BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Secara

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Komunikasi
Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi atau dalam
bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jika
dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan mengenai makna apa
yang dipercakapkan (Effendy, 1999: 9).
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
dapat tercipta dengan baik apabila terjadi persamaan persepsi. Menurut Edwin B. Flippo,
komunikasi adalah kegiatan mendorong orang-orang lain untuk menafsirkan suatu ide
dengan cara yang diinginkan oleh si pembicara atau si penulis (Moekijat, 2003: 3).
Berdasarkan pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi
adalah sebuah cara yang dilakukan oleh orang-orang untuk mendapatkan sebuah
informasi.
Terry dan Franklin mengatakan (dalam Moekijat, 2003: 3) komunikasi adalah
seni mengembangkan dan mendapatkan pengertian di antara orang-orang. Komunikasi
adalah proses menukar informasi dan perasaan diantara dua orang atau lebih, dan
penting bagi manajemen yang efektif.
10 11 Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
2.1.2
Komunikasi Massa
2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak
sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang
memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya,
proses komunikasi massa tidak menghasilkan feed back (umpan balik) yang langsung,
tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri massa yaitu; (1) jumlah besar, (2)
antara individu, tidak ada hubungan / organisatoris; dan (3) memiliki latar belakang
sosial yang berbeda.
Kalau kita berbicara tentang komunikasi massa, tentu media massa tidak akan
tertinggal untuk dibicarakan, karena komunikasi massa, hanya dapat berlangsung
melalui media massa. Bittner seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat mengatakan
bahwa ”komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang” (Rakhmat, 2003: 188). Definisi ini memberikan
batasan pada komponen-komponen dari komunikasi massa. Komponen-komponen itu
mencakup adanya pesan-pesan, media massa (radio, televisi, film, dan media cetak), dan
khalayak.
12 Berdasarkan batasan – batasan tersebut menjadi semakin jelas apa yang
dimaksud dengan komunikasi massa itu dan Drs. Jalaluddin Rakhmat,M.Sc. telah
merangkumnya dalam suatu pengertian sebagai berikut: ”Komunikasi massa diartikan
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2003: 178).
Adapun karakteristik dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :
a.
Komunikasi melalui media massa ditujukan kepada khalayak luas.
b.
Bentuk komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan pribadi.
c.
Pola penyampaian pesan secara cepat.
d.
Penyampaian pesan melalui media massa berjalan satu arah.
e.
Kegiatan komunikasi massa dilakukan terencana, terjadwal, dan terorganisasi.
f.
Penyampaian melalui media massa dilakukan secara berkala.
g.
Isi pesan media massa mencakup berbagai bidang kehidupan manusia.
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Dengan modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif
dalam memberikan pesan – pesannya. Karena itu, tidak mengherankan kalau mampu
memaksa penontonnya duduk berjam – jam di depan pesawat televisi. Karena itulah
televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus
perubahan pola berpikir.
13 Fungsi media massa televisi menurut seorang ahli komunikasi Dr. Harold D.
Laswell (1975) melihat fungsi utama media massa sebagai berikut: (Rakhmat, 2003:
178)
a) The Surveillance of the environment. Artinya, media massa mempunyai fungsi
sebagai pengamat lingkungan, atau dalam bahasa sederhana, sebagai pemberi
informasi tentang hal – hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada
masyarakat luas.
b) The corellation of the parts of society in responding to the environment. Artinya,
media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi dari
informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai
apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter,
redaktur yang mengelola media massa.
c) The transmission of the social heritage from one generation to the next. Artinya,
media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan sosial budaya
dari satu generasi ke generasi lainnya
Di samping ketiga fungsi utama seperti yang diketengahkan oleh Laswell
tersebut, Charles R. Wright (1975), dalam bukunya Mass Communication A
Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai “Communicative acts
primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effects they might
have” . Media massa mempunyai fungsi hiburan. Justru karena fungsi hiburan inilah
orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Demikian pula
Wilbur Schramm (1975) melihat fungsi media massa sebagai sarana promosi atau iklan.
“To sell goods for us”.
14 Dari semua definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa fungsi media massa adalah sebagai berikut:
a)
Sebagai media Berita dan Penerangan
b)
Sebagai media Pendidikan
c)
Sebagai media Hiburan
d)
Sebagai media Promosi
2.1.3
Efek Komunikasi Massa
Steven H. Chaffe menyebutkan ada lima hal tentang efek komunikasi massa dan
keberadaanya sebagai benda fisik, yaitu : (Rakhmat, 2003 : 220- 222).
a.
Efek Ekonomi
Kehadiran media massa menggerakan berbagai usaha – produksi, distribusi –
konsumsi “ jasa “ media massa. Kehadiran surat kabar berarti menhidupkan
pabrik pensulaplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika,
serta memberi pekerjaan pada wartawan, ahli perancang grafis, pengedar,
pengecer, pencari iklan dan sebagainya.
b.
Efek Sosial
Berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media
massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi menghadirkan status sosial
pemiliknya. Di perdesaan, televisi telah membentuk jaringan–jaringan interaksi
sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang menjadi pusat jaringan sosial, yang
menghimpun disekitarnya, tetangga dan penduduk desa sosiologi.
15 c.
Efek pada penjadwalan kegiatan
Masuknya televisi ke kehidupan masyarakat mengakibatkan beberapa kegiatan
sehari-sehari dikurangi dan beberapa kegiatan lainya dihentikan sama sekali,
karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.
d.
Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering
terjadi orang juga menggunakan media untuk menghilangkan rasa tidak enak.
Misalnya kesepian, marah, kecewa dan sebagainya. Media digunakan tanpa
mempersoalan isi pesan yang disampaikannya, media digunakan hanya sekedar
untuk menenangkan kembali perasaanya.
e.
Efek pada perasaan orang terhadap media
Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Timbulnya
perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitanya
dengan pengalaman individu bersama media tersebut.
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul “ Dinamika Komunikasi”,
mengatakan bahwa ada tiga dampak dari komunikasi, yaitu : (Effendy, 2003 : 7)
1.
Dampak Kognitif
Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan ia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini pesan yang
ingin disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain
16 perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari
komunikan.
2.
Dampak Afektif
Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan
komuikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya,
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, marah dan
sebagainya.
3.
Dampaknya Konatif
Dampak Konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau kegiatan.
2.1.4
Media Massa
2.1.4.1 Definisi Media Massa
Media massa (mass media) merupakan berbagai macam media atau wahana
komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan
secara luas sebagai media pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah
dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang
mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins, 2004: 420).
2.1.4.2 Bentuk-Bentuk Media Massa
Media massa terbagi atas tiga bagian utama, yaitu media cetak, media elektronik,
dan media luar ruang (Angipora, 1999: 346). Tetapi, dalam hal ini hanya media cetak
dan media elektronik yang akan dijabarkan.
17 a. Media Cetak
Media cetak adalah suatu media yang statis yang mengutamakan pesanpesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi,
maka media cetak terdiri dari lembaram dengan sejumlah kata, gambar atau foto
dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama adalah memberikan
informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal
yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis
dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya.
b.
Media Elektronik
Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang
menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik terdiri dari:
1.
Radio
Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes.
Keunggulan radio siaran ini adalah berada di mana saja: di tempat tidur (ketika
orang akan tidur atau bangun tidur), di dapur, di dalam mobil, dan berbagaitempat
lainnya. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan ke empat,
maka radio mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini
disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat
kabar, di samping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur,
mendidik dan melakukan persuasi (Elvinaro, 2004: 115).
18 2.1.5
Televisi
Televisi (TV) adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan
memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah
tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak
mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika
tidak ada unsur-unsur film (Effendy, 2000: 124).
2.1.5.1
Konsep Televisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah “Sistem penyiaran
gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat
dan bunyi yang dapat di dengar” (Moeliono, 2001: 1162).
Dari penjelasan diatas, peneliti berpendapat bahwa televisi adalah sistem
penyiaran yang disertai dengan gambar suatu objek yang bergerak dan disertai dengan
bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat
mengubahnya dengan berkas – berkas cahaya dapat dilihat dan didengar.
2.1.5.2
Karakteristik Televisi
Peran media massa penyiaran amat menonjol, hal ini karena media massa
penyiaran, khususnya media massa televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(Darwanto, 2007: 42-44 ):
19 a)
Keserempakan
Yang dimaksud keserempakan (simultaneusness) ialah dalam waktu yang relatif
sama, khalayak di mana pun berada dapat menerima informasi dari media yang
bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi media massa elektronik, sedangkan media
cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. Salah satu ciri media massa
adalah kemampuannya menyampaikan informasi sedini mungkin kepada khalayak.
Itulah salah satu penyebab mengapa radio dan televisi sejak ditemukan pertama kali,
dapat dengan cepat siarannya berkembang.
b)
Mampu meliput daerah yang tidak terbatas
Media massa elektronik dapat meliput dan mampu menembus belahan bumi
manapun tanpa gangguan yang berarti.
c)
Bisa dimengerti yang buta huruf
Kelebihan lain dari media massa elektronik, bisa dimengerti oleh mereka yang
buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka
tidak mengalami kesulitan saat menonton program siarannya, sebab televisi di dalam
susunan gambarnya telah mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.
20 d)
Bisa diterima mereka yang cacat tubuh
Media massa radio dan televisi saling mengisi kekurangan dan kelebihannya,
sehingga kekurangan masing – masing dapat diatasi, sehingga dapat dimanfaatkan
mereka yang cacat tubuh pendengaran maupun penglihatan.
2.1.5.3 Program Televisi
Ada beberapa jenis program acara televisi, yaitu:
a.
Program Drama
Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita.
Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah: format sinetron yang terdiri
dari beberapa jenis, yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron
drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang yang dikembangkan dari cerita
atau buku novel, cerita pendek dan sejarah (Soenarto, 2007: 62-63).
b.
Program non Drama
Program non-drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita.
Acara non-drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk
program nondramatik ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa mengenai alam,
budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007: 62-63). Program nondrama di televisi menurut Sony Set adalah acara terbanyak yang kita tonton selama
hidup kita. Dari tayangan reality show, talkshow, kuis, games, features, star talent
21 search, audisi para bintang, kombinasi program televisi dan sebagainya menghiasi harihari kita dengan wacana (Set, 2008: 20).
2.1.5.4 Desain Produksi Acara Televisi
Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran stasiun televisi umum terbagi menjadi
dua, yakni siaran karya artistk dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan
produksi acara televisi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan
penyampaian informasi dari sumber pendapat, realitas atau peristiwa yang terjadi
(Muda, 2005: 59).
a.
Program jurnalistik yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan
jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk
ke dalam proses penyajian kepada khalayak. Menurut Roland E. Wolesly dan
Lawrence R. Campbell di dalam exploring journalism, yang dikutip oleh
Askurifai Baksin dalam bukunya, “jurnalistik ialah tindakan diseminasi
informasi, opini dan hiburan untuk orang ramai yang sistematik dan dapat
dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern” (Wahyudi,
1991: 148). Program jurnalistik antara lain :
1. Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern
2. Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless
3. penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti :
a. Dialog (wawancara, talkshow, diskusi panel)
22 b. Monolog (pidato, pengumuman, khutbah dan lain-lain)
c. Laporan (Wahyudi, 1994: 17)
b.
Program artistik yaitu program yang di produksi melalui pendekatan artistik atau
rasa keartistikan, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan.
Siaran (rangkaian mata acara) program artistik antara lain :
1. Pendidikan atau agama
2. Features
3. Dokumenter
4. Seni dan budaya
5. Hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron dan lain-lain)
6. Iklan / Public service
7. Penerangan umum
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya
23 Tabel 2.1
Perbedaan Karya Artistik dan Jurnalistik
Karya artistik
Karya jurnalistik
1.
sumber: ide / gagasan
1.
sumber: permasalahan hangat
2.
mengutamakan keindahan
2.
mengutamakan
kecepatan
/
aktualitas
3.
isi pesan bisa fiksi dan non fiksi
4.
penyajian tidak terikat waktu
(perencanaan)
5.
sasaran
kepuasan
pemirsa
memenuhi
rasa
kagum
menghargai seseorang
7.
improvisasi tidak terbatas
8.
isi pesan terikat pada kode moral
9.
penggunaan
bahasa
isi pesan harus faktual
4.
penyajian terikat waktu
5.
sasaran kepercayaan dan kepuasan
/
pendengar
6.
3.
bebas
pemirsa
6.
memenuhi rasa ingin tahu pemirsa
7.
improvisasi terbatas
8.
isi pesan terikat pada kode etik
9.
menggunakan
(dramatis)
10.
refleksi daya khayal kuat
11.
isi pesan tentang realitas sosial
bahasa
jurnalistik
(ekonomi kata dan bahasa)
10. refleksi penyajian kuat
11. isi pesan menyerap realitas / faktual
Sumber: (Wahyudi, 1994: 19)
2.1.6
Feature
Program features termasuk ke dalam karya siaran artistik, yaitu merupakan
produksi program televisi yang menekankan pada aspek artistik dan estetik, sehingga
24 unsur keindahan menjadi keunggulan dan daya tarik program tersebut. Program features
sendiri dapat diartikan sebagai suatu program kreatif, terikat pada dasar-dasar jurnalistik
dan juga artistik, dapat mengabaikan segi aktualitas, menyajikan kebenaran atau
obyektivitas tetapi kadang-kadang bisa subyektif, cenderung mengandung segi-segi
human interest, terutama yang bersifat ringan, menghibur, menyenangkan, merangsang
dan menimbulkan emosional perasaan pemirsa. Dan juga memberi, menambah dan
meningkatkan informasi tentang kejadian atau peristiwa, masalah, gejala, proses aspekaspek kehidupan, termasuk juga latar belakang (Pratikto, 1984: 15-16).
Ada juga yang mengartikan features sebagai suatu program yang membahas
suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat pandangan yang saling melengkapi,
mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dalam berbagai format dalam satu
produksi sekaligus (Wibowo, 1997: 124).
Fungsi features secara umum mencakup lima hal, yaitu: (Sumadiria, 2005: 16)
a. Melengkapi sajian berita langsung (straight news)
b. Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi
c. Penghibur dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan
d. Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa
e. Sarana ekspresi yang paling efektif dalam memperngaruhi khalayak.
Format features sebaiknya disusun berdasarkan urutan logis, dari yang
sederhana berkembang semakin rumit, dari yang ringan berkembang semakin berat,
25 dilengkapi dengan musik ataupun sound effect mengenai tema program features tersebut.
Meskipun unsur-unsur yang membuat program features ini menjadi terasa segar, harus
selalu dipikirkan, misalnya menghasilkan peristiwa atau wawancara yang mengandung
humor. Sehingga isi dari keseluruhan acara features itu menjadi menarik untuk ditonton.
Semakin berkembangnya jaman dan kebutuhan pemirsa, format program
features yang ada di televisi pun semakin banyak jenisnya. Tema program features yang
sering ditayangkan televisi saat ini antara lain : (Pratikto, 1984: 99-101)
a.
Features human interest: features ini mengandung banyak unsur rasa manusiawi,
sentuhan manusiawi. Unsur atau segi yang diutamakan , isi acara langsung
menyentuh rasa manusiawi pemirsa. Misalnya keharuan, kegembiraan,
kesedihan, kebencian, simpati, cinta dan kasih sayang.
b.
Features biografi: features ini menceritakan tentang riwayat hidup pribadipribadi mereka yang bernilai untuk diceritakan. Mungkin karena meraka tokohtokoh historis yang tetap bertahan lama sesudah mereka tiada. Karena itu sering
juga disebut sebagai features sejarah atau riwayat hidup.
c.
Features otobiografi: features ini hampir sama dengan features biografi, bedanya
pada features ini memang khusus menceritakan riwayat hidup tokoh-tokoh
tertentu. Pada umumnya tokoh-tokoh itu masih hidup, menunjukkan keintimankeintiman pribadi, hal-hal yang bersifat subyektif, dari suatu sudut pandang
tertentu, yang mungkin jarang diketahui orang lain.
26 d.
Features perjalanan: features ini menceritakan tentang perjalanan ke tempattempat yang menarik atau masih jarang diketahui umum. Features ini dapat
dikatakan juga sebagai features pariwisata.
e.
Features sejarah: features ini mengangkat mengenai sejarah, sering ada
kaitannya dengan tokoh-tokoh atau tempat terkenal.
Program “Hidup Ini Indah” merupakan program berformat feature di mana
desainnya bersifat artistik. di dalamnya terdapat tiga dimensi yang dapat menarik minat
penonton dalam berwirausaha yaitu presenter, tokoh, alur cerita.
27 2.2
Teori Khusus
2.2.1
Kognitif Sosial
Teori sosial kognitif memberikan pengantar kerangka konsep melalui penguji
faktor-faktor yang menentukan dan mekanisme dari dampak yang terjadi. Setiap
tindakan manusia dapat menjelaskan langsung hubungan sebab akibat, yang mana
tindakan membentuk dan mengendalikan salah satunya, hal ini dapat mempengaruhi
lingkungan sekitarnya atau factor dalam diri seseorang (Bryant, 2009: 94).
Teori sosial kognitif telah menemukan beberapa pandangan. Pengembangan diri
seseorang, keaktifannya, pengaturan diri, dan mencerminkan diri, tidak hanya aktivitas
sebelumnya dengan kondisi dan menuntun dari lingkungan sekitarnya atau kekuatan
dirinya sendiri (ibid).
Berikut adalah bagan segitiga teori sosial kognitif, yang berhubungan secara
timbal balik :
Skema segitiga dari hubungan sebab akibat model dari teori sosial kognitif :
Faktor
perorangan
Faktor
perilaku
Faktor
lingkungan
sekitar
28 Menurut Jones (1989), fakta bahwa variasi perilaku berdasarkan dari situasi ke
situasi lainnya mungkin tidak perlu makna bahwa perilaku adalah pengendalian dari
situasi tetapi juga bahwa orang dapat menafsirkan situasi secara berbeda dan bentuk
yang sama dari bentuk rangsangan mungkin memancing respon yang lain dari orang
yang berbeda atau berasal dari orang yang sama dari waktu yang berbeda. Teori sosial
kognitif sangat membantu untuk pemahaman dan prediksi kedua perilaku dari individu
dan kelompok dan mengidentifikasi metode pada saat perilaku bisa termodifikasi atau
berubah.
Berikut ini adalah lima kemampuan kognitif dasar yang merupakan karakteristik
manusia (Bryant, 2009: 95).
1.
Symbolising
capability.
Manusia
memiliki
kemampuan
untuk
mentransformasikan pengalaman-pengalamannya menjadi simbol-simbol dan
kemampuan untuk memproses simbol-simbol ini. Mereka dapat menciptakan
ide-ide yang melampaui pengalaman penginderaannya. Kenyataan bahwa
manusia memiliki kemampuan simbolisasi tersebut tidak berarti bahwa mereka
selalu rasional. Hasil pemikiran itu dapat baik ataupun buruk, tergantung pada
kelengkapan
informasi
yang
dimilikinya.
Semua
symbol-simbol
yang
dikeluarkan akan ditangkap oleh penonton.
2.
Forethought capability. Sebagian besar perilaku manusia diatur oleh pemikiran
antisipatifnya
bukan
oleh
reaksinya
terhadap
lingkungannya.
Orang
mengantisipasi konsekuensi perbuatannya dan menentukan tujuannya sendiri.
Pemikiran ke depan ini bukan akumulasi konsekuensi-konsekuensi terdahulu,
melainkan hasil pemikiran.
29 3.
Vicarious capability. Hampir seluruh kegiatan belajar pada manusia itu bukan
melalui pengalaman langsung, melainkan hasil pengamatannya terhadap perilaku
orang
lain
beserta
konsekuensinya.
Belajar
melalui
pengamatan
ini
memperpendek waktu yang dibutuhkan manusia untuk belajar berbagai
keterampilan. Keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbahasa, demikian
kompleksnya sehingga tidak mungkin dapat dipelajari tangpa penggunaan
modeling.
4.
Self-regulatory capability. Manusia mengembangkan standar internal yang
dipergunakannya untuk mengevaluasi perilaku sendiri. Kemampuan untuk
mengatur diri sendiri ini mempengaruhi perilaku selanjutnya.
5.
Self reflective capability. Kemampuan refleksi diri ini hanya dimiliki oleh
manusia. Orang dapat menganalisis berbagai pengalamannya dan mengevaluasi
apakah rposes berpikirnya sudah memadai. Jenis pemikiran yang paling sentral
dan mendalam yang terjadi dalam refleksi diri ini adalah penilaian orang tentang
kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai macam realitas.
Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang observational
learning atau proses belajar dengan mengamati. Terkadang perilaku seseorang bisa
timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan "the direct,
mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis
(Baran & Davis, 2000: 184). Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya
bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si
anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling.
30 Baranowski, Perry, dan Parcel (1997) menyatakan bahwa "reinforcement is the
primary construct in the operant form of learning" proses penguatan merupakan bentuk
utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari
proses belajar sosial. Di dalam teori kognitif sosial, penguatan bekerja melalui proses
efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects).
Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman
karena perilaku tertentu, misalnya penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang
artis penyanyi terkenal karena terlibat dalam pembuatan video porno. Dengan
mengamati apa yang dialami model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang tersebut
mengikuti apa yang dilakukan sang artis penyanyi terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory
effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau
imbalan untuk suatu perilaku tertentu. Misalnya disebuah tayangan kontes adu bakat di
sebuah televisi ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang bisa memenangi hadiah
ratusan juta rupiah, serta ditawari menjadi model iklan dan bermain dalam sinetron
karena mengkuti lomba tersebut. Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti
jejak sang pengamen jalanan.
Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan
hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi
dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut
Bandura (1986), vicarious reinforcement terjadi karena adanya konsep pengharapan
hasil (outcome expectations ) dan harapan hasil (outcome expectancies ). Outcome
expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model diberi penghargaan
dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan
31 perilaku yang sama dengan model. Seperti dikatakan oleh Baranowski dkk (1997),
"People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their
behavior before they actually encounter the situation" orang akan mengembangkan
pengharapannya tentang suatu situasi dan pengharapannya untuk mendapatkan suatu
hasil dari perilakunya sebelum ia benar-benar mengalamai situasi tersebut. Selanjutnya,
seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk outcome expectancies
-- harapan akan hasil. Harapan-harapan ini memeprtimbangkan sejauh mana penguatan
tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imabalan/penghargaan atau
hukuman. Misalnya, orang memang menganggap bahwa perilaku artis penyanyi yang
membintangi video porno memang pantas dihukum, tetapi teori kognitif sosial juga
mempertimbangkan kemungkinan perilaku yang sama yang dilakukan orang lain dalam
video porno tersebut mendapatkan imbalan misalnya berupa simpati atau bahkan tak
diajukan ke pengadilan karena dianggap sebagai korban, meski pada saat melakukan
adegan video porno tersebut ia dan si arti penyanyi yang dihukum itu sama-sama
melakukannya dengan sadar. Hal ini akan memengaruhi sejauh mana proses belajar
sosial akan terjadi.
Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dari
pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep
lain yang dikemukakan teori ini yang akan memengaruhi sejauh mana belajar sosial
berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi
(indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial
menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan
sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi. Menurut White (1972: 252)
32 identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga berusaha menjadi seperti sang
model dengan beberapa kualitas yang lebih besar. Misalnya seorang anak yang
mengidolakan seorang atlit sepakbola, mungkin akan meniru atlit tersebut dengan cara
menggunakan kostum yang sama dengan atlit tersebut atau mengonsumsi makanan yang
dikonsumsi atlit tersebut.
Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang
"pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang
dipunyainya untuk menampilkan perilaku trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan selfefficacy atau efikasi diri (Bandura, 1977a) dan hal ini dipandang sebagai sebuah
prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara
pembuatan kue bika di televisi yang telah disebutkan di atas. Teori kognitif sosial
menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar membuat kue bika, khususnya bagi
mereka yang terbiasa membeli kue bika siap saji dan mempunyai keyakinan bahwa
membuat kue bika sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak perlu karena membelinya
pun tidak mahal harganya. Dalam hal ini orang tersebut dianggap tidak mempunyai
tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue bika dari televisi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kognitif_Sosial). Diakses tanggal 26 Mei 2011,
pukul 09.42.
2.2.2
Konsep Minat
2.2.2.1 Pengertian Minat
Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk
mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah
33 keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Minat mempunyai karakteristik
pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat
membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki
hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku.
Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk,1996) membagi definisi minat
secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi dan minat dalam ciri
psikologi. (http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/1/pengertian-minat.html) diakses
tanggal 27 April 2011 pukul 20.40 WIB.
a.
Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang relatif
stabil, yang cendrung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat
langsung membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau topik yang spesifik.
Minat pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau
topik sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau
aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas
yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut.
b.
Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh konsisi
lingkungan.
c.
Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang
dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa minat pada
definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai sebuah aktivitas
atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut memiliki nilai yang tinggi
dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau aktivitas tersebut.
34 Berikut adalah pendapat beberapa ahli berkaitan dengan pengertian minat:
a.
Hilgar (1988)
Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri
pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
b.
Andi Marpare
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.
c.
Sutjipto (2001)
Minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau
situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang
sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis
seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan
mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
(www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm). Diakses pada tanggal 27 April
2011, pukul 20.50 WIB.
d.
Nunnally (Sutjipto, 2001)
Menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang
sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya; sedangkan Guilford
(Sutjipto, 2001) menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku
berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu.
35 Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat,
bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang
menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan
dan cendrung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar
yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan
gembira.
2.2.2.2 Faktor Timbulnya Minat
Berdasarkan teori ”Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer,
bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu
terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi
penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek,subjek atau aktivitas tersebut,
maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka kepada objek, subjek atau
aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi
individu (menolakmenerima). Jika ia menerima berarti ia berminat, dan jika menolak
berarti ia tidak berminat (Sarwono S.W, 2003: 71).
Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari tiga faktor
(Sarwono S.W, 2003: 76) :
a.
Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat
seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian
ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang.
b.
Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan
36 diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk
mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh
penghargaan dari keluarga atau teman.
c.
Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan
dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat
meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat
seseorang.
2.2.2.3 Aspek – Aspek atau Kategori Minat
Atkinson dan Hilgard (1976) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam
taksonomi afektif (istilah dari Bloom).
Taksonomi afektif Bloom ini meliputi lima kategori (Atkinson,Hilgard,
Pengantar Psikologi, 2000) :
1.
Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk
menerima perhatian yang terpilih. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana
penonton menerima isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita
pada program ”Hidup Ini Indah”.
2.
Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk
menanggapi kemauan dan kepuasan. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana
penonton menanggapi isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita
pada program ”Hidup Ini Indah”.
37 3.
Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan
komitmen terhadap nilai – nilai tertentu. Di dalam penelitian ini adalah
bagaimana penonton menilai isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur
cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
4.
Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan
pengorganisasian terhadap nilai. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana
penonton mengorganisasikan isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur
cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
5.
Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan
pemasyarakatan nilai. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton
mencirikan isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita pada
program ”Hidup Ini Indah”.
Di dalam penelitian, dimensi yang digunakan adalah minat.
2.3
Kebutuhan dan Keinginan Pemirsa
Pada dasarnya, kebutuhan merupakan sesuatu hal yang sifatnya harus segera
dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud dengan keinginan adalah sebuah kebutuhan yang
dijadikan sebagai refrensi bagi pemirsa terhadap suatu program. Setiap individu pemirsa
memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda terhadap suatu program yang
ditayangka di televisi.
Dominick mengemukakan beberapa kebutuhan dan keinginan pemirsa dalam
menonton suatu program televisi diantaranya adalah : (Morissan, 2005: 23)
38 1.
Pengetahuan
Seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu
atau
memperoleh informasi tentang sesuatu.
2.
Hiburan
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah hiburan. Mayoritas masyarakat
mencari hiburan dengan menonton program – program yang ditayangkan di
televisi.
3.
Pendidikan
Berbagai variasi program yang disiarkan mampu menambah pengetahuan dan
wawasan bagi masyarakat. Televisi juga merupakan sarana pendidikan yang
cukup efektif.
4.
Kepentingan Sosial
Kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan atau program diskusi di suatu
stasiun televisi, karena isi media menjadi suatu perbincangan yang hangat.
5.
Pelarian
Masyarakat yang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai dan
hiburan, tetapi juga sebagai bentuk pelarian. Masyarakat menggunakan media
massa untuk menghindari aktivitas atau permasalahan lain.
39 2.4
Hipotesis
2.4.1
Hipotesis teori
Teori “Kognitif Sosial” berasumsi bahwa Isi media dan karakteristik media akan
mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pada penelitian ini hanya akan diteliti tentang efek yang ditimbulkan
komponen isi media dan karakteristiknya yaitu berupa minat berwirausaha masyarakat
setelah menonton program “Hidup Ini Indah”.
2.4.2
Hipotesis Penelitian
Bahwa karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” yang terdiri dari presenter,
tokoh, alur cerita, dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk berwirausaha.
Semakin menarik karekteristik isi program ”Hidup Ini Indah” maka akan
semakin tinggi minat masyarakat untuk berwirausaha setelah menonton program “Hidup
Ini Indah”.
Ha
Ada pengaruh karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” terhadap minat
masyarakat untuk berwirausaha
Ho
Tidak Ada pengaruh karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” terhadap
minat masyarakat untuk berwirausaha.
40 2.4.3
Hipotesis Statistik
Jika koefisien determinasi (R2) antara variabel X dan Y lebih besar dari 0, maka
ada pengaruh variabel topik terhadap variabel minat.
Ha= R2XY > 0
Ho: R2XY < 0
2.5
Model Analisis
Di dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa orang berminat untuk
berwirausaha tergantung dari karakteristik isinya. Oleh karena itu, peneliti menganggap
bahwa minat adalah efek dari karakteristik isi media.
Karakteristik Isi Program “Hidup Ini Indah”: ‐
‐
‐
Minat Masyarakat untuk Berwirausaha: ‐
Receiving ‐
Responding ‐
Valuing ‐
Organizing ‐
Characterising Presenter Tokoh Alur cerita INDEPENDENT VARIABEL
DEPENDENT VARIABEL
Download