PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NOMOR : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 TANGGAL : 02 Agustus 2014 TENTANG KEBIJAKAN INSTALASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA JL. Ki Hajar Dewantoro No. 80 Jebres Surakarta PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920 E-mail : [email protected] Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 TENTANG KEBIJAKAN INSTALASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta diperlukan regulasi dalam bentuk kebijakan direktur pada tataran strategis dan/atau berskala makro yang bersifat mengikat; b. bahwa tugas pokok dan fungsi rumah sakit yang dilaksanakan oleh Instalasi perlu diatur dalam bentuk Kebijakan Instalasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tentang Kebijakan Instalasi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran; 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah; 3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa; 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah; 13. Peraturan………………(2) -2- 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis; 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah; 17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws); 18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis Rumah Sakit ( Medical Staff By Laws ); 19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 20. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta; 21. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 53 Tahun 2013 tentang Tarif Pelayanan Pada Badan Layanan Umum aerah Rumah Sakit Umum Daerah Dan 22. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws); 23. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/235/2011 tanggal 17 Maret 2011 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan Struktural Eselon II di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah; 24. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakara Nomor 188/2879/07/2014 tanggal 25 Juli 2015 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Instalasi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta; MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT : Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini. : Kebijakan Instalasi sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama merupakan regulasi di tingkat Instalasi pada tataran strategis dan/atau kerangka makro yang bersifat mengikat. : Ruang lingkup Kebijakan Instalasi meliputi seluruh Instalasi sebagaimana sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan. : Kebijakan Instalasi sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini. KELIMA ………………(3) -3- KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 ----------------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 01 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan di Rawat Jalan dilaksanakan : a. Senin – Kamis : 07.30 – 14.00 WIB b. Jumat : 07.30 – 11.00 WIB c. Sabtu : 07.30 – 13.00 WIB 2. Setiap pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan harus dibuatkan berkas Catatan Medis Rawat Jalan dan hasil semua asesmen didokumentasikan. 3. Setiap keluarga wajib membawa pasien saat melakukan pemeriksaan atau mengobatkan di Instalasi Rawat Jalan. 4. Pelayanan di Rawat Jalan dilakukan oleh dokter/ dokter spesialis sesuai jadwal pelayanan. 5. Setiap pemeriksaan penunjang di Instalasi Rawat Jalan harus berdasarkan atas permintaan dokter. 6. Tindakan medis di Rawat Jalan dilakukan oleh dokter/dokter spesialis kompetensinya. 7. Pelayanan Institusi Penerima Wajib Lapor dilaksanakan pada jam kerja Rawat Jalan. 8. Pelayanan rehabilitasi rawat jalan pasien NAPZA dilakukan di Instalasi Rawat Jalan. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO sesuai Lampiran 02 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Memberikan pelayanan kesehatan pasien Gawat darurat selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan. 2. Setiap pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) selalu mendaftar ke bagian registrasi untuk Gawat Darurat dan mendaftar ke bagian admission untuk rawat inap. 3. Penanganan pasien tidak akut dan tidak gawat yang datang ke IGD di luar jam kerja : tetap diberikan pelayanan sesuai dengan kondisinya. 4. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien 5. Triage di IGD dilakukan oleh dokter jaga IGD yang saat itu bertugas dan atau perawat penanggung jawab shift. 6. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostic atau therapy atau spesimen yang tidak tersedia di Rumah sakit Jiwa Daerah Surakarta, dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya. 7. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan dokter/ persetujuan pasien atau keluarga atau penanggung jawab. 8. Dokter umum yang bertugas di IGD harus memiliki minimal salah satu sertifikat: PPGD/ACLS//BLS/GELS dan pelatihan kegawatdaruratan psikiatri. 9. Pada setiap shift jaga,salah satu perawat yang bertugas harus telah memiliki salah satu sertifikat PPGD/ ACLS//BLS/GELS dan pelatihann kegawatdaruratan psikiatri yang masih berlaku sebagai penanggung jawab shift. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 03 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / / 06 / 2015 Tanggal : 09 Juni 2015 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan rawat inap dilaksanakan selama 24 jam. 2. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien, instalasi rawat inap memberikan pelayanan terintegrasi antar berbagai profesi kesehatan dan menjalin kerja sama dengan instalasi pelayanan yang lain. 3. Instalasi rawat inap memberikan pelayanan berkelanjutan sejak pasien masuk hingga pasien meninggalkan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta baik atas persetujuan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan, melarikan diri, dirujuk ke rumah sakit lain, pulang atas permintaan sendiri, atau meninggal. 4. Pelayanan di instalasi rawat inap meliputi pelayanan rawat inap anak remaja, pelayanan rawat inap dewasa, pelayanan rawat inap gangguan mental organic, pelayanan rawat inap intensif, pelayanan rawat inap psikotik, dan pelayanan rawat inap neurotic. 5. Kegiatan pelayanan rawat inap pasien gangguan jiwa dengan komorbiditas penyakit fisik dilakukan di ruang perawatan khusus. 6. Ruang kelas VIP dan I wajib memberikan pelayanan paripurna. 7. Instalasi membuat peraturan tentang tata tertib pasien, keluarga pasien, penunggu, dan pengunjung. 8. Semua pasien rawat inap harus mendapatkan asessmen medis dan keperawatan, dan bila perlu mendapatkan asessmen lain yang berkaitan dengan kebutuhan pasien. 9. Semua pasien rawat inap dan/atau keluarganya harus mendapatkan informasi mengenai persetujuan umum, tata tertib instalasi rawat inap, hak dan kewajiban pasien, dan tindakan kedokteran. 10. Pasien diputuskan rawat inap oleh dokter, jika setelah evaluasi didapatkan adanya indikasi medis dan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Seandainya kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh SDM dan fasilitas yang ada di RSJD Surakarta, ia dirujuk/dipindahkan ke rumah sakit lain. 11. Setiap pasien rawat inap harus memiliki DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) yang bertugas memberikan asuhan medis kepada pasien, sejak hari pertama dirawat hingga keluar dari rumah sakit. 12. Semua pelayanan dan tindakan terhadap pasien didokumentasikan dalam rekam medis. 13. Semua hasil pemeriksaan pasien didokumentasikan dalam rekam medis. 14. Pasien pulang harus sudah mendapatkan persetujuan dari DPJP, namu pasien tetap berhak pulng atas permintaan sendiri. 15. Untuk menjaga kontinuitas pelayanan rawat inap, harus ada staf yang bertanggung jawab terhadap koordinasi dan kesinambungan pelayanan. Staf tersebut adalah kepala ruang yang bertindak sebagai case manager. 16. Resume / Ringkasan Pulang harus dilengkapi DPJP dalam waktu maksimal 1 x 24 jam. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 09 Juni 2015 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH R. BASOEKI SOETARDJO Lampiran 04 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI NAPZA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Ruang Samba merawat pasien penyalahgunaan NAPZA baik Dual Diagnosa maupun murni kasus NAPZA untuk rawat inap. 2. Instalasi NAPZA menerima pasien Umum, BPJS, PKMS, Jamkesda dan Rehabilitasi Medis dan Sosial Putusan Pengadilan. 3. Pelayanan rawat inap NAPZA dilaksanakan dalam 24 jam,terintegrasi dan berkelanjutan. 4. Ruang perawatan terdiri dari kelas I dan kelas III. 5. Pasien rehabilitasi medis putusan pengadilan apabila menghendaki kelas I maka biaya sendiri, bila kelas III bebas biaya. 6. Pelayanan pasien diampu oleh semua DPJP psikiater, dibantu oleh dokter umum. 7. Kepala Instalasi NAPZA bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturanperaturan pasien NAPZA. 8. Pelayanan bangsal Samba meliputi perawatan Detoxifikasi dan Rehabilitasi medis ketergantungan NAPZA. 9. Dalam pelayanan pasien unit NAPZA bekerja sama dengan unit lain seperti psikologi, fisioterapi, okupasi terapi, dan unit penunjang lainnya. 10. Pasien dual diagnosis apabila ada komorbiditas penyakit fisik dapat dikonsulkan bagian lain dan bila perlu dipindahkan ke bangsal perawatan fisik atau dirujuk. 11. Pasien murni NAPZA apabila terdapat komorbiditas penyakit fisik dapat dikonsulkan bagian lain dan bila perlu observasi UGD, tetapi pasien masih mendapat perawatan di bangsal Samba. Bila perlu dirujuk. 12. Pasien murni NAPZA dan dual diagnosa dilakukan assesment NAPZA. 13. Pasien putusan pengadilan dapat menjalani rawat jalan sesuai prosedur. 14. Setiap pengunjung pasien NAPZA harus diperiksa badan dan barang bawaan oleh petugas. 15. Pasien rehabilitasi NAPZA putusan pengadilan tidak boleh ditunggu, kecuali keadaan tertentu atas persetujuan DPJP. 16. Pasien detoksifikasi harus ditunggu keluarga. 17. Pasien kelas III (bukan detoksifikasi) tidak boleh ditunggu keluarga. 18. Pasien NAPZA kelas I umum boleh ditunggu kelurga. 19. Untuk meningkatkan kwalitas pelayanan maka karyawan harus mengikuti pendidikan dan pelatihan. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 05 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI PSIKOGERIATRI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan rawat inap Instalasi Psikogeriatri dilaksanakan dalam 24 jam, terintegrasi dan berkelanjutan,sedangkan pelayanan rehabilitasi Psikogeriatri dilaksanakan sesuai jam kerja. 2. Pelayanan Instalasi Psikogeriatri meliputi pelayanan rawat inap dan rehabilitasi psikogeriatri untuk usia ≥ 55 tahun. 3. Instalasi rawat inap psikogeriatri membuat peraturan tata tertib tentang pasien , keluarga pasien, penunggu dan pengunjung sama dengan peraturan tata tertib dari instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan beberapa aturan khusus. 4. Semua pasien dan / atau keluarganya mendapatkan assesmen informasi mengenai persetujuan umum, tata tertib instalasi Psikogeriatri, hak dan kewajiban pasien dan tindakan kedokteran. 5. Pasien diputuskan menjalani rawat inap atau mendapatkan rahabilitasi Psikogeriatri oleh dokter jika setelah dievaluasi didapatkan adanya indikasi medis dan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 6. Setiap pasien rawat inap memiliki DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan), yang memberikan asuham medis pada pasien sejak hari pertama dirawat hingga pulang. 7. Semua pelayanan atau tindakan terhadap pasien dan hasil pemeriksaan pasien harus didokumentasikan dalam rekam medis. 8. Pasien pulang harus sudah mendapatkan persetujuan dari DPJP, namun pasientetap berhak pulang atas permintaan sendiri. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 06 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan Rawat Jalan Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja dilaksanakan di Klinik Narayana. 2. Klinik Narayana melayani pasien sampai dengan usia 18 tahun. 3. Pelayanan Klinik Narayana dilaksanakan pada jam kerja rawat jalan. 4. Pelayanan Klinik Narayana diberikan oleh tim kesehatan jiwa anak remaja. 5. Pelayanan meliputi : kasus psikiatri anak, kasus medis umum komorbiditas gangguan psikiatri, skrining tumbuh kembang anak, psikoterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan asuhan keperawatan. 6. Semua pasien harus diperiksa psikiater sebelum dilakukan tindakan dan atau pemeriksaan lebih lanjut. 7. Petugas Pemberi Asuhan (PPA) sesuai dengan kompetensi. 8. Pelayanan Rawat Inap Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja dilaksanakan di Ruang Perawatan Instalasi Rawat Inap. 9. Pelayanan Rawat Inap Anak dan Remaja dikhususkan bagi usia diatas 12 tahun. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 07 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI ELEKTROMEDIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan di Instalasi Elektromedik berdasarkan pedoman pelayanan Instalasi Elektromedik Rumah Sakit Jiwa Surakarta. 2. Alur pelayanan di Instalasi Elektromedik sesuai dengan Pedoman pelayanan Instalasi Elektromik RSJD Surakarta 3. Pelayanan di Instalasi Elektromedik terdiri dari Pelayanan Elektrodiagnostik dan Elektroterapi 4. Setiap pasien berhak untuk mendapat informasi tentang prosedur, manfaat dan risiko pelayanan di Instalasi Elektromedik. 5. Setiap petugas Instalasi Elektromedik yang melakukan pelayanan harus memiliki surat tugas dari rumah sakit dan sudah disumpah untuk menjaga kerahasiaan pasien 6. Setiap petugas Instalasi Elektromedik yang melakukan pelayanan harus memakai APD ( alat pelindung diri) yaitu berupa sarung tangan dan masker 7. Setiap pasien mendapatkan pelayanan Elektrodiagnostik dan atau elektroterapi sesuai dengan advis dari dokter. 8. Peralatan medis di Instalasi Elektromedik dibersihkan sesuai dengan jenis dan bahannya, sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang ada. KEBIJAKAN PELAYANAN ELEKTRODIAGNOSTIK a. Pemeriksaan EKG Pasien dilakukan pemeriksaan EKG atas permintaan dari Dokter Pasien Rawat Inap yang berusia lebih dari atau sama dengan 40 tahun wajib dilakukan pemeriksaan EKG Pemeriksaan EKG dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih Pembacaan EKG oleh Dokter yang berkompeten b. Pemeriksaan Stres Analiser Pasien dilakukan pemeriksaan Stres Analiser atas permintaan dari Dokter Pemeriksaan Stres Analiser dilakukan di Instalasi Elektromedik Pemeriksaan Stres Analiser dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih Pembacaan Stres Analiser oleh Dokter yang berkompeten c. Pemeriksaan EEG/Brain Mapping Pasien dilakukan pemeriksaan EEG/Brain Mapping atas permintaan dari Dokter Pemeriksaan EEG/ Brain Mapping dilakukan di Instalasi Elektromedik Pemeriksaan EEG/ Brain Mapping dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih Pembacaan EEG/ Brain Mapping oleh Dokter yang berkompeten, pembacaan paling lama 3 hari setelah pemeriksaan KEBIJAKAN PELAYANAN ELEKTROTERAPI Terapi ECT (Elektro konvulsion Terapi ) a. Pasien dilakukan tindakan ECT atas permintaan dari Dokter yang merawat. b. Tindakan ECT yang dilaksanakan di RSJD Surakarta adalah hanya ECT tanpa Anastesi (ECT Konvensional) c. Sebelum tindakan ECT harus dilakukan persiapan seperti : Puasa 6 jam, pemeriksaan EKG, Pemeriksaan Laboratorium, Pemeriksaan foto thoraks PA dan pemeriksaan gigi. d. Dokter berkewajiban untuk memberikan informasi kepada pasien atau keluarga atau penanggung jawab pasien mengenai prosedur, manfaat, risiko dan komplikasi dari tindakan ECT. e. Tindakan ECT harus mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga atau penanggung jawab pasien. f. Pasien Rawat Inap yang direncanakan ECT, informasi dan lembar persetujuan/penolakan diberikan oleh Dokter kepada keluarga pasien/penanggung jawab pada saat pasien masuk RS baik lewat IGD maupun Rawat Jalan. g. Pasien rawat jalan yang direncanakan ECT, informasi dan lembar persetujuan / penolakan diberikan oleh Dokter kepada keluarga pasien/penanggung jawab sebelum diberikan persiapan seperti tersebut diatas. h. Tindakan ECT dilakukan di Instalasi Elektromedik i. Tindakan ECT tanpa anestesi (ECT Konvensional) dilakukan oleh psikiater sesuai jadwal dibantu oleh perawat psikiatri. j. Tindakan ECT harus dilakukan sesuai prosedur sehingga aman bagi pasien dan petugas. k. Setiap tindakan ECT harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien. l. Penatalaksanaan jika pasien mengalami syok karena tindakan ECT yaitu dengan langkahlangkah pengelolaan pasien syok dengan pemberian antidotum. m. Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum apabila terjadi komplikasi yang tidak dapat ditangani di RSJD Surakarta. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 08 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI PSIKOLOGI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Jam Pelayanan Instalasi Psikologi sesuai jam kerja. 2. Pelayanan di Instalasi Psikologi merupakan pelayanan yang dapat di akses langsung oleh pasien maupun atas kiriman dokter. 3. Pelayanan Psikologi di RS Jiwa Daerah Surakarta meliputi : a. Pemeriksaan Psikologi, yang terdiri dari: Observasi, Psikotes / psikometri dan wawancara. b. Konsultasi c. Terapi d. Training e. Ceramah / Penyuluhan f. Pelayanan Lintas unit kerja 4. Instalasi Psikologi melayani pasien rawat jalan dan rawat inap. 5. Psikometri yang dilakukan terhadap pasien Rawat Inap adalah atas permintaan dokter Penanggung Jawab Pasien. 6. Dalam pelaksanaan psikometri, psikolog dapat dibantu oleh tester yang telah dilatih untuk memberikan instruksi dan mengoreksi hasil tes. 7. Terapi psikologi dilakukan oleh psikolog. 8. Interpretasi hasil test dan Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologi dibuat oleh Psikolog. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 09 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI REHABILITASI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Jam pelayanan di Instalasi rehabilitasi sesuai jam kerja. 2. Pelayanan rehabilitasi meliputi pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap. 3. Kegiatan rehabilitasi dilakukan terpisah antara pasien putra dan putri kecuali untuk kegiatan olah raga dan rekreasi. 4. Pelayanan home visite dilakukan untuk pasien yang membutuhkan DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 10 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FISIOTERAPI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Instalasi Fisioterapi memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan dengan rujukan dari dokter dan tenaga medis lainnya. 2. Pelaksanaan pelayanan fisioterapi dilaksanakan di ruang fisioterapi apabila memerlukan peralatan / modalitas yang ada di ruang fisioterapi. 3. Pelaksanaan pelayanan fisioterapi dilaksanakan di ruang perawatan pasien apabila pasien tidak dapat dibawa ke ruang fisioterapi dan hanya memerlukan tarepi manual. 4. Pelayanan Fisioterapi meliputi pelayanan kasus Geriatri, Pediatri, Maskuloskeletal, Neurologi dan Aktifitas Fungsional dan Relaksasi. 5. Fisioterapis berwenang melakukan assesmen, diagnosisi, perencanaan, intervensi dan evaluasi fisioterapi. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 11 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelaksanaan pekerjaan Instalasi Gigi Dan Mulut meliputi : a. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bersifat promotif melalui penyuluhan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. b. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bersifat Preventif melalui kegiatan pembersihan karang gigi ( Scalling ) kepada pasien di Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. c. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bersifat Kuratif kepada pasien di Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta, yang terdiri dari : 1) Premedikasi Pengobatan darurat ( pemberian resep ) 2) Konservasi Perawatan Syaraf / Perawatan Saluran Akar Penambalan dengan Glass Ionomer Penambalan dengan Ligth Curring 3) Exodotia Pencabutan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Sulung 2. Setiap Tindakan Exodontia dipastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat sisi dengan penandaan / site marking 3. Pelayanan di Instalasi Gigi Dan Mulut hanya pada jam kerja. 4. Pelayanan pemeriksaan gigi pasien rawat inap bisa dilakukuan di ruang rawat inap. 5. Semua Pasien Sub.Acut dilakukan skrining atau pemeriksaan Gigi dan mulut DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 12 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta ProvinsiJawa Tengah Nomor : 188/2885.9 / 08/2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan laboratorium harus memenuhi standar nasional, undang-undang dan peraturan. 2. Tersedia pelayanan laboratorium yang akurat, teratur dan nyaman untuk memenuhi kebetuhan pelanggan. 3. Pelayanan dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara on site dan jaga dinas siang/malam secara on call. 4. Pelayanan pemeriksaan laboratorium yang tidak bisa dikerjakan di instalasi Laboratorium RS Jiwa Daerah Surakarta di laksanakan di Laboratorium lain yang telah bekerja sama dengan RS Jiwa Daerah Surakarta. 5. Pelayanan laboratorium diluar rumah sakit dipilih berdasarkan reputasi yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. 6. Laboratorium melaksanakan program keselamatan/keamanan laboratorium. 7. Pengelolaan bahan infeksius dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku. 8. Ada regulasi dan pelaksanaan tentang penanganan dan pembuangan bahan limbah berbahaya (B3). 9. Penetapan petugas yang melaksanakan pemeriksaan labotarorium dan staf yang mengarahkan atau mensupervisi pelaksanaan kegiatan laboratorium. 10. Staf yang ditunjukmensupervisi memiliki kompetensi (Qualifeied) dan cukup berpengalaman. 11. Hasil laboratorium selesai dalam kerang kawaktu yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 12. Pelaksanaan metode kolaboratif terhadap pemberian hasil yang kritis dari pemeriksaan diagnostic. 13. Ada penetapan nilai ambang kritis, alur pelaporan penetapan siapa dan kepada siapa, monitoring dan evaluasi untuk setiap jenis pemeriksaan 14. Reagensia esensial dan bahan lain ditetapkan rumah sakit. 15. Permintaan, penerimaan dan penggunaan reagen mengikuti petunjuk dan peraturan yang berlaku. 16. Setiap pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan atas permintaan dokter. 17. Permintaan, pengambilan, identifikasi dan pengelolaan spesimen mengacu pada ketentuan yang berlaku. 18. Dalam melaksanakan pemeriksaan laboratorium yang dirutinkan mengacu pada ketentuan rumah sakit. 19. Rumah sakit menetapkan nilai normal untuk interpretasi dan pelaporan hasil pemeriksaan. 20. Rentang nilai rujukan dilengkapi bila pemeriksaan dilaksanakan diluar laboratorium. 21. Penetapan nilai / rentang nilai rujukan untuk setiap pemeriksaan yang dilaksanakan. 22. Rentang nilai rujukan ini harus disertakan dalam catatan klinis pada waktu hasil pemeriksaan dilakprkan. 23. Rentang nilai rujukan disesuaikan dengan geografi dan demografi rumah sakit serta dievakuasi seperlunya 24. Pemeriksaan laboratorium diverifikasi oleh dokter spesialis Patologi Klinik atau Petugas yang diberi kewenangan. 25. Orientasi untuk pegawai baru mengacu pada ketentuan yang berlaku. 26. Pemantauan mutu hasil pemeriksaan harus mengikuti Program Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu InternalEksternal. 27. Penetapan daftar nama ahli untuk diagnostik spesialistik berikut proses pendukung. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 13 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta ProvinsiJawa Tengah Nomor : 188/2885.9 / 08/2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara on site dan jaga dinas siang/malam secara on call. 2. Instalasi Radiologi memberikan pelayanan diagnostic Radiologi Konvensional, Panoramic,dan USG General. 3. Penetapan pelayanan diluar rumah sakit dipilih berdasarkan rekomendasi direktur dan memiliki rekam jejak kinerja yang baik serta memenuh iundang-undang dan peraturan yang berlaku. 4. Pasien diberitahu tentang hubungan dokter yang merujuk dan pelayanan diluar rumah sakit yang dimiliki dokter untuk pelayanan radiologi dan diagnostik imaging. 5. Pemeriksaan Radiologi dilakukan di ruang pemeriksaan oleh radiografer. 6. Pemeriksaan General USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi. 7. Pengaturan jadwal da npersiapan pemeriksaan radiologi non kontras / USG dilakukan oleh radiografer. 8. Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai prosedur. 9. Hasil rontgen diserahkan setelah ada ekspertise dokter spesialis radiologi terkecuali status dipinjam basah. Untuk pemeriksaan Panoramic tidak memerlukan ekspertise. 10. Pembacaan atau ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sesuai jadwal. 11. Pembacaan foto radiografi pada malam hari / diluar jam kerja dilakukan pada pagi harinya kecuali pada kasus cito,ekspertise dilakukan dengan menghubungi dokter spesialis radiologi atau mengantar foto radiografi itu kerumah dokter spesialis radiologi. 12. Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan kamar gelap yang meliputi pembuatan, penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, dan pencucian film dilakukan oleh radiografer. 13. Petugas radiologi selama menjalankan tugas di Instalasi Radiologi harus memakai film badge. 14. Film badge dikirimke BPFK Surakarta setiap 3 bulan sekali untuk dievaluasi ,dicatat, dan diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. 15. Untuk peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi dibuat indicator mutu dan sasaran mutu secara periodik. 16. Setiap akan melaksanakan tindakan pelayanan radiologi, petugas harus melakukan identifikasi pasien, jenis pemeriksaan, dan indikasi klinis. 17. Identifikasi foto berupa marker (R/L), nama pasien ,tanggal lahir, umur , dan nomor rekam medis pasien. 18. Pemeriksaan radiologi yang tidak dapat dilakukan di Instalasi Radiologi RSJD Surakarta dirujuk ke rumah sakit yang bekerjasama dengan RSJD Surakarta. 19. Pasien diberitahu tentang penjelasan hubungan rumah sakit yang dirujuk dengan dokter yang mengirim atau dengan RSJD Surakarta. 20. Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor melalui Gudang Farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui Gudang Umum. 21. Instalasi Radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency , film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. 22. Pengadaan semua kebutuhan dengan mempertimbangkan tingkat keamanan dan masa kadaluarsa. 23. Rumah sakit menyelenggarakan program proteksiradiasi , yang mengacu pada perundangundangan yang menjadi bagiand ari K3 rumah sakit. 24. Setiap produk hasil pemeriksaan radiologi harus dilakukan verifikasi terlebih dahulu oleh petugas radiologi sebelum diekspertise dan sebelum diserahkan kepada pasien. 25. Kegiatan supervise pelayanan radiologi dilakukan oleh kepala Instalasi Radiologi serta dapat dilakukan oleh radiografer yang berdinas. 26. Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. 27. Limbah pencucian film dikelola oleh Instalasi Sanitasi. 28. Film reject dikelola oleh Instalasi Radiologi. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 14 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan kefarmasian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit jiwa yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. 2. Pelayanan kefarmasian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit jiwa yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. 3. Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. 4. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi seleksi atau pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan dan penarikan, pelayanan farmasi klinik, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi kegiatan. 5. Pelayanan kefarmasian dilaksanakan dengan sistem satu pintu, yaitu dalam proses pembuatan formularium, pengadaan dan pendsitribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien harus melalui Instalasi Farmasi. 6. Pengawasan penggunaan dan pengamanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP dilakukan antara lain dengan melakukan stockopname setiap akhir bulan. 7. Instalasi farmasi bertanggungjawab terhadap sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang beredar di rumah sakit, melaksanakan fungsi manajemen, baik SDM, sarana dan peralatan maupun manajemen mutu. 8. Instalasi farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus profesi sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). 9. Instalasi farmasi harus memiliki Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan/ atau petugas penunjang lain sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perijinan rumah sakit yang ditetapkan oleh pemerintah agar tercapai sasaran dan tujuan pelayanan rumah sakit. 10. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. 11. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. 12. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari alat kesehatan, reagensia dan bahan kimia, radio farmasi dan gas medis. 13. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. 14. Formularium rumah sakit disusun mengacu kepada formularium nasional, harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberian obat dan penyedia obat di rumah sakit yang secara rutin direvisi berdasarkan pertimbangan terapeutik dan ekonomi dari hasil evaluasi penggunaan obat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. 15. Formularium rumah sakit di-review minimal setiap tahun sekali oleh PFT. 16. Pengadaan sediaan farmasi berdasarkan pada formularium rumah sakit dan peraturan tentang pengadaan barang atau jasa pemerintah yang masih berlaku. 17. Penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di gudang farmasi ditentukan maksimal untuk pemakaian 3 (tiga) bulan, kecuali obat-obat “fast moving” persediaan dapat ditingkatkan sampai maksimal 6 (enam) bulan dengan mempertimbangkan kapasitas maksimal volume gudang farmasi. 18. Pelabelan sediaan farmasi yang digunakan untuk menyiapkan obat memuat isi obat, tanggal kadaluarsa dan/ atau peringatan. 19. Seluruh tempat penyimpanan obat harus diinspeksi secara berkala untuk memastikan obat disimpan secara benar. 20. Obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit, dikelola dengan baik, tersimpan, teridentifikasi dan terdokumentasi dengan jelas. 21. Obat-obat radioaktif, obat sampel dan produk nutrisi belum dibutuhkan oleh rumah sakit, sehingga Instalasi Farmasi tidak diperbolehkan mengelola obat-obat tersebut. 22. Daftar obat dengan kewaspadaan tinggi HAM (High Alert Medication) direvisi paling lama 1 (satu) tahun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), atas hasil koordinasi dengan Instalasi Farmasi. 23. Penyimpanan obat HAM tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. 24. Daftar obat dan alat kesehatan emergensi ditetapkan setelah diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) berdasarkan koordinasi dengan Instalasi Farmasi. 25. Pengelolaan obat emergensi harus menjamin mutu, ketersediaan dan tertib administrasi. 26. Lokasi penyimpanan Obat emergensi harus mudah diakses, terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian dengan menggunakan disposible key yang bernomor register. 27. Pengelolaan Obat emergensi meliputi: a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan; b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain; c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti; d. Dicek secara berkala apakah ada yang rusak atau kadaluwarsa; dan e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain. 28. Pelaksanaan sistem recall / penarikan kembali sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan segera setelah diterima permintaan/ instruksi dan didukung oleh sistem dokumentasi yang memadai. 29. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan (karena rusak atau kadaluarsa) harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 30. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila: a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu; b. Telah kadaluwarsa; c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan d. Dicabut izin edarnya. 31. Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari: a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan; b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan; c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada Sanitasi, Dinkes dan pihak lain yang terkait; d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. 32. Penulisan resep, pemesanan dan pencatatan obat harus lengkap untuk menjamin keselamatan dan keamanan pasien. 33. Penulisan resep pertama saat pasien masuk rumah sakit harus memperhatikan daftar obat sebelum masuk rawat inap hasil wawancara dokter dengan pasien dan/ atau keluarga dan / atau penanggungjawab pasien yang dibuktikan dengan mengisi formulir rekonsiliasi secara lengkap. 34. Elemen-elemen peresepan yang lengkap untuk mengurangi variasi dan meningkatkan keselamatan pasien, minimal terdiri dari berikut: a. Data penting untuk identitas pasien yang akurat, meliputi: 1) Nomor rekam medik 2) Nama pasien, jenis kelamin 3) Umur/ tanggal lahir 4) Berat badan (apabila diperlukan atau kelompok pasien anak) 5) Jaminan (umum atau BPJS) dan ruang/ bangsal. b. Elemen-elemen resep atau pemesanan : 1) Nama dokter, tanggal penulisan resep; 2) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep di tiap “R/”; 3) Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep manual; 4) Menuliskan tanda " R/ " pada setiap sediaan. 5) Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik. 6) Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium rumah sakit, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat (contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep, tetes telinga, tetes mata), serta kekuatannya (contoh: 500 mg, 1 gram); 7) Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat (untuk bahan padat : mikrogram, miligram, gram) dan untuk cairan: tetes, milliliter, liter; 8) Pencampuran beberapa obat dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif; 9) Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau prn atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari. c. Menggunakan fonetik alfabetik untuk pemesanan obat termasuk LASA secara verbal dan diverifikasi dengan dibaca ulang (read back). d. Peresepan obat emergensi dilakukan segera setelah obat emergensi digunakan. e. Instalasi farmasi tidak memiliki obat-obat automatic stop. 35. Instalasi farmasi berkonsultasi dan mengembalikan kepada dokter untuk mengganti resep dengan penulisan yang benar dan jelas apabila penulisan resep dan pemesanan obat tidak terbaca dengan jelas. 36. Daftar dan SPO HAM serta kode alfabetik harus tersedia didekat i-phone unit farmasi, bangsal dan poli rawat jalan untuk mencegah dan mengurangi peresepan yang tidak terbaca. 37. Instalasi Farmasi memiliki data terbaru tentang daftar dokter yang berwenang menuliskan resep (meliputi nama lengkap, alamat tinggal, spesimen tanda tangan dan/ atau paraf serta nomor i-phone dan telepon yang bisa dihubungi). 38. Obat hanya dapat diberikan berdasarkan resep atau pesanan dari dokter, dan telah melalui tahap skrining, penyiapan dan pengecekan oleh tenaga kefarmasian. 39. Batasan penulisan resep psikotropika berdasarkan keputusan direktur tentang daftar dokter yang berwenang menuliskan resep. 40. Pelayanan resep dimulai dari tahap penerimaan, skrining/ pengkajian resep, dispensing/ penyiapan sediaan farmasi termasuk peracikan obat, verifikasi/ pemeriksaan ulang, sampai penyerahan dan pemberian informasi. 41. Setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) dengan melakukan dokumentasi aktifitas. 42. Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh Apoteker, apabila Apoteker tidak ada di tempat atau sedang melaksanakan tugas lain, maka didelegasikan kepada tenaga teknis kefarmasian (TTK). 43. Pelayanan farmasi klinik yang dapat didelegasikan kepada TTK adalah pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, penyerahan obat dan pemberian informasi obat. 44. Pelayanan farmasi klinik yang tidak dapat didelegasikan kepada TTK adalah konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD). 45. Dokter yang bersangkutan harus membandingkan antara pengobatan pertama dibandingkan dengan daftar obat sebelum masuk rawat inap sesuai dengan formulir rekonsilisasi yang sudah ditetapkan. 46. RekonsiIiasi obat dilakukan secara kolaborasi antara dokter penerima pasien awal masuk rumah sakit, tenaga kefarmasian dan/ atau perawat sesuai dengan formulir yang sudah ditentukan. 47. Rekonsiliasi ulang dilakukan jika diperlukan untuk membandingkan obat yang diinstruksikan dengan yang diberikan atau pada saat pasien pindah kamar atau rumah sakit. 48. Penggunaan obat oleh pasien/ pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke dalam rumah sakit atau yang diresepkan di rumah sakit, harus diketahui DPJP dan dicatat dalam status pasien. 49. Penyerahan obat kepada pasien rawat inap dapat didelegasikan kepada perawat bangsal yang bertugas. 50. Kegiatan identifikasi, monitoring dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO)/ Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) dikoordinasikan oleh Tim MESO untuk dilaporkan ke RS melalui PFT. 51. Instalasi farmasi tetap menjaga kelancaran proses pelayanan kefarmasian, meskipun farmasi sedang tutup atau tempat penyimpanan obat dalam keadaan terkunci. 52. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis di luar jam kerja (saat pelayanan farmasi rawat inap dan farmasi rawat jalan tutup) diselenggarakan oleh unit farmasi yang memberikan pelayanan farmasi 24 jam, yaitu unit farmasi gawat darurat. 53. Administrasi farmasi dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan, baik dalam pencatatan dan pelaporan maupun administrasi penghapusan. 54. Pemusnahan arsip resep segera dilaksanakan apabila umur resep melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun. 55. Seluruh pegawai di Instalasi farmasi berpenampilan bersih dan rapi serta menjaga higiene perorangan dan lingkungan tempat kerja. 56. Instalasi farmasi menerapkan sistem informasi manajemen baik dokumentasi maupun administrasi yang dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. 57. Pendisitribusian obat dilaksanakan seragam dan berlabel sesuai peraturan yang berlaku. 58. Penulisan resep mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. 59. Waktu tunggu pelayanan obat untuk obat racikan tidak melebihi 60 menit, sedangkan untuk obat jadi tidak melebihi 30 menit. 60. Pelaporan sediaan farmasi secara periodik dilakukan setiap bulan sekali DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 15 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan gizi berdasarkan buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. 2. Penyelenggaraan makanan dilakukan Instalasi Gizi diselenggarakan dari pukul 04.00 – 18.00 WIB. 3. Alur pelayanan gizi sesuai dengan buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit 4. Penyediaan tenaga di Instalasi Gizi mengacu pada pola ketenagaan berdasarkan pada pedoman perhitungan kebutuhan pegawai pada unit kerja di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). 5. Penyusunan anggaran Instalasi Gizi dilakukan setiap tahun. 6. Pengadaan bahan makanan dilakukan oleh supliyer yang terikat oleh perjanjian kerjasama. 7. Pendistribusian makanan mengunakan sistem yang di pusatkan (sentralisasi) dan sistem yang tidak dipusatkan(desentralisasi) dilakukan secara tepat waktu. 8. Setiap petugas di bagian pengolahan makanan harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menjaga hygiene sanitasi perorangan dan lingkungan. 9. Sanitasi dapur ditangani dengan baik untuk meminimalkan resiko kontaminasi. 10. Setiap petugas Instalasi Gizi yang melakukan pelayanan memiliki surat keterangan uraian jabatan dari rumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku. 11. Setiap petugas Instalasi Gizi mempunyai kebiasaan/perilaku meminimalkan resiko kontaminasi(hand hygiene) dan mempunyai bukti diri sehat. 12. Setiap pasien mendapatkan makanan sesuai dengan status gizi dan diet yang ditetapkan oleh dokter yang merawat dan kelas perawatan yang dipesan oleh perawat. 13. Pasien masuk perawatan dilakukan skrinning gizi awal untuk mengidentifikasi adanya resiko nutrisi dan dilakukan oleh perawat yang pertama menangani pasien. 14. Pasien yang berisiko malnutrisi dan atau pada keadaan khusus akan diassesmen lebih lanjut oleh ahli gizi serta mendapat asuhan gizi dan evaluasi dilakukan setiap 3-5 hari. 15. Pelaksanaan asuhan gizi dan konsultasi gizi dilakukan oleh ahli gizi. 16. Pelayanan makan pegawai dari Instalasi Gizi diberikan untuk pegawai yang bekerja di tempat yang berisiko. 17. Pencucian peralatan makan dan minum dilakukan oleh petugas Instalasi gizi sesuai dengan prinsip dasar hygiene pencucian. 18. Trolley pendistribusian makanan dibedakan atas trolley bersih untuk makanan matang dan trolley kotor untuk untuk pengambilan alat makan dari ruang perawatan. 19. Kegiatan Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi. 20. Pemeliharaan peralatan dan bangunan Instalasi Gizi dilakukan secara periodik bekerjasama dengan Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit, Instalasi Sanitasi serta Sub.bidang Rumah Tangga. 21. Semua kegiatan pelayanan gizi dilakukan pencatatan, monitoring, dan evaluasi secara periodik setiap bulan dan dilaporkan kepada Direktur rumah sakit DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 16 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI KESEHATAN JIWA MASYARAKAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 20. Instalasi Kesehatan jiwa masyarakat (Keswamas) mengelola kegiatan promosi kesehatan melalui berbagai metode penyuluhan. a. Lingkup materi promosi kesehatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah tentang kesehatan jiwa. b. Promosi kesehatan melalui media majalah dilaksanakan oleh Tim Pengelola majalah yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur. 21. Instalasi keswamas mengkoordinasikan kegiatan lintas sektor untuk pelayanan kesehatan jiwa pasien gelandangan/terlantar . a. Gelandangan/orang terlantar mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa rawat inap maupun rawat jalan. b. Penanggungjawab gelandangan/orang terlantar pada saat membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa di RSJD Surakarta adalah pihak Dinas Sosial. c. Kegiatan penjaringan gelandangan/orang terlantar bersama dengan lintas sektor dilaksanakan pada jam dinas pagi hari. d. Petugas yang diterlibat dalam kegiatan penjaringan gelandangan/orang terlantar adalah terdiri dari dokter, perawat dan petugas dari Instalasi Keswamas. 22. Pelayanan pendampingan korban kekerasan diselenggarakan oleh Instalasi Keswamas dengan perlakuan yang khusus, berbeda dengan pasien umum di RSJD Surakarta. 23. Penanganan penderita gangguan jiwa korban pasung dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan di wilayah setempat. 24. Kegiatan Integrasi usaha kesehatan jiwa dilaksanakan dengan pihak-pihak yang telah melakukan kerjasama dengan RSJD Surakarta. Pembinaan dilakukan secara rutin dalam periode tertentu. 25. Petugas medis dalam kegiatan integrasi usaha kesehatan jiwa adalah dokter umum dan perawat, serta petugas administrasi dari Instalasi Keswamas. 26. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan, integrasi dan kerjasama dalam kesehatan jiwa melibatkan berbagai profesi kesehatan jiwa di rumah sakit dengan penunjukan : a. Dokter oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis. b. Perawat oleh Kepala Seksi Pelayanan Rawat Jalan, Rehabilitasi dan Keswamas. c. Psikolog oleh Kepala Instalasi Psikologi. d. Administrasi oleh Kepala Instalasi Keswamas. 27. Pelayanan Instalasi Keswamas harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 17 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI REKAM MEDIS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan Instalasi Rekam Medis dilaksanakan dalam 24 jam. 2. Setiap pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta memiliki dokumen rekam medis. 3. Setiap pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta memiliki satu nomor rekam medis yang digunakan untuk selamanya (Unit Numbering System). 4. Isi rekam medis milik pasien sedangkan dokumen rekam medis milik rumah sakit. 5. Setiap pasien yang masuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didata melalui regitrasi/admisi. 6. Setiap pasien mendapatkan penjelasan meliputi Hak dan Kewajiban Pasien serta Persetujuan Umum Pasien. 7. Penulisan nama pasien sesuai dengan KTP/SIM/PASPOR yang masih berlaku. 8. Penulisan tanggal lahir bagi pasien yang tidak membawa KTP/SIM/PASPOR/KK atau lupa tanggal lahirnya, dituliskan tanggal 01 Januari. 9. Setiap pasien baru yang masuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta akan dibuatkan Kartu Indeks Utama Pasien, yang berguna apabila suatu saat pasien tidak membawa Kartu Identitas Berobat (KIB). 10. Pasien yang mempunyai 2 nomor rekam medis atau lebih, maka dokumen rekam medisnya digabung menjadi satu dengan menggunakan nomor yang pertama kali datang. 11. Penyimpanan dokumen rekam medis pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap disimpan dalam satu tempat (sentralisasi). 12. Penjajaran dokumen rekam medis menggunakan sistem angka akhir atau Terminal Digit Filling (TDF). 13. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilaksanakan oleh petugas rekam medis dan bertanggung jawab atas pengembalian dan pendistribusian dokumen rekam medis. 14. Untuk pengkodean penyakit di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menggunakan ICD 10 dan pengkodean tindakan medis menggunakan ICD 9 CM. 15. Yang mempunyai akses terhadap dokumen rekam medis pasien adalah Tenaga kesehatan yang memberi asuhan pelayanan pasien terkait, petugas rekam medis, petugas billing dan penatalaksanaan klaim, kepala ruang/case manager, Panitia Rekam Medis, Sub Komite Mutu Medis, Komite Keperawatan, Wadir Pelayanan Medis dan Direktur. 16. Para Pemberi Asuhan diwajibkan menulis seluruh asuhan pelayanan pada lembar/formulir rekam medis yang sudah ditentukan dan dilengkapi dengan tanda tangan/paraf, nama serta waktu (jam dan tanggal). 17. Kesalahan penulisan di dokumen rekam medis dikoreksi dengan mencoret bagian yang salah, namun tetap terbaca dan diberikan paraf diatasnya oleh yang memberi koreksi. 18. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib ditempelkan pada dokumen rekam medis. 19. Simbolditulispadahalamandepandokumenrekammedis. 20. Kegiatan pelayanan medis dilaksanakan dengan membuat sensus harian rawat jalan maupun rawat inap. 15. Dokumen rekam medis harus diisi dengan jelas, benar, lengkap dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 16. Kepala Ruang/Case Manager bertanggung jawab terhadap kelengkapan dokumen rekam medis. 17. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam harus ditulis dalam formulir rekam medis. 18. Permintaan rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan pasien dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan dan pinjaman menggunakan bon peminjaman. 19. Pasien berhak mendapatkan salinan resume pulang, Setiap pasien yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan Perawatan Pasien (Resume Medis). 20. Catatan yang dibuat oleh residens harus diketahui oleh dokter pembimbingnya. 21. Hakaksesuntukmasukkeruangan filling dokumenrekammedis aktif dan in aktifdibatasiyaitusemuapetugasrekammedisdanpetugasrumahsakit yang berkepentingan di bawahpengawasanpetugasrekammedis. Serta pintu selalu tertutup rapat dengan menggunakan akses finger print. 26. Dokumen rekam medis yang telah dikembalikan ke InstalasiRekam Medis belum lengkap, wajib dilengkapi oleh profesi tenaga kesehatan yang bersangkutandalamwaktu 1 X 24 jam setelahdokumen di terimaolehtenagakesehatan yang bersangkutan. 27. RumahSakitdiwajibkanuntukmenyimpandokumenrekammedisdenganlengkap, rapidanterjaminkeamanansertakerahasiaannya. 28. Keamanandokumenrekammedismenjaditanggungjawabperawat/dokterpelayanankesehata nsetiapsaatdipergunakanuntukkepentinganpelayananpasien, ataumenjaditanggungjawabpenggunaataupeminjam yang diberiijinmenggunakanpadasaatdantempat yang ditetapkansesuaiprosedur yang berlaku. 29. Tempat penyimpanan dokumen rekam medis aktif dan inaktif harus tahan api/panas, terhindar dari binatang pengerat dan serangga. 30. Informasi tentang identitas pasien, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. 31. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume atau ringkasan perawatan pasiendan hasil pemeriksaanpenunjanglainnya. 32. Peminjaman dokumen rekam medis untuk kepentingan pendidikan hanya boleh dipinjam di ruang yang telah ditentukan dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 33. Setiap pengambilan dokumen rekam medis dari rak penyimpanan harus menggunakan tracer (bon pinjam). 34. Setiap pengeluaran dan pengembalian dokumen rekam medis dari ruang penyimpanan rekam medis harus mengisi pada buku ekspedisi pengeluaran dan pengembalian (tanggal peminjaman dan nama peminjam) dokumen rekam medis 35. Suhu ruangan penyimpanan dokumen rekam medis selalu sejuk/ber-AC. 36. Untuk membawa dokumen rekam medis dilingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta wajib menggunakan tas penyimpan dokumen rekam medis. 37. Dokumen rekam medis yang masih digunakan harus tersimpan pada tempat penyimpanan dokumen rekam medis aktif. 38. Dokumen rekam medis yang melebihi 5 cm tingginya harus dikurangi dan dijadikan beberapa volume. 39. Lama penyimpanan dokumen rekam medis aktif di dalam tempat penyimpanan 20 tahun setelah kunjungan terakhir. 40. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas penyimpanan rekam medis aktif, termasuk rekam medis pasien meninggal. 41. Pemusnahan rekam medis in aktif, dilakukan oleh Panitia Khusus yang dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 43. Setelah masa retensi terlampaui, dokumen rekam medis bisa dimusnahkan. 44. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta melindungi dan mencegah dokumen rekam medis serta informasi dari kehilangan dan kerusakan. 45. Dokumen rekam medis dan informasi dilindungi dari gangguan dan akses serta penggunaan yang tidak sah. 46. Pasien yang memerlukan data rekam medis harus mengajukan secara tertulis kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan disertai alasan permintaan dan hanya diberikan resume atau ringkasan keperawatan pasien. 47. Resume medis harus diisi secara lengkap ; yang memuat identitas pasien, alas an masuk rumah sakit (diagnosis awal), penemuan kelainan fisik dan mental penting, prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan, pemberian medika mentosa dan pemberian obat waktu pulang, status/ kondisi pasien waktu pulang, instruksi tindak lanjut. 48. Peminjaman dokumen rekam medis untuk keperluan pribadi dokter (untuk riset/ penyelesaian kasus) harus menulis pada formulir peminjaman dokumen rekam medis yang disediakan di ruang peminjaman rekam medis dan sepengetahuan Kepala Instalasi rekam medis. 49. Peminjaman dokumen rekam medis untuk keperluan hukum/ pengadilan guna dibawa keluar rumah sakit harus mendapat ijin/ acc dari Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 50. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan dokter atau dokter spesialis sesuai dengan kompetensinya. 51. Semua pasien rawat inap dan atau keluarganya harus mendapatkan asesmen informasi mengenai persetujuan umum, tata tertib instalasi rawat inap, hak dan kewajiban pasien serta tindakan kedokteran. 52. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tidak melakukan otopsi. 53. Instalasi Rekam Medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah ditetapkan, baik untuk kepentingan eksternal maupun internal. 54. Instalasi Rekam Medis bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan pelayanan dan indikator rumah sakit yang telah ditetapkan 55. Menetapkan bahwa evaluasi system dan prosedur rekam medis dilakukan paling lambat dalam 3 (tiga) tahun sekali. 56. Seluruh pelayanan rekam medis wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan. 57. Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menerima kegiatan magang, praktek kerja lapangan mahasiswa terkait. 58. Formulir rekam medis diperbarui (up data) untuk menjamin komunikasi dengan informasi mutakir. 59. Evaluasi dan monitoring terhadap review dokumen rekam medis dilakukan oleh para pemberi asuhan secara berkala dengan menggunakan sampel yang dilakukan oleh komite medic dan komite keperawatan tentang ketepatan waktu, kelangkapan dapat terbaca. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 18 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Jam Pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit sesuai jam kerja. 2. Pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit meliputi pemeliharaan bagian listrik dan air,bagian Elektronika dan Komunikasi,peralatan Loundry dan Kitchen,bagian alat Medis. 3. Kerusakan sarana Rumah Sakit dilaksanakan oleh teknisi IPSRS sesuai prosedur yang ditentukan. 4. Kerusakan sarana Rumah Sakit yang tidak bisa diselesaikan oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit akan dikerjakan oleh Pihak ke-3 melalui prosedur yang ditentukan. 5. Pemeliharaan AC,laundry dan kitchen, genset dilaksanakan oleh pihak Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit dan untuk pengecekan fungsi dilaksanakan oleh pihak3. 6. Peralatan yang memerlukan Kalibrasi maupun Sertifikasi maka hal tersebut dilakukan oleh pihak ke -3 yang mempunyai Kewenangan. 7. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dengan hazard yang ada. 8. IPSRS bertanggung jawab atas air minum selama 24 jam sehari, dan atau 7 hari seminggu. 9. IPSRS bertanggung jawab atas listrik di lingkungan Rumah Sakit selama 24 jam sehari dan atau 7 hari seminggu. 10. IPSRS bertanggung jawab atas tersedianya fasilitas atau sarana medik atau non medik yang handal dan akurat. 11. IPSRS mengadakan penarikan kembali produk atau peralatan di RS yang sudah tidak layak pakai. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 19 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 5. Instalasi Sanitasi dipimpin oleh seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sajana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia dan teknik sipil 6. Pemantauan kualitas lingkungan dilaksanakan oleh instalasi sanitasi atau bekerja sama dengan rekanan. 7. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit dilaksanakan oleh rekanan di bawah pemantauan Instalasi Sanitasi. 8. Higiene dan sanitasi makanan minuman dilaksanakan oleh Instalasi Gizi 9. Penyehatan air dilaksanakan oleh Instalasi Sanitasi bekerjasama dengan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit 10. Pengelolaan limbah padat dan cair dikoordinasikan oleh Instalasi Sanitasi 11. Limbah padat/ sampah benda tajam dan jarum dikumpulkan tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya dalam safety box yang anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah dibuka serta bekerjasama dengan rekanan yang legal dalam pemusnahannya. 12. Limbah padat/ Sampah Infeksius dikumpulkan dalam tempat limbah padat infeksius, yang anti bocor, anti tusuk, bertutup, menggunakan injakan pembuka dan berlapis plastik warna kuning serta bekerjasama dengan rekanan yang legal dalam pemusnahannya. 13. Limbah padat/ sampah non infeksius dikumpulkan dalam tempat limbah padat/ sampah non infeksius yang kuat, ringan, tahan karat,kedap air, berpermukaan halus, bertutup, menggunakan injakan pembuka dan berlapis plastik warna hitam serta bekerjasama dengan rekanan untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) resmi 14. Semua limbah cair disalurkan dan diolah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sistem Biofilter. 15. Alat pelindung diri bagi petugas pengelola limbah, berupa topi/ helem, masker, pelindung mata, pakaian panjang, Apron, pelindung kaki (sepatu boot) dan sarung tangan 16. Setiap petugas harus melakukan dekontaminasi sesuai prosedur pada saat tertumpahnya darah/ cairan tubuh pada lantai atau lingkungan 17. Pengelolaan tempat pencucian linen dilaksanakan oleh Instalasi Laundry 18. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya dilaksanakan oleh Instalasi Sanitasi atau bekerjasama dengan rekanan. 19. Upaya promosi kesehatan kesehatan lingkungan dilaksanakan oleh Instalasi Sanitasi menggunakan cara langsung, media cetak maupun media elektronik. 20. Pengukuran sasaran mutu Instalasi Sanitasi dilaksanakan oleh Kepala Instalasi Sanitasi. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 20 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI LAUNDRY RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Pelayanan laundry dikerjakan pada jam 07.00 – 14.00 WIB 2. Pengelolaan linen dilakukan secara sentralisasi. 3. Petugas dilakukan pemeriksaan kesehatan minimal 1 tahun sekali. 4. Pengelolaan linen harus meminimalisasi potensi bahaya yang ditimbulkan dari infeksi silang dan efek dari zat kimia berbahaya. 5. Pengelolaan linen dilaksanakan dengan berpedoman pada mutu dan kualitas. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 21 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI PENGELOLA ARSIP DAN PERPUSTAKAAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA A. Arsip 1. Pelayanan Instalasi Pengelola Arsip dan Perpustakaan dilakukan pada jam kerja. 2. Dalam melaksanakan pengelolaan kearsipan mengacu pada peraturan yang berlaku. 3. Menjamin penggunaan informasi arsip hanya kepada pihak yang berhak; 4. Penyerahan arsip inaktif dari semua unit pencipta arsip ke instalasi pengelola arsip dibuatkan berita acaradan disimpan di gudang arsip B. Perpustakaan 1. Dalam melaksanakan pengelolaan perpustakaan mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Pelayanan di Perpustakaan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terdiri dari pelayanan di Perpustakaan RS dan Pelayanan di Pojok Baca. 3. Pemustaka di perpustakaan RS terdiri darimahasiswa/praktikan, pegawai dan pihakpihak tertentu yang telah mendapat ijin dari pimpinan Rumah Sakit. 4. Pemustaka di Pojok Baca terdiri dari mahasiswa/praktikan, pegawai, pengunjungRumah Sakit. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO dan Lampiran 22 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI HUMAS DAN PEMASARAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 1. Setiap kegiatan kehumasan harus diorganisasi secara baik, yaitu kerjasama dengan pihak luar seperti masyarakat, media serta kerjasama dengan organisasi lain. 2. Setiap kegiatan protokoler, Rumah Sakit harus ditata dengan baik. 3. Setiap pelayanan yang ada di Rumah Sakit harus dipromosikan secara teratur. 4. Memberikan kepuasan pelayanan melalui Pelayanan Pelanggan / Customer Service. 5. Setaip pelanggan yang dating berkunjung di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta melalui Customer Service harus dilayani dengan baik. 6. Setiap pengaduan/keluahan pelanggan yang diterima oleh Customer Service harus ditanggapai dan dicarikan pemecahan atau jalan keluarnya. 7. Kegaitan pelayanan pengaduan atau keluhan pelanggan dapat diterima kapanpun 7 hari dalam 1 minggu dan 24 jam sehari melalui hotline servis. 8. Peralatan penunjang kegiatan di Instalasi Humas dan Pemasaran harus selalu dulakukan pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 9. Setiap petugas atau staf Humas dan Pemasaran wajib meningkatan kompetensinya melalui pelatihan yang sudah diprogamkan. 10. Pelayanan di Instalasi Humas dan Pemasaran harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien. 11. Dalam melaksanakan tugasnya setiap anggota petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi. 12. Pelayanan Humas dan Pemasaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan jam kerja yang diberlakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, yaitu jam 07.00 WIB -14.00 WIB untuk hari Senin sampai Kamis, Jam 07.00 WIB -11.00 WIB untuk hari Jumat dan Jam 07.00 WIB -13.00 WIB untuk hari Sabtu. 13. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali. 14. Setiap bulan wajib membuat laporan. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO Lampiran 23 Peraturan Direktur RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188 / 2885.9 / 08 / 2014 Tanggal : 02 Agustus 2014 KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA 6. Jam Pelayanan Instalasi SIM RS sesuai jam kerja. 7. Pelayanan Instalasi SIM RS meliputi pengelolaan billing system, hardware, software, jaringan komputer dan jaringan wifi Rumah Sakit. 8. Kerusakan komputer baik hardware, software, jaringan, dan aplikasi billing system yang tidak bisa diselesaikan oleh Instalasi SIM RS akan dikerjakan oleh Pihak ke-3 melalui prosedur yang ditentukan. 9. Pengelolaan jaringan hotspot atau wifi di Rumah Sakit dikelola oleh Instalasi SIM RS dengan pengaturan user account yang telah ditetapkan. 10. Pengelolaan pengisian tinta printer dilaksanakan di Instalasi SIM RS kecuali untuk toner diisikan oleh bagian gudang Rumah Sakit. DITETAPKAN DI : SURAKARTA PADA TANGGAL : 02 AGUSTUS 2014 --------------------------------------------------------------DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH ENDRO SUPRAYITNO