PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA
Di SMA Negeri 66 Jakarta
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Anis Kurniasari
(1110017000071)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
:
NIM
:1110017000071
Jurusan
:
PendidikanMatematika
AngkatanTahun
:
2010
Alamat
:
Jalan Andara Gg. Masjid No. 45, RT.006/01, Kel.
Anis Kurniasari
Pangkalan Jati Baru, Kec. Cinere, Kota Depok.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembela jaran Creative
Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1.
2.
Dr, Gelar Dwirahavu. M.Pd
Nama
:
NIP
:19790601 2006042004
Dosen Jurusan
: Pendidikan
Nama
:
NIP
:19610926196603 2 004
Dosen Jurusan
: Pendidikan Matematika
Demikian surat pemyataan
Matematika
Dra. Afidah Mas'ud
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa kripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta. Januari 2015
ABSTRAK
Anis Kurniasari (1110017000071), Pengaruh Model Pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis; (1) kemampuan penalaran analogi
matematik siswa yang diajarkan dengan model Creative Problem Solving (CPS);
(2) kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkaan dengan model
konvensioonal; dan (3) perbandingan antara kemampuan penalaran analogi
matematik siswa yang diajarkan dengan model Creative Problem Solving (CPS)
dengan siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Penelitian ini dilakukan
di SMA Negeri 66 Jakarta pada kelas X MIA 1 dan X MIA 3 semester ganjil
tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode quasi eksperimental dengan rancangan penelitian randomized post-test
only control group design. Subjek penelitian ini adalah 68 siswa yang terdiri dari
34 siswa untuk masing-masing kelas eksperimen dan kelas control. Penentuan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling pada
siswa kelas X MIA. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan
menggunakan tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan penalaran analogi matematik
siswa yang diajar dengan model Creative Problem Solving (CPS) lebih tinggi
daripada siswa yang diajar dengan model konvensional. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajar
dengan model Creative Problem Solving (CPS) sebesar 74,62 dan nilai rata-rata
hasil tes penalaran analogi matematik siswa yang diajar dengan model
konvensional sebesar 67,62 (thitung = 1,76 dan ttabel = 1,67). Kesimpulan hasil
penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan
Barisan dan Deret dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS)
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penalaran analogi matematik
siswa dibandingkan dengan yang menggunakan model konvensional.
Kata kunci: model Creative Problem Solving (CPS), kemampuan penalaran
analogi matematik siswa.
i
ABSTRACT
Anis Kurniasari (1110017000071), The Effects of Creative Problem Solving
Model to The Analogical Reasoning Ability of Mathematics of Student, Thesis of
Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiya and Teachers
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, January 2015.
The study aims to analyze; (1) The analogical reasoning ability of mathematics of
students who taught with models of Creative Problem Solving; (2) The analogical
reasoning ability of mathematics of students who taught with models
conventional; and (3) A comparison between the analogical reasoning ability of
mathematics of students who taught with models of Creative Problem Solving with
students who taught with conventional models. The research conducted at SMAN
66 Jakarta in class X MIA 1 and X MIA 3 of the odd semester for academic year
2014/2015. The method used in this research is quasi experimental method with
Randomized Subjects Post-test Only Control Group Design. Subjects for this
research are 68 students consist of 34 students for each class of experimental
group and control group. To determine sample used cluster random sampling
technique in X MIA class. The data collection after the treatment is done by using
test of mathematical analogical reasoning ability students.
Result of the research revealed that the analogical reasoning ability of
mathematics students who is taught with models of Creative Problem Solving is
higher than students who is taught with conventional models. This matter visible
from the mean score of mathematical analogical reasoning ability test students
who taught with models of Creative Problem Solving is at 74,62 and the average
value of mathematical analogical reasoning ability test students who taught with
conventional model is at 67,62 (tcount = 1,76 and ttable = 1,67). The conclusion of
this research is that learning mathematics on the subjects of Sequences and Series
by using the model of Creative Problem Solving are significantly affect students
mathematical analogical reasoning abilities compared with the conventional
model.
Keywords: Creative Problem Solving, The analogical reasoning ability of
mathematics.
ii
KATA PENGANTAR
‫ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ‬
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam,
dan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
banyak pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan, kesabaran, arahan, waktu, nasihat, dan semangat
dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Afidah Mas’ud, Dra., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen
Penasehat Akademik yang dengan penuh kesabaran telah memberikan
bimbingan, arahan, waktu, nasihat, dan semangat dalam membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2011-2015.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam
pembuatan surat-surat serta sertifikat.
9. Bapak Drs. H. Suhari, kepala SMA Negeri 66 Jakarta yang telah mengijinkan
penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10. Bapak Drs. Dedi S, M.Pd, selaku guru pamong yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian berlangsung.
11. Siswa dan siswi kelas X SMA Negeri 66 Jakarta tahun ajaran 2014/2015,
khususnya kelas X MIA 1 dan X MIA 3 yang telah bersikap kooperatif selama
penulis mengadakan penelitian.
12. Keluarga besar tercinta, terutama kedua orang tua dan kakak adik yang selalu
memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan semangat kepada penulis.
13. Sahabat seperjuangan selama perkuliahan, Siti Heni Hanifah, Ida Fauziah
Syam, Zahra Sa’adatun Nisa, Rahmadiyah, Diana Martiana, Siti Fatur
Rohmah, Devi Yulianti, Dewanti Mustika Sari dan Fajriani yang sudah
memberi semangat, nasihat dan bantuan kepada penulis selama kuliah maupun
selama penyusunan skripsi ini. Semangat kawan, Together We Can.
14. Teman-teman terbaik Siti Anisya Nurantih dan Kartika Syskya Widya yang
sudah membantu penulis ketika mengalami kesulitan serta memberi motivasi
penuh selama proses penyusunan skrispsi.
15. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ’10,
Sparta, Wasabi dan terutama Cuspid. Terima kasih atas kebersamaan dan
bantuannya selama ini baik langsung maupun tidak langsung.
16. Kakak-kakak kelas jurusan Pendidikan Matematika terutama Kak Icha, Kak
Wulan, Kak Imut, Kak Vierra, Kak Indah, Kak Eva, Kak Ulfah, Kak Azizah
dan kakak kelas angkatan ’09 maupun ’08 dan adik kelas angkatan ’11 yang
sudah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini.
17. Sahabat tersayang Indira Gandhi, Difianti Dyas Putri, Rizki Nurhidayah dan
Rizqo Yansyah yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan
berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan
doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah
SWT di dunia dan akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.
Demikianlah,
betapapun
penulis
telah
berusaha
dengan
segenap
kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di
atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai
macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja
yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.
Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesarbesarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.
Jakarta, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................
7
D. Perumusan Masalah..........................................................................
7
E. Tujuan Penelitian..............................................................................
8
F. Manfaat Penelitian............................................................................
8
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ................................................................
9
A. Landasan Teoritis .............................................................................
9
1. Kemampuan Penalaran Analogi Matematik ...............................
9
a. Pengertian Penalaran Matematik...........................................
9
b. Pengertian Penalaran Analogi Matematik ............................. 12
2. Model Pembelajaran Creative Problem Solving ......................... 15
a.
Model Creative Problem Solving ......................................... 15
3. Model Konvensional ................................................................... 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 23
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 28
B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 28
vi
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 30
F. Analisis Instrumen............................................................................ 32
1. Validitas Instrumen ..................................................................... 33
2. Reliabilitas Instrumen .................................................................. 35
3. Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda .......................................... 36
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39
1. Uji Prasyarat ................................................................................ 39
a. Uji Normalitas ........................................................................ 39
b. Uji Homogenitas Varians ....................................................... 40
2. Uji Hipotesis ................................................................................ 41
H. Hipotesis Statistik ........................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 44
A. Deskripsi Data ................................................................................. 44
1. Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas
Eksperimen .................................................................................. 44
2. Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas
Kontrol ......................................................................................... 45
3. Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.......................................... 46
B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis ............................................... 51
1. Uji Normalitas Tes Penalaran Analogi Matematik Siswa ........... 51
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen .......................................... 51
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol ................................................. 51
2. Uji Homogenitas Tes Penalaran Analogi Matematik Siswa ....... 52
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 53
D. Pembahasan ...................................................................................... 54
1. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54
2. Hasil Posttest Kemampuan Penalaran Analogi Matematik......... 60
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 67
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 68
A. Kesimpulan....................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian ..........................................................
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik ............................................................................
Tabel 3.3
29
31
Kriteria Penilaian Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik ..............................................................
31
Tabel 3.4
Nilai Minimal CVR .............................................................
34
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Butir Soal ..........................................
38
Tabel 4.1
Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................
Tabel 4.2
47
Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan
Indikator Penalaran Analogi ................................................
51
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Uji Normalitas .......................................
52
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ....................................
52
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji-t ........................................................
53
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Contoh Analogi Induktif......................................................
14
Gambar 2.2
Contoh Analogi Deklaratif ..................................................
14
Gambar 2.3
Skema Creative Problem Solving Osborn-Parnes ...............
18
Gambar 2.4
Peta Konsep Kerangka Berpikir ..........................................
26
Gambar 4.1
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kumulatif Kelas
Eksperimen ..........................................................................
Gambar 4.2
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kumulatif Kelas
Kontrol .................................................................................
Gambar 4.3
45
46
Kurva Perbandingan Skor Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................
Gambar 4.4
48
Perbandingan Indikator Nilai Rata-rata Kemampuan
Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Penalaran
Analogi ................................................................................
50
Gambar 4.5
Kurva Uji Hipotesis Statistik ...............................................
53
Gambar 4.6
Siswa Berdiskusi dalam Menyelesaikan LKS dengan
Model CPS...........................................................................
Gambar 4.7
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada LKS 3 Tahap
Menemukan Informasi.........................................................
Gambar 4.8
56
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada LKS 3 Tahap Menemukan
Masalah................................................................................
Gambar 4.9
55
57
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada LKS 3 Tahap Menemukan
Gagasan ...............................................................................
57
Gambar 4.10 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada LKS 3 Tahap Menemukan
Solusi ...................................................................................
58
Gambar 4.11 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada LKS 3 Tahap Menemukan
Penerimaan ..........................................................................
59
Gambar 4.12 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompoknya ......
59
x
Gambar 4.13 (a) Siswa Memperhatikan Guru Menerangkan Materi, dan
(b) Siswa Mengerjakan LKS dan Latihan Soal Secara
Berkelompok .......................................................................
60
Gambar 4.14 Cara Menjawab Siswa Kelompok Eksperimen Pada
Nomor 1 ...............................................................................
61
Gambar 4.15 Cara Menjawab Siswa Kelompok Kontrol Pada Nomor 1 ..
61
Gambar 4.16 Cara Menjawab Siswa Kelompok Eksperimen Pada
Nomor 3 ...............................................................................
62
Gambar 4.17 Cara Menjawab Siswa Kelompok Kontrol Pada Nomor 3 ..
63
Gambar 4.18 Cara Menjawab Siswa Kelompok Eksperimen yang
Nilainya Dibawah Rata-rata ................................................
65
Gambar 4.19 Cara Menjawab Siswa Kelompok Kontrol yang Nilainya
Dibawah Rata-rata ...............................................................
xi
66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Tahap Pra Penelitian .........................................
Lampiran 2
Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Tahap Pra Penelitian ............................................................
Lampiran 3
78
Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik Siswa Tahap Pra Penelitian .................
Lampiran 4
76
80
Hasil Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Tahap Pra Penelitian .................................................
84
Lampiran 5
Lembar Wawancara Tahap Pra Penelitian ..........................
86
Lampiran 6
RPP Kelas Eksperimen ........................................................
88
Lampiran 7
RPP Kelas Kontrol ..............................................................
116
Lampiran 8
LKS Kelas Eksperimen .......................................................
145
Lampiran 9
LKS Kelas Kontrol ..............................................................
182
Lampiran 10 Kisi-Kisi Uji Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik ..............................................................
211
Lampiran 11 Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik ............................................................................
214
Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik ..............................................................
219
Lampiran 13 Kriteria Penilaian Instrumen Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik ..............................................................
228
Lampiran 14 Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik dengan Metode CVR ...........................
229
Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Penilaian Instrumen Tes Kemampuan
Penalaran Analogi Matematik dengan Metode CVR ..........
235
Lampiran 16 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik dengan Metode CVR ...........................
236
Lampiran 17 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik ..............................................................
xii
237
Lampiran 18 Perhitungan Uji Validitas ....................................................
238
Lampiran 19 Validitas Instrumen Tes .......................................................
239
Lampiran 20 Perhitungan Uji Realibilitas ................................................
240
Lampiran 21 Reliabilitas Instrumen Tes ...................................................
241
Lampiran 22 Perhitungan Taraf Kesukaran ..............................................
242
Lampiran 23 Taraf Kesukaran Instrumen Tes ..........................................
243
Lampiran 24 Perhitungan Daya Pembeda .................................................
245
Lampiran 25 Daya Pembeda Instrumen Tes .............................................
246
Lampiran 26 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik ............................................................................
247
Lampiran 27 Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik ............................................................................
250
Lampiran 28 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Penalaran
Analogi Matematik ..............................................................
255
Lampiran 29 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Analogi Kelas
Eksperimen ..........................................................................
263
Lampiran 30 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Analogi Kelas Kontrol ..
264
Lampiran 31 Perhitungan Daftar Distribusi Kelas Eksperimen................
265
Lampiran 32 Perhitungan Daftar Distribusi Kelas Kontrol ......................
268
Lampiran 33 Perhitungan Data Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa Kelas Eksperimen ...................................
271
Lampiran 34 Perhitungan Data Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa Kelas Kontrol ..........................................
273
Lampiran 35 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...................
275
Lampiran 36 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol .........................
277
Lampiran 37 Perhitungan Uji Homogenitas .............................................
279
Lampiran 38 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik .....................................
281
Lampiran 39 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Momen ...........
283
Lampiran 40 Tabel Luas Kurva Di Bawah Normal ..................................
284
Lampiran 41 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ................
285
Lampiran 42 Tabel Nilai Kritis Distribusi F .............................................
287
xiii
Lampiran 43 Tabel Nilai Kritis Distribusi t ..............................................
288
Lampiran 44 Lembar Uji Referensi ..........................................................
290
Lampiran 45 Surat Keterangan Sekolah ...................................................
298
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dalam proses pembentukan sumber
daya manusia. Melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan
dan pengalaman empirik yang sangat berguna bagi kehidupannya, serta dapat
mengembangkan diri manusia sesuai dengan potensinya masing-masing. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional
pasal 3 no. 20 tahun 2003.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1
Berdasarkan uraian diatas bahwa dunia pendidikan bertanggung jawab
terhadap kemajuan peradaban dan kecerdasan bangsa. Dan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, salah satu upaya
pemerintah yaitu menyempurnakan kurikulum. Hal tersebut dikarenakan
kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, menentukan arah,
isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Pada
setiap
kurikulum
pendidikan
nasional,
mata
pelajaran
matematika selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan dan tingkatan kelas
dengan proporsi waktu yang lebih banyak daripada mata pelajaran lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran matematika diharapkan mampu
mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik.
Pembelajaran matematika di tingkat SMP dan SMA harus lebih
banyak berorientasi pada bagaimana cara mengembangkan kemampuan
1
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h.8
1
2
penalaran siswa dalam menyelesaikan persoalan-persoalan matematika dan
tidak banyak menekankan pada algoritma atau aturan-aturan tertentu, supaya
matematika lebih bermanfaat dalam kehidupan siswa.2 Maka dapat dikatakan
bahwa matematika merupakan kegiatan yang menggunakan penalaran.
Pentingnya penalaran dalam matematika dapat dilihat dari salah satu
kompetensi inti pada kurikulum 2013, yakni pada kompetensi inti-4 untuk
kompetensi inti keterampilan. Pada KI-4 ini siswa diharapkan mampu
mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.3 Ini
artinya kurikulum 2013 memberi penekanan pada penguasaan kompetensi
penalaran matematik dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Pendapat tentang pentingnya bernalar dikemukakan oleh Nasoetion
yang dikutip Tatag menyatakan bahwa salah satu manfaat penalaran dalam
pembelajaran matematika adalah membantu siswa meningkatkan kemampuan
pemahaman, lebih dari yang hanya sekedar mengingat fakta, aturan, dan
prosedur.4 Dengan demikian kemampuan penalaran perlu dimiliki siswa
karena tidak hanya memperkuat konsep matematika tetapi penalaran juga
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap matematika.
Bila kemampuan penalaran tidak dikembangkan pada siswa, maka
bagi siswa akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan
meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya. Selain itu, penalaran
membantu siswa mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang konsepkonsep sehingga siswa memiliki fondasi kokoh bagi pemahaman matematika
mereka pada masa mendatang.
2
Gelar Dwirahayu, “Pengaruh Pendekatan Analogi Terhadap Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematika Siswa SMP”, Algoritma Vol. 1 No.1, 2006, h. 55
3
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, 2013, h. 8
4
Tatag Yuli Eko Siswono, dan Suwidiyanti, ”Proses Berpikir Analogi Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Matematika Siswa”, Surabaya: FMIPA UNESA, dari
http://www.academia.edu/4069250/PROSES_BERPIKIR_ANALOGI_SISWA_DALAM_MEME
CAHKAN_MASALAH_MATEMATIKA_UNEJ_28_Pebruri_2009_) [20 Januari 2014, pkl.10.10
WIB], h.2
3
Penalaran merupakan bagian terpenting dalam matematika. Menurut
Gelar, “Penalaran merupakan proses berfikir yang dilakukan untuk menarik
kesimpulan berdasarkan fakta dan sumber yang relevan”.5 Secara garis besar
ada dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif merupakan penalaran dari hal umum kemudian ditarik ke
hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan penalaran induktif merupakan proses
penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari hal-hal yang bersifat khusus.
Penalaran induktif terdiri dari tiga jenis yaitu: generalisasi, analogi dan
hubungan kausal (sebab-akibat).
Analogi
dapat
membantu
siswa
memahami
materi
melalui
perbandingan dengan materi lain dengan cara mencari keserupaan sifat
diantara materi yang dibandingkan. Penalaran analogi pun sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kemampuan penalaran analogi siswa
sangat penting untuk dikembangkan.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan penalaran
analogi matematik siswa di salah satu sekolah menengah atas di daerah
Jakarta Selatan, yakni SMA Negeri 66 Jakarta masih tergolong rendah. Siswa
mendapat kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal matematika yang
berbentuk tes penalaran khususnya tes penalaran analogi. Dari hasil tes pra
penelitian yang peneliti lakukan, hampir 95% siswa yang tidak memenuhi
KKM. Siswa masih belum mampu menyelesaikan soal-soal yang berbeda
dengan contoh yang telah diberikan. Selama ini siswa hanya menghafal
rumus, mencatat contoh soal tanpa berlatih mengerjakan soal-soal yang
bervariasi. Hal ini menyebabkan siswa kurang berpikir kreatif dan
kemampuan penalaran analogi matematiknya kurang berkembang.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru, guru mengasumsikan
bahwa terdapat sekitar 15% siswa yang tergolong memiliki kemampuan
analogi matematik tinggi. Dari hasil tes penalaran analogi yang peneliti
lakukan diperoleh hanya sekitar 8,5% siswa yang memiliki kemampuan
penalaran analogi matematik tinggi. Guru mengakui bahwa kemampuan
5
Gelar Dwirahayu, op.cit., h. 57
4
penalaran analogi merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Oleh karena itu, beliau menyatakan bahwa
kemampuan penalaran analogi perlu ditingkatkan dengan cara menggunakan
model pembelajaran yang beragam. Karena selama ini guru sudah
menggunakan beberapa model pembelajaran namun dirasa kurang untuk
meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik siswa.
Dalam pembelajaran di kelas, guru lebih sering menggunakan model
pembelajaran ekspositori. Meskipun guru mengakui sedang berusaha
menerapkan pendekatan scientific yang diusung oleh kurikulum 2013, namun
kenyataannya pembelajaran di kelas tetap bersumber pada guru. Siswa hanya
mendapatkan informasi dari guru tanpa mengembangkan kreativitasnya.
Siswa tidak dilatih untuk menyelesaikan masalah secara kreatif yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mengakibatkan siswa
kurang aktif serta mudah merasa jenuh dalam proses pembelajaran.
Menurut Suryosubroto, “Dalam proses pembelajaran yang sangat
perlu mendapat perhatian oleh guru adalah sumbang saran (brainstorming)
siswa dalam memecahkan masalah”.6 Oleh karena itu, guru memegang
peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas. Guru harus mampu
mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya. Guru harus mampu
merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dan dapat
mengelola sumber belajar yang diperlukan. Di sisi lain, siswa harus terlibat
dalam
proses
belajar,
mereka
dilatih
untuk
menjelajah,
mencari,
mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola
dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Mereka
dibimbing agar mampu menentukan kebutuhannya, menganalisis informasi
yang diterima, serta menyeleksi dan memberi arti pada informasi baru.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan penalaran
analogi matematik siswa masih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena
pembelajaran konsep dan prosedur yang diterapkan selama ini di sekolah
6
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009), h.197.
5
kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dalam
menemukan menemukan berbagai strategi pemecahan masalah sehingga
siswa hanya menghafalkan saja semua rumus atau konsep tanpa memahami
maknanya dan tidak mampu menerapkannya dalam problem solving. Selain
itu, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa belum
diarahkan untuk aktif dalam pembelajaran sehingga kreativitasnya pun belum
mampu dikembangkan.
Model problem solving merupakan suatu alternatif yang dapat
meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik siswa. Model
problem solving dinilai sebagai proses pemerolehan atau pembentukan
pengetahuan. Dengan model problem solving, siswa dilatih bagaimana ia
mampu menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan konsep yang
telah ia miliki. Siswa akan berlatih menyelesaikan berbagai masalah dengan
mengkaitkan suatu materi dengan materi yang lain, menarik keserupaan
antara materi yang telah ia pelajari sebelumnya dan mengkaitkannya dengan
materi yang sedang dipelajarinya saat ini. Dengan demikian, siswa akan
terbiasa pula untuk menggunakan penalarannya, terutama penalaran analogi
matematiknya.
Proses
pemecahan
masalah
atau
problem
solving
perlu
mengembangkan berpikir kreatif ketika menganalisis atau mengidentifikasi
masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ideide atau metode penyelesaian masalah dan mengidentifikasi kemungkinan
solusi dari masalah tersebut. Model pemecahan masalah yang melibatkan
proses kreatif disebut model Creative Problem Solving. Dalam penelitian ini,
model pembelajaran yang dipilih adalah model Creative Problem Solving.
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan
suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan
pemecahan
masalah
yang
diikuti
dengan
penguatan
keterampilan. Dalam Suryosubroto dijelaskan bahwa pembelajaran yang
menerapkan Creative Problem Solving, peran pendidik lebih menempatkan
diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar, baik secara
6
individual maupun kelompok.7 Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar dan siswa akan lebih berperan aktif dalam pembentukan
pemahamannya dengan konteks pemecahan masalah kreatif.
Model Creative Problem Solving melatih siswa untuk berpikir kreatif
dalam pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan,
siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih
dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya menghafal tanpa dipikir,
keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.8 Pada
pembelajaran siswa akan dihadapkan suatu masalah yang harus diselesaikan.
Pada model ini siswa akan dilatih untuk berpikir divergen dan konvergen
untuk mendapatkan pemecahan masalah yang paling tepat.
Model
pembelajaran
Creative
Problem
Solving
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pemecahan masalah.
Dengan aktivitas tersebut, diharapkan siswa akan terlatih untuk bernalar serta
kreatif dalam memecahkan masalah. Dengan masalah matematika yang
beragam dan menekankan kreativitas maka siswa akan terlatih untuk
menggunakan penalaran analoginya secara baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya penalaran analogi matematik siswa.
2. Siswa belum mampu menyelesaikan soal-soal berbeda dengan contoh
yang telah diberikan.
7
8
Suryosubroto, op.cit., h. 201
Ibid, h. 199.
7
3. Siswa tidak dilatih untuk menyelesaikan masalah secara kreatif yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
4. Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar.
5. Siswa belum diarahkan untuk aktif dalam pembelajaran sehingga
kreativitasnya belum mampu dikembangkan.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan mengingat permasalahan yang cukup
luas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah akan dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
“Creative Problem Solving” yaitu suatu model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan kreativitas.
2. Kemampuan penalaran analogi yang dimaksud yaitu kemampuan dalam
menarik sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses.
3. Pokok bahasan yang akan dijadikan penelitian adalah Barisan dan Deret
D. Perumusan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang
memperoleh model pembelajaran Creative Problem Solving?
2. Bagaimana kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang
memperoleh model pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Creative Problem Solving lebih tinggi dari
siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional?
8
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan penalaran analogi matematik siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Creative Problem Solving.
2. Menjelaskan penalaran analogi matematik siswa dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional.
3. Membandingkan penalaran analogi matematik siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model Creative Problem Solving dengan siswa
yang memperoleh model pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Bagi Peneliti, dapat melihat pengaruh kemampuan penalaran analogi
matematik siswa setelah pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
2. Memberikan alternatif pada guru tentang
pembelajaran matematika
melalui model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
3. Dapat melatih kemampuan bernalar siswa yaitu pada penalaran analogi
matematik.
BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teoretis
1. Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
a. Pengertian Penalaran Matematik
Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning. Penalaran merupakan salah
satu dari empat kompetensi dasar matematik lainnya yaitu koneksi, representasi,
komunikasi dan pemecahan masalah. Penalaran adalah proses berpikir yang
dilakukan dengan cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus
yang bersifat khusus ataupun sebaliknya, dari hal yang bersifat umum kemudian
ditarik hal-hal yang bersifat khusus.
Menurut Shadiq, “Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan
baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.”1 Dengan kata lain penalaran
merupakan cara berbikir logis yang merupakan penjelasan dalam upaya
memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat-sifat atau
hokum-hukum tertentu yang diakui kebenarannya, dengan menggunakan langkahlangkah tertentu yang berakhir dengan sebuah kesimpulan.
Bagian dari berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi) disebut
juga penalaran, yakni meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative
thinking. Kemampuan memahami konsep termasuk di dalam basic thinking.
Kemampuan-kemampuan critical thinking antara lain menguji, menghubungkan
dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan
mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat
dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban
yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid dan melakukan analisis dan
1
Fajar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi, (Yogyakarta:
Depdiknas, 2004), h. 2.
9
10
refleksi.
Sedangkan
kemampuan-kemampuan
creative
thinking
yakni
menghasilkan produk orisinil, efektif, kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit
dan penerap ide.2
Salah satu tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa mampu
menggunakan penalaran. Penalaran matematik merupakan kemampuan siswa
untuk mengembangkan dan mengekspresikan berbagai informasi yang didapati
siswa, kemampuan menyusun pembuktian atau menjelaskan gagasan dari
pernyataan matematika kemudian menarik kesimpulannya, serta melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi. Bila kemampuan bernalar
tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi
materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa
mengetahui maknanya.
Menurut Utari dalam Sumadi, orang yang menalar secara analitik cenderung
untuk mencatat pola-pola, struktur-struktur atau kebiasaan-kebiasaan dalam
situasi dunia real dan objek simbol, mereka bertanya jika pola-pola ini adalah
sesuatu kejadian atau jika terjadi untuk suatu alasan.3 Kemampuan memberikan
alasan adalah suatu yang esensial untuk mengerti matematika. Penalaran secara
matematika adalah suatu kebiasaan dalam pikiran, dan seperti kebiasaan lainnya,
ini harus dikembangkan melalui penggunaan yang konsisten dalam banyak
konteks.
Beberapa kemampuan yang tergolong dalam penalaran matematik
diantaranya adalah: menarik kesimpulan logis, memberi penjelasan terhadap
model, fakta, sifat, hubungan atau pola, memperkirakan jawaban dan proses
solusi, menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, atau membuat
analogi, generalisasi dan menyusun konjektur, mengajukan lawan contoh,
mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, membuktikan dan
menyusun argumen yang valid, dan menyusun pembuktian langsung, pembuktian
2
I Wayan Santyasa, “Model Pembelajaran Inovatif”, Penataran Guru-Guru SMP-SMA seKabupaten Jembrana, Jembrana, Juni-Juli 2005, h. 10.
3
I Made Sumadi, “Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan
Penalaran Dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja”, Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 tahun ke-38, Januari 2005, h. 9.
11
tak langsung dan pembuktian dengan induksi matematika.4 Begitu pula pandangan
Wardhani bahwa siswa dikatakan mampu melakukan penalaran bila ia mampu
menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.5
Secara garis besar ada dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan penalaran dari hal umum
kemudian ditarik ke hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan penalaran induktif
merupakan proses penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari hal-hal yang
bersifat khusus.
Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat
umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam
penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Beberapa kegiatan yang
tergolong pada penalaran induktif diantaranya adalah:
a) Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu
diterapkan pada kasus khusus yang lainnya.
b) Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses.
c) Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang
teramati.
d) Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan
ekstrapolasi.
e) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan atau pola yang
ada.
f) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi dan menyusun
konjektur. 6
4
Utari Sumarmo dkk, Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan, (Bandung: UPI
Press, 2008), h. 683.
5
Sri Wardhani, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/ MGMP Matematika: Analisis SI dan
SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/ MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran
Matematika, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika, 2008), h.12
6
Utari Sumarmo, “Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
dikembangkan pada Peserta Didik”, Bandung: FMIPA UPI, 2010, h. 6.
12
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan penalaran adalah suatu proses atau aktivitas menarik kesimpulan atau
membuat pernyataan yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah
dibuktikan kebenarannya.
Dengan demikian, penalaran matematik merupakan kemampuan siswa untuk
mengembangkan dan mengekspresikan berbagai informasi yang didapati siswa,
kemampuan menyusun pembuktian atau menjelaskan gagasan dari pernyataan
matematika kemudian menarik kesimpulannya, serta melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi.
b. Pengertian Penalaran Analogi Matematik
Kata “Analogi” dalam bahasa Indonesia adalah “persamaan atau persesuaian
antara dua benda atau hal yang berlainan disebut juga dengan kias”. Sedangkan
dalam bahasa Arab adalah “qasa” yaitu mengukur atau membandingkan.
Sastrosudirjo mengungkapkan bahwa analogi merupakan kemampuan
melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan benda-benda tetapi juga
hubungan antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan hubungan itu untuk
memperoleh benda-benda atau ide-ide lain. Sedangkan menurut Soekadijo
analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang
lain, tetapi dua hal yang berbeda itu dibandingkan satu dengan yang lain. Dalam
analogi yang dicari adalah keserupaan dari dua hal yang berbeda, menarik
kesimpulan atas dasar keserupaan itu. Dengan demikian analogi dapat
dimanfaatkan sebagai penjelas atau sebagai dasar penalaran.7
Menurut Schwartz dalam Dwirahayu, “Penalaran analogi didasarkan pada
kesamaan dengan memahami aturan.”8 Penggunaan model dalam penalaran
analogi akan menolong siswa memahami secara menyeluruh bagaimana kerja dari
penalaran analogi. Tujuan utama dari penggunaan model dalam konteks penalaran
7
Herdian, “Pengaruh Metode Discovery terhadap kemampuan Analogi dan Generalisasi
Matematis Siswa SMP”, Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung : Perpustakaan
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), h. 24, tidak dipublikasikan.
8
Gelar Dwirahayu, Pengaruh Pendekatan Analogi Terhadap Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematika SMP, Algoritma, Vol. 1 No. 1, 2006, h. 61.
13
analogi adalah bahwa model sebagai suatu bentuk yang dibuat-buat untuk
membantu siswa mempelajari ciri-ciri benda yang dimodelkan. Selain model,
siswa juga dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk mengkorespondensikan
dua hal yang berlainan yaitu antara hal yang ingin kita buktikan dan sesuatu yang
mirip atau serupa dalam pikirannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analogi adalah kesamaan sifat
dari suatu hal yang baru dengan suatu hal yang telah diketahui sebelumnya yang
pada dasarnya berbeda.
Menurut Mundiri dalam Harry, analogi dibagi menjadi dua macam, yaitu
analogi induktif dan analogi deklaratif.9 Analogi induktif adalah analogi yang
disusun berdasarkan persamaan prinsip yang berbeda pada fenomena, selanjutnya
ditarik kesimpulan bahwa apa yang terdapat pada fenomena pertama terdapat pula
pada fenomena kedua. Sebagai contoh, persegi panjang pada bidang datar
mempunyai kesamaan dengan balok pada bangun ruang. Sisi-sisi persegi panjang
(berupa ruas garis) memiliki sifat yang mirip atau sama dengan sisi-sisi pada
balok (berupa bidang) yakni panjang sisi yang berhadapan pada persegi panjang
adalah sama, begitu juga dengan luas sisi yang berhadapan pada balok adalah
sama.10
persegi panjang
balok
Gambar 2.1
Contoh Analogi Induktif
9
Harry Dwi Putra, “Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan SAVI Berbantuan
WINGEOM Untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMP”, Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Bandung, Volume 1, Tahun
2011, h.296.
10
Fajar Shadiq, Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?,
dari:http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Matematika/Penalaran%20dengan%20a
nalogi_fadjar%20shadiq.pdf (7 September 2014, 20.06 WIB), h.4
14
Analogi deklaratif atau penjelas yaitu metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang abstrak atau belum dikenal atau masih samar, dengan
menggunakan hal yang sudah dikenal sebelumnya. Sebagai contoh, angka 24
dijelaskan dengan cara mengambil manik-manik menunjukkan satu bilangan,
kemudian manik-manik tersebut disusun berdasarkan nilai tempat, kemudian
meletakkan 20 buah manik-manik dengan cara menyusunnya menjadi 2 kolom
tiap kolom terdiri dari 10 buah manik-manik yang menunjukkan puluhan, dan
disusun lagi 4 buah manik-manik yang menunjukkan 4 satuan, jadi 24 itu
diperoleh dari 20 dan 4.11
20 dan 4
Gambar 2.2
Contoh Analogi Deklaratif
Lawson dalam Herdian mengungkapkan keuntungan analogi dalam
pengajaran antara lain:12
1) Dapat memudahkan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru dengan cara
mengaitkan atau membandingkan pengetahuan analogi yang dimiliki siswa;
2) Pengaitan tersebut akan membantu mengintregasikan struktur-struktur
pengetahuan yang terpisah agar terorganisasi menjadi struktur kognitif yang
lebih utuh. Dengan organisasi yang lebih utuh akan mempermudah proses
pengungkapan kembali pengetahuan baru;
3) Dapat dimanfaatkan dalam menanggulagi salah konsep.
11
Tatag Yuli Eko Siswono, Model pelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan MasalahUntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, ( Surabaya: Unesa
University Press, 2008) ,h.2
12
Herdian, Pengaruh Metode Discovery terhadap kemampuan Analogi dan Generalisasi
Matematis Siswa SMP, Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung : Perpustakaan
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), h. 25.
15
Penalaran analogi matematik yang dimaksudkan dalam penelitan ini adalah
penalaran analogi yang berasal dari penalaran induktif Utari Sumarmo yaitu
menarik sebuah kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses pada
suatu permasalahan matematika.
Contoh butir tes yang mengukur kemampuan penalaran analogi matematik
siswa di SMA pada materi barisan dan deret adalah sebagai berikut:
1. Pada hari pertama di kelas X, Amir menabung sebanyak Rp. 20.000 dan
setiap hari ia menabung dengan besarnya selalu bertambah sebanyak Rp.
5.000. Dan pada suatu hari Amir menabung uang sebanyak Rp 65.000.
Barisan bilangan 2, 7, 12, 17, … dan bilangan …
Serupa
dengan
A. 42
C. 57
B. 47
D. 62
Jawaban untuk pertanyaan diatas adalah hubungan antara uang yang diterima amir
sebanyak 65.000 serupa dengan bilangan 47. Sebab Rp 65.000 merupakan suku
ke-10 pada soal pertama. Dengan demikian dapat diketahui bahwa suku ke-10
pada soal kedua adalah 47.
2. Model Pembelajaran Creative Problem Solving
a. Model Creative Problem Solving
Creative Problem Solving (CPS) pertama kali dikembangkan pada tahun
1950 oleh Alex Osborn, pendiri The Creative Foundation. Sidney Parnes
bekerjasama dengan Alex Osborn membuat penelitian untuk melakukan
penyempurnaan dari model CPS sehingga model CPS dikenal dengan nama The
Osborn-Parnes Creative Problem Solving. Pada tahun 1980, Creative Problem
Solving atau Pemecahan Masalah Kreatif mulai diterapkan oleh Utari Munandar
di Indonesia. Sebelumnya beliau mengikuti pelatihan Creative Problem Solving
dari tokoh kreativitas Sidney Parnes yang bertempat di University of Buffalo.
Pepkin mengatakan bahwa model Creative Problem Solving adalah suatu
model pembelajaraan yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
16
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.13
Siswa akan memperkaya ide-ide dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan
solusi dari masalah tersebut. Sehingga ketika dihadapkan dengan suatu
pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk
memilih dan mengembangkan tanggapannya. Setiap siswa akan diberi
kesempatan untuk mencurahkan ide-ide kreatifnya dalam pemevahan suatu
masalah.
Model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran
yang melakukan pemusatan pada proses pembelajaran pemecahan masalah
dilengkapi dengan kreativitas. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa
dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa
dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.
Pembelajaran dengan model Creative Problem Solving mengenalkan pada
masalah terbuka. Siswa dihadapkan dengan masalah terbuka yang membutuhkan
jawaban dengan banyak cara penyelesaian. Variasi dan aneka jawaban tersebut
akan memberikan pengalaman siswa dalam memecahkan masalah. Dengan cara
ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi intelektualitas dan
memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Model Creative Problem Solving termasuk dalam model pemecahan
masalah yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
dinamisator belajar siswa. Sedangkan siswa di arahkan untuk berkretivitas dalam
mempelajari materi pelajaran dengan cara mengkonstruksi dan menemukan
sendiri materi pelajaran melalui pengalaman langsung. Siswa di arahkan untuk
berperan aktif, sehingga diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Terdapat banyak versi CPS yang dikembangkan oleh para ahli. Pada
awalnya, Osborn menyatakan bahwa model pembelajaran CPS memiliki tiga
tahap, yaitu:
13
Pepkin, Karel L, Creative Problem Solving in Math, dari: http://m2sconf.uh.edu/honors/honors-and-the-schools/houston-teachers-institute/curriculumunits/pdfs/2000/articulating-the-creative-experience/pepkin-00-creativity.pdf (8 Februari 2014,
pukul 12.38 WIB), h.2.
17
1) Menemukan fakta, meliputi penggambaran masalah, mengumpulkan dan
meneliti data dan informasi yang bersangkutan.
2) Menemukan gagasan, yakni dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan
dalam rangka pemecahan masalah.
3) Menemukan solusi, merupakan proses evaluatif sebagai puncak dalam
mencari solusi akhir.14
Kemudian Osborn bekerja sama dengan Parnes mengembangkan model
Creative Problem Solving yang telah diciptakan Osborn sebelumnya. Tahap-tahap
model pemecahan masalah Osborn-Parnes adalah sebagai berikut:
1) Menemukan Situasi (Mess-finding); tahap ini merupakan suatu usaha untuk
mengidentifikasi suatu situasi yang disajikan.
2) Menemukan Fakta (Fact-finding); tahap menemukan fakta dilakukan dengan
mengidentifikasi semua fakta yang diketahui dan berhubungan dengan situasi
yang disajikan. Hal ini bertujuan untuk menemukan informasi yang tidak
diketahui tetapi penting untuk dicari.
3) Menemukan Masalah (Problem-finding); tahap menemukan masala, siswa
diupayakan agar dapat mengidentifikasi semua kemungkinan pernyataan
masalah dan kemudian memilih masalah yang paling penting atau apa yang
mendasari masalah.
4) Menemukan Gagasan (Idea-finding); tahap ini merupakan upaya untuk
menemukan sejumlah ide atau gagasan yang mungkin dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
5) Menemukan Solusi (Solution-finding); pada tahap penemuan solusi, ide dan
gagasan yang telah diperoleh pada tahap idea-finding diseleksi untuk
menemukan ide paling tepat dalam memecahkan masalah.
6) Menemukan Penerimaan (Acceptance-finding); tahap ini merupakan usaha
untuk memperoleh penerimaan atas solusi masalah, menyusun rencana
tindakan dan mengimplementasikan solusi tersebut.15
14
Donald J. Traffinger, Scott G. Isaksen, & K. Brian Dorval, Creative Problem Solving
(CPS Version 6.1 TM) A Contemporary Framework for Managing Change. Center for Creative
Learning, Inc. and Creative Problem Solving Group, Inc. 2010, h. 2
18
Tetapi Gary Davis dalam Creativity is Forever menyatakan bahwa biasanya
tahapan CPS menurut Osborn-Parnes disajikan dalam lima langkah, yaitu factfinding, problem-finding, idea-finding, solution-finding dan acceptance-finding.
factfinding
problemfinding
ideafinding
solutionfinding
acceptanc
e-finding
Gambar 2.3 Skema Creative Problem Solving Osborn-Parnes
Sementara Roger Von Oech menyatakan bahwa proses pemecahan masalah
secara kreatif senantiasa melalui dua fase, yaitu fase imaginatif dan fase
pelaksanaan. Pada fase imaginatif, gagasan mengenai pemecahan masalah
dimunculkan, sedangkan pada fase pelaksanaan, gagasan tersebut kemudian
dievaluasi dan diimplementasikan.16
Pendapat lain dikemukakan oleh Pepkin yang menjelaskan terdapat empat
tahap dalam model pembelajaran CPS. Tahapan model CPS menurut Pepkin ini
merupakan hasil gabungan dari prosedur Osborn dan Van Oech. Adapun
tahapannya sebagai berikut:
1) Clarification Of The Problem (Klarifikasi Masalah)
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa agar siswa
dapat memahami tentang penyelesaian apa yang diminta dari suatu masalah
yang disajikan. Dari penjelasan guru, siswa berusaha untuk menemukan dan
memahami situasi dan kondisi dari suatu permasalahan.
2) Brainstorming (Curah Gagasan)
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang
berbagai macam strategi penyelesaian masalah. Dari setiap ide yang
diungkapkan, siswa mampu untuk memberikan alasan.
3) Evaluation/Selection (Evaluasi dan Pemilihan)
15
William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik, Creative Problem Solving, (Genigraphics
Inc: 1999), cet ke-3, h. 4
16
Karen L. Pepkin, Creative Problem Solving in Math, 2013, h.2,
(www.uh.edu/honors/honors-and-the-schools/houston-teachers-institute/curriculumunits/pdfs/2000/articulating-the-creative-experience/pepkin-00-creativity.pdf)
19
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan
pendapat-pendapat
atau
strategi-strategi
mana
yang
cocok
untuk
menyelesaikan masalah.
4) Implementation (Implementasi)
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk
menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.17
Sedangkan Treffinger, Isaksen dan Dorval mengemukakan terdapat tiga
komponen utama yang terdiri dari enam langkah dalam proses Creative Problem
Solving sebagai berikut:
1) Tahap Memahami Masalah (Understanding Challenge)
Pada tahap ini siswa dituntut untuk bekerja sesuai dengan tujuan, mengajukan
pertanyaan yang tepat atau menyatakan masalah dengan cara yang akan
membantu untuk menemukan beberapa jawaban yang efektif.
Berikut langkah-langkah pada tahap memahami masalah:
a) Menciptakan kemungkinan, yaitu dalam mengidentifikasi dan memilih
tujuan umum, tantangan atau kesempatan dalam memecahkan masalah.
b) Mengembangkan data, yaitu menemukan beberapa kemungkinan masalah
yang timbul dan memilih sebuah masalah yang difokuskan untuk
diselesaikan.
2) Tahap Menciptakan Ide (Generating Ideas)
Jika masalah yang harus diselesaikan sudah jelas, perlu untuk menghasilkan
ide-ide yang memiliki kemungkinan sebagai solusi pemecahan masalah. Pada
tahap ini siswa diharapkan menghasilkan banyak ide-ide baru dan tidak biasa
atau bervariasi untuk menanggapi masalah, kemudian mengidentifikasi
kemungkinan ide yang paling baik untuk dijadikan solusi.
3) Tahap Merencanakan Penyelesaian (Preparing for Action)
Pada tahap ini siswa perlu menganalisis, memperbaiki atau mengembangkan
ide-ide yang diciptakan agar menjadi solusi yang berguna. Tahap ini terdiri
dari dua langkah, yaitu:
17
Karen L. Pepkin, op. cit., h.3
20
a) Membangun solusi, yaitu mengkaji ide-ide yang paling mungkin untuk
dijadikan solusi dan membentuk ide-ide tersebut me8njadi solusi
potensial.
b) Membangun penerimaan, yaitu mengeksplorasi solusi yang sudah
didapatkan dengan mencari sumber lainnya yang mendukung kemudian
menyusun rencana tindakan, memantau tindakan, merevisi seperlunya dan
mengimplementasikan solusi tersebut.18
Tahapan-tahapan CPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gabungan
antara tahapan-tahapan CPS yang telah dipaparkan diatas, yaitu:
a) Menemukan informasi
Tahap ini merupakan tahapan dimana siswa menemukan atau mengidentifikasi
fakta-fakta atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan dihadapi.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui informasi yang tidak diketahui
tetapi penting untuk dicari.
b) Menemukan masalah
Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu untuk menemukan masalah apa yang
sedang dihadapi, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan
tujuan. Tahap ini juga mengharapkan siswa agar lebih fokus terhadap masalah
apa yang ingin diselesaikan. Sehingga siswa memperkirakan bagaimana cara
menyesaikan masalah tersebut.
c) Menemukan ide
Pada tahap ini, siswa akan berupaya untuk menemukan sejumlah ide atau
gagasan yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
d) Menemukan solusi
Pada tahap penemuan solusi, ide dan gagasan yang telah diperoleh pada tahap
menemukan ide diseleksi untuk menemukan ide paling tepat dalam
memecahkan masalah.
18
Donald J. Treffinger, Scott G. Isaksen dan K. Brian Stead-Dorval. Creative Problem
Solving: an Introduction (Waco TX: Prufrock Press, 2006), h. 19-20
21
e) Menemukan penerimaan
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa melakukan usaha untuk memperoleh
penerimaan atas solusi masalah. Kemudian siswa akan menyusun rencana
tindakan dan mengimplementasikan solusi tersebut.
3. Model Konvensional
Model
pembelajaran
konvensional
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran yang masih berlaku dan banyak digunakan oleh guru-guru di
sekolah. Pembelajaran konvensional yang dilaksanakan di sekolah tempat
dilaksanakan
penelitian
ini
adalah
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan pembelajaran ekspositori. Menurut Sanjaya, “Pembelajaran
ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.”19
Dalam pembelajaran ekspositori, materi pelajaran yang disampaikan
merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti fakta atau konsep tertentu
sehingga tidak menuntut siswa untuk mengkonstruk pikirannya dan tidak
menuntut siswa untuk berpikir ulang. Sehingga pembelajaran seperti ini lebih
mengutamakan hafalan dari pada pemahaman dan lebih mengutamakan hasil dari
pada proses.
Pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran yang terpusat kepada
guru, tetapi dominasi guru dalan pembelajaran ini masih lebih sedikit
dibandingkan dengan metode ceramah. Guru tidak terus menerus bicara,
melainkan hanya pada awal pelajaran, saat menerangkan materi dan contoh soal
dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. murid mengerjakan latihan soal
sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakan bersama temannya, atau
disuruh membuatnya di papan tulis.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, pembelajaran ini
cenderung menekankan kepada hafalan siswa terhadap rumus-rumus yang
19
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta
Kencana 2010), h.179
22
diberikan karena guru akan memberikan rumus-rumus kepada siswa bukan
melatih siswa untuk mencari tahu dari mana rumus tersebut berasal. Hal ini
berakibat pada penguasaan siswa terhadap konsep matematika cenderung
bersumber dari hafalan bukan pemahaman.
Langkah-langkah pembelajaran ekspositori dapat dirinci sebagai berikut:
a) Persiapan, dalam tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran.
b) Penyajian, dalam tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru berusaha semaksimal mungkin
agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
c) Korelasi, dalam tahap ini guru menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa untuk memberikan makna terhadap materi pembelajaran.
d) Menyimpulkan, adalah tahapan memahami inti dari materi pembelajaran yang
disajikan.
e) Mengaplikasikan, merupakan tahapan unjuk kemampuan siswa setelah
menyimak penjelasan dari guru. 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian terkait
dengan implementasi Creative Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan
penalaran analogi matematik siswa adalah sebagai berikut:
1. Penelitian I Nym. Budiana, Dw. Nym. Sudana dan Ign. I Wyn. Suwatra
tentang pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA siswa
kelas V SD. Temuan penelitian ini, melaporkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan
dengan model CPS lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri
Gugus VI Kecamatan Bajarangkan Kabupaten Klungkung tahun pelajaran
2012/2913. Hal ini ditunjukkan oleh
20
Ibid., h. 185-190.
dan
23
didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang dicapai oleh kelompok siswa
yang belajar menggunakan model CPS lebih tinggi jika dibandingkan dengan
skor rata-rata yang dicapai oleh kelompok siswa yang belajar dengan model
pembelajaran konvensional .
2. Penelitian Kadir dan Siti Mariam Juwaeni Ulfah tentang pengaruh penerapan
strategi pemecahan masalah “look for a pattern” terhadap kemampuan
penalaran analogi matematik siswa SMP yang mengemukakan bahwa
kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajar dengan strategi
pemecahan masalah look for a pattern lebih tinggi dari pada siswa yang diajar
dengan strategi konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes
kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajar dengan strategi
pemecahan masalah look for a pattern adalah sebesar 62,10 dan nilai rata-rata
hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajar dengan
strategi konvensional adalah sebesar 36,83 (thitung = 4,32 dan ttabel = 2,00).
C. Kerangka Berpikir
Salah satu ciri khusus matematika adalah sifatnya yang menekankan pada
proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik. Demikian pula
matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generative. Melalui kegiatan
matematik (doing math) memberikan sumbangan yang penting kepada siswa
dalam pengembangan nalar, berpikir logis, sistematis, kritis, cermat dan bersikap
obyektif serta terbuka dalam menghadapi permasalahan.
Secara empirik ditemukan bahwa siswa sekolah menengah mengalami
kesukaran dalam menggunakan strategi dan kekonsistenan penalaran logika. Hal
ini terlihat dari hasil observasi peneliti yang menunjukkan bahwa kemampuan
penalaran analogi matematik siswa di salah satu sekolah menengah atas di daerah
Jakarta Selatan, yakni SMA Negeri 66 Jakarta masih tergolong rendah. Siswa
mendapat kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal matematika yang berbentuk
tes penalaran khususnya tes penalaran analogi. Dari hasil observasi yang peneliti
lakukan, hampir 95% siswa yang tidak memenuhi KKM. Siswa masih belum
mampu menyelesaikan soal-soal yang berbeda dengan contoh yang telah
24
diberikan. Selama ini siswa hanya menghafal rumus, mencatat contoh soal tanpa
berlatih mengerjakan soal-soal yang bervariasi. Hal ini menyebabkan siswa
kurang berpikir kreatif dan kemampuan penalaran analogi matematiknya kurang
berkembang.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru, guru mengasumsikan
bahwa terdapat sekitar 15% siswa yang tergolong memiliki kemampuan analogi
matematik tinggi. Dari hasil tes penalaran analogi yang peneliti lakukan diperoleh
hanya sekitar 8,5% siswa yang memiliki kemampuan penalaran analogi
matematik tinggi. Guru mengakui bahwa kemampuan penalaran analogi
merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.
Oleh karena itu, beliau menyatakan bahwa kemampuan penalaran analogi perlu
ditingkatkan dengan cara menggunakan model pembelajaran yang beragam.
Karena selama ini guru sudah menggunakan beberapa model pembelajaran namun
dirasa kurang untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik
siswa.
Analogi dapat membantu siswa memahami materi melalui perbandingan
dengan materi lain dengan cara mencari keserupaan sifat diantara materi yang
dibandingkan. Penalaran analogi pun sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Sehingga kemampuan penalaran analogi matematik siswa sangat penting
untuk dikembangkan.
Dalam proses pembelajaran yang sangat perlu mendapat perhatian oleh
guru adalah sumbang saran (brainstorming) siswa dalam memecahkan masalah.
Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di
kelas. Guru harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya. Guru
harus mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dan dapat
mengelola sumber belajar yang diperlukan. Di sisi lain, siswa harus terlibat dalam
proses belajar, mereka dilatih untuk menjelajah, mencari, mempertanyakan
sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan
hasil perolehannya secara komunikatif. Mereka dibimbing agar mampu
menentukan kebutuhannya, menganalisis informasi yang diterima, serta
menyeleksi dan memberi arti pada informasi baru.
25
Selama ini pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang
menekankan pemahaman tanpa melibatkan kemampuan penalaran analogi
matematik siswa. Padahal, dalam pembelajaran matematika bukanlah hanya
mentransfer ide atau gagasan dan pengetahuan dari guru kepada siswa. Lebih dari
itu, proses pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang dinamis,
dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan
memikirkan gagasan-gagasan yang diberikan. Oleh karena itu, guru harus
memfasilitasi
siswanya
sedemikian
sehingga
mereka
dapat
mengaitkan
pengetahuan yang sudah mereka miliki dengan pengetahuan yang baru agar
proses pembelajaran dirasa lebih bermakna. Keterhubungan antara pengetahuan
lama dan baru ini akan memudahkan siswa dalam belajar matematika.
Model pembelajaran Creative Problem Solving memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif dalam proses pemecahan masalah. Pada dasarnya model
CPS merupakan sebuah proses pembelajaran yang menuntun siswa untuk
membangun pengetahuannya. Proses pembelajaran dengan model CPS yang
diawali dengan tahap menemukan informasi yang bertujuan untuk mngidentifikasi
masalah. Siswa diberikan suatu ilustrasi soal kemudian siswa mengamati masalah
yang terdapat pada ilustrasi soal yang diberikan, kemudian menuliskan apa saja
informasi yang terdapat pada ilustrasi soal tersebut. Pada tahap ini, diharapkan
siswa dapat bernalar analog dengan cara mengaitkan kesamaan antara
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan masalah yang dihadapi. Tahapan yang
kedua yaitu menemukan masalah. Pada tahapan ini siswa diminta untuk
menemukan permasalahan pada ilustrasi yang telah diberikan. Pada tahap ini,
siswa diharapkan dapat mengaitkan informasi-informasi yang terdapat di dalam
soal, sehingga siswa paham betul apa permasalahan yang akan dihadapi. Tahap
selanjutnya yaitu menemukan gagasan. Pada tahap ini siswa diminta untuk
menemukan gagasan atau ide yang terdapat pada ilustrasi yang telah diberikan.
Siswa dapat bernalar analog untuk mengaitkan permasalahan yang sedang
dihadapi menjadi sebuah ide matematis pada tahapan ini. Tahap berikutnya yaitu
menemukan solusi. Pada tahap ini siswa menyelesaikan masalah yang diberikan
dengan tahap-tahap yang jelas dan terperinci. Tahap terakhir yaitu menemukan
26
penerimaan. Tahapan ini bertujuan untuk melakukan pengecekan ulang terhadap
solusi-solusi yang telah siswa temukan pada tahapan sebelumnya.
Uraian tersebut dapat direpresentasikan melalui bagan berikut:
Model
Creative Problem Solving
Menemukan Informasi
Ditingkatkan
dengan
Menemukan Masalah
Masalah
Penalaran
Analogi
Matematik Siswa
Rendah
Menemukan Gagasan
Menemukan Solusi
Menemukan Penerimaan
Meningkatnya
Kemampuan
Penalaran Analogi
Matematik Siswa
Meningkat
Gambar 2.4 Peta Konsep Kerangka Berpikir
27
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritik yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Kemampuan penalaran analogi
matematik siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving lebih tinggi daripada kemampuan
penalaran
analogi
matematik
siswa
yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.”
dalam
pembelajarannya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 66 Jakarta yang beralamat
di Jalan Bango III, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Penelitian
berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yaitu pada bulan
November 2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan
varibel terikat. Variabel terikatnya adalah kemampuan penalaran analogi
matematik siswa, dan variabel bebasnya adalah model pembelajaran Creative
Problem Solving.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi
eksperimen. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan
menerapkan model Creative Problem Solving (CPS)
dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik
siswa melalui hasil belajar siswa, kemudian membandingkan hasil belajar
matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model Creative
Problem Solving (kelompok eksperimen) dengan siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan model konvensional (kelompok kontrol).
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
two group randomized subject posttest only artinya pengkontrolan secara
1
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2008), h.114
28
29
acak dengan tes hanya diakhir perlakuan. Desain Penelitian tersebut
dinyatakan sebagai berikut.2:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Group
Variabel
Terikat
Postest
(R)
Eksperimen
X1
Y1
(R)
Kontrol
X2
Y2
Keterangan :
R : Random
X1: Perlakuan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
X2 : Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional
Y1: Hasil post-test kelompok eksperimen
Y2 : Hasil post-test kelompok kontrol
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
MIA SMA Negeri 66 Jakarta. Teknik pengambilan sampel yaitu Cluster
Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang
dilakukan dengan merandom kelas. Teknik ini mengambil dua kelas dari tiga
kelas yang tersedia yaitu X MIA 1, X MIA 2, dan X MIA 3. Kemudian dari
kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas yang akan dijadikan
2
3
Ibid., h.112.
Ibid., h. 117.
30
sebagai kelas eksperimen dan kontrol, maka terpilih kelas X MIA 1 dengan
jumlah 34 orang sebagai kelas kontrol yaitu siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran konvensional, sedangkan X MIA 3 dengan jumlah siswa
34 orang sebagai kelas eksperimen yang belajar menggunakan model
Creative Problem Solving (CPS).
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor tes kemampuan
penalaran analogi matematik siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik tes, yaitu tes kemampuan penalaran analogi matematik.
Tes kemampuan penalaran analogi matematik diberikan kepada kelas
eksperimen yaitu kelas X MIA 3 yang diterapkan dengan model
pembelajaran CPS dan kelas Kontrol yaitu kelas X MIA 1 yang diterapkan
dengan model konvensional. Tes kemampuan penalaran analogi matematik
yang diberikan terdiri dari 8 butir soal berbentuk pilihan ganda beralasan
dengan pokok bahasan Barisan dan Deret.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes untuk
mengukur kemampuan penalaran analogi matematik berupa soal-soal uraian
sebanyak 10 butir soal yang diberikan dalam bentuk post-test. Instrument tes
ini diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan
Barisan dan Deret, dimana tes yang diberikan kepada kedua kelas tersebut
adalah sama.
Adapun indikator yang akan diukur melalui tes uraian akan dijelaskan
sebagaimana terdapat pada Tabel 3.2 berikut ini:
31
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa
Kompetensi Dasar :
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
Indikator Soal
No.
Jumlah
Soal
Soal
1, 2
2
3
1
4
1
5, 6
2
7, 8
2
Memberikan kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses (analogi) dari
pola barisan bilangan.
Memberikan kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses (analogi) dari
barisan aritmatika atau barisan geometri.
Memberikan kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses (analogi) dari
suku ke-n barisan aritmatika atau barisan geometri.
Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang
berbeda berdasarkan keserupaan data atau proses
(analogi) dari jumlah n suku pertama deret aritmatika
atau deret geometri.
Memberikan kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses (analogi) dari
sifat-sifat pada barisan untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan barisan bilangan atau deret
bilangan.
JUMLAH
8
32
Untuk memperoleh data kemampuan penalaran analogi matematik
siswa, diperlukan penilaian terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal.
Kriteria penilaian dan indikator kemampuan penalaran analogi matematik
yang digunakan diadaptasi dari penelitian yangdilakukan oleh Samsul
Ma’arif,4 seperti pada tabel 3.3 berikut ini:.
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Instrumen Tes Kemampuan
Penalaran Analogi Matematik
Skor
4
Kriteria
Dapat menjawab semua aspek pertanyaan tentang
analogi dan dijawab dengan benar dan jelas atau
lengkap
3
Dapat menjawab hampir semua aspek pertanyaan
tentang analogi dan dijawab dengan benar
2
Dapat menjawab hanya sebagian aspek pertanyaan
tentang analogi dan dijawab dengan benar
1
Menjawab tidak sesuai atas aspek pertanyaan tentang
analogi atau menarik kesimpulan salah
0
Tidak ada jawaban
Nilai Akhir =
Perolehan Skor
x Skor Ideal (100)
Total Skor
F. Analisis Instrumen
Instrumen terlebih dahulu di uji cobakan sebelum digunakan sehingga di
dapatkan instrumen yang layak atau tidak layak pakai. Uji coba ini
4
Samsul Maarif, “Meningkatkan Kemampuan analogi dan Generalisasi Matematis
Siswa SMP Menggunakan Pembelajaran Dengan Metode Discovery”, Tesis Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung 2012, h.59., tidak dipublikasikan.
33
dimaksudkan untuk memperoleh validitas, reliabilitas instrumen, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran.
1. Validitas Instrumen
Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar
ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betulbetul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebelum dilakukan uji coba
instrumen tes penelitian ke siswa, terlebih dahulu peneliti melakukan
penilaian instrumen tes penalaran analogi matematik siswa yaitu dengan
memberikan form penilaian instrumen tes penelitian kepada 5 guru SMA
Negeri 66 Jakarta, 3 guru matematika SMA Negeri 49 Jakarta, dan 2 guru
matematika SMA Negeri 97 Jakarta.
Penilaian instrumen tes oleh para ahli dimaksudkan untuk memperoleh uji
validitas isi instrumen tes kemampuan penalaran analogi matematik dengan
menggunakan metode CVR (Content Validity Ratio). Rumus CVR yang
digunakan adalah sebagai berikut: 5
CVR =
( n e  N 2)
N2
Keterangan:
CVR
: Konten validitas rasio (Content Validity Ratio)
ne : Jumlah penilai yang menyatakan item soal esensial
N : Jumlah penilai
Validitas isi dengan metode CVR dilakukan pada tiap item soal. Jika nilai
CVR tidak memenuhi signifikansi statistik yang ditentukan dari tabel nilai
minimum CVR yang disajikan lawshe maka item soal tersebut tidak valid dan
5
C. H Lawshe, A quantitative approach to content validity, By Personnel
Psychology, INC, 1975, h. 567-568.
34
akan dihilangkan atau dieliminasi. Berikut akan disajikan dalam table nilai
minimal dari CVR.6
Tabel 3.4
Nilai Minimal CVR
Jumlah Panelis
Nilai Minimal CVR
5
0,99
6
0,99
7
0,99
8
0,78
9
0,75
10
0,62
11
0,59
12
0,56
13
0,54
14
0,51
15
0,49
20
0,42
25
0,37
30
0,33
35
0,31
40
0,29
Berdasarkan hasil perhitungan dari 10 butir soal diperoleh 10 butir soal
valid. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Setelah dilakukan uji validitas isi dengan metode CVR, peneliti melakukan
uji coba instrumen tes penelitian kepada 36 siswa menggunakan 10 butir soal
yang memenuhi signifikasi statistik dari nilai minimum CVR, kemudian
6
C. H Lawshe, A quantitative approach to content validity, By Personnel Psychology, INC,
1975, h. 568
35
dilakukan uji validitas butir soal atau validitas item pada hasil tes
kemampuan
penalaran
analogi
matematik
siswa
tersebut
dengan
menggunakan korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:7
∑
√* ∑
(∑ ) ∑
(∑ ) +* ∑
(∑ ) +
Keterangan :
N : Jumlah responden
X : Skor item
Y : Skor total
Setelah diperoleh harga
mambandingkan harga
, kita lakukan pengujian validitas dengan
dan
product moment, dengan terlebih
dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya,
dengan rumus df = n-2. Dengan diperolehnya df atau db, maka dapat dicari
harga
product moment pada taraf signifikansi 5%. Kriteria
pengujiannya adalah jika
, maka soal tersebut valid dan jika
maka soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan
validitas dari 10 butir soal diperoleh 8 butir soal tersebut valid yaitu soal no 1, 2, 4,
5, 7, 8, 9 dan 10.
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Adapun rumus yang digunakan
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 87.
36
untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach8 :
(
)(
)
Dimana:
= reabilitas yang dicari
n
= banyaknya butir soal (yang valid)
∑
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,80 <
≤ 1,00
Derajat reliabilitas sangat baik
0,60 <
≤ 0,80
Derajat reliabilitas baik
0,40 <
≤ 0,60 Derajat reliabilitas cukup
0,20 <
≤ 0,40
Derajat reliabilitas rendah
0,00 <
≤ 0,20
Derajat reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan reabilitas instrument, diperoleh nilai
0,552. Jika dilihat dari kriteria reabilitas, maka dapat disimpulkan bahwa
instrument penelitian memiliki reabilitas yang cukup.
3. Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda
Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui soal-soal yang sukar,
sedang dan mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang dan
mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.9 Uji taraf kesukaran
instrumen penelitian dihitung dengan menghitung indeks besarannya dengan
rumus :
8
9
Ibid, h. 122.
Ibid, h. 222-223.
37
Dimana:
P
= Indeks Kesukaran
B
= Jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i
JS = Jumlah skor maksimum item soal ke-i
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:10
0,00 < P ≤ 0,30 : soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 : soal sedang
0,70 < P ≤ 1,00 : soal mudah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran, dari 8 butir soal
yang valid, diperoleh hasil 8 butir soal tergolong dalam kategori soal sukar.
Pengujian
daya
pembeda
soal
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan suatu soal dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.11
Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai
berikut:
Dimana:
= Indeks daya pembeda suatu butir soal
= Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
= Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
= Banyak siswa pada kelompok atas
= Banyak siswa pada kelompok bawah
Tolok ukur untuk menginterpretaikan daya pembeda tiap butir soal
digunakan kriteria sebagai berikut :12
10
Ibid, h. 225.
Ibid, h. 226.
12
Ibid, h. 232.
11
38
D = 0,00
: sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 : jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 : cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 : baik
0,70 < DP ≤ 1,00 : baik sekali
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal, dari 8 butir soal
valid yang diujikan, 1 soal dikategorikan “cukup”, dan 7 soal dikategorikan
“jelek”.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
No.
Soal
Validitas
Taraf
Kesukaran
Daya Pembeda
Keterangan
1
Valid
Sukar
Cukup
Digunakan
2
Valid
Sukar
Buruk
Digunakan
3
Tidak Valid
-
-
Tidak Digunakan
4
Valid
Sukar
Buruk
Digunakan
5
Valid
Sukar
Buruk
Digunakan
6
Tidak Valid
-
-
Tidak Digunakan
7
Valid
Sukar
Buruk
Diperbaiki
8
Valid
Sukar
Buruk
Digunakan
9
Valid
Sukar
Buruk
Digunakan
10
Valid
Sukar
Buruk
Digunakan
0,552
Reliabilitas
Berdasarkan
kesimpulan
hasil
uji
validitas
tersebut
penulis
memutuskan hanya 8 butir soal yang akan digunakan dalam tes yang akan
dilakukan di kelas eksperimen dan kontrol pada akhir penelitian yaitu butir soal
nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, dan 10.
Terdapat 7 soal yang penulis perbaiki pada butir soal nomor 2, 4, 5 , 7,
8, 9 dan 10. Pada semua soal tersebut penulis memperbaiki redaksi perintah dalam
soal serta menambahkan informasi tambahan dalam soal yang diharapkan tingkat
39
kesukaran pada soal tersebut menjadi sedang karena pada soal tersebut cenderung
sukar sehingga hampir semua siswa menjawab salah.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai
perbedaan dua rata– rata populasi. Uji yang digunakan adalah uji–t. Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan rumus chi square.
Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut13:
1) Menentukan hipotesis
H0 : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Menentukan rata-rata ( ̅ )
3) Menentukan standar deviasi (
)
4) Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi dengan membuat
daftar frekuensi observasi ( ) dan frekuensi ekspektasi ( )
5) Mencari
dengan rumus:
∑
6) Mencari
)
dengan derajat bebas (db) = k – 3, dimana k
banyaknya kelompok. Dengan
signifikan
(
taraf kepercayaan 95% atau taraf
.
7) Kriteria pengujian:
13
Dr. Kadir, M.Pd., Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Rosemata
Sampurna, 2010), h. 113.
40
Jika
, maka H0 diterima
Jika
, maka H0 ditolak
8) Kesimpulan
: sampel berasal dari popilasi berdistribusi
normal
: sampel berasal dari populasi berdistribusi
tidak normal
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui kesamaan
antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas varians yang
digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut14:
1) Hipotesis
H0 :
H1 :
2) Cari
dengan rumus:
3) Tetapkan taraf signifikan α = 5%
4) Hitung
pada derajat bebas
(
(
) dan
) dengan rumus:
( )(
)
5) Tentukan kriteria pengujian H0 , yaitu:
Jika
, maka H0 diterima
Jika
, maka H0 ditolak
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai
berikut:
H0 : kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang mempunyai
varians sama atau homogen.
14
Ibid, h. 118.
41
H1 : kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang mempunyai
varians yang berbeda atau tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah uji persyaratan analisis, jika sebaran distribusi rata-rata
skor kemampuan penalaran analogi matematik keseluruhan kedua kelas
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, selanjutnya
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t dengan taraf
signifikan α = 0,05.
Rumus uji-t yang digunakan yaitu:
a.
Untuk sampel homogen15:
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
dimana
√
(
)
(
)
√
Dan derajat kebebasan (
)
Ket:
̅̅̅
= nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
̅̅̅ = nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
= jumlah sampel kelompok eksperimen
= jumlah sampel kelompok kontrol
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
Setelah harga
didapat, maka peneliti menguji kebenaran
kedua hipotesis tersebut dengan membandingkan besarnya
dengan
dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasan dengan
rumus:
(
15
Ibid, h. 195.
)
42
Dengan diperolehnya
, maka dapat dicari harga
pada
taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi (α) 5%. Dengan kriteria
pengujiannya sebagai berikut:
Jika
<
maka H0 diterima.
Jika
maka H0 ditolak.
b. Untuk sampel yang tidak homogen (heterogen):
1) Mencari nilai
̅̅̅
denga rumus:
̅̅̅
√
2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus :
(
(
3) Mencari
)
)
(
)
dengan taraf signifikansi ( )
4) Kriteria pengujian hipotesis:
c.
Jika
maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Untuk data yang tidak berdistribusi normal:
Namun jika uji prasyarat analisis tidak terpenuhi, yaitu kelompok
eksperimen dan/atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik
non-parametrik. Adapun jenis uji statistik non-parametrik yang digunakan
adalah Uji Mann-Whitney (Uji “U”). Rumus Uji Mann-Whitney (Uji “U”)
yang digunakan yaitu:
43
√
(
Dimana
(
)
)
Ket:
U
= Statistik Uji Mann-Whitney
= Ukuran sampel pada kelompok 1
= Ukuran sampel pada kelompok 2
= Jumlah ranking pada sampel dengan ukuran
= Statistik uji Z yang berdistribusi normal N(0,1)
H. Hipotesis Statistis
Adapun hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut:
H0: 1   2
H1: 1   2
Keterangan :
1
: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas
eksperimen.
2
: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas
kontrol.
: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada
kelompok eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata
kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelompok
kontrol.
: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada
kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan
penalaran analogi matematik siswa pada kelompok kontrol.
Tingkat signifikasi yang diambil dalam penelitian ini adalah derajat
kepercayaan 95 % dan α = 5 %. Dengan kriteria penerimaan sebagai berikut :
Terima
, jika
t hitung  t 1 ;n1 n2 2 
dan Tolak
, jika t hitung  t 1 ;n1 n2 2 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian mengenai kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang
telah dilaksanakan di SMA Negeri 66 Jakarta, yaitu kelas X MIA 3 sebagai
kelas eksperimen dan kelas X MIA 1 sebagai kelas kontrol. Pada penelitian
ini kelas eksperimen yang terdiri dari 34 orang siswa diajarkan dengan
menggunakan model Creative Problem Solving (CPS), sedangkan kelas
kontrol yang terdiri dari 34 orang siswa diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional. Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dengan 7
kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali untuk melakukan
posttest.
Instrumen yang digunakan untuk posttest mengacu pada indikator
kemampuan penalaran analogi matematik dengan menggunakan jenis tes
berbentuk pilihan ganda beralasan. Sebelum instrumen tersebut dijadikan
posttest, soal yang terdapat di dalamnya harus diuji coba terlebih dahulu
kepada siswa yang telah mendapatkan materi barisan dan deret sebelumnya
yaitu kelas XI MIA 2. Setelah dilakukan uji coba instrumen selanjutnya
dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya
beda. Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh delapan soal yang valid dari total sepuluh soal dengan
reliabilitas 0,552. Selanjutnya delapan soal tersebut digunakan sebagai
posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini disajikan data
hasil perhitungan tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa setelah
pembelajaran dilaksanakan.
1. Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas Eksperimen
Deskripsi data hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik
siswa kelas eksperimen yang selama pembelajarannya menggunakan model
Creative Problem Solving (CPS) disajikan dalam grafik ogive sebagai berikut:
44
45
Gambar 4.1
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kumulatif Hasil Tes Kemampuan
Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen
memperoleh rata-rata sebesar 74,62. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di
atas rata-rata sebanyak 22 orang, atau sebesar 64,71%. Dan jumlah siswa
yang memperoleh nilai di bawah rata-rata sebanyak 12 orang, atau sebesar
35,29%.
2. Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas Kontrol
Deskripsi data tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa
kelas
kontrol
yang
selama
pembelajarannya
menggunakan
konvensional disajikan dalam grafik ogive sebagai berikut:
model
46
Gambar 4.2
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kumulatif Hasil Tes Kemampuan
Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar 4.2 di atas terlihat bahwa kelas kontrol
mendapatkan rata-rata sebesar 67,62. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di
atas rata-rata sebanyak 16 orang, atau sebesar 47,06%. Dan jumlah siswa
yang memperoleh nilai di bawah rata-rata sebanyak 18 orang, atau sebesar
52,94%.
3. Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil perbandingan kemampuan penalaran analogi matematik siswa
antara kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan model
Creative Problem Solving (CPS) dengan kelas kontrol yang dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional dapat dilihat pada
tabel berikut:
47
Tabel 4.1
Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Deskriptif
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Jumlah Siswa
34
34
Maksimum (Xmaks)
100
91
Minimum (Xmin)
41
28
Mean
74,62
67,62
Median (Me)
76,50
67,83
Modus (Mo)
78,00
66,00
Varians (S2)
226,47
206,30
Simpangan Baku (S)
15,05
14,36
-0,23
0,11
Kemiringan (
)
Dari Tabel 4.1 di atas terlihat perbedaan statistik antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Terlihat bahwa perolehan nilai mean, median,
dan modus kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Ini artinya lebih banyak siswa di kelas eksperimen yang memperoleh nilai di
atas rata-rata.
Bedasarkan hasil perhitungan simpangan baku pada kedua kelas
tersebut, simpangan baku pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
simpangan baku pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran
kemampuan penalaran analogi matematik pada kelas eksperimen lebih
heterogen daripada kelas kontrol, dan penyebaran kemampuan penalaran
analogi matematik siswa pada kelas kontrol lebih merata (homogen) daripada
kelas eksperimen.
Jika dilihat dari tingkat kemiringannya, besar tingkat kemiringan pada
kelas eksperimen tingkat adalah -0,22, artinya distribusi data miring negatif
48
atau landai kiri karena berharga negatif. Dengan kata lain kecenderungan data
mengumpul di atas nilai rata-rata. Sedangkan tingkat kemiringan pada kelas
kontrol sebesar 0,11. Karena berharga positif, maka distribusi data miring
positif atau landai kanan. Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di
bawah rata-rata.
Secara visual perbandingan penyebaran data di kedua kelas yaitu kelas
diterapkan pembelajaran dengan model Creative Problem Solving (CPS) dan
kelas yang diterapkan pendekatan konvensional dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
12
10
Frekuensi
8
6
Eksperimen
Kontrol
4
2
0
0
20
40
60
80
100
120
Nilai
Gambar 4.3
Kurva Perbandingan Skor Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan kurva di atas, terlihat bahwa penyebaran skor
kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas eksperimen
cenderung mengumpul di atas nilai rata-rata jika dibandingkan dengan kelas
kontrol.
49
Tabel 4.2
Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Penalaran
Analogi
Rata-rata (̅) Skor
No.
Indikator
Eksperimen
Kontrol
81,25
72,79
80,15
69,85
73,53
72,29
66,54
56,62
72,43
70,22
Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan
1.
data atau proses (analogi) dari pola
barisan bilangan.
Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan
2.
data atau proses (analogi) dari barisan
aritmatika atau geometri.
Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan
3.
data atau proses (analogi) dari suku ke-n
barisan aritmatika atau geometri.
Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan
4.
data atau proses (analogi) dari jumlah n
suku pertama deret aritmatika atau deret
geometri.
Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan
data atau proses (analogi) dari sifat-sifat
5.
pada barisan untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan barisan bilangan
atau deret bilangan.
50
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perolehan nilai ratarata kemampuan penalaran analogi matematik siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang ditinjau dari lima indikator kemampuan penalaran analogi
matematik. Pada tabel terlihat bahwa nilai rata-rata kemampuan penalaran
analogi matematik siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata
kelas konvensional untuk setiap indikatornya. Artinya siswa pada kelas
eksperimen memiliki kemampuan penalaran analogi matematik yang lebih
baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Secara lebih jelas perbandingan nilai
rata-rata siswa berdasarkan indikator kemampuan penalaran analogi
matematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram
berikut ini:
90
80
Persentase
70
60
50
40
Eksperimen
30
Kontrol
20
10
0
1
2
3
4
5
Indikator
Gambar 4.4
Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan
Indikator Penalaran Analogi
Keterangan:
1 = Pola Barisan Bilangan
2 = Barisan Aritmatika atau Geometri
3 = Suku ke-n Barisan Aritmatika Atau Geometri
4 = Jumlah n Suku Barisan Aritmatika atau Geometri
51
5 = Pemcahan Masalah yang Berkaitan dengan Barisan atau Deret
Bilangan
B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas Tes Penalaran Analogi Matematik Siswa
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Chikuadrat atau Chi-Square. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan
ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
mamnuhi kriteria
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat
kepercayaan tertentu.
a) Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh
dengan harga
= 5,56, sedangkan dari tabel harga kritis uji ChiSquare
diperoleh
signifikansi
(5,56
untuk jumlah sampel 34 dengan dk 3,00 pada taraf
adalah 7,82. Karena
kurang dari sama dengan
7,82), maka H0 diterima, artinya data yang terdapat pada kelas
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b) Uji Normalitas Kelas Kontrol
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol diperoleh dengan
harga
= 2,01, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi-Square
diperoleh
signifikansi
(2,01
untuk jumlah sampel 34 dengan dk 3,00 pada taraf
adalah 7,82. Karena
kurang dari sama dengan
7,82), maka H0 diterima, artinya data yang terdapat pada kelas
kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya,
hasil perhitungan uji normalitas antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
52
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas
N
Eksperimen
34
Kontrol
34
Karena
hitung
tabel
Kesimpulan
0,05
5,56
7,82
Berdistribusi Normal
0,05
2,01
7,82
Berdistribusi Normal
pada kedua kelas kurang dari
, maka dapat
disimpulkan bahwa data sampel kedua kelas berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Artinya kedua data sampel tersebut dianggap bisa
mewakili populasi.
2. Uji Homogenitas Tes Penalaran Analogi Matematik Siswa
Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya untuk mengetahui
apakah kedua varians sampel homogen dilakukan uji homogenitas dengan
menggunakan uji Fisher. Hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 0,91 dan
Ftabel = 1,77 pada taraf signifikansi
dengan derajat kebebasan
pembilang 33 dan derajat kebebasan penyebut 33. Hasil dari uji homogenitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Jumlah
Varians
Sampel
2
(s )
Eksperimen
34
226,47
Kontrol
34
206,30
Kelas
Fhitung
0,91
Ftabel
(α=0,05)
1,77
Kesimpulan
Homogen
Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (0,91 ≤ 1,77), maka H0 diterima,
artinya kedua varians populasi homogen.
53
C. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis ternyata populasi berdistribusi
normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes kemampuan penalaran
analogi matematik siswa kelas eksperimen yang menggunakan model CPS
lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan rata-rata tes kemampuan
penalaran analogi matematik siswa kelas kontrol yang menggunakan
pendekatan konvensional. Pengujian dilakukan dengan uji-t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel
homogen, maka diperoleh thitung = 1,76. Menggunakan tabel distribusi t pada
taraf signifikansi 5%, atau
diperoleh harga ttabel = 1,76. Hasil
perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji-t
thitung
ttabel (α = 0,05)
Kesimpulan
1,76
1,67
Tolak H0
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa thitung lebih besar dari ttabel (1,76 
1,67) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan taraf
signifikansi 5%. Berikut sketsa kurvanya:
𝜶
𝟎 𝟎𝟓
𝟏 𝟔𝟕 𝟏 𝟕𝟔
Gambar 4.5
Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
54
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, terlihat bahwa nilai thitung, yaitu 1,76
lebih besar dari ttabel yaitu 1,67, artinya jelas bahwa thitung jatuh pada daerah
penolakan H0 (daerah kritis). Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model CPS lebih tinggi secara signifikan daripada ratarata hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkan
dengan pendekatan konvensional.
D. Pembahasan
1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penelitian ini dilakukan di sekolah yang tidak menerapkan
pengklasifikasian antara kelas unggul dan kelas tidak unggul, sehingga dalam
proses pembelajaran hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat yang
dapat mengikuti pembelajaran. Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali
pertemuan dengan rincian 7 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan
1 kali pertemuan untuk posttest. Peneliti menggunakan dua kelas yang
dijadikan sebagai sampel penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang ditetapkan sebelum awal penelitian dilakukan.
Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS), kegiatan pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centered). Siswa hanya datang, duduk, dengar,
catat dan hafal di kelas sehingga mereka kurang diberi kesempatan untuk
mengembangkan ide-ide dalam pikiran mereka guna menyelesaikan soal yang
ada, akibatnya kemampuan penalaran analogi mereka masih tergolong rendah.
Sebagai bukti ketika siswa diberi soal yang berbeda dari soal-soal yang
pernah
diberikan
oleh
guru,
mereka
mengalami
kesulitan
untuk
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami soal akan
tetapi mereka hanya terbiasa menghafal soal saja. Selain itu, ketika siswa
diminta membuat model matematika dari soal cerita kebanyakan dari mereka
tidak mengerti dan ketika diminta menjelaskan hasil pekerjaannya banyak
55
siswa yang masih kebingungan. Sehingga pada akhirnya hasil belajar mereka
rendah. Selain itu, pembelajarannya juga monoton dan tidak mengaktifkan
siswa.
Pada penelitian ini diketahui bahwa perbedaan rata-rata kemampuan
penalaran analogi matematik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) lebih baik dari pada pembelajaran dengan
metode konvensional yang diterapkan di sekolah tersebut.
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam
penelitian ini terdiri dari lima tahapan pembelajaran yang diadaptasi dari
pendapat para ahli, yaitu: menemukan informasi, menemukan masalah,
menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan. Pada
proses pembelajarannya siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
akan didiskusikan dan dikerjakan siswa secara berkelompok. Dengan adanya
diskusi dengan teman sekelompok maka akan terjadi proses bertukar pendapat
antar siswa. Proses bertukar pendapat ini merupakan salah satu cara yang baik
untuk menambah informasi yang akan digunakan siswa untuk memikirkan
berbagai kemungkinan solusi dari masalah yang disajikan.
Gambar 4.6
Siswa Berdiskusi dalam Menyelesaikan LKS dengan Model CPS
Tahapan pertama dalam pembelajaran matematika dengan model CPS
yaitu menemukan fakta. Siswa diberikan suatu ilustrasi permasalahan diawal,
kemudian siswa diminta untuk menuliskan hal apa saja yang diketahui dari
ilustrasi yang disajikan. Tahap ini mengembangkan kemampuan siswa untuk
56
dapat mengungkapkan situasi yang terdapat dalam permasalahan sehingga
dapat menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahap ini siswa diminta untuk
menuliskan terlebih dahulu apa saja informasi-informasi penting yang
terdapat dalam ilustrasi soal kemudian siswa diminta untuk menganalogikan
ilustrasi soal ke dalam bentuk gambar. Dengan demikian siswa dapat lebih
mudah memahami apa yang digambarkan oleh ilustrasi soal. Berikut ini
ilustrasi yang disajikan pada LKS-3 beserta hasil pekerjaan siswa pada tahap
menemukan fakta dari ilustrasi yang disajikan.
Gambar 4.7
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS-3 Tahap Menemukan
Informasi
Tahapan yang kedua yaitu menemukan masalah. Pada tahapan ini
siswa diminta untuk menganalogikan susunan batang korek api tersebut
57
menjadi bentuk suatu barisan bilangan sehingga siswa dapat memahami
bahwa sebenarnya ilustrasi soal tersebut merupakan konsep dari barisan
aritmatika.
Gambar 4.8
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS-3 Tahap Menemukan Masalah
Tahapan
memungkinkan
ketiga
siswa
yaitu
menemukan
membangun
gagasan.
pengetahuannya
Tahapan
sendiri
ini
dengan
memunculkan ide-ide penyelesaian masalah yang terkait dengan barisan
aritmatika. Melalui tahapan ini, siswa dapat menganalogikan susunan batang
korek api menjadi suatu barisan bilangan kemudian menyimpulkan bahwa
barisan yang terbentuk dari susunan-susunan batang korek api tersebut
merupakan barisan aritmatika.
Gambar 4.9
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS-3 Tahap Menemukan Gagasan
Tahapan keempat yaitu menemukan solusi. Ide dan gagasan yang telah
diperoleh pada tahap sebelumnya diterapkan untuk memecahkan masalah
yang disajikan pada ilustrasi. Pada tahapan ini diharapkan siswa dapat
menemukan solusi terbaik dalam penyelesaian permasalahan.
58
Gambar 4.10
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS-3 Tahap Menemukan Solusi
Tahapan terakhir yaitu menemukan penerimaan. Pada tahapan ini
siswa diminta melakukan pengecekan terhadap solusi-solusi yang telah
dilakukan, kemudian kembali memberikan sebuah kesimpulan.
59
Gambar 4.11
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS-3 Tahap Menemukan
Penerimaan
Setelah seluruh tahapan pada LKS telah selesai, salah satu siswa
perwakilan dari kelompoknya mempresentasikan jawaban mereka. Hal ini
bertujuan untuk meluruskan apabila terdapat jawaban yang tidak sesuai.
Gambar 4.12
Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompoknya
Pada
kelas
kontrol,
pembelajarannya
menggunakan
model
konvensional dalam hal ini sekolah tempat penelitian menggunakan metode
ekspositori. Sama seperti kelas eksperimen, sebelum memulai pembelajaran
guru membuka pelajaran dengan kegiatan pendahuluan. Guru menjelaskan
sebagian materi di depan kelas kemudian guru membagi siswa ke dalam enam
60
kelompok untuk mengerjakan LKS. Kemudian siswa mengerjakan LKS
secara berkelompok serta mengerjakan latihan soal yang ada di dalam LKS
secara berkelompok pula.
(a)
(b)
Gambar 4.13
(a) Siswa Memperhatikan Guru Menerangkan Materi, dan (b) Siswa
Mengerjakan LKS dan Latihan Soal Secara Berkelompok
Latihan soal yang dikerjakan kelas kontrol sama dengan soal-soal
yang diberikan di kelas eksperimen. Guru membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal. Setelah latihan soal
selesai, beberapa siswa dari perwakilan kelompoknya menuliskan jawabannya
di papan tulis untuk di bahas bersama dengan guru guna meluruskan jawaban
dan pemahaman yang salah.
2. Hasil Posttest Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa
Post test yang diberikan pada akhir proses pembelajaran bertujuan
untuk mengetahui kemampuan penalaran analogi matematik siswa. Dalam hal
ini pada pokok bahasan Barisan dan Deret. Kemampuan penalaran analogi
matematik siswa dapat dilihat dari jawaban yang diberikan. Perbedaan cara
menjawab soal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
61
Gambar 4.14
Cara Menjawab Siswa Kelompok Eksperimen pada Nomor 1
Sebagian besar siswa pada kelas eksperimen menjawab soal nomor 1
seperti gambar 4.9. siswa dapat menuliskan informasi dari soal sebelah kiri,
yaitu pola bangun datar pada soal sebelah kiri adalah 3, 4, dan 5… sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa pola tersebut memliki beda 1. Kemudian
siswa menganalogikan gambar yang terdapat pada soal sebelah kiri menjadi
sebuah barisan bilangan yang memiliki pola yang sama
Gambar 4.15
Cara Menjawab Siswa Kelompok Kontrol pada Nomor 1
62
Sedangkan sebagian besar siswa pada kelas kontrol menjawab soal
nomor 1 seperti gambar 4.10. siswa tidak menuliskan informasi dari soal
sebelah kiri, kemudian langsung menjawab pertanyaan pada soal sebelah
kanan tanpa menganalogikan gambar yang terdapat pada soal sebelah kiri
menjadi sebuah barisan bilangan yang memiliki pola yang sama.
Gambar 4.16
Cara Menjawab Siswa Kelompok Eksperimen pada Nomor 3
Sebagian besar siswa pada kelas eksperimen menjawab soal nomor 3
seperti gambar 4.11. Siswa dapat menuliskan informasi dari soal sebelah kiri,
kemudian menemukan gagasan bahwa keserupaan dari kedua soal adalah
merupakan barisan geometri. Barisan geometri erat kaitannya dengan rasio,
sehingga siswa diminta untuk menemukan rasio pada soal sebelah kiri terlebih
dahulu. Setelah siswa dapat menemukan rasio pada soal sebelah kiri, maka
siswa dapat menemukan barisan bilangan yang memiliki rasio yang sama
dengan soal sebelah kiri.
63
Gambar 4.17
Cara Menjawab Siswa Kelompok Kontrol pada Nomor 3
Sebagian besar siswa pada kelas kontrol menjawab soal nomor 3
seperti gambar 4.12. Siswa tidak menuliskan informasi dari soal sebelah kiri,
kemudian langsung menjawab tanpa memberikan alasan dengan cara menarik
keserupaan dari kedua soal.
Dari gambar 4.9 sampai 4.12 dapat terlihat adanya perbedaan dari cara
menjawab siswa pada tes akhir kemampuan penalaran analogi matematik
siswa. Siswa pada kelompok eksperimen dapat memberikan alasan dengan
menemukan pola yaitu dengan mengumpulkan informasi yang ada pada
gambar atau soal sebelah kiri terlebih dahulu kemudian memahami masalah
yang terdapat pada soal dan selanjutnya menjawab pertanyaan pada soal
dengan memberikan alasan yang benar dan lengkap.
Sedangkan siswa pada kelompok kontrol cara menjawab secara
langsung tanpa menuliskan informasi yang terdapat pada soal sebelah kiri dan
tidak dapat memberikan alasan yang tepat. Hal tersebut menunjukan adanya
perbedaan perlakuan pada saat pembelajaran dikelas antara kelompok
eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model CPS dengan
64
kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Beberapa siswa pada kelompok kontrol mampu memberikan alasan
analogi dengan benar baik lengkap, kurang lengkap maupun tidak lengkap
walaupun alasan analoginya terlihat masih kaku seperti terlihat pada gambar
4.12. Tapi Sebagian besar siswa pada kelompok kontrol tidak tepat dalam
memberikan alasan analogi bahkan banyak yang tidak memberikan alasan.
mereka mengeluh karena soal yang diberikan sangat sulit dan tidak bisa
menemukan keserupaannya. Sedangkan pada kelompok eksperimen sebagian
besar siswa mampu memberikan alasan analogi dengan benar baik lengkap,
kurang lengkap maupun tidak lengkap.
Pada kelompok eksperimen siswa yang memperoleh nilai di bawah
rata-rata kelas kebanyakan dikarenakan kekurangtelitian dalam berhitung. Hal
ini dapat diidentifikasi dari jawaban siswa, mereka salah dalam menjawab
pilihan soal tapi mereka dapat memberikan alasan analogi dengan benar baik
lengkap, kurang lengkap maupun tidak lengkap. Selain itu, ada yang
menjawab pilihan jawaban dengan benar dan memberikan alasan analogi
dengan benar tapi tidak lengkap. Setidaknya siswa yang memperoleh nilai di
bawah rata-rata pada kelompok eksperimen bisa terlihat kemampuan
penalaran analoginya namun masih perlu dikembangkan lagi. Sedangkan pada
kelompok kontrol siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas
dikarenakan salah dalam menjawab pilihan soal dan salah dalam memberikan
alasan analogi bahkan banyak yang tidak memberikan alasan sehingga belum
terlihat adanya kemampuan penalaran analogi. Seperti ditunjukan pada
gambar berikut:
65
Gambar 4.18
Cara Menjawab Kelompok Eksperimen yang Nilainya Dibawah RataRata
Berdasarkan gambar 4.13 terlihat bahwa siswa memilih jawaban yang
salah, tetapi pada kolom alasan siswa dapat menuliskan informasi yakni
keserupaan dari kedua soal yakni rasio dan suku terakhir dari kedua soal
sama. Siswa juga menuliskan rumus yang akan dipakai, namun keliru dalam
melakukan perhitungan yang mungkin disebabkan karena kekurang telitian
siswa dalam berhitung atau siswa tergesa-gesa dalam melakukan perhitungan
dan tidak memeriksa kembali jawabannya tersebut. Namun demikian, siswa
sudah dapat memberikan alasan analogi meskipun kurang lengkap.
66
Gambar 4.19
Cara Menjawab Kelompok Kontrol yang Nilainya Dibawah Rata-Rata
Berdasarkan gambar 4.14 terlihat bahwa siswa tidak menjawab soal
tersebut dan tidak dapat memberikan alasan analogi dari soal tersebut. Siswa
langsung menjawab dengan rumus tanpa menjelaskan apa yang akan ia cari
pada soal tersebut. Sehingga dari gambar 4.13 dan 4.14 dapat disimpulkan
bahwa kemampuan penalaran analogi dari kelompok eksperimen lebih baik
dari kelompok kontrol.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Osborn-Parnes yang menyatakan
bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat
mengembangkan kreativitas
siswa dalam memecahkan permasalahan
matematik dimana dalam mengembangkan kreativitasnya siswa akan
menggunakan kemampuan penalarannya.
67
E. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya
telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang
optimal. Walaupun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit
dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa
keterbatasan diantaranya.:
1. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan Barisan dan Deret saja,
sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Kondisi siswa di awal yang sedikit kesulitan beradaptasi dengan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) mengingat dalam proses
pembelajaran yang biasa mereka jalani cenderung pasif dan berpusat
pada guru.
3. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS), kemampuan
penalaran analogi, dan hasil belajar matematika siswa. Variabel lain
seperti minat, motivasi, inteligensi, lingkungan belajar, dan lain-lain tidak
terkontrol. Karena hasil penelitian dapat saja dipengaruhi variabel lain di
luar variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan mengenai pembelajaran
matematika dengan model Creative Problem Solving (CPS) terhadap
kemampuan penalaran analogi matematik siswa di SMA Negeri 66 Jakarta,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan
penalaran
analogi
matematik
siswa
yang
dalam
pembelajarannya menggunakan model Creative Problem Solving (CPS)
memiliki nilai rata-rata sebesar 74,62 Adapun nilai rata-rata untuk
masing-masing indikator penalaran analogi matematik dari yang paling
tinggi yaitu memberikan kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses (analogi) dari pola barisan
bilangan sebesar 81,25, dan yang paling rendah adalah memberikan
kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau
proses (analogi) dari jumlah n suku pertama deret aritmatika atau deret
geometri sebesar 66,54.
2. Kemampuan
penalaran
analogi
matematik
siswa
yang
dalam
pembelajarannya menggunakan model konvensional memiliki nilai ratarata sebesar 67,62 Adapun nilai rata-rata untuk masing-masing indikator
penalaran analogi matematik dari yang paling tinggi yaitu memberikan
kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau
proses (analogi) dari pola barisan bilangan sebesar 72,79, dan yang paling
rendah adalah memberikan kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses (analogi) dari jumlah n suku
pertama deret aritmatika atau deret geometri sebesar 56,62.
3. Kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model Creative Problem Solving (CPS) lebih tinggi
68
69
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis dengan
statistik uji-t, diperoleh thitung = 1,76 dan ttabel = 1,67 dengan taraf signifikan 5%,
atau  = 0,05 sehingga thitung lebih besar dari ttabel (1,76 > 1,67). Dengan
demikian, kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajar
dengan model Creative Problem Solving (CPS) lebih tinggi daripada
siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penerapan model Creative Problem Solving
(CPS) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penalaran
analogi matematik siswa.
B. Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
diperoleh,
peneliti
merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan
model
Creative
Problem
Solving
(CPS)
mampu
meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik siswa, sehingga
model pembelajaran ini dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran
matematika yang dapat diterapkan oleh guru.
2.
Model Creative Problem Solving (CPS) membutuhkan waktu yang cukup
lama. Untuk itu, bagi guru yang hendak menggunakan model Creative
Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran matematika di kelas
diharapkan dapat mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran
dengan seefektif mungkin agar pembelajaran dapat selesai tepat pada
waktunya.
3.
Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada
kemampuan penalaran analogi, sedangkan aspek lain tidak dikontrol.
Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melihat pengaruh penggunaan model
Creative Problem Solving (CPS) terhadap kemampuan matematik
lainnya.
70
4.
Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,
sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang
pembelajaran dengan model Creative Problem Solving (CPS) pada pokok
bahasan lain, mengukur aspek lain atau jenjang sekolah yang berbeda.
71
DAFTAR PUSTAKA
Dwirahayu, Gelar. Pengaruh Pendekatan Analogi Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP. Algoritma. 2006.
Herdian. Pengaruh Metode Discovery terhadap kemampuan Analogi dan
Generalisasi Matematis
Siswa SMP. Tesis Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung : Perpustakaan Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia. 2010.
Kadir. Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna.
2010.
Lawshe, C. H . A quantitative approach to content validity. By Personnel
Psychology INC, 1975.
Maarif, Samsul. Meningkatkan Kemampuan analogi dan Generalisasi Matematis
Siswa SMP Menggunakan Pembelajaran Dengan Metode Discovery. Tesis
Universitas
Pendidikan
http://repository.upi.edu/
Indonesia,
Bandung.
2012.Tersedia:
[akses 13 April 2014, 10.00 WIB]
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan. 2013.
Mitchell, William E. dan Kowalik, Thomas F. Creative Problem Solving.
Genigraphics Inc. 1999.
Pepkin, Karel L, Creative Problem Solving in Math, dari: http://m2sconf.uh.edu/honors/honors-and-the-schools/houston-teachersinstitute/curriculum-units/pdfs/2000/articulating-the-creativeexperience/pepkin-00-creativity.pdf (8 Februari 2014, pukul 12.38 WIB)
Putra, Harry Dwi. Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan SAVI Berbantuan
WINGEOM Untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa
SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP
Siliwangi Bandung. Volume 1. 2011.
72
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana. 2010.
Santyasa, I Wayan. Model-model Pembelajaran Inovatif, Jurusan Pendidikan
Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. 2007.
Shadiq , Fajar. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta:
Depdiknas. 2004.
Shadiq, Fajar. Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa
Penting?.http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Matematik
a/Penalaran%20dengan%20analogi_fadjar%20shadiq.pdf (7 September
2014, 20.06 WIB)
Siswono, Tatag Yuli Eko. dan Suwidiyanti. Proses Berpikir Analogi Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Matematika Siswa. Makalah, Surbaya:FMIPA
UNESA,
darihttp://www.academia.edu/4069250/PROSES_BERPIKIR_ANALOGI
_SISWA_DALAM_MEMECAHKAN_MASALAH_MATEMATIKA_U
NEJ_28_Pebruri_2009_) [20 Januari 2014, pkl.10.10 WIB]
Siswono, Tatag Yuli Eko. Model pelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan MasalahUntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Surabaya: Unesa University Press. 2008.
Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. 2005.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Cet.X. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sumadi, I Made. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap
Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas II SLTP
Negeri 6 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Singaraja, No. 1 tahun ke-38. 2005.
Sumarmo, Utari dkk. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan.
Bandung: UPI Press.2008.
Sumarmo, Utari. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FMIPA UPI.
2010.
73
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2009.
Traffinger, Donald J, Isaksen, Scott G.& Dorval, K. Brian. Creative Problem
Solving (CPS Version 6.1 TM) A Contemporary Framework for Managing
Change. Center for Creative Learning, Inc. and Creative Problem Solving
Group, Inc. 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta :Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI. 2006.
Wardhani, Sri. Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/ MGMP Matematika:
Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/ MTs untuk
Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga.
76
Lampiran 1
KISI-KISI TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIK
PRA PENELITIAN
Materi Pelajaran
: Matematika (Wajib)
Kelas/Semester
: X MIA/1
Pokok Bahasan
: Barisan dan Deret
Waktu
: 1 x 45 menit
Kompetensi Inti
:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
:
3.8. Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
77
Materi Pembelajaran

Pola Barisan
Indikator Soal
No. Soal
Jumlah
Soal
 Memberikan kesimpulan dari
Bilangan
dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
proses (analogi) dari pola barisan
bilangan.

Pengertian barisan
 Memberikan kesimpulan dari
aritmatika dan
dua hal yang berbeda
geometri.
berdasarkan keserupaan data atau
proses (analogi) dari barisan
aritmatika atau barisan geometri.

Suku ke-n barisan
 Memberikan kesimpulan dari
aritmatika dan
dua hal yang berbeda
geometri.
berdasarkan keserupaan data atau
proses (analogi) dari suku ke-n
barisan aritmatika atau barisan
geometri.

Jumlah n suku

Memberikan sebuah kesimpulan
pertama deret
dari
dua
hal
yang
berbeda
aritmetika dan deret
berdasarkan keserupaan data atau
geometri.
proses (analogi) dari jumlah n
suku pertama deret aritmatika
atau deret geometri.

Penerapan barisan
dan deret bilangan.

Memberikan
kesimpulan
dua
yang
hal
dari
berbeda
berdasarkan keserupaan data atau
proses (analogi) dari sifat-sifat
pada barisan untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan
barisan
bilangan.
bilangan
atau
deret
78
Lampiran 2
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI
MATEMATIK SISWA SMA KELAS X MIA
POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET (PRA PENELITIAN)
Nama : …………………………..
Kelas : …………………………..
PETUNJUK:

Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan!

Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap
mudah!

Periksalah kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan!

Alokasi waktu: 80 menit
Pilihlah jawaban yang tepat dan berikan alasan tentang keserupaan data
atau proses pada soal di bawah ini!
1. Barisan gambar di bawah ini
…
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Barisan bilangan…
Serupa
dengan
A. 1, 4, 9, 14, …
C. 1, 4, 9, 18, …
B. 1, 4, 9, 16, …
D. 1, 4, 9, 25, …
Alasan: …………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...
2. Hubungan antara bilangan 2 pada barisan bilangan 4, 6, 8, …
Hubungan antara P dengan barisan…
Serupa
dengan
A. P, 2P, 3P, 4P, ...
B. P+1, P+2, P+3, P+4, ...
C. P1, P2, P3, P4, ...
79
D. P-1, P-2, P-3, P-4, ...
Alasan: …………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...
3. Hubungan bilangan ¼ pada barisan 16, 8, 4, …
Hubungan bilangan
Serupa
dengan
A.
1 1 1
, , ,...
2 8 32
B. 16, 14, 12, …
1
pada barisan
128
1 1 1
C. , , ,...
2 4 8
D. 2, 14, 98, …
Alasan: …………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...
4. Jumlah dari deret a  2a  3a  ...  18a adalah 171 a
Jumlah dari deret 3+8+13+…+88 adalah…
Serupa
dengan
A. 667
C. 819
B. 727
D. 960
Alasan: …………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………...
5. Jumlah dari deret 5+10+15+ … + 50 adalah 275
Serupa
dengan
Jumlah total panjang lintasan yang ditempuh siswa setelah
beberapa hari latihan. Jika pada hari pertama latihan ia berlatih
sejauh 1 km dan pada hari berikutnya ia selalu dapat menambah
½ km lebih jauh dari lintasan sebelumnya. Jadi, jumlah total
panjang lintasan yang ditempuh siswa adalah…
A.
63
2
C.
69
2
65
79
D.
2
2
Alasan: …………………………………………………………………………..
B.
…………………………………………………………………………………...
80
Lampiran 3
KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI
MATEMATIK
(PRA PENELITIAN)
1. Pola dari
…
Gambar 3
Gambar 2
Gambar 1
Gambar 4
Pola gambar tersebut yaitu:
Gambar 1: Banyak segitiga 1
Gambar 2: Banyak segitiga 4
Gambar 3: Banyak segitiga 9
Gambar 4: Banyak segitiga 16
Jawaban: B
Alasan: keserupaannya yaitu: gambar tersebut memiliki pola yang serupa
dengan barisan bilangan 1, 4, 9, 16, ….
2.
2,
4,
+2
6, 8, ...
+2 +2 dst...
Jawaban: bilangan berikutnya selalu diperoleh dari hasil penjumlahan bilangan
sebelumnya dengan bilangan 2. Barisan tersebut merupakan barisan aritmatika
dengan beda 2.
Jawaban: A
Karena barisan bilangan P, 2P, 3P, 4P, ... merupakan barisan aritmatika dengan
beda P. Bukti: 2P – P = P , 3P – 2P = P, dst...
3.
16,
8,
4,
2,
1,
½,
¼ , …. dst
81
Alasan: bilangan berikutnya selalu diperoleh dari hasil perkalian bilangan
sebelumnya dengan bilangan ½. Jadi, bilangan ½ merupakan pembanding/rasio
dari barisan 16, 8, 4, … maka barisan tersebut merupakan barisan geometri.
(bukti: 8 : 16 = 0,5=
½. 4 : 8 = ½. dst). Karena ¼ merupakan suku ke-7 dari
barisan tersebut, maka
Jawaban: C
1
1 1 1
, , ,...
Karena 128 merupakan suku ke-7 pada barisan 2 4 8
1 1 1 1 1 1 1
, , , , , ,
Bukti: 2 4 8 16 32 64 128
Alasan: keserupaan dari kedua soal di atas yaitu : mencari suku ke-7 dari barisan
geometri.
4.
a  2a  3a  ...  18a  171a
Merupakan Jumlah 18 suku pada deret aritmatika dengan beda a .
Maka,
Pada deret 3+8+13+…+88.
 Temukan keteraturannya dari suku terkecil:
Suku ke-n
1
2
3
4
...
Pola
bilangan
3 8
13
18
...
(Un)
3+5 3+5+5 3+5+5+5
+5
 Temukan nilai bilangan ke-n
U2 = 3+5
(bilangan 2)
U3 = 3+5+5 (bilangan 3)
U3 = 3+2.5
U3 = 3+(3-1)5
U4 = 3+5+5+5 (bilangan 4)
U4 = 3+3.5
U4 = 3+(4-1).5
Maka, bilangan ke-n adalah
Un = 3+(n-1).5
+5
+5
?
88
3+5+…+5
+5
82
 Temukan keteraturannya dari suku terbesar:
Suku ke-n
?
…
…
Pola bilangan (Un)
88
83
…
2
8
-5
1
3
-5
Lakukan perhitungan
Mencari nomor suku dari 88
88 = 3+(n-1).5
85 = (n-1).5
17 = n-1
n = 18
selanjutnya dengan teknik gauss diperoleh:
S18 = 3 + 8 +…+83 +88
S18 = 88 +83 +…+ 8 +3
+
2S18= 91
 91

... 
 91
91




ada18suku
2S18= 91x18
S18= 1 2 x91x18
Dengan S18 adalah jumlah 18 suku pertama. Jadi, S18 = 819
Jadi, keserupaannya adalah keduanya merupakan jumlah 18 suku
pertama deret aritmatika.
5. Temukan keteraturan dari deret 5+10+15+ … + 50 = 275
Menemukan pola
Suku ke
(n)
Pola
bilangan
(Un)
1
2
3
…
?
5
10
15
…
50
5
5+5
5+5+5
…
5+…+5
+5
+5
+5
+5
Perhitungan
Mencari suku untuk bilangan 50, terlebih dahulu tentukan bilangan ke-n
Un = 5n
50 = 5n
n = 10
jadi, 275 adalah jumlah 10 suku pertama dari deret aritmatika. Maka siswa
tersebut diasumsikan berlatih selama 10 hari.
83
Jawaban pernyataan ke-2
Diketahui
hari pertama sebagai suku pertama (U1), hari ke-2 sebagai suku ke-2 (U2)
dst. Tiap latihan berikutnya selalu bertambah ½ km. maka,
U1 = 1 km
U2 = 1 km+1/2 km = 3/2 km
U3 = 1 km+1/2km+1/2 km= 4/2 km = 2 km
dst
Ditanya
Total panjang lintasan yang ditempuh siswa selama 10 hari latihan?
Temukan pola (keteraturan)
1, 3/2, 4/2, …
+1/2 +1/2
diperoleh selisih atau beda = ½ km
Perhitungan
Tentukan bilangan pada suku ke-10
U10 = 1 + 1/2 (10-1)
U10 = 1+ 5 – 0,5
U10 = 5,5 km atau 11/2
Adapun total panjang lintasan setelah 10 hari latihan adalah…
S10 = 1 + 3/2 + …+ 10/2+11/2
S10 = 11/2+10/2+ …+ 3/2 + 1
+
13/2
+
…
+ 13/2
13/2
+13/2


+


ada 10 suku
2S10=
2S10 = 13/2 x 10
2S10 = 65
S10 = 32,5 km
Jadi, total panjang lintasan yang ditempuh siswa selama 10 hari adalah
32,5 atau 65/2
Jawaban: B
Keserupaan pada sifat beda dengan jumlah 10 suku pertama pada deret
aritmatika.
84
Lampiran 4
Hasil Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa
(Data Pra Penelitian)
KKM
No.
Nama
1
2
3
4
5
Jumlah
Nilai
Nilai
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
2
4
0
4
0
3
2
2
2
3
0
4
2
2
3
3
4
2
2
4
0
4
0
4
0
4
4
2
0
4
2
4
4
4
4
1
3
0
0
0
0
0
0
2
2
2
0
0
2
2
1
0
3
3
1
0
0
0
0
1
2
1
0
0
0
0
2
0
1
0
2
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
0
3
2
9
8
0
8
0
8
4
9
8
7
0
8
10
8
10
7
16
11
4.5
4
0
4
0
4
2
4.5
4
3.5
0
4
5
4
5
3.5
8
5.5
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Lulus
Tidak Lulus
Kemampuan
Penalaran
Analogi
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
85
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
4
2
2
4
4
1
3
4
1
3
3
0
0
3
0
2
3
4
4
2
4
4
1
1
4
1
4
2
0
0
4
0
3
1
0
3
2
3
1
1
1
2
1
0
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
2
2
1
1
0
0
1
1
2
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
2
1
Jumlah
Rata-rata
Standar
Deviasi
Skor Ideal
8
9
10
13
9
5
8
10
5
7
7
0
0
9
0
8
7
246
7.0286
4
4.5
5
6.5
4.5
2.5
4
5
2.5
3.5
3.5
0
0
4.5
0
4
3.5
123
3.5143
3.8134
1.9067
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Tidak Lulus
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
20
Presentase lulus = 5,71%
Persentase kemampuan analogi tinggi = 8,57%
Presentase tidak lulus = 94,29%
Persentase kemampuan analogi sedang = 74,29%
Persentase kemampuan analogi rendah = 17,14%
86
Lampiran 5
LEMBAR WAWANCARA (Pra Penelitian)
Nama Sekolah
: SMA Negeri 66 Jakarta
Nara Sumber
: Guru Matematika Kelas X Wajib Tahun Ajaran
2013/2014
1. Bagaimana keadaan atau situasi didalam kelas selama proses pembelajaran
matematika berlangsung?
Respon/tanggapan:
Siswa berada dalam situasi yang lancar, tertib dan dapat dikendalikan
selama proses pembelajaran matematika berlangsung.
2. Bagaimana respon siswa ketika ibu/bapak bertanya kepada siswa, terutama
saat siswa diberikan permasalahan matematika?
Respon/tanggapan:
Siswa merespon dengan aktif dan termotivasi dengan baik ketika saya
bertanya atau memberikan permasalahan matematika kepada mereka.
3. Apakah siswa mengalami kesulitan jika diberikan persoalan yang sedikit
berbeda dari yang ibu/bapak contohkan?
Respon/tanggapan:
Ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan ketika diberikan persoalan
yang sedikit berbeda, karena kemampuan matematis di setiap kelas itu
berbeda-beda.
4. Model pembelajaran apa yang biasa ibu/bapak gunakan saat proses
pembelajaran matematika berlangsung?
Respon/tanggapan:
Ekspositori, pembelajaran dengan pendekatan scientific.
5. Bagaimana penalaran yang dimiliki siswa? Khususnya penalaran
analoginya?
Respon/tanggapan:
87
Beragam. Sebagian besar siswa masih tergolong rendah, hanya sekitar 15
% yang tinggi.
6. Apakah kebanyakan siswa sudah menggunakan penalaran analoginya
selama proses pembelajaran matematika berlangsung?
Respon/tanggapan:
Sudah, khususnya untuk kurikulum 2013 yang diterapkan kepada siswa.
Tetapi belum semua siswa dapat menggunakan kemampuan penalaran
analoginya.
7. Menurut ibu/ bapak, seberapa penting penalaran khususnya penalaran
analogi dalam proses pembelajaran matematika?
Repon/tanggapan:
Penalaran analogi itu sangat penting, karena digunakan untuk memperoleh
dan menemukan suatu konsep dalam setiap pembahasan materi pada mata
pelajaran matematika.
8. Menurut ibu/bapak, perlukah meningkatkan kemampuan penalaran analogi
siswa?
Respon/tanggapan:
Sangat perlu.
9. Apakah
ibu/bapak
mengalami
kesulitan
untuk
mengajak
siswa
menggunakan penalaran analoginya saat proses pembelajaran matematika?
Respon/tanggapan:
Pada awal tahun pembelajaran, saya mengalami kesulitan. Namun seiring
dengan berjalannya waktu, siswa pun mulai terbiasa.
10. Menurut ibu/bapak, apakah model pembelajaran yang digunakan sudah
cukup untuk meningkatkan penalaran analogi matematik siswa?
Respon/tanggapan:
Masih kurang. Seharusnya lebih beragam lagi model pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan penalaran analoginya.
Jakarta, 20 Mei 2014
88
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Nama Sekolah
: SMA Negeri 66 Jakarta
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X MIA/ Ganjil
Alokasi Waktu
: 14 x 45 menit
 Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.
89
 Kompetensi Dasar
3.8.Mengembangkan kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada
materi pola barisan dan deret aritmatika dan geometri.
A. Pertemuan Pertama
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan pola barisan bilangan
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari pola barisan
bilangan.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan pola barisan bilangan
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari pola barisan
bilangan.
III. Materi Ajar
1. Pola bilangan
IV. Model Pembelajaran
Pendekatan
: Scientific
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-1
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
90
Langkah Pembelajaran
Tahapan CPS
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari pola bilangan.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan pola bilangan
yang telah dipelajari sewaktu
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)

Guru membagi kelompok yang masing-masing terdiri
dari 6 orang secara heterogen.

Guru membagikan LKS 1 kepada masing-masing
kelompok

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 1

Guru memberikan waktu 5 menit untuk siswa membaca
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 1, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
Menemukan
Informasi
91
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 1

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
1

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 1

Menemukan Solusi
Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
solusi yang didapat di depan kelas.


Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
Menemukan
ditemukan benar.
Penerimaan
Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya
untuk
92

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI. Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII. Media dan Alat Pembelajaran
VIII.

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
B. Pertemuan Kedua
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan barisan aritmatika.
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari barisan aritmatika.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan barisan aritmatika.
93
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari barisan aritmatika.
III. Materi Ajar
2. Barisan Aritmatika
IV. Model Pembelajaran
Pendekatan
: Scientific
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-2
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Langkah Pembelajaran
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari barisan aritmatika.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan barisan aritmatika yang telah dipelajari sewaktu
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)

Guru meminta siswa duduk secara berkelompok sesuai
Tahapan CPS
94
dengan kelompoknya masing-masing.

Guru membagikan LKS 2 kepada masing-masing
kelompok.

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 2.

Guru memberikan waktu 5 menit untuk siswa membaca
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 2, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Menemukan
Informasi
Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 2

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
2

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 2

Menemukan Solusi
Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
solusi yang didapat di depan kelas.

Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
Menemukan
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
Penerimaan
ditemukan benar.

Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
95
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
untuk
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI. Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
96
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
C. Pertemuan Ketiga
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari barisan aritmatika.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari suku ke-n barisan
aritmatika.
III. Materi Ajar
3. Suku ke-n Barisan Aritmatika
IV. Model Pembelajaran
Pendekatan
: Scientific
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-3
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
97
Langkah Pembelajaran
Tahapan CPS
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari barisan aritmatika.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan barisan aritmatika yang telah dipelajari sewaktu
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)

Guru meminta siswa duduk secara berkelompok sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.

Guru membagikan LKS 3 kepada masing-masing
kelompok.

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 3.

Guru memberikan waktu 5 menit untuk siswa membaca
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 3, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
Menemukan
Informasi
98
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 3

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
3

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 3

Menemukan Solusi
Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
solusi yang didapat di depan kelas.


Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
Menemukan
ditemukan benar.
Penerimaan
Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya
untuk
99

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI.
Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 3.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
D. Pertemuan Keempat
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari jumlah n suku
pertama deret aritmatika.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
100
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari jumlah n suku
pertama deret aritmatika.
III. Materi Ajar
4. Jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika
IV. Model Pembelajaran
Pendekatan
: Scientific
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-4
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Langkah Pembelajaran
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari deret aritmatika.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan deret aritmatika yang telah dipelajari sewaktu
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)
Tahapan CPS
101

Guru meminta siswa duduk secara berkelompok sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.

Guru membagikan LKS 4 kepada masing-masing
kelompok.

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 4.

Guru memberikan waktu 5 menit untuk siswa membaca
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 4, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Menemukan
Informasi
Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 4.

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
4.

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
Menemukan Solusi
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 4.

Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
solusi yang didapat di depan kelas.

Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
ditemukan benar.
Menemukan
Penerimaan
102

Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
untuk
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI.
Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 4.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
103
E. Pertemuan Kelima
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan barisan geometri.
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari barisan geometri.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan barisan geometri.
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari barisan geometri.
III.
Materi Ajar
5. Barisan Geometri
IV. Model Pembelajaran
V.
Pendekatan
: Scientific
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-5
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Langkah Pembelajaran
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru
Tahapan CPS
104

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari barisan geometri.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan barisan geometri yang telah dipelajari sewaktu
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)

Guru meminta siswa duduk secara berkelompok sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.

Guru membagikan LKS 5 kepada masing-masing
kelompok.

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 5.

Guru memberikan waktu 5 menit untuk siswa membaca
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 5, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Menemukan
Informasi
Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 5.
105

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
5.

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 5.

Menemukan Solusi
Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
solusi yang didapat di depan kelas.


Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
Menemukan
ditemukan benar.
Penerimaan
Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
untuk
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI.
Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
106
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
F. Pertemuan Keenam
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari suku ke-n barisan
geometri.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari suku ke-n barisan
geometri.
III. Materi Ajar
6. Suku ke-n Barisan Geometri
IV. Model Pembelajaran
Pendekatan
: Scientific
107
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-6
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Langkah Pembelajaran
Tahapan CPS
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari barisan geometri.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan barisan geometri yang telah dipelajari sewaktu
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)

Guru meminta siswa duduk secara berkelompok sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.

Guru membagikan LKS 6 kepada masing-masing
kelompok.

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 6.

Guru memberikan waktu 6 menit untuk siswa membaca
Menemukan
Informasi
108
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 6, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 6

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
6

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 6

Menemukan Solusi
Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
solusi yang didapat di depan kelas.


Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
Menemukan
ditemukan benar.
Penerimaan
Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
109
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
untuk
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI.
Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 6.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
G. Pertemuan Ketujuh
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari n suku pertama deret
geometri.
110
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) diharapkan siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan data atau proses dari n suku pertama deret
geometri.
III. Materi Ajar
7. Suku ke-n Barisan Geometri
IV. Model Pembelajaran
Pendekatan
: Scientific
Model
: Creative Problem Solving (CPS)
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-7
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Langkah Pembelajaran
Pembukaan (10 menit)

Guru mengkondisikan kelas

Berdoa dipimpin oleh ketua kelas

Guru mengecek kehadiran siswa menggunakan daftar
hadir yang telah disiapkan oleh guru

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa
manfaat mempelajari deret geometri.

Guru bersama siswa mengingat apa yang dimaksud
dengan deret geometri yang telah dipelajari sewaktu
Tahapan CPS
111
SMP.

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran hari
ini.
Kegiatan Inti (70 menit)

Guru meminta siswa duduk secara berkelompok sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.

Guru membagikan LKS 7 kepada masing-masing
kelompok.

Siswa berkumpul dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang
guru berikan dalam LKS 7.

Guru memberikan waktu 7 menit untuk siswa membaca
situasi yang ada dalam LKS dan menjawabnya sebelum
menemukan solusinya dengan menggunakan tahapan
CPS.

Melalui LKS 7, siswa diminta untuk memahami
permasalahan yang ada.

Menemukan
Informasi
Setelah memahami situasi dan kondisi permasalahan,
siswa mendaftar fakta-fakta dan informasi yang ada,
untuk kemudian di identifikasi lebih lanjut

Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang siswa baca,
Menemukan
temukan, pahami berkenaan dengan situasi, kondisi dan
Masalah
fakta yang mereka amati pada permasalahan LKS 7

Siswa mengungkapkan dan mendaftar berbagai ide yang
mungkin untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS
Menemukan Ide
7

Siswa memilih dan menemukan ide yang paling tepat
untuk dijadikan solusi pada permasalahan di LKS 7

Siswa mengimplementasikan dan mempresentasikan
Menemukan Solusi
Menemukan
112
solusi yang didapat di depan kelas.

Penerimaan
Guru memberikan koreksi dan meluruskan jika terjadi
kekeliruan dan memberikan penguatan jika solusi yang
ditemukan benar.

Siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pembenaran terhadap suatu solusi yang dikerjakan oleh
kelompok lain

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya di depan kelas

Siswa lain boleh memberikan pendapat dan pembenaran
jika menurutnya hasil pekerjaan teman yang maju di
depan kelas salah
Penutup (10 menit)

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
mengenai pembelajaran hari ini

Guru
memberikan
tugas
kepada
siswa
untuk
mempelajari materi pada pertemuan berikutnya

Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)

Guru mengucapkan salam
VI.
Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 7.
2. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
113
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
: Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan Sikap
dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
Jakarta, 4 November 2014
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Drs. Dedi S, M.Pd
Anis Kurniasari
NIP. 195605221982031003
NIM. 1110017000071
116
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(KELAS KONTROL)
Nama Sekolah
: SMA Negeri 66 Jakarta
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X MIA / 1 (Ganjil)
Alokasi Waktu
: 14 x 45 menit
 Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
117
 Kompetensi Dasar
2.1.Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerja sama, konsisten, sikap
disiplin, rasa percaya diri dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi
berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah.
2.2.Mampu
menstransformasi
diri
dalam
berperilaku
jujur,
tangguh
menghadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar
matematika.
2.3.Menunjukkan sikap bertanggung jawab, rasa ingin tahu, jujur dan peduli
lingkungan.
3.8.Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
4.8.Menyajikan hasil, menemukan pola barisan dan deret dan penerapannya
dalam penyelesaian masalah sederhana.
A. Pertemuan Pertama
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan konsep pola barisan bilangan
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pola barisan,
barisan bilangan.
II. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan konsep pola barisan bilangan
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pola barisan,
barisan bilangan.
III. Materi Ajar
1. Pola bilangan
118
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-1
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Waktu
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
membaca
informasi
konsep pola bilangan dari
materi
tentang
buku atau sumber lain yang
119
relevan.
Menanya

Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
bila
ada
yang
kurang
dipahami.
Mengamati
dan
mengumpulkan

Guru membagi siswa ke
dalam 6 kelompok.
informasi

Guru membagikan LKS 1
untuk
dikerjakan
secara
berkelompok.
Mengasosiasikan/
mengolah

Siswa
diminta
menemukan
informasi
untuk
permasalahan
yang terdapat pada LKS 1.
Mengkomunikasi
kan

Setelah
menemukan
permasalahan yang terdapat
pada LKS 1, siswa diminta
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 1

Siswa diberikan latihan soal
tentang pola bilangan.

Beberapa
siswa
diminta
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.
120

Guru memberikan koreksi
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
10 menit

kan
Siswa dengan bimbingan
guru
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
121
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
Indikator Pencapaian
No.
Soal
Skor
Terlampir pada LKS 1
100
Kompetensi
Menemukan konsep pola barisan
1.
bilangan
Menyelesaikan masalah yang
2&3
berkaitan dengan pola barisan
bilangan
B. Pertemuan Kedua
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan konsep barisan aritmatika
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan
aritmatika.
II. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses Tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan konsep barisan aritmatika
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan
aritmatika.
III. Materi Ajar
2. Barisan Aritmatika
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
122
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Waktu
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
membaca
informasi
konsep barisan aritmatika
materi
tentang
dari buku atau sumber lain
Menanya
yang relevan.

Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
123
bila
ada
yang
kurang
dipahami.
Mengamati
dan
mengumpulkan

Guru membagi siswa ke
dalam 6 kelompok.
informasi

Guru membagikan LKS 2
untuk
dikerjakan
secara
berkelompok.
Mengasosiasikan/
mengolah

Siswa
diminta
menemukan
informasi
untuk
permasalahan
yang terdapat pada LKS 2.
Mengkomunikasi
kan

Setelah
menemukan
permasalahan yang terdapat
pada LKS 2, siswa diminta
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 2

Siswa diberikan latihan soal
tentang barisan aritmatika.

Beberapa
siswa
diminta
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.

Guru memberikan koreksi
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
124
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
10 menit

kan
Siswa dengan bimbingan
guru
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
125
Indikator Pencapaian
No.
1.
Skor
Terlampir pada LKS 2
100
Menemukan konsep barisan
aritmatika
Menyelesaikan masalah yang
2.
Soal
Kompetensi
berkaitan dengan barisan
aritmatika
C. Pertemuan Ketiga
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan suku ke-n suatu barisan aritmatika
II. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses Tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan suku ke-n suatu barisan aritmatika
III. Materi Matematika
Suku ke-n barisan aritmatika
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-3
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
126
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Waktu
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
membaca
informasi
konsep barisan aritmatika
materi
tentang
dari buku atau sumber lain
Menanya
yang relevan.

Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
bila
ada
yang
kurang
dipahami.
Mengamati
dan
mengumpulkan

Guru membagi siswa ke
dalam 6 kelompok.
127
informasi

Guru membagikan LKS 3
untuk
dikerjakan
secara
berkelompok.
Mengasosiasikan/

Siswa
diminta
untuk
mengolah
menemukan
informasi
yang terdapat pada LKS 3.
Mengkomunikasi

kan
Setelah
permasalahan
menemukan
permasalahan yang terdapat
pada LKS 3, siswa diminta
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 3

Siswa diberikan latihan soal
tentang suku ke – n suatu
barisan aritmatika.

Beberapa
siswa
diminta
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.

Guru memberikan koreksi
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
10 menit

Siswa dengan bimbingan
128
guru
kan
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
No.
1.
2.
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Soal
Skor
Terlampir pada LKS 3
100
Menemukan suku ke-n suatu
barisan aritmatika
Menyelesaikan masalah yang
129
berkaitan dengan suku ke-n suatu
barisan aritmatika
D. Pertemuan Keempat
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan jumlah n suku pertama dari suatu barisan aritmatika
II.
Tujuan Pembelajaran
Melalui proses Tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan jumlah n suku pertama dari suatu barisan aritmatika
III. Materi Matematika
Jumlah n suku pertama suatu barisan aritmatika
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-4
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Waktu
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
130
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
membaca
informasi
jumlah
n
materi
tentang
suku
pertama
barisan aritmatika dari buku
atau
sumber
lain
yang
relevan.

Menanya
Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
bila
ada
yang
kurang
dipahami.

Mengamati
dalam 6 kelompok.
dan
mengumpulkan
Guru membagi siswa ke

Guru membagikan LKS 4
untuk
informasi
dikerjakan
secara
berkelompok.

Siswa
diminta
untuk
131
menemukan
permasalahan
yang terdapat pada LKS 4.
Mengasosiasikan/
mengolah
informasi

Setelah
menemukan
permasalahan yang terdapat
Mengkomunikasi
pada LKS 4, siswa diminta
kan
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 4

Siswa diberikan latihan soal
tentang
jumlah
n
suku
pertama
suatu
barisan
siswa
diminta
aritmatika.

Beberapa
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.

Guru memberikan koreksi
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
kan
10 menit

Siswa dengan bimbingan
guru
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari
132

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
No.
1.
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Skor
Terlampir pada LKS 4
100
Menemukan suku ke-n suatu
barisan aritmatika.
Menyelesaikan masalah yang
2.
Soal
berkaitan dengan suku ke-n
barisan artmatika.
E. Pertemuan Kelima
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
133
1. Menemukan konsep pola barisan geometri
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan
geometri
II.
Tujuan Pembelajaran
Melalui proses tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan konsep barisan geometri
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan
geometri
III.
Materi Ajar
Barisan Geometri
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-5
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Waktu
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
134
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
membaca
informasi
konsep
materi
barisan
tentang
geometri
dari buku atau sumber lain
yang relevan.

Menanya
Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
bila
ada
yang
kurang
dipahami.

Mengamati
dalam 6 kelompok.
dan
mengumpulkan
Guru membagi siswa ke

Guru membagikan LKS 5
untuk
informasi
dikerjakan
secara
berkelompok.

Siswa
diminta
untuk
Mengasosiasikan/
menemukan
mengolah
yang terdapat pada LKS 5.
informasi
permasalahan
135

Setelah
menemukan
permasalahan yang terdapat
Mengkomunikasi
pada LKS 5, siswa diminta
kan
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 5.

Siswa diberikan latihan soal
tentang barisan geometri

Beberapa
siswa
diminta
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.

Guru memberikan koreksi
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
10 menit

kan
Siswa dengan bimbingan
guru
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
136
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
No.
1.
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
Indikator Pencapaian
Skor
Terlampir pada LKS 5
100
Menemukan konsep barisan
geometri.
Menyelesaikan masalah yang
2.
Soal
Kompetensi
berkaitan dengan barisan
geometri.
F. Pertemuan Keenam
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan suku ke-n suatu barisan geometri
II.
Tujuan Pembelajaran
Melalui proses Tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menemukan suku ke-n suatu barisan geometri
137
III.
Materi Matematika
Suku ke-n barisan geometri
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-6
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Waktu
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
138
mengumpulkan
membaca
informasi
konsep
materi
barisan
tentang
geometri
dari buku atau sumber lain
yang relevan.
Menanya

Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
bila
ada
yang
kurang
dipahami.
Mengamati
dan
mengumpulkan

Guru membagi siswa ke
dalam 6 kelompok.
informasi

Guru membagikan LKS 6
untuk
dikerjakan
secara
berkelompok.
Mengasosiasikan/
mengolah

Siswa
diminta
menemukan
informasi
untuk
permasalahan
yang terdapat pada LKS 6.
Mengkomunikasi
kan

Setelah
menemukan
permasalahan yang terdapat
pada LKS 6, siswa diminta
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 6

Siswa diberikan latihan soal
tentang suku ke – n suatu
barisan geometri.
139

Beberapa
siswa
diminta
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.

Guru memberikan koreksi
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
10 menit

kan
Siswa dengan bimbingan
guru
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
140
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
No.
1.
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
Indikator Pencapaian
Skor
Terlampir pada LKS 6
100
Menemukan suku ke-n suatu
barisan aritmatika.
Menyelesaikan masalah yang
2.
Soal
Kompetensi
berkaitan dengan suku ke-n
barisan artmatika.
G. Pertemuan Ketujuh
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah kegiatan pembelajaran barisan dan deret diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan jumlah n suku pertama dari suatu barisan aritmatika
II.
Tujuan Pembelajaran
Melalui proses Tanya jawab dan latihan diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan jumlah n suku pertama dari suatu barisan geometri
III.
Materi Matematika
Jumlah n suku pertama suatu barisan geometri
IV. Model/Metode Pembelajaran
Model
: Konvensional
Metode
: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas
141
V. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
: Ke-7
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Langkah
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan
10 menit

Guru
melakukan
pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran

Guru memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin
Mengamati

Guru menyampaikan tujuantujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Inti
Mengamati
70 menit
dan

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
membaca
informasi
jumlah
n
materi
tentang
suku
pertama
barisan geometri dari buku
atau
sumber
lain
yang
relevan.
Menanya

Siswa
diberi
kesempatan
untuk bertanya kepada guru
142
bila
ada
yang
kurang
dipahami.

Mengamati
dalam 6 kelompok.
dan
mengumpulkan
Guru membagi siswa ke

Guru membagikan LKS 7
untuk
informasi
dikerjakan
secara
berkelompok.

Siswa
diminta
untuk
Mengasosiasikan/
menemukan
permasalahan
mengolah
yang terdapat pada LKS 7.
informasi

Setelah
menemukan
Mengkomunikasi
permasalahan yang terdapat
kan
pada LKS 7, siswa diminta
untuk
menyelesaikan
permasalahan pada LKS 7.

Siswa diberikan latihan soal
tentang
jumlah
n
suku
pertama
suatu
barisan
siswa
diminta
geometri.

Beberapa
guru untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis.

Guru memberikan koreksi
143
atau
tambahan
meluruskan
untuk
pemahaman
siswa.
Penutup
Mengkomunikasi
10 menit

kan
Siswa dengan bimbingan
guru
menyimpulkan
dan
mencatat materi yang telah
dipelajari

Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru

Guru menutup pembelajaran
hari ini dengan salam.
VI.
Sumber Belajar
1. Tim Penyusun. 2013. Matematika. Jakarta: Kemendikbud.
VII.
Media dan Alat Pembelajaran

Whiteboard

Spidol

Laptop

OHP
VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Sikap
:Teknik Non Tes Bentuk Pengamatan
sikap dalam pembelajaran (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan
: Teknik Tes Bentuk Tertulis Uraian
144
No.
1.
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Skor
Terlampir pada LKS 7
100
Menemukan jumlah n suku dari
suatu barisan geometri.
Menyelesaikan masalah yang
2.
Soal
berkaitan dengan jumlah n suku
dari suatu barisan geometri.
Jakarta, 4 November 2014
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Drs. Dedi S, M.Pd
Anis Kurniasari
NIP. 195605221982031003
NIM. 1110017000071
145
Lampiran 8
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pola Barisan Bilangan
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Menentukan pola barisan bilangan
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari pola barisan bilangan.
Ilustrasi
Pak Edi adalah seorang pedagang buah. Ia menjual bermacam-macam
buah di kios tempat ia berdagang. Suatu hari, ia akan memindahkan satu
keranjang jeruk untuk disusun di meja dagangnya. Apabila ia
memindahkan dua-dua jeruk, maka akan ada satu jeruk yang tersisa. Sisa
dua jeruk apabila ia memindahkan tiga jeruk secara berulang-ulang.
Apakah kemungkinan-kemungkinan banyaknya jeruk yang terdapat dalam
keranjang membentuk suatu pola bilangan?
146
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
3. Dengan cara apa kalian menemukan kemungkinan banyaknya jeruk yang ada
dalam keranjang?
Menemukan Gagasan
4. Tuliskan kemungkinan-kemungkinan banyaknya jeruk yang terdapat dalam
keranjang!
Menemukan Solusi
147
5. Apakah kemungkinan tersebut membentuk suatu pola? Coba jelaskan!
Menemukan Solusi
6. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
148
Mari Berlatih!
1. Gambar berikut ini!
Sisi-sisi pada tiap gambar dibawah ini
Barisan bilangan…
Serupa dengan
…
a.
b.
c.
d.
e.
1, 3, 9, ….
2, 4, 8,,…
3, 5, 9,…
5, 10, 15, ….
5, 25, 125,….
Alasan:
2.
Barisan bilangan
4, 6, 8, 10 ….
Alasan:
Barisan bilangan…
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
100, 102, 104, …
100, 50, 25, …
100, 99, 98, …
5, 15, 75, …
5, 8, 11, …
149
3.
Pola
1
,
1
,
1
,
𝑛+1 𝑛+2 𝑛+3
……
Barisan bilangan…
bilangan
a.
Serupa dengan
b.
1 1 1
, , , ….
2 4 6
1 1 1
, , , ….
2 3 4
c. 2, 4, 6, …
d. 2, 4, 8, …
e. 1, 4, 9, …
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
150
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Barisan Aritmatika
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Menentukan barisan aritmatika.
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari barisan aritmatika.
Ilustrasi
Doni dan Rio merupakan petugas sensus penduduk. Mereka akan
mendata anggota keluarga di kompleks perumahan Sasmita Jaya.
Kompleks perumahan Sasmita Jaya terdiri dari 68 rumah penduduk
dengan denah komplek berbentuk letter U. Perumahan tersebut
menghadap utara dengan pintu masuk di ujung sebelah barat dan pintu
keluar berada di ujung sebelah timur. Nomor rumah kompleks tersebut
tersusun secara urut, yakni deretan sebelah kanan (dari pintu masuk)
merupakan deretan rumah bernomor ganjil,
151
Sedangkan deretan rumah sebelah kiri (dari arah pintu masuk)
merupakan deretan rumah bernomor ganjil. Mereka berdua membagi
tugas, yakni Doni mendata rumah dari arah pintu masuk di deretan
sebelah kanan, sedangkan Rio mendata rumah dari arah pintu keluar di
deretan sebelah kanan. Apakah nomor-nomor rumah yang Doni
maupun Rio data sejak awal hingga akhir akan membentuk suatu
barisan?
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
3. Bagaimana cara kalian menentukan deretan rumah yang Doni maupun Rio
data tersebut merupakan suatu barisan?
Menemukan Gagasan
152
4. Ketika Doni mendata rumah, barisan apakah yang terbentuk? Coba jelaskan!
Menemukan Solusi
5. Ketika Rio mendata rumah, barisan apakah yang terbentuk? Coba jelaskan!
Menemukan Solusi
6. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
153
Mari Berlatih!
1. Agar barisan 2, q, 6, …
merupakan barisan
aritmatika, maka nilai q
yang sesuai adalah 4.
Serupa dengan
Hubungan p pada
barisan 10, 20, p, 40,
… adalah….
a.
b.
c.
d.
e.
15
20
25
30
35
Alasan:
2.
Panjang sisi-sisi sebuah
segitiga siku-siku
membentuk barisan
aritmatika. Apabila
hypotenusanya adalah 5,
maka barisan yang
terbentuk adalah 3, 4, 5.
Alasan:
Serupa dengan
Apabila hypotenusanya
adalah 30, maka panjang
sisi terpendeknya
adalah…
a.
b.
c.
d.
e.
12
14
18
20
24
154
3. Hubungan bilangan 120
dengan suatu barisan
aritmatika yang
mempunyai suku ke-4
dan suku ke-9 nya
berturut-turut adalah 21
dan 66.
Serupa dengan
Hubungan bilangan …..
dengan suatu barisan
aritmatika yang
mempunyai suku ke-4
dan suku ke-6 nya
berturut-turut adalah 11
dan 17.
a.
b.
c.
d.
e.
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
43
44
45
46
47
155
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Suku ke-n Barisan Aritmatika
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari suku ke-n barisan aritmatika.
.
Ilustrasi
Dina ingin menyusun bangun-bangun dari batang korek api. Mula-mula ia
menyusun dengan 4 buah batang korek api, maka terbentuklah satu
buah persegi. Kemudian jika ia menyusun 3 batang korek api lagi, maka
terbentuklah dua buah persegi. Jika ia menyusun 3 batang korek api lagi,
maka terbentuklah 3 buah persegi. Begitu seterusnya hingga batang
korek api di dalam kotak pembungkusnya habis. Apakah kamu dapat
menemukan banyaknya batang korek api yang disusun Dina pada urutan
ke-n?
156
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Dapatkah kamu menggambarkan susunan batang korek api yang Dina susun?
Menemukan Informasi
3. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
4. Bagaimana cara kalian menentukan banyaknya korek api yang Dina perlukan
pada penyusunan ke-n?
Menemukan Gagasan
157
5. Dapatkah kalian menemukan banyaknya batang korek api pada susunan ke15?
Menemukan Solusi
6. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
158
Mari Berlatih!
1. Hubungan bilangan 175
dengan deret 4 + 7 + 10
+ ….+ 31.
Serupa dengan
Hubungan deret 20 + 23
+ 26 + …. Dengan
bilangan…
a.
b.
c.
d.
e.
335
345
350
365
375
Alasan:
2. Suku ke-n suatu deret
aritmatika dirumuskan
dengan Un = 2n + 3.
Jumlah 10 suku pertama
sama dengan 140.
Serupa dengan
Jumlah 10 suku pertama
suatu deret aritmatika
adalah 145. Jika suku
pertama deret tersebut
adalah 1. Suku ke-n suatu
deret aritmatika tersebut
adalah…
a.
b.
c.
d.
e.
n+3
2n – 3
3n – 2
3n – 1
3n + 1
159
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
160
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Deret Aritmatika
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari jumlah n suku deret aritmatika.
Ilustrasi
Setiap minggu Dira selalu memberikan hadiah berupa kartu bergambar
kepada adiknya, yaitu Reni. Setiap minggu Dira memberikan 3 kartu lebih
banyak daripada minggu-minggu sebelumnya. Minggu pertama, Dira
memberi Reni 3 kartu bergambar, minggu kedua Dira memberi 6 kartu
bergambar kepada Reni. Minggu ketiga Dira memberi 9 kartu bergambar
kepada Reni. Demikian seterusnya. Dapatkah kamu temukan banyaknya
kartu bergambar yang akan Reni terima pada minggu ke-n?
161
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
3. Bagaimana cara kamu menemukan jumlah kartu bergambar yang Reni terima
pada minggu ke-n?
Menemukan Gagasan
4. Berapakah jumlah kartu bergambar yang Dira berikan pada minggu ke-8?
Menemukan Solusi
162
5. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
163
Mari Berlatih!
1.
Hubungan antara deret 9 + 14
+ 19 + … dengan bilangan…
Hubungan bilangan
1.290 dengan deret 17
+ 22 + 27 + … + 112.
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
1.120
1.130
1.140
1.150
1.160
Alasan:
2.
Seorang petani mencatat
hasil panennya selama 12
hari. Jika hasil panen
pertama sebanyak 20 kg
dan mengalami kenaikan
tetap sebesar 3 kg setiap
hari, maka jumlah hasil
panennya adalah 438 kg.
Alasan:
Serupa dengan
Apabila jumlah hasil
panen petani adalah
1.350 kg yang tercatat
selama 20 hari, maka
kenaikan tetap setiap
harinya adalah …. kg.
a.
b.
c.
d.
e.
3
4
5
6
7
164
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Barisan Geometri
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Menentukan barisan geometri.
2. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari barisan geometri.
Ilustrasi
Rizqi merupakan anak yang aktif dalam keanggotaan organisasi desa
Pangkalan Jati Baru. Ia mengikuti organisasi karang taruna di desanya
tersebut. Ia menjadi salah satu panitia lomba sepak bola untuk acara 17
agustusan yang akan diselenggarakan 1 bulan mendatang. Dalam
perlombaan tersebut, putaran pertama diikuti oleh 64 team. Putaran
kedua diikuti oleh 32 team, berikutnya 16 team dan seterusnya. Apakah
banyaknya team pada tiap-tiap putaran membentuk suatu barisan
geometri?
165
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
3. Bagaimana cara kalian menentukan banyaknya team pada tiap-tiap putaran
tersebut membentuk suatu barisan?
Menemukan Gagasan
4. Barisan apakah yang terbentuk? Coba jelaskan!
Menemukan Solusi
166
5. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
167
Mari Berlatih!
1. Barisan p, q, r
merupakan barisan
geometri. Dengan
demikian pr = q2.
Serupa dengan
Barisan 3, 6, x merupakan
barisan geometri. Maka nilai
3x = ….
a.
b.
c.
d.
e.
8
9
12
18
36
Alasan:
Hubungan bilangan ….
Dengan barisan bilangan 4,
x, 16, ….
2. Hubungan bilangan 512
dengan barisan 2, 8, 32,
….
Serupa dengan
Alasan:
a.
b.
c.
d.
e.
16
32
64
128
512
168
1
Hubungan bilangan 4 dengan
3. Hubungan bilangan 2
dengan barisan (a – 3),
(a – 1), (a + 3), ….
barisan…
Serupa dengan
a. 64, 32, 16, …
b. 64, 16, 4, …
c. 64, 16, 8, …
d.
e.
1
,
4
1
4
,
1
,
8
1
2
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
1
16
,…
, 1, …
169
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Suku ke-n Barisan Geometri
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari suku ke-n barisan geometri.
Ilustrasi
Rahma memiliki sebuah pita panjangnya 20 meter. Ia akan menghias
kado dengan menggunakan pita tersebut. Mula-mula pita tersebut
dipotong menjadi dua bagian. Kemudian ia mengambil salah satu
bagiannya dan memotongnya menjadi dua bagian lagi. Demikian
seterusnya hingga ia mendapatkan potongan terpendek sepanjang 50
cm. Pada potongan ke berapakah Rahma mendapatkan pita sepanjang 50
cm tersebut?
170
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Dapatkah kamu menggambarkan susunan pita-pita yang telah Rahma potong?
Menemukan Informasi
3. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
4. Bagaimana cara kalian menentukan banyaknya pita yang akan Rahma
dapatkan pada pemotongan ke-n?
Menemukan Gagasan
171
5. Pada pemotongan pita ke berapakah Rahma mendapatkan pita sepanjang 50
cm?
Menemukan Solusi
6. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
172
Mari Berlatih!
1. Hubungan bilangan 3
dengan barisan geometri
yang memiliki suku
pertama 6 dan suku ke
empat 162
Serupa dengan
Hubungan bilangan ….
Yang memiliki suku
pertama 5 dan suku ke
enam 160.
a.
b.
c.
d.
e.
2
3
4
5
6
Alasan:
2. Hubungan bilangan 256
dengan barisan 2, 4, 8 ,
….
Alasan:
Hubungan bilangan 6.561
dengan barisan bilangan….
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
1, 3, 9, …
3, 9, 27, …
3, 12, 48, …
9, 27, 81, …
9, 3, 1, …
173
3. Hubungan bilangan
1
2
dengan barisan
geometri yang
dirumuskan dengan Un
= 21–n
Serupa dengan
Hubungan bilangan …
dengan suati barisan
geometri yang
dirumuskan dengan Un =
3 1 + 2n
a.
b.
c.
d.
e.
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
1
3
6
9
27
174
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Deret Geometri
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Memberikan sebuah kesimpulan dari dua hal yang berbeda berdasarkan
keserupaan data atau proses dari jumlah n suku deret geometri.
Ilustrasi
Pada awal bulan pertama, sebuah tanaman tingginya bertambah 3 cm.
Pada awal bulan kedua tanaman tersebut tingginya bertambah (3 + 3 ×
(0,5 cm atau 4,5 cm. Pada awal bulan ketiga, tingginya bertambah
(4,5 + 4,5 × (0,5 cm atau 2,25 cm. pertambahan tinggi tanaman
sesuai dengan pola pada pertambahan tinggi sebelumnya. Berapakah tinggi
tanaman tersebut pada akhir bulan ke-6?
175
Berdasarkan ilustrasi soal tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apa saja informasi yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Informasi
2. Apa saja permasalahan yang terdapat pada ilustrasi tersebut?
Menemukan Masalah
3. Bagaimana cara kamu menemukan tinggi tanaman pada bulan ke-n?
Menemukan Gagasan
4. Berapakah tinggi tanaman pada akhir bulan ke-8?
Menemukan Solusi
176
5. Apakah solusi yang kalian terapkan sudah benar? Coba periksa kembali
bersama dengan teman-teman sekelompokmu!
Menemukan Penerimaan
177
Mari Berlatih!
1.
Hubungan antara bilangan
255 dengan suatu deret
geometri yang memiliki
suku pertama 128 dan
Serupa dengan
Hubungan bilangan ….
Dengan suatu barisan
geometri yang memiliki
suku kedua 12 dan rasio 2.
1
rasio 2.
a.
b.
c.
d.
e.
1.350
1.530
1.550
1.630
1.750
Alasan:
2. Sebuah bola jatuh dari
ketinggian 1 m dan
memantul kembali dengan
ketinggian
2
3
Apabila bola memantul
kembali dengan
ketinggian
kali dari tinggi
sebelumnya. Pemantulan
berlangsung terus menerus
hingga berhenti. Panjang
lintasan bola seluruhnya
adalah 5m.
Serupa dengan
1
2
kali dari
tinggi sebelumnya, maka
panjang lintasan
seluruhnya adalah …. m.
a.
b.
c.
d.
e.
2
3
4
5
6
178
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
182
Lampiran 9
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Pola Barisan Bilangan
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Menemukan konsep pola barisan bilangan
2. Menentukan jenis-jenis pola barisan bilangan
3. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pola barisan bilangan
Perhatikan gambar-gambar berikut!
Gambar 1
Gambar 2
183
Gambar 3
Apakah gambar – gambar tersebut membentuk suatu pola? Jelaskan alasanmu!
Tuliskan apa yang dimaksud dengan pola dengan bahasamu sendiri!
Coba gambarkan dua buah pola gambar selanjutnya dan tuliskan pola – pola
tersebut dalam bentuk bilangan!
Gambar 1
Gambar 2
184
Gambar 3
Tentukan bilangan pada tiga suku berikutnya dan tulislah aturan-aturan untuk
menyatakan pola bilangan berikut!
a. 1, 3, 5, 7, ….
b. 2, 4, 6, 8, ….
c. 1, 3, 6, 10, …
d. 1, 4, 9, 16, …
185
Mari Berlatih!
Barisan bilangan…
1. Gambar berikut ini!
Sisi-sisi pada tiap gambar dibawah ini
Serupa dengan
…
a.
b.
c.
d.
e.
1, 3, 9, ….
2, 4, 8,,…
3, 5, 9,…
5, 10, 15, ….
5, 25, 125,….
Alasan:
2.
Barisan bilangan…
Barisan bilangan 4, 6, 8,
10 ….
Serupa dengan
Alasan:
a.
b.
c.
d.
e.
100, 102, 104, …
100, 50, 25, …
100, 99, 98, …
5, 15, 75, …
5, 8, 11, …
186
3.
Pola
1
,
Barisan bilangan…
bilangan
1
,
1
, ……
a.
𝑛+1 𝑛+2 𝑛+3
Serupa dengan
b.
1 1 1
, , , ….
2 4 6
1 1 1
, , , ….
2 3 4
c. 2, 4, 6, …
d. 2, 4, 8, …
e. 1, 4, 9, …
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
187
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Barisan Aritmatika
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Menemukan konsep barisan aritmatika
2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan aritmatika
Ibu Ida, seorang pengerajin sasirangan di gambut, ia dapat
menyelesaikan 6 helai kain sasirangan berukuran 2,4 m × 1,5 m
selama 1 bulan. Permintaan kain sasirangan terus bertambah
sehingga Ibu Ida harus menyediakan 9 helai kain sasirangan pada
bulan kedua, dan 12 helai pada bulan ketiga.
188
Alternatif Penyelesaian:
Jumlah kain sasirangan sejak bulan pertama adalah
6
Bulan ke-1
u1
9
Bulan ke-2
12
Bulan ke-3
u2
u3
15
...
Bulan ke-4
...
Perhatikan barisan bilangan di atas.
• Berapakah nilai u2 – u1 dan u3 – u2 ?
• Apakah nilainya sama ?
Apa yang terbesit dalam pikiranmu tentang selisih dua bilangan berurutan
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
Inilah syarat barisan aritmetika
tersebut?
☞ Selisih antara dua suku berurutan dinamakan beda, biasanya dilambangkan
dengan b.
Coba kamu beri contoh barisan aritmatika yang lain!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………..…………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..………
189
Mari Berlatih!
1.
Agar barisan 2, q, 6, …
merupakan barisan
aritmatika, maka nilai q
yang sesuai adalah 4.
Serupa dengan
Hubungan p pada
barisan 10, 20, p, 40,
… adalah….
a.
b.
c.
d.
e.
15
20
25
30
35
Alasan:
2.
Panjang sisi-sisi sebuah
segitiga siku-siku
membentuk barisan
aritmatika. Apabila
hypotenusanya adalah 5,
maka barisan yang
terbentuk adalah 3, 4, 5.
Alasan:
Serupa dengan
Apabila hypotenusanya
adalah 30, maka panjang
sisi terpendeknya
adalah…
a.
b.
c.
d.
e.
12
14
18
20
24
190
3. Hubungan bilangan 120
dengan suatu barisan
aritmatika yang
mempunyai suku ke-4
dan suku ke-9 nya
berturut-turut adalah 21
dan 66.
Serupa dengan
Hubungan bilangan …..
dengan suatu barisan
aritmatika yang
mempunyai suku ke-4
dan suku ke-6 nya
berturut-turut adalah 11
dan 17.
a.
b.
c.
d.
e.
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
43
44
45
46
47
191
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Suku ke-n Barisan Aritmatika
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
3. Menemukan suku ke-n barisan aritmatika
Perhatikan barisan aritmatika berikut ini!
2, 7, 12, 17, …
Dapatkah kamu menemukan suku ke-5, ke-10 dan ke-20? Bagaimanakah cara
kamu menemukannya?
192
Bagaimana dengan barisan berikut ini.
45, 42, 39, 36, …
Dapatkah kamu menemukan suku ke-6, ke-9 dan ke-15? Bagaimanakah cara
kamu menemukannya?
Nah, untuk menemukan rumus suku ke-n dari suatu barisan aritmatika, lakukanlah
langkah-langkah berikut.
U1 = a
U2 = U1 + b = a + b
U3 = U2 + b = a + b + b = a + 2b
U4 = …………………………………………………………………………
U5 = …………………………………………………………………………
Un = …………………………………………………………………………
Dengan demikian kita dapatkan rumus suku ke-n adalah:
Un = a + ( n – 1 ) b
193
Mari Berlatih!
1. Hubungan bilangan 175
dengan deret 4 + 7 + 10
+ ….+ 31.
Serupa dengan
Hubungan deret 20 + 23
+ 26 + …. Dengan
bilangan…
a.
b.
c.
d.
e.
335
345
350
365
375
Alasan:
2. Suku ke-n suatu deret
aritmatika dirumuskan
dengan Un = 2n + 3.
Jumlah 10 suku pertama
sama dengan 140.
Serupa dengan
Jumlah 10 suku pertama
suatu deret aritmatika
adalah 145. Jika suku
pertama deret tersebut
adalah 1. Suku ke-n suatu
deret aritmatika tersebut
adalah…
a.
b.
c.
d.
e.
n+3
2n – 3
3n – 2
3n – 1
3n + 1
194
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
195
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Deret Aritmatika
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
4. Menentukan jumlah n suku dari suatu barisan aritmatika
Heni menabung di Bank sekali dalam seminggu. Mula-mula ia
menabung Rp 30.000,-. Minggu berikutnya ia selalu menabung
dengan selisih Rp 5.000,00 lebih banyak dari minggu
sebelumnya. Begitu seterusnya ia lakukan selama 6 bulan.
Setelah 6 bulan, ia ingin mengambil seluruh uang tabungannya
tersebut. Dapatkah kalian mengetahui besar uang tabungan
Heni seluruhnya?
196
Alternatif penyelesaian:
30.000 + 35.000 + 40.000 + …
U1
U2
U3
…
Rumus untuk mencari suku ke-n dari suatu barisan aritmatika adalah:
𝑆𝑛 =
𝑛
𝑎
𝑛
𝑏
atau
𝑆𝑛 =
𝑛
𝑎
𝑈𝑛
maka dapat kita hitung seluruh uang tabungan Heni menggunakan rumus diatas.
a = 30.000
S12
=
; b = 5.000
12
.
2
=
.
=
.
.
.
.
=
=
; n = 4 x 6 = 24
.
Jadi, jumlah seluruh uang Heni adalah Rp 690.000,-
197
Mari Berlatih!
1.
Hubungan antara deret 9 + 14
+ 19 + … dengan bilangan…
Hubungan bilangan
1.290 dengan deret 17
+ 22 + 27 + … + 112.
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
1.120
1.130
1.140
1.150
1.160
Alasan:
2.
Seorang petani mencatat
hasil panennya selama 12
hari. Jika hasil panen
pertama sebanyak 20 kg
dan mengalami kenaikan
tetap sebesar 3 kg setiap
hari, maka jumlah hasil
panennya adalah 438 kg.
Serupa dengan
Apabila jumlah hasil
panen petani adalah
1.350 kg yang tercatat
selama 20 hari, maka
kenaikan tetap setiap
harinya adalah …. kg.
a.
b.
c.
d.
e.
3
4
5
6
7
198
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
199
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Barisan Geometri
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
5. Menemukan konsep barisan geometri
6. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan geometri
Selama 1 bulan, Deni berlatih lari untuk persiapan lomba lari
marathon. Setiap minggu ia harus menempuh jarak dua kali lebih
jauh daripada minggu sebelumnya. Pada minggu pertama ia
menempuh jarak 2 km.
200
Alternatif Penyelesaian:
Jarak yang ditempuh Deni setiap minggunya adalah
2
4
Minggu ke-1
Minggu ke-2
u1
8
Minggu ke-3
u2
u3
16
...
Mingggu ke-4
...
Perhatikan barisan bilangan di atas.
• Berapakah nilai
dan
?
• Apakah nilainya sama ?
Apa yang terbesit dalam pikiranmu tentang selisih dua bilangan berurutan
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Inilah syarat barisan geometri
tersebut?
☞ Pembanding antara dua suku berurutan dinamakan rasio, biasanya
dilambangkan dengan r.
Coba kamu beri contoh barisan geometri yang lain!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………..…………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
201
Mari Berlatih!
1. Barisan p, q, r
merupakan barisan
geometri. Dengan
demikian pr = q2.
Serupa dengan
Barisan 3, 6, x merupakan
barisan geometri. Maka nilai
3x = ….
a.
b.
c.
d.
e.
8
9
12
18
36
Alasan:
Hubungan bilangan ….
Dengan barisan bilangan 4,
x, 16, ….
2. Hubungan bilangan 512
dengan barisan 2, 8, 32,
….
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
16
32
64
128
512
202
Alasan:
1
Hubungan bilangan 4 dengan
3. Hubungan bilangan 2
dengan barisan (a – 3),
(a – 1), (a + 3), ….
barisan…
Serupa dengan
a. 64, 32, 16, …
b. 64, 16, 4, …
c. 64, 16, 8, …
d.
e.
1
4
1
4
,
,
1
8
1
2
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
,
,
1
16
,…
,…
203
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Suku ke-n Barisan Geometri
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
6. Menemukan suku ke-n barisan geometri
Perhatikan barisan aritmatika berikut ini!
2, 6, 18, …
Dapatkah kamu menemukan suku ke-5, ke-10 dan ke-20? Bagaimanakah cara
kamu menemukannya?
204
Bagaimana dengan barisan berikut ini.
80, 20, 5, …
Dapatkah kamu menemukan suku ke-4, ke-7 dan ke-10? Bagaimanakah cara
kamu menemukannya?
Nah, untuk menemukan rumus suku ke-n dari suatu barisan aritmatika, lakukanlah
langkah-langkah berikut.
U1 = a
U2 = U1 . r = a . r
U3 = U2 . r = a . r . r = a . r2
U4 = ……………………………………………………………………………
U5 = ……………………………………………………………………………
Un = ……………………………………………………………………………
Dengan demikian kita dapatkan rumus suku ke-n adalah:
Un = a . r n - 1
205
Mari Berlatih!
1. Hubungan bilangan 3
dengan barisan geometri
yang memiliki suku
pertama 6 dan suku ke
empat 162
Serupa dengan
Hubungan bilangan ….
Yang memiliki suku
pertama 5 dan suku ke
enam 160.
a.
b.
c.
d.
e.
2
3
4
5
6
Alasan:
2. Hubungan bilangan 256
dengan barisan 2, 4, 8 ,
….
Hubungan bilangan 6.561
dengan barisan bilangan….
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
1, 3, 9, …
3, 9, 27, …
3, 12, 48, …
9, 27, 81, …
9, 3, 1, …
206
Alasan:
3. Hubungan bilangan
1
2
dengan barisan
geometri yang
dirumuskan dengan Un
= 21–n
Serupa dengan
Hubungan bilangan …
dengan suati barisan
geometri yang
dirumuskan dengan Un =
3 1 + 2n
a.
b.
c.
d.
e.
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
1
3
6
9
27
207
Kelompok
:
Nama Anggota :
1.
4.
2.
5.
3.
6.
Deret Geometri
Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
7. Menentukan jumlah n suku dari suatu barisan geometri
Selama 1 bulan, Deni berlatih lari untuk persiapan lomba lari
marathon. Setiap minggu ia harus menempuh jarak dua kali
lebih jauh daripada minggu sebelumnya. Pada minggu pertama ia
menempuh jarak 2 km. Dapatkah kamu mengetahui panjang
seluruh lintasan yang ditempuh Deni selama 1 bulan tersebut?
208
Alternatif penyelesaian:
2
+
U1
4
+
U2
8
U3
+ …
…
Rumus untuk mencari suku ke-n dari suatu barisan aritmatika adalah:
𝑆𝑛 =
𝑎 1 𝑟𝑛
1 𝑟
jika 0 < r < 1
atau
𝑆𝑛 =
𝑎 𝑟𝑛 1
𝑟 1
jika r > 1
Maka dapat kita hitung panjang seluruh lintasan yang telah ditempuh Deni selama
1 bulan yaitu:
a=2
S4
;r=
=
=
2 2
4
=2=
;n=4
1
2 1
2 16 1
1
=
=
Jadi, panjang lintasan yang ditempuh Deni selama satu bulan sepanjang 30 km.
209
Mari Berlatih!
1.
Hubungan bilangan ….
Dengan suatu barisan
geometri yang memiliki
suku kedua 12 dan rasio 2.
Hubungan antara bilangan
255 dengan suatu deret
geometri yang memiliki
suku pertama 128 dan
Serupa dengan
1
rasio 2.
a.
b.
c.
d.
e.
1.350
1.530
1.550
1.630
1.750
Alasan:
2. Sebuah bola jatuh dari
ketinggian 1 m dan
memantul kembali dengan
ketinggian
2
3
Apabila bola memantul
kembali dengan
ketinggian
kali dari tinggi
sebelumnya. Pemantulan
berlangsung terus menerus
hingga berhenti. Panjang
lintasan bola seluruhnya
adalah 5m.
Serupa dengan
1
2
kali dari
tinggi sebelumnya, maka
panjang lintasan
seluruhnya adalah …. m.
a.
b.
c.
d.
e.
2
3
4
5
6
210
Alasan:
 Selamat Mengerjakan 
211
Lampiran 10
KISI-KISI UJI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA
Materi
: Barisan dan Deret
Kompetensi Inti :
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap
disiplin, rasa percaya diri dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi
berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah
2.2 Mampu menstransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh
menghadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar
matematika
212
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab, rasa ingin tahu, jujur dan
perilaku peduli lingkungan.
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
4.8 Menyajikan hasil, menemukan pola barisan dan deret dan penerapannya
dalam penyelesaian masalah sederhana
Materi
Indikator Soal
Pembelajaran
 Pola
Barisan
No.
Jumlah
Soal
Soal
1, 2
2
3, 4
2
5, 6
2
7, 8
2
 Memberikan kesimpulan dari dua
Bilangan
hal
yang
keserupaan
(analogi)
berbeda
data
dari
berdasarkan
atau
pola
proses
barisan
bilangan.
 Pengertian
 Memberikan kesimpulan dari dua
barisan
hal
yang
berbeda
aritmatika dan
keserupaan
geometri
(analogi) dari barisan aritmatika
data
berdasarkan
atau
proses
atau barisan geometri.
 Suku
ke-n
 Memberikan kesimpulan dari dua
barisan
hal
yang
berbeda
aritmatika dan
keserupaan
geometri
(analogi) dari suku ke-n barisan
data
berdasarkan
atau
proses
aritmatika atau barisan geometri.

Jumlah n suku 
Memberikan sebuah kesimpulan
pertama deret
dari
aritmatika dan
berdasarkan keserupaan data atau
geometri
proses (analogi) dari jumlah n suku
dua
hal
yang
berbeda
pertama deret aritmatika atau deret
geometri.
213


Penerapan
barisan
dan
deret bilangan
Memberikan kesimpulan dari dua
hal
yang
berbeda
keserupaan
data
(analogi)
dari
barisan
untuk
berdasarkan
atau
sifat-sifat
proses
pada
9, 10
2
memecahkan
masalah yang berkaitan dengan
barisan
bilangan
atau
deret
bilangan.
Jumlah
8
214
Lampiran 11
UJI COBA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA SMA
KELAS X
POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET
Petunjuk:
1. Tuliskan nama dan kelas pada kolom yang telah tersedia
2. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan dan bacalah setiap soal
dengan teliti
3. Kerjakan soal secara individual
4. Periksa kembali jawaban sebelum diserahkan kepada guru
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Gambar berikut ini
Gambar 1
Gambar 2
Barisan bilangan…
Gambar 3
…
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
9, 10, 11 ….
10, 20, 30, ….
15, 18, 21, ….
16, 25, 36, ….
20, 18, 16, ….
Alasan:
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
2.
Banyaknya segitiga pada susunan
korek api seperti gambar di bawah ini
Serupa dengan
…
Barisan bilangan…
a.
b.
c.
d.
e.
10, 20, 30, ….
10, 15, 25, ….
10, 20 40, ….
10, 100, 1.000, ….
10, 100, 10.000, ….
215
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
3.
Hubungan bilangan 5
pada barisan 10, 11,
12, 13, …
Hubungan antara a dengan
barisan…
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
a, a+1, a+2, a+3
a, 2a, 3a, 4a, ….
2a, 2a+1, 2a+2, 2a+3, ….
2a, 2a-1, 2a-2, 2a-3, ….
a, a2, a3, a4, ….
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
4.
Hubungan bilangan 4 pada
barisan 2, 8, 32, 128, …
Hubungan bilangan 4 pada
barisan bilangan…
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
2, 6, 10, 14, ….
2, 4, 6, 8, ….
3, 7, 11, 15, ….
3, 9, 27, 81, ….
3, 12, 48, 192, ….
Alasan:
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
216
5.
Apabila lima buah segi lima digabungkan, maka akan terdapat 17 buah sisi.
,
,...
,
Serupa dengan
Akan terdapat … buah sisi apabila lima buah segi enam digabungkan
dengan cara penggabungan seperti gambar diatas.
a. 18
b. 22
c. 25
d. 27
e. 30
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
6.
1
1
Hubungan bilangan 4
pada barisan 16, 8, 4,
…
Hubungan bilangan 128
Serupa dengan
barisan bilangan…..
a.
1 1
, ,
1
2 8 32
,…
b. 16, 14, 12, …
c.
1 1 1
, , ,…
2 4 8
d. 2, 14, 98, …
e.
1 1
, ,
1
2 8 16
,…
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
217
7.
Deret 4 + 7 + 10 + …. +
52 akan menghasilkan
bilangan 476.
Serupa dengan
Deret 5 + 9 + 13 + 17
+ …. akan
menghasilkan
bilangan….
a.
b.
c.
d.
e.
269
629
692
926
962
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
8.
Jumlah dari deret….
Jumlah dari deret
a+ap+ap2+…+ap7=
Serupa dengan
5
11
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
3
3
a. 2 + 2 + 3 + ⋯ +
= 30
b. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 128 = 5,98
c. 2 + 3 + 5 + ⋯ + 120 = 6,98
d. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 120 = 5,98
e. 2 + 3 + 4 + ⋯ + 128 = 6,98
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
218
9.
Seorang ibu akan
membagikan permen
kepada 5 orang anaknya
menurut deret aritmetika.
Semakin muda usia anak,
semakin banyak permen
yang diperoleh. Jika
banyak permen yang
diterima anak kedua
sebanyak 11 buah dan
anak keempat 19 buah,
maka jumlah seluruh
permen yg ibu miliki
adalah 75 buah.
Serupa dengan
Apabila ibu memiliki
115 buah permen dan
anak pertama
menerima 15 buah
permen, maka anak
terakhir akan
menerima …. buah
permen.
a.
b.
c.
d.
e.
17
22
26
29
31
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
10. Seutas tali dipotong menjadi
7 bagian dan panjang
masing-masing potongan
membentuk barisan
geometri. Jika panjang
potongan tali terpendek sama
dengan 6 cm dan potongan
tali terpanjang sama dengan
384 cm, panjang keseluruhan
tali tersebut adalah 762 cm.
Panjang seluruh tali
apabila tali tersebut
dipotong menjadi 10
bagian adalah…. cm.
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
1.368
1.638
3.618
6.138
6.318
Alasan:
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
219
Lampiran 12
KUNCI JAWABAN UJI COBA INSTRUMEN KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA
1. Diketahui:
Gambar berikut ini
Gambar 1
Gambar 2
Ditanya:
Barisan bilangan…
Gambar 3
…
a.
b.
c.
d.
e.
Serupa dengan
9, 10, 11 ….
10, 20, 30, ….
15, 18, 21, ….
16, 25, 36, ….
20, 18, 16, ….
Pola gambar tersebut: segi tiga, segi empat, segi lima, …
Pada gambar berikutnya selalu bertambah satu garis/sisi dari gambar
sebelumnya.
Jawaban: A
Alasan:
Keserupaan dari keduanya yaitu: memiliki pola yaitu selalu bertambah
satu bilangan pada barisan berikutnya.
2.
Diketahui:
Banyaknya segitiga pada
susunan korek api seperti
gambar di bawah ini
Ditanya:
Barisan bilangan…
Serupa dengan
….
Pola susunan korek api yaitu:
Gambar 1: banyak segitiga 1
Gambar 2: banyak segitiga 4
Gambar 3: banyak segitiga 9
Gambar 4: banyak segitiga 16
a.
b.
c.
d.
e.
10, 20, 30, ….
10, 15, 25, ….
10, 20 40, ….
10, 121, 144, ….
10, 100, 1.000, ….
220
Pola yang terbentuk: 1, 4, 9, 16
Jawaban: D
Alasan:
Keserupaannya yaitu pola bilangan kuadrat. Sehingga pola bilangan
kuadrat yang serupa adalah 10, 121, 144, …
3.
Diketahui:
Ditanya:
Hubungan bilangan 5
pada barisan 10, 11,
12, 13, …
10
,
Hubungan antara a dengan
barisan…
Serupa dengan
11
+1
,
a, a+1, a+2, a+3, …
a, 2a, 3a, 4a, ….
2a, 2a+1, 2a+2, 2a+3, ….
2a, 2a-1, 2a-2, 2a-3, ….
a, a2, a3, a4, ….
a.
b.
c.
d.
e.
12
,
+1
13
, …
+1
 Bilangan berikutnya selalu diperoleh dari hasil penjumlahan bilangan
sebelumnya dengan bilangan 1. Barisan bilangan tersebut merupakan
barisan aritmetika dengan beda 1.
Jawaban: A
Alasan:
Karena barisan bilangan a, a+1, a+2, a+3, …. Merupakan barisan
aritmetika dengan beda 1.
Bukti:
+1
=1
+2
( + 1) =
+2
1=1
+3
( + 2) =
+3
2=1
dst.
Keserupaan dari kedua soal diatas yaitu barisan aritmetika yang memiliki
beda yang sama, yaitu 1.
221
4.
Diketahui:
Hubungan bilangan 4
pada barisan 2, 8, 32,
128, …
2
,
×4
Ditanya:
Hubungan bilangan 4 pada
barisan bilangan…
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
8
,
32
×4
2, 6, 10, 14, ….
2, 4, 6, 8, ….
3, 7, 11, 15, ….
3, 9, 27, 81, ….
3, 12, 48, 192, ….
,
128
, …
×4
 Bilangan berikutnya selalu diperoleh dari hasil perkalian bilangan
sebelumnya dengan bilangan 4. Jadi bilangan 4 merupakan rasio dari
sebuah barisan 2, 8, 32, 128, …
Jawaban: E
Alasan:
Karena 4 merupakan rasio dari bilangan 3, 12, 48, 192, …
Bukti:
12 3 = 4
48 12 = 4
192 48 = 4
dst.
Keserupaan dari kedua soal diatas yaitu mencaari rasio dari sebuah barisan
geometri.
5. Diketahui:
Apabila lima buah segi lima digabungkan, maka akan terdapat 17 buah
sisi.
,
,
,...
Serupa dengan
Ditanya:
Akan terdapat … buah sisi apabila lima buah segi enam digabungkan
dengan cara penggabungan seperti gambar diatas.
222
a.
b.
c.
d.
e.
18
22
25
27
30
,
,
,...
Pola pada deretan gambar tersebut adalah: satu buah segi lima, dua buah
segi lima, tiga buah segi lima, empat buah segi lima, lima buah segi lima
dan seterusnya. Karena panjang sisi dari segilima tersebut adalah satu
buah sisi, maka pola gambar tersebut merupakan keliling dari bangun
segilima, yaitu 5 buah sisi, 8 buah sisi, 11 buah sisi, 14 buah sisi, 17 buah
sisi dan seterusnya. Pada barisan gambar tersebut selalu bertambah 3 sisi
dalam satu satuan. Maka akan terbentuk barisan bilangan 5, 8, 11, 14, 17,
… Karena lima segilima berada pada barisan ke-5 atau suku ke-5, maka
akan terdapat 17 buah sisi apabila lima buah segi lima di gabungkan.
Jawaban: B
Alasan:
,
,
, ...
Pola pada deretan gambar tersebut adalah: satu buah segi enam, dua buah
segi enam, tiga buah segi enam, empat buah segi enam, lima buah segi
enam dan seterusnya. Karena panjang sisi dari segi enam tersebut adalah
satu buah sisi, maka pola gambar tersebut merupakan keliling dari bangun
segi enam, yaitu 6 buah sisi, 10 buah sisi, 14 buah sisi, 18 buah sisi, 22
buah sisi dan seterusnya. Pada barisan gambar tersebut selalu bertambah 4
sisi dalam satu satuan. Maka akan terbentuk barisan bilangan 6, 10, 14, 18,
22, … Karena lima segi enam berada pada barisan ke-5 atau suku ke-5,
maka akan terdapat 22 buah sisi apabila lima buah segi lima di
gabungkan.
Pada soal diatas sama-sama memiliki keserupaan, yaitu mencari suku ke-5
pada barisan aritmatika yang dibentuk oleh gabungan bangun datar.
223
6.
Diketahui:
Ditanya:
1
Hubungan bilangan 128
1
Hubungan bilangan 4
pada barisan 16, 8,
4,…
Serupa dengan
barisan bilangan…..
a.
1 1
, ,
1
2 8 32
,…
b. 16, 14, 12, …
c.
1 1 1
, , ,…
2 4 8
d. 2, 14, 98, …
e.
1 1
1
, , ,…
2 8 16
Jawaban : C
Alasan:
𝑎 = 16
𝑈𝑛 =
Maka kita dapat
1
4
𝑟 = 8 16 =
𝑈7 =
1
2
𝑈𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
1
1
= 16 . ( )𝑛−1
4
2
1
1
( )𝑛−1 =
2
64
1
1
( )𝑛−1 = ( )6
2
2
𝑛
1=6
𝑛=7
𝑛=7
1
128
𝑟=
1
1
𝑎 = 2 dan 𝑏 = 2
Maka
1
2
𝑈𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
1
1
= 𝑎 . ( )6
128
2
1
1
𝑎.
=
64 128
1
𝑎=
× 64
128
1
𝑎=
2
𝑈2 = 𝑎. 𝑟
=
1 1 1
. =
2 2 4
Maka deret yang
sesuai
adalah
1 1 1
, , ,…
2 4 8
Keserupaan pada soal diatas ialah menentukan suku ke-n pada suatu deret
geometri.
224
7.
Diketahui:
Ditanya:
Deret 4 + 7 + 10 +
…. + 52 akan
menghasilkan
bilangan 476.
Deret 5 + 9 + 13 + 17 + ….
akan menghasilkan
bilangan….
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
269
629
692
926
962
Jawaban: B
Alasan:
Diket:
Maka didapat n = 17.
Sn = 476
a = 5 ; b = 4 ; n = 17
a=4
b=3
Un = 52
=
𝑛
(2𝑎 + (𝑛 1)𝑏)
2
17
𝑆𝑛 =
(2 5 + (17 1) 4)
2
17
𝑆𝑛 =
(10 + 16 4)
2
17
𝑆𝑛 =
(74)
2
𝑆𝑛 =
( +
2
476 =
2
)
(4 + 52)
2 476 = (4 + 52)
𝑆𝑛 = 629
952 = 56
= 17
Keserupaan soal diatas ialah menentukan jumlah n suku suatu deret
aritmatika, yakni menentukan jumlah 17 suku dari dua buah deret
aritmatika yang berbeda.
225
8. Diketahui:
Ditanya:
Jumlah dari deret….
Jumlah dari deret
a+ap+ap2+…+ap7=
5
a. 2 + 2 + 3 + ⋯ +
Serupa dengan
11
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
3
3
3
4
128
= 30
b. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 128 = 5,98
c. 2 + 3 + 5 + ⋯ + 120 = 6,98
d. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 120 = 5,98
e. 2 + + + ⋯ +
= 6,98
Jawaban: B
Alasan:
deret a+ap+ap2+…+ap7=
a.(1  p 8 )
adalah deret geometri dengan rasio p
(1  p )
a.(1  p 8 )
adalah jumlah 8 suku pertama.
(1  p )
dan
3 3
3
1
adalah deret geometri dengan rasio .
  ... 
2 4
128
2
3 3
3
Temukan pola dari deret 3    ... 
2 4
128
deret 3 
3,
×
3
2
1
2
3
,
×
4
,
1
2
3
8
,
3
8
,
3
8
,
3
8
,
3
8
, ….
…. dst
Suku berikutnya diperoleh dengan mengalikan bilangan
1
dengan suku
2
sebelumnya.
Keserupaannya adalah keduanya merupakan sifat rasio dan jumlah 8 suku
pertama pada deret geometri.
226
9.
Diketahui
Ditanya
Seorang ibu akan
membagikan permen
kepada 5 orang
anaknya menurut deret
aritmetika. Semakin
muda usia anak,
semakin banyak
permen yang
diperoleh. Jika banyak
permen yang diterima
anak kedua sebanyak
11 buah dan anak
keempat 19 buah,
maka jumlah seluruh
permen yg ibu miliki
adalah 70 buah.
Apabila ibu memiliki
115 buah permen dan
anak pertama
menerima 15 buah
permen, maka anak
terakhir akan
menerima …. buah
permen.
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
17
22
26
29
31
Jawaban: E
Alasan:
n = 5 ; U2 = 11 ; U4 = 19 ; S5 = 75
Dari soal pertama, tidak diketahui
pembedanya berapa. Maka kita cari
terlebih dahulu pembeda nya.
𝑈2 = 𝑎 + 𝑏 → 𝑎 + 𝑏 = 11 … . (𝑖)
𝑈4 = 𝑎 + 3𝑏 → 𝑎 + 3𝑏 = 19 … . (𝑖𝑖)
Dari soal kedua, diketahui
pembedanya 4 (dari soal pertama),
tetapi yang ditanyakan adalah U5
nya apabila S5 nya adalah 115 dan
a = 15.
15 , 19 , 23 , 27 ,
+4
+4
+4
31
+4
Eliminasi persamaan (i) dan (ii) maka
didapat a = 7 dan b = 4
Maka didapat U5 nya adalah 31.
Jadi anak ke-5 akan menerima 31
buah permen.
Keserupaan soal diatas adalah mencari suku ke-n dari suatu barisan
aritmatika.
227
10. Diketahui:
Seutas tali dipotong
menjadi 7 bagian dan
panjang dan panjang
masing-masing
potongan membentuk
barisan geometri. Jika
panjang potongan tali
terpendek sama dengan
6 cm dan potongan tali
terpanjang sama dengan
384 cm, panjang
keseluruhan tali tersebut
adalah 762 cm.
Serupa dengan
Ditanya:
Panjang seluruh tali
apabila tali tersebut
dipotong menjadi 10
bagian adalah…. cm.
a.
b.
c.
d.
e.
1.368
1.638
3.618
6.138
6.318
Jawaban: D
Alasan:
S7 = 762 ; n = 7 ; a = 6 ; U7 =
384
Yang akan dicari pada soal kedua
ialah S10
Pada soal pertama tidak
diketahui rasionya. Maka kita
cari terlebih dahulu rasionya.
a = 6 ; r = 2 ; n = 10
𝑎(𝑟 𝑛 1)
𝑆𝑛 =
(𝑟 1)
𝑎=6
𝑈7 = 𝑎 𝑟 6
384 = 6 𝑟 6
384
= 𝑟6
6
𝑆10
6(210 1)
=
2 1
𝑆10 =
6(1.023)
1
𝑆10 = 6.138
𝑟 6 = 64
𝑟=2
Keserupaan pada soal diatas adalah menentukan jumlah n suku dari suatu
deret geometri.
228
Lampiran 13
Kriteria Penilaian Instrumen Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa
Skor
4
Kriteria
Pilihan jawaban benar, alasan benar dan lengkap
Pilihan jawaban benar, alasan benar tetapi kurang
3
lengkap/pilihan jawaban salah, alasan benar dan
lengkap
Pilihan jawaban benar, alasan benar tetapi tidak
2
lengkap/pilihan jawaban salah, alasan benar tetapi
kurang lengkap.
1
0
Pilihan jawaban benar, alasan salah/pilihan
jawaban salah, alasan benar tetapi tidak lengkap
Pilihan jawaban salah, alasan salah/tidak ada
jawaban.
229
Lampiran 14
UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA SMA KELAS
X
DENGAN METODE CONTENT VALIDITY RATIO (CVR)
POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET
Untuk menguji validitas secara isi dari instrumen tes kemampuan penalaran
analogi matematik, para penilai diharapkan memberikan penilaiannya dengan
memberi tanda (√) pada kolom E: Esensial (soal tersebut sangat penting untuk
mengukur kemampuan penalaran analogi matematik), TE: Tidak Esensial (soal
tersebut tidak terlalu penting untuk mengukur kemampuan penalaran analogi
matematik) atau TR: Tidak Relevan (soal tersebut tidak ada kaitannya dengan
kemampuan penalaran analogi matematik) pada masing-masing soal yang
berbentuk tes pilihan ganda beralasan di bawah ini.
No
SOAL
E
Gambar berikut ini
….
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Serupa dengan
1.
Barisan bilangan…
a.
b.
c.
d.
e.
9, 10, 11 ….
10, 20, 30, ….
15, 18, 21, ….
16, 25, 36, ….
20, 18, 16, ….
TE TR
230
Banyaknya segitiga pada susunan korek api seperti
gambar di bawah ini
….
2.
Serupa dengan
Barisan bilangan…
a. 10, 20, 30, ….
b. 10, 15, 25, ….
c. 10, 20 40, ….
d. 10, 121, 169, ….
e. 10, 100, 1.000, ….
Hubungan bilangan 5 pada barisan bilangan 10, 11, 12,
13, …
Serupa dengan
3.
Hubungan antara a dengan barisan…
a. a, a+1, a+2, a+3
b. a, 2a, 3a, 4a, ….
c. 2a, 2a+1, 2a+2, 2a+3, ….
d. 2a, 2a-1, 2a-2, 2a-3, ….
e. a, a2, a3, a4, ….
Hubungan 4 pada barisan 2, 8, 32, 128, …
Serupa dengan
4.
Hubungan bilangan 4 pada barisan bilangan…
a. 2, 6, 10, 14, ….
b. 2, 4, 6, 8, ….
c. 3, 7, 11, 15, ….
d. 3, 9, 27, 81, ….
e. 3, 12, 48, 192, ….
231
Apabila lima buah segi lima digabungkan maka akan
terdapat 17 buah sisi.
Serupa dengan
,
5.
,
,...
Akan terdapat … buah sisi apabila lima buah segi enam
digabungkan dengan cara penggabungan seperti gambar
diatas.
a. 18
b. 22
c. 25
d. 27
e. 30
Hubungan bilangan pada barisan 16, 8, 4,…
Serupa dengan
Hubungan bilangan
6.
barisan bilangan…..
a.
b.
c.
d.
e.
Deret 4 + 7 + 10 + …. + 52 akan menghasilkan bilangan
476.
Serupa dengan
7.
Deret 5 + 9 + 13 + 17 + …. akan menghasilkan
bilangan….
a. 269
b. 629
c. 692
d. 926
232
e. 962
Jumlah dari deret a+ap+ap2+…+ap7=
a.(1  p 8 )
(1  p )
Serupa dengan
Jumlah dari deret….
a.
8.
b.
c.
d.
e.
Seorang ibu akan membagikan permen kepada 5 orang
anaknya menurut deret aritmetika. Semakin muda usia
anak, semakin banyak permen yang diperoleh. Jika
banyak permen yang diterima anak kedua sebanyak 11
buah dan anak keempat 19 buah, maka jumlah seluruh
permen yg ibu miliki adalah 75 buah.
Serupa dengan
9.
10.
Apabila ibu memiliki 115 buah permen dan anak pertama
menerima 15 buah permen, maka anak terakhir akan
menerima …. buah permen.
a. 17
b. 22
c. 26
d. 29
e. 31
Seutas tali dipotong menjadai 7 bagian dan panjang dan
panjang masing-masing potongan membentuk barisan
geometri. Jika panjang potongan tali terpendek sama
dengan 6 cm dan potongan tali terpanjang sama dengan
384 cm, panjang keseluruhan tali tersebut adaslah 762
cm.
Serupa dengan
Panjang seluruh tali apabila tali tersebut dipotong menjadi
10 bagian adalah…. cm.
a. 1.368
b. 1.638
c. 3.618
233
d. 6.138
e. 6.318
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian merupakan instrument standar yang
diadaptasi dari Utari Sumarmo dalam makalah matematika tentang “BERPIKIR dan
DISPOSISI MATEMATIK’.
Penilai,
……………………………..
234
Catatan Penilai dalam menganalisis soal:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penilai,
................................., ........
235
Lampiran 15
REKAPITULASI HASIL PENILAIAN INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIK
SISWA DENGAN METODE CVR
Penilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
E
E
E
E
E
TR
E
E
E
E
2
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
3
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
4
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
Item Soal
5
6
7
8
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E TE E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E TE
9
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
10
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
236
Lampiran 16
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA SMA
KELAS X
DENGAN METODE CONTENT VALIDITY RATIO (CVR)
POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET
No.
Soal
E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10
10
9
10
10
9
10
10
10
9
TE
TR
1
1
1
N
NE
N/2
(Ne-N/2)
((Ne-N/2)/N/2)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
9
10
10
9
10
10
10
9
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
1
1
0.8
1
1
0.8
1
1
1
0.8
Minimum
skor
0.62
0.62
0.62
0.62
0.62
0.62
0.62
0.62
0.62
0.62
CVR
1
1
0.8
1
1
0.8
1
1
1
0.8
Kriteria
Soal
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
237
Lampiran 17
HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
NAMA
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
NILAI
45
40
40
35
55
35
37.5
35
43
55
37.5
30
38
60
38
37.5
42.5
35
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
S
T
U
P
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
AJ
52.5
33
33
55
33
25
50
37.5
40
40
48
58
42.5
37.5
43
48
38
32.5
238
Lampiran 18
Contoh perhitungan uji validitas soal nomor 1
rxy 
n x
n x1 y   x1  y 





  x1  n y 2   y 
2
2
1
361508   90 592 
2

36240   90 3610128   592  
2
2
54288  53280
8640  8100 364608  350464 
1008
(540 )(14144 )
1008
7637760
1080

2763,6491
 0,390
Dengan dk = n – 2 = 36 – 2 = 34 dan  = 0,05 diperoleh rtabel 0,312
Karena rxy > rtabel, maka soal nomor 1 valid
Perhitungan validitas butir soal selanjutnya menggunakan software excel.
239
Lampiran 19
Validitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa SMA Kelas X MIA
Pokok Bahasan Barisan Dan Deret
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Nama
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
AJ
∑
rhitung
rtabel
kriteria
x1
2
2
2
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
4
3
3
2
2
2
2
2
4
2
2
3
4
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
90
0.365
0.312
Valid
x2
2
2
2
1
4
2
2
1
3
4
3
3
1
2
1
0
2
1
3
2
1
2
1
2
2
2
3
3
3
4
2
3
2
3
1
2
77
0.522
0.312
Valid
x3
3
3
4
3
2
3
3
3
2
3
2
1
4
4
3
3
2
3
3
1
2
3
2
1
3
2
3
2
1
2
1
1
2
3
4
2
89
0.276
0.312
Drop
x4
3
2
1
1
1
2
1
3
1
2
1
0
3
2
1
1
1
1
2
1
0
1
0
0
2
1
1
1
3
2
2
1
1
1
0
1
47
0.449
0.312
Valid
x5
2
2
1
1
2
1
2
1
3
2
2
2
1
3
2
2
3
1
2
1
2
1
3
2
2
0
1
2
1
3
3
1
2
3
2
1
65
0.327
0.312
Valid
x6
2
1
2
2
1
0
2
1
2
1
0
1
0
1
2
1
2
3
2
2
1
1
0
1
2
3
2
1
1
3
2
3
2
3
1
0
54
0.206
0.312
Drop
x7
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
0
1
2
1
1
1
1
2
1
0
3
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
0
42
0.522
0.312
Valid
x8
0
0
0
0
2
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
3
0
1
1
0
1
2
1
3
1
0
1
1
1
0
25
0.528
0.312
Valid
x9
2
1
2
2
3
1
0
0
1
3
2
1
0
3
1
1
2
1
3
2
3
2
1
0
2
1
2
1
3
2
1
2
3
0
1
2
57
0.526
0.312
Valid
x10
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
0
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
2
0
2
1
0
1
2
1
1
1
1
1
2
2
46
0.438
0.312
Valid
y
18
16
16
14
22
14
15
14
17
22
15
12
15
24
15
15
17
14
21
13
13
22
13
10
20
15
16
16
19
23
17
15
17
19
15
13
592
240
Lampiran 20
PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS
Tentukan nilai varians skor tiap soal, misal varians skor nomor 1
X 1  X 1 



N
 N 
2
1
2
1
2
240  90 

 
36  36 
2
2
 1 2  6,6667  6,25
 1 2  0,417
Perhitungan nilai varians skor soal yang lainnya dan varians total
menggunakan software excel.
Didapat jumlah varian tiap soal  i 2  4,992
Varians total  t 2  9,527 , sehingga reliabilitasnya diperoleh:
2
 k    i
r11  
 1
t2
 k  1 
 8  4,992 


1 
 8  1  9,527 
 1,142 0,476 
 0,552




241
Lampiran 21
Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa SMA Kelas X MIA
Pokok Bahasan Barisan dan Deret
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Nomor Soal
Nama
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
AJ
Jumlah
si2
Σsi2
st2
rhitung
x1
2
2
2
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
4
3
3
2
2
2
2
2
4
2
2
3
4
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
90
0.417
4.922
9.527
0.552
x2
2
2
2
1
4
2
2
1
3
4
3
3
1
2
1
0
2
1
3
2
1
2
1
2
2
2
3
3
3
4
2
3
2
3
1
2
77
0.897
x4
3
2
1
1
1
2
1
3
1
2
1
0
3
2
1
1
1
1
2
1
0
1
0
0
2
1
1
1
3
2
2
1
1
1
0
1
47
0.712
x5
2
2
1
1
2
1
2
1
3
2
2
2
1
3
2
2
3
1
2
1
2
1
3
2
2
0
1
2
1
3
3
1
2
3
2
1
65
0.601
x7
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
0
1
2
1
1
1
1
2
1
0
3
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
0
42
0.361
x8
0
0
0
0
2
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
3
0
1
1
0
1
2
1
3
1
0
1
1
1
0
25
0.657
x9
2
1
2
2
3
1
0
0
1
3
2
1
0
3
1
1
2
1
3
2
3
2
1
0
2
1
2
1
3
2
1
2
3
0
1
2
57
0.910
x10
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
0
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
2
0
2
1
0
1
2
1
1
1
1
1
2
2
46
0.367
Skor
Total
13
12
10
9
19
11
10
10
13
18
13
10
11
19
10
11
13
8
16
10
10
18
11
8
15
10
11
13
17
18
14
11
13
13
10
11
449
9.527
242
Lampiran 22
PERHITUNGAN UJI TARAF KESUKARAN
Contoh perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1
B
JS
35

400
 0,0925
P
P = 0,0925 berada pada interval 0,00 < P ≤ 0,29, maka soal nomor 1 memiliki
taraf kesukaran dengan kriteria sukar.
Perhitungan taraf kesukaran butir soal yang lainnya menggunakan software
excel.
243
Lampiran 23
Taraf Kesukaran Instrumen Tes Penalaran Analogi Matematik
Siswa SMA Kelas X MIA
Pokok Bahasan Barisan dan Deret
NOMOR SOAL
NO
NAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
E
N
J
V
AD
AC
S
Y
AE
A
I
K
Q
AB
x1
3
4
3
4
2
2
2
3
2
2
3
3
2
2
x2
4
2
4
2
4
3
3
2
2
2
3
3
2
3
x4
1
2
2
1
2
3
2
2
2
3
1
1
1
1
x5
2
3
2
1
3
1
2
2
3
2
3
2
3
2
x7
2
2
1
3
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
x8
2
1
1
3
3
1
0
1
1
0
0
1
1
2
x9
3
3
3
2
2
3
3
2
1
2
1
2
2
1
x10
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
0
1
1
15
AG
2
2
1
2
1
1
3
1
16
AH
17
B
3
2
3
2
1
2
3
2
1
1
1
0
0
1
1
2
18
F
3
2
2
1
1
0
1
1
19
M
3
1
3
1
1
0
0
2
20
P
3
0
1
2
1
1
1
2
21
W
2
1
0
3
2
0
1
2
22
AA
2
3
1
1
1
1
2
0
23
AF
2
3
1
1
1
0
2
1
24
AJ
25
C
3
2
2
2
1
1
1
1
0
1
0
0
2
2
2
1
26
G
3
2
1
2
1
0
0
1
27
H
2
1
3
1
2
0
0
1
28
L
2
3
0
2
0
1
1
1
29
O
3
1
1
2
1
0
1
1
30
T
2
2
1
1
1
0
2
1
31
U
2
1
0
2
0
1
3
1
32
Z
4
2
1
0
1
0
1
1
33
AI
2
1
0
2
1
1
1
2
244
34
D
2
1
1
1
1
0
2
1
35
R
2
1
1
1
1
0
1
1
36
X
2
2
0
2
1
1
0
0
35
27
13
20
13
5
20
15
TK
0.0925
0.07
0.0325
0.0575
0.0375
0.0125
0.0525
0.0425
Kriteria
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
245
Lampiran 24
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA
Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1
DP 
B A BB

JA JB
48 29

80 80
 0,6  0,36

 0,24
Dp = 0,15 berada pada interval 0,20 < Dp ≤ 0,39, maka soal nomor 1 memiliki
daya pembeda dengan kriteria cukup.
Perhitungan daya pembeda butir soal selanjutnya menggunakan software
excel.
246
Lampiran 25
Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa SMA Kelas X MIA
Pokok Bahasan Barisan dan Deret
No.
Nama
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
E
N
J
V
AD
AC
S
Y
AE
A
I
K
Q
AB
AG
AH
B
F
3
4
3
4
2
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
3
2
3
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
M
P
W
AA
AF
AJ
C
G
H
L
O
T
U
Z
AI
D
R
X
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
2
4
2
2
2
2
DP
Kriteria
Nomor Soal
x1
4
2
4
2
4
3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
2
2
48
1
0
1
3
3
2
2
2
1
3
1
2
1
2
1
1
1
2
29
0.24
Cukup
x2
1
2
2
1
2
3
2
2
2
3
1
1
1
1
1
1
2
2
30
3
1
0
1
1
1
1
1
3
0
1
1
0
1
0
1
1
0
17
0.16
Buruk
x4
2
3
2
1
3
1
2
2
3
2
3
2
3
2
2
3
2
1
39
1
2
3
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
0
2
1
1
2
26
0.1625
Buruk
x5
2
2
1
3
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
1
1
2
1
1
0
1
1
2
0
1
1
0
1
1
1
1
1
17
0.10
Buruk
x7
2
1
1
3
3
1
0
1
1
0
0
1
1
2
1
1
0
0
19
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
6
0.16
Buruk
x8
3
3
3
2
2
3
3
2
1
2
1
2
2
1
3
0
1
1
35
0
1
1
2
2
2
2
0
0
1
1
2
3
1
1
2
1
0
22
0.16
Buruk
x9
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
0
1
1
1
1
2
1
25
2
2
2
0
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
0
21
0.05
Buruk
x10
19
19
18
18
18
17
16
15
14
13
13
13
13
13
13
13
12
11
268
11
11
11
11
11
11
10
10
10
10
10
10
10
10
10
9
8
8
181
247
Lampiran 26
KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN
ANALOGI MATEMATIK
Materi
: Barisan dan Deret
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan,
dan menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap
disiplin, rasa percaya diri dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi
berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah
2.2 Mampu menstransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh
menghadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar
matematika
248
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab, rasa ingin tahu, jujur dan
perilaku peduli lingkungan.
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
4.8 Menyajikan hasil, menemukan pola barisan dan deret dan penerapannya
dalam penyelesaian masalah sederhana
Materi
Pembelajaran
 Pola Barisan
Bilangan
Jumlah
Indikator Soal
No. Soal
 Memberikan kesimpulan
1, 2
2
4
1
5
1
Soal
dari dua hal yang berbeda
berdasarkan keserupaan
data atau proses (analogi)
dari pola barisan
bilangan.
 Pengertian
 Memberikan kesimpulan
barisan
dari dua hal yang berbeda
aritmatika
berdasarkan keserupaan
dan geometri
data atau proses (analogi)
dari barisan aritmatika
atau barisan geometri.
 Suku ke-n
 Memberikan kesimpulan
barisan
dari dua hal yang berbeda
aritmatika
berdasarkan keserupaan
dan geometri
data atau proses (analogi)
dari suku ke-n barisan
aritmatika atau barisan
geometri.
249

n 
Jumlah
Memberikan
sebuah
suku pertama
kesimpulan dari dua hal
deret
yang berbeda berdasarkan
aritmatika
keserupaan
dan geometri
proses
data
atau
(analogi)
dari
7, 8
2
9, 10
2
jumlah n suku pertama
deret aritmatika atau deret
geometri.

Penerapan
barisan
dan

Memberikan kesimpulan
dari dua hal yang berbeda
deret
berdasarkan
bilangan
data atau proses (analogi)
dari
keserupaan
sifat-sifat
pada
barisan
untuk
memecahkan
masalah
yang berkaitan dengan
barisan
bilangan
atau
deret bilangan.
JUMLAH
8
250
Lampiran 27
UJI COBA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA SMA
KELAS X MIA
POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET
Petunjuk:
1. Tuliskan nama dan kelas pada kolom yang telah tersedia
2. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan dan bacalah setiap soal
dengan teliti
3. Kerjakan soal secara individual
4. Periksa kembali jawaban sebelum diserahkan kepada guru
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
Barisan bilangan…
1. Gambar berikut ini
….
Gambar 1
Gambar 2
Serupa dengan
Gambar 3
a.
b.
c.
d.
e.
9, 10, 11 ….
10, 20, 30, ….
15, 18, 21, ….
16, 25, 36, ….
20, 18, 16, ….
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
2.
Banyaknya segitiga pada susunan
korek api seperti gambar di bawah ini
Serupa dengan
…
Barisan bilangan…
a.
b.
c.
d.
e.
10, 20, 30, ….
10, 15, 25, ….
10, 20 40, ….
10, 121, 144, ….
10, 100, 1.000, …
251
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
3.
Hubungan bilangan 4
pada barisan 2, 8, 32,
128, …
Hubungan bilangan 4 pada
barisan bilangan…
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
2, 6, 10, 14, ….
2, 4, 6, 8, ….
3, 7, 11, 15, ….
3, 9, 27, 81, ….
3, 12, 48, 192, ….
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
4.
Apabila lima buah segi lima digabungkan, maka akan terdapat 17 buah sisi.
,
,
,...
Serupa dengan
Akan terdapat … buah sisi apabila lima buah segi enam digabungkan
dengan cara penggabungan seperti gambar diatas.
252
a.
b.
c.
d.
e.
18
22
25
27
30
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
5.
Deret 4 + 7 + 10 +
…. + 52 akan
menghasilkan
bilangan 476.
Serupa dengan
Deret 5 + 9 + 13 + 17 +
…. akan menghasilkan
bilangan….
a.
b.
c.
d.
e.
269
629
692
926
962
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
253
6.
Jumlah dari deret….
Jumlah dari deret
a+ap+ap2+…+ap7=
5
11
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
3
3
a. 2 + 2 + 3 + ⋯ +
Serupa dengan
= 30
b. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 128 = 5,98
c. 2 + 3 + 5 + ⋯ + 120 = 6,98
d. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 120 = 5,98
e. 2 + 3 + 4 + ⋯ + 128 = 6,98
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
7.
Seorang ibu akan
membagikan permen
kepada 5 orang
anaknya menurut deret
aritmetika. Semakin
muda usia anak,
semakin banyak
permen yang
diperoleh. Jika banyak
permen yang diterima
anak kedua sebanyak
11 buah dan anak
keempat 19 buah,
maka jumlah seluruh
permen yg ibu miliki
adalah 75 buah.
Serupa dengan
Apabila ibu memiliki
115 buah permen dan
anak pertama menerima
15 buah permen, maka
anak terakhir akan
menerima …. buah
permen.
a.
b.
c.
d.
e.
17
22
26
29
31
254
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
8. Seutas tali dipotong
menjadi 7 bagian dan
panjang masing-masing
potongan membentuk
barisan geometri. Jika
panjang potongan tali
terpendek sama dengan
6 cm dan potongan tali
terpanjang sama dengan
384 cm, panjang
keseluruhan tali
tersebut adaslah 762
cm.
Serupa dengan
Panjang seluruh tali
apabila tali tersebut
dipotong menjadi 10
bagian adalah…. cm.
a.
b.
c.
d.
e.
1.368
1.638
3.618
6.138
6.318
Alasan:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
255
Lampiran 28
KUNCI JAWABAN UJI COBA INSTRUMEN KEMAMPUAN
PENALARAN ANALOGI MATEMATIK SISWA
1. Diketahui:
Gambar berikut ini
Ditanya:
Barisan bilangan…
Serupa dengan
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
…
.
a.
b.
c.
d.
e.
9, 10, 11 ….
10, 20, 30, ….
15, 18, 21, ….
16, 25, 36, ….
20, 18, 16, ….
Pola gambar tersebut: segi tiga, segi empat, segi lima, …
Pada gambar berikutnya selalu bertambah satu garis/sisi dari gambar
sebelumnya.
Jawaban: A
Alasan:
Keserupaan dari keduanya yaitu: memiliki pola yaitu selalu bertambah
satu bilangan pada barisan berikutnya.
2.
Diketahui:
Banyaknya segitiga pada
susunan korek api seperti
gambar di bawah ini
Ditanya:
Barisan bilangan…
Serupa dengan
…
Pola susunan korek api yaitu:
Gambar 1: banyak segitiga 1
Gambar 2: banyak segitiga 4
Gambar 3: banyak segitiga 9
Gambar 4: banyak segitiga 16
a.
b.
c.
d.
e.
10, 20, 30, ….
10, 15, 25, ….
10, 20 40, ….
10, 121, 144, ….
10, 100, 1.000, ….
256
Pola yang terbentuk: 1, 4, 9, 16
Jawaban: D
Alasan:
Keserupaannya yaitu pola bilangan kuadrat. Sehingga pola bilangan
kuadrat yang serupa adalah 10, 121, 144…
3.
Diketahui:
Hubungan bilangan
4 pada barisan 2, 8,
32, 128, …
Ditanya:
Hubungan bilangan 4 pada
barisan bilangan…
a.
b.
c.
d.
e.
Serupa dengan
2
,
8
×4
,
×4
32
2, 6, 10, 14, ….
2, 4, 6, 8, ….
3, 7, 11, 15, ….
3, 9, 27, 81, ….
3, 12, 48, 192, ….
,
128
, …
×4
 Bilangan berikutnya selalu diperoleh dari hasil perkalian bilangan
sebelumnya dengan bilangan 4. Jadi bilangan 4 merupakan rasio dari
sebuah barisan 2, 8, 32, 128, …
Jawaban: E
Alasan:
Karena 4 merupakan rasio dari bilangan 3, 12, 48, 192, …
Bukti:
2 3=4
48
2=4
92 48 = 4
dst.
Keserupaan dari kedua soal diatas yaitu mencaari rasio dari sebuah barisan
geometri.
257
4. Diketahui:
Apabila lima buah segi lima digabungkan, maka akan terdapat 17 buah
sisi.
,...
,
,
Serupa dengan
Ditanya:
Akan terdapat … buah sisi apabila lima buah segi enam digabungkan
dengan cara penggabungan seperti gambar diatas.
a.
b.
c.
d.
e.
18
22
25
27
30
,
,
,...
Pola pada deretan gambar tersebut adalah: satu buah segi lima, dua buah
segi lima, tiga buah segi lima, empat buah segi lima, lima buah segi lima
dan seterusnya. Karena panjang sisi dari segilima tersebut adalah satu buah
sisi, maka pola gambar tersebut merupakan keliling dari bangun segilima,
yaitu 5 buah sisi, 8 buah sisi, 11 buah sisi, 14 buah sisi, 17 buah sisi dan
seterusnya. Pada barisan gambar tersebut selalu bertambah 3 sisi dalam
satu satuan. Maka akan terbentuk barisan bilangan 5, 8, 11, 14, 17, …
Karena lima segilima berada pada barisan ke-5 atau suku ke-5, maka akan
terdapat 17 buah sisi apabila lima buah segi lima di gabungkan.
Jawaban: B
258
Alasan:
, ...
,
,
Pola pada deretan gambar tersebut adalah: satu buah segi enam, dua buah
segi enam, tiga buah segi enam, empat buah segi enam, lima buah segi
enam dan seterusnya. Karena panjang sisi dari segi enam tersebut adalah
satu buah sisi, maka pola gambar tersebut merupakan keliling dari bangun
segi enam, yaitu 6 buah sisi, 10 buah sisi, 14 buah sisi, 18 buah sisi, 22
buah sisi dan seterusnya. Pada barisan gambar tersebut selalu bertambah 4
sisi dalam satu satuan. Maka akan terbentuk barisan bilangan 6, 10, 14, 18,
22, … Karena lima segi enam berada pada barisan ke-5 atau suku ke-5,
maka akan terdapat 22
buah sisi apabila lima buah segi lima di
gabungkan.
Pada soal diatas sama-sama memiliki keserupaan, yaitu mencari suku ke-5
pada barisan aritmatika yang dibentuk oleh gabungan bangun datar.
5.
Diketahui:
Ditanya:
Deret 4 + 7 + 10 +
…. + 52 akan
menghasilkan
bilangan 476.
Deret 5 + 9 + 13 + 17 +
…. akan menghasilkan
bilangan….
Jawaban: B
Serupa dengan
a.
b.
c.
d.
e.
269
629
692
926
962
259
Alasan:
Diket:
Maka didapat n = 17.
Sn = 476
a=4
b=3
Un = 52
a = 5 ; b = 4 ; n = 17
=
2
476 =
2
2 476 =
𝑆𝑛 =
𝑆𝑛 =
+
4 + 52
𝑛
2𝑎 + 𝑛 −
2
7
2 5+
2
𝑆𝑛 =
4 + 52
7
2
𝑆𝑛 =
952 = 56
= 7
𝑏
7−
4
0+ 6 4
7
74
2
𝑆𝑛 = 629
Keserupaan soal diatas ialah menentukan jumlah n suku suatu deret
aritmatika, yakni menentukan jumlah 17 suku dari dua buah deret
aritmatika yang berbeda.
6. Diketahui:
Ditanya:
Jumlah dari deret….
Jumlah dari deret
a+ap+ap2+…+ap7=
Serupa dengan
5
11
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
3
3
a. 2 + 2 + 3 + ⋯ +
= 30
b. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 128 = 5,98
c. 2 + 3 + 5 + ⋯ + 120 = 6,98
d. 3 + 2 + 4 + ⋯ + 120 = 5,98
e. 2 + 3 + 4 + ⋯ + 128 = 6,98
Jawaban: B
Alasan:
deret a+ap+ap2+…+ap7=
dan
a.(1  p 8 )
adalah deret geometri dengan rasio p
(1  p )
a.(1  p 8 )
adalah jumlah 8 suku pertama.
(1  p )
260
deret 3 
3 3
3
1
adalah deret geometri dengan rasio .
  ... 
2 4
128
2
3 3
3
  ... 
2 4
128
Temukan pola dari deret 3 
3,
×
3
2
2
3
,
×
4
,
2
3
8
,
3
8
,
3
8
,
3
8
,
3
8
, ….
…. dst
Suku berikutnya diperoleh dengan mengalikan bilangan
1
dengan suku
2
sebelumnya.
Keserupaannya adalah keduanya merupakan sifat rasio dan jumlah 8 suku
pertama pada deret geometri.
7.
Diketahui
Seorang ibu akan
membagikan permen
kepada 5 orang
anaknya menurut deret
aritmetika. Semakin
muda usia anak,
semakin banyak
permen yang
diperoleh. Jika banyak
permen yang diterima
anak kedua sebanyak
11 buah dan anak
keempat 19 buah,
maka jumlah seluruh
permen yg ibu miliki
adalah 75 buah.
Jawaban: E
Ditanya
Serupa dengan
Apabila ibu memiliki
115 buah permen dan
anak pertama
menerima 15 buah
permen, maka anak
terakhir akan
menerima …. buah
permen.
a.
b.
c.
d.
e.
17
22
26
29
31
261
Alasan:
n = 5 ; U2 = 11 ; U4 = 19 ; S5 = 75
Dari
Dari soal pertama, tidak diketahui
pembedanya 4 (dari soal pertama),
pembedanya berapa. Maka kita
tetapi yang ditanyakan adalah U5
cari terlebih dahulu pembeda nya.
nya apabila S5 nya adalah 115 dan
𝑈2 = 𝑎 + 𝑏
a = 15.
→ 𝑎+𝑏 =
…. 𝑖
soal
kedua,
15 , 19 , 23 , 27 ,
+4
𝑈4 = 𝑎 + 3𝑏
→ 𝑎 + 3𝑏 = 9 … . 𝑖𝑖
Eliminasi persamaan (i) dan (ii)
maka didapat a = 7 dan b = 4
+4
+4
diketahui
+4
31
Maka didapat U5 nya adalah 31.
Jadi anak ke-5 akan menerima 31
buah permen.
Keserupaan soal diatas adalah mencari suku ke-n dari suatu barisan
aritmatika.
8.
Diketahui:
Seutas tali dipotong
menjadi 7 bagian dan
panjang dan panjang
masing-masing
potongan membentuk
barisan geometri. Jika
panjang potongan tali
terpendek sama dengan
6 cm dan potongan tali
terpanjang sama dengan
384 cm, panjang
keseluruhan tali
Jawaban: D
Serupa dengan
Ditanya:
Panjang seluruh tali
apabila tali tersebut
dipotong menjadi 10
bagian adalah…. cm.
a.
b.
c.
d.
e.
1.368
1.638
3.618
6.138
6.318
262
Alasan:
S7 = 762 ; n = 7 ; a = 6 ; U7 = 384
Yang akan dicari pada soal kedua ialah S10
Pada soal pertama tidak diketahui
a = 6 ; r = 2 ; n = 10
rasionya. Maka kita cari terlebih
dahulu rasionya.
𝑎=6
𝑈7 = 𝑎 𝑟 6
384 = 6 𝑟 6
384
= 𝑟6
6
𝑆𝑛 =
𝑎 𝑟𝑛 −
𝑟−
6 210 −
𝑆10 =
2−
6 .023
𝑆10 =
𝑆10 = 6. 38
𝑟 6 = 64
𝑟=2
Keserupaan pada soal diatas adalah menentukan jumlah n suku dari suatu
deret geometri.
263
Lampiran 29
HASIL TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIK
SISWA
KELOMPOK EKSPERIMEN
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Nama
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
Skor
66
88
75
50
97
91
63
78
75
78
53
63
69
75
78
75
41
81
72
41
75
59
81
56
81
75
59
100
84
88
88
84
91
97
264
Lampiran 30
HASIL TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIK
SISWA
KELOMPOK KONTROL
No.
Nama
Skor
1
A
28
2
B
63
3
C
63
4
D
56
5
E
91
6
F
84
7
G
56
8
H
50
9
I
78
10
J
50
11
K
91
12
L
63
13
M
47
14
N
59
15
O
91
16
P
91
17
Q
66
18
R
78
19
S
75
20
T
78
21
U
81
22
V
75
23
W
78
24
X
63
25
Y
59
26
Z
56
27
AA
53
28
AB
47
29
AC
66
30
AD
75
31
AE
91
32
AF
69
33
AG
72
34
AH
63
265
Lampiran 31
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN,
MEDIAN, MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, DAN
KEMIRINGAN KELAS EKSPERIMEN
A. Distribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 34
2. Perhitungan Rentang
R
= Xmaks – Xmin
= 100 – 41
= 59
3. Perhitungan Banyak Kelas
K
= 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (34)
= 1 + 3,3 (1,53)
= 1 + 5,054
= 6,054
6
4. Perhitungan Panjang Kelas
266
xi2
fixi
fixi2
3
Titik
Tengah
(xi)
45,5
2070,25
136,5
6210,75
11,76
7
55,5
3080,25
222
12321
4
11,76
11
65,5
4290,25
262
17161
10
8
5
34
29,41
23,53
14,71
100
21
29
34
75,5
85,5
95,5
5700,25
7310,25
9120,25
755
684
477,5
2537
57002
58482
45601,25
196778,5
Frekuensi
No.
Interval
Batas
Bawah
Batas
Atas
fi
fi(%)
fk
1
41-50
40,5
50,5
3
8,82
2
51-60
50,5
60,5
4
3
61-70
60,5
70,5
4
5
6
71-80
70,5
81-90
80,5
91-100
90,5
Jumlah
80,5
90,5
100,5
B. Perhitungan Mean
̅
∑
∑
C. Perhitungan Median
Md
=
(
)
(
=
)
=
=
D. Perhitungan Modus
Mo
=
=
=
=
(
)
(
)
267
E. Varians
S2
∑
=
∑
=
= 226,47
F. Simpangan Baku
S
=√
∑
∑
=√
= 15,05
G. Perhitungan Koefisien Kemiringan (
=
)
̅
=
= -0,22
Karena
< 0 atau
berharga negatif, maka kurva model negatif atau kurva
menceng ke kiri yaitu ekor kiri lebih panjang dari ekor kanan. Artinya data
mengumpul di atas rata-rata.
268
Lampiran 32
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN,
MEDIAN, MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, DAN
KEMIRINGAN KELAS KONTROL
A. Distribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 34
2. Perhitungan Rentang
R
= Xmaks – Xmin
= 91-28
= 63
3. Perhitungan Banyak Kelas
K
= 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (34)
= 1 + 3,3 (1,53)
= 1 + 5,054
= 6,054
6
4. Perhitungan Panjang Kelas
10,5
11
269
xi2
fixi
fixi2
1
Titik
Tengah
(xi)
33
1089
33
1089
5,88
3
44
1936
88
3872
8
23,53
11
55
3025
440
24200
9
8
6
34
26,47
23,53
17,65
100
20
28
34
66
77
88
4356
5929
7744
594
616
528
2299
39204
47432
46464
162261
Frekuensi
No.
Interval
Batas
Bawah
Batas
Atas
fi
fi(%)
fk
1
28-38
27,5
38,5
1
2,94
2
39-49
38,5
49,5
2
3
50-60
49,5
60,5
4
5
6
61-71
60,5
72-82
71,5
83-93
82,5
Jumlah
71,5
82,5
93,5
B. Perhitungan Mean
∑
̅
∑
C. Perhitungan Median
Md =
(
)
(
=
)
=
=
D. Perhitungan Modus
Mo =
=
=
=
(
)
(
)
270
E. Varians
S2
∑
=
∑
=
= 206,3
F. Simpangan Baku
S
=√
∑
∑
=√
= 14,36
G. Perhitungan Koefisien Kemiringan (
=
)
̅
=
= 0,11
Karena
> 0 atau
berharga positif, maka kurva model positif atau kurva
menceng ke kanan yaitu ekor kanan lebih panjang dari ekor kiri. Artinya data
mengumpul di bawah rata-rata.
271
Lampiran 33
Perhitungan Data Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Penalaran
Analogi
1. Banyak data (n) = 34
2. Skor Ideal seluruh siswa :
a.
Indikator Pertama
: 8 x 34
= 272
b. Indikator Kedua
: 4 x 34
= 136
c.
: 4 x 34
= 136
d. Indikator Keempat
: 8 x 34
= 272
e.
: 8 x 34
= 272
Indikator Ketiga
Indikator Kelima
3. Perhitungan Mean
a.
Indikator Pertama
̅=
=
= 6,5
=
= 3,21
=
= 2,94
=
= 5,32
=
= 5,79
b. Indikator Kedua
̅=
c.
Indikator Ketiga
̅=
d. Indikator Keempat
̅=
e.
Indikator Kelima
̅=
272
4. Nilai Rata-rata Siswa (dalam skala 100)
a.
Indikator Pertama :
x 100 = 81,25
b. Indikator Kedua
:
x 100 = 80,15
c.
:
x 100 = 73,53
d. Indikator Keempat :
x 100 = 66,54
e.
x 100 = 72,43
Indikator Ketiga
Indikator Kelima :
273
Lampiran 34
Perhitungan Data Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Kelas Kontrol Bedasarkan Indikator Penalaran Analogi
1. Banyak data (n) = 36
2. Skor Ideal seluruh siswa :
a.
Indikator Pertama
: 8 x 34
= 272
b. Indikator Kedua
: 4 x 34
= 136
c.
: 4 x 34
= 136
d. Indikator Keempat
: 8 x 34
= 272
e.
: 8 x 34
= 272
Indikator Ketiga
Indikator Kelima
3. Perhitungan Mean
a.
Indikator Pertama
̅=
=
= 5,82
b. Indikator Kedua
̅=
c.
=
= 2,79
=
= 2,91
Indikator Ketiga
̅=
d. Indikator Keempat
̅=
e.
=
= 4,53
=
= 5,62
Indikator Kelima
̅=
274
4. Nilai Rata-rata Siswa (dalam skala 100)
a.
Indikator Pertama :
x 100 = 72,79
b. Indikator Kedua
:
x 100 = 69,85
c.
:
x 100 = 72,79
d. Indikator Keempat :
x 100 = 56,62
e.
x 100 = 70,22
Indikator Ketiga
Indikator Keempat :
275
Lampiran 35
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN
A. Hipotesis :
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
B. Menentukan
Dari tabel chi-kuadrat untuk jumlah sampel 34 pada tarif signifikansi
0,05 dan dk = K – 3 = 3, diperoleh
=
= 7,82
C. Menentukan
No.
1
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z
F(z)
37,5
-2,206
0,014
41-50
47,5
2
4
5
67,5
-0,249
0,402
77,5
0,403
0,657
71-80
81-90
1,055
(Fo-Fe)2/Fe
0,046
1,579
3
1,280
0,124
4,201
4
0,010
0,218
7,410
4
1,569
0,255
8,669
10
0,204
0,198
6,726
8
0,241
0,102
3,460
5
0,685
0,854
91-100
97,5
Fo
0,184
61-70
87,5
6
-0.902
Fe
0,060
51-60
57,5
3
-1,554
Luas
Kelas
Interval
1,708
0,956
Rata-rata
Simpangan baku
hitung
tabel(0,05)(3)
Kesimpulan : Terima H0
Data Berasal dari Populasi Yang Berdistribusi Normal
74,62
15,05
5,56
7,82
276
Keterangan:
= harga chi-kuadrat
Fo = frekuensi observasi
Fe = frekuensi ekspetasi
D. Kriteria pengujian
Jika
<
, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika
, maka H0 ditolak dan H1 diterima
E. Membandingkan
dan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :
<
(5,56 < 7,82)
F. Kesimpulan
Karena
<
, maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
277
Lampiran 36
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS KONTROL
A. Hipotesis :
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
B. Menentukan
Dari tabel chi-kuadrat untuk jumlah sampel 34 pada tarif signifikansi
0,05 dan dk = K – 3 = 3, diperoleh
=
= 7,82
C. Menentukan
No.
1
2
3
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z
F(z)
27,5
-2,794
0,003
28-38
38,5
-2,028
0,021
49,5
-1,262
0,104
39-49
50-60
60,5
4
6
0,270
Fe
Fo
(Fo-Fe)2/Fe
0,019
0,617
1
0,238
0,082
2,713
2
0,187
0,207
6,815
8
0,206
0,296
9,784
9
0,063
0,243
8,034
8
0,000
0,114
3,772
6
1,316
0,310
61-71
71,5
5
-0,496
Luas
Kelas
Interval
0,606
72-82
82,5
1,036
0,850
93,5
1,802
0,964
Rata-rata
Simpangan baku
83-93
67,62
14,36
2,01
(0,05)(3)
Kesimpulan : Terima H0
Data Berasal dari Populasi Yang Berdistribusi Normal
7,82
278
Keterangan:
2
= harga chi-kuadrat
Fo = frekuensi observasi
Fe = frekuensi ekspetasi
D. Kriteria pengujian
Jika
<
, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika
, maka H0 ditolak dan H1 diterima
E. Membandingkan
dan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :
<
(2,01 < 7,82)
F. Kesimpulan
Karena
<
, maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
279
Lampiran 37
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0 :
H1 :
B. Menentukan Ftabel
Dari tabel F untuk jumlah sampel 34 pada taraf signifikansi
= 5% untuk dk
penyebut (varian terbesar) 34 dan dk pembilang (varian terkecil) 34, diperoleh
Ftabel = 1,77.
C. Menentukan Fhitung
Fhitung
=
=
= 0,91
D. Tabel hasil perhitungan Uji Homogenitas
Statistik
Varians (S2)
F hitung
F tabel
Eksperimen
226,47
Kontrol
206,3
0,91
1,77
E. Membandingkan Ftabel dengan Fhitung
Dari hasil perhitungan diperoleh, Fhitung
Ftabel
0,91
F. Kriteria Pengujian
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika Fhitung
Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
1,77
280
G. Kesimpulan
Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh Fhitung
Ftabel maka
H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang
homogen.
281
Lampiran 38
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0
:
H1
:
Keterangan :
: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas
eksperimen.
: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas
kontrol
H0: Rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas
eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan penalaran
analogi matematik siswa pada kelas kontrol
H1: rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan penalaran analogi
matematik siswa pada kelas kontrol
B. Menentukan
= (34 + 34 – 2) = 66
Dengan dk =
Pada taraf signifikansi
= 0,05 diperoleh
=
C. Menentukan
Statistik
Rata-rata
Varians
Kelas Eksperimen
74,62
226,47
Kelas Kontrol
67,62
206,30
= 1,69
282
Sgab
=√
=√
=√
= 14,71
=
̅
̅
√
=
√
=
= 1,96
D. Membandingkan
dengan
Dari hasil perhitungan diperoleh,
1,96 > 1,69
E. Kriteria Pengujian
Jika
, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika
, maka H0 ditolak dan H1 diterima
F. Kesimpulan
Dari pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh maka H0 ditolak dan H1
diterima atau dengan kata lain rata-rata kemampuan penalaran analogi
matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas kontrol.
283
Lampiran 39
Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Momen
284
Lampiran 40
Luas Di Bawah Kurva Normal
285
Lampiran 41
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
286
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)
287
Lampiran 42
Nilai Kritis Distribusi F
f0,05 (v1, v2)
288
Lampiran 43
Tabel Nilai Kritis Distribusi t
289
Tabel Nilai Kritis Distribusi t (Lanjutan)
Download