi lainya. Bagi kepentingan dunia pendidikan keberadaan waduk dan PLTA Cirata adalah layak untuk jadi bahan pertimbangan pemerintah untuk pendirian sekolah kejuruan maupun setingkat perguruan tinggi yang mengkhususkan disiplin ilmu perikanan dan teknik pembangkitan energi listrik di lokasi sekitar areal tersebut. Merujuk pada definisi lingkungan hidup (pasal 1 Undang Undang No. 23 Tahun 1997), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bendungan cirata beserta didalamnya terdapat pembangkit listrik (PLTA), lokasi dan keberadaanya tidak terpisahkan dengan lingkungan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, tentu dalam pengelolaanya lingkungan harus menyentuh seluruh aspek kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, pengendalian dan pemulihan lingkungan yang tertuju pada terjaganya mutu dan pelestarian lingkungan berdasarkan prinsip-prinsip dasar ilmu-ilmu lingkungan. Membangun kebersamaan antara pengelola (PLN), pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat luas dalam menjaga nilai-nilai sebesar-besarnya nilai manfaat yang didapat serta seminimal mungkin dampak yang muncul adalah sikap yang harus senantiasa terpelihara dengan baik.