BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Adanya
persediaan
sangat
menunjang
kelancaran
operasional
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar teliti dalam
menangani persediaan. Menurut Siagian (2007:3), mengemukakan bahwa
persediaan adalah “Bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu,
antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan
diproses lebih lanjut, jika berupa komponen (Spare part) maka akan dijual
kembali menjadi barang dagangan”. Sedangkan menurut Rangkuti (2007:2)
menyatakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan,
dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Selain
itu, Werren (2008:17) menyatakan bahwa persediaan adalah barang
dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis
perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang
disimpan untuk tujuan tersebut. Kemudian Indrajit dan Djokopranoto
(2007:5) menyatakan “Barang persediaan adalah sejumlah material yang
disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar
selalu dalam keadaan siap pakai dan ditata usahakan dalam buku
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
perusahaan.”
Dari beberapa pengertian persediaan tersebut diatas, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa persediaan adalah “Faktor utama dari modal
kerja perusahaan yang selalu mengalami perputaran dan perubahan sehingga
harus dikelola dengan baik.”
2. Jenis-Jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan memilki karakteristik tersendiri dan cara
pengelolaan yang berbeda. Rangkuti (2007:15) memaparkan persediaan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang
berwujud seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang
digunakan dalam proses produksi.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/components)
yaitu, persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit
menjadi suatu produk.
c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu, persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi
masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
e. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu, persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau
dikirim kepada pelanggan.
3. Biaya Dalam Persediaan
Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum.
Oleh karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:21) dalam
menentukan biaya persediaan perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang
mencakup dalam persediaan sebagai berikut:
a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) yaitu, terdiri atas
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas
bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin
tinggi. Biaya-biaya yang ternasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
1) Biaya
fasilitas-fasilitas
penyimpanan
(termasuk
penerangan
pendingin ruangan dan sebagainya)
2) Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu, alternatif pendapatan
atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan
3) Biaya Keuangan
4) Biaya perhitungan fisisk
5) Biaya asuransi persediaan
6) Biaya pajak persediaan
7) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
8) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Biaya-biaya tersebut diatas merupakan variabel apabila bervariasi
dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang)
tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya
penyimpanan perunit. Biaya penyimpanan persediaan berkisar antara 12
sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan
manufacturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten
sekitar 25 persen.
b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost).
Biaya-biaya ini meliputi :
1) Pemprosesan pesanan dan biaya ekspedisi
2) Upah
3) Biaya telepon
4) Pengeluaran surat menyurat
5) Biaya pengepakan dan penimbangan
6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
7) Biaya pengiriman ke gudang
8) Biaya utang lancar dan sebagainya
Pada umumnya biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan
kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar.
Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali
pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total
akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama
dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
yang dikeluarkan setiap kali pesan.
c. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) adalah biaya
yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya permintaan
bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan, antara lain
yaitu:
1) Kehilangan penjualan
2) Kehilangan pelanggan
3) Biaya pemesanan khusus
4) Biaya ekspedisi
5) Selisih Harga
6) Terganggunya Operasi
7) Tambahan pengelaran kegiatan manajerial dan sebagainya
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena
kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity cost yang sulit
diperkirakan secara objektif.
4. Fungsi Persediaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau mempelancar jalannya
operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan
atau konsumen.
Menurut Rangkuti (2007:15) mengemukakan bahwa Fungsi-fungsi
persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik, terdiri dari:
a. Fungsi Decoupling
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Pada fungsi Decoupling merupakan persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung
pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak
akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan
waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar
departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga
“kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak
dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau
potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah
dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul
karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan
sebagainya).
Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang
akan dipesan, sehingga dapat meminimalkan total biaya persediaan
(Rangkuti, 2007). Objek utama dalam manajemen persediaan adalah untuk
menghitung tingkat persediaan yang optimum sesuai dengan jumlah
permintaan dan kapasitas dari perusahaan.
Penentuan lot sizing yang paling efisien bagi suatu perusahaan adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
hal yang cukup sulit karena sangat bergantung pada hal-hal seperti berikut:
1) Variansi dari kebutuhan
2) Ukuran periode yang tepat (mingguan, bulanan, atau tahunan)
3) Perbandingan biaya dalam kebutuhan persediaan
Hal inilah yang dapat mempengaruhi keefektifan dan keefesienan
antara metode yang satu dengan metode lainnya. Oleh karena itu harus ada
perbandingan penggunaan metode untuk melihat metode yang tepat bagi
perusahaan. Dalam lot sizing terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan. Diantaranya metode economic order quantity (EOQ) dan
metode period order quantity (POQ).
c. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yanag
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-ata
masa lalu, yaitu permintaan musiman.dalam hal ini perusahaan dapat
mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).
5. Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu
kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa
banyak yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau
dengan kata lain pengendalian persediaan yaitu suatu usaha atau kegiatan
untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum
sehingga perusahaan dapat berjalan lancar.
Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
penting bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung
terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang
terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban
bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta
kemungkinan penyusutan dan kualitas yang tidak bias dipertahankan,
sehingga akan mengurang keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan
bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi
sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.
Apabila persediaan bahan paling besar atau penentuan tingkat persediaan
yang salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain
disebabkan oleh :
a. Penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar
b. Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah
kecil mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.
c. Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan
produksi
Sebaliknya apabila persediaan bahan yang terlalu kecil maka akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh:
a. Kemacetan dalam produksi
b. Ongkos pemesanan
c. Ongkos kekurangan persediaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
a. Perkiraan pemakaiaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
b. bahan baku
c. Biaya-biaya dari persediaan yang meliputi biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan
d. Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan
data perusahaan
e. Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan
barang sampai barang tersebut tiba. Waktu tunggu ini tidak selamanya
konstan, cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang
dipesan dan waktu pemesanan.
6. Tujuan Pengendalian Persediaan
Tujuaan pengendalian persediaan adalah memperoleh kualitas dan
jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barang-barang yang tersedia pada
waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk
keuntungan atau kepentingan perusahaan. Menurut Ginting (2007:125)
menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah:
a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga
menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.
b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order
produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar. Di
samping itu juga produksi menginginkan persediaan bahan baku
setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak
terganggu karna kekurangan bahan.
c. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan
PHK tidak perlu dilakukan.
B. Economic Order Quantity (EOQ)
1. Definisi Economic Order Quantity (EOQ)
Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu metode dalam
manajemen persediaan yang klasik dan sederhana. Perumusan metode EOQ
pertama kali ditemukan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi metode ini
sering disebut EOQ Wilson Karena metode ini dikembangkan oleh seorang
peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode ini digunakan untuk
menghitung minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan
tingkat atau titik equlibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan (Divianto,
2011).
Menurut Hansen dan Mowen (2005: 473), Economic Order Quantity
(EOQ) atau kuantitas pesanan ekonomis adalah sebuah contoh dari system
persediaan yang bertujuan menentukan kuantitas pesanan yang akan
meminimalkan total biaya.
Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan
yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Hal ini
pun dikemukakan oleh Rangkuti (2007) tentang asumsi yang harus dipenuhi
dalam metode EOQ, yaitu :
a. Tingkat permintaan datang secara konstan, berulang-ulang dan diketahui.
b. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan
c. Bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
d. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan
e. Barang yang dipesan tunggal
Tetapi dalam kenyataannya asumsi-asumsi di atas tidak dapat dipenuhi
semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba.
Oleh karena itu metode Economic Order Quantity (EOQ) mengalami
pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan dari perusahaan
itu sendiri.
Dari uaraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Economic Order
Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian dengan meminimalkan
biaya persediaan.
2. Kebijakan Economic Order Quantity (EOQ)
Untuk mengoptimalkan pembelian produk yang dapat menekan biaya
persediaan sehingga terwujud efisiensi persediaan bahan baku, perusahaan
perlu menentukan kebijakan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock
(SO), dan Reorder Point (ROP) sebagai berikut:
a. Menentukan Jumlah Bahan Baku yang Ekonomis (EOQ)
Dalam rangka proses produksi, setiap perusahaan manufaktur akan
melakukan pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama satu periode
tertentu dengan biaya minimal agar perusahaan tidak kekurangan bahan
baku. Agar pembelian (carrying) dan persediaan bahan baku (ordering
cost) optimal,
dalam perhitungan biaya dapat digunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah atau kuantitas bahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
baku yang dapat diperoleh dengan biaya minimal.
Adapun Economic Order Quantity (EOQ) dipengaruhi oleh beberapa
unsur yaitu biaya penyimpanan per unit, biaya pemesanan per pesan,
kebutuhan bahan baku untuk satu periode, dan harga pembelian
b. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Dalam perusahaan manufaktur diperlukan ketersediaan bahan baku
untuk menjamin kelancaran produksi. Persediaan pengaman adalah
persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi
permintaan (Hansen dan Mowen, 2005 : 474). Sedangkan menurut
Martono dan Harjito (2008: 88) juga berpendapat bahwa persediaan
pengaman adalah persediaan minimal yang ada diperusahaan untuk
berjaga-jaga
apabila
perusahaan
kekurangan
barang
atau
ada
keterlambatan bahan yang dipesan sampai diperusahaan.
Atas dasar beberapa pendapt tersebut dapat disimpulkan bahwa
persediaan pengaman merupakan jumlah persediaan bahan baku minimal
yang harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku
yang akan dibeli perusahaan, karena pada kenyataannya jumlah bahan
baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti
direncanakan. Menurut Hansen dan Mowen (2005:475) persediaan
pengaman (Safety stock) dapat dihitung melalui perkalian tenggang
waktu dengan selisih antara tingkat penggunaan bahan baku maksimal
dan tingkat rata-rata penggunaan.
c. Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Perusahaan juga harus menentukan titik pemesanan kembali (Reorder
Point) apabila besar persediaan pengaman telah diketahui. Hansen dan
Mowen (2005:470), mengatakan bahwa Reorder Point adalah Titik
waktu dimana sebuah pesanan baru harus dilakukan (Persiapan dimulai).
Pendapat tersebut hamper sama dengan pendapat Martono dan Harjito
(2008:88) bahwa Reorder point adalah saat harus diadakan pesanan lagi
sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan
diatas Safety Stock sama dengan nol. Adapun menurut Carter (2009:319),
titik pemesanan kembali yang disebutnya sebagai reorder point adalah
saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan
diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan digunaka selama
waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik
pemesanan kembali atau reorder point adalah saat perusahaan harus
mengadakan pemesanan kembali bahan baku sehingga datangnya
pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang ada dalam
persediaan pengaman. Titik pemesanan kembali bahan baku perlu
ditentukan dengan cermat karena kekeliruan pemesanan bahan baku
dapat mengakibatkan proses produksi terganggu.
Menurut Martono dan Harjito (2008:88) dalam menentukan titik
pemesanan kembali perlu diperhatikan dua faktor berikut, yaitu :
1) Penggunaan bahan selama lead time
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Lead Time adalah masa tunggu sejak pesanan bahan dilakukan
sampai dengan bahan tersebut tiba diperusahaan. Waktu tunggu
berbeda-beda antara barang yang satu dengan yang lainnya.
Disamping itu, waktu tunggu juga ditentukan oleh jarak antara
perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi, dan sebagainya.
Selama waktu tunggu, proses produksi diperusahaan tidak boleh
terganggu. Oleh karena itu, penggunaan bahan selama waktu tunggu
perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan tidak
sampai kekurangan bahan.
2) Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety Stock yaitu persediaan minimal yang ada dalam perusahaan
untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada
keterlambatan bahan yang dipesan sampai diperusahaan.
Menurut Kholmi (2008) faktor yang menentukan besarnya
persediaan pengaman adalah :
a) Penggunaan bahan baku rata-rata.
b) Faktor waktu/kadaluarsa
c) Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam menyediakan bahan baku.
Sedangkan hal yang harus dipenuhi dalam menyediakan persediaan
pengaman adalah:
a) Persediaan yang minimum
b) Besarnya permintaan pesanan
c) Waktu tunggu (lead time) pemesanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Besarnya safety stock tergantung pada ketidakpastian pasokan
bahan baku maupun permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian
pasokan bahan baku diwakili dengan standar deviasi leadtime, yaitu
waktu antara perusahaan memesan sampai dengan bahan baku tersebut
diterima. Sedangkan ketidakpastian permintaan biasanya diwakili
dengan standar deviasi permintaan perperiode. Kalau permintaan
perperiode maupun leadtime sama-sama konstan maka tidak
diperlukan adanya safety stock karena bahan baku datang pada saat
persediaan di gudang sama dengan nol.
Untuk mencegah kekurangan bahan (stock out) selama waktu
menunggu pesanan inventory diperlukan persediaan penyelamat.
Dengan adanya persediaan penyelamat, maka proses produksi dapat
berjalan terus walaupun persediaan bahan baku telah habis.
Persediaan penyelamat dalam suatu perusahaan akan menambah
besarnya persediaan bahan baku dan dana yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan bahan baku dalam perusahaan yang bersangkutan.
Kemungkinan terjadinya stock out disebabkan penggunaan
bahan
baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan
dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.
Besarnya bahan baku dapat ditentukan dari penyimpangan
pemakaian
persediaan
bahan
baku
pada
waktu
yang
lalu
dibandingkan dengan perkiraan pemakaiannnya. Untuk menghindari
terjadinya
kehabisan
persediaan
(out
http://digilib.mercubuana.ac.id/
of
stock)
dan
untuk
27
meminimalkan
biaya
penyimpanan,
pesanan
harus
dilakukan
sehingga tiba pada saat unit terakhir dalam persediaan digunakan.
Menurut
Hansen
dan
Mowen
(2005:474),
menghitung
titik
pemesanan kembali (Reorder Point) dapat dilakukan dengan
mengalikan tingkat penggunaan bahan baku dengan tenggang waktu
(lead time)
3. Efisiensi Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian
bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap kali pembelian dengan
biaya persediaan. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Harahap dan Indra
(2008:4) menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) memilki
beberapa efisiensi sebagai berikut :
a. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan
b. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi, dan waktu
antara pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dapat
diketahui secara pasti dan bersifat konstan
c. Harga per unit barang konstan dan tidak memengaruhi jumlah barang
yang akan dipesan nantinya.
d. Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan barang atau back
order yang menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat
e. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan.
4. Penentuan Economic Order Quantity (EOQ)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Qopt sering disebut Economic Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah unit
yang dipesan pada biaya yang paling murah ( ekonomis ) atau optimal. Model ini
memakai asumsi sebagai berikut :
a. Permintaan selama satu tahun ( D ) diketahui tetap dan tidak berubah.
b. Harga sediaan ( C ) diketahui tetap dan tidak berubah.
c. Sediaan dianggap selalu tersedia sehingga dapat diperoleh setiap
dibutuhkan.
d. Biaya sediaan diketahui tetap dan tidak berubah.
Berdasarkan asumsi diatas, maka faktor yang dianggap berubah - rubah ialah
kuantitas pemesanan ( Q ), yang tergantung pada nilai faktor : D, C, dan biayabiaya sediaan.
Menurut Sutrisno (2011:99), “setelah jumlah bahan yang dibeli dengan
minimal ditentukan, masalah selanjutnya yang muncul adalah kapan perusahaan
harus memesan kembali agar perusahaan tidak sampai kehabisan bahan. Rumus
yang digunakan untuk menghitung Economic Order Quantity (EOQ) adalah
sebagai berikut :
2 π‘₯ π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘” π‘₯ π‘π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘’π‘ π‘Žπ‘›
2 𝐷𝑆
Qopt = √
atau EOQ = √
β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘” π‘₯ % π‘π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘’π‘›π‘¦π‘–π‘šπ‘π‘Žπ‘›π‘Žπ‘›
𝐻
Dimana :
D = (demand rate) atau kebutuhan sediaan
S = (Setup Cost) atau biaya pemesanan
H = (Holding Cost) atau biaya penyimpanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Untuk menganalis titik pemesanan kembali dengan titik ROP, dengan
rumus : ROP = Load Time x Kuantitas pemakaian perhari
C. Jumlah Periode Pemesanan (Periodic Order Quantity)
1. Kegunaan Periodic Order Quantity (POQ)
Periodic Order Quantity (POQ) digunakan untuk menentukan jumlah
periode permintaan pemesanan persediaan bahan baku. Periodic Order
Quantity (POQ) menggunakan logika yang sama dengan Economic Order
Quantity (EOQ), tetapi mengubah jumlah pemesanan dalam unit menjadi
jumlah periode pemesanan, yang hasilnya interval pemesanan tetap atau
jumlah interval pemesanan tetap dengan bilangan bulat, untuk menentukan
jumlah pemesanan system Periodic Order Quantity (POQ) cukup dengan
memproyeksi jumlah kebutuhan setiap periode.
Sistem Periodic Order Quantity (POQ) adalah berdasarkan atas tinjauan
periodik terhadap posisi persediaan. Penentuan kapan melakukan pemesanan
dan berapa banyaknya yang harus dipesan tidak terikat pada permintaan
melainkan pada tinjauan secara periodik.
2. Penentuan Periodic Order Quantity (POQ)
Metode Periodic Order Quantity (POQ) digunakan dalam menentukan
jumlah pemesanan per periode tertentu. Metode Periodic Order Quantity
(POQ) sebenarnya adalah pengembangan dari metode Economic Order
Quantity (EOQ). Periodic Order Quantity (POQ) menggunakan logika yang
sama dengan Economic Order Quantity (EOQ), tetapi Periodic Order
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Quantity (POQ) mengubah jumlah pemesanan menjadi jumlah periode
pemesanan. Hasilnya adalah interval pemesanan tetap dengan bilangan bulat
(integer). Untuk menentukan jumlah pemesanan system Periodic Order
Quantity (POQ) cukup dengan memproyeksikan jumlah kebutuhan setiap
periode. Jika pada metode Economic Order Quantity (EOQ) jumlah barang
setiap pemesanan adalah konstan, maka pada metode Periodic Order
Quantity (POQ) ini interval periode pemesanan juga konstan.
Metode Periodic Order Quantity (POQ) merupakan salah satu
pengembangan dari metode Economic Order Quantity (EOQ), yaitu dengan
menstransformasi kuantitas pemesanan menjadi frekuensi pemesanan yang
optimal (Divianto, 2011).
Μ…
1 2. 𝑃. 𝐷
√
Μ…
𝑆
ΜΏ
𝐷
Keterangan :
POQ : Frekuensi pemesanan bahan baku
P
: Biaya pemasangan bahan baku untuk tiap kali pesan
D
: Permintaan rata-rata perhorizon waktu perencanaan
D
: Permintaan atau pemakaian rata-rata bahan baku perputaran
produksi penjualan.
S
: Biaya simpan bahan baku / produk
Menurut Rangkuti (2007:54) besarnya Periodic Order Quantity (POQ)
dapat ditentukan pada Interval pemesanan ekonomis (Economic Order
Interval / EOI) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
EOI =
𝐸𝑂𝑄
𝐷
2∗𝑆
𝐷∗𝐻
=√
dimana:
EOI = interval pemesanan ekonomis dalam satu periode
S
= biaya pemesanan setiap kali pesan
H
= biaya simpan per unit = I*C
D = rata-rata permintaan per periode
Pemesanan optimal untuk Model P ini dapat dilakukan melalui rumus berikut
ini:
q = d(T+L) + zσT+L - I
dimana:
q
= jumlah pemesanan
d
= rata-rata permintaan
T
= waktu tinjauan
L
= lead time
z
= tingkat kepercayaan/probabilitas standar deviasi
σT+L = standar deviasi
I
= tingkat persediaan sekarang
3. Kelebihan dan kelemahan Periodic Order Quantity (POQ)
a. Kelebihan Periodic Order Quantity (POQ)
Kelebihan pada metode Periodic Order Quantity (POQ) ini
adalah mengurangi kemungkinan perusahaan kehabisan stock dengan
mengambil dasar perhitungan pada metode pemesanan ekonomis maka
akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Persediaan diawasi dan setiap periode tertentu ditambah agar persediaan
tetap berada pada tingkat tertentu seperti yang telah ditagetkan.
b. Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ)
Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ) adalah penggunaan atau
permintaan tahunan diasumsikan konstan atau continue, tetapi dalam
prakteknya tidak konstan dan tidak continue. Onkos-ongkos pemesanan
dan penyimpanan bahan baku diasumsikan konstan dan diketahui secara
akurat, tetapi dalam kenyataannya sulit dipenuhi. Ongkos-ongkos paling
sering dinyatakan sebagai total atau rata-rata, bukan ongkos marginal,
dalam praktek ongkos marginal lebih penting dalam memberikan
informasi bagi pembuatan keputusan manajemen inventory.
Pengisian
diasumsikan
untuk
item
tunggal,
tetapi
dalam
kenyataannya banyak item inventory yang perlu diisi kembali. Pengisian
kembali inventory diasumsikan terjadi dengan segera, tetapi dalam
kenyataannya membutuhkan waktu tunggu yang dapat bervariasi
lamanya. Dalam pengendalian persediaan bahan baku dapat diterapkan
untuk periode jangka panjang karena fluktuasi harga saham jangka
panjang yang tinggi, dimana fluktuasi harga yang tinggi tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kelangkaan persediaan bahan baku dipasar.
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Judul
Metode
Penelitian
Hasil Riset
1
Desi Efrianti,
2014
PENGARUH
PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
JUST IN TIME
TERHADAP
EFISIENSI
PENGADAAN
BAHAN BAKU
(STUDI
KASUS
PADA
CV
JAWARA KARSA
AGUSTO)
Metode
komparatif,
yaitu
suatu
metode
yang
bertujuan untuk
melihat
dan
membandingkan
pengaruh antara
variabel
yang
satu
dengan
variabel
yang
lainnya, dalam
hal ini variabel
Efisiensi
Pengadaan
Bahan
Baku
sebagai variabel
Dependen dan
variabel
J.I.T
sebagai variabel
Independen
Saat JIT diterapkan
total pembelian selama
setahun
Rp
2.028.882.720
yang
artinya
terdapat
efisiensi
sebesar Rp 366.245.280
dari total pembelian
semula sebesar Rp
2.395.128.000.
Dan
pengendalian
persediaan JIT yang
memberi
efisiensi
terbesar atas pengadaan
bahan baku CV Jawara
Karsa Agusto,
yaitu Rp 366.245.280
dalam satu tahun.
2
Gede
Agus PENERAPAN
Darmawan,
ECONOMIC
2015
ORDER QUANTITY
(EOQ)
DALAM
PENGELOLAAN
PERSEDIAAN
BAHAN
BAKU
TEPUNG
PADA USAHA PIA
ARIAWAN
DI
DESA
BANYUNING
Adapun teknik
analisis
data
yang digunakan
dalam penelitian
ini yaitu dengan
perhitungan
menggunakan
metode
economic order
quantity (EOQ).
Dengan menggunakan
metode
EOQ
(Economic
Order
Quantity) menghasilkan
total biaya persediaan
bahan baku sebesar Rp
527.266,71, sehingga
efisiensi yang dapat
diperoleh
dengan
menggunakan metode
EOQ (Economic Order
Quantity)
adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
TAHUN 2013
sebesar Rp 531.835,29.
3
Wahyu
Tri ANALISIS
Pamungkas,
PENGENDALIAN
2012
BAHAN
BAKU
MENGGUNAKAN
METODE
EOQ,
STUDI
KASUS
PADA PT MISAJA
MITRA CO.LTD.
Penelitian yang
diakukan secara
intensif, terinci
dan mendalam
menggunakan
data sekunder,
yang dihitung
dalam
satuan
kg, pada EOQ,
reorder point &
Safety Stock.
Hasil yang diperoleh
mengenai total biaya
persediaan bahan baku
menurut EOQ yaitu :
penghematan
bahan
baku pada thn 2008 (
By.1017900435, EOQ :
714.137.415, Hemat :
303.763.020), pada thn
2009
(By.1.298.678.784,
EOQ : 905.225.018,
Hemat : 776.901.043),
pada thn 2010 (By :
1.378.049.664, EOQ :
916.481.916, Hemat :
411.567.748), pada thn
2011
(Biaya
:
1.809.501.042, EOQ :
1.175.858.500, Hemat :
633.642.542).
4
Henmaidi,2007 EVALUASI DAN
PENENTUAN
KEBIJAKAN
PERSEDIAAN
BAHAN
BAKU
KANTONG
SEMEN
TIPE
PASTED
PADA PT. SEMEN
PADANG
Perhitungan
nilai perputaran
persediaan atau
Inventory Turn
Over
(ITO)
digunakan
untuk mengukur
performansi
persediaan
PT.Semen
Padang
Hasil simulasi awal
diperoleh ratarata
persediaan sebesar 388
ton dengan
nilai
Rp.
2.500.000.000,-. Hasil
eksperimen
dengan
menggunakan
metode EOQ dan POQ
diperoleh rata rata
persediaan sebesar 166
dan 204
ton dengan nilai Rp.
1.220.000.000,dan Rp. 1.500.000.000,-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
5
Walter
2005
Zinn, A
COMPARISON
OF
THE
ECONOMIC
ORDER QUANTITY
AND QUICK
RESPONSE
INVENTORY
REPLENISHMENT
METHODS
(PERBANDINGAN
JUMLAH
PESANAN
EKONOMI
DAN
CEPAT TANGGAP
PADA
METODE
PERSEDIAAN
DEPOSIT)
QR
method
ignores
three
variables
included in the
EOQ: the cost
of an order,
the
product's
unit value, and
the unit cost of
holding
inventory Note
that there are
EOQ
models
available that
include safety
stock in the
computation of
the
EOQ.
However, these
models
are
outside
the
scope of this
research in that
we
consider
base stock only.
(Menggunakan
metode
QR
dengan
3
variabel (biaya
pesanan, nilai
unit produk, &
biaya
satuan
persediaan)
The
time
between
deliveries,
especially
when short, has a
significant
upward
impact on the ordering
cost in QR. Therefore,
the shorter the time
between deliveries, the
greater the advantage
of adopting the EOQ,
although this result is
also strongly affected
by the cost of an order,
as explained earlier.
(Waktu
antara
pengiriman, terutama
ketika pendek, memiliki
dampak yang signifikan
terhadap
kenaikan
biaya pemesanan dalam
QR. Oleh karena itu,
semakin pendek waktu
antara
pengiriman,
semakin
besar
keuntungan
dari
mengadopsi
EOQ,
meskipun hasil ini juga
sangat dipengaruhi oleh
biaya pesanan,)
Sumber : Dari beberapa jurnal yang relevan
F. Rerangka Pemikiran
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka penulis
dapat menguraikan rerangka pemikiran, sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Penentuan besarnya persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena
persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan
dalam menentukan besarnya persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan
perusahaan akan menambah biaya untuk persediaan seperti biaya pemesanan
(ordering costs) dan biaya penyimpanan (carrying costs), serta kemungkinan
terjadinya keusangan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga
semuanya ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula
sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan
mengakibatkan kemacetan dalam proses produksi, sehingga perusahaan akan
mengalami kerugian juga.
Diantara berbagai metode yang ada, peneliti lebih tertarik pada metode
Economic Order Quantity (EOQ) dan Periodic Order Quantity (POQ) karena
metode ini lebih popular dan lebih sering diterapkan diberbagai perusahaan.
Selain itu, peneliti mengangkat metode Economic Order Quantity (EOQ) dan
Periodic Order Quantity (POQ) karena metode ini dapat menjawab pertanyaan
mengenai kondisi yang sering terjadi di perusahaan, yakni menentukan besar
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan yakni tidak terlalu tinggi
juga tidak terlalu rendah sehingga dapat menekan kerugian yang terjadi di
perusahaan akibat kurang tepatnya perusahaan mengolah persediaan di
perusahaan mereka.
Maka melihat hal ini, peneliti bermaksud untuk membandingkan metode
Economic Order Quantity (EOQ) dan Periodic Order Quantity (POQ) ini untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
mengetahui metode yang terbaik diterapkan pada PT Kawan Lama Internusa.
Perbandingan kedua metode ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu permintaan
kebutuhan produk, jumlah pemesanan produk tahun 2015, efisiensi, pengelolaan
persediaan hingga terjadi total cost dalam suatu periode, yang hasilnya dapat
dianalisis.
Dari uraian tersebut diatas erangka pemikiran dapat dilihat pada gambar
2.1 dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
PERSEDIAAN
BARANG
Permintaan Kebutuhan Produk
Data Penjualan
Dalam Unit / Tahun
Pengelolaan
Persediaan
EOQ
POQ
EFISIENSI
Total Cost
Periode
ANALISIS DATA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download