EDISI: 001 | TH-I | VOLUME: 1 | 2011 MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TIMUR PENDIDIK KREATIF, INOVATIF CERMINAN PENDIDIKAN NASIONAL Cara Jitu Tingkatkan Kualitas Pendidik (1) Pada edisi ini dibahas tentang cara pertama, yaituKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) MAJALAH INI DAPAT DIPEROLEH DI L.P.M.P JATIM Erin Gruwell Menulis Menjadikan Diri Kita Abadi REMEMBER THE WORLD IS FLAT NOW What do we need? Do we need Global Quality Teacher & Global Education? What strategy must we do to introduce, create & develop it? Oops, I have some ideas, Let’s join some programs, workshops or courses which not only talk but also implement these things • • • • • • • • • • • • • International Experience in Education Valuing Study Abroad in Teacher Education Student Teaching Abroad Adopt and Achieve Global Standard Internationalizing Teacher Education for Global Arena Short-term International Teaching Experiences Providing A Key to Global Classroom Creating Global Competent Teachers and Teacher Educators for Twenty-first Century Globalization and The Preparation of Quality Teachers Supporting International Teacher Education Programs Bridging The Gap between The Traditional and A Global Curriculum Going Global, A Requirement for The 21ST Century Learning through m-education.net and e-dukasi.net or another Global Education Programs SO PEOPLE, WHAT DO YOU THINK? HOPEFULLY, THOSE OPEN OUR MIND AND GIVE US NEW PERSPECTIVE START BEING GLOBAL DON’T BE THE LAST salamredaksi Profesionalisme guru Menuju Indonesia Cerdas LPMP memiliki tugas untuk membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standart nasional pendidikan. alam rangka unit penyokong visi pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan, maka LPMP mengacu pada UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sudah jelas dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional yang selanjutnya wajib memenuhi kualifikasi, kompetensi, dan memiliki sertifikat pendidik. Berdasar pada aturan tersebut, salah satu program nasional dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru agar dapat sejahtera, bermartabat dan profesional melalui program sertifikasi guru. Menurut pasal 82 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, konsep sertifikasi guru dan dosen terbagi atas 2 hal, antara lain; Pertama, sertifikasi guru yang merupakan salah satu alat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme guru Kedua, tunjangan profesi pendidik diberikan kepada guru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan martabat guru serta guru dapat melaksanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan Pada Inpres Nomor 1 Tahun 2010, pemerintah menyatakan bahwa ada 4 program yang harus segera direalisasikan oleh setiap pendidik. Program pertama yakni, program peningkatan metodologi dan kurikulum. Aplikasi yang ingin dicapai yakni menyempurnakan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Program kedua yakni program pengelolaan sekolah. Aplikasi yang diterapkan yakni meningkatkan kompetensi kepala dan pengawas sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah. Program ketiga yakni program peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan. Program terakhir yakni program peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan. Kegiatan yang direalisasikan yakni penerapan pembelajaran berbasis TIK di sekolah. Selain mengacu pada undang-undang yang berlaku, LPMP juga menyiapkan beberapa program untuk peningkatan profesi pendidik di Jawa Timur. Program tersebut antara lain seperti, seleksi calon kepala seko- lah /pengawas / guru, seleksi calon kepala sekolah/ pengawas / guru berprestasi, evaluasi diri sekolah /pemetaan sekolah. Begitu juga dengan program pemetaan kompetensi guru/kepala sekolah/pengawas, seleksi penerimaan peserta didik baru/penerimaan siswa baru RSBI, diklat terakreditasi guru/kepala sekolah/pengawas, diklat prajabatan, diklat ICT dan multimedia pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit- nya. Yang dimaksud dengan Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh pegawai negeri sipil. Sedangkan jenjang jabatan fungsional guru dibagi atas 4 bagian yakni, guru pertama, guru muda, guru madya, dan guru utama. Oleh karena itu, setiap jenjang jabatan fungsional guru juga memiliki kewajiban yang berbeda-beda. Secara umum, kewajiban guru antara lain seperti merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/bimbingan yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/bimbingan serta melaksanakan pembelajaran/ perbaikan dan pengayaan, mampu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Selain itu terdapat pula penunjang tugas guru antara lain kegiatan membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktek industri/ekstrakulikuler, menjadi organisasi profesi/kepramukaan, menjadi tim penilai angka kredit, menjadi tutor/pelatih/ instruktur. Sedangkan pada bidang pengembangan keprofesian berkelanjutan, beberapa kegiatan yang wajib diikuti oleh pendidik meliputi pengembangan diri melalui diklat fungsional, dan kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan keprofesian guru. Selain itu, setiap guru juga dituntut untuk mampu menerbitkan publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, seperti publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru. Dengan peningkatan Tunjangan Profesi Pendidik, setiap guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya dengan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (CPD). tim Penyusun: Dahat Agus Hermawan, SH, MM | Dra, Sri Utami | Wahyu Nugroho | Riyanto | Setyorini | Kusnohadi | Dian Kusumadewi | Candra Padmasvasti | Rizal Hasan | Siska Prestiwati Wibisono | Diah Yamani | Bagus Priambodo Penanggung jawab: Salamun, Ph.D. Redaktur: M. Toni Satria D, ST editor: Setyo Prawoto, SH, MM alamat Redaksi: Jl. Ketintang Wiyata [belakang Unesa] | Tlp. 031 8290243 | http://www.lpmp-jatim.org MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 1 daFtarisi 3. laPoRan utama Pendidik Kreatif, Inovatif Cerminan Pendidikan Nasional 5. Jurus Baru Mendongkrak Kualitas Pendidikan Kita 7. LPMP Jatim Pacu Prestasi Pendidik Melalui CPD 8. Salam kenal Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (CPD / P2KB) 11. uPaya telepresence: Alat Ajaib bagi Peningkatan Kinerja 30 LPMP seIndonesia 12. caRa Jitu tingkatkan kualitaS PenDiDik (1) Diklat Mentor KTSP 13. global connection Belajar Mengenal dan Menghargai Budaya Negara Lain 14. kata maHaSiSWa Strategi komparatif: Mengatasi Ketertinggalan Sistem Pendidikan di Indonesia 18. inteRnaSional APA YANG BERBEDA DI FINLANDIA? 22. global connection Kirim Guru Ke Luar Negeri Harus dengan Bekal 23. Rana Si ”Anak Hilang” Pengungsi yang Berhasil Membangun Sekolah Menengah 26. ceRmin Perbaiki Perilaku melalui Pendidikan Karakter 29. SeRtiFikaSi Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 31. teRoboSan ICT, Sarana Pengembangan Profesionalisme Guru 33. SuPlemen Tingkatkan Profesionalisme Guru Melalui Tulisan Siswa-siswi di Finlandia memiliki hasil nilai akademis tertinggi di banding negara lain 34. SofieBeatrix: 19. DeRaP motivaSi Menengok Standard Profesional Guru di Inggris 36. FlaSHback Gratis! dengan Manajemen DOA 20. Menyoal Pembaharuan Sertifikat Pendidik 38. ReFReSH Pendidikan Seks Perlukah? Kalau Dunia Ingin Tahu Anda, Tulislah! 40. JatimeyeS Royalti untuk Yatim: Berharap Mandiri, Terbitkan Buku KAYA Al Madina, Panti Asuhan Berbasis Riset: Gedung Mewah, Sarana Prasarana Standar Internasional 42. inPut Kios Koran Unik di Perumahan Sidokare Indah, Sidoarjo: Andalkan Kejujuran Jual Koran Tanpa Dijaga 43. iPtek BLOKIR SITUS: Dengan “eSCAN” Internet Security Suite 45. PeRPuStakaan Program Kerja Pengembangan Perpustakaan Lpmp Jawa Timur 46. Menciptakan Perpustakaan Berkelas Dunia: Untuk Mencapai Hasil yang Lebih Baik 48. Membenahi Perpustakaan Sekolah 49. SoSok Erin Gruwell: Mennulis Menjadikan Diri Kita Abadi IngIn TAHu LeBIH JAuH TenTAng eDs/MsPD? simak Majalah MeDian edisi selanjutnya Wawancara khusus dengan sugito, se, MM [Kepala Seksi PMS LPMP Jawa Timur] 2 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 laporanutama Pendidik Kreatif, Inovatif Cerminan Pendidikan Nasional Menjadi tenaga pendidik ternyata tidak hanya disibukkan dengan rutinitas hal yang bersifat akademis saja, tetapi juga dituntut untuk mengembangkan diri sehingga menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif. Pentingnya menanamkan komitmen pada pendidik untuk selalu berpartisipasi dalam segala kegiatan pendidikan, merupakan salah satu tuntutan yang harus segera diterapkan oleh setiap pendidik. Salamun Ph.D Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur Hal tersebut dikuatkan dan tercantum juga pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tepatnya pada pasal 1 ayat 6, yang berbunyi pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Selain itu, pada pasal 39 ayat 2 UU Nomor 20/2003 dijelaskan bahwa hendaknya setiap tenaga pendidik mampu merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tidak hanya mampu membuat perencanaan saja, setiap pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenj a n g k e - wenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim, Salamun Ph.D mengatakan bahwa setiap pendidik harus mampu menyampaikan materi pengajaran, selain itu dapat membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. “Tugas pendidik seperti itu tegas tertulis pada pasal 1 ayat 1 UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,” pungkasnya. Dilanjutkan kembali apabila setiap pendidik tidak mampu menerapkan apa yang disampaikan pada undangundang tersebut setiap pendidik dapat dikenai beberapa sanksi. Sanksi yang diberikan juga sesuai dengan undang-undang yang berlaku, seperti pada pasal 64 hingga 70 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Apabila setiap pendidik mampu menerapkan apa yang tertulis pada undang-undang, maka pendidik wajib mendapatkan penghargaan/reward. Pemberian penghargaan tersebut sudah menjadi sebuah kewajiban yang patut diterima oleh setiap pendidik, bentuk penghargaan tersebut bermacam-macam misalnya seperti gaji atau penghasilan. Gaji merupakan hak yang diterima oleh guru atau dosen atas penghargaan atas pekerjaan dari penyelenggaraan pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk financial secara berkala. Sedangkan penghasilan merupakan hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk financial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesio­ nalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik profesional. Lanjut Salamun bahwa ada beberapa prinsip-prinsip profesionalitas yang harus dimiliki oleh setiap MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 3 laporanutama pendidik. Beberapa prinsip tersebut antara lain, memiliki bakat, minat, panggilan jiwa serta idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan berakhlaq mulia. Disamping itu, setiap pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang sesuai dengan bidang tugasnya. Yang paling penting adalah harus memiliki kompetensi serta memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya. “Itulah beberapa prinsip profesionalitas yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Hal tersebut benar-benar ditanamkan pada benak mereka masingmasing,” tegasnya. Ketika prinsip profesionalitas mampu dipahami maka secara berkelanjutan proses pengembangan profesi guru juga berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Negara. Dalam hal ini, pengembangan profesi guru diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Demikian juga dengan pengembangan profesi, setiap guru juga wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, serta sertifikasi pendidik. Kompetensi guru yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. HAK DAN KEWAJIBAN PENDIDIK Dalam pasal 14 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak dan kewajiban pendidik juga diatur oleh Negara. Beberapa hak dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh pendidik antara lain, hak memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja, memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas ke- kayaan intelektual. Selain itu, pendidik juga berhak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan, memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademiki dan kompetensi, memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Hak untuk mendapatkan kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, memberikan penghargaan dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundangundangan, memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas, memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi, serta memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan Sedangkan kewajiban pendidik, juga diatur dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ada 5 kewajiban yang harus dipatuhi oleh pendidik dalam menjalankan sistem pendidikan nasional. Kewajiban tersebut antara lain, merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Disamping itu, kewajiban yang wajib dipenuhi oleh pendidik adalah bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika, serta memelihara dan menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa. INDIKATOR GURU PROFESIONAL Tidak hanya mematuhi hak dan ke- Salamun Ph.D, Kepala LPMP Jatim. 4 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 wajiban pendidik, guru juga dituntut menjadi tenaga ahli yang profesional dibidangnya. Hal tersebut dirasa perlu karena sebagai seorang guru, memiliki peran yang sangat penting bagi setiap peserta didik. Untuk itulah guru juga harus diwajibkan menjadi tenaga yang profesional. Beberapa indikator menjadi guru profesional antara lain, menguasai kompetensi yang diisyaratkan, serius melaksanakan tugas profesinya, bangga dengan profesinya, selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya. Bekerja bersungguhsungguh tanpa harus diawasi, dirindukan oleh peserta didik, menjaga nama baik profesi, bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya. Dengan indikator-indikator tersebut diharapkan setiap guru mampu mengembangkan dirinya dan kemudian mampu mendapatkan penghargaan atas usaha dan prestasinya melalui tunjungan profesi. Dengan pemberian tunjangan profesi, maka akan memberi dampak positif bagi para setiap guru. Beberapa dampak positif tersebut antara lain, dapat meringankan beban hidup sehari-hari, serta mampu meningkatkan pemenuhan pangan, sandang, dan papan dikalangan guru dan keluarganya. Selain itu terpenuhinya peningkatan kebutuhan transportasi dan penampilan rumah tangga, namun pemenuhan tersebut masih dalam batas-batas kewajaran, tidak boros dan tidak berlebihan. Dengan pemberian tunjangan profesi pendidik setiap pendidik memiliki banyak harapan, salah satunya yakni pembelian barang-barang yang mendukung profesionalisme guru untuk menunjang tugasnya. Dengan kelengkapan sarana dan prasarana penunjang tersebut maka guru menjadi bertambah rajin mengajar, makin fokus memperhatikan siswa, makin bervariasi dalam menyajikan bahan pelajaran, bahkan semakin menarik dalam penyampaian pelajaran sehingga mendapat respon positif dari siswa dan berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran di sekolah. Kewajiban pendidik adalah bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika, serta memelihara dan menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa. reportase Jurus Baru Mendongkrak Kualitas Pendidikan Kita partisipasi aktif kepala Daerah sanGat Menentukan aJaH dan prilaku dunia pendidikan Jawa Timur bakal diubah di tahun 2011. Itulah tekad dan niat LPMP Jatim (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur). Targetnya para kepala daerah diajak berpartisipasi aktif. Para tenaga pendidik di 38 Kabupaten/Kota bakal diajari ‘melek’ teknologi telepresence. Manuver dan strategi apa yang bakal dilakukan? Berikut wawancara dengan Salamun Ph.D, Kepala LPMP Jatim. Di tahun 2011, langkah apa yang akan dilakukan untuk percepatan mutu pendidikan? Sebenarnya kita sudah memiliki banyak sekali program. Diantaranya adalah program-program fasilitasi LPMP Jatim, yang sudah kita laksanakan. Namun kami menyadari bahwa pelaksanaan otonomi daerah itu menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Semua urusan, termasuk dunia pendidikan di masing-masing daerah keputusan finalnya ada di tangan kepala daerah yakni bupati dan walikota. Karenanya LPMP termasuk saya akan melakukan road show ke semua daerah di Jatim untuk mengkampanyekan percepatan mutu pendidikan sesuai standar nasional pendidikan. Kami akan sowan ke bupati atau walikota. Konkritnya bagaimana? Kami akan terus melakukan approach (pendekatan) kepada semua kepala daerah untuk kita ajak partisipasi aktif dalam percepatan mutu pendidikan. Ini mengacu pada Instruksi Presiden No.1 Tahun 2010 tentang Percepatan Peningkatan Mutu Pendidik dan Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan. Responsnya sejauh ini sudah bagus. Buktinya sejak Februari 2010 lalu kita ada MoU (Memorandum of Understanding) dengan Dinas Pendidikan di 36 Kabupaten/Kota yang diketahui oleh bupati dan walikota, sementara untuk LPMP diketahui oleh Dirjen PMPTK. Hanya 2 daerah yang kebetulan tidak bersama kami karena sudah deal dengan pihak lain, yakni Kota Blitar dan Trenggalek. Tentunya, ini semua belum cukup untuk menjamin peningkatan mutu pendidikan. Yang paling kami harapkan adalah partisipasi kebijakan. Karena otonomi daerah mengamanatkan semua kebijakan ada di tangan kepala daerah. Kebijakan itu macammacam, semisal pengangkatan guru harus melalui seleksi sesuai standar dan lain-lain yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Karena kami melihat di beberapa daerah ada sebuah proses yang tidak melalui standarisasi, ke depan, itu tentu tidak baik bagi mutu pendidikan. Partisipasi lain yang kami harapkan dari kepala daerah adalah kebijakan mengenai anggaran untuk dunia pendidikan. Biayanya tidak terlalu besar bagi pemerintah daerah. Tinggal ada kemauan atau tidak, kalau semua Kab-Kota menganggarkan program peningkatan mutu pendidikan khususnya diklat guru, kepala sekolah dan pengawas, maka Jawa Timur akan cepat sekali meraih prestasi dalam peningkatan mutu pendidikan di semua jenjang. Bapak yakin ini akan berhasil? Sangat yakin. Insya Allah. Kami juga memiliki hubungan yang bagus dengan semua kepala dinas pendidikan di Jawa Timur dan sudah ada hasilnya di tahun 2010. Mudah-mudahan lebih baik lagi. Dengan kata lain, semua tidak akan jalan tanpa melibatkan kebijakan lokal? Betul! Karena itu kami menaruh harapan besar kepada para kepala daerah untuk sama-sama meningkatkan mutu pendidikan ini. Dengan kuatnya mutu para pendidik, maka mutu dari para siswa yang dididik juga akan ikut meningkat. Nah, tinggal sekarang bagaimana caranya? Program sudah ada tinggal dijalankan saja. Dan kami di LPMP sudah sangat siap, termasuk SDM kami dan infrastrukturnya. Pendek kata, kewenangan penuh ada di bupati atau walikota. Kami LPMP hanya merekomendasikan saja dan siap memfasilitasi. Secara nasional, peringkat pendidikan di Jatim bagaimana? Kalau bicara nasional, Jatim peringkatnya sudah di atas ratarata. Tapi masih ada propinsi lain yang di atas kita. Karena itu harus kita tingkatkan. Salah satu caranya adalah meningkatkan mutu para guru atau pendidik. LPMP tidak bisa melakukan sendiri, harus ada keikutsertaan daerah. Karena daerah yang punya guru-guru itu. Saat ini, untuk sementara acuan kita melihat kualitas guru atau pendidik adalah hasil Ujian Nasional (Unas) siswa. Kalau di daerah itu tingkat kelulusan 100 persen maka baik mutu pendidikannya. Sebaliknya kalau tidak maka perlu dipertanyakan. Saat ini nilai kita 65. Kita akan genjot supaya bisa ke angka 80. Selama ini ada kendala apa saja? Yang namanya kendala tentu saja ada. Salah satunya karena wilayah MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 5 reportase di Jawa Timur ini sangat luas dan gurunya banyak. Di Jatim saat ini tercatat ada 606 ribu guru (TK, SD, SMP, SMA Negeri dan Swasta). Seperti yang saya katakan, dampak otonomi daerah mengubah wajah dunia pendidikan kita. Contohnya terlalu banyak guru, maka ada proses belajar mengajar yang tidak sesuai standar nasional pendidikan. Ada di Jatim ini yang satu kelas SD 1 guru mengajar 12 siswa, padahal rasional 1 guru mengajar 24 siswa. Bahkan di Surabaya ada yang 1 guru mengajar 40 siswa. Kok bisa sampai demikian ya? Faktanya memang ada yang begitu. Namun itu bukan menghambat malah memacu kreativitas kita untuk bagaimana program percepatan mutu pendidikan ini bisa berjalan lancar. Karena itu di tahun 2011 ini, kami berencana untuk menempatkan telepresence di 38 kabupaten/ kota di Jatim. Ini supaya komunikasi dengan para pendidik di daerah lebih efektif dan efisien, khususnya dalam anggaran. Dan untuk ini kami juga akan melibatkan pemerintah daerah di Jawa Timur untuk berpartisipasi. Karena untuk kompetensi SDM di Jatim memang membutuhkan alat ini untuk best practise. Mahal nggak? Berapa yang harus dikeluarkan pemerintah daerah? Untuk keseluruhan di Jatim, besarnya biaya kira-kira Rp 2,6 miliar. Salamun Ph.D, Kepala LPMP Jatim. 6 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 Server utama di LPMP Jatim itu harganya sekitar Rp 1 miliar. Kemudian pemancar dan alat-alat lainnya yang ditempatkan di masing-masing kabupaten/kota harganya kira-kira Rp 120 juta per unit per kabupaten/ kota. Nanti Pemda hanya perawatan dan pemeliharaaan saja. Kita kan sudah coba di LPMP Jatim saat gelar telepresence dengan wakil menteri pendidikan Prof. dr, Fasli Jalal dan LPMP seluruh Indonesia. Hasilnya bagus. Ini model pendidikan jarak jauh. Target kita, setelah 38 kabupaten/kota sudah ada, kecamatan-kecamatan di masing-masing daerah juga harus dilengkapi instrumen serupa. Idealnya memang harus ada. Mungkin 10 tahun ke depan realisasi di kecamatan bisa dilakukan. Tapi itu semua kembali kepada kebijakan masingmasing daerah. Kalau ini jalan, akan terjadi paradigma baru ya? Iya. Biar cepat itu intinya. Sekarang ini kita mau lamban atau cepat? Buat pemda, nilai itu tentu sangat kecil, tapi besar bagi yang tidak peduli. Namun saya yakin akan direspons baik oleh pemda-pemda di Jatim. Karena manfaatnya sangat bagus, itu sudah jelas. Dari semua itu, partisipasi paling penting apa yang diharapkan dari kepala daerah? Otonomi daerah sudah terjadi dan kewenangan mutlak ada di tangan bupati/walikota. Harapan kami ke depan, ada sebuah Perda (peraturan daerah) khusus pendidikan. Yakni menata agar semua rata. Yang wilayahnya kelebihan guru (biasanya di kota) pindahkan ke daerah yang kurang (pinggiran). Tentunya harus ada tunjangan lebih agar mereka mau dan bisa diprioritaskan ikut sertifikasi sehingga bisa dapat 3 kali gaji pokok. Setiap SD harus ada 6 kelas yang terdiri dari 1 guru agama, 1 guru olah raga, dan 1 kepala sekolah sehingga totalnya 9 guru. Karena saat ini masih ada SD yang total gurunya hanya 5 atau 6. Untuk rekrutmen guru dan kepala sekolah harus melalui seleksi kompetensi. Untuk guru kalau lulus bisa ikuti program induksi (magang) 1 tahun didampingi guru senior. Setelah 1 tahun lulus magang ikut pra jabatan. Ini sesuai dengan PP 74 Tahun 2008. Untuk kepala sekolah juga harus melalui tes materi umum/psikologi dulu. Kalau lulus bisa ikut diklat 100 jam pelajaran. Setelah lulus magang 3 bulan baru bisa dapat sertifikat. Ini mengacu pada Permendiknas No 28 Tahun 2010 tentang Persyaratan Calon Kepala Sekolah. Kalau semuanya sudah tertata dengan baik, mutu pendidikan kita akan baik juga. Karenanya peran dari masing-masing kepala daerah sangat dibutuhkan untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita.Rizal Hasan laporanutama LPMP Jatim Pacu Prestasi Pendidik Melalui CPD Sudah menjadi tugas Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan nasional. Hal tersebut tercantum tegas melalui PP. 19 tahun 2005 Pasal 1 ayat (24) Salamun Ph.D Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur LPMP adalah Unit Pelayanan Teknis (UPT) Departemen yang berkedudukan di provinsi mempunyai tugas membantu Pemerintah Daerah (Pemda) dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan tertulis tersebut, kiranya LPMP Jatim memiliki tanggung jawab kepada seluruh pendidik di Jawa Timur. Berbagai cara dilakukan LPMP Jatim untuk meningkatkan prestasi pendidik di Jatim, salah satu inovasi LPMP Jatim yakni dengan penerapan program Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, atau yang dikenal dengan istilah Continuous Professional Development (CPD). Pengembangan Profesionalisme Ber­kelanjutan atau Continuous Professional Development (CPD) merupakan konsep di mana setiap individu pendidik berupaya melakukan peningkatan kualitas keterampilan dan pengetahuan professional mereka dari standar yang telah ditetapkan dalam menjalankan tugasnya. Konsep tersebut menekankan pada guru sendiri agar lebih proaktif dan kreatif. Selain itu, konsep tersebut disiapkan untuk meningkatkan pengetahuan profesional dan perbaikan keterampilan profesional yang secara sadar dilakukan terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang hayat seorang guru. Dengan cara seperti itu, diharapkan guru dapat bertanggung jawab terhadap perkembangan karir jangka panjangnya, dibawah naungan kepala sekolah tempatnya mengajar. Pengembangan keprofesionalisme berkelanjutan meliputi pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Cara yang dilakukan untuk mengaplikasikan pengembangan keprofesionalisme berkelanjutan yakni dengan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Untuk kegiatan pengembangan diri bisa dilakukan dengan diklat fungsional, serta kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan keprofesian guru. Sedangkan pada kegiatan publikasi ilmiah melalui hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru. Selain itu, untuk kegiatan karya inovatif dapat dilakukan dengan melakukan penemuan teknologi tepat guna, menciptakan karya seni, membuat dan memodifikasi alat pelajaran/ peraga/praktikum serta mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman dan sejenisnya. Pengembangan profesionalis­me ber­­­ ke­lanjutan merupakan pe­ngem­bang­an kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan bertahap, berkelajutan dan dapat meningkatkan profesionalitasnya. Salah satu cara yang paling efisien untuk meningkatkan profesionalisme berkelanjutan yakni dengan melaksanakan pengembangan diri berdasarkan angka kredit. Sebagai bahan perhitungan, bahwa setiap pendidik memiliki tanggung jawab atas kredit yang sudah dilaksanakannya. Misalnya, setiap pendidik yang sudah mengikuti diklat selama 30 hingga 80 Jam, akan mendapatkan 1 angka kredit. Sedang yang sudah melaksanakan selama 81 hingga 180 Jam, maka akan mendapatkan 2 angka kredit. Untuk yang sudah melewati 181 hingga 480 Jam, maka mendapatkan 3 angka kredit Begitu juga dengan pendidik yang sudah mengikuti diklat selama 481 hingga 640 Jam, maka berhak mendapatkan 6 angka kredit. Tidak hanya itu saja, pendidik yang sudah melaksanakannya selama 641 hingga 960 Jam, wajib menerima 9 angka kredit. Sedang yang paling banyak mendapat angka kredit, yakni pendidik yang sudah mengikuti lebih dari 960 Jam, pendidik tersebut akan mendapatkan 15 angka kredit. Sebagai contoh, Jika seorang guru yang sudah bersertifikat pendidik dan memperoleh tunjangan profesi sebesar Rp 24 juta, dan memiliki golongan IIIa serta memiliki kewajiban melaksanakan tugas untuk mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan. Maka dana tunjangan profesi yang harus disisihkan minimal 10% yakni sekitar Rp 2,4 juta. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Perpenpan) dan Reformasi MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 7 laporanutama Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, pasal 17 yakni setiap guru pertama yang berpangkat penata muda, golongan IIIa yang akan naik pangkat menjadi guru pertama, berpangkat penata muda tingkat I golongan IIIb wajib memiliki paling sedikit 3 angka kredit dari sub unsur pengembangan diri. Unsur pengembangan diri yang dimaksud yakni dengan mengikuti kegiatan diklat fungsional yang lamanya sekitar 80 jam pelajaran dengan asumsi 1 hari ditempuh 10 jam pelajaran dengan biaya Rp 100 ribu. Maka biaya 8 hari yakni Rp 800 ribu dan orang yang bersangkutan memiliki nilai 76 dengan kriteria baik. Dengan begitu, angka kredit yang dihasilkan berdasarkan perhitungan tersebut yakni mendapatkan 1 angka kredit. Maka setiap guru profesional yang menyediakan tunjangan dana profesi pendidik sebanyak 10% dari tunjangan profesi yang diterima dalam 1 tahun untuk disisihkan sebesar Rp 2,4 juta dan mengikuti 3 kali kegiatan diklat fungsional selama 80 jam pelajaran serta lulus dengan nilai 76 akan mendapatkan angka kredit minimal 3 point. Jika memperhatikan contoh tersebut, maka penyediaan tunjangan profesi pendidik sebesar 10% untuk melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan sangat kurang karena hanya untuk memenuhi kredit minimal saja. Padahal mengikuti semakin banyak diklat dengan tujuan mengembangkan profesionalismenya secara berkelanjutan memiliki manfaat yang besar sekali bagi peningkatan mutu pendidikan karena bukan hanya semata-mata untuk pemenuhan angka kredit saja. Berangkat dari ilustrasi di atas, kiranya penting sekali program Pengembangan Profesionalisme berkelanjutan tersebut diterapkan. Diharapkan dengan dilaksanakan program tersebut setiap pendidik mampu meningkatkan kompetensinya yang manfaatnya akan dirasakan pula oleh siswa/ peserta didik . Jika guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maka dikenai sanksi berupa teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak guru, penurunan pangkat, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat seperti yang ada di pasal 77 ayat 2 undang-undang ini Ini berkaitan erat pula dengan guru yang tidak dapat memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2, dalam jangka waktu 10 tahun seperti yang ditentukan dalam pasal 82 ayat 2 Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tersebut. Maka yang bersangkutan kehilangan hak untuk mendapatkan tunjangan fungsional atau subsidi fungsional dan maslahat tambahan. 8 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 salamkenal Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (CPD / P2KB) Oleh: Jenny Johnson [ mencontohkan CPD di bidang pendidikan guru bahasa Inggris ] enurut hemat saya, ada banyak kesamaan antara Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan dengan cara kita dalam belajar sehari hari’ Saya ragu jika banyak orang akan mengatakan bahwa belajar sepanjang hidup kita bukan merupakan hal yang baik untuk dimiliki. Namun, sepanjang perjalanan CPD / P2KB (Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan), saya prihatin melihat banyak guru-guru yang sudah merasa puas dengan apa yang sudah mereka lakukan, sekedar menjalankan pekerjaannya tanpa ada upaya untuk mengembangkan kemampuannya. Di samping itu, ada juga guru-guru yang berusaha secara aktif untuk menambah kemampuan serta pengetahuan mereka sendiri dan melakukannya diluar jam kerja. Kebanyakan dari kita berada ditengah-tengah, kita ingin mengembangkan tingkat keprofesionalan tanpa mengganggu jam kerja. Dengan begitu kita akan mampu menemukan saat yang kita perlukan dalam waktu kerja kita untuk dapat belajar dan mengembangkan potensi yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan kita. Baru-baru ini saya melakukan riset untuk sebuah konferensi dengan kuestioner yang dikirim melalui email kepada guru-guru yang sudah berpengalaman dalam mengajar, untuk mengetahui tentang CPD / P2KB mereka. Dari 34 orang guru yang memberikan responnya, kebanyakan telah bekerja selama lebih dari 10 tahun pada lembaga swasta di bidang pendidikan bahasa, universitas dan sekolah-sekolah lainnya. Salah satu dari pertanyaan dalam kuestioner itu bertanya apakah mereka merasa CPD / P2KB mereka baik, cukup, kurang atau tidak ada; lebih dari setengahnya merasa bahwa CPD / P2KB mereka baik dan cukup. Pertanyaan lainnya tentang aktifitas apa yang mereka lakukan untuk menjaga CPD / P2KB mereka. Saya juga bertanya aktifitas apa yang baik dilakukan jika mereka merasa CPD/ P3KB mereka kurang. Berikut ini adalah cara-caranya: Para Ahli Membaca secara individu Cara lain untuk belajar adalah membaca dari berbagai sumber di waktu luang. Termasuk membaca artikel dari internet, jurnal atau buku—mungkin ketiga sumber itu mahal atau sulit didapat di negara tertentu. Kelompok membaca Membaca dapat dilakukan sendiri lalu menuangkannya bersama di forum diskusi. Tentukan buku mana yang dibaca lalu diskusikan tentang isi buku tsb bersama dengan guru lain. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan berdiskusi. Riset Terprogram Ada banyak hal yang harus dipelajari melalui apa yang dapat diberikan oleh para praktisi yang ahli dan berpengalaman dalam bidang ELT, dengan menghadiri beberapa sesi dari konferensi-konferensi yang mereka selenggarakan, jika anda beruntung anda dapat berdiskusi langsung dengan mereka. Membaca artikel atau buku yang ditulis oleh pakarnya dan berpartisipasi di acara online atau blog yang mengundang para ahli adalah jalan pintas untuk belajar jika tidak ada pakar yang tersedia di tempat anda berada. Anda termasuk beruntung jika mempunyai atasan yang peduli dengan permasalahan yang timbul di sekolah atau institusi tempat anda mengajar lalu memberikan anda waktu untuk mencari pemecahan masalah dengan melakukan riset. Dengan program riset seperti ini, guru dapat belajar dari masalah dan menemukan solusinya. Riset Individual Lokakarya F2F Sama seperti yang disebutkan di atas, tetapi tanpa kehadiran pakar ELT. Guru mendapatkan lebih banyak manfaat dengan suasana yang lebih akrab pada lokakarya yang memberikan kesempatan untuk guru berdiskusi dan berdebat tentang ide dan opini serta membawa pulang ide tersebut agar diterapkan di kelas. Komunitas online Komunitas online termasuk konferensi virtual interaktif seperti konferensi online IATEFL tahunan yang disponsori oleh British Council, blog tentang Pengajaran Bahasa Inggris atau forum-forum yang mengundang untuk membahas topik seputar ELT oleh guru-guru dari seluruh dunia. Obrolan Santai Mirip dengan yang diatas, tetapi riset ini lebih ditujukan untuk guru dan bersifat tidak memaksa untuk dilakukan. Anda dapat mempelajari perilaku belajar murid-murid anda dan bagaimana anda mengajar mereka di kelas. Ada sangat banyak cara untuk mengajar di kelas yang dapat anda terapkan di kelas sebagai riset kecil. Sesi Diskusi Diskusi dapat dimulai secara mikro di sekolah anda sendiri lalu secara makro di konferensi internasional. Semuanya diawali dari yang kecil dan semua guru dipersilakan untuk mengeluarkan ide. Setelah berbagi dan bertukar pikiran, ini adalah cara yang efektif untuk memunculkan ide tentang riset apa yang ingin dilakukan. Menulis Bergabung dengan guru lain di ruang guru lalu membahas dan bertukar pikiran/ide tentang materi pelajaran adalah cara termudah dan paling efektif untuk mengembangkan diri, apalagi jika langsung menerapkannya di kelas. Sama seperti di atas, menulis dapat dilakukan dengan tulisan pendek sampai yang paling besar yaitu menulis sebuah buku. Menulis diary dapat berupa diary yang isinya bagaimana anda mengajar dan ditambah dengan mempelajari juga sumber-sumber lain tentang model pengajaran. Dengan menulis diary ini anda dapat menentukan persiapan dan hal-hal yang diperlukan untuk riset. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 9 mendapatkan ilmu dengan harga setimpal. Jadilah anggota yang aktif supaya anda mendapatkan manfaat yang memang seharusnya anda dapatkan. Mengikuti kursus formal Cara lain Mengikuti kursus formal selalu menjadi sesuatu yang dianggap cara tepat untuk mengembangkan diri secara profesional, Padahal belum tentu anda mendapatkan ilmu yang sebenarnya anda butuhkan. Oleh karena itu jika anda berkesempatan untuk mengikuti kursus formal, manfaatkanlah semaksimal mungkin waktu anda untuk meraih ilmu dari kursus tersebut. Karena kursus formal biasanya cukup mahal dan waktunya terbatas. Menjadi anggota di badan professional/ Organisasi Profesi Anda akan mendapatkan kesempatan dan fasilitas seperti telah disebutkan di atas. Memang menjadi anggota anda harus membayar mahal, tetapi anda akan Guru-guru yang telah saya survey menjalankan cara-cara berikut ini untuk membantu meningkatkan profesionalitas mereka: Tidak takut untuk melakukan sesuatu yang baru. Mengobservasi cara guru lain mengajar Menggunakan cara/pendekatan baru mengajar di kelas (seperti riset tindakan) Mencari kekuatan dan kelemahan diri sendiri, walaupun tidak diprogram atau dimonitor. Dibina menjadi pelatih guru (teacher trainer) Lulus kursus online menjadi e-tutor. Berpatisipasi di kegiatan kelompok dengan guru seprofesi. Membentuk grup: mencari dan menyelesaikan permasalahan. Bergantian memimpin forum diskusi. Seperti yang telah anda baca, ada banyak cara untuk mengembangkan profesionalitas. Jika semua cara di atas dikombinasikan, direncanakan, diprogram walaupun dilakukan secara invididu, alhasil akan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi guru yang ingin terus berkembang di profesi/bidangnya Professional profile Occupation Head of Teacher Training, Academic Director, Foreign Languages, Cactus Worldwide Work experience 28 years in ELT International House Barcelona [ teacher, director of studies, teacher trainer, head of teacher training ] Cactus Brighton UK Head of Teacher Training, Academic Director, Language Courses Professional interests: Professionalism lifelong learning continuous professional development (CPD) reflective development in teaching and training teacher, trainer and management training and qualifications. Professional qualifications: CELTA, DELTA, IDLTM, IH COLT, currently following a Masters in ELT at University of Sussex BEd degree primary/secondary Conference papers: 2009 April: Online training courses for pre-service teachers IATEFL Annual Conference, Cardiff 2008 November: CPD: a Question of Balance QUITE 10 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 Annual Conference, London 2008 May: Mind the Gaps! Plenary ELTM SIG Annual International Conference, Dublin 2008 April: What do teacher trainees really really want? IATEFL Annual Conference, Exeter 2007 April: CPD: What do Trainers Really Really Want? IATEFL Annual Conference, Aberdeen 2006 November: CPD: What do Trainers Really Really Want? EAQUALS Conference, San Sebastián 2006 May: Cutting Edge Trainers IH Annual Educators’ Conference, London 2006 April: Challenges in Innovation Management IATEFL Annual Conference, Harrogate 2006 March: Teachers as Teachers, Teachers as Leaders TESOL US Annual Convention, Tampa, Florida 2004: Setting up SIGs for ICC Annual Conference, Athens, 2003: Trainers Voices IATEFL TTEd and Research SIGs event “The Role of Research in Teacher Education”, Nottingham 2000: The Good Teacher Trainer Catalunya English Teachers’ Association Conference (APAC) 1999: Assessing Reflection on CELTA courses IATEFL Annual Conference, Edinburgh Publications: 2009 co-author, with Susan Barduhn, of chapter Certification and Professional Qualifications in Cam- bridge Guide to Second Language Teacher Education 2003 April, Editor of: IATEFL all Special Interest Groups joint newsletter in memory of Gillian Porter Ladousse Teaching English in Spain (In Print, 1998) Articles: 2009 Mind the Gaps; mapping ELT managers’ ‘service’ onto the Gaps model 2009 What do trainees really really want? IATEFL TTEd SIG newsletter 2007/08 Various articles on Guardian Education website About me Location: United Kingdom (Great Britain) My website: http://www.cactuslanguagetraining.com/en/ Personal interests: my daughter, Jessica | my partner, Bill | reading: the Observer & the Guardian, good novels | good restaurants | Barcelona | cinema | walking Professional networks: * IATEFL * Brighton Trainers * ELT Management committee upaya Telepresence Alat Ajaib bagi Peningkatan Kinerja 30 LPMP se-Indonesia Koordinasi, Evaluasi Kerja dan Sharing Informasi Semakin Efektif Tanpa Harus Melakukan Kunjungan Kerja atau Studi Banding dengan Biaya Besar Target menjadikan lembaga pembinaan pendidikan dan pelatihan bertaraf internasional membuat berbagai terobosan ditempuh. Paling gres, sebanyak 30 LPMP se-Indonesia mendapat bantuan fasilitas telepresence (alat komunikasi tatap muka jarak jauh) dari Kementerian Pendidikan Nasional dan sudah diujicoba pada Kamis (22/12/10) lalu. Ujicoba itu juga menandai dimulainya operasional teknologi ini secara serentak yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Diklat, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kementerian Pendidikan Nasional yang peresmiannya dilakukan oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. dr Fasli Jalal. ”Saat ini dibutuhkan suatu peningkatan efektif dan efisien di era globalisasi yang semakin kompetitif. Saya berharap semua visi direktorat harus bisa menjadi lembaga pembinaan dan pendidikan serta pelatihan bertaraf internasional,” kata Fasli Jalal. Selain LPMP, sistem ini juga bakal diterapkan dan bisa menjangkau seluruh lembaga diklat yang ada di bawah pembinaan Dirjen PMPTK yakni 12 P4TK dan LPPKS. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 8 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal PMPTK pasal 85, yakni tugas pokok Direktorat Bindiklat melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pemberian bimbingan teknis, supervisi dan evaluasi di bidang pengembangan program, sumber daya manusia, sarana prasarana pendidikan dan latihan. “Ini adalah sebuah kebijakan strategis yang difokuskan untuk mendukung keberhasilan implementasi program pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi daya saing serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan di masyarakat. Ini untuk kepentingan grand design pencapaian visi Indonesia yang cerdas dan kreatif ,”jelas Prof. Dr. Baedhowi, Dirjen PMPTK. Implementasi telepresence ini mengunakan teknologi ISDN dimana ISDN adalah jaringan yang menyediakan hubungan digital untuk mendukung seluruh telekomunikasi, termasuk kualitas suara data maupun image (gambar), dimana seluruh layanan itu diakses oleh pelanggan. Layanan ISDN mempunyai dua tipe akses yaitu Basic Rate Acces (BRA) yang dapat mengakses (2B D) dan akses melalui Primary Rate Acces (PRA) yang dapat mengakses (30B D) dimana kanal B mempunyai kecepatan akses 64 kbps dan kanal D 64 kbps atau 16 kbps tergantung pada tipe akses yang digunakan. Kanal D pada PRA untuk Signalling dan kanal B sebagai Sinyal informasi paket switch. Sementara itu Direktorat Bindiklat juga menerapkan kebijakan strategis yakni pengembangan jejaring informasi mutu program pembinaan diklat, pe- nyelenggaraan diklat, SDM diklat, dan sarana diklat berbasis Information Communication Technology (ICT). Dan pelaksanaan Pemetaan Kapasitas LPMP se- Indonesia mengenai ICT ini adalah dalam rangka Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) itu sendiri. Direktorat Bindiklat sangat membutuhkan sarana sistem komunikasi tatap muka jarak jauh berbasis ICT ini. Karena akan mempercepat koordinasi dan peningkatan kinerja di 30 LPMP yang tersebar di setiap provinsi di Indonesia. Sementara itu, Kepala LPMP Ja­ wa Timur, Salamun Ph.D menilai, teknologi telepresence ini sangat bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan. Menurut pria kelahiran Boyolali 31 Juli 1959 itu, banyak kemudahan yang diperoleh LPMP khususnya untuk koordinasi dengan pihak pusat dan sharing pengalaman dengan LPMP di propinsi lain. “Dengan adanya teknologi ini, studi banding atau kunjungan kerja bisa diminimal- kan. Tentunya dari segi pembiayaan sangat efisien,” terang Salamun. Bahkan, tak menutup kemungkinan teknologi serupa akan diterapkan pada daerah-daerah pendampingan yang dilakukan oleh LPMP Jawa Timur. Apalagi Jawa Timur wilayahnya sangat luas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk ditempuh. “Dari hasil telepresence dengan pak Fasli Jalal, kita sudah laporkan kemajuan-kemajuan yang kita capai, terutama kerjasama dengan instansi pemerintah daerah. Memang tidak bisa disamakan antar satu LPMP dengan LPMP di propinsi lain, karena kondisinya tidak sama. Namun dengan adanya teknologi ini, komunikasi dan tukar informasi bisa kita lakukan sesering mungkin,” jelas Salamun.Rizal Hasan MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 11 Cara Jitu Tingkatkan Kualitas Pendidik (1) Oleh: Dahat Agus Hermawan Kepala Seksi Fasilitas Sumber Daya Pendidikan, LPMP Jatim Diklat Mentor KTSP 12 Setiap satuan pendidikan memili­ki tanggung jawab untuk mengembang­kan kurikulum sesuai dengan relevan­si bidangnya. Pengembangan tersebut dilakukan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan. Sedang­kan pada kantor de­partemen agama kabupaten/kota untuk pendi­dikan dasar, dan wilayah provinsi un­tuk pendidikan menengah. Hal ter­sebut seperti yang tertulis pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 38. Selain itu, tuntutan peran sekolah dan komite sekolah untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan menjadi tanggung jawab setiap elemen pendukung peraturan tersebut. Sebagai unit pendukung mutu pendidikan yang berada pada hakikatnya dapat memperkaya referensi pengembangan kurikulum itu sendiri. Namun jika keberagaman tersebut tidak memenuhi kaidah pengembangan kurikulum ataupun menjauhkan dari upaya pemenuhan standar nasional pendidikan, maka diperlukan upaya pengendalian dan penjaminan mutu agar tidak berdampak buruk bagi mutu pendidikan nasional. Karena itu Penyelenggaraan Diklat KTSP merupakan upaya penting untuk membantu satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum di sekolahnya melalui peningkatan kemampuan tokoh-tokoh kunci pengembangan kurikulum sekolah. Tujuan umum dari Diklat Pengembangan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan menengah adalah meningkatkan kemampuan calon mentor pengembangan kurikulum sekolah dalam menyusun, mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kuri- di Jawa Timur, posisi Lem­ba­ga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dituntut menjadi lembaga yang mampu merealisasikan peratur­an tersebut. Berikut merupakan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum Kemendiknas tahun 2010 menunjukkan, pertama, setiap sekolah menyatakan sudah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) namun dilihat dari kualitasnya masih minim. Kedua, guru yang menyatakan menyusun silabus sendiri mencapai 41.1%, mengadaptasi silabus mencapai 35.9%, dan yang mengadopsi silabus sekitar 20.8%. Data ketiga menyatakan bahwa guru yang menyusun RPP sendiri mencapai 63.2 %, sedang yang mendaptasi 23.4% dan yang mengadopsi sebanyak 11.7%. Dari sekian data yang didapatkan, ternyata masih ditemukan guru yang menyatakan belum paham KTSP. Keberagaman dalam Pengembangan KTSP kulum tingkat satuan pendidikan. Sedangkan tujuan yang lebih khusus, dapat meningkatkan kemampuan memahami dan mengapresiasi panduan penyusunan KTSP dari badan standar nasional pendidikan, melakukan analisis konteks dalam pengembangan kurikulum, menyusun dokumen 1 KTSP yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan tuntutan satuan pendidikan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Selain itu, peserta diklat juga diajarkan bagaimana menyusun dokumen 2 KTSP (silabus dan RPP) dengan mengimplementasikan hasil analisis konteks, kemudian peserta diharapkan mampu mengimplementasikan prinsip dan kegiatan pembelajaran tuntas, perbaikan (remidial), dan pengayaan. Diklat KTSP hanya membidik calon mentor pengembangan kurikulum sekolah di tingkat kabupaten yang setiap kabupaten terdiri dari satu MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 pengawas satuan pendidikan TK/SD, dua kepala sekolah, serta enam guru senior. Metode yang digunakan dalam kegiatan Diklat KTSP ini antara lain, ceramah, tanya jawab, diskusi, brain storming, kerja kelompok, penugasan, kerja mandiri, serta presentasi, dan metode atau teknik lainnya yang sesuai. Yang menjadi fasilitator pada diklat tersebut adalah Widyaiswara LPMP Jawa Timur yang secara keseluruhan telah mendapatkan Pelatihan Nasional. Narasumber yang terlibat antara lain, Salamun, Ph.D (Kepala LPMP Jatim), Drs. Bekti Maryono, M.Pd., Ismukoco, S.Pd., M.Pd, Dra. Suhartini, M.Pd, Guntur Sumilih, M.App.Sc dan Dra. Tri Hariati, M.Pd. Diklat tersebut dilaksanakan dengan mengikuti model 3 In – 2 On (tiga kali In-service Learning dan 2 kali On the Job Learning). In-service Learning 1 dilaksanakan selama 50 jam, On the Job Learning 1 dilaksanakan selama 2 bulan atau setara dengan 80 jam, In-service Learning II selama 30 jam , On the Job Learning 2 dilaksanakan selama 1 bulan atau setara dengan 40 jam, dan In-service Learning 3 dilaksanakan selama 20 jam. Kegiatan Inservice Learning dilaksanakan di LPMP Jawa Timur atau tempat lain, sedangkan kegiatan On the Job Learning dilaksanakan di tempat kerja masing-masing. Materi yang disampaikan, untuk In-service Learning 1 yakni kebijakan pendidikan, analisis konteks, dokumen 1 KTSP, pengembangan dokumen silabus dan RPP, pengembangan pelaksanaan pembelajaran, rencana tindak lanjut (OJL 1), pre test. On-the Job Learning 1 yakni, persiapan OJL, pelaksanaan OJL, penyusunan laporan OJL, penyusunan bahan presentasi. On the Job Learning 1 dilaksanakan di tempat kerja dengan alokasi waktu 80 jam pelatihan sekitar 45 menit yang dilaksanakan selama dua bulan dengan perhitungan satu hari kerja 6 jam pelajaran dan dalam satu minggu menggunakan 2 hari kerja untuk kegiatan OJL In-service Learning 2 yakni, overview pelaksanaan dan hasil OJL 1, presentasi hasil OJL 1, pengembangan bahan ajar, pengembangan penilaian, rencana tindak lanjut (OJL 2). On-the Job Learning 2 yakni, persiapan OJL 2, pelaksanaan OJL 2, penyusunan laporan OJL 2, penyusunan bahan presentasi. In-service Learning 3 yakni, overview pelaksanaan dan hasil OJL 2, presentasi hasil OJL 2, evaluasi dan refleksi, rencana tindak lanjut, post test. Sedang pada materi On the Job Learning 2 dilaksanakan di tempat kerja dengan alokasi waktu 40 Jam Pelatihan sekitar 45 menit dilaksanakan selama satu bulan (dengan perhitungan satu hari kerja 6 jam pelatihan dan dalam satu minggu menggunakan 2 hari kerja untuk kegiatan OJL). globalconnection Belajar Mengenal dan Menghargai Budaya Negara Lain Setiap tahun, Busan Foundation for International Activities (BFIA) mengirim beberapa pelajar Korea berkunjung ke beberapa negara, salah satunya Indonesia. Pengiriman beberapa pelajar dari beberapa sekolah di Kota Busan, Korea ini tidak lain untuk kap Doek-Hyoen sangatlah penting. Sebab, dunia ini terdiri dari puluhan negera yang setiap negara memiliki budaya yang berbeda-beda. Justru dengan mengetahui budaya negara lain, diharapkan pelajar Korea bisa lebih kaya akan pengetahuan serta meningkatkan sikap menghargai setiap perbedaan dan kebudayaan dari negara-negara lain. Tim manajer BFIA, Doek-Hyoen Joen mengatakan kegiatan mengirim pelajar di Kota Busan, Korea ke beberapa negara tidak lain agar pelajar di tingkat SMP dan SMA memiliki kawan dari negara lain. Diharapkan mereka bisa termotivasi untuk giat mempelajari dan menguasi Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang bisa mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman sebaya yang berasal dari negara lain. “Selain meningkatkan kemampuan berbahasa internasional, yang terpenting adalah bisa meningkatkan sikap saling menghargai perbedaan antar negara,” kata Doek –Hyoen disela-sela kunjungan sepuluh pelajar dari Kota Busan Korea di SMP Al Hikmah Surabaya akhir Februari 2011 lalu. Sikap saling menghargai, ung- bisa menghargai dan bisa menjalin hubungan persahabatan dengan pelajar yang memiliki budaya yang berbeda. Melalui program ini diharapkan pelajar Korea bisa belajar bekerjasama dengan pelajar dari negara lain. “Kami berharap kesepuluh pelajar tidak hanya mendapatkan teman baru dari Indonesia, tetapi mereka bisa mengetahui dan belajar tentang budaya Indonesia, khususnya Budaya di Surabaya,” jelasnya. Doek – Hyoen menuturkan agenda mengunjungi negara-negara tetangga merupakan agenda tahunan. Selain Indonesia, BFIA juga membawa beberapa pelajar ke China, Jepang, dan Vietnam. Selama berada di negara tersebut, selain mempelajari budaya setempat, para pelajar Kota Busan Korea juga akan diperkenalkan beberapa kerajinan khas dari negara tersebut. “Kami berada di Surabaya selama delapan hari. Selama di sini, kami tidak hanya mengunjungi SMP Al Hikmah, tetapi kami juga mengunjung usaha kecil menengah (UKM) produk unggulan, salah satunya adalah produk glass painting,” tuturnya. Khusus untuk kunjungan di SMP Al Hikmah, Doek-Hyoen menambahkan para pelajar juga telah belajar membuat makanan tradisional yaitu kue klepon. Tak hanya belajar membuat makanan tradisional, para pelajar dari Kota Busan Korea juga unjuk kebolehan yaitu menari bu chae chunm atau tari kipas tradisional Korea dengan menggunakan hanbok atau pakaian tradisional Korea. Selain memamerkan kepiawaian mengolah kipas, enam pelajar lainnya memperagakan olah raga bela diri khas Korea yaitu Taek Wondo. “Di sistem pendidikan Korea pendidikan etika sudah menjadi mata pelajaran yang diajarkan mulai sekolah dasar (SD). Diharapkan, dengan kunjungan ini mereka bisa menerapkan etika dalam menjalin dan menjaga sebuah hubungan dengan kawan yang berbeda latar belakang. Baik latar belakang negara, bahasa serta budaya,” jelasnya. Salah satu pelajar Kota Busan Korea, Ryu mengaku sangat bahagia bisa mengunjungi beberapa tempat di Surabaya. Selama delapan hari di Indonesia, Ryu mengaku bisa melihat dan mempelajari budaya Indonesia yang unik. Selain itu, pelajar di Indonesia khususnya Surabaya juga ramah dan suka menolong. “Ya, saya suka sekali berada di Surabaya. Tadi saya membuat kue klepon yang tidak jauh berbeda dengan kue kami di Korea yang biasa kami sebut Soupon,” kata siswa SMA ini.Siska Prestiwati Wibisono Artikel terkait: Kirim Guru Ke Luar Negeri Harus dengan Bekal. Baca di Halaman 22 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 13 katamahasiswa Strategi Komparatif Mengatasi Ketertinggalan Sistem Pendidikan di Indonesia Oleh: Dyah Yamani Mahasiswi UNAIR Fakultas Ilmu Bahasa Jurusan Sastra Inggris Apa yang Dimaksud Komparatif Sistem pendidikan? Strategi komparatif pendidikan adalah suatu cara untuk membandingkan sistem pendidikan yang digunakan antara Negara satu dengan Negara lain. Dalam sistem ini kita akan mencari perbandingan atas kelebihan dan kekurangan perihal sistem pendidikan dengan melihat hasil yang nyata dari penerapan masing-masing sistem. Kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang mendorong dan menghambat pelaksanaan dari sistem tersebut. Strategi komparatif akan membantu kita untuk mengetahui kadar keberhasilan dari penerapan sistem pendidikan di suatu Negara. Cara ini membantu suatu Negara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem pendidikan baik mengenai kelebihan maupun kekurangan dari sistem tersebut. Berikut beberapa sistem pendidikan dari 3 negara di Asia termasuk Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia secara operasional Sesuai dengan UU RI nomor 20 tahun 2003, Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan men- 14 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 jadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu dibutuhkan sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin pemerataan pendidikan dan menghadapi tantangan sesuai dengan perubahan perilaku kehidupan baik lokal, nasional maupun global. Sistem pendidikan tersebut harus yang terarah dan berkesinambungan. Pendidikan nasional menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan wewenang manajemen pendidikan ada pada menteri pendidikan. Pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia dibagi tiaptiap daerah otonom. Tiap-tiap daerah otonom seharusnya memiliki dewan pendidikan yang memiliki kewenangan untuk menjabarkan kebijakan-kebijakan mengenai pendidikan dengan berpedoman pada ketentuan kementerian pendidikan. Namun yang terjadi di Indonesia dewan pendidikan masih kurang dioptimalkan. Sistem Pendidikan Negara Republik Rakyat Cina Negara yang sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan pegunungan ini adalah Negara terluas di dunia. Dengan penduduk yang bermata pencaharian di bidang jasa, industri dan sebagian besar sebagai petani, RRC termasuk Negara yang hampir tidak ada angka pengangguran. Pendidikan adalah sarana pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi berlandaskan sosialisme dan keterbukaan dengan dunia luar. Pendidikan sangat menentukan pembangunan so- cial karena pembangunan bergantung pada kemajuan IPTEK serta kualitas SDM. Oleh karena itu sistem pendidikan adalah dasar yang dipakai dalam memajukan pendidikan di Negara ini yang diperlukan dalam modernisme yang sesuai dengan karakter dan nilai kepribadian China. Sistem pendidikan di Cina adalah transentarlsasi, mulai dari level pusat, propinsi, kotamadya, kabupaten, termasuk daerah-daerah otonomi setingkat kotamadya. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan adalah komite pendidikan Negara (State Education Commission, SEDC) yang merupakan suatu organisasi profesional pemerintah dalam bidang pembangunan pendidikan. Kemudian pada tahun 1985 pemerintah pusat mendelegasikan pendidikan dasar kepada kabupaten dan kota-kota kecil di daerah-daerah pedalaman. Alokasi biaya pendidikan tersedia pada pemerintah pusat dan daerah, dengan distribusi alokasi dari daerah untuk pendidikan yang dikelola oleh daerah dan dana pusat untuk lembaga pendidikan yang berada di kementrian pendidikan. Sistem Pendidikan di Jepang Jepang memiliki kemiripan dengan Negara Indonesia, yaitu Negara kepulauan. Jumlah angka penduduk produktif paling mendominasi di Negara matahari ini. Penduduk muda banyak ditemukan didaerah perkotaan, sedangkan penduduk berumur lanjut banyak ditemukan di daerah pedesaan. katamahasiswa Negara jepang dibagi menjadi 47 distrik (Ken), yang kemudian dibagi lagi menjadi 3256 kota praja (Son). Setiap distrik terdapat dewan sekolah atau kepala kota praja setempat dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Sesuai UU pokok mengenai pendidikan di Negara tersebut, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan sepenuhnya kepribadian setiap individu baik fisik, maupun psikis, yang cinta kebenaran dan keadilan, menghormati nilai-nilai pribadi orang lain, menghargai pekerjaan, memiliki rasa tanggung jawab dengan semangat kemerdekaan sebagai pendiri Negara dan masyarakat yang damai. Kunci dasar dalam pendidikan di Negara Jepang adalah peningkatan perkembangan kemampuan dasar generasi muda. Demi modernisasi yang mengglobal, diharapkan generasi muda bisa menyesuaikan diri dalam IPTEK yang berkembang pesat. Tanggung jawab pendidikan ada pada kementerian pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kementerian memberikan pedoman untuk menyusun kurikulum, mata pelajaran serta persyaratan kredit mulai dari TK hingga ke perguruan tinggi. Tak hanya masalah kurikulum, buku pelajaran pun menjadi tanggung jawab Kementrian. Masalah tenaga pengajar menjadi tanggung jawab dewan pendidikan yang terdapat pada masing-masing distrik. Bahkan di masing-masing kota praja memiliki tiga sampai lima orang dewan pendidikan dengan fungsi utamanya memberikan dan mengurus institusi pendidikan di kota praja. Sistem administrasi keuangan pendidikan Jepang disediakan bersamasama antara pemerintah pusat, distrik, maupun kota praja. Dimana diambil dari pajak dan dari sumber-sumber lain. Ketertinggalan Ini Pasti Bisa Diatasi Secara umum sistem pendidikan di ketiga Negara seharusnya memilki kesamaan: jenjang minimal pendidikan (basic education), manajemen pendidikan oleh menteri pendidikan, operasional pendidikan setidaknya dipegang oleh dewan pendidikan daerah (tiap-tiap Negara memiliki nama yang berbeda-beda), semua kebijakan mengenai pendidikan dibuat oleh masing-masing distrik sesuai dengan panduan dari menteri pendidikan. Lalu bagaimana di Indonesia, apakah sistem pendidikan masih belum berjalan dengan semestinya? Seandainya ya, apakah penyebab kelambanan perkembangan pendidikan di Indonesia dibanding Negara-negara tetangga kita di Asia, apakah dari faktor anggaran pendidikan, kurikulum yang telah dibuat, fungsi dewan pendidikan, sumber daya pengajar atau sebab-sebab lain yang seharusnya tidak dicampur adukkan dengan bidang yang memang sangat menentukan cerah atau tidaknya masa depan bangsa kita ini? Anggaran Pendidikan Mengenai anggaran dana pendidikan, RRC dan Jepang memberikan prioritas pada pendidikan sekurangnya RRC sudah sejak lama menganggarkan 12,8% dan Jepang 19,7% dari APBN. Dan Mungkin anggaran pendidikan di kedua Negara itu sekarang sudah jauh lebih besar dari angka tersebut. Walaupun perkembangan IPTEK di Indonesia tidak sepesat perkembangan IPTEK di kedua Negara tersebut, setidaknya Indonesia bisa mencontoh kedua Negara tersebut dalam pemberian perhatian lebih besar lagi dalam pendidikan dengan menargetkan anggaran pendidikan lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Bahkan teori yang menyebutkan “Semakin tinggi anggaran pendidikan, semakin maju pula ekonomi suatu Negara” ada benarnya. Indonesia sendiri seharusnya mulai sadar kalau besarnya anggaran pendidikan dan tepatnya pemakaian anggaran tersebut sangat menunjang mutu pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan itu crucial dalam penentuan kemajuan suatu bangsa. Tetapi dengan diperbesarnya anggaran saja apakah sudah bisa dipastikan bahwa pendidikan di sebuah Negara akan semakin baik? Walaupun anggaran adalah faktor penunjang yang sangat penting, namun yang dititikberatkan disini adalah ketepatan pemakaian anggaran yang besar tersebut. Percuma saja anggaran pendidikan dibuat besar namun penggunaannya asal-asalan saja tanpa adanya follow up yang jelas dan berkelanjutan dari program kerja tersebut (yang penting anggaran habis sehingga tahun depan bisa lebih besar lagi). Mau dijadikan apa sistem pendidikan ini kalau penggunaan anggaran tidak dipikirkan secara matang. Bahkan pemerataan anggaran untuk pendidikan pun masih dirasa kurang untuk semua kalangan masyarakat. Sehingga tak jarang kita menyaksikan masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa mencicipi ilmu di bangku sekolah. Semua keberhasilan Cina tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh para pemimpin Cina dalam melakukan reformasi dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam dunia pendidikan. Mereka menyadari bahwa pendidikan telah memiliki peran yang banyak dalam mencapai kesuksesan tersebut dan itu adalah hasil dari upaya mereka yang tidak kenal lelah dalam membangun bangsa melalui biMEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 15 katamahasiswa dang pendidikan. Keyakinan mereka membangun bangsa melalui sektor pendidikan terlihat dari upaya ekspansi yang berkelanjutan. Selama periode ini, pendidikan terus mengalami kemajuan secara cepat, dan banyak inovasi-inovasi yang dilakukan. Begitu juga yang terjadi di Negara Jepang keberhasilan dalam bidang pendidikan mereka raih dengan adanya komitmen yang tinggi di bidang tersebut. Anggaran akan sangat efektif jika digunakan secara tepat guna. Di Cina maupun Jepang hal ini tidak terlepas dari komitmen yang ditunjukkan oleh para dewan pendidikan untuk merumuskan program-program kerja yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Kurikulum Di Negara China, kurikulum dirumuskan oleh komisi pendidikan Negara (SEDC), yang sangat fleksibel serta bervariasi atas dasar kemampuan dan karakteristik wilayah, kota dan desa, dengan memberikan keleluasan bagi daerah pedesaan untuk menambahkan kurikulum lokal, dengan acuan sebagai berikut: SD memuat 10 mata pelajaran yang berbeda antara perkotaan dan pedesaan. Untuk SD pedesaan misalnya memuat mata pelajaran pertanian selain mata pelajaran inti, moral, matematika dan bahasa Cina, Sedangkan untuk SD perkotaan diwajibkan mata pelajaran olah raga. Sekolah menengah Pertama memberikan 13 mata pelajaran wajib, termasuk diantaranya Pendidikan moral, politik, Bahasa Cina, Bahasa Asing dan matematika. Untuk kurikulum siswa SLTA telah disesuaikan dengan keinginan siswa, menjadi guru SD dan sekolah menengah di Jepang, harus dididik/dilatih di universitas, pasca sarjana dan junior college yang dipilih oleh kementerian pendidikan. 16 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 kebutuhan sosial masyarakat serta kondisi lembaga setempat, dengan beberapa mata pelajaran pilihan. Kurikulum di RRC memiliki keunggulan tersendiri dengan memberikan kurikulum lokal (tidak sekedar bahasa lokal saja tapi juga pengetahuan lokal). Dengan memberikan pengetahuan lokal, seperti: pertanian, kelautan, perkebunan, kehutanan, dsb (sesuai keadaan alam wilayahnya). Hal ini diharapkan bisa menjadi contoh untuk Indonesia untuk mampu memberdayakan kearifan lokal demi memajukan kemajuan masing-masing daerahnya. Sehingga dapat diharapkan kemajuan daerah dapat mendorong kemajuan nasional. Tak hanya itu, Cina melalui salah satu tokoh pendidikannya, Li Lanqing, mendasari kebijakan pendidikan pada keyakinannya akan teori belahan otak manusia (kiri dan kanan) yang dikembangkan oleh seorang ahli neurobiologi dan psikologi Amerika yang bernama Roger Wolcott Sperry (1950-an). Teori ini menyatakan bahwa otak manusia itu terdiri belahan otak kanan dan otak kiri (the two cerebral hemispheres) yang memiliki fungsi berbeda, namun keduanya harus dikembangkan secara harmonis. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan dan melatih otak secara keseluruhan, mendukung perkembangan otak secara menyeluruh, dan menyediakan siswa sebuah lingkungan yang mampu menstimulasi kemampuan berpikir yang berbeda, seperti kemampuan berimajinasi, bahasa, matematika, musik, gerak dan grafik. Untuk itu pendidikan harus menekankan pada pengembangan kemampuan berfikir logis secara bersama-sama dengan melatih berfikir visual. Sedangkan di Negara Jepang seperti halnya di Indonesia, kurikulum pendidikan ditentukan oleh menteri pendidikan yang kemudian dikembangkan oleh dewan pendidikan distrik dan kota praja. Dewan pendidikan terdiri dari wakil dari perkumpulan guru, praktisi dan pakar pendidikan, wakil dari kalangan industri, dan wakil dari kementrian pendidikan. Komisi ini bertugas mempelajari tujuan pendidikan yang tercantum dalam undangundang pendidikan, lalu menyesuaikannya dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Dan khusus untuk perbaikan kurikulum dilakukan setiap 10 tahun sekali. Kurikulum di Jepang memiliki konsep pengembangan personality. Kurikulum ini menekankan bahwa setiap murid memiliki bakat yang berbedabeda dan perlu adanya pembinaan lebih lanjut. Kurikulum ini bersifat fleksibel dan memungkinkan sekolah untuk meramu kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah dan siswa yang mendaftar. Sebagai contoh, di SMP selain mata pelajaran wajib, siswa juga ditawarkan dengan mapel pilihan. Dengan adanya kurikulum baru ini, training besar-besaran dilakukan untuk mengubah pola pikir guruguru Jepang. Dewan pendidikan juga merevisi beberapa buku pelajaran, dan secara hampir bersamaan mengusulkan pemberlakuan 5 hari sekolah dan adanya jam khusus untuk pengembangan jiwa sosial siswa melalui integrated course atau sougoteki jikan. Hal ini memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. katamahasiswa guru di China Sumber Daya Pengajar Mengenai sumber daya pengajar, Cina memiliki standar melalui pendidikan dalam jabatan (inservice training) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung oleh Negara. Pelatihan-pelatihan itu merupakan program kerja yang memiliki posisi khusus dalam anggaran pendidikan. Bahkan pemerintah cina berprinsip “Untuk satu tahun, tidak ada yang lebih penting daripada memelihara butir; Untuk sepuluh tahun, tidak ada yang lebih penting daripada memelihara pohon; Untuk seumur hidup, tidak ada yang lebih penting daripada memelihara manusia” (filsafat Guan Zhong). Karena bagi mereka pendidikan itu sangat penting untuk pembangunan bangsa yang modern di masa depan. Sehingga dengan menghargai guru dan nilai-nilai pendidikan diharapkan bisa menghasilkan generasi yang berkualitas. Generasi bangsa yang selalu menanamkan prospek untuk maju dengan mengenyam bangku pendidikan Sedangkan di Jepang, SDM pen- Indonesia mulai menerapkan batasan latar pendidikan tenaga pengajar mulai SD, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi serta sertifikasi pengajar/pendidik. gajar tidak usah diragukan lagi. Karena tenaga pengajar disana memiliki persyaratan dengan tingkat tinggi. Bayangkan saja, untuk menjadi guru SD dan sekolah menengah, guru harus dididik/dilatih di universitas, pasca sarjana dan junior college yang dipilih oleh kementerian pendidikan. Kemudian guru memperoleh sertifikat mengajar dari dewan pendidikan distrik yang berlaku di semua distrik. Sertifikat untuk guru SD, memberikan kewenangan untuk mengajar semua mata ajaran. Sementara untuk guru menengah hanya pada mata ajaran tertentu saja. Sertifikat ini diperoleh setelah lulus rekruitmen yang dilakukan Dewan Pendidikan Distrik. Cukup bagus sekali prinsip yang digunakan Jepang mengenai tenaga pengajar. Mungkin cara ini sangat efektif bila setiap Negara menetapkan kebijakan yang sama dengan Jepang. Di Indonesia, sekarang ini sudah mulai diterapkan batasan latar pendidikan tenaga pengajar mulai SD, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi serta sertifikasi pengajar/pendidik. Kebijakan ini perlu dipertahankan terus di Indonesia, agar nanti Indonesia mempunyai predikat kualitas pendidikan yang tinggi dan mampu disejajarkan dengan Negara-negara maju seperti Cina dan Jepang. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di suatu Negara datangnya dari kualitas para pengajar. Tak hanya itu pengajar pun harus memiliki fokus satu disiplin ilmu, sehingga satu pengajar memang benar-benar fokus dalam satu mata pelajaran saja. Semua itu tidak akan terwujud tanpa campur tangan pemerintah sebagai penyedia sarana bagi para pengajar untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi demi memajukan pendidikan di negaranya. Kemudahan-kemudahan dalam memajukan pendidikan harus diusahakan oleh pemerintah. Misalnya saja Indonesia memberikan kemudahan dalam pemerolehan beasiswa S1, S2, S3, atau pelatihan guru. Pelatihanpelatihan guru ini bertujuan untuk membentuk tenaga professional. Bahkan kalau perlu seperti beberapa Negara di Eropa, Indonesia menerapkan pemberian penghargaan lebih baik berupa peningkatan gaji atau anjungan-anjungan khusus bagi pengajar yang benar-benar menunjukkan dan membuktikan hasil kinerjanya maupun prestasinya dalam mendidik/ mengajar. Sehingga tenaga pendidik/ pengajar tidak perlu mencari pekerjaan sampingan dengan alasan gajinya tidak mencukupi kehidupan mereka, serta hal yang juga memiliki peran penting untuk menentukan keseriusan dan kesadaran akan tanggungjawab seorang pendidik/pengajar terhadap tugasnya dalam menciptakan generasi bangsa yang luar biasa dari sisi intelektual, emosional maupun spiritual yaitu pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja bagi para pendidik/pengajar di Indonesia. Referensi Bercermin pada Sistem Pendidikan di Jepang (I): Eka, Christianus I Wayan, MA. Jumat, 7 Agustus 2009 | 00:24 WIB cited from http://edukasi.kompas.com/read/2009/08/07/00241444/bercermin. pada.sistem.pendidikan.di.jepang.i LI LANQING, REFORMER PENDIDIKAN CINA: Khaerudin. April 14th, 2008 by admin cited from http://www.ilmupendidikan.net/2008/04/14/li-lanqing-reformer-pendidikan-cina.php Mengenal Sistem Pendidikan di Jepang: No name. Kamis, 21 Januari 2010. cited from http://giligp.blogspot.com/2010/01/mengenal-sistem-pendidikan-di-jepang.html EDUCARE (Jurnal Pendidikan dan Budaya). STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN DI KAWASAN ASIA: RRC, KOREA SELATAN DAN JEPANG. Wijaya, Ismail E. Cited from http://educare.e-fkipunla.net/ index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=14 http://indosdm.com/alokasi-anggaran-pendidikan-jepang MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 17 internasional APA YANG BERBEDA DI FINLANDIA? Siswa-siswi di Finlandia memiliki hasil nilai akademis tertinggi di banding negara lain Tradisi kami selalu menomorsatukan betapa pentingnya pendidikan. Sudah 140 tahun Finlandia berpengalaman dalam pendidikan formal dan kami tidak memiliki perbedaan dalam bidang sosial dan budaya. Sistem sekolah di sini selalu berdasarkan pada prinsip ‘pendidikan untuk siapa saja’ dan juga sebuah prinsip pendidikan yang komprehensif sejak tahun 1970. Para orangtua di Finlandia juga berpendidikan tinggi. Dibandingkan negara lain, Finlandia adalah negara dengan sedikit penduduk dan tidak banyak siswa-siswi yang berasal dari budaya yang berbeda. Kami memiliki pendidikan yang sangat bagus dan handal, berawal dari menangani pendidikan usia dini sampai pendidikan tertinggi. Juga tersedia guru khusus di setiap sekolah dan kelas khusus bagi siswa yang tidak dapat hadir di kelas. Sistem pendidikan kami yang fleksibel memudahkan siswa dalam menerima pendidikan di kelas atau di luar kelas, atau sebaliknya mana yang memang sering dibutuhkan siswa. Selain itu, guru di Finlandia memiliki status profesi yang bonafid karena tes penerimaan yang tidak mudah. Pada program pengajaran untuk siswa, kami mengembangkan modul pengajaran terpadu yang dibuat dan diajarkan oleh beberapa guru secara bersamaan. Memang pekerjaan ini tidak mudah, tetapi dapat memberikan manfaat bagi mereka. Pendidikan di Finlandia menerapkan sistem pendidikan berdasarkan riset, karena: pertama, guru dan dosen kami dilatih secara profesional dan kedua, Dept Kependidikan Guru menyukai sistem seperti ini. Kami mencoba menekankan siswa dan siswi untuk mampu belajar sendiri di sebuah kelompok belajar untuk mendapatkan ilmunya lalu menerapkannya bersama-sama. Kami juga berusaha mengajak mereka untuk dapat berkomunikasi dengan baik kepada para guru. Pelatihan dan Pendidikan Guru Di negara lain, lulusan sarjana sudah bisa menjadi guru profesional, tetapi tidak berlaku di Finlandia. Karena seseorang yang ingin menjadi guru harus lulusan program magister. Menjadi seorang guru di Finlandia akan mempunyai hak istimewa untuk mengikuti 2-3 hari pelatihan se- 18 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 tiap tahunnya sebagai bagian dari tugasnya menjadi guru. Pelatihan ini sudah disetujui oleh persatuan profesional guru di Finlandia. Kepala sekolah bisa bersikap tegas untuk memaksa guru yang malas ikut pelatihan dengan mengancam pemangkasan 2-3 hari gaji guru (potongan gaji berbeda di setiap sekolah). Dengan sistem ini kemajuan para guru dapat dipantau. Sejujurnya, para guru menyukai pelatihan ini dan menginginkan tambahan hari untuk pelatihan tetapi biaya pelatihan yang mahal membuat sekolah kadang tidak mampu memberikan tambahan hari. Tetapi, Menteri Pendidikan dan Dinas Pendidikan Nasional mau membantu pembiayaan pelatihan ini. Secara formal, pelatihan guru ini ditangani oleh sekolah yang bersangkutan, Dinas Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Pendidikan Profesional, dept. pendidikan guru atau dept lain di universitas. Tujuan utama pelatihan ini adalah memberi penyegaran, pengajaran terkini dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan mata pelajaran si guru. Khususnya di masa-masa terjadinya perubahan kurikulum nasional sekolah yang dibuat untuk guru dan para pencetak guru. Terlebih lagi ICT dan aplikasi multimedia mulai menjadi bagian dari media pengajaran di sekolah, guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Saat ini, guru di Finlandia juga ingin mengembangkan pendidikan terpadu dan mengikuti pelatihan serta pertemuan dengan teman-teman seprofesinya. Contoh dari kursus/pelatihan yang ditawarkan di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan adalah : ‘Activity-based science workshop in the parimary school’ (Asunta, 2001), ‘in-service science courses for primary teachers’: implementation of different types of in-service training courses in Finland’ (Asunta, 1997), ‘some chemistry of plastics, coffee and tea’ (Bader, Asunta, & Nick, 1997) Program pelatihan Dept.Pendidikan Guru selalu berubah dari tahun ke tahun (Dept.Pendidikan Guru 2006). Tetapi, yang menjadi program regular adalah Multidisiplin Ilmu pada Mata Pelajaran dan Tema Kurikulum Silang yang diajarkan untuk Pendidikan Dasar (pelajaran sekolah) dan Jaringan Konseling Multibudaya – pengembangan kerja tim. Tipe Baru Pelatihan Guru Tipe baru pelatihan guru berdasarkan pada hasil temuan para ahli telah dikembangkan selama dua tahun. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah guru sekolah ‘melatih’ dosen berdasarkan pengalaman mengajar mereka sehari-hari dan dosen memberikan info ke guru tentang riset pengajaran dan aspek metodologi berdasarkan riset temuan mereka. Tujuannya adalah terciptanya seminar yang co-operative. Pertemuan tentang pengajaran ini akan diadakan setiap tahun. Guru dan pencetak guru bisa menjadi pelatih juga peserta ini seminar ini. Guru sekolah akan mendapat nilai kredit dari loka karya dan ilmu dari pelatihan yang mereka hadiri. Dari kegiatan ini para guru bisa memanfaatkan nilai kredit tersebut untuk meningkatkan strata mereka. Nilai kredit dapat digunakan juga untuk sekolah S2 atau untuk menggantikan ketidakhadiran di pelatihan wajib. Developments in Teacher Education in Finland. In-service Education and Training Tuula Asunta, Department of Teacher Education, University of Jyväskylä, Finland derapmotivasi Menengok Standard Profesional Guru di Inggris Menjadi guru di Inggris tidak mudah, karena ada begitu banyak standar kompetensi yang harus dipenuhi bagi seseorang yang ingin menjadi guru. Oleh: Setyorini, S.Si, M.A Sejak tahun 2007, the Training and Development Agency for Schools (TDA), yaitu sebuah badan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, guru, asisten guru serta staff pendukung), menetapkan sebuah standar professional bagi guru. Struktur profesional standar bagi guru ini berisi tentang karakteristik guru di setiap level karir. Jika di Indonesia kita menyebutnya Pangkat/ Golongan. Di Inggris, guru mempunyai level karir sebagai berikut: Qualified Teacher Status (QTS) Teachers on the main scale/Core (C) Teachers on the upper pay scale/ Post Threshold Teachers (P) Excellent Teachers (E) Advance Skills Teachers/ASTs (A) Standar tersebut menjelaskan tentang karakteristik professional yang harus dimiliki oleh seorang guru pada tiap levelnya. Tiap level karir tersebut mempunyai standar yang mencakup tiga kompetensi professional, yaitu attribute guru, ilmu dan pemahaman professional dan ketrampilan professional. Guru di setiap level karir harus mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan pada masing-masing level karir tersebut. Seseorang bisa diangkat sebagai guru jika dia telah memenuhi syarat dan kompetensi yang yang ada di level QTS, yaitu level yang paling rendah/awal. Setelah seorang guru ada pada level QTS maka dia diharapkan segera memenuhi syarat dan kompetensi di standar level selanjutnya, yaitu Core. Begitu seterusnya. Untuk dapat naik ke jenjang level berikutnya guru tidak hanya diminta menyediakan Standar gaji guru Inggris & Wales untuk 1tahun/September 2010 England and Wales (excluding London and fringes) Inner London Outer London London fringes Kepala Sekolah £42.379-105.097 £49.466-112.181 £45.351-108.070 £43.416-106.137 Advance skills teachers £37,461-£56,950 £44,540-64,036 £40,433-£59,925 £38,493-£57,985 Post-threshold £34,181- 31,552 £41,497-£45,000 £37,599-£40,433 £35,218- £37,795 Main Pay £21,588-£31.522 £27,000- 36.387 £25,117-£35.116 £22,626- £32.588 Unqualified Teachers £15,817-£25.016 £19,893-£29.088 £18,789- 27.992 £16,856- £26.052 Catatan: £1=± Rp. 14.500 bukti fisik saja, tetapi harus bisa mendemonstrasikan semua standar kompetensi profesional yang ada pada level tersebut. Inilah yang membedakan dengan system yang ada di Indonesia. Pada system kita untuk dapat naik pada pangkat/golongan berikutnya guru hanya diminta bisa memenuhi angka kredit tertentu. Meskipun guru diminta untuk menyediakan bukti fisik, sayangnya tidak ada penilaian performance bagi guru bahwa dia mampu mendemonstrasikan apa yang tercantum pada bukti fisik tersebut. Penilaian untuk guru di Inggris sangat ketat dan tidak mudah. Guru dituntut professional dengan memenuhi semua standar yang ada. Hal ini layak karena gaji guru di sana sangat tinggi. Tabel dibawah menunjukkan standar gaji guru di Inggris dan Wales untuk satu tahun per September 2010: Sebenarnya Pemerintah kita sudah berusaha meningkatkan profesionalisme guru kita dengan mengadakan sertifikasi bagi guru dan dosen. Seiring dengan itu pula kesejahteraan guru juga ditingkatkan, dengan diberikan tunjangan profesi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah upaya tersebut sudah mampu meningkatkan kualitas guru dan pendidikan kita? Pertanyaan besar ini hendaknya harus mampu kita jawab agar dana sertifikasi yang begitu besar tidak hilang sia-sia. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 19 derapmotivasi Menyoal Pembaharuan sertifikat Pendidik Oleh: kusnohadi, S.Pd., m.Pd. Staf LPMP Jawa Timur Program sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk mengidentifikasi guru-guru berkualitas. Guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk memberikan tunjangan profesi. 20 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 SetelaH lima tahun pelaksanaan program sertifikasi guru (kuota 2006), perlu dipikirkan program pembatasan dan pembaharuan sertifikat pendidik. Sebuah ilustrasi sederhana, bagi setiap penduduk pemegang Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Ijin Mengemudi (SIM) diharuskan untuk melakukan pembaharuan setiap lima tahun. Tujuannya adalah untuk memperbaharui data, terutama untuk memastikan bahwa pemegang lisensi tersebut memiliki kemampuan yang dipersyaratkan. Semasa prasertifikasi, semua guru bekerja keras untuk melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Guruguru aktif mengikuti seminar, diklat, menyusun RPP, membuat karya tulis ilmiah, memenuhi jumlah jam mengajar minimal, dan lain-lain kegiatan. Kemudian mengadministrasi bukti-bukti tersebut untuk dilampirkan dalam pemberkasan sertifikasi. Disamping itu guru-guru juga mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang didesain sebagai upaya untuk meng-update dan meng-upgrade pengetahuan guru. Kegiatan-kegiatan tersebut diyakini mampu mendongkrak kompetensi guru secara drastis, apalagi didukung dengan motivasi ekstrinsik berupa tunjangan profesi pendidik. Manakala guru telah sukses dan dinyatakan lulus sertifikasi bukan berarti perjuangan mereka telah usai, tetapi sesungguhnya awal dari derapmotivasi didik. Manakala mereka memenuhi persyaratan, pendidik memperoleh hak perpanjangan sertifikat pendidik, tetapi bila tidak memenuhi persyaratan, maka hak mengajarnya dicabut (Non-practising Registration). Demikian pula system pendidikan di Amerika Serikat, sertifikat pendidik berlaku untuk masa sepuluh tahun, memasuki tahun ke-sembilan pendidik diharuskan melakukan pembaharuan lisensi. Dalam proses pembaruan sertifikat, pendidik harus melengkapi persyaratan sebagaimana yang termuat dalam Profile of Professional Growth (PPG). Konsekwensinya, guru yang gagal dalam proses pembaharuan sertifikat pendidik maka hak-haknya sebagai tenaga pendidik akan dicabut. Pembatasan dan pembaharuan sertifikat pendidik merupakan instrumen untuk: a. Melihat kelayakan sertifikat guru setelah lima tahun. Pendidik dianggap layak menerima sertifikat pendidik manakala mereka sanggup memenuhi indikator-indikator mutu sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan. Dalam jangka waktu tertentu diperlukan peninjauan kembali kelayakan sertifikat tersebut. Kesanggupan guru untuk memenuhi persayaratan dalam pembaharuan sertifikat pendidik memungkinkan mereka tetap layak menyandang sertifikat pendidik. sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Kondisi yang disebut dengan profesionalisme guru, harus tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan. Semangat inilah yang tidak boleh luntur apalagi hilang. Pembinaan guru harus berlangsung secara berkesinambungan, karena prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning persons Di Victoria, negara bagian Australia, sertifikat pendidik berlaku selama lima tahun setelah itu setiap pendidik berkewajiban registrasi ulang guna memperbaharui lisensi mengajar. Mereka harus memenuhi persyaratan 90-120 jam kegiatan pengembangan keprofesionalan yang diarahkan pada peningkatan delapan standar pen- b. Sebagai upaya untuk mempertahankan kompetensi guru Pada saat persiapan sertifikasi, setiap guru berusaha memenuhi semua persyaratan melalui berbagai kegiatan. Maka dapat dipastikan kompetensi guru pada saat itu meningkat. Tetapi bila orientasi pemerolehan sertifikat pendidik adalah untuk mencapai tunjangan profesi, dikhawatirkan mereka kehilangan motivasi untuk mempertahankan semangat untuk belajar. c. Mengukur korelasinya dengan prestasi belajar siswa Pendidik bersertifikasi adalah guru-guru yang terklasifikasi dalam peta mutu, Mereka mempunyai tingkat kesejahteraan lebih baik bila dibandingkan dengan pendidik yang belum bersertifikasi. Jaminan terhadap tingkat kesejahteraan yang tinggi memungkinkan pendidik lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan lebih fokus dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran. d. Mengidentifikasi kelemahan guru bersertifikasi. Program sertifikasi guru yang tidak diikuti dengan pembaharuan sertifikat dikhawatirkan berdampak terhadap penurunan kompetensi dan kinerja guru. Dari tahun ke tahun ditakutkan kinerja guru dapat menyusut karena hilangnya motivasi berprestasi. Bahayanya siswa diajar oleh pendidik yang tidak professional meskipun mereka telah sekian lama mempunyai sertifikat pendidik. e. Menetapkan strategi pengembangan profesi guru bersertifikasi. Pascasertifikasi menjadi awal dari babak baru yang disebut dengan profesionalisme. Pemerintah perlu menetapkan strategi dan program pengembangan profesionalime guru secara berkelanjutan. Strategi dan program dapat disusun secara tepat manakala terdapat data aktual tentang kebutuhan dan peta kompetensi guru bersertifikat. Espektasinya, besarnya biaya untuk proses sertifikasi pendidikan sebanding dengan outputnya Pembatasan dan pembaharuan sertifikat pendidik memungkinkan guru untuk berusaha secara aktif mempertahankan kompetensi yang dimiliki, sehingga mereka tidak berfikir destruktif dan lalai dalam menunjukkan prestasi yang baik (good achievement). Pembaharuan sertifikat pendidik memungkinkan guru untuk selalu belajar menerapkan learning persons dan continuous professional development dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja. berbagai sumber MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 21 terkait rubrik: globalconnection [page.13] Kirim Guru Ke Luar Negeri Harus dengan Bekal Mengirim tenaga pendidik yaitu kepala sekolah atau guru ke luar negeri memang diperlukan. Namun, Kepala Sekolah SMP Al Hikmah Surabaya, Gatot Sulanjono berpendapat bahwa pengiriman guru atau kepala sekolah ke luar negeri baik dari rangka study banding, short course ataupun pendidikan formal harus disertai dengan bekal yang cukup. Gatot Sulanjono Kepala Sekolah SMP Al Hikmah Surabaya Guru-guru dari Indonesia mengikuti short course Multimedia di Jerman “Ya, setiap pengirim tenaga pendidik ke luar negeri harus dibekali, minimal bekal Bahasa Inggris, bekal tentang budaya negara tujuan serta sistem pendidikan yang diterapkan,”ungkap Gatot ditemui di SMP Al Hikmah Jalan Kebonsari Surabaya. Gatot menerangkan pembekalan yang diberikan sebelum tenaga pendidik dikirim ke luar negeri agar saat mereka berada di negara tujuan, para tenaga pendidik tersebut bisa lebih menggali informasi yang mereka butuhkan. Tidak hanya sekedar informasi-informasi yang mereka bisa dapatkan di Indonesia. “Dengan pembekalan, para tenaga pendidik sudah mengetahui seperti apa negara tujuan sehingga mereka bisa menggali informasi yang lebih detail atau yang sesuai dengan bidang keahliannya lebih mendalam,”paparnya. Sebenarnya, sambung Ga­tot, sistem pendidikan yang diterapkan di luar negeri bukanlah sesuatu yang baru. Di Indonesiapun sudah ada, sayangnya tidak pernah benar-benar 22 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 diterapkan dengan sungguh-sungguh dan dianggap tidak terlalu penting. Sikap orang Indonesia tidak percaya kalau tidak melihat sendiri itulah yang kadang memerlukan pembuktian melalui kegiatan study banding ke negara lain. Disinggung soal jenis kegiatan ke luar negeri, Gatot menilai kegiatan short course akan lebih tepat daripada hanya sekedar study banding. Sebab, kegiatan short course otomatis waktunya juga lebih lama dibandingkan dengan study banding. Pada kegiatan tersebut, setiap tenaga pendidik tidak hanya melihat, mendengar dan mendapatkan informasi tetapi mereka juga bisa ikut praktek. Sehingga mereka bisa menilai dan mengambil apa-apa yang cocok dan bisa diterapkan dan dikembangkan di Indonesia khususnya di sekolah tempatnya mengabdi. “Kalau studi banding hanya melihat saja, jadi kurang bisa mengambil nilai-nilai apa yang bisa diadopsi untuk diterapkan dilingkungannya,” katanya. Masih menurut Gatot, bila memang ada anggaran yang cukup, maka yang terbaik adalah mengirim tenaga pendidik untuk melanjutkan pendidikan formal di negara lain. Dengan pendidikan lanjutan tersebut, setiap guru lebih bisa mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya sesuai dengan disiplin ilmu mereka. Siska Prestiwati Wibisono rana si ”Anak Hilang” Pengungsi yang Berhasil Membangun sekolah Menengah Kisah hidupnya yang menarik ditulis dalam buku What is the What dan berhasil membuat seorang Barrack Obama menyarankan setiap ajudan di Gedung Putih membacanya. Dan setelah mengungsi dari satu kamp ke kamp yang lain, hingga sampai ke AS, akhirnya dia kembali ke kampung halaman dan menjadi perhatian pemerintah Sudan Selatan karena keberhasilannya mendirikan sekolah menengah. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 23 rana Sebagai Pengungsi dan Pandangan Stereotip di AS Achak Deng adalah satu dari sekitar 27.000 anak lelaki Sudan Selatan yang dipaksa meninggalkan rumah, keluarga dan kampung halaman mereka karena perang saudara yang berlangsung selama 22 tahun, yang telah membunuh lebih dari 2 juta jiwa dan membuat lebih dari 4 juta penduduknya untuk mengungsi. Diburu ke desa- desa mereka, anak-anak yang sebatang kara ini, sebagian besar anak laki-laki, berjalan selama berbulan-bulan di negaranya. Mereka dinamai ”Anak Tersesat” oleh para relawan seperti anak yatim dalam dongeng Peter Pan karya JM Barrie. ”Konotasi yang timbul di AS mengesankan bahwa kami tersesat dan tidak tahu apa-apa, bahwa kami tidak punya negara, keluarga dan tidak bisa diatur,” ucap Achak Deng sambil melihat ke­ arah sekolahnya di tanah lapang berdebu di Marial Bai Sudan Selatan. ”Tapi saya tak pernah merasa saya tersesat, tak pernah seharipun, walaupun saya melihat teman senegara saya meninggal, jika saya bisa hidup saya yakin saya akan melakukan sesuatu yang akan menjadi kenyataan di masa depan.” Dua puluh tiga tahun sudah Achak Deng yang berumur 9 tahun bermain di bawah pohonnya dan melihat tentara Sudan Utara bergerak maju, dan dia tampak seperti anak yang tersesat. Padahal, ketika seorang penulis Ame­ rika menulis tentang kisahnya, novel itu menjadi fenomenal. Awal Penulisan Kisah Hidupnya. Adalah Dave Eggers, wartawan Amerika yang mengabadikan kisahnya dalam novel terlaris tahun 2006, What is the What , (Apakah Apa Itu ). Novel tersebut menjadi rujukan setiap ajudan di Gedung Putih ketika Barrack Obama menyarankan mereka untuk membacanya. Berkat kesuksesan buku ini, penerima keuntungan yang sesungguhnya adalah 260 murid Sudan yang kini terdaftar di sekolah menengah pertama yang berfungsi baik di daerahnya. 24 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 Bagaimana Achak Deng dan Dave Eggers bertemu? Achak Deng kala itu sedang berada di Amerika pada 2002 ketika ia mengatakan kepada putri Jane Fonda , Mary Williams, yang juga pendiri the Lost Boys Foundation (Yayasan Anak Hilang / Terse­sat) bahwasanya ia ingin menceritakan kisah nyata ”Anak yang Tersesat” dari Sudan pada sebuah buku. Ketika wanita itu merekomendasikan penulis Amerika Dave Eggers untuk membantunya, logika Achak mengatakan dengan jelas: Eggers telah meraih pengakuan atas penerbitan memoir, A Heartbreaking Work of Staggering Genius, ”Karya Memilukan dari Seorang Jenius yang Mengejutkan” yang menceritakan hidup setelah kematian kedua orang tuanya dalam waktu kurang dari 5 minggu sedangkan Achak tidak pernah bertemu orang tuanya lagi sejak dia berumur 9 tahun. ”Dia bilang Dave akan bisa mengerti saya dengan lebih baik dibandingkan penulis lain.” ungkap Achak Deng. Akan tetapi ketika Eggers dan Achak Deng pertama kali bertemu 7 tahun yang lalu, keduanya tidak menyadari akan terlibat dalam persahabatan yang membentang antarbenua, budaya dan peperangan yang nantinya akan berujung pada pembangunan sebuah gedung sekolah. ”Aku pergi ke Atlanta untuk bertemu dengan Val dan Mary, tetapi tidak menyangka akan mengerjakan proyek selama 4 tahun ,” kenang Eggers yang bermarkas di San Fransisco. ” Val dan aku cukup akrab dan sepertinya kisah yang diceritakan cukup mendesak sampai saya merasa paling tidak aku mencoba melakukannya untuk keadilan.” Kembali ke Kampung Halaman Banyak hal yang telah berubah semenjak tahun 2003 ketika hanya terdapat kira-kira 500 penduduk di Marial Bai, dan ketika Eggers menemani Achak Deng pertama kali pulang kampung dalam 17 tahun. Sebagai ”Anak Tersesat” pertama yang kembali ke Sudan Selatan, Achak Deng menumpang 3 pesawat terbang bersama Eggers dan menuju Marial Bai menaiki penerbangan kargo yang berisik, membawa sepeda, obat dan padi-padian. Ketika sampai di daratan, Achak Deng akhirnya bisa memeluk orang tu- anya yang renta di landasan darurat. ” Saya menyadari saya beruntung. Meski saya harus pindah dari satu tenda pengungsi ke tenda yang lain, atau dari Negara satu ke Negara yang lain tapi saya telah meloloskan diri sementara yang lain tidak. Hal ini membantu saya memvisualisasikan hal semacam sekolah ini, proyek yang saya bisa bangun, bagaimana saya bisa memanfaatkan pengalaman saya, kehidupan dan persahabatan saya di Amerika dalam suatu cara yang bisa membantu merubah masyarakat ini.” Bagi Achak Deng, perjalanan tersebut adalah saat-saat yang menentukan antara dirinya dan Eggers. ”Ia terbang ke Sudan pada saat orang barat tidak diijinkan untuk datang kemari, jadi saya pernah melihat dia membahayakan dirinya. Apapun yang terjadi, saya tahu ini adalah masalah kepercayaan, bukan hanya masalah buku.” Membangun Sekolah Menengah Eggers dan Achak Deng tahu mereka akan memakai uang dari buku What Is the What untuk membantu membangun kembali kampung halaman Achak Deng sampai akhirnya pasangan ini kembali ke Marial Bai pada tahun 2007 dan menyadari bahwa kebutuhan akan sekolah menengah semakin jelas. Walau 48% anak-anak kini secara resmi terdaftar di sekolah dasar, hanya 3% yang hadir di sekolah menengah di Sudan Selatan. Di Negara bagian Timur Bahr Al Ghazal dimana terletak Marial Bai, hanya 0.3% anak berusia 14-17 tahun yang bersekolah tahun lalu. ”Kami kembali ke kotanya setelah buku itu terbit dan kami katakan pada para orang tua bahwa akan ada dana masuk ke yayasan baru dan Val berencana membangun sekolah,” jelas Eggers. ”Kemudian kami terus mendengarkan pendapat di berbagai pertemuan. Yang kita pelajari adalah bahwa mereka membutuhkan sekolah menengah di atas segalanya. Sehingga, kami banyak belajar dengan mendengarkan terlebih dulu, - sesuatu yang saya selalu saya rekomendasikan namun tidak demikian bagi LSM. ”Selama dalam perjalanan, memilih tanah diluar pasar utama Marial Bai untuk sekolahnya. ” Upacara dilakukan untuk memberkahi tempat tersebut dan seluruh masyarakat ikut keluar,” kata Eggers. Bertekad Mengatasi Rintangan Dave Eggers helps Sudan’s ’Lost Boys’ get a fresh start at school by Sarah Morrison www.guardian.co.uk Menurut sensus yang terkini, 51% penduduk Sudan Selatan berumur dibawah 17 tahun, namun hanya ada 10 sekolah pemerintah di seluruh negeri. Sekolah menengah Marial Bay dibangun dengan batu bata yang dibuat penduduk setempat, namun untuk bahan bangunan yang lain seperti kayu, besi dan semen harus dibeli di Uganda dan dibawa oleh lori, sepeda dan kapal. Tujuannya adalah untuk mempekerjakan guru setempat, namun di sejumlah negara sebanyak 2% guru mengikuti pelatihan, sehingga sulit untuk merekrut staf untuk sekolah. Namun, untuk lelaki yang menghabiskan 13 tahun di kamp pengungsian di Ethiopia dan Kenya, masalah seperti ini adalah rintangan yang harus diatasi. Dan setahun yang lalu, setelah 10 bulan pembangunan gedung, sekolah itu membuka pintunya. Meskipun terletak 150 mil dari jalan berpaving terdekat namun sekolah menengah Marial Bay memiliki 85 murid, 12 diantaranya adalah anak perempuan yang berhasil lolos dalam tes seleksi. Mereka bahkan memulai pelajaran sebelum pintu dan jendela dipasang. ”Saya percaya orang yang menghabiskan waktu satu menit di kelas lebih baik daripada yang tidak pernah,”ujar Achak Deng. ‘Saya juga percaya bahwa segalanya adalah mungkin dan hanyalah kebulatan tekad dan rasa percaya yang diperlukan disana. Saya tahu kami tidak memiliki bulldozer, atau pen- gangkut yang besar, atau bahkan guru professional pada saat itu. Namun kita tidak bisa menunggu dan menunggu sampai seseorang datang dan memutuskan. Tidak, kita harus membangunnya sendiri.” Setahun berlalu, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Achak adalah menyemangati para keluarga untuk membiarkan anaknya masuk sekolah. Menurut survey tahun 2006, hanya 2,5% wanita berusia 15- 24 tahun di Sudan Selatan yang bisa membaca, dibandingkan dengan 56,4% di Sudan Utara. Anak gadis di Sudan Selatan berkemungkinan meninggal pada usia bayi daipada berkemungkinan tamat sekolah dasar. Namun, berbekal pengetahuan akan komunitasnya, Archak Deng turun ke jalan untuk memastikan bahwa lebih dari 22 anak gadis yang saat ini bisa masuk sekolah. Setelah mengunjungi keluarga-keluarga di seluruh negeri, ia membangun 2 asrama putri sehingga paling tidak 100 wanita bisa tinggal di sekolah dan bisa bebas dari tanggungjawab yang mereka miliki di rumah. Murid perempuan 17 tahun seperti Aquiliana Adhel Majok yang dikirim ibunya untuk dididik di Kenya selama masa peperangan. Dia senang menjadi salah satu murid perempuan pertama yang sampai di sekolah tersebut. Perjuangan Achak tidaklah sia-sia. Aquilliana yang kembali tahun lalu dari Kenya ke Marial Bai berujar,”Ini adalah sekolah terbaik di Sudan Selatan dan Achak Deng kami sangat, sangat bangga berada di sini. Di Sudan, dulu banyak gadis yang bersekolah dasar namun kemudian mereka menyerah, menikah dan tinggal di rumah. Ketika gadis lain melihat kita berseragam sekolah di pasar, mereka berharap mereka bisa bersekolah juga sehingga mereka bisa belajar.” Pengakuan dari Pemerintah Bagi Eggers, sekolah di Sudan adalah ”hal yang merubah kehidupan”. Mengingat pada tahun pertamanya, dia mengatakan : ”Sebelum sekolah ini dibangun, ada beberapa pilihan bagi mereka yang lulus sekolah dasar. Dan hampir tidak ada kesempatan samasekali untuk anak perempuan. Namun kini, muridmurid datang dari ratusan mil jauhnya untuk bersekolah, dan inilah perkembangan penting dalam membangun kembali Sudan Selatan.” Mengutip ”pikiran tunggal” temannya sebagai sesuatu yang penting bagi kesuksesan sekolahnya, dia menambahkan,” Kami melihat banyak hal dengan cara yang sama dan itu sebabnya kami menjadi partner yang dekat sekian lama. Saya rasa, ini karena fakta bahwa kami lebih cenderung menjadi orang yang berpraktek daripada menjadi orang yang berteori. Kami tidak mendesain sekolah ini bertahun-tahun di AS dengan teori dan ide-ide abstrak. Kami setuju bahwa ide yang lebih baik adalah focus pada apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Marial Bai dan segera memulainya. Kini, dengan 3 orang guru Kenya dan 5 guru Sudan yang telah pulang kembali setelah berpindah puluhan tahun, sekolah menengah Marial Bay menuai pujian di seluruh negeri. Hanya 5 bulan sebelum referendum terencana tentang kemerdekaan Sudan Selatan atas utara, pemerintah Sudan Selatan telah menyampaikan ketertarikannya pada Achak Deng untuk mengurusi peran yang lebih ke tingkat nasional. Sementara Marial Bai masih kesulitan dalam pendanaan, Eggers yakin bahwa hal itu akan berhasil. Dia telah berjanji untuk membantu Achak Deng ”kapanpun dan dimanapun ia membutuhkan aku”. Namun, ia menambahkan ,” Saya rasa dia tidak terlalu sering memerlukan saya. Saya rasa dengan pengetahuan dan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah, tidak ada batasan terhadap dampak yang bisa ia timbulkan di Sudan Selatan.” MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 25 cermin Perbaiki Perilaku melalui Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional merencanakan pendidikan karakter mulai dilakukan pada tahun ajaran 2011 -2012 di seluruh sekolah di Indonesia. Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, serta pendidikan watak. Yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. “Sebenarnya, Pendidikan Ka­ rak­ter bukanlah sesuatu yang baru karena sejak dulu sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam sudah melakukannya,” jelas Dra Diah Harianti MPSi, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam rangka pengembangannya, Diah menjelaskan masing-ma- 26 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 sing sekolah Islam mengemas dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang mengembangkan budi pekerti, ada yang mengembangkan akhlak mulia, kejujuran, mencintai lingkungan hidup dan sebagainya. Sehingga, setiap sekolah bisa mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Contohnya, lima hingga sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai, seluruh siswa dibiasakan membaca Al-Quran. Selain membaca Al-Quran, pendidikan karakter bisa saja memuat tentang pengembangan budaya lokal atau pengembangan lingkungan hidup, bahkan pengembangan sikap anti korupsi pun masuk dalam kategori pendidikan karakter. “Oleh sebab itu, kami merangkum seluruh masukan-masukan dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter sehingga pendidikan cermin karakter tidak hanya milik sekolah tertentu saja tetapi menjadi konsep semua sekolah,” jelasnya. Setiap satuan pendidikan sudah harus mempersiapkan dan merencanakan pelaksanaan pendidikan karak­ ter pada proses perencanaan satuan kurikulum sekolah (SKS)-nya. Tidak hanya satuan pendidikan, perguruan tinggi pun memiliki kewajiban untuk membantu dan harus mendampingi sekolah untuk mulai melaksanakan pendidikan karakter. Latar Belakang Pendidikan Karakter Diah menjelaskan latar belakang pendidikan karakter tidak lain karena ada masalah serius yang sedang dihadapi bangsa dan negara ini. Masalah tersebut antara lain masalah disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian bangsa. Melihat permasalahan tersebut, maka Pemerintah ingin mengatasinya dengan menjadikan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter dengan memiliki ciri-ciri : tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi Iptek yang semuanya dijiwai oleh IMTAQ kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Sehingga Indonesia bisa menjadi Bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. “Pembangunan karakter bangsa, bukan menjadi tanggung jawab kementerian saja. Walaupun grand design berasal dari Kementerian Kesra namun semua elemen masyarakat dan pemerintah pun memiliki tugas yang sama. Khusus untuk Kementerian Pendidikan memang memiliki beban tugas yang berat dan harus sampai ke sekolah-sekolah,” paparnya. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter “Kami mengelompokkan nilainilai pendidikan karakter itu terdiri atas olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa atau karsa. Di mana, keempat olah ini saling terhubung dan tidak dapat dipisahkan,” sebut Diah. Olah hati terdiri atas cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Iptek dan reflektif. Untuk Olah Hati bisa Dra Diah Harianti MPSi, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (kanan). mencakup beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriotik. Olah raga diwujudkan dalam perilaku bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria dan gigih. Sedang untuk Olah Rasa atau Olah Karsa bisa diwujudkan ke sifat ramah, saling menghormati, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepen­ tingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja. “Keempat olah tersebut bisa mulai dilakukan dari hal paling sederhana dan mudah dilakukan yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing,” jelasnya. Indikator Minimal Kementerian Pendidikan telah menetapkan indikator minimal dari sekolah yang dianggap telah mengembangkan pendidikan karakter. Artinya, sekolah bisa mengembangkan pendidikan karakter untuk nilai-nilai apapun. Tetapi, ada syarat minimal yang harus dipenuhi oleh suatu satuan pendidikan. Indikatornya, dimulai dari kondisi sekolah yang bisa mengajarkan kepada peserta didiknya, bisa memberikan contoh serta bisa memberikan pengkondisian dimana sekolah itu harus memperlihatkan indikator bersih, rapi, nyaman, disiplin dan sopan santun. “Minimal kita bisa mengembangkan peserta didik memiliki karakterkarakter kepedulian terhadap kebersihan, kesopanan dan disiplin terlebih dahulu. Sebelum kita melaksanakan nilai-nilai yang lain,” jelasnya. Mengapa indikator minimal ada? Sebab, mengajarkan anak untuk bisa bersih, rapi, nyaman tidaklah mudah. Selama ini di sekolah yang bertugas menjaga kebersihan sekolah adalah tukang kebun atau cleaning service. Sehingga anak tidak bertanggung jawab untuk membersihkan sendiri. Tetapi, pendidik harus mampu mendidik anak didik untuk memelihara kebersihan. “Bagaimana kita bisa membuat anak bertanggung jawab? Misalnya setiap pergi ke toilet, kita harus memberikan contoh dengan meninggalkan toilet tetap dalam keadaan bersih dan tidak berceceran kemana-mana. Sehingga, pengguna yang lain tidak merasa jijik karena kotor atau bau yang tidak enak,”jelasnya. Untuk mendidik anak memiliki kepedulian dalam menjaga kebersihan tidaklah mudah. Sebab, orang dewasa pun masih banyak yang tidak peduli bila ada orang lain yang akan menerima akibat yang disebabkan oleh dirinya. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 27 cermin Begitu pula membudayakan anak didik untuk menjaga kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruang kelas. Walaupun sederhana, namun untuk menjaga ruang kelas tetap bersih, rapi dan nyaman sangatlah sulit. Padahal ruang kelas yang bersih, rapi dan nyaman akan membuat anak didik betah berada di ruangan. “Selain bersih, rapi dan nyaman. Kedisplinan juga sangat diperlukan, sebab budaya terlambat sudah mengakar. Hal ini bisa dilihat setiap ada acara atau rapat. Tidak sedikit peserta yang datang terlambat dari jam yang sudah ditentukan, sehingga merugikan orang-orang yang tepat waktu,” ulasnya. Disiplin memerlukan keteladanan. Setiap tenaga pendidik harus rapi dan bisa memberikan keteladanan kepada anak didik dan juga kepada sesama pendidik. Sehingga anak didik pun bisa meniru kedisiplinan yang ditunjukkan oleh para guru. Sopan santun juga masuk dalam indikator awal sekolah berkarakter. Meskipun kelihatannya sangat sederhana, namun dalam penerapannya sangat sulit. Misalnya, bila sudah orang lain yang berbicara, maka kita mendengarkan. Begitu pula sebaliknya bila kita yang berbicara maka orang lain yang mendengarkan ‘Sopan santun seperti itupun, sudah tidak terbiasa. Untuk itu, indikatior minimal Pendidikan Karakter mohon diterapkan mulai dari diri sendiri kemudian ditularkan ke teman sesama pengajar yang lain,” ungkap Diah. Kalau kelima indikator minimal ini sudah dilakukan oleh para pendidik, itu sudah hebat. Sehingga, ketika ada tamu yang berkunjung ke sebuah sekolah. Maka tamu tersebut bisa merasakan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah pendidikan karakter. Pendidikan Karakter Masuk Kurikulum Diah menjelaskan Pendidikan Karakter harus masuk ke dalam kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah atau karakteris- 28 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 tik daerah, sosial budaya masyarakat setempat serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. “KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah,” ungkapnya. Pengembangan KTSP, sambung Diah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, utamanya adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan. Semua standar kompetensi dan kompetensi dasar harus mengandung pendidikan karakter. Sedikitnya ada tiga cara agar Pendidikan Karakter bisa masuk kurikulum Yang pertama, Pendidikan Karakter masuk sebagai indikator-indikator ke dalam mata pelajaran yang sudah ada di sekolah. Artinya, guru harus mengembangkan silabus yang mengembangkan nilai-nilai di dalam SKKB yang sudah ada. Banyak yang bisa dilakukan, misalnya guru bisa mengembangkan kejujuran, cinta tanah air, kerja keras, toleransi dan sebagainya. “Ini semua pengampu atau guru yang mengampu mata pelajaran memiliki konsekuensi harus mengembangkan mata pelajaran tersebut dengan memasukan indikator pendidikan karakter dalam silabusnya,” urai Diah. Yang kedua, Pendidikan Karakter bisa dimasukkan ke dalam pelajaran yang ada di muatan lokal. Misalnya, guru menganggap bahwa pendidikan nilai-nilai budaya lokal harus dikembalikan mulai dari awal hingga akhir sehingga bisa menjadi mata pelajaran tertentu. Karena mata pelajaran nasional tidak ada maka guru bisa mengembangkannya melalui muatan lokal. Sehingga guru harus mengembangkan sendiri nilai-nilai tersebut. Yang ketiga dan yang banyak diajurkan, yaitu memasukkan Pendidikan Karakter ke dalam kegiatan pengembangan diri. Sebab, melalui kegiatan ini sangat memungkinkan pendidikan karakter yang diajarkan lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Masih menurut Diah, kegiatan pengembangan diri bisa dikemas dalam kegiatan extra kokurikuler atau dalam kegiatan pembiasaan atau pembudayaan. Kegiatan itu juga bisa dimasukkan ke dalam bimbingan konselingnya. Kegiatan tersebut bisa dibagi menjadi dua, misalnya kegiatan harian dan kegiatan mingguan. Untuk kegiatan harian, contohnya lima atau sepuluh menit sebelum pelajaran, akan diawali dengan membaca doa atau membaca Al-quran. Sedang untuk kegiatan mingguan, bisa juga dilakukan pemeriksaan kebersihan badan. Misalnya, setiap minggu diadakan pemeriksaan kebersihan diri mulai dari kebersihan rambut, kuku, hidung, dan mulut. Sehingga, anak tahu kalau setiap minggu ada pemeriksaan kebersihan, mereka akan membiasakan diri untuk berperilaku hidup bersih. Selain itu, guru juga bisa merencanakan kegiatan cinta tanah air, cinta kebudayaan bahkan kegiatan kepedulian misalnya mengunjungi korban bencana dan lain-lain. “Pendidikan Karaker ini sifatnya luwes, tidak hanya bisa masuk ke mata pelajaran tetapi juga bisa masuk ke dalam muatan lokal dan ke pengembangan diri,” ungkapnya. Yang penting, sambung Diah, pendidikan karakter harus masuk ke dalam kalender akademik. Kepala Sekolah harus bisa memulai mengembangkan, merencanakan pendidikan karakter ke dalam rencana kegiatan sekolah.Siska Prestiwati Wibisono sertifikasi Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Oleh : Wahyu Nugroho, S.H, M.M Staf Program dan Sistim Informasi LPMP Jawa Timur Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai pada tahun 2007 setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Tahun 2011 ini merupakan tahun kelima pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan dengan perubahan yang cukup mendasar tentang pola penetapan peserta. Perubahan tersebut mengacu dari hasil penelaahan terhadap pelaksanaan sertifikasi guru selama empat tahun dan didukung beberapa kajian/ studi . Pola penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2011 mengawali keterbukaaan dan ketertiban data melalui SIM NUPTK online yang secara lengkap diatur dalam Buku 1 tentang Pedoman Penetapan Peserta yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Unsur Terkait: Ditjen PMPTK, LPTK, LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Guru (termasuk Kepala se­kolah dan Pengawas). Prinsip Penetapan Peserta: Transparan: Berkeadilan sesuai uruta­n prioritas Ditjen PMPTK telah mengembangkan aplikasi pendaftaran secara online dan ter- integrasi melalui NUPTK online. Fasilitas yang telah dibuat: Perangkingan calon peserta, Update data peserta, Penetapan peserta I. Tahap Persiapan: Tanggal 13 Desember 2010 s/d 28 Februari 2011: Penetapan kuota provinsi. Kuota provinsi sudah ditetapkan oleh Ditjen PMPTK berdasarkan data guru pada SIM NUPTK posisi bulan September 2010. Penetapan Kuota Kabupaten/Kota. Kuota kabupaten/kota dihitung dan disepakati serta disahkan bersama antara LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas pendidikan kabupaten/kota Data guru yang digunakan dalam penghitungan kuota kabupaten/kota adalah data guru hasil sinkronisasi data SIM NUPTK posisi terakhir Pembentukan Panitia Sertifikasi Guru tingkat LPMP dan Dinas Pendidikan. Memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap suksesnya penyelenggaraan sertifikasi PSG ditetapkan setiap tahun dan harus melibatkan operator NUPTK sebagai salah satu anggota PSG Sosialisasi Sertifikasi Guru, Sosialisasi oleh Ditjen PMPTK, Sosialisasi oleh dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan LPMP Input Data Kuota Kabupaten/Kota Hasil kesepakatan kuota di-input dalam data base NUPTK Update Data Guru pada NUPTK Perubahan data NUPTK Online dilakukan oleh operator dinas pendidikan kabupaten/ kota dengan menggunakan NUPTK WebBrowser. Proses update data NUPTK Online hanya dilakukan jika ada perbaikan data guru yang dibuktikan dengan dokumen dari guru. Perubahan data NUPTK akan mempengaruhi urutan prioritas dalam daftar calon peserta sertifikasi guru. Tanggal akhir update data guru adalah 28 Februari 2011. II Tahap Penetapan Calon Peserta: Tanggal 1 Maret 2011 s/d 15 April 2011: Koordinasi Penetapan Calon Peserta dengan Kabupaten/Kota dengan agenda: mereview kembali Buku Pedoman Penetapan Peserta, latihan dan simulasi mulai dari penetapan calon peserta sampai dengan penetapan pe- MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 29 Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 serta final melalui NUPTK online, membahas beberapa kendala dan permasalahan dalam penetapan calon peserta menyepakati jadwal penyelesaian penetapan peserta. Penetapan Calon Peserta dan Pencetakan Format A0 Penetapan peserta melalui NUPTK online Pencetakan Format A0 untuk guru (Format A0.1) dan untuk pengawas (Format A0.2) Verifikasi Data pada Format A0 oleh Guru Data peserta harus benar karena akan digunakan sebagai dasar untuk penerbitan sertifikat pendidik. Data yang dikoreksi adalah: nama lengkap harus sesuai dengan dokumen lainnya (ijasah atau SK PNS). Golongan (bagi PNS). Tempat dan tanggal lahir; ijasah, tahun lulus, dan nama perguruan tinggi. Nama sekolah tempat mengajar. Dokumen yang dijadikan acuan verifikasi nama dan tempat tanggal lahir peserta bagi guru PNS adalah SK PNS, sedangkan bagi guru bukan PNS adalah ijasah terakhir dari perguruan tinggi. Perbaikan data dan Verifikasi A0 oleh dinas pendidikan harus selesai pada tanggal 15 April 2011. guru mengajar harus melampirkan SK dari dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota atau kepala sekolah, mata pelajaran yang diampu harus melampirkan SK penugasan dan jadwal mengajar dari kepala sekolah. Penetapan Bidang Studi dan Pola Sertifikasi Guru III Tahap Finalisasi dan Penetapan Data Peserta : Penetapan Bidang Studi: Guru harus konsisten dengan pilihan bidang studi karena guru harus mengajarkan bidang studi yang disertifikasi selama bertugas sebagai guru Penetapan Pola Sertifikasi Guru: Penetapan pola harus sesuai dengan tingkat kesiapan dokumen yang dimiliki guru. Pilihan pola sertifikasi guru dituliskan dalam Format A0. Guru Menyerahkan Format A0 ke Dinas Pendidikan Perubahan data tersebut harus disertakan data pendukungnya, misalnya untuk perubahan: data kualifikasi guru harus melampirkan ijasah sarjana, data kepangkatan/golongan guru harus melampirkan SK kepangkatan/golongan ruang terakhir, data sekolah tempat 30 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 Perbaikan Data Calon Peserta oleh Kabupaten/Kota Seluruh perbaikan data calon peserta sertifikasi guru harus sudah selesai pada tanggal 31 Maret 2011. Batas akhir perubahan data ini secara otomatis akan menutup aplikasi perubahan data pada NUTPK Online. Koordinasi Perbaikan Data Calon Peserta: koordinasi dengan dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota untuk mempercepat proses dan menjamin ketepatan waktu penyelesaian perbaikan data peserta. Jadwal koordinasi perbaikan data ditentukan oleh masing-masing LPMP sesuai keperluan. Tanggal 16 April 2011 s/d 30 April 2011.: Verifikasi Data Peserta. Agenda yang dibahas pada koordinasi verifikasi adalah sebagai berikut. Menetapkan peserta pola PSPL dan PF dengan jumlah sesuai dengan kuota portofolio. Menetapkan peserta pola PLPG sesuai kuota PLPG. Pengalihan kuota antar kabupaten/kota jika ada kabupaten/ kota yang tidak dapat memenuhi kuota, khususnya kuota PF. Menginformasikan tahapan selanjutnya dan menyepakati jadwal pelaksanaan sertifikasi guru mulai dari pengiriman dokumen sampai dengan PLPG. LPMP membantu menampilkan semua data peserta yang akan ditetapkan dari data NUPTK online. Penetapan Nomor Peserta Digit mempunyaiNomor peserta ini akan digunakan terus oleh peserta mulai pelaksanaan sertifikasi guru sampai dengan penyaluran tunjangan profesi guru. Nomor peserta terdiri dari 14 digit yang ditetapkan sesuai dengan petunjuk Buku I Pedoman Penetapan Peserta. Penerbitan SK dan Pencetakan Format B1 SK penetapan peserta dan Format B1 ke LPMP dan LPTK. Pencetakan Format A1: Format A1 dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dari NUPTK online. Kemudian Format A1 ditandatangani oleh dinas pendidikan dan diberikan kepada peserta sebagai bukti pendaftaran peserta sertifikasi guru. Satu lembar Format A1 disimpan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, dan satu lembar untuk guru. Bagi guru yang mengikuti pola PF dan PSPL, Format A1 dilampirkan dalam dokumen/portofolio. Bagi guru yang mengikuti PLPG, Format A1 digunakan sebagai tanda peserta PLPG. Pengiriman Data Peserta ke Web KSG: Pengiriman data dilakukan secara otomatis melalui online dari data NUPTK online ke website KSG pada tanggal 1 Mei 2011 pukul 00.00 WIB. Melihat pola penetapan peserta sertifikasi tahun 2011 menggunakan teknologi informasi NUPTK online, maka hasil penetapan peserta sangat bergantung kepada keakuratan data guru yang terdapat dalam data base SIM-NUPTK di 38 kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu semua pihak yang terkait yaitu LPMP, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, kepala sekolah, pengawas dan guru harus segera melakukan koreksi dan perbaikan data SIM NUPTK berdasarkan data otentik yang diberikan oleh guru, sehingga pelaksanaan penetapan peserta sertifikasi guru tahun 2012 jauh lebih baik dari sekarang. terobosan ICT, Sarana Pengembangan Profesionalisme Guru ICT Training for Teachers sebagai salah satu program unggulan LPMP Jawa Timur bukan hanya berawal dari keinginan untuk membentuk sebuah ‘ICT Training Center’ bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Jawa Timur M Toni Satria Dugananda, ST Kepala Seksi Program dan Sistem Informasi Salah satu upaya percepatan pemerataan mutu pendidikan yang digagas Kementerian Pendidikan Nasional adalah mewajibkan guru (pendidik) untuk mengikuti literasi dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hingga 2014 mendatang, ditargetkan 70 persen guru (pendidik) sudah mengikuti dan memiliki sertifikat lisensi dasar TIK. Kepala Seksi Program dan Sistem Informasi, M Toni Satria Dugananda, ST mengatakan sejalan dengan program pengembangan profesionalisme guru dan peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur merancang satu program peningkatan kompetensi guru (pendidik) melalui pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG /MGMP) berbasis Information, Communication and Technology (ICT/TIK) “Pada akhirnya, program ICT Training for Teachers ini diharapkan dapat memberikan kontribusi manfaat yang sangat besar pada peningkatan profesionalitas guru dan perbaikan kualitas pembelajaran serta administasi di satuan pendidikan ,” kata Toni ditemui di ruang kerjanya di LPMP Jawa Timur Jl. Ketintang Wiyata Pos Box 1/ Sb.IKIP Surabaya. Toni menambahkan melalui ke- giatan pengembangan profesionalisme guru dalam literasi TIK, program ini sesegera mungkin dilakukan karena berpotensi besar mendukung pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kegiatan lesson study/PAKEM dan lain-lain secara berkelanjutan. “ICT sebagai sarana pengembangan profesionalisme guru, secara khusus berorientasi untuk meningkatkan kompetensi pedagogis dan kompetensi profesional guru,” jelasnya pula. Masih menurut Toni, LPMP menggelar program ICT Training for teacher ini mengacu kepada beberapa peraturan perundangan. Antara lain, UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Permenpan No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Khusus di PP 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal 3 ayat 7 berbunyi kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan : materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaranyang akan diampu; dan konsep serta metode disiplin keilmuan, teknologi,atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Selain tujuan LPMP Jawa Timur mengadakan program ICT Training for teacher adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru, Toni menambahkan program ICT Training for teacher secara khusus juga diimplementasikan untuk memberikan bekal pemahaman dan ketrampilan ICT kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan tentang Model Pembelajaran abad 21. Selain itu, diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan, minat, inovasi, dan kreativitas para guru dalam kelompok KKG/MGMP dengan menggunakan fasilitas ICT sebagai media peningkatan kompetensi dan kinerja profesionalnya. Program ini diharapkan pula dapat meningkatkan kemampuan guru MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 31 Struktur Awal Program Unggulan ’Getting Started’ pada Program ICT Training for Teachers/ ICT Training for Educational Resources dalam mengoperasikan fasilitas ICT sebagai media pendidikan, media komunikasi dan media informasi, serta sebagai sarana pendukung peningkatan profesionalisme secara berkelanjutan (CPD/Continuous Professional Development), seperti : pelatihan ICT, KTSP dan lain-lain. “Serta dapat membangun jaringan komunikasi dan kerjasama antar profesi guru, baik di daerah tertinggal maupun daerah lain yang lebih maju. Yang lebih penting lagi adalah mencetak Participant Trainer (PT) dan Master Trainer (MT) bersertifikat nasional dan internasional yang memiliki kemampuan “Computer Literacy” sebagai ujung tombak untuk dijadikan instruktur atau narasumber dalam penyebarluasan keterampilan ICT di wilayah Provinsi Jawa Timur,” paparnya. Sasaran ICT Training for Teachers adalah para guru yang ada di lingkungan sanggar KKG/MGMP kabupaten/ kota di wilayah provinsi Jawa Timur yang telah menjalin kerjasama dengan LPMP Jawa Timur dengan menggunakan paket dari Intel Indonesia Corp. “ Model Pelatihan yang saat ini sudah tersedia, sedang dan tengah dikembangkan oleh LPMP Jawa Timur bekerjasama dengan Intel Indonesia Coorperation adalah model pelatihan terakreditasi untuk tingkat dasar,” terang Toni. Toni memaparkan model pelatihan terakreditasi untuk tingkat dasar adalah model pelatihan terakreditasi yang mengembangkan cara mengintegrasikan teknologi dalam kelas sebagai alat bantu produktivitas di kelas dan pendekatan berpusat pada siswa dengan memanfaatkan Modul “Getting Started” dari Intel Indonesia Coorperation. Dimana, setiap pendidik (guru) di Provinsi Jawa Timur sampai pada Tahun 2014 diharapkan memiliki kemampuan Computer Literacy yang baik setelah mengikuti Modul Getting Started dan dapat meningkatkan kemampuan kecakapannya di Era abad 21 dalam melakukan pengembangan proses belajar dan mengajar di kelas. Model pelatihan terakreditasi untuk tingkat menengah (Advance Level) telah dipersiapkan untuk mengembangkan kecakapan mengintegrasikan teknologi di dalam kelas yang ada dan mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa secara offline maupun on-line. Model pelatihan No. A B C MATERI/MODUL ALOKASI WAKTU PROGRAM UMUM Pembukaan dilanjutkan Kebijakan Kompetensi Guru dalam Bidang ICT 2 JP Intel Teach Education Programe 2 JP Pokok Modul 1 : Mengembangkan Kecakapan Abad 21 2 JP Modul 2 : Mempelajari Dasar-dasar Komputer dan Internet Modul 3 : Membantu Mengembangkan Pemikiran Kritis dan Kerjasama Modul 4 : Mempelajari Pengolah Kata 4 JP 2 JP 2 JP Modul 5 : Aplikasi Pengolah Kata 4 JP Modul 6 : Mempelajari Multimedia 2 JP Modul 7 : Aplikasi Multimedia 4 JP Modul 8 : Mempelajari Lembar Kerja 2 JP Modul 9 : Aplikasi Lembar Kerja 4 JP Modul 10 : Mengembangkan Pendekatan Abad ke-21 2 JP Modul 11 : Merencanakan dan Mengerjakan Rencana Kerja 2 JP Modul 12 : Meninjau ulang dan berbagi rencana kerja 6 JP Modul Tambahan 1 : Mempelajari dan Mengaplikasikan Pembuatan e-mail, Milist 2 JP Modul Tambahan 2 : Mempelajari dan Mengaplikasikan Windows Explorer 2 JP PROGRAM PENUNJANG Pemanfaatan ICT dalam pembuatan Silabus dan RPP 2 JP Pemanfaatan ICT dalam analisis soal 4 50 JP JP JUMLAH 32 terakreditasi untuk tingkat menengah dengan modul “Advance Course (Essentials Course Plus)” menggunakan paket modul dari Intel Indonesia Coorperation yang telah dikembangkan oleh LPMP Jawa Timur ditambah paket modul penunjang yang terdiri dari modul aplikasi dan manajemen. Sedang untuk model pelatihan terakreditasi tingkat lanjut (Expert Level ) yang telah mengkolaborasikan dengan guru lain untuk membangun komunitas integrasi teknologi dan kecakapan abad 21 serta membuat unit berbasis proyek dengan menggunakan alat berpikir on-line untuk mendorong kecakapan berpikir tingkat tinggi dari siswa dengan modul yang dipersembahkan dari Intel adalah advance course dan tinking with technology ditambah dengan Modul Pengembangan yang dilakukan oleh LPMP Jawa Timur adalah Expert Course, Network Management dan Programmer. “Paket model pelatihan tingkat menengah dan lanjut yang didesain oleh LPMP Jawa Timur untuk semua model Training ICT akan berlaku pola In-OnIn (In-Service Learning I, On-the Job Learning, dan In-service Learning II),” pungkasnya. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 suplemen Tingkatkan Profesionalisme Guru Melalui Tulisan lebih profesional khususnya dalam proses belajar mengajar. Penambahan ini, kita tinjau dari aspek kemampuan dan kemauan guru dengan penambahan kuota sertifikasi setiap tahun, maka logika berpikirnya pasti jumlah guru yang menulis akan naik karena salah satu penilaian untuk lulus sertifikasi melalui tulisan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa depan, diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional. Salah satu cara untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah melalui kegiatan tulis menulis. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Harun. Berikut petikan wawancara penulis Majalah Median LPMP Jawa Timur, Siska Prestiwati Wibisono dengan Harun: Menurut bapak, apakah ada korelasi antara guru profesional dengan guru yang aktif menulis? Menurut saya ada korelasinya. Orang profesional itu adalah orang yang menguasai bidangnya. Khususnya dalam konteks ini, guru yang aktif menulis otomatis akan menciptakan sebuah karya dan dia termasuk orang yang menguasi bidangnya. Kalau tidak menguasai, saya yakin mereka tidak akan bisa menulis dan menciptakan sebuah karya. Kami berharap para guru dengan inovasi dan kreativitasnya, mereka akan terus menulis. Untuk guru yang pandai menulis, maka hasil karya mereka tentu akan dibaca oleh murid-muridnya. Hasil karya tersebut juga bisa dibaca oleh temanteman mereka bahkan oleh orang lain juga. Hal ini dalam rangka meningkatkan kinerja guru sendiri. Menurut bapak, apakah ada keuntungan atau manfaat menulis bagi guru? Tentu ada, dengan menulis seorang guru dituntut untuk membaca referensi guna mendukung karya tulisnya. Dengan membaca, guru akan menambahkan ilmu dan wawasannya. Hal ini, mendorong para guru untuk selalu berinovasi. Disamping itu sesuai dengan Permenpan 16 tahun 2009, untuk kenaikan pangkat seorang guru wajib melaksanakan penelitian ilmiah dan membuat karya ilmiah. Apakah kegiatan menulis bisa menambah angka kredit bagi guru? Jelas ada. Pengembangan keprofesian dimulai dari membuat karya tulis inovatif yang akan dipublikasikan secara ilmiah untuk diusulkan dalam Penilaian Angka Kredit (PAK) dan selanjutnya akan diusulkan dalam Kenaikan Pangkat atau Jabatan. Sebenarnya ada yang lebih tinggi dari sekedar untuk Harun Kepala Dinas Pendidikan Jatim mendapatkan angka kredit. Yaitu, bagaimana seorang guru itu secara profesional tetap menulis dalam rangka untuk menambah wawasan dia sendiri. Sehingga ada peningkatan kualitas dalam proses belajar mengajar. Ke depan kami mengharapkan guru harus sering menulis secara kreatif, inovatif dan berkesinambungan, tentunya dengan aturan-aturan penulisan yang ada, karena menulis ada aturannya, ada topik dan sesuai dengan format yang sudah ada. Bagaimana dengan guru-guru di Jatim? Apakah Dinas Pendidikan memiliki data yang menyebutkan berapa guru guru di Jatim yang sudah aktif menulis atau belum? Tentunya setiap tahun jumlah guru yang menulis itu ada dan bertambah. Dalam artian penambahan itu, para guru memperbaiki kualitas tulisannya dan jumlah tulisannya dengan mengembangkan topik-topik yang sesuai dengan isu-isu yang sedang berkembang, baik yang berasal dari sekolahnya maupun yang berasal dari luar sekolah yang tentunya dalam konteks pendidikan. Dengan banyaknya guru menulis, maka perlu untuk mereka mempublikasikannya baik di media cetak maupun di media online. Dinamika menulis mendorong guru untuk Apakah pelatihan menulis diperlukan oleh guru dan apakah Dinas Pendidikan pernah melakukannya? Pelatihan itu sangat diperlukan. Seingat saya Dinas Pendidikan sudah pernah melakukannya melalui kerjasama dengan pihak lain. Dengan memberikan pelatihan cara menulis bagi guru dalam rangka meningkatkan angka kredit dan peningkatan kompetensi mereka sekaligus menambah wawasan mereka. Tentunya materinya tentang bagaimana cara menulis yang benar. Pelatihan tersebut minatnya sangat bagus, karena pelatihan ini akan sangat berguna bagi diri mereka sendiri, khususnya dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Untuk materi pelatihannya sendiri, apakah pelatihan menulis bagi guru harus terkait dengan bidang pendidikan saja? Artinya, apakah guru boleh mengikuti pelatihan menulis untuk buku selain buku teks pelajaran seperti buku referensi populer (pengayaan) maupun buku-buku fiksi yang nantinya menjadi buku best seller? Saya melihat bahwa apa yang ditulis oleh guru sepanjang berkolerasi dengan dunia pendidikan maupun yang tidak ada korelasi dengan dunia pendidikan tidak akan menjadi masalah. Sebab, kita tidak bisa membatasi kreativitas seseorang untuk berkarya. Kita juga tidak bisa membatasi apresiasi orang, kemauan orang serta kemampuan orang untuk berkarya khususnya yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Makin banyak guru yang menulis sesuai dengan kemauan, kemampuan serta keinginan mereka maka akan lebih bagus. Sekali lagi, saya tidak akan pernah melarang atau membatasi seorang guru untuk menulis apapun yang sesuai dengan keinginan mereka. Para guru ingin menulis buku pendidikan ataupun buku motivasi yang akhirnya bisa menjadi buku best seller, maka saya akan semakin bangga. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 33 suplemen SofieBeatrix Kalau Dunia Ingin Tahu Anda, Tulislah! Dunia buku sangat mengenal sosoknya. Perempuan berkerudung blasteran Cina-Maluku dan Jawa-Belanda ini punya panggilan hidup untuk menulis. Bahkan, keluarganya pun memiliki bakat serupa dan semuanya pernah diterbitkan. Sofie Beatrix memulai karir di dunia tulis menulis sejak duduk di Sekolah Dasar. Ia sering menulis cerpen-cerpen di buku tulis namun tidak pernah ia kirimkan. Sampai pada suatu hari saat bersekolah di SMP Muhammadiyah, ia dipilih mengikuti undangan dadakan lomba menulis untuk SMP & SMA. Bakat menulis mengantarnya sebagai pemenang dan menyabet juara pertama. Namun, bakatnya belum ia maksimalkan dan memilih tenggelam menggeluti aktivitas lainnya. Takdir menjadi penulis kembali menghampirinya. Saat di bangku SMA, didaulat sekolah untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Jawa Timur yang diselenggarakan di Universitas Airlangga. Namun, kali ini ia gagal menjadi jawara. Usai masuk perguruan tinggi negeri di Surabaya, beberapa kali ia mencoba menulis artikel di beberapa media, namun ditolak. Waktu berlalu, iseng- iseng ia menulis beberapa artikel disebuah buletin pengajian dan diterima. Bakat yang ia miliki diakuinya tak pernah melalui proses belajar khusus. Hingga pada usia 34 tahun, ia mulai terdorong untuk membuat sebuah buku, dan ia baru menyadari kalau seandainya sejak SMP dulu sering mengikuti aktivitas menulis, tentu sudah banyak lahir karya-karyanya. Pengalamannyan ini selalu men- 34 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 jadi contoh dan inspirasi yang selalu dibawa-bawa bila ia menjadi pembicara talkshow dengan tujuan memotivasi agar anak-anak atau remaja supaya tidak terlambat seperti dirinya. Ia menyarankan agar para pemula rajin mengikuti berbagai aktivitas membaca, lomba, workshop, pelatihan dan komunitas yang berhubungan dengan tulis menulis. Motto yang selalu ia sebarkan adalah Ajari Anak-anak Menulis. “Kelak, tulisan-tulisan mereka bisa menjadi amal saleh yang pahalanya mengalir tak terputus, karena mereka dapat menjadi jendela untuk melihat dunia bagi orang lain,” kata Sofie. Di usia 34 tahun, buku pertama berhasil dibuat dan diterbitkan oleh Gramedia berjudul I Love To Organize. Sebuah buku yang dituliskan berdasarkan pengalaman selama sekian tahun lamanya ia berkecimpung mengelola berbagai even mulai dari pengalaman pahit hingga keberhasilannya. Kesuksesannya di buku pertama membuat Sofie makin bergairah untuk menulis buku-buku selanjutnya. Hingga saat ini, ia telah rampungkan 5 buah buku. Rata-rata semuanya adalah berisi tentang berbagi pengalaman. Sofie menitikberatkan pada pelajaran penampilan (performance), mengkonsultani beberapa istri pejabat soal mengajarkan penampilan di beberapa kegiatan, dan merubah penampilan. Pengalaman itu ia peroleh saat masih bekerja di Lembaga Pendidikan Ratih Sang. Salah satu karyanya soal berbagi pengalaman ia tuangkan dalam buku berjudul Aku Wanita Sempurna. Buku ini, kata Sofie, terinspirasi dari pengamatan dan belajar tentang pengembangan potensi diri perempuan. Hebatnya, buku itu menjadi kurikulum kelas Optimalisasi Diri yang diajarkan pada Lembaga Pendidikan Ratih Sang. Soal pengalaman jadi penulis juga ia ungkapkan dalam buku berjudul Duh, Senangnya Anakku Jadi Penulis. Tangan dingin Sofie juga berhasil mencetak anaknya sendiri Amirullah Izzan Ghafara, hasil perkawinannya dengan Jamil Azzaini, dosen Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), menjadi penulis. Lewat kesabarannya, Amirullah Izzan Ghafara berhasil menerbitkan buku cergam bilingual berjudul Pantang Menyerah/Never Give Up yang diterbitkan oleh Bina Ilmu Ananda. Suaminya Jamil Azzaini juga gemar menulis. Total keluarga ini sudah menerbitkan 12 buku. Bagaimana sekeluarga bisa sama-sama jadi penulis? “Keluarga kami punya filosofi Kalau Ingin Tahu Dunia, Bacalah. Kalau Dunia Ingin Tahu Anda, Tulislah,” kata Sofie. Menulis bisa menumbuhkan critical thinking pada diri seseorang. Dengan suplemen menulis akan tumbuh kemampuan berpikir kritis karena ketika menulis seseorang dituntut untuk berpikir sistematis dan logis, entah itu menulis fiksi maupun non fiksi. Selain itu, seorang penulis dituntut untuk suka membaca dan mengamati berbagai hal sebagai materi tulisannya. “Otomatis wacana dan kemampuan mencerna sesuatu akan meningkat dari sebelumnya. Termasuk kepada seorang guru, dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis, sistematis dan kemampuan menganalisis pasti berpengaruh pada proses mutu pembelajaran. Dengan menulis, ia pasti banyak membaca, membandingkan, meningkatkan kualitas diri. Artinya tidak terbelenggu pada pemikiran yang itu-itu saja,” terang Sofie. Selain menambah ilmu dan wawasan, hobi menulis juga bisa mendatangkan keuntungan finasial. Keuntungan menulis banyak, kata Sodie. Selain mendapatkan royalti dari bisnis yang tidak mengeluarkan modal sama sekali (cukup ide di kepala), juga bisa dikembangkan dengan kegiatan lain. Misalnya, menjadi pembicara, membuat film (seperti Habiburrahman dengan Ketika Cinta Bertasbihnya). “Saya, seorang agency penulis yang bekerja sebagai pembimbing (co author) dan penulis bayangan (ghost writer) orang terkenal. Keluarga saya memang kebetulan hoby menulis,” ungkap Sofie. JK Rowling, penulis Harry Potter berpenghasilan sekitar 5.4 juta per menit dari satu karya saja. Stephen King 25 juta Poundsterling per bulannya, Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi, meraup Rp 2,5 miliar, Habiburrahman El Shirazy –penulis novel laris Ayat-Ayat Cinta– yang mendapatkan penghasilan Rp 1,5 miliar dan Kinoysan yang disebutkan mendapatkan kocek Rp 90 juta per tiga bulan. Soal minat menulis dan membaca orang Indonesia, Sofie melihat masyarakat Indonesia baru- saja melek pendidikan, artinya, baru sadar bahwa pendidikan itu penting. Dan pendidikan bisa diperoleh dari banyak-banyak membaca. Nah, ketika banyak yang membaca, kebutuhan untuk sumber bacaan pun meningkat. “Akhirnya, muncul banyak penulis. Kalau dibandingkan dengan di luar negeri, kita masih belum setara dalam hal minat baca dan tulisnya dengan mereka. Tetapi, perbandingan secara internal, pertumbuhan kesadaran itu saja sudah bisa dikatakan maju pesat dibandingkan kita dulu,” jelasnya. Tips Singkat untuk Guru Menulis 1. Carilah ide tulisan tentang materi yang setiap hari kita geluti. Nggak usah jauh-jauh biar kita bisa menulisnya dengan sepenuh hati. 2. Kalau sudah dapat idenya, belum bisa menuliskannya, sampaikan saja kepada anak didik atau murid ketika mengajar materi itu, atau kepada sesama rekan guru yang sengaja dibentuk untuk kelompok menulis, lalu direkam 3. Hasil rekaman itu ditulis, diperbaiki dan meminta teman-teman untuk memberikan masukan 4. Gunakan alur tulisan yang sederhana mulai dari : awal->masalah->mengurai masalah->penyelesaian masalah -> akhir 5. Ikuti komunitas menulis, karena guru perlu mempunyai kemampuan menulis. Check ThisOut Berdasarkan bunyi pasal 11 huruf c angka 2 Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, salah satu pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh guru adalah publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal dan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru Sebagian Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya seputar Pelaksanaan Publikasi Ilmiah: 1. Melaksanakan publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan ilmu pada bidang pendidikan formal a. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku ber ISBN dan diedarkan secara nasional atau telah lulus dari penilaian BNSP (angka kredit 4) b. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat nasional yang terakreditasi (angka kredit 3) c. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat provinsi (angka kredit 2) d. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/ jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota (angka kredit 1) e. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, diseminarkan di sekolahnya, disimpan di perpustakaan (angka kredit 4) f. Membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya, tidak diterbitkan, disimpan di perpustakaan (angka kredit 2) g. Membuat artikel ilmiah popular di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di media masa tingkat nasional (angka kredit 2) h. Membuat artikel ilmiah popular di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di media masa tingkat provinsi (Koran daerah) (angka kredit 1,5) i. Membuat artikel ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidi- kannya dan dimuat di jurnal tingkat nasional yang terakreditasi (angka kredit 2) j. Membuat artikel ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat nasional yang tidak terakreditasi/tingkat provinsi (angka kredit 1,5) k. Membuat artikel ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat lokal (kabupaten/kota, sekolah/madrasah dstnya (angka kredit 1) 2. Melaksanakan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru a. Membuat buku pelajaran per tingkat/buku pendidikan per judul - Buku pelajaran yang lolos penilaian oleh BNSP (angka kredit 6) - Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN (angka kredit 3) - Buku pelajaran dicetak oleh penerbit tetapi belum ber-ISBN (angka kredit 1) b. Membuat modul pembelajaran per semester - Digunakan di tingkat Provinsi dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Provinsi (angka kredit 1,5) - Digunakan di tingkat kota/kabupaten dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten (angka kredit 1) - Digunakan di tingkat sekolah/madrasah setempat (angka kredit 0,5) c. Membuat buku dalam bidang pendidikan - Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN (angka kredit 3) - Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit tetapi belum ber-ISBN (angka kredit 1,5) d. Membuat karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/madrasah tiap karya (angka kredit 1) e. Membuat buku pedoman guru (angka kredit 1,5) Info selengkapnya ada di Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 TentangJabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 35 flashback Prof Dr drg I Gede Winasa Inisiator Sekolah Gratis di Kabupaten Jembrana Gratis! dengan Manajemen DOA Bebaskan siswa dari SPP. Sudahkah? Betul SPP dihapus, tapi kalau pungutan jalan terus. Imbasnya, akses warga miskin atas pendidikan makin tertutup. Tengok yuk Kabupaten Jembrana di Propinsi Bali. Sebelum ada dana BOS, pendidikan di sana sudah GRATIS… TIS…TIS! embrana adalah satusatunya daerah di Indonesia yang berani membebaskan sekolah negeri dari semua bentuk pungutan. Hasilnya, sejak akhir 2003 angka putus sekolah mencapai 0,2 persen. Sebuah prestasi yang membanggakan. Kebijakan ini dilakukan bertahap sejak tahun 2001/2002 untuk tingkat SD dan TK, tahun berikutnya di tingkat SLTP, tahun 2004 untuk tingkat SLTA dan berjalan hingga kini. Bagaimana caranya? Berikut inovasi dan terobosan berani Prof Dr drg I Gede Winasa, mantan Bupati Jembrana periode 2000-2010. Waktu itu belum ada BOS, kok bisa gratis seratus persen? Saya pakai logika yang sederhana saja. Prinsip dasarnya, sekolah itu disiapkan oleh pemerintahkan? Anggarannya ada dan gurunya juga PNS, operasional diberi oleh pemerintah daerah. Terus apalagi yang kurang? Nggak ada alasan sekolah itu bayar. Apalagi saat ini sudah ada BOS. Jadi memang bisa dijalankan ya? Tentu saja. Pemerintah itu wajib mencerdaskan kehidupan bangsanya. 36 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 Pendidikan adalah hak dasar bagi warga negara. Dulu BOS untuk SD Rp.19.500,-. Sebelum ada BOS, anak SD itu membayar Rp.10 ribu. Berarti ada dana lebih kan? Logikanya kan nggak perlu bayar lagi. Dan untuk apa pungutan-pungutan lain itu? Tugas pemerintah khususnya kepala daerah adalah menyiapkan akses supaya tiap orang bisa memperoleh pendidikan dengan mudah. Kami tidak mengenal istilah subsidi silang di pendidikan. Dan sekolah tidak usah memikirkan status kaya dan miskin. Kita bicara pendidikan dimana hak setiap warga negara tak memandang kaya atau miskin dan pemerintah wajib memberikan hak itu. Kalau tidak, untuk apa anggaran 20%? Kalau boleh tahu, bagaimana program ini dimulai? Tidak ada teori rumit. Saya cuma minta data berapa jumlah dan total biaya anak yang sekolah di negeri. Awalnya SD. Lantas ketemu Rp.2,5 miliar. Langkah pertama, efisiensi. Yakni dilakukan inventarisasi sekolah yang tidak efektif dan dilakukan peleburan dengan sekolah sebelah. Ini karena satu sekolah biayanya Rp 150 jutaan. Akhirnya ketemu 22 SD yang tidak efisien dan kita lakukan peleburan dan hasilnya bisa dihemat sebanyak Rp 3 miliar dari Rp 2,5 miliar yang dibutuhkan. Berarti sudah lebih dari cukup untuk bisa menyediakan sekolah gratis. Reaksi guru? Kok mereka bisa mau, apa strategi Anda? Memang tentangan luar biasa datang dari guru. Saat itu banyak sekali alasannya. Saya menjamin akan ganti uang anda semua, yakni uang dari murid. Saat itu saya bilang apa bedanya dibayar Rp.5 ribu oleh murid atau Pemda yang bayari. Kan tetap dibayar, ada subsidi dari pemda. Tapi itu belum cukup. Soal biaya dadakan misalnya. Saya bilang, berarti anda semua tidak becus membuat perencanaan. Belakangan ketahuan, ceperan guru bisa hilang. Karena sudah ketahuan inti masalahnya, saya tawarkan insentif untuk guru. Pertama kali Rp.1.250 per jam. Kini sudah di kisaran Rp.7.500 per jam. Itu belum dihitung tambahan di luar gaji dan tunjangan fungsional. Untuk memompa motivasi sebenarnya bisa asal kita mau. Masyarakat kita ini pragmatis. Pokoknya kebutuhan dicukupi dan disusun peren- flashback canaan yang baik dan jangan lupa disiplin. Kabarnya Anda kerap berurusan dengan hukum karena langkah ini? Waahh…..saya lupa berapa kali di PTUN-kan. Tapi itu konsekuensi. Pempimpin dituntut, digugat itu biasa. Yang paling penting, kalau kita melakukan hal yang benar, apalagi untuk mensejahterakan masyarakat, tidak ada alasan untuk takut. Buktinya yang lain susah. Pandangan Anda? Kuncinya ada pada penekanan anggaran dan efisiensi. Misalnya ada uang sekian, bisanya buat apa. Kalau sekarang saya lihat aneh. BOS dulu yang muncul, baru sibuk buat perhitungan buat menghabiskan. Dulu kami tidak begitu. Kebutuhannya apa baru kita kasih, ini namanya efisiensi anggaran. Dari situ kami bisa penuhi biaya untuk menggratiskan sekolah. Di daerah lain kok belum bisa seperti Jembrana? Kuncinya di komitmen dan ketegasan. Jangan tebang pilih menegakkan aturan. Dulu, kalau ada oknum guru yang ketahuan memungut uang dari siswa, langsung saya copot. Soal kemampuan daerah lain, saya yakin bisa bahkan lebih dari Jembrana. Selain ada BOS, PAD daerah lainkan besar-besar. Uangnyakan samasama rupiah. Kami hanya berinovasi dengan hal-hal yang riil dan terbukti jalan. Saya punya resepnya. Resep apa? Intinya efisiensi dan pengawasan sistem. Bagaimana uang itu keluar secara efektif, ada manfaat dan hasilnya apa. Selama ini saya memimpin dengan manajemen DOA. Yakni bagaimana mengatur Dana, Orang, dan Aset supaya bisa efisien. Bagaimana SDM dapat termanfaatkan sesuai kompetensinya. Sekolah gratis terakhir tingkat SMA ya? Tapi kan tidak bisa berhenti sampai tingkat SMA saja. Harus ada program regular untuk bagaimana mencerdaskan warga Jembrana. Dinamika itukan jalan terus. Misalnya? Yang pasti masalah dasar sudah selesai. Tinggal ke depan ada komitmen baru untuk peningkatan kualitas. Bisa macam-macam seperti insentif guru, pola bantuan, makan siang gratis, bus sekolah dan lainnya. Swasta saja bisa kok. Harapan untuk dunia pendidikan kita? Bersyukurlah karena sudah ada BOS. Dan itu sudah cukup berlebih, Apalagi kalau dibantu Pemda, saya yakin kualitas pendidikan Indonesia ke depan akan sangat luar biasa. Gratis itu mutlak dengan kualitas yang tinggi. *** Sekolah gratis di Jembrana tetap mengutamakan kualitas. Saat ini ada 21 sekolah yang proses belajar mengajarnya dilaksanakan mulai pukul 07.30 hingga pukul 16.00 WITA. Program sekolah ini memadukan antara ilmu pengetahuan, hobi dan ketrampilan siswa. Pada pagi hari siswa belajar ilmu pengetahuan seperti sekolah lainnya, sedang siang hingga sore siswa belajar tentang bahasa, olahraga dan ketrampilan yang diharapkan bisa menjadi bekal kehidupan di masyarakat. Di bidang pendidikan Jembrana adalah pioner kebijakan Program Sekolah Gratis sebelum pemerintah meluncurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program Sekolah Gratis dimulai sejak tahun 2001 yang menggratiskan biaya SPP dari jenjang SD sampai SMA dan dilanjutkan dengan program pemberian beasiswa kepada anak-anak kurang mampu/ masyarakat miskin dan anak-anak yang berprestasi secara akademis, mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Saat ini jumlah sekolah di Kabupaten Jembrana, tercatat sebanyak 185 sekolah SD (Negeri 182 dan swasta 3), Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 9 sekolah. Di tingkat SLTP ada 9 (negeri 4 dan swasta 5), sedangkan Madrasah Tsanawiyah ada 25 sekolah. Tingkat SLTA ada 14 sekolah (negeri 5 dan swasta 9), Madrasah Aliyah 2 sekolah, sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak 7 sekolah. Untuk sekolah taman kanak-kanak (TK) sekitar 89 sekolah. Sebagai pioner, dampak atas pelaksanaan pendidikan tingkat dasar dan menengah di wilayah berpenduduk 250 ribu orang itu sungguh luar biasa. Selain mampu menekan angka putus sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan, kebijakan itu juga menimbulkan kebiasaan baru di kalangan sekolah untuk membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) yang lebih terencana, efektif dan efisien dan masih berlangsung hingga saat ini. Satu hal penting adalah komitmen pemimpin. Di Jembrana ada sesosok I Gede “Kalau mau pasti bisa”, itu yang selalu ia dengungkan. Memang harus ada sosok pemimpin yang demikian, yang benar-benar peduli dan memperhatikan nasib warganya. Jadi, kalau di Jembrana bisa, kenapa yang lain tidak? Rizal Hasan MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 37 refresh Pendidikan Seks Perlukah? Oleh: Dian Kusuma Dewi, SE, MM Mantan Wartawan yang Peduli Dunia Pendidikan Saya ingat betul, suatu hari saat menonton sebuah film terbitan Amerika. Saat anaknya beranjak remaja dan memasuki usia 17 tahun, sang ayah berusaha memberikan pendidikan seks untuk anak lelakinya. Bahwa di usia tersebut badan si anak akan tumbuh rambut di bagian tertentu, suara menjadi besar, dan ia bisa dengan mudah menghamili seorang gadis! Namun dengan bahasa yang indah dan mudah diterima si anak, sang ayah mampu memberikan penjelasan yang logis tentang terjadinya proses reproduksi. Di akhir cerita, anak lelaki tersebut berhasil lolos dari godaan seorang gadis untuk melakukan hubungan seks pra nikah. Meski jalan ceritanya terkesan seronok, namun saya sangat mengapresiasi film tersebut dimana seharusnya orangtua di Indonesia dapat bersikap seperti itu. “Ibu, saya berasal dari mana? Seks itu apa?” Jika sebagai orang tua, Anda mendapat pertanyaan seperti itu, apa reaksi Anda? Apakah Anda akan terkejut lalu mengalihkan topik pembicaraan? Atau Anda akan menjawab: “Nanti 38 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 Sayang, tunggu kamu besar, baru akan Ibu jelaskan.” Kapan sebaiknya anakanak mengetahui tentang seks? Kapan pendidikan seks sebaiknya mulai diberikan? Kebanyakan orang tua selalu menunda-nunda untuk membicarakan tentang seks dengan anak remaja mereka. Dan ketika orang tua mulai membicarakannya dengan anak remaja mereka, sering sudah terlambat. Menurut penelitian, sebagian remaja sudah pernah berhubungan seks pada saat orang tua mereka mencoba untuk membicarakan seks dengan mereka. Memang penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat, tapi remaja-remaja di Indonesia juga mempunyai perilaku yang sangat memprihatinkan. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Pediatrics, 114 keluarga diwawancarai pada masalah-masalah mulai dari perubahan tubuh pada masa pubertas sampai dengan kondom dan kehamilan. Dalam satu sesi, peneliti menanyakan kepada para remaja dan orang tua mereka secara terpisah, tentang kapan topik ini dibahas oleh mereka. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jawaban para remaja tentang aktivitas seks pertama mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa ratarata, remaja telah berhubungan seks sebelum orang tua mereka mulai mendiskusikannya dengan mereka. Menurut salah satu peneliti, Dr. Mark Schuster, kepala pediatri umum di Children’s Hospital Boston, hasil penelitian ini seharusnya mendorong orang tua untuk berbicara dengan anak remaja mereka tentang pendidikan seks lebih awal. Dengan harapan perilaku seks bebas pada remaja bisa dikendalikan. Di Indonesia sendiri penelitian tentang Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan pernah dilakukan dengan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka kecenderungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidak-tahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja refresh akan menurun. Berdasar hasil penelitian tersebut di atas, maka pemecahan masalah yang relevan adalah keterbukaan dan transparansi dalam proses pendidikan seks. Bukan saja pendidikan seks yang disampaikan melalui sekolah, media massa, saluran komunikasi publik dan lain-lain, tetapi yang paling penting pendidikan seks dari orang tua. Karena orang tua dan keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling utama sebelum remaja melakukan sosialisasi dengan institusi lainnya. Perdebatan tentang pendidikan seks di sekolah seakan tak habis dibicarakan. Kelompok yang pro menganggap pendidikan seks itu perlu untuk mencegah prilaku seks menyimpang. Kalangan yang menentang pendidikan seks beralasan justru pendidikan seks akan membuat anak yang tidak tahu tentang seks akan menyalah gunakan apa yang diketahuinya. Dunia pendidikan terkejut dengan hasil penelitian Iip Wijayanto yang menyimpulkan bahwa 97% mahasiswi di Yogyakarta tidak perawan. Sekalipun kita meragukan validitas atau tepatnya angka prosentase yang dihasilkan, tetapi hal ini cukup membuktikan bahwa seks telah disalahgunakan justru oleh orang berpendidikan. Kasus KTD (kehamilan tak diinginkan) yang terjadi sampai 30% pada remaja, 70% pada PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Masalah pergaulan bebas yang menjerumus ke arah seks perlu di antisipasi dunia pendidikan. Dengan perkembangan dunia informasi yang semakin pesat, semua sepakat bahwa pendidikan seks perlu di sekolah. Pendidikan seks menurut tokoh pendidikan Nasional Arif rahman Hakim adalah perlakuan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat. Dengan demkian pendidikan ini bukanlah pendidikan tentang how to do (bagaimana melakukan hubungan seks) atau tentang hubungan seks aman, tidak hamil dan lain sebagainya, tetapi intinya pendidikan seks di berikan sebagai upaya preventif dalam kerangka moralitas agama. Ia tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama, jika tidak maka apa yang dikhawatirkan kelompok anti pendidikan seks akan terjadi. Ketika seks terlepas dari kerangka moral agama, maka kebobrokan moral kaum terpelajar justru akan semakin mewabah. Dalam perspektif pendidikan agama (dalam hal ini; Islam), pendidikan seks dibahas dalam materi pelajaran fikih yang meliputi tentang reproduksi dan tanggung jawab agama bagi seseorang yang telah mengalami kematangan reproduksi seksualnya (akil balig). Dengan mengacu fikih, maka ruang lingkup kurikulum pendidikan seks antara lain: Penciptaan manusia oleh Allah (proses kejadian manusia mulai dari pembuahan), perkembangan laki- laki dan perempuan (secara fisik dan psikis), perilaku kekelaminan dan kesehatan seksual. Rancangan ini juga meliputi penilaian kebutuhan (need assessment), evaluasi, implementasi, sosialisasi dan membuat disain kurikulum dan pengembangannya. Di samping kurikulum yang juga harus dipersiapkan adalah guru pengajarnya. Jangan sampai pendidikan seks yang bertujuan sebagai tindakan preventif malah menjadi ajang pembahasan seks secara vulgar dan di luar konteks kependidikan. Sedangkan informasi yang dapat diberikan mencakup: tentang masalah reproduksi, proses kelahiran, KB, perilaku menyimpang, kejahatan seks dan perlindungan hukum. Ada dua kemungkinan kurikulum pendidikan seks: berdiri sendiri atau terkait dengan mata pelajaran lain. Pendidikan seks di sekolah diintegrasikan dalam mata pelajaran: agama, olahraga, biologi (misalnya anatomi), sosiologi, antropologi, dan bimbingan karier. Untuk mendukung kurikulum pendidikan seks di sekolah maka kegiatan di luar sekolah juga perlu mendukungnya. Pendidikan seks dalam kegiatan OSIS dapat dicakup dalam program Keputrian, Keputraan, Pesantren Kilat, Retreat, dsb. Juga kegiatan dalam bentuk seminar dan diskusi yang mengundang orangtua murid dan para ahli, bila perlu seksolog dan agamawan. Namun demikian tenggung jawab keberhasilan pendidikan seks bukanlah semata-mata di tentukan oleh kurikulum sekolah, tetapi juga peran keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah mempunyai keterbatasan waktu dan pengawasan. Maka bimbingan keluarga dan kontrol dari masyarakat, dimana anak lebih banyak menghabiskan waktunya, mempunyai peranan lebih besar bagi terciptanya generasi yang berilmu sekaligus bermoral. berbagai sumber Is This Good News or Bad News? Mengintip Yuk, Guru di China Mengajarkan Pendidikan Seks Memberikan kesempatan kepada anak laki-laki dan perempuan melihat kamar mandi dari lawan jenis adalah salah satu cara baru guru-guru di China memberikan pendidikan seks di sekolah. Siswa kelas 3 di sebuah SD di distrik Chaoyang, Beijing, menerima pendidikan seks pertama mereka dengan melakukan tur ke toilet. “Memberikan kesempatan untuk melihat toilet lawan jenis adalah salah satu cara pendidikan seks dan mengerti posisi mereka,” ujar guru Hou Wenjun. Hou percaya jika pendidikan dimulai dari rasa ingin tahu. “Dengan melakukan tur ke kamar mandi memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melihat perbedaanya,” jelasnya, lagi. Salah satu bagian kurikulum mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 adalah pendidikan seks dimulai degan subyek mengenai masalah kesuburan. @TribunNews.com MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 39 JaTIMeYes rOyAlTI unTuK yATIM Berharap Mandiri, Terbitkan Buku KAyA h Syarif Thayib Msi, Ketua YAS IBu nIna SOEKaRWO saat berbincang dengan salah satu finalis lomba menulis 1000 yatim Al Madina, Panti Asuhan Berbasis riset GeDunG MeWAh, SArAnA PrASArAnA STAnDAr InTernASIOnAl MaraknYa sebagian besar anak yatim yang putus sekolah di usia dini mengilhami sebuah yayasan sosial di Surabaya untuk mengangkat derajat anak yatim di bidang pendidikan dan kewirausahaan. Sebuah gedung dan metode pembinaan berstandar internasional pun disiapkan. Tercatat sebanyak 2.000 anak yatim yang tersebar di seluruh Panti Asuhan di Jawa Timur selama kurang lebih 2 tahun sudah berada di bawah binaan Yayasan Al Madina Surabaya (YAS). Sebuah gedung berlantai 3 di Jl Bratang Binangun Surabaya sudah disiapkan untuk panti sekaligus lokasi pendidikan untuk menimba ilmu pendidikan non formal dan kewirausahaan. Di bangunan yang masih dalam proses penyelesaian itu terdapat banyak ruang kelas. Di kelas-kelas itu kelak, masing-masing anak yatim penghuni panti akan dilengkapi dengan satu komputer dan laboratorium riset. Ketua Yayasan Al Madina Surabaya, Syarif Thayib, MSi, mengungkapkan kalau yayasan yang dipimpinnya mencoba untuk merubah image panti asuhan pada umumnya. Karena itu, bangunan panti yang diberi nama Grha Aitam (Istana Yatim) dan sudah selesai 80 persen itu dibangun dengan corak modern dan jauh dari kesan kumuh. ”Citacita YAS ingin menjadi panti asuhan percontohan 40 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 berbasis riset pertama di Indonesia. Di sini kami akan memberikan pendidikan dengan standar internasional,” terang dosen Fakultas Dakwah IAN Sunan Ampel Surabaya ini. Mengapa internasional? Menurut Syarif, karena Grha Aitam menyediakan sarana dan prasarana berstandar internasional seperti laboratorium pribadi untuk riset, komunikasi harian bahasa Inggris/Arab untuk anak asuh yatim, dan lain-lain. Selama masa pembinaan di Grha Aitam, anak-anak yatim akan didampingi oleh beberapa orang pengasuh (murabbi). Setiap 10 anak minimal akan didampingi oleh satu orang tua asuh yang bertanggung jawab penuh memenuhi kebutuhan sehari-hari anak meliputi bermain, pendidikan (sekolah), kasih sayang, kontrol perilaku (akhlak), perkembangan jiwa (psikologis anak), prestasi, implementasi nilainilai edukatif dan keagamaan serta kesehatan. Selama masa pembinaan, penguasaan bahasa asing yakni Arab dan Inggris diwajibkan dan dibimbing langsung oleh para murabbi yang mahir dalam bahasa Arab dan Inggris. Di Grha Aitam, disediakan asrama yang representatif dengan rasio yang seimbang antara fasilitas asrama dengan jumlah penghuni. Anak-anak asuh akan disekolahkan pada lembaga-lembaga pendidikan terdekat dan ber- pengalaman dalam mendidik anak, menanamkan nilai-nilai edukatif dan memiliki lingkungan sosial yang baik, serta terakreditasi A. Selain sekolah, YAS juga menitikberatkan pendidikan entrepreneurkids. Menurut Syarif, program ini untuk menjamin semua lulusan Grha Aitam kelak tidak akan menjadi pengangguran dan memiliki skill wirausaha sehingga siap berkompetisi di masyarakat. “Semua dana, baik pembangunan gedung, program-program untuk anak yatim diperoleh dari donatur. Ini cara baru bagaimana kita mengajak masyarakat untuk mencintai anak yatim. Peduli pada anak yatim bukan cuma memberi uang, tapi pikirkan juga masa depan mereka. Para yatim juga punya hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan layak dan bisa menjadi orang sukses,” jelas ayah dua anak ini. Dalam program pemberdayaan yatim, YAS merujuk pada hadis Nabi Muhammad, “…Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” [HR. Abu Ya’la dan Thobroni, Shohih At Targhib, Al-Albaniy : 2543]. Menurut Syarif, hadis itu tegas memotivasi umat Islam khususnya untuk mencintai anak yatim, JaTIMeYes menGGemblenG anak yatim menjadi menusia unggulan adalah concern Yayasan Al Madina Surabaya (YAS). Salah satunya, menggelar kompetisi menulis 1000 anak yatim dan berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), beberapa bulan lalu. Hasilnya, karya 99 finalis 1000 yatim menulis dicetak dan diedarkan di masyarakat. Dalam sambutan kata pengantar buku KAYA (Karya Anak Yatim), Gubernur Jatim Soekarwo sangat mengapresiasi usaha para anak yatim itu. Pakde Karwo, yang sejak 2010 lalu diberi gelar Abah Yatim Jawa Timur itu menginstruksikan jajaran Pemprov Jatim untuk mendukung program pemberdayaan anak yatim, khususnya di bidang pendidikan dan kewirausahaan. Kepala Dinas Pendidikan Jatim H Harun Msi bahkan menyediakan kantornya untuk digunakan sebagai lokasi pengembangan kreativitas anak-anak yatim itu. Tidak mudah menulis dan mengangkat tulisan untuk layak dijadikan buku dan diedarkan ke masyarakat. Prosesnya cukup berliku. Dari pelaksanaan 1000 Yatim Menulis, diperoleh 99 finalis dari berbagai panti asuhan dan selanjutnya memperoleh pelatihan khusus menulis sebelum dibukukan. Ketua Yayasan Al Madinah Surabaya (YAS), Syarif Thayib MSi menegaskan, poin penting penyelenggaraan festival ini adalah untuk memulai pendidikan anak yatim yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. “Ini langkah awal dari perwujudan komitmen kami untuk memberdayakan anak yatim. Skill menulis hanya salah satu di antara potensi para yatim. Dan posisi kami hanyalah fasilitator untuk membangkitkan potensi itu. Sudah ada 7 judul buku karya anak yatim. Itu ditulis oleh mereka sendiri,” papar Syarif. Target dari penulisan buku, ungkap Syarif adalah bisa beredar di toko-toko buku dengan harapan bisa mandiri dari royalti karya mereka sendiri. Dengan mengasah potensi/bakat anak yatim, ke depan mereka bisa percaya diri dan tidak bergantung dari hasil pemberian orang lain. “Pesan yang ingin disampaikan adalah, sejak dini untuk mandiri. Kelak kalau mereka besar, mereka akan mampu menggali potensi dan kemampuannya,” jelas Syarif. Syarif mengaku pelatihan menulis tidak akan berhenti. Para finalis itu akan terus dilatih secara intensif oleh YAS agar benar-benar menjadi penulis produktif. “Tentu kami tidak bisa sendirian mengelola mereka. Alhamdulillah, Pemprov Jatim berjanji akan membantu program ini. Sementara Dinas Pendidikan Jawa Timur akan membantu untuk biaya penerbitannya,” ungkapnya. Sementara itu Nindia Nurmayasari, salah satu trainer 99 finalis 1000 Yatim Menulis mengungkapkan, kegiatan menulis untuk anak yatim ini mendapat support luar biasa dari berbagai pihak diantaranya Klub Penulis Cilik (KPC), FLP (Forum Lingkar Pena), Komunitas Insan Baca dan guru. Diungkapkan Maya, sapaan akrabnya, agar karya pilihan 99 terbaik bisa dicetak dan diterbitkan, pihaknya menghadirkan 12 mahasiswa jurusan Desain Produk dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang bertugas mengetik naskah dan melakukan lay out sekaligus. Buku-buku karya anak yatim yang dibukukan kategori pendidikan antara lain “Menggapai Cita-Cita”, karya Roni dari Yayasan Nurul Hayat, untuk cerpen SD. Juga buku berjudul Di Ufuk Barat karya Siti Alifatul Lutfiyah dari Panti Asuhan Al Amanah Sidoarjo. Ada juga buku berjudul “Surat Untuk Ayah” karya Nuris Sobah dari Pasuruan.rizal hasan sebagaimana Nabi Muhammad, yang terlahir sebagai yatim. Namun mengasuh anak yatim tidak harus menyertakan seorang anak yatim secara fisik tinggal satu rumah dengan orang tua asuh. “Karena itu kami siapkan program 1 Rumah 1 Yatim. Globalnya begini, secara fisik anak yatim itu di bawah binaan kami. Namun untuk uang makan, biaya sekolah, buku dan lainnya menjadi tanggungan dari orang tua asuhnya. Tugas kami hanya memfasilitasi orang tua asuh dan anak asuhnya. Kami juga menyediakan sarana dan prasarana,” jelas Syarif. memastikan kalau si anak adalah yatim harus dilengkapi dengan surat keterangan meninggal orang tua yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit dan atau Kepala Desa. Dan untuk mengantisipasi anak yatim adalah anak dari hasil perkawinan sah, diwajibkan menyertakan Kartu Keluarga (KK). Untuk fasilitas, Grha Aitam akan dilengkapi dengan gedung 3 lantai, ruang belajar, ruang bermain, hall (ruang pertemuan), alat-alat peraga, ruang tidur, dapur (ruang makan), halaman untuk bermain, mobil antar jemput sekolah, seperangkat komputer serta laboratorium bahasa untuk 1 anak. Menurut rencana, di tahun 2011 ini YAS siap melaunching Panti Asuhan Internasional tersebut sekaligus siap menjadi rujukan bagi panti-panti asuhan lain untuk berbagi pengalaman guna sama-sama mengangkat derajat anak yatim melalui pendidikan dan kewirausahaan. Ditegaskan Syarif, target atau gol yang diinginkan adalah penanaman spirit kewirausahaan, yakni para yatim dididik memiliki jiwa dan skill wirausaha, memiliki character building yang positif serta jiwa tangguh dan ulet (fighting spirit). Peserta hasil seleksi ketat dari 1000 Yatim menulis yang diluncurkan Yayasan Al Madina Surabaya (YAS) di Gedung DBL pada Agustus 2010 tersebut kembali berkumpul, dan berlatih bersama di Gedung Dinas Pendidikan Jawa Timur pada 20 Februari 2011. Para trainer berpengalaman yang berasal dari berbagai kalangan, dengan tekun dan telaten mengantarkan yatim potensial itu menuju bakat terbaiknya. Puluhan naskah yang sudah dikumpulkan jauh-jauh hari sebelum hari pelaksaan pelatihan, dikoreksi ulang bersama. Kemudian dipresentasikan kembali. Yang menggembirakan dalam pelatihan periode ketiga ini, dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidikan Jawa timur, Dr. Harun, M. Si, kembali menegaskan tentang tekad pihak Diknas untuk siap total membantu dana penerbitan buku para finalis yang digagas YAS tersebut. Bahkan ia memberikan rekomendasi khusus bagi para finalis untuk menggunakan bagian dinas arsip. “Koleksi buku bacaannya lengkap. Silahkan anak-anak kita ini untuk membaca-baca di sana,” tegas mantan Kepala Badan Pelatihan dan pendidikan Jatim itu. Kepala Dinas Pendidikan Jatim itu juga berharap para peserta tidak terjebak pada istilah pintar tidak pintar. Pasalnya, ketekunan bisa menjadikan seseorang lebih sukses dari orang yang pintar, namun memiliki sifat pemalas. Penegasan Kepala Dinas Pendidikan Jatim tentang komitmennya untuk mengawal langsung penerbitan buku dengan bantuan pendanaan, tentu akan membuat peta baru dunia kepenulisan di tanah air. Pasalnya, jika pihak diknas benar-benar merealisasikan dukungan tersebut, karya para yatim potensial itu tentu akan memenuhi rak-rak toko buku di seluruh tanah air. Bukti bahwa, betapa para yatim pun sesungguhnya memiliki potensi yang luar biasa, dan tak jauh beda dengan anakanak pada umumnya jika mendapatkan pengarahan yang tepat. rizal Hasan sinergi Dengan Orang Tua YAS melalui Grha Aitam mengefektifkan peran orang tua (ibu) anak yatim dalam mewujudkan visi dan misi Yayasan. Dijelaskan Syarif, orang tua diberi akses dan waktu kasih sayang yang luas terhadap anaknya yang tinggal di ‘pesantren tengah kota’ . Orang tua berkewajiban memberikan “syahriyah” dari Al Madina kepada anaknya tanpa sepengetahuan anak bahwa uang saku yang diterimanya berasal dari Yayasan. Ini dilakukan supaya rasa kasih sayang dan perhatian orang tua kepada anaknya tetap ada dan sebaliknya muncul rasa terima kasih dan penghormatan yang tinggi dari anak kepada orang tua kandungnya. Untuk para penghuni, ditetapkan syarat yang cukup ketat, antara lain anak Yatim (ditinggal wafat Bapaknya) atau Yatim piatu (ditinggal wafat BapakIbunya) dengan usia antara 7-10 tahun. Lantas memiliki Akte Kelahiran atau keterangan lain yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit atau Kepala Desa. Untuk MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 41 input Kios Koran Unik di Perumahan Sidokare Indah, Sidoarjo Andalkan Kejujuran Jual Koran Tanpa Dijaga Himbauan berbuat jujur bukan hanya dimonopoli para tokoh agama, pemimpin negara atau tokoh masyarakat. Seorang pemilik kios koran di Perumahan Sidokare Indah, Sidoarjo, hampir 3 tahun membiarkan korannya dijual tanpa penjaga dan hanya mengandalkan kejujuran orang lain. Cukup disediakan sebuah kotak, pembeli tinggal memasukkan uang seharga koran atau tabloid yang dicari. Tak ada yang istimewa dari kios di jalan masuk perumahan Sidokare itu. Bangunannya pun sangat sederhana. Tapi ada sebuah pesan di atas selembar kertas putih bertuliskan “Jangan Berbuat Dzalim”, yang ditempel di papan kios. Beragam dagangan bacaan dijualnya, mulai koran harian dari berbagai terbitan media massa, koran mingguan, majalah dan tabloid. Koran-koran itu dijepit di papan kios sehingga bisa terlihat dari luar. Yang membedakan kios itu dengan kios koran lain adalah “kebebasan” yang diberikan oleh Bagus Susilowanto, si pemilik kios kepada para pembeli barang dagangannya. Sebuah pesan ditulis dengan spidol “Tempat Bayar Koran dan Tabloid” dilekatkan di sebuah kotak gabus warna putih, yang kerap kita jumpai biasa digunakan menyimpan es batu. Pembeli yang hendak mencari koran tinggal melihat price list (daftar harga) yang sengaja ditulis dan ditempel di papan dan bisa membawa koran yang diinginkannya. Bagus mengaku kalau daftar harga itu sengaja dibuat untuk memudahkan pembeli mengetahui harga koran yang akan dibelinya. Lantas, kalau tidak dijaga, bagaimana soal uang kembalian? “Bisa langsung diambil sendiri. Ya di dalam kotak itu. Kan sudah ada uangnya, tinggal ambil disesuaikan dengan harganya,” kata bapak tiga anak itu. Warga di Perumahan Sidokare In- 42 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 dah sudah familiar dengan kios milik Bagus. Mereka sering mampir dan memasukkan uang ke kotak lalu mengambil sendiri koran yang dicarinya. Fatma (34), ibu rumah tangga di Perumahan Sidokare Indah ini mengaku bahwa seluruh penghuni kompleks sudah tahu cara kerja dan mekanisme kios koran milik Bagus. “Orang di sini sudah tahu semua. Ya memang begitu caranya,” ujarnya sembari tertawa. Keberanian Bagus merelakan kios korannya tanpa dijaga itu sudah diikhlaskannya. Diakui Bagus, kios itu merupakan salah satu pemasukan bagi keluarganya selain sebagai agen iklan koran. Ia juga membuka warung bakso dan jualan koran di rumahnya di kawasan Magersari Sidoarjo, yang dikelola Puput Ernawati, istrinya. Bagus percaya, masih banyak orang yang jujur, meski dia tahu tidak semua orang bisa memenuhi harapannya. Lebih dari dua tahun jebolan Filsafat UGM 1994 itu mempraktikkan kejujuran di kios koran miliknya. Ia percaya niat baik selalu diridhoi Tuhan. Selama itu pula Bagus mengaku tidak mengalami kerugian besar. Pada hari biasa, pendapatan dari kotak gabus itu bisa mencapai Rp 100 ribu. Namun jika hari akhir pekan bisa meningkat sampai Rp 250 ribuan. “Pernah suatu hari jumlah uangnya kurang, tapi di hari lain ada yang kasih lebih. Alhamdulilah,” kata pria kelahiran 3 Juni 1965 itu. Di kios itu, Bagus hanya menjaga sekitar pukul 09.00 WIB. Karena saat itu adalah rame-ramenya pembeli. Di atas itu, tidak menentu. Karena itu ia memutuskan meninggalkan kios untuk melakoni aktivitas lain seperti menagih iklan yang sudah dipasang di sebuah koran. Sebelum nekat membiarkan kios tanpa penjaga, ia dulu punya dua pekerja. Namun, kehadiran pekerja malah membebaninya. Alasannya, ia tetap harus melakukan pekerjaan administrative, seperti bon, nota, dan rekap biaya retur ia lakukan sendiri. Karena itu ia merasa lebih baik bekerja dan mengelolanya sendiri. Pengalaman uang tidak lengkap juga dialaminya, meski tidak banyak. Baginya, hal itu tidak menyurutkan niatnya meneruskan konsep kios koran tanpa penjaga. Diakuinya, setahun awal mencoba konsep ini, ia mengaku rugi di bawah Rp 300 ribuan. Ia tahu, ada orang yang sengaja mengambil uang dari kotak. Sebelum mengawali usaha kios koran, Bagus kerap gonta ganti pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Ia juga sempat menerjuni dunia jual beli mobil, bekerja di sebuah radio di Surabaya dan di percetakan. Ia mengaku dunianya adalah marketing. Baru pada 2005, ia mencoba peruntungan sebagai agen iklan dan pengecer koran. Rizal Hasan Iptek Oleh : Cak Rye http://cak-rye.blogspot.com BlOKIr SITuS dengan “eSCAn” Internet Security Suite MicroWorld Software telah menciptakan pelindung server dan perangkat kerja dari ancaman virus, hacker, spyware, dan keylogger berbasis OS Windows yang diberi nama “eSCAN” Internet Security Suite”. SOFTWaRE pelindung ini memiliki keunggulan pada pencarian (scanner) yang canggih dan berteknologi MWL (MicroWorld Winsock Layer). Teknologi ini memungkinkan eScan secara menyeluruh mencari dan proaktif memberikan keamanan serta Real Time Security mulai saat anda menghidupkan komputer sampai anda mematikannya. Pada Windows, eScan mengantisipasi ancaman terhadap keamanan level Windows Socket. Dengan mengkombinasikan kekuatan email dan web scaning engine serta MWL, eScan sanggup mendeteksi ancaman malware dan konten yang tidak diinginkan dalam email, attachment, dan website. escan juga dapat meblokir situs atau web berdasarkan keyword atau kata kunci. Daftar Fitur eScan : antiVirus Engine: Mesin deteksi virus yang cerdas, mendeteksi dan membersihkan virus yang masuk dalam sistem Anda. heuristic Scan Engine: Mendeteksi virus yang tidak diketahui. Content Security and Parental Control: Memblokir pornografi dan situs lain. Block Spam : Menghentikan surat yang bersifat ofensif. Block attachment: Menspesifikasi tipe attachment untuk diblokir otomatis. Keamanan Proaktif: Mencegah serangan dari ancaman baru yang mencurigakan sebelum ancaman tersebut menyerang sistem Anda. Kontrol aplikasi: Mencegah eksekusi yang tidak diinginkan/Aplikasi terlarang (program) pada sistem dan jaringan. Kontrol uSB: Mencegah kebocoran data, hanya orang-orang yang memiliki ijin akses pada alat USB. Memberikan akses dasar yang aman untuk alat yang dapat diambil. Perangkat MWaV: Perangkat AntiVirus MicroWorld bermanfaat untuk mengeliminasi Adware dan Spyware. Pengunduhan Otomatis update: Pengunduhan gratis dan otomatis dari situs MicroWorld. Deskripsi Fitur Proteksi File antiVirus – Memonitor dan menjaga sistem Anda pada basis real-time melawan virus, spyware, adware, dan objek berbahaya lain saat akses file. Juga memiliki fitur pindaian proaktif untuk file atau objek yang diduga berbahaya bagi sistem. Mail antiVirus – Memindai seluruh pesan yang masuk dan keluar akan bahaya virus, spyware, adware, dan objek berbahaya lain. anti Spam – Berdasarkan teknologi NILP (Non Intrusive Learning Pattern), dengan cerdas akan menyaring seluruh timbunan pesan dan pesan spam. Web Protection – Memindai seluruh internet trafik dan control situs yang diblokir dan diperbolehkan. Firewall – Memonitor seluruh aktivitas jaringan kedalam maupun keluar pada sistem Anda dan juga menjaga dari jaringan lain yang bersifat menyerang. Set- ting awalnya adalah mode penyaringan terbatas (hanya trafik yang masuk yang disaring) Endpoint Security – Memproteksi dari ancaman yang dapat menjangkiti sistem Anda melalui endpoints seperti USB, alat portable dan menyediakan control aplikasi untuk mengatasi program yang tak diinginkan (setting awal, kontrol aplikasi dinonaktifkan ) Privacy Control – Menjaga informasi pribadi dari ancaman dan menghapus informasi temporer yang tersimpan. Scan/Pindai – memindai file, folder, dan alat penyimpanan dari ancaman dan bahaya dalam bentuk virus, spyware, dan objek berbahaya lain. Dalam pembahasan kali ini saya akan memberikan tip langkah-langkah untuk memblokir web atau situs dengan menggunakan software “eScan” Internet Security Suite. Langkah pertama, Software eScan dapat di download di http://update1. mwti.net/akdlm/download/escan/escan10/iwn2k3ek.exe atau bisa dicari lewat mesin pencari yang serba bisa yakni “mbah google”. Langkah kedua, install eScan tersebut ke dalam komputer server atau komputer anda atau di labkom sekolah agar siswa tidak bisa mengakses web yang tidak seharusnya dibuka, dan pastikan semua anti virus yang ada di komputer dimatikan, karena bisa terjadi crash/konflik. Setelah selesai proses instalasi klik double untuk memulai aplikasi ini. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 43 iptek Gambar 1. Proses Installasi untuk menyimpan konfigurasi lalu klik “applay dan OK” Gambar 4 : menu “edit profil” untuk menambahkan alamat web yang akan di blokir. Peringatan: kami merekomendasikan saat Anda memproses instalasi, harap matikan seluruh aplikasi terlebih dahulu. Langkah ketiga, pilih menu web protection untuk memblokir situs atau web yang tidak kita inginkan untuk diakses dan kemudian pilih “setting” untuk mengatur web yang akan di blokir. Gambar 2 : menu web protection Langkah keenam, pada pojok kiri atas klik “enable” pada User yang akan diproteksi agar setingan yang kita buat tadi diaktifkan kemudian klik Ok untuk menyimpan semua konfigurasi. Gambar 5 : menu “enable” untuk mengaktifkan proteksi user. Ikon ini mengindikasikan dimulainya fitur Ikon ini mengindikasikan dihentikannya fitur Langkah keempat, masuk pada menu web protection setting dimana anda bisa memilih user yang akan diproteksi apabila komputer anda lebih dari satu user, atau bisa diabaikan saja sesuai defaultnya. Dan pilih edit profile untuk mengedit atau mensetting web atau situs yang akan di blokir. Gambar 3 : user protection list, untuk memilih user yang akan diproteksi. Langkah kelima, klik 2x pada “website_allowed”, sebagai contoh kita akan memblokir situs facebook.com. Untuk menambahkan situs yang tidak diinginkan ketik nama situsnya lengkap dengan ekstensinya (contoh : facebook.com) kemudian pilih “add” setelah itu klik simpan (save) Silahkan dicoba dengan menggunakan “internet exsplore” atau software browser lainnya dan isikan alamat yang kita blokir tadi yaitu “facebook.com” pada address bar. Setelah membuka situs yang diblokir maka akan muncul tampilan dari escan yang akan meminta memasukkan password administrator untuk mengakses web tersebut. Jika anda bukan administratornya maka web tersebut tidak akan terbuka alias di blok. Contoh : Gambar 6 : contoh memblokir situs facebook.com Aplikasi ini sangat cocok diterapkan sebagai proteksi terhadap situs-situs porno dan situs-situs yang berbahaya bagi anak-anak dalam pendidikan moral dan mentalnya, terutama jika anda sebagai seorang pendidik TIK di sekolah hendaknya masalah situs-situs berbahaya menjadi prioritas untuk pemblokiran. Semoga sukses...! Info seputar ICT : http://cak-rye.blogspot.com 44 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 perpustakaan Program Kerja Pengembangan Perpustakaan lPMP Jawa Timur Oleh: Dra. Sri utami Kasubag Umum LPMP Jatim rasiOnal Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur mempunyai peran penting dalam pencapaian standar nasional pendidikan utamanya bagi pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi Jawa Timur. LPMP Jawa Timur mempunyai tugas memberikan fasilitasi bagi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan tugas tersebut adalah keberadaan perpustakaan sebagai basis pengembangan keilmuan dan keunggulan. Perpustakaan memberikan bekal keilmuan bagi widyaiswara, pejabat dan pegawai LPMP Jatim (human capital) dalam melaksanakan tugas dan fungsi lembaga. Disamping itu LPMP Jawa Timur sebagai kampus tempat menggembleng para pendidik dan tenaga kependidikan mutlak harus didukung dengan perpustakaan yang memadai. Dasar HukuM Program pengembangan perpustakaan LPMP Jawa Timur disusun berdasarkan peraturan/perundang-undangan berikut ini: Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan TuJuan Program pengembangan perpustakaan LPMP Jawa Timur bertujuan untuk: Meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi pustaka. Meningkatkan kenyamanan pengguna perpustakaan. Meningkatkan layanan kepada pengguna. Meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan. Menumbuhkan budaya membaca. Menyediakan sumber informasi mutakhir. uraian prOgraM kerJa Tahun 2011 Perpustakaan LPMP Jawa Timur diproyeksikan lebih meningkatkan kualitasnya sebagai foundament dalam menyiapkan sumber daya manusia (meliputi: pejabat struktural, widyaiswara, pegawai, dan masyarakat dari luar LPMP Jatim) yang mempunyai wawasan luas dan kemampuan berfikir kritis. Disamping itu perpustakaan juga dapat memberikan kontribusi positif dalam mendukung kegiatan yang diselenggarakan lembaga antara lain dalam bentuk diklat atau workshop. Program kerja yang disusun oleh Perpustakaan LPMP Jatim selama tahun 2011 dilakukan melalui dua tahapan, yaitu tahap pertama pengembangan internal perpustakaan dan tahap kedua pemberdayaan perpustakaan. Pada tahap pertama, Perpustakaan LPMP Jatim mengklasifikasikan programnya dalam 4 bagian besar, yaitu: BiDang pengaDaan Barang Perpustakaan akan berfungsi optimal manakala didukung dengan peralatan yang memadai, untuk itu perpustakaan akan mengusulkan pengadaan sejumlah barang, antara lain: komputer, meja komputer, printer warna, meja baca, kursi, filing cabinet, almari. BiDang kOleksi Kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan harus ditingkatkan agar dapat mendukung kinerja lembaga. Untuk itu dalam tahun 2011 akan mengusulkan program : Pemeliharaan koleksi termasuk di dalamnya penjilidan buku, pemberian dan/atau perbaikan sampul, pemberian kapur barus, dan penyedotan debu. Menyusun dan mengusulkan pengadaan buku baru. Program ini dimulai dengan mendistribusikan form usulan pengadaan buku baru ke pejabat, widayaiswara, dan pegawai LPMP. Mengusulkan pengadaan surat kabar, tabloid, majalah, dan jurnal cetak secara berlangganan. Pengadaan koleksi pustaka berupa peraturan perundang-undangan. Inventarisasi dan pengolahan koleksi pustaka BiDang pelaYanan pengguna Perpustakaan diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada pengguna secara efektif dan efisien. Jenis layanan pengguna meliputi kegiatan penelusuran informasi koleksi pustaka, peminjaman, pencatatan peminjaman, pengembalian, pencatatan pengembalian, dan pencatatan pengunjung. Untuk mewujudkan pelayanan tersebut Perpustakaan LPMP Jatim mengupayakan percepatan data base buku pustaka sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara otomatis berbasis komputer. Perpustakaan mengupayakan memberikan fasilitas berupa akses internet gratis bagi pengguna perpustakaan dari luar LPMP Jatim setelah mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan LPMP. BiDang aDMinisTrasi Program pada bidang administrasi diarahkan pada tertib adminstrasi, meliputi pencatatan hasil kegiatan seirkulasi, penyusunan laporan berkala (laporan bulanan dan laporan tahunan), penyimpanan surat-surat atau berkas, pembuatan kartu anggota dari luar LPMP Jatim, pembuatan kartu peminjaman, penyimpanan dan pe- ngolahan data buku dan pengguna perpustakaan. Pada Tahap Kedua merupakan tahap pemberdayaan perpustakaan dimana perpustakaan mampu menjalankan fungsi lebih luas, antara lain meliputi upaya meningkatkan minat untuk berkunjung ke perpustakaan, peningkatan budaya membaca, fasilitasi dan pemberdayaan pustakawan sekolah. Selanjutnya program pada tahap pertama dan tahap kedua tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan umum berikut ini: Tahap pertama: Pengembangan Internal Perpustakaan Penataan ulang ruang perpustakaan. Penghapusan sebagian koleksi, dengan kriteria: Satu judul buku berjumlah lebih dari 5 eksemplar Diterbitkan tahun 1985 atau sebelumnya. Tidak berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi lembaga. Menarik buku-buku yang ada di beberapa seksi Pembentukan tim entry catalog untuk mendukung percepatan penyelesaian Berlangganan surat kabar, tabloid, dan jurnal. Pengadaan koleksi baru (100 judul buku sebanyak 200 eksemplar) Pemasangan wifi, penguatan bandwit internet ke perpustakaan, dan penyediaan internet gratis bagi pengguna perpustakaan dari luar LPMP Jatim. Pengadaan barang Mencetak peraturan/perundang-undangan dalam bidang pendidikan. Pembuatan brosur Tahap kedua: Pemberdayaan Perpustakaan (empowerment of library ) Lomba karya tulis ilmiah bagi pegawai LPMP Jatim Lomba karya tulis ilmiah bagi pustakawan sekolah SD Pelatihan pengelolaan perpustakaan bagi pustakawan sekolah SD. Bedah buku Pemutaran film pendidikan atau film documenter. Penerbitan kartu anggota bagi pemakai perpustakaan dari luar LPMP Selanjutnya program dan kegiatan tersebut akan diuraikan secara detail dan operasional. penuTup Keberhasilan program pengembangan perpustakaan ini akan sangat bergantung kepada komitmen pimpinan dan kesadaran seluruh pegawai LPMP Jawa Timur untuk bersama membangun dan memanfaatkan perpustakaan secara optimal. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 45 perpustakaan Menciptakan Perpustakaan Berkelas Dunia untuk Mencapai Hasil yang Lebih Baik Semakin maju zaman semakin cepat layanan yang diinginkan untuk memuaskan hasrat manusia. Perpustakaan Indonesia pun sudah sepatutnya mengikuti konsep tersebut guna meningkatkan intensitas bangsa Indonesia dalam berkunjung ke perpustakaan. Sehingga secara tidak langsung juga menyuruh mereka untuk gemar membaca. Oleh karena itu dibutuhkan standar yang tinggi atau bertaraf internasional dalam pengembangan perpustakaan itu sendiri. Seperti yang kita tahu, lembaga pendidikan di Indonesia sekarang sedang belombalomba mengarahkan anak didiknya untuk berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain dunia pendidikan Indonesia sudah mulai merambah ke kancah internasional. Penerapan standar internasional pun juga bisa ditemukan di beberapa sekolah swasta maupun negeri. Hal tersebut tidak akan berjalan tanpa didukung dengan perombakan kualitas sarana dan prasarana termasuk ruang baca atau perpustakaan. Karena perpustakaan memegang peran vital dalam penyampaian informasi dan pengetahuan kepada semua pihak dalam pendidikan, baik subjek maupun objek pendidikan. Perkembangan perpustakaan yang sesuai dengan perkembangan dunia serta bertaraf internasional juga akan mengangkat citra dari sekolah-sekolah tersebut. Sehingga banyak siswa yang memilih sekolah tersebut untuk menjadi satu pilihan sekolah favorit. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘internasional’ menyatakan bangsa-bangsa atau negeri-negeri seluruh dunia. Pada dasarnya hal ini sangat berkaitan dengan cakupan ruang. Namun pengertian yang dimaksudkan disini adalah bertaraf (kualitas) internasional. Jadi perpustakaan bertaraf internasional mengandung makna bahwa perpustakaan atau ruang baca yang berfungsi sebagai penyedia informasi berpedoman pada standar terbaik yang diakui dunia, baik dari segi sistem pelayanan, SDM, koleksi maupun fasilitas. Pada umumnya perpustakaan-perpustakaan ini terdapat di negaranegara maju yang sudah terbukti pengaruhnya 46 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 terhadap kemajuan negaranya. Berikut ini 3 univeritas yang memiliki perpustakaan terbaik di dunia adalah Havard University, Yale University, University of Illionis-Urbana Champaign. Tapi tidak dipungkiri jika perpustakaan bertaraf seperti ini juga dikembangkan di negara-negara berkembang ataupun terbelakang selama induk lembaga dari perpustakaan tersebut memiliki komitmen dan prospek untuk maju. Ada beberapa kriteria yang dijadikan standar Amerika dalam mengukur kualitas suatu perpustakaan, yakni: Services and collection (pelayanan dan volume koleksi), Acessibility (aksesibilitas), Variety of literary offerings (keanekaragaman literatur yang disediakan), Comfort and availability of reading/ studyng spaces (kenyamanan membaca), User Satisfication (kepuasan pengguna). Kriteria-kriteria tersebut juga telah digunakan oleh Negara-negara Asia dalam mengukur kualitas dari perpustakaan-perpustakaan yang terdapat di Negara mereka. Indonesia pun juga mulai memegang pedoman tersebut untuk bangkit dari keterting- galannya dengan Negara maju. Bahkan dalam Seminar Internasional Libraries for World Class Universities dengan mengamati perkembangan perpustakaan berkelas dunia, beberapa pakar pustakawan menghasilkan parameter pengkualifikasian perpustakaan menuju World Class Library. Walaupun memang yang ditetapkan dalam seminar ini adalah standar internasional untuk perpustakaan pada universitas tetapi tidak ada salahnya jika sekolah-sekolah (terutama sekolah menengah) juga menjadikan parameter ini sebagai pedoman. Berikut ini parameter yang telah dirumuskan (lihat tabel): Dari Teks Pidato Ratnaningsih Di Sidang Pengukuhan Pustakawan Utama Seharusnya untuk mencapai A World Class Library, sudah sepantasnya sebuah perpustakaan tidak hanya memikirkan kuantitas dari buku tetapi juga kualitas koleksi. Percuma saja jika perpustakaan sudah mencapai target standar internasional dalam kuantitas tetapi tidak memperhatikan kebutuhan pelanggannya (buku apa saja yang dibutuhkan). Sebaiknya informasi di segala bidang dapat diakses oleh mereka. Dan bahkan perpustakaan tidak hanya menyediakan referensi-referensi dari dalam negeri tetapi juga import dari negara-negara lain. Jadi informasi global bisa sampai ke tangan masyarakat yang berkewajiban membawa negara Indonesia ke pintu kesuksesan dan kemakmuran. Di sisi lain globalisasi juga memberi pengaruh terhadap kemajuan teknologi di suatu negara. Agar dapat menyeimbangkan hal ini, sudah sepatutnya perpustakaan-perpustakaan juga memanfaatkan IT dalam sistem pelayanan, seperti e-books, e-library, e-catalogue, online catalogue. Kecanggihan sistem pelayanan tersebut bukan hanya untuk membantu memudahkan kerja pustakawan, tetapi juga untuk membuka mata pelanggan terhadap kemajuankemajuan yang telah ada. Dalam hal ini perpustakaan tidak hanya menyediakan pustakawan yang profesional saja, tetapi juga memerlukan perpustakaan staf khusus yang ahli dalam bidang IT. Sehingga dalam menjalankan sistem ini, perpustakaan tidak menemukan kendala. Perubahan menuju perpustakaan bertaraf internasional tidak bisa dilaksanakan secara sekejap, butuh banyak tahapan. Sedangkan setiap tahapan tidak hanya membutuhkan waktu saja tetapi juga dibutuhkan dana dengan jumlah besar serta kekonsistenan dari lembaga induknya. Perpustakaan memang tidak bisa berjalan sendiri tetapi sangat dipengaruhi lembaga induknya masing-masing. Sehingga terkadang banyak ditemukan hambatan dalam pengembangan perpustakaan yang disebabkan oleh faktor eksternal (seperti: kebijakan ekonomi dan perkembangan lingkungan sekitar) maupun internal (ketanggapan pustakawan terhadap kritikan pelanggan). Faktor eksternal Memang susah jika sistem politik sudah merembet pada dunia pendidikan karena akan NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. menimbulkan ketimpangan-ketimpangan, terutama dalam hal pemberian anggaran. Dalam kemajuan perpustakaan anggaran juga menjadi hal vital guna mensukseskan konsep yang telah dibuat untuk menuju perpustakaan bertaraf internasional. Bahkan anggaran perpustakaan harus (wajib a’in) masuk dalam rancangan anggaran operasional tahunan dari lembaga induknya. Seperti dalam Pedoman Penyelenggaraaan Perpustakaan Perguruan Tinggi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memberikan rambu-rambu bahwa besar dana yang dianjurkan untuk membiayai kegiatan perpustakaan secara normal sedikitnya lima persen (5%) dari seluruh anggaran perguruan tingginya. Padahal jika kita bandingkan dengan perpustakaan di negara-negara maju, sedikitnya 10% dari total anggaran operasional pokok universitas dialokasikan untuk perpustakaan. Oleh karena itu sudah sepatutnya anggaran perpustakaan yang masih minim itu lebih ditingkatkan lagi dan dibersihkan dari sistem-sistem yang tidak sejalan (politik). Parameter/Indikator KOLEKSI Jumlah Koleksi Jumlah online database yang bisa diakses Akses terhadap e-books Pengadaan buku /tahun Menyimpan seluruh karya siswa LAYANAN Jam buka/minggu Waktu layanan Penelurusan literatur yang dilakukan oleh 4 orang pakar subyek (S3) dan 4 orang resource person (S2) Mengadakan information literacy/skill or training FASILITAS Jumlah komputer di perpustakaan untuk akses informasi & PC kerja siswa Tempat duduk dibanding siswa Ruang belajar khusus/study carrel untuk mahasiswa pasca dan peneliti Ruang diskusi Bandwidth KRITERIA PUSTAKAWAN Sarjana Magister Doktor ANGGARAN PERTAHUN Anggaran perpustakaan utkpembelian bahan Anggaran untuk pembelian buku Anggaran untuk langganan sumber informasi elektronik (e-databases), e-journal dan e-books Anggaran operasional KERJASAMA INTERNASIONAL Keanggotaan jaringan kerjasama berskala internasional World Class University Library >1.000.000 >300 databases >10.000 judul Minimum 100.000 eks 90% >80 jam Senin-minggu Ada Ada 1:10 1:90 25 ruang/rata-rata 10 buah/rata-rata >30Mbps Rata-rata 40% dari total staf perpustakaan Rata-rata 30% dari total staf perpustakaan Rata-rata 10% dari total staf perpustakaan Rata-rata setara dengan Rp 25.000.000.000 Rata-rata setara dengan Rp 20.000.000.000 Rata-rata setara dengan Rp 6.000.000.000 Rata-rata setara dengan Rp 5.000.000.000 Anggota aktif Jika memang lembaga induk tidak sanggup memberikan dana terlalu besar, mereka bisa mengakalinya dengan mengajukan kerjasama sponsorship dengan perusahaan swasta. Beberapa perusahaan swasta memiliki program kerja mengenai bentuk pengabdian terhadap masyarakat sekaligus pengenalan produknya dengan membuka kerjasama dengan lembaga publik berupa sponsorship, seperti yang bisa kita lihat di perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya. Perpustakaan ini memiliki program-program yang membutuhkan dana tidak sedikit. Tetapi untuk mensukseskan berbagai program tersebut Unair mengadakan kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti cinema (untuk memfasilitasi pemutaran film), DUBES Amerika (berupa American Corner yang memfasilitasi informasi perkembangan Amerika), dsb. Hal ini bisa dijadikan contoh untuk perpustakaanperpustakaan lain yang ingin berkembang. Faktor internal Karena yang bisa menilai kualitas perpustakaan adalah pelanggan, jadi sebaiknya keluhan-keluhan yang disampaikan pelanggan segera ditanggapi dan ditindak lanjuti. Jika penangangan keluhan-keluhan itu berjalan lambat, bisa dikatakan sistem perpustakaan tersebut masih belum profesional. Akibatnya perkembangan perpustakaan pun ikut melambat. Bahkan jika pustakawan berpikir positif, kritikan-kritikan dari pelanggan bukan sebagai penghambat kemajuan perpustakaan melainkan sebagai sebuah pemicu dari lembaga induk dari perpustakaan untuk memperbaiki kinerja maupun sistemnya. Karena perpustakaan yang notabenenya adalah sebuah lembaga penyedia jasa hanya bisa berpedoman pada omongan pelanggan untuk mengetahui perkembangannya. Sebagai contoh, untuk menjadi universitas bertaraf internasional diperlukan adanya Research Output yang berkualitas. Oleh karena itu publikasi ilmiah mestilah menjadi agenda utama dari kerja intelektualnya. Kondisi objektif menyebutkan bahwa publikasi ilmiah Indonesia di tingkat internasional hanya menyumbang 0,012 % dari total publikasi ilmiah dari seluruh dunia. Padahal, menurut versi Asiaweek, kategori hasil penelitian bernilai 25% dari keseluruhan kriteria yang digunakan dalam penentuan peringkat universitas. Kekuatan publikasi ilmiah dari lingkungan akademis perguruan tinggi berkaitan erat dengan daya aksebilitas perpustakaan dalam memasok informasi dan ilmu pengetahuan yang akan dikonsumsi oleh segenap civitas akademia yang berkepentingan. Di sinilah titik fungsional dari perpustakaan sebagai mediasi penelitian yang produktif bagi kelangsungan reproduksi wacana keilmuan.Bagus Priambodo Referensi Kalarensi Naibaho. Perpustakaan Sebagai Salah Satu Indikator Utama Dalam Mendukung Universitas Bertaraf Internasional. 2009 http://pinakesconsulting.wordpress.com/2009/05/20/perpustakaan-sebagai-salah-satu-indikator-utama-dalam-mendukung-universitas-bertaraf-internasional/ Ratnaningsih. Teks pidato Sidang Pengukuhan Pustakawan Utama Tahun 2008: Menuju Perpustakaan Perguruan Tinggi Berkelas Dunia. 2008 Rudtra. Menuju Perpustakaan Bertaraf Internasional. 2007 http://rudtra85.wordpress.com/2007/12/13/menuju-pepustakaan-bertaraf-internasional/ Yulianti. Perpustakaan, Siapkan Diri Menunjang World Class University!. 2008. http://lib.fikom.unpad.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunpadfikom-gdl-yuliantini-293 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 47 perpustakaan Membenahi Perpustakaan Sekolah Oleh: Kusnohadi Mengutip pendapat Paulo Freire, pendidikan menjadi senjata untuk pembebasan, pendidikan memerdekakan masyarakat dari jajahan kebodohan dan pembodohan baik struktural maupun kultural. Maka ketersediaan perpustakaan beserta bahan pustakanya menjadi ujung tombak. Tulisan ini memaparkan kondisi pengembangan perpustakaan sekolah khususnya pada jenjang SD dan peran LPMP dalam melakukan penjaminan mutu pendidikan terhadap perpustakaan sekolah dan pustakawannya. Das Sollen dan Das Sein Perpustakaan Sekolah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 45 mengamanatkan “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Pasal 1 (8) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 menyebutkan yang dimaksud dengan standar sarana prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar nasional sarana dan prasarana pendidikan di tingkat dasar dan menengah dimuat dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2007, pada Pasal 42 (1) disebutkan: Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Pada komponen perpustakaan, setiap SD/MI harus menyediakan satu eksemplar buku ajar per siswa ditambah dua eksemplar lagi per mata pelajaran. Satu sekolah diharuskan menyediakan buku pengayaan 840 judul. Juga harus tersedia perangkat multimedia minimal TV 29 inci, radio, 48 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 dan pemutar VCD/DVD. Di perpustakaan SMP/MTs harus tersedia 870 judul buku pengayaan ditambah 20 judul buku referensi, sekurang-kurangnya Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, dan ensiklopedia. Dunia pendidikan di Jawa Timur dan propinsi lainnya menghadapi persoalan kompleks, sekolah-sekolah yang berada di pinggiran kota kondisinya tidak sebaik yang berada di kota, bahkan beberapa sekolah di perkotaan kondisinya juga memprihatinkan, terutama jenjang pendidikan sekolah dasar. Kondisi perpustakaan sangat tidak representatif sebagai pusat pengembangan keilmuan. Indikasinya ruang sempit, koleksi amat terbatas, tidak tersedia pustakawan. Data Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas menunjukkan, komponen buku ajar SD/MI, rata-rata ketersediaan masih 35 persen. Ketersediaan buku ajar SMP/ MTs rata-rata 33 persen, sementara di SMA/MA rata-rata 18 persen. Kepala Dinas Pendidikan Jatim mengatakan, hanya 35,36 persen dari 27.197 SD/MI di Jatim yang mempunyai perpustakaan. Kondisinya pun beragam dan tidak memadai. Dengan kata lain, 17.569 SD/MI di Jatim tidak memiliki perpustakaan (Kompas, 30 November 2007). Hasil penelitian M.Q. Huda (2006) membenarkan pula bahwa mayoritas (83,23 persen) perpustakaan SD/MI hanya diisi buku-buku paket terbitan lama yang tidak mendukung proses belajar mengajar (Hafidz, 2008 dalam jawa pos dotcom). Akses terhadap buku pelajaran wajib merupakan tolak ukur kualitas yang penting. Pada tingkat SD akses terhadap buku adalah 75 persen un- tuk bidang studi Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Dari data yang tersedia masih ada kesenjangan dalam akses terhadap buku wajib yang berkisar dari 38,8 persen sampai 99,3 persen (persentase penyediaan buku yang paling rendah adalah buku IPA). Rata-rata akses terhadap buku pelajaran wajib pada tingkat SLTP sebesar 70 persen dengan kesenjangan berkisar dari 37,6 persen sampai 99,5 persen. Dari data yang ada, penyediaan bukubuku IPA, Fisika, dan Biologi masih terbatas. Selain akses, mutu dari isi pelajaran juga mungkin bermasalah. Isi buku-buku teks biologi SD-SLTA di Indonesia tertinggal 50 tahun, begitu pula dengan buku teks geografi SLTP yang menunjukkan banyak informasi yang disajikan sudah usang. Kualitas perpustakaan sangat bergantung pada komitmen pimpinan atau kepala sekolah. Selama ini ada kecenderungan kepala sekolah lebih tergiur dan memberikan prioritas dalam membangun fasilitas sekolah seperti lapangan, membuat sekolah bertingkat, atau membeli pendingin ruangan, tetapi pembangunan dan pengembangan perpustakaan sering luput. Peran LPMP Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia di harapkan mampu berperan dalam mengawal implementasi standar sarana dan prasarana khususnya kondisi perpustakaan sekolah. Dalam hal ini berperan: 1. Melakukan kajian tentang mutu bangunan perpustakaan, kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana pada jenjang pendidikan prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, sehingga data tersebut digunakan sebagai basis pembangunan infrastruktur pendidikan. 2. Memberikan fasilitasi terhadap pustakawan dalam bentuk pelatihan, workshop, atau seminar. 3. Membangun perpustakaan keliling. 4. Memberikan bantuan dalam bentuk blockgrand untuk pengembangan perpustakaan sekolah atau pemberian bantuan buku. Penutup Salah satu indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari batas minimal nilai kelulusan. Pemerintah terus menuntut mutu pendidikan dari aspek nilai kelulusan, sehingga dari tahun ke tahun batas minimal nilai kelulusan dalam ujian nasional dinaikkan. eRiN GruWeLL oleh: CanDra paDMasVasTi Konsultan & Guru Informal www.freedomwriterfoundation.org Ms. g, begitu erin gruwell biasa dipanggil para muridnya adalah seorang pengajar ber-filosofi pendidikan yang sangat menghargai keberagaman. ayahnya mendidik untuk selalu menekankan pentingnya persamaan hak dan selalu membela kaum yang lemah. pada awal tahun 60an, ayah erin adalah pemain baseball pada sebuah liga kecil di daerahnya Washington senators. Dia menyaksikan banyaknya ketidaksetaraan hak yang diterima oleh rekan-rekan african american di timnya, mereka tidak diperbolehkan minum dari tempat air yang sama dengan yang lain atau saat berada di restoran mereka harus makan terpisah. “ayahku selalu berkata bahwa kita harus menilai pemukul bola lewat ayunannya bukan dari warna kulitnya”, erin menegaskan prinsip yang ditanamkan ayahnya. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 49 sosok Apakah murid-muridku akan menyukaiku? Apa tanggapan mereka tentang aku? Pertanyaan macam apa yang akan mereka ajukan? Apa komentar kolega-kolega guru saat membicarakanku? Kita semua bergelut dengan serangkaian pertanyaan pada hari-hari awal kita mengajar bukan? Sepertinya pertanyaan penuh kegelisahan tersebut adalah wajar dihadapi seorang yang baru menjalani pekerjaan sebagai guru. Begitu pun Erin Gruwell. Wanita muda kulit putih ini berusaha meredam segala kecemasannya tersebut dengan menunjukkan antusiasme dan idealismenya bagi dunia pendidikan. Rasa percaya adalah syarat pertama proses pembelajaran di kelas Masih ingat bagaimana kita pertama kali belajar berenang ketika kecil? Saat kita akhirnya berani masuk ke bagian kolam yang dalam, lalu mulai menggerakkan kaki dan tangan walaupun beresiko tenggelam. Ketakutan kita hilang adalah karena adanya rasa percaya kepada guru renang kita yang berhasil menciptakan rasa aman bahwa kita berada ditangan orang yang tepat. Serupa dengan proses pembelajaran di kelas. Rasa percaya murid kepada guru merupakan syarat pertama pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga murid mau menerima informasi dan mau memberikan respon. Erin Gruwell menyadari bahwa para muridnya di kelas 203 adalah produk masyarakat yang saling tidak percaya dan membenci satu sama lain. Rasa percaya akan timbul ketika kita menyadari bahwa kita memiliki persamaan. “Saya bertanya kepada mereka, ‘Berapa dari kalian yang pernah berada dalam ancaman tembakan?’ dan pada saat itu seluruh kelas mengangkat tangan. Terlepas apakah hal itu benar atau tidak, saat itulah momen keterikatan diantara mereka ada, pada saat masing-masing anak mulai mengangkat tangannya dan menunjukkan luka akibat tusukan dan pukulan”. – Erin Gruwell, Be Heard You Tube Video Series, Desember 2006. Cerita tentang kekerasan tersebut mengguncang kesadaran Erin, ternyata persamaan yang mereka miliki adalah bahwa mereka terjebak dalam perang antar gang. Kreativitas mengantar Erin menciptakan LINE GAME, sebuah permainan yang bersifat interaktif bertujuan membantu murid-muridnya untuk saling memahami tanpa ada perasaan terancam antara satu sama lain. Hal ini sangat sesuai dengan tema yang ia pilih untuk kelas ini yaitu toleransi. Keberhasilan Erin membangun kepercayaan murid-muridnya lewat per- 50 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 mainan LINE GAME tidak berbanding lurus dengan kepercayaan yang dia peroleh dari institusi dimana dia bekerja. Sekolah tidak mengijinkan ia mengajar di luar kurikulum dan metodologi pengajaran sekolah. Kolega rekan guru mencemooh hasil kerja kerasnya. Namun tekanan dari pihak institusi tersebut justru makin menguatkan kepercayaan para muridnya kepada Erin Gruwell. Dalam satu wawancara, Erin mengungkapkan bahwa justru ia merasa beruntung karena kelas 203 telah memberikan sebuah pelajaran berharga baginya. Awalnya, seperti guru lainnya, dia diajarkan untuk memberikan pendidikan yang mampu menyiapkan siswanya untuk dapat menjawab soal-soal ujian. Dia merasa selama ini seperti telah di braindwashed oleh metode konservatif tersebut bahwa proses pembelajaran dianggap berhasil jika murid dapat lulus dalam ujian. Kenyataannya, murid-murid di kelas 203 merasa bahwa Erin berbeda dengan guru pada umumnya yaitu dia mengajar untuk memberikan pemahaman sehingga mereka mampu menemukan jati diri mereka dan percaya setiap anak mampu meraih mimpinya. Pena lebih tajam dari pada pisau Saat ini peristiwa tawuran antar murid sekolah bukan lagi menjadi berita karena saking seringnya terjadi. Baru menjadi berita kalau ada murid yang meninggal atau mungkin warga yang terluka. Bahkan seakan-akan tawuran menjadi budaya yang diwariskan kepada adik kelas secara turun temurun. Walaupun kota-kota besar di Indonesia berbeda dengan Long Beach tapi tawuran antar sekolah memiliki konotasi yang sama dengan perang antar gang, yaitu masing-masing pihak percaya bahwa mereka berkewajiban membela kelompoknya. ‘We fight each other for territory. We kill each other over race, pride and respect.’ Beberapa sekolah di ibu kota rajin melakukan razia senjata tajam. Pisau lipat adalah senjata standar yang paling sering ditemukan. Apa kemungkinan terburuk yang dapat terjadi? Ya, mereka bisa mati sia-sia atau terluka dan cacat demi kesalahpahaman tentang harga diri dan rasa hormat pada almamater. Lalu bagaimanakah guru sebagai pengajar mampu memberikan kesadaran kepada muridnya tersebut? Erin Gruwell, pemegang gelar master dari California Education Foundation ini menggunakan buku sebagai media pembelajaran. Salah seorang siswa, Sharaud Moore adalah siswa yang dipindah dari sekolah sebelumnya karena mengancam guru menggunakan pistol. Pada satu kesempatan, sebuah karikatur yang menggambarkan Sharaud dengan bibir yang sangat tebal beredar diantara para siswa pada saat pelajaran. Keturunan African American memang dikenal memiliki bibir yang tebal. Saat kelas mentertawakan gambar tersebut Erin menegur dengan keras dan membandingkan karikatur rasis tersebut dengan apa yang terjadi di Jerman saat Holocoust. Seisi kelas menatap Erin dengan tatapan penuh tanda tanya, ternyata hanya satu anak yang tahu tentang peristiwa tersebut. Terinspirasi oleh kenyataan bahwa murid-muridnya tidak mengetahui kejadian Holocaust, maka Erin mengajak mereka untuk mengunjungi museum bangsa Yahudi ‘Wiesenthal Centre’ atau dikenal sebagai Museum of Tolerance di Los Angeles. Informasi yang diperoleh dari museum membuat murid-muridnya merasa bahwa apa yang terjadi pada saat itu adalah ham- sosok pir sama dengan kondisi yang mereka hadapi sekarang. Erin kemudian membagikan buku “The Diary of Anne Frank” yang sebagian uangnya berasal dari koceknya sendiri. Anne Frank adalah seorang gadis Yahudi yang menulis kejadian dan perasaannya setiap hari sejak usia 13 tahun pada saat dia berada di persembunyiaan sampai saat berada di concentration camp. Seluruh murid di kelas 203 merasa terinspirasi oleh Anne Frank dan mencoba menulis surat untuk Zlata dan Miep Gies, wanita yang memberikan perlindungan untuk Anne Frank dan keluarganya. Saat Miep Gies berkunjung dan bercerita tentang Anne Frank, dia menantang para murid tersebut meneruskan perjuangan Anne Frank, untuk menyampaikan semangat untuk tetap bertahan dan kuat walaupun dalam bentuk perang yang berbeda. Ms. G mengajak muridmuridnya untuk menanggalkan atribut pistol, pisau dan senjata tajam lainnya untuk mencari jawaban dari sejumlah masalah kehidupan yang dihadapi oleh para muridnya, sebagai gantinya mereka diberi pena dan buku harian untuk menulis. Mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama dengan Anne Frank dan Zlata, menulis tentang kehidupan yang mereka rasakan. Setiap anak mendapatkan giliran membacakan hasil tulisannya di depan kelas dan memberikan kesempatan kepada murid lainnya untuk merespon. Saat itulah seisi kelas bisa menangis, tertawa dan saling berbagi cerita. Mereka merasa bahwa mereka adalah sama. A Tost for Change, adalah kegiatan lain yang berasal dari ide kreatif Erin Gruwell. Kegiatan ini merupakan kegiatan simbolis yang mampu membuat para murid menyadari bahwa apapun yang telah mereka lakukan sebelumnya menjadi tidak penting. Aktivitas ini dianggap menjadi momen awal perubahan bagi para murid sebagai langkah awal untuk meraih kesuksesan. Ms.G berdiri di depan kelas dengan background tulisan berbunyi ‘Toast for Change’, ia membagikan gelas champagne dari plastic yang diisi sparkling apple cider dan mengajak seluruh murid di kelas 203 membuat lingkaran. Kegiatan ini diakhiri dengan sebuah toast dan komitmen para murid di kelas 203 untuk berusaha mewujudkan mimpinya lulus dari perguruan tinggi. Freedom Writers We discovered that writing is powerful form of self expression that could help us deal with our past and move forward. Hasil tulisan yang berawal dari sebuah tugas pelajaran bahasa Inggris ternyata menjadi kisah indah yang banyak menginspirasi banyak orang. Bangga dan terharu, itulah yang dirasakan Erin Gruwell saat dia membaca cerita yang ditulis oleh para muridnya. Karena ingin berbagi pengalaman ini dengan semua orang di seluruh dunia maka ia mencari penerbit yang tertarik. Pada bulan November, 1999 seluruh cerita tersebut menjadi sebuah buku yang diterbitkan dan diberi judul The Freedom Writers Diary. Buku ini kemudian memberikan inspirasi kepada anak muda untuk berani mengam- bil kesempatan kedua guna merubah hidupnya. Memberi kekuatan kepada anak muda untuk memahami diri dan lingkungannya, mendorong anak muda untuk sukses dalam akademik dan peduli pada masyarakatnya. Buku dan kisah dibaliknya menjadi berita nasional, seiring dengan hadirnya Erin Gruwell dan beberapa muridnya di acara televisi utama seperti Oprah Show, Primetime Live, Good Morning America dan the View. Kurang dari dua minggu kemudian buku tersebut berada di urutan ke 33 Daftar Buku Best Seller New York Times. Sebagian uang royalti dari penjualan buku digunakan untuk membiayai ke 150 murid tersebut ke perguruan tinggi. Selanjutnya, Erin mendirikan organisasi nirlaba yang diberi nama sama: ‘The Freedom Writers Foundation’ untuk membantunya menyebarkan metode pengajarannya yang sukses. Bersama beberapa murid dari kelas 203 termasuk Maria Reyes, mereka terus menyebarkan pesan perubahan ke seluruh dunia. Organisasi ini secara rutin menyelenggarakan pelatihan dan boot camp sebagai program pelatihan intensif bagi para guru di seluruh dunia. Di bulan Januari 2007, Paramount Pictures meluncurkan film ‘The Freedom Writers’ yang diadaptasi dari seluruh kejadian diatas. Hillary Swank, pemenang dua Piala Oscar memerankan Erin Gruwell dengan sangat mempesona. Dalam film tersebut cerita menjadi lebih lengkap dan menyentuh dengan menampilkan masalah pribadi yang dialami beberapa tokoh sentral dari murid-murid ruang kelas 203. Film ini menjadi satu rujukan film pendidikan yang patut ditonton oleh para guru, mengingat terbatasnya film Holywood (apalagi film Indonesia) bertema pendidikan yang sukses di pasaran. Sebut saja pendahulunya seperti: To Sir with Love (Sidney Poiter), Up the Dawn Staircase (Sandy Dennis), Stand and Deliver (Edward James Olmos), Dead Poets Society (Robin Wiliams), Lean on Me (Morgan Freeman) dan Dangerous Mind (Michele Pfeiffer). Erin Gruwell mengungkapkan bahwa sebagai guru kita harus percaya dan mau belajar dari murid kita. Saat para muridnya kecewa karena di akhir buku The Diary of Anne Frank diketahui bahwa Anne Frank gagal untuk bertahan hidup, maka salah seorang anak bernama Darius berdiri dan berkata: ‘Tidak, Anne Frank berhasil, karena ia telah berhasil menulis tentang dirinya dan karenanya dia akan terus hidup bahkan setelah ia mati.’ Anne Frank telah berhasil membuktikan bahwa kekuatan kata-kata lewat menulis mampu menjadikan penulisnya abadi. Anne Frank akan terus hidup lewat semangatnya dan akan terus merubah kehidupan pembacanya seperti kepada 150 muridnya di kelas 203. Kisah tentang ketulusan hati seorang guru memberikan inspirasi bagi para guru di seluruh dunia untuk tidak terjebak ke dalam sistem pendidikan yang baku. Mengutip salah satu kalimat dalam buku The Diary of Anne Frank : “The final forming of a person’s character lies in their own hands” : Pembentukan terakhir dari karakter seseorang bergantung pada orang itu sendiri. Erin Gruwell, hanya menyediakan ‘pancing dan mata kail’ lewat metode pengajarannya yang kreatif yaitu mendorong murid-muridnya untuk menulis, mengekspresikan diri. MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 51 sukaduka Hendra Christanto, S.Pd Guru Multimedia, SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang Tentang ILT Program di Negara Jerman Dalam kesempatan ini, kami bergabung dalam pelatihan khusus bagi para guru SMK RSBI (Rintisan Sekolah Bertandar Internasional) Indonesia di Negara Jerman selama 1 Tahun dari tanggal 1 September 2008 sampai dangan 31 Agustus 2009 yang difokuskan pada masalah Human Resource Management. Pelatihan yang kami ikuti ini terbagi dalam beberapa tahapan yaitu pelatihan bahasa Jerman (untuk memudahkan komunikasi), internship di perusahaan / institusi di Jerman, teori manajemen (di salah satu Universitas di Jerman), seminar dan presentasi. Penyelenggaraan pelatihan dilakukan tidak hanya disatu tempat (kota) saja yaitu Saarbruecken (1 bulan), Mannheim (3 bulan), Kota lain (Frankfrut, Hannover) untuk internship di Kota Hannover dan terakhir di Berlin (2 minggu). Selama Internship, saya ditempatkan di sebuah Sekolah Vocational di Kota Hannover yang bernama MMBBs Berufbildende Schule (dalam Bhs Indonesia : Sekolah Kejuruan Multimedia) 3 bulan saya berada di sekolah tersebut dan banyak hal yang telah saya dapatkan selama di sana. Prinsipnya sekolah kejuruan di Negara Jerman hampir sama dengan di Indonesia, tapi yang membedakan adalah, sekolah kejuruan di Jerman siswanya adalah lulusan dari Gymnasium (kalau di Indonesia setara dengan SMA). Jadi kesimpulanya siswa sekolah kejuruan di negara Jerman dari tingkatan umur lebih tua daripada siswa SMK di Indonesia. Sedang ilmu teknik kejuruan yang dipelajari tidak berbeda jauh dengan yang dipelajari siswa di Indonesia, khususnya yang 52 MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011 saya alami (sesuai dengan bidang yang saya geluti adalah Multimedia). Teknik Multimedia di sekolah kejuruan di Negara Jerman, materi yang dipelajari hampir sama dengan kurikulum yang ada di KTSP sekolah kami, tetapi yang membedakan adalah dari segi peralatan praktek siswa, peralatan mereka sangatlah lengkap, karena Motto kepala sekolahnya adalah, jika ingin siswanya laku di dunia Industri setelah lulus nanti…..siswa harus dibekali kemampuan dan ketrampilan menggunakan alat alat sesuai standar Perusahaan. Seperti contoh di jurusan Teknik Broadcasting, mereka menggunakan alat alat sesuai standar TV komersial, seperti peralatan TV Nasional yang ada di Indonesia. ILT (International Leadership Training) Program adalah sebuah pelatihan untuk pengembangan SDM yang diselenggarakan oleh InWent (Internationale Weiterbildung und Entwiklung gGmBH. Program pelatihan yang diselenggarakan meliputi berbagai macam skil, manajemen dan bahasa terutama bahasa Jerman. InWent merupakan sebuah perusahaan non profit dibawah kementrian ekonomi Jerman (BMZ). Perusahaan ini adalah gabungan dari CDC dan CDG. Ide dasar dari dibentuknya perusahaan ini adalah bagaimana menjalin kerjasama dan perdamaian dengan bangsa lain dan sekaligus sebagai bagian dari long term marketing ala pemerintah Jerman, dimana dalam konsep mereka perusahaan ini berdampingan dengan Lembaga Keuangan Jerman (KfW dan GTZ) dan Perusahaan Konsultansi. Kami para peserta ILT dari Indone- sia, Mesir, Syiria, Libanon, Yaman, dan Negera-negara Afrika diajak ke Universitas Saarbrücken. Univ tersebut dibangun ditengah hutan, di lokasi bekas tanksi militer. Pintu gerbangnya masih sangat kental citarasa militernya, tapi bangunan di dalamnya tidak lagi. Ada banyak jurusan di sini, tapi dua yang paling diunggulkan, yaitu informatika komputer dan nano technology. Kuliah disini “hanya” € 500 per semester. Itu saja masih sering diprotes, karena katanya dulu sekolah di sini gratis sejak SD sampai kuliah. Sistem pendidikan di Jerman berbeda dengan di Indonesia. Semua anak usia 6 – 10 wajib menempuh mandatory education, semacam wajib belajar sampai tingkat SD. Setelah itu anak dengan bimbingan dan keputusan orangtua boleh memilih untuk masuk jalur akademik (Gymnasium) atau jalur vokasional, hal ini sangat tergantung kemampuan anaknya. Orangtua di sini paham betul dengan hal itu, sehingga tidak ada yang memaksakan harus masuk jalur akademik. Pada jalur vokasional mereka memang disiapkan untuk jadi pekerja di industri sesuai jurusan yang mereka pilih. Mereka sekolah sampai sampai umur 18 tahun, kemudian bekerja. Bagi anak yang berprestasi dari jalur ini dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (semacam program diploma/ahli madya di Indonesia), sehingga mereka mejadi paramedis, teknisi di industri, dll. Pada jalur akademik (hanya untuk anak-anak yang kemampuan akademisnya bagus) mereka mula-mula belajar Bahasa Inggris dan Perancis. Setelah itu mereka belajar kimia, matematika, sastra dll. Selama di sini mereka menempuh tiga kali ujian, dan mereka harus lulus untuk bisa mengikuti proses selanjutnya. Jika tidak lulus mereka dapat mengulang satu kali. Jika tidak lulus lagi mereka harus (tidak boleh nawar) kembali ke jalur vokasional. Setelah menempuh tiga kali ujian (umur 18an th) mereka bisa meneruskan ke universitas. Jurusan yang bisa dipilih tergantung nilai mereka, misalnya untuk kedokteran, hanya menerima lulusan terbaik 1 – 10! Tidak ada lagi tes masuk universitas. Kampus sudah percaya dengan hasil ujian dari sekolah sebelumnya. Kusno Hadi PROGRAM BEASISWA UNGGULAN Beasiswa Unggulan merupakan pemberian bantuan biaya pendidikan oleh pemerintah Indonesia atau pihak lain berdasarkan atas kesepakatan kersjasama kepada putera – puteri terbaik bangsa Indonesa dan mahasiswa asing terpilih. (Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2009) SASARAN PROGRAM BEASISWA UNGGULAN Beasiswa Unggulan diberikan kepada mereka yang memiliki prestasi sebagai berikut: 1. Peraih medali Olimpiade Sains/ Teknologi tingkat Nasional/ Internasional; 2. Pemenang lomba LKS (Lomba Kompetensi Siswa) Tingkat Nasional. 3. Pemenang Lomba tingkat Nasional/ Internasional, bidang Sains, Teknologi, Seni Budaya, Olahraga, dll. 4. Lulusan terbaik SMA/ MA/ SMK/ Ponpes/ Perguruan Tinggi yang diusulkan oleh Pemda (Propinsi/ Kabupaten/ Kota), Masyarakat (LSM), dan Insdustri. 5. Lulusan Cumlaude dari Perguruan Tinggi/ Sekolah Tinggi/ Akademi. 6. Penulis, Pencipta, Peneliti, Seniman, Olahragawan, dan Tokoh (P3SWOT) berprestasi. 7. Staf Pemda dan Staf Diknas dari unit- unit utama serta jajarannya. 8. Bukan Dosen (untuk reguler S1, S2, dan S3). BENTUK BEASISWA UNGGULAN 1. Biaya Hidup. 2. Biaya Pendidikan. 3. Biaya Buku. 4. Biaya Penelitian. 5. Biaya Publikasi Ilmiah. 6. Tunjangan Prestasi. 7. Tunjangan Kreativitas. 8. Bantuan Beasiswa P3SWOT. 9. Biaya Transportasi/ Tiket Pesawat. 10. Biaya Asuransi Kesehatan. 11. Biaya Kedatangan dan Kepulangan. 12. Biaya Tunjangan Awal/ Akhir Program. 13. Biaya Matrikulasi. 14. Biaya Operasional, atau 15. Biaya lainnya. JENIS BEASISWA 1. Beasiswa Jenjang DIV/ S1, S2, & S3 2. P3SWOT 3. Kreativitas Para Juara 4. Studi Lanjut Para Juara & Atlet Berprestasi 5. Beasiswa Mahasiswa Asing 6. BU – CIMB Niaga 7. Beasiswa Nusantara BU - BRI 8. Bantuan Kemitraan Alumni PERSYARATAN PROGRAM BEASISWA UNGGULAN 1. Sudah diterima di Perguruan Tinggi dengan melampirkan Letter of Acceptance 2. Surat Pernyataan sanggup mengikuti peraturan pada Program Beasiswa Unggulan 3. Mengisi data diri secara lengkap pada website Program Beasiswa Unggulan: http://www.beasiswaunggulan.kemdiknas. go.id 4. Melampirkan proposal rencana usulan, tugas akhir/ Skripsi/ Tesis/ Disertasi 5. Syarat IPK & TOEFL untuk mengikuti seleksi: UAN IPK TOEFL S\1 > 7.25 > 3.00 450 S2 > 3.25 500 S3 > 3.25 550 Isi pada form online dengan melampirkan scan Ijazah & Transkrip Nilai (untuk IPK & UAN) serta scan sertifikat TOEFL yang sudah dilegalisir. *) Apabila calon pelamar tidak memiliki sertifikat TOEFL, dapat melampirkan sertifikat TOEIC, TOEFL IBT, IELTS, dll 6. Melampirkan Sertifikat penghargaan/ prestasi 7. Usia Pendaftar diprioritaskan: a. DIV/ S1 tidak lebih dari 21 tahun b. S2 tidak lebih dari 35 tahun c. S3 tidak lebih dari 45 tahun 8. Melampirkan surat rekomendasi dari Instansi asal untuk mengikuti program Beasiswa Unggulan. 9. Membuat publikasi pada media masa nasional/ Internasional (ISR). INFORMASI LEBIH LANJUT, HUBUNGI Sekretariat Program Beasiswa Unggulan, Biro Perencanaan dan Kerja sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional | Gedung C, lantai 6. Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 | Telp. 021 5711144 (ext. 2616) | Fax. 021 5739290 | e-mail: [email protected] | http://www.beasiswaunggulan.kemdiknas.go.id DIUTAMAKAN BAGI MAHASISWA/I DOUBLE DEGREE/JOINT DEGREE BEASISWA PENELITI, PENULIS, PENCIPTA, SENIMAN, WARTAWAN DAN TOKOH Beasiswa yang ditawarkan bagi peneliti, penulis, pencipta, seniman, wartawan, olahragawan dan tokoh (P3SWOT) merupakan stimulasi bantuan beasiswa untuk lingkup nasional dan internasional dalam rangka menyiapkan para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh yang cerdas dan kompetitif sesuai dengan visi pendidikan nasional. Dengan adanya program Beasiswa Unggulan P3SWOT ini, diharapkan di akhir program akan muncul critical mass para peneliti, penulis, pencipta, seniman, olahragawan dan tokoh yang berdaya saing tinggi di masa yang akan datang. Disamping itu media yang digunakan dalam mengekspresikan hasil karya tersebut bisa dalam bentuk digital maupun non-digital. Agar pelamar P3SWOT lebih kompetitif, diharapkan melakukan kegiatan ISR (Intellectual Social Responsibility) seperti yang di maksud di atas. Hal ini dilakukan seyogyanya sebelum kegiatan P3SWOT dibiayai oleh Beasiswa Unggulan, sehingga secara moral pelamar sudah melakukan pertanggungjawaban sosial terhadap penggunaan dana yang akan diterima. Sejak tahun anggaran 2010 ini pelamar untuk PENELITI diprioritaskan bagi mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan. Sehingga diharapkan dana ini membantu penelitian studinya. Program untuk peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh, diselenggarakan untuk menghasilkan insan Indonesia yang unggul dengan mempunyai kompetensi sebagai berikut: KOMPETENSI UMUM Alumni program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh dari daerah seluruh Indonesia akan mempunyai kompetensi secara umum yaitu: a. Mampu bersaing, bertahan dengan integritas dan disiplin. b. Mampu dan berani mengambil resiko dalam bekerja. c. Mampu memimpin, memberi keteladanan, dan menjadi pengikut yang baik. d. Mampu berkomunikasi secara efektif, mendengarkan dan berbicara di depan publik dalam bahasa internasional. e. Mampu bekerja secara tim maupun mandiri. f. Mampu memahami kebhinekaan budaya nasional, global dan spiritualitas. KOMPETENSI KHUSUS Dengan bekal ilmu yang diperoleh selama pendidikan, alumni program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh, ini selain mempunyai kompetensi umum, juga menguasai kompetensi khusus yaitu: a. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya secara kreatif. b. Mampu membaca, menganalisis dan memberdayakan sumber daya yang ada secara efektif dan inovatif. c. Mampu mengembangkan dan mengimplementasikan produk unggulan daerah dan institusi tempat mereka bekerja. Untuk mendapatkan beasiswa program ini terdapat beberapa hal sebagai persyaratan yang wajib dipenuhi. Sehingga di dalam proses implementasi program ini membutuhkan suatu rangkaian proses pelaksanaan program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh. Persyaratan beasiswa program ini berbeda dengan jenis program Beasiswa Unggulan lainnya. PERSYARATAN BEASISWA UNTUK PENULIS. Program beasiswa penulis berlaku untuk pelamar yang telah menyelesaikan karya penulisan di berbagai bidang dengan prioritas pada bidang tersebut dalam Bab III. A: • Ekonomi dan keuangan fokus Pengentasan Kemiskinan • Perubahan ikilm, linkungan dan keanekaragaman hayati • Energi baru dan terbarukan, sumberdaya alam • Ketahanan dan keamanan pangan • Kesehatan, Penyakit Tropis, gizi dan obat-obatan • Pengelolaan dan Mitigasi Bencana • Integrasi Nasional dan harmonisasi sosial • Otonomi daerah dan desentralisasi • Seni dan Budaya/ Industri kreatif (culture technology) • Infrastuktur, Transportasi dan teknologi pertahanan (Satelit) • Teknologi Informasi dan komunikasi • Pembangunan Manusia dan Daya Saing Bangsa • Maritim, teknologi Maritim • Nano Teknologi. Kriteria penulis yang memenuhi syarat untuk memperoleh beasiswa program ini adalah : a. Penulis yang berprestasi menghasilkan karya tulis yang sesuai dengan bidang keahliannya b. Penulis yang kreatif, inovatif dan unggul dalam bidangnya yang ditunjukan dengan karya tulis dalam bentuk publikasi ilmiah dalam jurnal regional, nasional, internasional, dan buku c. Penulis yang telah memiliki produk dari hasil tulisannya yang sudah dipublikasikan secara nasional d. Penulis yang telah menghasilkan tulisan yang berguna bagi masyarakat dan bangsa serta di publikasikan di media massa nasional. e. Diprioritaskan penulis yang telah melakukan kegiatan ISR. Pelamar program beasiswa ini bila lolos seleksi akan mendapatkan sejumlah dana yang dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal yaitu : a. Membiayai penyelesaian penulisan buku ilmiah dan populer dan memiliki ISBN; b. Membiayai karya cipta penulisan buku yang siap diterbitkan oleh penerbit nasional; c. Membiayai kelompok penulis yang akan mengadakan bedah buku. d. Membiayai kegiatan ilmiah di dalam dan luar negeri dalam rangka penulisan karya ilmiah, ilmiah praktis dan karya lainnya secara nasional dan internasional. e. Membiayai penulisan naskah kuno, alih bahasa naskah kuno, dan manuskript. f. Membiayai kegiatan yang berkaitan dengan hasil karya tulisnya. INFO LENGKAP Sekretariat Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270. Telp. 021-5711144 (Ext. 2616) Fax. 021-5739290 | Email: [email protected] | Website: www.beasiswaunggulan.kemdiknas.go.id