bab 3 kerangka pemikiran

advertisement
33
BAB 3
KERANGKA PEMIKIRAN
Dasar perencanaan penelitian untuk estimasi kerugian PLTA akibat
sedimentasi dan analisis kelembagaan dapat dilihat dalam rangkuman kerangka
pemikiran yang tertuang dalam diagram dibawah ini :
Gambar 5. Kerangka Berpikir Penelitian
Waduk Cirata dibangun dengan tujuan utama sebagai pembangkit tenaga
listrik yang diharapkan dapat memenuhi pasokan energi listrik untuk pulau Jawa
dan Bali, serta dipersiapkan jika terjadi beban puncak yang tinggi terhadap
kebutuhan listrik atau disiapkan menjadi keterandalan/cadangan litrik bagi
kebutuhan energi listrik sistem interkoneksi Pulau Jawa dan Bali. Sejalan dengan
pembangunannya, pemerintah menetapkan 1 persen wilayah waduk boleh
dipergunakan untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar bagi masyarakat
setempat sebagai kompensasi atas kehilangan tanah dan mata pencaharian
penduduk yang wilayahnya tergenang air yang tertuang dalam Surat Keputusan
34
Gubernur No. 41 Tahun 2002. Sehingga muncul budidaya perikanan air tawar
dengan teknologi KJA di perairan Waduk Cirata.
Aktivitas perikanan di dalam waduk ternyata membawa keuntungan yang
cukup
besar
dan
tidak
membutuhkan
perijinan
yang
rumit
sehingga
mengakibatkan banyak pihak di luar masyarakat setempat yang tertarik untuk
usaha budidaya ini. Ketiadaan kelembagaan yang mengatur perijinan dan proses
memulainya usaha budidaya ini menyebabkan jumlah KJA semakin meningkat
dari tahun ke tahun hingga menyebabkan masalah lingkungan yang cukup serius
yaitu kualitas air yang semakin memburuk dan penumpukan sisa pakan dan feses
ikan yang dapat menyebabkan sedimentasi. Hal ini terlihat dari data pengukuran
sedimentasi waduk yang sudah melebihi design pembangunan Waduk Cirata.
Selain adanya akitivitas perikanan yang terdapat di dalam waduk, ternyata
aktivitas outside pun memberi kontribusi terhadap sedimentasi di Waduk Cirata.
Cirata sebagai waduk kaskade yang berada di antara Waduk Saguling di hulu dan
Jatiluhur di hilir, pasti menerima air buangan dari Waduk Saguling. Aktivitas
pertanian yang tinggi di Saguling dan limbah buangan pertanian yang banyak
mengandung bahan kimia pestisida turun menuju waduk Cirata. Partikel-partikel
sedimen yang diduga dapat terperangkap di Waduk Saguling dan membawa air
yang relatif bersih ke Cirata ternyata tidaklah demikian, kenyataannya masih
tingginya sedimentasi di Waduk Cirata. Hal ini bisa disebabkan karena tingginya
tingkat erosi di hulu-hulu sungai yang bermuara di Waduk Cirata yang membawa
partikel-partikel dan menumpuk di dasar waduk. Tingkat erosi ini disebabkan oleh
tingginya konversi lahan dari hutan menjadi lahan pemukiman atau industri.
Konversi lahan menjadi pemukiman menjadi indikasi pula bahwa semakin
tingginya jumlah penduduk yang mendiami bantaran sungai. Akibat langsung dari
indikasi tersebut adalah limbah rumah tangga yang biasanya langsung dibuang ke
sungai, terbawa arus dan bermuara di waduk. Adanya aktivitas industri yang
berada di sekitar DAS sungai-sungai yang bermuara di Waduk Cirata juga
memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas air dan sedimentasi karena
limbah industri yang tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu.
Kedua aktivitas yang berasal dari dalam waduk dan hulu sungai-sungai
serta air buangan dari Waduk Saguling di hulu sungai Citarum telah berkontribusi
35
terhadap tingkat sedimentasi di Waduk Cirata. Akibat dari sedimentasi ini ternyata
membuat umur waduk berkurang karena kualitas air yang buruk dapat membuat
korosif beberapa alat pembangkit dan mengurangi umur operasionalnya. Di
kemudian hari hal ini akan mengakibatkan produksi listrik pun akan menurun atau
berkurang masa pelayanannya. Dampak luas yang terjadi adalah kerugian
ekonomi yang ditimbulkan karena tingginya biaya operasional dan maintenance
untuk perawatan alat-alat pembangkit sehingga menurunkan profit atau
keuntungan PLTA. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis estimasi kerugian
ekonomi yang diakibatkan sedimentasi, terutama terhadap fungsi utama
dibangunnya waduk sebagai pembangkit listrik. Estimasi kerugian ekonomi
PLTA ini akan didekati dengan menghitung besarnya biaya maintenance dan
operasional dan penurunan keuntungan dari data produksi listrik yang dihasilkan
PLTA.
Untuk melihat tata kelola pemanfaatan waduk, maka penelitian ini juga
mengkaji bagaimana pengaturan kelembagaan yang berjalan saat ini. Bagaimana
harapan para aktor dalam pengelolaan Waduk Cirata yang lestari. Analisis
kelembagaan dilakukan dengan melihat analisis struktur kelembagaan yang
mencangkup identifikasi institusi yang berwenang dalam pengelolaan waduk,
identifikasi peran dan tanggungjawab dari masing-masing institusi yang ada,
identifikasi hubungan antara berbagai institusi yang bersama-sama melakukan
pengelolaan waduk dan analisis konflik yang pernah ada diantara berbagai aktor
dan institusi yang ada di Waduk Cirata. Selanjutnya akan dilakukan analisis
infrastruktur yang mencakup aturan main yang berlaku di masing-masing institusi,
analisis kontent peraturan-peraturan tersebut dan bagaimana implementasi dari
peraturan yang berlaku dalam insitusi tersebut. Dari kedua analisis tersebut akan
diperoleh data-data untuk menyusun design kelembagaan baru yang tepat dalam
menjawab persoalan mengenai tingginya tingkat sedimentasi yang menyebabkan
kerugian baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Download