Gemar membaca mempengaruhi keterampilan menulis Oleh Anggya Dwie Permatasari Kita membaca karena ada yang menulis dan begitu juga sebaliknya kita menulis karena ada yang membaca. Sebagai pasangannya “keterampilan membaca tentulah keterampilan menulis”. Membaca dan menulis sebagai dua keterampilan berbahasa yang saling berkaitan erat. Dengan membaca, seseorang akan memperoleh berbagai informasi. Informasi yang diperoleh tersebut dapat memperkaya khasanah pengetahuannya selanjutnya pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diungkapkan kembali melalui tulisan. Begitu pula dengan menulis, ungkapan pengetahuan atau informasi dalam bentuk tulisan, akan memperkaya pengetahuan dan latar informasi bagi pembacanya. Leonhardt (2005:24) mengatakan bahwa membaca dan menulis saling berkaitan. Anak-anak yang gemar membaca akan memperoleh rasa kebahasaan tertulis, yang kemudian mengalir ke dalam tulisan mereka. Hal serupa diungkapkan pula oleh Marahimin (2004:17) bahwa hubungan antara membaca dengan menulis cukup erat. Untuk dapat menulis kita harus banyak membaca. Membaca adalah sarana utama menuju ke keterampilan menulis. Oleh karena itu, kegiatan membaca berkaitan erat dengan menulis. Pada kenyataannya, kegiatan membaca belum sepenuhnya menjadi perilaku keseharian masyarakat di Indonesia. Kegiatan membaca yang berkaitan dengan tulisan tampaknya belum setara dengan kegiatan lisan yaitu mendengar dan berbicara. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh praktik budaya lisan dalam kehidupan masyarakat kita yang begitu melekat. Minat baca masyarakat Indonesia dapat dikatakan masih rendah. Pendapat serupa diungkapkan B.P.Sitepu yang dikutip Sumarna (2010) bahwa rendahnya minat dan motivasi membaca terkait dengan kompetensi membaca, kebutuhan, lingkungan, dan ketersediaan bahan bacaan itu sendiri. Mengenai rendahnya minat baca masyarakat ini disebabkan pula kebiasaan membaca yang belum tercipta di lingkungan keluarga serta sistem pengajaran di sekolah yang kurang mewajibkan kepada siswa untuk membaca. Sebagai contohnya, masih ada beberapa Sekolah-sekolah pada tingkat SMA tidak banyak yang melakukan program wajib baca buku. Akibatnya, siswa memiliki sedikit latar informasi ketika melakukan kegiatan menulis. Siswa mengalami kesulitan menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan. Gemar membaca merupakan salah satu nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang perlu dikembangkan. Meskipun yang tercantum dalam nilai-nilai itu hanya gemar membaca, namun kenyataannya kegemaran membaca itu akan berdampak pada kemampuan menulis. Jadi jelaslah bahwa antara membaca dan menulis mempunyai hubungan yang erat. Seseorang yang pandai membaca seharusnya mampu mengungkapkan apa yang dibacanya dalam sebuah tulisan. Selanjutnya, seseorang yang mampu dan pandai menulis disebabkan salah satunya disebabkan karena kegemarannya membaca. Informasi yang diperolehnya dari membaca menjadi latar informasi bagi dirinya untuk menulis. DAFTAR PUSTAKA : Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menjadaikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Kaifa.