(GI) DAN MINAT TERHADAP

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MINAT
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK
KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh :
LINA BUDI CAHYARINI
K3308040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Lina Budi Cahyarini
NIM
: K3308040
Jurusan/Program Studi
: P.MIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan
bahwa
PEMBELAJARAN
skripsi
GROUP
saya
berjudul
“PENGARUH
INVESTIGATION
(GI)
METODE
DAN
MINAT
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK KELAS XI SMAN 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013” ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan,
Lina Budi Cahyarini
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MINAT
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK
KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh :
LINA BUDI CAHYARINI
K3308040
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Nopember 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Sri Yamtinah S.Pd, M.Pd
NIP. 19691204 200501 2 001
Dra. Tri Redjeki, M.S
NIP. 19510601 197603 2 004
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
…………….
: Drs. Js. Sukardjo, M.Si
……………..
Sekretaris : Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si
……………..
Anggota I : Sri Yamtinah S.Pd, M.Pd
………………
Anggota II : Dra. Tri Redjeki, M.S
Disahkan Oleh
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Lina Budi Cahyarini. PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GROUP
INVESTIGATION (GI) DAN MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM
PERIODIK KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2012/2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom
dan Sistem Periodik, (2) Pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, (3) Interaksi pembelajaran
metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
penelitian faktorial design 3x3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/ 2013 sebanyak 3 kelas. Sampel
terdiri dari 3 kelas yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol (Metode ceramah
dan tanya jawab), kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen 1 (Metode Group
Investigation (GI) dilengkapi LKS) dan kelas XI IPA 3 eksperimen 2 (Metode
Group Investigation (GI) dilengkapi Modul) yang diambil dengan teknik Cluster
Random Sampling. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif
menggunakan metode tes sedangkan minat siswa menggunakan metode angket.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel
3x3, dilanjutkan uji komparasi ganda metode scheffe untuk perngaruh metode
pembelajaran dan minat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Terdapat
pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran 2012/2013, yaitu prestasi belajar siswa pada kelas yang
menerapkan metode GI dilengkapi modul lebih baik daripada kelas yang
menerapkan metode GI dilengkapi LKS dan kelas kontrol yang menerapkan
metode ceramah dan tanya jawab dengan prestasi kognitif berturut-turut 35,361;
31,117 dan 27,266. (2) Terdapat pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa
pada materi struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran 2012/2013, yaitu siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai
prestasi belajar kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat
sedang dan minat rendah dengan prestasi kognitif berturut-turut 40,00; 34,92 dan
18,75. (3) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat terhadap
prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik kelas XI
SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.
Kata Kunci: Group Investigation (GI), media LKS dan Modul, Minat, Prestasi
Belajar, Struktur Atom dan Sistem Periodik.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Lina Budi Cahyarini. THE INFLUENCE OF GROUP INVESTIGATION (GI)
LEARNING METHOD AND INTEREST TO STUDENT LEARNING
ACHIEVEMENT IN ATOMIC STRUCTURE AND PERIODIC SYSTEM
FOR XI SCIENCE GRADE SMAN 6 SURAKARTA 2012/2013. Minor
Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret
University, December 2012.
The purpose of this research is to find out: (1) The influence of learning
method to student learning achievement. (2) The influence of interest to student
learning achievement. (3) Interaction between learning method with interest to
student learning achievement.
The research is an experimental research using factorial 3x3 design. The
population were students in class XI Science class SMA Negeri 6 Surakarta
2012/2013 that consist 3 classes with 28 average students. Sampling method using
cluster random sampling technique. The sample class are XI science 1 as a control
class (lecture method), XI science 2 as experimental class 1 (Group Investigation
(GI) method with Worksheet) and XI science 3 as experimental class 2 (Group
Investigation (GI) method with Module) Kognitif students’ achievement were
evaluated by objective test method and the Interest of study was evaluated by
questioner method. The analysis technique used ANAVA two ways wit 3x3 cell
and Scheffe trial for influence of learning method and interest.
Based on the result of research can be concluded that: (1) There are an
influence of learning method to student learning achievement in atomic structure
and periodic system for XI science grade of SMAN 6 Surakarta 2012/2013, from
student in class that have been teached using GI method with module is better
than class that have been teached using GI method with worksheet and contol
class that have been teached using lecture method, with cognitive achievement
35,361; 31,117 and 27,266. (2) There are an influence of interest to student
learning achievement in atomic structure and periodic system for XI science grade
of SMAN 6 Surakarta 2012/2013, from student that have high interest of study is
better than student that have medium and low interest of study, with cognitive
achievement 40,00; 34,92 and 18,75. (3) There are no interaction between
learning method with interest to student learning achievement in atomic structure
and periodic system for XI science grade of SMAN 6 Surakarta 2012/2013.
Keyword: Group Investigation, worksheet and module, interest of study, student
achievement,atomic structure and periodic system.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah sendiri keadaannya” (Ar Ra’d : 11)
 “Cara Terbaik meramalkan masa depanmu adalah dengan menciptakan
masa depan itu sendiri” (Peter F Drucker)
 “Pengalaman adalah guru yang eksentrik. Ia akan memberikan ujian dulu
baru pelajarannya” (John Rushkin)
 “Hidup bukan sekedar untuk bermimpi, tetapi mewujudkan mimpi itu”
(Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya tulisan ini penulis persembahkan kepada:
 Ibu dan Bapak atas doa dan kasih sayangnya.
 Adik - adikku tersayang.
 Ami, Annisa Dhini, Anita, dan Dian Pratiwi, Nur
Rohmah.
 Sahabat - sahabatku di Pendidikan Kimia 2008.
 Almamater.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Sukarmin, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA UNS yang telah
memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.
3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Sri Yamtinah S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan inspirasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Dra. Tri Redjeki, M.S, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, saran, dan masukan yang berguna bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Elfi Susanti, VH, S.Si, M.Si, selaku pembimbing akademik atas petuah dan
bimbingan yang sangat menguatkan penulis untuk bisa menyelesaikan studi
sebaik mungkin.
7. Drs. Yusmar Setyobudi, MM. M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6
Surakarta yang telah memberi ijin untuk melaksanakan tryout instrumen dan
penelitian.
8. Noor Sudarsini, S.Pd, selaku Guru Kimia SMA Negeri 6 Surakarta atas
commit todalam
user pelaksanakan penelitian.
bimbingan, petunjuk, dan bantuannya
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Teman-teman pendidikan kimia angkatan 2008 atas bantuanya selama
pelaksanaan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan keikhlasan yang telah
diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan
dikarenakan keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun, sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
ix
KATA PENGANTAR ..............................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ .
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... .
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. .
6
C. Pembatasan Masalah ................................................................. .
7
D. Perumusan Masalah .................................................................. .
8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... .
8
F. Manfaat Penelitian .................................................................... .
9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................
10
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ....................
10
1. Belajar ................................................................................
10
2. Pembelajaran Kimia ...........................................................
17
3. Metode Pembelajaran .........................................................
19
4. Pembelajaran Kooperatif ....................................................
21
5. Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)
commit to user
6. Prestasi Belajar ...................................................................
28
xii
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Minat Belajar ......................................................................
37
8. Modul .................................................................................
39
9. LKS ....................................................................................
42
10. Struktur Atom dan Sistem Periodik ..................................
46
B. Kerangka Berpikir ..................................................................
54
C. Hipotesis .................................................................................
57
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................
58
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
58
1. Tempat Penelitian ...............................................................
58
2. Waktu Penelitian ................................................................
58
B. Rancangan / Desain Penelitian ...............................................
57
1. Variabel Penelitian ..............................................................
60
a. Variabel bebas .................................................................
60
b. Variabel Terikat ..............................................................
63
2. Prosedur Penelitian..............................................................
64
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............
65
1. Penetapan Populasi Penelitian.............................................
65
2. Teknik Pengambilan Sampel...............................................
65
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
66
1. Metode Tes .........................................................................
66
2. Metode Angket ...................................................................
66
3. Metode Dokumentasi ..........................................................
67
F. Instrumen Penelitian ................................................................
67
1. Instrumen Pembelajaran .......................................................
67
a. Silabus .............................................................................
67
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...............................
68
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...............................
68
2. Instrumen Penilaian .............................................................
68
a. Instrumen Penilaian Kognitif ..........................................
68
1) Uji Validitas ................................................................
to user
2) Uji Reliabilitascommit
............................................................
68
xiii
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Uji Taraf Kesukaran Soal ...........................................
71
4) Uji Daya Pembeda Soal ..............................................
72
b. Instrumen Penilaian Minat ..............................................
72
1) Uji Validitas ................................................................
73
2) Uji Reliabilitas ............................................................
74
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
75
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................
75
a. Uji Normalitas ...............................................................
75
b. Uji Homogenitas ...........................................................
75
2. Uji Hipotesis .....................................................................
76
3. Uji Komparasi Ganda (Metode Scheffe) ...........................
76
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...............................................................
77
A. Pengujian Instrumen ...............................................................
77
B. Deskripsi Data ........................................................................
78
C. Pengujian Persyaratan Analisis ..............................................
81
D. Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................
84
E. Pembahasan Hasil Analisis Data .............................................
88
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................
95
A. Simpulan ................................................................................
98
B. Implikasi .................................................................................
98
C. Saran .......................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
97
LAMPIRAN ..............................................................................................
100
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Jumlah Elektron Maksimum pada Tiap Kulit Atom.....................
2.2
Subkulit-subkulit yang diijinkan pada kulit K sampai dengan N.. 49
2.3
Hubungan Kulit dengan Jumlah Orbital...…………………........
49
3.1
Jadwal Penelitian……………….............………………….........
58
3.2
Rancangan Penelitian……………………....................................
59
3.3
Aspek Dasar dan Indikator Minat ..............................................
62
3.4
Kategorisasi Data dengan Tiga Jenjang……...........………….....
63
3.5
Skor Penilaian Minat ……......………………………...……….
73
3.6
Kategori Minat Siswa ………........………………………...…..
73
3.7
Rangkuman Anava Dua Jalan ...……………………… ..............
76
4.1
Rangkuman hasil uji validitas soal aspek kognitif......................
77
4.2
Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif.….
77
4.3
Rangkuman Hasil Taraf Kesukaran Soal........………………......
77
4.4
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal......….......................
78
4.5
Rangkuman Hasil Validitas Isi Tryout Minat..................…........
78
4.6
Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Minat..........
78
4.7
Rangkuman Distribusi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siswa
Pada
Pokok
Bahasan
Struktur
Atom
dan
48
Sistem
Periodik...………..........................................................................
79
4.8
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian..........................................
80
4.9
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas
Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada
pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik ...................
4.10
Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing
Kelompok.....................................................................................
4.11
81
83
Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi
Belajar ..................................................……................................
commit to user
xv
84
perpustakaan.uns.ac.id
4.12
Rangkuman
digilib.uns.ac.id
ANAVA
Dua
Jalan
Prestasi
Kognitif..............................................…………............................ 85
4.13
Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis
Pertama.........................................................................................
4.14
Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis
Pertama ………………….............................................................
4.15
86
87
Selisih Nilai Pretes-Posttest Berdasarkan Minat Pada Ketiga
Kelas Eksperimen.........................................................................
commit to user
xvi
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Tiga Level Ilmu Kimia........................................................
19
2.2
Bentuk orbital s ...................................................................
50
2.3
Kontur dan orientasi dari ketiga orbital 2p..........................
50
2.4
Bentuk dan susunan dari kelima orbital d............................
51
4.1
Histogram Perbandingan Nilai Minat Belajar Siswa pada
Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik ...............
4.2
80
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas
Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada
Pokok
Bahasan
Struktur
Atom
dan
Sistem
Periodik....................................................................................
commit to user
xvii
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Instrumen Penelitian
Halaman
a. Silabus......................................................................................
104
b. RPP Metode Ceramah dan Tanya Jawab.................................
107
c. RPP Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS ........
128
d. RPP Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul......
149
e. Media LKS..............................................................................
170
f. Media Modul...........................................................................
206
g. Lembar diskusi Group Investigation (GI)..............................
261
h. Pedoman Penskoran Penilaian Aspek Minat...........................
279
i. Kisi Angket Minat..................................................................
281
j. Angket Minat..........................................................................
285
k. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Pretest ........................................
288
l. Soal Kognitif Pretest .............................................................
307
m. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Postest.........................................
314
n. Soal Kognitif Postest..............................................................
332
2. Analisis Instrumen
a. Validasi Media Pembelajaran oleh Ahli Materi.......................
339
b. Validasi Media Pembelajaran oleh Ahli Materi......................
342
c. Perhitungan Validitas Isi Aspek Minat dengan Formula
Gregory...................................................................................
346
d. Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Pretest dengan
Formula Gregory.....................................................................
348
e. Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Postest dengan
Formula Gregory.....................................................................
350
f. Hasil Tryout Angket Minat......................................................
352
g. Hasil Tryout Tes Kognitif Pretest............................................
353
h. Hasil Tryout Tes Kognitif Postest...........................................
357
3. Data Penelitian
commit to user
a. Data Induk Penelitian...............................................................
xviii
361
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Distribusi Frekuensi Data Nilai Kognitif Siswa......................
364
c. Distribusi Frekuensi Data Nilai Minat Siswa..........................
368
4. Uji Prasyarat
a. Uji Kesamaan Rata-rata .........................................................
371
b. Uji Normalitas ……...…………………................................
372
c. Uji Homogenitas ……..………………………......................
374
5. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis............................................................................
375
b. Uji Lanjut Pasca Anava............................................................
377
6. Dokumentasi
a. Pembelajaran Kelas Kontrol...................................................
379
b. Pembelajaran Kelas Eksperimen............................................
380
c. Pembelajaran Kelas Eksperimen............................................
381
7. Perijinan
8. Jurnal
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun
ke tahun. Hal ini disertai dengan adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan
Indonesia. Diantara upaya tersebut adalah memperbaiki kurikulum, metode
pembelajaran, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku pada saat ini
dikembangkan berdasarkan pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta memperhatikan pertimbangan
komite sekolah/ madrasah dengan prisip-prinsip sebagai berikut: berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkunganya, beragam dan terpadu (Ahmadi, dkk., 2011: 64).
KTSP sebagai suatu konsep dan sekaligus sebuah program yang memiliki
karakteristik: 1) KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan
daerah. 2) Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. 3) Guru harus mandiri dan kreatif. 4) Guru diberi kebebasan untuk
memanfaatkan berbagai metode pembelajaran (Mulyasa, 2007:29-39). Dengan
penggunaan kurikulum ini, maka sekolah diberikan kewenangan secara penuh
dalam pengelolaan dan pelaksanaan kurikulumnya masing-masing sehingga dapat
disesuaikan dengan kondisi sekolah, siswa serta guru. Guru sebagai tenaga
pendidik di sekolah dituntut untuk berperan menjadi seseorang yang menciptakan
pembelajaran yang dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran.
Pendidik harus bisa memilih metode maupun model pembelajaran yang tepat pada
materi yang diajarkan serta karakteristik peserta didiknya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kimia adalah
user
salah satu mata pelajaran yangcommit
ada dito kurikulum
SMA. Kimia merupakan
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan salah satu cabang sains/IPA yang berisi pengetahuan yang
berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil penelitian yang dilakukan para ahli.
Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari–hari, namun tidak sedikit orang yang
menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini disebabkan kimia
erat
hubungannya
dengan
ide–ide
membutuhkan penalaran ilmiah,
atau
konsep–konsep
abstrak
yang
sehingga belajar kimia merupakan kegiatan
mental yang membutuhkan penalaran tinggi. Untuk itu, maka dalam proses
transfer ilmu dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan agar kualitas
pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan
pembelajaran yang ditetapkan (BSNP, 2005)
Sebagai usaha mengoptimalkan proses belajar mengajar agar dapat
berhasil dengan baik, maka guru diharapkan dapat memberikan suatu rangsangan
agar siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena aktivitas
yang dilakukan setiap siswa dalam mengikuti pelajaran akan mempengaruhi
prestasi belajar. Untuk itu, maka para guru kimia hendaknya berupaya semaksimal
mungkin untuk memberikan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
berbagai alat indera. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima
dan menyerap dengan mudah materi pelajaran yang disajikan.
Berita yang dikutip dari Koran Kompas (3/3/2011) halaman 12 pada
kolom “Pendidikan & Kebudayaan”, berdasarkan data dalam Education for All
(EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan
diluncurkan di New York pada Senin, 1/3/2011, indeks pembangunan pendidikan
Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Peringkat ini
mengalami penurunan dari tahun 2010 yang menempati urutan 65. Hal ini
berkebalikan dengan Nilai Ujian Nasional siswa SMA di Indonesia. Dibandingkan
angka kelulusan tahun 2009/2010, pada tahun 2010/2011 ada kenaikan tingkat
kelulusan sebesar 0,18 persen, yaitu dari 99,04 persen menjadi 99,22 persen. Hal
ini dibuktikan dengan tingginya nilai UN pelajaran kimia siswa pada tahun 2010.
Sebanyak 3686 siswa mendapat nilai pada rentang 0,01- 4,24 yang menunjukkan
bahwa siswa tersebut tidak mencapai batas tuntas pada waktu itu yakni 4,25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
Kesulitan tersebut juga dialami oleh siswa kelas XI yang baru saja masuk ke
program Ilmu Alam yang salah satu mata pelajaran wajibnya adalah kimia.
Struktur Atom dan Sistem Periodik adalah merupakan materi awal yang
diajarkan pada siswa kelas XI SMA. Berdasarkan observasi yang dilakukan di
SMAN 6 Surakarta, tingkat ketuntasan serta nilai rata-rata pada materi ini cukup
rendah yakni sekitar 48% dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71. Terdapat
banyak permasalahan yang menyebabkan rendahnya ketuntasan belajar siswa
diantaranya adalah penggunaan metode ceramah yang masih sangat dominan
sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa, kurangnya keaktifan siswa dalam
setiap kegiatan belajar mengajar, kurangnya minat dan motivasi siswa untuk
mengikuti pelajaran kimia, kurangnya penggunaan media pembelajaran pada
pelajaran kimia karena sarana dan prasarana sekolah yang masih terbatas, siswa
mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep materi kimia
khususnya Struktur Atom dan Sistem Periodik.
Dari beberapa permasalahan yang terjadi, dapat dimungkinkan bahwa
salah satu hal yang menyebabkan rendahnya ketuntasan siswa pada materi
Struktur Atom dan Sistem Periodik berasal dari faktor eksternal yaitu masih
dominannya penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga
siswa menjadi pasif dan sumber belajar hanya berasal dari guru (teacher centered
learning). Dalam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dapat
dilakukan dengan mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan
proses belajar gotong-royong atau belajar kelompok. Maka pada setiap pengajaran
hendaknya guru sanggup menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja
sama di antara murid-murid dalam menerima pelajaran, agar pelajaran itu lebih
efektif dan efisien. Salah satu bentuk inovasi pembelajaran adalah pembelajaran
kooperatif. Menurut Johnson dan Johnson (Isjoni, 2011: 23), Cooperative
Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil.
Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang
berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun kelompok. Salah satu
metode pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation (GI).
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Group Investigation (GI) merupakan suatu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode GI menghendaki siswa
bekerjasama saling bantu dalam kelompok dan memilih topik-topik yang akan
dipelajari. Kemudian tiap-tiap kelompok mempresentasikan atau menampilkan
penemuan mereka di hadapan kelas (Slavin, 2008: 16).
Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran Group Investigation
(GI) karena terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah sesuai dengan
karakteristik materi yang membutuhkan penyelidikan yang mendalam terhadap
materi Struktur Atom dan Sistem Periodik karena berisi pemahaman konsep dan
penerapannya dalam berbagai tipe soal. Metode ini mampu melatih siswa untuk
berpikir tingkat tinggi, dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
Metode
ini
memungkinkan
guru
bersama
peserta
didik
bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi
kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa merasa
senang karena dilibatkan dalam proses belajar. Siswa juga semakin tertantang
dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya
sehingga memicu mereka untuk terus melakukan penyelidikan.
Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
karakteristik materi, karena jika tidak sesuai tidak membantu siswa dalam
memahami materi tersebut akan tetapi dapat menghambat penguasaan siswa
terhadap materi tersebut. Metode ini juga perlu dilengkapi dengan media
pembelajaran. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Pada penelitian ini digunakan
LKS dan modul. LKS dapat berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar
yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas, di
laboratorium, atau di lapangan yang memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
adalah: siswa lebih aktif belajar memacu kreatifitas, memberikan kesempatan
user
kepada siswa untuk belajar commit
sesuai tokemampuannya
serta menumbuhkan
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keingintahuan siswa. Dalam penelitian ini, LKS berisi rangkuman materi yang
dilengkapi dengan soal-soal yang membantu siswa dalam memahami materi
Struktur atom dan Sistem Periodik yang berisikan konsep-konsep yang
membutuhkan pemahaman siswa secara teoritik. Sedangkan Modul kimia
dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah,
baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
Dengan media modul, siswa yang mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak
mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan
petunjuk
dari
lembar
kegiatan,
menjawab
pertanyaan-pertanyaan,
serta
melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
Metode dan media pembelajaran yang efektif adalah metode yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, kondisi siswa,
dan sarana yang tersedia. Dengan penggunaan metode kooperatif berbantuan
media LKS dan modul diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar siswa terhadap materi pelajaran yang ada karena siswa dibiasakan untuk
aktif dalam proses pembelajaran dengan berinteraksi satu sama lain dalam sebuah
kelompok kecil dan dengan guru. Dalam kelompok-kelompok kecil tersebut siswa
dapat bekerjasama satu sama lain dalam memecahkan masalah atau tugas yang
diberikan. Dalam kelompok tersebut, semua siswa memiliki keinginan agar semua
anggota kelompok memiliki pemahaman yang sama mengenai materi tersebut
karena mereka bergantung satu sama lain untuk mencapai hasil yang diinginkan
bersama.
Dalam proses pembelajaran kimia, faktor internal juga harus diperhatikan.
Salah satu bagian dari faktor tersebut adalah minat. Dengan adanya minat, maka
siswa akan dengan senang hati memperhatikan terus-menerus materi kimia dan
mengekspresikannya melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat siswa
terhadap materi Struktur Atom dan Sistem Periodik dengan dilengkapi media
modul dan LKS akan sangat diperlukan dalam melakukan penginvestigasian
terhadap permasalahan yang membutuhkan interaksi antar anggota kelompok
berdasarkan pemahamannya masing-masing sehingga dapat menemukan jawaban
user perhatian yang intensif terhadap
atas permasalahan yang diajukan. commit
Dengantoadanya
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
materi tersebut memungkinkan siswa menjadi belajar lebih giat, dan akhirnya
mendapatkan suatu penilaian prestasi yang diinginkan. Prestasi belajar yang
dimaksud dapat diukur dengan mengacu pada ranah kognitif. Dalam penilaian
prestasi belajar, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa
bekerjasama dengan metode pembelajaran kooperatif. Mereka saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes
sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi (Lie, 2011: 88).
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai untuk siswa kelas XI pada pelajaran kimia, khususnya
penerapan metode pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dilengkapi
LKS dan Modul serta minat siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat mengembangkan
kemampuan bekerja kelompok dalam rangka penyelidikan suatu masalah atau
materi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Belum semua guru menerapkan skenario pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku (KTSP) yang berorientasi pada siswa (student
centered).
2. Kurang bervariasinya metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam
pembelajaran Kimia, seperti metode kooperatif Group Investigation (GI),
Jigsaw, Teams Games Tournaments (TGT), dan sebagainya.
3. Masih dominannya metode ceramah yang digunakan dalam proses
pembelajaran kimia.
4. Minat siswa pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik yang rendah
sehingga keaktifan siswa di dalam kelas rendah karena secara umum siswa
beranggapan bahwa pelajaran kimia sulit dan membosankan.
5. Kurangnya penggunaan media pada pembelajaran kimia karena sarana dan
prasarana sekolah yang masih commit
terbatas.to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep kimia.
7. Rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia khususnya pada pokok
bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik yang ditunjukkan dengan masih
banyak siswa yang belum mencapai (Kriteria Ketuntasan Minimal) KKM
yang ditentukan.
8. Media Modul dan LKS masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
sehingga perlu dibuktikan ada tidaknya perbedaan penggunaan kedua media
tersebut terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan
Sistem Periodik.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada kurang bervariasinya metode
pembelajaran dan media yang digunakan dalam pembelajaran kimia serta
terdapatnya perbedaan minat siswa terhadap pembelajaran kimia, khususnya pada
pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik sehingga masalah tersebut
perlu dipecahkan dengan :
1. Metode
Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI).
2. Media
Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan metode GI yaitu:
a. Kelas eksperimen 1 menggunakan media LKS yang berisikan rangkuman
materi serta soal-soal untuk membantu siswa dalam memahami konsepkonsep pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik.
b. Kelas eksperimen 2 menggunakan media Modul yang merupakan paket
belajar mandiri yang dirancang dan direncanakan secara sistematis meliputi
serangkaian pengalaman belajar guna membantu siswa untuk mencapai
tujuan belajar kimia
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Materi
Materi dibatasi pada kompetensi dasar menjelaskan teori atom Bohr
dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram
orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik.
4. Prestasi
Prestasi pada penelitian ini adalah prestasi belajar kognitif siswa yang
berasal dari selisih nilai rata-rata pretest-posttest.
5. Kontrol
Pada penelitian ini terdapat kelas kontrol yang menerapkan metode
pembelajaran ceramah dilengkapi tanya jawab.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi
dan
pembatasan
masalah
diatas
maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik?
2. Adakah pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Struktur Atom dan Sistem Periodik?
3. Adakah interaksi metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar
siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.
2. Pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur
Atom dan Sistem Periodik.
3. Interaksi metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan konstribusi pengembangan dan pemikiran baru bagi dunia
pendidikan dalam rangka pengembangan pembelajaran inovatif khususnya
metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
b. Memberi pengetahuan lebih kepada guru tentang penggunaan metode
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang dilengkapi media.
c. Sebagai pembanding terhadap hasil-hasil penelitian pendidikan baik yang
sudah dilakukan dan yang akan dilakukan.
2. Praktis
a. Memberikan masukan pada guru bidang studi kimia tentang penggunaan
metode Pembelajaran Group Investigation (GI) dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
b. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu
proses pembelajaran di sekolah.
c. Memberikan sumbangan dalam peningkatan kemampuan sumber daya
manusia dimasa yang akan datang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan
1.
Belajar
Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman
dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar,
menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya itu termasuk dalam cakupan
tanggung jawab guru. Belajar merupakan kegiatan fundamental yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan
dan mengembangkan dirinya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Mengingat pentingnya belajar, para ahli berusaha merumuskan pengertian
belajar.
a. Pengertian Belajar
Beberapa pengertian belajar menurut para ahli antara lain:
1) Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2) Sudjana (2009: 28) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
user
aspek-aspek lain yang commit
ada padatoindividu.
10
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Edward Lee Thorndike dalam Suprijono (2009: 20) mengemukakan
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa yang disebut stimulus dan respons.
4) Hamalik (2002: 154) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.
5) Suparno (2001: 2) berpendapat bahwa dalam pengertian yang umum,
belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang
relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan.
Dari
berbagai
pendapat
tentang
belajar
di
atas
dapat
dideskripsikan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
sebagai upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku serta penguasaan
pengetahuan dan keterampilan dari hasil pengalaman maupun adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar
tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu.
Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan tanpa orang itu
melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh
melalui belajar. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi
tindakan–tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang
mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar.
Brunner dalam Suparno, A (2001) memandang peristiwa belajar
dalam diri seseorang sebagai suatu proses yang melibatkan tiga aspek,
yaitu:
1) Proses mendapatkan informasi baru dimana sering kali informasi baru
ini
merupakan
pengganti
pengetahuan
yang
telah
diperoleh
sebelumnya.
2) Proses transformasi, yaitu proses manipulasi pengetahuan agar sesuai
dengan tugas-tugas baru.
3) Proses evaluasi, yaitu mengecek apakah cara kita mengolah informasi
telah memadai (hlm. 83).
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Prinsip Belajar
Suprijono (2009: 4-5) mengemukakan prinsip-prinsip belajar
terdiri dari tiga hal, yaitu:
1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang
disadari,
b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya,
c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup,
d) Positif atau berakumulasi,
e) Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan,
f) Permanen atau tetap,
g) Bertujuan dan terarah,
h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2) belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
3) belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
c. Teori Belajar
Beberapa teori belajar menurut beberapa ahli antara lain:
1) Teori Belajar Kognitif
Teori Belajar Kognitif menurut beberapa pakar adalah sebagai
berikut :
a) Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget (Uno, 2006: 10-11), proses belajar
sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi (penyeimbang).
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian)
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa.
(2) Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif dalam
situasi yang baru.
(3) Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget
berpendapat
bahwa
proses
belajar
harus
disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui
siswa (Uno, 2006: 11). Tahapan tersebut dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:
(1) Tahap Sensori Motor
Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), seorang anak
belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan
mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna.
(2) Tahap Pra-operasional
Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang
anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang
didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia
belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan
menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
(3) Tahap Operasional Konkret
Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun),
seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada
situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan
mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata
secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
(4) Tahap Operasional Formal
Pada tahap operasional formal (11 tahun ke atas),
kegiatan kognitif seorang tidak mesti menggunakan benda
to user
nyata. Pada commit
tahap ini,
kemampuan menalar secara abstrak
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara
deduktif. Pada tahap ini pula, seorang mampu mampu
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara
bersama-sama.
b) Teori Belajar Penemuan Bruner
Bruner mengusulkan teorinya yang disebut Free
discovery Learning (Uno, 2006: 12). Menurut teori ini, proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui
contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang
menjadi sumbernya.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang dapat ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan, yaitu sebagai berikut,
(1) Tahap Enaktif
Suatu
tahap
pembelajaran
ketika
materi
pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan
menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian,
topik
pembelajaran
tersebut
direpresentasikan
atau
diwujudkan dalam bentuk-bentuk benda nyata.
(2) Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran ketika materi pelajaran
yang bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunakan
ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan
nyata dengan benda-benda konkret.
(3) Tahap Simbolik
Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery
learning). commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Teori Belajar bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke
dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa
melalui penerimaan atau penemuan, dimensi kedua menyangkut
cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta,
konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh
siswa.
Bagi ausubel, belajar bermakna merupakan suatu
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
d) Teori Perkembangan Vygotsky
Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan
suatu perkembangan pengertian. Sumbangan paling penting
teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat sosiokultural
dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi
saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of
proximal
development).
Zona
perkembangan
proksimal
merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya
dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan
sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan
potensial didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah
di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sejawat yang lebih mampu. Ide penting lain yang
diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding
merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada anak pada
tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan
dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung
commit
to user Bantuan tersebut dapat berupa
jawab saat mereka
mampu.
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakantindakan lain yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri
(Suprijono, 2009: 39-40).
2) Teori Belajar Konstruktivisme
Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan belajar
artikulasi. Belajar artikulasi adalah proses mengartikulasikan ide,
pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya mengonstruksikan makna dan
mengembangkan pikiran, namun juga memperdalam proses-proses
pemaknaan tersebut melalui pengekspresian ide-ide (Suprijono, 2009:
39-40).
a) Piaget
Melalui perspektif Piaget, pengetahuan diperoleh menurut
proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi
antara skema pengetahuan dan pegalaman baru (Dahar, 2011: 152).
Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget
menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, individu
membangun pengetahuannya sendiri dan banyak memperoleh
pengetahuannya di luar sekolah. Oleh karena itu, setiap siswa akan
membawa
konsepsi
awal
mereka
yang
diperoleh
selama
berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pandangan konstruktivisme, pengetahuan
tidak dapat dipindahkan secara utuh dari guru ke siswa, namun
secara aktif dibangun sendiri melalui pengalaman nyata, sehingga
peran guru hanya sebagai pendiagnosa dan fasilitator.
b) Vygotsky
Menurut Vygotsky, faktor-faktor sosial penting dalam
belajar. Selama belajar, terdapat saling pengaruh antara bahasa dan
tindakan dalam kondisi sosial (Dahar, 2011: 152). Vygotsky
berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan
commit
to user
efektif apabila anak
belajar
secara kooperatif dengan anak-anak
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive),
dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang
dewasa.
Konstruktivisme
menurut
pandangan
Vygotsky
menekankan pada pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi
mental
yang
lebih
tinggi
bergerak
antara
inter-psikologi
(interpsychological) melalui interaksi sosial dan intrapsikologi
(intrapsychological) dalam benaknya.
Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara
aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya
pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky,
fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing
individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa
pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas
yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam
jangkauan kemampuannya.
2. Pembelajaran Kimia
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 17) mendefinisikan kata
pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui atau dituruti. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik
(perorangan/ atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan/
atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi
kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu
user langkah-langkah atau tahapan
program pendidikan. Proses commit
kegiatanto adalah
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran (Isjoni, 2011:
14).
Sagala (2011) membagi pembelajaran menjadi dua karakteristik
sebagai berikut:
1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,
akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.
2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya
jawab
terus
menerus
yang
diarahkan
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (hlm. 61).
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA. Oleh karena itu,
maka kimia mempunyai karakteristik sama sengan IPA. Kimia merupakan
ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan
(induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan teori (deduktif ). Kimia adalah ilmu yang mencari
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam
yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika,
dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia dan tidak
mungkin dipisahkan yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang
berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia
sebagai proses (Mulyasa, 2007).
Ilmu kimia merupakan pokok bahasan yang memiliki banyak konsep
abstrak yang secara keseluruhan tidak dikenal oleh siswa. Pembelajaran kimia
diutamakan pada konsep abstrak mengenai teori atom dari materi yan dapat
digambarkan pada konsep abstrak mengenai teori atom dari materi yang dapat
digambarkan pada berbagai level representasi.
Secara khusus, ilmu kimia terdiri dari 3 level yang saling berkaitan
satu sama lain yaitu
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Makroskopis : materi kimia yang riil dapat dilihat, disentuh, dan dibau
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2) Submikroskopis : materi kimia yang riil namun tidak dapat dilihat,
berkaitan dengan atom, ion, molekul, dan struktur.
3) Simbolik : Materi kimia yang digambarkan dalam bentuk model, simbol,
rumus, persamaan, molaritas, tabel, grafik, gambar dan komputasi.
Ketiga level ilmu kimia dapat digambarkan sebagaik berikut:
Makroskopis
Submikroskopis
Simbolik
Gambar 2.1 Tiga Level Ilmu Kimia
(Barke, 2009: 27-28)
Ketiga level tersebut tidak dapat dipisahkan dalam suatu
pembelajaran kimia karena dengan menghubungkan ketiga representasi ini
dalam menjelaskan ilmu kimia akan memberikan kontribusi terhadap
pemahaman siswa yang tergambar dalam model mental individu mereka
tentang fenomena kimia yang terjadi.
3. Metode Pembelajaran
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal,
disengaja dan direncanakan, dengan bimbingan guru, dan bantuan pendidik
lainnya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai oleh siswa dituangkan dalam
tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari, dipersiapkan
juga metode pembelajaran yaitu yang sesuai bagaimana cara siswa
mempelajarinya, dan melakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa.
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran menurut para ahli yaitu:
1) Sumantri (2001: 114) berpendapat metode merupakan cara-cara yang
ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benarbenar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar
dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
2) Surahmad
(1982)
dalam
Ahmadi,
dkk
(2011:
130)
metode
pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai
kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan
metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi
belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula
pencapaian tujuan belajar.
3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 65) mendefinisikan metode
sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
4) Sudjana (2009: 76) berpendapat bahwa metode mengajar ialah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Penentuan Metode Pembelajaran
Setiap
kelemahanya
metode
pembelajaran
sendiri-sendiri
sehingga
mempunyai
perlu
kelebihan
diperhatikan
dan
dalam
pemilihannya agar tepat digunakan dalam proses belajar-mengajar.
Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode tersebut ada yang tepat
digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa
dalam jumlah kecil. Serta ada yang tepat untuk digunakan di dalam kelas
commit to user
atau di luar kelas.
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode pembelajaran yang masih banyak digunakan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) adalah metode ceramah yang sering menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut
upaya yang perlu dilakukan adalah mengadakan inovasi dalam hal metode
pembelajaran. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka seorang guru
harus bisa untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat dalam proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode
mengajar
tersebut
pembelajaran
sangat
dan
kegiatan
bergantung
kepada
pembelajaran.
tujuan,
Ada
isi
banyak
proses
metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Namun
pada penelitian ini metode yang dapat diterapkan adalah metode
pembelajaran kooperatif.
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif
(Cooperative
learning)
adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009: 37).
Seorang pakar pendidikan merumuskan definisi pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai satu
pendekatan mengajar di mana murid bekerjasama diantara satu sama lain
dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu
atau kelompok yang diberikan oleh guru. Teknik pembelajaran kooperatif
sangat sesuai di dalam sebuah kelas yang berisi siswa-siswa yang
mempunyai berbagai tingkat kecerdasan. Pembelajaran kooperatif
memerlukan berbagai kemahiran sosial dalam penggunaan dan arahan
yang penting untuk mengerjakan tugas secara kelompok (Isjoni, 2011: 2021).
Dukungan teori
konstruktivisme sosial Vygotsky telah
meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme
sosial
Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan
commitPeserta
to user didik berada dalam konteks
dikonstruksi secara mutual.
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi
mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini,
pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk
perkembangan pemikiran peserta didik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh R.A. Olatoye, A.A.
Aderogba, dan E.M. Aanu (2011) dengan judul “Effect of Co-operative
and Individualized Teaching Methods on Senior Secondary School
Students‟ Achievement in Organic Chemistry” dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini memberikan dukungan empiris pada fakta bahwa kinerja
siswa pada pelajaran kimia bisa sangat membaik jika digunakan metode
pembelajaran kooperatif. Metode pengajaran kooperatif memfasilitasi
pencapaian siswa pada pelajaran kimia lebih dari metode pengajaran
individual dan metode mengajar lain yang dilakukan.
b. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif menurut Lie dalam Sugiyanto (2009: 40) adalah
1) Saling ketergantungan positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan. Hubungan inilah yang disebut dengan
saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat
dicapai melalui: saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling
ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan dalam
menyelesaikan tugas, peran, saling ketergantungan hadiah.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak
hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Akuntabilitas individual
Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan
semua
anggota
kelompok
secara
individual
disebut
dengan
akuntabilitas individual.
4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan
kepada teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide
dan bukan mengkritik teman, tidak mendominasi orang lain, mandiri,
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana diungkapkan Slavin (1995), yaitu :
1) Penghargaan kelompok
Pembelajaran
kooperatif
menggunakan
tujuan-tujuam
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling
peduli.
2) Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan
kelompok
tergantung
dari
pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes
dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
(Isjoni, 2011: 33-34)
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif memiliki banyak
kelebihan. Selain kelebihan, juga terdapat kekurangan yang perlu
diperhatikan. Menurut Sugiyanto (2009) kelebihan dari pembelajaran
kooperatif adalah :
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memungkinkan
para
siswa
saling
belajar
mengenai
sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara suatu
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama dan orientasi tugas.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua
faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).
Faktor dari dalam, yaitu:
1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,
3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
4) saat
diskusi
kelas,
terkadang didominasi
seseorang,
hal
ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Faktor dari luar, yaitu pelaksanaan tes yang terpusat (UN atau
UASBN) sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung
dipersiapkan untuk kegiatan tersebut saja.
e. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5
prinsip, yaitu:
1) Adanya sumbangan dari ketua kelompok
Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan
sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena
ketua kelompoknya adalah seseorang yang dinilai berkemampuan
lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini
anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari
informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada
anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa
commit
to user
dilakukan oleh anggota
yang lain.
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Keheterogenan kelompok
Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai
anggota kelompok yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar
belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasan.
3) Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan
bekerja satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan
motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa
membangun pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja
sama dengan temannya.
4) Ketrampilan bekerja sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya keterampilan
khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama
kelompoknya. Proses yang dibutuhkan di sini adalah adanya
komunikasi yang baik antar anggota kelompok.
5) Otonomi kelompok
Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa
nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka
mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah setelah melampaui
tahap kegiatan kelompok maka mereka akan bertanya kepada gurunya
bukan kepada kelompok lain.
f. Pengelolaan kelas Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan kelas model cooperative learning yang bertujuan
untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja
sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model Cooperative Learning,
yakni:
1) Pengelompokan
Pengelompokan
heterogenitas
(kemacamragaman)
merupakan ciri-ciri yang
menonjol
dalam dalam metode pembelajaran
commit
to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kooperatif.
Kelompok
heterogenitas
bisa
dibentuk
dengan
memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio
ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal
kemampuan akademis, kelompok Pembelajaran Cooperative Learning
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang
dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok
kemampuan akademis kurang.
2) Semangat gotong royong
Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang bisa
membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat sperti di
bawah ini :
a) Kesamaan Kelompok
b) Identitas kelompok
c) Sapaan dan sorak dalam kelompok
3) Penataan ruang kelas
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penataan
ruang kelas, yaitu:
a) Ukuran ruang kelas;
b) Jumlah siswa;
c) Tingkat kedewasaan siswa;
d) Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya siswa;
e) Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya siswa lain;
f) Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran
Cooperative Learning;
g) Pengalaman siswa dalam melaksanakan metode Pembelajaran
Cooperative Learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
g. Pembagian Metode Pembelajaran Kooperatif
Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan
terus dilakukan serta diperbaiki antara lain:
1) STAD (Student Teams Achievement Division);
2) TGT (Teams Games Tournament);
3) Jigsaw;
4) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition);
5) TAI (Team Assisted Individualization).
6) Group Investigation;
7) Learning Together;
8) Complex Instruction;
9) Structural Dyadic Methods (Slavin, 2008: 9-10).
5. Metode Kooperatif Group investigation (GI)
Pada penelitian ini, metode kooperatif yang digunakan adalah
metode kooperatif Group investigation (GI) yang memiliki akar filosofi,
etnis, psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal
diantara tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini adalah John
Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperatif di dalam kelas sebagai
prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks
dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas
kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang
didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas,
dan kebutuhan mereka masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan
aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang
menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan
sebagai sarana sosial dalam proses ini. Rencana kelompok adalah satu metode
untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa (Slavin, 2005: 214).
Group investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam
lingkungan pendidikan yang commit
tidak mendukung
to user dialog interpersonal atau yang
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas.
Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara teman sekelas akan mencapai
hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di
antara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif terus bertahan. Aspek rasa
sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek
yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber penting bagi usaha
siswa untuk belajar (Slavin, 2005: 215).
a. Sintaks Metode Kooperatif Group investigation (GI)
Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi
kelompok menurut Robert E.Slavin (2005: 218-220) dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam
kelompok.
1) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
2) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik
yang telah mereka pilih.
3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
4) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik
dan subtopik yang telah dipilih dari pada tahap 1 di atas.
Tahap 3: Melaksanakan investigasi
1) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.
2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis
semua gagasan.
Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir
1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek
mereka.
2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan,
dan bagaimana mereka membuat presentasi mereka.
3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir
1) Presentasi dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya
secara aktif.
3) para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh
anggota kelas.
Tahap 6: Evaluasi
1) Siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut,
mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka.
2) Guru beserta siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran
siswa.
3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
tinggi.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif Group investigation
(GI)
Pada penerapannya dalam proses pembelajaran, metode
kooperatif Group Investigation (GI) memiliki kelebihan dibandingan
dengan metode pembelajaran yang lain, diantaranya adalah:
commitsiswa
to user
1) Metode ini mampu melatih
untuk berpikir tingkat tinggi.
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
3) Metode pembelajaran GI memungkinkan guru dan peserta didik
secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses
pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
4) Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar
dan semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum
pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk
terus melakukan penemuan-penemuan.
5) Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih
keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.
Kelebihan Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) juga
dibuktikan oleh Koҫ, Y., Doymuş, K., Karaҫöp A., & Şïmşek, U (2011)
dengan penelitiannya yang berjudul “The Effect of Two Cooperative
Learning Strategies on the Teaching and Learning of the Topics of
Chemical Kinetics” dapat disimpulkan bahwa Metode pembelajaran
Kooperatif Group Investigation (GI) lebih berhasil daripada Jigsaw dan
metode tradisional. Kelebihan metode Group Investigation dalam proses
pembelajaran adalah dapat meningkatkan kreativitas dan kepercayaan
siswa
untuk
pengelolaan
bertanya
kelas
tidak
dan
mempresentasikan
begitu
rumit,
siswa
materi
pelajaran,
memperoleh
dan
meningkatkan kemampuan belajar mereka.
Berdasarkan kelebihan dari metode Group Investigation maka
pada penelitian ini digunakan metode ini karena memiliki kelebihan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan dilengkapi dengan media
berupa modul dan LKS sehingga lebih memfokuskan siswa pada materi
yang diselidiki (diinvestigasi).
Kelemahan model pembelajaran kooperatif metode Group
Investigation (GI) antara lain adalah :
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Metode GI sangat komplek, sehingga guru harus mendampingi siswa
secara penuh agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
2) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi serta siswa yang cerdas cenderung
merasa bosan.
3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
6.
Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah
dilakukan dan dikerjakan atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan dan dikerjakan). Dengan
demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi
belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Menurut Sudjana (2006:
22) “Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakekatnya
adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya”. Hasil belajar
yang dimaksudkan ini tidak lain adalah prestasi yang merupakan cermin
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang
setelah melakukan usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan.
a. Pengelompokan Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005: 22), dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu:
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana,
2005: 22). Enam aspek itu yaitu:
a) Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan berupa fakta, kaidah dan
prinsip serta metode yang diketahui;
b) Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari;
c) Penerapan
atau
aplikasi,
mencakup
kemampuan
untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus
atau problem yang konkret dan baru;
d) Analisis, mencakup kemampuan untuk menerima suatu kesatuan
ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik;
e) Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan
pola baru, bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga
tercipta suatu bentuk baru;
f) Evaluasi,
mencakup
kemampuan
untuk
membentuk
suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasarkan suatu kriteria
tertentu.
2) Ranah afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu
dinilai, yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat
siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Tipe hasil
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai
guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
Ada 5 tingkatan dalam ranah afektif ini, yaitu:
a) Penerimaan,
yakni
semacam
kepekaan
dalam
menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
commitgejala,
to user
bentuk masalah, situasi,
dan lain-lain;
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Respon atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar;
c) Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus;
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pamantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya;
e) Internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya (Sudjana, 2005: 29-30).
3) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu.
Tingkatan ranah psikomotorik adalah:
a) Persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi
yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan
pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan;
b) Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatakan dirinya
dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian
gerakan;
c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan;
d) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dialatih
sepenuhnya tanpa memperlihatkan lagi contoh yang diberikan;
e) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan
keterampialan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar,
tepat dan efisien;
f) Penyesuaian
pola gerakan, mencakup kemampuan untuk
commit to
usermenyesuaikan pola gerak gerik
mengadakan perubahan
dan
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang
berlaku;
g) Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak
gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarasa dan inisiatif
sendiri (Masidjo, 2010: 96-97).
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dari
ketiga ranah ini, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pembelajaran.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai :
1) Indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
2) Lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar
dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan
kualitas mutu pendidikan.
4) Indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena
prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan
sebagai kesuksesan siswa.
5) Mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang
diprogramkan kurikulum.
c.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (2011), secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu: Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan
belajar.
1) Faktor Internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /
kondisi jasmani dan rohani
Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :
commitsiswa.
to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak
mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat
tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain
sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan
di kelas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat
mempengaruhi
kualitas
dan
kuantitas
perolehan
pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi
siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2) Faktor Eksternal
Faktor
eksternal
(faktor
dari
luar
siswa),
yakni
kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru,
staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yang dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa juga
termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan sosial
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak
rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alatalat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh
bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar
adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi
pelajaran.
Faktor
pendekatan
belajar
sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara
belajar siswa maka semakin baik hasilnya. Prestasi belajar
merupakan suatu hasil dari proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru dan siswa di kelas. Prestasi belajar ini dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu pengajaran.
Proses belajar terjadi di dalam individu yang sedang belajar
dan akan menghasilkan perubahan. Seberapa besar perubahan ini
dapat diketahui dari prestasi belajar.
(Syah, 2011: 145-152)
7. Minat Belajar
Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu.” Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan
mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang
berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan
siswa yang kurang berminat.
a. Pengertian Minat
Beberapa ahli merumuskan pengertian dari minat belajar sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
1) Slameto (2010: 180) menyatakan minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh.
2) Hilgrad dalam Slameto (2010: 57) memberi rumusan tentang minat
sebagai berikut „interest is persisting to pay attention to and enjoy
some activity or content.‟ Yang berarti bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan.
3) Syah (2011: 152) mendefinisikan bahwa minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti
yang dikutip di atas dapat dideskripsikan bahwa minat adalah
kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang
digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan
keaktifan berbuat. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat
diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta
berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minatminat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui
kebanyakan siswa (Syah, 2011: 152).
b. Indikator Minat
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat dirumuskan
aspek dasar dari minat belajar yaitu kesenangan terhadap sesuatu,
kemauan untuk aktif berbuat dan perhatian yang dapat dijabarkan menjadi
indikator-indikator minat belajar sebagai berikut:
1) Mengungkapan perasaan terhadap pelajaran.
2) Ketertarikan terhadap sesuatu.
3) Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu.
4) Keinginan memperluas wawasan yang berhubungan dengan materi
kimia.
5) Memperhatikan sesuatu dalam proses pembelajaran.
6) Menanggapi suatu peristiwa.
7) Bersikap peduli terhadap proses pembelajaran.
8. Modul
Pada kurikulum saat ini (KTSP) penggunaan modul sebagai sebuah
sistem pengajaran sangat diperlukan. Modul Kimia merupakan paket belajar
mandiri yang dirancang dan direncanakan secara sistematis yang meliputi
serangkaian pengalaman belajar guna membantu siswa untuk mencapai tujuan
belajar kimia. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan
bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk
digunakan oleh peserta didik, disertai pedoman penggunaannya (Mulyasa,
2003: 98).
a. Karakteristik Pembelajaran dengan Sistem Modul
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan
to user
yang jelas tentang commit
apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik,
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus
digunakan.
2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan
untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam
setiap modul harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai
dengan kemampuannya;
b) Memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang
telah diperoleh; dan
c) Memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik
dan dapat diukur.
3) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin,
serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran
secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu,
modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing),
simulasi dan berdiskusi.
4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga
peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri
suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang
harus dilakukan atau dipelajari.
5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
b. Komponen Modul
Menurut Mulyasa (2003: 98) menyatakan bahwa pada umumnya
modul terdiri dari beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa,
lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci
jawaban.
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul,
sebagai berikut:
1) Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang
disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai
setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk
mempelajari modul tersebut.
2) Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus
dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini
dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk
mencapai tujuan.
3) Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan
mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia
harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak
modul tersebut.
4) Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan
pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan
bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.
5) Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat
ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.
6) Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan
yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan
terminal setiap modul
c. Langkah Pembelajaran Menggunakan Modul
Tugas
utama
guru
kimia
dalam
sistem
modul
adalah
mengorganisasikan dan mengatur proses pembelajaran dengan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Persiapan, yaitu menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif;
2) Pelaksanaan, yaitu proses interaksi antara guru dan siswa, yang
diwujudkan siswa belajar sesuai dengan irama kecepatan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42
digilib.uns.ac.id
kemampuannya, sedangkan guru membantu siswa yang kesulitan
dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas;
3) Evaluasi, yaitu berupa pelaksanaan penelitian terhadap setiap peserta
didik sampai dengan penentuan siswa yang telah mencapai taraf
belajar tuntas.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa modul
adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan materi tertentu yang
disusun secara sistematis dan terdiri atas berbagai komponen. Modul kimia
dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di
sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan
secara optimal. Dengan sistem modul, siswa yang mengikuti pembelajaran
kimia lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri,
membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaanpertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Dalam
kaitan ini siswa dapat maju sesuai dengan irama dan kemampuan masingmasing siswa yang mengikuti alur pembelajaran kimia dan lebih banyak
waktu untuk berinteraksi baik secara individu maupun secara kelompok.
Menurut penelitian dari Poay Hoon Lim, Suyin Gan, Michael Ian
Hartley dan Michael Cloke dari Universitas Nottingham, penggunaan modul
sebagai media dan alat evaluasi dalam pembelajaran membuktikan bahwa
modul efektif untuk digunakan dalam memenuhi informasi yang lebih
lengkap dan membantu peserta didik mengembangkan teori dan konsep yang
diperoleh. Modul dapat mengembangkan pola pikir dan kemampuan
komunikasi peserta didik.
9. Lembar Kerja Siswa
Menurut Sadiman (2009: 93), Media LKS merupakan alat bantu yang
bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar
siswa. Dalam kegiatan pembelajaran media LKS merupakan salah satu
kelompok media cetak. Salah commit
satu media
LKS yang saat ini masih digunakan
to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai pedoman guru dan siswa dalam proses pembelajaran adalah Lembar
Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa adalah sebuah buku yang berisi
tentang materi untuk memperkaya, memperdalam dan mengembangkan buku
pokok.
a. Pengertian LKS
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah merupakan lembaran yang
berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang
terprogram. Dalam lembaran tersebut terdapat informasi dan instruksi dari
guru kepada kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas
belajar, baik melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai
tujuan instruksional. LKS merupakan lembaran kertas yang menjadi
sarana belajar yang harus dibaca, dipahami dan dikerjakan siswa dalam
rangka melaksanakan instruksi guru yang tertera dalam LKS tersebut
dalam usaha menemukan atau memahami suatu konsep atau teori
(Depdiknas, 2003: 32).
Berdasarkan pengertian LKS di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa LKS dapat berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar
yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas, di
laboratorium, atau di lapangan. Sehingga LKS merupakan suatu sarana
yang cukup penting untuk digunakan dalam proses belajar mengajar dan
diharapkan dapat membantu siswa untuk dapat menemukan konsep yang
sesuai.
Suatu lembar kerja haruslah memenuhi berbagai persyaratan,
diantaranya:
1) susunan sistematis;
2) terarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran;
3) tegas, jelas, mudah dipahami siswa;
4) mengembangkan kreativitas siswa, dan
5) produknya dapat dinilai.
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kegunaan, Fungsi dan Manfaat LKS
Setelah memenuhi persyaratan, dalam proses belajar mengajar
LKS dapat digunakan untuk :
1) Mengaktifkan siswa
Dengan diberi LKS siswa diajak selalu aktif membaca,
menulis dan berfikir atau berproses untuk dapat menemukan konsepkonsep yang dikehendaki guru agar dipahami siswa.
2) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran
Dengan LKS guru akan dapat memperkirakan proses
kegiatan belajar yang dikehendaki di dalam kelas.
3) Membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan proses
LKS menuntut siswa untuk selalu berfikir baik secara
individu atau kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan
dalam LKS. Dalam hal ini siswa diajak berproses untuk
mengembangkan ketrampilan mengamati, mengklasifikasi prediksi,
menarik hipotesa dan menyampaikan kesimpulan.
4) Membantu siswa menambah informasi tentang konsep
Dalam LKS biasanya terdapat konsep yang terpisah-pisah
sehingga siswa akan berproses untuk menghubung-hubungkan untuk
menjadi konsep baru yang lebih bermakna.
Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan belajar mengajar, LKS
dapat merupakan sarana untuk :
1) Menemukan konsep
LKS berisi rangkaian kegiatan, eksperimen atau non
eksperimen yang akan membawa siswa untuk menemukan konsepkonsep yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar.
2) Membuktikan konsep
LKS biasanya berupa lembaran eksperimen yang bertujuan
untuk membuktikan konsep yang sudah dipelajari siswa sebelumnya.
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS
dalam pembelajaran :
1) Dalam LKS siswa akan mendapat uraian materi, tugas, dan latihan
yang berkaitan dengan materi yang diberikan.
2) Desain untuk LKS harus memperhatikan variabel ukuran, kepadatan
halaman, dan kejelasan.
3) Empat langkah dalam pengembangan LKS adalah sebagai berikut:
a) Penentuan tujuan instruksional;
b) pengumpulan materi;
c) penyusunan elemen, serta
d) cek dan penyempurnaan.
c. Kelebihan dan Kekurangan LKS
Dalam penggunaan LKS sebagai media pembelajaran terdapat
kelebihan dan kekurangannya. Beberapa kelebihan LKS antara lain:
1) Siswa lebih aktif belajar;
2) memacu kreatifitas siswa;
3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai
kemampuannya;
4) guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata
sebagai pengajar;
5) menumbuhkan keingintahuan siswa;
6) menciptakan kompetensi yang sehat antar siswa, dan
7) meringankan beban guru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ozmen dan
Yildirim (2005) dalam jurnal yang berjudul “Effect of Work Sheets on
Student‟s Success: Acids and Bases Sample” diperoleh kesimpulan
bahwa LKS merupakan bahan ajar yang lebih efektif untuk membuat
siswa aktif dalam kelas daripada bahan ajar metode tradisional.
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Disamping mempunyai kelebihan, LKS juga mempunyai
kekurangan yaitu:
1) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
mengunakan LKS;
2) adanya siswa yang malas sehingga LKS tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya;
3) dengan ringkasan materi yang singkat terkadang menimbulkan
miskonsepasi pada siswa.
Dalam penelitian ini Lembar Kerja Siswa (LKS) berisikan
rangkuman materi yang dilengkapi dengan soal-soal yang membantu siswa
dalam memahami materi Struktur atom dan Sistem Periodik yang berisikan
konsep-konsep yang membutuhkan pemahaman siswa secara teoritik.
10. Struktur Atom Dan Sistem Periodik
a. Standar Kompetensi
Memahami struktur atom untuk meramalkan
sifat-sifat periodik unsur,
struktur molekul, dan sifat sifat senyawa.
b. Kompetensi Dasar
Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan
konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur
dalam tabel periodik.
c. Materi
1) Struktur Atom
Struktur atom menggambarkan kedudukan partikel-partikel
penyusun atom (proton, netron, dan elektron). Kedudukan elektron di
sekitar inti atom atau konfigurasi elektron di sekitar inti atom
berpengaruh terhadap sifat fisis dan kimia atom yang bersangkutan.
a) Perkembangan Teori Mekanika Kuantum
Model atom Ernest Rutherford (1871-1937) tahun 1911
yang menyatakan bahwa
atom
terdiri dari inti kecil yang bermuatan
commit
to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
positif (tempat konsentrasi seluruh massa atom) dan dikelilingi oleh
elektron pada permukaannya.
Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900
mengemukakan teori kuantum. Planck menyimpulkan bahwa atomatom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi hanya
dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat
dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk
radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Menurut Max Planck,
radiasi elektromagnet bersifat diskrit, terdiri atas paket-paket kecil
(kuanta) atau partikel.
Einstein mendukung gagasan Max Planck dan menamai
partikel radiasi tersebut sebagi foton. Einstein menerangkan bahwa
cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya sebanding
dengan frekuensi cahaya.
Pada tahun 1913, Niels Bohr menggunakan teori kuantum
untuk menjelaskan spektrum unsur. Bohr memilih hidrogen sebagai
model untuk teorinya, hal ini mudah dimengerti karena hidrogen
mempunyai atom yang paling sederhana (satu proton dan satu
elektron). Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa
elektron dalam atom hanya dapat beredar pada lintasan-lintasan
dengan tingkat energi tertentu. Pada lintasan itu, elektron dapat
beredar tanpa pemancaran atau penyerapan energi. Lintasan
elektron tersebut berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu yang
disebut sebagai kulit atom. Berdasarkan pengamatan, unsur-unsur
dapat memancarkan spektrum garis dan tiap unsur mempunyai
spektrum yang khas. Namun teori Bohr ini memiliki kelemahan,
yaitu:
(1) Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak
dapat
menjelaskan
spektrum
elektronnya lebih dari satu.
commit to user
dari
unsur
yang
jumlah
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus pada
spektrum gas hidrogen.
Kemudian
pada
tahun
1924,
Louis
de
Broglie
mengemukakan teorinya bahwa materi yang bergerak selalu
disertai gelombang. Jadi, menurut Broglie partikel selain bersifat
materi juga dapat bersifat gelombang.
Werner
Heisenberg
(1927)
membuktikan
bahwa
kedudukan partikel seperti elektron tidak dapat ditentukan dengan
pasti pada saat yang sama.
Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari
Heisenberg merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum
(Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada
tahun 1927, mengajukan konsep orbital untuk menyatakan
kedudukan elektron dalam atom.
b. Bilangan-Bilangan Kuantum
Menurut mekanika gelombang, setiap tingkat energi dalam
atom diasosiasikan dengan satu atau lebih orbital.
1. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menyatakan tingkat
energi utama atau kulit atom.
Tabel 2.1 Jumlah Elektron Maksimum pada Tiap Kulit Atom
Nomor kulit
Kulit
n=1
n=2
n=3
n=4
K
L
M
N
Jumlah elektron
maksimum (2n2)
2(1) 2 = 2
2(2) 2 = 8
2(3) 2 = 18
2(4) 2 = 32
2. Bilangan Kuantum Azimuth (l)
Bilangan kuatum azimuth atau bilangan kuantum
angular (ℓ) merupakan bilangan yang menyatakan besar
commit to user
momentum sudut elektron dan subkulit atom yang menentukan
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bentuk-bentuk orbital. Nilai-nilai untuk bilangan kuantum
azimuth dikaitkan dengan nilai bilangan kuantum utamanya,
yaitu semua bilangan bulat dari 0 sampai (n – 1).
Tabel 2.2 Subkulit-subkulit yang diijinkan pada kulit K
sampai dengan N
Nomor
Simbol
Jumlah
Harga ℓ
kulit
kulit
subkulit
1
K
1
0
2
L
2
0 dan 1
3
M
3
0,1, dan 2
4
N
4
0,1,2, dan 3
3. Bilangan Kuantum Magnetik (ml atau m)
Subkulit
S
s,p
s,p,d
s,p,d,f
Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital
khusus mana yang ditempati elektron pada subkulit. Nilai
bilangan kuantum magnetik bergantung pada nilai kuantum
azimuth, yaitu semua bilangan bulat mulai dari –l sampai
dengan +l, termasuk 0.
Tabel 2.3 Hubungan Kulit dengan Jumlah Orbital
kulit
K (n=1)
L (n=2)
M (n=3)
N (n=4)
Jumlah
subkulit
1 (s)
2 (s,p)
3 (s,p,d)
4 (s,p,d,f)
Orbital
0
0 (ℓ =0); -1,0,+1(ℓ =1)
0; -1,0,+1; -2,-1,0,+1,+2
0; -1,0,+1; -2,-1,0,+1,+2;
-3,-2,-1,0,+1,+2,+3
Jumlah
orbital
1
4
9
16
4. Bilangan Kuantum Spin (ms atau s)
Sambil beredar mengitari inti, elektron juga berputar
pada sumbunya. Gerak berputar pada sumbu ini disebut rotasi.
Hanya ada dua kemungkinan arah rotasi elektron, yaitu searah
atau berlawanan arah dengan jarum jam yaitu bilangan
kuantum spin (s) dengan nilai s = + dan s = - .
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Bentuk dan orientasi Orbital
Bentuk orbital bergantung pada bilangan kuantum azimuth
(l), artinya orbital dengan bilangan kuantum azimuth yang sama
akan mempunyai bentuk yang sama. Orbital 1s, 2s, dan 3s, sebagai
contoh, mempunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran atau tingkat
energinya berbeda. Kita akan segera membahas bentuk dan
orientasi orbital s, p, dan d.
(1) Orbital s
Orbital yang paling sederhana. Subkulit s tersusun
dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan
mempunyai ukuran yang berbeda tergantung harga bilangan
kuantum n.
Orbital 1s
Orbital 2s
Gambar 2.2 Bentuk orbital s
(2) Orbital p
Rapatan muatan elektron pada orbital 2p adalah nol
pada inti, meningkat hingga mencapai maksimum di kedua
sisi, kemudian menurun mendekati nol seiring dengan
bertambahnya jarak dari inti.
2px
2py
2pz
Gambar 2.3 Kontur dan orientasi dari ketiga orbital 2p
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Orbital d dan f
Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d,
mulai terdapat pada kulit ketiga (n = 3). Setiap subkulit d
terdiri atas 5 orbital sesuai dengan 5 harga m untuk l = 2, yaitu
m= -2, -1, 0, +1, dan +2. Kelima orbital d itu dinamai sesuai
dengan orientasinya, sebagai dx2-y2, dxy, dxz, dyz, dz2.
Gambar 2.4 Bentuk dan susunan dari kelima orbital d
Orbital-orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk
dipaparkan, tetapi hal itu tidaklah merupakan masalah penting.
Setiap subkulit f terdiri atas 7 orbital, sesuai dengan 7 harga m
untuk l = 3.
d) Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan distribusi elektron
dalam orbital-orbital atom.
Aturan-aturan Penulisan Konfigurasi Elektron:
(1) Asas Aufbau
Pengisian orbital selalu dimulai dari subkulit dengan
tingkat energi yang lebih rendah kemudian ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Berdasarkan urutan tersebut dapat kita
simpulkan bahwa pengisian elektron pada subkulit adalah:
1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 4f
(2) Asas Larangan Pauli
Pada tahun 1926, Wolfgang Pauli mengemukakan
bahwa tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh
mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama.
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Kaidah Hund
Jika terdapat orbital-orbital dengan energi yang sama,
yaitu orbital dari satu subkulit, maka elektron akan menempati
orbital itu sendiri-sendiri dengan spin yang sama (sejajar),
kemudian baru berpasangan (spin berlawanan).
e) Konfigurasi elektron Ion
(1) Konfigurasi Ion Positif
Ion tunggal yang bermuatan x+ terbentuk dari atom
netralnya dengan melepas x elektron.
Sc (Z = 21) : [Ar] 3d1 4s2
Sc3+: [Ne] 2s2 2p6 (= Konfigurasi elektron dari Ar)
(2) Konfigurasi Ion Negatif
Ion tunggal bermuatan x- terbentuk dari atom
netralnya dengan menyerap x elektron.
Cl (Z = 17) : [Ne] 3s2 3p5
Cl-: [Ne] 3s2 3p6 (jumlah elektron 18)
f) Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan
untuk pembentukan ikatan kimia. Unsur-unsur golongan utama
hanya menggunakan elektron kulit terluar untuk berikatan, yaitu
elektron pada subkulit ns dn np (n = kulit terluar); sedangkan
elektron valensi unsur transisi adalah elektron pada subkulit (n –
1)d dan ns.
2) Sistem Periodik
Dengan perkembangannya pengetahuan tentang struktur atom,
telah dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat unsur ditentukan oleh
konfigurasi elektronnya, terutama oleh elektron valensi.
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik
Konfigurasi elektron sangat erat hubungannya dengan
sistem periodik unsur. Seperti telah kalian ketahui bahwa sifat-sifat
unsur sangat tergantung pada jumlah elektron valensinya. Jika
jumlah elektron luar yang mengisi orbital dalam subkulit sama
dengan bilangan kuantum utama (n), maka atom unsur tersebut
pasti terletak pada golongan yang sama (selain yang berbentuk
ion). Sedangkan nilai n (bilangan kuantum utama) yang terbesar
menunjuk nomor periode unsur tersebut dalam sistem periodik
unsur. Untuk menentukan golongan unsur dalam sistem periodik
berdasarkan konfigurasi elektron, perlu dilihat pada jenis dan
jumlah elektron terluar yang menempati kulit yang sama.
Misal konfigurasi elektron unsur K sebagai berikut:
19K
: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1
Nilai n terbesar adalah 4, maka K menempati periode 4.
Karena elektron valensinya 1 pada subkulit 4s maka
menempati golongan IA.
b) Blok s, p, d, f
Hubungan sistem periodik dengan konfigurasi elektron
diringkaskan pada gambar di bawah ini. Kita dapat melihat urutan
tingkat energi subkulit dengan bergerak dari kiri ke kanan
sepanjang
satu
periode,
kemudian
meningkat
ke
periode
berikutnya. Perhatikan bahwa pada periode kedua sampai keenam
selalu dimulai dengan sub kulit ns dan ditutup dengan sub kulit np
(n = nomor periode).
Berdasarkan orbital yang ditempati oleh elektron terakhir
dalam konfigurasi elektronnya, unsur-unsur dalam sistem periodik
dikelompokkan ke dalam blok s, blok p, blok d, dan blok f.
(Justiana dan Muchtaridi, 2009: 3-14)
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir
Struktur Atom dan Sistem Periodik adalah merupakan materi awal yang
diajarkan pada siswa kelas XI SMA. Berdasarkan observasi yang dilakukan di
SMAN 6 Surakarta, tingkat ketuntasan serta nilai rata-rata pada materi ini cukup
rendah yakni sekitar 48% dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 6 Surakarta, dapat disimpulkan
bahwa salah satu hal yang menyebabkan rendahnya ketuntasan siswa pada materi
Struktur Atom dan Sistem Periodik adalah masih dominanya penggunaan metode
ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan sumber
belajar hanya berasal dari guru (teacher centered learning).
Dalam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dapat
dilakukan dengan mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan
menerapkan berbagai metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia.
Dalam pelaksanaannya penerapan metode pembelajaran perlu dilengkapi media
pembelajaran untuk lebih memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.
Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah
metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol serta metode pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) dengan dilengkapi modul dan LKS pada
kelas eksperimen.
Metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) merupakan
suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang
membutuhkan penyelidikan yang mendalam terhadap materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik karena berisi pemahaman konsep dan penerapannya dalam
berbagai tipe soal. Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi,
dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Metode
ini memungkinkan guru bersama peserta didik bertanggungjawab untuk
merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa merasa senang karena
dilibatkan dalam proses belajar. Siswa juga semakin tertantang dengan persoalancommit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu
mereka untuk terus melakukan penyelidikan.
Pemilihan media yang tepat dapat membuat siswa lebih cepat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul. Dengan media modul, siswa yang
mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar
kimia secara mandiri, membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan,
menjawab pertanyaan-pertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus
diselesaikan. Media LKS membuat siswa dapat mengerjakan latihan-latihan soal
yang mengacu pada ringkasan konsep materi yang dapat menumbuhkan
penguatan dalam ingatan dan pemahaman siswa, akan tetapi media ini juga
memiliki kelemahan karena dengan ringkasan materi yang singkat terkadang
menimbulkan miskonsepasi pada siswa. Dengan adanya penerapan metode
pembelajaran Group Investigation (GI) yang dilengkapi dengan media modul dan
LKS dengan beberapa kelebihannya tersebut diharapkan akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
Dalam
proses
pembelajaran
kimia,
faktor
internal
juga
harus
diperhatikan. Salah satu bagian dari faktor tersebut adalah minat. Minat adalah
kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu. Minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu
hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat
terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minatminat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi
pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Dengan adanya minat terhadap pelajaran kimia maka diharapkan dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dengan adanya perbedaan minat siswa dan penerapan metode
pembelajaran maka terdapat kemungkinan akan terjadi interaksi diantara
commit to user
keduanya. Hal ini dikarenakan pembelajaran
pada pokok bahasan Struktur Atom
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
dan Sistem Periodik dengan metode GI dilengkapi Modul maupun LKS
dimungkinkan siswa yang memiliki minat tinggi memiliki prestasi belajar yang
setara dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa
dengan minat tinggi dapat aktif menyumbangkan ide dan gagasan dalam
penginvestigasian materi bersama-sama dengan siswa lain dalam kelompok pada
metode GI, sedangkan siswa yang diajar dengan metode ceramah dan tanya
jawab juga dapat aktif dengan menanyakan materi yang belum dipahami dan
dapat memperluas pengetahuan dengan membaca berbagai sumber belajar yang
mendukung secara mandiri.
Siswa yang memiliki minat sedang, melalui metode pembelajaran GI
yang dilengkapi modul diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi
dari siswa pada kelas yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif GI
dilengkapi LKS dan ceramah disertai tanya jawab. Pada pelaksanaan metode GI
dilengkapi modul, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran karena
mendapatkan sumber belajar yang lengkap dari modul dan dapat memperdalam
pemahamannya dalam proses penginvestigasian. Untuk kelas yang menerapkan
metode GI dilengkapi LKS, siswa dengan minat sedang kurang dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik karena sumber belajar yang berupa LKS
memungkinkan adanya miskonsepsi dalam penginvestigasian. Untuk kelas yang
menerapkan metode ceramah dan tanya jawab, siswa dengan minat sedang kurang
begitu aktif dalam pembelajaran karena sumber belajar hanya berasal dari guru
sehingga kurang dapat memahami dengan baik.
Siswa yang memiliki minat rendah, melalui metode pembelajaran
ceramah dan tanya jawab diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi
dari siswa yang diajar dengan pembelajaran GI yang dilengkapi modul atau LKS.
Pada metode ceramah dan tanya jawab, siswa mendapatkan pengetahuan dari guru
dan mereka lebih dapat menerima pelajaran dengan baik tanpa harus menemukan
sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari. Sedangkan pada kelas yang
menerapkan metode GI dilengkapi modul atau LKS, siswa dengan minat rendah
merasa kesulitan karena harus mengkonstruk sendiri pengetahuan yang sedang
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipelajari, mereka juga merasa tidak nyaman dengan proses pembelajaran karena
tidak memahami materi sehingga cenderung pasif dalam proses investigasi.
Berdasarkan
uraian
diatas,
diduga
bahwa
penggunaan
metode
pembelajaran Group Investigation (GI) dengan lengkapi modul dan LKS dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Adanya perbedaan minat belajar siswa pada
pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik juga mempengaruhi prestasi
belajar siswa serta terjadi interaksi pembelajaran kimia menggunakan metode
Group Investigation (GI) dilengkapi Modul dan LKS dengan minat siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah yang diajukan,
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.
2. Ada pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Struktur Atom dan Sistem Periodik.
3. Ada interaksi metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar
siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Surakarta, pada kelas XI
IPA Semester Ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran
2012/2013 pada bulan Maret sampai Desember 2012. Pelaksanaan penelitian
ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
3 4
1. Persiapan penelitian
a. Mengurus perizinan
b. Koordinasi dengan kepala sekolah
dan guru
c. Menyusun angket dan tes
d. Melakukan uji coba angket dan tes
e. Menganalisis hasil uji coba angket
2. Pelaksanaan penelitian
a.
b.
c.
d.
Pelaksanaan Pretes kognitif
Pelaksanaan eksperimen
Pelaksanaan Postes
Analisis data hasil eksperimen
3. Penyusunan laporan/ skripsi
a. Penyusunan draf
b. Pengetikan skripsi
4. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
commit to user
58
5
6
7
8
9
10 11
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rancangan/ Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kimia menggunakan
metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur
Atom dan Sistem Periodik, pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, dan interaksi pembelajaran
kimia menggunakan metode pembelajaran dengan minat siswa terhadap prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.
Penelitian ini menggunakan anava dua jalan dengan rancangan faktorial
3x3. Rancangan ini menggunakan 3 kelompok subyek, yaitu kelompok pertama
sebagai kelas kontrol, kelompok kedua sebagai kelas eksperimen I dan kelompok
kedua sebagai kelas eksperimen II. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Kelas
Kontrol
Eksperimen I
Eksperimen II
Metode Mengajar
(A)
Metode ceramah
dan tanya jawab
(A1)
Metode GI
dilengkapi LKS
(A2)
Metode GI
dilengkapi Modul
(A3)
Minat (B)
Tinggi (B1)
Sedang (B2)
Rendah (B3)
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3
Keterangan:
A1
: Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab.
A2
: Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dengan media LKS.
A3
: Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dengan media Modul.
B1
: Minat tinggi.
B2
: Minat sedang.
B3
: Minat rendah.
A1B1 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki
commit to user
minat tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id
60
digilib.uns.ac.id
A1B2 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki
minat sedang.
A1B3 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki
minat rendah.
A2B1 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS pada siswa
yang memiliki minat tinggi.
A2B2 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS pada siswa
yang memiliki minat sedang.
A2B3 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS pada siswa
yang memiliki minat rendah.
A3B1 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul pada
siswa yang memiliki minat tinggi.
A3B2 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul pada
siswa yang memiliki minat sedang.
A3B3 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul pada
siswa yang memiliki minat rendah.
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar obyek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang
terdapat dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah:
1) Metode Pembelajaran
Pada penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah
metode ceramah, metode Group Investigation (GI) dilengkapi modul
dan metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS.
a) Definisi Konseptual
Metode ceramah adalah suatu metode pembelajaran dimana
commit to user
guru memberikan penerangan
secara lisan atas bahan pembelajaran
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode
ini berpusat pada guru sebagai sumber belajar (teacher centered
learning). Sedangkan Metode Group Investigation (GI) merupakan
metode
pembelajaran
kooperatif
yang
menekankan
pengumpulan, penguasaan, analisis dan sintesis
pada
informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber belajar yang dilakukan secara
berkelompok.
b) Definisi Operasional
Metode ceramah dalam penelitian ini melibatkan guru
sebagai sumber belajar utama untuk menerangkan materi Struktur
Atom dan sistem periodik disertai dengan bertanya kepada siswa
agar dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa. Sedangkan
Metode Group Investigation (GI) melibatkan pengivestigasian
kelompok terhadap suatu permasalahan yang harus dipecahkan
terhadap materi Struktur Atom dan sistem periodik sehingga siswa
akan
dapat
memahami
materi
yang
dipelajari
berdasarkan
penelusuran yang mereka lakukan bersama kelompoknya. Dalam
metode Group Investigation (GI) ini digunakan media Modul dan
LKS untuk membantu proses belajar siswa agar lebih terfokus
karena terdapat materi dan soal yang membantu siswa memahami
materi.
2) Minat
a) Definisi Konseptual
Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu
kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang,
adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat siswa pada
pelajaran kimia harus terus ditumbuhkembangkan agar siswa dapat
menerima materi dengan baik.
b) Definisi Operasional
Dalam penelitian ini minat siswa adalah seberapa besar
commit
to user
keingintahuan siswa
tentang
materi strukutur atom dan sistem
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
periodik
melalui
kegiatan
penginvestigasian
terhadap
permasalahan yang diberikan yang diwujudkan dengan perhatian
dan keaktifan dalam proses pembelajaran.
Adapun Aspek dasar dan indikator minat yang diteliti
disajikan dalam tebel 3.3.
Tabel 3.3 Aspek Dasar dan Indiator Minat
Aspek dasar
Kesenangan terhadap
sesuatu
Kemauan untuk aktif
berbuat




Perhatian



Indikator
Mengungkapan perasaan terhadap
pelajaran
Ketertarikan terhadap sesuatu
Bersungguh-sungguh
dalam
mengerjakan sesuatu
Keinginan memperluas wawasan
yang berhubungan dengan materi
kimia
Memperhatikan
sesuatu
dalam
proses pembelajaran.
Menanggapi suatu peristiwa
Bersikap peduli terhadap proses
pembelajaran.
Kategorisasi data atau kategorisasi jenjang dilakukan
untuk melihat gambaran umum karakteristik sumber data
penelitian. Menurut Azwar (2009), kategorisasi data dapat
dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif dan distribusi data
skor kelompok yang umumnya mencakup jumlah sampel dalam
kelompok, mean skor skala, standar deviasi skor skala, skor
miminum dan maksimum, serta statistik-statistik lain yang
dianggap perlu. Selain itu, bila skor telah diubah menjadi skor
standar maka kategorisasi menggunakan norma yang disesuaikan
(Azwar, 2009:163). Kategorisasi jenjang dilakukan untuk minat ke
dalam kategori tinggi, sedang atau rendah.
Instrumen untuk mengukur minat siswa terdiri dari 20
butir soal. Skor paling
tinggi
adalah apabila peserta didik memilih
commit
to user
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat setuju yaitu 4, dan skor terendah adalah apabila peserta
didik memilih sangat tidak setuju yaitu 1. Rentang minimummaksimumnya adalah 20 x 1 = 20 sampai dengan 20x 4 = 80,
sehingga luas jarak sebarannya adalah 80 – 20 = 60. Dengan
demikian deviasi standarnya bernilai
teoretiknya adalah
= 60/6 = 10 dan mean
= 20 x 2,5 = 50. Setelah diperoleh standar
deviasi, skor skala, skor miminum dan maksimum, dan mean
teoritiknya maka perhitungan kategorisasi tiga jenjang diperoleh
dengan rumus pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kategorisasi Data dengan Tiga Jenjang
Kategorisasi Data
dengan Tiga Jenjang
Rumus
Kategorisasi
Tinggi
(μ + 1,0 ) ≤ X
Sedang
(μ - 1,0 ) ≤ X < (μ + 1,0)
Rendah
X < (μ - 1,0 )
Keterangan :
X = skor subjek
μ = rata-rata baku
= deviasi standar baku
(Azwar, 2009:109)
Kategorisasi tersebut kemudian dijadikan acuan atau
norma dalam pengelompokan skor minat sebagai berikut:
(1) Kategori Minat Tinggi
Semua siswa yang mempunyai skor minat X  60.
(2) Kategori Minat Sedang
Semua siswa yang mempunyai skor minat 40
X < 60.
(3) Kategori Minat Rendah
Semua siswa yang mempunyai skor minat X < 40.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan pada akibat
commit tovariabel
user bebas. Variabel terikat pada
atau pengaruh yang dikarenakan
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik.
1) Definisi Konseptual
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha
dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat
ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pembelajaran.
2) Definisi Operasional
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh sebagai akibat
dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi Struktur Atom
dan Sistem Periodik dengan menggunakan metode Group Investigation
(GI) dilengkapi media Modul dan LKS yang mengakibatkan perubahan
pada diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar
siswa yang diukur dalam penelitian ini berupa aspek kognitif.
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan
dengan urutan sebagai berikut:
a. Melakukan observasi pada siswa SMAN 6 Surakarta, yakni meliputi obyek
penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimiliki.
b. Melakukan uji coba/tryout soal pretest-postest kognitif dan postest angket
minat pada siswa kelas XI.
c. Menentukan kelas yang akan dijadikan kelas kontrol, kelas eksperimen I
dan eksperimen II.
d. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi :
1) Memberikan tes awal (Pretest) dengan instrumen yang telah
diujicobakan.
2) Melaksanakan pembelajaran pada materi pokok Struktur Atom dan
Sistem Periodik dengan metode pembelajaran ceramah pada kelas
kontrol, Group Investigation (GI) dengan dilengkapi LKS pada kelas
eksperimen I dan metode pembelajaran Group Investigation (GI)
commit
to user
dengan dilengkapi Modul
pada kelas
eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id
65
digilib.uns.ac.id
3) Memberikan tes akhir (Posstest).
e. Mengolah dan menganalisis data penelitian dengan uji statistik yang
sesuai.
f. Menarik kesimpulan.
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi Penelitian
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI semester ganjil SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari 3 kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster
Random Sampling. Dalam teknik ini sampel merupakan unit dalam populasi
yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara
individual tetapi kelas. Dari Tiga kelas yang ada di kelas XI SMAN 6
Surakarta diuji kesetaraanya dengan uji kemampuan awal populasi
menggunakan teknik analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Data
yang digunakan dalam uji tersebut adalah nilai ujian semester genap. Dari
hasil perhitungan, untuk kelas XI IPA1 dengan jumlah siswa 27 diperoleh
rataan 71,1852, kelas XI IPA2 dengan jumlah siswa 28 diperoleh rataan
70,8571 dan kelas XI IPA3 dengan jumlah siswa 28 diperoleh rataan
69,8571.
Hasil uji kesetaraan dengan menggunakan uji Anava satu jalan sel
tak sama diperoleh signifikansi sebesar 0,883, nilai signifikansi (p) > 0,05,
artinya Ho diterima maka dapat disimpulkan bahwa semua populasi
mempunyai rataan sama, sehingga apabila diambil tiga kelas secara acak
(random) sebagai kelas eksperimen, ketiga kelas ekperimen tersebut memiliki
rataan kemampuan awal yang sama atau ketiga kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan
XI IPA 3 tersebut dalam keadaan setara/seimbang. Secara random, kelas XI
IPA 2 terpilih sebagai kelas kontrol, kelas XI IPA 1 terpilih sebagai kelas
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eksperimen 1 (metode GI disertai LKS) dan kelas XI IPA 3 terpilih sebagai
kelas eksperimen 2 (metode disertai GI disertai Modul).
Hasil perhitungan uji kesetaraan dengan menggunakan uji Anava
satu jalan sel tak sama tersebut dapat dilihat pada lampiran 4a.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis.
Pengujian data diperoleh dengan memberikan nilai pretest sebelum perlakuan dan
posttest setelah perlakuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik akibat perlakuan yang
diberikan. Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes, metode angket
dan metode dokumentasi.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar
siswa sebagai aspek kognitif siswa kelas XI SMAN 6 Surakarta.
Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan
tes bentuk obyektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban benar memperoleh
skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Tes pada penelitian ini dilakukan
dua kali, yaitu: pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah perlakuan
berupa metode Group Investigation (GI) dengan dilengkapi LKS pada kelas
eksperimen I dan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dengan
dilengkapi Modul pada kelas eksperimen II.
Perangkat tes pada pretest dan posttest tidak sama. Dengan pretest
dan posttest hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2010:
110).
2. Metode Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada siswa
commit to
user merupakan teknik pengumpulan
untuk dijawab sesuai dengan dirinya.
Angket
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data yang efisien jika peneliti tahu variabel apa yang akan diukur dan tahu apa
yang bisa diharapakan dari siswa. Metode angket dalam penelitian adalah
angket afektif pada aspek minat untuk mengetahui nilai afektif siswa kelas
XI SMAN 6 Surakarta saat pembelajaran kimia pada materi Struktur Atom
dan Sitem Periodik. Angket diisi langsung oleh siswa.
Pada penelitian ini menggunakan jenis angket langsung tertutup
karena siswa menjawab tentang dirinya dan jawabanya sudah disediakan
sehingga siswa tinggal memilih jawaban yang ada dimana jawaban tersebut
sesuai dengan dirinya. Dalam hal ini angket digunakan untuk memperoleh
data prestasi belajar siswa pada aspek minat belajar siswa.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda,
dan sebagainya yang merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin
keakuratannya. Adapun keuntungan dalam penggunaan metode ini adalah
biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien.
Metode dokumentasi
dalam penelitian ini
digunakan untuk
memperoleh data tentang keadaan sekolah, data nilai ulangan harian kelas
yang digunakan untuk tryout, data nilai ujian semester genap, jumlah siswa
kelas XI IPA SMAN 6 Surakarta dan nama-nama sampel penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen di dalam penelitian ini adalah ada dua jenis, yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen penelitian.
1. Instrumen Pembelajaran
a. Silabus
Silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus yang
dibuat oleh sekolah yang akan diteliti. Dimana silabus diperoleh dari guru
kimia yang bersangkutan.
commit to user
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun oleh peneliti sehingga
penelitian dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan
oleh peneliti.
c. Media LKS dan Modul
Media LKS dan Modul disusun peneliti dan telah melalui proses
validasi oleh ahli (expert), yaitu Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S selaku ahli
materi dan Dr. M. Masykuri,M.Si selaku ahli media sehingga media
dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam memperlancar proses
pembelajaran.
2. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian terdiri atas dua jenis instrumen yaitu, instrumen
penilaian kognitif dan minat belajar.
a. Instrumen Penilaian Kognitif
Instrumen penilaian kognitif dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes
objektif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari:
1) Membuat kisi-kisi soal tes
2) Menyusun soal tes
3) Mengadakan uji coba tes (try out)
Tes objektif tersebut terdiri dari 30 butir soal. Untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda maka
instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan
terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima materi
pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik.
1) Uji Validitas
Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran,
keshahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
jika tes tersebut dapat dengan tepat, benar, shahih atau absah
mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diukur lewat tes
commit to user
tersebut.
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Masidjo (2010: 242) validitas suatu tes adalah taraf
sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ketepatan alat
penilai terhadap apa yang seharusnya dinilai sehingga hasilnya menilai
apa
yang seharusnya dinilai. Validitas yang diukur disini adalah
validitas isi (content validity).
Menurut Masidjo (2010: 243) Validitas isi (content validity)
adalah suatu validitas yang menunjukan sampai isi suatu tes atau alat
pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan. Hal
ini juga dinyatakan oleh Sudijono (2008: 164) yang menyatakan bahwa
validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri
sebagai alat ukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar
sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat
mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan
pelajaran yang seharusnya diteskan.
Rumus yang dipakai untuk mengetahui validitas isi secara
keseluruhan adalah formula Gregorry. Pada formula Gregorry
diperlukan dua orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara
indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan
atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan
dengan butir-butirnya.
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen
memenuhi syarat atau tidak, digunakan formula Gregorry (2007) untuk
melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah
sebagai berikut:
Content Validity 
D
A B C  D
Keterangan
A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
: jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang
relevan menurutcommit
panelisto
II user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C
: jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang
relevan menurut panelis II
D
: jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan (Gregorry , 2007 : 123).
2) Uji Reliabilitas
Kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau
kemantapan. Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika
hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes
tersebut secara berulangkali terhadap subjek yang sama, senantiasa
menunjukkn hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil selama
aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Realibilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus yang ditemukan
oleh Kuder dan Richardson. Menurut Kuder dan Richardson, cara
menentukan reliabilitas tes itu adalah lebih tepat apabila dilakukan
secara langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan
(Sudijono, 2008: 252). Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil
yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang
berbeda pada waktu yang berbeda.
Untuk menghitung koefien reliabilitas tes bentuk obyektif
digunakan rumus KR-20 yaitu sebagai berikut :
2
 n  St   piqi 
r11 = 


2
St
 n  1 

Keterangan
r11
: koefisisen reliabilitas tes
n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
S2t
: varian total atau standar deviasi dari tes
pi
: proporsi testee yang menjawab item dengan benar
qi
: proporsi testee yang menjawab item dengan salah (qi =1 - pi)
Σpiqi : jumlah hasil perkalian
commit toantara
user pi dan qi
(Sudijono, 2008: 252-253)
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji Taraf Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil
hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor
rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang
bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal tersebut.
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk obyektif
digunakan rumus sebagai berikut:
P=
Keterangan :
P
: indeks kesukaran
B
: banyaknya siswa yang dapat dengan betul terhadap butir item
betul
JS
: jumlah siswa yang mengikuti
Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,30 : Sukar (S)
0,31 – 0,70 : Sedang (Sd)
0,71 – 1,00 : Mudah (M)
(Depdiknas, 2009: 9)
4) Uji Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan dengan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi
yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga
dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya
pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan
membedakan siswa yang
telahtomemahami
materi dengan peserta didik
commit
user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang belum memahami materi. Untuk mengetahui daya pembeda soal
adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
rpbis 
M p  Mt
St
p
q
Keterangan :
rpbi = Angka indeks korelasi Point Biserial
M p = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
M t = rata-rata skor total
S t = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)
Kriteria daya pembeda :
0,40 – 1,00 = soal diterima dengan baik
0,30 – 0,39 = soal diterima tapi perlu diperbaiki
0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
-1,00 – 0,19 = soal tidak dipakai ( tetapi dalam penelitian ini soal yang
tidak dipakai diganti dengan soal lain)
(Depdiknas, 2009:12)
b. Instrumen Penilaian Minat
Minat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil dari tes
minat yang berupa angket. Langkah pertama penyusunan instrumen
minat yaitu menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori
yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi
operasional berdasarkan kompetensi dasar yang bisa diukur. Definisi
operasional kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator Instrumen
penilaian minat berupa angket. Dalam menjawab pertanyaan, responden
atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang telah disediakan. Pada data dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu minat tinggi, sedang dan rendah. Pada tes minat ini
commit to user
digunakan skala Likert dimana skor untuk masing-masing jawaban
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah 1, 2, 3, 4 dalam tes ini tidak digunakan nilai tengah atau
jawaban ragu-ragu dikarenakan akan menimbulkan bias. Konsep alat ukur
ini berisi indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak
dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun item-item angket.
Tabel 3.5 Skor Penilaian Minat
Skor untuk aspek yang dinilai
Skor
+
4
3
2
1
SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
–
1
2
3
4
(Depdiknas, 2008: 15-16)
Tabel 3.6 Kategori Minat Siswa
No
1
2
3
Skor peserta didik
Sama atau lebih besar dari 60
40 sampai kurang dari 60
kurang dari 40
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Azwar, 2009: 60)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen
tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas
untuk mengetahui kualitas item angket.
1) Uji Validitas
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen
memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk
melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah
sebagai berikut:
Content Validity 
D
A B C  D
Keterangan
A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
: jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang
relevan menurut panelis II
commit to user
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C
: jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang
relevan menurut panelis II
D
: jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan (Gregorry , 2007 : 123).
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatau tes adalah taraf sampai dimana suatu tes
mampu
menunjukan
konsistensi
hasil
pengukurannya
yang
diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang
reliabel akan menunjukan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu
atau berbagai pengukuran (Masidjo, 2010 : 208). Untuk mengetahui
tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
r11
: koefisien reliabilitas
n
: jumlah item
∑Si2
: jumlah varian skor dari masing-masing item
St2
: varian total.
(Sudijono, 2008: 208)
Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes
(r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
a) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari 0,70 (r11 ≥ 0,70)
berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan
telah memiliki reliabilitas yang tinggi (= reliabel).
b) Apabila r11 lebih kecil dari 0,70 (r11 < 0,70) berarti tes hasil belajar
yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki
reliabilitas yang tinggi (= unreliabel) (Sudijono, 2008: 209).
commit to user
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasarat analisis dilakukan uji normalitas dan uji homogensitas
dengan taraf signifikansi 5 %.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas
ini dihitung menggunakan software SPSS 17.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Statistik Uji
Statistik
pendekatan
uji
uji
menggunakan
liliefors
test
of
normality
(Kolmogorov-Smirnov).
pengambilan kesimpulan, H0 diterima
dengan
Ketentuan
ketika signifikansi yang
diperoleh > α. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi –
variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji homogenitas ini
dihitung menggunakan software SPSS 17.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : Variansi pada setiap kelompok sama
H1 : Variansi pada setiap kelompok tidak sama
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan test homogenity of variance dengan
statistik Based on mean. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0
diterima ketika signifikansi yang diperoleh > α. Tingkat signifikansi
(α) yang digunakan 0,05.
commit to user
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel 3x3, analisis variansi dua jalan digunakan untuk menguji
signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB
terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini digunakan Analisis Variansi
Dua Jalan dengan isi sel tak sama yang diuji dengan menggunakan software
SPSS 17 dengan taraf signifikansi 5 %.
Tabel 3.7 Rangkuman Anava Dua Jalan
Sumber
JK
Dk
RK
Fobs
Fα
P
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
< α atau > α
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
< α atau > α
JKAB
(p-1)( q-1)
RKAB
Fab
F*
< α atau > α
Galat
JKG
N-pq
RKG
-
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
-
Interaksi (AB)
(Budiyono, 2009: 213)
3. Uji komparasi Ganda (Metode Scheffe’)
Uji komparasi ganda digunakan untuk mengetahui lebih lanjut rataan
mana yang secara signifikan berbeda dari yang lain, setelah dilakukan analisis
variansi. Jadi, uji komparasi ganda merupakan analisis pasca variansi. Uji
untuk komparasi ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Scheffe’. Untuk metode Scheffe’ pada analisis variansi dua jalan terdapat
empat macam komparasi, yaitu : komparasi rataan antar baris, komparasi
rataan antar kolom, komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama,
komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (Budiyono, 2009: 214–215).
Pada penelitian ini yang perlu dilakukan uji lanjut adalah pada
metode pembelajaran yang digunakan dan minat belajar karena jumlahnya
lebih dari 2 sehingga memerlukan analisis lanjut untuk mengetahui metode
atau minat yang mana yang memberikan pengaruh terbaik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pengujian Instrumen
Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang
diperlukan adalah tes kognitif dan tes minat belajar siswa. Sebelum digunakan
untuk mengambil data, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kualitas instrumen. Selanjutnya dari hasil uji coba instrumen minat
(lampiran 2f) dan hasil uji instrumen kognitif (lampiran 2g) dapat diperoleh
rangkumen seperti tabel berikut:
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Validitas Soal Aspek Kognitif
Item kurang
Item kurang
Jumlah
relevan
relevan
Content
Variabel
Soal
menurut
menurut
Validity
panelis 1
panelis II
Soal
30
3
2
0,871
Pretest
Soal
30
3
2
0,871
Posttest
Kriteria
Validitas
Tinggi
Tinggi
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Soal-soal pretest materi
Struktur atom dan sistem
30
0,851
Reliabel
periodik
Soal-soal posttest materi
Struktur atom dan sistem
30
0,847
Reliabel
periodik
Tabel 4.3 Tabel Rangkuman Hasil Taraf Kesukaran Soal
Jumlah
Variabel
Soal
Mudah
Soal-soal pretest materi Struktur
30
6
Atom dan Sistem Periodik
Soal-soal posttest materi Struktur
30
6
Atom dan Sistem Periodik
commit to user
77
Kriteria
Cukup
Sukar
19
5
18
6
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal
Variabel
Soal-soal pretest materi
Struktur atom dan sistem
periodik
Soal-soal posttest materi
Struktur atom dan sistem
periodik
Jumlah
Soal
Kriteria
Diterima Diterima,
Diperbaiki Diganti
baik
diperbaiki
30
17
4
9
-
30
18
6
6
-
Tabel 4.5 Rangkuman hasil Validitas Isi Tryout Minat
Item kurang
Item kurang
relevan
Variabel Jumlah
relevan
menurut
menurut panelis 1
panelis II
Angket
30
1
2
minat
Content Kriteria
Validity Validitas
0,900
Tinggi
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Minat
Variabel
Jumlah
Reliabilitas
Kriteria
Angket minat
30
0,811
Reliabel
Berdasarkan data di atas, kedua instrumen telah valid dan reliabel,
sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data.
B. Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai minat belajar siswa
dan prestasi belajar kognitif pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik. Data tersebut diambil dari kelas kontrol (metode ceramah dan tanya
jawab), kelas eksperimen I (metode GI dilengkapi dengan media LKS) dan kelas
eksperimen II (metode GI dilengkapi dengan media Modul). Jumlah siswa yang
dilibatkan dalam penelitian ini adalah 27 siswa dari kelas XI IPA 1, 28 siswa dari
kelas XI IPA 2 dan 28 siswa dari kelas XI IPA 3 SMA Negeri 6 Surakarta tahun
pelajaran 2012/2013. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data
penelitian dari masing-masing variabel.
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Data Nilai Minat Belajar Siswa
Data nilai minat belajar siswa diperoleh dengan cara angket.
Berdasarkan hasil angket minat belajar siswa dalam kelas eksperimen, data
yang terkumpul terbagi menjadi 3 kategori, yaitu untuk nilai X  60 termasuk
kategori minat belajar tinggi, nilai 40
belajar sedang dan nilai 20
X < 60 termasuk kategori minat
X < 40 termasuk kategori minat belajar rendah.
Pembagian kategori kelompok siswa selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1h.
Nilai siswa pada kelas kontrol, eksperimen 1 dan eksperimen 2
dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan pengkategorian diatas maka terdapat
siswa yang memiliki minat tinggi, siswa yang memiliki minat sedang dan
siswa yang memiliki minat rendah.
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 3c dapat disajikan
rangkuman distribusi frekuensi nilai minat belajar siswa pada pokok bahasan
struktur atom dan sistem periodik seperti pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rangkuman Distribusi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik
Frekuensi
Kategori
Nilai
No.
minat
Minat
Kontrol Eksperimen1 Eksperimen2
1
Rendah
20,0 – 39,0
10
8
6
2
Sedang
40,0 – 59,0
12
12
17
3
Tinggi
60,0 – 80,0
6
7
6
28
27
28
Jumlah
47,214
49,667
52,607
Rata-rata nilai minat
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa siswa yang termasuk
dalam kategori minat rendah paling banyak adalah siswa pada kelas kontrol.
Sementara untuk kategori minat sedang, siswa yang paling banyak adalah
pada kelas eksperimen 2 dan untuk kategori minat tinggi paling banyak pada
siswa kelas eksperimen 1.
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
data pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
20
Frekuensi
15
Kontrol
10
Eksperimen 1
5
Eksperimen 2
0
20,0 – 39,0 40,0 – 59,0 60,0 – 80,0
Nilai minat
Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Nilai Minat Belajar Siswa pada Materi
Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik
2.
Data prestasi belajar siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan
Sistem Periodik
Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan
Sistem periodik yang meliputi prestasi kognitif kelas kontrol (metode
ceramah dan tanya jawab) sebanyak 28 siswa, kelas eksperimen I (metode GI
dilengkapi dengan media LKS) sebanyak 27 siswa dan kelas eksperimen II
(metode GI dilengkapi dengan media Modul) sebanyak 28 siswa dapat dilihat
pada lampiran 3a, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi
belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Jenis penilaian
Nilai rata-rata
Kelas Kontrol
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Pretest kognitif
35,72
36,29
35,71
Posttest kognitif
Selisih pretest dan
posttest kognitif
62,986
27,266
67,407
31,117
71,071
35,361
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat nilai rata-rata pretest kognitif dari
ketiga kelas hampir sama, tetapi nilai rata-rata posttest kognitif sangat
berbeda sehingga selisih nilai pretest dan posttest kognitifnya dari ketiga
commit to user
kelas eksperimen tersebut berbeda.
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada kelas kontrol, yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab selisih nilai pretest dan postest kognitif
terendah adalah 13,3 dan selisih nilai pretest dan posttest kognitif tertinggi
adalah 40. Pada kelas eksperimen I, yaitu kelas dengan pembelajaran
menggunakan metode GI dilengkapi LKS selisih nilai pretest dan posttest
kognitif terendah adalah 13,3 dan selisih nilai pretest dan posttest kognitif
tertinggi adalah 46,7. Sementara pada kelas eksperimen II, yaitu kelas dengan
pembelajaran menggunakan metode GI dilengkapi modul selisih nilai pretest
dan posttest kognitif terendah adalah 13,3 dan selisih nilai pretest dan posttest
kognitif tertinggi adalah 53,3.
Untuk membandingkan distribusi selisih nilai prestasi belajar
kognitif siswa yang menggunakan metode konvensional (ceramah dan tanya
jawab), Metode GI dilengkapi LKS (kelas eksperimen 1) dan metode GI
dilengkapi Modul (kelas eksperimen 2) dapat diperhatikan tabel 4.9.
Tabel 4.9 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas
Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada pokok
bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik
Selisih Nilai
Frekuensi
PretestNilai
Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2
No.
Posttest
Tengah
13,3 – 19,0
16,15
8
3
1
1
19,1– 24,8
21,95
4
4
3
2
24,9 – 30,6
27,75
5
7
5
3
30,7 – 36,4
33,55
2
4
2
4
36,5 – 42,2
39,35
8
5
10
5
42,3 – 48,0
45,15
1
4
4
6
48,1 – 53,8
50,95
0
0
3
7
28
27
28
Jumlah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari perbandingan frekuensi
selisih nilai kognitif Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik diatas dapat
dilihat pada Gambar 4.2
commit to user
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10
9
8
7
6
Kontrol
5
Eksperimen 1
4
Eksperimen 2
3
2
1
0
16,15 21,95 27,75 33,55 39,35 45,15 50,95
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Kontrol,
Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa frekuensi nilai kelas kontrol yang
menunjukkan siswa yang memperoleh nilai rendah pada nilai tengah 16,15;
dan 39,35 lebih banyak dari kelas eksperimen 1 dan 2. Sedangkan nilai
tengah 27,75 dan 33,55 kelas eksperimen 1 memiliki frekuensi lebih banyak
dibanding kelas kontrol dan eksperimen 2. Sementara untuk nilai tinggi (nilai
tengah 39,35 dan 50,95) kelas eksperimen 2 memiliki frekuensi yang lebih
banyak. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai tinggi pada kelas
eksperimen 2 lebih banyak daripada kelas kontrol dan eksperimen 1.
Distribusi frekuensi dan perhitungan distribusi frekuensi selisih nilai
kognitif baik kelas kontrol, kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2
pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik disajikan dalam
Lampiran 3b.
C. Pengujian Persyaratan Analisis
Penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain:
uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk pengujian tersebut digunakan taraf
signifikansi 5%. Berikut ini uraiancommit
pengujian
tersebut:
to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil komputasi dengan SPSS
17 dapat dilihat pada Lampiran 4b, hasilnya disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Nilai
Kelompok
Signifi
Kriteria Pengelompokan
kansi
Data
(p)
Metode Ceramah dan
0,101
tanya jawab
Metode GI dilengkapi
0,200
LKS
Metode GI dilengkapi
0,159
Modul
Minat Tinggi
0,061
Minat Sedang
0,200
Minat Rendah
0,088
Metode Ceramah dan
0,117
tanya Jawab dan tanya
jawab untuk Minat
Tinggi
Metode Ceramah dan
0,200
Tanya Jawab untuk
Minat Sedang
Metode Ceramah dan
0,147
Tanya Jawab untuk
Minat Rendah
Metode GI dilengkapi
0,200
LKS untuk Minat Tinggi
Metode GI dilengkapi
0,200
LKS untuk Minat
Sedang
Metode GI dilengkapi
0,200
LKS untuk Minat
Rendah
GI dilengkapi Modul
untuk Minat Tinggi
GI dilengkapi Modul
untuk Minat Sedang
GI dilengkapi Modul
untuk Minat Rendah
Prestasi Belajar pada Masing-masing
Kriteria
Keputusan
Kesimpulan
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
p > 0,05
p > 0,05
p > 0,05
Ho diterima
Ho diterima
Ho diterima
Ho diterima
Normal
Normal
Normal
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
p > 0,05
Ho diterima
Normal
0,200
p > 0,05
Ho diterima
Normal
0,200
p > 0,05
Ho diterima
Normal
0,200 to user
p > 0,05
commit
Ho diterima
Normal
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai
signifikansi (p) > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan program
SPSS 17. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 4c, rangkuman
hasilnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi
Belajar
Signifi
Kriteria Perbandingan
kansi
Kriteria
Keputusan
Kesimpulan
(p)
Metode Ceramah dan
tanya jawab dengan
Metode GI dilengkapi 0,806
p > 0,05
Ho diterima
Homogen
LKS dengan Metode
GI dilengkapi Modul
Minat Belajar Tinggi
dengan Minat Belajar
0,242
p > 0,05
Ho diterima
Homogen
Sedang dengan Minat
Belajar Rendah
Antar Sel
0,141
p > 0,05
Ho diterima
Homogen
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian
diperoleh signifikansi (p) > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai
variansi yang sama (homogen).
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis variansi
(Anava) 2 jalan dengan sel tak sama menggunakan program SPSS 17 dan
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 5a. Adapun rangkuman hasil
Anava dua jalan disajikan sebagai berikut :
a. Hipotesis
1. H0-1 : Tidak ada pengaruh antara metode pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa.
H1-1 : Ada pengaruh antara metode pembelajaran terhadap prestasi
belajar siswa.
2. H0-2 : Tidak ada pengaruh antara minat belajar siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
H1-2 : Ada pengaruh antara minat belajar siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
3. H0-3 : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat
belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
4. H1-3 : Ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
b.
α = 5%.
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif
Type III Sum of
Squares
Source
df
Mean Square
Corrected Model
Intercept
metode
minat
metode * minat
Error
6489.785
72285.696
455.061
5340.683
179.775
2408.351
a
8
1
2
2
4
74
Total
90770.500
83
8898.136
82
Corrected Total
811.223
72285.696
227.531
2670.341
44.944
32.545
F
24.926
2221.081
6.991
82.050
1.381
Sig.
.000
.000
.002
.000
.249
Kesimpulan:
a. Pada efek utama metode pembelajaran, H0 ditolak.
Diperoleh signifikansi (p)
0,002 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak,
sehingga metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar,
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka diperlukan uji lanjut pasca anava yaitu uji komparasi ganda (uji
scheffe).
b. Pada efek utama minat belajar siswa, H0 ditolak.
Diperoleh signifikansi (p)
0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak,
sehingga kemampuan minat berpengaruh terhadap prestasi belajar, maka
diperlukan uji lanjut pasca anava yaitu uji komparasi ganda (uji scheffe).
c. Pada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat belajar siswa, H0
diterima.
Diperoleh signifikansi (p) 0,249 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima, maka
tidak diperlukan uji lanjut pasca anava.
2. Uji Lanjut Pasca Anava (Uji Scheffe)
Uji lanjut pasca anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk
mengetahui perbedaan rata-rata pada variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini uji komparasi ganda untuk prestasi belajar dilakukan
pada hipotesis pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga tidak diperlukan uji
komparasi ganda, karena keputusan H0 diterima.
a. Uji lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Pertama
Uji lanjut anava untuk hipotesis pertama dengan memperhatikan
beda rata-rata prestasi siswa berdasarkan metode pembelajaran
menggunakan program SPSS 17 dan komputasinya dapat dilihat pada
Lampiran 5b, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis
Pertama
Kategori
Signifikansi Kriteria Kesimpulan
(p)
Metode GI dilengkapi Modul
0,012
p > 0,05
Signifikan
- GI dilengkapi LKS
Metode GI dilengkapi Modul
0,000
p > 0,05
Signifikan
– Ceramah
Metode GI dilengkapi LKS 0,050
p > 0,05
Signifikan
Ceramah
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
pengaruh
metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar yang berbeda secara signifikan
dapat dilihat dari nilai signifikan (p) yang lebih kecil dari 0,05. Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara prestasi belajar siswa untuk metode GI dilengkapi modul dengan
metode GI disertai LKS, metode GI dilengkapi Modul dengan metode
ceramah, dan metode GI dilengkapi LKS dengan metode ceramah.
Berdasarkan perbedaan rata-rata selisih nilai pretest-posttest pada tabel
4.8, maka metode pembelajaran GI dilengkapi modul memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar karena memiliki ratarata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol maupun kelas GI
yang disertai LKS. Jadi, urutan pengaruh metode pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa mulai dari yang paling baik adalah Metode
Pembelajaran GI dilengkapi Modul, metode GI disertai LKS dan metode
ceramah dan tanya jawab.
b. Uji lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Kedua
Uji lanjut anava untuk hipotesis kedua dengan memperhatikan
beda rata-rata prestasi siswa berdasarkan minat belajar menggunakan
program SPSS 17 dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 5b,
rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis
Pertama
Kategori
Signifikansi Kriteria Kesimpulan
(p)
Tinggi - Sedang
0,008
p > 0,05
Signifikan
Tinggi - Rendah
0,000
p > 0,05
Signifikan
Sedang - Rendah
0,000
p > 0,05
Signifikan
Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
pengaruh
metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar yang berbeda secara signifikan
dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yang lebih kecil dari 0,05. Dari
tabel tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikan antara prestasi belajar siswa untuk minat tinggi dengan minat
sedang, minat belajar tinggi dengan minat rendah, dan minat sedang
dengan minat rendah. Berdasarkan perbedaan rata-ratan nilai minat pada
tabel 4.7, maka urutan pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi
belajar siswa mulai dari yang paling baik adalah minat tinggi, minat
sedang dan minat rendah.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
metode pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh minat
terhadap prestasi belajar siswa, serta interaksi antara metode pembelajaran
kooperatif dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
teknik cluster random sampling. Berdasarkan Hasil uji kesamaan rata-rata dengan
anava satu jalan antara kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,883, nilai Signifikansi (p) > 0,05, artinya Ho diterima atau
nilai rata-rata ketiga kelas (XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3) sama sehingga bisa
dilakukan random/pengundian untuk menentukan ketiga kelas eksperimen.
Berdasar hasil pengundian diperoleh 1 kelas sebagai kelas kontrol (Kelas XI IPA
2), 1 kelas kelompok eksperimen pertama (kelas XI IPA 1) yang dikenai metode
pembelajaran GI dilengkapi LKS, dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen
kedua (kelas XI IPA 3), yang dikenai metode pembelajaran GI dilengkapi Modul.
Sebelum proses pembelajaran materi Struktur Atom dan Sistem periodik
dilakukan, siswa diberikan pretest. Pretest ini diberikan pada kelas kontrol, kelas
eksperimen 1 ataupun kelas eksperimen 2. Pemberian Pretest dilakukan untuk
mengukur kemampuan awal siswa (prior knowledge) mengenai pelajaran yang
akan diikuti yaitu pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik. Akan tetapi,
pemberian pretest ini juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah adanya
jawaban tebakan (guessing) siswa karena siswa belum menerima materi dan harus
mengerjakan soal pretest yang berisi materi yang belum mereka ketahui. Jawaban
to userjawab siswa yang memiliki score
tebakan tersebut dapat diketahui commit
dari lembar
perpustakaan.uns.ac.id
89
digilib.uns.ac.id
rendah. Siswa dengan score rendah tersebut sebagian justru mampu menjawab
soal dengan indeks kesukaran tinggi.
Pada lembar jawab pretest yang telah diamati pada kelas kontrol ternyata
dari 8 lembar dengan score terendah terdapat 5 siswa diantaranya mampu
menjawab soal dengan indeks kesukaran sukar yaitu soal no 2, 3, 26, dan 28. Hal
tersebut juga terjadi pada kelas eksperimen 1, dari 7 lembar jawaban dengan score
terendah 4 diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran tinggi
serta pada kelas eksperimen 2, dari 7 lembar jawaban dengan skor terendah 3
diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran tinggi. Dengan
demikian, maka bukan kemampuan awal siswa yang terukur. Setelah
pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengukur prestasi kognitif dan
minat belajar. Penggunaan pretest dan posttest pada prestasi belajar kognitif ini
juga digunakan untuk mengetahui perubahan prestasi belajar sebelum dan sesudah
diterapkan pembelajaran dengan metode ceramah, metode GI dilengkapi LKS dan
metode GI dilengkapi Modul.
Pada pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol yang menerapkan
metode ceramah dan tanya jawab diawali guru membuka pelajaran yaitu dengan
memberikan apersepsi menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada
pertemuan sebelumnya.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang materi pada pokok bahasan
Struktur Atom dan Sistem Periodik, meliputi: struktur atom dan teori mekanika
kuantum untuk pertemuan pertama, bilangan-bilangan kuantum pada pertemuan
kedua, konfigurasi elektron pada pertemuan ketiga, dan sistem periodik pada
pertemuan keempat. Dalam menjelaskan materi, guru juga memberikan contoh
dan memberikan tugas pada siswa untuk mengerjakan soal-soal mengenai materi
yang sedang dibahas. Kemudian untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi, maka guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di depan
kelas. Dengan pelaksanaan metode yang demikian, maka siswa yang tidak
ditunjuk maju ke depan cenderung pasif dan guru adalah satu-satunya sumber
belajar siswa sehingga pemikiran siswa tidak berkembang karena hanya diberikan
commit to user
secara langsung oleh guru.
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada kegiatan akhir, guru mengadakan kuis untuk mengetahui sejauh
mana siswa memahami materi yang telah dijelaskan.
Pada pelaksanaan Metode Group Investigation (GI) yang dilengkapi LKS
(kelas eksperimen 1) dan Modul (kelas eksperimen 2) dilakukan melalui 6
tahapan, yaitu:
Pada tahap pertama, siswa mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa
ke dalam kelompok dengan arahan guru. Untuk pertemuan pertama membahas
hal-hal yang berkaitan dengan struktur atom dan teori mekanika kuantum,
pertemuan kedua membahas bilangan-bilangan kuantum, pertemuan ketiga
membahas konfigurasi elektron dan pertemuan keempat membahas sistem
periodik.
Pada Tahap kedua, siswa dengan bimbingan guru merencanakan tugas
yang akan dipelajari meliputi berbagai prosedur yang harus dilakukan berdasarkan
topik dan subtopik yang telah dipilih pada tahap 1. Setiap anak diberi kebebasan
menentukan topik agar pendapat mereka merasa dihargai sehingga siswa akan
menikmati proses pembelajaran.
Pada tahap ketiga, Siswa mulai melakukan investigasi dalam kelompok.
Masing-masing siswa mengumpulkan informasi mengenai pokok bahasan struktur
atom dan sistem periodik baik melalui media LKS untuk kelas eksperimen 1 dan
media modul untuk kelas eksperimen 2 ataupun pengunaan sumber lain yang
dapat memperlancar tercapainya tujuan pembelajaarn. Dengan adanya beberapa
sumber belajar tersebut membantu siswa untuk berkontribusi dalam proses
penginvestigasian dengan cara bertukar informasi, saling berdiskusi, dan
mengklarifikasi jika terjadi perbedaan pendapat yang terjadi selama proes diskusi.
Setelah proses diskusi selesai maka kelompok dapat mensintesis hasil diskusi.
Dengan adanya proses diskusi akan meningkatkan minat siswa karena siswa
merasa senang karena dapat bekerjasama dalam kelompok sehingga menimbulkan
perhatian karena merasa bertanggung jawab dalam kelompoknya dan disertai
dengan suatu tindakan dengan rajin membaca, mencari informasi baru dalam
commit to user
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setiap penginvestigasian guna memperlancar penyelidikan masing-masing
kelompok.
Pada tahap keempat yaitu penyiapan laporan, anggota kelompok
menentukan pesan-pesan esensial dari proses penginvestigasian mereka. Anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka
membuat presentasi mereka. Setelah laporan selesai dibuat maka setiap kelompok
menunjuk beberapa orang wakilnya yang terdiri dari penyampai materi, notulen
dan
penjawab
pertanyaan
atau
evaluasi
dari
kelompok
lain
untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
Pada tahap kelima masing-masing kelompok 1, 2, dan 3 yang ditunjuk
secara acak mempresentasikan laporan akhir kemudian para pendengar atau
kelompok evaluasi yang terdiri dari kelompok 4, 5, dan 6 mengevaluasi kejelasan
dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
oleh seluruh anggota kelas. Pada pertemuan pertama kelompok 1, 2, dan 3
berperan sebagai kelompok presentasi sedangkan kelompok 4, 5, dan 6 berperan
sebagai evaluator. Untuk pertemuan berikutnya antara kelompok presentasi dan
evaluator bertukar peran.
Pada tahap keenam, siswa saling memberi umpan balik mengenai topik
tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, dan mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka. Guru beserta siswa berkolaborasi dalam
mengevaluasi jalannya pembelajaran siswa. Jika dirasa masih ada yang kurang
atau banyak siswa yang belum aktif dalam proses pembelajaran maka dapat
diperbaiki pada pertemuan selanjutnya dengan menunjuk siswa yang kurang aktif
untuk mengambil peran lebih dalam proses penginvestigasian sehingga siswa
merasa bertanggung jawab kepada seluruh anggota kelompok dan berusaha untuk
belajar lebih giat lagi. Setiap kali selesai penginvestigasian, guru mengadakan
kuis untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah mereka
investigasi.
1. Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava dua jalan
commit
to user
dengan sel sama menunjukkan
bahwa
metode pembelajaran berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id
92
digilib.uns.ac.id
terhadap prestasi belajar maka diperlukan uji komparasi ganda (uji Scheffe).
Dari uji lanjut pasca anava diketahui bahwa pengaruh penggunaan metode
pembelajaran metode ceramah, metode GI dilengkapi Modul dan GI
dilengkapi LKS pada materi struktur atom dan sistem periodik terhadap
prestasi belajar signifikan dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yang lebih
kecil dari 0,05.
Berdasarkan perbedaan rata-rata selisih nilai pretest-posttest pada
tabel 4.2, maka metode Pembelajaran GI dilengkapi Modul memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar karena memiliki rata-rata
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol maupun kelas GI yang
disertai LKS.
Penyebab metode Kooperatif GI lebih baik dari metode ceramah
adalah metode GI merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif
yang dalam pelaksanaannya berpusat pada siswa (student centered learning)
dimana siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan
informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga mereka dapat
melakukan investigasi terhadap persoalan yang diajukan dan metode ini
memiliki kelebihan, diantaranya adalah dapat meningkatkan kreativitas dan
kepercayaan siswa untuk bertanya dan mempresentasikan materi pelajaran,
pengelolaan kelas tidak begitu rumit, siswa memperoleh dan meningkatkan
kemampuan belajar mereka. Sedangkan pada pembelajaran dengan metode
ceramah berpusat pada guru (teacher oriented) sehingga siswa hanya
mendapat pengetahuan sebatas apa yang guru sampaikan saja. Hal ini
diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh R.A. Olatoye, A.A.
Aderogba, dan E.M. Aanu (2011) dengan judul “Effect of Co-operative and
Individualized Teaching Methods on Senior Secondary School Students’
Achievement in Organic Chemistry” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
memberikan dukungan empiris pada fakta bahwa kinerja siswa pada pelajaran
kimia bisa sangat membaik jika digunakan metode pembelajaran kooperatif.
Metode pengajaran kooperatif memfasilitasi pencapaian siswa pada pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93
digilib.uns.ac.id
kimia lebih dari metode pengajaran individual dan metode mengajar lain yang
dilakukan.
Pada pelaksanaannya, metode Group Investigation (GI) tidak
sepenuhnya diikuti dengan baik oleh semua siswa pada kelas eksperimen 1
dan eksperimen 2 karena proses diskusi lebih didominasi siswa yang aktif dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi, serta adanya siswa yang sudah
terbiasa bersikap pasif dalam proses pembelajaran sebelumnya dan belum
adanya penyesuaian terhadap pembelajaran yang baru diterapkan akan
ketinggalan dengan siswa yang aktif sehingga tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai menjadi kurang berhasil. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, maka guru harus mendampingi siswa secara penuh agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Guru dapat memperbaiki
kekurangaktifan siswa yang terjadi dalam pertemuan awal dengan menunjuk
siswa yang masih pasif agar berani tampil dan mengungkapkan pemikirannya
pada proses pembelajaran yang selanjutnya sehingga seluruh siswa dapat ikut
ambil bagian dalam penginvestigasian.
Rata-rata prestasi kelas yang menggunakan metode pembelajaran GI
dilengkapi Modul lebih besar daripada rata-rata kelas yang diajar
menggunakan metode pembelajaran GI dilengkapi LKS. Hal ini dikarenakan
modul dapat membantu kelancaran pelaksanaan investigasi dengan membuat
siswa memiliki banyak kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri,
membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaanpertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Dalam
kaitan ini siswa dapat maju sesuai dengan irama dan kemampuan masingmasing siswa yang mengikuti alur pembelajaran kimia dan lebih banyak
waktu untuk berinteraksi baik secara individu maupun secara kelompok.
Sedangkan dalam penggunaan LKS dalam pembelajaran menggunakan
metode GI terdapat kelebihan yaitu memacu siswa untuk lebih aktif belajar
karena LKS menyediakan banyak soal yang berkaitan dengan materi struktur
atom dan sistem periodik yang harus dikerjakan juga dapat menumbuhkan
commit
user ringkasan materi saja sehingga
kreativitas siswa karena LKS
hanyatoberisi
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus menjawab pertanyaan dengan kata-kata mereka sendiri. Selain itu, LKS
juga dapat menumbuhkan keingintahuan siswa karena dengan membaca
ringkasan materi maka siswa akan tertarik untuk mencari pengetahuan yang
lebih luas dari materi yang sedang struktur atom dan sistem periodik. Dalam
jurnal yang berjudul “Effect of Work Sheets on Student’s Success: Acids and
Bases Sample” diperoleh kesimpulan bahwa LKS merupakan bahan ajar yang
lebih efektif untuk membuat siswa aktif dalam kelas daripada bahan ajar
metode tradisional (Ozmen &Yildirim, 2005).
Kelemahan dari penggunaan LKS dibandingkan dengan modul dalam
proses pembelajaran adalah ringkasan materi yang singkat terkadang
menimbulkan miskonsepasi pada siswa sehingga menghambat dalam proses
penginvestigasian.
2. Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava dua jalan dengan
sel tak sama menunjukkan bahwa minat siswa berpengaruh terhadap prestasi
belajar, maka diperlukan uji lanjut pasca anava. Dari uji lanjut pasca anava
diketahui bahwa pengaruh minat tinggi, sedang dan rendah siswa terhadap
prestasi belajar signifikan yang dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yang
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.15 Selisih Nilai Pretes-Posttest berdasarkan minat pada ketiga kelas
eksperimen
Minat (B)
Metode Mengajar (A)
Tinggi (B1)
Sedang (B2) Rendah (B3)
38,9
30,0
17
Metode ceramah dan
tanya jawab(A1)
Metode GI dilengkapi
LKS (A2)
36,7
35,8
19,2
Metode GI dilengkapi
Modul (A3)
45,0
37,9
21,2
Berdasarkan perbedaan rata-rata nilai minat pada tabel 4.15, dapat
commit
to user
disimpulkan bahwa siswa yang
memiliki
minat tinggi meraih prestasi belajar
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki minat sedang dan rendah pada
pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik. Minat siswa pada
penelitian ini meliputi kecenderungan siswa terhadap proses pembelajaran
kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik yang disertai
dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan mengikuti setiap
proses pembelajaran. Jika siswa memiliki minat terhadap subyek tertentu
maka akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi minat-minat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara
menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah
diketahui kebanyakan siswa (Syah, 2011: 152).
Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik berisi pemahaman konsep
dan penerapannya dalam berbagai tipe soal, maka siswa dituntut untuk belajar
dan berlatih lebih giat jika ingin menguasai materi Struktur Atom dan Sistem
Periodik terutama meningkatkan minat belajar. Kondisi inilah yang mampu
mengubah sikap belajar siswa dalam mempelajari materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik. Siswa dengan minat belajar tinggi akan merasa senang
dalam mempelajari Periodik dan berlatih mengerjakan soal-soal tentang
materi Struktur Atom dan Sistem karena dengan adanya minat yang tinggi
pada diri siswa maka akan diikuti dengan perasaan senang, adanya perhatian,
dan keaktifan mengikuti setiap proses pembelajaran, sementara siswa yang
memiliki minat sedang dan rendah akan enggan belajar, enggan mengerjakan
soal-soal dan tugas, enggan bertanya jika kurang atau belum memahami
materi yang sedang dipelajari, kurang berpartisipasi dalam proses diskusi dan
juga merasa kurang nyaman dalam proses pembelajaran. Ia tidak seaktif siswa
dengan minat tinggi. Kaitan minat belajar dengan penguasaan materi Struktur
Atom dan Sistem Periodik tersebut dapat menjelaskan bagaimana minat
belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa.
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava dua jalan
dengan sel tak sama menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa, sehingga
tidak diperlukan uji lanjut pasca anava/ komparasi ganda.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
GI dilengkapi Modul lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan
metode GI dilengkapi LKS dan metode ceramah. Untuk minat belajar siswa,
semakin tinggi minat siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang
dicapai. Sehingga apapun metode pembelajaran yang digunakan, siswa dengan
minat tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari siswa dengan
minat sedang dan rendah. Sebaliknya, seberapapun minat siswa, baik tinggi,
sedang maupun rendah, saat dikenai metode pembelajarn GI dilengkapi modul
akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai
metode pembelajaran GI dilengkapi LKS dan metode ceramah. Dapat
disimpulkan bahwa apapun minat siswa baik tinggi, sedang maupun rendah,
siswa yang diajar metode kooperatif GI dilengkapi Modul memiliki prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode GI
dilengkapi LKS dan metode ceramah. Secara mandiri, minat belajar siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tetapi setelah berinteraksi dengan
metode pembelajaran yang digunakan, minat siswa tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan minat
terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik
dapat dikarenakan adanya faktor lain, selain minat sebagai faktor psikologis.
Faktor lain tersebut yaitu:
a. Faktor Internal
1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar,
seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan,
commit
gangguan pendengaran
dan to
lainuser
sebagainya sangat mempengaruhi
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya yang disajikan di kelas.
2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Faktor
yang
termasuk
aspek
psikologis
yang
dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa,
yaitu tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, dan motivasi
siswa.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf
administrasi dan teman-teman sekelasnya, yang dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
2) Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.
(Syah, 2011: 145-152)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6
Surakarta tahun pelajaran 2012/2013, yaitu prestasi belajar siswa pada kelas
yang menerapkan metode GI dilengkapi modul lebih baik daripada kelas yang
menerapkan metode GI dilengkapi LKS dan kelas kontrol yang menerapkan
metode ceramah dan tanya jawab dengan prestasi kognitif berturut-turut
35,361; 31,117 dan 27,266.
2. Terdapat pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun
pelajaran 2012/2013, yaitu siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang
dan minat rendah dengan dengan prestasi kognitif berturut-turut 40,00; 34,92
dan 18,75.
3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik
kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan
antara lain :
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pada penelitian
selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta
commit to user
98
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
a. Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif GI dilengkapi Modul
lebih baik daripada kelas yang menerapkan metode pembelajaran GI
dilengkapi LKS dan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan
tanya jawab pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik sehingga
pembelajaran kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik
sebaiknya disajikan dengan metode Group Investigation (GI) yang
dilengkapi dengan modul.
b. Pada pembelajaran kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem
periodik perlu memberikan perhatian pada minat siswa, karena siswa
dengan minat tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa dengan minat sedang dan rendah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar pelaksanaan metode pembelajaran GI dapat berjalan baik dan sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan, maka guru perlu merancang media
pembelajaran dengan baik, menyiapkan materi yang akan diajarkan dengan
baik, dan membagi kelompok secara heterogen agar terjadi interaksi positif
antar anggota kelompok dalam rangka penginvestigasian.
2. Pada pembelajaran materi pokok struktur atom dan sistem periodik siswa
hendaknya dirangsang untuk menumbuhkan minat belajarnya dengan
memberikan suatu rangsangan untuk melakukan investigasi terhadap materi
secara berkelompok tersebut dan dilengkapi dengan media LKS atau modul
sehingga akan membantu dalam proses penemuan pengetahuan. Dengan
adanya minat siswa maka siswa akan cenderung memperhatikan dan
mengikuti pelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasinya.
commit to user
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor internal lain yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode
GI yang dilengkapi media terhadap prestasi belajar siswa, misalnya rasa ingin
tahu, sikap ilmiah dan motivasi berprestasi siswa.
commit to user
Download