I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waduk merupakan salah satu bangunan kendali hidrolik yang dibangun pada tempat-tempat tertentu sepanjang aliran sungai. Bagi negara tropis seperti Indonesia yang mempunyai musim hujan yang cukup lama, adanya waduk banyak memberikan manfaat yang dapat dirasakan antara lain berupa penampungan air irigasi, pembangkit tenaga listrik, pengendali banjir, sarana perikanan, dan juga sarana rekreasi. Khusus mengenai manfaat waduk untuk penyediaan dan pengaturan air irigasi, pembangunan waduk merupakan suatu hal penting. Akan tetapi dalam pembangunannya memerlukan biaya yang sangat besar. Pembangunan waduk di Pulau Jawa yang berpenduduk padat dapat pula menimbulkan masalah-masalah khusus yang memerlukan penanganan khusus pula. Jawa Barat merupakan daerah yang mempunyai sumber air yang potensial seperti Sungai Citarum. Wilayah yang dilalui oleh Sungai Citarum meliputi Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, dan sebagian Indramayu. Sumber air yang dikelola dan dikembangkan oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II) mencapai + 11 x 109 m3/tahun. Air ini sebanyak 5,5 x 109 m3/tahun berasal dari Sungai Citarum, sedangkan sisanya + 5,5 x 109 m3/tahun berasal dari sungaisungai lain yang terdapat di Jawa Barat. Waduk Ir. H. Djuanda merupakan salah satu modal utama PJT II yang berfungsi sebagai penyedia air baku untuk minum, dan untuk penggelontoran daerah DKI Jakarta, penyedia air irigasi untuk mengairi lahan pertanian seluas + 250 x 103 ha, penyedia air untuk pembangkit tenaga listrik, pengendalian banjir, pengembangan pariwisata, dan sebagai sarana olahraga. Di samping mengelola Waduk Ir. H. Djuanda, PJT II juga mengelola sungai – sungai di Jawa Barat bagian Utara seperti Sungai Cikao, Sungai Cipamingkis, Sungai Cileuleung, dan Sungai Cisomang. Waduk Ir. H. Djuanda merupakan salah satu bangunan pengairan yang membanggakan bagi bangsa Indonesia. Secara umum Waduk serbaguna Ir. H. Djuanda yang berada di Kabupaten Purwakarta terdiri atas waduk utama, sistem 9 dan infrastruktur pengairannya, termasuk Bendung Curug, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik, maka pada tahun 1957 PLN bertugas menyelenggarakan rencana pembangunan Waduk Ir. H. Djuanda untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangunan ini diwujudkan dengan melakukan kontrak kerjasama dengan konsultan Prancis. Pekerjaan proyek ini baru dilakukan pada tahun 1962 oleh Direktorat Pengairan Departemen Perusahaan Umum (PU). Akibat tidak adanya koordinasi PLN dan Direktorat Pengairan, maka terjadi perbedaan tinggi muka air antara Bendung Curug dengan bagian hilir Waduk Ir. H. Djuanda sehingga harus dilakukan pemompaan air pada Bendung Curug (PJT II, 1998 dalam Sasmita, 2005). Pembangunan Waduk Ir. H. Djuanda pada awalnya dimaksudkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yaitu sebagai penyedia listrik untuk daerah Jawa dan Bali. Namun, karena kebutuhan yang sangat mendesak dari petani yang kekurangan air dalam mengairi sawah pertanian mereka, maka pemerintah mengalihfungsikan Waduk Ir. H. Djuanda sebagai penyuplai air untuk pertanian. Secara keseluruhan, Waduk Ir. H. Djuanda berfungsi untuk mengurangi banjir yang melanda daerah subur di Pantai Utara Jawa Barat seluas + 20.000 ha, penyediaan air untuk irigasi teknis seluas 242.000 ha, penyediaan air baku minum bagi PDAM Kabupaten/Kota maupun PAM DKI dan industri sebanyak + 600 juta m3/tahun, penyediaan air untuk budidaya perikanan tangkap dan KJA (Keramba Jaring Apung) di dalam waduk, di sawah (mina padi), serta tambak air payau di sepanjang Pantai Utara Jawa Barat dengan potensi seluas + 20.000 ha, dan pembangkitan tenaga listrik berkapasitas 187,5 MW (PJT II, 1998 dalam Astari, 2000). Berubahnya fungsi utama waduk dari penghasil listrik menjadi penyedia air buat irigasi pertanian mengakibatkan jumlah produksi listrik yang dihasilkan kurang optimal. Pengeluaran air dari waduk ketika turbin sedang mengalami kerusakan tetap dilakukan untuk irigasi pertanian yang seluas 242.000 ha, industri, air baku PDAM, dan lainnya. 10 B. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan antara debit air yang keluar dari turbin terhadap daya dan produksi listrik yang dihasilkan dengan persamaan regresi. 2. Mengoptimalkan daya dan hasil produksi listrik dari besar debit air yang dikeluarkan lewat turbin untuk irigasi pertanian. 3. Menganalisis efisiensi produksi listrik yang dihasilkan. 11