BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Penulis dalam penulisan skripsi ini menggunakan beberapa teori umum, diantaranya yaitu : 2.1.1 Komunikasi 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Jadi secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur – unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan) (Suprapto, 2009:5). Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar sebagai berikut (Suprapto, 2009:5-6) : 1) Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Laswell). 2) Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu. 3) Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda – tanda (alamiah atau universal berupa simbol – 11 12 simbol berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau nonverbal yang disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain. 4) Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang – lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl I. Hovland). 5) Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide – ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol – simbol (Theodorson dan Thedorson). 6) Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide, dan sikap seseorang kepada orang lain (Edwin Emery). 7) Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia (Delton E, Mc Farland). 8) Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan (William Albig). 9) Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antarmanusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu (Charles H. Cooley). 10) Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, 13 rangkaian atau tahap – tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut (A. Winnet). 11) Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata – kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual) (Karlfried Knapp). Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis. 1) Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal – usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” dan perkataan ini bersumber pada kata “comminis” yang berarti sama makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. 2) Seacara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 3) Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya adalah ceramah, kuliah, dakwah, diplomasi, dan sebagainya. Demikian pula pemberitaan surat kabar dan majalah, penyiaran radio dan televisi atau pertunjukan film di gedung bioskop, dan lain – lain (Suprapto, 2009:7). 14 2.1.1.2 Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Langkah – langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut (Suprapto, 2009:7-8) : Gambar 2.1 Langkah – Langkah dalam Proses Komunikasi 1) Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator. 2) Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukan menjadi lambang – lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan. 3) Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambang – lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan. 15 4) Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut. 5) Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator. Harold D Laswell memperkenalkan 5 formula komunikasi untuk terjadinya suatu proses komunikasi, yaitu (Suprapto, 2009:9) : 1) Who, yakni berkenaan dengan siapa yang mengatakan. 2) Says What, yakni berkenaan dengan menyatakan apa. 3) In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa. 4) To Whom, yakni berkenaan dengan ditujukan kepada siapa. 5) With What Effek, yaitu berkenaan dengan pengaruh apa. Berdasarkan formula Laswell tersebut, maka terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadinya proses komunikasi, yaitu : 1) Komunikator 2) Pesan 3) Media 4) Komunikan 5) Pengaruh William G. Scott yang mengutip pendapat Babcock dalam thoha (1977) mengatakan bahwa ada 5 faktor yang memengaruhi proses komunikasi (Suprapto, 2009:10-12) : 16 1) The Act (Perbuatan) Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang – lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan – hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya lambang – lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan tertentu tanda – tanda lain dapat pula dipergunakan. 2) The Scene (Adegan) Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain adegan adalah sesuatu yang akan dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan. 3) The Agent (Pelaku) Individu – Individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku – pelaku komunikasi. Pengirim dan penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini, adalah contoh dari pelaku – pelaku komunikasi tersebut. Dan peranannya sering kali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang. 4) The Agency (Perantara) Alat – alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara. Alat – alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, juga alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat tugas, dan sejenisnya. 17 5) The Purpose (Tujuan) Menurut Grace dalam Thoha (1977), ada 4 macam tujuan, yaitu : a. Tujuan fungsional (the functional goals) adalah tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi/lembaga. b. Tujuan manipulasi (the manipulative goals) adalah tujuan yang dimaksudkan untuk menggerakkan orang – orang yang mau menerima ide – ide yang disampaikan, yang sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya. c. Tujuan keindahan (the aesthetics goals) adalah tujuan untuk menciptakan tujuan – tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam kenyataan. d. Tujuan keyakinan (the confidence goals) adalah tujuan yang bermaksud untuk menyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang – orang pada lingkungan. 2.1.1.3 Fungsi Komunikasi Menurut William I. Gorden (Mulyana, 2011:5-38) komunikasi dibagi menjadi empat fungsi : 1) Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sosial sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. 18 Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. 2) Komunikasi Ekspresif Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan – perasaan (emosi) kita. Perasaan – perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan – pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata – kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. Misalnya : seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya, dan seorang atasan menunjukkan simpatinya kepada bawahannya yang istrinya baru meninggal dengan menepuk bahunya. 3) Komunikasi Ritual Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara – upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), hingga upacara kematian. Dalam acara – acara itu orang 19 mengucapkan kata – kata atau menampilkan perilaku – perilaku simbolik. Ritus – ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri), atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpatisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka. 4) Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental menginformasikan, mempunyai mengajar, beberapa mendorong, tujuan mengubah umum: sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. Misalya : ketika dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataannya dapat membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruangan kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka. 2.1.1.4 Dampak Komunikasi Setiap aktivitas komunikasi pasti memiliki efek. Dalam konsep komunikasi paradigmatis disebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah 20 pola yang meliputi sejumlah komponen (unsur) serta memiliki dampak – dampak tertentu. Adapun pola – pola komunikasi yang memiliki dampak, antara lain penyuluhan, penerangan, propaganda, kampanye, pendidikan, acara radio/televisi, pemutaran film/video, dan diplomasi (Suprapto, 2009:12). Pada dasarnya komunikasi memiliki 3 dampak, yaitu (Suprapto, 2009:12) : 1) Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan. Tujuan ini sering disebut tujuan yang kognitif. 2) Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide, atau pendapat. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif. 3) Mengubah sikap, perilaku dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan konatif atau psikomotorik. 2.1.1.5 Sasaran Komunikasi Ada dua macam sasaran komunikasi, antara lain (Suprapto, 2009:1314) : 1) Siapakah sasaran komunikasi yang dituju ? Dari pengalaman sehari – hari, kita sering menemukan bahwa di dalam sasaran berkomunikasi dengan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu, respons yang datang kepada kita tidak hanya dari khalayak sasaran yang dikehendaki, melainkan juga datang dari individu atau kelompok yang lain (yang tidak dikehendaki). 21 2) Bagaimana efek komunikasi ? Bahwa pesan yang disampaikan dan diterima oleh komunikan dapat dibedakan yang sifatnya konsumtif dan instrumental atau kombinasi keduanya. a. Efek Konsumtif Adalah efek atau pengaruh komunikasi (pesan) yang dapat langsung diresapi dan dapat diamati. b. Efek Instrumental Adalah efek atau pengaruh dari komunikasi (pesan) yang tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh komunikan dan tidak dapat langsung diamati oleh komunikator. 2.1.1.6 Gangguan Komunikasi Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan tertentu dalam sistem kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan. Pada hakikatnya kebanyakan dari gangguan yang timbul, bukan berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience (penerima) nya (Suprapto, 2009:14). Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak – tidaknya ada tiga faktor psikologis yang mendasari hal itu, yaitu (Suprapto, 2009:15) : 22 1) Selective attention Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal – hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli mobil. 2) Selective perception Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan berpikir secara stereotip. 3) Selective retention Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang mengenai komunisme, seorang mahasiswa yang antikomunis hanya akan mengingat hal – hal jelek mengenai komunisme. Sebaliknya mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk mengingat kelebihan – kelebihan sistem komunisme yang diungkapkan oleh artikel tersebut. Selective attention, selective perception, dan selective retention berlaku universal. Faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu komunikasi (Suprapto, 2009:16). 23 2.1.2 Komunikasi Massa 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa sudah dimasukkan ke dalam disiplin ilmiah (Nurudin, 2007:2). Beberapa definisi komunikasi massa dari para ahli komunikasi, yaitu : 1) Menurut Nabeel Jurdi dalam bukunya Reading in Mass Communication (1983) disebutkan bahwa “in mass communication, there is no face-toface contact (dalam komunikasi massa, tidak ada tatap muka antar penerima pesan) (Nurudin, 2007:10). 2) Menurut Josep A. Devito yakni, : “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication is perhaps most easily and most logically defined by its form: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes.” Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang 24 membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Nurudin, 2007:11). 3) Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan, “Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen)”. Large disini berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonymous berarti bahwa individu yang menerima pesan cenderung menjadi asing satu sama lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan heterogeneous berarti bahwa pesan yang dikirim to whom it may concern (kepada yang berkepentingan) yakni kepada orang – orang dari berbagai macam atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen (Nurudin, 2007:11). 4) Menurut Gerbner (1967), “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan 25 lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri) (Rakhmat, 2011:186). Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) (Nurudin, 2007:3). 2.1.2.2 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Menurut Nurudin, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa (2007:19-32) ciri – ciri dari komunikasi massa, yaitu : 1) Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga. Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.” 2) Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen. Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, 26 status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. 3) Pesannya Bersifat Umum. Pesan – pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan – pesannya ditujukkan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan – pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4) Komunikasinya Berlangsung Satu Arah. Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). Jika dalam komunikasi massa ada komunikasi dua arah, sebisa mungkin komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah itu. Padahal, sulit bukan ? oleh karena itu, ciri komunikasi dalam komunikasi massa tetap harus dikatakan berjalan satu arah saja. 5) Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan – pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 27 6) Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahklan proses pemancaran pesan yang akan dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukan siaran yang di rekam (recorded). 7) Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manejer pemberitaan, penjaga rubrik, kameramen, sutradara, dan lembaga sensor film yang semuanya memengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam pesan-pesan dari media massa masing-masing. menginterpretasikan pesan, Gatekeeper menganalisis, juga berfungsi menambah data, untuk dan mengurangi pesan – pesannya. Intinya gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula gatekeeping (pemalang pintu atau penapisan informasi) yang dilakukan. Bahkan bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalangan pintu. 28 2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Beberapa fungsi komunikasi massa yang akan kita bicarakan dibagian ini tidak dimaksudkan untuk membingungkan pembaca. Beberapa definisi bisa dijadikan bukti bahwa masing – masing orang berbeda satu sama lain dalam memberikan istilah, meskipun jika dilihat sebenarnya mempunyai kesamaan istilah. Beberapa definisi dibawah ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang fungsi – fungsi komunikasi massa yang dimaksud (Nurudin, 2007:64). 1) Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain (Nurudin, 2007:64) : a. To inform (menginformasikan), b. To entertain (memberi hiburan), c. To persuade (membujuk), d. Transmission of the culture (transmisi budaya). 2) Fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan (Nurudin, 2007:64) : a. Providing information, b. Providing entertainment, c. Helping to persuade, d. Contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). 3) Fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D. Lasswell, yakni (Nurudin, 2007:64) : a. Surveillance of the environment (fungsi pengawasan), b. Correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi), 29 c. Transmission of the social heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial). 4) Sementara itu, menurut Alexis S.Tan fungsi komunikasi bisa beroperasi dalam empat hal, yaitu (Nurudin, 2007:64-65) : a. Memberi informasi. Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan. b. Mendidik. Memperoleh memfungsikan pengetahuan dirinya dan secara keterampilan efektif dalam yang berguna masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. c. Mempersuasi. Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. d. Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan. Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi. Apapun yang dikemukakan, setidaknya ada benang merah bahwa fungsi komunikasi massa secara umum bisa dikemukakan, seperti informasi, pendidikan, dan hiburan (Nurudin, 2007:63). 30 2.1.3 Media Massa 2.1.3.1 Definisi Media Massa Media massa adalah alat – alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi yang lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007:9). 2.1.3.2 Jenis Media Massa Media massa pada masyarakat luas saat ini dapat dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan menia online (Mondry, 2008:12) : 1) Media Cetak. Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti kabar (koran), tabloid, majalah. 2) Media Elektronik. Media elektronik muncul karena perkembangan modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, brupa penulisan naskah dengan suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Maka kemudian, yang disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi. 31 3) Media Online. Media online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan. 2.1.3.3 Peran Media Massa Bungin (2006) menyebutkan, media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change yang menjadi lembaga pelopor perubahan. Ini merupakan paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigma tersebut, media massa berperan sebagai berikut (Mondry, 2008:84) : 1) Media massa sebagai institusi pencerahan masyarakat. Melalui perannya sebagai media edukasi, media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat maju. 2) Media massa juga menjadi media informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur, dan benar yang disampaikan media massa kepada masyarakat, akan menjadikan masyarakat kaya terhadap informasi, masyarakat menjadi terbuka dengan informasi. Sebaliknya pula, masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat dapat menyampaikan informasi dengan jujur ke media massa. Selain itu, dengan banyaknya informasi yang dimiliki oleh masyarakat, 32 menjadikan mereka sebagai masyarakat dunia yang dapat berpatisipasi dengan berbagai kemampuannya. 3) Media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yang merupakan setiap saat menjadi corong kebudayaan dan katalisator perkembangan masyarakat. Sebagai agen perubahan itu, media massa juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi kepentingan manusia bermoral dan masyarakat madani. Dengan demikian, media massa juga berperan mencegah berkembangnya budaya – budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakat. 2.1.4 Televisi Seperti halnya radio, televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan teknologi seperti telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan yang tidak bergerak) dan rekaman suara. Teknologi ini ditemukan untuk mencari kegunaan, bukannya sesuatu yang lahir sebagai respons terhadap suatu kebutuhan pelayanan baru (Tumengkol, 2009:91). Televisi sebagai jendela informasi dan hiburan memang lebih banyak dilirik masyarakat sebagai pemenuhan berbagai informasi dibandingkan media cetak dan radio. Hiburan seperti drama, komedi, musik, kartun anak, hingga rohani tersaji hampir 24 jam di televisi. Masyarakat lebih sering menikmati informasi dari televisi karena tampilannya yang lebih hidup dan kecepatan informasi yang disuguhkan. Dikarenakan hal tersebut, persaingan televisi di Indonesia khususnya swasta dalam usaha menarik perhatian 33 masyarakat sangat ketat. Persaingan ini dapat terlihat dari banyaknya program acara yang dihadirkan setiap stasiun televisi guna memenuhi keinginan masyarakat (Andriana, 2011:3). 2.1.4.1 Pengertian Televisi Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society. An Incuest and Agenda (1965)”, dibandingkan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah buku, dan sebagainya), televisi mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar, karena bisa menampilkan informasi, hiburan, dan pendidikan, atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata (Badjuri, 2010:6). Televisi merupakan salah satu bentuk media penyiaran yang paling banyak mengalami proses evolusi khususnya pada ranah teknologi informasi. Dewasa ini kehadiran bentuk media penyiaran ini tentu tidak lepas dari segudang apresiasi dari banyak kalangan di masyarakat. Manusia sendiri pun tidak dapat memungkiri bahwa semua media televisi akan senantiasa hadir di depannya. Berbagai tayangan program siaran hadir melalui media ini, berbagai intrepretasi pun akan muncul dari masyarakat sebagai pemirsanya (Candra, N.R.A, 2010:188). Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai informasi. Penyampaian isi pesan seolah – olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, dengan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. 34 Pesan – pesan yang disampaikan langsung mempengaruhi otak, emosi, perasaan dan sikap pemirsa (Badjuri, 2010:6). Televisi terus menerus menjadi medium penting yang paling mudah diakses untuk dimengerti dan dipelajari. Meski begitu tidaklah cukup hanya menyaksikan televisi. Pemirsa perlu lebih waspada pada jenis menonton seperti yang mereka lakukan (Gorton, 2008) (Prawira, Wahid, 2012:69). 2.1.4.2 Sejarah Televisi Dalam penemuan televisi, terdapat banyak penemu maupun inovator yang terlibat baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik (Badjuri, 2010:5). George digambarkan Carey dapat (1876) membuat menciptakan seseorang Selenium melihat camera gelombang yang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan Sinar Katoda (Badjuri, 2010:5). Julius Paul Gottlieb Nipkow (1860 – 1940) atau lebih dikenal Paul Nipkow, ilmuwan Jerman memiliki ide (1884) bagaimana dapat mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain dan ia berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut Teleskop Elektrik dengan resolusi 18 garis. Temuannya disebut cikal bakal lahirnya televisi. Karena ketekunannya, Paul Nipkov akhirnya menemukan 35 sebuah alat yang kemudian disebut “Jantra Nipkov” atau disebut juga “Nipkov Sheibu”. Penemuan itu melahirkan elestriche teleskop, atau televisi elektris. Dengan penemuan itu, Paul Nipkov disebut “bapak” televisi (J.B Wahyudi, B.A., Jurnalistik Televisi, 1983) (Badjuri, 2010:6). 2.1.4.3 Kelebihan Televisi Sebagai media massa yang tumbuh belakangan, dan merupakan konvergensi dari media radio, surat kabar, industri musik, pertunjukan panggung, dan sebagainya, televisi memiliki kekuatan yang sangat besar dibanding jenis media massa lain. meskipun teknologi internet hadir dengan berbagai kelebihannya, namun sampai saat ini internet belum mampu menggeser dominasi televisi. Dimana – mana persentase penggunaan jenis media massa masih dikuasai oleh televisi. Kemampuan televisi mendominasi media lain karena media ini mempunyai sejumlah kelebihan, antara lain sebagai berikut (Badjuri, 2010:14-16) : 1) Bersifat Dengar Pandang. Tidak seperti halnya media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera dengar, media TV bisa dinikmati pula secara visual melalui indera penglihatan. Faktor melihat itu menjadi sangat penting, karena seperti dikatakan oleh Confusius, “saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya ingat, dan saya melakukan maka saya paham”. Dengan melihat sendiri, seseorang merasa terlibat secara langsung dalam suatu peristiwa sehingga memiliki kekuatan sugestif yang tinggi. Jika potensi ini dioptimalisasikan untuk praksis pembelajaran tentu akan memiliki pengaruh positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. 36 2) Menghadirkan Realitas Sosial. Terkait dengan potensi yang baru saja disebutkan, televisi memiliki kemampuan menghadirkan realitas sosisal seolah – olah seperti aslinya, atau dalam istilah piliang sebagai hiperealitas. Kemampuan teknologi kamera dalam merekam realitas sebagaimana aslinya, menjadikan tayangan televisi memiliki pengaruh sangat kuat pada diri khalayak. Meskipun orang yang berbeda di balik pengoperasionalan kamera sering memiliki agenda setting tersendiri dan melakukan framing atas realitas yang direkam, namun khalayak percaya bahwa gambar dan suara yang mereka ikuti di layar televisi mencerminkan realitas sosial yang ada. Visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara pada kenyataannya sangat membantu memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi mudah untuk dimengerti. Kekuatan ini tentu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan pendidikan. 3) Simultaneous. Kekuatan lain yang dimiliki media televisi adalah kemampuan menyampaikan segala sesuatu secara serempak sehingga mampu menyampaikan informasi kepada banyak orang yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang sama persis. Aspek simultaneous sebenarnya juga dimiliki oleh media radio, hanya keserempakan yang terjadi dalam media televisi tidak hanya bersifat auditif tetapi juga visual sehingga kesan yang diterima audience sangat kuat. Sifat simultaneous itu tidak dimiliki oleh media massa cetak yang membutuhkan sistem distribusi sangat panjang sehingga lokasi yang berbeda jauh dari tempat pencetakan 37 akan menerima informasi lebih lambat dengan yang berada di dekat pusat penerbitan. 4) Memberi Rasa Intim/Kedekatan. Tayangan program TV secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasif terhadap khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang memberi kesan dekat, tidak berjarak, bahasa tutur sehari – hari, gesture yang wajar menciptakan suasana intim antara presenter program dengan khalayak. Hal yang demikian tidak ditemukan dalam media cetak. Media radio memiliki sifat yang mirip namun hanya mengandalkan audio sehingga daya tariknya relatif rendah, sedangkan televisi didukung oleh visual yang menarik. Jika potensi yang demikian dikelola secara baik untuk misi pendidikan, niscaya pengaruh yang ditimbulkan pun cukup besar. 5) Menghibur. Meskipun secara konseptual fungsi TV sama dengan media massa lainnya, yaitu informatif, edukatif dan menghibur, namun fungsi terbesar dari televisi adalah menghibur. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa motif utama orang untuk menonton TV adalah mencari hiburan, setelah itu mencari informasi, dan yang paling akhir adalah mencari pengetahuan/pendidikan. Dari sekian banyak media massa, televisi diduga mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap penontonnya. Dari televisi pula orang dapat belajar banyak tentang informasi dan memahami tentang dunia, bagaimana perilaku dalam masyarakat, mempelajari hubungan sosial, hingga nilai - nilai perilaku sosial, dan anti – sosial (Nurlailah, 2011:67). 38 2.1.4.4 Kelemahan Televisi Selain beberapa kelebihan yang dimiliki, media televisi juga mengandung kelemahan yang kurang menguntungkan bagi pengguna. Kelemahan - kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut (Badjuri, 2010:17-19) : 1) Menentukan Kelompok yang Dituju. Kerena sifat siaran televisi simultaneous, maka setiap kali penayangan sebuah program langsung dapat diakses oleh berbagai kalangan. Sejauh ini belum ada sistem yang dapat mengendalikan siaran televisi agar bisa diakses oleh target sasaran tertentu saja. 2) Cenderung Mengabaikan Isu - isu Mendalam. Menyadari bahwa setiap program secara otomatis akan diikuti oleh berbagai kalangan, maka dalam proses produksi pihak produser selalu mempertimbangkan aspek kemudahan untuk dicerna. Meskipun isu yang diangkat sangat serius, seperti masalah cloning tetapi penyajiannya harus mudah dipahami oleh khlayak. 3) Kurang Berkesinambungan. Secara umum tayangan program di televisi jarang memperhatikan aspek kesinambungan antara program satu dengan yang lainnya. Untuk dapat mengikuti sebuah tayangan televisi, khalayak tidak dipersyaratkan mengikuti program yang ditayangkan sebelumnya. 4) Impersonal. Kelemahan media televisi adalah di sifatnya yang impersonal, sehingga proses komunikasi sesungguhnya berlangsung secara tidak alami. Sifat 39 demikian itu tidak sesuai dengan praktik penyelenggaraan pendidikan yang baik. 5) Biaya Tinggi. Meskipun teknologi komunikasi sudah berhasil menyederhanakan perangkat kerja produk televisi, namun biaya yang haus dikeluarkan untuk penyelenggaraan program - program pendidikan melalui televisi tetap saja tinggi. 6) Persaingan Antar Televisi. Keberadaan media televisi harus diakui sebagai suatu kemajuan dibidang komunikasi. Persaingan antar stasiun televisi pun semakin ketat. Demi menjaga eksistensi masing - masing, lahirlah kelompok - kelompok televisi swasta dalam rangka mempertahankan hidupnya. 2.1.5 Program Televisi Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang – Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya (Morissan, 2011:209-210). 40 2.1.5.1 Jenis Program Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku (Morissan, 2011:217-218). Bebagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu (Morissan, 2011:218-223) : 1) Program Informasi. Manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah masyarakat. Programmer dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu orang ini untuk menarik sebanyak mungkin audien. Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya, memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang “dijual” kepada audien. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melulu program berita di mana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan), misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. 41 2) Program Hiburan. Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan(game), musik, dan pertunjukan. 2.1.6 Program Magazine Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah udara. Sebagaimana majalah cetak, program magazine memiliki jangka waktu terbit, mingguan, bulanan, dwi bulanan, tergantung dari kemauan produser. Dalam program itu juga terdapat rubrik – rubrik tetap yang berisi bahasan – bahasan. (Wibowo, 2009:196). Diberi nama magazine karena topik atau tema yang disajikan mirip dengan topik – topik atau tema yang terdapat dalam suatu majalah (magazine). Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang. Magazine ditayangkan pada program tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya. Suatu program magazine dengan durasi 30 menit atau satu jam dapat terdiri atas hanya satu topik atau beberapa topik (Morissan, 2011:221-222). 42 2.1.7 Program Dini Hari Beberapa media penyiaran menunjukkan kecenderungan untuk mengabaikan waktu siaran pada dini hari yaitu waktu setelah tengah malam. Sebagian media penyiaran bahkan tidak mengudara pada waktu dini hari dengan asumsi tidak ada audien di tengah malam buta. Anggapan ini bisa jadi keliru. Jangankan di kota besar, bahkan di kota kecil sekalipun terbukti tetap ada orang yang ingin menonton televisi atau mendengarkan radio pada waktu dini hari. Ingatlah bahwa setiap waktu siaran termasuk dini hari selalu tersedia audien (Morissan, 2011:348). 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Program Features Seluruh stasiun televisi membutuhkan beragam karya kreatif untuk mengisi slot waktu siarannya setiap hari. Karya yang harus dihasilkan pada persaingan yang sangat ketat adalah program yang berbeda, dinamis, dan disukai audiensi. Keberadaan juga harus bisa menekan cost, tetapi menarik simpati karena tidak membosankan. Program features adalah salah satu cara menghadapi persaingan program televisi yang bergelimang artis populer, dekorasi yang fantastik, serta menyuguhkan kecanggihan teknologi (Fachruddin, 2012:221). Feature adalah sesuatu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai 43 format. Dalam satu feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa format program sekaligus. Misalnya, wawancara (interview), show, vox-pop, puisi, musik, nyanyian, sandiwara pendek, atau fragmen (Wibowo, 2009:186). Program features yang dikemas TRANS TV telah membuktikan keberhasilan menarik perhatian audiensi karena keberbedaan tadi. Buktinya sebagian besar program features TRANS TV bertahan lama, bahkan menjadi tren (diikuti stasiun televisi lainnya) atau muncul kreasi yang baru, seperti, Kuliner Pak Bondan, Dorce Jalan – Jalan, Harmoni Alam, dan Selebrity on Vacation (Fachruddin, 2012:221-222). 2.2.1.1 Karakteristik Program Features Program features kadang syarat dengan kadar keilmuwan, hanya pengolahannya secara populer, sehingga nyaman disimak dan menghibur. “Cerita features adalah pengemasan informasi yang kreatif, kadang – kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pemirsa tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.” Berikut ini karakteristik program features yang akan diproduksi, sebagai berikut (Fachruddin, 2012:225-227) : 1) Kreativitas (creative). Berbeda dari berita (hardnews), features memungkinkan jurnalis menciptakan sebuah cerita. Cerita features dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang jurnalis. Meskipun masih diikat etika bahwa features harus akurat, karangan fiktif dan khayalan tidak diperbolehkan. Jurnalis bisa mencari features dalam pikirannya, 44 kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia bisa memulai memproduksi secara bertahap. 2) Informatif. Features bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam kemasan informasi berita hardnews. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup. Aspek informatif mengenai program features bisa juga dalam bentuk lain. Ada banyak features yang biasa – biasa saja, tapi bila dikemas oleh jurnalis yang berpengalaman, features bisa menjadi alat yang ampuh sebagai pembawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada pemirsa. Seperti nilai – nilai kejujuran, kesetiaan, sikap tulus tanpa pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuangan, kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, dan cinta kasih. Features bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan yang konstruktif. 3) Menghibur (entertainment). Dalam persaingan program televisi yang sangat ketat saat ini, features menjadi alternatif untuk meng-counter program sinetron, reality show, dan lain sebagainya, karena memiliki segmentasi audiensi yang berbeda. Bagi stasiun televisi, menayangkan features membutuhkan biaya yang relatif terjangkau, namun menghadirkan sentuhan perasaan manusia. Cerita features biasanya eksklusif, seorang jurnalis bisa mengarap “cerita berwarna - warni” untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utamanya adalah bagaimana 45 menghibur pemirsa dan memberikan kepadanya hal – hal yang baru dan segar. 4) Awet (timeless). Berita (hardnews) mudah sekali “punah” dimakan wakktu, tetapi features bisa ditayangkan kapan saja bahkan berkali – kali disiarkan pun masih tetap menarik perhatian pemirsa. Karena departemen programming televisi tahu bahwa nilai cerita features tidak akan musnah dimakan waktu. 5) Subjektivitas. Beberapa features ditulis dalam bentuk “aku,” sehingga memungkinkan pada program features jurnalis memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak jurnalis yang dididik dalam reporting objektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak ditonton. 2.2.2 Minat Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri (Djaali, 2012:121). Muhibbin Syah (2008:136), menyatakan bahwa minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Senada dengan hal tersebut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau 46 aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Hillgard dalam Slameto (2010:57), memberi rumusan tentang minat sebagai berikut Interest is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content yang berarti bahwa minat adalah kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Sukardi yang dikutip oleh Ali dan Asrori (2005:68) mengemukakan bahwa ada tiga cara dalam menentukan minat yaitu : 1) Minat yang diinventariskan (Invested Interest). Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan tertentu. 2) Minat yang diekspresikan (Expressed Interest). Seseorang yang dapat memilih minat atau pilihannya dengan kata tertentu. 3) Minat yang diwujudkan (Manifest Interest). Seseorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata - kata, tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas tertentu. 2.2.3 Teori Uses and Gratification Helbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori Uses and Gratifications (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communication: Current Perspectives on Gratification Research. Teori Uses 47 and Gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori Uses and Gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2007:191-192). Teori ini jelas kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada dipihak yang pasif. Sementara itu, didalam teori Uses and Gratification ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2007:192). Teori Uses and Gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya, manusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat didalam kehidupan (Nurudin, 2007:192). Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial (Nurudin, 2007:193). 48 Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini (Nurudin, 2007:194) : Gambar 2.2 Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman - pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya 49 menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat keanekaragaman (Nurudin, 2007:194-195). 2.2.4 Definisi dan Operasionalisasi Konsep 2.2.4.1 Definisi Konsep Maksud dari definisi konsep ini adalah mendefinisikan variabel variabel dari konsep masalah penelitian yang diteliti. Variabel - variabel tersebut adalah : 1) Variabel Bebas (X) Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 2004:12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh program Sportvaganza. 2) Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat menonton (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Communication 2014). 2.2.4.2 Operasionalisasi Konsep Penelitian ini menggunakan tayangan program Sportvaganza di TRANS TV yang terdiri Program Sportvaganza (X) dan minat menonton (Y). Definisi dan penjelasan tentang variabel X dan variabel Y dapat dilihat pada tabel berikut ini : 50 Tabel 2.1 Operasional Konsep (X) VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA ● Program Sportvaganza selalu menyajikan topik/tema yang kreatif dan menarik setiap episodenya. Kreativitas (Creative) ● Kualitas gambar yang ditampilkan oleh program Sportvaganza, sudah cukup baik. ● Dalam program Sportvaganza secara keseluruhan tidak ada unsur karangan fiktif atau khayalan. VARIABEL (X) Program Sportvaganza di TRANS TV ● Program Sportvaganza menjadi menarik dengan informasi yang disajikannya. Informatif ● Program Sportvaganza cukup memberikan pengetahuan mengenai hal - hal seputar olahraga. ● Informasi yang disajikan oleh program Sportvaganza mudah dipahami. Menghibur (Entertainment) ● Cuplikan - cuplikan dalam program Sportvaganza memberikan hiburan tersendiri. ● Backsound atau sound effect dalam program Sportvaganza memberikan hiburan tersendiri. Skala Likert 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 2 = Tidak Setuju (TS) 3 = Ragu - Ragu (RG) 4 = Setuju (S) 5= Sangat Setuju (SS) 51 Tabel 2.2 Operasional Konsep (Y) VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA ● Saya merasa ada yang menarik dari tayangan Sportvaganza. Invested Interest (Minat yang diinventariskan) VARIABEL (Y) Minat Menonton (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Communication 2014) ● Tayangan Sportvaganza mengalihkan perhatian saya. ● Saya puas terhadap informasi yang saya dapatkan dari program Sportvaganza. ● Saya mulai menyukai dunia olahraga, setelah menyaksikan program Sportvaganza. Expressed Interest (Minat yang diekspresikan) Manifest Interest (Minat yang diwujudkan) ● Dengan menyaksikan program Sportvaganza, saya suka menonton acara olahraga. ● Saya merasa program Sportvaganza memberikan pengaruh untuk tetap menonton setiap episodenya. ● Saya terus mengikuti perkembangan Sportvaganza. ● Karena intensitas yang kuat, saya akan terus menonton program Sportvaganza. ● Karena informasi yang lengkap, saya menjadi aktif dalam perkembangan program Sportvaganza. Skala Likert 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 2 = Tidak Setuju (TS) 3 = Ragu - Ragu (RG) 4 = Setuju (S) 5 = Sangat Setuju (SS) 52 2.3 Kerangka Berpikir Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran MINAT MENONTON PENGARUH PROGRAM SPORTVAGANZA DI TRANS TV (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing) Communication 2014)