perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : LINA BUDI CAHYARINI K3308040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Lina Budi Cahyarini NIM : K3308040 Jurusan/Program Studi : P.MIPA/Pendidikan Kimia menyatakan bahwa PEMBELAJARAN skripsi GROUP saya berjudul “PENGARUH INVESTIGATION (GI) METODE DAN MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan, Lina Budi Cahyarini commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : LINA BUDI CAHYARINI K3308040 Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Nopember 2012 Pembimbing I Pembimbing II Sri Yamtinah S.Pd, M.Pd NIP. 19691204 200501 2 001 Dra. Tri Redjeki, M.S NIP. 19510601 197603 2 004 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan Ketua ……………. : Drs. Js. Sukardjo, M.Si …………….. Sekretaris : Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si …………….. Anggota I : Sri Yamtinah S.Pd, M.Pd ……………… Anggota II : Dra. Tri Redjeki, M.S Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Lina Budi Cahyarini. PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK KELAS XI SMAN 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, (2) Pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, (3) Interaksi pembelajaran metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian faktorial design 3x3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/ 2013 sebanyak 3 kelas. Sampel terdiri dari 3 kelas yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol (Metode ceramah dan tanya jawab), kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen 1 (Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS) dan kelas XI IPA 3 eksperimen 2 (Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul) yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes sedangkan minat siswa menggunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel 3x3, dilanjutkan uji komparasi ganda metode scheffe untuk perngaruh metode pembelajaran dan minat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013, yaitu prestasi belajar siswa pada kelas yang menerapkan metode GI dilengkapi modul lebih baik daripada kelas yang menerapkan metode GI dilengkapi LKS dan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan tanya jawab dengan prestasi kognitif berturut-turut 35,361; 31,117 dan 27,266. (2) Terdapat pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013, yaitu siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan minat rendah dengan prestasi kognitif berturut-turut 40,00; 34,92 dan 18,75. (3) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Kata Kunci: Group Investigation (GI), media LKS dan Modul, Minat, Prestasi Belajar, Struktur Atom dan Sistem Periodik. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Lina Budi Cahyarini. THE INFLUENCE OF GROUP INVESTIGATION (GI) LEARNING METHOD AND INTEREST TO STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN ATOMIC STRUCTURE AND PERIODIC SYSTEM FOR XI SCIENCE GRADE SMAN 6 SURAKARTA 2012/2013. Minor Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, December 2012. The purpose of this research is to find out: (1) The influence of learning method to student learning achievement. (2) The influence of interest to student learning achievement. (3) Interaction between learning method with interest to student learning achievement. The research is an experimental research using factorial 3x3 design. The population were students in class XI Science class SMA Negeri 6 Surakarta 2012/2013 that consist 3 classes with 28 average students. Sampling method using cluster random sampling technique. The sample class are XI science 1 as a control class (lecture method), XI science 2 as experimental class 1 (Group Investigation (GI) method with Worksheet) and XI science 3 as experimental class 2 (Group Investigation (GI) method with Module) Kognitif students’ achievement were evaluated by objective test method and the Interest of study was evaluated by questioner method. The analysis technique used ANAVA two ways wit 3x3 cell and Scheffe trial for influence of learning method and interest. Based on the result of research can be concluded that: (1) There are an influence of learning method to student learning achievement in atomic structure and periodic system for XI science grade of SMAN 6 Surakarta 2012/2013, from student in class that have been teached using GI method with module is better than class that have been teached using GI method with worksheet and contol class that have been teached using lecture method, with cognitive achievement 35,361; 31,117 and 27,266. (2) There are an influence of interest to student learning achievement in atomic structure and periodic system for XI science grade of SMAN 6 Surakarta 2012/2013, from student that have high interest of study is better than student that have medium and low interest of study, with cognitive achievement 40,00; 34,92 and 18,75. (3) There are no interaction between learning method with interest to student learning achievement in atomic structure and periodic system for XI science grade of SMAN 6 Surakarta 2012/2013. Keyword: Group Investigation, worksheet and module, interest of study, student achievement,atomic structure and periodic system. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah sendiri keadaannya” (Ar Ra’d : 11) “Cara Terbaik meramalkan masa depanmu adalah dengan menciptakan masa depan itu sendiri” (Peter F Drucker) “Pengalaman adalah guru yang eksentrik. Ia akan memberikan ujian dulu baru pelajarannya” (John Rushkin) “Hidup bukan sekedar untuk bermimpi, tetapi mewujudkan mimpi itu” (Penulis) commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya tulisan ini penulis persembahkan kepada: Ibu dan Bapak atas doa dan kasih sayangnya. Adik - adikku tersayang. Ami, Annisa Dhini, Anita, dan Dian Pratiwi, Nur Rohmah. Sahabat - sahabatku di Pendidikan Kimia 2008. Almamater. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Sukarmin, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA UNS yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini. 3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Sri Yamtinah S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Dra. Tri Redjeki, M.S, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan masukan yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Elfi Susanti, VH, S.Si, M.Si, selaku pembimbing akademik atas petuah dan bimbingan yang sangat menguatkan penulis untuk bisa menyelesaikan studi sebaik mungkin. 7. Drs. Yusmar Setyobudi, MM. M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta yang telah memberi ijin untuk melaksanakan tryout instrumen dan penelitian. 8. Noor Sudarsini, S.Pd, selaku Guru Kimia SMA Negeri 6 Surakarta atas commit todalam user pelaksanakan penelitian. bimbingan, petunjuk, dan bantuannya x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9. Teman-teman pendidikan kimia angkatan 2008 atas bantuanya selama pelaksanaan penelitian. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi para pembaca. Surakarta, Desember 2012 Penulis commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... vi HALAMAN MOTTO ............................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... ix KATA PENGANTAR .............................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................. xii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ . xviii BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... . 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. . 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................. . 7 D. Perumusan Masalah .................................................................. . 8 E. Tujuan Penelitian ..................................................................... . 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................... . 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 10 A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .................... 10 1. Belajar ................................................................................ 10 2. Pembelajaran Kimia ........................................................... 17 3. Metode Pembelajaran ......................................................... 19 4. Pembelajaran Kooperatif .................................................... 21 5. Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) commit to user 6. Prestasi Belajar ................................................................... 28 xii 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Minat Belajar ...................................................................... 37 8. Modul ................................................................................. 39 9. LKS .................................................................................... 42 10. Struktur Atom dan Sistem Periodik .................................. 46 B. Kerangka Berpikir .................................................................. 54 C. Hipotesis ................................................................................. 57 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 58 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 58 1. Tempat Penelitian ............................................................... 58 2. Waktu Penelitian ................................................................ 58 B. Rancangan / Desain Penelitian ............................................... 57 1. Variabel Penelitian .............................................................. 60 a. Variabel bebas ................................................................. 60 b. Variabel Terikat .............................................................. 63 2. Prosedur Penelitian.............................................................. 64 C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............ 65 1. Penetapan Populasi Penelitian............................................. 65 2. Teknik Pengambilan Sampel............................................... 65 D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 66 1. Metode Tes ......................................................................... 66 2. Metode Angket ................................................................... 66 3. Metode Dokumentasi .......................................................... 67 F. Instrumen Penelitian ................................................................ 67 1. Instrumen Pembelajaran ....................................................... 67 a. Silabus ............................................................................. 67 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................... 68 c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................... 68 2. Instrumen Penilaian ............................................................. 68 a. Instrumen Penilaian Kognitif .......................................... 68 1) Uji Validitas ................................................................ to user 2) Uji Reliabilitascommit ............................................................ 68 xiii 70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Uji Taraf Kesukaran Soal ........................................... 71 4) Uji Daya Pembeda Soal .............................................. 72 b. Instrumen Penilaian Minat .............................................. 72 1) Uji Validitas ................................................................ 73 2) Uji Reliabilitas ............................................................ 74 G. Teknik Analisis Data .............................................................. 75 1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................ 75 a. Uji Normalitas ............................................................... 75 b. Uji Homogenitas ........................................................... 75 2. Uji Hipotesis ..................................................................... 76 3. Uji Komparasi Ganda (Metode Scheffe) ........................... 76 BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 77 A. Pengujian Instrumen ............................................................... 77 B. Deskripsi Data ........................................................................ 78 C. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................. 81 D. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 84 E. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................. 88 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 95 A. Simpulan ................................................................................ 98 B. Implikasi ................................................................................. 98 C. Saran ....................................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 97 LAMPIRAN .............................................................................................. 100 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Jumlah Elektron Maksimum pada Tiap Kulit Atom..................... 2.2 Subkulit-subkulit yang diijinkan pada kulit K sampai dengan N.. 49 2.3 Hubungan Kulit dengan Jumlah Orbital...…………………........ 49 3.1 Jadwal Penelitian……………….............…………………......... 58 3.2 Rancangan Penelitian…………………….................................... 59 3.3 Aspek Dasar dan Indikator Minat .............................................. 62 3.4 Kategorisasi Data dengan Tiga Jenjang……...........…………..... 63 3.5 Skor Penilaian Minat ……......………………………...………. 73 3.6 Kategori Minat Siswa ………........………………………...….. 73 3.7 Rangkuman Anava Dua Jalan ...……………………… .............. 76 4.1 Rangkuman hasil uji validitas soal aspek kognitif...................... 77 4.2 Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif.…. 77 4.3 Rangkuman Hasil Taraf Kesukaran Soal........………………...... 77 4.4 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal......…....................... 78 4.5 Rangkuman Hasil Validitas Isi Tryout Minat..................…........ 78 4.6 Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Minat.......... 78 4.7 Rangkuman Distribusi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan 48 Sistem Periodik...……….......................................................................... 79 4.8 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian.......................................... 80 4.9 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik ................... 4.10 Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok..................................................................................... 4.11 81 83 Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar ..................................................……................................ commit to user xv 84 perpustakaan.uns.ac.id 4.12 Rangkuman digilib.uns.ac.id ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif..............................................…………............................ 85 4.13 Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Pertama......................................................................................... 4.14 Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Pertama …………………............................................................. 4.15 86 87 Selisih Nilai Pretes-Posttest Berdasarkan Minat Pada Ketiga Kelas Eksperimen......................................................................... commit to user xvi 94 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Tiga Level Ilmu Kimia........................................................ 19 2.2 Bentuk orbital s ................................................................... 50 2.3 Kontur dan orientasi dari ketiga orbital 2p.......................... 50 2.4 Bentuk dan susunan dari kelima orbital d............................ 51 4.1 Histogram Perbandingan Nilai Minat Belajar Siswa pada Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik ............... 4.2 80 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik.................................................................................... commit to user xvii 80 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian Halaman a. Silabus...................................................................................... 104 b. RPP Metode Ceramah dan Tanya Jawab................................. 107 c. RPP Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS ........ 128 d. RPP Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul...... 149 e. Media LKS.............................................................................. 170 f. Media Modul........................................................................... 206 g. Lembar diskusi Group Investigation (GI).............................. 261 h. Pedoman Penskoran Penilaian Aspek Minat........................... 279 i. Kisi Angket Minat.................................................................. 281 j. Angket Minat.......................................................................... 285 k. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Pretest ........................................ 288 l. Soal Kognitif Pretest ............................................................. 307 m. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Postest......................................... 314 n. Soal Kognitif Postest.............................................................. 332 2. Analisis Instrumen a. Validasi Media Pembelajaran oleh Ahli Materi....................... 339 b. Validasi Media Pembelajaran oleh Ahli Materi...................... 342 c. Perhitungan Validitas Isi Aspek Minat dengan Formula Gregory................................................................................... 346 d. Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Pretest dengan Formula Gregory..................................................................... 348 e. Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Postest dengan Formula Gregory..................................................................... 350 f. Hasil Tryout Angket Minat...................................................... 352 g. Hasil Tryout Tes Kognitif Pretest............................................ 353 h. Hasil Tryout Tes Kognitif Postest........................................... 357 3. Data Penelitian commit to user a. Data Induk Penelitian............................................................... xviii 361 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Distribusi Frekuensi Data Nilai Kognitif Siswa...................... 364 c. Distribusi Frekuensi Data Nilai Minat Siswa.......................... 368 4. Uji Prasyarat a. Uji Kesamaan Rata-rata ......................................................... 371 b. Uji Normalitas ……...…………………................................ 372 c. Uji Homogenitas ……..………………………...................... 374 5. Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis............................................................................ 375 b. Uji Lanjut Pasca Anava............................................................ 377 6. Dokumentasi a. Pembelajaran Kelas Kontrol................................................... 379 b. Pembelajaran Kelas Eksperimen............................................ 380 c. Pembelajaran Kelas Eksperimen............................................ 381 7. Perijinan 8. Jurnal commit to user xix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal ini disertai dengan adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Diantara upaya tersebut adalah memperbaiki kurikulum, metode pembelajaran, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku pada saat ini dikembangkan berdasarkan pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/ madrasah dengan prisip-prinsip sebagai berikut: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkunganya, beragam dan terpadu (Ahmadi, dkk., 2011: 64). KTSP sebagai suatu konsep dan sekaligus sebuah program yang memiliki karakteristik: 1) KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah. 2) Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 3) Guru harus mandiri dan kreatif. 4) Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran (Mulyasa, 2007:29-39). Dengan penggunaan kurikulum ini, maka sekolah diberikan kewenangan secara penuh dalam pengelolaan dan pelaksanaan kurikulumnya masing-masing sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah, siswa serta guru. Guru sebagai tenaga pendidik di sekolah dituntut untuk berperan menjadi seseorang yang menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Pendidik harus bisa memilih metode maupun model pembelajaran yang tepat pada materi yang diajarkan serta karakteristik peserta didiknya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kimia adalah user salah satu mata pelajaran yangcommit ada dito kurikulum SMA. Kimia merupakan 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id merupakan salah satu cabang sains/IPA yang berisi pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil penelitian yang dilakukan para ahli. Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari–hari, namun tidak sedikit orang yang menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini disebabkan kimia erat hubungannya dengan ide–ide membutuhkan penalaran ilmiah, atau konsep–konsep abstrak yang sehingga belajar kimia merupakan kegiatan mental yang membutuhkan penalaran tinggi. Untuk itu, maka dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan agar kualitas pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan (BSNP, 2005) Sebagai usaha mengoptimalkan proses belajar mengajar agar dapat berhasil dengan baik, maka guru diharapkan dapat memberikan suatu rangsangan agar siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena aktivitas yang dilakukan setiap siswa dalam mengikuti pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar. Untuk itu, maka para guru kimia hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai alat indera. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah materi pelajaran yang disajikan. Berita yang dikutip dari Koran Kompas (3/3/2011) halaman 12 pada kolom “Pendidikan & Kebudayaan”, berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di New York pada Senin, 1/3/2011, indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Peringkat ini mengalami penurunan dari tahun 2010 yang menempati urutan 65. Hal ini berkebalikan dengan Nilai Ujian Nasional siswa SMA di Indonesia. Dibandingkan angka kelulusan tahun 2009/2010, pada tahun 2010/2011 ada kenaikan tingkat kelulusan sebesar 0,18 persen, yaitu dari 99,04 persen menjadi 99,22 persen. Hal ini dibuktikan dengan tingginya nilai UN pelajaran kimia siswa pada tahun 2010. Sebanyak 3686 siswa mendapat nilai pada rentang 0,01- 4,24 yang menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak mencapai batas tuntas pada waktu itu yakni 4,25. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id Kesulitan tersebut juga dialami oleh siswa kelas XI yang baru saja masuk ke program Ilmu Alam yang salah satu mata pelajaran wajibnya adalah kimia. Struktur Atom dan Sistem Periodik adalah merupakan materi awal yang diajarkan pada siswa kelas XI SMA. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 6 Surakarta, tingkat ketuntasan serta nilai rata-rata pada materi ini cukup rendah yakni sekitar 48% dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71. Terdapat banyak permasalahan yang menyebabkan rendahnya ketuntasan belajar siswa diantaranya adalah penggunaan metode ceramah yang masih sangat dominan sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa, kurangnya keaktifan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, kurangnya minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran kimia, kurangnya penggunaan media pembelajaran pada pelajaran kimia karena sarana dan prasarana sekolah yang masih terbatas, siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep materi kimia khususnya Struktur Atom dan Sistem Periodik. Dari beberapa permasalahan yang terjadi, dapat dimungkinkan bahwa salah satu hal yang menyebabkan rendahnya ketuntasan siswa pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik berasal dari faktor eksternal yaitu masih dominannya penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan sumber belajar hanya berasal dari guru (teacher centered learning). Dalam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan proses belajar gotong-royong atau belajar kelompok. Maka pada setiap pengajaran hendaknya guru sanggup menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama di antara murid-murid dalam menerima pelajaran, agar pelajaran itu lebih efektif dan efisien. Salah satu bentuk inovasi pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson dan Johnson (Isjoni, 2011: 23), Cooperative Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun kelompok. Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation (GI). commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Group Investigation (GI) merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode GI menghendaki siswa bekerjasama saling bantu dalam kelompok dan memilih topik-topik yang akan dipelajari. Kemudian tiap-tiap kelompok mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan kelas (Slavin, 2008: 16). Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI) karena terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah sesuai dengan karakteristik materi yang membutuhkan penyelidikan yang mendalam terhadap materi Struktur Atom dan Sistem Periodik karena berisi pemahaman konsep dan penerapannya dalam berbagai tipe soal. Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi, dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Metode ini memungkinkan guru bersama peserta didik bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar. Siswa juga semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan penyelidikan. Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi, karena jika tidak sesuai tidak membantu siswa dalam memahami materi tersebut akan tetapi dapat menghambat penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Metode ini juga perlu dilengkapi dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Pada penelitian ini digunakan LKS dan modul. LKS dapat berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas, di laboratorium, atau di lapangan yang memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah: siswa lebih aktif belajar memacu kreatifitas, memberikan kesempatan user kepada siswa untuk belajar commit sesuai tokemampuannya serta menumbuhkan 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keingintahuan siswa. Dalam penelitian ini, LKS berisi rangkuman materi yang dilengkapi dengan soal-soal yang membantu siswa dalam memahami materi Struktur atom dan Sistem Periodik yang berisikan konsep-konsep yang membutuhkan pemahaman siswa secara teoritik. Sedangkan Modul kimia dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Dengan media modul, siswa yang mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Metode dan media pembelajaran yang efektif adalah metode yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia. Dengan penggunaan metode kooperatif berbantuan media LKS dan modul diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran yang ada karena siswa dibiasakan untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan berinteraksi satu sama lain dalam sebuah kelompok kecil dan dengan guru. Dalam kelompok-kelompok kecil tersebut siswa dapat bekerjasama satu sama lain dalam memecahkan masalah atau tugas yang diberikan. Dalam kelompok tersebut, semua siswa memiliki keinginan agar semua anggota kelompok memiliki pemahaman yang sama mengenai materi tersebut karena mereka bergantung satu sama lain untuk mencapai hasil yang diinginkan bersama. Dalam proses pembelajaran kimia, faktor internal juga harus diperhatikan. Salah satu bagian dari faktor tersebut adalah minat. Dengan adanya minat, maka siswa akan dengan senang hati memperhatikan terus-menerus materi kimia dan mengekspresikannya melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat siswa terhadap materi Struktur Atom dan Sistem Periodik dengan dilengkapi media modul dan LKS akan sangat diperlukan dalam melakukan penginvestigasian terhadap permasalahan yang membutuhkan interaksi antar anggota kelompok berdasarkan pemahamannya masing-masing sehingga dapat menemukan jawaban user perhatian yang intensif terhadap atas permasalahan yang diajukan. commit Dengantoadanya 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id materi tersebut memungkinkan siswa menjadi belajar lebih giat, dan akhirnya mendapatkan suatu penilaian prestasi yang diinginkan. Prestasi belajar yang dimaksud dapat diukur dengan mengacu pada ranah kognitif. Dalam penilaian prestasi belajar, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerjasama dengan metode pembelajaran kooperatif. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi (Lie, 2011: 88). Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa kelas XI pada pelajaran kimia, khususnya penerapan metode pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dilengkapi LKS dan Modul serta minat siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan bekerja kelompok dalam rangka penyelidikan suatu masalah atau materi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Belum semua guru menerapkan skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP) yang berorientasi pada siswa (student centered). 2. Kurang bervariasinya metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran Kimia, seperti metode kooperatif Group Investigation (GI), Jigsaw, Teams Games Tournaments (TGT), dan sebagainya. 3. Masih dominannya metode ceramah yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia. 4. Minat siswa pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik yang rendah sehingga keaktifan siswa di dalam kelas rendah karena secara umum siswa beranggapan bahwa pelajaran kimia sulit dan membosankan. 5. Kurangnya penggunaan media pada pembelajaran kimia karena sarana dan prasarana sekolah yang masih commit terbatas.to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 6. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep kimia. 7. Rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik yang ditunjukkan dengan masih banyak siswa yang belum mencapai (Kriteria Ketuntasan Minimal) KKM yang ditentukan. 8. Media Modul dan LKS masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga perlu dibuktikan ada tidaknya perbedaan penggunaan kedua media tersebut terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada kurang bervariasinya metode pembelajaran dan media yang digunakan dalam pembelajaran kimia serta terdapatnya perbedaan minat siswa terhadap pembelajaran kimia, khususnya pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik sehingga masalah tersebut perlu dipecahkan dengan : 1. Metode Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). 2. Media Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan metode GI yaitu: a. Kelas eksperimen 1 menggunakan media LKS yang berisikan rangkuman materi serta soal-soal untuk membantu siswa dalam memahami konsepkonsep pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik. b. Kelas eksperimen 2 menggunakan media Modul yang merupakan paket belajar mandiri yang dirancang dan direncanakan secara sistematis meliputi serangkaian pengalaman belajar guna membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar kimia commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Materi Materi dibatasi pada kompetensi dasar menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik. 4. Prestasi Prestasi pada penelitian ini adalah prestasi belajar kognitif siswa yang berasal dari selisih nilai rata-rata pretest-posttest. 5. Kontrol Pada penelitian ini terdapat kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran ceramah dilengkapi tanya jawab. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik? 2. Adakah pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik? 3. Adakah interaksi metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. 2. Pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. 3. Interaksi metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk : 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan konstribusi pengembangan dan pemikiran baru bagi dunia pendidikan dalam rangka pengembangan pembelajaran inovatif khususnya metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). b. Memberi pengetahuan lebih kepada guru tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang dilengkapi media. c. Sebagai pembanding terhadap hasil-hasil penelitian pendidikan baik yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan. 2. Praktis a. Memberikan masukan pada guru bidang studi kimia tentang penggunaan metode Pembelajaran Group Investigation (GI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. b. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran di sekolah. c. Memberikan sumbangan dalam peningkatan kemampuan sumber daya manusia dimasa yang akan datang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Belajar Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya itu termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Belajar merupakan kegiatan fundamental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mengembangkan dirinya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Mengingat pentingnya belajar, para ahli berusaha merumuskan pengertian belajar. a. Pengertian Belajar Beberapa pengertian belajar menurut para ahli antara lain: 1) Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2) Sudjana (2009: 28) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan user aspek-aspek lain yang commit ada padatoindividu. 10 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Edward Lee Thorndike dalam Suprijono (2009: 20) mengemukakan belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons. 4) Hamalik (2002: 154) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. 5) Suparno (2001: 2) berpendapat bahwa dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Dari berbagai pendapat tentang belajar di atas dapat dideskripsikan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu sebagai upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari hasil pengalaman maupun adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan–tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Brunner dalam Suparno, A (2001) memandang peristiwa belajar dalam diri seseorang sebagai suatu proses yang melibatkan tiga aspek, yaitu: 1) Proses mendapatkan informasi baru dimana sering kali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. 2) Proses transformasi, yaitu proses manipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. 3) Proses evaluasi, yaitu mengecek apakah cara kita mengolah informasi telah memadai (hlm. 83). commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Prinsip Belajar Suprijono (2009: 4-5) mengemukakan prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal, yaitu: 1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari, b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya, c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, d) Positif atau berakumulasi, e) Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, f) Permanen atau tetap, g) Bertujuan dan terarah, h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2) belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. 3) belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. c. Teori Belajar Beberapa teori belajar menurut beberapa ahli antara lain: 1) Teori Belajar Kognitif Teori Belajar Kognitif menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut : a) Teori Perkembangan Piaget Menurut Piaget (Uno, 2006: 10-11), proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang). commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (1) Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. (2) Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru. (3) Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa (Uno, 2006: 11). Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu: (1) Tahap Sensori Motor Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. (2) Tahap Pra-operasional Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. (3) Tahap Operasional Konkret Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran). (4) Tahap Operasional Formal Pada tahap operasional formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif seorang tidak mesti menggunakan benda to user nyata. Pada commit tahap ini, kemampuan menalar secara abstrak 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seorang mampu mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama. b) Teori Belajar Penemuan Bruner Bruner mengusulkan teorinya yang disebut Free discovery Learning (Uno, 2006: 12). Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang dapat ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu sebagai berikut, (1) Tahap Enaktif Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersebut direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk-bentuk benda nyata. (2) Tahap Ikonik Suatu tahap pembelajaran ketika materi pelajaran yang bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. (3) Tahap Simbolik Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning). commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c) Teori Belajar bermakna Ausubel Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan, dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Bagi ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. d) Teori Perkembangan Vygotsky Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Sumbangan paling penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensial didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung commit to user Bantuan tersebut dapat berupa jawab saat mereka mampu. 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakantindakan lain yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri (Suprijono, 2009: 39-40). 2) Teori Belajar Konstruktivisme Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi adalah proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya mengonstruksikan makna dan mengembangkan pikiran, namun juga memperdalam proses-proses pemaknaan tersebut melalui pengekspresian ide-ide (Suprijono, 2009: 39-40). a) Piaget Melalui perspektif Piaget, pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pegalaman baru (Dahar, 2011: 152). Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, individu membangun pengetahuannya sendiri dan banyak memperoleh pengetahuannya di luar sekolah. Oleh karena itu, setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pandangan konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari guru ke siswa, namun secara aktif dibangun sendiri melalui pengalaman nyata, sehingga peran guru hanya sebagai pendiagnosa dan fasilitator. b) Vygotsky Menurut Vygotsky, faktor-faktor sosial penting dalam belajar. Selama belajar, terdapat saling pengaruh antara bahasa dan tindakan dalam kondisi sosial (Dahar, 2011: 152). Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan commit to user efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi bergerak antara inter-psikologi (interpsychological) melalui interaksi sosial dan intrapsikologi (intrapsychological) dalam benaknya. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya. 2. Pembelajaran Kimia Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 17) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan/ atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan/ atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu user langkah-langkah atau tahapan program pendidikan. Proses commit kegiatanto adalah 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran (Isjoni, 2011: 14). Sagala (2011) membagi pembelajaran menjadi dua karakteristik sebagai berikut: 1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. 2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (hlm. 61). Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA. Oleh karena itu, maka kimia mempunyai karakteristik sama sengan IPA. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif ). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia dan tidak mungkin dipisahkan yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (Mulyasa, 2007). Ilmu kimia merupakan pokok bahasan yang memiliki banyak konsep abstrak yang secara keseluruhan tidak dikenal oleh siswa. Pembelajaran kimia diutamakan pada konsep abstrak mengenai teori atom dari materi yan dapat digambarkan pada konsep abstrak mengenai teori atom dari materi yang dapat digambarkan pada berbagai level representasi. Secara khusus, ilmu kimia terdiri dari 3 level yang saling berkaitan satu sama lain yaitu commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Makroskopis : materi kimia yang riil dapat dilihat, disentuh, dan dibau yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 2) Submikroskopis : materi kimia yang riil namun tidak dapat dilihat, berkaitan dengan atom, ion, molekul, dan struktur. 3) Simbolik : Materi kimia yang digambarkan dalam bentuk model, simbol, rumus, persamaan, molaritas, tabel, grafik, gambar dan komputasi. Ketiga level ilmu kimia dapat digambarkan sebagaik berikut: Makroskopis Submikroskopis Simbolik Gambar 2.1 Tiga Level Ilmu Kimia (Barke, 2009: 27-28) Ketiga level tersebut tidak dapat dipisahkan dalam suatu pembelajaran kimia karena dengan menghubungkan ketiga representasi ini dalam menjelaskan ilmu kimia akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman siswa yang tergambar dalam model mental individu mereka tentang fenomena kimia yang terjadi. 3. Metode Pembelajaran Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja dan direncanakan, dengan bimbingan guru, dan bantuan pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran yaitu yang sesuai bagaimana cara siswa mempelajarinya, dan melakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran menurut para ahli yaitu: 1) Sumantri (2001: 114) berpendapat metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benarbenar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. 2) Surahmad (1982) dalam Ahmadi, dkk (2011: 130) metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. 3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 65) mendefinisikan metode sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 4) Sudjana (2009: 76) berpendapat bahwa metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dari beberapa pendapat tersebut, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Penentuan Metode Pembelajaran Setiap kelemahanya metode pembelajaran sendiri-sendiri sehingga mempunyai perlu kelebihan diperhatikan dan dalam pemilihannya agar tepat digunakan dalam proses belajar-mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode tersebut ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Serta ada yang tepat untuk digunakan di dalam kelas commit to user atau di luar kelas. 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Metode pembelajaran yang masih banyak digunakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah metode ceramah yang sering menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut upaya yang perlu dilakukan adalah mengadakan inovasi dalam hal metode pembelajaran. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka seorang guru harus bisa untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut pembelajaran sangat dan kegiatan bergantung kepada pembelajaran. tujuan, Ada isi banyak proses metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Namun pada penelitian ini metode yang dapat diterapkan adalah metode pembelajaran kooperatif. 4. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009: 37). Seorang pakar pendidikan merumuskan definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai satu pendekatan mengajar di mana murid bekerjasama diantara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru. Teknik pembelajaran kooperatif sangat sesuai di dalam sebuah kelas yang berisi siswa-siswa yang mempunyai berbagai tingkat kecerdasan. Pembelajaran kooperatif memerlukan berbagai kemahiran sosial dalam penggunaan dan arahan yang penting untuk mengerjakan tugas secara kelompok (Isjoni, 2011: 2021). Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan commitPeserta to user didik berada dalam konteks dikonstruksi secara mutual. 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh R.A. Olatoye, A.A. Aderogba, dan E.M. Aanu (2011) dengan judul “Effect of Co-operative and Individualized Teaching Methods on Senior Secondary School Students‟ Achievement in Organic Chemistry” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memberikan dukungan empiris pada fakta bahwa kinerja siswa pada pelajaran kimia bisa sangat membaik jika digunakan metode pembelajaran kooperatif. Metode pengajaran kooperatif memfasilitasi pencapaian siswa pada pelajaran kimia lebih dari metode pengajaran individual dan metode mengajar lain yang dilakukan. b. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie dalam Sugiyanto (2009: 40) adalah 1) Saling ketergantungan positif Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan inilah yang disebut dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, peran, saling ketergantungan hadiah. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Akuntabilitas individual Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual disebut dengan akuntabilitas individual. 4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana diungkapkan Slavin (1995), yaitu : 1) Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuam kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. 2) Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. (Isjoni, 2011: 33-34) d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif memiliki banyak kelebihan. Selain kelebihan, juga terdapat kekurangan yang perlu diperhatikan. Menurut Sugiyanto (2009) kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah : 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara suatu hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Faktor dari luar, yaitu pelaksanaan tes yang terpusat (UN atau UASBN) sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk kegiatan tersebut saja. e. Prinsip Pembelajaran Kooperatif Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip, yaitu: 1) Adanya sumbangan dari ketua kelompok Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa commit to user dilakukan oleh anggota yang lain. 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Keheterogenan kelompok Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasan. 3) Ketergantungan pribadi yang positif Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya. 4) Ketrampilan bekerja sama Dalam proses bekerja sama perlu adanya keterampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang dibutuhkan di sini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok. 5) Otonomi kelompok Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok maka mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain. f. Pengelolaan kelas Pembelajaran Kooperatif Pengelolaan kelas model cooperative learning yang bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model Cooperative Learning, yakni: 1) Pengelompokan Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam dalam metode pembelajaran commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok Pembelajaran Cooperative Learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. 2) Semangat gotong royong Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang bisa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat sperti di bawah ini : a) Kesamaan Kelompok b) Identitas kelompok c) Sapaan dan sorak dalam kelompok 3) Penataan ruang kelas Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penataan ruang kelas, yaitu: a) Ukuran ruang kelas; b) Jumlah siswa; c) Tingkat kedewasaan siswa; d) Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa; e) Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lain; f) Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran Cooperative Learning; g) Pengalaman siswa dalam melaksanakan metode Pembelajaran Cooperative Learning. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id g. Pembagian Metode Pembelajaran Kooperatif Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain: 1) STAD (Student Teams Achievement Division); 2) TGT (Teams Games Tournament); 3) Jigsaw; 4) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition); 5) TAI (Team Assisted Individualization). 6) Group Investigation; 7) Learning Together; 8) Complex Instruction; 9) Structural Dyadic Methods (Slavin, 2008: 9-10). 5. Metode Kooperatif Group investigation (GI) Pada penelitian ini, metode kooperatif yang digunakan adalah metode kooperatif Group investigation (GI) yang memiliki akar filosofi, etnis, psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal diantara tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperatif di dalam kelas sebagai prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini. Rencana kelompok adalah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa (Slavin, 2005: 214). Group investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang commit tidak mendukung to user dialog interpersonal atau yang 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber penting bagi usaha siswa untuk belajar (Slavin, 2005: 215). a. Sintaks Metode Kooperatif Group investigation (GI) Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok menurut Robert E.Slavin (2005: 218-220) dapat dikemukakan sebagai berikut: Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. 1) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. 2) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. 3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. 4) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari pada tahap 1 di atas. Tahap 3: Melaksanakan investigasi 1) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan. Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir 1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. 2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka membuat presentasi mereka. 3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir 1) Presentasi dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. 2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secara aktif. 3) para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. Tahap 6: Evaluasi 1) Siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka. 2) Guru beserta siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. 3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif Group investigation (GI) Pada penerapannya dalam proses pembelajaran, metode kooperatif Group Investigation (GI) memiliki kelebihan dibandingan dengan metode pembelajaran yang lain, diantaranya adalah: commitsiswa to user 1) Metode ini mampu melatih untuk berpikir tingkat tinggi. 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. 3) Metode pembelajaran GI memungkinkan guru dan peserta didik secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4) Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan penemuan-penemuan. 5) Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai. Kelebihan Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) juga dibuktikan oleh Koҫ, Y., Doymuş, K., Karaҫöp A., & Şïmşek, U (2011) dengan penelitiannya yang berjudul “The Effect of Two Cooperative Learning Strategies on the Teaching and Learning of the Topics of Chemical Kinetics” dapat disimpulkan bahwa Metode pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) lebih berhasil daripada Jigsaw dan metode tradisional. Kelebihan metode Group Investigation dalam proses pembelajaran adalah dapat meningkatkan kreativitas dan kepercayaan siswa untuk pengelolaan bertanya kelas tidak dan mempresentasikan begitu rumit, siswa materi pelajaran, memperoleh dan meningkatkan kemampuan belajar mereka. Berdasarkan kelebihan dari metode Group Investigation maka pada penelitian ini digunakan metode ini karena memiliki kelebihan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan dilengkapi dengan media berupa modul dan LKS sehingga lebih memfokuskan siswa pada materi yang diselidiki (diinvestigasi). Kelemahan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) antara lain adalah : commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Metode GI sangat komplek, sehingga guru harus mendampingi siswa secara penuh agar mendapatkan hasil yang diinginkan. 2) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi serta siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. 3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. 6. Prestasi Belajar Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan dan dikerjakan). Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Menurut Sudjana (2006: 22) “Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya”. Hasil belajar yang dimaksudkan ini tidak lain adalah prestasi yang merupakan cermin keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. a. Pengelompokan Hasil Belajar Menurut Sudjana (2005: 22), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1) Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2005: 22). Enam aspek itu yaitu: a) Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan berupa fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui; b) Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari; c) Penerapan atau aplikasi, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru; d) Analisis, mencakup kemampuan untuk menerima suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik; e) Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan pola baru, bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru; f) Evaluasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasarkan suatu kriteria tertentu. 2) Ranah afektif Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada 5 tingkatan dalam ranah afektif ini, yaitu: a) Penerimaan, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam commitgejala, to user bentuk masalah, situasi, dan lain-lain; 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Respon atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar; c) Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus; d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pamantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya; e) Internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (Sudjana, 2005: 29-30). 3) Ranah Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Tingkatan ranah psikomotorik adalah: a) Persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan; b) Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatakan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan; c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan; d) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dialatih sepenuhnya tanpa memperlihatkan lagi contoh yang diberikan; e) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan keterampialan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien; f) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk commit to usermenyesuaikan pola gerak gerik mengadakan perubahan dan 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku; g) Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarasa dan inisiatif sendiri (Masidjo, 2010: 96-97). Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dari ketiga ranah ini, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran. b. Fungsi Prestasi Belajar Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai : 1) Indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan. 4) Indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan siswa. 5) Mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan kurikulum. c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Syah (2011), secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. 1) Faktor Internal Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni : commitsiswa. to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah : a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa. commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alatalat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. 3) Faktor Pendekatan Belajar Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya. Prestasi belajar merupakan suatu hasil dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas. Prestasi belajar ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu pengajaran. Proses belajar terjadi di dalam individu yang sedang belajar dan akan menghasilkan perubahan. Seberapa besar perubahan ini dapat diketahui dari prestasi belajar. (Syah, 2011: 145-152) 7. Minat Belajar Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.” Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat. a. Pengertian Minat Beberapa ahli merumuskan pengertian dari minat belajar sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id 38 digilib.uns.ac.id 1) Slameto (2010: 180) menyatakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. 2) Hilgrad dalam Slameto (2010: 57) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut „interest is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content.‟ Yang berarti bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 3) Syah (2011: 152) mendefinisikan bahwa minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat dideskripsikan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minatminat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Syah, 2011: 152). b. Indikator Minat Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat dirumuskan aspek dasar dari minat belajar yaitu kesenangan terhadap sesuatu, kemauan untuk aktif berbuat dan perhatian yang dapat dijabarkan menjadi indikator-indikator minat belajar sebagai berikut: 1) Mengungkapan perasaan terhadap pelajaran. 2) Ketertarikan terhadap sesuatu. 3) Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu. 4) Keinginan memperluas wawasan yang berhubungan dengan materi kimia. 5) Memperhatikan sesuatu dalam proses pembelajaran. 6) Menanggapi suatu peristiwa. 7) Bersikap peduli terhadap proses pembelajaran. 8. Modul Pada kurikulum saat ini (KTSP) penggunaan modul sebagai sebuah sistem pengajaran sangat diperlukan. Modul Kimia merupakan paket belajar mandiri yang dirancang dan direncanakan secara sistematis yang meliputi serangkaian pengalaman belajar guna membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar kimia. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai pedoman penggunaannya (Mulyasa, 2003: 98). a. Karakteristik Pembelajaran dengan Sistem Modul Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan to user yang jelas tentang commit apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. 2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus memenuhi syarat sebagai berikut : a) Memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; b) Memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan c) Memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. 3) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi. 4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. 5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. b. Komponen Modul Menurut Mulyasa (2003: 98) menyatakan bahwa pada umumnya modul terdiri dari beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut: 1) Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut. 2) Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. 3) Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut. 4) Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya. 5) Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. 6) Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul c. Langkah Pembelajaran Menggunakan Modul Tugas utama guru kimia dalam sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses pembelajaran dengan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut: 1) Persiapan, yaitu menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; 2) Pelaksanaan, yaitu proses interaksi antara guru dan siswa, yang diwujudkan siswa belajar sesuai dengan irama kecepatan dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 42 digilib.uns.ac.id kemampuannya, sedangkan guru membantu siswa yang kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas; 3) Evaluasi, yaitu berupa pelaksanaan penelitian terhadap setiap peserta didik sampai dengan penentuan siswa yang telah mencapai taraf belajar tuntas. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan materi tertentu yang disusun secara sistematis dan terdiri atas berbagai komponen. Modul kimia dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Dengan sistem modul, siswa yang mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaanpertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Dalam kaitan ini siswa dapat maju sesuai dengan irama dan kemampuan masingmasing siswa yang mengikuti alur pembelajaran kimia dan lebih banyak waktu untuk berinteraksi baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut penelitian dari Poay Hoon Lim, Suyin Gan, Michael Ian Hartley dan Michael Cloke dari Universitas Nottingham, penggunaan modul sebagai media dan alat evaluasi dalam pembelajaran membuktikan bahwa modul efektif untuk digunakan dalam memenuhi informasi yang lebih lengkap dan membantu peserta didik mengembangkan teori dan konsep yang diperoleh. Modul dapat mengembangkan pola pikir dan kemampuan komunikasi peserta didik. 9. Lembar Kerja Siswa Menurut Sadiman (2009: 93), Media LKS merupakan alat bantu yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran media LKS merupakan salah satu kelompok media cetak. Salah commit satu media LKS yang saat ini masih digunakan to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebagai pedoman guru dan siswa dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa adalah sebuah buku yang berisi tentang materi untuk memperkaya, memperdalam dan mengembangkan buku pokok. a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang terprogram. Dalam lembaran tersebut terdapat informasi dan instruksi dari guru kepada kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas belajar, baik melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai tujuan instruksional. LKS merupakan lembaran kertas yang menjadi sarana belajar yang harus dibaca, dipahami dan dikerjakan siswa dalam rangka melaksanakan instruksi guru yang tertera dalam LKS tersebut dalam usaha menemukan atau memahami suatu konsep atau teori (Depdiknas, 2003: 32). Berdasarkan pengertian LKS di atas, maka dapat disimpulkan bahwa LKS dapat berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas, di laboratorium, atau di lapangan. Sehingga LKS merupakan suatu sarana yang cukup penting untuk digunakan dalam proses belajar mengajar dan diharapkan dapat membantu siswa untuk dapat menemukan konsep yang sesuai. Suatu lembar kerja haruslah memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya: 1) susunan sistematis; 2) terarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran; 3) tegas, jelas, mudah dipahami siswa; 4) mengembangkan kreativitas siswa, dan 5) produknya dapat dinilai. commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Kegunaan, Fungsi dan Manfaat LKS Setelah memenuhi persyaratan, dalam proses belajar mengajar LKS dapat digunakan untuk : 1) Mengaktifkan siswa Dengan diberi LKS siswa diajak selalu aktif membaca, menulis dan berfikir atau berproses untuk dapat menemukan konsepkonsep yang dikehendaki guru agar dipahami siswa. 2) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran Dengan LKS guru akan dapat memperkirakan proses kegiatan belajar yang dikehendaki di dalam kelas. 3) Membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan proses LKS menuntut siswa untuk selalu berfikir baik secara individu atau kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan dalam LKS. Dalam hal ini siswa diajak berproses untuk mengembangkan ketrampilan mengamati, mengklasifikasi prediksi, menarik hipotesa dan menyampaikan kesimpulan. 4) Membantu siswa menambah informasi tentang konsep Dalam LKS biasanya terdapat konsep yang terpisah-pisah sehingga siswa akan berproses untuk menghubung-hubungkan untuk menjadi konsep baru yang lebih bermakna. Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan belajar mengajar, LKS dapat merupakan sarana untuk : 1) Menemukan konsep LKS berisi rangkaian kegiatan, eksperimen atau non eksperimen yang akan membawa siswa untuk menemukan konsepkonsep yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar. 2) Membuktikan konsep LKS biasanya berupa lembaran eksperimen yang bertujuan untuk membuktikan konsep yang sudah dipelajari siswa sebelumnya. commit to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS dalam pembelajaran : 1) Dalam LKS siswa akan mendapat uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. 2) Desain untuk LKS harus memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, dan kejelasan. 3) Empat langkah dalam pengembangan LKS adalah sebagai berikut: a) Penentuan tujuan instruksional; b) pengumpulan materi; c) penyusunan elemen, serta d) cek dan penyempurnaan. c. Kelebihan dan Kekurangan LKS Dalam penggunaan LKS sebagai media pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangannya. Beberapa kelebihan LKS antara lain: 1) Siswa lebih aktif belajar; 2) memacu kreatifitas siswa; 3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai kemampuannya; 4) guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai pengajar; 5) menumbuhkan keingintahuan siswa; 6) menciptakan kompetensi yang sehat antar siswa, dan 7) meringankan beban guru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ozmen dan Yildirim (2005) dalam jurnal yang berjudul “Effect of Work Sheets on Student‟s Success: Acids and Bases Sample” diperoleh kesimpulan bahwa LKS merupakan bahan ajar yang lebih efektif untuk membuat siswa aktif dalam kelas daripada bahan ajar metode tradisional. commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Disamping mempunyai kelebihan, LKS juga mempunyai kekurangan yaitu: 1) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam mengunakan LKS; 2) adanya siswa yang malas sehingga LKS tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya; 3) dengan ringkasan materi yang singkat terkadang menimbulkan miskonsepasi pada siswa. Dalam penelitian ini Lembar Kerja Siswa (LKS) berisikan rangkuman materi yang dilengkapi dengan soal-soal yang membantu siswa dalam memahami materi Struktur atom dan Sistem Periodik yang berisikan konsep-konsep yang membutuhkan pemahaman siswa secara teoritik. 10. Struktur Atom Dan Sistem Periodik a. Standar Kompetensi Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa. b. Kompetensi Dasar Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik. c. Materi 1) Struktur Atom Struktur atom menggambarkan kedudukan partikel-partikel penyusun atom (proton, netron, dan elektron). Kedudukan elektron di sekitar inti atom atau konfigurasi elektron di sekitar inti atom berpengaruh terhadap sifat fisis dan kimia atom yang bersangkutan. a) Perkembangan Teori Mekanika Kuantum Model atom Ernest Rutherford (1871-1937) tahun 1911 yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti kecil yang bermuatan commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id positif (tempat konsentrasi seluruh massa atom) dan dikelilingi oleh elektron pada permukaannya. Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum. Planck menyimpulkan bahwa atomatom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Menurut Max Planck, radiasi elektromagnet bersifat diskrit, terdiri atas paket-paket kecil (kuanta) atau partikel. Einstein mendukung gagasan Max Planck dan menamai partikel radiasi tersebut sebagi foton. Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Pada tahun 1913, Niels Bohr menggunakan teori kuantum untuk menjelaskan spektrum unsur. Bohr memilih hidrogen sebagai model untuk teorinya, hal ini mudah dimengerti karena hidrogen mempunyai atom yang paling sederhana (satu proton dan satu elektron). Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa elektron dalam atom hanya dapat beredar pada lintasan-lintasan dengan tingkat energi tertentu. Pada lintasan itu, elektron dapat beredar tanpa pemancaran atau penyerapan energi. Lintasan elektron tersebut berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu yang disebut sebagai kulit atom. Berdasarkan pengamatan, unsur-unsur dapat memancarkan spektrum garis dan tiap unsur mempunyai spektrum yang khas. Namun teori Bohr ini memiliki kelemahan, yaitu: (1) Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum elektronnya lebih dari satu. commit to user dari unsur yang jumlah 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (2) Tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus pada spektrum gas hidrogen. Kemudian pada tahun 1924, Louis de Broglie mengemukakan teorinya bahwa materi yang bergerak selalu disertai gelombang. Jadi, menurut Broglie partikel selain bersifat materi juga dapat bersifat gelombang. Werner Heisenberg (1927) membuktikan bahwa kedudukan partikel seperti elektron tidak dapat ditentukan dengan pasti pada saat yang sama. Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada tahun 1927, mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom. b. Bilangan-Bilangan Kuantum Menurut mekanika gelombang, setiap tingkat energi dalam atom diasosiasikan dengan satu atau lebih orbital. 1. Bilangan Kuantum Utama (n) Bilangan kuantum utama (n) menyatakan tingkat energi utama atau kulit atom. Tabel 2.1 Jumlah Elektron Maksimum pada Tiap Kulit Atom Nomor kulit Kulit n=1 n=2 n=3 n=4 K L M N Jumlah elektron maksimum (2n2) 2(1) 2 = 2 2(2) 2 = 8 2(3) 2 = 18 2(4) 2 = 32 2. Bilangan Kuantum Azimuth (l) Bilangan kuatum azimuth atau bilangan kuantum angular (ℓ) merupakan bilangan yang menyatakan besar commit to user momentum sudut elektron dan subkulit atom yang menentukan 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bentuk-bentuk orbital. Nilai-nilai untuk bilangan kuantum azimuth dikaitkan dengan nilai bilangan kuantum utamanya, yaitu semua bilangan bulat dari 0 sampai (n – 1). Tabel 2.2 Subkulit-subkulit yang diijinkan pada kulit K sampai dengan N Nomor Simbol Jumlah Harga ℓ kulit kulit subkulit 1 K 1 0 2 L 2 0 dan 1 3 M 3 0,1, dan 2 4 N 4 0,1,2, dan 3 3. Bilangan Kuantum Magnetik (ml atau m) Subkulit S s,p s,p,d s,p,d,f Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital khusus mana yang ditempati elektron pada subkulit. Nilai bilangan kuantum magnetik bergantung pada nilai kuantum azimuth, yaitu semua bilangan bulat mulai dari –l sampai dengan +l, termasuk 0. Tabel 2.3 Hubungan Kulit dengan Jumlah Orbital kulit K (n=1) L (n=2) M (n=3) N (n=4) Jumlah subkulit 1 (s) 2 (s,p) 3 (s,p,d) 4 (s,p,d,f) Orbital 0 0 (ℓ =0); -1,0,+1(ℓ =1) 0; -1,0,+1; -2,-1,0,+1,+2 0; -1,0,+1; -2,-1,0,+1,+2; -3,-2,-1,0,+1,+2,+3 Jumlah orbital 1 4 9 16 4. Bilangan Kuantum Spin (ms atau s) Sambil beredar mengitari inti, elektron juga berputar pada sumbunya. Gerak berputar pada sumbu ini disebut rotasi. Hanya ada dua kemungkinan arah rotasi elektron, yaitu searah atau berlawanan arah dengan jarum jam yaitu bilangan kuantum spin (s) dengan nilai s = + dan s = - . commit to user 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c) Bentuk dan orientasi Orbital Bentuk orbital bergantung pada bilangan kuantum azimuth (l), artinya orbital dengan bilangan kuantum azimuth yang sama akan mempunyai bentuk yang sama. Orbital 1s, 2s, dan 3s, sebagai contoh, mempunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran atau tingkat energinya berbeda. Kita akan segera membahas bentuk dan orientasi orbital s, p, dan d. (1) Orbital s Orbital yang paling sederhana. Subkulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan mempunyai ukuran yang berbeda tergantung harga bilangan kuantum n. Orbital 1s Orbital 2s Gambar 2.2 Bentuk orbital s (2) Orbital p Rapatan muatan elektron pada orbital 2p adalah nol pada inti, meningkat hingga mencapai maksimum di kedua sisi, kemudian menurun mendekati nol seiring dengan bertambahnya jarak dari inti. 2px 2py 2pz Gambar 2.3 Kontur dan orientasi dari ketiga orbital 2p commit to user 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (3) Orbital d dan f Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d, mulai terdapat pada kulit ketiga (n = 3). Setiap subkulit d terdiri atas 5 orbital sesuai dengan 5 harga m untuk l = 2, yaitu m= -2, -1, 0, +1, dan +2. Kelima orbital d itu dinamai sesuai dengan orientasinya, sebagai dx2-y2, dxy, dxz, dyz, dz2. Gambar 2.4 Bentuk dan susunan dari kelima orbital d Orbital-orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk dipaparkan, tetapi hal itu tidaklah merupakan masalah penting. Setiap subkulit f terdiri atas 7 orbital, sesuai dengan 7 harga m untuk l = 3. d) Konfigurasi Elektron Konfigurasi elektron menggambarkan distribusi elektron dalam orbital-orbital atom. Aturan-aturan Penulisan Konfigurasi Elektron: (1) Asas Aufbau Pengisian orbital selalu dimulai dari subkulit dengan tingkat energi yang lebih rendah kemudian ke tingkat energi yang lebih tinggi. Berdasarkan urutan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pengisian elektron pada subkulit adalah: 1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 4f (2) Asas Larangan Pauli Pada tahun 1926, Wolfgang Pauli mengemukakan bahwa tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (3) Kaidah Hund Jika terdapat orbital-orbital dengan energi yang sama, yaitu orbital dari satu subkulit, maka elektron akan menempati orbital itu sendiri-sendiri dengan spin yang sama (sejajar), kemudian baru berpasangan (spin berlawanan). e) Konfigurasi elektron Ion (1) Konfigurasi Ion Positif Ion tunggal yang bermuatan x+ terbentuk dari atom netralnya dengan melepas x elektron. Sc (Z = 21) : [Ar] 3d1 4s2 Sc3+: [Ne] 2s2 2p6 (= Konfigurasi elektron dari Ar) (2) Konfigurasi Ion Negatif Ion tunggal bermuatan x- terbentuk dari atom netralnya dengan menyerap x elektron. Cl (Z = 17) : [Ne] 3s2 3p5 Cl-: [Ne] 3s2 3p6 (jumlah elektron 18) f) Elektron Valensi Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk pembentukan ikatan kimia. Unsur-unsur golongan utama hanya menggunakan elektron kulit terluar untuk berikatan, yaitu elektron pada subkulit ns dn np (n = kulit terluar); sedangkan elektron valensi unsur transisi adalah elektron pada subkulit (n – 1)d dan ns. 2) Sistem Periodik Dengan perkembangannya pengetahuan tentang struktur atom, telah dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat unsur ditentukan oleh konfigurasi elektronnya, terutama oleh elektron valensi. commit to user 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a) Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik Konfigurasi elektron sangat erat hubungannya dengan sistem periodik unsur. Seperti telah kalian ketahui bahwa sifat-sifat unsur sangat tergantung pada jumlah elektron valensinya. Jika jumlah elektron luar yang mengisi orbital dalam subkulit sama dengan bilangan kuantum utama (n), maka atom unsur tersebut pasti terletak pada golongan yang sama (selain yang berbentuk ion). Sedangkan nilai n (bilangan kuantum utama) yang terbesar menunjuk nomor periode unsur tersebut dalam sistem periodik unsur. Untuk menentukan golongan unsur dalam sistem periodik berdasarkan konfigurasi elektron, perlu dilihat pada jenis dan jumlah elektron terluar yang menempati kulit yang sama. Misal konfigurasi elektron unsur K sebagai berikut: 19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 Nilai n terbesar adalah 4, maka K menempati periode 4. Karena elektron valensinya 1 pada subkulit 4s maka menempati golongan IA. b) Blok s, p, d, f Hubungan sistem periodik dengan konfigurasi elektron diringkaskan pada gambar di bawah ini. Kita dapat melihat urutan tingkat energi subkulit dengan bergerak dari kiri ke kanan sepanjang satu periode, kemudian meningkat ke periode berikutnya. Perhatikan bahwa pada periode kedua sampai keenam selalu dimulai dengan sub kulit ns dan ditutup dengan sub kulit np (n = nomor periode). Berdasarkan orbital yang ditempati oleh elektron terakhir dalam konfigurasi elektronnya, unsur-unsur dalam sistem periodik dikelompokkan ke dalam blok s, blok p, blok d, dan blok f. (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 3-14) commit to user 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Kerangka Berpikir Struktur Atom dan Sistem Periodik adalah merupakan materi awal yang diajarkan pada siswa kelas XI SMA. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 6 Surakarta, tingkat ketuntasan serta nilai rata-rata pada materi ini cukup rendah yakni sekitar 48% dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 6 Surakarta, dapat disimpulkan bahwa salah satu hal yang menyebabkan rendahnya ketuntasan siswa pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik adalah masih dominanya penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan sumber belajar hanya berasal dari guru (teacher centered learning). Dalam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia. Dalam pelaksanaannya penerapan metode pembelajaran perlu dilengkapi media pembelajaran untuk lebih memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol serta metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dengan dilengkapi modul dan LKS pada kelas eksperimen. Metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) merupakan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang membutuhkan penyelidikan yang mendalam terhadap materi Struktur Atom dan Sistem Periodik karena berisi pemahaman konsep dan penerapannya dalam berbagai tipe soal. Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi, dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Metode ini memungkinkan guru bersama peserta didik bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar. Siswa juga semakin tertantang dengan persoalancommit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan penyelidikan. Pemilihan media yang tepat dapat membuat siswa lebih cepat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul. Dengan media modul, siswa yang mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Media LKS membuat siswa dapat mengerjakan latihan-latihan soal yang mengacu pada ringkasan konsep materi yang dapat menumbuhkan penguatan dalam ingatan dan pemahaman siswa, akan tetapi media ini juga memiliki kelemahan karena dengan ringkasan materi yang singkat terkadang menimbulkan miskonsepasi pada siswa. Dengan adanya penerapan metode pembelajaran Group Investigation (GI) yang dilengkapi dengan media modul dan LKS dengan beberapa kelebihannya tersebut diharapkan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran kimia, faktor internal juga harus diperhatikan. Salah satu bagian dari faktor tersebut adalah minat. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minatminat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Dengan adanya minat terhadap pelajaran kimia maka diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan adanya perbedaan minat siswa dan penerapan metode pembelajaran maka terdapat kemungkinan akan terjadi interaksi diantara commit to user keduanya. Hal ini dikarenakan pembelajaran pada pokok bahasan Struktur Atom perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id dan Sistem Periodik dengan metode GI dilengkapi Modul maupun LKS dimungkinkan siswa yang memiliki minat tinggi memiliki prestasi belajar yang setara dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa dengan minat tinggi dapat aktif menyumbangkan ide dan gagasan dalam penginvestigasian materi bersama-sama dengan siswa lain dalam kelompok pada metode GI, sedangkan siswa yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab juga dapat aktif dengan menanyakan materi yang belum dipahami dan dapat memperluas pengetahuan dengan membaca berbagai sumber belajar yang mendukung secara mandiri. Siswa yang memiliki minat sedang, melalui metode pembelajaran GI yang dilengkapi modul diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dari siswa pada kelas yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif GI dilengkapi LKS dan ceramah disertai tanya jawab. Pada pelaksanaan metode GI dilengkapi modul, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran karena mendapatkan sumber belajar yang lengkap dari modul dan dapat memperdalam pemahamannya dalam proses penginvestigasian. Untuk kelas yang menerapkan metode GI dilengkapi LKS, siswa dengan minat sedang kurang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik karena sumber belajar yang berupa LKS memungkinkan adanya miskonsepsi dalam penginvestigasian. Untuk kelas yang menerapkan metode ceramah dan tanya jawab, siswa dengan minat sedang kurang begitu aktif dalam pembelajaran karena sumber belajar hanya berasal dari guru sehingga kurang dapat memahami dengan baik. Siswa yang memiliki minat rendah, melalui metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran GI yang dilengkapi modul atau LKS. Pada metode ceramah dan tanya jawab, siswa mendapatkan pengetahuan dari guru dan mereka lebih dapat menerima pelajaran dengan baik tanpa harus menemukan sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari. Sedangkan pada kelas yang menerapkan metode GI dilengkapi modul atau LKS, siswa dengan minat rendah merasa kesulitan karena harus mengkonstruk sendiri pengetahuan yang sedang commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dipelajari, mereka juga merasa tidak nyaman dengan proses pembelajaran karena tidak memahami materi sehingga cenderung pasif dalam proses investigasi. Berdasarkan uraian diatas, diduga bahwa penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dengan lengkapi modul dan LKS dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Adanya perbedaan minat belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik juga mempengaruhi prestasi belajar siswa serta terjadi interaksi pembelajaran kimia menggunakan metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul dan LKS dengan minat siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. C. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah yang diajukan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. 2. Ada pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. 3. Ada interaksi metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Surakarta, pada kelas XI IPA Semester Ganjil tahun pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 pada bulan Maret sampai Desember 2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan Kegiatan 3 4 1. Persiapan penelitian a. Mengurus perizinan b. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru c. Menyusun angket dan tes d. Melakukan uji coba angket dan tes e. Menganalisis hasil uji coba angket 2. Pelaksanaan penelitian a. b. c. d. Pelaksanaan Pretes kognitif Pelaksanaan eksperimen Pelaksanaan Postes Analisis data hasil eksperimen 3. Penyusunan laporan/ skripsi a. Penyusunan draf b. Pengetikan skripsi 4. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi commit to user 58 5 6 7 8 9 10 11 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Rancangan/ Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, dan interaksi pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran dengan minat siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. Penelitian ini menggunakan anava dua jalan dengan rancangan faktorial 3x3. Rancangan ini menggunakan 3 kelompok subyek, yaitu kelompok pertama sebagai kelas kontrol, kelompok kedua sebagai kelas eksperimen I dan kelompok kedua sebagai kelas eksperimen II. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Kelas Kontrol Eksperimen I Eksperimen II Metode Mengajar (A) Metode ceramah dan tanya jawab (A1) Metode GI dilengkapi LKS (A2) Metode GI dilengkapi Modul (A3) Minat (B) Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3) A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Keterangan: A1 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab. A2 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dengan media LKS. A3 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dengan media Modul. B1 : Minat tinggi. B2 : Minat sedang. B3 : Minat rendah. A1B1 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki commit to user minat tinggi. perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id A1B2 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki minat sedang. A1B3 : Pengajaran Metode ceramah dan tanya jawab pada siswa yang memiliki minat rendah. A2B1 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS pada siswa yang memiliki minat tinggi. A2B2 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS pada siswa yang memiliki minat sedang. A2B3 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS pada siswa yang memiliki minat rendah. A3B1 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul pada siswa yang memiliki minat tinggi. A3B2 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul pada siswa yang memiliki minat sedang. A3B3 : Pengajaran Metode Group Investigation (GI) dilengkapi Modul pada siswa yang memiliki minat rendah. 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar obyek pengamatan dan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas: a. Variabel bebas Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1) Metode Pembelajaran Pada penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, metode Group Investigation (GI) dilengkapi modul dan metode Group Investigation (GI) dilengkapi LKS. a) Definisi Konseptual Metode ceramah adalah suatu metode pembelajaran dimana commit to user guru memberikan penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran 61 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode ini berpusat pada guru sebagai sumber belajar (teacher centered learning). Sedangkan Metode Group Investigation (GI) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pengumpulan, penguasaan, analisis dan sintesis pada informasi yang diperoleh dari berbagai sumber belajar yang dilakukan secara berkelompok. b) Definisi Operasional Metode ceramah dalam penelitian ini melibatkan guru sebagai sumber belajar utama untuk menerangkan materi Struktur Atom dan sistem periodik disertai dengan bertanya kepada siswa agar dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa. Sedangkan Metode Group Investigation (GI) melibatkan pengivestigasian kelompok terhadap suatu permasalahan yang harus dipecahkan terhadap materi Struktur Atom dan sistem periodik sehingga siswa akan dapat memahami materi yang dipelajari berdasarkan penelusuran yang mereka lakukan bersama kelompoknya. Dalam metode Group Investigation (GI) ini digunakan media Modul dan LKS untuk membantu proses belajar siswa agar lebih terfokus karena terdapat materi dan soal yang membantu siswa memahami materi. 2) Minat a) Definisi Konseptual Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat siswa pada pelajaran kimia harus terus ditumbuhkembangkan agar siswa dapat menerima materi dengan baik. b) Definisi Operasional Dalam penelitian ini minat siswa adalah seberapa besar commit to user keingintahuan siswa tentang materi strukutur atom dan sistem 62 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id periodik melalui kegiatan penginvestigasian terhadap permasalahan yang diberikan yang diwujudkan dengan perhatian dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Adapun Aspek dasar dan indikator minat yang diteliti disajikan dalam tebel 3.3. Tabel 3.3 Aspek Dasar dan Indiator Minat Aspek dasar Kesenangan terhadap sesuatu Kemauan untuk aktif berbuat Perhatian Indikator Mengungkapan perasaan terhadap pelajaran Ketertarikan terhadap sesuatu Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu Keinginan memperluas wawasan yang berhubungan dengan materi kimia Memperhatikan sesuatu dalam proses pembelajaran. Menanggapi suatu peristiwa Bersikap peduli terhadap proses pembelajaran. Kategorisasi data atau kategorisasi jenjang dilakukan untuk melihat gambaran umum karakteristik sumber data penelitian. Menurut Azwar (2009), kategorisasi data dapat dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif dan distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup jumlah sampel dalam kelompok, mean skor skala, standar deviasi skor skala, skor miminum dan maksimum, serta statistik-statistik lain yang dianggap perlu. Selain itu, bila skor telah diubah menjadi skor standar maka kategorisasi menggunakan norma yang disesuaikan (Azwar, 2009:163). Kategorisasi jenjang dilakukan untuk minat ke dalam kategori tinggi, sedang atau rendah. Instrumen untuk mengukur minat siswa terdiri dari 20 butir soal. Skor paling tinggi adalah apabila peserta didik memilih commit to user 63 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sangat setuju yaitu 4, dan skor terendah adalah apabila peserta didik memilih sangat tidak setuju yaitu 1. Rentang minimummaksimumnya adalah 20 x 1 = 20 sampai dengan 20x 4 = 80, sehingga luas jarak sebarannya adalah 80 – 20 = 60. Dengan demikian deviasi standarnya bernilai teoretiknya adalah = 60/6 = 10 dan mean = 20 x 2,5 = 50. Setelah diperoleh standar deviasi, skor skala, skor miminum dan maksimum, dan mean teoritiknya maka perhitungan kategorisasi tiga jenjang diperoleh dengan rumus pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Kategorisasi Data dengan Tiga Jenjang Kategorisasi Data dengan Tiga Jenjang Rumus Kategorisasi Tinggi (μ + 1,0 ) ≤ X Sedang (μ - 1,0 ) ≤ X < (μ + 1,0) Rendah X < (μ - 1,0 ) Keterangan : X = skor subjek μ = rata-rata baku = deviasi standar baku (Azwar, 2009:109) Kategorisasi tersebut kemudian dijadikan acuan atau norma dalam pengelompokan skor minat sebagai berikut: (1) Kategori Minat Tinggi Semua siswa yang mempunyai skor minat X 60. (2) Kategori Minat Sedang Semua siswa yang mempunyai skor minat 40 X < 60. (3) Kategori Minat Rendah Semua siswa yang mempunyai skor minat X < 40. b. Variabel terikat Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan pada akibat commit tovariabel user bebas. Variabel terikat pada atau pengaruh yang dikarenakan 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik. 1) Definisi Konseptual Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pembelajaran. 2) Definisi Operasional Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi Struktur Atom dan Sistem Periodik dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dilengkapi media Modul dan LKS yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini berupa aspek kognitif. 2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dengan urutan sebagai berikut: a. Melakukan observasi pada siswa SMAN 6 Surakarta, yakni meliputi obyek penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimiliki. b. Melakukan uji coba/tryout soal pretest-postest kognitif dan postest angket minat pada siswa kelas XI. c. Menentukan kelas yang akan dijadikan kelas kontrol, kelas eksperimen I dan eksperimen II. d. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi : 1) Memberikan tes awal (Pretest) dengan instrumen yang telah diujicobakan. 2) Melaksanakan pembelajaran pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik dengan metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol, Group Investigation (GI) dengan dilengkapi LKS pada kelas eksperimen I dan metode pembelajaran Group Investigation (GI) commit to user dengan dilengkapi Modul pada kelas eksperimen II. perpustakaan.uns.ac.id 65 digilib.uns.ac.id 3) Memberikan tes akhir (Posstest). e. Mengolah dan menganalisis data penelitian dengan uji statistik yang sesuai. f. Menarik kesimpulan. C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 3 kelas. 2. Teknik Pengambilan Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Dalam teknik ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas. Dari Tiga kelas yang ada di kelas XI SMAN 6 Surakarta diuji kesetaraanya dengan uji kemampuan awal populasi menggunakan teknik analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Data yang digunakan dalam uji tersebut adalah nilai ujian semester genap. Dari hasil perhitungan, untuk kelas XI IPA1 dengan jumlah siswa 27 diperoleh rataan 71,1852, kelas XI IPA2 dengan jumlah siswa 28 diperoleh rataan 70,8571 dan kelas XI IPA3 dengan jumlah siswa 28 diperoleh rataan 69,8571. Hasil uji kesetaraan dengan menggunakan uji Anava satu jalan sel tak sama diperoleh signifikansi sebesar 0,883, nilai signifikansi (p) > 0,05, artinya Ho diterima maka dapat disimpulkan bahwa semua populasi mempunyai rataan sama, sehingga apabila diambil tiga kelas secara acak (random) sebagai kelas eksperimen, ketiga kelas ekperimen tersebut memiliki rataan kemampuan awal yang sama atau ketiga kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 tersebut dalam keadaan setara/seimbang. Secara random, kelas XI IPA 2 terpilih sebagai kelas kontrol, kelas XI IPA 1 terpilih sebagai kelas commit to user 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id eksperimen 1 (metode GI disertai LKS) dan kelas XI IPA 3 terpilih sebagai kelas eksperimen 2 (metode disertai GI disertai Modul). Hasil perhitungan uji kesetaraan dengan menggunakan uji Anava satu jalan sel tak sama tersebut dapat dilihat pada lampiran 4a. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Pengujian data diperoleh dengan memberikan nilai pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah perlakuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik akibat perlakuan yang diberikan. Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes, metode angket dan metode dokumentasi. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa sebagai aspek kognitif siswa kelas XI SMAN 6 Surakarta. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk obyektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban benar memperoleh skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Tes pada penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu: pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah perlakuan berupa metode Group Investigation (GI) dengan dilengkapi LKS pada kelas eksperimen I dan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dengan dilengkapi Modul pada kelas eksperimen II. Perangkat tes pada pretest dan posttest tidak sama. Dengan pretest dan posttest hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2010: 110). 2. Metode Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada siswa commit to user merupakan teknik pengumpulan untuk dijawab sesuai dengan dirinya. Angket 67 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id data yang efisien jika peneliti tahu variabel apa yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapakan dari siswa. Metode angket dalam penelitian adalah angket afektif pada aspek minat untuk mengetahui nilai afektif siswa kelas XI SMAN 6 Surakarta saat pembelajaran kimia pada materi Struktur Atom dan Sitem Periodik. Angket diisi langsung oleh siswa. Pada penelitian ini menggunakan jenis angket langsung tertutup karena siswa menjawab tentang dirinya dan jawabanya sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih jawaban yang ada dimana jawaban tersebut sesuai dengan dirinya. Dalam hal ini angket digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa pada aspek minat belajar siswa. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya yang merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya. Adapun keuntungan dalam penggunaan metode ini adalah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, data nilai ulangan harian kelas yang digunakan untuk tryout, data nilai ujian semester genap, jumlah siswa kelas XI IPA SMAN 6 Surakarta dan nama-nama sampel penelitian. E. Instrumen Penelitian Instrumen di dalam penelitian ini adalah ada dua jenis, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus yang dibuat oleh sekolah yang akan diteliti. Dimana silabus diperoleh dari guru kimia yang bersangkutan. commit to user 68 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun oleh peneliti sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan oleh peneliti. c. Media LKS dan Modul Media LKS dan Modul disusun peneliti dan telah melalui proses validasi oleh ahli (expert), yaitu Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S selaku ahli materi dan Dr. M. Masykuri,M.Si selaku ahli media sehingga media dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam memperlancar proses pembelajaran. 2. Instrumen Penilaian Instrumen penilaian terdiri atas dua jenis instrumen yaitu, instrumen penilaian kognitif dan minat belajar. a. Instrumen Penilaian Kognitif Instrumen penilaian kognitif dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes objektif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari: 1) Membuat kisi-kisi soal tes 2) Menyusun soal tes 3) Mengadakan uji coba tes (try out) Tes objektif tersebut terdiri dari 30 butir soal. Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik. 1) Uji Validitas Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika tes tersebut dapat dengan tepat, benar, shahih atau absah mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diukur lewat tes commit to user tersebut. 69 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menurut Masidjo (2010: 242) validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ketepatan alat penilai terhadap apa yang seharusnya dinilai sehingga hasilnya menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas yang diukur disini adalah validitas isi (content validity). Menurut Masidjo (2010: 243) Validitas isi (content validity) adalah suatu validitas yang menunjukan sampai isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan. Hal ini juga dinyatakan oleh Sudijono (2008: 164) yang menyatakan bahwa validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat ukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Rumus yang dipakai untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan adalah formula Gregorry. Pada formula Gregorry diperlukan dua orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak, digunakan formula Gregorry (2007) untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah sebagai berikut: Content Validity D A B C D Keterangan A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan menurutcommit panelisto II user 70 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan (Gregorry , 2007 : 123). 2) Uji Reliabilitas Kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan. Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subjek yang sama, senantiasa menunjukkn hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Realibilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson. Menurut Kuder dan Richardson, cara menentukan reliabilitas tes itu adalah lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan (Sudijono, 2008: 252). Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu yang berbeda. Untuk menghitung koefien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR-20 yaitu sebagai berikut : 2 n St piqi r11 = 2 St n 1 Keterangan r11 : koefisisen reliabilitas tes n : banyaknya butir item 1 : bilangan konstan S2t : varian total atau standar deviasi dari tes pi : proporsi testee yang menjawab item dengan benar qi : proporsi testee yang menjawab item dengan salah (qi =1 - pi) Σpiqi : jumlah hasil perkalian commit toantara user pi dan qi (Sudijono, 2008: 252-253) 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Uji Taraf Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal tersebut. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk obyektif digunakan rumus sebagai berikut: P= Keterangan : P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang dapat dengan betul terhadap butir item betul JS : jumlah siswa yang mengikuti Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut: 0,00 – 0,30 : Sukar (S) 0,31 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,71 – 1,00 : Mudah (M) (Depdiknas, 2009: 9) 4) Uji Daya Pembeda Soal Daya Pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telahtomemahami materi dengan peserta didik commit user 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang belum memahami materi. Untuk mengetahui daya pembeda soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: rpbis M p Mt St p q Keterangan : rpbi = Angka indeks korelasi Point Biserial M p = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal M t = rata-rata skor total S t = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p) Kriteria daya pembeda : 0,40 – 1,00 = soal diterima dengan baik 0,30 – 0,39 = soal diterima tapi perlu diperbaiki 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki -1,00 – 0,19 = soal tidak dipakai ( tetapi dalam penelitian ini soal yang tidak dipakai diganti dengan soal lain) (Depdiknas, 2009:12) b. Instrumen Penilaian Minat Minat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil dari tes minat yang berupa angket. Langkah pertama penyusunan instrumen minat yaitu menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan kompetensi dasar yang bisa diukur. Definisi operasional kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator Instrumen penilaian minat berupa angket. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pada data dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu minat tinggi, sedang dan rendah. Pada tes minat ini commit to user digunakan skala Likert dimana skor untuk masing-masing jawaban 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id adalah 1, 2, 3, 4 dalam tes ini tidak digunakan nilai tengah atau jawaban ragu-ragu dikarenakan akan menimbulkan bias. Konsep alat ukur ini berisi indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Tabel 3.5 Skor Penilaian Minat Skor untuk aspek yang dinilai Skor + 4 3 2 1 SS (Sangat Setuju) S (Setuju) TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju) – 1 2 3 4 (Depdiknas, 2008: 15-16) Tabel 3.6 Kategori Minat Siswa No 1 2 3 Skor peserta didik Sama atau lebih besar dari 60 40 sampai kurang dari 60 kurang dari 40 Kategori Tinggi Sedang Rendah (Azwar, 2009: 60) Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui kualitas item angket. 1) Uji Validitas Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah sebagai berikut: Content Validity D A B C D Keterangan A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan menurut panelis II commit to user 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan (Gregorry , 2007 : 123). 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas suatau tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel akan menunjukan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran (Masidjo, 2010 : 208). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut: Keterangan: r11 : koefisien reliabilitas n : jumlah item ∑Si2 : jumlah varian skor dari masing-masing item St2 : varian total. (Sudijono, 2008: 208) Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: a) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari 0,70 (r11 ≥ 0,70) berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (= reliabel). b) Apabila r11 lebih kecil dari 0,70 (r11 < 0,70) berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (= unreliabel) (Sudijono, 2008: 209). commit to user 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasarat analisis dilakukan uji normalitas dan uji homogensitas dengan taraf signifikansi 5 %. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan software SPSS 17. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal 2) Statistik Uji Statistik pendekatan uji uji menggunakan liliefors test of normality (Kolmogorov-Smirnov). pengambilan kesimpulan, H0 diterima dengan Ketentuan ketika signifikansi yang diperoleh > α. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software SPSS 17. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0 : Variansi pada setiap kelompok sama H1 : Variansi pada setiap kelompok tidak sama 2) Statistik Uji Statistik uji menggunakan test homogenity of variance dengan statistik Based on mean. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 diterima ketika signifikansi yang diperoleh > α. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. commit to user 76 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Uji Hipotesis Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel 3x3, analisis variansi dua jalan digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini digunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan isi sel tak sama yang diuji dengan menggunakan software SPSS 17 dengan taraf signifikansi 5 %. Tabel 3.7 Rangkuman Anava Dua Jalan Sumber JK Dk RK Fobs Fα P Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F* < α atau > α Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F* < α atau > α JKAB (p-1)( q-1) RKAB Fab F* < α atau > α Galat JKG N-pq RKG - - - Total JKT N-1 - - - - Interaksi (AB) (Budiyono, 2009: 213) 3. Uji komparasi Ganda (Metode Scheffe’) Uji komparasi ganda digunakan untuk mengetahui lebih lanjut rataan mana yang secara signifikan berbeda dari yang lain, setelah dilakukan analisis variansi. Jadi, uji komparasi ganda merupakan analisis pasca variansi. Uji untuk komparasi ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe’. Untuk metode Scheffe’ pada analisis variansi dua jalan terdapat empat macam komparasi, yaitu : komparasi rataan antar baris, komparasi rataan antar kolom, komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama, komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (Budiyono, 2009: 214–215). Pada penelitian ini yang perlu dilakukan uji lanjut adalah pada metode pembelajaran yang digunakan dan minat belajar karena jumlahnya lebih dari 2 sehingga memerlukan analisis lanjut untuk mengetahui metode atau minat yang mana yang memberikan pengaruh terbaik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pengujian Instrumen Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang diperlukan adalah tes kognitif dan tes minat belajar siswa. Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas instrumen. Selanjutnya dari hasil uji coba instrumen minat (lampiran 2f) dan hasil uji instrumen kognitif (lampiran 2g) dapat diperoleh rangkumen seperti tabel berikut: Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Validitas Soal Aspek Kognitif Item kurang Item kurang Jumlah relevan relevan Content Variabel Soal menurut menurut Validity panelis 1 panelis II Soal 30 3 2 0,871 Pretest Soal 30 3 2 0,871 Posttest Kriteria Validitas Tinggi Tinggi Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria Soal-soal pretest materi Struktur atom dan sistem 30 0,851 Reliabel periodik Soal-soal posttest materi Struktur atom dan sistem 30 0,847 Reliabel periodik Tabel 4.3 Tabel Rangkuman Hasil Taraf Kesukaran Soal Jumlah Variabel Soal Mudah Soal-soal pretest materi Struktur 30 6 Atom dan Sistem Periodik Soal-soal posttest materi Struktur 30 6 Atom dan Sistem Periodik commit to user 77 Kriteria Cukup Sukar 19 5 18 6 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Variabel Soal-soal pretest materi Struktur atom dan sistem periodik Soal-soal posttest materi Struktur atom dan sistem periodik Jumlah Soal Kriteria Diterima Diterima, Diperbaiki Diganti baik diperbaiki 30 17 4 9 - 30 18 6 6 - Tabel 4.5 Rangkuman hasil Validitas Isi Tryout Minat Item kurang Item kurang relevan Variabel Jumlah relevan menurut menurut panelis 1 panelis II Angket 30 1 2 minat Content Kriteria Validity Validitas 0,900 Tinggi Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Minat Variabel Jumlah Reliabilitas Kriteria Angket minat 30 0,811 Reliabel Berdasarkan data di atas, kedua instrumen telah valid dan reliabel, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data. B. Deskripsi Data Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai minat belajar siswa dan prestasi belajar kognitif pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik. Data tersebut diambil dari kelas kontrol (metode ceramah dan tanya jawab), kelas eksperimen I (metode GI dilengkapi dengan media LKS) dan kelas eksperimen II (metode GI dilengkapi dengan media Modul). Jumlah siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 27 siswa dari kelas XI IPA 1, 28 siswa dari kelas XI IPA 2 dan 28 siswa dari kelas XI IPA 3 SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel. commit to user 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Data Nilai Minat Belajar Siswa Data nilai minat belajar siswa diperoleh dengan cara angket. Berdasarkan hasil angket minat belajar siswa dalam kelas eksperimen, data yang terkumpul terbagi menjadi 3 kategori, yaitu untuk nilai X 60 termasuk kategori minat belajar tinggi, nilai 40 belajar sedang dan nilai 20 X < 60 termasuk kategori minat X < 40 termasuk kategori minat belajar rendah. Pembagian kategori kelompok siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1h. Nilai siswa pada kelas kontrol, eksperimen 1 dan eksperimen 2 dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan pengkategorian diatas maka terdapat siswa yang memiliki minat tinggi, siswa yang memiliki minat sedang dan siswa yang memiliki minat rendah. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 3c dapat disajikan rangkuman distribusi frekuensi nilai minat belajar siswa pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik seperti pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Rangkuman Distribusi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik Frekuensi Kategori Nilai No. minat Minat Kontrol Eksperimen1 Eksperimen2 1 Rendah 20,0 – 39,0 10 8 6 2 Sedang 40,0 – 59,0 12 12 17 3 Tinggi 60,0 – 80,0 6 7 6 28 27 28 Jumlah 47,214 49,667 52,607 Rata-rata nilai minat Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori minat rendah paling banyak adalah siswa pada kelas kontrol. Sementara untuk kategori minat sedang, siswa yang paling banyak adalah pada kelas eksperimen 2 dan untuk kategori minat tinggi paling banyak pada siswa kelas eksperimen 1. Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada Gambar 4.1. commit to user 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 20 Frekuensi 15 Kontrol 10 Eksperimen 1 5 Eksperimen 2 0 20,0 – 39,0 40,0 – 59,0 60,0 – 80,0 Nilai minat Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Nilai Minat Belajar Siswa pada Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik 2. Data prestasi belajar siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem periodik yang meliputi prestasi kognitif kelas kontrol (metode ceramah dan tanya jawab) sebanyak 28 siswa, kelas eksperimen I (metode GI dilengkapi dengan media LKS) sebanyak 27 siswa dan kelas eksperimen II (metode GI dilengkapi dengan media Modul) sebanyak 28 siswa dapat dilihat pada lampiran 3a, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian Jenis penilaian Nilai rata-rata Kelas Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2 Pretest kognitif 35,72 36,29 35,71 Posttest kognitif Selisih pretest dan posttest kognitif 62,986 27,266 67,407 31,117 71,071 35,361 Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat nilai rata-rata pretest kognitif dari ketiga kelas hampir sama, tetapi nilai rata-rata posttest kognitif sangat berbeda sehingga selisih nilai pretest dan posttest kognitifnya dari ketiga commit to user kelas eksperimen tersebut berbeda. 81 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pada kelas kontrol, yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah dan tanya jawab selisih nilai pretest dan postest kognitif terendah adalah 13,3 dan selisih nilai pretest dan posttest kognitif tertinggi adalah 40. Pada kelas eksperimen I, yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan metode GI dilengkapi LKS selisih nilai pretest dan posttest kognitif terendah adalah 13,3 dan selisih nilai pretest dan posttest kognitif tertinggi adalah 46,7. Sementara pada kelas eksperimen II, yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan metode GI dilengkapi modul selisih nilai pretest dan posttest kognitif terendah adalah 13,3 dan selisih nilai pretest dan posttest kognitif tertinggi adalah 53,3. Untuk membandingkan distribusi selisih nilai prestasi belajar kognitif siswa yang menggunakan metode konvensional (ceramah dan tanya jawab), Metode GI dilengkapi LKS (kelas eksperimen 1) dan metode GI dilengkapi Modul (kelas eksperimen 2) dapat diperhatikan tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik Selisih Nilai Frekuensi PretestNilai Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2 No. Posttest Tengah 13,3 – 19,0 16,15 8 3 1 1 19,1– 24,8 21,95 4 4 3 2 24,9 – 30,6 27,75 5 7 5 3 30,7 – 36,4 33,55 2 4 2 4 36,5 – 42,2 39,35 8 5 10 5 42,3 – 48,0 45,15 1 4 4 6 48,1 – 53,8 50,95 0 0 3 7 28 27 28 Jumlah Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari perbandingan frekuensi selisih nilai kognitif Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada materi Struktur Atom dan Sistem Periodik diatas dapat dilihat pada Gambar 4.2 commit to user 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 10 9 8 7 6 Kontrol 5 Eksperimen 1 4 Eksperimen 2 3 2 1 0 16,15 21,95 27,75 33,55 39,35 45,15 50,95 Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa frekuensi nilai kelas kontrol yang menunjukkan siswa yang memperoleh nilai rendah pada nilai tengah 16,15; dan 39,35 lebih banyak dari kelas eksperimen 1 dan 2. Sedangkan nilai tengah 27,75 dan 33,55 kelas eksperimen 1 memiliki frekuensi lebih banyak dibanding kelas kontrol dan eksperimen 2. Sementara untuk nilai tinggi (nilai tengah 39,35 dan 50,95) kelas eksperimen 2 memiliki frekuensi yang lebih banyak. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai tinggi pada kelas eksperimen 2 lebih banyak daripada kelas kontrol dan eksperimen 1. Distribusi frekuensi dan perhitungan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif baik kelas kontrol, kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik disajikan dalam Lampiran 3b. C. Pengujian Persyaratan Analisis Penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain: uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk pengujian tersebut digunakan taraf signifikansi 5%. Berikut ini uraiancommit pengujian tersebut: to user 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil komputasi dengan SPSS 17 dapat dilihat pada Lampiran 4b, hasilnya disajikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Nilai Kelompok Signifi Kriteria Pengelompokan kansi Data (p) Metode Ceramah dan 0,101 tanya jawab Metode GI dilengkapi 0,200 LKS Metode GI dilengkapi 0,159 Modul Minat Tinggi 0,061 Minat Sedang 0,200 Minat Rendah 0,088 Metode Ceramah dan 0,117 tanya Jawab dan tanya jawab untuk Minat Tinggi Metode Ceramah dan 0,200 Tanya Jawab untuk Minat Sedang Metode Ceramah dan 0,147 Tanya Jawab untuk Minat Rendah Metode GI dilengkapi 0,200 LKS untuk Minat Tinggi Metode GI dilengkapi 0,200 LKS untuk Minat Sedang Metode GI dilengkapi 0,200 LKS untuk Minat Rendah GI dilengkapi Modul untuk Minat Tinggi GI dilengkapi Modul untuk Minat Sedang GI dilengkapi Modul untuk Minat Rendah Prestasi Belajar pada Masing-masing Kriteria Keputusan Kesimpulan p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 p > 0,05 p > 0,05 p > 0,05 Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Normal Normal Normal Normal p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 Ho diterima Normal p > 0,05 Ho diterima Normal 0,200 p > 0,05 Ho diterima Normal 0,200 p > 0,05 Ho diterima Normal 0,200 to user p > 0,05 commit Ho diterima Normal 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai signifikansi (p) > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan program SPSS 17. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 4c, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Signifi Kriteria Perbandingan kansi Kriteria Keputusan Kesimpulan (p) Metode Ceramah dan tanya jawab dengan Metode GI dilengkapi 0,806 p > 0,05 Ho diterima Homogen LKS dengan Metode GI dilengkapi Modul Minat Belajar Tinggi dengan Minat Belajar 0,242 p > 0,05 Ho diterima Homogen Sedang dengan Minat Belajar Rendah Antar Sel 0,141 p > 0,05 Ho diterima Homogen Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian diperoleh signifikansi (p) > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai variansi yang sama (homogen). D. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis variansi (Anava) 2 jalan dengan sel tak sama menggunakan program SPSS 17 dan commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 5a. Adapun rangkuman hasil Anava dua jalan disajikan sebagai berikut : a. Hipotesis 1. H0-1 : Tidak ada pengaruh antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. H1-1 : Ada pengaruh antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. 2. H0-2 : Tidak ada pengaruh antara minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1-2 : Ada pengaruh antara minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. 3. H0-3 : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. 4. H1-3 : Ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. b. α = 5%. Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif Type III Sum of Squares Source df Mean Square Corrected Model Intercept metode minat metode * minat Error 6489.785 72285.696 455.061 5340.683 179.775 2408.351 a 8 1 2 2 4 74 Total 90770.500 83 8898.136 82 Corrected Total 811.223 72285.696 227.531 2670.341 44.944 32.545 F 24.926 2221.081 6.991 82.050 1.381 Sig. .000 .000 .002 .000 .249 Kesimpulan: a. Pada efek utama metode pembelajaran, H0 ditolak. Diperoleh signifikansi (p) 0,002 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar, commit to user 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id maka diperlukan uji lanjut pasca anava yaitu uji komparasi ganda (uji scheffe). b. Pada efek utama minat belajar siswa, H0 ditolak. Diperoleh signifikansi (p) 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga kemampuan minat berpengaruh terhadap prestasi belajar, maka diperlukan uji lanjut pasca anava yaitu uji komparasi ganda (uji scheffe). c. Pada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat belajar siswa, H0 diterima. Diperoleh signifikansi (p) 0,249 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima, maka tidak diperlukan uji lanjut pasca anava. 2. Uji Lanjut Pasca Anava (Uji Scheffe) Uji lanjut pasca anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda untuk prestasi belajar dilakukan pada hipotesis pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga tidak diperlukan uji komparasi ganda, karena keputusan H0 diterima. a. Uji lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Pertama Uji lanjut anava untuk hipotesis pertama dengan memperhatikan beda rata-rata prestasi siswa berdasarkan metode pembelajaran menggunakan program SPSS 17 dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 5b, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.13 Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Pertama Kategori Signifikansi Kriteria Kesimpulan (p) Metode GI dilengkapi Modul 0,012 p > 0,05 Signifikan - GI dilengkapi LKS Metode GI dilengkapi Modul 0,000 p > 0,05 Signifikan – Ceramah Metode GI dilengkapi LKS 0,050 p > 0,05 Signifikan Ceramah commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar yang berbeda secara signifikan dapat dilihat dari nilai signifikan (p) yang lebih kecil dari 0,05. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa untuk metode GI dilengkapi modul dengan metode GI disertai LKS, metode GI dilengkapi Modul dengan metode ceramah, dan metode GI dilengkapi LKS dengan metode ceramah. Berdasarkan perbedaan rata-rata selisih nilai pretest-posttest pada tabel 4.8, maka metode pembelajaran GI dilengkapi modul memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar karena memiliki ratarata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol maupun kelas GI yang disertai LKS. Jadi, urutan pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa mulai dari yang paling baik adalah Metode Pembelajaran GI dilengkapi Modul, metode GI disertai LKS dan metode ceramah dan tanya jawab. b. Uji lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Kedua Uji lanjut anava untuk hipotesis kedua dengan memperhatikan beda rata-rata prestasi siswa berdasarkan minat belajar menggunakan program SPSS 17 dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 5b, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.14 Rangkuman Data Uji Lanjut Pasca Anava untuk Hipotesis Pertama Kategori Signifikansi Kriteria Kesimpulan (p) Tinggi - Sedang 0,008 p > 0,05 Signifikan Tinggi - Rendah 0,000 p > 0,05 Signifikan Sedang - Rendah 0,000 p > 0,05 Signifikan Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar yang berbeda secara signifikan dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yang lebih kecil dari 0,05. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id signifikan antara prestasi belajar siswa untuk minat tinggi dengan minat sedang, minat belajar tinggi dengan minat rendah, dan minat sedang dengan minat rendah. Berdasarkan perbedaan rata-ratan nilai minat pada tabel 4.7, maka urutan pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa mulai dari yang paling baik adalah minat tinggi, minat sedang dan minat rendah. E. Pembahasan Hasil Analisis Data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa, serta interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan Hasil uji kesamaan rata-rata dengan anava satu jalan antara kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,883, nilai Signifikansi (p) > 0,05, artinya Ho diterima atau nilai rata-rata ketiga kelas (XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3) sama sehingga bisa dilakukan random/pengundian untuk menentukan ketiga kelas eksperimen. Berdasar hasil pengundian diperoleh 1 kelas sebagai kelas kontrol (Kelas XI IPA 2), 1 kelas kelompok eksperimen pertama (kelas XI IPA 1) yang dikenai metode pembelajaran GI dilengkapi LKS, dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen kedua (kelas XI IPA 3), yang dikenai metode pembelajaran GI dilengkapi Modul. Sebelum proses pembelajaran materi Struktur Atom dan Sistem periodik dilakukan, siswa diberikan pretest. Pretest ini diberikan pada kelas kontrol, kelas eksperimen 1 ataupun kelas eksperimen 2. Pemberian Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa (prior knowledge) mengenai pelajaran yang akan diikuti yaitu pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik. Akan tetapi, pemberian pretest ini juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah adanya jawaban tebakan (guessing) siswa karena siswa belum menerima materi dan harus mengerjakan soal pretest yang berisi materi yang belum mereka ketahui. Jawaban to userjawab siswa yang memiliki score tebakan tersebut dapat diketahui commit dari lembar perpustakaan.uns.ac.id 89 digilib.uns.ac.id rendah. Siswa dengan score rendah tersebut sebagian justru mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran tinggi. Pada lembar jawab pretest yang telah diamati pada kelas kontrol ternyata dari 8 lembar dengan score terendah terdapat 5 siswa diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran sukar yaitu soal no 2, 3, 26, dan 28. Hal tersebut juga terjadi pada kelas eksperimen 1, dari 7 lembar jawaban dengan score terendah 4 diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran tinggi serta pada kelas eksperimen 2, dari 7 lembar jawaban dengan skor terendah 3 diantaranya mampu menjawab soal dengan indeks kesukaran tinggi. Dengan demikian, maka bukan kemampuan awal siswa yang terukur. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengukur prestasi kognitif dan minat belajar. Penggunaan pretest dan posttest pada prestasi belajar kognitif ini juga digunakan untuk mengetahui perubahan prestasi belajar sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran dengan metode ceramah, metode GI dilengkapi LKS dan metode GI dilengkapi Modul. Pada pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan tanya jawab diawali guru membuka pelajaran yaitu dengan memberikan apersepsi menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang materi pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik, meliputi: struktur atom dan teori mekanika kuantum untuk pertemuan pertama, bilangan-bilangan kuantum pada pertemuan kedua, konfigurasi elektron pada pertemuan ketiga, dan sistem periodik pada pertemuan keempat. Dalam menjelaskan materi, guru juga memberikan contoh dan memberikan tugas pada siswa untuk mengerjakan soal-soal mengenai materi yang sedang dibahas. Kemudian untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, maka guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Dengan pelaksanaan metode yang demikian, maka siswa yang tidak ditunjuk maju ke depan cenderung pasif dan guru adalah satu-satunya sumber belajar siswa sehingga pemikiran siswa tidak berkembang karena hanya diberikan commit to user secara langsung oleh guru. 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pada kegiatan akhir, guru mengadakan kuis untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah dijelaskan. Pada pelaksanaan Metode Group Investigation (GI) yang dilengkapi LKS (kelas eksperimen 1) dan Modul (kelas eksperimen 2) dilakukan melalui 6 tahapan, yaitu: Pada tahap pertama, siswa mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok dengan arahan guru. Untuk pertemuan pertama membahas hal-hal yang berkaitan dengan struktur atom dan teori mekanika kuantum, pertemuan kedua membahas bilangan-bilangan kuantum, pertemuan ketiga membahas konfigurasi elektron dan pertemuan keempat membahas sistem periodik. Pada Tahap kedua, siswa dengan bimbingan guru merencanakan tugas yang akan dipelajari meliputi berbagai prosedur yang harus dilakukan berdasarkan topik dan subtopik yang telah dipilih pada tahap 1. Setiap anak diberi kebebasan menentukan topik agar pendapat mereka merasa dihargai sehingga siswa akan menikmati proses pembelajaran. Pada tahap ketiga, Siswa mulai melakukan investigasi dalam kelompok. Masing-masing siswa mengumpulkan informasi mengenai pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik baik melalui media LKS untuk kelas eksperimen 1 dan media modul untuk kelas eksperimen 2 ataupun pengunaan sumber lain yang dapat memperlancar tercapainya tujuan pembelajaarn. Dengan adanya beberapa sumber belajar tersebut membantu siswa untuk berkontribusi dalam proses penginvestigasian dengan cara bertukar informasi, saling berdiskusi, dan mengklarifikasi jika terjadi perbedaan pendapat yang terjadi selama proes diskusi. Setelah proses diskusi selesai maka kelompok dapat mensintesis hasil diskusi. Dengan adanya proses diskusi akan meningkatkan minat siswa karena siswa merasa senang karena dapat bekerjasama dalam kelompok sehingga menimbulkan perhatian karena merasa bertanggung jawab dalam kelompoknya dan disertai dengan suatu tindakan dengan rajin membaca, mencari informasi baru dalam commit to user 91 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id setiap penginvestigasian guna memperlancar penyelidikan masing-masing kelompok. Pada tahap keempat yaitu penyiapan laporan, anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proses penginvestigasian mereka. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka membuat presentasi mereka. Setelah laporan selesai dibuat maka setiap kelompok menunjuk beberapa orang wakilnya yang terdiri dari penyampai materi, notulen dan penjawab pertanyaan atau evaluasi dari kelompok lain untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. Pada tahap kelima masing-masing kelompok 1, 2, dan 3 yang ditunjuk secara acak mempresentasikan laporan akhir kemudian para pendengar atau kelompok evaluasi yang terdiri dari kelompok 4, 5, dan 6 mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. Pada pertemuan pertama kelompok 1, 2, dan 3 berperan sebagai kelompok presentasi sedangkan kelompok 4, 5, dan 6 berperan sebagai evaluator. Untuk pertemuan berikutnya antara kelompok presentasi dan evaluator bertukar peran. Pada tahap keenam, siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, dan mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka. Guru beserta siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi jalannya pembelajaran siswa. Jika dirasa masih ada yang kurang atau banyak siswa yang belum aktif dalam proses pembelajaran maka dapat diperbaiki pada pertemuan selanjutnya dengan menunjuk siswa yang kurang aktif untuk mengambil peran lebih dalam proses penginvestigasian sehingga siswa merasa bertanggung jawab kepada seluruh anggota kelompok dan berusaha untuk belajar lebih giat lagi. Setiap kali selesai penginvestigasian, guru mengadakan kuis untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah mereka investigasi. 1. Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava dua jalan commit to user dengan sel sama menunjukkan bahwa metode pembelajaran berpengaruh perpustakaan.uns.ac.id 92 digilib.uns.ac.id terhadap prestasi belajar maka diperlukan uji komparasi ganda (uji Scheffe). Dari uji lanjut pasca anava diketahui bahwa pengaruh penggunaan metode pembelajaran metode ceramah, metode GI dilengkapi Modul dan GI dilengkapi LKS pada materi struktur atom dan sistem periodik terhadap prestasi belajar signifikan dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan perbedaan rata-rata selisih nilai pretest-posttest pada tabel 4.2, maka metode Pembelajaran GI dilengkapi Modul memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar karena memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol maupun kelas GI yang disertai LKS. Penyebab metode Kooperatif GI lebih baik dari metode ceramah adalah metode GI merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif yang dalam pelaksanaannya berpusat pada siswa (student centered learning) dimana siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga mereka dapat melakukan investigasi terhadap persoalan yang diajukan dan metode ini memiliki kelebihan, diantaranya adalah dapat meningkatkan kreativitas dan kepercayaan siswa untuk bertanya dan mempresentasikan materi pelajaran, pengelolaan kelas tidak begitu rumit, siswa memperoleh dan meningkatkan kemampuan belajar mereka. Sedangkan pada pembelajaran dengan metode ceramah berpusat pada guru (teacher oriented) sehingga siswa hanya mendapat pengetahuan sebatas apa yang guru sampaikan saja. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh R.A. Olatoye, A.A. Aderogba, dan E.M. Aanu (2011) dengan judul “Effect of Co-operative and Individualized Teaching Methods on Senior Secondary School Students’ Achievement in Organic Chemistry” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memberikan dukungan empiris pada fakta bahwa kinerja siswa pada pelajaran kimia bisa sangat membaik jika digunakan metode pembelajaran kooperatif. Metode pengajaran kooperatif memfasilitasi pencapaian siswa pada pelajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id 93 digilib.uns.ac.id kimia lebih dari metode pengajaran individual dan metode mengajar lain yang dilakukan. Pada pelaksanaannya, metode Group Investigation (GI) tidak sepenuhnya diikuti dengan baik oleh semua siswa pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 karena proses diskusi lebih didominasi siswa yang aktif dan cenderung mengontrol jalannya diskusi, serta adanya siswa yang sudah terbiasa bersikap pasif dalam proses pembelajaran sebelumnya dan belum adanya penyesuaian terhadap pembelajaran yang baru diterapkan akan ketinggalan dengan siswa yang aktif sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai menjadi kurang berhasil. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka guru harus mendampingi siswa secara penuh agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Guru dapat memperbaiki kekurangaktifan siswa yang terjadi dalam pertemuan awal dengan menunjuk siswa yang masih pasif agar berani tampil dan mengungkapkan pemikirannya pada proses pembelajaran yang selanjutnya sehingga seluruh siswa dapat ikut ambil bagian dalam penginvestigasian. Rata-rata prestasi kelas yang menggunakan metode pembelajaran GI dilengkapi Modul lebih besar daripada rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran GI dilengkapi LKS. Hal ini dikarenakan modul dapat membantu kelancaran pelaksanaan investigasi dengan membuat siswa memiliki banyak kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaanpertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Dalam kaitan ini siswa dapat maju sesuai dengan irama dan kemampuan masingmasing siswa yang mengikuti alur pembelajaran kimia dan lebih banyak waktu untuk berinteraksi baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan dalam penggunaan LKS dalam pembelajaran menggunakan metode GI terdapat kelebihan yaitu memacu siswa untuk lebih aktif belajar karena LKS menyediakan banyak soal yang berkaitan dengan materi struktur atom dan sistem periodik yang harus dikerjakan juga dapat menumbuhkan commit user ringkasan materi saja sehingga kreativitas siswa karena LKS hanyatoberisi 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id harus menjawab pertanyaan dengan kata-kata mereka sendiri. Selain itu, LKS juga dapat menumbuhkan keingintahuan siswa karena dengan membaca ringkasan materi maka siswa akan tertarik untuk mencari pengetahuan yang lebih luas dari materi yang sedang struktur atom dan sistem periodik. Dalam jurnal yang berjudul “Effect of Work Sheets on Student’s Success: Acids and Bases Sample” diperoleh kesimpulan bahwa LKS merupakan bahan ajar yang lebih efektif untuk membuat siswa aktif dalam kelas daripada bahan ajar metode tradisional (Ozmen &Yildirim, 2005). Kelemahan dari penggunaan LKS dibandingkan dengan modul dalam proses pembelajaran adalah ringkasan materi yang singkat terkadang menimbulkan miskonsepasi pada siswa sehingga menghambat dalam proses penginvestigasian. 2. Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan bahwa minat siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar, maka diperlukan uji lanjut pasca anava. Dari uji lanjut pasca anava diketahui bahwa pengaruh minat tinggi, sedang dan rendah siswa terhadap prestasi belajar signifikan yang dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) yang lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.15 Selisih Nilai Pretes-Posttest berdasarkan minat pada ketiga kelas eksperimen Minat (B) Metode Mengajar (A) Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3) 38,9 30,0 17 Metode ceramah dan tanya jawab(A1) Metode GI dilengkapi LKS (A2) 36,7 35,8 19,2 Metode GI dilengkapi Modul (A3) 45,0 37,9 21,2 Berdasarkan perbedaan rata-rata nilai minat pada tabel 4.15, dapat commit to user disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi meraih prestasi belajar 95 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki minat sedang dan rendah pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik. Minat siswa pada penelitian ini meliputi kecenderungan siswa terhadap proses pembelajaran kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan mengikuti setiap proses pembelajaran. Jika siswa memiliki minat terhadap subyek tertentu maka akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Syah, 2011: 152). Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik berisi pemahaman konsep dan penerapannya dalam berbagai tipe soal, maka siswa dituntut untuk belajar dan berlatih lebih giat jika ingin menguasai materi Struktur Atom dan Sistem Periodik terutama meningkatkan minat belajar. Kondisi inilah yang mampu mengubah sikap belajar siswa dalam mempelajari materi Struktur Atom dan Sistem Periodik. Siswa dengan minat belajar tinggi akan merasa senang dalam mempelajari Periodik dan berlatih mengerjakan soal-soal tentang materi Struktur Atom dan Sistem karena dengan adanya minat yang tinggi pada diri siswa maka akan diikuti dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan mengikuti setiap proses pembelajaran, sementara siswa yang memiliki minat sedang dan rendah akan enggan belajar, enggan mengerjakan soal-soal dan tugas, enggan bertanya jika kurang atau belum memahami materi yang sedang dipelajari, kurang berpartisipasi dalam proses diskusi dan juga merasa kurang nyaman dalam proses pembelajaran. Ia tidak seaktif siswa dengan minat tinggi. Kaitan minat belajar dengan penguasaan materi Struktur Atom dan Sistem Periodik tersebut dapat menjelaskan bagaimana minat belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa. commit to user 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Hipotesis Ketiga Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa, sehingga tidak diperlukan uji lanjut pasca anava/ komparasi ganda. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif GI dilengkapi Modul lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan metode GI dilengkapi LKS dan metode ceramah. Untuk minat belajar siswa, semakin tinggi minat siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Sehingga apapun metode pembelajaran yang digunakan, siswa dengan minat tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari siswa dengan minat sedang dan rendah. Sebaliknya, seberapapun minat siswa, baik tinggi, sedang maupun rendah, saat dikenai metode pembelajarn GI dilengkapi modul akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai metode pembelajaran GI dilengkapi LKS dan metode ceramah. Dapat disimpulkan bahwa apapun minat siswa baik tinggi, sedang maupun rendah, siswa yang diajar metode kooperatif GI dilengkapi Modul memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode GI dilengkapi LKS dan metode ceramah. Secara mandiri, minat belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tetapi setelah berinteraksi dengan metode pembelajaran yang digunakan, minat siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik dapat dikarenakan adanya faktor lain, selain minat sebagai faktor psikologis. Faktor lain tersebut yaitu: a. Faktor Internal 1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, commit gangguan pendengaran dan to lainuser sebagainya sangat mempengaruhi 97 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. 2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa, yaitu tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, dan motivasi siswa. b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan sosial Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. 2) Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. c. Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. (Syah, 2011: 145-152) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013, yaitu prestasi belajar siswa pada kelas yang menerapkan metode GI dilengkapi modul lebih baik daripada kelas yang menerapkan metode GI dilengkapi LKS dan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan tanya jawab dengan prestasi kognitif berturut-turut 35,361; 31,117 dan 27,266. 2. Terdapat pengaruh minat terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013, yaitu siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan minat rendah dengan dengan prestasi kognitif berturut-turut 40,00; 34,92 dan 18,75. 3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan antara lain : 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pada penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta commit to user 98 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar secara maksimal. 2. Implikasi Praktis a. Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif GI dilengkapi Modul lebih baik daripada kelas yang menerapkan metode pembelajaran GI dilengkapi LKS dan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan tanya jawab pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik sehingga pembelajaran kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik sebaiknya disajikan dengan metode Group Investigation (GI) yang dilengkapi dengan modul. b. Pada pembelajaran kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik perlu memberikan perhatian pada minat siswa, karena siswa dengan minat tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan minat sedang dan rendah. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Agar pelaksanaan metode pembelajaran GI dapat berjalan baik dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka guru perlu merancang media pembelajaran dengan baik, menyiapkan materi yang akan diajarkan dengan baik, dan membagi kelompok secara heterogen agar terjadi interaksi positif antar anggota kelompok dalam rangka penginvestigasian. 2. Pada pembelajaran materi pokok struktur atom dan sistem periodik siswa hendaknya dirangsang untuk menumbuhkan minat belajarnya dengan memberikan suatu rangsangan untuk melakukan investigasi terhadap materi secara berkelompok tersebut dan dilengkapi dengan media LKS atau modul sehingga akan membantu dalam proses penemuan pengetahuan. Dengan adanya minat siswa maka siswa akan cenderung memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasinya. commit to user 100 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor internal lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode GI yang dilengkapi media terhadap prestasi belajar siswa, misalnya rasa ingin tahu, sikap ilmiah dan motivasi berprestasi siswa. commit to user