I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gingivitis dan periodontitis adalah dua penyakit infeksi periodontal yang paling umum terjadi. Gingivitis terjadi pada hampir semua individu (Aurer dan Plancak, 2004). Periodontitis biasanya berawal dari gingivitis, tetapi tidak setiap kasus gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis (Samaranayake et al., 2012). Periodontitis kronis ditandai dengan inflamasi pada jaringan pendukung gigi, hilangnya perlekatan dengan jaringan pendukung dan kerusakan tulang. Periodontitis biasanya sejalan dengan keberadaan mikroba dalam plak. Proses penyakit periodontitis berhubungan dengan koloni mikroorganisme dalam sulkus gingiva, termasuk koloni Actinobacillus actinomycetemcomitans (Alsa'ady et al., 2007). Perawatan periodontal konvensional yang berfokus pada debridemen mekanik biasanya dapat mencegah kerusakan jaringan periodontal. Penyakit periodontitis, pada beberapa kasus, tetap berlanjut meskipun telah dilakukan debridemen periodontal. Infeksi periodontal seperti ini biasanya berhubungan dengan peningkatan jumlah bakteri subgingiva. Banyak penelitian yang telah menunjukkan debridemen mekanik tidak dapat menghilangkan Actinobacillus actinomycetemcomitans secara efektif. Hal ini disebabkan kemampuannya menginvasi sel epitel gingiva dan jaringan ikat subepitel. Patogen jaringan periodontal tertentu memiliki kemampuan untuk membentuk kembali koloni pada 1 permukaan gigi dengan lidah, tonsil dan mukosa bukal sebagai reservoarnya. Perawatan antimikrobial dapat menghambat atau menghilangkan patogen jaringan periodontal yang tersisa, sehingga perawatan antimikrobial dapat sebagai tambahan bagi perawatan mekanik konvensional (Aurer dan Plancak, 2004). Metronidazol adalah obat antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan penyakit periodontal. Obat ini bekerja sangat efektif pada bakteri patogen anaerob yang menyebabkan infeksi orofasial dan periodontitis kronis (Yagiela et al., 2011). Metronidazol memiliki efek trikomoniasid dan berefek amubisid. Metronidazol merupakan pilihan pertama untuk infeksi bakteri anaerob pada periodontitis karena memiliki spektrum bakteria yang luas. Namun masih adanya bakteri yang resisten terhadap metronidazol seperti basil gram positif nonspora, bakteri aerob dan fakultatif anaerob. Oleh karena itu perlu diperoleh alternatif lainnya, salah satunya adalah dengan menggabungkan metronidazol dengan antibiotika lainnya (Wardhana et al., 2008). Siprofloksasin adalah salah satu antibiotika golongan fluorokuinolon yang memperlihatkan efek aktivitas melawan bakteri gram negatif maupun fakultatif gram positif dengan cakupan luas termasuk bakteri patogen jaringan periodontal. Dilaporkan bahwa siprofloksasin efektif dalam perawatan periodontitis (Umadevi et al., 2012). Siprofloksasin memiliki spektrum lebih luas terhadap bakteri gram negatif daripada kuinolon generasi pertama, namun aktivitasnya terhadap gram positif lebih lemah, terutama terhadap Streptococcus pneumonia (HTA Indonesia, 2005). 2 Penggunaan antibiotika kombinasi sebagai penunjang debridemen mekanik dinilai perlu dilakukan pada kasus periodontitis. Hal ini disebabkan keterlibatan berbagai macam bakteri yang menyebabkan periodontitis sehingga dibutuhkan antimikroba yang berspektrum luas untuk melawannya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas timbul suatu permasalahan yaitu apakah kombinasi metronidazol-siprofloksasin lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans dibanding metronidazol dan siprofloksasin sebagai single agent? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibiotik kombinasi metronidazol-siprofloksasin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi ilmiah di bidang Kedokteran Gigi tentang efektivitas kombinasi metronidazol-siprofloksasin terhadap Actinobacillus actinomycetemcomitans. 2. Memberi referensi bagi dokter tentang antibiotika yang tepat untuk Actinobacillus actinomycetemcomitans. 3 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang efektivitas perawatan antibiotika kombinasi metronidazol-amoksisilin sudah pernah dilakukan oleh Winkelhoff et al., (1992). Perbedaan antara penelitian tersebut dengan yang sekarang adalah penelitian yang sekarang akan menggunakan kombinasi antibiotik metronidazol-siprofloksasin. 4