pengaruh penggunaan multimedia berbasis komputer dan media

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA BERBASIS
KOMPUTER DAN MEDIA TIGA DEMENSI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI
KECAMATAN GIRIMARTO WONOGIRI DITINJAU
DARI GAYA BELAJAR SISWA
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
FETY MARHAYUNI
NIM : S.811108016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: FETY MARHAYUNI
NIM
: S 811108016
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “PENGARUH
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA BERBASIS
KOMPUTER DAN MEDIA TIGA DEMENSI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR
IPA
SISWA
KELAS
IV
SD
NEGERI
KECAMATAN
GIRIMARTO WONOGIRI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA”,
benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini, diberi
tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini dibuat, apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya
tidak benar, maka Peneliti bersedia menerima sanksi akademik yang berupa
pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Desember 2012
Yang Membuat Pernyataan
Fety Marhayuni
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Ada kalanya Allah memberikan sesuatu yang
kita anggap buruk, padahal itulah yang baik
bagi kita. Demikian pula Allah memberikan
sesuatu yang kita anggap baik, padahal
itulah yang buruk bagi kita.
(S. Albaqoroh:216)
“Apabila kita memperlakukan seseorang sebagaimana keadaan dirinya, maka
ia akan menjadi sebagaimana adanya dia. Tetapi bila kita memperlakukan
orang sebagaimana dia seharusnya, maka dia akan menjadi sebenarnya dia,
bahkan mungkin luar biasa.
( Goethe )
Belajar itu kebaikan, dan mencari ilmu ibadat, dan ia menghibur diwaktu
sendirian, dan kawan dalam pengasingan dan kesepian, dan penunjuk jalan
kesenangan, dan penolong menghadapi kesukaran, dan keindahan di
tenganh kawan-kawan, dan senjata untuk menghadapi musuh.
(Mu’ad bin Jabal r.a.)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Ibunda dan ayahanda terkasih,
yang dengan segenap
nurani telah memberi arti suatu diri, dan karenanya
dapat kuwujudkan impian dan harapan.
2. Suamiku
tercinta
Toto
Triyatmo,
yang
dengan
ketulusannya mendampingiku meniti kehidupan.
3. Anak-anakku tersayang, Nadiya Roisatul Khasanah dan
Arifatun Nikmah , yang
selalu menyemangatiku untuk
mewujudkan asa dalam langkah nyata.
4. Rekan-rekan Guru SDN I Girimarto dan SDN II Girimarto
serta
handai
taulan,
yang
telah
membantuku dalam segala hal.
5. Para pembaca yang budiman.
commit to user
vi
memotivasi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat
dan
karunia-Nya,
sehingga
tesis
yang
berjudul
“Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan
Media Tiga Demensi Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Girimarto Wonogiri Ditinjau Dari Gaya
Belajar Siswa”, peneliti selesaikan dengan lancar.
Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajat Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis memperoleh bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi ,M.S. selaku Rektor Universitas Sebelah Maret yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menimba ilmu di
program pascasarjana.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelah Maret yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat
menimba ilmu di program pascasarjana.
3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku ketua Program Studi Teknoloi pendidikan
yang telah mencurahkan perhatiannya demi kelancaran studi peneliti pada
program studi ini.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan
arahan, dorongan, baik saat perkuliahan maupun pada saat bimbingan tesis,
begitu tulus dan sabar dalam membimbing.
5. Prof. Dr. Sunardi, M. Sc., Selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan, saran dan dorongan yang tulus dalam penulisan
tesis ini.
6. Segenap dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS yang
telah banyak memberikan ilmunya pada peneliti selama kuliah.
7. Teman-teman mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah
sama-sama memberi motivasi, kritikan, dan saran demi sempurnanya tesis ini.
8. Sutrisno, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri I Girimarto atas pemberian ijin
penelitian dan bantuannya demi selesainya tesis ini.
9. Sisdi, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri II Girimarto atas pemberian ijin
penelitian dan bantuannya demi selesainya tesis ini.
10. Para Guru serta karyawan SD Negeri I Girimarto dan SD Negeri II Girimarto
yang membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi demi
terselesaikannya tesis ini.
11. Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu
penyelesaian tesis ini.
Peneliti menyadari dengan setulus-tulusnya bahwa tesis ini jauh dari
sempurna, untuk itu masukan, saran, dan kritikan dari siapapun yang sifatnya
membangun sangat peneliti harapkan demi lebih baiknya tesis ini.
commit to user
viii
Surakarta, 20 Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PEMBIMBING ............................ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS..................................................................iii
PERNYATAAN....................................................................................................iv
MOTTO..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi
ABSTRAK..........................................................................................................xvii
ABSTRACT.......................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................11
C. Pembatasan Masalah ..........................................................................12
D. Perumusan Masalah.............................................................................13
E. Tujuan Penelitian.................................................................................14
F. Manfaat Penelitian...............................................................................14
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Fety Marhayuni. S811108016. Pengaruh Penggunaan Multimedia
Berbasis Komputer dan Media Pembelajaran Tiga Demensi Terhadap Prestasi
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Girimarto
Wonogiri Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. Tesis, Pembimbing I: Prof. Dr.
Sri Anitah, M.Pd., II: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc. Program Studi teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
2012.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh
penggunaan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga
demensi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. (2) perbedaan
pengaruh gaya belajar visual,auditorial, dan kinestetik terhadap prestasi belajar
Ilmu Pengetahuan Alam . (3)
interaksi pengaruh penggunaan media
pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan
Alam siswa sekolah dasar di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Data
diambil dengan menggunakan tes prestasi dan angket. Sampel yang diambil
dengan multistage cluster random sampling . Sampel penelitian yang terpilih
adalah SD Negeri I Girimarto sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri II
Girimarto sebagai kelas kontrol.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji prasyarat dan analisis
variansi dua jalan. Hasil analisis data pada taraf 𝛼 = 0,05 diperoleh hasil
sebagai berikut : (1) ada perbedaan yang signifikan pembelajaran dengan
menggunakan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi pada
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil 𝐹𝑜𝑏𝑠 (105,482) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (4,00), skor rata-rata prestasi
belajar siswa multimedia berbasis komputer 75,75 dan Media Tiga Demensi
56,5. (2) Terdapat perbedaan antara gaya belajar siswa visual, auditorial, dan
kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu pengetahuan Alam. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil 𝐹𝑜𝑏𝑠 (38,744) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,15), Skor rata-rata gaya
belajar visual 75,70; gaya belajar auditorial 62,25 dan gaya belajar kinestetik
57,5. (3) Tidak ada interaksi antara penggunaan multimedia berbasis komputer
dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai hasil 𝐹𝑜𝑏𝑠 (0,074) < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,15).
Kata Kunci : Multimedia Berbasis Komputer, Media Tiga Demensi, Gaya
Belajar, Prestasi Siswa
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
KERANGKA PIKIR.............................................................................16
A. Kajian Teori........................................................................................16
1. Media Pembelajaran.......................................................................16
2. Masalah Belajar..............................................................................38
3. Gaya Belajar...................................................................................44
4. Prestasi Belajar IPA...................................................................... 59
B. Penelitian yang Relevan......................................................................67
C. Kerangka Pikir....................................................................................69
D. Hipotesis..............................................................................................72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................73
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................73
B. Metode Penelitian...............................................................................75
C. Populasi, Sampel, dan Sampling...........…………........……………..77
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................80
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................81
F.
TeknikAnalisis Data............................................................................95
BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............101
A. Deskripsi Data...................................................................................101
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................124
C. Analis Data Data ..............................................................................127
D. Pembahasan Hasil Analisis ...............................................................134
E. Keterbatasan Penelitian......................................................................141
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN................................143
A. Kesimpulan.......................................................................................143
B. Implikasi...........................................................................................144
C. Saran-saran........................................................................................146
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................148
LAMPIRAN.....................................................................................................152
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
: Jadwal Penelitian........................................................................... 74
Tabel 2
: Tata letak Data Desain Penelitian ................................................. 76
Tabel 3
: Kriteria Penilaian Angket .............................................................
Tabel 4
: Rangkuman analisis variansi dua jalan...........................................100
Tabel 5
: Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Eksperimen
(dengan Multimedia Berbasis Komputer) ......................................102
Tabel 6
: Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok
Kontrol (dengan Multimedia Berbasis Komputer) ........................103
Tabel 7
: Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan
Media Tiga Demensi) .....................................................................105
Tabel 8
: Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok
Kontrol (dengan Media Tiga Demensi) .........................................106
Tabel 9
: Rangkuman Hasil Analisis Data Skor Prestasi Belajar IPA
Siswa ..............................................................................................107
Tabel 10
: Deskripsi Data Skor Prestasi Siswa kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol..........................................................................108
Tabel 11
: Deskripsi Data Skor Prestasi Gaya Belajar Siswa kelompok
Eksperimen dan kelompok kontrol.................................................110
Tabel 12
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer.....................................................110
Tabel 13
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media
Tiga Demensi..................................................................................112
Tabel 14
: Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada Kelompok
Siswa dengan Gaya Belajar Visual.................................................113
commit to user
xii
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial..........................114
Tabel 16
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik.........................115
Tabel 17
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Multimedi Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan
Gaya Belajar Visual.......................................................................116
Tabel 18
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Multimedi Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan
Gaya Belajar Auditorial.................................................................118
Tabel 19
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan
Gaya Belajar Kinestetik..................................................................119
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya
Belajar Visual.............................................................................121
Tabel 20
Tabel 21
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya
Belajar Auditorial........................................................................122
Tabel 22
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya
Belajar Kinestetik........................................................................124
: Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok eksperimen......125
Tabel 23
Tabel 24
: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi pada Pasangan
Kelompok Eksperimen..................................................................126
Tabel 25
: Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok.........................128
Tabel 26
: Rangkuman Uji Homogenitas Variansi..........................................129
Tabel 27
: Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.....................131
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kerucut Pengalaman Edga Dale.......................................................27
Gambar 2 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA Siswa
dengan Multimedia Berbasis Komputer ......................................104
Gambar 3 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA Siswa
dengan Media Tiga Demensi..........................................................106
Gambar 4 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar I PA
dengan Multimedia Berbasis Komputer....................................... 111
Gambar 5 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Media Tiga Demensi.....................................................................112
Gambar 6 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual.............................113
Gambar 7 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar uditorial...........................114
Gambar 8 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA
Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik................115
Gambar 9 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Visual ....................................................117
Gambar 10 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Auditorial..................................................118
Gambar 11 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor P restasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar
Kinestetik..................................................120
commit
to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 12 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Visual......................................................121
Gambar 13 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki
Gaya Belajar Auditorial................................................................123
Gambar 14 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki
Gaya Belajar Kinestetik................................................................124
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
1.1. Contoh Silabus IPA Kelas IV SD.............................................. 152
1.2. RPP dengan Multimedia Berbasis Komputer...........................
158
1.3. RPP dengan Media Tiga Demensi............................................. 185
1.4. Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi IPA Try out...................................
206
1.5. Soal IPA Kelas IV Try out.......................................................... 207
1.6. Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi.......................................................... 214
1.7. Soal Tes Prestasi.......................................................................... 215
1.8. Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Try Out..................................... 221
1.9. Angket Gaya Belajar Try Out..................................................... 223
1.10. Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar.................................................. 228
1.11. Angket Gaya Belajar.................................................................. 230
1.12. Kunci Jawaban............................................................................235
1.13. Lembar Jawab.............................................................................237
Lampiran 2. Uji Coba Instrumen Penelitian
2.1.Skor Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar IPA............................. 241
2.2. Skor Validitas Tes Prestasi Belajar IPA.......................................241
2.3. Uji Reliabilitas Tes Belajar IPA...................................................245
2.4. Skor Taraf Kesukaran dan Daya Beda..........................................248
2.5. Skor Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar...................................251
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.6. Hasil Uji Validitas Angket Gaya Belajar......................................251
2.7. Hasil Uji Reliabilitas Angket Gaya belajar..................................257
2.8. Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar...........................................263
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian
3.1. Data Hasil Penelitian Tes Prestasi IPA dengan Multimedia
Berbasis Komputer......................................................................267
3.2. Data Hasil Penelitian Tes Prestasi IPA dengan
Media Tiga Demensi...................................................................269
3.3. Data Hasil Penelitian Angket Gaya Belajar dengan
Multimedia Berbasis Komputer................................................. 271
3.5. Data Hasil Penelitian Angket Gaya Belajar dengan Media
Tiga Demensi...............................................................................274
3.6. Transformasi Data Kategori Pembelajaran dengan Multimedia
Berbasis Komputer..................................................................... 277
3.7. Transformasi Data Kategori Pembelajaran dengan Media
Tiga Demensi............................................................................. 278
Lampiran 4. Pengujian Persyaratan Analisis....................................................... 280
Lampiran 5. Kesimpulan Hasil analisis Data dengan Anava Dua Jalan..............282
Lampiran 6. Perijinan.......................................................................................... 299
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Fety Marhayuni. S811108016. The Effect of the Use of the ComputerBased Multimedia Learning and Media Three-Demensional graphic on the
Learning Achievement in Natural Science of Grade IV Primary School in
Girimarto Sub-district, Wonogiri viewed From Student Learning Styles.
Thesis, Prinsipal Advisor : Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd., Co-Advisor: Prof.
Dr. Sunardi, M.Sc. The Study program in Educational Technology,
Sebelas Maret University, Surakarta 2012.
The purpose of this study was to determine: (1) The difference of effect
between using a computer-based multimedia learning and three-dimensional
media on the students’ learning achievement in natural sciences.(2) The
differences in learning styles influence of visual, auditory, and kinesthetic on
the students’ learning achievement in natural science. (3) the interaction effect
between the use of instructional media and learning styles on students’
learning achievement in Natural Science among elementary school students in
the sub-district Girimarto Wonogiri. The method used in this study is
experimental. Data taken using the achievement test and questionnaire. The
samples were taken by using multistage cluster random sampling. The samples
consisted of State Primary Scool I of Girimarto as the experimental group, and
of State Primary School II of Girimarto as the control group.
The were then analyzed by using the pre-requisite test of a two –way
analysis of variance. The results of data analysis at the level of α = 0.05 is
shared the following results: (1) there is a significant difference in effect of
learning using multimedia computer-based and three-dimensional media on
students’ achievement in the subjects of Natural Science. This is indicated by
the results of 𝐹𝑜𝑏𝑠 (105,4820) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (4.00), the average score of student
achievement computer-based multimedia 75,75 and Media Three Demensi
graphic 56,5. (2) There is a significant difference in effect between students'
learning styles visual, auditory, and kinesthetic learning to the of Natural
Science achievement. This is indicated by the results of 𝐹𝑜𝑏𝑠 (38.744)> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒
(3.15), mean score 75.70 visual learning style; 62,25 auditorial learning style
and 57,5 kinesthetic learning styles. (3) There is no interaction effect between
the use of computer-based multimedia and learning style on achievement of
Natural Sciences. This is indicated by the value of the 𝐹𝑜𝑏𝑠 (0.074)> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒
(3.15).
Keywords : Computer-Based Multimedia, Media Three-Demensional graphic,
Learning Styles, Student Achievement
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam
kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Hal ini
dikarenakan pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. Hal ini sesuai dengan bunyi
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1.
Proses Belajar Mengajar merupakan proses komunikasi interaktif antara
person yang melibatkan pendidik dan peserta
didik dalam mencapai tujuan
belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung
Haryono, Rahardjito, (2011: 11-12), yang menyatakan bahwa, “Proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian
pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan”.
Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas merupakan komunikasi
instruksional. Guru sebagai sumber pesan menyampaikan pesan atau bahan
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengajaran yang disertai dengan metode, media, dan teknik menyampaikan
kepada siswa. Siswa menyerap pesan atau bahan pengajaran tersebut.
Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi tersendiri antara
guru dan siswa, di mana pada dasarnya proses belajar mengajar terdiri dari tiga
unsur penting yaitu pengajar ( dosen, guru, instruktur, dan tutor ), siswa yang
belajar dan bahan ajar yang diberikan guru. Guru memegang kunci yang dapat
mengontrol efektifitas dan efisiensi komunikasi ini, serta guru memegang kendali
utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan.
Menurut Winarno Surachmad (1994:35), ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor dari dalam atau internal dan
faktor dari luar individu atau eksternal . Hal ini sejalan dengan pendapat M. Nur
Ghufron, Rini Risnawati, (2012:10) yang mengemukakan bahwa”Peningkatan
prestasi belajar dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik aspek
internal maupun aspek eksternal”
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam komunikasi banyak terjadi
penyimpangan, sehingga proses komunikasi menjadi tidak efektif dan efisien
karena berbagai sebab. Hambatan dalam proses belajar mengajar antara lain
adalah ketidaksiapan siswa, verbalisme, kurang minat, cara belajar yang tidak
efisien dan efektif dan lain-lain.
Kekurangsiapan siswa dalam proses belajar mengajar mengakibatkan
komunikasi yang seharusnya berlangsung dua arah berubah menjadi satu arah.
Akibatnya, proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan tidak efisien dalam
usaha membangkitkan penalaran anak.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Belajar merupakan suatu permasalahan yang sangat komplek dan
keberhasilannya sangat individual, seperti yang dikemukakan Yusuf Hadi Miarso
(2010:107), dalam tulisannya sebagai berikut :
Belajar merupakan suatu proses komplek. Tiap orang mempunyai ciri unik
untuk belajar. Hal ini disebabkan oleh efisiensi mekanisme penerimaannya
dan kemampuan tanggapannya. Seorang pelajar yang normal akan
memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang
ditangkap inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba. Semakin baik tanggapan seseorang tentang suatu objek, orang,
peristiwa, atau hubungan, semakin baik pula hal tersebut dimengerti dan
diingat.
Pengetahuan yang didapat melalui penginderaan dari lingkungan ditambah
pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya akan sangat membantu
siswa dalam memberi tanggapan terhadap suatu persoalan. Menurut Yusuf Hadi
Miarso kemampuan memberi tanggapan antara anak yang satu dengan anak yang
lain tidak sama, meskipun anak tersebut berasal dari lingkungan yang sama. Hal
inilah yang terkadang dapat menimbulkan kesalahfahaman atau salah pengertian
dalam proses penyerapan pesan dari penyampai pesan kepada penerima pesan.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi hambatan yang timbul dalam
proses belajar mengajar. Program pembinaan dan pengembangan pendidikan
diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul. Salah satu cara
untuk menghindari dan mengatasi hambatan yang timbul dalam proses belajar
mengajar adalah dengan pemanfaatan media pembelajaran. Pemanfaatan media
dalam pembelajaran merupakan sarana yang efektif untuk menggugah totalitas
indrawi siswa dalam pembelajaran. Selain itu guru akan mampu menciptakan
sebuah pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning).
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:1), menyatakan bahwa metodologi
pembelajaran adalah suatu teknik yang digunakan guru dalam interaksinya dengan
siswa agar bahan pembelajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai
tujuan pembelajaran. Salah satu unsur penting dalam metodologi pembelajaran
adalah penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Variasi pembelajaran dapat ditampilkan dengan mudah dengan
memanfaatkan media pembelajaran ini. Penggunaan media pembelajaran yang
tepat dapat lebih menarik perhatian siswa dan menumbuhkan gaya belajar yang
efektif dan efisien, sehingga bahan belajar yang diterima akan lebih jelas dan
bermakna, yang pada akhirnya diharapkan dapat dapat mempertinggi prestasi
belajar yang dicapai.
Azhar Arsyad (2011:10) mengemukakan bahwa sesuai dengan kerucut
pengalaman belajar Edgar Dale, Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (kongkret) berupa berbagai kenyataan yang ada di
lingkungan kehidupan seseorang, kemudian melalui benda tiruan , dramatisasi,
demonstrasi, karyawisata, pameran, televisi, gambar hidup, gambar diam dan
rekaman radio, lambang, visual, sampai kepada lambang verbal atau abstrak
berupa kata-kata. Jadi media pembelajaran sangat penting dalam kegiatan belajar
guna meningkatkan hasil belajar. Mengingat pentingnya peranan media dalam
pembelajaran, maka pengelolaannya harus baik agar memberi kontribusi positif
terhadap tujuan pembelajaran.
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (2006:377) juga disebutkan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ada
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) secara tepadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Untuk itu dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) guru dituntut untuk menggunakan
media
pembelajaran,
baik
media
pembelajaran
visual,
maupun
media
pembelajaran audio visual. Dengan menggunakan media pembelajaran yang
sesuai, diharapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan lebih
menarik sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta didik, dengan ditunjukkan
oleh prestasi belajarnya yang tinggi.
Kenyataan di lapangan prestasi belajar Ilmu Pangetahuan Alam (IPA)
masih rendah. Hal itu dimungkinkan karena pemilihan metode, pendekatan dan
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai tuntutan pokok
pembahasan materi pelajaran. Gaya belajar belajar siswa yang tidak baik dan
kemungkinan tidak adanya variasi media pembelajaran dari guru. Kegiatan
pembelajaran yang berhasil, memerlukan keaktifan seluruh indera peserta didik.
Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi,
maka kegiatan pembelajaran akan semakin berhasil. Informasi yang diserap siswa
tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan oleh siswa. Pemanfaatan media
pembelajaran secara efektif akan berimbas pada peningkatan gaya belajar dan
prestasi belajar siswa.
Saat ini penggunaan media pembelajaran masih terkesan seadanya bahkan
setiap pertemuan hanya memanfaatkan papan tulis dan buku saja sebagai media
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran, jadi penyampaian materi pembelajaran kepada siswa cenderung
memilih konvesional agar target materi sesuai dengan tuntutan kurikulum segera
tercapai. Sebagian guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belum memiliki motivasi
berprestasi dan menganggap penggunaan media sangat menyita waktu dalam
persiapan maupun sesudah proses pembelajaran, sehingga penggunaan media
pembelajaran jarang dilakukan bahkan tidak pernah diprogramkan. Sebagian lain
pengelola media pembelajaran di sekolah masih banyak yang belum
terorganisasikan dan banyak guru IPA yang belum mendapat pelatihan
penggunaan media pembelajaran yang efektif, sehingga kompetensi penggunaan
media pembelajaran belum memadai. Di samping itu di kalangan guru masih
berkembang anggapan bahwa prestasi belajar siswa akan baik jika kemampuan
awal dan kecerdasan intelektual siswa tinggi, sebaliknya jika kemampuan awal
dan kecerdasan intelektual siswa rendah , prestasi belajar siswa sulit ditingkatkan.
Menurut Arief Sadiman dkk, (2011:14), menyatakan bahwa “Perbedaan
gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh, atau
hambatan geografis, jarak, waktu, dan lain-lainnya dapat dibantu dan diatasi
dengan pemanfaatan media pendidikan dalam Proses belajar mengajar”.
Media pendidikan digunakan dalam Proses Belajar Mengajar agar
mencapai efektifitas dan efisiensi
pengajaran secara maksimal. Guru dalam
mengajar memerlukan media pendidikan untuk mempertinggi prestasi belajar
siswa, karena media pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kegiatan
instruksional. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf Hadi Miarso (2010:103),
yang mengemukakan bahwa “ Media merupakan bagian yang integral dari
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelajaran”. Selain itu Proses Belajar mengajar yang menggunakan media akan
memberikan variasi dalam cara-cara mengajar, sehingga membangkitkan minat
siswa untuk lebih aktif dalam belajar, yang pada akhirnya akan menunjang
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Banyak sekali macam media serta sumber belajar yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar, baik yang secara sengaja diadakan
atau
disediakan, dan diprogramkan, maupun yang secara kebetulan dimanfaatkan
dalam membelajarkan anak untuk suatu tujuan tertentu. Melalui media apalagi
pembelajaran akan lebih bermakna dan pembelajaran akan lebih bervariasi dan
menarik sehingga membangkitkan motivasi
yang pada akhirnya akan
menumbuhkan gaya belajar yang efektif. Media pembelajaran tersebut antara lain
multimedia berbasis komputer dan media pendidikan tiga demensi.
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar, sebagian dipengaruhi oleh ciri-ciri
khas yang dimiliki siswa, baik sebagai indiviudu maupun kelompok. Gaya belajar
siswa merupakan keadaan awal yang berasal dari pribadi siswa. Menurut W.S.
Winkel (1996), mengemukakan sebagai berikut :
“Keadaan awal siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar
tersebut antara lain ; taraf intelegensi, daya kreatifitas, cara belajar,
kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, tahap perkembangan,
kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas, kebiasaan belajar, perasaan
dalam belajar, minat belajar, kondisi mental dan kondisi fisik” (h.82).
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2010:111) “Gaya belajar
adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Hal ini mengandung pengertian gaya belajar adalah ciri-ciri
khas siswa dalam belajar, cara berpikir, dan selera presentasi pelajaran, yang
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari
bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi dari
konsep IPA, yang membedakan seorang siswa atau sekelompok siswa dengan
yang lainnya. Gaya belajar yang cocok untuk siswa A belum tentu cocok untuk
siswa B. Demikian juga sebaliknya, gaya belajar yang cocok untuk siswa B belum
tentu cocok untuk siswa A.
Siswa yang memperoleh hasil belajar yang baik adalah siswa yang
menyadari sepenuhnya apa yang dituntut dalam tugas belajar dan mengetahui
bagaimana gaya belajar yang baik. Sebagaimana pendapat C. Van Parreren yang
dikutip oleh W.S. Winkel, (1996), dalam Psikologi Pengajaran :
“....Hasil belajar yang lebih baik itu bersumber pada cara belajar yang penuh
kesadaran, sistematik, dan penuh refleksi diri. Maka, cara belajar demikian
ini sebenarnya mencakup sejumlah heuristik mengenai cara belajar yang
baik dapat juga diajarkan kepada siswa yang tidak sebegitu pandai.
Dengan demikian siswa yang lemah pun dapat maju” (h. 63).
Pernyataan C. Van Parraren di atas mengandung maksud bahwa semua
siswa baik yang berintelegensi tinggi maupun berintelegensi rendah dapat
mencapai kemajuan dalam belajar, asalkan mempraktekkan Gaya belajar yang
baik. Gaya belajar yang efektif dan efisien jelas membantu siswa dalam belajar.
Namun demikian, banyak siswa yang kurang memperhatikan gaya belajar.
Mereka belajar secara acak tanpa mempraktekkan gaya belajar yang baik. Bahkan
guru sendiri pun kurang memperhatikan gaya belajar siswa. Padahal gaya belajar
siswa mempunyai peran yang cukup penting dalam menentukan prestasi belajar.
Kebiasaan untuk memiliki gaya belajar yang efektif dan efisien perlu
dipupuk sejak siswa masuk sekolah dasar. Dalam arti, gaya belajar siswa perlu
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipupuk sedini mungkin. Usaha yang dimulai sewaktu siswa sampai pada jenjang
pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas memberikan harapan yang lebih kecil
dalam menghasilkan perbaikan yang berarti. Dalam proses belajar mengajar di
sekolah dasar, guru mempunyai
kesempatan untuk membantu siswa
meningkatkan penguasaannya terhadap gaya belajar yang efektif dan efisien,
sehingga lama kelamaan gaya belajar siswa akan menjadi lebih baik. Dengan
demikian siswa memperoleh bekal yang lebih menguntungkan bagi belajar di
masa yang akan datang dan siswa sendiri dapat melatih diri di luar proses belajar
mengajar.
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar Ilmu
Pengetahuan Alam dan gaya belajar siswa merupakan 2 faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Mata pelajaran IPA sudah lama diajarkan di tingkat sekolah dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),
namun hasilnya belum memuaskan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara
kelestarian
lingkungan.
Pembelajaran
IPA
diharapkan
ada
penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara
terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Menurut Sutarno, Nono dkk. (2008) mendefinisikan IPA sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen. Pengajaran di
kelas umumnya dilakukan dengan teknik tradisional dan konvensional. Hal ini
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membawa akibat siswa kurang berpikir, kurang beraktifitas, dan kurang
berkreatifitas yang mengarah ke tercapainya tujuan pendidikan. Agar di dalam
proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
memberikan kesempatan berpikir, beraktifitas, dan berkreatifitas yang lebih
banyak dan lebih luas, maka perlu pemanfaatan media pembelajaran dalam
mengajar Ilmu Pengetahuan Alam dan menerapkan gaya belajar siswa yang
efektif dan efisien. Dengan memperhatikan kedua faktor tersebut dimungkinkan
prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mencapai hasil yang
optimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dimengerti penggunaan media
pembelajaran, baik audio, visual maupun audiovisual akan mampu meningkatkan
gaya belajar siswa dan diharapkan prestasinya akan baik. Media ini dapat berupa
media tiga demensi dan multimedia berbasis komputer. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul : “Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan
Media Pembelajaran Tiga Demensi Terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas IV
SD Negeri di Kecamatan Girimarto Wonogiri Ditinjau Dari Gaya Belajar
Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah seperti tertulis di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu :
1.
Proses
belajar
mengajar
merupakan
commit to user
keberhasilannya sangat individual.
11
proses
yang
kompleks
dan
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Media Pembelajaran merupakan bagian yang integral dari proses belajar
mengajar, namun guru belum menggunakan media pembelajaran yang efektif
dan efisien dan pemanfaatannya belum maksimal.
3.
Kelengkapan media pembelajaran di sekolah untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam menunjang keberhasilan Proses Belajar Mengajar kurang,
sehingga menghambat inovasi pembelajaran.
4.
Kurangnya kemauan dan kemampuan guru untuk berkreasi dalam
menggunakan media yang inovatif seperti media tiga demensi dan media
komputer, sehingga cenderung menggunakan media sederhana.
5.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dari dalam
individu (faktor internal) maupun faktor dari luar individu (faktor eksternal).
Faktor internal siswa cenderung kurang diperhatikan dalam proses
pembelajaran, salah satunya adalah gaya belajar siswa.
6.
Gaya belajar siswa belum mempraktekkan gaya belajar yang baik sehingga
dapat menghambat proses penyerapan dan pengelolaan informasi.
7.
Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar saat ini masih
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Demikian banyaknya masalah yang dapat diidentifikasikan, namun karena
keterbatasan kemampuan, waktu, tenaga, dan biaya, maka penulis membatasi
permasalahan sebagai berikut :
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Penggunan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga
demensi sebagai media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
2.
Peningkatan gaya belajar siswa dapat dilakukan dengan penggunaan media
belajar yang tepat.
3.
Peningkatan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan upaya meningkatkan gaya belajar siswa dengan
menggunakan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga
demensi.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagi berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan multimedia berbasis
komputer dan media pembelajaran tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh gaya belajar auditif, visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa Kelas IV sekolah dasar
di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri?
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Apakah ada interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa Kelas IV
sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri?
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan multimedia berbasis komputer
dan media pembelajaran tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri.
2.
Mengetahui perbedaan pengaruh gaya belajar auditif, visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa sekolah dasar di
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
3.
Mengetahui interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa sekolah dasar
di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan, ilmu pengetahuan,
serta untuk mendukung teori-teori yang relevan yang telah ada sebelumnya.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan
dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas serta pembahasan
lebih mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menumbuhkan motivasi dan kreatifitas guru untuk menggunakan
media pembelajaran tiga demensi dan media interaktif berbasis komputer
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV sekolah dasar
negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
b. Dapat berkontribusi meningkatkan prestasi belajar melalui pemilihan media
yang tepat dan meningkatkan gaya belajar siswa.
c. Memberi masukan kepada guru atau calon guru agar dapat memilih media
pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi dan mengoptimalkan
gaya belajar siswa.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Masalah Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah kata „media‟ yang dalam bahasa latin disebut medium berarti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima. Banyak para pakar yang memberi batasan tentang
media. Assosiation of Education and Communication Technology (AECT)
membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyampaiakan pesan dan informasi. Selain itu Gagne (1970) dalam Arief S.
Sadiman dkk. (2011: 6) menyatakan, bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang kegiatan belajar.
Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda (2011: 6) menyebutkan bahwa
”media, the plural of medium,, are means of communication. Derived from the
latin medium (“between”) the term refers to anything that carries information
between source and a receive. Media (bentuk jamak dari medium) berarti suatu
alat penyampai informasi dalam komunikasi, atau dapat disebut sebagai saluran
informasi dalam komunikasi. Dapat juga berarti sesuatu yang berada di antara
pembawa informasi dan penerima informasi.
Arief S. Sadiman, R.Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2011:7)
secara garis besar mengemukakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang
commit
to user
dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan
dari pengirim ke penerima sehingga
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi peningkatan proses belajar terjadi.
Adapun Azhar Arsyad (2011 : 3) menyatakan bahwa media berasal dari
bahasa Latin medius yang berarti „tengah‟, atau „perantara‟, atau „pengantar‟.
Azhar Arsyad juga mengutip pernyataan Gerlach & Ely bahwa media secara
garis besar berupa manusia, materi, dan kejadian yang dapat membangun kondisi
yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Atwi Suparman (2001 : 187) menyatakan bahwa media adalah alat yang
digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima
pesan. Pengirim dan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau lembaga,
sedangkan media tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar, buku dan
sebagainya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa media pembelajaran
adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau
pembelajaran (2007 : 726).
Menurut Sri Anitah (2008: 2), media pembelajaran adalah setiap orang,
bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
pebelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari berbagai pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan atau saluran komunikasi antara guru dan siswa, yang dapat merangsang
pikiran, membangkitkan semangat, perasaan, perhatian, dan minat siswa, sehingga
meningkatkan proses pembelajaran, dan pencapaian tujuan pembelajaran menjadi
lebih mudah dan mempertinggi prestasi belajar siswa.
Media pembelajaran terdiri dari dua unsur penting, yaitu peralatan atau
perangkat keras (hard ware) dan unsur pesan yang dibawa (message/soft ware).
Perangkat lunak (soft ware) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan
disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hard ware) adalah sarana
atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.
b. Jenis Media Pembelajaran
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, media
pembelajaran juga mengalami perkembanganmenyebutkan. Sejak munculnya
gerakan “Visual Educational” tahun 1920-an hingga munculnya istilah
“Educational Media” tahun 1950-an, mulai dari hanya berbentuk gambar hingga
sekarang sudah berbasis mikroprosesor menunjukkan perkembangan media dalam
fungsinya sebagai media komunikasi dalam pendidikan. Heinich, Molenda,
Russel, & Smaldino (2011:6) membagi tipe media pembelajaran sebagai berikut:
1) Media cetak , berupa teks yang terdiri dari huruf dan angka yang dapat
diperlihatkan pada berbagai format antara lain : buku, komputer, papan
tulis, layar komputer.
2) Media audio atau media dengar, yaitu segala sesuatu yang dapat
didengar, baik berupa suara asli ataupun suara rekaman antara lain : suara
manusia, suara musik, suara mesin mobil yang sedang melaju kencang,
commit to user
suara bising.
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Media visual atau media pandang, yaitu sesuatu yang dapat dilihat, antara
lain : diagram pada sebuah poster, gambar pada sebuah papan tulis,
fotografi, grafik pada sebuah buku, kartun pada surat kabar atau majalah.
4) Media bergerak , yaitu media yang ketika dipergunakan terlihat dapat
melakukan gerakan, antara lain : gambar pada ”videotape”, gambar
animasi.
5) Media manipulatif berupa benda tiga dimensi yang dapat disentuh
maupun dipegang oleh siswa, antara lain : obyek sebenarnya, model
6) Media manusia, antara lain : guru, murid, seseorang yang mempunyai
keahlian tertentu.
Seels & Glasgow (dalam Azhar Arsyad 2011 : 33) menyebutkan bahwa
jenis media pembelajaran dibagi ke dalam dua kategori luas yaitu media
tradisional dan media teknologi mutakhir sebagai berikut :
1) Media tradisional
a) Media visual diam yang diproyeksikan : proyeksi opaque (tak tembus
pandang), proyeksi overhead (OHP), slides, film strips.
b) Media visual diam yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto,
charta, grafik, diagram, papan pameran, papan info, papan bulu.
c) Media audio : rekaman piringan, pita kaset, cartridge.
d) Multimedia : slide plus suara (tape), multi image.
e) Media visual dinamis yang diproyeksikan : film, televisi, video.
f) Media cetak : buku teks, modul teks terprogram, workbook, majalah
ilmiah berkala, lembaran lepas (hand out).
g) Media permainan : teka-teki, simulasi, permainan papan.
h) Media realita : model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka).
2) Media teknologi mutakhir
a) Media berbasis telekomunikasi : telekonferens, kuliah jarak jauh.
b) Media berbasis mikroprosesor: computer-assisted instruction,
permainan computer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia,
video compact disc (VCD), digital video disc (DVD).
Berikut ini beberapa jenis media yang lazim digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya di Indonesia yang sesuai dengan pendapat Arief
S.Sadiman dkk. (2011 : 28-81)
1) Media grafis, termasuk media visual yang sederhana dan mudah
pembuatannya. Banyak jenis media grafis diantaranya : gambar/foto,
sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan
flanel / flannel board, papan buletin/bulletin board.
2) Media audio berupa radio,
alattoperekam
pita magnetik, laboratorium
commit
user
bahasa.
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Media proyeksi diam antara lain film bingkai, media transparansi
proyektor tak tembus pandang (opaque proyektor), mikrofis, film, film
gelang, televisi, video, permainan dan simulasi
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dapat digunakan di dalam kegiatan
pembelajaran sangat beraneka ragam. Untuk dapat memilih media pembelajaran
yang tepat dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, perlu mengetahui
ciri-ciri dari media pembelajaran yang diperlukan. Apabila disesuaikan dengan
kemampuan media itu dalam membangkitkan rangsangan inderawi, atau
disesuaikan dengan kemudahan penggunaan oleh pemakainya atau disesuaikan
dengan kemampuan daya beli pemakainya, atau disesuaikan dengan lingkup
sasaran penggunaan media tersebut.
Azhar Arsyad (2011 : 12-14), mengemukakan pendapat Gerlach & Ely,
pada garis besarnya ciri media pembelajaran itu ada tiga macam, yaitu :
1) Ciri Fixsatif (Fixative Property), menggambarkan kemampuan media
dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu
peristiwa atau objek. Suatu objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer,
dan film.
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa
dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar
„time-lapse recording‟. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian
dapat pula diperlambat pada penayangan kembali..
3) Ciri Distributif (Distributive Property), memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman
yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan dan
maksudnya, kemampuan membangkitkan rangsang indera dan sebagainya.
to user dkk. (2008), mengatakan bahwa
Menurut Kemp dan Dayton dalamcommit
Arief Sadiman
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“ The question of what media attributes are necessary for a given learning
situation becomes the basis for media selection”. Jadi media, karakteristik media
dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
penentuan strategi pembelajaran.
d. Manfaat Media Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru berusaha menggunakan media
pembelajaran seoptimal mungkin apabila guru tersebut sudah memahami benar
manfaat media pembelajaran.
Atwi Suparman (2001: 187-188), menyebutkan media digunakan dalam
kegiatan pembelajaran karena berbagai kemampuannya sebagai berikut:
1) memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata;
2) menyajikan benda atau peristiwa yang jauh dari hadapan siswa ke
hadapan siswa;
3) menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung sangat cepat
atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana;
4) menampung sejumlah siswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam
waktu yang sama;
5) menyajikan benda atau atau peristiwa berbahaya ke hadapan siswa;
6) meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa;
7) meningkatkan sistematika pengajaran seperti penggunaan transparansi,
kaset audio dan grafik dalam mengajar.
Adapun manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa
menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001 : 2), adalah :
1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajarnya;
2) materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat
dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik;
3) metode yang digunakan dalam pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru
mengajar setiap pelajarancommit
sehari penuh;
to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan dalam mengikuti pembelajaran,
di samping mendengarkan uraian guru, juga dapat aktif dalam melakukan
pengamatan, dapat melakukan demonstrasi atau ksperimen;
5) sesuai dengan taraf berpikir manusia yaitu dimulai berpikir kongkret
menuju ke berpikir abstrak, dimulai berpikir sederhana menuju ke
berpikir kompleks.
Jadi dengan menggunakan media pembelajaran, hal-hal yang abstrak
dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Kemp & Dayton dalam Azhar Arsyad, (2011: 1) mengemukakan
beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan
media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas/sebagai cara utama
pembelajaran langsung sebagai berikut :
1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang
mengikuti pembelajaran yang disajikan melalui media menerima pesan
yang sama.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik, karena pesan yang disampaikan jelas
dan runtut, image berubah-ubah, pengguanan efek khusus dapat
menimbulkan keingintahuan siswa sehingga siswa terdorong untuk
berpikir. Dengan demikian dapat memotivasi dan meningkatkan minat
siswa belajar.
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan prinsip adanya partisipasi
siswa, umpan balik, dan penguatan.
4) Lamanya pembelajaran dapat dipersingkat.
5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan
6) Pembelajaran dapat diberikan sewaktu-waktu, lebih-lebih yang dirancang
untuk penggunaan secara individu.
7) Sikap positif siswa terhadap apa yang sedang dipelajari dan proses
belajar, dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif.
Media Pembelajaran secara umum bermanfaat memperlancar interaksi
antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif.
Arief S Sadiman,R.Raharjo, Anung Haryono dan Rahardjito (2011 : 17),
menjelaskan beberapa manfaat media pembelajaran yaitu :
1) Memperjelas penyajian pesan
agar
tidak terlalu verbalistis(dalam bentuk
commit
to user
kata-kata tertulis atau lisan belaka).
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Mengatasi keterbatasan ruang,waktu dan daya indera seperti :
a) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film
bingkai, film, atau media;
b) obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film
atau gambar;
c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography;
d) kejadian atau peristiwa masa lalu dapat ditampilkan lewat rekaman
film, video, film bingkai foto maupun verbal;
e) obyek yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan
dengan medi, diagram dan lain-lain;
f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lainlain dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan
lain-lain
3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :
a) menimbulkan kegairahan belajar;
b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan;
c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda sedangkan kurikulum dan materi
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami
kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih
sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan
kemampuannya dalam :
a) memberikan perangsang yang sama;
b) mempersamakan pengalaman;
c) menimbulkan kesan dan persepsi yang sama bagi semua siswa.
Dari uraian para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat
secara praktis penggunaan media di dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) dapat mengatasi keterbatasan inderawi, ruang, dan waktu sehingga materi
pembelajaran menjadi lebih kongkret dan mudah dipahami siswa;
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) pembelajaran lebih menarik karena penyajiannya dapat bervariasi, siswa akan
lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih tinggi;
3) dapat memberikan kesamaan informasi, pengalaman, dan pengertian kepada
siswa yang beraneka ragam latar belakangnya.
Dengan demikian penggunaan media bermanfaat untuk mempertinggi
proses pembelajaran dan mempertinggi prestasi belajar siswa.
e. Pemilihan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan
perencanaan yang baik. Efektifitas penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar pembelajaran di kelas, bergantung pada ketepatan jenis media
pembelajaran yang digunakan dengan materi pembelajaran yang diajarkan.
Sehubungan dengan itu diperlukan kecermatan dalam memilih dan menggunakan
media pembelajaran.
Heinich, dan kawan-kawan dalam Azhar Arsyad (2011: 67) mengajukan
model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah
ASSURE ( ASSURE adalah singkatan dari Analyze learner characteristics, state
objective, select, or modify media, Utilize, Require learner respons, and
Evaluate). Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan
pembelajaran.
Azhar Arsyad (2011 : 75), menyebutkan beberapa butir pertimbangan
commit
user media, yaitu :
yang dapat digunakan seorang guru
dalamtomemilih
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai;
2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi;
3) praktis , luwes, dan bertahan;
4) guru terampil menggunakan;
5) pengelompokkan sasaran;
6) mutu teknis ( memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Atwi Suparman (2001 : 190), menjelaskan proses pemilihan media bagi
pengembang
instruksional
dapat
mengidentifikasi
media
sesuai
tujuan
pembelajaran, selanjutnya memilih media atas pertimbangan :
1)
2)
3)
4)
biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan;
kesesuaian dengan metode pembelajaran;
kesesuaian dengan karakteristik siswa;
perimbangan praktis tidaknya digunakan seperti kemudahannya
dipindahkan atau ditempatkan, kesesuaian dengan fasilitas di kelas,
keamanan penggunaan, daya tahan, kemudahan perbaikannya;
5) ketersediaan media berikut suku cadangnya.
Oemar Hamalik (2006 : 202), menyatakan bahwa untuk memilih media
pembelajaran ada dua pendekatan sebagai berikut :
1) memilih media pembelajaran yang telah tersedia di pasaran yang dapat
dibeli oleh guru dan langsung dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Cara demikian dapat dilakukan apabila dananya tersedia
dengan jumlah yang cukup, namun belum tentu cocok untuk
penyampaian materi pembelajaran dengan kegiatan yang dilakukan oleh
siswa;
2) memilih media pembelajaran berdasarkan kebutuhan nyata yang telah
direncanakan, yaitu disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran
yang berkaitan.
Arief Sukadi Sadiman, R.Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito,
(2011:85),
mengatakan bahwa beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan dan pembelian media pembelajaran :
1)
2)
3)
4)
5)
apakah relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
apakah sesuai dengan karakteristik siswa;
jenis rangsangan belajar apa yang diinginkan (audio, visul, animasi);
sesuaikah dengan keadaan
lingkungan
commit
to userdan kondisi setempat;
seberapa luas jangkauan yang akan dilayani.
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ely (dalam Arief Sukadi Sadiman, R.Rahardjo, Anung Haryono, dan
Rahardjito, (2011 : 85), mengatakan bahwa “Dalam memilih media harus
dikaitkan dengan sistem pembelajaran keseluruhan. Jadi harus memperhatikan
tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
karakteristik
siswa,
strategi
pembelajaran, organisasi kelompok belajar/ organisasi kelas, alokasi waktu,
sumber pembelajaran , dan prosedur penilaian”.
Dick dan Carey (2001:206), menyebutkan bahwa dalam pemilihan media
pembelajaran, di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya juga
harus mempertimbangkan ketersediaan sumber setempat, kalau harus beli ada
dananya apa tidak, kalau harus membuat sendiri apakah ada tenaga dan
fasilitasnya, keluwesan dan kepraktisan serta ketahanannya, efektivitas biayanya
dalam jangka waktu yang panjang.
( Robert
M. Gagne, Leslie J. Briggs, Walter W.Wager ,1992 : 207)
menyatakan ciri – ciri situasi pembelajaran yang perlu diperlu di perhitungkan
dalam pemilihan media yaitu :
1) komunikasi oleh guru terhadap siswa dan komunikasi melalui media; 2)
kemampuan pemahaman verbal
oleh siswa memadai atau kurang
memahami; 3) komunikasi langsung kepada siswa dan komunikai lewat
stasiun sentral; 4) terjadinya kesalahan serius terhadap pembelajaran itu
berbahaya, dan ada pembelajaran yang berpotensi kesalahan tetapi tidak
serius.
Jadi dalam pemilihan media pembelajaran tidak hanya berdasarkan dari
salah satu pertimbangan saja, tetapi harus memperhatikan keseluruhan komponen
dalam sistem pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut meliputi: tujuan,
materi , karakteristik siswa, strategi , organisasi kelompok belajar/ organisasi
kelas, alokasi waktu, sumber pembelajaran , dan prosedur penilaian.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam menyampaikan
pembelajaran (teaching aids). Media gambar atau grafis adalah beberapa alat jenis
yang mula-mula digunakan. Penggunaan alat-alat tersebut selain bertujuan
meningkatkan motivasi
siswa, juga digunakan sebagai
jembatan
yang
menghubungkan sesuatu yang abstrak menjadi kongkrit.
Edgar Dale merumuskan teori Cone of Experience (Kerucut pengalaman
belajar dikelompokan menjadi 11 klasifikasi secara gradual dari yang kongkret
menuju abstrak.( Sri Anitah, 2008 : 55)
Abstrak
Verbal
Syimbols
Visual
Syimbols
Recording-Radio
Still Picture
Motion Picture
Television
Exhibits
Field Trips
Demonstrations
Dramatized Experiences
Contrived Experiences
Direct Purposeful
Experiences
kongkrit
Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan Media
Pembelajaran Tiga Demensi
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada Media Pembelajaran Multi
Media Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi.
1) Multimedia Berbasis Komputer
Menurut Azhar Arsyad (2011:170) , secara sederhana multimedia dapat
diartikan sebagai lebih dari satu media. Kombinasi ini baik berupa grafik, teks,
suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan satu kesatuan yang secara
bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran.
Menurut Smaldino, dkk, ( 2008:141”), berpendapat “ multimedia
berkenaan dengan penggunaan berbagai jenis/bentuk media secara berurutan
maupun simultan untuk menyajikan materi. Pendapat senada juga dikemukakan
oleh Hefzalah (2004:56) yang mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk
mendiskripsikan penggunaan berbagai media secara terpadu dalam menyajikan
atau mengajarkan suatu topik mata pelajaran.
Sesuai pendapat di atas multimedia dapat diartikan penggunaan berbagai
jenis media baik secara berurutan maupun secara simultan secara terpadu untuk
menyajikan atau mengajarkan materi pelajaran.
Sedangkan multimedia berbasis komputer dalam hal ini adalah
penggunaan multimedia dimana konsep penggabungan ini dengan sendirinya
memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap
menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengendali seluruh peralatan itu. Kesemua peralatan itu haruslah kompak dan
bekerjasama dalam menyampaikan informasi kepada pemakainya.
Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang
hidup, dapat dilihat di layar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar
melalui overhead projector, dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannnya
(video atau animasi). Multimedia berbasis komputer bertujuan untuk menyajikan
informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan
jelas. Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera
terutama indera telinga dan mata digunakan untuk menyerap informasi.
Ada dua aplikasi komputer utama dalam pembelajaran menurut Heinich,
Molenda, Russel, dan Smaldino, (2011: 127). Mereka mengatakan dua hal yang
utama itu adalah CAI (Computer Assisted Instruction) atau pembelajaran dibantu
komputer dan CMI (Computer Managed Instruction) atau pembelajaran diatur
oleh komputer. Di dalam CAI siswa berinteraksi secara langsung dengan
komputer sebagai bagian dari aktifitas pembelajaran sedangkan pada CMI,
komputer membantu baik guru maupun siswa dalam pemeliharaan informasi
mengenai siswa dan dalam pencapaian pembelajaran.
Multimedia menurut Gayeski (1993: 4) adalah sekelompok sistem
komunikasi
interaktif
berbasis
komputer
yang
membuat,
menyimpan,
mengirimkan, dan mengambil jaringan tekstual, grafis dan jaringan informasi
audio.
Menurut Mayer (2001:3) jika mengacu pada kata benda, multimedia
adalah sebuah teknologi untuk menampilkan bahan ajar/materi baik secara visual
maupun bentuk-bentuk verbal. Apabila menunjuk pada kata sifat multimedia
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat digunakan dalam konteks ;(1) pembelajaran multimedia, (2) pesan
multimedia, dan (3) pesan pembelajaran multimedia yaitu presentasi yang
melibatkan kata-kata dan gambar yang dimaksudkan untuk menguatkan belajar.
Smaldino, Russell, Heinich, dan Molenda (2005: 141) menyatakan bahwa
sistem mutimedia terdiri dari media tradisional dalam suatu kombinasi atau
digabungkan dengan komputer sebagai sarana untuk menampilkan teks, gambar,
grafik, suara, dan video. Ada lima peranan media komputer dalam pembelajaran
( Heinich, Molenda, Russel, Smalldino, 1996: 230) antara lain :
a) Sebagai sebuah obyek pembelajaran. Komputer itu sendiri dapat
menjadi obyek pembelajaran. Sebagai contoh, dalam kursus komputer
siswa mempelajari komputer dan di sekolah kejuruan siswa
mempelajari penggunaan komputer untuk pekerjaan pemrosesan data
dan menganalisa tujuan.
b) Sebagai sebuah alat. Dalam peranannya sebagai alat, komputer
memberikan pelayanan sebagai kalkulator canggih, mesin ketik,
komposer multimedia, alat presentasi, alat komunikasi dan sumber data.
c) Sebagai sebuah alat pembelajaran. CAI membantu siswa mempelajari
ketrampilan khusus. Sebagai contoh, seri The uncher membantu siswa
untuk menguasai matematika dan seni bahasa.
d) Sebagai katalisator untuk pembentukan sekolah.
e) Sebagai sebuah alat pengajaran berpikir logis.
Dalam tiap-tiap kategori ini, peranan komputer sangat bervariasi.
Multimedia berbasis komputer ini mengintegrasikan beberapa media yang tiap
elemennya melengkapi yang lain, sehingga suatu keseluruhan lebih besar daripada
bagian-bagiannya.
Komputer
multimedia
juga
telah
mempengaruhi
kurikulum
dan
pembelajaran. Ada banyak metode-metode pembelajaran yang dapat terintegrasi
dalam komputer multimedia ini. Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (1996:
243), menjelaskan bahwa adacommit
tujuhto user
metode pembelajaran yang dapat
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimanfaatkan dalam mengantarkan pembelajaran yaitu : (1) latihan dan drilling,
(2) tutorial, (3) permainan, (4) simulasi, (5) penemuan/discovery, dan (6)
pemecahan masalah/problem solving.
Yudhi Munadi (2008: 150) menyatakan ada beberapa kelebihan
penggunaan multimedia presentasi yaitu :
a) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara
fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran
dengan mental imagery akan meningkatkan resistensi siswa dalam
mengingat materi-materi pelajaran.
b) Memiliki kemampuan dalam menggambarkan semua unsur media
seperti teks, video, animasi, image, grafik, dan suara menjadi satu
kesatuan penyajian yang terintegrasi.
c) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai
modalitas belajarnya terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual,
auditif, kinastetik atau yang lainnya.
Ketika guru hendak mengintegrasikan software dan multimedia dalam
pembelajaran, Smaldino, Lowther, dan Russel (2008: 138) mengingatkan
pentingnya pertimbangan sebagai berikut :
a) Isi harus menyeimbangkan ketrampilan fundamental dengan berpikir
runtut dan menyesuaikan dengan standar kurikulum.
b) Isi harus merangsang dan harus menarik siswa untuk belajar.
c) Isi seharusnya siap dan tersedia kapan saja dan dimanapun diperlukan
baik itu di sekolah maupun di rumah.
Dalam penelitian ini multimedia berbasis komputer yang digunakan adalah
penggunaan komputer, LCD, CD interaktif untuk menampilkan materi pelajaran.
Guru menyampaikan materi dengan media pembelajaran tersebut.
2) Media pembelajaran tiga demensi
Media pembelajaran tiga demensi merupakan salah satu jenis media
commit to user
pembelajaran visual. Media pembelajaran
tiga demensi dapat memberikan
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perasaan akan realita atau sebenarnya dan sesuai kenyataan. Hal ini karena media
ini melibatkan lebih banyak pengertian yang mendalam dan pemahaman yang
lebih lengkap akan benda-benda nyata.
Menurut Y. Ngadino, (1986: 47) ,
“pengertian media atau alat-alat pengajaran visual tiga demensi adalah media/
alat pengajaran yang mempunyai bentuk sama dengan sebenarnya dan mempunyai
panjang, lebar, dan tinggi”. Adhen Satrini (2012), mengatakan Media
pembelajaran tiga dimensi yaitu media pembelajaran yang setidaknya memiliki
tiga sisi depan belakang dan samping.
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang
penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud
sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai
tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media
pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan
langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda
aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung
ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi
sebagai media pembelajaran yang efektif.
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah adalah tergolong
sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus
memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah
diperoleh di lingkungan sekitar Moedjiono (1992), mengatakan bahwa media
sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman
secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu
proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa
menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan
ruang yang besar dan perawatannya rumit.
Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa media pembelajaran tiga
demensi adalah media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menyampaikan ide atau gagasan, informasi, dan pesan dengan variasi bendabenda asli dan benda-benda tiruan serta benda-benda lainnya yang mempunyai
ukuran panjang, lebar, dan tinggi bertujuan memepertinggi kegiatan belajar
mengajar.
Media tiga demensi dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangani siswa,
kecuali media yang terlalu mahal, terlalu besar, dan terlalu, terlalu kecil. Dengan
memainkan alat tertentu diharapkan siswa dapat belajar lebih efisien dan efektif.
Menurut Y. Ngadino, (1986 : 48-49), media pembelajaran tiga demensi,
terdiri dari “ objek (object), model, spesimen (bagian dari benda asli), mock
up/alat tiruan, peta timbul, diorama, boneka, topeng, globe, ritatoon, rotatoon,
bak/meja pasir, tt. Unit, dan sebagainya”.
Menurut Moedjiono (1992), mengklasifikasikan media tiga demensi yaitu
media benda sebenarnya melalui widya wisata, media benda sebenarnya melalui
specimen, media tiruan, peta timbul, globe, dan boneka.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Objek ( Object ) atau benda asli atau realia
Realita atau disebut juga objek adalah benda-benda nyata seperti apa adanya
atau benda aslinya, tanpa perubahan, dalam bentuk utuh. Misalnya: orang,
binatang, tanaman, mata uang, peralatan, peristiwa, dan sebagainya.
Kelebihan realia, dianggap medium yang paling mudah diakses dan lebih
menarik perhatian, mampu merangsang imajinasi, memberikan pengalaman
belajar langsung (dengan menyentuh dan mengamati bagian-bagiannya), dan
pengalaman tentang keindahan.
Keterbatasan Realia, karena ukurannya bisa terlalu besar, maka untuk dibawa
ke ruangan sangat sulit (lokomotif, buaya, gajah), atau terlalu kecil (kuman),
kadang juga bisa membahayakan (ular, buaya), tidak bisa memberikan hasil
belajar yang sama, dan informasi yang akan disampaian terkadang tidak
sampai kepada audience.
b) Model
Model adalah suatu media tiga demensi yang mewakili benda sebenarnya.
Suatu model mungkin lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan benda
sebenarnya yang diwakili. Hampir semua objek dapat dibuat modelnya, dapat
ditampilkan ke dalam kelas untuk keperluan pembelajaran.
Kelebihan Model dianggap medium yang paling mudah diakses dan lebih
menarik perhatian, mampu merangsang imajinasi, memberikan pengamalan
belajar langsung (dengan menyentuh dan mengamati bagian-bagiannya), dan
pengalaman tentang keindahan. Kelebihan lain, medium model bisa dipisahpisah bagian-bagiannya, detail-detail penting bisa diberi warna dan bisa
meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik.
Kelemahan Model untuk merakit sendiri diperlukan biaya yang tidak sedikit,
harus memperhitungkan kerusakan, tidak bisa memberikan gambaran
keseluruhan objek yang sebenarnya, dan kesulitan untuk mengontrol
commit to user
pengalaman belajar,
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Spesimen (bagian dari benda asli)
Spesimen merupakan bagian dari benda asli atau benda sebenarnya, seperti:
pecahan gelas, kulit, mineral, batu-batuan bukit. Ada beberapa alasan orang
tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu: bendanya sudah tidak ada lagi,
kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau, terlelalu besar atau terlalu kecil,
sangat berbahaya untuk dipelajari langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat
atau terlalu lambat gerakannya.
d) Mock up/alat tiruan
Mock up adalah perwujudan tiruan atau penyederhanaan suatu benda. Susunan
bagian pokok dari suatu sistem yang rumit disederhanakan sehingga mudah
dimengerti siswa. Misalnya mock up pesawat radio, mock up pembangkit
tenaga listrik. Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui
model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat
dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada
beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi
kesulitan yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, untuk
mempelajari obyek yang telah menyejarah di masa lampau, untuk mempelajari
obyek-obyek yang tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari obyek yang
mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya
mata manusia, telinga manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang
abstrak, untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses
peredaran planit-planit). Keuntungan-keuntungan menggunakan model adalah:
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja, dapat
mempertunjukkan struktur dalam suatu obyek, siswa memperoleh pengalaman
yang konkrit. Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan
model dapat dibedakan atas: model perbandingan (misalnya globe), model
yang disederhanakan, model irisan, model susunan, model terbuka, model
utuh, boneka, dan topeng.
e) Peta timbul
Peta ini merupakan suatu peta dalam bentuk tiga demensi dengan perbedaan
tinggi rendah tanah yang ditunjukkan dalam relief. Dipergunakan untuk
memberi pengertian kepada siswa adanya perbedaan bumi mirip dengan
keadaan sebenarnya. Peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan,
adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta
timbul memiliki ukuran panjang, lebar, dan dalam. Dengan melihat peta
timbul, siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan letak, tepi
pantai, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, gunung berapi, lembah,
danau, sungai. Peta timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa sehingga
dapat memupuk daya kreasi, daya imajinasi, dan memupuk rasa tanggung
jawab bersama terhadap hasil karya bersama.
f) Boneka
Alat peraga yang berupa tokoh-tokoh tertentu yang menggambarkan keadaan
keadaan masyarakat dalam bentuk dongeng atau cerita. Keuntungan
menggunakan boneka adalah: efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan
persiapan; tidak memerlukan keterampilan yang rumit; dapat mengembangkan
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira. Agar penggunaannya
menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan tujuan
pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih banyak
mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit,
diselingi dengan nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti
dengan tanya jawab, siswa diberi peluang memainkannya.
g) Topeng
Topeng adalah alat peraga yang menggambarkan watak atau ekspresi
kejiwaaan seorang tokoh.
h) Globe ( model yang bulat dari bumi )
Globe merupakan suatu model bumi yang bulat, dalam bentuk kecil karena
bentuknya yang bulat seperti bumi, maka kita dapat melihat pembagian daratan
dan lautan secara jelas.
i) Ritatoon
Ritatoon adalah alat yang terdiri dari sebuah standart dan dengan
dipertunjukkan.
j) Rotatoon
Rotatoon adalah sama dengan ritatoon, tetapi pada standart mempunyai alat
pemutar, sehingga gambar-gambar tersebut dapat dipertunjukkan satu persatu.
k) Bak/Meja pasir
Bak/meja pasir adalah alat pembantu mengajar yang berguna mewujudkan
suatu situasi, peristiwa-peristiwa yang sudah lewat dan sebagainya, sehingga
siswa-siswa dapat gambaran dengan senyatanya.
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
l) TT Unit
TT unit yaitu suatu kotak unit terdiri dari beberapa alat peraga yang disusun
atau dipersatukan dalam satu set.
m) Dan sebagainya : akuarium, herbarium musium science, taxidemi, dan lainlain.
Kelebihan dan kekurangan media tiga dimensi menurut Moedjiono (1992)
secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan dari media tiga dimensi: memberikan pengalaman secara langsung,
penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan
objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya , dapat memperlihatkan
struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara
jelas.
b.
Kelemahan:
tidak
bisa
menjangkau
sasaran
dalam
jumlah
besar,
Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit,
untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar, Anak tuna
netra sulit untuk membandingkannya.
2. Masalah Belajar
Belajar merupakan kemampuan pokok manusia. Berdasarkan kemampuan
belajar, manusia telah berkembang
berabad-abad sehingga mencapai taraf
kebudayaan yang tinggi. Dengan demikian belajar merupakan aktifitas manusia
yang sangat penting. Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamana dan di
manapun dia belajar.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan-perubahan yang
bercorak positif, yaitu perubahan yang semakin mengarah ke taraf kedewasaan.
Walaupun demikian, kita tidak bisa mengingkari bahwa suatu proses belajar juga
dapat menghasilkan suatu perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang dapat
dipandang bercorak negatif. Proses belajar di sekolah diharapkan mencapai hasil
positif baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor.
a. Pengertian Belajar
Nana Sudjana (2008:28) mengemukakan belajar bukan menghafal dan
bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan
dalam
berbagai
bentuk
seperti
berubah
pengetahuannnya,
pemahamannnya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan, dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang
ada pada diri individu.
Menurut pendapat Djamarah (2002:16) belajar pada dasarnya sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang bersifat menetap sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan yang terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai dengan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Belajar inipun diberi pengertian oleh Winkel (1996: 36) bahwa “Belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan
dan berbekas.
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian belajar juga dapat diperoleh karena adanya hal-hal pokok yang
disimpulkan oleh Sumadi Suryabrata (2001: 232), sebagai berikut :
1) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change,
aktual maupun potensial);
2) Bahwa perubahan itu pada pokonya adalah didapatkannya kecakapan
baru (dalam arti ketnnis dan Fertingkeit);
3) Bahwa perubahan ini terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Berdasarkan uraian mengenai belajar di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang
untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam hal pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman dalam
berinteraksi. Perubahan-perubahan itu meliputi adanya perubahan sikap,
pengetahuan, ketrampilan, informasi, serta pemahaman yang didapat dari
pengalaman, perubahan yang dialami bersifat permanen dan tidak mudah hilang.
b. Tujuan Belajar
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan, maka belajar inipun
mempunyai tujuan seperti yang disebutkan oleh M. Sobry Sutikno (2003: 60)
belajar mempunyai tujuan yaitu : “pengumpulan pengetahuan; penanaman konsep
dan kecekatan; dan pembentukan sikap dan perbuatan”.
Sementara itu, Agus M. Hardjana (1992:82) menyebutkan tujuan belajar
yakni :
1) Secara langsung
a. Memperoleh informasi dan pemahaman tentang hal-hal tertentu.
b. Mendapatkan keahlian dan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu.
2) Secara tak langsung
a. Mengembangkan diri untuk masuk ke dunia agar mampu hidup,
berperan dan menyumbang sesuatu secara nyata.
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Menyiapkan diri untuk masuk ke dunia agar mampu hidup, berperan
dan menyumbang sesuatu secara nyata.
Berdasarkan pendapat di atas, dalam proses belajar memiliki dua tujuan
yaitu : secara langsung yang menyangkut adanya perolehan informasi,
pengetahuan, keahlian, serta kecakapan dan secara langsung yang menyangkut
pengembangan diri agar mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
tak langsung yang menyangkut pengembangan diri serta
kemampuan untuk
mampu hidup, berperan, dan menyumbang secara nyata dalam kehidupan seharihari.
c. Jenis Belajar
Berdasarkan pendapat W.S. Winkel jenis-jenis belajar meliputi sebagai
berikut : Informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kognitif, ketrampilan
motorik, sikap” (h. 71-78).
1) Informasi verbal (verbal information), yaitu pengetahuan yang dimiliki
seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan
tertulis. Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan
bahasa juga lisan atau tertulis.
2) Kemahiran intelektual (intelektual skill), merupakan kemampuan untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam
bentuk suatu representatif, khususnya konsep dan berbagai lambang
atau simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran
intelektual terbagi atas empat sub kemampuan yang diurutkan secara
hierarkis sebagai berikut: Diskriminasi jamak (multiple discrimination),
Konsep (consept), Kaedah (rule), Prinsip (higher-order rule)
3) Pengaturan kegiatan kognitif ( cognitive strategy), merupakan suatu
kemahiran seseorang dalam menggunakan konsep dan kaedah yang
telah dimiliki, terutama bila seseorang menghadapi problem.
4) Ketrampilan motorik (motorik skill), merupakan kemampuan seseorang
dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan
tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Sikap (attitude), merupakan kemampuan internal yang berperanan
sekali dalam mengambil tindakan lebih-lebih bila terbuka berbagai
kemungkinan untuk bertindak.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat penulis simpukan bahwa
jenis belajar meliputi ; 1) informasi verbal; 2) Kemahiran intelaktual; 3)
pengaturan kegiatan kognitif; 4) Ketrampilan motorik; 5) Sikap.
d. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut S. Nasution (2000: 46-47), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai
berikut :
1) Agar seseorang benar-benar belajar ia harus mempunyai suatu tujuan;
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan orang lain;
3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan
berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya;
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannnya;
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil-hasil
sambilan atau sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil
membuat soal-soal Ilmu Pengetahuan Alam akan tetapi juga
memperoleh minat yang lebih besar untuk bidang studi itu;
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. Learning by
doing, the process of learning is doing, reacting, undergoing,
experiencing. Prinsip ini sangat penting;
7) Seorang pelajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya atau secara
intelektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis dan sebagainya;
8) Dalam hal belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari
orang lain;
9) Untuk belajar diperlukan “insight”. Apa yang dipelajari harus benarbenar dipahami. Belajar bukan menghafal fakta lepas secara verbalistik;
10) Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang
sering mengejar tujuan-tujuan lain, misalnya: orang yang belajar
badminton, juga ingin menjadi juara, mencari keharuman dan nama
baik sekolah, dan sebagainya;
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukse yang
menyenangkan;
12) Ulangan daln latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman;
13) Belajar hanya mungkincommit
kalau ada
kemauan dan hasrat untuk belajar.
to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan definisi, maka prinsip-prinsip belajar mengetengahkan
beberapa pokok permasalahan, agar dapat memperjelas ciri-ciri perbuatan belajar.
Menurut Yuni Fitriyah (2012), “prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum
berkaitan
dengan
perhatian
dan
motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual”.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Hasil belajar merupakan out put dari Proses Belajar Mengajar. Proses dan
kegiatan belajar ini, keduanya terkait dengan komponen-komponen lain.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut M. Ngalim
Purwanto (1994), dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut :
1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual; 2) faktor yang ada di luar individu yang kita sebut sebagai
faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain :
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya. Alat-alat
yang dipergunakan dalam belajar mengajar. Lingkunagn dan kesempatan
yang tersedia dan motivasi sosial.
Dari pendapat tersebut secara garis besar, faktor yang mempengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor dari dalam diri anak dan faktor dari
luar diri anak. Faktor dari dalam diri anak, meliputi fisiologis (kondisi fisik dan
kondisi pancaindera) dan psikologi ( bakat, minat, kecerdasan, motivasi,
kemampuan kognitif). Sedangkan faktor dari luar diri anak, meliputi lingkungan
( lingkungan alam, dan lingkungan sosial) dan instrumental ( kurikulum/bahan
commit
to user
pelajaran, guru/pengajar, sarana dan
fasilitas,
administrasi/manejemen).
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Masalah Gaya Belajar
Gaya belajar siswa merupakan salah satu keadaaan awal yang berasal dari
diri siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar untuk sebagian dipengaruhi oleh
ciri-ciri khas yang dimiliki siswa, baik secara individual maupun secara
kelompok. Keadaan awal siswa itu antara lain taraf intelegensi, daya kreatifitas,
kadar motivasi belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap
terhadap tugas belajar, kebiasaan terhadap gaya belajar, kecepatan belajar, dan
kondisi fisik.
Dalam hal belajar ada cara yang baik, dimana apabila diterapkan dalam
belajar, siswa akan mencapai hasil yang baik. Banyak siswa yang tidak dapat
mencapai hasil seperti yang diharapkan dalam belajar di sekolah. Hal ini
kemungkinan karena mereka tidak mengetahui gaya belajar yang baik.
Gaya belajar belajar bersifat individual artinya tergantung kepada masingmasing individu atau siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain, gaya belajar
siswa A belum tentu cocok dengan gaya belajar siswa B. Sebaliknya gaya belajar
siswa B belum tentu cock dengan gaya belajar siswa A.
a. Pengertian Gaya Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:340), “Gaya adalah
kesanggupan untuk berbuat dsb: kekuatan”. Dengan demikian gaya dapat
diartikan sebagai metode atau teknik yang digunakan dalam suatu aktivitas untuk
mencapai tujuan.
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan pengertian belajar seperti yang telah dijelaskan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang baru dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut pendapat W.S. Winkel, (1996 : 147), “Gaya belajar merupakan
cara khas siswa dalam belajar. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali
tidak disadari yang sekali terbentuk dan cenderung bertahan terus. Gaya belajar
mengandung beberapa komponen, antara lain gaya kognitif dan tipe belajar.
Gunawan , 2006 dalam M. Nur Gufron, (2010: 11) mengatakan bahwa “
Gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan
berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Definisi lain dikemukakan
oleh Reid (2005) dalam M. Nur Gufron, (2010: 11) “ Gaya belajar merupakan
cara yang sifatnya individual untuk memperoleh dan menyerap informasi dari
lingkungannya, termasuk lingkungan belajar‟.
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki ( 2010: 111) “Gaya belajar
adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Pendapat lain juga dinyatakan oleh Nasution (2004: 94)
bahwa “Gaya belajar adalah cara yang dengan konsisten dilakukan oleh seorang
siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan
memecahkan soal”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar, cara berpikir, dan selera
presentasi pelajaran, yang bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang
merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
serta mengolah informasi dari konsep, dalam hal ini adalah konsep IPA, yang
membedakan seorang siswa atau sekelompok siswa dengan yang lainnya. Gaya
belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana
individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang
untuk
berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan melalui
persepsi yang berbeda.
Gaya belajar yang baik adalah gaya belajar yang memperhatikan prinsip
efisien dan efektifitas. Jika kita berpola pikir yang berpedoman pada prinsip
ekonomi, di mana dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya. Hal ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar siswa diharapkan
dapat menerapkan gaya belajar yang efisien sehingga apa yang mereka lakukan
dalam usaha-usaha belajarnya benar-benar dapat menghasilkan sesuatu yang
sesuai kehendaknya.
b. Macam-macam gaya belajar
Pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah yang harus dilakukan
adalah mengenali modalitas seseorang yang digolongkan ke dalam tiga tipe, yaitu
berdasarkan penglihatan (visual), pendengaran (auditorial), atau sentuhan dan
gerakan (kinestetik) yang selanjutnya dikenal dengan gaya belajar visual,
auditorial, dan kinestetik. Akan tetapi, sistem pendidikan yang ada telah
mengabaikan adanya perbedaan gaya belajar dari setiap siswa, sebagaimana yang
dikemukakan Franzoni dan Assar (2009: 15) bahwa :
Humans have different styles of learning. Some can assimilate in a better
commit
to user
way the knowledge received
visually,
auditory or through a certain sense.
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
However, most educational systems have ignored individual differences
that exist between learners, such as the learning ability, the background
knowledge, the learning goals and the learning styles. (Manusia
mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagian dapat mengerti
lebih baik pengetahuan yang diterima secara visual, auditorial atau melalui
perasa tertentu. Bagaimanapun juga, sebagian besar sistem pendidikan
telah mengabaikan perbedaan individu yang ada di antara pelajar, seperti
kemampuan belajar, latar belakang pengetahuan, tujuan pembelajaran dan
gaya belajar.
Padahal, dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
siswa
cenderung
menggunakan
gaya
belajar
yang
berbeda-beda
dan
membutuhkan sumber belajar yang berbeda-beda pula, sehingga perlu dirancang
model pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua jenis gaya belajar
siswa, sebagaimana yang dikemukakan Franzoni dan Assar (2009: 15) bahwa :
Recent research on the learning process has shown that students tend to
learn in different styles and that they prefer to use different teaching
resources as well. Many researchers agree on the fact that learning
materials shouldn’t just reflect of the teacher’s style, but should be
designed for all kinds of students and all kind of learning styles.
(Penelitian pada proses pembelajaran baru-baru ini telah menunjukkan
bahwa siswa cenderung belajar dalam gaya yang berbeda dan mereka lebih
suka menggunakan sumber pengajaran yang berbeda yang sesuai
dengannya. Banyak peneliti setuju pada fakta bahwa bahan ajar tidak
hanya harus mencerminkan gaya guru, tetapi juga harus dirancang untuk
semua macam siswa dan semua macam gaya belajar).
Michael Grinder, pengarang Righting Education Conveyor, mencatat ada
tiga modalitas belajar yaitu Visual , Audiotorial, dan Kinestetik. Modalitas visual
yaitu belajar dengan cara
melihat ( menggunakan mata), modalitas belajar
audiotorial yaitu modalitas mendengarkan (menggunakan telinga), sedangkan
modalitas kinestetik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh
(menggunakan tangan). Sebelum proses pembelajaran, sebaiknya langkah pertama
yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah mengenali modalitas seseorang
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa apakah sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Orang visual
akan belajar baik melalui apa yang mereka lihat, siswa auditorial akan lebih
mengerti melalui apa yang mereka dengar dan siswa kinestetik belajar lewat
gerakan dan sentuhan.
Walaupun masing-masing dari mereka belajar dengan menggunakan ketiga
modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan akan lebih cenderung pada salah
satu diantara ketiganya. Untuk dapat mengenali dengan baik, berikut ini diuraikan
ciri-ciri perilaku yang cocok dengan modalitas belajar seseorang:
1) Gaya Visual/Spatial
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta,
diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang
dilihat mata. Pembelajar gaya visual lebih suka menggunakan foto, membuat
gambar, bermain warna, dan peta untuk menyampaikan informasi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Dia suka membaca, suka menulis, suka
mencoret-coret kertas, lebih menyukai membaca cerita dibanding mendengar
cerita, cepat dalam melakukan penjumlahanatau perkalian, pintar dalam mengeja
kata, dan sering mencata segala yang diperintahkan.
Pembelajar tipe ini dapat dengan mudah memvisualisasikan benda,
rencana, dan hasil pikiran mata. Juga memiliki kemampuan yang baik tentang tata
ruang sehingga mudah memahami peta. Pembelajar tipe ini dapat dengan mudah
memvisualisasikan benda, rencana dan hasil pikiran mata. Juga memiliki
kemampuan yang baik tentang tata ruang sehingga mudah memahami peta. Untuk
commitfoto,
to user
mengajar pembelajar visual, gunakan
gambar, warna, dan media visual
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lainnya untuk membantu belajar. Pakai alat tulis (spidol, kapur dll) minimal empat
warna. Banyak menggunakan “kata visual” dalam ungkapan. Contohnya: lihat,
gambar, perspektif, visual, dan peta. Gunakan peta pikiran (mind map) untuk
memberikan penjelasan atau membuat catatan. Gunakan diagram sistem. Pakailah
teknik bercerita tertentu dapat membantu pembelajar tipe ini untuk menghafal
materi yang tidak mudah untuk “dilihat”. Beberapa profesi yang sebagian besar
menggunakan gaya visual adalah seni visual, arsitektur, fotografi, video atau film,
desain, perencanaan (khususnya yang strategis), dan navigasi.
Beberapa ciri dari pembelajar visual menurut Akbarzainudin (2009) di
antaranya adalah:
a) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
b) Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa ada artinya saat di
dalam kelas
c) Pembaca cepat dan tekun
d) Lebih suka membaca daripada dibacakan
e) Rapi dan teratur
f) Mementingkan penampilan, dalam hal pakaian ataupun penampilan
keseluruhan
g) Teliti terhadap detail
h) Pengeja yang baik
i) Lebih memahami gambar dan bagan daripada instruksi tertulis.
Menurut Deporter (2006: 116-120) ciri-ciri orang yang mempunyai gaya
belajar visual adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
rapi dan teratur;
berbicara dengan cepat;
perencana dan pengatur jangka panjang yang baik;
teliti terhadap detail;
mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;
pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka;
g) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar;
commit
to user
h) mengingat dengan asosiasi
visual;
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i) biasanya tidak terganggu oleh keributan;
j) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika
ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya;
k) pembaca cepatdan tekun;
l) Lebih suka membaca daripada dibacakan;
m) membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh serta bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah;
n) mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat;
o) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain;
p) sering menjawab dengan jawaban singkat ya atau tidak;
q) lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.
r) Lebih suka seni daripada musik.
Pada saat seseorang mencapai usia dewasa, kelebihsukaan terhadap gaya
belajar visual ternyata lebih mendominasi. Hal ini dapat dipahami bahwa 70%
dari reseptor indrawi (sensori) dari tubuh manusia berada di mata, Nicholl (2002:
131).
2) Gaya Belajar Auditorial
Siswa dengan gaya belajar auditorial mengandalkan kesuksesan belajarnya
melalui telinga (alat pendengaran). Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih
suka mendengarkan ceramah atau penjelasan gurunya, atau mendengarkan bahan
audio seperti kaset dan sebagainya.
Pembelajar tipe ini suka belajar atau bekerja dengan suara atau musik.
Memiliki sensifitas dalam nada dan ritme. Biasanya bisa bernyanyi, bermain alat
musik atau mengenali suara dari berbagai instrumen musik tertentu memiliki
pengaruh kuat ke emosinya. Untuk pembelajar dengan gaya auditorial gunakan
banyak suara, irama, dan musik. Bacakan materi menggunakan uara yang keras,
membuat sesi tanya jawab, berdiskusi, sambil mendengarkan musik ataupun
commitmnemonic
to user
bekerja secara kelompok. Gunakan
(jembatan keledaai) dengan
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menarik atau jinggle lagu untuk menghafalkan sesuatu. Perlu pemanfaatan konten
yang menggunakan suara dalam asosiasi dan visualisasi. Misalnya suara binatang
ketika belajar mengenai Biologi, suara mesin ketika belajar kecepatan di Fisika
dll. Ciri-ciri gaya belajar auditorial menurut DePorter (2001: 116-120) adalah
sebagai berikut :
a) Berbicara pada diri sendiri pada saat bekerja.
b) Mudah terganggu dengan keributan.
c) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca.
d) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
e) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada atau birama, dan warna
suara.
f) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
g) Berbicara dalam irama yang berpola.
h) Biasanya berbicara fasih.
i) Lebih suka musik daripada seni.
j) Belajar dengan mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada apa yang dilihat.
k) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar;
l) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan satu
sama lain.
m) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
n) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat
dalam menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis
akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditori ini. Ciri-ciri orangorang auditorial menurut Akbarzainudin (2009) , di antaranya adalah:
a) Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan
b) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
c) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
d) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna
suara.
commit
to user
e) Bagus dalam berbicara dan
bercerita
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Berbicara dengan irama yang terpola
g) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat
h) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
i) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
j) Suka musik dan bernyanyi
k) Tidak bisa diam dalam waktu lama
l) Suka mengerjakan tugas kelompok
3) Gaya Belajar Kinestetik
Siswa dengan gaya belajar kinestetik secara aktif memanfaatkan gerak
bagian-bagian atau seluruh tubuhnya dalam proses pembelajaran, dalam usaha
memahami sesuatu dan memecahkan berbagai masalah. Siswa dengan gaya
belajar ini umumnya belajar melalui gerak dan sentuhan fisik.
Gaya belajar ini lebih banyak belajar melalui melakukan sesuatu secara
langsung (bergerak, bekerja, dan menyentuh). Siswa yang memiliki gaya belajar
ini mengharuskan individu yang bersangkutan melakukan sesuatu aksi yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingat atau memahami sesuatu.
Pembelajar kinestetik tak tahan duduk berlama-lama mendengarkan
pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik.
Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim
disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability) . Tak jarang,
siswa yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan
memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian
belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Pembelajar puisi, atau permainan
sederhana.
Ciri-ciri orang yang memiliki
gaya belajar kinestetik menurut
commit to
user
DePorter (2001: 116-120) adalah sebagai
berikut:
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
Berbicara dengan perlahan.
Menanggapi perhatian fisik.
Menyentuh orang untuk mendaapatkan perhatian mereka
Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.
Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.
Belajar melalui manipulasi dan praktik
Menghafal dengan berjala dan melihat.
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca.
Banyak menggunakan isyarat tubuh.
Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama.
Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah
pernah berada di tempat itu.
m) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
n) Menyukai buku-buku yang berorientasi plot yang mencerminkan aksi
dengan gerakan tubuh saat membaca.
o) Kemungkinan tulisannya jelek.
p) Ingin melakukan segala sesuatu.
q) Menyukai permainan yang menyibukkan.
Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi
melalui berbagai gerakan fisik. Karakteristik ini dianjurkan untuk belajar melalui
pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, seperti bekerja di lab
atau belajar di alam atau sambil bermain. Perlu juga secara berkala
mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya.
Usahakan membuat sesi pembelajaran yang melibatkan kegiatan fisik seperti
drama, membaca Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak.
Menurut Akbarzainudin (2009), ciri-ciri orang yang mempunyai gaya
belajar kinestetik adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak
Berbicara dengan perlahan
Menanggapi perhatian fisik
Suka menggunakan berbagai peralatan dan media
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
commit
user yang besar
Mempunyai perkembangan
awal to
otot-otot
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
h) Belajar melalui praktek
i) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
j) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
k) Banyak menggunakan isyarat tubuh
l) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
m) Menggunakan kata-kata yang menandung akso
n) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita
o) Kemungkinan tulisannya jelek
p) Ingin melakukan segala sesuatu
q) Menyukai permainan dan olah raga
Dari uraian dan beberapa pendapat dia atas, maka gaya belajar dalam
penelitian ini merupakan cara belajar yang khas bagi siswa yang lebih disukai
dalam melakukan kegiatan berpikir dan memproses seperti: menyerap, kemudian
mengatur serta mengolah suatu informasi. Model atau metode pembelajaran yang
di dalamnya lebih mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa dalam
pembelajaran akan memberikan hasil atau prestasi yang lebih baik bagi siswa.
Berdasarkan berbagai ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar di atas, maka
indikator pada masing-masing gaya belajar akan dikategorikan dalam kategori
yaitu : ciri-ciri umum, kebiasaan sehari-hari, penyelesaian masalah, kemampuan
mengeja atau membaca, kemampuan mengingat, kegemaran, dan aktivitas dalam
belajar. Kategori dan berbagai indikator dari tiap-tiap gaya belajar dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Gaya Belajar Visual
1) Ciri-ciri umum:
a) teliti
b) Rapi dan menarik
c) Perencana yang baik
2) Kebiasaan sehari-hari
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Mencoret-coret saat diterangkan oleh orang lain
b) Pada saat berbicara dengan orang lain suka berdiri berdekatan dengan
lawan bicara untuk memperhatikan wajahnya
c) Bicara dengan cepat
d) Saat tidak ada kegiatan suka melamun, melihat ke sekeliling atau ke
angkasa.
3) Penyelesaian Masalah
a) Suka menghafal dengan membolak-balik buku dan membaca materi
b) Lebih suka membaca dan mengikuti instruksi lebih dahulu
4) Kemampuan mengeja dan membaca
a) Pembaca yang cepat dan tekun
b) Lebih suka membaca daripada dibacakan
c) Pengeja yang baik
d) Dalam membaca buku bacaan, yang dilihat pertama kali adalah gambargambarnya.
5) Kemampuan mengingat
a) Sulit mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis atau diulang
b) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
c) Tidak pandai memilih kata
d) Mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
6) Kegemaran
a) Suka menulis
b) Suka menggambar
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Lebih suka seni daripada musik
d) Suka mengisi TTS (Teka Teki Silang)
7) Aktivitas dalam belajar
a) Lebih suka menggunakan gambar sebagai visualisasi materi
b) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
b. Gaya Belajar Auditorial
1) Ciri-ciri umum
a) Menjelaskan aku secara terperinci
b) Berbicara dengan fasih
c) Suka berbicara
2) Kebiasaan sehari-hari
a) Saat tidak ada kegiatan suka bicara sendiri
b) untuk mendapatkan perhatian, suka menimbulkan suara
c) mendengarkan dengan cermat
3) Penyelesaian Masalah
a) Belajar dengan mendengarkan dan suka dijelaskan
b) Suka menghafal dengan mengucapkannya keras-keras
4) Kemampuan mengeja dan membaca
a) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
b) Membaca dengan keras dan mendengarkan
c) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
5) Kemampuan mengingat
a) Mudah terganggu oleh keributan
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Mudah mengingat orang melalui namanya
c) Lebih mengingat apa yang didiskusikan
6) Kegemaran
a) Suka berdebat dan mengobrol
b) Suka bercerita
c) Suka mendengarkan radio, suka bermain musik
d) Suka berdiskusi
7) Aktivitas dalam belajar
a) Bermasalah dengan pembelajaran yang melibatkan visualisasi
b) Lebih suka mendsengarkan ceramah
c) Merasa kesulitan untuk menulis
a. Gaya Belajar Kinestetik
1) Ciri-ciri umum
a) Rajin
b) Biasanya perencana yang kurang baik
c) Dalam menjawab pertanyaan, menanggapi dengan perhatian fisik
d) Banyak menggunakan isyarat tubuh
e) Mempunyai perkembengan otot-otot yang besar
2) Kebiasaan sehari-hari
a) Berbicara dengan perlahan
b) Suka berdiri berdekatan dengan lawan bicara
c) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya
d) Suka menggulung lengan
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Saat tidak ada kegiatan merasa gelisah dan tidak bisa duduk dengan
tenang
f) Tidak bisa diam atau mengerjakan sesuatu
3) Penyelesaian Masalah
a) Lebih suka mencoba-coba dan mengerjakan sendiri tanpa pikir panjang
4) Kemampuan mengeja dan membaca
a) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
b) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot yang mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.
5) Kemampuan mengingat
a) Sulit mengingat geografi kecuali pernah berada di tempat itu
b) Menghafal dan mengingat sambil berjalan bolak-balik
6) Kegemaran
a) Suka olahraga
b) Suka seni tari
c) Suka kerajinan tangan
d) Ingin melakukan segala sesuatu
e) Suka berkebun
7) Aktivitas dalam belajar
a) Dalam pembelajaran lebih suka praktik
b) Lebih suka belajar dengan leluasa melakukan segala sesuatu
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2007: 895 ), bahwa “ Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai ( dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan
sebaginya)”. Sedangkan pengertian “Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.
Menurut Daryanto (2004:70) prestasi belajar adalah “penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.
Depdikbud (1999:6) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu ukuran
mengenai kemampuan seseorang pada saat sekarang dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu dan skor tertentu.
Prestasi dapat diartikan sebagai suatu yang dicapai semaksimal mungkin
oleh orang yang sedang belajar. Belajar menyebabkan pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan, keragaman, dan sikap orang tersebut termodifikasi dan
berkembang. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai capaian hasil dari
suatu yang telah dikerjakan sebelumnya, (Nana Sudjana, 2004: 61).
Sedangkan menurut Donaghy, Robert C. (2005: 13) “To learn has the
meaning (1) to gain knowledge comprehension, or mastery of through
experience or study; (2) to fix in the mind or memory, memorize; (3) to acquine
through experience; (4) to become in porme of to find out. Menurut definisi
tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki
arti dasar adanya aktifitas atau kegiatan.
Belajar dapat diperoleh melalui pengalaman, dengan pengalaman
seseorang dapat mengembangkan dan mengubah cara, dan gaya melihat,
mendengar, atau mengerjakan sesuatu. Dari pengalaman itu seseorang
mendapatkan atau membentuk pengetahuan, nilai, sikap tertentu tentang dunia
dan lingkungan sekitar.
Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan seseorang
yang belajar disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil atau
kecakapan yang dicapai seseorang setelah melakukan belajar dalam waktu
tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka yang
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes yang diadakan setelah program
pembelajaran. Dari nilai atau angka tersebut diperoleh informasi tentang
pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh siswa.
Menurut Wahjudi (2003:94), mendefinisikan prestasi belajar adalah hasil
maksimum yang dapat dicapai oleh seorang anak setelah melakukan usaha
belajar. Sedangkan menurut Win Wenger (2003:34), prestasi belajar adalah
hasil perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikologi. Winkel
(1996:161) mendefinisikan prestasi belajar sebagai bukti usaha yang dicapai
dalam belajar. Umumnya prestasi belajar di sekolah dinyatakan dalam bentuk
angka atau nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes yang dilakukan
setelah program pembelajaran selesai diajarkan.
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yaitu
perubahan tingkah laku baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor yang
dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu.
Dalam bahasa lebih khusus, prestasi belajar merupakan capaian hasil belajar
yang dilakukan secara formal di sekolah. Prestasi belajar dalam proses belajar
mengajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
Prestasi belajar dapat diketahui dengan alat ukur berupa butir tes yang
telah dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mengukur prestasi belajar
yang merupakan hasil yang tealah dicapai dalam belajar merupakan tugas
seorang guru. Dengan pengukuran tersebut dapat diketahui kemajuan dan
keberhasilan suatu program pembelajaran.
b. Penilaian dan Pengukuran Prestasi Belajar
Untuk mengungkap hasil belajar atau mengukur hasil belajar diperlukan
evaluasi atau tes prestasi belajar. Menurut Winkel (2001:313), menyatakan
bahwa :
Evaluasi berarti, penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga,
bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dan terhadap proses mengajar. Belajar mengandung penilaian
terhadap proses belajar atau proses belajar itu, sampai berapa jauh
keduanya dapat dinilai baik.
Penilaian dapat juga didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi
tentang kinerja siswa untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat
keputusan. Menurut Nana Sudjana (2004), penilaian adalah semua aktifitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai diri mereka sendiri, yang
commit to sebagai
user umpan balik yang selanjutnya
memberikan informasi untuk digunakan
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan untuk memodifikasi aktifitas belajar dan mengajar. Tujuan penilaian
adalah untuk : 1) membantu siswa belajar; 2) mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan siswa; 3) menilai efektifitas strategi pembelajaran; 4) menilai dan
meningkatkan program kurikulum; 5) menilai dan meningkatkan efektifitas
pembelajaran; 6) menyediakan data yang membantu dalam membuat
keputusan; 7) komunikasi dan melibatkan orang tua siswa.
Menurut Nana Sudjana (2004), kegiatan penilaian dalam proses belajar
mengajar diarahkan pada 4 hal yaitu ;
1) Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses
pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau
tidak. Untuk kepentingan ini, pendidik mengumpulkan berbagai bentuk
pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan
belajar anak.
2) Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangankekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Dengan
melakukan
berbagai
bentuk
pengukuran
pendidik
berusaha
untuk
memperoleh gambaran menyangkut kemampuan, apa yang telah berhasil
dikuasai dan apa pula yang belum dikuasai siswa.
3) Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan jalan ini pendidik
dapat segera mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul
selam proses belajar berlangsung.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar
yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi pendidik untuk
mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Selain itu hasil
penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan
belajar peserta didik, baik untuk peserta didik sendiri, sekolah, orang tua,
maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Penilaian
selalu
berhubungan
dengan
pengukuran.
Pengukuran
merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau obyek tertentu menurut
aturan atau formulasi yang jelas. Pengukuran pada dasarnya merupakan
kegiatan penetuan angka bagi suatu objek secara sistemik. Penentuan angka
menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang di bidang
tertentu dinyatakan dengan angka. Dalam menentukan karakteristik individu,
pengukuran yang dilakukan sedapat mungkin mengandung kesalahan yang
kecil (Nana Sudjana, 2004).
Dalam prestasi belajar pengukuran merupakan prosedure membandingkan
antara kemampuan belajar siswa dengan alat ukur tertentu yaitu tes dan non tes.
Hasil pengukuran merupakan data berupa skor. Data tersebut diolah untuk
digunakan sebagai dasar membuat judgment dalam penilaian prestasi belajar
(Ahmadi, 2008).
Adapun jenis penilaian sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar adalah
Ulangan harian dan ulangan umum. Ulangan harian adalah ulangan yang
dilaksanakan setelah selesainya satu atau beberapa satuan bahasan. Sedangkan,
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ulangan umum merupakan ulangan yang dilaksanakan pada akhir semester secara
bersama. Pada penelitian ini yang akan peneliti lakukan adalah penilaian ulangan
harian.
c. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan erat
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi merupakan proses penemuan. Proses pembelajaran IPA
menekankan
pada
pemberian
pengalaman
secara
langsung
untuk
mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah.
Pengertian IPA menurut Abdullah (1998:18), “IPA merupakan
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara khas atau khusus,
yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya kait mengkait antara cara yang
satu dengan yang lain”.
Sutarno, Nono dkk. (2008) mendefinisikan IPA sebagai “Pengetahuan
yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada
pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat
unsur utama, yaitu :
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Sikap, rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat di
b) pecahkan melalui prosedur yang benar;
c) Proses atau prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
d) Produk, berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;
e) Aplikasi, penerapan metode ilmiah, dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan untuk meletakkan dasardasar, prinsip pemahaman akan IPA, yang nanti akan diaplikasikan dim
lingkungan sekitar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
Ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan
proses dan sikap ilmiah.
2) Tujuan Mata Pelajaran IPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (depdiknas, 2006: 151-152), mata
pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar ,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.‟
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
3) Ruang Lingkup IPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (depdiknas, 2006: 151-152), ruang
lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
4) Ruang Lingkup Materi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas IV semester 1, dalam hal ini
Standar Kompetensi yang digunakan untuk materi penelitian adalah Struktur
Organ Tubuh dengan Fungsinya, beserta Cara Pemeliharaannya. Kompetensi
dasarnya adalah sebagai berikut:
1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan
fungsinya
1.2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh
1.3. Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
1.4. Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai tempat
tentang pengaruh pemanfatan media pembelajaran dan cara belajar siswa
dengan prestasi belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ari Prasmono, 2011. Pengaruh penggunaan Media pembelajaran Komputer
Multimedia dan Digital Video Disc terhadap Prestasi Belajar Listening ditinjau
dari
Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Wonogiri. Berdasarkan analisis data yang dilakukan penulis, menunjukkkan
melalui penggunaan pemanfaatan media pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar listening.Dalam pembelajaran listening akan lebih
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik jika digunakan media komputer multimedia dibandingkan dengan media
DVD.
3. Dwi Mulyono (2009). Pengaruh Penggunaan Media Komputer dan OHP
terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2
Dempet Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
penggunaan media komputer dan OHP dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Eka Putra Wahyu Suminar (2011). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika
dengan Problem Based Learning dan Cooperatif Learning Tipe STAD ditinjau
dari Gaya Belajar Siswa.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan problem based Learning
untuk tipe auditorioal dan
kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama. Namun siswa yang
mempunyai gaya belajar visual prestasi belajar Matematika lebih baik. Pada
pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe STAD memberikan
prestasi belajar Matematika lebih baik siswa yang mempunyai gaya belajar
visual daripada yang mempunyai gaya belajar auditorial dibandingkan dengaqn
pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Sedangkan untuk gaya
belajar kinestetik sama.
5. Uswatun Khasanah (2008). Penggunaan Pendekatan Disertai Media Anomasi
dan Non Animasi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA Tahun Ajaran
2007/2008.
pembelajaran
Hasil
penelitian
dengan
disimpulkan
pendekatan
bahwa
kontektual
siswa
melalui
yang
media
diberi
animasi
mempunyai kemampuan kognitif lebih baik daripada melalui media non
commit
to user
animasi. Ada perbedaan pengaruh
antara
gaya belajar visual, auditorial, dan
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kinestetik. Dan tidak ada interaksi yang signifikan antara mediaa pembelajaran
dan gaya belajar siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Pengaruh antara Penggunaan Multimedia Berbasis Komputer
dan Media Pembelajaran Tiga Demensi terhadap Prestasi Belajar IPA
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
pemanfaatan media pembelajaran. Dengan pemilihan media pembelajaran yang
tepat akan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa merupakan cerminan dari kualitas pembelajaran
yang telah mereka ikuti, sehingga prestasi belajar siswa yang baik merupakan
salah satu keberhasilan dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran tanpa
menggunakan media membuat siswa cepat bosan karena tanpa adanya
rangsangan. Media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan
isi/materi pembelajaran, dan dapat merupakan sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik, sehingga
dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media
pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi
terhadap
efektifitas
pembelajaran,
dengan
demikian
penggunaan
media
pembelajaran yang tepat kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk mencapai prestasi belajar
siswa adalah multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi. Sedangkan
kedua media pembelajaran yaitu multimedia berbasis komputer dan media tiga
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
demensi,
digilib.uns.ac.id
ini hampir sama atau tidak ada yang lebih efektif
karena media
pembelajaran tiga demensi tidak lebih baik dari multimedia berbasis komputer.
Media pembelajaran dengan aktivitas bervariasi bertujuan agar siswa dengan gaya
belajar yang berbeda dapat menerima, mengerti, dan memahami informasi
sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna serta pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Dengan bertolak dari kerangka berpikir
tersebut, maka diduga prestasi belajar IPA dipengaruhi penggunaan media
pembelajaran. Konsep belajar IPA akan mudah dipahami oleh siswa dengan
penggunaan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi.
2. Perbedaan Pengaruh Prestasi Belajar IPA antara kelompok Siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik
Setiap siswa mempunyai cara yang khas dalam menerima materi pelajaran
yang disebut gaya belajar. Gaya belajar sangat diperlukan dalam memahami
materi pelajaran untuk menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Gaya belajar
dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Bagi
siswa dengan gaya belajar visual dengan kelebihan mengoptimalkan indera
penglihatan dapat teroptimalkan dengan pesan-pesan visual yang ditampilkan
dalam slide dan gambar pada komputer. Bagi siswa dengan gaya belajar auditorial
akan dapat optimal menerima pesan dengan adanya suara yang ada pada pesanpesan yang ditampilkan oleh media. Sedang siswa dengan gaya belajar kinestetik
dapat
berpartisipasi
dengan
melibatkan
diri
dalam
penggunaan
media
pembelajaran. Gaya belajar merupakan salah satu faktor akan mempengaruhi
commit
to user tipe tertentu menjadi pedoman
tingkat pencapaian prestasi belajar.
Pengkategorian
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa individu memiliki karakteristik cara belajar yang paling menonjol sehingga
jika ia mendapat rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan
memudahkannya untuk menyerap pelajaran.
3. Interaksi pengaruh penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan
Media pembelajaran Tiga Demensi dan Gaya Belajar terhadap Prestasi
Belajar
Dalam pembelajaran yang efektif, terjadi interaksi antara guru dengan
siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa, terdapat konsolidasi dan latihan
soal, ada kerjasama antara siswa, sehingga diperlukan media yang dapat
membantu siswa di dalam menyerap materi pelajaran. Dalam proses belajar, peran
media pembelajaran diduga dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar
serta mampu mengoptimalkan gaya belajar yang baik dalam arti gaya belajar
yang efektif dan efisien. Multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi
merupakan
media
pembelajaran
visual.
Multimedia
berbasis
komputer
mempunyai nilai interaktif yang lebih tinggi daripada media pembelajaran yang
lain. Media tiga demensi dengan kelebihannya akan menarik motivasi dan minat
belajar siswa.
Dengan membandingkan pengaruh penggunaan multimedia berbasis
komputer dan media pembelajaran tiga demensi , diharapkan dapat diketahui
mana yang lebih besar pengaruhnya dalam kaitannya gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik untuk merespon materi pelajaran, sehingga diharapkan
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik, khususnya pada mata pelajaran
Ilmu pengetahuan Alam.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka
hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan multimedia
berbasis komputer dan
media pembelajaran tiga demensi dan terhadap prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa Kelas IV Sekolah Dasar di kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri.
2. Ada perbedaan pengaruh gaya belajar auditif, visual, dan kinestetik terhadap
prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di
kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
3. Ada interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan cara belajar
terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa kelas IV Sekoah dasar
di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri di Kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri pada semester satu tahun pelajaran 2012/2013 untuk siswa
kelas IV SD selama kurang lebih lima bulan, mulai dari bulan Juni sampai
dengan bulan Oktober 2012. Pemilihan tempat penelitian yaitu SDN I Girimarto
sebagai sekolah Eksperimen dan SDN II Girimarto sebagai sekolah kontrol
dengan pertimbangan bahwa : 1) Mempunyai latar belakang sumber daya manusia
yang sama baik dilihat dari jumlah guru dan jumlah siswa yang relatif sama; 2)
Tingkat persaingan yang relatif kompetitif terjadi antara SDN I Girimarto dan
SDN II Girimarto baik dalam pengembangan sekolah maupun pada even-even
lomba.
Tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Tahap persiapan : meliputi pengajuan judul, pembuatan proposal, seminar,
penyusunan instrumen penelitian, pengambilan sampel, try out dilaksanakan
pada bulan Juni-juli 2012.
2.
Tahap pelaksanaan: meliputi tahapan eksperimen dan pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012.
3. Tahap analisis: meliputi analisa data penelitian yang dilaksanakan pada bulan
September-Oktober 2012.
4.
Penyusunan laporan penelitian
Nopember 2012
dan revisi laporan pada bulan
commit to user
73
Oktober-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada jadwal berikut:
Juni 2012
Kegiatan/
Minggu
ke
No
1
1
a
23
4 5
Juli 2012
12
3
Agust 2012
4
51
Persiapan
Penyusunan
Proposal
b
c
d
2
a
b
Seminar
Proposal
Penyusunan
Instrume
n
Pengambilan
sampel
dan try
out
Pelaksanaan
Penyusunan
pedoman
penelitia
n
Pelaksanaan
penelitian
c
Pengambilan
data
3
a
b
c
d
Penyusunan
laporan
Analisi Data
Penyusunan
Laporan
Revisi
Laporan
Penggandaan
dan
Pengesah
an
commit to user
74
2
34
Sept 2012
5
1
2
34
Oktb 2012
5
21
3
4
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Metode Penelitian
Dengan harapan banyak memberi manfaat terutama untuk menentukan
media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
maka penelitian ini didesain dengan metode eksperimen. Hasil penelitian akan ini
akan menegaskan bagaimana kedudukan hubungan antara variabel-variabel yang
akan diteliti. Tujuannya terletak pada penemuan fakta penyebab dan fakta akibat
tentang perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran tiga demensi dan
multimedia berbasis komputer serta pengaruh gaya belajar terhadap prestasi
belajar IPA.
Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu ( quasi experimental research), karena dalam desain ini peneliti tidak
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannnya eksperimen.
Johnson dan Christesen (2010:319), mengatakan bahwa desain penelitian quasi
exsperiment adalah suatu desain penelitian eksperimen yang tidak memberikan
kontrol penuh variabel perancu potensial terutama karena tidak menetapkan secara
acak partisipan pada kelompok pembanding. Quasi eksperimen atau penelitian
semu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tertentu, berupa prakiran
informasi yang dapat diperoleh pada eksperimen sebenarnya. Penelitian ini
dilakukan pada kondisi yang tidak memungkinkan mengontrol atau memanipulasi
semua variabel yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan, mengklarifikasi mengapa suatu peristiwa terjadi keduanya.
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ciri-ciri quasi eksperiment adalah : 1) aspek yang diteliti bersifat praktis
dan tidak mungkin mengontrol semua variabel; 2) menggunakan kontrol parsial;
3) sering dilakukan tidak formal ( Sudarwan Danim, 2002:59). Kelompok
eksperimen 1 menggunakan media pembelajaran 3 demensi, sedangkan kelompok
eksperimen 2 menggunakan media pembelajaran multimedia berbasis komputer.
Tabel 2.: Tata letak Data Desain Penelitian
Var 2
Gaya
Belajar
Siswa (B)
Gaya belajar
visual ( B1 )
Gaya Belajar
auditorial ( B2 )
Gaya Belajar
Kinestetik (B3)
Media Pembelajaran (A)
Media Interaktif
Media Tiga Demensi
Berbasis
( A2 )
Komputer
( A1 )
µ A1 B1
µ A2 B1
µ A1 B2
µ A2 B2
µ A1 B3
µ A2 B3
Keterangan :
A1.B1 = pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dan gaya
belajar visual
A1.B2 = pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dan gaya
belajar auditorial
A1.B3 = pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dan gaya
belajar kinestetik.
A2.B1 = pembelajaran menggunakan media tiga demensi dan gaya belajar visual.
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A2.B2 = pembelajaran menggunakan media tiga demensi dan gaya belajar
auditorial.
A2.B3 = pembelajaran menggunakan media tiga demensi dan gaya belajar
kinestetik.
Dalam hal ini kelompok eksperimen 1 adalah SD Negeri I Girimarto di
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, masing-masing di beri perlakuan
pembelajaran dengan multimedia berbasis komputer dan kelompok eksperimen 2
(Kelompok kontrol)
SD Negeri II Girimarto diberi perlakuan pembelajaran
dengan media tiga demensi dengan model pembelajaran kooperatif learning dan
Direct Instruction tipe pembelajaran STAD. Siswa tiap kelas dikelompokkan
menjadi tiga kelompok gaya belajar auditif, kelompok gaya belajar visual, dan
kelompok gaya belajar kinestetik yang diperoleh dengan teknik angket. Di akhir
perlakuan diadakan pengambilan tes prestasi siswa dengan alat tes yang sama
yaitu yaitu soal-soal tes prestasi belajar. Hasil pengukuran tersebut dianalisis dan
dibandingkan dengan tabel uji statistik.
C. Populasi ,Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup
penelitian. Orang-orang, lembaga, organisasi dan benda-benda yang menjadi
sasaran penelitian merupakan anggota populasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2000
: 250). Menurut Menurut Furqon (1997 : 135), populasi didefinisikan sebagai
commit to user
sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karakteristik umum yang sama. Sugiyono (2007: 80) berpendapat bahwa”
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas maka populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas IV
SD Negeri di Kecamatan Girimarto
Kabupaten
Wonogiri pada Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah SD di kecamatan
Girimarto adalah 35 SD , sedangkan jumlah populasi siswa kelas IV adalah 815
siswa.
2. Sampel.
Karena
beberapa
keterbatasan
seperti
tenaga,
waktu,
kesulitan
mengumpulkan data, biaya dan sebagainya, penelitian sulit untuk dikenakan
kepada seluruh anggota populasi yang sangat besar. Untuk itu penelitian
dikenakan kepada kelompok kecil yang mewakili (representatif) dari populasi.
(Suharsimi Arikunto 2006 : 131) menyatakan sebagian atau wakil populasi yang
di teliti disebut sampel.
(Nana Syaodih 2000 : 250-252) menyatakan
kelompok kecil anggota
populasi yang mewakili populasi disebut sampel. Sampel yang secara nyata akan
diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik
maupun jumlahnya.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ada dalam penelitian.
Sampel merupakan representasi populasi (Syaifudin Azwar, 2003 : 34). Dalam
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa-siswi Kelas IV dari tiga SD
Negeri di Kecamatan Girimarto , masing- masing sejumlah 1 kelas.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) merupakan cara yang
digunakan untuk mengambil sampel ( Sugiyono, 2007:81) . Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling.
Multistage karena pengambilan sampelnya dilakukan dalam beberapa tahap.
Cluster karena sampel berbasis dalam kelompok kelas dan Random karena
masing-masing penarikan sampel dilakukan secara acak dengan undian (lotre).
Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut :
a. Populasi terdiri dari siswa kelas IV dari 35 SD Negeri di Kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri, dipilih sekolah yang setara berdasarkan dokumen hasil
USBN sebagai standar Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB ).
b. Dari sekolah yang setara tersebut dilakukan undian secara random
untuk
diambil 2 sekolah untuk diberi perlakuan dan satu sekolah yang dijadikan
ujicoba penelitian.
c. Dari 3 sekolah terpilih dilakukan undian secara random kembali pada kelas
IV untuk menentukan kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas ujicoba
penelitian.
SD Negeri I Girimarto sebagai kelas eksperimen diberi
pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis komputer, SD Negeri
II Girimarto sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan menggunakan
media tiga demensi, dan SD Negeri IV Girimarto sebagai kelas try out.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu dua variabel bebas atau
independen (X) dan satu variabel terikat atau dependen (Y). Secara rinci sebagai
berikut: Media Pembelajaran yang difaktorialkan menjadi Multimedia Berbasis
Komputer dan Media Tiga Demensi (X1), Tingkat Gaya Belajar Siswa yang
difaktorialkan menjadi gaya Belajar Visual, Gaya Belajar Auditorial, dan gaya
Belajar Kinestetik (X2) dan Prestasi belajar siswa (Y)
Untuk menghindari ambiguitas dan duplikasi penafsiran dalam penelitian
ini disajikan definisi operasional variabel sehingga data yang diperoleh memiliki
akurasi dan ketepatan yang tinggi. Definisi operasional masing-masing variabel
adalah:
1. Dalam penelitian ini Multimedia berbasis komputer adalah penggunaan
multimedia dimana konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan
beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap
menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan
pengendali seluruh peralatan itu.
2. Sedangkan media pembelajaran tiga demensi adalah media yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan ide atau gagasan,
informasi, dan pesan dengan variasi benda-benda asli dan benda-benda tiruan
serta benda-benda lainnya yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi
bertujuan memepertinggi kegiatan belajar mengajar.
3. Gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar mencakup berbagai
commit
to user
sikap dan nilai siswa mengenai
belajar,
cara berpikir, dan selera presentasi,
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi
dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah
informasi dari konsep, yang membedakan seorang siswa atau sekelompok
siswa dengan yang lainnya, merupakan komponen yang penting dalam
mengaktualisasi kemampuan belajar siswa. Pada penelitian ini gaya belajar
siswa dibedakan menjadi 3 yaitu gaya belajar visual ( belajar dengan cara
melihat) , auditorial (belajar dengan cara mendengar) dan kinestetik ( belajar
dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
4. Prestasi belajar adalah keberhasilan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh suatu mata pelajaran yang merupakan hasil usaha
maksimal yang dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
yang diakhiri dengan tes, yang diwujudkan dalam bentuk angka , huruf atau
kalimat yang menginformasikan sejauh mana penguasaan dan pemahaman
materi pembelajaran yang dimaksud.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen,
angket, dan tes prestasi belajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
a. Pengambilan data dari variabel Tingkat Gaya Belajar siswa
dilakukan
dengan teknik angket. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah test skala sikap likert. Angket yang digunakan adalah angket tertutup
sebanyak 60 item.
Langkah-langkah membuat angket adalah sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi angket: untuk mendapat gambaran yang jelas
indikator-indikator apa saja yang akan diukur. Kisi-kisi angket dapat
dilihat pada lampiran 1.8. halaman 221-222.
2) Menentukan jenis dan bentuk angket: jenis angket dan bentuk yang
digunakan adalah angket langsung tertutup dalam bentuk pilihan ganda.
3) Menyusun angket: menyusun sejumlah pertanyaan sesuai dengan
indikator dalam kisi-kisi dengan skala penskoran tertentu. Kisi-kisi
pertanyaan angket dapat dilihat pada lampiran 1.9. halaman 223-227.
4) Menetapkan skor angket: dalam menentukan skor angket setiap alternatif
jawaban mempunyai skor yang berbeda-beda. Pemberian untuk tiap-tiap
alternatif jawaban disesuaikan dengan kriteria item.
Tabel 3: Kriteria Penilaian Angket
Pernyataan
Positif (+)
Pernyataan
Negatif (-)
Alternatif Jawaban
Skor
5
4
3
2
1
Alternatif Jawaban
Skor
1
2
3
4
5
Sangat sering
Sering
Biasa saja
Jarang
Tidak Pernah
Sangat sering
Sering
Biasa saja
Jarang
Tidak Pernah
5) mengadakan uji coba angket
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengambilan data dari variabel Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
dilakukan dengan teknik test obyektif pilihan ganda empat option yang
memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya.
Rancangan prosedur pelaksanaan tes prestasi belajar sebagai berikut:
1) Membuat batasan soal, yaitu soal-soal pada standar kompetensi
Memahami Struktur organ tubuh manusia dengan
fungsinya, serta
pemeliharaannya.
2) Menentukan tujuan tes, yaitu untuk mengetahui prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi Memahami Struktur organ tubuh manusia
dengan fungsinya, serta pemeliharaannya.
3) Membuat kisi-kisi soal tes berdasarkan batasan soal yang telah
dirumuskan. Kisi-kisi soal tes prestasi dapat dilihat pada lampiran 1.4.
halaman 206.
4) Menyusun soal-soal tes, meliputi di dalamnya petunjuk pengisian soal,
kunci jawaban, skor penilaian. Soal, kunci jawaban dan skor penilaian
dapat dilihat pada lampiran 1.5. halaman 207-213. Norma penilaian
untuk tes prestasi (try out) adalah nilai akhir = jumlah betul x 2
5) Uji coba tes, sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, soal tes
terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tes akan diujikan sebanyak 50
butir soal standar kompetensi Memahami Struktur organ tubuh manusia
dengan
fungsinya, serta pemeliharaannya., untuk mengantisipasi
banyaknya soal yang gugur dalam uji coba. Uji coba akan dilaksanakan
di SDN IV Girimarto.
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pengambilan data untuk kemampuan awal siswa dilakukan dengan teknik
dokumentasi, yaitu melihat data nilai rapor kelas 3 semester 2
mata
pelajaran IPA. Data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada lampiran 4.
2. Uji Instrumen Penelitian
a. Tes Prestasi Belajar
Guna menjamin ketepatan dan keterpercayaan instrumen yang
dikembangkan oleh peneliti maka dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat
kesukaran, daya pembeda serta uji validitas dan uji reliabilitas.
Tes terdiri dari 50 soal berbentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif
pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d. Soal tes tersebut mewakili tiap indikator yang
ada pada materi pokok Stuktur Organ tubuh, fungsi dan Cara pemeliharaannya.
Uji coba tes dilaksanakan di SDN IV Girimarto kepada 30 responden mulai
tanggal 16 Juli sampai 21 Juli 2012. Soal uji coba tes dapat dilihat pada lampiran
2 halaman 207-2013.
Soal tes diujicobakan untuk mengetahui validitas isi dan validitas butir
soal, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes. Berikut hasil uji coba
soal tes prestasi belajar
1) Menghitung Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mmpunyai tingkat
kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk menentukan tingkat kesukaran masing-masing butir soal menggunakan
rumus :
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
p=
B
Js
Pi =
Tingkat Kesukaran butir soal ke i
B =
Jumlah siswa yang menjawab benar
Js = Jumlah Siswa
P
= 0,00 – 0,30 : Sukar (Skr)
P
= 0,30 – 0,70 : Sedang (Sdg)
P
= 0,70 – 1,00 : Mudah (Mdh)
(Suharsimi Arikunto, 2006:208)
Hasil perhitungan tingkat kesukaran dari 50 soal menunjukkan bahwa
tingkat kesukaran sebagian besar butir soal tes tergolong memadai, yaitu 41
butir soal berkisar antara 0,37 sampai dengan 0,77. Sedangkan 9 butir soal
yang lain mempunyai tingkat kesukaran kurang dari 0,3 dan pada kategori
sukar yaitu butir soal nomer 9, 14, 17, 29, 31, 32, 38, 40 dan 49. Data hasil
perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran 2.4. halaman 248250.
2) Menghitung Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya beda jika
kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok
siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal
menggunakan rumus :
D=
B A BB
= PA - PB
JA
JB
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
D
:
daya pembeda (DP)
BA/JA :
Tingkat Kesukaran kelompok atas (pandai)
BB/JB :
Tingkat Kesukaran kelompok bawah (kurang pandai)
D = 0.00 – 0,20 : Jelek (Jlk)
D = 0,20 – 0,40 : Cukup (Ckp)
D = 0,40 – 0,70 : Baik (B)
D = 0,70 – 1,00 : Baik Sekali (BS)
(Suharsimi Arikunto, 2006:213)
Hasil perhitungan daya pembeda dari 50 buti soal menunjukkan bahwa
daya pembeda sebagian besar butir soal tes tergolong baik, yaitu sebanyak 41
butir soal memiliki daya pembeda lebih dari 0,3. Sedangkan 9 butir soal yang
lain mempunyai daya pembeda kurang dari 0,3 dan dianggap kurang baik,
yaitu butir 9 sebesar 0,07, butir 14 sebesar -0,07, butir 17 sebesar -0,07, butir
29 sebesar 0,13, butir 31 sebesar 0,07, butir 38 sebesar -0,03, butir 40 sebesar
0,20 dan butir 49 sebesar 0,00. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 2.4. halaman 248-250.
Hasil analisis dari perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda
dari 50 butir soal sebanyak 9 butir soal tes yaitu: butir 9, 14, 17, 29, 31, 32,
38, 40 dan 49 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 41 butir
soal yang layak digunakan untuk mengambil data penelitian. Dari ke-41 butir
soal itu diambil 40 soal yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu
butir nomer 1, 2 , 3 , 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 30, 33, 34, 35,commit
36, 37, to
38,user
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50. Butir soal nomer 12 tidak digunakan karena indikator yang mencakup
butir tersebut telah terwakili oleh beberapa butir soal yang lain.
3) Uji Validitas
a) Validitas Isi
Validitas isi meliputi aspek afektif, aspek konstruktif, dan aspek
bahasa. Uji validitas isi dilakukan oleh dua orang guru yaitu: Tri Warsito, S.
Pd., M. Pd. Dan Toto Triyatmo, S.Pd., M. Pd., dengan menggunakan daftar
cek list pada daftar validasi isi soal. Berdasarkan penilaian yang dilakukan
oleh dua validator tersebut, diperoleh hasil bahwa butir tes memenuhi semua
aspek dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Data hasil
validasi isi soal tes dapat dilihat pada lampiran 2.8. halaman 263-264.
.
b) Validitas Butir Soal
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2000: 219). Uji
validitas instrument dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen
penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur.
Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan
isi atau sifat bangun konsep (konstruk teori) yang menjadi dasar penyusunan
instrumen (indikator/ variabel).
Menurut (Arikunto, 1996: 165) bahwa analisis butir dilakukan untuk
mengetahui apakah butir dalam instrumen mencerminkan indikator variabel
yang dimaksud atau atribut yang hendak diukur. Instrumen tes prestasi belajar
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dihitung adlah validitas butir soal yaitu untuk mencari korelasi antar item
dengan keseluruhan tes, maka digunakan korelasi point biseral.
Rumus korelasi point biseral adalah sebagai berikut:
Rpbi = ( Mt – Mp/SD) ( p/q)
Keterangan:
rpbis : Koefisien point biseral
Mt : Rerata skor total
Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi ite yang dicari
validitasnya
p
: Proporsi siswa yang menjawab benar( Banyak siswa yang menjawab
benar : Jumlah seluruh siswa)
SD : Standar Deviasi dari skor total
q
: Proporsi siswa yang menjawab salah (1-p)
(Saifuddin Azwar, 1996:50)
Kriteria nilai rpbi adalah sebagai berikut:
Item tersebut valid jika harga rpbi ≥ rtabel
Item tersebut tidak valid jika harga rpbi ≤ rtabel.
Artinya dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel. Jika r point biseral lebih besar dari harga r
tabel, maka korelasi tersebut signifikan, berarti item soal itu valid. Apabila
harga r point biseral lebih kecil dari r tabel, berarti korelasi tersebut tidak
signifikan, maka item soal tersebut dikatakan tidak valid.
Hasil uji coba tes prestasi dari 50 soal setelah dianalisis untuk mengetahui
kevalidan dari masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut: 41
tergolong valid. Sedangkan 9 soal tergolong tidak valid yaitu nomor 9, 14, 17,
29, 31, 32, 38, 40 dan 49. Soal yang dapat dipakai 41 butir, untuk memudahkan
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya 40 butir soal yang dipakai sebagai tes prestasi belajar IPA. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.1. halaman 241-244. Norma
penilaian untuk tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:
Nilai akhir (NA) = jumlah benar dibagi jumlah soal X 100
4) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik dan dapat dipercaya, sehingga menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga ,artinya data tersebut betul-betul sesuai dengan
kenyataannya (Suharsimi Arikunto, 2008 : 178).
Untuk uji reliabilitas instrument penelitian ini, digunakan rumus dari
Spearman Brown dengan teknik belah dua sebagai berikut:
 1.1
2 1 / 2.1 / 2

1   1 / 2.1 / 2 
Keterangan
 1 / 2.1 / 2  Reliabilitas Belahan (Separo)
= Reliabilitas 1 (total)
 1.1
Apabila harga r11 dikonsultasikan dengan r product moment dengan harga
semakin mendekati 1,00 atau > rt yang ada, maka dapat dikatakan instrumen
tersebut reliabel. Hasil uji reliabilitas penelitian ini menggunakan rumus belah
dua dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 19 menunjukkan nilai r11 0,92
> 0,70. . (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.3. halaman
245-247.
b. Instrumen Angket Gaya Belajar
Dalam ujicoba instrumen angket ini menggunakan 60 butir pernyataan
commit to user
yang dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing bagian berisi 20
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pernyataan untuk gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar
kinestetik. Hal ini untuk mengantisipasi banyaknya yang gugur dalam uji coba.
1) Uji Validitas Isi
Menurut Budiyono (2003:59) untuk menilai apakah suatu instrumen
mempunyai validitas isi yang tinggi, biasanya dilakukan adalah melalui
expert judgment ( penilaian yang dilakukan oleh para pakar).
Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan valid jika kisi-kisi
yang telah dibuat menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi
(substansi) yang akan diukur, selanjutnya masing-masing butir tes yang
telah disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang telah ditentukan.
Sebelum diujicobakan, peneliti meminta dua orang panel untuk
menguji validitas angket gaya belajar siswa yaitu Drs. Suharto,M.Pd.
pengawas Kecamatan Girimarto dan Sunarto,S.Pd. pengawas di UPT Dinas
Pendidikan kecamatan Girimarto yang menguasai bidang ini. Berdasarkan
hasil
validator bahwa semua indikator telah terwakili. . (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.10. halaman 263-264.
2) Validitas Butir Angket
Validitas item soal angket dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi product moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
rxy 
NX
NXY   X  Y 
2

  X 2 NY 2   Y 2
commit to user
90

perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
rxy =
Angka indeks korelasi product moment
N =
Jumlah peserta tes
X
= Jumlah seluruh skor x
Y
= Jumlah seluruh skor y
XY
= Jumlah hasil kali antara skor x dan skor y
Menurut Saefudin Azwar
(2011
:153) harga koefisien
korelasi untuk penyusunan skala-skala psikhologi minimal sama dengan
0,300.
Angket terdiri dari 60 butir pertanyaan yang dibagi menjadi tiga
bagian yang masing-masing bagian terdiri dari 20 pertanyaan untuk gaya
belajar visual ( nomer 1 sampai 20 ), 20 pertanyaan untuk gaya belaajar
auditorial ( nomer 21 sampai 40) dan 20 pertanyaan untuk gaya belajar
kinestetik (nomer 41 sampai 60). Angket untuk mengetahui gaya belajar
siswa diujicobakan pada kelas yang sama dengan kelas uji coba tes
prestasi belajar. Angket uji coba gaya belajar dapat dilihat pada lampiran
2.5. halaman 251-256.
Angket gaya belajar diujicobakan untuk mengetahui validitas isi,
reliabilitas, dan konsistensi internal. Berikut hasil uji coba angket gaya
belajar Uji konsistensi internal :
a) Angket gaya belajar visual
Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar visual
user yang gugur indeks konsistensi
menunjukkan bahwa 4commit
butir to
angket
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
internalnya kurang dari 0,361 butir 10 sebesar 0,340, butir 13 sebesar
0,151, butir 15 sebesar 0,217, butir 17 sebesar 0,209.
Data hasil
perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dapat dilihat pada
lampiran 2.5. halaman 251-252.
Hasil analisis perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dari
20 butir pertanyaan, sebanyak 4 butir pertanyaan yaitu nomer 10, 13,
15, dan 17 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 16
butir pertanyaan yang layak digunakan untuk mengungkap gaya belajar
siswa dan mengambil data penelitian. Dari ke-16 butir pertanyaan
dipilih 15 butir yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir
nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20. Butir nomer 7
tidak digunakan karena indikaotor yang mencakup butir soal tersebut
telah cukup terwakili oleh beberapa butir pertanyaan yang lain.
b) Angket gaya belajar auditorial.
Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar
auditorial menunjukkan bahwa 5 butir angket yang gugur indeks
konsistensi internalnya kurang dari 0,361 butir 26 sebesar 0,102, butir
28 sebesar 0,053, butir 31 sebesar 0,019, butir 34 sebesar 0,068 dan
butir 36 sebesar 0,106. Data hasil perhitungan konsistensi internal gaya
belajar visual dapat dilihat pada lampiran 2.6. halaman 253-254.
Hasil analisis perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dari
20 butir pertanyaan, sebanyak 5 butir pertanyaan yaitu nomer 26, 28,
31, 34, dan 36 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 15
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
butir pertanyaan yang layak digunakan untuk mengungkap gaya belajar
siswa dan mengambil data penelitian. Dari ke-15 butir pertanyaan
dipilih 15 butir yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir
nomer 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30,32, 33, 35, 37, 38, 39, 40.
c) Angket gaya belajar kinestetik
Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar
kinestetik menunjukkan bahwa 4 butir angket yang gugur indeks
konsistensi internalnya kurang dari 0,361 butir 46 sebesar 0,184, butir
48 sebesar 0,217, butir 52 sebesar 0,236, butir 53 sebesar 0,120. Data
hasil perhitungan konsistensi internal gaya belajar kinestetik dapat
dilihat pada lampiran 2.7. halaman 255-256.
Hasil analisis perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dari
20 butir pertanyaan, sebanyak 4 butir pertanyaan yaitu nomer 46, 48,
52, dan 53 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 16
butir pertanyaan yang layak digunakan untuk mengungkap gaya belajar
siswa dan mengambil data penelitian. Dari ke-16 butir pertanyaan
dipilih 15 butir yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir
nomer 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51, 54, 56, 57, 58, 59, 60. Butir
nomer 55 tidak digunakan karena indikaotor yang mencakup butir soal
tersebut telah cukup terwakili oleh beberapa butir pertanyaan yang lain.
2. Uji reliabilitas angket
Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa suatu instrumen disebut
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada
waktu yang berlainan (tetai mempunyai kondisi yang sama) pada waktu
yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Pengujian reliabilitas dilakukan pada tiap gaya belajar yaitu gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik, sehingga ada tiga kali analisis.
Untuk reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha Cronbach
sebagai berikut :

2
2
 k  SDt -  SD t
ralpha = 

SDt2
 k 1

(Saefudin Azwar,2006:184)
keterangan :
k
= banyak butir pernyataan yang valid
SDt2  varians skor total
SDi2  varians skor butir ke-i
Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan reliabel jika
memenuhi kriteria > 0,700.
a) Angket gaya belajar visual
Hasil uji reliabilitas angket gaya belajar visual dari 15 butir pertanyaan
terhadap 30 responden menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar
0,995. Dengan batas minimal reliabilitas 0,7, maka angket gaya belajar
visual layak dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Data
perhitungan reliabilitas angket gaya belajar visual dapat dilihat pada
lampiran 2.7. halaman 257-258.
b) Angket gaya belajar auditorial
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil uji reliabilitas angket gaya belajar auditorial dari 15 butir
pertanyaan terhadap 30 responden menunjukkan koefisien reliabilitasnya
sebesar 0,995. Dengan batas minimal reliabilitas 0,7, maka angket gaya
belajar visual layak dan dapat digunakan untuk mengambil data
penelitian. Data perhitungan reliabilitas angket gaya belajar visual dapat
dilihat pada lampiran 2.9. halaman 259-260.
c) Angket gaya belajar kinestetik
Hasil uji reliabilitas angket gaya belajar kinestetik dari 15 butir
pertanyaan terhadap 30 responden menunjukkan koefisien reliabilitasnya
sebesar 0,995. Dengan batas minimal reliabilitas 0,7, maka angket gaya
belajar visual layak dan dapat digunakan untuk mengambil data
penelitian. Data perhitungan reliabilitas angket gaya belajar visual dapat
dilihat pada lampiran 2.8. halaman 261-262.
.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan
satu variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah media pembelajaran dan Gaya
Belajar siswa. Media pembelajaran terdiri dari Multimedia berbasis komputer
dan media Tiga Demensi. Gaya Belajar siswa dikelompokkan dalam gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah
Prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA.
Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi Uji Prasarat Analisis
dan Pengujian Hipotesis.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan uji prasarat analisis yang
meliputi: :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data mengikuti
sebaran baku normal atau tidak. Normalitas data hanya dikenakan terhadap
variabel terikat (Y). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Metode Lilliefors. Metode ini digunakan karena datanya tidak dalam
distribusi data bergolong (Budiyono, 2009: 170).
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Statistik Uji
Statistik Uji yang digunakan adalah: L = Maks | F (𝑧𝑖 ) - S(𝑧𝑖 ) | dengan
mengambil taraf signifikasi   0,05.
Pada metode Lillifefors setiap data xi diubah menjadi bilangan baku zi
dengan transformasi:
F(𝑧𝑖 )
= P (Z≤ 𝑧𝑖 ) dengan Z ~ N (0,1)
S (𝑧𝑖 )
= proporsi cacah Z ≤ 𝑧𝑖 terhadap seluruh 𝑧𝑖
s
= standart deviasi atau penyimpangan baku
(𝑧𝑖 )
= skor satndar
(𝑧𝑖 )
=
𝑋𝑖 − 𝑋
𝑠
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Taraf signifikasi : α = 0,05
4) Daerah kritik : DK = ( L\L> 𝐿𝛼 :𝑛 ), harga 𝐿𝛼 :𝑛 dapat diperoleh dari
tabel liliefors pada tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n.
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lmaks
 DK
∈ DK, atau H0 diterima jika Lmaks
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji ini untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah
populasi sama atau tidak (Budiyono, 2009: 175). Dalam penelitian ini uji
homogenitas dilakukan untuk menguji variansi masing-masing sel,
Sebagai prasarat untuk uji hipotesis.
Statistik uji yang digunakan adalah uji Bartllet. Langkah pertama
2
2
2
2
2
dihitung masing-masing variansi S1 , S1 , S1 , S1 ,..., S k .
Kemudian dihitung
S 
digunakan b 
2 n11
1
2
variansi gabungan S p . Statistik uji yang
S  S 
2 n 2 1
2
2 nk 1
k

1
N k
S p2
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Hipotesis
a. Hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1) Hipotesis 1 
HO : µA1= µA2
H1 : µA1≠ µA2
2) Hipotesis 2 
H0 : µB1= µB2 = µB3
H1 : µB1≠ µB2 = µB3
3) Hipotesis 3 
H0 : A xB = 0
H1 : A x B≠ 0
b. Komputasi
Ada lima komponen yang berturut-turut dikembangkan dengan (1), (2),
(3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut :
1)
𝐺2
𝑝𝑞
2) ∑𝑖𝑗 𝑆𝑆𝑖𝑗
3) ∑𝑖
𝐴𝑖 2
𝑞
4) ∑𝑖𝑗
𝐵2 𝑖
𝑞
5) ∑𝑖𝑗 𝐴𝐵𝑖𝑗
2
Pada analisis dua jalan dengan sel tak sama, didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut:
𝑛𝑖𝑗
= ukuran ij ( sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
𝑛ℎ
= rerata harmonik frekuensi seluruh sel 
pq
1
 nij
ij
𝑁
=
∑𝑖𝑗 𝑛 𝑖𝑗 = banyaknya seluruh data amatan
( ∑𝑘 𝑋𝑖𝑗𝑘 ) 2
𝑆𝑆𝑖𝑗 =
2
∑𝑖𝑗 𝑋𝑖𝑗𝑘
- __________
Nij
commit to user
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
𝐴𝐵𝑖𝑗 = rerata pada sel ij
p
= banyaknya baris
q
= banyaknya kolom
𝐴𝑖
=
∑𝑗 𝐴𝐵𝑖𝑗
= jumlah rerata pada baris ke-i
𝐵𝑗
=
∑𝑖 𝐴𝐵𝑖𝑗
= jumlah rerata pada kolom ke-j
G
=
∑𝑖𝑗 𝐴𝐵𝑖𝑗 = jumlah rerata semua sel
c. Jumlah kuadrat
JKA = 𝑛ℎ ((3) – (1) )
JKB = 𝑛ℎ ((4) – (1) )
JKAB = 𝑛ℎ ( (1) + (5) – (3) – (4) )
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
d. Derajat kebebasan
dkA
=p–1
dk G
dkB
=q–1
dkT
= N – pq
=N–1
dkAB = (p – 1) (q – 1) = pq – p – q + 1
e. Rerata kuadrat
RKA 
JKA
dkA
RKB 
JKB
dkB
RKAB 
JKAB
dkAB
RKG 
JKG
dkG
f. Statistik uji
Fa 
RKA
RKA
, Fb  RKA , Fab 
RKG
RKG
RKG
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Daerah kritis
Daerah kritis untuk Fa adalah DK = 𝐹 𝐹 > 𝐹𝑎: 𝑝 − 1, 𝑁 − 𝑝𝑞
Daerah kritis untuk Fb adalah DK = 𝐹 𝐹 > 𝐹𝑎: 𝑞 − 1, 𝑁 − 𝑝𝑞
Daerah kritis untuk Fab adalah DK = 𝐹 𝐹 > 𝐹𝑎: 𝑝 − 1 𝑞 − 1 , 𝑁 − 𝑝𝑞
h. Keputusan Uji
𝐻0 ditolak jika 𝐹𝑜𝑏𝑠 terletak di daerah kritis.
( Budiyono, 2009: 229-231)
3. Rangkuman analisis
Tabel 4: Rangkuman analisis variansi dua jalan
Sumber
Baris(A)
JK
JKA
Dk
p-1
RK
RKA
Fhit
Fa
Ftab
F*
RKA
B
Fab
F*
JKG
(p-1)
(q-1)
N-pq
RKG
-
-
Keputusan Uji
HoA
ditolak/diteri
ma
HoB
ditolak/diteri
ma
HoAB
ditolak/diteri
ma
-
Kolom(B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
Interaksi(AB)
JKAB
Galat (G)
Total
JKT
N–1
-
-
-
-
4. Uji Lanjut Pasca Anava
Uji lanjut Anava (komparasi Ganda) merupakan tindak lanjut dari analisis
variansi. Tujuan dari komparasi ganda ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda dengan metode scheffe.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebasnya adalah penggunaan media pembelajaran multimedia berbasis
komputer dan tiga demensi dan gaya belajar, variabel terikatnya adalah prestasi
belajar pada mata pelajaran IPA khususnya kompetensi dasar Struktur Rangka dan
Panca Indera.
Pada penelitian ini jumlah siswa yang dilibatkan sebanyak 60 siswa dari
SDN I Girimarto dan SDN II Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013. Data setiap
variabel penelitian ini yaitu data skor gaya belajar dan data nilai tes prestasi
belajar IPA siswa pada Standar Kompetensi
Struktur Organ Tubuh Manusia
dengan Fungsi serta cara pemeliharaannya. Data yang terkumpul dikelompokkan
menjadi dua yaitu kelas eksperimen 1 ( SDN I Girimarto) dan kelas eksperimen 2
atau kelas kontrol ( SDN II Girimarto ). Agar lebih jelas, berikut ini disajikan
deskripsi data hasil penelitian masing-masing variabel.
1. Data Skor Angket Gaya Belajar IPA Siswa
Data tentang gaya belajar IPA siswa diperoleh dari skor angket.
Penggolongan gaya belajar IPA siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tipe yang sesuai. Siswa yang memiliki skor tertinggi pada tipe tertentu
menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong tipe tertentu itu.
Pengelompokan tipe gaya belajar siswa mengacu pada seperangkat
pernyataan dalam angket mengenai ciri-ciri atau kebiasaan pada tipe gaya belajar.
Sejumlah 45 butir pernyataan dalam angket gaya belajar terdiri dari 15 butir
pernyataan tipe gaya belajar visual, 15 butir pernyataan tipe auditorial, dan 15
butir pernyataan tipe kinestetik.
a. Deskripsi Data Gaya Belajar IPA Siswa dengan Media Pembelajaran
Multimedia Berbasis Komputer Secara Keseluruhan
Berdasarkan data yang telah terkumpul pada penelitian yang dilakukan di
SD Negeri I Girimarto, dari 30 siswa kelompok eksperimen ( pembelajaran
dengan multimedia berbasis komputer) terdapat 11 siswa kelompok visual, 12
siswa auditorial, dan 7 siswa kinestetik. Perhitungan skor gaya belajar siswa
selengkapnya disajikan pada lampiran 3.3. dan 3.5. halaman 271-273.
Tabel 5. Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (dengan
Multimedia Berbasis Komputer)
No. Resp
Visual
Auditorial
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
44
38
55
47
40
43
49
55
50
51
43
57
53
45
45
50
44
37
43
56
43
41
42
45
51
44
43
50
Kinestetik
44
45
49
54
38
37
54
58
45
48
42
56
57
commit to40user
102
Kategori Gaya
Belajar
2
2
1
3
2
2
3
3
1
1
2
1
3
2
Nilai
70
60
77,5
77,5
80
72,5
62,5
65
90
75
75
97,5
70
72,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
No. Resp
35
51
53
54
48
39
50
46
45
Visual
40
43
46
41
51
49
40
47
44
Auditorial
37
45
52
47
40
47
43
44
46
Kinestetik
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
41
51
48
38
65
52
55
47
46
40
45
43
44
46
40
56
53
36
48
47
47
N. Min
N. Maks
38
65
36
56
36
58
2
1
1
1
2
2
1
2
3
Kategori Gaya
Belajar
2
3
3
2
1
1
1
Visual
= 11
Auditorial = 12
Kinestetik = 7
67,5
80
85
97,5
72,5
67,5
87,5
70
65
Nilai
75
70
70
60
92,5
80
87,5
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat distribusi frekuensi skor gaya
belajar siswa dengan penggunaa multimedia berbasis komputer sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok
Eksperimen (dengan Multimedia Berbasis Komputer)
Kelas
Interval
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
Visual
Auditorial
Kinestetik
Visual
Auditorial
Kinestetik
35-39
5
1
4
16,67%
3,33%
13,33%
40-45
6
18
10
20%
60%
33,33
46-49
5
6
8
16,67%
20%
26,67%
50-54
9
4
4
45%
13.33%
13,33%
55-59
4
1
4
13,33%
3,33%
13,33%
60-65
1
0
0
3,33%
0
0
Jumlah
30
30
100
100
100
commit30
to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan analisis mengenai data gaya belajar siswa dengan multimedia
berbasis komputer , diketahui bahwa untuk gaya belajar visual skor tetinggi 65
dan skor terendah 38, sedangkan untuk gaya belajar audotorial skor tertinggi 56
dan skor terendah 36, dan gaya belajar kinestetik skor tertinggi 58 skor terendah
36. Distribusi frekuensi skor gaya belajar siswa dapat dilihat pada tabel 5 dan
tabel 6 serta gambar 3 histogram di bawah ini.
20
18
16
Frekuensi
14
12
Visual
10
Audotorial
8
Kinestetik
6
4
2
0
35-39
40-45
46-49
50-54
60-65
Skor Gaya Belajar
Gambar 2. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA
Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer
b. Deskripsi Data Gaya Belajar IPA dengan Media Pembelajaran Media
Tiga Demensi
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri II Girimarto
dengan penggunaan Media Tiga Demensi, data yang telah terkumpul pada
kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa terdapat 11 siswa kelompok visual, 8
siswa auditorial, dan 11 siswa kinestetik. Perhitungan skor gaya belajar siswa
selengkapnya disajikan pada lampiran 3.6. halaman 274-276.
Tabel 7. Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan
Media Tiga Demensi)
No.
Resp
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
Visual
58
46
49
52
43
52
44
45
45
53
42
51
46
57
49
35
49
48
41
51
42
46
50
43
41
50
49
40
55
46
Auditorial
Kinestetik
36
45
38
42
45
45
46
53
43
44
49
44
40
47
41
51
44
46
52
38
35
44
49
42
38
36
46
50
40commit to
52
105
53
49
48
50
44
62
43
40
48
46
47
48
45
48
47
38
54
47
48
46
53
51
57
52
47
51
47
46
53
user
48
Kategori Gaya
Belajar
1
3
1
1
2
3
2
2
3
1
2
1
1
1
1
2
3
1
2
1
3
3
3
3
3
3
1
2
1
1
Nilai
65
52,5
60
72,5
47,5
57,5
55
45
40
67,5
45
65
72,5
40
75
52,5
60
65
50
60
50
57,5
42,5
40
50
65
62,5
67,5
72,5
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N. Min
N. Maks
35
58
35
53
43
62
Berdasarkan data di atas maka dapat dibuat distribusi frekuensi skor gaya
belajar siswa kelompok kontrol dengan penggunaan media tiga demensi sebagai
berikut :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok
Kontrol (dengan Media Tiga Demensi)
Kelas
Interv
al
35-39
40-45
46-49
50-54
55-59
60-65
Jumlah
Visual
1
10
9
7
3
0
30
Frekuensi
Auditorial Kinestetik
6
13
6
5
0
0
30
1
4
14
8
2
1
30
Visual
F(%)
Auditorial
Kinestetik
3,33%
33,33%
30%
23,33%
10%
0%
100
20%
43,33
20%
16,67
0%
0%
100
3,33%
13,33
46,67%
26,67%
6,67%
3,33%
100
Berdasarkan analisis mengenai data gaya belajar siswa dengan media tiga
demensi , diketahui bahwa untuk gaya belajar visual skor tetinggi 58 dan skor
terendah 35, sedangkan untuk gaya belajar audotorial skor tertinggi 53dan skor
terendah 35, dan gaya belajar kinestetik skor tertinggi 62 skor terendah 43.
Distribusi frekuensi skor gaya belajar siswa dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8
serta gambar 4 histogram di bawah ini.
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
14
12
10
Visual
Frekuensi
8
Auditorial
6
Kinestetik
4
2
0
35-39
40-45
46-49
50-54
55-59
60-65
Skor Gaya Belajar
Gambar 3. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA
Siswa dengan Media Tiga Demensi
2. Data Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Pembelajaran
Data skor kemampuan menyelesaikan tes prestasi belajar pada kelompok
eksperimen 1 (Pembelajaran menggunakan Multimedia Berbasis Komputer) dan
kelompok eksperimen 2 atau kelompok kontrol (Pembelajaran dengan Media Tiga
Demensi) dapat dilihat pada lampiran 3.1 dan 3.2. Berikut statistik deskriptif dan
kemampuan menyelesaikan tes prestasi belajar dan gaya belajar IPA siswa.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Analisis Data Skor Prestasi Belajar IPA Siswa
Media
Sumber
Pembelajaran Statistik
MBK (A1)
Gaya Belajar
Visual (B1)
Total
Auditorial
Kinestetik
(B2)
(B3)
N
11
12
7
30
∑𝑿
950
842,5
480
2272,5
∑ 𝑿2
82637,5
59531,5
33062,5
175231,25
commit to70,2083
user
86,3636
68,5714
75,7500
𝑋
107
perpustakaan.uns.ac.id
MTD (A2)
digilib.uns.ac.id
SD
7,69445
5,88317
4,97015
10,32135
N
11
8
11
30
∑𝑿
737,5
402,5
555
1695
∑ 𝑿2
49731,25
20743,75
28800
99275
SD
5,34067
8.39191
8.93156
10,99765
50,3125
50,4545
56,5000
𝑋
Total
67,0455
N
22
20
18
60
∑𝑿
1687,5
1245
1035
3967,5
∑ 𝑿2
132368,75
80275
61862,5
274506,25
SD
11,81168
12,08250
11,75735
14,35348
76,7045
62,2500
57,500
66,1250
𝑋
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer
Berdasarkan tes prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelompok
eksperimen (dengan multimedia berbasis komputer), jumlah responden (N) adalah
30 siswa dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 60, sehingga rentangnya
(jangkauan) = 37,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan
program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang
meliputi rerata (𝑋) = 75,75, median ( Me) = 73,75, modus (Mo) = 70, dan ukuran
dispersi meliputi jangkauan (J) = 37,5, dan simpangan baku (s) = 10,321
sedangkan standar error of mean (SE) = 1,327 yang dapat dirangkum dalam tabel
berikut ini: (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman
282).
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10. Deskripsi Data Skor Prestasi Siswa kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol.
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral
Ukuran Dispersi
𝑋
Mo
Me
Skor
min
Skor
ma
ks
J
s
Eksperimen
75,75
70
73,75
60
97,5
37,5
10,321
Kontrol
56,5
65
57,5
40
75
35
10,997
Keterangan :
𝑋: rataan, J : jangkauan, Mo : Modus, s : standar deviasi, Me : median
Jika skor prestasi ≥ skor rata-rata, maka dapat dikatakan bahwa siswa
tersebut memiliki prestasi tinggi dan sebaliknya jika skor prestasi ≤ skor rata-rata,
maka siswa tersebut memiliki prestasi rendah.
b. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA dengan Media Pembelajaran Media
Tiga Demensi
Berdasarkantes prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelompok
kontrol , kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rataan (𝑋) =
56,5, median ( Me) = 57,5, modus (Mo) = 40 dan 65, dan ukuran dispersi meliputi
jangkauan (J) = 35, dan simpangan baku (s) = 10,997, sedangkan standar error of
mean (SE) = 1,305 yang dapat dirangkum dalam tabel di atas: (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 282).
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika skor prestasi ≥ skor rata-rata, maka dapat dikatakan bahwa siswa
tersebut memiliki prestasi tinggi dan sebaliknya jika skor prestasi ≤ skor rata-rata,
maka siswa tersebut memiliki prestasi rendah.
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA dengan Gaya Belajar Siswa
Dari angket dan tes prestasi belajar IPA siswa kelompok eksperimen
(dengan multimedia berbasis komputer) dan kelompok kontrol (dengan media tiga
demensi) , dengan bantuan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran
tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋), median ( Me), modus (Mo), dan ukuran
dispersi meliputi jangkauan (J), dan simpangan baku (s) yang dapat dirangkum
dalam tabel berikut ini (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.2
halaman 288)
Tabel 11. Deskripsi Data Skor Prestasi Gaya Belajar Siswa kelompok
Eksperimen dan kelompok kontrol.
Skor
Ukuran Tendensi
Ukuran Dispersi
Prestasi
Sentral
Gaya
Mo
Me
Skor
Skor
J
s
𝑋
Belajar
min
maks
Visual
76,70
75
75
60
97,5
37,5
11,812
Auditorial 62,25
70
67,5
40
80
40
12,083
Kinestetik 57,50
65
58,75
40
77,5
37,5
11,757
Keterangan :
𝑋: rataan, J : jangkauan, Mo : Modus, s : standar deviasi, Me : median
a. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer (A1)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30
commit to user
siswa dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 60, sehingga rentangnya 37,5.
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS versi
19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 75,5,
median ( Me) = 73,75, modus (Mo) = 70, dan ukuran dispersi meliputi jangkauan
(J) = 37,5, dan simpangan baku (s) = 10,32.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer
Kelas Interval
60 - 66
67 - 73
74 - 80
81 - 87
88 - 94
95 - 100
F
5
10
8
3
2
2
30
F(%)
16,67%
33,33%
26,67%
10%
6,67%
6,67%
100%
12
Frekuensi
10
8
6
4
2
0
60-66
67-73
74-80
81-87
commit to user
111
88-94
95-100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor Prestasi Belajar
Gambar 4. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer
b. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi (A2)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
media tiga demensi, diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 siswa
kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rataan (𝑋) = 56,5,
median ( Me) = 57,5, modus (Mo) = 40 dan 65, dan ukuran dispersi meliputi
jangkauan (J) = 35, dan simpangan baku (s) = 10,99 .
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Media Tiga Demensi
Kelas Interval
40 - 45
46-51
52 - 57
58 - 63
64 - 69
70 - 75
F
7
4
5
4
6
4
30
commit to user
112
F(%)
23,33%
13,33%
16,67%
13,33%
20%
13,33%
100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
7
6
Frekuensi
5
4
3
2
1
0
40 - 45
46 -51
52 - 57
58 - 63
64 - 69
70 - 75
Skor Prestasi Belajar
Gambar 5. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Media Tiga Demensi
c. Prestasi Belajar IPA Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual (B1)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
jumlah responden (N) = 60 siswa, maka diketahui jumlah kelompok visual yaitu
n = 22, skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 60 sehingga rentangnya 37,5.
Berdasarkan perhitungan statistik dasar dibantu dengan program SPSS
diperoleh rerata 76,70 jangkauan 37,5 dan standar deviasi 11,812. Distribusi
frekuensi skor prestasi belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual dapat dilihat
pada tabel 13 dan gambar 6 histogram di bawah ini :
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual
Kelas Interval
60 - 66
67 - 73
74 - 80
81 - 87
Frekuensi
6
4
5
commit 3to user
113
F(%)
27,27%
18,18%
22,72%
13,64%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 - 94
95 - 100
2
2
22
9,09%
9,09%
100%
7
6
6
Frekuensi
5
5
4
4
3
3
2
2
88 - 94
95 - 100
2
1
0
60 - 66
67 - 73
74 - 80
81 - 87
Skor Prestasi Belajar
Gambar 6. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual
d. Prestasi Belajar IPA Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial(B2)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
jumlah responden 60 siswa, diketahui bahwa kelompok auditorial n = 20, skor
tertinggi 80 dan skor terendah 40 sehingga rentangnya 40. Berdasarkan
perhitungan statistik dasar dibantu dengan program SPSS diperoleh rerata 62,25
jangkauan 40 dan standar deviasi 12,08. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar
IPA siswa dengan gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 18 dan gambar 10
histogram di bawah ini :
commit to user
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial
Kelas Interval
40 – 46
47 – 52
53 – 59
60 – 66
67 – 73
74 - 80
Frekuensi (F)
3
2
2
2
8
3
20
Prosentase (%)
15%
10%
10%
10%
40%
15%
100%
53-59
67-73
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
40-46
47-52
60-66
74-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 7. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial
e. Prestasi Belajar IPA Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik(B3)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
jumlah responden 60, maka diketahui bahwa kelompok kinestetik n = 18, skor
tertinggi 77,5 dan skor terendah 40 sehingga rentangnya 37,5. Berdasarkan
perhitungan statistik dasar dibantu dengan program SPSS diperoleh rerata 57,50
jangkauan 37,5 dan standar deviasi 11,75. Distribusi frekuensi skor prestasi
belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 19 dan
to user
gambar 11 histogram di bawah inicommit
:
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik
Kelas Interval
40 – 46
47 – 52
53 – 59
60 – 66
67 – 73
74 - 80
Frekuensi (F)
4
2
3
4
4
1
18
Prosentase (%)
22,22%
11,11%
16,67%
22,22%
22,22%
5,56%
100%
5
4
Frekuensi
3
2
1
0
40-46
47-52
53-59
60-66
67-73
74-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 8. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik
f. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Siswa
yang Memiliki Gaya Belajar Visual (A1B1)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30
diketahui n = 11, siswa dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 75, sehingga
rentangnya (jangkauan) = 27,5. Berdasarkan hitungan statistik dasar yang dibantu
dengan SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi
commit to user
rerata (𝑋) = 86,36 , dan simpangan baku (s) = 10,32. Distribusi frekuensi skor
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar IPA dengan multimedia berbasis komputer pada siswa yang
memiliki gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 20 dan gambar 12 histogram
di bawah ini:
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan
Gaya Belajar Visual
Kelas Interval
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
75 - 78
2
18,18%
79 - 82
2
18,18%
83 - 86
1
9,09%
87 - 90
3
27,27%
91 - 94
1
9,09%
95 - 98
2
18,18%
11
100%
3,5
3
2,5
Frekuensi
2
1,5
1
0,5
0
75-78
79-82
83-86
commit to user
117
87-90
91-94
95-98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor Prestasi Belajar
Gambar 9. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Visual
g. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Siswa
yang Memiliki Gaya Belajar Auditorial (A1B2)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30
diketahui n = 12, siswa dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 60, sehingg
rentangnya (jangkauan) = 20. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang
dibantu dengan program SPSS
kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral
yang meliputi rerata (𝑋) = 70,20 , dan simpangan baku (s) = 5,88. Distribusi
frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan multimedia berbasis komputer pada
siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial dapat dilihat pada tabel 21 dan
gambar 13 histogram di bawah ini:
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan
Gaya Belajar Auditorial
Kelas Interval
F
F(%)
60 – 63
2
16,67%
64 – 67
2
16,67%
68 – 71
2
16,7%
72 – 75
5
41,67%
76 - 79
1
8,33%
commit12
to user
100%
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
5
Frekuensi
4
3
2
1
0
60-63
64-67
68-71
72-75
76-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 10. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA
dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok
Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial
h. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Siswa
yang Memiliki Gaya Belajar Kinestetik (A1B3)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30
diketahui n = 7, siswa dengan skor tertinggi 77,5dan skor terendah 60, sehingga
rentangnya (jangkauan) = 17,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang
dibantu dengan SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang
meliputi rerata (𝑋) = 68,57 , dan simpangan baku (s) = 4,97. Distribusi frekuensi
to user
skor prestasi belajar IPA dengan commit
multimedia
berbasis komputer pada siswa yang
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki gaya belajar Auditorial dapat dilihat pada tabel 22 dan gambar 14
histogram di bawah ini:
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan
Gaya Belajar Kinestetik
Kelas Interval
F
F(%)
60 – 63
1
14,28%
64 – 67
2
28,57%
68 – 71
3
42,85%
72 – 75
0
0
76 - 79
1
28,57%
7
100%
3,5
3
2,5
Frekuensi
2
1,5
1
0,5
0
60-63
64-67
68-71
72-75
76-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 11. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA
dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok
Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi
Pada Siswa yang
Memiliki Gaya Belajar Visual (A2B1)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
menggunakan media tiga demensi diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah
30 diketahui n = 11, siswa dengan skor tertinggi 75 dan skor terendah 60,
sehingga rentangnya = 15. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu
dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang
meliputi rerata (𝑋) = 67,04 , dan simpangan baku (s) = 5,34. Distribusi frekuensi
skor prestasi belajar IPA dengan media tiga demensi pada siswa yang memiliki
gaya belajar Visual dapat dilihat pada tabel 23 dan gambar 15 histogram di
bawah ini:
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya
Belajar Visual
Kelas Interval
F
F(%)
60 – 62
2
18,18%
63 – 65
4
36,36%
67 – 69
1
9,09%
70 – 72
3
27,27%
73 – 75
1
9,09%
11
100%
commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4,5
4
Frekuensi
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
60-62
63-65
67-69
70-72
73-75
Skor Prestasi Belajar
Gambar 12. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA
dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Visual
j. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi
Pada Siswa yang
Memiliki Gaya Belajar Auditorial (A2B2)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
menggunakan media tiga demensi diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah
30 diketahui n = 8, siswa dengan skor tertinggi 67,5 dan skor terendah 40,
sehingga rentangnya (jangkauan) = 27,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar
yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran
tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 50,31 , dan simpangan baku (s) = 8,39.
Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan media tiga demensi pada
commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa yang memiliki gaya belajar Visual dapat dilihat pada tabel 24 dan gambar
16 histogram di bawah ini:
Tabel 21. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya
Belajar Auditorial
Kelas Interval
F
F(%)
40 – 45
3
37,5%
46 – 51
2
25%
52 – 57
2
25%
58 – 63
0
0
64 – 69
1
12,5
8
100%
3,5
3
Frekuensi
2,5
2
1,5
1
0,5
0
40-45
46-51
52-57
Skor Prestasi Belajar
58-63
64-69
commit to user
Gambar 13. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Auditorial
k. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi
Pada Siswa yang
Memiliki Gaya Belajar Kinestetik (A2B3)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan
menggunakan media tiga demensi diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah
30 diketahui n = 11, siswa dengan skor tertinggi 65 dan skor terendah 40,
sehingga rentangnya (jangkauan) = 25. Berdasarkan perhitungan statistik dasar
yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran
tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 50,45 , dan simpangan baku (s) = 8,93.
Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan media tiga demensi pada
siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dapat dilihat pada tabel 25 dan
gambar 17 histogram berikut ini:
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan
Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya
Belajar Kinestetik
Kelas Interval
40 – 45
46 – 51
52 – 57
58 – 63
64 - 69
F
4
2
2
2
1
11
commit to user
124
F(%)
36,36
18,18
18,18
18,18
9,09
100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4,5
4
3,5
Frekuensi
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
40-45
46-51
52-57
58-63
64-69
Skor Prestasi Belajar
Gambar 14. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA
dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang
memiliki Gaya Belajar Kinestetik
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Uji keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut seimbang atau mempunyai
kemampuan awal sama sebelum eksperimen dilakukan. Secara statistik apakah
terdapat perbedaan rataan yang berarti dari kedua kelompok sampel. Statistik uji
yang digunakan adalah t. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah
nilai rapor IPA pada kelas 3, dari dua kelas pada masing-masing SD Negeri yang
terpilih Kecamatan Girimarto. Data nilai rapor IPA kelas 3 dari masing-masing
sekolah dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 280. Sebelum dilakukan uji
keseimbangan, terpilih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis untuk uji -t sebagai
berikut:
commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas
digunakan metode Liliefors. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing
kelompok data yaitu kelompok eksperimen 1 (Multi Media Berbasis Komputer)
dan kelompok eksperimen 2 (Media Tiga Demensi) atau kelompok kontrol.
Berikut rangkuman hasil uji normalitas pada setiap kelompok eksperimen:
Tabel 23. Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok eksperimen.
Kelompok
𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿 0,05;𝑛 Keputusan uji Kesimpulan
Eksperimen 1 (Multimedia0,138 0,162
Ho diterima Berdistribusi
Berbasis Komputer)
normal
Eksperimen 2
( Media Tiga Demensi)
0,098
0,162
Ho diterima
Berdistribusi
normal
Berdasarkan uji normalitas yang terangkum pada tabel 4.1 di atas terlihat
bahwa 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 untuk setiap kelompok lebih kecil dari 𝐿 0,05:𝑛 dengan daerah kritik
DK = {L|L > 𝐿(0,05;𝑛) }, maka 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠  DK dan keputusan ujinya adalah 𝐻𝑜
diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data
pada setiap sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data hasil
perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman
281-282.
2. Uji Homogenitas Variansi
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai
variansi yang sama. Metode yang digunakan adalah dengan Bartlett. Uji
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
homogenitas variansi dilakukan pada pasangan kelompok eksperimen. Berikut
rangkuman hasil uji homogenitas variansi pada pasangan kelompok eksperimen:
Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi pada Pasangan
Kelompok Eksperimen
Pasangan
Kelompok
Eksperimen 1
(MBK) vs
Eksperimen 2
(MTD)
2
𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2,604
2
𝑋(0,05;𝑘−1)
3,84
Keputusan uji
Kesimpulan
Ho diterima
Variansi
homogen
Berdasarkan uji homogenitas variansi yang terangkum pada tabel 27 di
2
atas terlihat bahwa 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
untuk setiap kelompok kurang dari 𝑋 20,05;𝑘−1 . Dengan
daerah kritik DK = { 𝑋 2 | 𝑋 2 >𝑋 20,05;𝑘−1 . }, maka  DK dan keputusan ujinya
adalah 𝐻𝑜 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa data pada setiap pasangan kelompok mempunyai variansi yang homogen.
Data hasil perhitungan uji homogenitas variansi dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 281-282.
3. Uji Keseimbangan
Berdasarkan hasil perhitungan uji keseimbangan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,468
dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 daerah kritik DK = { t | t < 1,67 atau t > 1,67 }. Dengan
demikian 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔  DK dan keputusan ujinya 𝐻𝑜 diterima. Berdasarkan
keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok dalam
keadaan seimbang atau memiliki kemampuan awal sama. Data perhitungan uji
commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 281-282.
C. Analisis Data
1. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
dua jalan ( 2 x 3 ). Prasyarat analisis yang harus dipenuhi untuk menggunakan
anava adalah populasi yang homogen dan terdistribusi normal, yang dapat
diketahui dengan melakukan uji normalitas dengan teknik uji Lilliefors dan uji
homogenitas dengan uji Bartlett.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas
digunakan metode Liliefors. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing
kelompok data yaitu kelompok eksperimen 1 (Multimedia Berbasis Komputer)
dan kelompok eksperimen 2 atau kelompok kontrol (Media Tiga Demensi)
Berikut rangkuman hasil uji normalitas pada setiap kelompok eksperimen:
Tabel 25. Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok
Kelompok
Eksperimen 1 (MBK)
𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐿 0,05;𝑛
0,129
0,161
Keputusan uji
𝐻0 diterima
Kesimpulan
Berdistribusi
normal
Eksperimen 2 (MTD)
0,114
0,161
𝐻0 diterima
Berdistribusi
normal
Gaya belajar visual
0,112
0,188
commit to user
128
𝐻0 diterima
Berdistribusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
normal
Gaya belajar auditorial
0,192
0,198
𝐻0 diterima
Berdistribusi
normal
Gaya belajar kinestetik
0,127
0,208
𝐻0 diterima
Berdistribusi
normal
Berdasarkan uji normalitas yang terangkum pada tabel 28 di atas terlihat
bahwa L maks untuk setiap kelompok lebih kecil dari 𝐿(0,05;𝑛) , dengan daerah
kritik DK = {L|L >𝐿(0,05;𝑛) }, maka 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 ɇ DK dan keputusan ujinya adalah 𝐻0
diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data
pada setiap sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data hasil
perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 289.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas menggunakan uji
Bartlett. Uji homogenitas variasi dilakukan pada pasangan kelompok model
pembelajaran dan gaya belajar. Berikut rangkuman hasil uji homogenitas variansi
pada setiap pasangan kelompok :
Tabel 26 : Rangkuman Uji Homogenitas Variansi
Pasangan kelompok
2
𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2
Keputusan uji Kesimpulan
𝑋(0,05;𝑘−1)
3,841
𝐻0 diterima
Eksperimen 1 (MBK) vs
Eksperimen 2 (MTD)
0,108
Gaya belajar visual vs
0,619
commit 5,991
to user 𝐻0 diterima
129
Variansi
homogen
Variansi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
auditorial vs kinestetik
Homogen
Berdasarkan uji homogenitas variansi yang terangkum pada tabel 29 di
2
2
atas terlihat bahwa 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
untuk setiap kelompok kurang dari𝑋(0,05;𝑘−1)
. Dengan
2
daerah kritik DK = { 𝑋 2 | 𝑋 2 >𝑋 20,05;𝑘−1 . }, maka 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
 DK dan keputusan
ujinya 𝐻0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa data pada setiap pasangan kelompok mempunyai variansi yang homogen.
Data hasil perhitungan uji homogenitas variansi dapat dilihat pada lampiran 5
halaman 289.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui
bahwa prasyarat uji telah dipenuhi, maka data yang telah diperoleh dapat
dianalisis dengan anava dua jalan. Ada dua variabel yang dilibatkan dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi, dan Gaya belajar IPA
Siswa. Dalam penelitian ini, gaya belajar IPA siswa dibagi dalam tiga tipe, yaitu
visual, auditorial, dan kinestetik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Prestasi Belajar IPA siswa Kompetensi Dasar Struktur Rangka dan Pancaindera.
Dari uji anava dua jalan diperoleh 𝐹𝐴 sebesar 105,482; 𝐹𝐵 sebesar 38,744; dan
𝐹𝐴𝐵 sebesar 0,074 Harga 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi ∝ = 0,05 dengan dka = 1,
dkb = dkab = 2 dan derajat kebebasan galat (error) = 54 atau 𝐹(0,05;1,54) diperoleh
commit todalam
user tabel 30 sebagai berikut:
harga 3,15 Hasil pengujian ini terangkum
130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 27. Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Sumber
JK
dk
RK
Media
Pembelajaran
(A)
Gaya Belajar
(B)
Interaksi (AB)
5268,053
1
5268,053
105,482
4,00
Keputusan
uji
𝐻0𝐴 ditolak
3869,974
2
1934,987
38,744
3,15
𝐻0𝐵 ditolak
7,391
2
3,695
0,074
3,15
𝐻0𝐴𝐵
diterima
Galat
2696,912
54
49,934
-
-
-
Total
274506,250
60
-
-
-
-
Perhitungan selengkapnya di lampiran 5 halaman 294. Berdasarkan tabel 4.6.
analisis variasi dua jalan didapatkan hasil-hasil berikut :
a. Uji Hipotesis Pertama
𝐻0𝐴 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis
Komputer dan Media Tiga Demensi
terhadap prestasi belajar IPA pada
Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya.
𝐻1𝐴 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer
dan Media Tiga Demensi
Kompetensi
Struktur
terhadap prestasi belajar IPA pada Standar
organ
tubuh,
dengan
fungsinya
serta
cara
pemeliharaannya.
Setelah dianalisis, faktor penggunaan media pembelajaran yaitu multimedia
berbasis komputer dan media tiga demensi, terhadap prestasi belajar IPA
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya.
diperoleh harga 𝐹𝐴 =105,482. Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga tabel
F untuk taraf signifikansi 5% diperoleh
𝐹(0,05;`1,54) = 4,00 Karena 𝐹𝐴 >
𝐹(0,05;1,54), maka 𝐻0𝐴 ditolak atau 𝐻1𝐴 diterima. Ini berarti Ada perbedaan
pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga
Demensi terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur
organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Perhitungan anava
tercantum pada lampiran 5 halaman 273.
b. Uji Hipotesis Kedua
𝐻0𝐵 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara Gaya belajar IPA Siswa tipe visual,
auditorial, dan kinestetik terhadap prestasi belajar IPA pada Standar
Kompetensi
Struktur
organ
tubuh,
dengan
fungsinya
serta
cara
pemeliharaannya.
𝐻1𝐵 : Ada perbedaan pengaruh antara Gaya belajar IPA Siswa tipe visual,
auditorial, dan kinestetik
Kompetensi
Struktur
terhadap prestasi belajar IPA pada Standar
organ
tubuh,
dengan
fungsinya
serta
cara
pemeliharaannya.
Setelah dianalisis, faktor gaya belajar IPA siswa terhadap prestasi belajar IPA
Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya, diperoleh harga 𝐹𝐵 =38,744. Nilai tersebut dikonsultasikan
dengan harga tabel F untuk taraf signifikansi 5% diperoleh 𝐹(0,05;`2,54) = 3,15
to useratau 𝐻1𝐵 diterima. Ini berarti Ada
Karena 𝐹𝐵 > 𝐹(0,05;2,54) , makacommit
𝐻0𝐵 ditolak
132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbedaan pengaruh antara gaya belajar IPA siswa terhadap prestasi belajar
IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta
cara pemeliharaannya. Perhitungan anava tercantum pada lampiran 5 halaman
273.
c. Uji Hipotesis Ketiga
𝐻0𝐴𝐵 : Tidak ada interaksi antara Penggunaan multimedia berbasis komputer
dan media tiga demensi dan gaya belajar IPA Siswa terhadap prestasi belajar
IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta
cara pemeliharaannya.
𝐻1𝐴𝐵 : Ada ada interaksi antara Penggunaan multimedia berbasis komputer dan
media tiga demensi dan gaya belajar IPA Siswa terhadap prestasi belajar IPA
pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya.
Setelah dianalisis, interaksi antara Penggunaan multimedia berbasis komputer
dan media tiga demensi dan gaya belajar IPA Siswa terhadap prestasi belajar
IPA Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya, diperoleh harga 𝐹𝐴𝐵 = 0,074 Nilai tersebut dikonsultasikan
dengan harga tabel F untuk taraf signifikansi 5% diperoleh 𝐹(0,05;`2,54) = 3,15
Karena 𝐹𝐴𝐵 <
𝐹(0,05;2,54) , maka 𝐻0𝐴𝐵 diterima atau 𝐻1𝐴𝐵 ditolak. Ini berarti
tidak ada interaksi
pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
pembelajaran (multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi) dan
gaya belajar ( visual, auditorial, dan kinestetik) terhadap prestasi belajar IPA
yang dicapai siswa pada SD inticommit
Kecamatan
Girimarto Kabupaten Wonogiri.
to user
133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunaan Media pembelajaran dan gaya belajar siswa diduga sebagai
salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar IPA. Dengan kata lain
bahwa penggunaan media pembelajaran yang diberikan kepada siswa tidak
selamanya memberikan hasil yang sama baiknya dalam semua kondisi dan
situasi. Dengan demikian untuk mendapatkan prestasi belajar IPA yang optimal
perlu adanya kesesuaian antara gaya belajar dan penggunan media
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, siswa dengan gaya belajar visual apabila
diberikan pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran multimedia
berbasis komputer prestasi belajarnya akan lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan media tiga demensi. Hal ini dikarenakan Multimedia Berbasis
Komputer adalah media pembelajaran yang menumbuhkan sikap aktif dan
interaktif. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik akan
mengalami kesulitan dalam penggunaan Multimedia Berbasis Komputer
sehingga prestasi belajar akan lebih rendah daripada siswa yang memiliki gaya
belajar visual.
E. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda (2011: 6) menyebutkan bahwa
Media (bentuk jamak dari medium) berarti suatu alat penyampai informasi dalam
komunikasi, atau dapat disebut sebagai saluran informasi dalam komunikasi.
commit to user
134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dapat juga berarti sesuatu yang berada di antara pembawa informasi dan penerima
informasi. Media akan memudahkan penyampaian materi pembelajaran.
Arief S Sadiman,R.Raharjo, Anung Haryono dan Rahardjito (2011 : 17),
menjelaskan
beberapa manfaat media pembelajaran yaitu :1) Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan belaka); 2) Mengatasi keterbatasan ruang,waktu dan daya indera; 3)
Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak
didik; 4) Memberi rangsang dan pengalaman yang sama.
Berdasarkan hasil analisis variansi diperoleh bahwa untuk hipotesis pertama
ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan
Media Tiga Demensi dalam pembelajaran IPA siswa pada Standar Kompetensi
Struktur Organ tubuh,dengan fungsinya, serta cara pemeliharaannya. Dari anava
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Multimedia Berbasis
Komputer lebih efektif daripada menggunakan media tiga demensi. Hasil analisis
data hasil tes belajar IPA menunjukkan bahwa dengan menggunakan multimedia
berbasis komputer diperoleh rata-rata 75,75 dan dengan media tiga demensi 56,75.
Ini berarti bahwa multimedia berbasis komputer memberikan pengaruh yang lebih
baik daripada media tiga demensi terhadap prestasi belajar IPA.
Hal ini
dikarenakan siswa dapat mempelajari materi secara lebih aktif karena penyajian
media yang lebih interaktif dan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Multimedia Berbasis Komputer
mampu menampilkan objek-objek yang
sebenarnya tidak ada secara fisik, dapat menggambarkan semua unsur media dan
suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi serta memiliki
commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya
atau gaya belajarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yudhi Munadi (2008:
150) menyatakan ada beberapa kelebihan penggunaan multimedia presentasi yaitu
: a) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau
diistilahkan dengan imagery; b) Memiliki kemampuan dalam menggambarkan
semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik, dan suara menjadi
satu kesatuan penyajian yang terintegrasi; c) Memiliki kemampuan dalam
mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya terutama bagi mereka
yang memiliki tipe visual, auditif, kinastetik atau yang lainnya.
Media pembelajaran tiga demensi merupakan salah satu jenis media
pembelajaran visual. Media pembelajaran tiga demensi dapat memberikan
perasaan akan realita atau sebenarnya dan sesuai kenyataan. Pada Media Tiga
Demensi siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran karena siswa hanya
mengamati Media Tiga Demensi yang cukup statis dan kurang interaktif.
Moedjiono (1992), mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki
kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara
kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik
konstruksi
maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi
secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan
kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah
yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya
rumit.
commit to user
136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunan Multimedia Berbasis Komputer dalam pembelajaran IPA akan
menghasilkan suatu konsep yang mudah dipahami siswa. Multimedia berbasis
komputer memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan makna
konsep pembelajaran sehingga terbentuk struktur kognitif yaitu memaknai sendiri
konsep dan jawaban atas masalah yang dihadapi sehingga siswa seolah terlibat
langsung yang pada akhirnya berpengaruh pada kemampuan kognitif siswa.
Kesimpulan bahwa multimedia berbasis komputer mempunyai pengaruh yang
lebih baik daripada media pembelajaran lainnya juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan Ari Prasmono (2011:82) yang menyatakan multimedia berbasis
komputer adalah merupakan media pembelajaran yang berbasis komputer dan
didukung oleh peralatan lainnya sehingga unsur interaktifnya lebih terasa
sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar.
2. Hipotesis Kedua
Menurut pendapat W.S. Winkel, (1996 : 147), “Gaya belajar merupakan
cara khas siswa dalam belajar. Sedangkan Menurut Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki ( 2010: 111) “Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Hal ini mengandung
makna bahwa setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda dalam
menyerap suatu informasi, mengatur, dan mengolah informasi tersebut.
Bobbi DePorter (2010) dan Michael Grinder, pengarang Righting
Education Conveyor, mencatat ada tiga modalitas belajar yaitu Visual ,
Audiotorial, dan Kinestetik. Modalitas visual yaitu belajar dengan cara melihat (
menggunakan mata), modalitas belajar audiotorial yaitu modalitas mendengarkan
commit to user
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(menggunakan telinga), sedangkan modalitas kinestetik yaitu belajar dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh (menggunakan tangan). Sebelum proses
pembelajaran, sebaiknya langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang
guru adalah mengenali modalitas seseorang siswa apakah sebagai modalitas
visual, auditorial, atau kinestetik. Orang visual akan belajar baik melalui apa yang
mereka lihat, siswa auditorial akan lebih mengerti melalui apa yang mereka
dengar dan siswa kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan.
Walaupun masing-masing dari mereka belajar dengan menggunakan ketiga
modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan akan lebih cenderung pada salah
satu diantara ketiganya.
Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik Terhadap prestasi belajar IPA siswa pada Standar kompetensi Struktur
Organ tubuh dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Hasil analisis tes
prestasi IPA menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual
mencapai nilai rata-rata 76,705, siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial
mencapai nilai rata-rata 62,250, sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik mencapai nilai rata-rata 57,500. Hal ini berarti bahwa faktor gaya
belajar terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian
prestasi belajar IPA.
Hasil analisis terhadap data hasil tes prestasi belajar
menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai
prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial
maupun siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
commit to user
138
Siswa yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gaya belajar auditorial mempunyai kemampuan kognitif
yang sama baiknya
dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
Siswa yang mempunyai gaya belajar visual dapat menerima dengan baik
setiap informasi dengan melihat. Penggunaan media pembelajaran multimedia
berbasis komputer
dan media tiga demensi
akan membuat siswa yang
mempunyai gaya belajar visual lebih mudah dalam menerima materi. Sedangkan
dengan gaya belajar auditorial terbantu dalam hal penyajian media yang dapat
yang dapat dilakukan secara interaktif dalam multimedia berbasis komputer
berupa audio.
Bagi siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik yang seharusnya dapat
terbantu dengan penggunaan media secara aktif, namun dalam penelitian ini
didapatkan hasil prestasi yang tidak lebih baik dari tipe gaya belajar visual dan
auditorial. Hal ini dapat dikarenakan faktor faktor kebiasaan siswa kinestetik
lebih suka belajar dengan ketrampilan motorik. Meskipun demikian dilihat dari
rataan hasil tes prestasi belajar siswa tipe visual, auditorial, dan kinestetik yang
diberi pembelajaran dengan Multimedia Berbasis Komputer tetap lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Media Tiga
Demensi. Dari penggunaan multimedia berbasis komputer menjadikan tipe gaya
belajar apapun dapat memahami konsep IPA lebih mudah. Terlebih bagi siswa
visual yang cenderung lebih kritis dalam berargumen dan merespon suatu
tindakan baru, dengan adanya proses pembelajaran akan dapat terbantu dalam
belajar yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar yang terlihat pada
prestasi belajar siswa.
commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulan bahwa prestasi belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual
lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial atau siswa dengan gaya
belajar kinestetik didukung oleh penelitian Eka Putra Wahyu Suminar (2011:109)
yang menyatakan bahwa prestasi belajar Matematika siswa dengan gaya belajar
visual lebih baik daipada siswa dengan gaya belajar auditorial dan siswa dengan
gaya belajar kinestetik tidak lebih baik prestasinya daripada siswa dengan gaya
belajar auditorial.
3. Hipotesis Ketiga
Prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
adalah penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar siswa. Guru harus
mampu memilih media pembelajaran mana yang paling efektif dan mampu
menempatkan siswa sebagai subjek didik untuk berpikir secara kritis dan analitis
serta melatih untuk terampil menentukan dan memecahkan masalah. Dalam
pembelajara IPA pada standar kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya
serta cara pemeliharaannya lebih baik jika pembelajaran menggunakan
multimedia berbasis komputer dibandingkan dengan menggunakan media tiga
demensi. Hal tersebut dikarenakan multimedia berbasis komputer mempunyai
mkelebihan yang tidak dimiliki oleh media tiga demensi. Kelebihan tersebut
adalah karena penyajian media yang lebih interaktif dan dapat mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu,
mampu menampilkan objek-objek yang
sebenarnya tidak ada secara fisik, dapat menggambarkan semua unsur media dan
suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi serta memiliki
commit to user
140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya
atau gaya belajarnya.
Tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran
dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA. Dari hasil perhitungan data
menunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
< 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 0,074 < 3,15. Hal ini berarti bahwa
tidak ada interaksi perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA. Tidak ada interaksi berarti bahwa
semua konsisten atau tidak ada ketergantungan. Perbedaan prestasi belajar IPA
antara siswa yang belajar dengan multimedia berbasis komputer konsisten
(berlaku sama) pada tiap tipe gaya belajar. Perbedaan prestasi belajar IPA antara
siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik konsisten (berlaku
sama) untuk setiap media pembelajaran.
Siswa yang mengikuti pembelajaran melalui penggunaan multimedia
Berbasis Komputer mempunyai prestasi yang tidak lebih baik dalam arti tidak
berbeda daripada pembelajaran dengan menggunakan Media Tiga Demensi untuk
tiap kategori gaya belajar siswa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa walaupun
diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda ditinjau
dari gaya belajar maka hasilnya akan tidak berbeda.
Tidak ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan gaya belajar
mungkin dikarenakan oleh karena siswa kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPA, sehingga ada sebagian siswa yang kurang perhatian terhadap
materi pelajaran yang disampaikan guru; ada variabel bebas lain selain variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini yang mempengaruhi proses pencapaian
commit to user
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar IPA, antara lain: faktor intelegensi, latar belakang keluarga,
bimbingan belajar, lingkungan, dan lain-lain, serta peneliti tidak dapat mengontrol
faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa belum
optimal dapat mengikuti proses pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar
IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan eksperimen ini peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil yang akurat, yang benar-benar sesuai harapan,
namun masih terdapat banyak faktor yang sulit dikendalikan, sehingga membuat
penelitian ini mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan itu diantaranya
adalah:
1. Adanya keterbatasan jumlah sampel sehingga sampel kecil. Jumlah sampel
yang relatif kecil ada kemungkinan mempengaruhi hasil analisis data dan
pengambilan keputusan yang tepat. Oleh karena itu generalisasi temuan
penelitian hanya berlaku terbatas. Diperlukan penelitian lebih lanjut, bila akan
diterapkan di tempat lain.
2. Pengontrolan hanya dilakukan pada variabel tertentu dalam ini penggunan
media pembelajaran dan gaya belajar. Untuk kemampuan subjek penelitian
selain gaya belajar tidak dikontrol.
commit to user
142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Lamanya waktu perlakuan relatif
cukup singkat, sehingga mungkin saja
perlakuan belum mencerminkan dengan baik hasil prestasi IPA.
4. Pemilihan variabel media pembelajaran menyebabkan tidak ada interaksi
pengaruh antara penggunaan media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar, dalam hal ini antara multimedia berbasis komputer
dan media tiga demensi yang mempunyai karakteristik yang hampir sama,
menekankan pada kemampuan indera penglihat (visual) sehingga untuk gaya
belajar selain gaya belajar visual ( gaya belajar auditorial dan kinestetik)
pengaruhnya tidak efektif.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut
commit:to user
143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran multimedia berbasis
komputer dan media tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan
Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten
Wonogiri. Hasil analisis data hasil tes belajar IPA menunjukkan bahwa dengan
menggunakan multimedia berbasis komputer diperoleh rata-rata yang lebih
tinggi daripada pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi. Ini
berarti bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan multimedia berbasis
komputer mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang diberi
pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi.
2. Ada perbedaan pengaruh gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik terhadap
prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Setelah dilakukan analisis data,
diperoleh harga 𝐹𝐵 lebih besar daripada F tabel. Ini berarti Ada perbedaan
pengaruh antara gaya belajar IPA siswa terhadap prestasi belajar IPA pada
Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara
pemeliharaannya. Hasil analisis tes prestasi IPA menunjukkan bahwa siswa
yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai nilai rata-rata 76,705, siswa
yang mempunyai gaya belajar auditorial mencapai nilai rata-rata 62,250,
sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik mencapai nilai ratarata 57,500. Hal ini menunjukkkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar
visual mempunyai prestasi belajar IPA yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai gaya belajar auditorial. Siswa yang mempunyai gaya belajar
Visual juga mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Sedangkan
siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik
mempunyai prestasi belajar yang tidak jauh berbeda.
3. Tidak ada interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa kelas IV sekolah dasar
di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Dari hasil perhitungan data
menunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
< 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hal ini berarti bahwa tidak ada
interaksi perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar IPA. Siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi mempunyai
prestasi yang berbeda untuk tiap kategori gaya belajar siswa, baik visual,
auditorial, maupun kinestetik.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ada perbedaan pengaruh
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis komputer
dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi terhadap
prestasi belajar IPA siswa SD Negeri kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
Hal ini mempunyai implikasi bahwa guru yang mengajar dengan menggunakan
multimedia menghasikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan media
tiga demensi. Dengan demikian dalam setiap pembelajaran IPA untuk Kompetensi
Dasar tertentu akan lebih baik jika digunakan metode dan media yang tepat.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya belajar visual, auditorial
commit
to user
dan kinestetik. Gaya belajar IPA siswa
berpengaruh
terhadap prestasi belajar IPA.
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siswa yang mempunyai gaya belajar IPA tipe visual memperoleh prestasi belajar
yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai gaya belajar IPA auditorial
dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar
IPA auditorial mempunyai hasil
prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang bertipe gaya belajar IPA
kinestetik.
Gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar, cara berpikir, dan
selera presentasi pelajaran, yang bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang
merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur
serta mengolah informasi dari konsep, dalam hal ini adalah konsep IPA. Siswa
yang mempunyai gaya belajar tipe visual akan mudah mengingat apa yang dilihat,
maka penggunaan multimedia berbasis komputer akan berdampak lebih baik
daripada penggunaan media tiga demensi. Perbedaan pengaruh ini disebabkan
multimedia mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh media tiga demensi,
yaitu mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, mempunyai kemampuan
untuk menggambarkan semua unsur media, memiliki kemampuan dalam
mengakomodasi pesrta didik terutama tipe visual. Siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial dan kinestetik tidak menunjukkan prestasi yang baik. Siswa
dengan gaya belajar tipe auditorial akan mudah mengingat apa yang didengar,
sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik akan mudah mengingat informasi
dengan gerakan fisik, maka penggunaan media pembelajaran tidak berpengaruh
pada siswa yang mempunyai gaya belajar kedua tipe tersebut.
Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan media pembelajaran dan
gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa SD Negeri Kecamatan Girimarto
commit to user
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kabupaten Wonogiri, memberikan implikasi
dalam pembelajaran guru harus
memperhatikan faktor lain selain media pembelajaran dan gaya belajar. Tidak ada
interaksi diantara kedua hal tersebut dimungkinkan ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar anak baik faktor internal
kecerdasan, motivasi, latihan,
(kematangan,
kondisi fisik, bakat, minat) maupun faktor
eksternal.( lingkungan, guru, metode, sarana, kurikulum dan sebagainya).
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar,
guru dapat memilih pendekatan, metode, dan media yang tepat, efektif, dan efisien
sehingga dapat menigkatkan prestasi belajar IPA siswa pada Kompetensi Dasar
Struktur Rangka dan Pancaindra. Selain itu dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan guru bahwa guru sebaiknya tidak hanya mengoptimalkan usahausaha dalam mengembangkan sarana pembelajaran, tetapi pengenalan gaya
belajar dari siswa sehingga pendidik mampu mengembangkan kemampuan siswa
secara optimal.
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini, serta dalam
usaha mengembangkan dan memajukan proses pembelajaran di sekolah
makpeneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran kepada guru dalam pembelajaran IPA hendaknya guru melakukan
inovasi pembelajaran yaitu dapat menerapkan pendekatan dan media yang
tepat, efisien, dan efektif. untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa.
Selain itu guru hendaknya mengenali gaya belajar dari peserta didik agar lebih
mudah untuk memajukan prestasi belajar siswa. Untuk standar kompetensi
commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Struktur Rangka dan Pancaindera sebaiknya guru menggunakan multimedia
berbasis komputer karena dengan penggunaan media pembelajaran ini dapat
membantu siswa untuk memahami konsep dan teori. Multimedia Berbasis
Komputer mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh media tiga demensi
yaitu bersifat aktif dan interaktif serta mampu mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu.
2. Saran kepada pihak sekolah hendaknya mengusahakan terciptanya lingkungan
yang konduksif untuk kegiatan pembelajaran siswa memanfaatkan ruang
laboratorium komputer untuk bebepara mata pelajaran yang bisa dilaksanakan
di ruangan tersebut dan penyediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan
baik untuk mendukung dan memberi kemudahan dalam proses pembelajaran
di sekolah.
3. Saran kepada peneliti lain, agar melakukan kajian yang lebih mendalam
tentang pembelajaran dengan multimedia berbasis komputer maupun media
tiga demensi terhadap prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly & Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi.
Adhen
Satrini. http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/media-pembelajaranvisual-tiga-dimensi.html, Diakses tanggal 3 Agustus 2012.
Ahmadi. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi
http://sobatbaru. blogspot.com/2012.
Diakses14
Juli 2012.
commit to
user
148
Belajar.
Download