strategi pembelajaran tutor sebaya untuk meningkatkan hasil

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i
STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA
SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
NUR AFIFAH
K5107028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ii
STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA
SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
NUR AFIFAH
K5107028
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v
ABSTRAK
Nur Afifah. STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
ANAK
BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA SD NEGERI KEPATIHAN
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Maret. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan Hasil Belajar Matematika
Anak Berkesulitan Belajar melalui Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun pelajaran
2010/2011.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas. Subjek yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berjumlah 5
siswa berkesulitan belajar terdiri atas 3 laki-laki dan 2 perempuan. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan
Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Matematika pokok
bahasan Pecahan Sederhana dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada
Anak Berkesulitan Belajar kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
vi
ABSTRACT
Nur Afifah. PEER TUTORING LEARNING STRATEGY TO IMPROVE THE
MATHEMATICS
LEARNING
ACHIEVEMENT
IN
LEARNING
DISABILITY IIIA GRADERS OF SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA
IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Teacher Training
and Education Faculty of Sebelas Maret University. March. 2011.
The objective of this research is to improve The Mathematics Learning
Achievement In Learning Disability with Peer Tutoring Learning Strategy. This
research was taken place in IIIA graders of SD Negeri Kepatihan Surakarta in the
school year of 2010/2011.
This study employed classroom action research. The subjects of research
in this classroom action research were 5 students with learning disability
consisting of 3 boys and 2 girls. The method of data collection was technique test.
The technique of analyzing data was a descriptive quantitative analysis.
Considering the result of research it can be concluded that the use of Peer
Tutoring Learning Strategy in Simple Fraction Subject Matter of Mathematics
Learning can improve the mathematics learning achievement in IIIA Graders with
Learning Disability of SD Negeri Kepatihan Surakarta in the school year of
2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
vii
MOTTO
Membina serta Meningkatkan Selendang Persaudaraan
(Bayu Wardhanu)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
¾ Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan
segalanya, semoga Allah SWT memberikan
kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat
¾ Mas Gita Setyawan Uma
¾ Kak Ari, Kak Intan, Kak Iyo, Kak Danang, Kak
Ninda, Kak Arif
¾ Sahabatku Rahma, Christin, Winda, Ita
¾ Kak Maya dan semua saudaraku
¾ Rekan-rekan PPL di SLB E Bhina Putera: Anjar,
Dhita, Maria, Dini, Aji, Abas
¾ Teman-teman PKh angkatan 2007
¾ Almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk
bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini
3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini.
4. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS
Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi
5. Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes, Ketua Program Studi Pendidikan Khusus
FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi
6. Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
7. Sugini, M.Pd, Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi
ini
8. Drs. Sudakiem, M.Pd, pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
x
9. Marji Astuti, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri Kepatihan Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian
10. Jamiati, A.Ma, selaku Guru Kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta yang
selalu meluangkan waktu guna terselesaikannya penelitian
11. Dumadimarning,A.Ma. Pd, selaku Guru Kelas IIIB SD Negeri Kepatihan
Surakarta yang telah membantu jalannya penelitian ini
12. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Khusus yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi ini
13. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta, 10 Maret 2011
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
ABSTRACT.....................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN .........................................................................................
xv
DAFTAR GRAFIK .........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
3
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Kajian tentang Anak Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar ...........................
5
b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar .......................
8
c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar ...........................
12
d. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar ..................
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xii
e. Hambatan dan Kebutuhan Khusus Anak Berkesulitan
Belajar .............................................................................
23
2. Kajian tentang Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar .................................................
25
b. Faktor Pengaruh Strategi Pembelajaran ..........................
28
c. Hasil Belajar Anak Berkesulitan Belajar ........................
29
3. Kajian tentang Strategi Pembelajarn Tutor Sebaya dalam
Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ..................................
30
b. Pengertian Tutor Sebaya ...............................................
33
c.
41
Pembelajaran Matematika .............................................
4. Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar .........
48
B. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya .............................................
50
C. Kerangka Berfikir .......................................................................
51
D. Hipotesis Tindakan......................................................................
52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
53
B. Subjek Penelitian
.....................................................................
55
C. Data dan Sumber Data ...............................................................
56
D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
56
E. Uji Validitas ...............................................................................
59
F. Teknik Analisis Data ..................................................................
61
G. Indikator Keberhasilan ...............................................................
61
H. Prosedur Penelitian .....................................................................
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ...............................................................
63
B. Hasil Penelitian ..........................................................................
71
C. Pembahasan ...............................................................................
73
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................
81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xiii
B. Implikasi ....................................................................................
81
C. Saran ..........................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
82
LAMPIRAN ....................................................................................................
86
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal penelitian dan waktu penelitian ............................................
55
Tabel 2. Rancangan Pelaksanaan Siklus .........................................................
62
Tabel 3. Daftar Hasil Belajar Sementara Tutee (ABB) ...................................
64
Tabel 4. Daftar Hasil Belajar Sementara Tutor ...............................................
65
Tabel 5. Daftar Hasil Belajar Siklus I .............................................................
71
Tabel 6. Daftar Hasil Belajar Siklus II ............................................................
72
Tabel 7. Daftar Hasil Belajar Siklus III .........................................................
72
Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Tutee (ABB) ...........................................
73
Tabel 9. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ad ...............................................
74
Tabel 10. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kn ..............................................
75
Tabel 11. Peningkatan Hasil Belajar Siswa D ................................................
77
Tabel 12. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Rk ...............................................
78
Tabel 13. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Fn ...............................................
79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa .....................................................
48
Bagan 2. Kerangka Berfikir ............................................................................
52
Bagan 3. Skema Siklus Penelitian ...................................................................
62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xvi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Siklus I .............................................................................................
71
Grafik 2. Siklus II ............................................................................................
72
Grafik 3. Siklus III ..........................................................................................
72
Grafik 4. Peningkatan Hasil Belajar Tutee (ABB) ..........................................
73
Grafik 5. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ad ...............................................
75
Grafik 6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kn ...............................................
76
Grafik 7. Peningkatan Hasil Belajar Siswa D .................................................
77
Grafik 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Rk ...............................................
78
Grafik 9. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Fn ................................................
79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. KKM ...........................................................................................
87
Lampiran 2. Daftar kelompok tutorial ............................................................
88
Lampiran 3. Kisi-kisi soal tes .........................................................................
89
Lampiran 4. Rencana Proses Pembelajaran (RPP) .........................................
91
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I .................................................................
95
Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus II ................................................................ 101
Lampiran 7. Soal Evaluasi Siklus III .............................................................. 107
Lampiran 8. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ................................................ 113
Lampiran 9. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II .............................................. 115
Lampiran 10. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus III ........................................... 117
Lampiran 11. Foto Kegiatan Penelitian .......................................................... 119
Lampiran 12. Permohonan ijin research / try out kepada rektor
UNS di Surakarta................ ....................................................... 123
Lampiran 13. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q
pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta ............................. 124
Lampiran 14. Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan
skripsi/ makalah ........................................................................ 125
Lampiran 15. Surat kepada kepala sekolah SD Negeri Kepatihan untuk
mengadakan research .............................................................. 126
Lampiran 16. Surat keterangan telah mengadakan research di SD Negeri
Kepatihan Surakarta ................................................................ 127
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat diperlukan bagi
kehidupan. Matematika berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam berbagai
ilmu dan kehidupan. Jika dicermati pada setiap aspek kehidupan manusia tidak
lepas dari asas yang berlaku atau dipelajari dalam matematika dan pada gilirannya
akan mempermudah dalam pemecahannya. Salah satu contohnya saat kita
berbelanja di supermarket atau saat belajar mata pelajaran fisika pasti akan
menemukan penggunaan simbol matematika. Penggunaan simbol yang bervariasi
dan rumus yang beragam akan menuntut siswa untuk lebih berfikir menemukan
cara bagaimana menguasai semua konsep dalam matematika. Begitu pentingnya
mata pelajaran matematika untuk kehidupan, maka banyak dibuka Bimbingan
Belajar khusus Matematika seperti kumon dan berbagai cara jitu untuk
mempermudah penguasaan konsep matematika seperti jarimatika, sempoa, dsb.
Banyak siswa tidak suka dengan mata pelajaran matematika. Dari hasil
pembagian angket pada siswa kelas 3 SD Negeri Kepatihan Surakarta menyatakan
70% tidak menyukai mata pelajaran matematika. Berbagai alasan siswa
diantaranya adalah siswa menganggap matematika tidak bermanfaat karena
matematika hanya berlaku dengan penyajian yang berbentuk angka-angka. Selain
itu, siswa merasa bosan saat pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya
menuntut siswa untuk tenang dan diam selama proses pembelajaran berlangsung
sehingga tidak terjadi pola interaksi antara guru dan siswa.
Selain proses pembelajaran Matematika yang kurang menyenangkan,
kemampuan siswa dalam memahami, mengerti, dan menganalisis suatu materi
(khususnya matematika) sangat berbeda-beda sehingga menyebabkan hasil belajar
matematika siswa rendah. Hasil kajian dokumen dan wawancara dengan guru
kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta, peneliti menemukan beberapa siswa
dengan hasil belajar rendah serta tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
(KKM). Bahkan
ada siswa yang membutuhkan bantuan orang lain atau
membutuhkan pelayanan khusus dalam proses pembelajaran untuk memahami
suatu materi. Anak tersebut masuk di dalam kategori anak berkesulitan belajar.
Anak berkesulitan belajar dapat ditemui pada kelas-kelas awal, salah satunya
adalah kelas 3 SD. Seperti yang disaPSDLNDQ6XQDUGL³6HEDJLDQEHVDU
dari siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran terdapat di kelaskelas awal adalah anak secara pedagogis disebut Berkesulitan Belajar Spesifik
DWDX VHULQJ GLNHQDO GHQJDQ 'LVIXQJVL 0LQLPDO 2WDN´ $QDk berkesulitan belajar
dapat ditemui hampir di setiap sekolah, bahkan setiap kelas bisa dipastikan
menemukan anak berkesulitan belajar.
Prevalensi anak berkesulitan belajar yang ditemukan mencapai 6,2% dari
populasi yang ada. Hal tersebut merupakan hasil analisis berdasarkan penelitian
yang dilakukan Sunardi di tahun 2000. Sedangkan Anton Sukarno (2006: 45)
PHQ\HEXWNDQ ³SUHYDOHQVL VLVZD EHUNHVXOLWDQ EHODMDU GLSHUNLUDNDQ VHEHVDU HQDP
EHODV GDUL SRSXODVL VLVZD VHNRODK´ 8QWXN PHQHQWXNDQ VLVZD WHUJRORQJ
anak berkesulitan belajar dapat dengan cara melihat nilai atau hasil belajar dalam
kurun waktu tertentu.
Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika anak berkesulitan belajar adalah dengan mengubah strategi
pembelajaran saat pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya perlu
mengubah strategi yang awalnya ceramah menjadi strategi yang dapat
menciptakan pola interaksi edukasi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Salah
satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan strategi tutor sebaya.
Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu
memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pendekatan kooperatif, dimana
terdapat rasa saling menghargai dan mengerti dibina diantara peserta didik yang
bekerja sama sehingga Anak Berkesulitan Belajar dapat mengikuti pembelajaran
dengan hasil belajar sesuai harapan.
Tutor Sebaya merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Isjoni (2010: 10) mendefinisikan
pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Maheady, Harper
dan Mallete menyebutkan Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) adalah suatu
strategi pembelajaran dimana siswa diajari oleh teman sebaya yang dilatih dan
diawasi oleh guru kelas (Tina Diandani : 2009).
Dengan demikian, Tutor Sebaya sebagai
strategi pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika Anak Berkesulitan
Belajar. Dari penjelasan di atas, maka peneliti mengangkat penelitian yang
berjudul ³Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar Kelas IIIA SD Negeri
Kepatihan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011´
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah pokok dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sbb:
Apakah penggunaan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Pembelajaran
Matematika di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta dapat meningkatkan
Hasil Belajar Anak Berkesulitan Belajar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar melalui
Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta
tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai alternatif strategi pembelajaran bagi Anak Berkesulitan Belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
b. Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru maupun calon
guru agar memperhatikan Strategi yang digunakan dalam pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Untuk menambah referensi kajian mengenai Anak Berkesulitan Belajar
bagi perkembangan Ilmu Pendidikan pada umumnya dan Ilmu Pendidikan
Khusus pada khususnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa:
1) Untuk menambah pengalaman variasi strategi dalam pembelajaran
matematika di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun
pelajaran 2010/2011.
2) Untuk mencari solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa di
kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
b. Bagi guru:
1) Untuk menambah pengalaman guru dan meningkatkan hasil belajar
Matematika dengan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya.
2) Untuk meningkatkan kepedulian guru terhadap Anak Berkesulitan
Belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Kajian tentang Anak Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
3DGD XPXPQ\D ³NHVXOLWDQ´ PHUXSDNDQ VXDWX NRQGLVL WHUWHQWX \DQJ
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,
sehingga diperlukan usaha untuk mengatasinya. Anak yang mengalami
kesulitan dalam kegiatan belajar sering disebut anak berkesulitan belajar.
³6HWLDS LQGLYLGX PHPDQJ WLGDN DGD \DQJ VDPD 3HUEHGDDQ LQGLYLGXDO
ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan
anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik/ siswa tidak dapat belajar
VHEDJDLPDQD PHVWLQ\D LWXODK \DQJ GLVHEXW GHQJDQ NHVXOLWDQ EHODMDU´ $EX
Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 77)
Definisi kesulitan belajar khusus (specific learning disability) yang
telah disetujui oleh pemerintah federasi adalah suatu gangguan pada satu atau
lebih proses psikologi dasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan
bahas, lisan atau tulisan, yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang
tidak sempurna dalam mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja, atau melakukan perhitungan matematis. (Smith, 2006: 75)
Namun, definisi Federal tersebut tidak dapat diterima begitu saja.
National Joint Committee on Learning Disability (NJCLD), suatu kelompok
yang
terdiri
dari
perwakilan
beberapa
organisasi
profesional,
PHPSXEOLNDVLNDQ VXDWX GHILQLVL DOWHUQDWLI ³NHVXOLWDQ EHODMDU learning
disability) adalah suatu istilah umum yang mengacu pada beragam kelompok
gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan menggunakan
kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, berfikir, atau
NHPDPSXDQPDWHPDWLV´6PLWK'-
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Banyak pihak yang ingin mendefinisikan Anak Berkesulitan Belajar,
salah satunya Balitbang Dikbud. Anak berkesulitan belajar didefinisikan
sebagai anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi
neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi
EHODMDUQ\DUHQGDKGDQDQDNWHUVHEXWEHUHVLNRWLQJJLWLQJJDONHODV´ (Munawir
Yusuf, 2005: 59)
/DLQ KDOQ\D GHQJDQ 0XO\DGL ³.HVXOLWDQ EHODMDU GDSDW
diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatanhambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang
yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis, ataupun
ILVLRORJLVGDODPNHVHOXUXKDQSURVHVEHODMDUQ\D´
Sedangkan Kamus Merriam Webster mendefinisikan anak berkesulitan
belajar sebagai berikut:
"any of various conditions (as dyslexia) that interfere with an
individual's ability to learn and so result in impaired functioning in
language, reasoning, or academic skills and that are thought to be
caused by difficulties in processing and integrating information"
Public Law juga mendefinisikan kesulitan belajar (learning diabilities),
sebagai gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang
terlibat dalam memahami atau menggunakan bahasa lisan atau tertulis. Hasil
gangguan tersebut dalam masalah dalam keterampilan tersebut dan
kemampuan seperti mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
ejaan, atau melakukan perhitungan matematis.
Public Law, the Education for All Handicapped Childrend Act of 1975,
provides the most widely used definition of a learning disability.
Within this law, a learning disability is defined as the disorder in one
or more of the basic psychological processes involved in
understanding or in using spoken or written language. The disorder
results in problems in such skills and abilities as listening, thinking,
speaking, reading, writing, spelling, or doing mathematical
calculations. (Strichart, Stephen dan Mangrum II, Charles., 1993: 1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Smith dan Dowdy dalam Strichart, Stephen dan Mangrum II, Charles
(1993: 1) menggambarkan ketidakmampuan belajar sebagai kegagalan
pemecahan dalam urutan pengambilan informasi (input), membuat informasi
(proses),
dan
menggunakan
informasi
(output).
Siswa
dengan
ketidakmampuan belajar mungkin mengalami kerusakan pada suatu titik
dalam urutan ini.
Tidak kurang dari 40 istilah dan 40 definisi untuk menjelaskan/
mengartikan istilah Anak Berkesulitan Belajar. Bahkan setiap istilah diartikan
berbeda oleh setiap ahli, salah satunya Mulyadi (2010: 6-7) memilih beberapa
istilah dan mendefinisikannya untuk menggambarkan kesulitan belajar
mempunyai pengertian luas, diantaranya:
1) Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Suatu keadaan yang dialami seseorang saat proses belajar mengajar,
timbul gangguan karena respon yang bertentangan. Akibat dari
gangguan tersebut adalah hasil belajar yang dicapai lebih rendah dari
potensi yang dimiliki sehingga terganggunya prestasi belajar.
2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)
Suatu
keadaan
yang
dialami
seorang
siswa
menunjukkan
ketidakmampuan dalam belajar bahkan menghindari belajar, sehingga
hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3) Learning Disfunction (ketidakfungsian belajar)
Suatu keadaan siswa yang menunjukkan gejala tidak berfungsinya
proses belajar dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tandatanda subnormalitas mental, gangguan alat indera, atau gangguangangguan psikologis lainnya.
4) Under Achiever (prestasi di bawah kemampuan)
Suatu keadaan siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5) Slow Learner (lambat belajar)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Suatu keadaan siswa yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid yang lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Dalam penelitian Sunardi (2000: 70) kesulitan belajar merupakan
istilah umum yang menunjuk kepada kelompok kelainan heterogen, ditandai
dengan kesulitan penguasaan dan penggunaan kemampuan mendengar,
berbicara, membaca, menulis, bernalar, dan berhitung. Kelainan ini bersifat
instrinsik, diduga disebabkan oleh disfungsi sistem syaraf pusat dan bukan
merupakan akibat langsung dari kecacatan lain ataupun dari faktor lingkungan
meskipun terjadi secara bersamaan. Disebutkan pula bahwa anak berkesulitan
belajar sebagian besar ditemukan di kelas-kelas awal/ kelas rendah.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan anak
berkesulitan belajar adalah suatu kondisi yang dialami siswa berupa hambatan
dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajar mereka rendah. Anak
Berkesulitan belajar ini sering ditemui di kelas rendah ditandai dengan
kesulitan dalam penggunaan kemampuan mendengar, berbicara, membaca,
menulis, berfikir dan berhitung sehingga memerlukan usaha tertentu untuk
mengatasinya.
b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
Karakteristik utama kesulitan belajar menurut Sunardi (2000: 70)
DGDODK ³DGDQ\D SHUEHGDDQ PHQFRORN DQWDUD SRWHQVL GDQ SUHVWDVL´ 'DODP KDO
ini perbedaan antara hasil tes prestasi dengan hasil tes intelegensi.
Ada banyak ahli yang menyebutkan karakteristik siswa dengan
ketidakmampuan belajar. Salah satunya Taylor, et al (2009: 99) menyebutkan
ada 10 karakteristik umum yang tampak dari seorang anak berkesulitan
belajar, diantaranya sebagai berikut:
1) Hiperaktif (hyperactivity)
2) Gangguan persepsi motorik (perceptual-motor impairments)
3) Emosi labil (emotional lability)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
4) Lemah dalam mengoordinasi secara umum (general coordination
deficits)
5) Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
6) Impulsif (impulsivity)
7) Gangguan berfikir dan mengingat (disorders of memory and thinking)
8) Kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities)
9) Gangguan wicara dan pendengaran (disorders of speech and hearing)
10) Tanda neorologi tampak samar (neurological signs)
Sedangkan Munawir Yusuf (2005: 43) menyebutkan beberapa
karakteristik Anak Berkesulitan Belajar dilihat dari gejala yang tampak,
sebagai berikut:
1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang lain
2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas
3) Menghindari tugas-tugas yang agak berat
4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khususnya
5) Acuh tak acuh atau masa bodoh
6) Menampakkan semangat belajar rendah
7) Tidak mampu berkonsentrasi
8) Perhatian terhadap suatu objek singkat
9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri
10) Murung
11) Suka memberontak, agresif
12) Hasil belajar rendah
Berbeda lagi dengan Anton Sukarno (2006: 75) ia mengatakan
karakteristik kesulitan belajar tampak pada beberapa symtom diantaranya
sebagai berikut:
1) Gangguan perhatian: hiperaktif dan mudah beralih perhatian
2) Ketidakmampuan
menentukan
mengorganisasikan belajar
strategi
commit to user
untuk
belajar
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
3) Lemah dalam kemampuan gerak: antara koordinasi gerakan baik dan
kasar serta persoalan spasial
4) Permasalahan persepsi: perbedaan stimulus pendengaran, penglihatan,
closure dan cequensi pendengaran dan penglihatan
5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran dan kemampuan linguistik
6) Kesulitan membaca: pengkodean, keterampilan dasar membaca dan
membaca komprehensif
7) Kesulitan menulis: mengeja, mengarang
8) Kesulitan matematika dalam berhitung, menentukan waktu dan ruang
9) Tingkah laku sosial yang kurang pantas, seperti: persepsi sosial dan
tingkah laku emosi
Beberapa penjelasan tentang karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
belum dapat diterapkan pada seluruh anak yang teridentifikasi sebagai anak
berkesulitan belajar karena aspek perkembangan. Karakteristik Anak
Berkesulitan
Belajar
menurut
Sutjihati
Somantri
(2007:
200-201)
dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan aspek perkembangan, diantaranya:
1) Aspek kognitif
Masalah-masalah
mendengarkan,
kemampuan
berpikir,
dan
bicara,
matematis
membaca,
semuanya
menulis,
merupakan
penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Tidak jarang anak
yang mengalami kesulitan membaca menunjukan kemampuan
berhitung yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa anak
berkesulitan belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan
tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga
terjadi keterbelakangan akademik yakni terjadinya kesenjangan antara
apa yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang dicapainya secara
nyata.
2) Aspek bahasa
Masalah bahasa anak berkesulitan belajar menyangkut bahasa reseptif
maupun ekspresif. Bahasa reseptif adalah kecakapan menerima dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
memahami bahasa. Sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan
mengekspresikan diri secara verbal. Di dalam proses belajar
kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan
menyatakan pikiran.
3) Aspek motorik
Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut
keterampilan
motorik-perseptual
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan keterampilan meniru pola. Kemampuan ini sangat
diperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting.
Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara
tangan dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak
dimiliki anak berkesulitan belajar.
4) Aspek sosial dan emosi
Terdapat 2 karakteristik sosial-emosional anak berkesulitan belajar
ialah: kelabilan emosional dan ke-impulsif-an. Kelabilan emosional
ditunjukakan oleh sering berubahnya suasana hati dan temperamen.
Ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap
dorongan-dorongan untuk berbuat sesuatu.
Meskipun belum ada kesepakatan dalam merumuskan karakteristik
anak berkesulitan belajar, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa
pandangan menurut para ahli bahwa karakteristik anak berkesulitan belajar
sebagai berikut:
1) Mengalami gangguan pemusatan perhatian (perhatian terhadap satu
objek singkat)
2) Mengalami gangguan dalam berfikir dan mengingat
3) Mengalami gangguan dalam emosi
4) Hiperaktif dan impulsif
5) Mengalami kesulitan belajar spesifik seperti membaca, menulis dan
berhitung
6) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran sebagaimana mestinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
7) Terlambat bahkan tidak menyelesaikan tugas
8) Sering menghindari tugas
9) Ceroboh dan kurang teliti
10) Hasil belajar rendah
c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Munawir Yusuf (2005: 58) kembali mengelompokkan Anak
Berkesulitan Belajar berdasarkan faktor penyebab menjadi 4 jenis diantaranya:
1) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi
hasil belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak
yang mengalami hambatan belajar
2) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi
mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu (misal:
membaca, menulis, berhitung) tidak seluruh mata pelajaran, diduga
karena faktor neurologis, disebut sebagai anak yang mengalami
kesulitan belajar spesifik
3) Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah
rata-rata disebut dengan anak lamban belajar
4) Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatanhambatan komunikasi sosial, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata
disebut retardasi mental atau tunagrahita
Sutjihati Somantri (2007: 202-205) juga mengklasifikasikan Anak
Berkesulitan Belajar berdasarkan sebab-sebab kesulitan belajar akan tetapi
sedikit berbeda dengan pendapat Yusuf diantaranya sebagai berikut:
1) Minimal Brain Dysfunction (ketidakfungsian otak secara minimal)
Merupakan kondisi gangguan syaraf minimal yang dialami anak
menunjukkan pada kesulitan dalam persepsi, konseptualisasi, bahasa,
memori, pengendalian perhatian, impulsive (dorongan), fungsi
motorik. Dengan kondisi yang dialami anak tersebut menyebabkan
anak mengalami kesulitan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
2) Aphasia
Merupakan kondisi yang dialami anak dalam penguasaan bahasa.
Sering dilihat (didengar) anak gagal menguasai ucapan-ucapan bahasa
yang bermakna pada usia sekitar 3 tahun. Kegagalan bicara tersebut
dapat dikarenakan dari faktor ketulian, keterbelakangan mental,
gangguan organ bicara atau faktor lingkungan.
3) Dyslexia
Merupakan kondisi yang dialami anak dalam kecakapan membaca.
Disleksia atau ketidakcakapan membaca adalah jenis lain gangguan
belajar.
4) Kelemahan Perseptual/ perseptual motorik
Merupakan kondisi anak yang mengalami kesulitan dalam menyatakan
ide.
Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004: 78)
mengklasifikasi anak berkesulitan belajar menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:
1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar
a) berat
b) sedang
2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari
a) sebagian bidang studi
b) seluruh bidang studi
3) Dilihat dari sifat kesulitannya
a) bersifat permanen
b) bersifat sementara
4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya
a) Faktor intelegensi
b) Faktor non-intelegensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Secara garis besar, Mulyono Abdurrahman (2003: 11) dan Munawir
Yusuf (2005: 60-66) mengklasifikasikan kesulitan belajar ke dalam dua
kelompok, yaitu:
1) Kesulitan
belajar
yang
berhubungan
dengan
perkembangan
(developmental learning disabilities). Mencakup:
a) Gangguan perkembangan motorik dan persepsi
b) Gangguan perkembangan bahasa dan komunikasi
c) Gangguan penyesuaian perilaku sosial
d) Kesulitan belajar kognitif
2) Kesulitan
belajar
akademik
(academic
learning
disabilities).
Menunjuk kepada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan belajar
jenis ini sangat berkaitan erat dengan mata pelajaran yang didapat di
bangku sekolah. Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata
pelajaran atau bidang studi, klasifikasi kesulitan belajar akademik
tidak dikaitkan dengan semua mata pelajaran atau bidang studi
tersebut. Berbagai literatur yang mengkaji kesulitan belajar hanya
menyebutkan tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai berikut:
a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia)
Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Jamila
Muhammad (2008: 140) mengemukakan anak penderita disleksia
adalah anak yang menghadapi kesulitan dalam membaca, menulis
dan mengeja. Sedangkan menurut Gearheart dalam Shodig (tanpa
WDKXQ ³GLVOHNVLD PHUXSDNDQ NHVXOLWDQ PHPEDFD EHUDW \DQJ
disertai oleh gangguan persepsi visual dan problem-problem dalam
PHQXOLV´ 0HQXUXt Le Fanu, James (2006: 53) disleksia terjadi
pada 5 sampai 10 persen dari seluruh anak di dunia dan cenderung
dialami oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
Anak yang mengalami disleksia menurut Le Fanu, James (2006:
53) dan Shodig (tanpa tahun: 5) akan menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
(1) Membaca dengan amat sangat lambat dan terkesan tidak yakin
atas apa yang ia ucapkan;
(2) Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya
yang beranjak dari satu teks ke teks berikutnya;
(3) Melewatkan beberapa suku kata, kata, frasa atau bahkan barisbaris dalam teks;
(4) Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam
teks yang dibaca;
(5) Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan
memasukkan huruf-huruf lain;
(6) Salah melafalkan kata-kata yang sedang ia baca, walaupun
kata-kata tersebut sudah akrab;
(7) Mengganti suku kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang
diganti tidak memiliki arti yang penting dalam teks yang
dibaca;
(8) Membuat kata-kata sendiri yang tidak mempunyai arti;
(9) Mengabaikan tanda-tanda baca.
Sedangkan menurut Ott dalam Jamila Muhammad (2008: 142)
menguraikan ciri-ciri disleksia:
(1) Perkembangan penuturan dan bahasa lambat
(2) Kemampuan mengeja lemah
(3) Kemampuan membaca lemah
(4) Keliru membedakan kata yang hampir sama
(5) Sulit mengikuti arahan
(6) Sulit dalam menyalin tulisan
(7) Sulit mengeja dengan benar
(8) Sering melupakan huruf yang ada pada awal kata
(9) Sering menambah huruf pada akhir kata
(10)
Bermasalah dalam penyusunan huruf
(11)
Sulit untuk memahami perkataan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
(12)
Daya ingat lemah
(13)
Sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata
(14)
Selalu menggerakkan tangan dengan terlampau cepat
(15)
Lambat dalam menulis
(16)
Tulisan buruk dan sulit dibaca
(17)
Koordinasi lemah
(18)
Sulit memegang pensil dengan benar
b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia)
Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia. Menurut Jamila
Muhammad (2008: 137) disgrafia adalah masalah pembelajaran
spesifik yang berdampak terhadap kesulitan dalam menyampaikan
hal yang ada dalam pikiran dalam bentuk tulisan, yang akhirnya
menyebabkan tulisannya menjadi buruk. Tanda-tanda anak yang
mengalami masalah disgrafia:
(1) Anak-anak
dapat
berkomunikasi
dengan
baik
tetapi
menghadapi masalah dalam kemampuan menulis
(2) Menggunakan tanda baca yang tidak benar, ejaan yang salah,
mengulang kalimat atau perkataan yang sama
(3) Salah dalam mengartikan pertanyaan yang diberikan
(4) Sulit menulis nomor menurut urutannya
(5) Tidak konsisten dalam membuat tulisan yang berfariasi dalam
kemiringan huruf dan ukuran tulisan
(6) Kalimat atau kata tidak ditulis lengkap dan sering terdapat
huruf atau kata yang terlewat
(7) Garis dan batas halaman kertas tidak sama antara satu halaman
dengan halaman yang lain
(8) Jarak antar kata tidak konsisten
(9) Menggenggam alat tulis dengan sangat erat
(10)
Sering bicara sendiri saat menulis
(11)
Selalu memperhatikan tangan jika sedang menulis
(12)
Lambat dalam menulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)
Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Masalah
diskalkulia menurut Jamila Muhammad (2008: 134) adalah
masalah yang memberi dampak terhadap operasi penghitungan
dalam matematika. Mereka mengalami kelemahan dalam proses
pengamatan dan mengingat fakta dan rumus untuk menyelesaikan
perhitungan matematika. Tanda-tanda diskalkulia menurut Jamila
Muhammad (2008: 134) adalah:
(1) Sulit menyusun nomer berdasarkan orientasi ruang dan tidak
bisa membedakan antara kiri dan kanan
(2) Sulit memahami konsep matematika dalam kalimat
(3) Keliru mengenali yang bentuknya hampir sama
(4) Mengalami masalah dalam menggunakan kalkulator
(5) Tidak mengalami masalah dalam membaca dan biasanya pintar
dalam mata pelajaran ilmu pasti dan seni
(6) Sulit mengingat dan memahami konsep waktu dan arah
(7) Sulit untuk mengingat nama orang lain
(8) Kemampuan matematika rendah dan memiliki kesulitan dalam
aktifitas yang berhubungan dengan penghitungan uang
(9) Tidak dapat mengingat konsep matematika, seperti rumus dan
faktor dasar dalam operasi hitung matematika
Sedangkan menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003:
259-262) kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan
belajar matematika adalah:
(1) Kekurangan pemahaman tentang simbol
Kondisi ini dialami anak saat mengahadapi soal seperti
« « atau «í4=7. Kesulitan semacam ini umum
karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti sama
GHQJDQ WLGDNVDPDGHQJDQWDPEDKNXUDQJíGDQ
sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
(2) Nilai tempat
Anak belum memahami nilai tempat seperti satuan,
puluhan, ratusan, dan seterusnya. Ketidakpahaman tentang nilai
tempat akan semakin mempersulit anak jika anak berhadapan
dengan lambang bilangan basis bukan sepuluh.
(3) Penggunaan proses yang kelir
Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat
dilihat pada:
(a) Mempertukarkan simbol-simbol
(b) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan
nilai tempat
(c) Semua digit ditambahkan bersama
(d) Digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan tidak
memperhatikan nilai tempat
(e) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan
satuan
(f)
Bilangan yang besar dikurangai bilangan yang kecil tanpa
memperhatikan nilai tempat
(g) Bilangan yang telah dipinjam nilai tempatnya
(4) Perhitungan
Anak yang belum mengenal dengan baik konsep
perkalian tetapi akan mencoba menghafalkan perkalian maka
timbul kekeliruan jika hafalannya salah.
(5) Tulisan yang tidak terbaca
Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri
karena bentuk tulisan yang tidak tepat atau tidak lurus
mengikuti garis akibatnya anak mengalami kekeliruan karena
tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
d. Faktor Penyebab Anak Bekesulitan Belajar
Menentukan penyebab kesulitan belajar tidaklah mudah karena
memiliki parameter yang sangat luas. Penyebab yang paling sering dikenal
dan diteliti saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 neurologi, genetik, dan
faktor penyebab lingkungan (Taylor, et al 2009: 98).
Lask dan Reber dalam Muhibbin Syah (2009: 186) menyebutkan
kesulitan belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh minimal brain disfungsi,
yaitu gangguan ringan pada otak melainkan masih banyak penyebab lainnya.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 77) juga menyebutkan bahwa
kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegensi, dengan kata lain IQ tinggi belum tentu menjamin keberhasilan.
Ada beberapa faktor menurut Munawir Yusuf (2005: 44-51) yang
menjadi penyebab anak mengalami problem belajar. Secara umum dijelaskan
sebagai berikut: (digolongkan menjadi faktor perbedaan individual)
1) Perbedaan tingkat kecerdasan
Perbedaan tingkat kecerdasan yang dapat dilihat dari IQ dengan
standart pengukuran dan alat ukur tertentu
2) Perbedaan kreativitas
Seperti halnya kecerdasan (IQ), kreativitas juga dapat diukur dengan
menggunakan tes tertentu
3) Perbedaan kelainan atau cacat fisik
Kelainan atau cacat fisik dapat menyebabkan anak menjadi kesulitan
belajar.
4) Perbedaan kebutuhan khusus
Setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus sering kali juga
mengalami kesulitan dalam belajar.
5) Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi dapat dilihat dari
hasil belajar siswa.
6) Perbedaan ekonomi dan budaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Perbedaan ekonomi dan budaya seseorang dapat menyebabkan anak
mengalami kesulitan belajar.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009: 184-185) anak yang
mengalami kesulitan belajar berawal dari keterabaiannya anak yang termasuk
kategori di luar rata-rata. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada
umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata,
sehingga siswa yang berkemampuan kurang menjadi terabaikan. Dengan
demikian, siswa-VLVZD\DQJEHUNDWHJRUL³GLOXDUUDWD-UDWD´LWXWLGDNPHQGDSDW
kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Dari sini kemudian muncul anak berkesulitan belajar yang tidak hanya
menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa
yang berkemampuan tinggi juga. Berikut ini faktor-faktor tertentu yang
menjadi penyebab terhambatnya pencapaian kinerja akademik sesuai harapan.
1) Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yaitu keadaan yang muncul dari dalam diri siswa
sendiri, meliputi gangguan psiko-fisik siswa diantaranya:
a) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/ intelegensi siswa
b) Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap
c) Bersifat
psikomotor
(ranah
karsa),
antara
lain
seperti
tergangguanya alat-alat indera pengelihat dan pendengar
2) Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yaitu keadaan yang datang dari luar diri siswa
meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa, diantaranya:
a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan
antara ayah dan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga
b) Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh
dan teman bermain yang nakal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
c) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk (dekat pasar) dan kondisi guru serta alat-alat belajar
yang berkualitas rendah.
Faktor tersebut merupakan faktor umum, sedangkan faktor khusus
menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2009: 186) berupa sindrom psikologis
learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang
berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis yang menimbulkan kesulitan belajar disleksia, disgrafia, dan
diskalkulia.
Abu
Ahmadi
dan
Widodo
Supriyono
(2004:
78-79)
juga
menggolongkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ke dalam dua
golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Akan tetapi berbeda
penjelasan dengan apa yang dikemukakan Syah diatas. Antara lain sebagai
berikut:
1) Faktor intern, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri manusia
itu sendiri yang meliputi:
a) Faktor fisiologis, yang disebabkan oleh kondisi fisik. Seperti :
sakit, kurang sehat, dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis, yang disebabkan karena rohani seseorang.
Seperti: intelegensi, bakat, minat, motivasi, kesehatan mental, dan
tipe khusus siswa.
2) Faktor ekstern, merupakan faktor yang muncul dari luar manusia,
meliputi:
a) Faktor-faktor non-sosial
(1) Keluarga
(a) Orang tua: cara mendidik anak, Hubungan anak-orang tua,
contoh dan bimbingan dari oran tua
(b) Suasana rumah
(c) Ekonomi keluarga
(2) Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
(a) Guru: pemilihan strategi dan metode pembelajaran
(b) Fasilitas sekolah
(c) Kondisi gedung
(d) Kurikulum
(e) Waktu dan tingkat kedisiplinan sekolah
b) Faktor-faktor sosial
(1) Mass Media: bioskop, TV, surat kabar, majalah, komik, dsb
(2) Lingkungan Sosial: pemilihan teman bergaul, tetangga, dan
aktifitas masyarakat
Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 13) faktor
penyebab kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal dan
faktor eksternal.
1) Faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis
2) Faktor eksternal, diantaranya:
a) kekeliruan/
ketidaktepatan
guru
dalam
pemilihan
strategi
pembelajaran
b) pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar anak, dan
c) pemberian penguatan (reinforcement) yang tidak tepat
Akan tetapi, Mulyono Abdurrahman menegaskan bahwa penyebab utama
kesulitan belajar datang dari faktor eksternal.
Lain halnya yang disampaikan oleh Anton Sukarno (2006: 85-87)
menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan
belajar. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Neurologis
Bermacam-macam faktor dapat menyebabkan kerusakan syaraf
sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Kerusakan disebabkan oleh
beberapa hal yaitu: posisi janin yang tidak normal, anoxia (kekurangan
oksigen), infeksi dan luka di otak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
2) Hambatan Kematangan (maturation delay)
3) Genetik
Abnormalisasi genetik yang diwariskan oleh orang tua kepada anak
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar.
4) Lingkungan
Dari beberapa faktor penyebab yang telah disebutkan di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa faktor penyebab anak berkesulitan belajar dibagi
menjadi dua yaitu: faktor internal yang datang dari diri individu anak sendiri
salah satunya disfungsi minimal otak dan faktor eksternal yang datang dari
luar atau lingkungan contohnya keluarga.
e. Hambatan dan Kebutuhan Khusus Anak Berkesulitan Belajar
National Joint Committe on Learning Disabilities (NJCLD) dalam Mulyono
Abdurrahman (2003: 7) menetapkan bahwa Hambatan Perkembangan Belajar adalah
³VXDWX LVWLODK XPXP \DQJ EHUNHQDDQ GHQJDQ KDPEDWDQ SDGD NHORPSRN KHWHURJHQ
yang benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan
NHPDPSXDQSHQGHQJDUDQELFDUDPHPEDFDPHQXOLVEHUILNLUDWDXPDWHPDWLN´
Menurut Mulyadi (2010: 8) dalam bukunya Diagnosis Kesulitan
Belajar menyebutkan hambatan pada anak berkesulitan belajar dapat
ditunjukkan dan dilihat dari tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud dalam
proses pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung. Ciri-ciri tingkah
laku yang merupakan pernyataan menifestasi gejala kesulitan belajar antara
lain:
1) Menunjukkan hasil belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompokknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat,
tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan
belajar. Selalu
tertinggal dari teman-temannya dalam meyelesaikan tugas sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta, dsb.
5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos,
datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di
dalam maupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib
dalam kegiatan belajar-mengajar, mengasingkan diri, tidak mau
bekerjasama, dsb.
6) Menunjukkan gelaja emosional yang kurang wajar seperti: pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan
menyesal dalam menghadapi nilai rendah, dsb.
Sedangkan Smith, D. J (2006: 80) menyebutkan masalah-masalah yang
ditemukan pada anak berkesulitan belajar sebagai berikut:
1) Masalah bahasa (language problem)
2) Masalah perhatian dan aktifitas (attention and activity problem)
3) Masalah ingatan (memory problem)
4) Masalah kognitif (cognitive problem)
5) Masalah sosial emosi (social and emotional problem)
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Anak
berkesulitan belajar memiliki banyak hambatan khususnya dalam proses
pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1) Hambatan
dalam
memahami
dan
menggunakan
kemampuan
mendengar, berbicara, membaca, menulis, berfikir atau berhitung.
2) Hambatan dalam berbahasa, perhatian, mengingat, kognitif, sosial
atau emosional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
3) Hambatan yang ditunjukkan dengan hasil belajar rendah, lambat
dalam menyelesaikan tugas, menunjukkan sikap, tingkah laku dan
emosi yang tidak wajar.
2. Kajian tentang Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
1) Pengertian Belajar
%HODMDU PHQXUXW 6ODPHWR GLGHILQLVLNDQ VHEDJDL ³6XDWX
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
VHQGLULGDODPLQWHUDNVLGHQJDQOLQJNXQJDQ´
Pandangan Skinner tentang belajar dalam Dimyati dan Mujiono
(2009: 9) adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons
pebelajar
b) Respons si pebelajar, dan
c) Konsekuensi yang bersifat menguatkan konsekuensi tersebut.
Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne masih dalam
Dimyati dan Mujiono (2009: 10) merupakan kegiatan yang kompleks.
Belajar terdiri atas 3 komponen penting, yaitu: kondisi eksternal, kondisi
internal, dan hasil belajar. Dan terdiri atas 3 tahap yang meliputi 9 fase.
Tahapan tersebut diantaranya:
a) Persiapan untuk belajar
b) Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi)
c) Alih belajar
Tak ketinggalan, Piaget juga mengartikan belajar sebagai
pengetahuan yang dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
interaksi
terus-menerus
dengan
lingkungan.
Lingkungan
tersebut
mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka
fungsi intelek semakin berkembang. (Dimyati dan Mujiono, 2009: 9)
Menurut Aunurrahman (2009: 33) belajar merupakan sebagian
besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya
menyebutkan pengertian belajar dari beberapa ahli sebagai berikut:
a) Burton merumuskan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada
diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya.
b) H.C. Witherington mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau pengertian.
c) James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
d) Abdillah berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif dan psikomotirik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Lain halnya dengan Syaiful Bahri dan Azwan Zain (2002: 13) yang
PHQGHILQLVLNDQ EHODMDU VHEDJDL ³VHUDQJNDLDQ NHJiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
NRJQLWLIDIHNWLIGDQSVLNRPRWRU´
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang mempunyai tahapantahapan tersendiri dilakukan dengan sadar sehingga terjadi perubahan
tingkah laku yang merupakan hasil interaksi diri sendiri dengan
lingkungannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2) Pengertian Hasil Belajar
Kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku disebut belajar. Dalam segi
pendidikan, perubahan tingkah laku tersebut salah satunya adalah nilai,
merupakan hasil belajar yang dicapai setelah proses pembelajaran.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Herman Panoe (2007: 725)
menyebutkan pengertian dari beberapa ahli, seperti:
a) Dick dan Reiser, Gronlund dalam menyatakan bahwa hasil belajar
adalah sejumlah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil
kegiatan pembelajaran.
b) Gagne yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kapasitas atau
kemampuan yang diperoleh dari belajar.
0HQXUXW 1DQD 6XGMDQD GDODP $]L] 6DSSH ³KDVLO
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psLNRPRWRU´.HWLJDPHUXSDNDQVDWX
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mencakup beberapa jenjang
yaitu:
a) Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual yang mencakup
jenjang:
(1) Pengetahuan
(2) Pemahaman
(3) Penerapan
(4) Analisis
(5) Sintesis
(6) evaluasi
b) Aspek afektif adalah perasaan, emosi, atau nilai. Afektif memiliki
jenjang:
(1) Penerimaan
(2) Tanggapan
(3) Penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
(4) Pengorganisasian
(5) pemeran
c) Aspek psikomotor adalah kemampuan yang mengutamakan gerak
perilaku yang melibatkan pemahaman yang dimiliki. Aspek
psikomotor memiliki jenjang:
(1) Persepsi
(2) Kesiapan
(3) Respon
(4) Mekanisme
(5) respon kompleks
(6) penyesuaian
(7) kreatifitas
Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang
diperoleh siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran berupa perubahan
tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Faktor Pengaruh Strategi Pembelajaran
Hasil belajar juga disebut prestasi belajar diperoleh dari proses belajar
yang terungkap melalui evaluasi belajar. Hasil belajar dipengaruhi dan
tergantung beberapa faktor. Menurut Carrol dalam Aziz Sappe (2006: 142)
hasil belajar dalam suatu bidang bergantung kepada ketabahan atau
kesempatan untuk belajar dan relatif terhadap bakat pada suatu bidang studi,
di samping itu dipengaruhi pula oleh beberapa hal yang minat, sikap, perhatian
dan motivasi. Motivasi belajar biasanya sangat tergantung pula pada
pendekatan dan model belajar yang digunakan dalam proses belajar, karena itu
pendekatan berkaitan erat pula dengan hasil belajar yang dicapai. Salah satu
pendekatan yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar adalah cooperative
learning.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial terutama dalam proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
pembelajaran Matematika. Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat
memberikan bentuk-bentuk soal yang mengarah pada jawaban
konvergen, disvergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban)
dan penyelidikan. (Parwoto, 2007: 176)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan
strategi pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh
dan menunjang
peningkatan hasil belajar siswa.
c. Hasil Belajar Anak Berkesulitan Belajar
Berdasarkan Hambatan dan Kebutuhan khusus Anak Berkesulitan
%HODMDU GL DWDV PHQXUXW 0XO\DGL ³DQDN EHUNHVXOLWDQ EHODMDU
menunjukkan beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan
manifestasi gejala kesulitan belajar di antaranya hasil belajar rendah di bawah
rata-UDWDNHODVGLEDQGLQJGHQJDQWHPDQODLQQ\D´+DOWHUVHEXWVHVXDLGHQJDQ
data yang penulis peroleh dari SD Negeri Kepatihan Surakarta pada tahun
2008 dimana menunjukkan 10% dari populasi mempunyai hasil belajar rendah
dan juga data dari SD Negeri Petoran Surakarta pada tahun pelajara 2010/2011
terdeteksi 54 siswa (sekitar 11%) yang mengalami kesulitan dalam belajar dan
kesemuanya mempunyai nilai yang lebih rendah dari teman lainya atau di
bawah KKM SD Negeri Petoran Surakarta. Selain itu, sebuah penelitian yang
dilakukan Anton Sukarno (2006: 70) menunjukkan hasil 50% anak
berkesulitan belajar berprestasi di bawah hasil belajar yang diharapkan.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa hasil belajar anak berkesulitan belajar lebih rendah dibandingkan
dengan teman yang lain (teman sekelas) maka sesuai dengan karakteristik
anak berkesulitan belajar yang mana menyebutkan bahwa salah satu
karakteristik anak berkesulitan belajar adalah mempunyai hasil belajar yang
rendah dengan berbagai faktor penyebab yang salah satu di antaranya adalah
pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
3. Kajian tentang Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya
dalam Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Made Wena (2009: 2) mengartikan strategi pembelajaran berarti cara
dan seni untuk menggunakan semua sumber dalam upaya membelajarkan
siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan
kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan
tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat
dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara
implisit dimiliki oleh seorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu
strategi pembelajaran.
Sedangkan Strichart, Stephen dan Mangrum II, Charles (1993: 1)
mengatakan, strategi belajar membantu siswa menguasai informasi materi
pelajaran dan membantu mereka menunjukkan penguasaan mereka dalam
berbagai cara. ³study strategies help student master subject matter
information and help them demonstrate their mastery in a variety of ways´.
Hamzah Uno (2007: 1) dalam bukunya Model Pembelajaran
mengemukakan beberapa pengertian strategi pembelajaran menurut beberapa
ahli, diantaranya sebagai berikut:
a) Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b) Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan
bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan
urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
c) Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap
tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya harus dapat dipraktekkan.
Lain halnya dengan Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 8)
dalam bukunya Strategi Pembelajaran Bahasa mengemukakan beberapa
pengertian strategi pembelajaran menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai
berikut:
a) Menurut Subyantoro dkk, strategi belajar mengacu pada perilaku dan
proses
berfikir
yang
digunakan
oleh
peserta
didik,
yang
mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses mememori dan
metakognitif.
b) Menurut Mujiono mengatakan bahwa strategi pembelajaran memiliki
dua dimensi sekaligus. Pertama, strategi pembelajaran pada dimensi
perancangan. Kedua, strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan.
c) Menurut Zaini dan Bahri strategi
pembelajaran mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan
pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran, yaitu:
(1) mengidentifikasi apa yang diharapkan,
(2) memilih system pendekatan,
(3) memilih
dan
menetapkan
prosedur,
metode,
dan
pembelajaran,
(4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.
commit to user
teknik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Menurut Deshler dan Schumaker dalam Parwoto (2007: 95) tentang
strategi pembelajaran adalah teknik-teknik, prinsip-prinsip, atau aturan-aturan
yang memungkinkan siswa untuk belajar, memecahkan masalah, dan
menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Seel dan Richey mendefinisikan
strategi pembelajaran sebagai rincian (spesifikasi) dari seleksi pengurutan
peristiwa dan kegiatan dalam pelajaran. Sedangkan Dick dan Carey
mengatakan bahwa strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen
umum dari suatu set materi pembelajaran dan prosedur yang akan digunakan
bersama materi tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
Jika dikaitkan dengan konteks pembelajaran, strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai berikut:
a) Sistem pendekatan belajar-mengajar utama yang dipandang paling
efektif guna mencapai sasaran tersebut, sehingga dapat dijadikan
pegangan oleh para guru dalam merencanakan dan mengorganisasikan
kegiatan
belajar-mengajar
atau
pengalaman
belajar
(learning
experience) siswa
b) Prosedur, metode dan teknik pembelajaran (teaching method) yang
dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran (Parwoto, 2007: 95).
Strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana penyajian materi
pelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar. Suatu pembelajaran harus
memenuhi kriteria:
a) Daya tarik
b) Daya guna (efektivitas)
c) Hasil guna (efisiensi)
Strategi pembelajaran adalah suatu cara yang dipilih pendidik untuk
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan seperti memecahkan masalah
dan menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
b. Pengertian Tutor Sebaya
Sebelum membahas tutor sebaya alangkah baiknya kita membahas
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) karena tutor sebaya termasuk
dalam pembelajaran kooperatif.
Lie dalam buku Isjoni (2010: 16) menyebutkan:
Cooperative learning dengan istilah gotong royong, yaitu sistem
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih
jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk
suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara
terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah
anggota kelompok pada umumnya terdiri atas 4-6 orang saja.
Pembelajaran Kooperatif merupakan pendekatan alternatif baru dalam
sistem kelas reguler yang mendukung penyerapan antara siswa berkebutuhan
khusus dengan siswa normal lainnya dalam pembelajaran yang mana keduaduanya juga sama berpeluang mengalami kesulitan belajar. Pembelajaran
kooperatif melibatkan sebuah pendekatan tim untuk mendukung siswa yang
GLSDGXNDQDQWDUDDQDNEHUNHEXWXKDQNKXVXVGHQJDQVLVZDODLQ\DQJ³QRUPDO´
Hal ini disampaikan oleh Parwoto (2007: 107).
6ODYLQ GDODP ,VMRQL PHQ\HEXWNDQ ³cooperative learning
merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada
saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam
kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya
(peer tutoring´
Dari segi bahasa, sesuai yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa
,QGRQHVLD NDWD WXWRU PHPSXQ\DL DUWL ³RUDQJ \DQJ PHPEHUL SHODMDUDQ
PHPELPELQJNHSDGDVHVHRUDQJDWDXVHMXPODKNHFLOVLVZD´
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 184)
³7XWRU DGDODK VLVZD \DQJ VHED\D \DQJ GLWXQMXN DWDX GLWXJDVNDQ membantu
temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara guru dan
VLVZD´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Kata sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti
sama umurnya (tuanya). Istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah
siswa yang mempunyai umur atau usia yang hampir sama atau sebaya. Istilah
LQLXQWXNPHPEHGDNDQ³WXWRUVHUXPDK´\DLWXSHQJDMDUDQ\DQJGLODNXNDQROHK
orang tua, kakak atau anggota keluarga yang lain yang bertempat tinggal
serumah dengan siswa tersebut. Selain itu dapat juga untuk membedakan
dengan tutor yang dilakukan oleh staf pengajar yang lain bukan dari siswa.
,VFKDN 6 : GDQ :DUML PHQJDUWLNDQ WXWRU VHEDJDL ³RUDQJ
yang memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan
EHODMDU´'LMHODVNDQMXJDEDKZD para siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan yang dipelajarinya, mendapat bantuan dari teman
sekelasnya sendiri yang telah tuntas (mastery) terhadap bahan tersebut.
'LMHODVNDQ MXJD ROHK 2UQVWHLQ HW DO ³peer tutoring is
assignment of students to help one another on a one-to-one basis or in small
groups in a variety of situations´ 0HQXUXW GLD WXWRU VHED\D DGDODK
menugaskan seorang siswa untuk menolong temannya. Siswa yang ditugasi
untuk menolong siswa lain (temannya) merupakan siswa yang sudah paham
materi (spesifik)/ sudah tahu
pelajaran sepenuhnya (tuntas) dan telah
memahami pelajaran yang telah diajarkan akan dipasangkan dengan siswa
\DQJ PHPEXWXKNDQ EDQWXDQ ³A student who has mastered specific material
or who has completed a lesson and has shown understanding of the material
is paired with a student who needs help´
Sejalan dengan pemikiran yang lain, Orlich et al (1998: 267)
mendefinisikan Tutor sebaya sebagai strategi yang paling sering digunakan
untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar atau kesulitan dalam
pengolahan informasi dengan setingan kelompok sangat kecil (biasanya empat
atau lebih sedikit) dan berfokus pada kisaran yang sempit bahan. Dijelaskan
juga bahwa strategi tutor sebaya banyak digunakan guru seperti mata pelajaran
membaca, matematika, ekonomi rumah, seni, dan bisnis untuk instruksi
perbaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Dari beberapa pengertian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, tidak dapat bekerja sama dengan
orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Tutor sebaya
merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif termasuk dalam salah satu
model pembelajaran cooperative learning, jigsaw, yang mana pelaksanaannya
dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan
akademik yang heterogen. Tutor sebaya lebih menekankan kerja sama,
antarsiswa, kelas dibagi menjadi kelompok belajar yang terdiri dari siswasiswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan mengajar dengan
tutor sebaya. Setiap kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama secara
sportif satu sama lain dan bertanggung jawab kepada dirinya maupun kepada
anggota dalam satu kelompok. Tujuannya untuk membantu memenuhi
kebutuhan siswa dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang
memiliki daya serap tinggi untuk melatih teman-teman yang belum faham.
Istilah tutor digunakan untuk anak yang berperan sebagai guru sedangkan
tutee adalah siswa lain yang berkesulitan belajar.
1) Macam-macam Tutor Sebaya
Menurut Ornstein et al (2000: 320) ada 3 jenis peer tutoring, yaitu:
a) Students tutor other whithin the same class
Tipe ini baik tutor maupun tutee dalam satu kelas yang sama.
b) Older students tutor students in lower grades outsiteof class
Tipe ini mempunyai ciri tutor lebih tua usia/ jenjang
sedangkan tutee usia/ jenjang di bawah tutor
c) Two student work together and help each other as equals whit
learning activities
Jenis ini dua siswa bekerja sama untuk saling membantu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Lain halnya dengan Miller, April. D et al (tanpa tahun),
mengelompokkan peer tutoring menjadi lima jenis diantaranya:
a) Classwide peer tutoring
Jenis ini menggambarkan sebuah kelas besar (siswa/ tutee
banyak) dengan satu orang tutor.
b) Cross-aged tutoring
Jenis ini mempunyai ciri tutor lebih tua dua tahun atau lebih
dari sekolah yang sama
c) One-to-one tutoring
Jenis ini merupakan pasangan tutor dan tutee, dimana satu
tutor membimbing satu tutee
d) Small group instruction
Jenis ini berbentuk kelompok (mengelompok)
e) Home-based tutoring
Bimbingan ini dilaksanakan di rumah. Bisa orang tua
sendiri atau saudara maupun orang lain dianggap sebagai pengajar.
2) Syarat Tutor
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan sebelum menunjuk
siswa menjadi seorang tutor menurut Soekarwati (1995: 22) syarat-syarat
tersebut meliputi :
a) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan
b) Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut
c) Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan
menjunjung situasi tutoring
d) Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pelajaran dengan
metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut lebih
mempunyai kepercayaan diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 62-63) untuk menentukan
siswa yang menjadi tutor perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut :
a) Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program
perbaikan, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan
untuk bertanya kepadanya
b) Dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa
yang menerima program perbaikan
c) Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati sesama kawan
d) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya
Sejalan dengan Soekarwati dan Suharsimi Arikunto, Ishack, S. W
dan Warji (1982: 44) juga memiliki persyaratan dalam menentukan tutor.
Sebaiknya siswa mempunyai kriteria:
a) Mendapat skor 75% atau lebih
b) Menguasai bahan yang akan ditutorkan
c) Menguasai cara penyampaian bahan yang ditutorkan
d) Mempunyai hubungan yang baik, bersahabat, dan menunjang
situasi tutoring
e) Diterima dan disetujui oleh siswa yang akan ditutorkan
f) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberi bantuan/
bimbingan.
Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan syarat siswa yang
dapat dijadikan tutor sebagai berikut:
a) Diterima dan disetujui oleh semua pihak yang terlibat
b) Menguasai bahan yang akan ditutorkan
c) Berprestasi
d) Tutor adalah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata di
dalam kelas tersebut. Dapat dilihat dari prestasi/ hasil belajar yaitu
rangking 1-5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
e) Mempunyai daya kreatifitas
f) Dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik
3) Kebaikan dan kelemahan Strategi Tutor Sebaya
Setiap metode ataupun strategi pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengan strategi tutor sebaya. Dalam Taylor et al
(2009: 122) menyatakan bahwa lebih banyak keuntungan dari pada
kerugian ketika pembelajaran dilaksanakan dengan strategi tutor sebaya.
Adapun beberapa yang dapat ditangkap, diantaranya:
a) Tutor sebaya terlihat efektif untuk anak yang berkesulitan belajar,
baik di sekolah dasar ataupun di sekolah lanjutan.
b) Tutor sebaya terbukti dapat meningkatkan nilai akademik untuk
anak berkesulitan belajar dalam hal membaca, berbicara, berhitung,
bersosialisasi, penggunaan tanda baca dan huruf kapital.
c) Tutor sebaya juga dapat meningkatkan tingkah laku sosial (positif)
dan memberi pengaruh positif untuk tutor sendiri maupun para
tutee.
d) Tutor sebaya dapat mengembangkan hubungan yang posifit dengan
anak berkesulitan belajar dan mengembangkan komunikasi serta
interaksi.
Masih banyak orang yang mengakui bahwa tutor sebaya dapat
membawa manfaat. Seperti yang disebutkan Mulyadi (2010: 86)
menyebutkan beberapa keuntungan dari tutor sebaya sebagai berikut:
a) Tutor sebaya dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan
kepercayaan diri
b) Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrap antara murid yang
dibantu dan tutor yang membantu
c) Manfaat bagi tutor sendiri adalah mendapat kesempatan utuk
pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi
belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Donald dan Roger dalam Ornstein et al (2000: 319-320)
menyebutkan manfaat dari pelaksanaan peer tutoring.
They find these advanteges in peer tutoring:
a) Peer tutors are often effective in teaching students who do not
respond well to aduls.
b) Peer tutoring can develop a bond of friendship between the
tutor and tutee, which is important for integrating slow
learners into the group.
c) Peer tutoring allows the teacher to teach a large group of
student, but still give slow learners the individuals attention
they need
d) Tutors benefit by learning to teach, a general skill that can be
useful in an adult society
Manfaat atau kebaikan dari pembelajaran yang menggunakan
model tutor sebaya menurut Syaiful Bahri dan Azwan Zain (2002: 29)
adalah :
a) Ada kala hasilnya lebih baik beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan terhadap gurunya
b) Bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring ini akan
mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas
dengan memberitahukan kepada siswa lain maka seolah-olah ia
menelaah serta menghafal kembali
c) Bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring merupakan
kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam
mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran
d) Mempercepat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial
Kelemahan atau kesulitan metode tutor sebaya menurut Syaiful
Bahri dan Azwan Zain (2002):
a) Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena hanya
berhadapan
dengan
kawannya
memuaskan
commit to user
sehingga
hasilnya
kurang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
b) Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya
diketahui oleh kawannya
c) Pada kelas-kelas tertentu model ini sukar dilaksanakan karena
perbedaan kelamin antar tutor dengan siswa yang diberi materi
pelajaran
d) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat tempo belajarnya dapat
mengajarkan kembali kepada kawan-kawannya
Dari kebaikan dan kelemahan metode tutor sebaya di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa setiap metode atau strategi pembelajaran
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Tutor sebaya mempunyai kelebihan
sebagai berikut:
a) Efektif dalam pembelajaran
b) Meningkatkan hasil belajar, rasa tanggung jawab dan kepercayaan
diri
c) Mengembangkan hubungan yang positif
d) Bagi siswa yang menjadi tutor, dapat memperkuat konsep dan
melatih kepemimpinan
e) Mempertebal perasaan sosial
f) Interaksi antarsiswa lebih baik serta siswa lebih aktif.
Adapun kelemahan dari strategi tutor sebaya
a) Siswa yang dibantu (tutee) sering mengabaikan karena berhadapan
dengan teman sendiri
b) Malu bertanya karena tidak ingin rahasia diketahui temannya
c) Jarang dilaksanakan karena sulit menemukan siswa yang loyal
4) Pelaksanaan Tutor Sebaya
³'DODP SHODNVDQDDQQ\D WXWRU DGDODK VLVZD \DQJ PHPLOLNL
kemampuan di atas teman yang lainnya, serta memiliki persyaratan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
kepribadian yang baik, luwes, menyenangkan, ulet, sabar, dan ikhlas
GDODPPHPEHULNDQEDQWXDQNHSDGDWHPDQQ\D´6LWL)DGKLODK.
,VFKDN 6 : GDQ :DUML PHQMHODVNDQ ³VHEHOXP
melaksanakan tutoring (bimbingan), guru hendaknya memberikan
SHQJDUDKDQNHSDGDWXWRUVHED\D\DQJGLWXQMXN´
Strategi tutor sebaya dapat berjalan efektif apabila dalam
pelaksanaannya jika disusun secara hati-hati, tutor dilatih, materi
disiapkan, lokasi didesain sesuai agar efektif. Terbukti dalam banyak
SHQJDODPDQ³«IRUDQ\SHHUWXWRULQJH[SHULHQFHWREHHIIHFWLYHLWPXVWEH
carefully structured, with tutors trained, materials prepared, and an
apprRSULDWHORFDWLRQGHVLJQDWHG´(Taylor et al, 2009: 122)
Menurut Titik Setiyaningsih, (2008: 13) pelaksanaan metode tutor
sebaya sebagai berikut :
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 10 siswa masing-masing kelompok terdapat 1-2
siswa yang menjadi tutor yang nantinya akan menjelaskan
kepada temannya tentang materi yang belum mereka pahami
b) Melakukan diskusi untuk membahas materi yang menjadi
permasalahannya
c) Penegasan dan penambahan materi oleh guru terhadap
persoalan yang belum terpecahkan
d) Guru bersama siswa menyimpulan hasil belajar
c. Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Matematika
Russel dalam Herman Paneo (2007: 724) menyatakan bahwa
³Mathematics is the queen dan server of the sciences´DUWLQ\D³PDWHPDWLND
adalah ratu dan pelayan ilmu-LOPX ODLQ´ .HPXGLDQ +HUPDQ 3DQHR
PHQ\LPSXONDQ EDKZD ³PDWHPDWLND DGDODK LOPX SHQJHWDKXDQ WHQWDQJ
struktur yang terorganisasikan yang didasarkan pada unsur-unsur yang
tidak terdefinisi, terdefinisi, aksioma atau postulat dan dapat diturunkan
menjadi teorema atau dalil yang pembuktiannya dapat diterima secara
GHGXNWLI´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
3XUZRWR PHQ\DPSDLNDQ ³0DWHPDWLND DGDODK
pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur
yang didefinisikan ke aksioma-aksioma dan postulat dan akhirnya ke
GDOLO´ 6HGDQJNDQ 0HQXUXW =DP]DLOL GDODP 3DUZRWR ³PDWHPDWLNDDGDODKLOPX\DQJPHPSHODMDUDLNRQVHSELODQJDQGDQUXDQJ´
Ruseffendi dalam Heruman (2008: 1) mengemukakan bahwa
³0DWHPDWLND DGDODK EDKDVD VLPERO LOPX GHGXNWLI \DQJ WLGDN PHQHULPD
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma
DWDXSRVWXODWGDQDNKLUQ\DNHGDOLO´
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi dan merupakan ilmu deduktif, tentang pola dan hubungan
dengan penyajian berupa simbol dan angka. Matematika adalah bahasa
simbol untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan yang memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2) Prinsip Pembelajaran Matematika
Susento dan M. Andy Rudhito (2008) menyebutkan prinsip
pembelajaran matematika yang terkandung di kurikulum 2004 diantaranya
sebagai berikut:
a) Prinsip pedagogis (pendidikan) secara umum
Pembelajaran diwali dari kongkrit menuju ke abstrak, dari
sederhana menuju ke kompleks (rumit), dan dari mudah menuju ke
sulit dengan menggunakan berbagai sumber belajar.
b) Konstruktivisme
Belajar akan bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan
berbagai
cara
untuk
mengkonstruksi
(membangun)
sendiri
pengetahuannya. Dalam hal ini tugas guru adalah menciptakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
lingkungan
belajar
yang
memungkinkan
siswa
melakukan
penemuan ulang konsep, rumus, atau prinsip matematika di bawah
bimbingan guru (proses reinvensi terbimbing/ guided reinvention).
c) Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika. Siswa diberi kesempatan untuk banyak
memecahkan masalah dengan cara sendiri. Selain masalah tertutup
(hanya mempunyai satu solusi), siswa juga perlu menghadapi
masalah terbuka (mempunyai lebih dari satu solusi).
d) Variasi strategi pembelajaran
Dalam
pembelajaran
mengkombinasikan
ekspositori
berbagai
(pemberian
matematika,
strategi
penjelasan),
guru
perlu
pembelajaran,
seperti
inkuiri
(penyelidikan),
penugasan, dan permainan.
e) Variasi pengelolaan siswa
Dalam
pembelajaran
matematika,
guru
perlu
mengkombinasikan berbagai pengelolaan siswa, seperti kerja
individual (perseorangan), kerja kelompok (cooperative learning),
dan diskusi klasikal (melibatkan semua siswa di kelas secara
bersama-sama).
f) Lingkungan fisik, sosial, dan budaya
Setiap sekolah memiliki ciri khas lingkungan belajar,
kelompok siswa, orang tua dan masyarakat yang berbeda-beda dari
segi fisik (alam, sosial dan budaya). Guru perlu mengenali hal ini
untuk menetapkan strategi pembelajaran, organisasi kelas, dan
pemanfaatan sumber belajar yang efektif.
g) Masalah kontekstual sebagai titik pangkal (starting point)
Dalam
setiap
kesempatan,
pembelajaran
matematika
dimulai dengan pengenalan dan pemecahan masalah kontekstual
(mengandung
situasi
yang
commit to user
sudah
dikenal
siswa
dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
pengalamannya), dan kemudian secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep atau prinsip matematika.
h) Kelompok siswa normal, sedang, dan tinggi
Dalam pembelajaran matematika, guru melayani semua
kelompok siswa, baik yang normal, sedang, mau pun tinggi. Dalam
hal ini guru perlu mengenal dan mengidentifikasi kelompokkelompok tersebut. Kelompok normal adalah kelompok yang
memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang,
sehingga perlu diberikan pelayanan dalam bentuk menambah
waktu belajar atau memberikan remediasi (kegiatan pembelajaran
untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar). Sedangkan
kelompok tinggi adalah kelompok yang memiliki kecepatan belajar
lebih cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat
memberikan pelayanan dalam bentuk akselerasi (percepatan)
belajar atau pemberian materi pengayaan.
Prinsip Pembelajaran Matematika menurut Mulyono Abdurrahman
dalam Mulyadi (2010: 185) sebagai berikut:
a) Mempersiapkan siswa untuk belajar matematika
b) Mengawali materi dengan sesuatu kongkret ke yang abstrak
c) Menyediakan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan
mengulang
d) Mengeneralisasikan ke dalam situasi belajar
e) Memperhatikan kekuatan dan kelemahan siswa
f) Membangun pondasi yang kuat tentang konsep dan keterampilan
g) Menyediakan program matematika yang seimbang
h) Menggunakan kalkulator
Sedangkan menurut Ari Dwi Haryono (2008) prinsip mengajar
matematika sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
a) Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman
pengetahuan siswa dan kebutuhan untuk belajar sehingga menarik
serta mendukung mereka untuk belajar baik
b) Pembelajaran efektif memerlukan pengetahuan dan pemahaman
matematika, siswa sebagai pebelajar dan startegi pendidikan
c) Pembelajaran efektif membutuhkan suatu kelas dan lingkungan
yang mendukung pembelajaran
d) Pembelajaran yang efektif, secara terus menerus mencari
peningkatan
Sejalan dengan Suseno, Mulyono Abdurrahman dan Ari Dwi
Haryono, NN (2010) menyebutkan ada empat prinsip pembelajaran
matematika, diantaranya sebagai berikut:
a) Pemecahan Masalah
Untuk menemukan penyelesaiannya, siswa harus memberdayakan
pengetahuannya dan melalui proses ini mereka akan sering
mengembangkan pemahaman baru. Pemecahan masalah tidak
hanya merupakan tujuan dari pembelajaran matematika tetapi juga
sebuah upaya besar untuk melakukan kegiatan matematika. Siswa
akan mempunyai kesempatan untuk merumuskan, berpikir keras,
dan memecahkan masalah rumit yang memerlukan usaha besar.
Pemecahan masalah merupakan sebuah bagian integral dari seluruh
pembelajaran matematika.
b) Penalaran dan Pembuktian
Pembuktian matematika adalah sebuah langkah formal dalam
mengekspresikan penalaran dan pembenaran. Dapat diterima
dengan nalar adalah penting untuk pemahaman matematika.
c) Komunikasi
Komunikasi pemikiran dan nalar matematika adalah bagian penting
dari pengembangan pemahaman. Ini merupakan sebuah jalan
memadukan dan mengklarifikasi ide-ide. Dengan komunikasi, ide-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
ide menjadi objek refleksi, diskusi, dan terjadi proses pengujian
dan penghalusan pemikiran. Ketika siswa ditantang untuk berpikir
dan
bernalar
tentang
topik
dalam
matematika
dan
mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada yang lain, mereka
belajar memperjelas dan meyakinkan orang lain. Mendengar
penjelasan dari yang lain juga memberikan siswa kesempatan untuk
mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Diskusi ide-ide
matematika membantu siswa mempertajam kemampuannya untuk
bernalar, menduga, dan membuat hubungan-hubungan.
d) Hubungan-hubungan
Begitu banyak individu yang mempersepsikan matematika sebagai
kumpulan fakta-fakta dan prosedur yang terisolasi. Melalui
kurikuler dan pengalaman setiap hari, siswa akan mengenal dan
menggunakan hubungan-hubungan antara ide-ide matematika,
terutama hubungan antara aljabar dengan geometri. Hubungan yang
demikian membangun pemahaman konsep matematika secara
komprehensif.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat penulis simpulkan
bahwa prinsip-prinsip pembelajaran pada mata pelajaran matematika guru
sebaiknya:
a) Mengawali materi dengan sesuatu kongkret ke yang abstrak
b) Memperhatikan kebutuhan siswa baik kelemahan maupun kekuatan
c) Mempersiapkan dan memberi kesempatan siswa untuk berlatih
agar siswa dapat memahami materi matematika
d) Menyediakan program matematika yang seimbang didukung
dengan kelas dan lingkungan yang mendukung pembelajaran
matematika
e) Mengkombinasi strategi pembelajaran matematika
f) Menjelaskan salah satu fungsi matematika adalah untuk pemecahan
masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
3) Langkah-langkah Pembelajaran Matematika
Dalam mengembangkan kreatifitas dan kompetensi siswa, maka
guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien,
sesuai dengan kurikulum dan pola piker siswa. Dalam mengajarkan
matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa
berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran
matematika. Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasa, pemahaman
konsep, dan pembinaan ketrampilan. Berikut ini penjabaran pembelajaran
yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.
a) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu pembelajaran
suatu konsep baru matematika. Pembelajaran penanaman konsep
dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan
kemampuan kognitif siswa yang konkrit dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep
dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk
membantu kemampuan pola pikir siswa.
b) Pemahaman konsep bertujuan agar siswa lebih memahami suatu
konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri dari atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran
penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan
lanjutan dari penanaman konsep.
c) Pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam
menggunakan
berbagai
konsep
matematika.
Pembinaan
ketrampilan juga memiliki dua pengertian. Pertama, merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman
konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, dilakukan pada
pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari
penanaman dan pemahaman konsep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Sejalan dengan Syarif, Heruman (2008: 3) juga menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran Matematika yang harus ditempuh guru
antara lain:
a) Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru
matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep
tersebut.
b) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman
konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika
c) Pembinaan keterampilan,
yaitu pembelajaran
lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran matematika yang baik
meliputi:
a) Penanaman konsep dasar
b) Pemahaman konsep
c) Pembinaan keterampilan
4. Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Anak Berkesulitan Belajar
Menurut Leshin GDODP 3DUZRWR ³mengatakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar´. ³3HQJJXQDDQ VWUDWHJL \DQJ WHSDW GDODP NHJLDWDQ SHPEHODMDUDQ VDQJDW
perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai
KDVLOEHODMDU \DQJRSWLPDO´Made Wena, 2009: 3). Berikut bagan peningkatan
hasil belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Bagi Siswa
Peningkatan
Hasil Belajar
Siswa
Strategi
Pembelajaran
Bagi Guru
Bagan 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Bagan tersebut menjelaskan bahwa strategi pembelajaran sangat berguna
bagi guru dan siswa. Bagi guru, siswa dapat dijadikan pedoman dan acuan
bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa,
penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses pembelajaran,
karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses
pembelajaran siswa.
/LH PHQJDWDNDQ ³« EDQ\DN SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD
pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan
pengetahuan (dikenal dengan istilah skemata dalam bidang pendidikan) para siswa
\DQJOHELKPLULSGHQJDQ\DQJODLQQ\DGLEDQGLQJNDQGHQJDQVNHPDWDJXUX´
Ada sejumlah alasan mengapa program tutoring (tutor sebaya) disarankan
untuk pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar,seperti yang disampaikan
Parwoto (2007: 114) sebagai berikut:
a. Meningkatkan waktu anak melewati tugas-tugas
b. Meningkatkan jumlah peluang bagi anak, selalu berhubungan, dan
jumlah balikan dan penguatan yang mereka peroleh
c. Membiarkan anak bekerja dengan siswa yang mungkin sama-sama
respek menjadi model yang baik
d. Memfasilitasi sosialisasi antara tutor dah tutee
e. Membantu tutor untuk menemukan informasi pada subjek yang
mereka tutori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
f. Membantu tutor untuk belajar bagaimana mengajar
g. Menaikkan penghargaan tutor, dan juga siswa yang nonhandicapped
atau handicapped.
Dapat penulis simpulkan bahwa strategi tutor sebaya dapat digunakan
dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan hasil belajar anak
berkesulitan belajar.
B. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian Tri Rachmiati tentang Penggunaan Metode Pembelajaran
Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Akuntasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta menunjukkan secara
keseluruhan penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dalam kelompok kecil
dapat meninngkatkan kualitas pembelajaran akuntansi siswa kelas XI IS 3 SMA
Negeri 3 Surakarta. Secara rinci penerapan metode pembelajaran tutor sebaya
dalam kelompok kecil dapat meningkatkan motivasi belajar ditandai dengan
partisipasi belajar meningkat sehingga mengarah pada peningkatan hasil belajar
akuntansi.
Menurut Maryani tentang Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas 1 SMK Batik 2
Surakarta berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah Maryani lakukan
disimpulkan bahwa penerapan Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan prestasi
Belajar dilihat dari:
1. Siswa
semakin
antusias
dan
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran akuntansi, keaktifan siswa dalam apersepsi meningkat
66,7% (pada siklus I) menjadi 75,6% (pada siklus II)
2. Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru dilihat dari
hasil evaluasi yang menunjukkan peningkatan pecapaian hasil belajar
dari 84,4% menjadi 93,3%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
3. Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam
kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama.
Penelitian juga dilaksanakan oleh Lisdiana (2001: 23) yang termuat
dalam Jurnal Penelitian Pendidikan, tentang Pembelajaran Kooperatif dengan
%DQWXDQ 7XWRU 6HED\D VHEDJDL $OWHUQDWLI 0HQJDWDVL .HVXOLWDQ ³0HPEDFD´
Preparat
Mikroanatomi
pada
Mata
Kuliah
Struktur
Jaringan
Hewan,
menyimpulkan bahwa:
1. Model Pembelajaran Kooperatif dapat digunakan sebagai alternatif
untuk menJDWDVLNHVXOLLWDQ³PHPEDFD´SUHSDUDWPLNURDQDWRPLKHZDQ
2. Model Pembelajaran Kooperatif dapat digunakan untuk mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana di dalam suatu kegiatan praktikum.
3. Penggunaan tutor sebaya dalam pembelajaran kooperatif dapat
membantu
XQWXN PHQJDWDVL NHVXOLWDQ ³PHPEDFD´ SUHSDUDW
mikroanatomi hewan.
Dari 3 sumber penelitian di atas ada persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang penulis susun. Adapun persamaannya pada penggunaan Tutor
Sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaan dari kedua
penelitian di atas adalah subjek penelitian.
Dari sumber-sumber di atas, terdapat perbedaan yang penulis lakukan
yaitu pada subjek penelitian yang mana tutor sebaya biasanya dilakukan oleh
kelas atas, peneliti lakukan pada kelas bawah, Tutor Sebaya dipandang penulis
sebagai strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
terutama anak berkesulitan belajar.
C. Kerangka Pikir
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
adalah pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi
pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
diterapkan dalam mata pelajaran matematika, karena strategi pembelajaran tutor
sebaya membantu keterampilan sosial dalam diri siswa. Pembelajaran ini sangat
menekankan keaktifan siswa selama menyampaikan materi pelajaran kepada
teman-temannya. Sehingga jika siswa dapat membantu teman-temannya
menyampaikan materi dengan baik diharapkan hasil belajar matematika yang akan
dicapai akan lebih meningkat. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan bagan
kerangka berpikir berikut:
Bagan 2. Kerangka Berpikir
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Anak Berkesulitan Belajar di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan
Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Menurut
Sunardi (2000), ada tiga macam penelitian berdasarkan jenis data dan analisisnya
yaitu: penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi 2008:
3). Sedangkan Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, dkk (2008: 58)
mempertegas bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Adapun beberapa
pertimbangan penulis memilih metode penelitian tindakan kelas karena penulis
ingin memecahkan masalah hasil belajar matematika anak yang terdeteksi
kesulitan belajar di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan dengan menerapkan strategi
pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran matematika.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri atas
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, monitoring, evaluasi/ refleksi dan
perencanan ulang untuk siklus kedua dan selanjutnya. Adapun penjelasan lebih
lanjut mengenai metode penelitian yang diterapkan penulis sebagai berikut:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kepatihan Surakarta
dengan alamat di Jln. Arifin No. 58 Jebres Surakarta 57128. Pemilihan tempat itu
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
1. Pada tahun 2008 penulis pernah mengadakan Identifikasi dan Assesment
di Sekolah Dasar Negeri Kepatihan Surakarta dan hasilnya menunjukkan
10% dari populasi yang diambil mengalami kesulitan belajar.
2. Dan atas dasar observasi singkat serta wawancara tidak terencana kepada
Kepala Sekolah SD Negeri Kepatihan dimana memberi informasi bahwa
kelas IIIA merupakan kelas yang terdeteksi banyak anak berkesulitan
belajar. Terdapat hambatan dalam proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran matematika dengan hassil belajar yang rendah. Dipertegas
dengan pengakuan wali kelas IIIA.
3. Lokasi penelitian terjangkau oleh peneliti sehingga mempermudah
pemantauan atau kontrol serta tindak lanjut dalam penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini berlangsung selama kurang lebih lima
bulan, yaitu dimulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan Februari 2011.
Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: persiapan, penelitian,
koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan dengan 3 siklus (masing-masing
siklus terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi dan atau
refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penyempurnaan
laporan berdasarkan masukan seminar, serta penggandaan dan pengiriman laporan
penelitian. Adapun perincian jadwal kegiatan dan waktu penelitian sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Tabel. 1 Jadwal Kegiatan dan Waktu Penelitian
N
O
Keterangan
Oktober
Waktu Penelitian Tahun 2010
November Desember
Januari
1 2 3 4 1 2 3
1.
4 1 2 3
Februari
4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi
Awal
2.
Pengajuan
Judul
3.
Penyusunan
Proposal
4.
Perijinan
Penelitian
5.
Pelaksanaan
Penelitian
6.
Pengolahan
Data
7.
Laporan
Hasil
Penelitian
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 5 siswa dari 24 siswa di
kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Kelima
siswa tersebut terdeteksi sebagai Anak Bekesulitan Belajar ditinjau dari hasil
belajar setiap hari dan nilai rapot pada mata pelajaran matematika masih rendah.
Tiga siswa diantaranya berjenis kelamin laki-laki yaitu dan dua siswa lainnya
berjenis kelamin perempuan. Dari kelima siswa tersebut membunyai riwayat
pendidikan dan usia yang relatif sama. Siswa Kn, Siswa Rk, Siswa Fn, Siswa Ad
dan Siswa D memiliki riwayat tinggal kelas semua. Usia mereka rata-rata 9 tahun
dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
C. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan berbagai data sebagai
berikut:
1. Nilai rapot kelas II
2. Nilai tengah semester gasal kelas IIIA
3. Nilai tengah semester gasal kelas IIIB
4. Nilai ulangan harian matematika kelas IIIA
5. Nilai ulangan harian matematika kelas IIIB
Data-data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Siswa kelas III A dan kelas III B
2. Guru kelas III A dan guru kelas III B.
3. Dokumen atau arsip nilai
4. Buku rapot
D. Teknik Pengumpulan Data
Sarwiji Suwandi (2008: 65-68) berpendapat bahwa teknik pengumpulan
data meliputi:
1. Pengamatan
Pengamatan biasanya dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Pengamatan sering juga dilakukan
terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran. Pengamatan pada guru
difokuskan pada kegiatan mengelola kelas, memilih strategi,
melakukan penilaian, pemberian umpan balik, dsb. Sementara
pengamatan pada siswa difokuskan pada partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran. Peneliti dapat dengan leluasa melakukan
pengamatan terhadap aktifitas proses pembelajaran siswa dan guru di
kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
2. Wawancara atau diskusi
Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di
kelas maupun kajian dokumen. Wawancara dilakukan antara peneliti
dan guru untuk mendapat informasi yang lebih mendalam.
3. Kajian dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang
ada seperti: kurikulum, RPP, buku ajar, nilai, dsb.
4. Angket
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket diberikan
kepada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan
aktifitas pembelajaran.
5. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil
yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah kegiatan pemberian
tindakan.
Menurut Anas Sudijono (2008: 99-107) tes hasil belajar dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut:
a. Tes Uraian
Tes uraian dikenal juga sebagai tes subjektif, merupakan
salah satu jenis hasil belajar yang memiliki karakteristik
berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban
uraian atau kalimat yang cukup panjang atau menuntut
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan dan juga
membedakan.
b. Tes Objektif
Tes objektif sering dikenal sebagai tes jawaban pendek,
merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal yang dapat dijawab dengan cara memilih salah
satu kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing
items,
atau
commit to user
dengan
jalan
menuliskan/
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
mengisikan jawabannya berupa kata-kata pada tempat yang
telah disediakan.
Tes Objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan,
yaitu:
1) Tes Objektif Bentuk Benar-Salah
Tes Objektif Bentuk Benar-Salah adalah salah satu
tes objektif di mana butir-butir soal yang diajukan dalam tes
hasil belajar itu berupa pertanyaan dan pertanyaan tersebut
ada yang benar dan ada yang salah. Tugas testee adalah
membubuhkan tanda/ simbol tertentu. Simbol B untuk
jawaban yang benar sedangkan S untuk jawaban yang salah.
2) Tes Objektif Bentuk Menjodohkan
Tes objektif bentuk matching menyediakan dua
kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan yang
sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan
yang terdapat pada kelompok kedua.
3) Tes Objektif Bentuk Melengkapi
Tes bentuk ini biasanya berbentuk cerita atau
karangan. Kata-kata penting dalam cerita itu beberapa
diantaranya dikosongkan dan tugas testee adalah mengisi
bagian yang kosong.
4) Tes Objektif Bentuk Isian
Tes ini berupa kalimat yang mana ada bagian yang
dihilangkan dan bagian yang dihilangkan tersebut diberi
tanda titik-titik (....) kemudian testee menjawab/ melengkapi
kalimat pada tempat yaitu titik-titk.
5) Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda
Tes ini sering disebut juga multiple choice items.
Tes ini terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang belum
selesai dan untuk menyelesaikannya testee telah disediakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
beberapa jawaban dan kemudian testee memilih salah satu
jawaban yang dianggap paling tepat.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan Teknik Tes
karena tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar yang
mana dapat dikumpulkan melalui tes. Bentuk tes yang peneliti gunakan adalah
bentuk tes pilihan ganda, bentuk tes menjodohkan, bentuk tes isian dan bentuk tes
uraian. Jumlah soal tes yang peneliti gunakan adalah 30 soal. Tes tersebut
diterapkan untuk mata pelajaran matematika karena pada penelitian ini dalam
pembelajaran matematika. Tes matematika diberikan pada akhir kegiatan
pembelajaran, dilaksanakan tiga kali selama 3 siklus. Tes pertama diberikan pada
siklus I yang mana proses pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu guru
menjelaskan materi dengan teknik ceramah. Sedangkan tes kedua dilaksanakan
pada siklus II dimana pada siklus II sudah diterapkan strategi tutor sebaya.
Namun, tutor (dari kelas IIIB) tidak dibekali, langsung melaksanakan tugas
menggunakan media yang telah disiapkan. Tes terakhir diberikan saat siklus III
yang mana strategi tutor sebaya diterapkan dan dengan persiapan tutor yang
matang yaitu tutor telah dibekali dan diberi pedoman pelaksanaan pembelajaran.
Ketiga tes matematika yang telah diberikan akan menunjukkan peningkatan hasil
belajar matematika khususnya kelima anak yang terdeteksi kesulitan belajar.
E. Uji Validitas
Nana Sudjana (2005: 12) keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses
belajar siswa sebagaimana adanya, sangat tergantung pada kualitas alat
penilainnya di samping pada cara pelaksanaannya. Suatu alat penilaian dikatakan
mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki ketepatan atau
validitas.
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan hasil belajar matematika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
setelah tindakan. Untuk menilai kemampuan siswa dalam matematika, siswa
diberikan soal dengan bahasa atau kalimat yang singkat serta jelas sehingga siswa
dapat menjawab. Namun validitas tidak berlaku universal sebab tergantung pada
situasi dan tujuan tertentu.
Ada empat jenis validitas yang sering digunakan, diantaranya:
1) Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur
isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu
konsep atau variable yang hendak diukur.
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar menurut Anas Sudijono (2008: 164165) adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan,
penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil
belajar tersebut. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu
sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu sejauh mana tes hasil belajar
sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili
secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang
seharusnya diteskan (diujikan).
2) Validitas bangun pengertian
Validitas bangun pengertian berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian
untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang
diukurnya.
3) Validitas ramalan
Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes, melainkan kriterianya,
apakah alat penilaian tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri,
perilaku tertentu, atau kriteria yang diinginkan. Dengan kata lain, validitas ini
mengandung cirri adanya relevansi dan keajegan atau reliabilitas.
4) Validitas kesamaan
Validitas kesamaan suatu tes artinya membuat tes yang memiliki persamaan
dengan tes sejenis yang telah ada atau yang telah dibakukan. (Nana Sudjana,
2005: 13-16)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi, yang mana
teknik tes yang akan diberikan kepada siswa sudah sesuai dengan isi yang
seharusnya diberikan. Tes yang menggunakan validitas isi akan disusun
menggunakan kisi-kisi soal. (terlampir)
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara diskriptif kuantitatif,
yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai
siklus III. Teknik analisis ini akan menggambarkan/ mendeskripsikan suatu
diagram batang dimana akan terjadi kenaikan jika hipotesis tindakan benar serta
indikator keberhasilan tercapai. Penulis tidak menghitung rata-rata nilai, sehingga
tidak menggunakan statistik. Penulis ingin melihat peningkatan nilai masingmasing anak dari kelima subjek.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sesuai dengan KKM SD
Negeri Kepatihan. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) untuk mata
pelajaran Matematika adalah 63.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas terbagi ke dalam
beberapa siklus. Prosedur dan langkah dalam melaksanakan siklus dilakukan
melalui tahap-tahap yang disusun secara sistematis yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap evaluasi/ refleksi. Dapat
diperhatikan Skema Siklus Penelitian di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
permasalahan
Perencanaan
tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Permasalahan
Baru hasil
refleksi
Perencanaan
tindakan II
Siklus II
Apabila
permasalahan
Belum
terselesaikan
Refleksi II
Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan /
pengumpulan
data I
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan /
pengumpulan
data II
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008:74)
Bagan 3. Skema Siklus Penelitian
Adapun rancangan yang penulis susun untuk dijadikan pedoman
penelitian dapat diperhatikan tabel berikut:
Tabel 2. Rancangan Pelaksanaan Siklus
1. Persiapan
2. Deskripsi Awal
Masalah prestasi belajar
(hasil belajar matematika)
a. Mengajukan permohonan ijin
3. Penyusunan
b. Menelaah permasalahan
Rencana
c. Mengkaji SK SD
Tindakan
d. Mempersiapkan bahan ajar
e. Mempersiapkan RPP
f. Membuat intrument/ soal
g. Membuat kisi-kisi soal
4. Pelaksanaan
Proses Pembelajaran dengan metode
Siklus I
Tindakan
konvensiolal (pembelajaran yang biasa
diterapkan
5. Monitoring/
a. Memperhatikan aktivitas siswa saat PBM
Pengamatan
b. Mencatat hal-hal yang berpengaruh
terhadap tindakan yang diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
6.
Siklus II
Siklus
III
Evaluasi/ Refleksi a. Melakukan evaluasi secara kritis untuk
mengetahui kekurangan, kesalahan dan
kebenaran pembelajaran.
b. Menganalisis hasil tingkat ketercapaian
indikator
c. Mencari faktor penyebab serta alternatif
dari hal-hal yang telah ditemukan saat
pelaksanaan dan pengamatan
7. Perencanaan
Menerapkan alternatif pemecahan pada
siklus I
8. Pelaksanaan
Melaksanakan perencanaan dalam siklus II
Tindakan
(proses pembelajaran melalui strategi tutor
sebaya)
9. Monitoring/
Mengamati jalannya pembelajaran
Pengamatan
10. Evaluasi/ Refleksi Evaluasi tahap II
dasar
siklus
II,
dilakukan
11. Perencanaan dan Atas
penyempurnaan tindakan yaitu dengan
Penyempurnaan
membekali tutor.
Tindakan
12. Pelaksanaan
Tindakan
13. Monitoring/
Pengamatan
14. Evaluasi/ Refleksi
Pelaksaan program tindakan III
Pengumpulan data tindakan III
Evaluasi tindakan III (berdasarkan indikator
keberhasilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Awal
Sekolah Dasar Negeri Kepatihan Surakarta membagi kelas III menjadi
dua kelas yaitu kelas IIIA dan kelas IIIB. Penggolongan kelas tersebut didasarkan
atas prestasi belajar yang siswa dan siswi peroleh di kelas II. Kelas IIIA
mempunyai lebih banyak siswa yang berprestasi rendah. Jumlah siswa kelas IIIA
sama dengan jumlah kelas IIIB yaitu 24 siswa. Subjek penelitian yang peneliti
gunakan berjumlah 5 siswa diambil dari kelas IIIA terdiri atas 3 siswa laki-laki
dan 2 siswa perempuan. Adapun inti permasalahan mereka adalah siswa dan siswi
tersebut memiliki hasil belajar yang rendah sehingga tidak tercapainya Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga mereka dapat digolongkan sebagai Anak
Berkesulitan Belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai sementara
yaitu sebagai berikut:
No.
Urut
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 3. Daftar Nilai Hasil Belajar Sementara Tutee
KKM
Nilai Ul.
Nilai
Nama
Harian
UTS
(inisial)
63
Ad
60
30
63
Kn
65
50
63
D
60
22
63
Rk
70
34
63
Fn
40
36
Nilai
UAS
62
62
60
61
60
Rata-rata
(KA)
51
59
49
57
47
Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas IIIA adalah metode
ceramah. Metode ceramah dianggap paling mudah dilaksanakan guru kelas untuk
menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. Akan tetapi peneliti
menemukan kelemahan dari metode ceramah dalam kelas reguler yang mana
terdapat Anak Berkesulitan Belajar diantaranya adalah anak yang tergolong
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
berkesulitan belajar kurang mendapat perhatian kelas didominasi oleh anak-anak
yang berkemampuan tinggi. Selain itu peneliti menganggap adanya anak
berkesulitan belajar di kelas reguler karena kurang tepatnya pemilihan metode dan
strategi dalam proses pembelajaran sehingga peneliti memilih mencobakan
strategi tutor sebaya di kelas IIIA.
Strategi pembelajaran tutor sebaya melibatkan dua tipe siswa yang
berbeda. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 5 siswa di kelas IIIA
dengan kategori anak berkesulitan belajar disebut tutee dan siswa 5 siswa kelas
IIIB yang menjadi pembimbing disebut tutor. Siswa yang dipilih menjadi tutor
harus memenuhi prasaratan yang telah disebutkan pada bab 2, salah satunya
adalah telah menguasai bahan materi dan telah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal. Berikut daftar nilai yang telah diberikan guru kelas IIIB dan kemudian
dijadikan acuan peneliti untuk memilih kelima anak tersebut sebagai tutor:
Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Belajar Sementara Tutor
No.
Urut
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
(inisial)
KKM
63
63
63
63
63
Fr
Rd
Mr
Sa
Yo
Nilai Ul.
Harian
90
82
92
80
78
Nilai UTS
Nilai UAS
68
65
70
64
72
89
75
85
78
82
2. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama kurang lebih 4 minggu yaitu
dimulai pada tanggal 24 Desember 2010 sampai 21 Januari 2011. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan penelaahan permasalahan setelah
perijinan disetujui. Penelaahan permasalahan dilakukan di kelas IIIA dengan
cara melakukan observasi terhadap proses pembelajaran Matematika serta
wawancara yang peneliti lakukan kepada kepala sekolah dan guru kelas IIIA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
maupun guru kelas IIIB untuk menemukan dan mengetahui permasalahan
yang dihadapi di kelas IIIA. Setelah peneliti mengadakan penelaahan
permasalahan, peneliti mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
serta menyiapkan bahan ajar dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai
dengan materi pokok Matematika yang sedang berlangsung. Langkah terakhir
dalam perencanaan tindakan penelitian kelas ini adalah menyusun instrumen
atau soal dan kisi-kisi soal untuk validitas data.
b. Tindakan
Dalam tahapan ini, peneliti berperan sebagai peneliti pasif karena
dalam penelitian ini dilakukan oleh guru kelas IIIA saat proses pembelajaran
matematika
dengan
materi
pokok
pecahan
menggunakan
metode
pembelajaran ceramah. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilakukan satu
pertemuan dengan cara guru menjelaskan materi pecahan sederhana dan
penggunaannya dalam kegiatan sehari-hari. Siklus I berlangsung 2 jam
pelajaran yaitu 35 menit x 2.
c. Observasi
Tahapan ketiga dalam siklus I yaitu observasi. Dalam tahapan ini
peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas IIIA dengan
metode ceramah yang dilakukan oleh guru kelas IIIA. Peneliti menggunakan
alat bantu perekam dan kamera untuk melaksanakan observasi. Observasi ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas IIIA dengan menerapkan metode ceramah. Peneliti
memfokuskan pengamatan pada subjek peneliti yaitu kelima anak
berkesulitan belajar.
d. Evaluasi dan refleksi
Tahapan akhir dalam siklus yaitu evaluasi dan refleksi. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan suatu tindakan yang dilakukan pada
siklus I. Peneliti menyiapkan 30 soal untuk evaluasi siklus I. Evaluasi
dilakukan setelah guru kelas selesai menyampaikan materi pembelajaran.
Siswa mengerjakan soal secara mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Refleksi dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan dengan cara
menghilangkan hambatan-hambatan yang terjadi di kelas IIIA setelah
dilakukan tindakan pada siklus I. Hambatan yang peneliti dapatkan dengan
cara pengamatan dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1) Anak yang mengalami kesulitan belajar tidak maksimal dalam menerima
pelajaran
2) Hanya sebagian siswa yang memperoleh perhatian dalam proses
pembelajaran
3) Ruangan kelas yang kurang tepat untuk diadakan diskusi kelompok
karena tipe meja bergandenga dengan kursi
3. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2011. Pada
siklus ini, peneliti sudah menerapkan Strategi tutor sebaya sebagai alternatif
pemecahan dari siklus I. Selain itu, peneliti juga harus merencanakan jalanya
siklus II agar hambatan yang terdapat pada siklus I terpecahkan. Adapun tahapantahapan yang dilakukan di siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan perencanaan untuk menghilangkan
hambatan yang terjadi di siklus I yaitu kelas yang tidak sesuai untuk diskusi
kelompok, dengan cara mengajak siswa kelas IIIA belajar di luar kelas. Guru
menggunakan ruangan multi-media untuk melakukan proses pembelajaran
dengan strategi pembelajaran tutor sebaya. Guru membagi sisa kelas IIIA
menjadi 5 kelompok yang mana setiap kelompok terdapat 1 siswa
berkesulitan belajar dan 1 siswa yang bertugas sebagai tutor. Sedangkan
peneliti
melakukan
pertemuan
dengan
para
tutor
sebelum
proses
pembelajaran berlangsung untuk menjelaskan sedikit banyak proses
pembelajaran yang akan berlangsung.
b. Tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Siswa dibantu guru kelas untuk berkelompok dan kemudian guru
kelas menjelaskan proses pembelajaran yang akan berlangsung menggunakan
strategi tutor sebaya. Proses pembelajaran berlangsung sekitar 70 menit di
bagi menjadi dua tahap. Tahap pertama sekitar 50 menit siswa melakukan
proses pembelajaran dengan menerapkan strategi tutor sebaya dan tahap
kedua sekitar 20 menit siswa mengerjakan evaluasi. Dalam tahapan pertama,
tutor bertugas menjelaskan materi pecahan kepada tutee dengan bantuan
media visual yaitu berupa ringkasan materi dalam selembar kertas karton
berukuran 61 cm x 43 cm yang telah disiapkan oleh peneliti. Sedangkan guru
dan peneliti bertanggung jawab atas jalannya proses pembelajaran.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui
kelancaran jalannya proses pembelajaran kelas IIIA menggunakan strategi
tutor sebaya yang mana menggabungkan beberapa siswa dari kelas IIIB untuk
dijadikan sebagai tutor. Peneliti menggunakan alat bantu perekam dan kamera
untuk melaksanakan observasi. Peneliti mengamati keantusiasan tutee dalam
mendengarkan penjelasan tutor maupun tutor dalam menyampaikan materi
kepada tutee.
d. Evaluasi dan refleksi
Evaluasi dilakukan setelah dilakukan diskusi berkelompok dengan
bantuan para tutor. Evaluasi dilaksanakan sekitar 20 menit dengan mandiri.
Jumlah soal evaluasi 30 nomer dibagi menjadi empat tipe soal yaitu pilihan
ganda, menjodohkan, melengkapi dan uraian. Soal evaluasi yang digunakan
untuk siklus II ini sama bentuk dengan evaluasi yang di berikan pada siklus I,
akan tetapi peneliti hanya mengganti angka dan gambar agar siswa tidak
hanya menjawab soal dengan cara menghafal sehingga hasilnya akan sangat
efektif.
Tahapan akhir ini selalu dilanjutkan dengan refleksi oleh peneliti
maupun guru kelas dan merupakan hasil dari pengamatan yang telah
dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan
peneliti untuk memperbaiki tindakan dengan cara menghilangkan hambatan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
hambatan yang terjadi saat proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran
tutor sebaya yang berlangsung di ruang multi-media. Hambatan yang peneliti
peroleh dengan cara pengamatan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
1) Tutor masih ragu dan bingung dalam menyampaikan materi
2) Penyesuaian jadwal dan kelas kosong karena melibatkan dua kelas
4. Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2011. Pada siklus ini,
peneliti sudah menerapkan Strategi pembelajaran tutor sebaya sebagai alternatif
pemecahan dari siklus II yaitu dengan memberi bimbingan khusus terlebih dahulu
kepada para tutor sebelum melaksanakan tugas membimbing teman-teman kelas
IIIA. Selain itu, peneliti juga harus merencanakan jalanya siklus III agar hambatan
yang terdapat pada siklus II terpecahkan yaitu dengan menyesuaikan jadwal
dengan mengambil jam tambahan pada pukul 12.00 WIB sehingga tidak
mengganggu jalannya pembelajaran pada jam lain. Adapun tahapan-tahapan yang
dilakukan di siklus III tidak jauh berbeda dengan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahap yang paling terpenting dalam setiap siklus adalah tahap
perencanaan. Apabila tindakan direncanakan dengan baik, maka hasil yang
diperoleh akan jauh lebih baik. Pada tahapan ini dilakukan perencanaan untuk
menghilangkan hambatan yang terjadi di siklus II dengan cara selalu
mengkomunikasikan setiap rencana dengan guru kelas IIIA dan guru kelas
IIIB. Selain itu, peneliti juga harus memperhatikan ruang yang kosong dan
sesuai dengan pengelolaan kelas yang akan diterapkan pada silkus III.
Rencana awal adalah memberi bimbingan kepada para tutor agar
dapat menyampaikan materi dengan baik kepada para teman-temannya. Para
tutor dikumpulkan dan diberi pengarahan secara lengkap oleh peneliti tentang
materi yang akan di berikan dan cara menjelaskan kepada teman-teman
mereka. Para tutor juga diinformasikan bahwa prioritas mereka adalah siswasiswa yang termasuk sebagai tutee.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Selanjutnya peneliti merencanakan ruangan yang akan digunakan
untuk tindakan atau proses pembelajaran menggunakan strategi tutor sebaya.
Ruangan yang akan digunakan untuk melaksanakan siklus III yaitu ruang
perpustakaan yang berada di lantai dua SD Negeri Kepatihan Surakarta.
Ruang perpustakaan di SD Negeri Kepatihan Surakarta tidak dilengkapi
dengan meja dan kursi sehingga siswa dapat belajar secara berkelompok di
lantai yang bersih dan berporselin.
b. Tindakan
Para tutor dikumpulkan untuk pengarahan oleh peneliti selama 30
menit di ruang multi-media. Peneliti memberi contoh dalam menjelaskan
suatu materi kepada teman dan kemudian para tutor mencoba secara
bergantian. Peneliti juga memberi motivasi kepada para tutor agar mereka
mempunyai percaya diri dan rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diembannya. Setelah bimbingan selesai dilakukan dan sekiranya cukup
membantu memantapkan konsep, peneliti membagikan materi yang akan
mereka gunakan untuk menjelaskan kepada teman-teman mereka agar di
bawa dan siap untuk memulai proses pembelajaran yang akan berlangsung di
ruang perpustakaan.
Siswa kelas IIIA bersama guru kelasnya menuju ruang perpustakaan
dan membentuk kelompok seperti yang telah dijalankan pada siklus II. Para
tutor masuk dalam kelompok masing-masing dan memulai menjelaskan
kepada teman-temannya. Tahapan ini berlangsung sekitar 50 menit.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui
kelancaran jalannya proses pembelajaran kelas IIIA menggunakan strategi
tutor sebaya yang mana menggabungkan beberapa siswa dari kelas IIIB untuk
dijadikan sebagai tutor. Peneliti menggunakan alat bantu perekam dan kamera
untuk melaksanakan observasi. Peneliti mengamati keantusiasan tutee dalam
mendengarkan penjelasan tutor maupun tutor dalam menyampaikan materi
kepada tutee.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
d. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sekitar 20 menit dengan mandiri dengan
jumlah dan bentuk soal sama dengan siklus sebelumnya. Evaluasi ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar anak berkesulitan belajar dan
telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Evaluasi pada siklus III ini tidak
diadakan refleksi karena siklus III ini merupakan siklus terakhir dalam
penelitian yang dilakukan peneliti.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui penggunaan Strategi
Pembelajaran Tutor Sebaya dalam upaya meningkatkan Hasil Belajar Anak
Berkesulitan Belajar pada Pembelajaran Matematika kelas IIIA SD Negeri
Kepatihan Surakarta. Hasil penelitian setiap siklus dibandingkan dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Penilaian setiap siklus hasil belajar
matematika pada materi pecahan sederhana siswa kelas IIIA SD Negeri Kepatihan
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Siklus I
Tabel 5. Hasil Belajar Siklus I
KKM
No.
Nama
Urut
(inisial)
63
1. Ad
63
2. Kn
63
3. D
63
4. Rk
63
5. Fn
Nilai Siklus I
55
58
55
60
50
65
60
55
KKM 63
60
58
55
55
50
50
45
Ad
Kn
D
Rk
Fn
Grafik 1. Siklus I
commit to user
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
2. Siklus II
No.
Urut
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 6. Hasil Belajar Siklus II
KKM
Nama
(inisial)
63
Ad
63
Kn
63
D
63
Rk
63
Fn
66
Nilai Siklus II
60
60
60
65
60
65
64
KKM 63
62
60
60
60
60
60
58
SIKLUS II
56
Ad
Kn
D
Fn
Rk
Grafik 2. Siklus II
3. Siklus III
Tabel 7. Hasil Belajar Siklus III
KKM
No.
Nama
Urut
(inisial)
63
1. Ad
63
2. Kn
63
3. D
63
4. Rk
63
5. Fn
Nilai Siklus III
65
70
65
75
73
80
75
75
70
73
70
65
65
65
KKM 63
60
Ad
Kn
D
Rk
Fn
SIKLUS III
Grafik 3. Siklus III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
C. Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai peningkatan
hasil belajar anak berkesulitan belajar pada pembelajaran matematika kelas IIIA
SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis akan membahas hasil penelitian
pada setiap anak yang akan disajikan dalam bentuk Grafik batang karena penulis
ingin mengetahui peningkatan hasil belajar pada masing-masing anak. Sebelum
membahas peningkatan masing-masing anak, penulis akan menyajikan tabel serta
Grafik peningkatan kelima anak sebagai berikut:
Tabel 8. Peningkatan hasil belajar anak berkesulitan belajar
NO
NAMA
KKM
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
1. Ad
63
51
55
60
65
2. Kn
63
59
58
60
70
3. D
63
49
55
60
65
4. Rk
63
57
60
65
75
5. Fn
63
47
50
60
73
80
70
60
KKM 63
59
57
51
50
49
47
KA
40
Siklus I
30
Siklus II
Siklus III
20
10
0
Ad
Kn
D
Rk
Fn
Grafik 4. Peningkatan hasil belajar anak berkesulitan belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Pembahasan Grafik1:
Grafik1 menyajikan hasil belajar matematika setiap siklus yang
dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Mininal (KKM) yang berlaku di kelas
IIIA yaitu 63. Indikator keberhasilan penelitianyaitu KKM dengan skor 63 berupa
garis merah putus-putus. Keadaan Awal (KA) yang diperoleh dari rerata antara
hasil ulangan harian, ulangan tengah semester gasal dan ulangan akhir sekolah
semester I ditunjukkan pada garis berwarna biru. Pada garis merah disebutkan
hasil belajar siklus I yang mana dalam pembelajaran siklus pertama metode yang
digunakan guru kelas adalah metode ceramah. Garis hijau merupakan hasil belajar
dari evaluasi siklus II dengan menerapkan strategi pembelajaran tutor sebaya.
Garis biru yang merupakan garis terakhir yaitu menyajikan hasil belajar
matematika anak berkesulitan belajar pada siklus III.
Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian hingga siklus ketiga
karena hasil belajar matematika siklus kedua belum terjadi peningkatan hasil.
Untuk itu peneliti mengadakan refleksi dan menemukan pengaruh yang kuat
mengenai kesiapan para tutor dalam hal penyampaikan. Sehingga peneliti
merencanakan dan melaksanakan bimbingan khusus terhadap para tutor agar
terjadi penguatan konsep dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika para
tutee. Setelah membahas secara umum mengenai peningkatan hasil belajar
matematika yang diperoleh oleh kelima anak berkesulitan belajar, peneliti akan
membahas hasil penelitian masing-masing anak.
1. Siswa Ad
Tabel 7. Peningkatan hasil belajar Siswa Ad
KKM
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
63
51
55
60
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
1. Siswa Ad
70
60
55
51
50
65
60
KKM 63
40
30
1. Ad
20
10
0
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik 5. Peningkatan hasil belajar Siswa Ad
Pembahasan Grafik 5:
Grafik5
menyajikan
hasil
belajar
matematika
siswa
Ad
yang
dibandingkan dengan KKM. Titik yang pertama adalah keadaan awal siswa Ad
yang merupakan hasil rerata dari ulangan harian matematika, ujian tengah
semester gasal dan ulangan akhir sekolah semester I menunjukkan belum ada
ketercapaian oleh KKM yaitu 51. Siswa Ad dikenal sebagai siswa yang pendiam
dan enggan bertanya dengan guru maupun teman jika dia kurang paham dengan
materi yang diajarkan. Pada titik yang kedua menunjukkan hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa Ad dalam siklus I yaitu menunjukkan nilai 55.
Jika dibandingkan dengan KKM maka siswa Ad belum mencapai KKM pada
siklus. Siklus II guru kelas sudah menerapkan strategi pembelajaran tutor sebaya.
Siswa Ad mendapatkan skor 60 pada evaluasi siklus II akan tetapi masih belum
juga mencapai KKM, maka diadakan siklus ketiga. Siswa Ad mendapatkan hasil
belajar 65. Sehingga dapat disimpulkan Siswa Ad telah mencapai KKM pada
siklus ketiga.
2. Siswa Kn
Tabel 10. Peningkatan hasil belajar siswa Kn
KKM
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
63
59
58
60
70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
2. Siswa Kn
80
70
70
60
59
KKM 63
60
58
50
40
2. Kn
30
20
10
0
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik 6. Peningkatan hasil belajar siswa Kn
Pembahasan Grafik 6:
Grafik 6 menyajikan hasil belajar matematika siswa Kn yang
dibandingkan dengan KKM. Garis merah putus-putus adalah batang KKM yaitu
63 sedangkan garis putus-putus berwarna hitam adalah garis pembatas Keadaan
Awal siswa Kn yang merupakan hasil rerata dari ulangan harian matematika, ujian
tengah semester gasal dan ulangan akhir sekolah semester I menunjukkan belum
ada ketercapaian oleh KKM yaitu 59 ditunjukkan dengan titik yang pertama.
Siswa Kn sering sekali tidak masuk sekolah sehingga banyak sekali materi yang
tertinggal. Siswa Kn juga sering tidak menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Titik yang kedua menunjukkan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa Kn
dalam siklus I yaitu menunjukkan nilai 58. Jika dibandingkan dengan KKM maka
siswa Kn belum mencapai KKM pada siklus bahkan terjadi penurunan dari
keadaan awal. Siklus II guru kelas sudah menerapkan strategi pembelajaran tutor
sebaya. Siswa Kn mendapatkan skor 60 pada evaluasi siklus II akan tetapi masih
belum juga mencapai KKM, maka diadakan siklus ketiga dan siswa Kn
mendapatkan hasil belajar 70. Sehingga dapat disimpulkan siswa Kn telah
mencapai KKM pada siklus ketiga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
3. Siswa D
Tabel 11. Peningkatan hasil belajar siswa D
KKM
KA
3.SIKLUS
D I
49
70
55
SIKLUS II
SIKLUS III
60
65
65
60
60
KKM 63
55
50
49
40
30
3. D
20
10
0
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik 7. Peningkatan hasil belajar siswa D
Pembahasan Grafik 7:
Grafik 7 menyajikan hasil belajar matematika siswa D yang
dibandingkan dengan KKM. Titik yang pertama adalah keadaan awal siswa D
merupakan hasil rerata dari ulangan harian matematika, ujian tengah semester
gasal dan ulangan akhir sekolah semester I menunjukkan belum ada ketercapaian
oleh KKM yaitu 49. Siswa D termasuk anak yang cuek dan belum mempunyai
rasa tanggung jawab. Pada titik yang kedua menunjukkan hasil belajar matematika
yang diperoleh siswa D dalam siklus I yaitu menunjukkan nilai 55. Jika
dibandingkan dengan KKM maka siswa D belum mencapai KKM pada siklus.
Siklus II guru kelas sudah menerapkan strategi pembelajaran tutor sebaya. Siswa
D mendapatkan skor 60 pada evaluasi siklus II akan tetapi masih belum juga
mencapai KKM, maka diadakan siklus ketiga dan siswa D mendapatkan hasil
belajar 65 dinyatakan dalam garis keempat. Sehingga dapat disimpulkan siswa D
telah mencapai KKM pada siklus ketiga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
4. Siswa Rk
Tabel 12. Peningkatan hasil belajar siswa Rk
KKM
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
63
57
60
65
75
4. Rk
80
75
70
60
60
57
65
KKM 63
50
40
4. Rk
30
20
10
0
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik 8. Peningkatan hasil belajar siswa Rk
Pembahasan Grafik 8:
Grafik 8 menyajikan hasil belajar matematika siswa Rk yang
dibandingkan dengan KKM. Keadaan awal siswa Rk merupakan hasil rerata dari
ulangan harian matematika, ujian tengah semester gasal dan ulangan akhir sekolah
semester I menunjukkan belum ada ketercapaian oleh KKM yaitu 57 disajikan
pada titik pertama. Siswa Rk termasuk anak yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dan kreatif. Akan tetapi siswa Rk kurang diperhatikan oleh orang tuanya.
Pada titik yang kedua menunjukkan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa
siswa Rk dalam siklus I yaitu menunjukkan nilai 60. Jika dibandingkan dengan
KKM maka siswa Rk belum mencapai KKM pada siklus. Siklus II guru kelas
sudah menerapkan strategi pembelajaran tutor sebaya, siswa Rk mendapatkan
skor 65 pada evaluasi siklus II artinya siswa Rk sudah mencapai KKM. Dalam
Siklus ketiga siswa Rk mendapatkan hasil belajar 70 disajikan pada titik keempat.
Sehingga dapat disimpulkan siswa Rk telah mencapai KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
5. Siswa Fn
Tabel 13. Peningkatan hasil belajar siswa Fn
KKM
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
63
47
50
60
73
5. Fn
80
73
70
60
KKM 63
60
50
50
47
40
5. Fn
30
20
10
0
KA
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik 9. Peningkatan hasil belajar siswa Fn
Pembahasan Grafik 9:
Garis putus-putus berwarna merah menunjukkan indikator keberhasilan
dari penelitian ini yaitu KKM dengan skor 63. Titik yang pertama adalah keadaan
awal siswa Fn yang merupakan hasil rerata dari ulangan harian matematika, ujian
tengah semester gasal dan ulangan akhir sekolah semester I menunjukkan belum
ada ketercapaian oleh KKM yaitu 47. Siswa Fn dikenal sebagai siswa yang
pendiam dan enggan bertanya dengan guru maupun teman jika dia kurang paham
dengan materi yang diajarkan. Pada titik kedua menunjukkan hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa Fn dalam siklus I yaitu menunjukkan nilai 50.
Jika dibandingkan dengan KKM maka siswa Fn belum mencapai KKM pada
siklus. Siklus II guru kelas sudah menerapkan strategi pembelajaran tutor sebaya.
Siswa Fn mendapatkan skor 60 pada evaluasi siklus II akan tetapi masih belum
juga mencapai KKM, maka diadakan siklus ketiga. Siswa Fn mendapatkan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
belajar 73. Sehingga dapat disimpulkan siswa Fn telah mencapai KKM pada
siklus ketiga.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, bahwa hasil
belajar yang diperoleh siswa berkesulitan belajar terjadi peningkatan pada setiap
siklus setelah diterapkan strategi pembelajaran tutor sebaya dan akhirnya mereka
semua mencapai KKM. Maka teori yang dikemukakan oleh Made Wena (2009: 3)
terbukti bahwa pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dalam
kegiatan pembelajaran sangat perlu karena karena untuk mempermudah proses
pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Selain itu,
penggunaan strategi pembelajaran tutor sebaya harus memperhatikann prasyarat
pemilihan dan penggunaan tutor.
Salah satu syarat yang dikemukakan oleh Soekarwati (1995: 22) bahwa
seorang tutor memang harus mengetahui cara mengajarkan bahan sependapat
dengan Suharsimi Arikunto (1992: 62-63), seorang tutor harus mempunyai daya
kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangkan
pelajaran kepada kawannya. Hal tersebut dapat dianalisis dari hasil refleksi siklus
II yang merupakan hambatan baru yang muncul akibat tutor belum dapat
membimbing kawannya sehingga peneliti merencanakan siklus III dengan
memberikan bimbingan terlebih dahulu kepada tutor sebelum
mereka
mambimbing teman-teman mereka dan hasilnya para tutor lebih mempunyai rasa
percaya diri dalam melaksanakan tanggung jawabnya yaitu membimbing temantemannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini
adalah bahwa Penggunaan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya dalam
Pembelajaran Matematika pokok bahasan Pecahan Sederhana dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika pada Anak Berkesulitan Belajar kelas IIIA SD Negeri
Kepatihan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Implikasi
Merujuk dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar setelah strategi pembelajaran tutor sebaya diterapkan
dalam pembelajaran matematika, maka Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya
dapat diadopsi atau diterapkan pada situasi siswa yang sama.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan
saran-saran bagi siswa sebagai berikut:
a. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan pemahaman terhadap
materi dalam pembelajaran Matematika, sebaiknya siswa mengikuti
proses pembelajaran dengan baik sesuai dengan strategi pembelajaran
tutor sebaya yang telah direncanakan.
b. Dalam proses pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran tutor
sebaya, siswa disarankan untuk meningkatkan komunikasi dan kerja
sama positif antar teman.
commit to user
81
Download