I. ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS I.1 Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir kesehatan menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan, mulai dari penyakit degeneratif hingga gaya hidup sehat. Berdasarkan pengamatan di kota-kota besar, hal ini semakin terasa dengan munculnya berbagai pusat kebugaran di beberapa mal, perkantoran dan kompleks perumahan. Tidak hanya terbatas pada aktivitas olahraga, makanan pun menjadi hal yang sangat diperhatikan mulai dari yang sederhana seperti menghindari makanan bergula tinggi untuk mencegah diabetes hingga yang cukup kompleks seperti hanya mengonsumsi makanan berserat tinggi dan makanan organik. Perkembangan ini menjadi semakin cepat karena bantuan berbagai media komunikasi. Salah satu media yang sangat berperan adalah internet yang menawarkan kecepatan dan jangkauan luas tanpa batas sehingga masyarakat dengan cepat mengakses informasi gaya hidup sehat yang sudah terlebih dahulu berkembang di luar negeri. Perkembangan yang cukup kompleks terlihat di sektor makanan melalui hadirnya berbagai rumah makan yang menawarkan menu sehat diikuti menjamurnya geraigerai makanan seperti yogurt hingga berbagai produk makanan yang menekankan pada manfaat kesehatannya. Di antara jenis makanan yang berkembang tersebut, makanan berbentuk mie memiliki potensi yang kuat karena merupakan salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi setelah nasi. Hal ini terbukti dari sajian mie sangat beragam di Indonesia mulai dari menu yang umum seperti mie goreng dan mie rebus, menu mie yang diadaptasi dari kuliner asing, hingga menu tradisional seperti mie celo Palembang, mie cakalang Manado, dan mie godog Jawa. 1 Melihat animo masyarakat yang cukup tinggi terhadap kesehatan didukung oleh potensi mie sebagai salah satu makanan yang dikonsumsi oleh berbagai lapisan, terdapat peluang bisnis yang besar dengan menggabungkan kedua faktor tersebut. Terlebih lagi, saat ini belum banyak pelaku bisnis yang memproduksi mie yang mengusung manfaat kesehatan. Rencana bisnis kali ini akan mengkaji kelayakan peluang tersebut untuk dijalankan disertai berbagai strategi pelaksanaannya. I.2 Batasan Umum Produk Produk dari PT Jagung Sentosa Indonesia (untuk selanjutnya disebut Perusahaan atau PT JSI) adalah mie kering dalam kemasan yang terbuat dari 100% jagung lokal. Mie jagung kering dibuat dari tepung jagung yang dibentuk menjadi adonan dengan campuran air, larutan pengental dan garam. Lalu adonan diolah melalui tahap gelatinisasi, penggilingan, dan pemotongan menjadi untaian yang panjang, kemudian dimatangkan melalui pengukusan, dikeringkan dan dikemas. Mie kering dikemas tanpa disertai bumbu untuk menawarkan fleksibilitas penggunaan produk bagi konsumen. Mie jagung kering ini bebas MSG (monosodium glutamat; bahan penyedap makanan), bebas zat pengawet dan pewarna makanan, memiliki kandungan serat yang tinggi serta secara alami mengandung pro vitamin A dan bebas gluten. Berdasarkan kondisi sebelum dikonsumsi, mie dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok menurut SNI1, yaitu: 1. Mie basah Produk makanan basah yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang 1 Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Industri Mie Instan, Desember 2007, Deputi Bidang Tata Lingkungan – Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta, 2007 2 diizinkan, berbentuk khas mie2. Karena kandungan air yang tinggi, produk ini memiliki masa simpan yang singkat yaitu satu hari. Mie basah umumnya digunakan oleh rumah makan atau penjaja mie keliling untuk diolah menjadi mie rebus atau mie goreng. 2. Mie kering Produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie3. Secara umum, mie kering merupakan mie basah yang telah dikeringkan menggunakan oven. Dengan pengurangan kandungan air, mie kering memiliki masa simpan lebih lama dari mie basah, yaitu sekitar satu tahun. Mie kering umumnya disajikan dalam berbagai menu masakan (mie goreng, mie kuah, mie cah jamur, dan sejenisnya) dan seringkali dikonsumsi sebagai pengganti nasi. 3. Mie instan Mie instan dibuat dari adonan terigu sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya. Mi instan dicirikan dengan adanya penambahan bumbu dan memerlukan proses rehidrasi untuk siap dikonsumsi4. Secara umum, mie instan merupakan mie basah yang dimatangkan melalui penggorengan. Proses ini akan membentuk pori-pori dalam mie sehingga mempercepat proses pengolahan sebelum dikonsumsi. Selain itu, dengan adanya penggorengan, terjadi pengurangan kandungan air, sehingga mie instan memiliki masa simpan yang cukup lama yaitu enam bulan. Mie instan 2 SNI 01-2987-1992, Badan Standarisasi Nasional SNI 01-2974-1996, Badan Standarisasi Nasional 4 SNI 01-3551-2000, Badan Standarisasi Nasional 3 3 umumnya dikemas bersama berbagai variasi bumbu dan bahan pelengkap lain seperti kecap, cabai dan bawang goreng. Dari ketiga jenis mie di atas, saat ini mie kering memiliki potensi yang lebih besar untuk menyebarkan manfaat kesehatan karena masa simpan yang relatif lama sehingga konsumen dapat memanfaatkan secara fleksibel dan leluasa, serta proses pengolahan yang melibatkan suhu relatif rendah dibandingkan dengan mie instan menjadikan bioavailabilitas nutrisi dapat dipertahankan. Berdasarkan bahan baku utamanya, mie bisa digolongkan menjadi5: 1. Dari tepung terigu dan air Jenis mie ini dibuat dari campuran tepung terigu dan air, ada juga yang ditambahkan garam. 2. Dari tepung terigu dan larutan alkali Selain menggunakan bahan berupa tepung terigu dan air, jenis mie ini juga diberi tambahan telur atau larutan alkali, yaitu natrium karbonat, kalium karbonat, kalsium hidroksida, atau kalium hidroksida. 3. Dari tepung beras Terbuat dari tepung beras yang dihaluskan dan dicampur dengan air. 4. Dari pati umbi dan biji-bijian Terbuat dari pati umbi-umbian atau biji-bijian. Tekstur dari jenis mie ini kenyal dan berwarna transparan setelah dimasak. Mie yang akan diproduksi oleh PT JSI hanya berbahan baku tepung jagung dan air. Untuk memperkuat manfaat kesehatan yang ditawarkan, mie ini tidak menggunakan tambahan larutan alkali.. 5 Femina 4 Dari sisi bahan baku, mie ini akan memberikan nilai tambah untuk jagung pati (Zea mays L. ssp.) yang selama ini dikonsumsi sebagai makanan pokok secara terbatas (30%6) di daerah tertentu, sebagai bahan baku pakan ternak dan industri pangan, serta industri bibit. I.3 Batasan Umum Pasar Pasar dari perusahaan mie jagung kering adalah Ibu Rumah Tangga berusia 25 hingga 55 tahun yang berada dalam golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Segmen ini memiliki kepedulian terhadap aspek kesehatan dalam makanan yang dikonsumsinya.Cakupan wilayah pemasaran dari produk ini adalah kota-kota besar yang berada di pulau Jawa, dengan tidak menutup kemungkinan akan memasarkan ke wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan penjelasan mengenai batasan umum produk dan pasar yang akan akan dituju oleh PT JSI, pembahasan dan penjabaran analisis selanjutnya akan mengacu pada konteks produk dan pasar tersebut. I.4 Lingkungan Eksternal Usaha Pemahaman atas lingkungan eksternal usaha merupakan faktor kritis yang menentukan keberlangsungan dan kesuksesan perusahaan. Pemahaman faktor eksternal yang selaras dengan pengetahuan lingkungan internal usaha akan membentuk strategi penentu daya saing dan keunggulan bersaing perusahaan. 6 Kasryno F, Pasandaran E, Suyamto, dan Made OA, Buku Jagung, Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007 5 Gambar I-1 Model Lingkungan 4 Dimensi7 Analisis lingkungan eksternal dan internal dilakukan menggunakan model lingkungan 4 dimensi yang terdiri atas faktor lingkungan umum, lingkungan pasar, lingkungan industri, dan lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal yang mengacu pada analisis lingkungan umum meliputi: 1. Sosial-Budaya Syarat cukup untuk mencapai keberlangsungan konsumsi pangan adalah adanya aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap pangan. Aksesibilitas ini tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga8. Untuk menganalisis perkembangan konsumsi pangan, selain diperlukan informasi tentang kuantitas konsumsi pangan perlu pula diketahui tingkat kualitasnya. Dalam satu dekade terakhir, terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia9. Kehidupan di perkotaan yang dinamis menyebabkan sebagian besar masyarakat menjadi semakin sibuk sehingga tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan gizi secara praktis menjadi semakin tinggi. Selain itu, 7 Kristamuljana S, Model Empat Dimensi Lingkungan Bisnis Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, 2007 9 Ibid. 8 6 terjadi pula pergeseran pola konsumsi termasuk di dalamnya perubahan dominasi jenis makanan pokok untuk segmen tertentu10. Pola makan di kotakota besar di Indonesia telah bergeser dari pola makan pedesaan yang didominasi makanan tinggi karbohidrat dan serat sayuran menjadi pola makan yang mengandung banyak protein, lemak, gula, dan hanya mengandung sedikit serat11. Dengan adanya globalisasi, gaya hidup yang sedang menjadi tren di luar Indonesia menjadi mudah diakses dan diadaptasi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi karena komunikasi dan akses informasi yang tanpa batas, baik melalui teknologi maupun arus informasi akibat perpindahan manusia, misalnya akibat pendidikan atau tuntutan pekerjaan. Pada tahun 2006, sebanyak 1,19% Rumah Tangga di Indonesia sudah dapat mengakses internet dari rumah, 2,43% dari kantor/sekolah, 2,11% dari warung Internet, sedangkan 0,4% lainnya dari tempat lain12. Akses terhadap Internet di Indonesia yang baru berjumlah 6,13% serta didukung oleh tren yang meningkat13 dari total penduduk menunjukkan potensi perkembangan yang masih sangat besar di masa mendatang. Selama satu dekade terakhir, tren gaya hidup back to nature telah gencar dijalankan di luar negeri, terlihat dari animo terhadap makanan organik, pemilihan makanan yang lebih sehat dan alami, penggunaan bahan tekstil organik dan kemasan recycled. Tren gaya hidup yang mengarah kepada kesehatan tersebut telah mulai dianut oleh masyarakat Indonesia, terlihat dari Hardiansyah dan Amalia L. “Perkembangan Konsumsi Terigu dan Pangan Olahannya di Indonesia 1993-2005”. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 2(1): 8-15 11 http://library.monx007.com/health/menikmati_hidup_dengan_diabetes/1 12 Susenas 2006, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2006 10 13 Indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan Indonesia, 2008, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, 2008 7 mulai bermunculannya produk-produk yang diturunkan dari bahan alami dan organik, rumah-rumah makan organik, serta produk-produk makanan yang mengusung manfaat kesehatan. 2. Perekonomian Indikator ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif baik. Bahkan hingga akhir 2009, PDB Indonesia diperkirakan masih tumbuh 5%-6%, melebihi rata-rata pertumbuhan PDB dunia yang sebesar 4%. Gambar I-2 Produk Domestik Bruto Indonesia14 Angka inflasi Indonesia juga diperkirakan masih dalam kisaran positif dan tidak terjadi deflasi. Hal ini dikarenakan ekonomi Indonesia yang sebagian besar ditunjang oleh aktivitas konsumsi, serta adanya stimulus melalui belanja pemerintah sebesar Rp 71,3 trilyun atau 1,4% dari PDB. Pada akhir semester I 2009, pertumbuhan PDB Indonesia mencapai 4,2%15. Pencapaian ini sangat baik di tengah situasi krisis global saat ini dimana pertumbuhan ekonomi negara lain umumnya negatif. Tingkat ekonomi ini menaikkan derajat ekonomi Indonesia sejajar dengan pertumbuhan ekonomi China, Brazil, India, dan 14 International Monetary Fund, http://www.imf.org/external/datamapper/index.php, (30 Juni 2009) 15 Berita Resmi Statistik No. 50/08/ Th. XII, 2 10 Agustus 2009, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2009 8 Korea Selatan. Menurut data BPS pada Agustus 2009, inflasi Indonesia khususnya untuk produk prepared food mencapai 8.23%16. dan diperkirakan akan mencapai 7,92% untuk tahun 2009. Pertumbuhan ini menjadi sinyal positif bagi prospek ekonomi Indonesia karena akan menarik modal asing melalui pasar modal Indonesia maupun investasi langsung pada perusahaan penanaman modal asing. 3. Politik dan Pemerintahan Melalui program Ketahanan Pangan, Pemerintah menjamin ketersediaan pangan, terutama dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan ragam yang memadai. Kegiatan yang dilakukan untuk menjawab isu strategis berupa keterbatasan kapasitas produksi beras dan pangan lokal sumber karbohidrat adalah peningkatan produktivitas dan produksi pangan pokok serta pengkajian dan pengembangan teknologi pengolahan pangan17. Selain penambahan produksi, program ini juga menganjurkan diversifikasi konsumsi makanan pokok untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman pangan. Pemerintah memberikan dukungan terhadap penyediaan pangan yang bermutu dan aman. Hal ini ditunjukkan melalui program pengawasan dan keamanan pangan yang mencakup penetapan standar pangan yang aman dikonsumsi dan pengembangan teknologi pengolahan makanan. Ketika negara dalam situasi resesi keuangan global, Pemerintah tetap konsisten untuk meningkatkan swasembada pangan. Salah satu buktinya 16 Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id, (21 September 2009) Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, 2007 17 9 adalah Pemerintah mengizinkan BULOG untuk melakukan ekspor beras pada bulan Mei 2009,. Hal ini menujukkan bahwa Indonesia berhasil kembali menjadi negara swasembada beras; bahkan memiliki cadangan beras yang dimanfaatkan untuk menambah devisa negara melalui ekspor. Produksi Tanaman Pangan Indonesia 70,000 Produksi (000ton) 60,000 50,000 Jagung 40,000 Ketela 30,000 Padi 20,000 Ubi Jalar 10,000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Gambar I-3 Produksi Tanaman Pangan Indonesia18 Peraturan perundang-undangan mengenai pangan diatur oleh UndangUndang tentang Pangan Nomor 7 tahun 2006 dimana dalam undang-undang tersebut pangan olahan didefinisikan sebagai: “makanan dan minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan”. Secara lebih lanjut, undang-undang tersebut juga mengatur mengenai sistem, keamanan, produksi, pengangkutan, peredaran, sanitasi, kemasan, iradiasi, rekayasa genetik, mutu, gizi, label, iklan, dan ketahanan pangan dimana untuk setiap hal tersebut diatas telah diatur persyaratan yang harus dipenuhi. Bagi perusahaan-perusahaan yang akan mengeluarkan produk pangan, diwajibkan untuk menyelenggarakan sistem jaminan mutu dan perusahaan-perusahaan 18 Departemen Pertanian. www.deptan.go.id., (1 Maret 2009) 10 yang mengeluarkan produk pangan dilarang menggunakan produk berbahaya dan tercemar. Pemerintah Indonesia juga menunjukkan keseriusannya dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional melalui swasembada pangan dengan mengeluarkan kebiijakan mengenai ketahanan pangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002. Dalam peraturan tersebut, pemerintah (baik pusat maupun daerah) menyatakan bahwa pemerintah mewujudkan penyediakan pangan melalui pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal sehingga sumber penyediaan pangan diutamakan berasal dari produksi pangan dalam negeri. Selain dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana disebutkan di atas, kebijakan pemerintah di bidang produksi jagung nasional juga akan memberi dampak ke Perusahaan karena Perusahaan menggunakan tepung jagung sebagai bahan dasar pembuatan produkproduknya. Pada akhir tahun 2008, Departemen Pertanian mengoptimalkan penyaluran subsidi benih jagung hibrida sekaligus meningkatkan sosialisasi penggunaan benih hibrida di dalam negeri19. Peningkatan benih hibrida diharapkan akan menyumbang tambahan produksi jagung nasional sebesar 20% karena tingkat produktivitas tanaman jagung yang mencapai 7-10 ton per ha. Jagung digalakkan oleh Pemerintah sebagai makanan pokok Nasional untuk diversifikasi pangan dalam rangka mencapai Ketahanan Pangan Nasional. 19 Perusahaan Umum Perhutanan Negara, http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=551, (24 Juni 2009) 11 4. Teknologi Perkembangan teknologi memberikan dampak langsung terhadap industri dan bisnis. Inovasi teknologi pengolahan memungkinkan munculnya produkproduk baru dari bahan baku yang sebelumnya tidak dapat diolah menjadi produk tertentu tersebut. Jenis mie yang telah dikomersialisasi dibuat melalui metode sheeting and sleeting dan ekstrusi. Kedua metode tersebut membawa konsekuensi rangkaian tahapan pengolahan sebelum dan sesudahnya, yang terkait dengan spesifikasi bahan baku. Penemuan teknologi pembuatan mie dari tepung non-terigu, dalam hal ini tepung jagung melibatkan tambahan proses pengolahan agar dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi menyerupai standar mie yang telah ditetapkan. Adanya inovasi pada teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya transfer informasi dan pengetahuan secara cepat sehingga tren gaya hidup di luar negeri dapat segera diketahui dan diadaptasi oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, inovasi tersebut juga memberikan kemudahan pada masyarakat untuk memperoleh informasi dan opini mengenai produk, industri, serta kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik . 5. Global Semakin intensifnya pemanasan global membuat iklim menjadi tidak menentu. Dampaknya terlihat dari fenomena cuaca El Nino yang dapat menyebabkan gagal panen akibat kekeringan. Hal ini memungkinkan ketidaksanggupan Pemerintah untuk mencukupi target produksi pangan nasional di tahun 2010. 12 Dekrit Juni20 disusun sebagai respon dari prediksi bahwa produksi beras giling nasional akan berkurang sebanyak 38,4 juta ton pada tahun 2010 karena adanya El Nino. Dekrit ini menginstruksi Menteri Pertanian untuk mengkompensasi turunnya produksi beras dengan palawija alternatif seperti jagung, ketela pohon, dan kedelai. Pada beberapa dekade mendatang, International Rice Research Institute21 memprediksi terjadinya kelebihan pasokan beras akibat turunnya konsumsi di beberapa negara Asia, salah satunya China. Hal ini membawa implikasi potensi penurunan pendapatan petani beras karena beras menjadi produk pertanian yang kurang menguntungkan. Sehingga, pada beberapa dekade yang akan datang diharapkan produksi palawija alternatif seperti jagung untuk konsumsi pangan akan meningkat. 6. Kesimpulan Pertumbuhan ekonomi yang ditunjang oleh konsumsi, salah satunya adalah konsumsi pangan, menunjukkan potensi untuk mendirikan bisnis berbasis pangan sangat besar. Hal ini didukung pula oleh tren gaya hidup sehat di luar negeri yang mulai diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Proses adopsi ini dipercepat dengan munculnya aksesibilitas informasi melalui media Internet. Selain itu, adanya Program Ketahanan Pangan yang diatur dalam PP No 68 tahun 2002 merupakan wujud komitmen Pemerintah terhadap pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya lokal. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan komitmen Pemerintah untuk 20 The Jakarta Globe, http://thejakartaglobe.com/home/indonesians-love-affair-with-rice-badfor-their-health-food-security/325623, (24 Agustus 2009) 21 Ibid. 13 mengembangkan padi serta berbagai palawija alternatif seperti jagung, ketela pohon, dan kedelai. Secara khusus di tahun 2008, pemerintah mendukung pertumbuhan produksi jagung nasional dengan mengoptimalkan penggunaan benih hibrida. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan semakin gencarnya pemerintah mencanangkan program peningkatan produksi jagung nasional, akan semakin tersedia jagung dengan kualitas yang baik. Hal ini secara tidak langsung akan menciptakan keuntungan bagi pelaku bisnis karena ketersediaan tersebut akan menghambat fluktuasi harga jagung. I.5 I.5.1 Analisis Industri dan Persaingan Analisis Lingkungan Industri Lingkungan industri untuk produk mie jagung ini adalah industri mie kering dalam kemasan. Dalam ruang lingkup ini, mie yang dimaksud adalah adonan yang berasal dari tepung terigu atau tepung lain berwarna kekuningan, dibuat dalam bentuk untaian panjang kemudian direbus, dikeringkan, dan dikemas. Menurut SNI 01-29741992, mie kering merupakan produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Proses gelatinisasi untuk memperoleh tekstur kenyal dilakukan sebelum mie dikeringkan melaluiproses dehidrasi (pengurangan air). Produk mie tersebut merupakan bahan setengah jadi, atau sebagai bahan baku masakan sebelum disajikan dan disantap. Saat ini, pasar mie Indonesia umumnya dilayani oleh berbagai skala produsen mie gandum, mulai dari industri rumah tangga hingga skala besar.. Industri rumah tangga memproduksi sekitar 50 kg mie per hari sementara industri skala besar mampu 14 memproduksi 200 ton mie per hari22. Industri rumah tangga umumnya memproduksi mie basah yang langsung mendistribusikannya melalui penjaja mie keliling atau pasar tradisional karena daya tahan produknya tidak lama. Sementara industri menengah dan besar memproduksi mie instan dan mie kering yang daya tahan produknya lebih lama. Mie instan memegang porsi terbesar dari total pasar mie di Indonesia (dalam ton volume), yaitu berkisar sebesar 97%, sedangkan sisanya terdistribusi sebesar 3% untuk mie kering.23 Secara khusus, peluang bisnis yang menggabungkan tren kesehatan dengan produk makanan berbentuk mie akan lebih dirasakan dampak kesehatannya di industri mie kering. Berdasarkan riset pasar, mie instan lebih identik dengan makanan yang perlu dibatasi konsumsinya karena mengandung MSG terutama di bumbunya. Hal ini tidak terlalu dirasakan di industri mie kering karena kualitas mie yang disajikan lebih ditentukan oleh ibu rumah tangga atau koki rumah makan yang memasak mie tersebut. Berdasarkan pengamatan, product life cycle untuk mie instan sudah mendekati mature karena hampir seluruh penduduk nasional sudah mengkonsumsi mie instan. Peningkatan sales diperoleh melalui peningkatan jumlah konsumsi per konsumen, antara lain melalui peluncuran berbagai variasi rasa produk. Berdasarkan kedua hal tersebut, PT JSI lebih menyoroti industri mie kering sebagai lingkungan industrinya.Berikut disajikan data besar pasar mie kering (dalam milyar rupiah) di Indonesia 2002 - 2007. Direktori Industri Pengolahan – Industri Besar dan Sedang, Indonesia 2008, Badan Pusat Statistik, Jakarta 2008 23 2007 Euromonitor Dried Processed Foods – Indonesia, Euromonitor, 2007 22 15 Tabel I-1 Penjualan Berbagai Jenis Mie di Indonesia (ribu ton)24 Dalam ribu ton Plain noodles Instant noodles Cups/bowl instant noodles Pouch instant noodles TOTAL 2002 26.58 831.97 12.78 819.19 858.55 2003 28.05 873.32 13.18 860.14 901.37 2004 29.45 921.18 13.73 907.45 950.63 2005 30.63 976.24 14.35 961.89 1006.87 2006 31.79 1036.55 15.02 1021.53 1068.34 2007 32.9 1103.70 15.77 1087.93 1136.60 Berdasarkan data tersebut, secara nilai penjualan mie kering berkontribusi sebesar 3% terhadap seluruh nilai penjualan produk mie. Kontributor terbesar adalah mie instan yang memiliki kontribusi 97%25. Meskipun hanya memiliki proporsi 3% terhadap total pasar mie di Indonesia, namun secara nilai penjualan mie kering telah menembus angka 438 miliar rupiah di tahun 2007. Tabel berikut membandingkan volume penjualan mie kering dibandingkan dengan nilai penjualannya dari tahun 2002 hingga 2007. Tabel I-2 Perbandingan Antara Value dan Volume Mie Kering26 Plain noodles (ribu ton) Plain noodles (miliar rupiah) Plain noodles value ratio (rupiah per kg) 2002 26.58 294.68 11,086.53 2003 28.05 311.45 11,103.39 2004 29.45 328.68 11,160.61 2005 30.63 357.21 11,662.10 2006 31.79 392.93 12,360.18 2007 32.9 438.12 13,316.72 Berdasarkan data historis tersebut, pertumbuhan industri mie kering dari tahun 2002 hingga 2007 adalah sebesar 3.6% CAGR dalam volume atau 6.8% CAGR dalam nilai penjualan. Rasio nilai mie kering per kg-nya juga mengalami peningkatan sebesar 3.1% CAGR dalam rentang periode tersebut. Euromonitor juga memperkirakan pertumbuhan industri mie kering selama beberapa tahun ke depan. Berikut adalah data estimasi pasar mie kering di Indonesia hingga tahun 2012. 24 25 Ibid. Ibid. 26 Ibid 16 Tabel I-3 Estimasi Besar Pasar Mie Kering 2008-201227 Plain noodles (ribu ton) Plain noodles (miliar rupiah) Plain noodles value ratio (rupiah per kg) 2008 33.99 464.40 13,662.84 2009 35.01 489.95 13,994.57 2010 35.99 514.44 14,293.97 2011 36.89 537.59 14,572.78 2012 37.7 559.10 14,830.24 Di tahun 2012, diperkirakan pasar mie kering di Indonesia akan sebesar 37,700 ton atau setara dengan 559 miliar rupiah. Angka ini didapatkan dengan memperhitungkan pertumbuhan industri mie kering sebesar 2.3% CAGR dalam volume atau 4.1% CAGR dalam nilai penjualan. I.5.2 Segmentasi Industri Industri mie kering dibedakan dari industri mie keseluruhan berdasarkan jenis produk dan tipe pembelinya. Mie kering menawarkan fleksibilitas pengolahan untuk menu masakan dan durasi kadaluarsa yang panjang karena proses pengawetan secara fisik melalui pengeringan. Mie instan menawarkan value kepraktisan dengan durasi kadaluarsa relatif panjang. Sedangkan mie basah menawarkan kesegaran produk dengan kompensasi durasi kadaluarsa yang pendek. Berikut ini gambaran segmentasi industri mie dengan dimensi jenis produk dan tipe konsumen. 27 Ibid 17 Konsumer Komersial Buyer Kering produk: mie kering dengan kemasan 200gr dan 500gr. Benefit: fleksibilitas pengolahan, durasi kadaluarsa sangat panjang (6 - 12 bulan). Jenis Produk Instan Basah produk: mie instan dengan produk: mie dengan kemasan 70 - 100gr. kemasan 500gr per pack. Benefit: praktis, durasi Benefit: fresh. kadaluarsa cukup panjang (3 - 6 bulan). produk: mie kering dengan tidak ada. kemasan besar (≥ 1 kg). Benefit: fleksibilitas pengolahan, durasi kadaluarsa sangat panjang (6 - 12 bulan). produk: mie yang dibuat sendiri atau berdasarkan pesanan (customized). Benefit: fresh. Gambar I-4Segmentasi Industri Mie di Indonesia Mie kering dikenal pula dengan sebutan mie telur yang dijual tanpa bumbu sehingga membutuhkan proses pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan mie instan. Saat ini mie kering tidak memiliki berbagai variasi rasa, berbeda dengan mie instan yang mempunyai berbagai rasa. Berdasarkan segmentasi tersebut, industri yang hendak dimasuki oleh PT JSI adalah mie kering untuk konsumen retail. Dalam segmen mie kering tersebut, industrinya dapat disegmentasi lagi berdasarkan 2 dimensi, yakni value yang ingin diberikan ke konsumen dan jalur distribusi yang digunakan. Dimensi value dibagi menjadi 3 yakni : 1. Heritage, mie kering tersebut sudah dipercaya oleh konsumen dan digunakan turun temurun 2. Manfaat, produk tersebut digunakan karena manfaat khusus yang tidak terdapat pada produk serupa 3. Harga, produk olahan ini dijual dengan harga yang bersaing dibandingkan kompetitornya.Sedangkan dimensi jalur distribusi, dibagi berdasarkan luasan 18 jalur distribusi. Jalur distribusi yang luas secara nasional, region atau daerah tertentu, atau jalur distribusi langsung melalui MLM (Multi Level Marketing). Gambar berikut menunjukkan segmentasi mie kering yang digunakan oleh Channel Nationwide Daerah tertentu Penjualan langsung perusahaan. Heritage Tidak ada. Value Harga Manfaat Tidak ada. Mie yang dikonsumsi karena manfaat tertentu dan dijual secara langsung (multi level marketing). Merek: CNI Tidak ada. Mie sudah digunakan secara turun temurun, mie kering tidak ditemukan di daerah lain. Merek: Mie Kim Ling Mie yang dijual dengan harga murah dan khas di daerah tertentu. Merek: Mie Tjap Njonja, Mie Merbabu Tidak ada. Mie sudah digunakan secara turun temurun, mie kering dapat ditemukan di berbagai daerah. Mie 3 Ayam, Mie Ayam 2 Telor, Mie Kuda Menjangan, Mie Atom Bulan Mie kering yang dijual dengan harga murah dan dapat ditemukan di berbagai daerah. Merek: Mie Cap Mesin Gambar I-5 Segmentasi Industri Mie Kering di Indonesia Berdasarkan segmentasi ini, ternyata terdapat beberapa segmen tidak terlayani oleh pelaku bisnis di industri ini; yakni segmen yang menonjolkan manfaat tambahan produk dengan channel luas atau terbatas daerah tertentu. Sedangkan model distribusi langsung baru menonjolkan benefit khusus kepada konsumen karena belum dikenal secara turun temurun dan sulit direalisasi jika mengedepankan harga. I.5.3 Analisis Kelompok Strategis Kelompok strategis industri mie dipetakan berdasarkan value yang diukur dari tingkat harga dan ketersediaan produk di jaringan distribusi. Berdasarkan in-depth interview, 19 kedua dimensi ini menentukan penetrasi produk di pasar, Kelompok strategis yang terbentuk berdasarkan hasil analisis menunjukkan dominasi produsen yang memilih strategi generik overall cost leadership. Ada beberapa hal yang mendasari kecenderungan dominasi produsen yang menggunakan strategi ini: 1. Industri yang sudah memasuki tahap mature Mie kering yang diposisikan sebagai bahan baku masakan cenderung generik dan tidak ada pengembangan produk. Competitive advantage akan diperoleh melalui economies of scale dan efisiensi operasional perusahaan. Dalam hal ini, mutu produk tetap menjadi pertimbangan konsumen disamping harga yang ditawarkan. 2. Perubahan profil konsumen Profil konsumen yang mengedepankan aspek kualitas bahan baku bergeser pada memprioritaskan rasa resep dan penyajian. Konsumen menjadi kurang sensitif terhadap diferensiasi mie kering sebagai bahan baku. 3. Inovasi produk mie kering alternatif tidak berkembang Beberapa tahun terakhir, terdapat perkembangan mie kering alternatif; seperti mie dari sukun, mie dari singkong, dan sebagainya. Namun mie inovatif ini kurang mendapat respon positif dari konsumen sehingga mie dari terigu menjadi standar industri. Gambar berikut identifikasi kelompok strategis yang dilakukan oleh perusahaan terhadap industri mie kering. 20 Tingkat Harga Mahal Murah Penjualan Langsung Regional Nasional Ketersediaan Gambar I-6 Kelompok Stratejik Pemain “raksasa” di industri mie kering adalah PT Indofood Sukses Makmur yang didukung oleh PT Bogasari Flour Mills sebagai salah satu pabrik penggilingan gandum terbesar di Indonesia. Vertical integration yang dilakukan oleh grup bisnis Indofood merupakan faktor pendorong keunggulan bersaingnya, yakni economies of scale. Berikut adalah market share dari para pelaku bisnis di industri mie (termasuk di dalamnya mie instan, mie kering (plain noodles) dan snack mie). Tabel I-4 Pangsa Pasar Produsen Makanan Dalam Kemasan Noodles Company Shares 2001-2004 % retail value rsp Company 2001 2002 2003 2004 Indofood Sukses Makmur Tbk PT Sayap Mas Utama PT Jakarana Tama PT ABC President Indonesia PT Sentrafood Indonusa PT Nissinmas PT Arta Millenia Pangan Makmur PT Olaga Food Sukses Mandiri PT Delifood Sentosa Corp PT Kuala Pangan PT Siantar Top Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Wijaya Panca Sentosa PT Budi Makmur Perkasa PT Asia Inti Selera PT Others Total 79.8 3.5 2.3 1.3 2.1 1.3 1.3 0.4 0.2 0.2 0.2 0.2 7.3 100.0 82.6 4.3 2.4 1.3 1.2 1.3 0.9 0.9 0.4 0.2 0.2 0.2 0.2 4.0 100.0 78.7 3.9 4.8 3.3 1.3 1.2 0.9 0.9 0.9 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1 3.1 100.0 74.1 9.1 4.8 3.0 1.2 1.1 1.0 1.0 0.8 0.3 0.3 0.3 0.2 0.1 2.6 100.0 Source: Trade press (Marketing, Sinar Harapan, SWA), Company research, Store checks, Trade interviews, Euromonitor International estimates 21 Sumber : 2006 Euromonitor Healthy Packaged Foods - Indonesia Berdasarkan data tersebut, hingga tahun 2004, posisi Indofood sebagai pelaku bisnis terbesar nyaris tidak tergoyahkan, hanya sedikit tergerus oleh PT Sayap Mas Utama yang memproduksi mie instan dengan merek Mie Sedaap. Produk PT Indofood untuk mie kering yang juga menjadi pemimpin pasar adalah Mie kering cap 3 Telor Ayam. Beberapa pelaku bisnis lain yang juga memproduksi mie kering adalah PT Kuala Pangan dan PT Wijaya Panca Sentosa. Berikut adalah market share dari beberapa merek mie kering di Indonesia (data market share berikut diperbandingkan antara mie instan dan mie kering). Tabel I-5 Pangsa Pasar Mie Kering terhadap Seluruh Industri Mie Brand Company Mie Telor Cap 3 Ayam Mie Atom Cap Bulan Mie Telor Cap 2 Ayam Mie Telor Kuda Menjangan Mie Telor Cap 2 Ayam PT Indofood Tbk PT Kuala Pangan PT Tiga Pilar Sejahtera PT Wijaya Panca Sentosa PT Asia Inti Selera 2001 2002 2003 2004 3.8 0.4 0.2 0.2 3.7 0.4 0.2 0.2 3.7 0.4 0.2 0.2 - 3.6 0.3 0.3 0.2 - Mie Telor Cap 3 Ayam yang diproduksi oleh PT Indofood memegang market share tertinggi sebesar 81.8% pada tahun 2004. I.5.4 Analisis Persaingan Persaingan di industri mie kering cukup kompetitif ditinjau dari jumlah pemain dan besarnya faktor dari luar industri yang mempengaruhinya. Analisis dilakukan dengan menggunakan model 5 kekuatan bersaing Porter28 untuk meninjau kekuatan bersaing yang mempengaruhi industri ini. 28 Porter, M. Competitive Strategy, The Free Press, New York, 1980 22 Pendatang Baru Persaingan Internal Pemasok Pembeli Substitusi Gambar I-7 Model 5 Kekuatan Bersaing Persaingan yang terjadi di industri mie didorong oleh banyaknya jumlah produsen dalam masing-masing jenis mie. Terdapat lebih dari 120 produsen mie secara keseluruhan diIndonesia, meliputi mie basah, mie kering dan mie instan yang mencakup skala industri rumahan hingga industri besar29. Dari jumlah tersebut, sekitar 13 perusahaan dikenal oleh masyarakat dan memiliki jangkauan distribusi yang nasional. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan tersebut Tabel I-6 Daftar Perusahaan dalam Industri Mie Perusahaan Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. PT Nissinmas PT Sayap Mas Utama PT Siantar Top PT Sentrafood Indonusa PT Asia Inti Selera/Tiga Pilar Sejahtera PT Arta Millenia Pangan Makmur PT Wijaya Panca Sentosa PT Jakarana Tama PT Budi Makmur Perkasa PT ABC President Indonesia PT Olaga Food Sukses Mandiri PT Kuala Pangan PT Delifood Sentosa Corp Jumlah produsen mie kering lebih sedikit dibandingkan dengan produsen mie instan.. Beberapa produk mie kering yang umumnya ditemui dengan di pasar adalah sebagai berikut: Direktori Industri Pengolahan – Industri Besar dan Sedang, Indonesia 2008, Badan Pusat Statistik, Jakarta 2008 29 23 Tabel I-7 Daftar Produsen dan Merek Mie Produsen Merek Mie PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Mie Telor Cap 3 Ayam PT Kuala Pangan Mie Cap Atom Bulan PT Asia Inti Selera/Tiga Pilar Sejahtera Mie Telor Cap 2 Ayam PT Wijaya Panca Sentosa Kuda Menjangan PT. Nissin Mas Nissin Produk yang ditawarkan oleh pemain industri mie kering relatif seragam karena tidak menawarkan diferensiasi yang signifikan. Kekuatan bersaing utama yang digunakan oleh beberapa produsen besar adalah jalur distribusi. Jalur distribusi yang luas akan mendukung strategi overall cost leadership melalui volume penjualan yang besar. Sebagai contoh, PT Indofood Sukses Makmur dengan produk Mie Telor Cap 3 Ayam memanfaatkan jaringan distribusinya yang luas untuk mendapatkan volume penjualan yang besar dan penguasaan pasar. Mie Telor 3 Ayam dapat ditemukan hampir di seluruh pelosok Indonesia. Dengan strategi ini, Mie Telor 3 Ayam menjadi market leader pada industri mie kering.. I.5.4.1 Faktor Pembeli Hubungan antara pembeli dan penjual merepresentasikan kekuatan saing perusahaan yang bergantung pada kemampuan beberapa atau banyak pembeli untuk mendapatkan konsesi harga, beberapa syarat dan ketentuan dalam pembelian, serta tujuan dan nilai penting hubungan strategis pembeli-penjual dalam industri30. Kekuatan tawar pembeli dalam industri mie adalah tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai hal sebagai berikut: 30 Thompson A, Strickland AJ, dan Gamble JE. Crafting and Executing Strategy, McGraw-Hill, New Jersey, 2008 24 Costs of switching pembeli yang rendah. Pembeli dapat dengan mudah berganti merek produk dengan biaya yang kecil bahkan tanpa biaya sekalipun. Harga produk yang relatif rendah sehingga pembeli tidak memerlukan banyak pertimbangan dalam memilih atau mencoba-coba produk dari berbagai macam merek. Harga rata-rata satu bungkus mie kering adalah sebesar 0,65% dari konsumsi bulanan per kapita untuk makanan, dengan standar deviasi harga mie kering sebesar Rp. 3.265 atau sebesar 0,5% dari konsumsi bulanan per kapita untuk makanan31. Pembeli dapat dengan leluasa memperoleh informasi mengenai berbagai jenis serta harga dari produk yang diproduksi oleh pelaku industri sehingga pembeli dapat membandingkan fitur produk yang dihasilkan oleh masingmasing pelaku industri. Produk yang tersedia di pasar relatif sama. Mie kering sebagai bahan baku masakan akan bertambah nilainya setelah diberi bumbu dan dimasak. Dengan posisi produk yang relatif sama, maka pembeli memiliki daya tawar tinggi terhadap produsen. Produsen mie juga memiliki pengimbang kekuatan tawar pembeli. Hal ini diperoleh melalui survei32 bahwa mie adalah bahan makanan pokok kedua sesudah nasi. Oleh karena itu, ketergantungan konsumen terhadap mie sangat besar, dan inilah yang menjadi kekuatan tawar produsen terhadap pembeli. 31 Diolah dari Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia 1999, 2002-2008, BPS 2008, www.bps.go.id (22 September 2009) dan Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2006, www.bps.go.id (22 September 2009) 32 Survey pre launching mie jagung oleh Institut Pertanian Bogor 25 I.5.4.2 Faktor Pemasok Faktor kekuatan pemasok sangat besar di industri mie kering. Saat ini, mayoritas bahan baku utama mie adalah tepung terigu. Karena struktur tanah dan iklim Indonesia serta perkembangan teknologi belum memungkinkan produk pertanian ini dibudidayakan di Indonesia, gandum yang merupakan bahan baku terigu diperoleh produsen melalui impor,. Saat ini impor gandum dan pengolahan menjadi tepung terigu didominasi oleh Grup Salim melalui PT ISM Bogasari, PT Berdikari Sari Utama Flour Mill, dan PT Sriboga Raturaya33. Selain dari faktor ketersediaan suplai bahan baku, faktor kekuatan pemasok juga berasal dari penentuan harga bahan baku. Harga gandum ditentukan oleh pasar, cenderung meningkat, dan cukup berfluktuasi. Fluktuasi dan penyediaan bahan baku yang tidak berkesinambungan dapat membuat biaya produksi sulit diprediksi. Potensi akan kurangnya pasokan gandum dunia juga meningkatkan ketidakpastian harga gandum. Gambar berikut menunjukkan fluktuasi harga gandum dari tahun 2006 hingga 2008. $500 $214 $213 $176 Associates Dec-01 Source : U.S. Wheat Dec-95 Dec-71 Dec-65 Dec-59 Dec-53 Dec-47 Dec-41 Dec-35 Dec-29 Jan-06 Dec-23 Dec-17 Dec-11 Dec-05 Jan-00 $- Dec-89 $100 Dec-83 $200 Dec-77 $300 Dec-07 $386 $375 $360 $236 $232 $207 $400 Gambar I-8 Harga Gandum U.S. per Metric Ton (sumber : www.uswheat.org) 33 Indonesian Commercial Newsletter, June 2009, ICN, Jakarta, 2009 26 I.5.4.3 Faktor Substitusi Pengaruh kekuatan faktor substitusi terhadap industri mie cukup kuat. Produk substitusi ini dapat hadir secara langsung (direct substitution) maupun substitusi tidak langsung (indirect substitution). Substitusi langsung datang dari produk yang merupakan produk makanan yang berbentuk mie ataupun menyerupai mie, termasuk di dalamnya mie instan dan mie basah, bihun, soun, kwetiau, pasta dan sebagainya. Produk-produk ini memiliki variasi bentuk dan tekstur yang berbeda tetapi semuanya menawarkan benefit yang sama yaitu karbohidrat yang memberikan rasa kenyang. Substitusi tidak langsung merupakan makanan pokok, seperti beras, jagung, ubi yang tidak diolah menjadi makanan olahan dalam kemasan. Produk ini menyuguhkan makanan yang menyehatkan namun memerlukan proses pengolahan lebih lama menjadi makanan sajian. I.5.4.4 Faktor Pendatang Baru Pada industri mie kering terdapat beberapa barriers to entry yang membuat para pendatang baru cenderung sulit untuk masuk. Dalam hal ini, economics of scale dan product differentiation merupakan hambatan yang terbesar. Economics of scale Produk-produk yang terdapat dipasar saat ini berasal dari produsen yang sudah cukup besar dimana perusahaan tersebut sudah mencapai utilisasi kapasitas produksi yang optimal sehingga biaya produksi menjadi rendah. Hal tersebut merupakan kekuatan dalam menentukan harga produk dipasar. Pendatang baru yang hendak masuk ke dalam industri ini harus melakukan investasi awal yang besar untuk mengkompensasi biaya produksi masih tinggi di tahun awal operasi akibat kapasitas produksi yang tidak terutilisasi secara optimal. Apabila 27 perusahaan ingin menawarkan produk dengan harga yang bersaing dengan pemain yang sudah mapan, maka potensi kerugian menjadi besar akibat terkikisnya margin oleh beban operasionalProduct Differentiation Produk yang tersedia dipasar cenderung seragam dan mendekati perilaku barang generik. Pendatang baru perlu memiliki diferensiasi yang cukup kuat sehingga mengubah aturan main industri. Diferensiasi produk akan menggeser product life cycle mie kering atau meremajakan produk mie kering dan meningkatkan nilai tambah mie kering yang tercermin lewat harga jual produk yang lebih tinggi. Sampai saat ini, berbagai produk mie kering yang ada di pasar hanya mengedepankan sisi rasa sehingga memberikan peluang bagi pendatang baru untuk melakukan diferensiasi di aspek lainnya. I.6 I.6.1 Analisis Peluang Bisnis dan Skenario Analisis Permintaan Produk mie jagung yang akan dipasarkan oleh PT Jagung Sentosa Indonesia merupakan produk baru yang belum pernah ada di pasar sebelumnya. Target konsumen akan ditentukan antara lain melalui segmentasi yang berdasarkan pada geografik, demografik, dan psikografik. Produk mie jagung akan dipasarkan dan dijual di kota-kota besar di Pulau Jawa, dengan target konsumen yaitu ibu rumah tangga berusia 25 hingga 55 tahun yang menjadi penentu menu keluarga, berada di kelas social economic status (SES) A dan B serta memiliki kepedulian terhadap kesehatan dirinya dan keluarganya. 28 Perhitungan proyeksi permintaan dilakukan sebagai berikut: 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 = 𝑥1 ∗ 𝑥2 ∗ 𝑥3 ∗ 𝑥4 ∗ 𝑥5 X1 : Jumlah rumah tangga di Pulau Jawa X2 : Presentase rumah tangga di kota-kota besar di Pulau Jawa X3 : Persentase SES A dan B di Pulau Jawa X4 :Persentase ibu rumah tangga yang memiliki keperdulian terhadap kesehatan X5 : Banyaknya konsumsi mie kering dalam 1 rumah tangga dalam 1 tahun Bagian permintaan ini akan dijelaskan secara lebih detail pada Bagian Pemasaran. I.6.2 Analisis Penawaran Secara umum, mie telah lama ditawarkan di pasar Indonesia dalam berbagai bentuk yaitu mie basah, mie kering, dan mie instan dengan karakteristik produk yang berbeda, seperti pada pembahasan sebelumnya pada bagian Batasan Umum Produk. Mie instan telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan munculnya berbagai variasi rasa. Berbeda dengan mie instan, produk mie yang ditawarkan PT JSI adalah mie kering dalam kemasan tanpa bumbu yang memiliki diferensiasi tertentu. Mie kering yang sekarang dijual di pasar berbahan dasar terigu dengan kisaran harga rata-rata Rp 4.000 per kemasan 200 gram. Berikut adalah harga berbagai produk mie kering berbahan dasar tepung terigu di pasar. 29 Tabel I-8 Daftar Harga Mie Kering di modern market Nama Merek Mie Telor Cap 3 ayam Mie Ayam 2 Telor A1 Atom bulan Kuda Menjangan Li Jian AA Nama Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur,Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Gaga PT Kuala Pangan PT Wijaya Panca Sentosa PT Prasetya Jakarta n/a Rata-rata per gram Rata-rata per 200 gram Price/pack 3,080 3,000 2,750 4,450 5,950 3,000 4,290 Gramature 200 200 180 200 200 200 210 Price/g 15.40 15.00 15.28 22.25 29.75 20.62 20.43 19.82 3,964 Sumber : Riset pasar di modern market Carrefour, Agustus 2009 Sampai dengan penulisan rencana bisnis ini, produk mie kering berbahan dasar tepung jagung dengan diferensiasi tertentu yang akan diproduksi oleh Perusahaan belum tersedia di pasar. Diferensiasi yang akan ditawarkan adalah mie kering berbahan dasar jagung dengan keunggulan bebas MSG, bebas pengawet dan pewarna, mengandung serat makanan yang lebih tinggi dan pro-vitamin A. I.7 Faktor-Faktor Yang Relevan Dalam melakukan analisis peluang bisnis mie, terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi analisis permintaan dan penawaran terhadap industri ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu skenario industri untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam penerapan strategi perusahaan. Beberapa kondisi yang diperkirakan mempengaruhi analisis permintaan dan penawarkan industri adalah porsi pemanfaatan baku jagung pati oleh beberapa industri lain serta perkembangan tren hidup sehat terutama di kota-kota besar di Indonesia. Penggunaan jagung pati sebagai bahan dasar pakan ternak dan biofuel. Saat ini di Indonesia, sebagian besar jagung pati dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian kecil digunakan sebagai bahan dasar alternatif bahan bakar biofuel. 30 Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan jagung pati secara keseluruhan di Indonesia dan fluktuasi harga dari jagung pati tersebut. Industri pangan merupakan industri yang sangat kompetitif karena konsumen dihadapkan dengan berbagai macam pilihan pangan dari banyaknya pelaku usaha. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan produk, pelaku usaha perlu mengamati dan memanfaatkan momentum atas tren yang sedang berkembang. Saat ini, tren yang sedang berkembang adalah pola hidup sehat dimana konsumsi makanan-makanan yang menawarkan manfaat kesehatan semakin digemari. Perkembangan dan pergeseran tren ini akan mempengaruhi animo masyarakat untuk membeli produk pangan yang ditawarkan. Tabel I-9 Variabel Skenario dalam hubungannya dengan Faktor Kausal Variable Skenario Perkembangan dan pergeseran tren hidup sehat Penggunaan jagung pati sebagai pakan ternak dan bahan dasar biofuel I.8 Internal Faktor Kausal Eksternal Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan Berpartisipasi dalam tren kesehatan yang sedang berkembang Merupakan jenis jagung yang mudah ditemukan di wilayah Indonesia Isu dan pengetahuan tentang penyakit dan kesehatan Trend hidup sehat dengan mengonsumsi makananmakanan yang menawarkan manfaat kesehatan Fluktuasi harga jagung jika ada permintaan pasar yang melonjak untuk industri non-pangan Asumsi Dan Konsistensi Dalam membentuk suatu skenario, diperlukan adanya asumsi-asumsi untuk digunakan dan konsistensinya. Tabel berikut menggambarkan asumsi yang digunakan dalam masing-masing skenario. 31 Tabel I-10 Variabel Skenario untuk berbagai asumsi Variabel Skenario Meningkat Perkembangan dan pergeseran tren hidup sehat Tren hidup sehat berkembang semakin cepat, bahkan lebih cepat dari saat ini Tetap Penggunaan Permintaan biofuel jagung pati sebagai dan pakan ternak bahan baku biofuel meningkat dan pakan ternak I.9 Menurun Tren hidup sehat tetap berkembang, namun dengan kecepatan yang konstan Peningkatan Sedikit peningkatan preferensi untuk preferensi untuk memilih produk yang memilih produk yang menawarkan menawarkan manfaat kesehatan manfaat kesehatan Permintaan biofuel dan pakan ternak tidak berubah Tren hidup sehat melambat akibat tren baru yang muncul Tidak ada peningkatan preferensi untuk memilih produk yang menawarkan kesehatan Permintaan biofuel dan pakan ternak turun Peta Skenario Peta skenario disusun atas pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan dan penawaran terhadap produk mie jagung. Perubahan faktor permintaan dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi. Sedangkan perubahan faktor penawaran dipengaruhi oleh pasokan bahan baku; yakni jagung pati. Tabel berikut menunjukkan peta skenario yang digunakan oleh perusahaan. Tabel I-11 Peta Skenario Variable Skenario Perubahan pola konsumsi Penggunaan jagung pati untuk pakan ternak dan biofuel Meningkat Tetap Menurun Meningkat Most-likely Optimis Tetap Pesimis Most-likely Turun Optimis Pesimis 32 I.9.1 Skenario Optimis Pada skenario ini, asumsi yang digunakan adalah tren kesehatan berkembang sangat cepat sehingga sehingga konsumsi untuk produk yang menawarkan manfaat kesehatan meningkat. Hal ini disertai juga dengan menurunnya atau tetapnya tingkat penggunaan jagung pati untuk pakan ternak dan biofuel sehingga pasokan bahan baku berlimpah dengan harga yang relatif stabil dan murah. I.9.2 Skenario Most-likely Pada skenario ini, asumsi yang digunakan adalah membaiknya kesadaran akan gaya hidup sehat dan mengkonsumsi makanan-makanan dengan health benefit meningkat atau cenderung stabil. Penggunaan jagung pati sebagai bahan dasar pakan ternak dan biofuel tetap atau mengalami kenaikan. I.9.3 Skenario Pesimis Skenario pesimis mengasumsikan bahwa masyarakat lebih tidak peduli akan kesadaran hidup sehat sehingga konsumsi makanan dengan health benefit juga mengalami penurunan. Kemungkinan kedua adalah adanya kenaikan permintaan jagung pati untuk digunakan sebagai pakan ternak dan biofuel. Sebagai akibatnya, terjadi keterbatasan ketersediaan jagung pati untuk pembuatan produk mie jagung. Ketiga skenario tersebut akan divalidasi dengan analisis sensitivitas terhadap permintaan produk yang diwakili oleh harga jual produk, dan sensitivitas terhadap penawaran produk yang diwakili oleh harga beli jagung pipil yang dibeli dari pemasok. I.10 Kesimpulan Tren pola hidup masyarakat yang mengedepankan pola hidup sehat membuat pertumbuhan industri makanan-makanan dengan health benefit tumbuh dengan 33 pesat. Di sisi lain, mie merupakan industri yang menjanjikan karena merupakan produk pangan kedua terbesar yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sebagai pendatang baru yang menawarkan produk olahan berupa mie yang terbuat dari tepung jagung dengan health benefit yang lebih tinggi dengan mie yang ada di pasaran, mie jagung memiliki peluang yang baik untuk bersaing dalam industri ini. 34 II. PROFIL PERUSAHAAN II.1 Produk Yang Ditawarkan Berdasarkan pemahaman akan situasi lingkungan bisnis mie dan analisis peluang bisnis di atas, produk yang ditawarkan dalam rencana bisnis kali ini adalah mie kering yang terbuat dari tepung jagung.Tepung jagung ini secara alami berwarna kuning sehingga dalam proses produksi mie tidak diperlukan penambahan bahan pewarna. Manfaat lain adalah kandungan serat pangan tinggi sehingga bermanfaat untuk pencernaan,tidak menggunakan MSG dan bahan pengawet dalam pembuatannya sehingga memberikan nilai lebih untuk konsumen. Selain itu, mie jagung kering tetap menawarkan fleksibilitas pengolahan di sisi konsumen karena mie kering akan diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Rasa, komposisi dan porsi akan ditentukan oleh resep dan koki yang mengolah mie jagung kering menjadi masakan yang diinginkan. II.2 Profil PT Jagung Sentosa Indonesia PT Jagung Sentosa Indonesia (PT JSI) adalah perusahaan yang memproduksi sekaligus memasarkan mie jagung KORINA dengan manfaat bebas MSG, bebas pengawet dan pewarna serta mengandung serat pangan yang tinggi. Konsep pendirian perusahaan JSI berawal dari pengamatan akan tiga hal yaitu adanya tren hidup sehat yang sedang berkembang, mie yang menjadi makanan pokok Indonesia setelah nasi, dan produksi jagung nasional yang terus meningkat. Perusahaan juga ingin membantu masyarakat Indonesia melalui penyediaan bahan makanan dalam kemasan yang sehat dan menggunakan bahan baku lokal. Secara tidak langsung perusahaan membantu meningkatkan kesejahteraan petani jagung lokal. Terlebih lagi, jagung sebagai bahan baku utama mudah tumbuh di Indonesia. 35 Bentuk badan hukum yang dipilih JSI adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan mempertimbangkan kejelasan pembagian tanggung jawab, kemudahan akses pendanaan, dan probabilitas penghimpunan dana dari para calon pemegang saham melalui IPO (Initial Public Offering). Logo perusahaan PT JSI terdiri dari bonggol dan daun jagung untuk menunjukkan konsistensi pemanfaatan jagung sebagai bahan baku produk-produk yang dihasilkan oleh JSI. Warna hijau dan kuning digunakan untuk memperkuat image PT JSI sebagai produsen yang mengutamakan kealamian dan kesegaran bahan baku serta kualitas produk jadi. Gambar III-1 Logo Perusahaan II.3 Visi dan Misi Perusahaan II.3.1 Visi Menjadi perusahaan pangan terbaik dan terpercaya di bidang makanan sehat produk berbahan dasar jagung berkualitas tinggi dengan mengedepankan inovasi dan kualitas produk, serta bertumpu pada tata kelola perusahaan yang baik dan memberikan nilai sosial pada masyarakat. II.3.2 Misi Memproduksi makanan sehat berbahan dasar jagung yang berkualitas tinggi. 36 Melakukan inovasi produk secara konsisten untuk menyediakan berbagai produk makanan sehat berbahan dasar tepung jagung. Melakukan kegiatan pemasaran yang agresif dan bertanggung jawab. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui pelaksanaan berbagai kegiatan sosial dan dengan melibatkan mereka dalam aktivitas bisnis. II.4 Tujuan dan Sasaran II.4.1 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai oleh PT Jagung Sentosa Indonesia adalah menjadikan jagung lokal sebagai salah satu bahan pangan sehat di Indonesia antara lain dalam bentuk mie jagung kering. Hal ini dilakukan melalui tata kelola perusahaan yang baik dan bertumpu pada nilai-nilai yang dianut perusahaan. II.4.2 Sasaran Menjaga konsistensi kualitas bahan baku tepung jagung Melakukan inovasi produk sehat yang dapat dihasilkan dari tepung jagung Pertumbuhan penjualan di atas 20% pertahun Tingkat kepuasan kerja karyawan diatas 80% Menghasilkan NPV dan EVA positif dalam lima tahun Memberikan SROI (Social Return on Investment) positif dalam lima tahun II.5 II.5.1 Nilai-Nilai Utama Kualitas PT JSI menyadari bahwa untuk menjadi produsen yang bergerak di bidang makanan terutama yang menawarkan manfaat sehat merupakan tanggung jawab yang besar. Dibutuhkan kepercayaan dari konsumen supaya proses bisnis dapat berjalan dan 37 kepercayaan ini dapat diperoleh jika konsumen percaya bahwa kualitas produk yang dihasilkan sangat dijaga oleh produsen. Oleh karena itu, PT JSI sangat memperhatikan kualitas produknya melalui pengelolaan mutu yang baik mulai dari bahan baku, barang jadi hingga produk diterima oleh konsumen. II.5.2 Inovasi Untuk mencapai posisi yang kuat di industri makanan sehat, PT JSI harus memiliki berbagai macam produk makanan yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan karakteristik konsumen yang membutuhkan berbagai variasi bentuk atau rasa dalam hal makanan. Oleh karena itu, inovasi harus dilakukan secara konsisten untuk menyediakan berbagai variasi produk. II.5.3 Konsistensi Perkembangan perusahaan terkait erat dengan jumlah pelanggan loyalnya, semakin banyak pelanggan loyal, semakin cepat perusahaan tersebut berkembang. PT JSI ingin tetap mempertahankan kepercayaan para konsumen dengan menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, konsistensi menjadi hal yang sangat penting karena pada akhirnya akan menentukan kepercayaan para konsumen. Dalam hal ini yang dimaksud konsistensi adalah stabilnya komitmen terhadap nilai kesehatan dalam produk, mutu produk, pemrosesan, hingga pengembangan sumber daya manusia yang mendukung komitmen tersebut. II.5.4 Transparansi Dengan memiliki asas transparansi maka mulai dari manajemen hingga lapisan operasional akan memperoleh informasi yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan iklim bersaing yang sehat sehingga suasana kerja dapat berjalan kondusif. 38 II.6 Strategi Generik PT JSI Strategi umum yang digunakan oleh PT JSI adalah strategi fokus diferensiasi dimana dalam strategi ini perusahaan mengedepankan differensiasi pada produk yang akan diluncurkan. Pada strategi ini, PT JSI akan menawarkan pangan fungsional olahan dalam kemasan berupa mie kering dari tepung jagung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mie oleh mereka yang peduli akan kesehatan. Saat ini, mie yang ditawarkan oleh pelaku pasar lainnya merupakan mie berbahan dasar terigu dimana mie-mie tersebut diasosiasikan dengan makanan yang kurang sehat karena mengandung MSG, pengawet, dan tidak memiliki benefit lain selain untuk kebutuhan karbohidrat. Dengan menggunakan teknologi khusus yang telah dikembangkan oleh SEAFAST (South East Asia Food and Agriculture Science and Tecnhonology) - Institut Pertanian Bogor, PT JSI akan menawarkan kepada konsumen mie yang memiliki nilai Scope Broad tambah kesehatan berupa mie kering berbahan dasar tepung jagung. Cost Differentiation Narrow Leadership PT JSI Differentiation Cost Focus Cost Focus Differentiation Source of Competitive Advantage Gambar II-1Strategi Umum Bersaing34 34 Porter, Michael. Competitive Strategy. 1985. Free Press. 39 Dibandingkan dengan total pasar mie yang sudah dilayani saat ini, termasuk di dalamnya mie basah, mie kering dan mie instan, PT JSI hanya menyasar segmen market utama yaitu pengguna mie kering. Segmen ini masih dikerucutkan lagi dengan karakteristik target market yang peduli terhadap kesehatan. Berdasarkan kondisi dan informasi diatas dapat dipastikan bahwa strategi bersaing yang paling tepat untuk PT JSI adalah strategi fokus diferensiasi. II.7 Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing diperlukan untuk menciptakan kinerja perusahaan yang baik sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan. Penentuan keunggulan bersaing perusahaan akan menjadi lebih mudah jika ada pemahaman akan setiap interaksi antar bagian untuk memperoleh keuntungan yang ditetapkan. Beberapa alat bantu untuk memahami hal tersebut adalah struktur value chain, value shop dan value network35. PT JSI termasuk dalam kategori struktur value chain yang terdiri dari beberapa aktivitas primer dan aktivitas pendukung. Gambar II-2 Struktur Value Chain Stabell CB dan Fjeldstad ΦD. “Configuring Value for Competitive Advantage: on Chains, Shops, and Networks”, Strategic Management Journal, Vol 19, 1998: 413-437 35 40 Yang termasuk dalam aktivitas primer adalah inbound logistics, operations, outbound logistics, marketing and sales, dan service. Keunggulan bersaing PT JSI bertumpu pada aktivitas inbound logistics serta marketing and sales. Aktivitas inbound logistics ini didukung oleh lokasi pabrik di Kabupaten Lumajang yang merupakan salah satu sentra jagung di Jawa Timur. Hal ini dimaksudkan untuk mempersempit waktu transfer bahan baku sehingga pabrik akan memperoleh kualitas bahan baku yang masih segar, dan pada proses lanjutannya akan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Infrastruktur perusahaan yang mendukung aktivitas inbound logistics ini meliputi perencanaan dari semua kegiatan operasional, aspek hukum yang berkaitan dengan operasional perusahaan seperti perjanjian kerja sama dengan koperasi unit desa (KUD) sebagai penyedia bahan baku, hubungan yang erat dengan instansi pemerintahan, serta manajemen kualitas untuk memastikan spesifikasi dari bahan baku produk, penggudangan, dan pengendalian inventory. Sebagai bagian dari aktivitas pengadaan, saat ini, PT JSI telah melakukan penjajakan kerjasama dengan KUD Margojoyo untuk menyalurkan pipilan jagung. Dalam hal ini, KUD akan membantu fungsi quality control awal untuk pipilan jagung sehingga memudahkan PT JSI dalam menyeleksi kualitas bahan baku awal. Secara keseluruhan, kedua keunggulan bersaing diatas akan membantu PT JSI untuk memperoleh proses yang lebih efisien. Sumber daya manusia merupakan salah satu pendukung keunggulan bersaing perusahaan. Tenaga kerja yang terampil, terlatih dan memiliki motivasi akan mendukung sistem inbound logistics menjadi efisien dan efektif. 41 Keunggulan bersaing berikutnya adalah marketing and sales sebagai penunjang penjualan produk. Melalui riset pasar untuk mengetahui kebutuhan konsumen disertai pengelolaan merek yang baik, produk akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Pengelolaan merek yang baik diawali melalui penentuan diferensiasi yang baik, diikuti penentuan harga, distribusi serta berbagai strategi komunikasi. Sebagai penunjang aktivitas primer marketing and sales, diperlukan pemahaman atas riset pasar yang komprehensif, serta sumber daya manusia yang kompeten untuk menjalankan serangkaian kegiatan periklanan dan promosi tersebut. Selain itu, jumlah dan kualitas tenaga penjual juga merupakan salah satu keunggulan dalam mencapai sasaran Perusahaan. Hubungan yang baik dengan agensi dan media untuk menciptakan strategi komunikasi yang baik, dibarengi dengan fasilitas distribusi dan perencanaan ketersediaan produk yang matang akan mendukung penjualan produk dan mendongkrak kepuasan pelanggan. II.8 Kompetensi Utama Sesuai dengan keunggulan bersaing yang telah dijabarkan diatas, kompetensi utama dari PT JSI adalah proses produksi dan pemasaran mie jagung yang didukung inbound logistic dalam hal penyediaan pasokan bahan baku dari jagung pati yang diproduksi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dengan penentuan lokasi pabrik yang sangat dekat dengan bahan baku, dan eratnya hubungan PT JSI dengan para petani, KUD, dan pemerintah setempat, maka PT JSI akan mendapatkan bahan baku yang sangat fresh dengan harga yang sangat kompetitif karena jalur distribusi yang pendek antara pabrik dan lokasi panen jagung pati. Selain dari itu, PT JSI juga memiliki kompetensi utama di bidang inovasi dengan mengembangkan produk baru sesuai dengan permintaan pasar. Pada saat trend pola hidup sehat sedang meningkat seperti yang dialami pada masa sekarang ini, PT JSI 42 berkomitmen untuk mengembangkan teknologi proses pembuatan mie dengan bahan dasar tepung jagung yang tentunya lebih menyehatkan bagi para konsumen. Untuk pekembangan selanjutnya, PT JSI akan selalu melakukan penelitian dan perkembangan lainnya (inovasi) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan produk inovasi berupa makanan sesuai dengan trend yang terjadi di masyarakat luas. Kompetensi utama di bidang marketing & sales dari PT JSI tumbuh karena adanya pemahaman pasar dan industri mie yang baik melalui berbagai metode yang tersedia sehubungan dengan riset pasar. Image building untuk brand yang ditawarkan oleh PT JSI akan berjalan dengan baik dengan mempekerjakan orang-orang yang memiliki kompetensi yang sesuai di bidang marketing maupun sales. II.9 Model Multi-Perspektif PT JSI mengedepankan aspek social venture pada model bisnisnya, bahwa dampak dari bisnis mie jagung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, namun juga pemangku kepentingan. Manajemen perusahaan memahami bahwa interaksi bisnis perusahaan tidak hanya dengan konsumen dan supplier, namun juga dengan lingkungan secara utuh, baik makro maupun mikro. Pemahaman ini dapat digambarkan dengan model multi-perspektif36 yang menunjukkan siklus kontribusi antara faktor-faktor yang berkepentingan dengan bisnis mie jagung. 36 Ardianto, Eka. Model Multi-Perspektif. 43 3 Mikro (Pelaku) • Pemasok • Komunitas • Asosiasi 2 1 Produsen Makro (Bukan pelaku) • Alam (Habitat hidup) • Sumber energi • Atmosfer Konsumen 3 Lingkungan Gambar II-3 Model Multi-Perspektif Model ini menggambarkan 3 subyek dan 3 interaksi yang saling timbal balik. Subyek tersebut adalah : Produsen, sebagai pihak yang memproduksi barang atau jasa; dalam hal ini PT JSI Konsumen, sebagai pihak yang menggunakan barang atau jasa; dalam hal ini segmen pasar yang disasar oleh perusahaan Lingkungan, pihak-pihak selain produsen dan konsumen yang turut mendapatkan imbas atas produk atau jasa produsen. Aspek lingkungan terdiri 2 bagian yakni mikro dan makro. Lingkungan mikro meliputi pemasok, komunitas di sekitar produsen maupun komunitas konsumen, asosiasi industri, dsb. Sedangkan lingkungan makro meliputi lingkungan alam disekitar konsumen maupun produsen, keberadaan sumber-sumber energi, dsb. Tiga subyek tersebut melakukan interaksi sebagai akibat adanya bisnis. Interaksi timbal balik yang dimaksud antara tiga pihak tersebut adalah : 1. Interaksi Konsumer-Produsen Interaksi sebagai akibat transaksi pertukaran produk PT JSI dengan konsumen. Interaksi yang dimaksud tidak terbatas pada transaksi jual-beli 44 saja, namun juga pembinaan hubungan jangka panjang dengan konsumen melalui konsumunitas37. PT JSI merangkul konsumen melalui pendekatan humanis dengan nilai-nilai humanis untuk meningkatkan hubungan jangka panjang dengan konsumen. Hubungan ini akan memastikan sustainability pasar bagi produk-produk PT JSI. 2. Interaksi Produsen-Lingkungan Interaksi ini terjadi karena kebutuhan produsen atas sumber daya yang tidak dimiliki perusahaan, baik itu bahan baku, tenaga kerja, modal, maupun informasi. Interaksi yang terjadi tidak terbatas pada imbal balik (return) atas kontribusi lingkungan terhadap perusahaan namun, juga tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan (corporate social responsibility). Menurut tulisan38, aplikasi tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan akan turut meningkatkan value perusahaan di mata konsumen. Dengan kesedaran ini sekaligus tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan, baik pemasok maupun lingkungan hidup; PT JSI berkomitmen untuk melakukan CSR pada petani jagung dan kelestarian lahan pertanian. 3. Interaksi Konsumen-Lingkungan Interaksi yang dimaksud adalah interaksi konsumen terhadap lingkungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung difasilitasi oleh produsen maupun produk. PT Jagung Sentosa Indonesia berkeinginan untuk melibatkan konsumen dalam pemberian kontribusi kepada lingkungan melalui aktivitas komunitas konsumen yang difasilitasi oleh perusahaan. Interaksi secara tidak langsung juga dibangun oleh perusahaan dengan melibatkan konsumen pada aktivitas CSR perusahaan. 37 Ardianto, Eko. Komunitas Konsumen. 2008. Prasetiya Mulya. Kristamuljana, Sammy. Management Responsibility: dari Kewargaan ke Kenegarawananan Perusahaan. Forum Manajemen Prasetiya Mulya vol III. 2009. 38 45 II.10 Model Bisnis PT. Jagung Sentosa Indonesia Berdasarkan analisis industri dan strategi yang diputuskan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis mie jagung, maka manajemen menetapkan model bisnis perusahaan sebagai berikut : INFRASTRUKTUR Core Capabilities Kompetensi dalam memberikan value lebih pada produk makanan dalam kemasaan melalui hubungan yang erat dengan konsumen. Financing Structure Partner Network Koperasi Unit Desa, petani, Pemerintah Dearah, dan distributor komersial. Value Configuration Memproses jagung menjadi mie dengan memperhatikan kualitas bahan baku dan standar mutu pemrosesan yang tinggi. Efisiensi diperoleh dari hubungan yang erat dengan petani untuk peningkatan kesejahteraannya. Investasi awal 100% dari ekuitas dengan kebijakan hutang 30% dan ekuitas 70%. OFFER Value Proposition Mie menyehatkan karena memiliki kadar serat tinggi, beta karoten, pewarna alami, dan tanpa bahan pengawet buatan. FINANCE CUSTOMER Customer Relationship Relasi jangka panjang yang erat melalui konsumer komunitas. Distribution Channel Distributor komersial untuk outlet modern. Target Customer Rumah tangga dengan value kesehatan. Pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan mie jagung. Revenue Streams Gambar II-4 Model Bisnis PT JSI Model bisnis disusun dengan pendekatan social venture tipe product-oriented39. Pendekatan model bisnis ini adalah memberikan keuntungan secara ekonomis bagi perusahaan sekaligus dampak sosial kepada lingkungan, baik makro maupun mikro. Infrastruktur meliputi core capabilities sebagai modal dasar perusahaan, yakni kompetensi untuk memberikan value lebih pada produk makanan dalam kemasan berbasis jagung melalui hubungan yang erat dengan konsumen. Kompetensi ini mengacu pada aspek pemasaran, inbound logistic, serta inovasi untuk sebagai keunggulan bersaing dalam memberikan nilai lebih produk kepada konsumen. 39 Appanah, S Dev. Shrestha, Sunit. Startup and Change The World.2007.Youth Social Enterprise Initiative. 46 Partner untuk men-deliver value adalah para pemasok (KUD dan petani), pemerintah daerah, serta distributor komersial. Jaringan partner ini membantu menjamin suplai bahan baku berkualitas dan ketersediaan produk di pengecer. Hubungan timbal balik yang dibangun akan menghasilkan produk mie jagung dengan kualitas tinggi yang diproses dengan standar mutu yang ketat dari bahan baku berkualitas. Bahan baku berkualitas diperoleh secara langsung dari petani yang difasilitasi KUD sehingga meningkatkan kesejahteraan petani sebagai salah satu dampak sosial dari model bisnis mie jagung PT JSI. Value yang ditawarkan pada pelanggan adalah mie menyehatkan karena memiliki kadar serat tinggi, pro-vitamin A, pewarna alami, dan tanpa pengawet buatan. Persepsi kualitas ini sesuai dengan nilai yang dianut oleh target pasar yang memiliki sensitivitas terhadap aspek kesehatan dalam makanan. Persepsi kualitas yang ditawarkan ini sekaligus menjawab persepsi resiko yang masih ada dalam produkproduk di industri mie kering, yakni mengandung bahan pengawet, memiliki pewarna alami, dan penguat rasa buatan. PT JSI mengedepankan kepentingan dan nilai-nilai konsumen dalam menjalankan bisnisnya. Hal yang penting untuk konsumen ini diperoleh melalui hubungan yang erat dengan konsumen. Perusahaan melakukan konsumen komunitas untuk meningkatkan hubungan jangka panjang dengan konsumen. Proses ini tidak hanya digunakan untuk memperoleh profil atau perilaku konsumen, namun juga melibatkan konsumen dalam pengembangan produk. Rasa keterlibatan ini akan menimbulkan kesetiaan pelanggan (customer loyalty) dalam jangka panjang, tidak hanya terhadap produk, namun terhadap brand; bahkan terhadap keberlangsungan perusahaan. Di sisi lain, ketersediaan barang dijamin melalui distributor komersial yang terpercaya untuk mensuplai produk di outlet modern sesuai perilaku belanja target konsumen. 47 Target konsumen yang dimaksud adalah rumah tangga dengan value kesehatan. Dalam hal ini, ibu rumah tangga dengan usia 25-50 tahun dan memiliki perilaku gaya hidup sehat sebagai decision maker. PT JSI akan tumbuh dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan mie jagung. Penyediaan modal kerja dipenuhi dari cash flow operasional yang positif dengan struktur modal 30% hutang dan 70% ekuitas. Investasi awal diperoleh dari investor dan private equity, sedangkan hutang diproyeksikan akan diperoleh pada tahun kedua operasional perusahaan sesudah membukukan laba bersih 2 tahun berturutturut yang didukung oleh personal guarantee dari pemegang saham. 48 Daftar Pustaka 2007 Euromonitor Dried Processed Foods – Indonesia, Euromonitor, 2007 Berita Resmi Statistik No. 50/08/ Th. XII, 2 10 Agustus 2009, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2009 Direktori Industri Pengolahan – Industri Besar dan Sedang, Indonesia 2008, Badan Pusat Statistik, Jakarta 2008 Hardiansyah dan Amalia L. “Perkembangan Konsumsi Terigu dan Pangan Olahannya di Indonesia 1993-2005”. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 2(1): 8-15 Indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan Indonesia, 2008, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, 2008 Indonesian Commercial Newsletter, June 2009, ICN, Jakarta, 2009 Kasryno F, Pasandaran E, Suyamto, dan Made OA, Buku Jagung, Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007 Kristamuljana S. Model Empat Dimensi Lingkungan Bisnis Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Industri Mie Instan, Desember 2007, Deputi Bidang Tata Lingkungan – Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta, 2007 Porter M, Competitive Strategy, The Free Press, New York, 1980 Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, 2007 SNI 01-2974-1996, Badan Standarisasi Nasional SNI 01-2987-1992, Badan Standarisasi Nasional SNI 01-3551-2000, Badan Standarisasi Nasional Stabell CB dan Fjeldstad ΦD. “Configuring Value for Competitive Advantage: on Chains, Shops, and Networks”, Strategic Management Journal, Vol 19, 1998: 413437 Susenas 2006, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2006 Thompson A, Strickland AJ, dan Gamble JE. Crafting and Executing Strategy, McGraw-Hill, New Jersey, 2008 Departemen Pertanian. www.deptan.go.id., (1 Maret 2009) Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id, (21 September 2009) Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia 1999, 2002-2008, BPS 2008, www.bps.go.id (22 September 2009) 49 International Monetary Fund, http://www.imf.org/external/datamapper/index.php, (30 Juni 2009) Perusahaan Umum Perhutanan Negara, http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=551, (24 Juni 2009) Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2006, www.bps.go.id (22 September 2009) The Jakarta Globe, http://thejakartaglobe.com/home/indonesians-love-affair-with-ricebad-for-their-health-food-security/325623, (24 Agustus 2009) Monx Digital Library, http://library.monx007.com/health/menikmati_hidup_dengan_diabetes/1, (30 Juni, 2009) 50