pengaruh model pembelajaran means ends analysis (mea)

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS ENDS ANALYSIS (MEA)
DAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS VIII SMP NABIL HUSEIN SAMARINDA TAHUN
PEMBELAJARAN 2015/2016
Riziky Tri Hairunnisa, Herliani, Masitah
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman
Email: [email protected]
Abstrak
Pada saat ini proses pembelajaran umumnya selalu berpusat kepada guru (teacher center),
guru selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Model pembelajaran yang
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah Means Ends Analysis
(MEA) dan Group Investigation (GI) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran
MEA dan GI terhadap hasil belajar biologi kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda Tahun
Pembelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan di SMP Nabil Husein Samarinda dengan
sampel VIII D, VIII E, dan VIII F. Untuk mengetahui hasil evaluasi belajar siswa diberi soal pre
test pada awal pertemuan dan posttest di akhir pertemuan. Penelitaian ini menganalisis nilai
rata-rata yang diperoleh kelas VIIID, VIII E, dan VIII F. Dimana kelas VIIID menggunakan
pembelajaran langsung dengan nilai rata-rata 75,41, kelas VIII E dengan model pembelajaran
MEA dengan nilai rata-rata 88,64, sedangkan kelas VIII F dengan model pembelajaran GI
dengan nilai rata-rata 88,05. Data statistik menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran
Means Ends Analysis dan pembelajaran thitung 2,53 > ttabel 2,120. Data statistik model
pembelajaran GI dan model pembelajaran langsung t hitung 2,91 > ttabel 2,120 . Sehingga ada
pengaruh dari model pembelajaran MEA dan GI terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Nabil Husein Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian, kelas yang menggunakan model
pembelajaran MEA dan GI terbukti lebih baik dari kelas yang menggunakan pembelajaran
langsung, karena kelas yang menggunakan model pembelajaran MEA dan GI memiliki rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan dari kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung.
Guru hendaknya memvariasikan model pembelajaran yang diterapkan di kelas, misalnya
menggunakan MEA dan GI.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran MEA, model pembelajaran GI
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas agar
manusia dapat mengembangkan kemampuan dirinya di masyarakat. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem
pendidikan nasional, disebutkan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan
bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab” (Ariadi, 2014).
Pendidikan merupakan faktor penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seorang anak, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan
adalah proses sosial di mana seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga
mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang
optimal. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan dan
proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan.
Pada saat ini proses pembelajaran umumnya selalu berpusat kepada guru
(teacher center), guru selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu.
Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
29
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini menjadi masalah serius
dalam dunia pendidikan karena dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Di abad ke-21 peran guru menjadi semakin berat, dimana guru harus mampu
mengantarkan peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul yang mampu bertahan
dan bersaing. Di abad 21 guru harus memiliki kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan terampil
dalam teknologi informasi dan komunikasi. Hanya dengan guru yang profesional
pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang
bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru merupakan
kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan (Akbar, 2014).
Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pembelajaran di
abad ke-21 ini maka digunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif
menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi,
saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Dalam hal ini guru harus memperhatikan bahwa pembelajaran kooperatif sifatnya
(student centered) berpusat sepenuhnya pada siswa dan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dalam rangka mewujudkan keterampilan pembelajaran abad
21(Isjoni, 2009).
Dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan di pembelajaran abad 21
lebih menekankan adanya partisipasi siswa dimana guru lebih berperan sebagai
fasilitator. Guru menuntun siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk merealisasikannya adalah model
pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan model pembelajaran Group
Investigation (GI).
Berdasarkan hasil observasi dengan pemberian angket di 3 sekolah yaitu
SMPN 6 Samarinda, SMPN 40 Samarinda, dan SMP Nabil Husein Samarinda.
Diperoleh informasi bahwa di SMPN 6 model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) dan Group Investigation (GI) sudah diterapkan dan belangsung secara efektif
membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Informasi dari SMPN 40
Samarinda model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation
(GI) sudah digunakan dalam proses belajar mengajar, sedangkan di SMP Nabil Husein
Samarinda model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) belum pernah
diterapkan, beberapa guru hanya pernah mendengar tentang model pembelajaran
Means Ends Analysis (MEA) dan model pembelajaran Group Investigation (GI), tetapi
belum pernah mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar disekolah.
Menurut Herdian (2009), model pembelajaran Means Ends Analysis terdiri
dari tiga unsur kata yaitu Means, Ends dan Analysis. Means menurut bahasa yakni
berarti, banyaknya cara. Sedangkan Ends adalah akhir atau tujuan, dan Analysis
berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis. Means Ends Analysis pertama kali
diperkenalkan oleh Newell dan Simon . Newell dan Simon menyatakan bahwa “Means
Ends Analysis (MEA) merupakan suatu proses untuk memecahkan suatu masalah
kedalam dua atau lebih bagian tujuan dan kemudian dikerjakan berturut-turut pada
masing-masing tujuan tersebut”.
Suherman (2008), menyatakan bahwa model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) adalah variasi dari pembelajaran pemecahan masalah dengan sintaks
yaitu sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah, digabungkan menjadi
bagian-bagian masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan susunan bagianbagian masalah sehingga terjadi konektivitas, pilih strategi solusi.
Menurut Harto (2014), hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa
yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Dewi (2013), kegiatan
pembelajaran dengan penerapan model Means Ends Analysis (MEA) dapat
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
30
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika pada siswa
kelas VIIC SMP Negeri 1 Nogosari. Selanjutnya menurut Armada (2013), hasil belajar
matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Means Ends Analysis (MEA) dapat meningkatkan hasil belajar siswa bila dibandingkan
dengan pembelajaran langsung.
Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) adalah suatu model
pembelajaran yang mengoptimalkan kegiatan dengan melalui pendekatan pemecahan
masalah yaitu berupa rangkaian pertanyaan yang merupakan petunjuk untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator yang memberi kemudahan bagi siswa. Proses pembelajaran dengan
model Means Ends Analysis (MEA) memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan
pemecahan masalah. Siswa menggabungkan masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih sederhana (Harto, 2014).
Sudjana (2007), mengatakan bahwa Group Investigation (GI) dikembangkan
oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang
berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Model pembelajaran
Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran dimana terdapat situasi yang
didalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan
berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi
suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan
mereka.
Menurut Megawati (2014), pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena dalam proses pembelajarannya
siswa dilatih untuk menentukan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. Ariadi
(2014), model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan asessmen proyek
dalam meningkatkan prestasi belajar IPS memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya menurut Ryndi
(2012), penggunaan model Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan
menulis berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas.
Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk
model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa
untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahanbahan yang tersedia. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation (GI) dapat melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif
dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Rindy,
2012).
Berdasarkan uraian diatas dan observasi yang telah dilakukan peneliti
bermaksud mengetahui pengaruh kedua model pembelajaran untuk diterapkan dalam
proses belajar mengajar, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran
Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016”.
MOTODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen semu (Quasi
ekperimental), eksperimen semu adalah seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk
diberi perlakuan. Pada penelitian ini jenis quasi eksperimen yang digunakan ”Pretest
posttest control group design” metode penelitian dimana semua sampel diberikan pretest
dan posttest, kemudian dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh model pembelajaran
Mean Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar IPA
siswa SMP Nabil Husein Samarinda kelas VIII tahun pembelajaran 2015/2016.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
31
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Mei 2016 semester
genap. Tempat penelitian adalah SMP Nabil Husein Samarinda yang beralamat di
Jalan Rapak Indah No. 1 Rt. 38 Samarinda tahun pembelajaran 2015/2016. Dalam
penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen) sebagai berikut: Variabel bebas (X) adalah variabel yang
diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Adapun variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Mean Ends Analysis (MEA) dan model
pembelajaran Group Investigation (GI). Variabel terikat (Y) adalah variabel yang timbul
sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Adapun
variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA biologi siswa kelas VIII
SMP Nabil Husein Samarinda.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII (VIIIA, VIIIB,
VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF, VIIIG) semester genap SMP Nabil Husein Samarinda Tahun
Pembelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 182 siswa yang
beralamat di Jalan Rapak Indah Samarinda. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan
pertimbangan kemampuan siswa yang hampir sama dilihat dari nilai rata-rata hasil
belajar kognitif IPA Biologi siswa, jenis kelamin, dan waktu belajar. Sebagai sampel
penelitian diambil tiga kelas yaitu VIII-E dan VIII-F sebagai kelas eksperimen dan VIIID sebagai kelas kontrol. Adapun jumlah siswa yang diambil untuk menjadi sampel
pada proses penelitian sebanyak 69 orang siswa.
HASIL PENELITIAN
Instrumen test sebelum diujikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
terlebih dahulu harus diuji coba untuk mengetahui tingkat reabilitas soal. Instrumen
soal diuji coba pada kelas yang telah mendapatkan materi-materi fotosintesis dan
gerak pada tumbuhan yaitu pada kelas IX A dengan jumlah soal adalah 10 nomor soal
uraian. Analisis soal dilakukan dengan menggunakan uji reabilitas soal. Uji reabilitas
digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsistensi untuk
diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan. Soal reliabel apabila koefisien
stabiliras r11 sama atau lebih besar dari 0,70. Dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai reliabilitas butir soal r11 = 0,99 lebih besar dari 0,70 maka
koefisien reabilitas soal memiliki kriteria pengujian yang reliabel.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar siswa kelas VIII-E
berdistribusi normal dan homogen. Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan uji T,
uji ini menggunakan hasil posttest siswa kelas perlakuan model Means Ends Analysis
(MEA) dan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan manual pada lampiran, nilai thitung
sebesar 7,95 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi
5% dengan dk=16 sebesar 2,120, maka hipotesis Ha penelitian ini diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda
Hasil posttest siswa kelas perlakuan model pembelajaran Group Investigation
(GI) dan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan manual pada lampiran 8, nilai thitung
sebesar 7,36 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi
5% dengan dk=16 sebesar 2,120, maka hipotesis Ha penelitian ini diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) terhadap hasil belajar siswa. Samarinda khusus kelas VIII-E yang
menggunakan model Means Ends Analysis (MEA) dan VIII-F yang menggunakan
model Group Investigation (GI), serta kelas VIII-D yang menggunakan pembelajaran
langsung.
Means Ends Analysis (MEA) pada kelas VIII-E dan Group Investigation (GI)
pada kelas VIII-F serta kelas VIII-D menggunakan pembelajaran konvensional . Dapat
diketahui bahwa setiap kelas memiliki perbedaan hasil belajar, dimana kelas yang
menggunakan model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan Group
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
32
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Investigation (GI) lebih unggul dibandingkan kelas yang menggunakan model
pembelajaran langsung.
Menurut Jean Piaget (1976), perkembangan intelektual berlangsung dalam 4
tahap sensori motor, tahap pra operasional, tahap operasional konkretm dan tahap
operasional formal. Siswa SMP kelas VIII masuk pada tahap operasional formal
dimana siswa memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan
kognitif yaitu kemampuan merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip
abstrak. Dapat diketahui bahwa setiap kelas memiliki perbedaan hasil belajar, dimana
kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung.
Berdasarkan teori perkembangan dari Jean Piaget (1967) dapat diketahui 3
dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual yaitu:
1) Bahwa perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang
selalu terjadi dengan urutan yang sama
2) Bahwa tahap-tahap perkembangan didefinisikan sebagai suatu cluster dari
operasi mental yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3) Bahwa gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi dengan keseimbangan,
proses pengembngan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
dan sruktur kognitif yang timbul.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nabil Husein Samarinda pada tanggal 28
Maret sampai dengan 04 Mei 2016 semester genap tahun ajaran 2015/2016, dengan
menggunakan 3 sampel yaitu kelas VIII-D sebagai kelas kontrol yang menggunkan
model pembelajaran konvensional, VIII-E menggunakan model pembelajaran Means
Ends Analysis (MEA), dan VIII-F menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti hasil pembelajaran
terbaik diperoleh kelas VIII-E dengan model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) dengan kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai posttest sebesar 39,44
dibandingkan dengan kelas kontrol yang kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai
posttest sebesar 35,71.
Hasil pembelajaran kelas VIII-F dengan model Group Investigation (GI)
menunjukkan kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai posttest sebesar 38,40
dibandingkan dengan kelas kontrol yang kenaikan nilai rata-rata pretest terhadap nilai
posttest 35,71.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, karena salah
satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang
dicapai siswa. Dengan demikian, hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
hakekatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris
yang berorientasi pada proses belajar yang dialami siswa (Sudjana, 2011).
Proses belajar mengajar memiliki banyak faktor yang memegang peran
penting antara lain guru dan siswa sebagai pelakunya. Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas (Trianto, 2010).
Lie dan Isjoni (2010), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dengan
istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugastugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suaru kelompok kecil agar siswa
dapat bekerjasama dalam kelompok tersebut. Model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) termasuk dalam pembelajaran kooperatif.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
33
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving) dengan sintaks
menggunakan strategi yang membantu siswa untuk menemukan cara penyelesaian
masalah melalui penyederhanaan masalah, yang menjadi petunjuk untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Suherman, 2008).
Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) merupakan model
pembelajaran mengoptimalkan kegiatan dengan melalui pendekatan pemecahan
masalah yaitu berupa rangkaian pertanyaan yang merupakan petunjuk untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, siswa dituntut untuk
saling bekerjasama dan berdiskusi, sehingga setiap siswa yang mengalami kesulitan
belajar secara individual dapat terbantu dengan belajar kooperatif.
Menurut Herdian (2009), model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)
terdiri dari tiga unsur kata yakni: Means, Ends dan Analysis. Means menurut bahasa
yakni berarti, banyaknya cara, sedangkan Ends adalah akhir atau tujuan, dan Analysis
berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis. Means Ends Analysis pertama kali
diperkenalkan oleh Newell dan Simon yang menyatakan bahwa “Means Ends Analysis
adalah suatu teknik pemecahan masalah di mana pernyataan sekarang dibandingkan
dengan tujuan, dan perbedaannya dibagi ke dalam beberapa bagian tujuan sehinga
memperoleh tujuan yang diinginkan”.
Mulyono (2003), menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah aplikasi dari
konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa
kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi berbeda.
Pemecahan masalah menekankan pada pembelajaran untuk berfikir tentang cara
memecahkan masalah dan memperoleh informasi.
Suherman (2008), menyatakan bahwa model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) adalah variasi dari pembelajaran pemecahan masalah dengan sintaks
yaitu sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah, digabungkan menjadi
bagian-bagian masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan susunan bagianbagian masalah sehingga terjadi konektivitas, pilih strategi solusi.
Pada tahap ini siswa dituntut untuk memahami soal atau masalah yang
dihadapi. Kemudian mengidentifikasi masalah agar dapat mementukan solusi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dengan cara berdiskusi bersama kelompok, setelah
itu siswa menyusun bagian-bagian masalah agar terjadi konektivitas atau hubungan
antara bagian masalah yang satu dengan bagian masalah yang lain dan setiap bagian
masalah tersebut menjadi kesatuan. Pada tahap ini siswa memikirkan solusi atau cara
yang paling tepat, efektif, dan efisien untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
secara berkelompok. Setelah itu dilakukan pengecekan kembali untuk melihat hasil
pengerjaan dan mengoreksi jika terdapat kesalahan dalam pemilihan solusi. Apabila
siswa berhasil mendapatkan solusi yang tepat maka hasil belajar siswa akan semakin
baik.
Materi pembelajaran yang diberikan pada penelitian di kelas VIII SMP Nabil
Husein Samarinda adalah pokok bahasan fotosintesis dan gerak pada tumbuhan,
dimana pada materi ini siswa dikumpulkan dalam bentuk kelompok kecil secara
heterogen untuk berdiskusi dan membahas topik secara berkelompok.
Sebelum dilakukan pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dilakukan
pengenalan model pembelajaran tersebut kepada siswa. Ini dilakukan dengan tujuan
agar dalam proses pembelajaran tersebut siswa dapat lebih memahami peran masingmasing. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi secara singkat lalu
pembentukan kelompok kecil secara heterogen dengan menghitung 1-5, kemudian
diberikan topik yang sama dengan soal pemecahan masalah. Soal tersebut harus
diselesaikan dengan menyusun bagian-bagian masalah agar terjadi konektivitas atau
hubungan antara bagian masalah yang satu dengan bagian masalah yang lain dan
setiap bagian masalah tersebut menjadi kesatuan. Pada tahap ini siswa memikirkan
solusi atau cara yang paling tepat, efektif, dan efisien untuk menyelesaikan masalah
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
34
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
yang dihadapi secara berkelompok. Setelah itu dilakukan pengecekan kembali untuk
melihat hasil pengerjaan dan mengoreksi jika terdapat kesalahan dalam pemilihan
solusi.
Kendala dalam menerapkan model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) di SMP Nabil Husein Samarinda yaitu siswa masih sulit untuk diatur saat
pertama kali model pembelajaran yang diterapkan. Beberapa pertemuan berikutnya
siswa sudah mulai terbiasa, hal itu terlihat dari sikap siswa yang lebih baik dan teratur.
Pada model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) siswa dapat
berdiskusi dengan pemikiran sendiri, berfikir kompleks ketika menganalisis materi
pemecahan masalah kemudian menggabungkan hasil pemikiran dan diskusi kelompok
menjadi bagian-bagian masalah yang lebih sederhana, sehingga menghasilkan
konektivitas yang berakhir dengan solusi yang tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran (Suherman, 2008).
Harto (2014), menyatakan bahwa hasil pembelajaran siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) lebih tinggi
dibandingkan kelompok siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.
Armada (2013), menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
Selain model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) model pembelajaran
laininya yang juga menuntut siswa agar aktif dalam proses pembelajaran adalah Group
Investigation (GI).
Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif, dimana model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan suatu
pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari, siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi
sehingga siswa berperan aktif dan guru berperan sebagai fasilitator (Hamzah, 2014).
Model pembelajaran Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran
dengan kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan
belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Hasil akhir dari
kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang
lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.
Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar adalah model pembelajaran Group Investigation (Agisti, 2009).
Sudjana (2007), menyatakan bahwa Group Investigation (GI) dikembangkan
oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang
berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Ide model
pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep
belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman.
Pada model pembelajaran Group Investigation (GI) siswa dituntut berperan
aktif, dimana siswa harus mencari topik yang akan dibahas sebelumnya dari berbagai
sumber kemudian topik tersebut dibahas bersama kelompok kecil yang sifatnya
heterogen. Setiap kelompok mendapatkan materi yang berbeda. Sehingga pada akhir
pertemuan setiap kelompok harus membacakan hasil diskusinya dan kelompok lain
memberikan tanggapan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami dari penjelasan
kelompok yang menyajikan hasil kesimpulannya.
Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Rindy, 2012).
Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI) perlu adanya pengenalan model pembelajaran kepada siswa. Ini
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
35
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
dilakukan adar dalam proses pembelajaran tersebut siswa dapat memahami peran
masing-masing siswa dan tuhuan yang akan dicapai. Kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan materi singkat, setelah materi diberikan lalu dibentuk kelompok kecil
berjumlah 4-5 orang secara heterogen dengan menghitung 1-5. Kemudian setiap
kelompok diberikan topik-topik pelajaran yang berbeda untuk dibahas bersama
anggota kelompoknya.
Kendala dalam menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) di
SMP Nabil Husein Samarinda yaitu topik disetiap kelompok berbeda sehingga siswa
masih sulit memahami topik dari kelompok lain oleh karenanya peneliti meminta setiap
perwakilan untuk menjelaskan secara rinci dan kelompok lain mencatat ringkasan
singkat dari kelompok penyaji. Pada pertemuan pertama mereka masih sulit untuk
diatur, saat pertama kali model pembelajaran Group Investigation (GI) yang diterapkan.
Beberapa pertemuan berikutnya siswa disetiap kelompok sudah mulai terbiasa, hal itu
terlihat dari sikap siswa yang lebih aktif, baik dan teratur.
Megawati (2014), menyatakan bahwa dengan pembelajaran Group
Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena dalam
proses pembelajarannya siswa dilatih untuk menentukan, menganalisis dan
menyelesaikan masalah. Ariadi (2014), menyatakan bahwa hasil penelitiannya
menunjukkan model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan asessmen
proyek dalam meningkatkan prestasi belajar IPS memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya menurut Ryndi
(2012), menyatakan bahwa penggunaan model Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan kemampuan menulis berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas.
Berdasarkan pembahasan diatas model pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi. Hal
ini telah dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang menigkat dari nilai rata-rata siswa
49,29 menjadi 88,64, dan model pembelajaran Group Invesrigation (GI) dengan hasil
belajar dari nilai rata-rata 49,64 menjadi 88,05, karena adanya pengaruh positif dari
kedua model pembelajaran kooperatif tersebut yang membuat hasil belajar siswa yang
hanya diberi perlakuan berupa pembelajaran langsung dengan rata-rata hasil belajar
39,70 menjadi 75,41.
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) dan model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan
pembelajaran langsung atau konvensional terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa
kelas VIII SMP Nabil Husein Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016 ditunjukkan
dengan hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) thitung = 2,53 sedangkan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1
atau 17-1 = 16 adalah ttabel = 2,120 dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung
lebih besar daripada ttabel pada taraf signifikansi 5% (thitung > ttabel = 2,53 >
2,120).Hasil model pembelajaran Group Investigation (GI) thitung = 2,91 sedangkan
ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 atau 17-1 = 16 adalah ttabel = 2,120
dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung lebih besar daripada ttabel pada taraf
signifikansi 5% (thitung > ttabel = 2,91 > 2,120).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Guru IPA hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran model pembelajaran
Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation (GI) agar
siswa tidak cepat merasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran sehingga
materi dapat tersampaikan secara maksimal.
2. Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dan Group Investigation
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
36
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
(GI) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada peneliti
selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan variasi model
pembelajaran atau pokok bahasan yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Agisti, N. S. 2009. Implementasi Strategi Means Ends Analysis Untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa SMP dalam Komunikasi Matematis. Skripsi. Tersedia Pada
http://digilbid.upi.edu/pasca/avaiable/etd-0603110-151622/ (diakses tanggal 3
Januari 2016)
Armada.2013.Pengaruh Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Suka
Sada.Skripsi
Arikunto Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Citra Wibawa, Gd. Agung, Teddi Harto.2015.Pengaruh Model Pembelajaran Means
Ends Analysis Belajar Kelompok Berbantukan LKS Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas V di SD Bebetin.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
Djiwandono, S.E. 2008. Psikologi Pendidikan. PT Grasindo: Jakarta.
Fitriani.2006. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK.
Semarang: CV. Citra Mandiri Utama
Hamzah, Nurdin. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Hartini, Isti Tri. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis
(MEA) Terhadap Hasil Belajar IPA. Jakarta
Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Joyce, Bruce.2009. Models of Teaching. Bandung : Pustaka Pelajar
Komariah, Eli (2014), Perbandingan Model Pembelajaran CPS Dengan MEA Terhadap
Hasil Belajar IPA Biologi. Universitas Lampung
Lie.2005.Model-model Pembelajaran Inovatif.Alfabeta. Bandung
Lina Listianan,2012.Pemberdayaan keterampilan Berpikir Dalam Pembealajaran
Biologi Melalui Model Kooperatif Tipe GI dan TTW. Jurnal
Misbahuddin, Hassan Iqbal. 2004.Analisi Data Penelitian Statistik Edisi Ke-2. Jakarta:
Bumi Aksara
Mulyasa. 2008. Pembelajaran dengan Belajar Kooperatif Model GI pada Siswa Kelas X
SMA Laboratorium UM. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Megawati.2014.Model Pembelajaran Group Investigation dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Pada Mata Pealajaran Geografi. Malang
Nurhadian.2011. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi
Belajar Mengajar: Teknik Penyajian). Bhineka Cipta : Jakarta
Puspitasari, Itta Denny. 2012. Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah Belajar
Matematika Melalui Strategi Means Ends Analysis. Skripsi. Surakarta: FKIP
UMS
Rahmadia,2015.Pengaruh Penengah Strategi Means Ends Analysis (MEA) Dala m
Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matem atis
siswa.JURNAL
Rindi dkk, 2012.Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Dalam
Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Ciomas Kabupaten Bogor.Skripsi
Rusman. 2010. Model Pembelajaran: PT Rajagrafindo persada: Jakarta.
Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga :Erlangga
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
37
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung : CV. Alfabeta
Sugiyono. 2014. Statsitika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
Suherman. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Supriyono.2014. Belajar dan Faktor-faktornya yang Mempengaruhinya. Jakarta: Raja
Grafindo perkasa
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Supandi. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode GI untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMAN 2
Trawas Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Trianto, M.Pd,. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prenada
Media Group, Jakarta
Winataputra, Udin, S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Yunita, H. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Ekosistem
Kelas VII F Mts Negeri 1 Semarang. Semarang.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
38
Download