BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Menurut Wittig sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, belajar adalah perubahan ytang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.1 Menurut Morgan sebagaimana yang dikutip oleh M. Dalyono, mengartikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.2 Menurut Skinner yang juga dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat bahwa teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respons.3 Sedangkan menurut Hilgard dan Brower sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik, mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.4 Sementara itu, tentang pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.5 Pengertian pembelajaran sangat luas, definisi dari beberapa ahli antara lain: 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 90. 2 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 211 3 Muhibbin Syah, Op. Cit, hlm. 89. 4 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hlm. 45. 5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 57 6 7 a. Mazur sebagaimana dikutip oleh Nini Subini, dkk, mendefinisikan pembelajaran merupakan perubahan individu yang disebabkan karena pengalaman.6 b. Sudjana, pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar.7 c. Rahil Mahyuddin sebagaimana dikutip oleh Nini Subini, dkk, mengartikan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif yang meliputi penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelektual.8 Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini pembelajaran dilakukan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dan memperoleh hasil optimal seperti dalam perubahan perilaku. 2. Unsur-unsur Pembelajaran Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Adapun unsur-unsur pembelajaran adalah sebagai berikut:9 a. Dinamis pembelajaran pada diri guru 1) Motivasi membelajarkan siswa Guru harus memliki motivasi untuk membelajarkan siswa. motivasi itu sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik siswa menjadi warga negara yang baik. Jadi, guru 6 Nini Subini, dkk, Psikologi Pembelajaran, Mentari Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 6 Sudjana, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 6 8 Nini Subini, dkk, Op. Cit, hlm. 6. 9 Oemar Hamaik, , Kurikulum dan Pembelajaran, Op. Cit, hlm. 67-70. 7 8 memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu. 2) Kondisi guru siap membelajarkan siswa Guru perlu memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran, di samping kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan profesional. Guru perlu berupaya meningkatkan kemampuan- kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan siswa. b. Pembelajaran konkruen dengan unsur belajar 1) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. 2) Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar 3) Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan bantuan orang tua. Namun, harus dipertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar itu dengan tujuan belajar, kemampuan siswa sendiri, bahan yang dipelajari, dan ketersediannya di sekolah. 4) Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya, seperti sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas, perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas, guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelas, yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan. 5) Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan.10 10 Ibid, hlm. 70. 9 3. Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi-informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi-informasi yang dianggap penting untuk ditelaah.11 Penelitian ini tak lepas dari adanya pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Menurut Wittig sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, belajar adalah perubahan ytang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.12 Menurut Morgan sebagaimana yang dikutip oleh M. Dalyono, mengartikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.13 Menurut Skinner yang juga dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat bahwa teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respons.14 Sedangkan menurut Hilgard dan Brower sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik, mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.15 Sementara itu, tentang pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun 11 Mahmud Achmad, Pengertian dan Klasifikasi Model, Artikel, diambil melalui www.pengertianmodel.hmtl, diakses tanggal 5 Januari 2016. 12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm. 89. 13 M. Dalyono, Op. Cit, hlm. 211. 14 Muhibbin Syah, Op. Cit, hlm. 89. 15 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Op. Cit, hlm. 45. 10 meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.16 Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan.17 Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang di laksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi peserta didik sulit dikembangkan atau diberdayakan.18 Penelitian ini, model tak lepas dari pembelajaran, artinya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Maka dari itu, macam-macam model adalah sebagai berikut: a. Model kooperatif Model kooperatif dikembabgkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampialn sosial. b. Model berdasarkan masalah Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. 16 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Op. Cit, hlm. 57 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008, 17 hlm. 1. 18 Ibid, hlm. 1. 11 c. Model interaksi sosial Model ini melakukan hubungan sosial dengan orang lain, artinya menjalain komunikasi dalam pembelajaran agar tercipta suasana belajar dengan baik. d. Model pengolahan informasi Model ini mencari informasi dalam belajar, artinya ketika ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran perlu adanya informasi tentang faktor apa yang mempengaruhi belajarnya menurun atau bahkan meningkat.19 Means Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata, yakni means end berarti tujuan dan analysis berarti analisis atau menyelidiki secara sistematis. Dengan demikian, Means Ends Analysis (MEA) bisa diarikan sebagai strategi untuk menganalisis permasalahan melalui berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan.20 Means Ends Analysis (MEA) merupakan metode pemikiran sistem yang dalam penerapannya merencanakan tujuan keseluruhan.21 Tujuan tersebut disajikan dalam beberapa tujuan yang pada akhirnya menjadi beberapa langkah atau tindakan berdasarkan konsep yang berlaku. Means Ends Analysis (MEA) merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui dan tujuan yang akan dicapai yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada di atara permasalahan dan tujuan.22 Means Ends Analysis adalah strategi belajar mengajar yang menganalisa suatu masalah dengan bermacam cara sehingga menghasilkan 19 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, Artikel, diambil melalui http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-modelpembelajaran/, diakses tanggal 5 Januari 2016. 20 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 294. 21 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatid dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 103. 22 Miftahul Huda, Op. Cit, hlm. 295. 12 tujuan akhir.23 Strategi pembelajaran Means Ends Analysis satu model pembelajaran yang merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah. Penyajian materi pada strategi pembelajaran ini dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah.24 Melihat uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) adalah model pembelajaran yang merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui dan tujuan yang akan dicapai yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada di atara permasalahan dan tujuan. Sehingga di dalam pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) terdapat adanya unsur berpikir. Islam membebaskan manusia dari belenggu kejumudan dan kendali taklid buta yang menjijikkan. Islam mendidiknya untuk berpikir dan berkehendak secara bebas supaya akalnya sempurna, berpikir dengan benar, dan memiliki kepribadian dan kemanusiaan yang lengkap, sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Qs. Ali Imran:64)25 23 Kadek Maindra, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Means Ends Analysis (MEA) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran TIK Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Kubutambahan Tahun Pelajaran 2012/2013”, Vol. 2, No. 6, Agustus 2013, hlm. 711. 24 Ibid, hlm. 711. Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 64, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm. 72. 25 13 Melihat ayat di atas, dapat dipahami bahwa Islam menyeru seluruh manusia kepada kalimat kebenaran yang menjadi esensi kebaikan dan direspon oleh setiap orang yang berhati bersih dan berpikiran rasional. Kalimat yang diserukan oleh Islam ini merupakan titik persamaan semua risalah para rasul dan kitab suci yang diturunkan. 4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) Langkah-langkah dalam pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) adalah sebagai berikut: a. Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa b. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih c. Siswa dibantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas dan lain sebagainya) d. Siswa dikelompokkan menjadi 5 atau 6 kelompok (kelompok yang dibentuk harus homogen). Masing-masing kelompok diberi tugas atau soal pemecahan masalah e. Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah, menyederhanakan masalah, hipotesis, mengumpulkan data, membuktikan hipotesis, dan menarik kesimpulan. f. Siswa dibantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan g. Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.26 5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) a. Kelebihan 1) Siswa dapat terbiasa memecahkan atau menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah 2) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspersikan idenya 26 Aris Shoimin, Op. Cit, hlm. 103-104. 14 3) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan 4) Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri 5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab pertanyaan melalui diskusi kelompok 6) MEA memudahkan siswa dalam memecahkan masalah.27 b. Kekurangan 1) Membuat soal pemecahan masalah yang bermakna bagi siswa bukan merupakan hal yang mudah 2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespons masalah yang diberikan 3) Lebih dominannya soal pemecahan masalah terutama soal yang terlalu sulit untuk dikerjakan, terkadang membuat siswa jenuh.28 B. Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran PAI 1. Pengertian Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Kemampuan pemecahan masalah adalah Problem Based Learning (PBL). PBL adalah suatu sistem belajar mengajar di mana, tanpa persiapan sebelumnya, kelompok kecil siswa mempertimbangkan keadaan yang tidak familiar, masalah atau tugas, dengan mengeksplorasi sifat situasi asing ini, para siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.29 Polya sebagaimana dikutip oleh Hamzah Upu, mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu 27 Ibid, hlm. 104. Ibid, hlm. 104. 29 Lia Vendiagrys, dkk, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal Setipe Timss Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa pada Pembelajaran Model Problem Based Learning”, UJMER 4 (1) (2015), hlm. 35. 28 15 tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai.30 Sedangkan Siswono, menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas.31 Dari pengertian pemecahan masalah yang dikemukakan di atas mengindikasikan bahwa diperolehnya solusi suatu masalah menjadi syarat bagi proses pemecahan masalah dikatakan berhasil. Sementara pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta dapat menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).32 Menurut Muhaimin, mengemukkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.33 Segala sesuatu yang akan dikerjakan oleh setiap orang pasti ada tujuannya, termasuk dalam proses pembelajaran. Dan tujuan pembelajaran sebagaimana tersebut telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Namun dalam melaksanakan peroses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tidak hanya sekedar melaksanakan sesuai kehendak hati tanpa melihat aspek-aspek yang lain. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang aktual, yaitu:34 30 Hamzah Upu, Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika, Pustaka Ramadhan, Bandung, 2003, hlm. 31. 31 Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Unesa University Press, Surabaya, 2008, hlm. 35. 32 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 86. 33 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 76. 34 Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran; Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Teras, Yogyakarta, 2007, hlm. 33-38. 16 a. Terpusat pada guru/teacher center Strategi pembelajaran yang terpusat pada guru adalah pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pemberi informasi, pembina dan pengarah satu-satunya dalam proses belajar mengajar. Model ini didasarkan pada konsep mengajar yang bersifat rasionalitas akademis yang menekankan segi pemberian pengetahuan semata-mata, dengan tidak melihat bahwa pengajaran juga harus mengandung maksud pembinaan dan pengembangan terhadap berbagai potensi yang dimiliki para siswa. b. Terpusat pada siswa/student center Seiring dengan kemajuan yang terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep pembelajaran pun megalami perubahan, yaitu dari yang semula berpusat pada guru, menjadi lebih berpusat pada siswa. Sehingga kegiatan belajar mengajar seperti ini mengisyaratkan pentingnya peserta didik sebagai faktor dominan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar. c. Terpusat pada guru dan siswa Jika pada strategi pertama kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru, dan strategi yang kedua kegiatan belajar mengajar didominasi oleh siswa, maka pada strategi yang ketiga kegiatan belajar tidak terpusat pada salah satu dari kedua, tetapi terjadi interaksi antara guru dan peserta didik secara bersama-sama. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, yaitu tidak hanya sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hubungan ini tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.35 35 Ibid, hlm. 38. 17 Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen. Komponen itu meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan evaluasi.36 a. Tujuan Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai arti yang sangat penting. Karena dengan mempunyai tujuan akan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa guru.37 b. Bahan Pelajaran Bahan adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan, karena itu guru yang akan mengajar pasti mempunyai dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik.38 c. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan ini adalah inti kegiatan dalam pendidikan segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.39 d. Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dalam menjalankan pembelajaran.40 e. Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai hal yang dipergunakan untuk 36 Sardiman A.M, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 57-60. Ibid, hlm, 57. 38 Ibid, hlm. 58. 39 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 2009, hlm. 37 15. 40 Sardiman A.M, Op. Cit, hlm. 58. 18 mencapai tujuan, alat tidak hanya sebagai pelengkap tetapi juga sebagai pembantu untuk mempermudah usaha mencapai tujuan.41 f. Evaluasi Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauhmana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar.42 2. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam memecahkan masalah, setiap individu memerlukan waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh motivasi dan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, yaitu:43 a. Pengalaman awal Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi. Pengalaman awal seperti ketakutan (pobia) terhadap matematika dapat menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. b. Latar belakang materi Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep materi yang berbeda-beda tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. c. Keinginan dan motivasi. Dorongan yang kuat dari dalam diri (internal), seperti menumbuhkan keyakinan saya “bisa” maupun eksternal, seperti diberikan soal-soal yang menarik, menantang, kontekstual dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah d. Struktur Masalah Struktur masalah yang diberikan kepada siswa (pemecahan masalah), seperti 41 format Ibid, hlm. 59. Ibid, hlm. 60. 43 Siswono, Op. Cit, hlm. 35. 42 secara verbal atau gambar, kompleksitas 19 (tingkat kesulitan soal), konteks (latar belakang cerita atau tema), bahasa soal, maupun pola masalah satu dengan masalah yang lain dapat mengganggu kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 3. Langkah-langkah Memecahkan Masalah Model pemecahan masalah ini memiliki langkah-langkah, yaitu sebagai berikut: a. Memahami masalah Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan b. Merencanakan penyelesaian Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi urutan langkah penyelesaian dan mengarahkan pada jawaban yang benar c. Menyelesaiakan rencana penyelesaian Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi pelaksanaan cara yang telah dibuat dan kebenaran langkah yang sesuai dengan cara yang dibuat d. Mengkaji kembali dan mengevaluasi dampak dari pengaruh (Look back and Evaluate the effect). Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi penyimpulan jawaban yang telah diperoleh dengan benar/memeriksa jawabannya dengan tepat.44 4. Mata Pelajaran PAI a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta dapat menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).45 44 Eko Andy Purnomo dan Venissa Dian Mawarsari, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Ideal Problem Solving Berbasis Project Based Learning”, JKPM, Volume 1 Nomor 1 Januari 2014, hlm. 26. 45 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 86. 20 Sementara Muhaimin, mengemukkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.46 Sedangkan mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang bersumber pada pendidikan yang diberikan kepada Allah sebagai pendidik seluruh ciptaan-Nya termasuk manusia.47 Sehingga dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sesuai dengan ajaran agama Islam agara mereka hidup layak, bahagia dan sejahtera. b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya dalam ruang lingkup al-Qur’an dan hadits, keimanan, akhlaq, Fiqih, atau ibadah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluq lainnya, serta lingkungannya. Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang umum dilaksanakan di sekolah menengah pertama di antaranya: 1) Pengajaran Keimanan Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat Mutlak yang Maha Esa yaitu Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbutan dan wujud-Nya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbutan dan wujud-Nya disebut tauhid. Tauhid menjadi rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam.48 Keimanan 46 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 76. 47 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm. 26. 48 Muhammad Daud Ali, Pendidikan A gama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 199-200. 21 merupakan akar suatu pokok agama, pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. 2) Pengajaran Akhlak Kata akhlak berawal dari bahasa Arab yang berarti bentuk kejadian dalam hal ini bentuk batin atau psikis manusia. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia sebagai sistem yang mengatur hubungan manusia dengan Allah. Manusia dan lainnya yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik.49 3) Pengajaran Ibadah Ibadah menurut bahasa artinya, taat, tunduk, turut, ikut dan doa.50 Dalam pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain.51 Pengajaran ibadah ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang ibadah tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga situasi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. 4) Pengajaran Al-Qur’an Al-Qur'an adalah sumber ajaran agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama. Al-Qur'an adalah kitab suci yang memuat firmanfirman (wahyu) Allah.52 Dalam hal ini pada tingkatan SD, memahami dan menghayati bacaan surat-surat Al-Qur'an dan menarik hikmah yang terkandung di dalamnya secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan. 49 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Jakarta, 2001, hlm. 68 50 Muhammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 244. 51 Zakiah Daradjat, Op. Cit., hlm. 73 52 Muhammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 93. A gama Islam, Bumi Aksara, 22 5) Pengajaran Muamalah Muamalah merupakan sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi dengan keimanan yang kokoh.53 Setiap proses kehidupan seharusnya mengandung berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga out put pendidikan sanggup memetakan sekaligus masalah yang sedang dihadapi masyarakat. 6) Pengajaran Sejarah Islam atau Tarikh Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa nabi dan sesudahnya baik pada daulah Islamiyah maupun pada negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di tanah air. Pelaksanaan pengajaran tarikh ini diharapkan mampu membantu peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi muslim disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan kebudayaannya, memberikan bekal kepada siswa dalam melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau untuk menjalani kehidupan pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang. Di samping meluaskan cakrawala pandangan terhadap makna Islam bagi kepentingan umat Islam. c. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.54 Metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Dengan demikian pendidikan 53 Muhaimin, Paradigma Pendidikan A gama Islam, Kalamulya, Jakarta, 2005, hlm. 23. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 70. 54 23 disini bukan melalui akal melainkan langsung ke dalam perasaan anak.55 Diantara metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Metode ibrah dan mau’izah Metode ibrah merupakan suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya.56 Sedangkan mau’izah merupakan suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang indah, baik, pantas, mulia, lembut, bermanfaat yang berisi nasihat-nasihat dan peringatan yang diambil dari pengalaman yang tersaji dalam materi pelajaran.57 Teknik mengajar melalui metode ibrah mau’izah dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan sering dilakukan khususnya untuk materi pelajaran agama Islam, namun usahausaha peningkatan teknik mengajar tersebut tetap berjalan terus. Dalam menyampaikan isi materi Al-Qur’an menuntut kita agar mempergunakan bahasa yang lemah lembut, jelas, tegas dan menyentuh jiwa.58 2) Metode latihan Metode driil atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.59 3) Metode diskusi Metode diskusi merupakan cara mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih mementapkan pengertian, dan sikap 55 Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 224. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 145. 57 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008, hlm. 181. 58 Ibid, hlm. 181. 59 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit, hlm. 83. 56 24 pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah yang berupa pernyataan untuk dibahas dan dipecahkan bersama.60 4) Metode demonstrasi Metode demonstrasi berarti membuat contoh praktek dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi.61 Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerja sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. 5) Metode keteladanan Metode keteladanan adalah metode yang memberikan contoh-contoh konkrit tentang figur para tokoh kepada peserta didik yang akan ditiru orang lain.62 Metode ini untuk memberi contoh teladan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik secara fisik, mental dan akhlak yang baik dan benar. Pendidikan dengan teadan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang berhasil guna. Hal ini karena dalam belajar, orang umumnya lebih mudah menangkap yang konkrit daripada yang abstrak. 60 Abduddin Nata, Filsafat Pendidikan Agama Islam, Wacana, Jakarta, 1997, hlm. 107. Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, CTSD, Yogyakarta, 2004, hlm. 78. 62 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 117. 61 25 6) Metode pembiasaan Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.63 Pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai di hari tuanya. C. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Eko Andy Purnomo dan Venissa Dian Mawarsari, dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Ideal Problem Solving Berbasis Project Based Learning”, dalam penelitiannya dihasilkan bahwa buku ajar materi persamaan kudrat, peluang, trigonometri, turunan dan program linier yang baik; implementasi model pembelajaran IDEAL problem solving berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan penelitian diharapkan dosen dapat menerapkan model pembelajaran IDEAL problem solving berbasis PBL. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lia Vendiagrys, dkk, dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal Setipe Timss Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa pada Pembelajaran Model Problem Based Learning”,, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk subjek FI dalam menyelesaikan masalah memiliki profil: dapat memahami pernyataan verbal dari masalah dan mengubahnya ke dalam kalimat matematika, lebih analitis dalam menerima informasi, dapat memperluas hasil 63 Mubasyaroh, Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm. 94. 26 pemecahan masalah dan pemikiran matematis, memberikan suatu pembenaran berdasarkan pada hasil,dan memecahkan masalah dalam konteks kehidupan nyata, memperoleh jawaban yang benar, Untuk subjek FD dalam menyelesaikan masalah memiliki profil: dapat memahami pernyataan verbal dari masalah,tetapi tidak dapat mengubahnya ke dalam kalimat matematika, lebih global dalam menerima informasi, mudah terpengaruh manipulasi unsur pengecoh karena memandang secara global, tidak dapat memperluas hasil pemecahan masalah, memberikan suatu pembenaran berdasarkan pada hasil,dan memecahkan masalah dalam konteks kehidupan nyata, sering tidak dapat memperoleh jawaban yang benar. Penelitian yang dilakukan oleh Kt. Teddi Harto, A.A Gd. Agung, I Md. Citra Wibawa dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) dengan Setting Belajar Kelompok Berbantuan LKS terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di SD Desa Bebetin”, Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) deskripsi data dengan model pembelajaran MEA berada pada kategori sangat tinggi, (2) deskripsi data dengan model pembelajaran konvensional berada pada kategori tinggi, dan (3) terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar Matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran MEA dengan thitung 4,11 > ttabel 2,00. Jadi model pembelajaran MEA lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan M. Juanda, R. Johar, M. Ikhsan Universitas Syiah Kuala, Jurnal Penelitian Matematika, FMIPA UNNES Volume 5 Nomor 2, Desember 2014, dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Means-eand Analysis (MEA)”. Jurnal ini mengkaji tentang penggunaan Model Pembelajaran Means-eand Analysis (MEA) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa SMP. Jadi kesamaan dengan judulnya penulis adalah sama-sama menggunakan Model Pembelajaran Means-eand Analysis (MEA). Akan tetapi tujuan penggunaan model pembelajaran tersebut berbeda, yaitu penulis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah 27 pada pelajaran PAI sedangkan penelitian yang dilakukan M. Juanda, R. Johar, M. Ikhsan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunokasi matematis. Penelitian yang dilakukan Kt. Teddi Harto, A.A Gd. Agung, I Md. Citra Wibawa, Universitas Pendidikan Ganesha, Jurnal Penelitian Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1, Tahun: 2014, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Mean-ends Analysis (MEA) Dengan Setting Belajar Kelompok Berbantuan LKS Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di SD Desa Bebetin”. Jurnal ini mengkaji tentang penggunaan Model Pembelajaran Means-eand Analysis (MEA) dengan setting belajar kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi kesamaan dengan judul penulis adalah sama-sama menggunakan Model Pembelajaran Means-eand Analysis (MEA). Akan tetapi tujuan penggunaan model pembelajaran tersebut berbeda, yaitu penulis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada pelajaran PAI sedangkan penelitian yang dilakukan Kt. Teddi Harto, A.A Gd. Agung, I Md. Citra Wibawa bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang tergolong rendah . D. Kerangka Berpikir Salah satu bentuk kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran PAI adalah menganalisis beberapa pokok permasalahan yang ada dalam lingkungan masyarakat yang berkembang saat ini, seperti tentang minimnya masa remaja membaca al-Qur’an sehabis shalat maghrib, karena ini disebabkan dampak dari perkembangan teknologi yang canggih, misalnya penggunaan jejaring sosial melalui handphone. Melihat fenomena seperti ini, perlu perhatian khusus pada peserta didik untuk dapat melakukan pengamatan sehingga nantinya peserta didik benar-benar mampu tidak melakukan hal seperti itu. Untuk itu, perlu adanya peran guru dalam memberikan arahan pada peserta didik dan diperlukan juga adanya strategi pembelajaran PAI yang tepat. Salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA). 28 Means Ends Analysis (MEA) merupakan metode pemikiran sistem yang dalam penerapannya merencanakan tujuan keseluruhan. Tujuan tersebut disajikan dalam beberapa tujuan yang pada akhirnya menjadi beberapa langkah atau tindakan berdasarkan konsep yang berlaku. Means Ends Analysis (MEA) merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui dan tujuan yang akan dicapai yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada di atara permasalahan dan tujuan. Untuk mencapai tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dibutuhkan beberapa tahapan, antara lain: mengidentifikasi perbedaan antara kondisi saat ini dan tujuan, menyusun sub tujuan untuk mengurangi perbedaan tersebut, dan memilih operator yang tepat serta mengaplikasikannya dengan benar sehingga sub tujuan yang telah disusun dapat dicapai. Means Ends Analysis (MEA) saat ini sudah menjadi salah satu variasi pembelajaran untuk pemecahan masalah. Adapun bentuk kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 29 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Model-model pembelajaran PAI Konvensional atau tradisional Langkah-langkah dalam pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) adalah: - Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa - Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih - Siswa dibantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut - Dan sebagainya Menyenangkan Means Ends Analysis (MEA) Kemampuan memecahkan masalah