ENDS ANALYSIS (MEA)

advertisement
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
ISSN 2087-3557
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS - ENDS ANALYSIS
(MEA) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MATERI AJAR PERBANDINGAN
Budi Wahyono
SMP Negeri 3 Tanjung Brebes
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika
materi ajar perbandingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
menghitung, menafsirkan data, dan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA). Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan
(planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflektion). Teknik
pengumpulan data berupa tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan lembar observasi, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian pada pra
siklus diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 61,53 dengan ketuntasan 16,67 %, pada siklus I siswa
memperoleh nilai rata-rata 65 dengan ketuntasan 66,67 %, dan pada siklus II siswa memperoleh
nilai rata-rata 72,5 dengan ketuntasan 100 %. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran MEA dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Matematika materi ajar perbandingan.
© 2017 Didaktikum
Kata Kunci: Model Pembelajaran; MEA; Matematika; Perbandingan.
PENDAHULUAN
Pendidikan untuk setiap disiplin ilmu selain membantu siswa berpikir, juga membantu siswa
dapat mempertanggungjawabkan berpikirnya tersebut. Pendidikan matematika sangat layak
menerima tanggung jawab ini, sebab matematika mulai tingkat SD hingga pendidikan tinggi dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswa pun berkeyakinan bahwa bila penyelesaiannya
benar, maka kebenaran itu bukan karena guru atau orang lain yang menyatakan benar, melainkan
karena penalarannya sangat jelas membenarkannya.
Namun pada kenyataannya, banyak siswa kurang berhasil dan kurang antusias dalam
mengikuti pembelajaran Matematika materi ajar perbandingan. Siswa yang prestasi belajarnya rendah
serta selalu diam di dalam kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, baik ketika mendengarkan
keterangan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun di dalam diskusi, akan
menimbulkan tanda tanya. Siswa yang selalu diam itu bisa menimbulkan multitafsir dari guru.
Mungkin siswa diam karena sudah menguasai konsep yang disampaikan guru, siswa diam karena
belum mengetahui konsep yang disampaikan guru, atau siswa diam karena tidak berani
mengemukakan pendapat. Apabila siswa dapat membiasakan mengemukakan pendapat dan
mempunyai keberanian untuk berbicara dalam proses pembelajaran akan membantu guru dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS - ENDS ANALYSIS (MEA) PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI AJAR PERBANDINGAN
Budi Wahyono
1
Setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa tentu mempunyai tujuan
yang disebut tujuan pembelajaran, terlebih guru yang melaksanakan pembelajaran, harus berorientasi
pada tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan (Supraptono, E., dkk 2016). Oleh karena itu,
seorang guru dituntut untuk memilih dengan tepat metode, teknik, maupun model pembelajaran yang
relevan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Ketepatan memilih sebuah model
juga akan sangat berpengaruh pada cara berpikir siswa. Bermacam-macam model pembelajaran dapat
dipilih oleh seorang guru dalam menyampaikan proses pembelajaran. Meskipun demikian, model
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berpendapat haruslah dicari yang tepat. Banyak
guru menjumpai sejumlah siswa di dalam kelas tidak bisa belajar secara kelompok.
Banyak model atau strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam upaya untuk belajar
secara berkelompok. Keberagaman tingkat intelegensi siswa yang tidak merata, sosial ekonomi orang
tua siswa yang homogen menjadi salah satu hambatan dalam ketercapaian proses pembelajaran.
Keberagaman tersebut bukan berarti rencana pembelajaran menjadi terhambat, melainkan harus
diupayakan dan dicari solusi yang cerdas agar tujuan pembelajaran menjadi optimal. Dengan
demikian kekurangan siswa dan latar belakang sosial ekonomi orang tua justru menambah semangat
dan gairah guru dalam tugas kesehariannya. Oleh karena itu, penelitian ini menerapkan salah satu
model pembelajaran kooperatif untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2012: 164-165) penelitian tentang pembelajaran kooperatif
sudah dimulai sejak tahun 1970-an membuktikan bahwa penerapan teknik pembelajaran kooperatif
antara lain dapat memberikan manfaat berupa: meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dan prestasi
akademik, meningkatkan kemampuan mengingat para siswa, meningkatkan kepuasan siswa terhadap
pengalaman belajarnya, membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi dan sosial
siswa, memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan pembelajaran dengan lebih baik,
meningkatkan rasa percaya diri siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar suku/ ras.
Model pembelajaran seperti ini meniadakan persaingan individu, menumbuhkan sikap demokratis,
dan melatih kemampuan memecahkan suatu tugas yang diberikan (Supraptono, E., dkk 2015).
Adapun model pembelajaran yang dipilih yaitu Means - Ends Analysis (MEA). Inovasi
pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan Means - Ends Analysis
(MEA) diharapkan dapat mendorong siswa untuk bisa belajar secara berkelompok. Lebih lanjut
Muhamad Nur (1999) menjelaskan Means - Ends Analysis (MEA), dapat diterjemahkan sebagai model
pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan
tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam Means-Ends
Analysis (MEA) adalah tim/ kelompok sebagai berikut : (1) mengajar: guru mempresentasikan materi
pembelajaran, (2) belajar dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok mereka
dengan dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran, (3) pemberian kuis: siswa
mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama, (4) penghargaan: pemberian
penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan tim/ kelompok yang memperoleh skor tertinggi
dalam kuis.
Tujuan penerapan model pembelajaran MEA adalah untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Tanjung dalam materi ajar Perbandingan. Selain itu, model
pembelajaran MEA juga digunakan untuk meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat bagi
siswa dalam proses pembelajaran dalam sebuah kelompok kecil, sehingga muncul keberanian sedikit
demi sedikit, yang pada akhirnya akan tumbuh semangat percaya diri yang tinggi. Model
pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) sangat tepat apabila digunakan untuk penyampaian materi
pelajaran dengan diskusi. Digunakan pula untuk mengajarkan keterampilan sosial, karena dengan
model ini di samping membantu siswa untuk kebersamaan, kekeluargaan, berani mengemukakan
pendapat, dan untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan.
2
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus. Tahapan penelitian meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi.
Penggunaan model pembelajaran teams-achievement divisions Means-Ends Analysis (MEA) oleh
guru dilakukan dengan perencanaan dan langkah - langkah sebagai berikut :
1) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di
rumah masing-masing.
2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk siswa
agar setiap kelompok anggota dapat saling tatap muka.
3) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.
4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan
dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya di antara teman dalam pasangan
tersebut.
5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu tim/kelompok bertanggung jawab
untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bisa tadi.
6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.
7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu
kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.
8) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.
9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang
hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat
memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.
10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat
mengerjakan LKS yang diberikan guru.
11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.
12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa
tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk
melihat hasil kuis.
13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, berilah
pengakuan/pujian kepada prestasi tim.
14) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang
sedang dipelajari.
15) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
16) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/ kompetensi yang ditentukan.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP negeri 3 Tanjung Kabupaten Brebes. Subjek penelitian
adalah seluruh siswa Kelas VII D yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan jadwal
waktu penelitian telah kami lakukan pada bulan Juli 2016. Penelitian dilakukan dengan dua siklus
yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Siklus pertama dilakukan pada awal bulan September 2016
(minggu pertama) sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada akhir bulan September 2016 (minggu
ketiga).
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan dokumentasi.
Data dikumpulkan dari hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi yang tersedia, dan dari
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS - ENDS ANALYSIS (MEA) PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI AJAR PERBANDINGAN
Budi Wahyono
3
tes hasil belajar pada saat pelaksanaan tindakan selama 2 siklus, serta refleksi diri yang dilakukan guru
terhadap kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok. Dalam hal data kualitatif diperoleh dari catatan hasil
observasi guru serta catatan refleksi guru. Sedangkan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Data kuantitatif diperoleh dari
hasil skor tes hasil belajar siswa. Data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil siswa sebagai
gambaran hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran Matematika materi ajar perbandingan. Nilai
tersebut diambil dari sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
5. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian ini diterapkan ketuntasan belajar secara individual, dengan kriteria minimal
70, sementara itu secara klasikal dinyatakan tuntas apabila siswa yang nilainya sudah tuntas mencapai
75 % dari jumlah keseluruhan siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Awal
Sebelum peneliti menggunakan model pembelajaran MEA, hasil belajar siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) hanya 6 siswa dari sejumlah 36 siswa. Sebagai gambaran
tentang hasil belajar siswa tampak lebih jelas peneliti kemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Kondisi Awal
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
Keterangan
< 70
30
83,33%
Belum Tuntas
≥ 70
6
16,67%
Tuntas
Rata-rata Kelas
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa prosentase siswa yang berhasil mencapai
KKM hanya 16,67 % atau 6 siswa dari 36 orang jumlah siswa kelas VII D. Dengan demikian siswa
yang belum berhasil atau belum mencapai KKM sejumlah 30 siswa atau 83,33 %. Jumlah siswa yang
mencapai KKM sangat memprihatinkan dalam suatu proses pembelajaran, terlebih lagi pada
pembelajaran Matematika. Kondisi seperti ini jika dibiarkan berlanjut, dikhawatirkan akan semakin
merosot prestasi belajar matematika pada kelas ini. Oleh karena itu, penelitian ini menerapkan model
pembelajaran MEA untuk mengatasi masalah yang terjadi.
2. Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan model MEA pada siklus pertama dalam waktu 60 menit maka didapat data, sebagai
berikut: siswa yang terlampaui KKM nya ada sejumlah 24 anak, sedangkan siswa yang belum
terlampaui KKM nya ada sejumlah 12 anak. Prosentase anak yang terlampaui KKM 66,67 %,
sedangkan anak yang belum berani terlampaui KKM nya adalah 33,33 %. Sebagai gambaran tentang
hasil belajar siswa pada siklus I tampak lebih jelas peneliti kemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Siklus I
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
Keterangan
< 70
12
33,33%
Belum Tuntas
≥ 70
24
66,67%
Tuntas
Rata-rata Kelas
78
4
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
3. Siklus II
Berdasarkan kenyataan pada hasil deskripsi kondisi awal dan hasil deskripsi siklus pertama
ternyata siswa yang berhasil melampaui KKM meningkat setelah guru menggunakan model
pembelajaran MEA. Tampak bahwa pada deskripsi kondisi awal siswa yang berani mengemukakan
pendapat dalam kelompok hanya 6 anak (16,67 %). Setelah guru menggunakan strategi pembelajaran
MEA jumlah siswa yang terlampui KKM nya meningkat menjadi 24 orang (66,67 %). Masih terdapat
12 anak yang belum terlampui KKM nya.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, peneliti melanjutkan Penelitian Tindakan Kelas dengan
penggunaan model pembelajaran MEA untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus kedua.
Pada siklus yang kedua ini perencanaan dan pelaksanaannya hampir sama, hanya sedikit perbedaan
terutama pada pembagian kelompok, indikator, dan waktu pelaksanaan. Sebagai gambaran tentang
hasil belajar siswa paa siklus I tampak lebih jelas peneliti kemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Siklus II
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
Keterangan
< 70
0
0%
Belum Tuntas
≥ 70
36
100%
Tuntas
Rata-rata Kelas
86
Perbandingan siswa yang mencapai KKM dan tidak, dapat dilihat pada diagram batang berikut
ini.
100 83,33%
80
100%
66,67%
60
40
20
Tuntas
33,33%
16,67%
0%
Belum
Tuntas
0
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Perbandingan Hasil Belajar Setiap Siklus
Dibandingkan dengan kondisi awal maka pembelajaran dengan model MEA terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebelum guru menggunakan strategi MEA dalam melaksanakan
proses pembelajaran siswa yang terlampaui KKM hanya 6 anak saja (16,67%) dan masih terdapat 30
anak ( 83,33 % ) yang belum terlampaui KKM. Minat belajar siswa pun menunjukkan bahwa mereka
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran Matematika materi ajar perbandingan. Setelah guru
menggunakan strategi MEA dalam proses pembelajaran dengan waktu 60 menit pada siklus pertama
ada peningkatan. Siswa yang melampaui KKM ada 24 anak (66,67 %), sedangkan siswa yang belum
terlampaui KKM ada 12 anak (33,33%). Minat belajar siswa pun meningkat. Siswa sudah mulai mau
untuk diajak berdiskusi dengan temannya. Hasil tersebut menunjukkan sudah terjadi peningkatan.
Namun, prosentase ketuntasan belum mencapai indikator yang diharapkan sehingga perlu dilakukan
siklus berikutnya, yaitu siklus II. Pada siklus II siswa yang melampaui KKM mencapai 100% atau
seluruh siswa sudah mendapat nilai di atas KKM. Perilaku siswa pun menunjukkan mereka sangat
antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran. Mereka tidak malu bertanya ketika menemui kesulitan.
Rasa percaya diri mereka untuk berpendapat pun mulai tumbuh.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS - ENDS ANALYSIS (MEA) PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI AJAR PERBANDINGAN
Budi Wahyono
5
SIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dari
tahap prasiklus sampai siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu rata- rata kelas dari
awal hanya 60 menjadi 86 pada siklus II dengan prosentase ketuntasan 100%. Penerapan model
pembelajaran MEA pada materi ajar Perbandingan juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
rasa percaya diri siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Tanjung.
DAFTAR PUSTAKA
Lisfiyani, E. Supraptono, & Arofah. (2016). Penerapan Guided Discovery Dalam Pembelajaran Materi Ajar
Mengidentifikasi Kategori Multimedia. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan
Dasar & Menengah. 6 (1), https://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/402.
Nur, Muhamad, dkk. (1999). Teori Belajar. Surabaya: Unesa.
Supraptono, Eko. dkk. (2015). Penerapan Metode Cooperatif Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Merakit Instalasi
Komponen PC di SMK. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. 16(3).
Warsono dan Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT. Remaja Posdakarya Offset.
6
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
Download