BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi. Sebuah kata yang sering kita dengar namun tidak mengetahui secara mendalam apa artinya. Menurut Al-Rodhan (2006:2) globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Salah satu dampak nyatanya dapat terlihat dari teknologi komunikasi yang mempermudah dan mempercepat pertukaran informasi. Globalisasi juga berdampak pada perekonomian dunia. Semakin menyatunya dunia membuat perdagangan bebas antar negara semakin terbuka. Negaranegara yang berada dalam ASEAN, termasuk Indonesia pun terkena dampaknya. Pada tahun 1992, Indonesia setuju menjadi bagian dari AFTA (Asean Free Trade Area) yang efektif mulai akhir tahun 2015 dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke IV. AFTA merupakan wujud dari kesepakatan dari negaranegara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya (ASEAN Economic Community atau AEC yang disebut juga Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA). AFTA memberikan peluang serta tantangan bagi bangsa Indonesia. Peluang bagi bangsa Indonesia contohnya seperti menjadi negara tujuan investor, sektor jasa yang semakin terbuka, dan aliran modal yang lebih mudah. Selain peluang yang memajukan perekonomian,ditemukan juga tantangan. Contoh tantangan AFTA seperti arus modal yang semakin bebas membawa dampak negatif, daya saing SDM semakin meningkat, dan kedaulatan negara yang semakin kabur. Tidak diragukan lagi dengan sejalannya AFTA pada tahun 2015 ini maka akan terjadi perubahan yang luar biasa terhadap negara ASEAN terutama Indonesia. 1 2 Untuk menghadapi peluang dan tantangan AFTA 2015, bangsa Indonesia harus mempersiapkan banyak hal. Dimulai dari memperbaiki perekonomian dan sumber daya manusianya. Dalam lingkup perekonomian, pemerintah sudah menyusun rangkaian strategi guna memperkuat pertahanan ekonomi Indonesia. Dalam lingkup SDM pun pemerintah telah melakukan sosialisasi MEA serta peningkatan kealian melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Namun sosialisasi MEA yang dilakukan pemerintah tampak lebih difokuskan kepada pelaksana UKM dan masyarakat pedesaan serta pada usia pekerja diatas 30 tahun. Sosialisasi MEA yang lebih difokuskan kepada UKM menjadikan masyarakat di daerah perkotaan dan lebih spesifik lagi dewasa muda yang tengah menempuh dunia karir kurang informasi dan siap dalam menjalani MEA. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari lembaga Sinergi Muda, pola pikir Sumber Daya Manusia (SDM) dewasa muda harus dipersiapkan dalam menghadapi MEA karena usia dewasa muda adalah generasi penerus bangsa dan ketika memasuki MEA dan perdagangan bebas antar negara ASEAN telah terjadi akan menimbulkan peluang dan tantangan baru bagi bangsa Indonesia. Menurut Sinergi Muda, dewasa muda yang berada di Jakarta terbagi menjadi 3: tidak mendapatkan informasi dan belum ada gambaran umum tentang MEA, mengetahui gambaran umum tentang MEA namun memutuskan untuk mengambil sikap pesimis terhadap peluang Indonesia, dan mengetahui dan telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi MEA. Target audiens yang akan diangkat adalah kategori ketiga, yaitu tidak mengetahui dampak akan Masyarakat Ekonomi Asean. Salah satu solusi dari permasalahan komunikasi ini adalah dengan menciptakan kampanye yang bersifat meningkatkan kesadaran kepada anak muda di Indonesia terutama di Jakarta. Penyampaian komunikasi secara efektif dan menarik diharapkan dapat menyampaikan informasi dan meningkatkan kesadaran target audiens terhadap MEA 2015. Indonesia merupakan pengguna internet terbanyak ke-6 di dunia dengan pengguna media sosial mencapai 72 juta. Tiga puluh juta diantaranya merupakan anak muda. Anak muda dan sosial media dapat menjadi penggerak positif dalam menghadapi MEA 2015. Dengan munculnya sosial media yang relatif baru seperti Path dan Instagram yang fokus terhadap berbagi gambar akhirnya dibutuhkan visual yang kuat untuk menyampaikan pesan positif terhadap MEA. 3 Dalam menjawab permasalahan diatas tentunya Desain Komunikasi Visual – Creative Advertising memiliki peranan penting terutama dalam merancang komunikasi visual untuk mengkampanyekan tentang dampak MEA, yaitu persaingan tenaga kerja dengan bangsa ASEAN lainnya bagi target audiens di Jakarta. Tidak hanya dalam merancang visual namun prinsip strategi periklanan kreatif dapat membuat pesan tersebut menggugah audiens dan merubah sudut pandangnya dalam menghadapi MEA 2015. Dalam proyek ini lembaga masyarakat yang menjadi penyelenggara adalah Sinergi Muda. Sebuah lembaga yang terdiri dari anak muda dan bervisi untuk menciptakan sinergi positif bagi anak muda indonesia. Dengan kata lain, perancangan komunikasi visual kampanye sosial bagi Sinergi Muda ini penting untuk dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah komunikasi untuk meningkatkan kesadaran akan persaingan tenaga kerja yang dibawa oleh MEA 2015 dan diharapkan dapat memecahkan masalah komunikasi yang ada pada masyarakat Indonesia, terutama anak muda. 1.2 Ruang Lingkup Dan Pembatasan Masalah Dalam kaitannya dengan bidang studi Desain Komunikasi Visual – Creative Advertising, maka lingkup proyek Tugas Akhir ini adalah melakukan perancangan komunikasi visual kampanye sosial untuk meningkatkan kesadaran akan persaingan tenaga kerja yang dibawa oleh Masyarakat Ekonomi ASEAN. Proyek ini mencakup analisa serta perancangan strategi kreatif, perancangan media yang efisien, teknis strategi, slogan yang unik dan menarik serta perancangan grafis yang unik dan memiliki daya tarik yang kuat, sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh Sinergi Muda dapat dimengerti dengan baik, serta mampu mengajak anak muda untuk bersikap lebih aktif, positif dan produktif dalam menghadapi MEA 2015. 4