cerminan pendidikan nasional

advertisement
EDISI: 001 | TH-I | VOLUME: 1 | 2011
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TIMUR
PENDIDIK KREATIF, INOVATIF
CERMINAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Cara Jitu Tingkatkan
Kualitas Pendidik (1)
Pada edisi ini dibahas
tentang cara pertama,
yaituKurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)
MAJALAH INI DAPAT DIPEROLEH DI L.P.M.P JATIM
Erin Gruwell
Menulis
Menjadikan
Diri Kita
Abadi
REMEMBER
THE WORLD IS FLAT NOW
What do we need?
Do we need Global Quality Teacher & Global Education?
What strategy must we do to introduce, create & develop it?
Oops, I have some
ideas, Let’s join
some programs,
workshops or
courses which not
only talk but also
implement these
things
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
International Experience in Education
Valuing Study Abroad in Teacher Education
Student Teaching Abroad
Adopt and Achieve Global Standard
Internationalizing Teacher Education for Global Arena
Short-term International Teaching Experiences Providing A Key to Global Classroom
Creating Global Competent Teachers and Teacher Educators for Twenty-first Century
Globalization and The Preparation of Quality Teachers
Supporting International Teacher Education Programs
Bridging The Gap between The Traditional and A Global Curriculum
Going Global, A Requirement for The 21ST Century
Learning through m-education.net and e-dukasi.net
or another Global Education Programs
SO PEOPLE, WHAT DO YOU THINK?
HOPEFULLY, THOSE OPEN OUR MIND AND GIVE US NEW PERSPECTIVE
START BEING GLOBAL
DON’T BE THE LAST
salamredaksi
Profesionalisme guru
Menuju Indonesia Cerdas
LPMP memiliki tugas untuk membantu pemerintah daerah dalam
bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis
kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
nonformal dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan
pendidikan untuk mencapai standart nasional pendidikan.
alam rangka unit penyokong
visi pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan, maka
LPMP mengacu pada UndangUndang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sudah
jelas dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional yang selanjutnya wajib memenuhi kualifikasi, kompetensi, dan memiliki sertifikat pendidik.
Berdasar pada aturan tersebut, salah satu
program nasional dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru
agar dapat sejahtera, bermartabat
dan profesional melalui program
sertifikasi guru. Menurut pasal 82
ayat 2 Undang-Undang Nomor 20
tentang Sistem Pendidikan Nasional,
konsep sertifikasi guru dan dosen
terbagi atas 2 hal, antara lain;
Pertama, sertifikasi guru yang
merupakan salah satu alat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan
profesionalisme guru
Kedua, tunjangan profesi pendidik diberikan kepada guru dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan martabat guru serta guru dapat melaksanakan pengembangan
keprofesian berkelanjutan
Pada Inpres Nomor 1 Tahun 2010, pemerintah menyatakan bahwa ada 4 program
yang harus segera direalisasikan oleh setiap
pendidik. Program pertama yakni, program
peningkatan metodologi dan kurikulum. Aplikasi yang ingin dicapai yakni menyempurnakan kurikulum dan metode pembelajaran
aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya saing dan karakter
bangsa.
Program kedua yakni program pengelolaan sekolah. Aplikasi yang diterapkan yakni
meningkatkan kompetensi kepala dan pengawas sekolah jenjang pendidikan dasar
dan menengah.
Program ketiga yakni program peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan. Program terakhir yakni program peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan
pendidikan. Kegiatan yang direalisasikan
yakni penerapan pembelajaran berbasis TIK
di sekolah.
Selain mengacu pada undang-undang
yang berlaku, LPMP juga menyiapkan beberapa program untuk peningkatan profesi
pendidik di Jawa Timur. Program tersebut
antara lain seperti, seleksi calon kepala seko-
lah /pengawas / guru, seleksi calon kepala
sekolah/ pengawas / guru berprestasi, evaluasi diri sekolah /pemetaan sekolah.
Begitu juga dengan program pemetaan
kompetensi guru/kepala sekolah/pengawas,
seleksi penerimaan peserta didik baru/penerimaan siswa baru RSBI, diklat terakreditasi
guru/kepala sekolah/pengawas, diklat prajabatan, diklat ICT dan multimedia pembelajaran.
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, tentang
jabatan fungsional guru dan angka kredit-
nya. Yang dimaksud dengan Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung
jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
diduduki oleh pegawai negeri sipil.
Sedangkan jenjang jabatan fungsional
guru dibagi atas 4 bagian yakni, guru pertama, guru muda, guru madya, dan guru
utama. Oleh karena itu, setiap jenjang jabatan fungsional guru juga memiliki kewajiban
yang berbeda-beda.
Secara umum, kewajiban guru antara lain
seperti merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/bimbingan yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/bimbingan
serta melaksanakan pembelajaran/
perbaikan dan pengayaan, mampu
meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Selain itu terdapat pula penunjang tugas guru antara lain kegiatan
membimbing siswa dalam praktik
kerja nyata/praktek industri/ekstrakulikuler, menjadi organisasi profesi/kepramukaan, menjadi tim penilai
angka kredit, menjadi tutor/pelatih/
instruktur.
Sedangkan pada bidang pengembangan keprofesian berkelanjutan,
beberapa kegiatan yang wajib diikuti
oleh pendidik meliputi pengembangan diri
melalui diklat fungsional, dan kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan
keprofesian guru. Selain itu, setiap guru juga
dituntut untuk mampu menerbitkan publikasi
ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, seperti
publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru.
Dengan peningkatan Tunjangan Profesi
Pendidik, setiap guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya dengan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (CPD).
tim Penyusun:
Dahat Agus Hermawan, SH, MM | Dra, Sri Utami | Wahyu Nugroho | Riyanto | Setyorini
| Kusnohadi | Dian Kusumadewi | Candra Padmasvasti | Rizal Hasan | Siska Prestiwati
Wibisono | Diah Yamani | Bagus Priambodo
Penanggung jawab: Salamun, Ph.D.
Redaktur: M. Toni Satria D, ST
editor: Setyo Prawoto, SH, MM
alamat Redaksi:
Jl. Ketintang Wiyata [belakang Unesa] | Tlp. 031 8290243 | http://www.lpmp-jatim.org
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
1
daFtarisi
3. laPoRan utama
Pendidik Kreatif, Inovatif
Cerminan Pendidikan Nasional
5. Jurus Baru Mendongkrak
Kualitas Pendidikan Kita
7. LPMP Jatim Pacu Prestasi
Pendidik Melalui CPD
8. Salam kenal
Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan
(CPD / P2KB)
11. uPaya
telepresence: Alat Ajaib bagi
Peningkatan Kinerja 30 LPMP seIndonesia
12. caRa Jitu tingkatkan kualitaS
PenDiDik (1)
Diklat Mentor KTSP
13. global connection
Belajar Mengenal dan
Menghargai Budaya Negara
Lain
14. kata maHaSiSWa
Strategi komparatif:
Mengatasi Ketertinggalan
Sistem Pendidikan di
Indonesia
18. inteRnaSional
APA YANG BERBEDA DI
FINLANDIA?
22. global connection
Kirim Guru Ke Luar Negeri
Harus dengan Bekal
23. Rana
Si ”Anak Hilang”
Pengungsi yang Berhasil Membangun
Sekolah Menengah
26. ceRmin
Perbaiki Perilaku melalui
Pendidikan Karakter
29. SeRtiFikaSi
Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
31. teRoboSan
ICT, Sarana Pengembangan
Profesionalisme Guru
33. SuPlemen
Tingkatkan Profesionalisme
Guru Melalui Tulisan
Siswa-siswi di Finlandia memiliki hasil
nilai akademis tertinggi di banding
negara lain
34.
SofieBeatrix:
19. DeRaP motivaSi
Menengok Standard
Profesional Guru di Inggris
36. FlaSHback
Gratis! dengan Manajemen
DOA
20. Menyoal Pembaharuan
Sertifikat Pendidik
38. ReFReSH
Pendidikan Seks Perlukah?
Kalau Dunia Ingin Tahu Anda, Tulislah!
40. JatimeyeS
Royalti untuk Yatim:
Berharap Mandiri, Terbitkan Buku KAYA
Al Madina, Panti Asuhan
Berbasis Riset: Gedung Mewah,
Sarana Prasarana Standar Internasional
42. inPut
Kios Koran Unik di Perumahan
Sidokare Indah, Sidoarjo:
Andalkan Kejujuran Jual Koran Tanpa
Dijaga
43. iPtek
BLOKIR SITUS:
Dengan “eSCAN” Internet Security Suite
45. PeRPuStakaan
Program Kerja Pengembangan
Perpustakaan Lpmp Jawa
Timur
46.
Menciptakan Perpustakaan
Berkelas Dunia:
Untuk Mencapai Hasil yang Lebih Baik
48.
Membenahi Perpustakaan
Sekolah
49. SoSok
Erin Gruwell:
Mennulis Menjadikan Diri Kita Abadi
IngIn TAHu LeBIH JAuH TenTAng eDs/MsPD?
simak Majalah MeDian edisi selanjutnya
Wawancara khusus dengan sugito, se, MM [Kepala Seksi PMS LPMP Jawa Timur]
2
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
laporanutama
Pendidik Kreatif, Inovatif
Cerminan Pendidikan Nasional
Menjadi tenaga pendidik ternyata tidak hanya
disibukkan dengan rutinitas hal yang bersifat
akademis saja, tetapi juga dituntut untuk
mengembangkan diri sehingga menjadi pribadi
yang kreatif dan inovatif. Pentingnya menanamkan
komitmen pada pendidik untuk selalu berpartisipasi
dalam segala kegiatan pendidikan, merupakan salah
satu tuntutan yang harus segera diterapkan oleh
setiap pendidik.
Salamun Ph.D
 Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur
Hal tersebut dikuatkan dan tercantum
juga pada Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tepatnya pada pasal 1 ayat
6, yang berbunyi pendidik merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Selain itu, pada pasal 39 ayat 2
UU Nomor 20/2003 dijelaskan bahwa
hendaknya setiap tenaga pendidik mampu merencanakan
dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Tidak hanya mampu membuat perencanaan saja, setiap
pendidik
harus
memiliki kualifikasi minimum
dan sertifikasi
sesuai
dengan jenj a n g
k e -
wenangan mengajar, sehat jasmani
dan rohani dan memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kepala Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) Jatim, Salamun
Ph.D mengatakan bahwa setiap pendidik harus mampu menyampaikan
materi pengajaran, selain itu dapat
membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
“Tugas pendidik seperti itu tegas
tertulis pada pasal 1 ayat 1 UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,” pungkasnya.
Dilanjutkan kembali apabila setiap
pendidik tidak mampu menerapkan
apa yang disampaikan pada undangundang tersebut setiap pendidik dapat dikenai beberapa sanksi. Sanksi
yang diberikan juga sesuai dengan
undang-undang yang berlaku, seperti
pada pasal 64 hingga 70 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Apabila setiap pendidik mampu
menerapkan apa yang tertulis pada
undang-undang, maka pendidik wajib mendapatkan penghargaan/reward. Pemberian penghargaan tersebut sudah menjadi sebuah kewajiban
yang patut diterima oleh setiap pendidik, bentuk penghargaan tersebut
bermacam-macam misalnya seperti
gaji atau penghasilan.
Gaji merupakan hak yang diterima
oleh guru atau dosen atas penghargaan
atas pekerjaan dari penyelenggaraan
pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk financial secara berkala. Sedangkan penghasilan merupakan hak
yang diterima oleh guru atau dosen
dalam bentuk financial sebagai imbalan
melaksanakan tugas keprofesio­
nalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan
atas dasar prestasi dan
mencerminkan
martabat guru atau dosen
sebagai pendidik profesional.
Lanjut Salamun bahwa ada beberapa prinsip-prinsip profesionalitas
yang harus dimiliki oleh setiap
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
3
laporanutama
pendidik. Beberapa prinsip tersebut antara lain, memiliki bakat, minat, panggilan jiwa serta idealisme.
Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan berakhlaq mulia.
Disamping itu, setiap pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
latar belakang sesuai dengan bidang
tugasnya. Yang paling penting adalah harus memiliki kompetensi serta
memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya. “Itulah beberapa prinsip
profesionalitas yang harus dimiliki oleh
setiap pendidik. Hal tersebut benar-benar
ditanamkan pada benak mereka masingmasing,” tegasnya. Ketika prinsip profesionalitas mampu dipahami maka secara
berkelanjutan proses pengembangan
profesi guru juga berjalan sesuai dengan
yang diharapkan oleh Negara.
Dalam hal ini, pengembangan
profesi guru diselenggarakan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Demikian juga dengan pengembangan profesi, setiap guru juga wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, serta sertifikasi pendidik.
Kompetensi guru yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
HAK DAN KEWAJIBAN PENDIDIK
Dalam pasal 14 Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, hak dan kewajiban pendidik juga diatur oleh Negara. Beberapa hak dan kewajiban yang
harus dipatuhi oleh pendidik antara
lain, hak memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja,
memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas ke-
kayaan intelektual.
Selain itu, pendidik juga berhak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. memperoleh dan
memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan, memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademiki dan kompetensi, memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Hak untuk mendapatkan kebebasan
dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, memberikan
penghargaan dan sanksi kepada peserta
didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru dan peraturan perundangundangan, memperoleh rasa aman dan
jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas, memiliki kebebasan untuk
berserikat dalam organisasi profesi, serta
memiliki kesempatan untuk berperan
dalam penentuan kebijakan pendidikan
Sedangkan kewajiban pendidik, juga
diatur dalam pasal 20 Undang-Undang
Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Ada 5 kewajiban yang harus
dipatuhi oleh pendidik dalam menjalankan sistem pendidikan nasional.
Kewajiban tersebut antara lain, merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
Disamping itu, kewajiban yang
wajib dipenuhi oleh pendidik adalah
bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran.
Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru serta nilai-nilai agama dan
etika, serta memelihara dan menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa.
INDIKATOR GURU PROFESIONAL
Tidak hanya mematuhi hak dan ke-
 Salamun Ph.D, Kepala LPMP Jatim.
4
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
wajiban pendidik, guru juga dituntut
menjadi tenaga ahli yang profesional
dibidangnya. Hal tersebut dirasa
perlu karena sebagai seorang guru,
memiliki peran yang sangat penting
bagi setiap peserta didik. Untuk itulah guru juga harus diwajibkan menjadi tenaga yang profesional.
Beberapa indikator menjadi guru
profesional antara lain, menguasai
kompetensi yang diisyaratkan, serius melaksanakan tugas profesinya,
bangga dengan profesinya, selalu
menjaga dan berupaya meningkatkan
kompetensinya. Bekerja bersungguhsungguh tanpa harus diawasi, dirindukan oleh peserta didik, menjaga
nama baik profesi, bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Dengan indikator-indikator tersebut diharapkan setiap guru mampu
mengembangkan dirinya dan kemudian mampu mendapatkan penghargaan
atas usaha dan prestasinya melalui
tunjungan profesi. Dengan pemberian
tunjangan profesi, maka akan memberi
dampak positif bagi para setiap guru.
Beberapa dampak positif tersebut
antara lain, dapat meringankan beban hidup sehari-hari, serta mampu
meningkatkan pemenuhan pangan,
sandang, dan papan dikalangan
guru dan keluarganya. Selain itu terpenuhinya peningkatan kebutuhan
transportasi dan penampilan rumah
tangga, namun pemenuhan tersebut
masih dalam batas-batas kewajaran,
tidak boros dan tidak berlebihan.
Dengan pemberian tunjangan profesi pendidik setiap pendidik memiliki banyak harapan, salah satunya
yakni pembelian barang-barang yang
mendukung profesionalisme guru
untuk menunjang tugasnya.
Dengan kelengkapan sarana dan
prasarana penunjang tersebut maka
guru menjadi bertambah rajin mengajar, makin fokus memperhatikan
siswa, makin bervariasi dalam menyajikan bahan pelajaran, bahkan semakin menarik dalam penyampaian
pelajaran sehingga mendapat respon
positif dari siswa dan berpengaruh
positif terhadap proses pembelajaran
di sekolah.
Kewajiban pendidik adalah bertindak objektif dan tidak
diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta
didik dalam pembelajaran. Menjunjung tinggi peraturan
perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta
nilai-nilai agama dan etika, serta memelihara dan
menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa.
reportase
Jurus Baru Mendongkrak
Kualitas Pendidikan Kita
 partisipasi aktif kepala Daerah sanGat Menentukan
aJaH dan prilaku dunia pendidikan Jawa Timur
bakal diubah di tahun 2011. Itulah tekad dan
niat LPMP Jatim (Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan Jawa Timur). Targetnya para kepala
daerah diajak berpartisipasi aktif. Para tenaga pendidik di 38
Kabupaten/Kota bakal diajari ‘melek’ teknologi telepresence.
Manuver dan strategi apa yang bakal dilakukan? Berikut
wawancara dengan Salamun Ph.D, Kepala LPMP Jatim.
Di tahun 2011, langkah apa yang
akan dilakukan untuk percepatan
mutu pendidikan?
Sebenarnya kita sudah memiliki
banyak sekali program. Diantaranya
adalah program-program fasilitasi LPMP Jatim, yang sudah kita
laksanakan. Namun kami menyadari
bahwa pelaksanaan otonomi daerah
itu menjadi tantangan tersendiri
bagi kami. Semua urusan, termasuk
dunia pendidikan di masing-masing
daerah keputusan finalnya ada di
tangan kepala daerah yakni bupati dan walikota. Karenanya LPMP
termasuk saya akan melakukan road
show ke semua daerah di Jatim untuk
mengkampanyekan percepatan mutu
pendidikan sesuai standar nasional
pendidikan. Kami akan sowan ke
bupati atau walikota.
Konkritnya bagaimana?
Kami akan terus melakukan approach (pendekatan) kepada semua
kepala daerah untuk kita ajak
partisipasi aktif dalam percepatan
mutu pendidikan. Ini mengacu pada
Instruksi Presiden No.1 Tahun 2010
tentang Percepatan Peningkatan
Mutu Pendidik dan Permendiknas
No. 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan. Responsnya
sejauh ini sudah bagus. Buktinya
sejak Februari 2010 lalu kita ada
MoU (Memorandum of Understanding) dengan Dinas Pendidikan di
36 Kabupaten/Kota yang diketahui
oleh bupati dan walikota, sementara
untuk LPMP diketahui oleh Dirjen
PMPTK. Hanya 2 daerah yang kebetulan tidak bersama kami karena
sudah deal dengan pihak lain, yakni
Kota Blitar dan Trenggalek.
Tentunya, ini semua belum cukup
untuk menjamin peningkatan mutu
pendidikan. Yang paling kami harapkan adalah partisipasi kebijakan. Karena otonomi daerah mengamanatkan semua kebijakan ada di tangan
kepala daerah. Kebijakan itu macammacam, semisal pengangkatan guru
harus melalui seleksi sesuai standar
dan lain-lain yang ada hubungannya
dengan dunia pendidikan. Karena
kami melihat di beberapa daerah ada
sebuah proses yang tidak melalui
standarisasi, ke depan, itu tentu tidak
baik bagi mutu pendidikan.
Partisipasi lain yang kami harapkan dari kepala daerah adalah
kebijakan mengenai anggaran untuk
dunia pendidikan. Biayanya tidak
terlalu besar bagi pemerintah daerah.
Tinggal ada kemauan atau tidak,
kalau semua Kab-Kota menganggarkan program peningkatan mutu
pendidikan khususnya diklat guru,
kepala sekolah dan pengawas, maka
Jawa Timur akan cepat sekali meraih
prestasi dalam peningkatan mutu
pendidikan di semua jenjang.
Bapak yakin ini akan berhasil?
Sangat yakin. Insya Allah. Kami
juga memiliki hubungan yang bagus
dengan semua kepala dinas pendidikan di Jawa Timur dan sudah ada
hasilnya di tahun 2010. Mudah-mudahan lebih baik lagi.
Dengan kata lain, semua tidak akan
jalan tanpa melibatkan kebijakan
lokal?
Betul! Karena itu kami menaruh
harapan besar kepada para kepala
daerah untuk sama-sama meningkatkan mutu pendidikan ini. Dengan
kuatnya mutu para pendidik, maka
mutu dari para siswa yang dididik
juga akan ikut meningkat. Nah, tinggal sekarang bagaimana caranya?
Program sudah ada tinggal dijalankan saja. Dan kami di LPMP sudah
sangat siap, termasuk SDM kami
dan infrastrukturnya. Pendek kata,
kewenangan penuh ada di bupati
atau walikota. Kami LPMP hanya
merekomendasikan saja dan siap
memfasilitasi.
Secara nasional, peringkat pendidikan di Jatim bagaimana?
Kalau bicara nasional, Jatim
peringkatnya sudah di atas ratarata. Tapi masih ada propinsi lain
yang di atas kita. Karena itu harus
kita tingkatkan. Salah satu caranya
adalah meningkatkan mutu para
guru atau pendidik. LPMP tidak
bisa melakukan sendiri, harus ada
keikutsertaan daerah. Karena daerah
yang punya guru-guru itu. Saat ini,
untuk sementara acuan kita melihat
kualitas guru atau pendidik adalah
hasil Ujian Nasional (Unas) siswa.
Kalau di daerah itu tingkat kelulusan
100 persen maka baik mutu pendidikannya. Sebaliknya kalau tidak maka
perlu dipertanyakan. Saat ini nilai
kita 65. Kita akan genjot supaya bisa
ke angka 80.
Selama ini ada kendala apa saja?
Yang namanya kendala tentu saja
ada. Salah satunya karena wilayah
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
5
reportase
di Jawa Timur ini sangat luas dan
gurunya banyak. Di Jatim saat ini
tercatat ada 606 ribu guru (TK, SD,
SMP, SMA Negeri dan Swasta).
Seperti yang saya katakan, dampak
otonomi daerah mengubah wajah
dunia pendidikan kita. Contohnya
terlalu banyak guru, maka ada proses
belajar mengajar yang tidak sesuai
standar nasional pendidikan. Ada di
Jatim ini yang satu kelas SD 1 guru
mengajar 12 siswa, padahal rasional
1 guru mengajar 24 siswa. Bahkan di
Surabaya ada yang 1 guru mengajar
40 siswa.
Kok bisa sampai demikian ya?
Faktanya memang ada yang begitu. Namun itu bukan menghambat
malah memacu kreativitas kita untuk
bagaimana program percepatan
mutu pendidikan ini bisa berjalan
lancar. Karena itu di tahun 2011 ini,
kami berencana untuk menempatkan telepresence di 38 kabupaten/
kota di Jatim. Ini supaya komunikasi
dengan para pendidik di daerah lebih
efektif dan efisien, khususnya dalam
anggaran. Dan untuk ini kami juga
akan melibatkan pemerintah daerah
di Jawa Timur untuk berpartisipasi.
Karena untuk kompetensi SDM di
Jatim memang membutuhkan alat ini
untuk best practise.
Mahal nggak? Berapa yang harus
dikeluarkan pemerintah daerah?
Untuk keseluruhan di Jatim, besarnya biaya kira-kira Rp 2,6 miliar.
 Salamun Ph.D, Kepala LPMP Jatim.
6
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
Server utama di LPMP Jatim itu
harganya sekitar Rp 1 miliar. Kemudian pemancar dan alat-alat lainnya
yang ditempatkan di masing-masing
kabupaten/kota harganya kira-kira
Rp 120 juta per unit per kabupaten/
kota. Nanti Pemda hanya perawatan
dan pemeliharaaan saja. Kita kan
sudah coba di LPMP Jatim saat gelar
telepresence dengan wakil menteri
pendidikan Prof. dr, Fasli Jalal dan
LPMP seluruh Indonesia. Hasilnya
bagus.
Ini model pendidikan jarak jauh.
Target kita, setelah 38 kabupaten/kota
sudah ada, kecamatan-kecamatan di
masing-masing daerah juga harus
dilengkapi instrumen serupa. Idealnya memang harus ada. Mungkin 10
tahun ke depan realisasi di kecamatan bisa dilakukan. Tapi itu semua
kembali kepada kebijakan masingmasing daerah.
Kalau ini jalan, akan terjadi paradigma baru ya?
Iya. Biar cepat itu intinya. Sekarang ini kita mau lamban atau cepat?
Buat pemda, nilai itu tentu sangat kecil, tapi besar bagi yang tidak peduli.
Namun saya yakin akan direspons
baik oleh pemda-pemda di Jatim.
Karena manfaatnya sangat bagus, itu
sudah jelas.
Dari semua itu, partisipasi paling
penting apa yang diharapkan dari
kepala daerah?
Otonomi daerah sudah terjadi dan
kewenangan mutlak ada di tangan
bupati/walikota. Harapan kami ke
depan, ada sebuah Perda (peraturan daerah) khusus pendidikan.
Yakni menata agar semua rata. Yang
wilayahnya kelebihan guru (biasanya
di kota) pindahkan ke daerah yang
kurang (pinggiran). Tentunya harus
ada tunjangan lebih agar mereka mau
dan bisa diprioritaskan ikut sertifikasi sehingga bisa dapat 3 kali gaji
pokok. Setiap SD harus ada 6 kelas
yang terdiri dari 1 guru agama, 1
guru olah raga, dan 1 kepala sekolah
sehingga totalnya 9 guru. Karena saat
ini masih ada SD yang total gurunya
hanya 5 atau 6.
Untuk rekrutmen guru dan
kepala sekolah harus melalui seleksi
kompetensi. Untuk guru kalau lulus
bisa ikuti program induksi (magang)
1 tahun didampingi guru senior.
Setelah 1 tahun lulus magang ikut
pra jabatan. Ini sesuai dengan PP 74
Tahun 2008.
Untuk kepala sekolah juga harus
melalui tes materi umum/psikologi
dulu. Kalau lulus bisa ikut diklat 100
jam pelajaran. Setelah lulus magang
3 bulan baru bisa dapat sertifikat.
Ini mengacu pada Permendiknas No
28 Tahun 2010 tentang Persyaratan
Calon Kepala Sekolah.
Kalau semuanya sudah tertata
dengan baik, mutu pendidikan kita
akan baik juga. Karenanya peran dari
masing-masing kepala daerah sangat
dibutuhkan untuk ikut memajukan
dunia pendidikan kita.Rizal Hasan
laporanutama
LPMP Jatim Pacu Prestasi
Pendidik Melalui CPD
Sudah menjadi tugas Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) memperbaiki mutu dan kualitas
pendidikan nasional. Hal tersebut tercantum tegas
melalui PP. 19 tahun 2005 Pasal 1 ayat (24)
Salamun Ph.D
 Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur
LPMP adalah Unit Pelayanan Teknis
(UPT) Departemen yang berkedudukan
di provinsi mempunyai tugas membantu Pemerintah Daerah (Pemda) dalam
bentuk supervisi, bimbingan, arahan,
saran dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan non formal dalam
berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai Standar
Nasional Pendidikan.
Berdasarkan peraturan tertulis tersebut, kiranya LPMP Jatim memiliki tanggung jawab kepada seluruh pendidik
di Jawa Timur. Berbagai cara dilakukan LPMP Jatim untuk meningkatkan
prestasi pendidik di Jatim, salah satu
inovasi LPMP Jatim yakni dengan penerapan program Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, atau yang
dikenal dengan istilah Continuous Professional Development (CPD).
Pengembangan
Profesionalisme
Ber­kelanjutan atau Continuous Professional Development (CPD) merupakan
konsep di mana setiap individu pendidik berupaya melakukan peningkatan kualitas keterampilan dan pengetahuan professional mereka dari
standar yang telah ditetapkan dalam
menjalankan tugasnya. Konsep tersebut menekankan pada guru sendiri
agar lebih proaktif dan kreatif.
Selain itu, konsep tersebut disiapkan untuk meningkatkan pengetahuan profesional dan perbaikan keterampilan profesional yang secara
sadar dilakukan terus-menerus dan
berkesinambungan sepanjang hayat
seorang guru. Dengan cara seperti itu,
diharapkan guru dapat bertanggung
jawab terhadap perkembangan karir
jangka panjangnya, dibawah naungan
kepala sekolah tempatnya mengajar.
Pengembangan keprofesionalisme
berkelanjutan meliputi pengembangan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap pada dimensi-dimensi
kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Cara yang dilakukan untuk mengaplikasikan pengembangan keprofesionalisme berkelanjutan yakni dengan
pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan karya inovatif.
Untuk kegiatan pengembangan
diri bisa dilakukan dengan diklat
fungsional, serta kegiatan kolektif
guru yang meningkatkan kompetensi
dan keprofesian guru. Sedangkan
pada kegiatan publikasi ilmiah melalui hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal,
publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan, dan pedoman guru.
Selain itu, untuk kegiatan karya
inovatif dapat dilakukan dengan
melakukan penemuan teknologi tepat
guna, menciptakan karya seni, membuat dan memodifikasi alat pelajaran/
peraga/praktikum serta mengikuti
pengembangan penyusunan standar,
pedoman dan sejenisnya.
Pengembangan profesionalis­me ber­­­
ke­lanjutan merupakan pe­ngem­bang­an
kompetensi guru yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan bertahap,
berkelajutan dan dapat meningkatkan
profesionalitasnya. Salah satu cara yang
paling efisien untuk meningkatkan
profesionalisme berkelanjutan yakni
dengan melaksanakan pengembangan
diri berdasarkan angka kredit.
Sebagai bahan perhitungan, bahwa
setiap pendidik memiliki tanggung
jawab atas kredit yang sudah dilaksanakannya. Misalnya, setiap pendidik yang sudah mengikuti diklat
selama 30 hingga 80 Jam, akan mendapatkan 1 angka kredit. Sedang yang
sudah melaksanakan selama 81 hingga 180 Jam, maka akan mendapatkan
2 angka kredit. Untuk yang sudah
melewati 181 hingga 480 Jam, maka
mendapatkan 3 angka kredit
Begitu juga dengan pendidik yang
sudah mengikuti diklat selama 481
hingga 640 Jam, maka berhak mendapatkan 6 angka kredit. Tidak hanya
itu saja, pendidik yang sudah melaksanakannya selama 641 hingga 960
Jam, wajib menerima 9 angka kredit.
Sedang yang paling banyak mendapat angka kredit, yakni pendidik yang
sudah mengikuti lebih dari 960 Jam,
pendidik tersebut akan mendapatkan
15 angka kredit.
Sebagai contoh, Jika seorang guru
yang sudah bersertifikat pendidik dan
memperoleh tunjangan profesi sebesar Rp 24 juta, dan memiliki golongan
IIIa serta memiliki kewajiban melaksanakan tugas untuk mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan.
Maka dana tunjangan profesi yang
harus disisihkan minimal 10% yakni
sekitar Rp 2,4 juta.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (Perpenpan) dan Reformasi
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
7
laporanutama
Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, pasal 17 yakni
setiap guru pertama yang berpangkat penata
muda, golongan IIIa yang akan naik pangkat menjadi guru pertama, berpangkat penata
muda tingkat I golongan IIIb wajib memiliki
paling sedikit 3 angka kredit dari sub unsur pengembangan diri.
Unsur pengembangan diri yang dimaksud
yakni dengan mengikuti kegiatan diklat fungsional yang lamanya sekitar 80 jam pelajaran
dengan asumsi 1 hari ditempuh 10 jam pelajaran dengan biaya Rp 100 ribu. Maka biaya 8 hari
yakni Rp 800 ribu dan orang yang bersangkutan
memiliki nilai 76 dengan kriteria baik. Dengan
begitu, angka kredit yang dihasilkan berdasarkan perhitungan tersebut yakni mendapatkan 1
angka kredit.
Maka setiap guru profesional yang menyediakan tunjangan dana profesi pendidik sebanyak
10% dari tunjangan profesi yang diterima dalam
1 tahun untuk disisihkan sebesar Rp 2,4 juta dan
mengikuti 3 kali kegiatan diklat fungsional selama
80 jam pelajaran serta lulus dengan nilai 76 akan
mendapatkan angka kredit minimal 3 point.
Jika memperhatikan contoh tersebut, maka
penyediaan tunjangan profesi pendidik sebesar
10% untuk melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan sangat kurang karena hanya
untuk memenuhi kredit minimal saja. Padahal mengikuti semakin banyak diklat dengan
tujuan mengembangkan profesionalismenya
secara berkelanjutan memiliki manfaat yang
besar sekali bagi peningkatan mutu pendidikan karena bukan hanya semata-mata untuk
pemenuhan angka kredit saja. Berangkat dari
ilustrasi di atas, kiranya penting sekali program
Pengembangan Profesionalisme berkelanjutan
tersebut diterapkan. Diharapkan dengan dilaksanakan program tersebut setiap pendidik
mampu meningkatkan kompetensinya yang
manfaatnya akan dirasakan pula oleh siswa/
peserta didik .
Jika guru yang diangkat oleh Pemerintah
atau pemerintah daerah tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal
20 Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen maka dikenai sanksi berupa
teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak guru, penurunan pangkat, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian
dengan tidak hormat seperti yang ada di pasal
77 ayat 2 undang-undang ini
Ini berkaitan erat pula dengan guru yang
tidak dapat memenuhi kualifikasi akademik,
kompetensi dan sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2, dalam jangka waktu 10 tahun seperti yang ditentukan dalam pasal 82 ayat 2 Undang-undang Nomor 14
tahun 2005 tersebut. Maka yang bersangkutan
kehilangan hak untuk mendapatkan tunjangan
fungsional atau subsidi fungsional dan maslahat tambahan.
8
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
salamkenal
Pengembangan
Pendidikan
Keprofesian
Berkelanjutan
(CPD / P2KB)
 Oleh: Jenny Johnson
[ mencontohkan CPD di bidang pendidikan
guru bahasa Inggris ]
enurut hemat saya, ada banyak kesamaan
antara Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan dengan cara kita dalam belajar
sehari hari’ Saya ragu jika banyak orang akan
mengatakan bahwa belajar sepanjang hidup
kita bukan merupakan hal yang baik untuk
dimiliki. Namun, sepanjang perjalanan CPD /
P2KB (Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan), saya prihatin melihat banyak guru-guru yang sudah merasa puas dengan apa yang sudah mereka lakukan, sekedar
menjalankan pekerjaannya tanpa ada upaya untuk mengembangkan kemampuannya. Di samping itu, ada juga guru-guru yang
berusaha secara aktif untuk menambah kemampuan serta pengetahuan mereka sendiri dan melakukannya diluar jam kerja.
Kebanyakan dari kita berada ditengah-tengah, kita ingin
mengembangkan tingkat keprofesionalan tanpa mengganggu jam
kerja. Dengan begitu kita akan mampu menemukan saat yang kita
perlukan dalam waktu kerja kita untuk dapat belajar dan mengembangkan potensi yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan
kita.
Baru-baru ini saya melakukan riset untuk sebuah konferensi
dengan kuestioner yang dikirim melalui email kepada guru-guru
yang sudah berpengalaman dalam mengajar, untuk mengetahui
tentang CPD / P2KB mereka. Dari 34 orang guru yang memberikan
responnya, kebanyakan telah bekerja selama lebih dari 10 tahun
pada lembaga swasta di bidang pendidikan bahasa, universitas
dan sekolah-sekolah lainnya. Salah satu dari pertanyaan dalam
kuestioner itu bertanya apakah mereka merasa CPD / P2KB mereka
baik, cukup, kurang atau tidak ada; lebih dari setengahnya merasa
bahwa CPD / P2KB mereka baik dan cukup. Pertanyaan lainnya
tentang aktifitas apa yang mereka lakukan untuk menjaga CPD /
P2KB mereka. Saya juga bertanya aktifitas apa yang baik dilakukan
jika mereka merasa CPD/ P3KB mereka kurang.
Berikut ini adalah cara-caranya:
 Para Ahli
 Membaca secara individu
Cara lain untuk belajar adalah membaca dari berbagai sumber di waktu luang. Termasuk membaca artikel
dari internet, jurnal atau buku—mungkin ketiga sumber
itu mahal atau sulit didapat di negara tertentu.
 Kelompok membaca
Membaca dapat dilakukan sendiri lalu menuangkannya bersama di forum diskusi. Tentukan buku mana
yang dibaca lalu diskusikan tentang isi buku tsb bersama dengan guru lain. Banyak manfaat yang bisa diraih
dengan berdiskusi.
 Riset Terprogram
Ada banyak hal yang harus dipelajari melalui apa
yang dapat diberikan oleh para praktisi yang ahli dan
berpengalaman dalam bidang ELT, dengan menghadiri
beberapa sesi dari konferensi-konferensi yang mereka
selenggarakan, jika anda beruntung anda dapat berdiskusi langsung dengan mereka. Membaca artikel atau
buku yang ditulis oleh pakarnya dan berpartisipasi di
acara online atau blog yang mengundang para ahli adalah jalan pintas untuk belajar jika tidak ada pakar yang
tersedia di tempat anda berada.
Anda termasuk beruntung jika mempunyai atasan
yang peduli dengan permasalahan yang timbul di sekolah atau institusi tempat anda mengajar lalu memberikan
anda waktu untuk mencari pemecahan masalah dengan
melakukan riset. Dengan program riset seperti ini, guru
dapat belajar dari masalah dan menemukan solusinya.
 Riset Individual
 Lokakarya F2F
Sama seperti yang disebutkan di atas, tetapi tanpa
kehadiran pakar ELT. Guru mendapatkan lebih banyak
manfaat dengan suasana yang lebih akrab pada lokakarya yang memberikan kesempatan untuk guru berdiskusi dan berdebat tentang ide dan opini serta membawa
pulang ide tersebut agar diterapkan di kelas.
 Komunitas online
Komunitas online termasuk konferensi virtual interaktif seperti konferensi online IATEFL tahunan yang
disponsori oleh British Council, blog tentang Pengajaran
Bahasa Inggris atau forum-forum yang mengundang
untuk membahas topik seputar ELT oleh guru-guru dari
seluruh dunia.
 Obrolan Santai
Mirip dengan yang diatas, tetapi riset ini lebih ditujukan untuk guru dan bersifat tidak memaksa untuk
dilakukan. Anda dapat mempelajari perilaku belajar
murid-murid anda dan bagaimana anda mengajar mereka di kelas. Ada sangat banyak cara untuk mengajar
di kelas yang dapat anda terapkan di kelas sebagai riset
kecil.
 Sesi Diskusi
Diskusi dapat dimulai secara mikro di sekolah anda
sendiri lalu secara makro di konferensi internasional. Semuanya diawali dari yang kecil dan semua guru dipersilakan untuk mengeluarkan ide. Setelah berbagi dan
bertukar pikiran, ini adalah cara yang efektif untuk memunculkan ide tentang riset apa yang ingin dilakukan.
 Menulis
Bergabung dengan guru lain di ruang guru lalu membahas dan bertukar pikiran/ide tentang materi pelajaran
adalah cara termudah dan paling efektif untuk mengembangkan diri, apalagi jika langsung menerapkannya di
kelas.
Sama seperti di atas, menulis dapat dilakukan dengan
tulisan pendek sampai yang paling besar yaitu menulis sebuah buku. Menulis diary dapat berupa diary yang
isinya bagaimana anda mengajar dan ditambah dengan
mempelajari juga sumber-sumber lain tentang model pengajaran. Dengan menulis diary ini anda dapat menentukan
persiapan dan hal-hal yang diperlukan untuk riset.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
9
mendapatkan ilmu dengan harga setimpal. Jadilah
anggota yang aktif supaya anda mendapatkan manfaat yang memang seharusnya anda dapatkan.
 Mengikuti kursus formal
 Cara lain
Mengikuti kursus formal selalu menjadi sesuatu
yang dianggap cara tepat untuk mengembangkan diri
secara profesional, Padahal belum tentu anda mendapatkan ilmu yang sebenarnya anda butuhkan. Oleh
karena itu jika anda berkesempatan untuk mengikuti
kursus formal, manfaatkanlah semaksimal mungkin
waktu anda untuk meraih ilmu dari kursus tersebut.
Karena kursus formal biasanya cukup mahal dan waktunya terbatas.
 Menjadi anggota di badan professional/
Organisasi Profesi
Anda akan mendapatkan kesempatan dan fasilitas
seperti telah disebutkan di atas. Memang menjadi anggota anda harus membayar mahal, tetapi anda akan
Guru-guru yang telah saya survey menjalankan
cara-cara berikut ini untuk membantu meningkatkan
profesionalitas mereka:
 Tidak takut untuk melakukan sesuatu yang baru.
 Mengobservasi cara guru lain mengajar
 Menggunakan cara/pendekatan baru mengajar di
kelas (seperti riset tindakan)
 Mencari kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
walaupun tidak diprogram atau dimonitor.
 Dibina menjadi pelatih guru (teacher trainer)
 Lulus kursus online menjadi e-tutor.
 Berpatisipasi di kegiatan kelompok dengan guru
seprofesi.
 Membentuk grup: mencari dan menyelesaikan permasalahan.
 Bergantian memimpin forum diskusi.
Seperti yang telah anda baca, ada banyak cara untuk
mengembangkan profesionalitas. Jika semua cara di
atas dikombinasikan, direncanakan, diprogram walaupun dilakukan secara invididu, alhasil akan menjadi
sesuatu yang sangat bermanfaat bagi guru yang ingin
terus berkembang di profesi/bidangnya
Professional profile
 Occupation
Head of Teacher Training, Academic Director, Foreign
Languages, Cactus Worldwide
 Work experience
28 years in ELT
International House Barcelona [ teacher, director of
studies, teacher trainer, head of teacher training ]
Cactus Brighton UK
Head of Teacher Training, Academic Director,
Language Courses
 Professional interests:
 Professionalism
 lifelong learning
 continuous professional development (CPD)
 reflective development in teaching and training
 teacher, trainer and management training and
qualifications.
 Professional qualifications:
CELTA, DELTA, IDLTM, IH COLT, currently following a
Masters in ELT at University of Sussex
BEd degree primary/secondary
 Conference papers:
2009 April: Online training courses for pre-service
teachers IATEFL Annual Conference, Cardiff
2008 November: CPD: a Question of Balance QUITE
10
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
Annual Conference, London
2008 May: Mind the Gaps! Plenary ELTM SIG Annual International Conference, Dublin
2008 April: What do teacher trainees really really
want? IATEFL Annual Conference, Exeter
2007 April: CPD: What do Trainers Really Really
Want? IATEFL Annual Conference, Aberdeen
2006 November: CPD: What do Trainers Really
Really Want? EAQUALS Conference, San Sebastián
2006 May: Cutting Edge Trainers IH Annual Educators’ Conference, London
2006 April: Challenges in Innovation Management
IATEFL Annual Conference, Harrogate
2006 March: Teachers as Teachers, Teachers as
Leaders TESOL US Annual Convention, Tampa,
Florida
2004: Setting up SIGs for ICC Annual Conference,
Athens,
2003: Trainers Voices IATEFL TTEd and Research SIGs
event “The Role of Research in Teacher Education”,
Nottingham
2000: The Good Teacher Trainer Catalunya English
Teachers’ Association Conference (APAC)
1999: Assessing Reflection on CELTA courses IATEFL
Annual Conference, Edinburgh  Publications:
 2009 co-author, with Susan Barduhn, of chapter
Certification and Professional Qualifications in Cam-
bridge Guide to Second Language Teacher Education
 2003 April, Editor of: IATEFL all Special Interest
Groups joint newsletter in memory of Gillian Porter
Ladousse
 Teaching English in Spain (In Print, 1998) Articles:
 2009 Mind the Gaps; mapping ELT managers’
‘service’ onto the Gaps model
 2009 What do trainees really really want? IATEFL
TTEd SIG newsletter
 2007/08 Various articles on Guardian Education
website About me
Location: United Kingdom (Great
Britain)
My website: http://www.cactuslanguagetraining.com/en/
Personal interests: my daughter,
Jessica | my partner, Bill | reading: the
Observer & the Guardian, good novels |
good restaurants | Barcelona | cinema |
walking Professional networks:
* IATEFL
* Brighton Trainers
* ELT Management committee
upaya
Telepresence
Alat Ajaib bagi Peningkatan
Kinerja 30 LPMP se-Indonesia
Koordinasi, Evaluasi Kerja dan Sharing Informasi Semakin
Efektif Tanpa Harus Melakukan Kunjungan Kerja atau Studi
Banding dengan Biaya Besar
Target menjadikan lembaga pembinaan pendidikan dan pelatihan bertaraf internasional membuat berbagai
terobosan ditempuh. Paling gres, sebanyak 30 LPMP se-Indonesia mendapat bantuan fasilitas telepresence
(alat komunikasi tatap muka jarak
jauh) dari Kementerian Pendidikan
Nasional dan sudah diujicoba pada
Kamis (22/12/10) lalu.
Ujicoba itu juga menandai dimulainya operasional teknologi ini secara
serentak yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Diklat, Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)
Kementerian Pendidikan Nasional
yang peresmiannya dilakukan oleh
Wakil Menteri Pendidikan Nasional,
Prof. dr Fasli Jalal.
”Saat ini dibutuhkan suatu peningkatan efektif dan efisien di era globalisasi yang semakin kompetitif. Saya
berharap semua visi direktorat harus
bisa menjadi lembaga pembinaan dan
pendidikan serta pelatihan bertaraf
internasional,” kata Fasli Jalal.
Selain LPMP, sistem ini juga bakal
diterapkan dan bisa menjangkau seluruh lembaga diklat yang ada di bawah
pembinaan Dirjen PMPTK yakni 12
P4TK dan LPPKS. Hal ini mengacu
pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 8 tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat
Jenderal PMPTK pasal 85, yakni tugas
pokok Direktorat Bindiklat melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis, supervisi dan evaluasi di bidang pengembangan program, sumber daya manusia, sarana prasarana
pendidikan dan latihan.
“Ini adalah sebuah kebijakan strategis yang difokuskan untuk mendukung keberhasilan implementasi
program pemerataan dan perluasan
akses pendidikan, peningkatan mutu,
relevansi daya saing serta penguatan
tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan di masyarakat. Ini untuk kepentingan grand design pencapaian visi Indonesia yang cerdas dan kreatif ,”jelas
Prof. Dr. Baedhowi, Dirjen PMPTK.
Implementasi telepresence ini mengunakan teknologi ISDN dimana ISDN
adalah jaringan yang menyediakan hubungan digital untuk mendukung seluruh telekomunikasi, termasuk kualitas
suara data maupun image (gambar),
dimana seluruh layanan itu diakses
oleh pelanggan. Layanan ISDN mempunyai dua tipe akses yaitu Basic Rate
Acces (BRA) yang dapat mengakses (2B
D) dan akses melalui Primary Rate Acces
(PRA) yang dapat mengakses (30B D)
dimana kanal B mempunyai kecepatan akses 64 kbps dan kanal D 64 kbps
atau 16 kbps tergantung pada tipe akses
yang digunakan. Kanal D pada PRA
untuk Signalling dan kanal B sebagai
Sinyal informasi paket switch.
Sementara itu Direktorat Bindiklat
juga menerapkan kebijakan strategis
yakni pengembangan jejaring informasi
mutu program pembinaan diklat, pe-
nyelenggaraan diklat, SDM diklat, dan
sarana diklat berbasis Information Communication Technology (ICT). Dan pelaksanaan Pemetaan Kapasitas LPMP
se- Indonesia mengenai ICT ini adalah
dalam rangka Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) itu sendiri.
Direktorat Bindiklat sangat membutuhkan sarana sistem komunikasi
tatap muka jarak jauh berbasis ICT
ini. Karena akan mempercepat koordinasi dan peningkatan kinerja di 30
LPMP yang tersebar di setiap provinsi
di Indonesia.
Sementara itu, Kepala LPMP Ja­
wa Timur, Salamun Ph.D menilai,
teknologi telepresence ini sangat bermanfaat bagi pengembangan dunia
pendidikan. Menurut pria kelahiran
Boyolali 31 Juli 1959 itu, banyak kemudahan yang diperoleh LPMP khususnya untuk koordinasi dengan pihak
pusat dan sharing pengalaman dengan LPMP di propinsi lain. “Dengan
adanya teknologi ini, studi banding
atau kunjungan kerja bisa diminimal-
kan. Tentunya dari segi pembiayaan
sangat efisien,” terang Salamun.
Bahkan, tak menutup kemungkinan
teknologi serupa akan diterapkan pada
daerah-daerah pendampingan yang dilakukan oleh LPMP Jawa Timur. Apalagi Jawa Timur wilayahnya sangat luas
dan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk ditempuh. “Dari hasil telepresence dengan pak Fasli Jalal, kita sudah laporkan kemajuan-kemajuan yang
kita capai, terutama kerjasama dengan
instansi pemerintah daerah. Memang
tidak bisa disamakan antar satu LPMP
dengan LPMP di propinsi lain, karena
kondisinya tidak sama. Namun dengan
adanya teknologi ini, komunikasi dan
tukar informasi bisa kita lakukan sesering mungkin,” jelas Salamun.Rizal
Hasan
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
11
Cara Jitu Tingkatkan Kualitas Pendidik (1)
Oleh: Dahat Agus Hermawan
 Kepala Seksi Fasilitas Sumber Daya Pendidikan, LPMP Jatim
Diklat Mentor KTSP
12
Setiap satuan pendidikan memili­ki tanggung
jawab untuk mengembang­kan kurikulum sesuai dengan relevan­si bidangnya. Pengembangan
tersebut dilakukan oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan. Sedang­kan pada kantor de­partemen
agama kabupaten/kota untuk pendi­dikan dasar,
dan wilayah provinsi un­tuk pendidikan menengah. Hal ter­sebut seperti yang tertulis pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 38.
Selain itu, tuntutan peran sekolah dan komite
sekolah untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan menjadi tanggung jawab setiap
elemen pendukung peraturan tersebut. Sebagai
unit pendukung mutu pendidikan yang berada
pada hakikatnya dapat memperkaya referensi
pengembangan kurikulum itu sendiri. Namun
jika keberagaman tersebut tidak memenuhi kaidah pengembangan kurikulum ataupun menjauhkan dari upaya pemenuhan standar nasional
pendidikan, maka diperlukan upaya pengendalian dan penjaminan mutu agar tidak berdampak
buruk bagi mutu pendidikan nasional.
Karena itu Penyelenggaraan Diklat KTSP merupakan upaya penting untuk membantu satuan
pendidikan dalam pengembangan kurikulum di
sekolahnya melalui peningkatan kemampuan
tokoh-tokoh kunci pengembangan kurikulum
sekolah. Tujuan umum dari Diklat Pengembangan KTSP pada satuan pendidikan dasar
dan menengah adalah meningkatkan kemampuan calon mentor pengembangan kurikulum
sekolah dalam menyusun, mengembangkan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi kuri-
di Jawa Timur, posisi Lem­ba­ga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dituntut menjadi lembaga
yang mampu merealisasikan peratur­an tersebut.
Berikut merupakan hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum
Kemendiknas tahun 2010 menunjukkan, pertama, setiap sekolah menyatakan sudah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) namun dilihat dari kualitasnya masih minim. Kedua, guru yang menyatakan menyusun
silabus sendiri mencapai 41.1%, mengadaptasi
silabus mencapai 35.9%, dan yang mengadopsi
silabus sekitar 20.8%.
Data ketiga menyatakan bahwa guru yang
menyusun RPP sendiri mencapai 63.2 %, sedang
yang mendaptasi 23.4% dan yang mengadopsi
sebanyak 11.7%. Dari sekian data yang didapatkan, ternyata masih ditemukan guru yang menyatakan belum paham KTSP.
Keberagaman dalam Pengembangan KTSP
kulum tingkat satuan pendidikan.
Sedangkan tujuan yang lebih khusus, dapat
meningkatkan kemampuan memahami dan
mengapresiasi panduan penyusunan KTSP dari
badan standar nasional pendidikan, melakukan
analisis konteks dalam pengembangan kurikulum, menyusun dokumen 1 KTSP yang sesuai
dengan kondisi, kebutuhan, dan tuntutan satuan
pendidikan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Selain itu, peserta diklat juga diajarkan bagaimana menyusun dokumen 2 KTSP (silabus
dan RPP) dengan mengimplementasikan hasil
analisis konteks, kemudian peserta diharapkan
mampu mengimplementasikan prinsip dan kegiatan pembelajaran tuntas, perbaikan (remidial), dan pengayaan.
Diklat KTSP hanya membidik calon mentor
pengembangan kurikulum sekolah di tingkat kabupaten yang setiap kabupaten terdiri dari satu
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
pengawas satuan pendidikan TK/SD, dua kepala
sekolah, serta enam guru senior. Metode yang
digunakan dalam kegiatan Diklat KTSP ini antara
lain, ceramah, tanya jawab, diskusi, brain storming, kerja kelompok, penugasan, kerja mandiri,
serta presentasi, dan metode atau teknik lainnya
yang sesuai.
Yang menjadi fasilitator pada diklat tersebut
adalah Widyaiswara LPMP Jawa Timur yang secara keseluruhan telah mendapatkan Pelatihan
Nasional. Narasumber yang terlibat antara lain,
Salamun, Ph.D (Kepala LPMP Jatim), Drs. Bekti
Maryono, M.Pd., Ismukoco, S.Pd., M.Pd, Dra. Suhartini, M.Pd, Guntur Sumilih, M.App.Sc dan Dra.
Tri Hariati, M.Pd.
Diklat tersebut dilaksanakan dengan mengikuti model 3 In – 2 On (tiga kali In-service Learning
dan 2 kali On the Job Learning). In-service Learning
1 dilaksanakan selama 50 jam, On the Job Learning 1 dilaksanakan selama 2 bulan atau setara
dengan 80 jam, In-service Learning II selama 30
jam , On the Job Learning 2 dilaksanakan selama
1 bulan atau setara dengan 40 jam, dan In-service
Learning 3 dilaksanakan selama 20 jam. Kegiatan
Inservice Learning dilaksanakan di LPMP Jawa
Timur atau tempat lain, sedangkan kegiatan On
the Job Learning dilaksanakan di tempat kerja
masing-masing.
Materi yang disampaikan, untuk In-service
Learning 1 yakni kebijakan pendidikan, analisis
konteks, dokumen 1 KTSP, pengembangan dokumen silabus dan RPP, pengembangan pelaksanaan pembelajaran, rencana tindak lanjut (OJL
1), pre test. On-the Job Learning 1 yakni, persiapan OJL, pelaksanaan OJL, penyusunan laporan
OJL, penyusunan bahan presentasi. On the Job
Learning 1 dilaksanakan di tempat kerja dengan
alokasi waktu 80 jam pelatihan sekitar 45 menit
yang dilaksanakan selama dua bulan dengan
perhitungan satu hari kerja 6 jam pelajaran dan
dalam satu minggu menggunakan 2 hari kerja
untuk kegiatan OJL
In-service Learning 2 yakni, overview pelaksanaan dan hasil OJL 1, presentasi hasil OJL 1,
pengembangan bahan ajar, pengembangan penilaian, rencana tindak lanjut (OJL 2). On-the Job
Learning 2 yakni, persiapan OJL 2, pelaksanaan
OJL 2, penyusunan laporan OJL 2, penyusunan
bahan presentasi. In-service Learning 3 yakni,
overview pelaksanaan dan hasil OJL 2, presentasi
hasil OJL 2, evaluasi dan refleksi, rencana tindak
lanjut, post test. Sedang pada materi On the Job
Learning 2 dilaksanakan di tempat kerja dengan
alokasi waktu 40 Jam Pelatihan sekitar 45 menit
dilaksanakan selama satu bulan (dengan perhitungan satu hari kerja 6 jam pelatihan dan
dalam satu minggu menggunakan 2 hari kerja
untuk kegiatan OJL).
globalconnection
Belajar Mengenal dan Menghargai
Budaya Negara Lain
Setiap tahun, Busan Foundation
for International Activities (BFIA)
mengirim beberapa pelajar Korea
berkunjung ke beberapa negara, salah
satunya Indonesia. Pengiriman beberapa pelajar dari beberapa sekolah di
Kota Busan, Korea ini tidak lain untuk
kap Doek-Hyoen sangatlah penting.
Sebab, dunia ini terdiri dari puluhan
negera yang setiap negara memiliki
budaya yang berbeda-beda. Justru
dengan mengetahui budaya negara
lain, diharapkan pelajar Korea bisa
lebih kaya akan pengetahuan serta
meningkatkan sikap menghargai setiap perbedaan dan kebudayaan dari
negara-negara lain.
Tim manajer BFIA, Doek-Hyoen
Joen mengatakan kegiatan mengirim
pelajar di Kota Busan, Korea ke beberapa negara tidak lain agar pelajar
di tingkat SMP dan SMA memiliki
kawan dari negara lain. Diharapkan
mereka bisa termotivasi untuk giat
mempelajari dan menguasi Bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional
yang bisa mereka gunakan untuk
berkomunikasi dengan teman-teman
sebaya yang berasal dari negara lain.
“Selain meningkatkan kemampuan
berbahasa internasional, yang terpenting adalah bisa meningkatkan sikap
saling menghargai perbedaan antar
negara,” kata Doek –Hyoen disela-sela
kunjungan sepuluh pelajar dari Kota
Busan Korea di SMP Al Hikmah Surabaya akhir Februari 2011 lalu.
Sikap saling menghargai, ung-
bisa menghargai dan bisa menjalin
hubungan persahabatan dengan pelajar yang memiliki budaya yang berbeda. Melalui program ini diharapkan pelajar Korea bisa belajar bekerjasama
dengan pelajar dari negara lain.
“Kami berharap
kesepuluh pelajar tidak
hanya mendapatkan
teman baru dari
Indonesia, tetapi mereka
bisa mengetahui dan
belajar tentang budaya
Indonesia, khususnya
Budaya di Surabaya,”
jelasnya.
Doek – Hyoen menuturkan agenda
mengunjungi negara-negara tetangga
merupakan agenda tahunan. Selain
Indonesia, BFIA juga membawa
beberapa pelajar ke China, Jepang,
dan Vietnam. Selama berada di negara
tersebut, selain mempelajari budaya
setempat, para pelajar Kota Busan Korea juga akan diperkenalkan beberapa
kerajinan khas dari negara tersebut.
“Kami berada di Surabaya selama
delapan hari. Selama di sini, kami
tidak hanya mengunjungi SMP Al
Hikmah, tetapi kami juga mengunjung usaha kecil menengah (UKM)
produk unggulan, salah satunya adalah produk glass painting,” tuturnya.
Khusus untuk kunjungan di SMP
Al Hikmah, Doek-Hyoen menambahkan para pelajar juga telah belajar
membuat makanan tradisional
yaitu kue klepon. Tak hanya belajar
membuat makanan tradisional, para
pelajar dari Kota Busan Korea juga
unjuk kebolehan yaitu menari bu
chae chunm atau tari kipas tradisional
Korea dengan menggunakan hanbok
atau pakaian tradisional Korea. Selain
memamerkan kepiawaian mengolah
kipas, enam pelajar lainnya memperagakan olah raga bela diri khas Korea
yaitu Taek Wondo.
“Di sistem pendidikan Korea
pendidikan etika sudah menjadi mata
pelajaran yang diajarkan mulai sekolah dasar (SD). Diharapkan, dengan
kunjungan ini mereka bisa menerapkan etika dalam menjalin dan menjaga
sebuah hubungan dengan kawan yang
berbeda latar belakang. Baik latar belakang negara, bahasa serta budaya,”
jelasnya.
Salah satu pelajar Kota Busan
Korea, Ryu mengaku sangat bahagia
bisa mengunjungi beberapa tempat
di Surabaya. Selama delapan hari di
Indonesia, Ryu mengaku bisa melihat
dan mempelajari budaya Indonesia
yang unik. Selain itu, pelajar di Indonesia khususnya Surabaya juga ramah
dan suka menolong.
“Ya, saya suka sekali berada di
Surabaya. Tadi saya membuat kue
klepon yang tidak jauh berbeda
dengan kue kami di Korea yang biasa
kami sebut Soupon,” kata siswa SMA
ini.Siska Prestiwati Wibisono
Artikel terkait: Kirim Guru Ke Luar Negeri Harus dengan Bekal. Baca di Halaman 22
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
13
katamahasiswa
Strategi Komparatif
 Mengatasi Ketertinggalan Sistem Pendidikan di Indonesia
Oleh: Dyah Yamani
 Mahasiswi UNAIR Fakultas Ilmu Bahasa Jurusan Sastra Inggris
Apa yang Dimaksud Komparatif
Sistem pendidikan?
Strategi komparatif pendidikan
adalah suatu cara untuk membandingkan sistem pendidikan yang digunakan antara Negara satu dengan Negara lain. Dalam sistem ini kita akan
mencari perbandingan atas kelebihan
dan kekurangan perihal sistem pendidikan dengan melihat hasil yang nyata
dari penerapan masing-masing sistem.
Kita akan mengetahui hal-hal apa saja
yang mendorong dan menghambat pelaksanaan dari sistem tersebut. Strategi
komparatif akan membantu kita untuk
mengetahui kadar keberhasilan dari
penerapan sistem pendidikan di suatu
Negara. Cara ini membantu suatu Negara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem
pendidikan baik mengenai kelebihan
maupun kekurangan dari sistem tersebut. Berikut beberapa sistem pendidikan dari 3 negara di Asia termasuk
Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia
secara operasional
Sesuai dengan UU RI nomor 20 tahun 2003, Fungsi pendidikan nasional
Indonesia adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan men-
14
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
jadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Oleh karena
itu dibutuhkan sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu
menjamin pemerataan pendidikan dan
menghadapi tantangan sesuai dengan
perubahan perilaku kehidupan baik
lokal, nasional maupun global. Sistem
pendidikan tersebut harus yang terarah dan berkesinambungan.
Pendidikan nasional menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan wewenang
manajemen pendidikan ada pada menteri pendidikan. Pada dasarnya sistem
pendidikan di Indonesia dibagi tiaptiap daerah otonom. Tiap-tiap daerah
otonom seharusnya memiliki dewan
pendidikan yang memiliki kewenangan untuk menjabarkan kebijakan-kebijakan mengenai pendidikan dengan
berpedoman pada ketentuan kementerian pendidikan. Namun yang terjadi
di Indonesia dewan pendidikan masih
kurang dioptimalkan.
Sistem Pendidikan Negara
Republik Rakyat Cina
Negara yang sebagian besar terdiri
dari gurun pasir dan pegunungan ini
adalah Negara terluas di dunia. Dengan penduduk yang bermata pencaharian di bidang jasa, industri dan
sebagian besar sebagai petani, RRC
termasuk Negara yang hampir tidak
ada angka pengangguran. Pendidikan
adalah sarana pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
berlandaskan sosialisme dan keterbukaan dengan dunia luar. Pendidikan
sangat menentukan pembangunan so-
cial karena pembangunan bergantung
pada kemajuan IPTEK serta kualitas
SDM. Oleh karena itu sistem pendidikan adalah dasar yang dipakai dalam
memajukan pendidikan di Negara ini
yang diperlukan dalam modernisme
yang sesuai dengan karakter dan nilai
kepribadian China.
Sistem pendidikan di Cina adalah
transentarlsasi, mulai dari level pusat,
propinsi, kotamadya, kabupaten, termasuk daerah-daerah otonomi setingkat kotamadya. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan adalah komite pendidikan
Negara (State Education Commission,
SEDC) yang merupakan suatu organisasi profesional pemerintah dalam
bidang pembangunan pendidikan.
Kemudian pada tahun 1985 pemerintah pusat mendelegasikan pendidikan
dasar kepada kabupaten dan kota-kota
kecil di daerah-daerah pedalaman.
Alokasi biaya pendidikan tersedia
pada pemerintah pusat dan daerah,
dengan distribusi alokasi dari daerah
untuk pendidikan yang dikelola oleh
daerah dan dana pusat untuk lembaga
pendidikan yang berada di kementrian
pendidikan.
Sistem Pendidikan di Jepang
Jepang memiliki kemiripan dengan Negara Indonesia, yaitu Negara
kepulauan. Jumlah angka penduduk
produktif paling mendominasi di Negara matahari ini. Penduduk muda
banyak ditemukan didaerah perkotaan, sedangkan penduduk berumur
lanjut banyak ditemukan di daerah
pedesaan.
katamahasiswa
Negara jepang dibagi menjadi 47
distrik (Ken), yang kemudian dibagi
lagi menjadi 3256 kota praja (Son).
Setiap distrik terdapat dewan sekolah
atau kepala kota praja setempat dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Sesuai UU pokok mengenai pendidikan di Negara tersebut, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan sepenuhnya kepribadian setiap
individu baik fisik, maupun psikis,
yang cinta kebenaran dan keadilan,
menghormati nilai-nilai pribadi orang
lain, menghargai pekerjaan, memiliki
rasa tanggung jawab dengan semangat
kemerdekaan sebagai pendiri Negara
dan masyarakat yang damai. Kunci
dasar dalam pendidikan di Negara
Jepang adalah peningkatan perkembangan kemampuan dasar generasi
muda. Demi modernisasi yang mengglobal, diharapkan generasi muda bisa
menyesuaikan diri dalam IPTEK yang
berkembang pesat.
Tanggung jawab pendidikan ada
pada kementerian pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Kementerian memberikan pedoman untuk
menyusun kurikulum, mata pelajaran
serta persyaratan kredit mulai dari TK
hingga ke perguruan tinggi. Tak hanya
masalah kurikulum, buku pelajaran
pun menjadi tanggung jawab Kementrian. Masalah tenaga pengajar menjadi tanggung jawab dewan pendidikan yang terdapat pada masing-masing
distrik. Bahkan di masing-masing kota
praja memiliki tiga sampai lima orang
dewan pendidikan dengan fungsi utamanya memberikan dan mengurus institusi pendidikan di kota praja.
Sistem administrasi keuangan pendidikan Jepang disediakan bersamasama antara pemerintah pusat, distrik,
maupun kota praja. Dimana diambil
dari pajak dan dari sumber-sumber
lain.
Ketertinggalan Ini Pasti Bisa
Diatasi
Secara umum sistem pendidikan
di ketiga Negara seharusnya memilki
kesamaan: jenjang minimal pendidikan (basic education), manajemen
pendidikan oleh menteri pendidikan,
operasional pendidikan setidaknya
dipegang oleh dewan pendidikan daerah (tiap-tiap Negara memiliki nama
yang berbeda-beda), semua kebijakan
mengenai pendidikan dibuat oleh
masing-masing distrik sesuai dengan
panduan dari menteri pendidikan.
Lalu bagaimana di Indonesia, apakah
sistem pendidikan masih belum berjalan dengan semestinya? Seandainya
ya, apakah penyebab kelambanan perkembangan pendidikan di Indonesia
dibanding Negara-negara tetangga
kita di Asia, apakah dari faktor anggaran pendidikan, kurikulum yang telah dibuat, fungsi dewan pendidikan,
sumber daya pengajar atau sebab-sebab lain yang seharusnya tidak dicampur adukkan dengan bidang yang memang sangat menentukan cerah atau
tidaknya masa depan bangsa kita ini?
Anggaran Pendidikan
Mengenai anggaran dana pendidikan, RRC dan Jepang memberikan prioritas pada pendidikan sekurangnya
RRC sudah sejak lama menganggarkan
12,8% dan Jepang 19,7% dari APBN.
Dan Mungkin anggaran pendidikan di
kedua Negara itu sekarang sudah jauh
lebih besar dari angka tersebut. Walaupun perkembangan IPTEK di Indonesia tidak sepesat perkembangan IPTEK
di kedua Negara tersebut, setidaknya
Indonesia bisa mencontoh kedua Negara tersebut dalam pemberian perhatian lebih besar lagi dalam pendidikan
dengan menargetkan anggaran pendidikan lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Bahkan teori yang menyebutkan
“Semakin tinggi anggaran
pendidikan, semakin
maju pula ekonomi suatu
Negara”
ada benarnya. Indonesia sendiri seharusnya mulai sadar kalau besarnya
anggaran pendidikan dan tepatnya
pemakaian anggaran tersebut sangat
menunjang mutu pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan itu crucial dalam penentuan kemajuan suatu
bangsa. Tetapi dengan diperbesarnya
anggaran saja apakah sudah bisa dipastikan bahwa pendidikan di sebuah
Negara akan semakin baik?
Walaupun anggaran adalah faktor
penunjang yang sangat penting, namun yang dititikberatkan disini adalah
ketepatan pemakaian anggaran yang
besar tersebut. Percuma saja anggaran
pendidikan dibuat besar namun penggunaannya asal-asalan saja tanpa adanya follow up yang jelas dan berkelanjutan dari program kerja tersebut
(yang penting anggaran habis sehingga tahun depan bisa lebih besar lagi).
Mau dijadikan apa sistem pendidikan
ini kalau penggunaan anggaran tidak
dipikirkan secara matang. Bahkan pemerataan anggaran untuk pendidikan
pun masih dirasa kurang untuk semua
kalangan masyarakat. Sehingga tak jarang kita menyaksikan masih banyak
masyarakat Indonesia yang tidak bisa
mencicipi ilmu di bangku sekolah.
Semua keberhasilan Cina tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh
para pemimpin Cina dalam melakukan reformasi dalam berbagai aspek
kehidupan terutama dalam dunia
pendidikan. Mereka menyadari bahwa
pendidikan telah memiliki peran yang
banyak dalam mencapai kesuksesan
tersebut dan itu adalah hasil dari upaya mereka yang tidak kenal lelah dalam membangun bangsa melalui biMEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
15
katamahasiswa
dang pendidikan. Keyakinan mereka
membangun bangsa melalui sektor
pendidikan terlihat dari upaya ekspansi yang berkelanjutan. Selama periode ini, pendidikan terus mengalami
kemajuan secara cepat, dan banyak
inovasi-inovasi yang dilakukan. Begitu
juga yang terjadi di Negara Jepang keberhasilan dalam bidang pendidikan
mereka raih dengan adanya komitmen
yang tinggi di bidang tersebut.
Anggaran akan sangat efektif jika
digunakan secara tepat guna. Di Cina
maupun Jepang hal ini tidak terlepas
dari komitmen yang ditunjukkan oleh
para dewan pendidikan untuk merumuskan program-program kerja yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kurikulum
Di Negara China, kurikulum dirumuskan oleh komisi pendidikan Negara (SEDC), yang sangat fleksibel serta
bervariasi atas dasar kemampuan dan
karakteristik wilayah, kota dan desa,
dengan memberikan keleluasan bagi
daerah pedesaan untuk menambahkan
kurikulum lokal, dengan acuan sebagai berikut: SD memuat 10 mata pelajaran yang berbeda antara perkotaan
dan pedesaan. Untuk SD pedesaan misalnya memuat mata pelajaran pertanian selain mata pelajaran inti, moral,
matematika dan bahasa Cina, Sedangkan untuk SD perkotaan diwajibkan
mata pelajaran olah raga. Sekolah menengah Pertama memberikan 13 mata
pelajaran wajib, termasuk diantaranya
Pendidikan moral, politik, Bahasa
Cina, Bahasa Asing dan matematika.
Untuk kurikulum siswa SLTA telah
disesuaikan dengan keinginan siswa,
menjadi guru SD dan sekolah menengah
di Jepang, harus dididik/dilatih di
universitas, pasca sarjana dan junior college
yang dipilih oleh kementerian pendidikan.
16
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
kebutuhan sosial masyarakat serta
kondisi lembaga setempat, dengan beberapa mata pelajaran pilihan.
Kurikulum di RRC memiliki keunggulan tersendiri dengan memberikan
kurikulum lokal (tidak sekedar bahasa
lokal saja tapi juga pengetahuan lokal).
Dengan memberikan pengetahuan
lokal, seperti: pertanian, kelautan,
perkebunan, kehutanan, dsb (sesuai
keadaan alam wilayahnya). Hal ini diharapkan bisa menjadi contoh untuk
Indonesia untuk mampu memberdayakan kearifan lokal demi memajukan
kemajuan masing-masing daerahnya.
Sehingga dapat diharapkan kemajuan
daerah dapat mendorong kemajuan
nasional.
Tak hanya itu, Cina melalui salah
satu tokoh pendidikannya, Li Lanqing,
mendasari kebijakan pendidikan pada
keyakinannya akan teori belahan otak
manusia (kiri dan kanan) yang dikembangkan oleh seorang ahli neurobiologi
dan psikologi Amerika yang bernama
Roger Wolcott Sperry (1950-an). Teori
ini menyatakan bahwa otak manusia
itu terdiri belahan otak kanan dan otak
kiri (the two cerebral hemispheres)
yang memiliki fungsi berbeda, namun
keduanya harus dikembangkan secara
harmonis. Oleh karena itu, pendidikan
harus mengembangkan dan melatih
otak secara keseluruhan, mendukung
perkembangan otak secara menyeluruh, dan menyediakan siswa sebuah
lingkungan yang mampu menstimulasi kemampuan berpikir yang berbeda, seperti kemampuan berimajinasi,
bahasa, matematika, musik, gerak dan
grafik. Untuk itu pendidikan harus
menekankan pada pengembangan
kemampuan berfikir logis secara bersama-sama dengan melatih berfikir
visual.
Sedangkan di Negara Jepang seperti
halnya di Indonesia, kurikulum pendidikan ditentukan oleh menteri pendidikan yang kemudian dikembangkan
oleh dewan pendidikan distrik dan
kota praja. Dewan pendidikan terdiri
dari wakil dari perkumpulan guru,
praktisi dan pakar pendidikan, wakil
dari kalangan industri, dan wakil dari
kementrian pendidikan. Komisi ini
bertugas mempelajari tujuan pendidikan yang tercantum dalam undangundang pendidikan, lalu menyesuaikannya dengan perkembangan yang
terjadi baik di dalam maupun luar
negeri. Dan khusus untuk perbaikan
kurikulum dilakukan setiap 10 tahun
sekali.
Kurikulum di Jepang memiliki konsep pengembangan personality. Kurikulum ini menekankan bahwa setiap
murid memiliki bakat yang berbedabeda dan perlu adanya pembinaan
lebih lanjut. Kurikulum ini bersifat
fleksibel dan memungkinkan sekolah
untuk meramu kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah dan
siswa yang mendaftar. Sebagai contoh,
di SMP selain mata pelajaran wajib,
siswa juga ditawarkan dengan mapel
pilihan. Dengan adanya kurikulum
baru ini, training besar-besaran dilakukan untuk mengubah pola pikir guruguru Jepang. Dewan pendidikan juga
merevisi beberapa buku pelajaran, dan
secara hampir bersamaan mengusulkan pemberlakuan 5 hari sekolah dan
adanya jam khusus untuk pengembangan jiwa sosial siswa melalui integrated course atau sougoteki jikan. Hal
ini memungkinkan sekolah berperan
lebih banyak dalam pengembangan
kurikulum di masa mendatang.
katamahasiswa
 guru di China
Sumber Daya Pengajar
Mengenai sumber daya pengajar,
Cina memiliki standar melalui pendidikan dalam jabatan (inservice training) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang biaya pendidikan
sepenuhnya ditanggung oleh Negara.
Pelatihan-pelatihan itu merupakan
program kerja yang memiliki posisi
khusus dalam anggaran pendidikan.
Bahkan pemerintah cina berprinsip
“Untuk satu tahun, tidak
ada yang lebih penting
daripada memelihara
butir; Untuk sepuluh
tahun, tidak ada yang
lebih penting daripada
memelihara pohon; Untuk
seumur hidup, tidak
ada yang lebih penting
daripada memelihara
manusia”
(filsafat Guan Zhong).
Karena bagi mereka pendidikan itu
sangat penting untuk pembangunan
bangsa yang modern di masa depan.
Sehingga dengan menghargai guru
dan nilai-nilai pendidikan diharapkan
bisa menghasilkan generasi yang berkualitas. Generasi bangsa yang selalu
menanamkan prospek untuk maju dengan mengenyam bangku pendidikan
Sedangkan di Jepang, SDM pen-
Indonesia mulai menerapkan batasan latar pendidikan tenaga
pengajar mulai SD, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi
serta sertifikasi pengajar/pendidik.
gajar tidak usah diragukan lagi. Karena tenaga pengajar disana memiliki persyaratan dengan tingkat tinggi.
Bayangkan saja, untuk menjadi guru
SD dan sekolah menengah, guru harus
dididik/dilatih di universitas, pasca
sarjana dan junior college yang dipilih
oleh kementerian pendidikan. Kemudian guru memperoleh sertifikat mengajar dari dewan pendidikan distrik
yang berlaku di semua distrik. Sertifikat untuk guru SD, memberikan
kewenangan untuk mengajar semua
mata ajaran. Sementara untuk guru
menengah hanya pada mata ajaran tertentu saja. Sertifikat ini diperoleh setelah lulus rekruitmen yang dilakukan
Dewan Pendidikan Distrik.
Cukup bagus sekali prinsip yang
digunakan Jepang mengenai tenaga
pengajar. Mungkin cara ini sangat
efektif bila setiap Negara menetapkan
kebijakan yang sama dengan Jepang.
Di Indonesia, sekarang ini sudah mulai
diterapkan batasan latar pendidikan
tenaga pengajar mulai SD, pendidikan
menengah, sampai perguruan tinggi
serta sertifikasi pengajar/pendidik. Kebijakan ini perlu dipertahankan terus di
Indonesia, agar nanti Indonesia mempunyai predikat kualitas pendidikan
yang tinggi dan mampu disejajarkan
dengan Negara-negara maju seperti
Cina dan Jepang. Karena salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan di suatu Negara datangnya dari kualitas para pengajar. Tak
hanya itu pengajar pun harus memiliki
fokus satu disiplin ilmu, sehingga satu
pengajar memang benar-benar fokus
dalam satu mata pelajaran saja. Semua
itu tidak akan terwujud tanpa campur
tangan pemerintah sebagai penyedia
sarana bagi para pengajar untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi
lagi demi memajukan pendidikan di
negaranya.
Kemudahan-kemudahan
dalam
memajukan pendidikan harus diusahakan oleh pemerintah. Misalnya saja
Indonesia memberikan kemudahan
dalam pemerolehan beasiswa S1, S2,
S3, atau pelatihan guru. Pelatihanpelatihan guru ini bertujuan untuk
membentuk tenaga professional. Bahkan kalau perlu seperti beberapa Negara di Eropa, Indonesia menerapkan
pemberian penghargaan lebih baik
berupa peningkatan gaji atau anjungan-anjungan khusus bagi pengajar
yang benar-benar menunjukkan dan
membuktikan hasil kinerjanya maupun prestasinya dalam mendidik/
mengajar. Sehingga tenaga pendidik/
pengajar tidak perlu mencari pekerjaan sampingan dengan alasan gajinya
tidak mencukupi kehidupan mereka,
serta hal yang juga memiliki peran
penting untuk menentukan keseriusan
dan kesadaran akan tanggungjawab
seorang pendidik/pengajar terhadap
tugasnya dalam menciptakan generasi
bangsa yang luar biasa dari sisi intelektual, emosional maupun spiritual
yaitu pembentukan suasana kerja yang
kondusif untuk meningkatkan etos
kerja bagi para pendidik/pengajar di
Indonesia.
Referensi
Bercermin pada Sistem Pendidikan di Jepang (I): Eka, Christianus I Wayan, MA. Jumat, 7 Agustus 2009 | 00:24 WIB cited from http://edukasi.kompas.com/read/2009/08/07/00241444/bercermin.
pada.sistem.pendidikan.di.jepang.i
LI LANQING, REFORMER PENDIDIKAN CINA: Khaerudin. April 14th, 2008 by admin cited from http://www.ilmupendidikan.net/2008/04/14/li-lanqing-reformer-pendidikan-cina.php
Mengenal Sistem Pendidikan di Jepang: No name. Kamis, 21 Januari 2010. cited from http://giligp.blogspot.com/2010/01/mengenal-sistem-pendidikan-di-jepang.html
EDUCARE (Jurnal Pendidikan dan Budaya). STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN DI KAWASAN ASIA: RRC, KOREA SELATAN DAN JEPANG. Wijaya, Ismail E. Cited from http://educare.e-fkipunla.net/
index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=14
http://indosdm.com/alokasi-anggaran-pendidikan-jepang
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
17
internasional
APA YANG BERBEDA DI FINLANDIA?
Siswa-siswi di Finlandia memiliki hasil nilai akademis tertinggi di banding negara lain
Tradisi kami selalu menomorsatukan betapa pentingnya
pendidikan. Sudah 140 tahun Finlandia berpengalaman dalam pendidikan formal dan kami tidak memiliki perbedaan
dalam bidang sosial dan budaya. Sistem sekolah di sini selalu berdasarkan pada prinsip ‘pendidikan untuk siapa saja’
dan juga sebuah prinsip pendidikan yang komprehensif sejak tahun 1970. Para orangtua di Finlandia juga berpendidikan tinggi.
Dibandingkan negara lain, Finlandia adalah negara dengan sedikit penduduk dan tidak banyak siswa-siswi yang
berasal dari budaya yang berbeda. Kami memiliki pendidikan yang sangat bagus dan handal, berawal dari menangani
pendidikan usia dini sampai pendidikan tertinggi. Juga
tersedia guru khusus di setiap sekolah dan kelas khusus
bagi siswa yang tidak dapat hadir di kelas. Sistem pendidikan kami yang fleksibel memudahkan siswa dalam menerima
pendidikan di kelas atau di luar kelas, atau sebaliknya mana
yang memang sering dibutuhkan siswa.
Selain itu, guru di Finlandia memiliki status profesi yang
bonafid karena tes penerimaan yang tidak mudah. Pada
program pengajaran untuk siswa, kami mengembangkan
modul pengajaran terpadu yang dibuat dan diajarkan oleh
beberapa guru secara bersamaan. Memang pekerjaan ini tidak mudah, tetapi dapat memberikan manfaat bagi mereka.
Pendidikan di Finlandia menerapkan sistem pendidikan berdasarkan riset, karena: pertama, guru dan dosen kami dilatih
secara profesional dan kedua, Dept Kependidikan Guru menyukai sistem seperti ini. Kami mencoba menekankan siswa
dan siswi untuk mampu belajar sendiri di sebuah kelompok
belajar untuk mendapatkan ilmunya lalu menerapkannya
bersama-sama. Kami juga berusaha mengajak mereka untuk
dapat berkomunikasi dengan baik kepada para guru.
Pelatihan dan Pendidikan Guru
Di negara lain, lulusan sarjana sudah bisa menjadi guru
profesional, tetapi tidak berlaku di Finlandia. Karena seseorang yang ingin menjadi guru harus lulusan program
magister. Menjadi seorang guru di Finlandia akan mempunyai hak istimewa untuk mengikuti 2-3 hari pelatihan se-
18
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
tiap tahunnya sebagai bagian dari tugasnya menjadi guru.
Pelatihan ini sudah disetujui oleh persatuan profesional
guru di Finlandia. Kepala sekolah bisa bersikap tegas untuk
memaksa guru yang malas ikut pelatihan dengan mengancam pemangkasan 2-3 hari gaji guru (potongan gaji berbeda
di setiap sekolah). Dengan sistem ini kemajuan para guru
dapat dipantau. Sejujurnya, para guru menyukai pelatihan
ini dan menginginkan tambahan hari untuk pelatihan tetapi
biaya pelatihan yang mahal membuat sekolah kadang tidak
mampu memberikan tambahan hari. Tetapi, Menteri Pendidikan dan Dinas Pendidikan Nasional mau membantu pembiayaan pelatihan ini.
Secara formal, pelatihan guru ini ditangani oleh sekolah yang bersangkutan, Dinas Pendidikan Nasional, Pusat
Pengembangan Pendidikan Profesional, dept. pendidikan
guru atau dept lain di universitas. Tujuan utama pelatihan
ini adalah memberi penyegaran, pengajaran terkini dan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan mata pelajaran si guru.
Khususnya di masa-masa terjadinya perubahan kurikulum
nasional sekolah yang dibuat untuk guru dan para pencetak
guru. Terlebih lagi ICT dan aplikasi multimedia mulai menjadi bagian dari media pengajaran di sekolah, guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Saat ini, guru di Finlandia juga ingin mengembangkan pendidikan terpadu dan
mengikuti pelatihan serta pertemuan dengan teman-teman
seprofesinya. Contoh dari kursus/pelatihan yang ditawarkan
di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan adalah : ‘Activity-based science workshop in the parimary school’ (Asunta, 2001),
‘in-service science courses for primary teachers’: implementation of
different types of in-service training courses in Finland’ (Asunta,
1997), ‘some chemistry of plastics, coffee and tea’ (Bader, Asunta,
& Nick, 1997)
Program pelatihan Dept.Pendidikan Guru selalu berubah
dari tahun ke tahun (Dept.Pendidikan Guru 2006). Tetapi,
yang menjadi program regular adalah Multidisiplin Ilmu
pada Mata Pelajaran dan Tema Kurikulum Silang yang diajarkan untuk Pendidikan Dasar (pelajaran sekolah) dan Jaringan Konseling Multibudaya – pengembangan kerja tim.
Tipe Baru Pelatihan Guru
Tipe baru pelatihan guru berdasarkan pada hasil temuan
para ahli telah dikembangkan selama dua tahun. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah guru sekolah ‘melatih’ dosen
berdasarkan pengalaman mengajar mereka sehari-hari dan
dosen memberikan info ke guru tentang riset pengajaran
dan aspek metodologi berdasarkan riset temuan mereka. Tujuannya adalah terciptanya seminar yang co-operative. Pertemuan tentang pengajaran ini akan diadakan setiap tahun.
Guru dan pencetak guru bisa menjadi pelatih juga peserta
ini seminar ini. Guru sekolah akan mendapat nilai kredit
dari loka karya dan ilmu dari pelatihan yang mereka hadiri.
Dari kegiatan ini para guru bisa memanfaatkan nilai kredit
tersebut untuk meningkatkan strata mereka. Nilai kredit dapat digunakan juga untuk sekolah S2 atau untuk menggantikan ketidakhadiran di pelatihan wajib.
Developments in Teacher Education in Finland. In-service
Education and Training Tuula Asunta,
Department of Teacher Education, University of Jyväskylä, Finland
derapmotivasi
Menengok Standard Profesional
Guru di Inggris
Menjadi guru di Inggris
tidak mudah, karena ada
begitu banyak standar
kompetensi yang harus
dipenuhi bagi seseorang
yang ingin menjadi guru.
Oleh: Setyorini, S.Si, M.A
Sejak tahun 2007, the Training and
Development Agency for Schools
(TDA), yaitu sebuah badan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
dan pelatihan serta pengembangan
pendidik dan tenaga kependidikan
(kepala sekolah, guru, asisten guru
serta staff pendukung), menetapkan
sebuah standar professional bagi
guru. Struktur profesional standar
bagi guru ini berisi tentang karakteristik guru di setiap level karir. Jika di
Indonesia kita menyebutnya Pangkat/
Golongan. Di Inggris, guru mempunyai level karir sebagai berikut:
 Qualified Teacher Status (QTS)
 Teachers on the main scale/Core (C)
 Teachers on the upper pay scale/
Post Threshold Teachers (P)
 Excellent Teachers (E)
 Advance Skills Teachers/ASTs (A)
Standar tersebut menjelaskan tentang
karakteristik professional yang harus
dimiliki oleh seorang guru pada tiap levelnya. Tiap level karir tersebut mempunyai standar yang mencakup tiga kompetensi professional, yaitu attribute guru,
ilmu dan pemahaman professional dan
ketrampilan professional. Guru di setiap
level karir harus mempunyai kompetensi
yang dipersyaratkan pada masing-masing
level karir tersebut.
Seseorang bisa diangkat sebagai guru
jika dia telah memenuhi syarat dan kompetensi yang yang ada di level QTS, yaitu
level yang paling rendah/awal. Setelah
seorang guru ada pada level QTS maka
dia diharapkan segera memenuhi syarat
dan kompetensi di standar level selanjutnya, yaitu Core. Begitu seterusnya. Untuk
dapat naik ke jenjang level berikutnya
guru tidak hanya diminta menyediakan
Standar gaji guru Inggris & Wales untuk 1tahun/September 2010
England and Wales
(excluding London and fringes)
Inner London
Outer London
London fringes
Kepala Sekolah
£42.379-105.097
£49.466-112.181
£45.351-108.070
£43.416-106.137
Advance skills teachers
£37,461-£56,950
£44,540-64,036
£40,433-£59,925
£38,493-£57,985
Post-threshold
£34,181- 31,552
£41,497-£45,000
£37,599-£40,433
£35,218- £37,795
Main Pay
£21,588-£31.522
£27,000- 36.387
£25,117-£35.116
£22,626- £32.588
Unqualified Teachers
£15,817-£25.016
£19,893-£29.088
£18,789- 27.992
£16,856- £26.052
Catatan: £1=± Rp. 14.500
bukti fisik saja, tetapi harus bisa mendemonstrasikan semua standar kompetensi
profesional yang ada pada level tersebut.
Inilah yang membedakan dengan system
yang ada di Indonesia.
Pada system kita untuk dapat naik pada
pangkat/golongan berikutnya guru hanya
diminta bisa memenuhi angka kredit tertentu. Meskipun guru diminta untuk menyediakan bukti fisik, sayangnya tidak ada
penilaian performance bagi guru bahwa
dia mampu mendemonstrasikan apa yang
tercantum pada bukti fisik tersebut.
Penilaian untuk guru di Inggris sangat
ketat dan tidak mudah. Guru dituntut professional dengan memenuhi semua standar yang ada. Hal ini layak karena gaji
guru di sana sangat tinggi. Tabel dibawah
menunjukkan standar gaji guru di Inggris
dan Wales untuk satu tahun per September
2010:
Sebenarnya Pemerintah kita sudah
berusaha meningkatkan profesionalisme guru kita dengan mengadakan
sertifikasi bagi guru dan dosen. Seiring dengan itu pula kesejahteraan
guru juga ditingkatkan, dengan diberikan tunjangan profesi. Namun yang
menjadi pertanyaan adalah apakah
upaya tersebut sudah mampu meningkatkan kualitas guru dan pendidikan kita? Pertanyaan besar ini hendaknya harus mampu kita jawab agar
dana sertifikasi yang begitu besar tidak hilang sia-sia.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
19
derapmotivasi
Menyoal Pembaharuan
sertifikat
Pendidik
Oleh:
kusnohadi, S.Pd., m.Pd.
 Staf LPMP Jawa Timur
Program sertifikasi
guru merupakan upaya
pemerintah untuk
mengidentifikasi guru-guru
berkualitas. Guru berkualitas
yang terbukti dari hasil
sertifikasi dijadikan dasar
untuk memberikan
tunjangan profesi.
20
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
SetelaH lima tahun pelaksanaan program sertifikasi guru (kuota
2006), perlu dipikirkan program pembatasan dan pembaharuan sertifikat
pendidik. Sebuah ilustrasi sederhana,
bagi setiap penduduk pemegang Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat
Ijin Mengemudi (SIM) diharuskan untuk melakukan pembaharuan setiap
lima tahun. Tujuannya adalah untuk
memperbaharui data, terutama untuk
memastikan bahwa pemegang lisensi
tersebut memiliki kemampuan yang
dipersyaratkan.
Semasa prasertifikasi, semua guru
bekerja keras untuk melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Guruguru aktif mengikuti seminar, diklat,
menyusun RPP, membuat karya
tulis ilmiah, memenuhi jumlah jam
mengajar minimal, dan lain-lain kegiatan. Kemudian mengadministrasi
bukti-bukti tersebut untuk dilampirkan dalam pemberkasan sertifikasi.
Disamping itu guru-guru juga mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi
guru yang didesain sebagai upaya untuk meng-update dan meng-upgrade
pengetahuan guru. Kegiatan-kegiatan
tersebut diyakini mampu mendongkrak kompetensi guru secara drastis,
apalagi didukung dengan motivasi
ekstrinsik berupa tunjangan profesi
pendidik.
Manakala guru telah sukses dan
dinyatakan lulus sertifikasi bukan
berarti perjuangan mereka telah
usai, tetapi sesungguhnya awal dari
derapmotivasi
didik. Manakala mereka memenuhi
persyaratan, pendidik memperoleh
hak perpanjangan sertifikat pendidik,
tetapi bila tidak memenuhi persyaratan, maka hak mengajarnya dicabut
(Non-practising Registration). Demikian pula system pendidikan di Amerika Serikat, sertifikat pendidik berlaku
untuk masa sepuluh tahun, memasuki
tahun ke-sembilan pendidik diharuskan melakukan pembaharuan lisensi.
Dalam proses pembaruan sertifikat,
pendidik harus melengkapi persyaratan sebagaimana yang termuat dalam
Profile of Professional Growth (PPG).
Konsekwensinya, guru yang gagal
dalam proses pembaharuan sertifikat
pendidik maka hak-haknya sebagai
tenaga pendidik akan dicabut.
Pembatasan dan pembaharuan
sertifikat pendidik merupakan instrumen untuk:
a. Melihat kelayakan sertifikat
guru setelah lima tahun.
Pendidik dianggap layak menerima
sertifikat pendidik manakala mereka
sanggup memenuhi indikator-indikator mutu sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan. Dalam jangka waktu
tertentu diperlukan peninjauan kembali kelayakan sertifikat tersebut.
Kesanggupan guru untuk
memenuhi persayaratan
dalam pembaharuan
sertifikat pendidik
memungkinkan mereka
tetap layak menyandang
sertifikat pendidik.
sebuah kondisi yang berbeda dari
sebelumnya. Kondisi yang disebut
dengan profesionalisme guru, harus
tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan. Semangat inilah yang tidak
boleh luntur apalagi hilang. Pembinaan guru harus berlangsung secara
berkesinambungan, karena prinsip
mendasar adalah guru harus merupakan a learning persons
Di Victoria, negara bagian Australia, sertifikat pendidik berlaku selama
lima tahun setelah itu setiap pendidik
berkewajiban registrasi ulang guna
memperbaharui lisensi mengajar.
Mereka harus memenuhi persyaratan
90-120 jam kegiatan pengembangan
keprofesionalan yang diarahkan pada
peningkatan delapan standar pen-
b.
Sebagai upaya untuk
mempertahankan kompetensi
guru
Pada saat persiapan sertifikasi, setiap guru berusaha memenuhi semua
persyaratan melalui berbagai kegiatan.
Maka dapat dipastikan kompetensi
guru pada saat itu meningkat. Tetapi
bila orientasi pemerolehan sertifikat
pendidik adalah untuk mencapai tunjangan profesi, dikhawatirkan mereka
kehilangan motivasi untuk mempertahankan semangat untuk belajar.
c.
Mengukur korelasinya
dengan prestasi belajar siswa
Pendidik bersertifikasi adalah guru-guru yang terklasifikasi dalam peta
mutu, Mereka mempunyai tingkat kesejahteraan lebih baik bila dibandingkan dengan pendidik yang belum bersertifikasi. Jaminan terhadap tingkat
kesejahteraan yang tinggi memungkinkan pendidik lebih berkonsentrasi
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
dan lebih fokus dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
d. Mengidentifikasi
kelemahan guru bersertifikasi.
Program sertifikasi guru yang tidak diikuti dengan pembaharuan
sertifikat dikhawatirkan berdampak
terhadap penurunan kompetensi
dan kinerja guru. Dari tahun ke tahun ditakutkan kinerja guru dapat
menyusut karena hilangnya motivasi
berprestasi. Bahayanya siswa diajar
oleh pendidik yang tidak professional
meskipun mereka telah sekian lama
mempunyai sertifikat pendidik.
e.
Menetapkan strategi
pengembangan profesi guru
bersertifikasi.
Pascasertifikasi menjadi awal dari
babak baru yang disebut dengan profesionalisme. Pemerintah perlu menetapkan strategi dan program pengembangan profesionalime guru secara
berkelanjutan. Strategi dan program
dapat disusun secara tepat manakala
terdapat data aktual tentang kebutuhan dan peta kompetensi guru bersertifikat. Espektasinya, besarnya biaya
untuk proses sertifikasi pendidikan
sebanding dengan outputnya
Pembatasan dan pembaharuan sertifikat pendidik memungkinkan guru
untuk berusaha secara aktif mempertahankan kompetensi yang dimiliki, sehingga mereka tidak berfikir
destruktif dan lalai dalam menunjukkan prestasi yang baik (good achievement). Pembaharuan sertifikat pendidik memungkinkan guru untuk
selalu belajar menerapkan learning
persons dan continuous professional
development dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja.
berbagai sumber
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
21
terkait rubrik:
globalconnection
[page.13]
Kirim Guru Ke Luar Negeri
Harus dengan Bekal
Mengirim tenaga pendidik yaitu kepala sekolah atau guru ke
luar negeri memang diperlukan. Namun, Kepala Sekolah SMP
Al Hikmah Surabaya, Gatot Sulanjono berpendapat bahwa
pengiriman guru atau kepala sekolah ke luar negeri baik dari
rangka study banding, short course ataupun pendidikan formal
harus disertai dengan bekal yang cukup.
Gatot Sulanjono
 Kepala Sekolah SMP Al Hikmah Surabaya

Guru-guru dari Indonesia mengikuti short course Multimedia di Jerman
“Ya, setiap pengirim tenaga pendidik ke luar negeri harus dibekali, minimal bekal Bahasa Inggris, bekal tentang budaya negara tujuan serta sistem pendidikan yang
diterapkan,”ungkap Gatot ditemui di SMP Al Hikmah Jalan
Kebonsari Surabaya.
Gatot menerangkan pembekalan yang diberikan sebelum
tenaga pendidik dikirim ke luar negeri agar saat mereka berada di negara tujuan, para tenaga pendidik tersebut bisa lebih menggali informasi yang mereka butuhkan. Tidak hanya
sekedar informasi-informasi yang mereka bisa dapatkan di
Indonesia.
“Dengan pembekalan, para tenaga pendidik
sudah mengetahui seperti apa negara
tujuan sehingga mereka bisa menggali
informasi yang lebih detail atau yang
sesuai dengan bidang keahliannya lebih
mendalam,”paparnya.
Sebenarnya, sambung Ga­tot, sistem pendidikan yang diterapkan di luar negeri bukanlah sesuatu yang baru. Di Indonesiapun sudah ada, sayangnya tidak pernah benar-benar
22
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
diterapkan dengan sungguh-sungguh dan dianggap tidak
terlalu penting. Sikap orang Indonesia tidak percaya kalau
tidak melihat sendiri itulah yang kadang memerlukan pembuktian melalui kegiatan study banding ke negara lain.
Disinggung soal jenis kegiatan ke luar negeri, Gatot menilai kegiatan short course akan lebih tepat daripada hanya
sekedar study banding. Sebab, kegiatan short course otomatis
waktunya juga lebih lama dibandingkan dengan study banding. Pada kegiatan tersebut, setiap tenaga pendidik tidak
hanya melihat, mendengar dan mendapatkan informasi
tetapi mereka juga bisa ikut praktek. Sehingga mereka bisa
menilai dan mengambil apa-apa yang cocok dan bisa diterapkan dan dikembangkan di Indonesia khususnya di sekolah tempatnya mengabdi.
“Kalau studi banding hanya melihat saja, jadi kurang bisa
mengambil nilai-nilai apa yang bisa diadopsi untuk diterapkan dilingkungannya,” katanya.
Masih menurut Gatot, bila memang ada anggaran yang
cukup, maka yang terbaik adalah mengirim tenaga pendidik untuk melanjutkan pendidikan formal di negara lain.
Dengan pendidikan lanjutan tersebut, setiap guru lebih bisa
mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya sesuai
dengan disiplin ilmu mereka. Siska Prestiwati Wibisono
rana
si ”Anak Hilang”
Pengungsi yang Berhasil
Membangun sekolah Menengah
Kisah hidupnya yang
menarik ditulis dalam
buku What is the
What dan berhasil
membuat seorang
Barrack Obama
menyarankan setiap
ajudan di Gedung
Putih membacanya.
Dan setelah
mengungsi dari
satu kamp ke
kamp yang lain,
hingga sampai
ke AS, akhirnya
dia kembali
ke kampung
halaman
dan menjadi
perhatian
pemerintah
Sudan Selatan
karena
keberhasilannya
mendirikan
sekolah
menengah.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
23
rana
Sebagai Pengungsi dan
Pandangan Stereotip di AS
Achak Deng adalah satu dari sekitar
27.000 anak lelaki Sudan Selatan yang
dipaksa meninggalkan rumah, keluarga dan kampung halaman mereka karena perang saudara yang berlangsung
selama 22 tahun, yang telah membunuh
lebih dari 2 juta jiwa dan membuat lebih dari 4 juta penduduknya untuk
mengungsi. Diburu ke desa- desa mereka, anak-anak yang sebatang kara ini,
sebagian besar anak laki-laki, berjalan
selama berbulan-bulan di negaranya.
Mereka dinamai ”Anak Tersesat” oleh
para relawan seperti anak yatim dalam
dongeng Peter Pan karya JM Barrie.
”Konotasi yang timbul di AS mengesankan bahwa kami tersesat dan tidak
tahu apa-apa, bahwa kami tidak punya
negara, keluarga dan tidak bisa diatur,”
ucap Achak Deng sambil melihat ke­
arah sekolahnya di tanah lapang berdebu di Marial Bai Sudan Selatan.
”Tapi saya tak pernah
merasa saya tersesat,
tak pernah seharipun,
walaupun saya melihat
teman senegara saya
meninggal, jika saya bisa
hidup saya yakin saya
akan melakukan sesuatu
yang akan menjadi
kenyataan di masa depan.”
Dua puluh tiga tahun sudah Achak
Deng yang berumur 9 tahun bermain
di bawah pohonnya dan melihat tentara Sudan Utara bergerak maju, dan
dia tampak seperti anak yang tersesat.
Padahal, ketika seorang penulis Ame­
rika menulis tentang kisahnya, novel
itu menjadi fenomenal.
Awal Penulisan Kisah Hidupnya.
Adalah Dave Eggers, wartawan
Amerika yang mengabadikan kisahnya
dalam novel terlaris tahun 2006, What
is the What , (Apakah Apa Itu ). Novel
tersebut menjadi rujukan setiap ajudan
di Gedung Putih ketika Barrack Obama
menyarankan mereka untuk membacanya. Berkat kesuksesan buku ini, penerima keuntungan yang sesungguhnya adalah 260 murid Sudan yang kini
terdaftar di sekolah menengah pertama
yang berfungsi baik di daerahnya.
24
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
Bagaimana Achak Deng dan
Dave Eggers bertemu?
Achak Deng kala itu sedang berada di Amerika pada 2002 ketika ia mengatakan kepada putri Jane Fonda ,
Mary Williams, yang juga pendiri the
Lost Boys Foundation (Yayasan Anak
Hilang / Terse­sat) bahwasanya ia ingin
menceritakan kisah nyata ”Anak yang
Tersesat” dari Sudan pada sebuah buku.
Ketika wanita itu merekomendasikan
penulis Amerika Dave Eggers untuk
membantunya, logika Achak mengatakan dengan jelas: Eggers telah meraih
pengakuan atas penerbitan memoir, A
Heartbreaking Work of Staggering Genius, ”Karya Memilukan dari Seorang
Jenius yang Mengejutkan” yang menceritakan hidup setelah kematian kedua
orang tuanya dalam waktu kurang dari
5 minggu sedangkan Achak tidak pernah bertemu orang tuanya lagi sejak
dia berumur 9 tahun. ”Dia bilang Dave
akan bisa mengerti saya dengan lebih
baik dibandingkan penulis lain.” ungkap Achak Deng.
Akan tetapi ketika Eggers dan Achak
Deng pertama kali bertemu 7 tahun
yang lalu, keduanya tidak menyadari
akan terlibat dalam persahabatan yang
membentang antarbenua, budaya dan
peperangan yang nantinya akan berujung pada pembangunan sebuah gedung sekolah.
”Aku pergi ke Atlanta untuk bertemu dengan Val dan Mary, tetapi tidak
menyangka akan mengerjakan proyek
selama 4 tahun ,” kenang Eggers yang
bermarkas di San Fransisco. ” Val dan
aku cukup akrab dan sepertinya kisah
yang diceritakan cukup mendesak sampai saya merasa paling tidak aku mencoba melakukannya untuk keadilan.”
Kembali ke Kampung Halaman
Banyak hal yang telah berubah semenjak tahun 2003 ketika hanya terdapat kira-kira 500 penduduk di Marial
Bai, dan ketika Eggers menemani Achak
Deng pertama kali pulang kampung dalam 17 tahun. Sebagai ”Anak Tersesat”
pertama yang kembali ke Sudan Selatan,
Achak Deng menumpang 3 pesawat
terbang bersama Eggers dan menuju
Marial Bai menaiki penerbangan kargo
yang berisik, membawa sepeda, obat
dan padi-padian.
Ketika sampai di daratan, Achak
Deng akhirnya bisa memeluk orang tu-
anya yang renta di landasan darurat. ”
Saya menyadari saya beruntung. Meski
saya harus pindah dari satu tenda pengungsi ke tenda yang lain, atau dari Negara satu ke Negara yang lain tapi saya
telah meloloskan diri sementara yang
lain tidak. Hal ini membantu saya memvisualisasikan hal semacam sekolah ini,
proyek yang saya bisa bangun, bagaimana saya bisa memanfaatkan pengalaman
saya, kehidupan dan persahabatan saya
di Amerika dalam suatu cara yang bisa
membantu merubah masyarakat ini.”
Bagi Achak Deng, perjalanan tersebut adalah saat-saat yang menentukan
antara dirinya dan Eggers. ”Ia terbang
ke Sudan pada saat orang barat tidak
diijinkan untuk datang kemari, jadi saya
pernah melihat dia membahayakan dirinya. Apapun yang terjadi, saya tahu
ini adalah masalah kepercayaan, bukan
hanya masalah buku.”
Membangun Sekolah
Menengah
Eggers dan Achak Deng tahu mereka
akan memakai uang dari buku What Is
the What untuk membantu membangun
kembali kampung halaman Achak Deng
sampai akhirnya pasangan ini kembali
ke Marial Bai pada tahun 2007 dan menyadari bahwa kebutuhan akan sekolah
menengah semakin jelas. Walau 48%
anak-anak kini secara resmi terdaftar
di sekolah dasar, hanya 3% yang hadir
di sekolah menengah di Sudan Selatan.
Di Negara bagian Timur Bahr Al Ghazal
dimana terletak Marial Bai, hanya 0.3%
anak berusia 14-17 tahun yang bersekolah tahun lalu.
”Kami kembali ke kotanya setelah
buku itu terbit dan kami katakan pada
para orang tua bahwa akan ada dana
masuk ke yayasan baru dan Val berencana membangun sekolah,” jelas Eggers.
”Kemudian kami terus mendengarkan pendapat di berbagai pertemuan.
Yang kita pelajari adalah bahwa mereka
membutuhkan sekolah menengah di
atas segalanya. Sehingga, kami banyak
belajar dengan mendengarkan terlebih
dulu, - sesuatu yang saya selalu saya rekomendasikan namun tidak demikian
bagi LSM. ”Selama dalam perjalanan,
memilih tanah diluar pasar utama
Marial Bai untuk sekolahnya. ” Upacara
dilakukan untuk memberkahi tempat
tersebut dan seluruh masyarakat ikut
keluar,” kata Eggers.
Bertekad Mengatasi Rintangan
Dave Eggers helps Sudan’s ’Lost Boys’
get a fresh start at school
by Sarah Morrison
www.guardian.co.uk
Menurut sensus yang terkini, 51%
penduduk Sudan Selatan berumur
dibawah 17 tahun, namun hanya ada
10 sekolah pemerintah di seluruh negeri. Sekolah menengah Marial Bay dibangun dengan batu bata yang dibuat penduduk setempat, namun untuk bahan
bangunan yang lain seperti kayu, besi
dan semen harus dibeli di Uganda dan
dibawa oleh lori, sepeda dan kapal. Tujuannya adalah untuk mempekerjakan
guru setempat, namun di sejumlah negara sebanyak 2% guru mengikuti pelatihan, sehingga sulit untuk merekrut staf
untuk sekolah.
Namun, untuk lelaki yang menghabiskan 13 tahun di kamp pengungsian
di Ethiopia dan Kenya, masalah seperti
ini adalah rintangan yang harus diatasi.
Dan setahun yang lalu, setelah 10 bulan pembangunan gedung, sekolah itu
membuka pintunya. Meskipun terletak
150 mil dari jalan berpaving terdekat
namun sekolah menengah Marial Bay
memiliki 85 murid, 12 diantaranya adalah anak perempuan yang berhasil lolos
dalam tes seleksi. Mereka bahkan memulai pelajaran sebelum pintu dan jendela
dipasang.
”Saya percaya orang yang menghabiskan waktu satu menit di kelas lebih
baik daripada yang tidak pernah,”ujar
Achak Deng. ‘Saya juga percaya bahwa
segalanya adalah mungkin dan hanyalah kebulatan tekad dan rasa percaya
yang diperlukan disana. Saya tahu kami
tidak memiliki bulldozer, atau pen-
gangkut yang besar, atau bahkan guru
professional pada saat itu. Namun kita
tidak bisa menunggu dan menunggu
sampai seseorang datang dan memutuskan. Tidak, kita harus membangunnya
sendiri.”
Setahun berlalu, salah satu tantangan
terbesar yang dihadapi Achak adalah
menyemangati para keluarga untuk
membiarkan anaknya masuk sekolah.
Menurut survey tahun 2006, hanya 2,5%
wanita berusia 15- 24 tahun di Sudan
Selatan yang bisa membaca, dibandingkan dengan 56,4% di Sudan Utara. Anak
gadis di Sudan Selatan berkemungkinan meninggal pada usia bayi daipada
berkemungkinan tamat sekolah dasar.
Namun, berbekal pengetahuan akan
komunitasnya, Archak Deng turun ke
jalan untuk memastikan bahwa lebih
dari 22 anak gadis yang saat ini bisa
masuk sekolah. Setelah mengunjungi
keluarga-keluarga di seluruh negeri, ia
membangun 2 asrama putri sehingga
paling tidak 100 wanita bisa tinggal di
sekolah dan bisa bebas dari tanggungjawab yang mereka miliki di rumah.
Murid perempuan 17 tahun seperti
Aquiliana Adhel Majok yang dikirim
ibunya untuk dididik di Kenya selama
masa peperangan. Dia senang menjadi
salah satu murid perempuan pertama
yang sampai di sekolah tersebut.
Perjuangan Achak tidaklah sia-sia.
Aquilliana yang kembali tahun lalu dari
Kenya ke Marial Bai berujar,”Ini adalah
sekolah terbaik di Sudan Selatan dan
 Achak Deng
kami sangat, sangat bangga berada di
sini. Di Sudan, dulu banyak gadis yang
bersekolah dasar namun kemudian mereka menyerah, menikah dan tinggal di
rumah. Ketika gadis lain melihat kita
berseragam sekolah di pasar, mereka
berharap mereka bisa bersekolah juga
sehingga mereka bisa belajar.”
Pengakuan dari Pemerintah
Bagi Eggers, sekolah di Sudan adalah
”hal yang merubah kehidupan”. Mengingat pada tahun pertamanya, dia mengatakan : ”Sebelum sekolah ini dibangun, ada beberapa pilihan bagi mereka
yang lulus sekolah dasar. Dan hampir
tidak ada kesempatan samasekali untuk
anak perempuan. Namun kini, muridmurid datang dari ratusan mil jauhnya
untuk bersekolah, dan inilah perkembangan penting dalam membangun kembali Sudan Selatan.”
Mengutip ”pikiran tunggal” temannya sebagai sesuatu yang penting bagi
kesuksesan sekolahnya, dia menambahkan,” Kami melihat banyak hal
dengan cara yang sama dan itu sebabnya kami menjadi partner yang dekat
sekian lama. Saya rasa, ini karena fakta
bahwa kami lebih cenderung menjadi
orang yang berpraktek daripada menjadi orang yang berteori. Kami tidak
mendesain sekolah ini bertahun-tahun
di AS dengan teori dan ide-ide abstrak.
Kami setuju bahwa ide yang lebih baik
adalah focus pada apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Marial Bai dan
segera memulainya.
Kini, dengan 3 orang guru Kenya dan
5 guru Sudan yang telah pulang kembali setelah berpindah puluhan tahun,
sekolah menengah Marial Bay menuai
pujian di seluruh negeri. Hanya 5 bulan sebelum referendum terencana tentang kemerdekaan Sudan Selatan atas
utara, pemerintah Sudan Selatan telah
menyampaikan ketertarikannya pada
Achak Deng untuk mengurusi peran
yang lebih ke tingkat nasional.
Sementara Marial Bai masih kesulitan dalam pendanaan, Eggers yakin
bahwa hal itu akan berhasil. Dia telah
berjanji untuk membantu Achak Deng
”kapanpun dan dimanapun ia membutuhkan aku”. Namun, ia menambahkan ,” Saya rasa dia tidak terlalu sering
memerlukan saya. Saya rasa dengan
pengetahuan dan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah, tidak ada
batasan terhadap dampak yang bisa ia
timbulkan di Sudan Selatan.”
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
25
cermin
Perbaiki Perilaku
melalui Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional merencanakan pendidikan
karakter mulai dilakukan pada tahun ajaran 2011 -2012 di
seluruh sekolah di Indonesia. Pendidikan karakter merupakan
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
serta pendidikan watak. Yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik
buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
“Sebenarnya, Pendidikan Ka­
rak­ter bukanlah sesuatu yang baru
karena sejak dulu sekolah-sekolah di
bawah naungan Yayasan Pendidikan
Islam sudah melakukannya,” jelas
Dra Diah Harianti MPSi, Kepala Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam rangka pengembangannya, Diah menjelaskan masing-ma-
26
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
sing sekolah Islam mengemas dengan
cara yang berbeda-beda. Ada yang
mengembangkan budi pekerti, ada
yang mengembangkan akhlak mulia,
kejujuran, mencintai lingkungan hidup dan sebagainya. Sehingga, setiap
sekolah bisa mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Contohnya, lima hingga sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai,
seluruh siswa dibiasakan membaca
Al-Quran. Selain membaca Al-Quran,
pendidikan karakter bisa saja memuat
tentang pengembangan budaya lokal
atau pengembangan lingkungan hidup, bahkan pengembangan sikap
anti korupsi pun masuk dalam kategori pendidikan karakter.
“Oleh sebab itu, kami merangkum
seluruh masukan-masukan dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter sehingga pendidikan
cermin
karakter tidak hanya milik sekolah
tertentu saja tetapi menjadi konsep
semua sekolah,” jelasnya.
Setiap satuan pendidikan sudah
harus mempersiapkan dan merencanakan pelaksanaan pendidikan karak­
ter pada proses perencanaan satuan
kurikulum sekolah (SKS)-nya. Tidak
hanya satuan pendidikan, perguruan
tinggi pun memiliki kewajiban untuk
membantu dan harus mendampingi
sekolah untuk mulai melaksanakan
pendidikan karakter.
Latar Belakang Pendidikan
Karakter
Diah menjelaskan latar belakang
pendidikan karakter tidak lain karena
ada masalah serius yang sedang dihadapi bangsa dan negara ini. Masalah
tersebut antara lain masalah disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan
nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai
etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa,
ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian bangsa.
Melihat permasalahan tersebut,
maka Pemerintah ingin mengatasinya
dengan menjadikan Bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang berkarakter dengan memiliki ciri-ciri : tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi Iptek yang semuanya dijiwai oleh IMTAQ kepada Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan Pancasila. Sehingga Indonesia bisa menjadi Bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.
“Pembangunan karakter bangsa,
bukan menjadi tanggung jawab kementerian saja. Walaupun grand design berasal dari Kementerian Kesra
namun semua elemen masyarakat dan
pemerintah pun memiliki tugas yang
sama. Khusus untuk Kementerian
Pendidikan memang memiliki beban
tugas yang berat dan harus sampai ke
sekolah-sekolah,” paparnya.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
“Kami mengelompokkan nilainilai pendidikan karakter itu terdiri
atas olah hati, olah pikir, olah raga
dan olah rasa atau karsa. Di mana, keempat olah ini saling terhubung dan
tidak dapat dipisahkan,” sebut Diah.
Olah hati terdiri atas cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir
terbuka, produktif, berorientasi Iptek
dan reflektif. Untuk Olah Hati bisa
Dra Diah Harianti MPSi, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (kanan).
mencakup beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko,
pantang menyerah, rela berkorban
dan berjiwa patriotik.
Olah raga diwujudkan dalam perilaku bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria dan gigih. Sedang
untuk Olah Rasa atau Olah Karsa bisa
diwujudkan ke sifat ramah, saling
menghormati, toleran, peduli, suka
menolong, gotong royong, nasionalis,
kosmopolit, mengutamakan kepen­
tingan umum, bangga menggunakan
bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja.
“Keempat olah tersebut bisa mulai
dilakukan dari hal paling sederhana
dan mudah dilakukan yang sesuai
dengan kondisi sekolah masing-masing,” jelasnya.
Indikator Minimal
Kementerian Pendidikan telah
menetapkan indikator minimal dari
sekolah yang dianggap telah mengembangkan pendidikan karakter. Artinya, sekolah bisa mengembangkan
pendidikan karakter untuk nilai-nilai
apapun. Tetapi, ada syarat minimal
yang harus dipenuhi oleh suatu satuan pendidikan. Indikatornya, dimulai
dari kondisi sekolah yang bisa mengajarkan kepada peserta didiknya,
bisa memberikan contoh serta bisa
memberikan pengkondisian dimana
sekolah itu harus memperlihatkan indikator bersih, rapi, nyaman, disiplin
dan sopan santun.
“Minimal kita bisa mengembangkan peserta didik memiliki karakterkarakter kepedulian terhadap kebersihan, kesopanan dan disiplin terlebih
dahulu. Sebelum kita melaksanakan
nilai-nilai yang lain,” jelasnya.
Mengapa indikator minimal ada?
Sebab, mengajarkan anak untuk bisa
bersih, rapi, nyaman tidaklah mudah.
Selama ini di sekolah yang bertugas
menjaga kebersihan sekolah adalah
tukang kebun atau cleaning service. Sehingga anak tidak bertanggung jawab
untuk membersihkan sendiri. Tetapi,
pendidik harus mampu mendidik
anak didik untuk memelihara kebersihan.
“Bagaimana kita bisa membuat
anak bertanggung jawab? Misalnya
setiap pergi ke toilet, kita harus memberikan contoh dengan meninggalkan toilet tetap dalam keadaan bersih
dan tidak berceceran kemana-mana.
Sehingga, pengguna yang lain tidak
merasa jijik karena kotor atau bau
yang tidak enak,”jelasnya.
Untuk mendidik anak
memiliki kepedulian
dalam menjaga
kebersihan tidaklah
mudah. Sebab, orang
dewasa pun masih banyak
yang tidak peduli bila
ada orang lain yang akan
menerima akibat yang
disebabkan oleh dirinya.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
27
cermin
Begitu pula membudayakan anak
didik untuk menjaga kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruang kelas.
Walaupun sederhana, namun untuk
menjaga ruang kelas tetap bersih,
rapi dan nyaman sangatlah sulit. Padahal ruang kelas yang bersih, rapi
dan nyaman akan membuat
anak didik betah berada di
ruangan.
“Selain bersih, rapi dan
nyaman. Kedisplinan juga
sangat diperlukan, sebab budaya terlambat sudah mengakar. Hal ini bisa dilihat setiap
ada acara atau rapat. Tidak
sedikit peserta yang datang
terlambat dari jam yang sudah ditentukan, sehingga
merugikan orang-orang yang
tepat waktu,” ulasnya.
Disiplin
memerlukan
keteladanan. Setiap tenaga
pendidik harus rapi dan bisa
memberikan
keteladanan
kepada anak didik dan juga
kepada sesama pendidik. Sehingga anak didik pun bisa
meniru kedisiplinan yang
ditunjukkan oleh para guru.
Sopan santun juga masuk
dalam indikator awal sekolah berkarakter. Meskipun
kelihatannya sangat sederhana, namun dalam penerapannya sangat sulit. Misalnya, bila sudah orang lain
yang berbicara, maka kita
mendengarkan. Begitu pula
sebaliknya bila kita yang berbicara maka orang lain yang
mendengarkan
‘Sopan santun seperti itupun, sudah
tidak terbiasa. Untuk itu, indikatior
minimal Pendidikan Karakter mohon
diterapkan mulai dari diri sendiri kemudian ditularkan ke teman sesama
pengajar yang lain,” ungkap Diah.
Kalau kelima indikator minimal ini
sudah dilakukan oleh para pendidik,
itu sudah hebat. Sehingga, ketika ada
tamu yang berkunjung ke sebuah
sekolah. Maka tamu tersebut bisa
merasakan bahwa sekolah tersebut
adalah sekolah pendidikan karakter.
Pendidikan Karakter Masuk
Kurikulum
Diah menjelaskan Pendidikan
Karakter harus masuk ke dalam kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah atau karakteris-
28
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
tik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik.
“KTSP dikembangkan oleh sekolah
dan komite sekolah,” ungkapnya.
Pengembangan KTSP, sambung
Diah mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan, utamanya adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan. Semua standar kompetensi dan
kompetensi dasar harus mengandung
pendidikan karakter. Sedikitnya ada
tiga cara agar Pendidikan Karakter
bisa masuk kurikulum
Yang pertama, Pendidikan Karakter
masuk sebagai indikator-indikator ke
dalam mata pelajaran yang sudah ada di
sekolah. Artinya, guru harus mengembangkan silabus yang mengembangkan nilai-nilai di dalam SKKB yang sudah ada. Banyak yang bisa dilakukan,
misalnya guru bisa mengembangkan
kejujuran, cinta tanah air, kerja keras,
toleransi dan sebagainya.
“Ini semua pengampu atau guru
yang mengampu mata pelajaran memiliki konsekuensi harus mengembangkan mata pelajaran tersebut dengan
memasukan indikator pendidikan
karakter dalam silabusnya,” urai Diah.
Yang kedua, Pendidikan Karakter
bisa dimasukkan ke dalam pelajaran
yang ada di muatan lokal. Misalnya,
guru menganggap bahwa pendidikan
nilai-nilai budaya lokal harus dikembalikan mulai dari awal hingga akhir
sehingga bisa menjadi mata pelajaran tertentu. Karena mata pelajaran
nasional tidak ada maka guru bisa
mengembangkannya melalui muatan lokal. Sehingga
guru harus mengembangkan
sendiri nilai-nilai tersebut.
Yang ketiga dan yang
banyak diajurkan, yaitu
memasukkan
Pendidikan
Karakter ke dalam kegiatan
pengembangan diri. Sebab,
melalui kegiatan ini sangat
memungkinkan pendidikan
karakter yang diajarkan lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa.
Masih menurut Diah, kegiatan pengembangan diri
bisa dikemas dalam kegiatan
extra kokurikuler atau dalam kegiatan pembiasaan
atau pembudayaan. Kegiatan itu juga bisa dimasukkan
ke dalam bimbingan konselingnya.
Kegiatan tersebut bisa dibagi menjadi dua, misalnya
kegiatan harian dan kegiatan
mingguan. Untuk kegiatan
harian, contohnya lima atau
sepuluh menit sebelum pelajaran, akan diawali dengan
membaca doa atau membaca
Al-quran. Sedang untuk kegiatan mingguan, bisa juga
dilakukan pemeriksaan kebersihan badan.
Misalnya, setiap minggu diadakan
pemeriksaan kebersihan diri mulai
dari kebersihan rambut, kuku, hidung, dan mulut. Sehingga, anak tahu
kalau setiap minggu ada pemeriksaan
kebersihan, mereka akan membiasakan diri untuk berperilaku hidup
bersih. Selain itu, guru juga bisa merencanakan kegiatan cinta tanah air,
cinta kebudayaan bahkan kegiatan
kepedulian misalnya mengunjungi
korban bencana dan lain-lain.
“Pendidikan Karaker ini sifatnya
luwes, tidak hanya bisa masuk ke
mata pelajaran tetapi juga bisa masuk
ke dalam muatan lokal dan ke pengembangan diri,” ungkapnya.
Yang penting, sambung Diah,
pendidikan karakter harus masuk ke
dalam kalender akademik. Kepala
Sekolah harus bisa memulai mengembangkan, merencanakan pendidikan
karakter ke dalam rencana kegiatan
sekolah.Siska Prestiwati Wibisono
sertifikasi
Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Oleh : Wahyu Nugroho, S.H, M.M
Staf Program dan Sistim Informasi LPMP Jawa Timur
Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai pada tahun 2007 setelah
diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan.
Tahun 2011 ini merupakan tahun kelima
pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan
dengan perubahan yang cukup mendasar
tentang pola penetapan peserta. Perubahan
tersebut mengacu dari hasil penelaahan
terhadap pelaksanaan sertifikasi guru selama
empat tahun dan didukung beberapa kajian/
studi .
Pola penetapan peserta sertifikasi guru
dalam jabatan tahun 2011 mengawali
keterbukaaan dan ketertiban data melalui
SIM NUPTK online yang secara lengkap diatur
dalam Buku 1 tentang Pedoman Penetapan
Peserta yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
Unsur Terkait:
Ditjen PMPTK, LPTK, LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Guru
(termasuk Kepala se­kolah dan Pengawas).
Prinsip Penetapan Peserta:
Transparan: Berkeadilan sesuai uruta­n
prioritas
Ditjen PMPTK telah mengembangkan
aplikasi pendaftaran secara online dan ter-
integrasi melalui NUPTK online.
Fasilitas yang telah dibuat:
Perangkingan calon peserta, Update data
peserta, Penetapan peserta
I. Tahap Persiapan:
Tanggal 13 Desember 2010 s/d 28 Februari 2011:
Penetapan kuota provinsi. Kuota
provinsi sudah ditetapkan oleh Ditjen PMPTK
berdasarkan data guru pada SIM NUPTK
posisi bulan September 2010.
Penetapan Kuota Kabupaten/Kota. Kuota kabupaten/kota dihitung dan disepakati
serta disahkan bersama antara LPMP, Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas pendidikan
kabupaten/kota
Data guru yang digunakan dalam penghitungan kuota kabupaten/kota adalah data
guru hasil sinkronisasi data SIM NUPTK posisi
terakhir
Pembentukan Panitia Sertifikasi Guru
tingkat LPMP dan Dinas Pendidikan.
Memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap
suksesnya penyelenggaraan sertifikasi
PSG ditetapkan setiap tahun dan harus
melibatkan operator NUPTK sebagai salah
satu anggota PSG
Sosialisasi Sertifikasi Guru, Sosialisasi oleh
Ditjen PMPTK, Sosialisasi oleh dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan LPMP
Input Data Kuota Kabupaten/Kota Hasil
kesepakatan kuota di-input dalam data base
NUPTK
Update Data Guru pada NUPTK
Perubahan data NUPTK Online dilakukan
oleh operator dinas pendidikan kabupaten/
kota dengan menggunakan NUPTK WebBrowser.
Proses update data NUPTK Online hanya
dilakukan jika ada perbaikan data guru yang
dibuktikan dengan dokumen dari guru.
Perubahan data NUPTK akan mempengaruhi
urutan prioritas dalam daftar calon peserta
sertifikasi guru. Tanggal akhir update data
guru adalah 28 Februari 2011.
II Tahap Penetapan Calon Peserta:
Tanggal 1 Maret 2011 s/d 15 April 2011:
Koordinasi Penetapan Calon Peserta dengan
Kabupaten/Kota dengan agenda: mereview
kembali Buku Pedoman Penetapan Peserta,
latihan dan simulasi mulai dari penetapan
calon peserta sampai dengan penetapan pe-
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
29
Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
serta final melalui NUPTK online, membahas
beberapa kendala dan permasalahan dalam
penetapan calon peserta menyepakati jadwal
penyelesaian penetapan peserta.
Penetapan Calon Peserta dan Pencetakan
Format A0
Penetapan peserta melalui NUPTK online
Pencetakan Format A0 untuk guru (Format A0.1) dan untuk pengawas (Format A0.2)
Verifikasi Data pada Format A0 oleh Guru
Data peserta harus benar karena akan
digunakan sebagai dasar untuk penerbitan
sertifikat pendidik.
Data yang dikoreksi adalah: nama lengkap
harus sesuai dengan dokumen lainnya
(ijasah atau SK PNS). Golongan (bagi PNS).
Tempat dan tanggal lahir; ijasah, tahun lulus,
dan nama perguruan tinggi. Nama sekolah
tempat mengajar.
Dokumen yang dijadikan acuan verifikasi
nama dan tempat tanggal lahir peserta bagi
guru PNS adalah SK PNS, sedangkan bagi
guru bukan PNS adalah ijasah terakhir dari
perguruan tinggi.
Perbaikan data dan Verifikasi A0 oleh
dinas pendidikan harus selesai pada tanggal
15 April 2011.
guru mengajar harus melampirkan SK dari dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota atau
kepala sekolah, mata pelajaran yang diampu
harus melampirkan SK penugasan dan jadwal
mengajar dari kepala sekolah.
Penetapan Bidang Studi dan Pola
Sertifikasi Guru
III Tahap Finalisasi dan Penetapan
Data Peserta :
Penetapan Bidang Studi: Guru harus
konsisten dengan pilihan bidang studi karena
guru harus mengajarkan bidang studi yang
disertifikasi selama bertugas sebagai guru
Penetapan Pola Sertifikasi Guru:
Penetapan pola harus sesuai dengan tingkat
kesiapan dokumen yang dimiliki guru.
Pilihan pola sertifikasi guru dituliskan
dalam Format A0.
Guru Menyerahkan Format A0 ke Dinas
Pendidikan
Perubahan data tersebut harus disertakan
data pendukungnya, misalnya untuk perubahan: data kualifikasi guru harus melampirkan
ijasah sarjana, data kepangkatan/golongan
guru harus melampirkan SK kepangkatan/golongan ruang terakhir, data sekolah tempat
30
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
Perbaikan Data Calon Peserta oleh
Kabupaten/Kota
Seluruh perbaikan data calon peserta
sertifikasi guru harus sudah selesai pada
tanggal 31 Maret 2011.
Batas akhir perubahan data ini secara
otomatis akan menutup aplikasi perubahan
data pada NUTPK Online.
Koordinasi Perbaikan Data
Calon Peserta: koordinasi
dengan dinas pendidikan
provinsi/ kabupaten/kota
untuk mempercepat proses
dan menjamin ketepatan
waktu penyelesaian perbaikan
data peserta.
Jadwal koordinasi perbaikan
data ditentukan oleh
masing-masing LPMP sesuai
keperluan.
Tanggal 16 April 2011 s/d 30 April 2011.:
Verifikasi Data Peserta. Agenda yang dibahas
pada koordinasi verifikasi adalah sebagai
berikut. Menetapkan peserta pola PSPL dan
PF dengan jumlah sesuai dengan kuota portofolio. Menetapkan peserta pola PLPG sesuai
kuota PLPG.
Pengalihan kuota antar kabupaten/kota
jika ada kabupaten/ kota yang tidak dapat
memenuhi kuota, khususnya kuota PF.
Menginformasikan tahapan selanjutnya
dan menyepakati jadwal pelaksanaan sertifikasi guru mulai dari pengiriman dokumen
sampai dengan PLPG. LPMP membantu
menampilkan semua data peserta yang akan
ditetapkan dari data NUPTK online.
Penetapan Nomor Peserta
Digit mempunyaiNomor peserta ini akan
digunakan terus oleh peserta mulai pelaksanaan sertifikasi guru sampai dengan penyaluran tunjangan profesi guru.
Nomor peserta terdiri dari 14 digit yang
ditetapkan sesuai dengan petunjuk Buku I
Pedoman Penetapan Peserta.
Penerbitan SK dan Pencetakan
Format B1
SK penetapan peserta dan Format B1
ke LPMP dan LPTK.
Pencetakan Format A1: Format A1
dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota dari NUPTK
online. Kemudian Format A1 ditandatangani
oleh dinas pendidikan dan diberikan kepada
peserta sebagai bukti pendaftaran peserta
sertifikasi guru.
Satu lembar Format A1 disimpan oleh
dinas pendidikan kabupaten/kota, dan satu
lembar untuk guru.
Bagi guru yang mengikuti pola PF dan
PSPL, Format A1 dilampirkan dalam dokumen/portofolio. Bagi guru yang mengikuti
PLPG, Format A1 digunakan sebagai tanda
peserta PLPG.
Pengiriman Data Peserta ke Web KSG:
Pengiriman data dilakukan secara otomatis
melalui online dari data NUPTK online ke
website KSG pada tanggal 1 Mei 2011 pukul
00.00 WIB.
Melihat pola penetapan peserta sertifikasi
tahun 2011 menggunakan teknologi informasi NUPTK online, maka hasil penetapan
peserta sangat bergantung kepada keakuratan data guru yang terdapat dalam data base
SIM-NUPTK di 38 kabupaten/kota Provinsi
Jawa Timur.
Oleh karena itu semua pihak yang terkait
yaitu LPMP, dinas pendidikan provinsi, dinas
pendidikan kabupaten/kota, kepala sekolah,
pengawas dan guru harus segera melakukan koreksi dan perbaikan data SIM NUPTK
berdasarkan data otentik yang diberikan
oleh guru, sehingga pelaksanaan penetapan
peserta sertifikasi guru tahun 2012 jauh lebih
baik dari sekarang. 
terobosan
ICT, Sarana Pengembangan
Profesionalisme Guru
ICT Training for Teachers sebagai salah satu program unggulan LPMP Jawa Timur bukan hanya
berawal dari keinginan untuk membentuk sebuah ‘ICT Training Center’ bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di Jawa Timur
M Toni Satria Dugananda, ST
Kepala Seksi Program dan
Sistem Informasi
Salah satu upaya percepatan pemerataan mutu pendidikan yang digagas
Kementerian Pendidikan Nasional adalah mewajibkan guru (pendidik) untuk
mengikuti literasi dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hingga
2014 mendatang, ditargetkan 70 persen
guru (pendidik) sudah mengikuti dan
memiliki sertifikat lisensi dasar TIK.
Kepala Seksi Program dan Sistem
Informasi, M Toni Satria Dugananda,
ST mengatakan sejalan dengan program pengembangan profesionalisme
guru dan peningkatan kesejahteraan
secara berkelanjutan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Jawa Timur merancang satu program
peningkatan kompetensi guru (pendidik) melalui pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG /MGMP) berbasis Information, Communication and
Technology (ICT/TIK)
“Pada akhirnya, program ICT Training for Teachers ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi manfaat yang
sangat besar pada peningkatan profesionalitas guru dan perbaikan kualitas
pembelajaran serta administasi di satuan pendidikan ,” kata Toni ditemui
di ruang kerjanya di LPMP Jawa Timur
Jl. Ketintang Wiyata Pos Box 1/ Sb.IKIP
Surabaya.
Toni menambahkan melalui ke-
giatan pengembangan profesionalisme
guru dalam literasi TIK, program ini
sesegera mungkin dilakukan karena
berpotensi besar mendukung pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), kegiatan lesson
study/PAKEM dan lain-lain secara
berkelanjutan.
“ICT sebagai sarana pengembangan
profesionalisme guru, secara khusus
berorientasi untuk meningkatkan
kompetensi pedagogis dan kompetensi
profesional guru,” jelasnya pula.
Masih menurut Toni, LPMP menggelar program ICT Training for teacher
ini mengacu kepada beberapa peraturan perundangan. Antara lain, UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, PP No. 74 Tahun
2008 tentang Guru dan Permenpan No.
16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Khusus di PP 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal 3 ayat 7 berbunyi kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kemampuan Guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
dan budaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya meliputi penguasaan : materi pelajaran secara luas
dan mendalam sesuai dengan standar
isi program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaranyang akan diampu; dan konsep serta metode disiplin keilmuan,
teknologi,atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi
atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
Selain tujuan LPMP Jawa Timur
mengadakan program ICT Training
for teacher adalah untuk meningkatkan
profesionalisme guru, Toni menambahkan program ICT Training for teacher
secara khusus juga diimplementasikan
untuk memberikan bekal pemahaman
dan ketrampilan ICT kepada Pendidik
dan Tenaga Kependidikan tentang
Model Pembelajaran abad 21. Selain
itu, diharapkan dapat menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan, minat, inovasi, dan kreativitas para guru
dalam kelompok KKG/MGMP dengan
menggunakan fasilitas ICT sebagai
media peningkatan kompetensi dan
kinerja profesionalnya.
Program ini diharapkan pula dapat meningkatkan kemampuan guru
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
31
Struktur Awal Program Unggulan ’Getting Started’ pada Program ICT
Training for Teachers/ ICT Training for Educational Resources
dalam mengoperasikan fasilitas ICT
sebagai media pendidikan, media komunikasi dan media informasi, serta
sebagai sarana pendukung peningkatan profesionalisme secara berkelanjutan (CPD/Continuous Professional
Development), seperti : pelatihan ICT,
KTSP dan lain-lain.
“Serta dapat membangun jaringan
komunikasi dan kerjasama antar
profesi guru, baik di daerah tertinggal maupun daerah lain yang lebih
maju. Yang lebih penting lagi adalah
mencetak Participant Trainer (PT) dan
Master Trainer (MT) bersertifikat nasional dan internasional yang memiliki kemampuan “Computer Literacy” sebagai ujung tombak untuk
dijadikan instruktur atau narasumber dalam penyebarluasan keterampilan ICT di wilayah Provinsi Jawa
Timur,” paparnya.
Sasaran ICT Training for Teachers
adalah para guru yang ada di lingkungan sanggar KKG/MGMP kabupaten/
kota di wilayah provinsi Jawa Timur
yang telah menjalin kerjasama dengan
LPMP Jawa Timur dengan menggunakan paket dari Intel Indonesia Corp.
“ Model Pelatihan yang saat ini
sudah tersedia, sedang dan tengah
dikembangkan oleh LPMP Jawa Timur
bekerjasama dengan Intel Indonesia
Coorperation adalah model pelatihan terakreditasi untuk tingkat dasar,”
terang Toni.
Toni memaparkan model pelatihan terakreditasi untuk tingkat dasar
adalah model pelatihan terakreditasi
yang mengembangkan cara mengintegrasikan teknologi dalam kelas sebagai alat bantu produktivitas di kelas
dan pendekatan berpusat pada siswa
dengan memanfaatkan Modul “Getting Started” dari Intel Indonesia Coorperation. Dimana, setiap pendidik
(guru) di Provinsi Jawa Timur sampai
pada Tahun 2014 diharapkan memiliki
kemampuan Computer Literacy yang
baik setelah mengikuti Modul Getting
Started dan dapat meningkatkan kemampuan kecakapannya di Era abad
21 dalam melakukan pengembangan
proses belajar dan mengajar di kelas.
Model pelatihan terakreditasi untuk tingkat menengah (Advance Level)
telah dipersiapkan untuk mengembangkan kecakapan mengintegrasikan teknologi di dalam kelas yang
ada dan mendorong pembelajaran
yang berpusat pada siswa secara offline maupun on-line. Model pelatihan
No.
A
B
C
MATERI/MODUL
ALOKASI WAKTU
PROGRAM UMUM
Pembukaan dilanjutkan Kebijakan Kompetensi Guru dalam Bidang ICT
2
JP
Intel Teach Education Programe
2
JP
Pokok
Modul 1 : Mengembangkan Kecakapan Abad 21
2
JP
Modul 2 : Mempelajari Dasar-dasar Komputer dan Internet
Modul 3 : Membantu Mengembangkan Pemikiran Kritis
dan Kerjasama
Modul 4 : Mempelajari Pengolah Kata
4
JP
2
JP
2
JP
Modul 5 : Aplikasi Pengolah Kata
4
JP
Modul 6 : Mempelajari Multimedia
2
JP
Modul 7 : Aplikasi Multimedia
4
JP
Modul 8 : Mempelajari Lembar Kerja
2
JP
Modul 9 : Aplikasi Lembar Kerja
4
JP
Modul 10 : Mengembangkan Pendekatan Abad ke-21
2
JP
Modul 11 : Merencanakan dan Mengerjakan Rencana Kerja
2
JP
Modul 12 : Meninjau ulang dan berbagi rencana kerja
6
JP
Modul Tambahan 1 : Mempelajari dan Mengaplikasikan Pembuatan e-mail, Milist
2
JP
Modul Tambahan 2 : Mempelajari dan Mengaplikasikan Windows Explorer
2
JP
PROGRAM PENUNJANG
Pemanfaatan ICT dalam pembuatan Silabus dan RPP
2
JP
Pemanfaatan ICT dalam analisis soal
4
50
JP
JP
JUMLAH
32
terakreditasi untuk tingkat menengah
dengan modul “Advance Course (Essentials Course Plus)” menggunakan
paket modul dari Intel Indonesia Coorperation yang telah dikembangkan
oleh LPMP Jawa Timur ditambah paket modul penunjang yang terdiri dari
modul aplikasi dan manajemen.
Sedang untuk model pelatihan
terakreditasi tingkat lanjut (Expert
Level ) yang telah mengkolaborasikan
dengan guru lain untuk membangun
komunitas integrasi teknologi dan kecakapan abad 21 serta membuat unit
berbasis proyek dengan menggunakan
alat berpikir on-line untuk mendorong
kecakapan berpikir tingkat tinggi dari
siswa dengan modul yang dipersembahkan dari Intel adalah advance course
dan tinking with technology ditambah
dengan Modul Pengembangan yang
dilakukan oleh LPMP Jawa Timur adalah Expert Course, Network Management
dan Programmer.
“Paket model pelatihan tingkat menengah dan lanjut yang didesain oleh
LPMP Jawa Timur untuk semua model
Training ICT akan berlaku pola In-OnIn (In-Service Learning I, On-the Job
Learning, dan In-service Learning II),”
pungkasnya.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
suplemen
Tingkatkan Profesionalisme Guru Melalui Tulisan
lebih profesional khususnya dalam
proses belajar mengajar. Penambahan
ini, kita tinjau dari aspek kemampuan
dan kemauan guru dengan penambahan kuota sertifikasi setiap tahun, maka
logika berpikirnya pasti jumlah guru
yang menulis akan naik karena salah
satu penilaian untuk lulus sertifikasi
melalui tulisan.
Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa
depan, diperlukan tenaga pendidik
yang berkualitas dan profesional.
Salah satu cara untuk meningkatkan
profesionalitas guru adalah melalui
kegiatan tulis menulis. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Jatim, Harun. Berikut petikan wawancara penulis Majalah Median LPMP
Jawa Timur, Siska Prestiwati Wibisono
dengan Harun:
Menurut bapak, apakah ada korelasi
antara guru profesional dengan guru
yang aktif menulis?
Menurut saya ada korelasinya.
Orang profesional itu adalah orang
yang menguasai bidangnya. Khususnya dalam konteks ini, guru yang aktif
menulis otomatis akan menciptakan
sebuah karya dan dia termasuk orang
yang menguasi bidangnya. Kalau tidak menguasai, saya yakin mereka
tidak akan bisa menulis dan menciptakan sebuah karya. Kami berharap para
guru dengan inovasi dan kreativitasnya, mereka akan terus menulis. Untuk guru yang pandai menulis, maka
hasil karya mereka tentu akan dibaca
oleh murid-muridnya. Hasil karya
tersebut juga bisa dibaca oleh temanteman mereka bahkan oleh orang lain
juga. Hal ini dalam rangka meningkatkan kinerja guru sendiri.
Menurut bapak, apakah ada keuntungan atau manfaat menulis bagi guru?
Tentu ada, dengan menulis seorang
guru dituntut untuk membaca referensi guna mendukung karya tulisnya.
Dengan membaca, guru akan menambahkan ilmu dan wawasannya. Hal
ini, mendorong para guru untuk selalu
berinovasi. Disamping itu sesuai dengan Permenpan 16 tahun 2009, untuk
kenaikan pangkat seorang guru wajib
melaksanakan penelitian ilmiah dan
membuat karya ilmiah.
Apakah kegiatan menulis bisa menambah angka kredit bagi guru?
Jelas ada. Pengembangan keprofesian dimulai dari membuat karya tulis
inovatif yang akan dipublikasikan secara ilmiah untuk diusulkan dalam Penilaian Angka Kredit (PAK) dan selanjutnya akan diusulkan dalam Kenaikan
Pangkat atau Jabatan. Sebenarnya ada
yang lebih tinggi dari sekedar untuk
Harun
Kepala Dinas Pendidikan Jatim
mendapatkan angka kredit. Yaitu, bagaimana seorang guru itu secara profesional tetap menulis dalam rangka
untuk menambah wawasan dia sendiri. Sehingga ada peningkatan kualitas
dalam proses belajar mengajar. Ke depan kami mengharapkan guru harus
sering menulis secara kreatif, inovatif dan berkesinambungan, tentunya
dengan aturan-aturan penulisan yang
ada, karena menulis ada aturannya,
ada topik dan sesuai dengan format
yang sudah ada.
Bagaimana dengan guru-guru di Jatim? Apakah Dinas Pendidikan memiliki data yang menyebutkan berapa
guru guru di Jatim yang sudah aktif
menulis atau belum?
Tentunya setiap tahun jumlah guru
yang menulis itu ada dan bertambah.
Dalam artian penambahan itu, para
guru memperbaiki kualitas tulisannya dan jumlah tulisannya dengan
mengembangkan topik-topik yang sesuai dengan isu-isu yang sedang berkembang, baik yang berasal dari sekolahnya maupun yang berasal dari luar
sekolah yang tentunya dalam konteks
pendidikan. Dengan banyaknya guru
menulis, maka perlu untuk mereka
mempublikasikannya baik di media
cetak maupun di media online. Dinamika menulis mendorong guru untuk
Apakah pelatihan menulis diperlukan
oleh guru dan apakah Dinas Pendidikan pernah melakukannya?
Pelatihan itu sangat diperlukan.
Seingat saya Dinas Pendidikan sudah
pernah melakukannya melalui kerjasama dengan pihak lain. Dengan memberikan pelatihan cara menulis bagi
guru dalam rangka meningkatkan
angka kredit dan peningkatan kompetensi mereka sekaligus menambah
wawasan mereka. Tentunya materinya
tentang bagaimana cara menulis yang
benar. Pelatihan tersebut minatnya sangat bagus, karena pelatihan ini akan
sangat berguna bagi diri mereka sendiri, khususnya dalam rangka mengembangkan potensi dirinya.
Untuk materi pelatihannya sendiri,
apakah pelatihan menulis bagi guru
harus terkait dengan bidang pendidikan saja? Artinya, apakah guru boleh
mengikuti pelatihan menulis untuk
buku selain buku teks pelajaran seperti buku referensi populer (pengayaan)
maupun buku-buku fiksi yang nantinya menjadi buku best seller?
Saya melihat bahwa apa yang ditulis oleh guru sepanjang berkolerasi dengan dunia pendidikan maupun yang
tidak ada korelasi dengan dunia pendidikan tidak akan menjadi masalah. Sebab, kita tidak bisa membatasi kreativitas seseorang untuk berkarya. Kita juga
tidak bisa membatasi apresiasi orang,
kemauan orang serta kemampuan
orang untuk berkarya khususnya yang
dituangkan dalam bentuk tulisan.
Makin banyak guru yang menulis
sesuai dengan kemauan, kemampuan
serta keinginan mereka maka akan lebih bagus. Sekali lagi, saya tidak akan
pernah melarang atau membatasi seorang guru untuk menulis apapun
yang sesuai dengan keinginan mereka.
Para guru ingin menulis buku pendidikan ataupun buku motivasi yang
akhirnya bisa menjadi buku best seller,
maka saya akan semakin bangga. 
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
33
suplemen
SofieBeatrix
Kalau Dunia Ingin Tahu Anda,
Tulislah!
Dunia buku sangat
mengenal sosoknya.
Perempuan berkerudung
blasteran Cina-Maluku
dan Jawa-Belanda ini
punya panggilan hidup
untuk menulis. Bahkan,
keluarganya pun memiliki
bakat serupa dan semuanya
pernah diterbitkan.
Sofie Beatrix memulai karir di dunia
tulis menulis sejak duduk di Sekolah
Dasar. Ia sering menulis cerpen-cerpen
di buku tulis namun tidak pernah ia
kirimkan. Sampai pada suatu hari
saat bersekolah di SMP Muhammadiyah, ia dipilih mengikuti undangan
dadakan lomba menulis untuk SMP
& SMA. Bakat menulis mengantarnya
sebagai pemenang dan menyabet juara
pertama. Namun, bakatnya belum ia
maksimalkan dan memilih tenggelam
menggeluti aktivitas lainnya.
Takdir menjadi penulis kembali
menghampirinya. Saat di bangku
SMA, didaulat sekolah untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat
Jawa Timur yang diselenggarakan di
Universitas Airlangga. Namun, kali ini
ia gagal menjadi jawara. Usai masuk
perguruan tinggi negeri di Surabaya,
beberapa kali ia mencoba menulis
artikel di beberapa media, namun ditolak. Waktu berlalu, iseng- iseng ia
menulis beberapa artikel disebuah
buletin pengajian dan diterima. Bakat
yang ia miliki diakuinya tak pernah
melalui proses belajar khusus. Hingga
pada usia 34 tahun, ia mulai terdorong
untuk membuat sebuah buku, dan ia
baru menyadari kalau seandainya sejak SMP dulu sering mengikuti aktivitas menulis, tentu sudah banyak lahir
karya-karyanya.
Pengalamannyan ini selalu men-
34
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
jadi contoh dan inspirasi yang selalu
dibawa-bawa bila ia menjadi pembicara talkshow dengan tujuan memotivasi agar anak-anak atau remaja supaya tidak terlambat seperti dirinya. Ia
menyarankan agar para pemula rajin
mengikuti berbagai aktivitas membaca, lomba, workshop, pelatihan dan
komunitas yang berhubungan dengan
tulis menulis. Motto yang selalu ia sebarkan adalah Ajari Anak-anak Menulis. “Kelak, tulisan-tulisan mereka bisa
menjadi amal saleh yang pahalanya
mengalir tak terputus, karena mereka
dapat menjadi jendela untuk melihat
dunia bagi orang lain,” kata Sofie.
Di usia 34 tahun, buku pertama
berhasil dibuat dan diterbitkan oleh
Gramedia berjudul I Love To Organize. Sebuah buku yang dituliskan
berdasarkan pengalaman selama sekian tahun lamanya ia berkecimpung
mengelola berbagai even mulai dari
pengalaman pahit hingga keberhasilannya. Kesuksesannya di buku pertama membuat Sofie makin bergairah
untuk menulis buku-buku selanjutnya.
Hingga saat ini, ia telah rampungkan
5 buah buku. Rata-rata semuanya adalah berisi tentang berbagi pengalaman.
Sofie menitikberatkan pada pelajaran
penampilan (performance), mengkonsultani beberapa istri pejabat soal
mengajarkan penampilan di beberapa
kegiatan, dan merubah penampilan.
Pengalaman itu ia peroleh saat masih
bekerja di Lembaga Pendidikan Ratih
Sang.
Salah satu karyanya soal berbagi pengalaman ia tuangkan dalam buku berjudul Aku Wanita Sempurna. Buku ini,
kata Sofie, terinspirasi dari pengamatan dan belajar tentang pengembangan
potensi diri perempuan. Hebatnya,
buku itu menjadi kurikulum kelas
Optimalisasi Diri yang diajarkan pada
Lembaga Pendidikan Ratih Sang.
Soal pengalaman jadi penulis juga
ia ungkapkan dalam buku berjudul
Duh, Senangnya Anakku Jadi Penulis.
Tangan dingin Sofie juga berhasil mencetak anaknya sendiri Amirullah Izzan
Ghafara, hasil perkawinannya dengan
Jamil Azzaini, dosen Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), menjadi
penulis. Lewat kesabarannya, Amirullah Izzan Ghafara berhasil menerbitkan buku cergam bilingual berjudul Pantang Menyerah/Never Give
Up yang diterbitkan oleh Bina Ilmu
Ananda. Suaminya Jamil Azzaini juga
gemar menulis. Total keluarga ini sudah menerbitkan 12 buku. Bagaimana
sekeluarga bisa sama-sama jadi penulis? “Keluarga kami punya filosofi Kalau Ingin Tahu Dunia, Bacalah. Kalau
Dunia Ingin Tahu Anda, Tulislah,”
kata Sofie.
Menulis bisa menumbuhkan critical
thinking pada diri seseorang. Dengan
suplemen
menulis akan tumbuh kemampuan
berpikir kritis karena ketika menulis seseorang dituntut untuk berpikir
sistematis dan logis, entah itu menulis fiksi maupun non fiksi. Selain itu,
seorang penulis dituntut untuk suka
membaca dan mengamati berbagai hal
sebagai materi tulisannya.
“Otomatis wacana dan kemampuan
mencerna sesuatu akan meningkat
dari sebelumnya. Termasuk kepada
seorang guru, dengan meningkatnya
kemampuan berpikir kritis, sistematis
dan kemampuan menganalisis pasti
berpengaruh pada proses mutu pembelajaran. Dengan menulis, ia pasti
banyak membaca, membandingkan,
meningkatkan kualitas diri. Artinya tidak terbelenggu pada pemikiran yang
itu-itu saja,” terang Sofie.
Selain menambah ilmu dan wawasan, hobi menulis juga bisa mendatangkan keuntungan finasial. Keuntungan menulis banyak, kata Sodie.
Selain mendapatkan royalti dari bisnis yang tidak mengeluarkan modal
sama sekali (cukup ide di kepala), juga
bisa dikembangkan dengan kegiatan
lain. Misalnya, menjadi pembicara,
membuat film (seperti Habiburrahman dengan Ketika Cinta Bertasbihnya). “Saya, seorang agency penulis
yang bekerja sebagai pembimbing (co
author) dan penulis bayangan (ghost
writer) orang terkenal. Keluarga saya
memang kebetulan hoby menulis,”
ungkap Sofie.
JK Rowling, penulis Harry Potter berpenghasilan sekitar 5.4 juta per
menit dari satu karya saja. Stephen
King 25 juta Poundsterling per bulannya, Andrea Hirata, penulis tetralogi
Laskar Pelangi, meraup Rp 2,5 miliar,
Habiburrahman El Shirazy –penulis novel laris Ayat-Ayat Cinta– yang
mendapatkan penghasilan Rp 1,5 miliar dan Kinoysan yang disebutkan
mendapatkan kocek Rp 90 juta per tiga
bulan.
Soal minat menulis dan membaca
orang Indonesia, Sofie melihat masyarakat Indonesia baru- saja melek
pendidikan, artinya, baru sadar bahwa
pendidikan itu penting. Dan pendidikan bisa diperoleh dari banyak-banyak
membaca. Nah, ketika banyak yang
membaca, kebutuhan untuk sumber
bacaan pun meningkat. “Akhirnya,
muncul banyak penulis. Kalau dibandingkan dengan di luar negeri, kita
masih belum setara dalam hal minat
baca dan tulisnya dengan mereka.
Tetapi, perbandingan secara internal,
pertumbuhan kesadaran itu saja sudah
bisa dikatakan maju pesat dibandingkan kita dulu,” jelasnya.
Tips Singkat untuk Guru Menulis
1. Carilah ide tulisan tentang materi yang setiap hari kita geluti. Nggak usah
jauh-jauh biar kita bisa menulisnya dengan sepenuh hati.
2. Kalau sudah dapat idenya, belum bisa menuliskannya, sampaikan saja kepada
anak didik atau murid ketika mengajar materi itu, atau kepada sesama rekan
guru yang sengaja dibentuk untuk kelompok menulis, lalu direkam
3. Hasil rekaman itu ditulis, diperbaiki dan meminta teman-teman untuk
memberikan masukan
4. Gunakan alur tulisan yang sederhana mulai dari : awal->masalah->mengurai
masalah->penyelesaian masalah -> akhir
5. Ikuti komunitas menulis, karena guru perlu mempunyai kemampuan menulis.
Check ThisOut
Berdasarkan bunyi pasal 11 huruf c angka 2 Peraturan
Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun
2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya, salah satu pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh
guru adalah publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau
gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal dan
publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru
Sebagian Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya
seputar Pelaksanaan Publikasi Ilmiah:
1. Melaksanakan publikasi ilmiah hasil penelitian atau
gagasan ilmu pada bidang pendidikan formal
a. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,
diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku
ber ISBN dan diedarkan secara nasional atau
telah lulus dari penilaian BNSP (angka kredit 4)
b. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,
diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat nasional yang terakreditasi
(angka kredit 3)
c. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,
diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat provinsi (angka kredit 2)
d. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,
diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/
jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota (angka
kredit 1)
e. Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,
diseminarkan di sekolahnya, disimpan di perpustakaan (angka kredit 4)
f. Membuat makalah berupa tinjauan ilmiah
dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya, tidak
diterbitkan, disimpan di perpustakaan (angka
kredit 2)
g. Membuat artikel ilmiah popular di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan
pendidikannya dimuat di media masa tingkat
nasional (angka kredit 2)
h. Membuat artikel ilmiah popular di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan
pendidikannya dimuat di media masa tingkat
provinsi (Koran daerah) (angka kredit 1,5)
i. Membuat artikel ilmiah di bidang pendidikan
formal dan pembelajaran pada satuan pendidi-
kannya dan dimuat di jurnal tingkat nasional
yang terakreditasi (angka kredit 2)
j. Membuat artikel ilmiah di bidang pendidikan
formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat nasional yang tidak terakreditasi/tingkat provinsi
(angka kredit 1,5)
k. Membuat artikel ilmiah di bidang pendidikan
formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat lokal
(kabupaten/kota, sekolah/madrasah dstnya
(angka kredit 1)
2. Melaksanakan publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan dan pedoman guru
a. Membuat buku pelajaran per tingkat/buku
pendidikan per judul
- Buku pelajaran yang lolos penilaian oleh
BNSP (angka kredit 6)
- Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit
dan ber-ISBN (angka kredit 3)
- Buku pelajaran dicetak oleh penerbit
tetapi belum ber-ISBN (angka kredit 1)
b. Membuat modul pembelajaran per semester
- Digunakan di tingkat Provinsi dengan
pengesahan dari Dinas Pendidikan Provinsi
(angka kredit 1,5)
- Digunakan di tingkat kota/kabupaten
dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten (angka kredit 1)
- Digunakan di tingkat sekolah/madrasah
setempat (angka kredit 0,5)
c. Membuat buku dalam bidang pendidikan
- Buku dalam bidang pendidikan dicetak
oleh penerbit dan ber-ISBN (angka kredit
3)
- Buku dalam bidang pendidikan dicetak
oleh penerbit tetapi belum ber-ISBN
(angka kredit 1,5)
d. Membuat karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/madrasah tiap karya
(angka kredit 1)
e. Membuat buku pedoman guru (angka kredit 1,5)
Info selengkapnya ada di Peraturan Bersama Menteri
Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 TentangJabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
35
flashback
Prof Dr drg I Gede Winasa
Inisiator Sekolah Gratis di Kabupaten Jembrana
Gratis!
dengan Manajemen DOA
Bebaskan siswa dari SPP. Sudahkah?
Betul SPP dihapus, tapi kalau pungutan
jalan terus. Imbasnya, akses warga miskin
atas pendidikan makin tertutup. Tengok
yuk Kabupaten Jembrana di Propinsi Bali.
Sebelum ada dana BOS, pendidikan di
sana sudah GRATIS… TIS…TIS!
embrana adalah satusatunya daerah di Indonesia
yang berani membebaskan
sekolah negeri dari semua
bentuk pungutan. Hasilnya, sejak akhir 2003 angka
putus sekolah mencapai 0,2
persen. Sebuah prestasi yang membanggakan. Kebijakan ini dilakukan
bertahap sejak tahun 2001/2002 untuk
tingkat SD dan TK, tahun berikutnya
di tingkat SLTP, tahun 2004 untuk
tingkat SLTA dan berjalan hingga kini.
Bagaimana caranya? Berikut inovasi
dan terobosan berani Prof Dr drg I
Gede Winasa, mantan Bupati Jembrana periode 2000-2010.
Waktu itu belum ada BOS, kok
bisa gratis seratus persen?
Saya pakai logika yang sederhana
saja. Prinsip dasarnya, sekolah itu
disiapkan oleh pemerintahkan? Anggarannya ada dan gurunya juga PNS,
operasional diberi oleh pemerintah
daerah. Terus apalagi yang kurang?
Nggak ada alasan sekolah itu bayar.
Apalagi saat ini sudah ada BOS.
Jadi memang bisa dijalankan ya?
Tentu saja. Pemerintah itu wajib
mencerdaskan kehidupan bangsanya.
36
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
Pendidikan adalah hak dasar bagi
warga negara. Dulu BOS untuk SD
Rp.19.500,-. Sebelum ada BOS, anak
SD itu membayar Rp.10 ribu. Berarti
ada dana lebih kan? Logikanya kan
nggak perlu bayar lagi. Dan untuk apa
pungutan-pungutan lain itu?
Tugas pemerintah khususnya
kepala daerah adalah menyiapkan
akses supaya tiap orang bisa memperoleh pendidikan dengan mudah. Kami
tidak mengenal istilah subsidi silang
di pendidikan. Dan sekolah tidak usah
memikirkan status kaya dan miskin.
Kita bicara pendidikan dimana hak
setiap warga negara tak memandang
kaya atau miskin dan pemerintah wajib memberikan hak itu. Kalau tidak,
untuk apa anggaran 20%?
Kalau boleh tahu, bagaimana program ini dimulai?
Tidak ada teori rumit. Saya cuma
minta data berapa jumlah dan total
biaya anak yang sekolah di negeri.
Awalnya SD. Lantas ketemu Rp.2,5
miliar. Langkah pertama, efisiensi.
Yakni dilakukan inventarisasi sekolah
yang tidak efektif dan dilakukan
peleburan dengan sekolah sebelah. Ini
karena satu sekolah biayanya Rp 150
jutaan. Akhirnya ketemu 22 SD yang
tidak efisien dan kita lakukan peleburan dan hasilnya bisa dihemat sebanyak Rp 3 miliar dari Rp 2,5 miliar
yang dibutuhkan. Berarti sudah lebih
dari cukup untuk bisa menyediakan
sekolah gratis.
Reaksi guru? Kok mereka bisa mau,
apa strategi Anda?
Memang tentangan luar biasa
datang dari guru. Saat itu banyak
sekali alasannya. Saya menjamin akan
ganti uang anda semua, yakni uang
dari murid. Saat itu saya bilang apa
bedanya dibayar Rp.5 ribu oleh murid
atau Pemda yang bayari. Kan tetap
dibayar, ada subsidi dari pemda. Tapi
itu belum cukup. Soal biaya dadakan
misalnya. Saya bilang, berarti anda
semua tidak becus membuat perencanaan. Belakangan ketahuan, ceperan
guru bisa hilang.
Karena sudah ketahuan inti
masalahnya, saya tawarkan insentif
untuk guru. Pertama kali Rp.1.250 per
jam. Kini sudah di kisaran Rp.7.500
per jam. Itu belum dihitung tambahan
di luar gaji dan tunjangan fungsional.
Untuk memompa motivasi sebenarnya bisa asal kita mau. Masyarakat
kita ini pragmatis. Pokoknya kebutuhan dicukupi dan disusun peren-
flashback
canaan yang baik dan jangan lupa
disiplin.
Kabarnya Anda kerap berurusan
dengan hukum karena langkah ini?
Waahh…..saya lupa berapa kali
di PTUN-kan. Tapi itu konsekuensi.
Pempimpin dituntut, digugat itu
biasa. Yang paling penting, kalau kita
melakukan hal yang benar, apalagi
untuk mensejahterakan masyarakat,
tidak ada alasan untuk takut.
Buktinya yang lain susah. Pandangan Anda?
Kuncinya ada pada penekanan
anggaran dan efisiensi. Misalnya ada
uang sekian, bisanya buat apa. Kalau
sekarang saya lihat aneh. BOS dulu
yang muncul, baru sibuk buat perhitungan buat menghabiskan. Dulu
kami tidak begitu. Kebutuhannya apa
baru kita kasih, ini namanya efisiensi
anggaran. Dari situ kami bisa penuhi
biaya untuk menggratiskan sekolah.
Di daerah lain kok belum bisa
seperti Jembrana?
Kuncinya di komitmen dan ketegasan. Jangan tebang pilih menegakkan aturan. Dulu, kalau ada oknum
guru yang ketahuan memungut uang
dari siswa, langsung saya copot. Soal
kemampuan daerah lain, saya yakin
bisa bahkan lebih dari Jembrana.
Selain ada BOS, PAD daerah lainkan
besar-besar. Uangnyakan samasama rupiah. Kami hanya berinovasi
dengan hal-hal yang riil dan terbukti
jalan. Saya punya resepnya.
Resep apa?
Intinya efisiensi dan pengawasan
sistem. Bagaimana uang itu keluar
secara efektif, ada manfaat dan hasilnya apa. Selama ini saya memimpin
dengan manajemen DOA. Yakni bagaimana mengatur Dana, Orang, dan
Aset supaya bisa efisien. Bagaimana
SDM dapat termanfaatkan sesuai
kompetensinya.
Sekolah gratis terakhir tingkat
SMA ya?
Tapi kan tidak bisa berhenti sampai
tingkat SMA saja. Harus ada program
regular untuk bagaimana mencerdaskan warga Jembrana. Dinamika
itukan jalan terus.
Misalnya?
Yang pasti masalah dasar sudah selesai. Tinggal ke depan ada komitmen
baru untuk peningkatan kualitas. Bisa
macam-macam seperti insentif guru,
pola bantuan, makan siang gratis, bus
sekolah dan lainnya. Swasta saja bisa
kok.
Harapan untuk dunia pendidikan
kita?
Bersyukurlah karena sudah ada
BOS. Dan itu sudah cukup berlebih,
Apalagi kalau dibantu Pemda, saya
yakin kualitas pendidikan Indonesia
ke depan akan sangat luar biasa. Gratis itu mutlak dengan kualitas yang
tinggi.
***
Sekolah gratis di Jembrana tetap
mengutamakan kualitas. Saat ini
ada 21 sekolah yang proses belajar
mengajarnya dilaksanakan mulai
pukul 07.30 hingga pukul 16.00 WITA.
Program sekolah ini memadukan
antara ilmu pengetahuan, hobi dan
ketrampilan siswa. Pada pagi hari
siswa belajar ilmu pengetahuan
seperti sekolah lainnya, sedang siang
hingga sore siswa belajar tentang
bahasa, olahraga dan ketrampilan
yang diharapkan bisa menjadi bekal
kehidupan di masyarakat.
Di bidang pendidikan Jembrana
adalah pioner kebijakan Program
Sekolah Gratis sebelum pemerintah
meluncurkan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Program Sekolah
Gratis dimulai sejak tahun 2001 yang
menggratiskan biaya SPP dari jenjang
SD sampai SMA dan dilanjutkan
dengan program pemberian beasiswa
kepada anak-anak kurang mampu/
masyarakat miskin dan anak-anak
yang berprestasi secara akademis,
mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi.
Saat ini jumlah sekolah di Kabupaten Jembrana, tercatat sebanyak 185
sekolah SD (Negeri 182 dan swasta
3), Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 9
sekolah. Di tingkat SLTP ada 9 (negeri
4 dan swasta 5), sedangkan Madrasah
Tsanawiyah ada 25 sekolah. Tingkat
SLTA ada 14 sekolah (negeri 5 dan
swasta 9), Madrasah Aliyah 2 sekolah,
sekolah menengah kejuruan (SMK)
sebanyak 7 sekolah. Untuk sekolah
taman kanak-kanak (TK) sekitar 89
sekolah. Sebagai pioner, dampak atas pelaksanaan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di wilayah berpenduduk
250 ribu orang itu sungguh luar biasa.
Selain mampu menekan angka putus
sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan, kebijakan itu juga menimbulkan kebiasaan baru di kalangan
sekolah untuk membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah
(RAPBS) yang lebih terencana, efektif
dan efisien dan masih berlangsung
hingga saat ini.
Satu hal penting adalah komitmen
pemimpin. Di Jembrana ada sesosok I
Gede “Kalau mau pasti bisa”, itu yang
selalu ia dengungkan. Memang harus
ada sosok pemimpin yang demikian,
yang benar-benar peduli dan memperhatikan nasib warganya. Jadi,
kalau di Jembrana bisa, kenapa yang
lain tidak? Rizal Hasan
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
37
refresh
Pendidikan Seks
Perlukah?
Oleh: Dian Kusuma Dewi, SE, MM
Mantan Wartawan yang Peduli
Dunia Pendidikan
Saya ingat betul, suatu hari saat
menonton sebuah film terbitan Amerika. Saat anaknya beranjak remaja dan
memasuki usia 17 tahun, sang ayah
berusaha memberikan pendidikan seks
untuk anak lelakinya. Bahwa di usia
tersebut badan si anak akan tumbuh
rambut di bagian tertentu, suara menjadi besar, dan ia bisa dengan mudah
menghamili seorang gadis! Namun
dengan bahasa yang indah dan mudah
diterima si anak, sang ayah mampu
memberikan penjelasan yang logis tentang terjadinya proses reproduksi.
Di akhir cerita, anak lelaki tersebut
berhasil lolos dari godaan seorang gadis untuk melakukan hubungan seks
pra nikah. Meski jalan ceritanya terkesan seronok, namun saya sangat mengapresiasi film tersebut dimana seharusnya orangtua di Indonesia dapat
bersikap seperti itu.
“Ibu, saya berasal dari mana? Seks
itu apa?” Jika sebagai orang tua, Anda
mendapat pertanyaan seperti itu, apa
reaksi Anda? Apakah Anda akan terkejut lalu mengalihkan topik pembicaraan? Atau Anda akan menjawab: “Nanti
38
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sayang, tunggu kamu besar, baru akan
Ibu jelaskan.” Kapan sebaiknya anakanak mengetahui tentang seks? Kapan
pendidikan seks sebaiknya mulai diberikan?
Kebanyakan orang tua selalu
menunda-nunda untuk membicarakan tentang seks dengan anak remaja
mereka. Dan ketika orang tua mulai
membicarakannya dengan anak remaja mereka, sering sudah terlambat.
Menurut penelitian, sebagian remaja
sudah pernah berhubungan seks pada
saat orang tua mereka mencoba untuk
membicarakan seks dengan mereka.
Memang penelitian tersebut dilakukan
di Amerika Serikat, tapi remaja-remaja
di Indonesia juga mempunyai perilaku
yang sangat memprihatinkan.
Penelitian yang diterbitkan dalam
Journal of the American Academy of
Pediatrics, 114 keluarga diwawancarai pada masalah-masalah mulai dari
perubahan tubuh pada masa pubertas
sampai dengan kondom dan kehamilan. Dalam satu sesi, peneliti menanyakan kepada para remaja dan orang tua
mereka secara terpisah, tentang kapan
topik ini dibahas oleh mereka. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan
jawaban para remaja tentang aktivitas
seks pertama mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa ratarata, remaja telah berhubungan seks sebelum orang tua mereka mulai mendiskusikannya dengan mereka. Menurut
salah satu peneliti, Dr. Mark Schuster,
kepala pediatri umum di Children’s
Hospital Boston, hasil penelitian ini seharusnya mendorong orang tua untuk
berbicara dengan anak remaja mereka
tentang pendidikan seks lebih awal.
Dengan harapan perilaku seks bebas
pada remaja bisa dikendalikan.
Di Indonesia sendiri penelitian
tentang Perilaku Seks Bebas Remaja
Perkotaan pernah dilakukan dengan
hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang
transparan
maka
kecenderungan
untuk melakukan seks bebas makin
tinggi karena ketidak-tahuannya akan
informasi seks yang baik dan benar.
Makin beragamnya sumber-sumber
informasi seks tidak menjamin bahwa
kecenderungan perilaku seks remaja
refresh
akan menurun.
Berdasar hasil penelitian tersebut
di atas, maka pemecahan masalah
yang relevan adalah keterbukaan dan
transparansi dalam proses pendidikan
seks. Bukan saja pendidikan seks yang
disampaikan melalui sekolah, media
massa, saluran komunikasi publik dan
lain-lain, tetapi yang paling penting
pendidikan seks dari orang tua. Karena orang tua dan keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling utama
sebelum remaja melakukan sosialisasi
dengan institusi lainnya.
Perdebatan tentang pendidikan seks
di sekolah seakan tak habis dibicarakan. Kelompok yang pro menganggap pendidikan seks itu perlu untuk
mencegah prilaku seks menyimpang.
Kalangan yang menentang pendidikan
seks beralasan justru pendidikan seks
akan membuat anak yang tidak tahu
tentang seks akan menyalah gunakan
apa yang diketahuinya.
Dunia pendidikan terkejut dengan
hasil penelitian Iip Wijayanto yang menyimpulkan bahwa 97% mahasiswi di
Yogyakarta tidak perawan. Sekalipun
kita meragukan validitas atau tepatnya angka prosentase yang dihasilkan,
tetapi hal ini cukup membuktikan bahwa seks telah disalahgunakan justru
oleh orang berpendidikan.
Kasus KTD (kehamilan tak diinginkan) yang terjadi sampai 30%
pada remaja, 70% pada PUS (Pasangan
Usia Subur) yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Masalah pergaulan
bebas yang menjerumus ke arah seks
perlu di antisipasi dunia pendidikan.
Dengan perkembangan dunia informasi yang semakin pesat, semua sepakat bahwa pendidikan seks perlu di
sekolah.
Pendidikan seks menurut tokoh
pendidikan Nasional Arif rahman Hakim adalah perlakuan proses sadar dan
sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses
perkelaminan menurut agama dan yang
sudah ditetapkan oleh masyarakat.
Dengan demkian pendidikan ini
bukanlah pendidikan tentang how to
do (bagaimana melakukan hubungan
seks) atau tentang hubungan seks
aman, tidak hamil dan lain sebagainya, tetapi intinya pendidikan seks
di berikan sebagai upaya preventif
dalam kerangka moralitas agama. Ia
tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama, jika tidak maka apa yang
dikhawatirkan kelompok anti pendidikan seks akan terjadi.
Ketika seks terlepas dari
kerangka moral agama,
maka kebobrokan moral
kaum terpelajar justru
akan semakin mewabah.
Dalam perspektif pendidikan agama
(dalam hal ini; Islam), pendidikan seks
dibahas dalam materi pelajaran fikih
yang meliputi tentang reproduksi dan
tanggung jawab agama bagi seseorang
yang telah mengalami kematangan reproduksi seksualnya (akil balig). Dengan
mengacu fikih, maka ruang lingkup
kurikulum pendidikan seks antara lain:
Penciptaan manusia oleh Allah (proses kejadian manusia mulai dari pembuahan), perkembangan laki- laki dan
perempuan (secara fisik dan psikis),
perilaku kekelaminan dan kesehatan
seksual. Rancangan ini juga meliputi
penilaian kebutuhan (need assessment),
evaluasi, implementasi, sosialisasi
dan membuat disain kurikulum dan
pengembangannya.
Di samping kurikulum yang juga
harus dipersiapkan adalah guru pengajarnya. Jangan sampai pendidikan
seks yang bertujuan sebagai tindakan
preventif malah menjadi ajang pembahasan seks secara vulgar dan di luar
konteks kependidikan.
Sedangkan informasi yang dapat
diberikan mencakup: tentang masalah
reproduksi, proses kelahiran, KB, perilaku menyimpang, kejahatan seks dan
perlindungan hukum.
Ada dua kemungkinan kurikulum
pendidikan seks: berdiri sendiri atau
terkait dengan mata pelajaran lain. Pendidikan seks di sekolah diintegrasikan
dalam mata pelajaran: agama, olahraga,
biologi (misalnya anatomi), sosiologi,
antropologi, dan bimbingan karier.
Untuk mendukung kurikulum pendidikan seks di sekolah maka kegiatan
di luar sekolah juga perlu mendukungnya. Pendidikan seks dalam kegiatan
OSIS dapat dicakup dalam program
Keputrian, Keputraan, Pesantren Kilat,
Retreat, dsb. Juga kegiatan dalam bentuk seminar dan diskusi yang mengundang orangtua murid dan para ahli,
bila perlu seksolog dan agamawan.
Namun demikian tenggung jawab
keberhasilan pendidikan seks bukanlah semata-mata di tentukan oleh
kurikulum sekolah, tetapi juga peran
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah mempunyai keterbatasan
waktu dan pengawasan. Maka bimbingan keluarga dan kontrol dari masyarakat, dimana anak lebih banyak
menghabiskan waktunya, mempunyai
peranan lebih besar bagi terciptanya
generasi yang berilmu sekaligus bermoral. berbagai sumber
 Is This Good News or Bad News?
Mengintip Yuk, Guru di China Mengajarkan Pendidikan Seks
Memberikan kesempatan kepada anak laki-laki dan perempuan
melihat kamar mandi dari lawan jenis adalah salah satu cara baru
guru-guru di China memberikan pendidikan seks di sekolah.
Siswa kelas 3 di sebuah SD di distrik Chaoyang, Beijing, menerima pendidikan seks pertama mereka dengan melakukan tur ke
toilet. “Memberikan kesempatan untuk melihat toilet lawan jenis
adalah salah satu cara pendidikan seks dan mengerti posisi mereka,” ujar guru Hou Wenjun.
Hou percaya jika pendidikan dimulai dari rasa ingin tahu.
“Dengan melakukan tur ke kamar mandi memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melihat perbedaanya,” jelasnya,
lagi. Salah satu bagian kurikulum mulai dari kelas 1 hingga kelas
6 adalah pendidikan seks dimulai degan subyek mengenai
masalah kesuburan. @TribunNews.com
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
39
JaTIMeYes
rOyAlTI unTuK yATIM
 Berharap Mandiri, Terbitkan Buku KAyA
h Syarif Thayib Msi,
Ketua YAS
IBu nIna SOEKaRWO
saat berbincang dengan salah satu
finalis lomba menulis 1000 yatim
Al Madina, Panti Asuhan Berbasis riset
 GeDunG MeWAh, SArAnA PrASArAnA STAnDAr InTernASIOnAl
MaraknYa sebagian besar anak yatim yang putus sekolah di usia dini mengilhami sebuah yayasan
sosial di Surabaya untuk mengangkat derajat anak
yatim di bidang pendidikan dan kewirausahaan.
Sebuah gedung dan metode pembinaan berstandar internasional pun disiapkan.
Tercatat sebanyak 2.000 anak yatim yang tersebar di seluruh Panti Asuhan di Jawa Timur selama kurang lebih 2 tahun sudah berada di bawah
binaan Yayasan Al Madina Surabaya (YAS). Sebuah
gedung berlantai 3 di Jl Bratang Binangun Surabaya sudah disiapkan untuk panti sekaligus lokasi
pendidikan untuk menimba ilmu pendidikan non
formal dan kewirausahaan. Di bangunan yang masih dalam proses penyelesaian itu terdapat banyak
ruang kelas. Di kelas-kelas itu kelak, masing-masing anak yatim penghuni panti akan dilengkapi
dengan satu komputer dan laboratorium riset.
Ketua Yayasan Al Madina Surabaya, Syarif
Thayib, MSi, mengungkapkan kalau yayasan yang
dipimpinnya mencoba untuk merubah image panti asuhan pada umumnya. Karena itu, bangunan
panti yang diberi nama Grha Aitam (Istana Yatim)
dan sudah selesai 80 persen itu dibangun dengan
corak modern dan jauh dari kesan kumuh. ”Citacita YAS ingin menjadi panti asuhan percontohan
40
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
berbasis riset pertama di Indonesia. Di sini kami
akan memberikan pendidikan dengan standar
internasional,” terang dosen Fakultas Dakwah IAN
Sunan Ampel Surabaya ini.
Mengapa internasional? Menurut Syarif, karena
Grha Aitam menyediakan sarana dan prasarana berstandar internasional seperti laboratorium pribadi
untuk riset, komunikasi harian bahasa Inggris/Arab
untuk anak asuh yatim, dan lain-lain. Selama masa
pembinaan di Grha Aitam, anak-anak yatim akan didampingi oleh beberapa orang pengasuh (murabbi).
Setiap 10 anak minimal akan didampingi oleh
satu orang tua asuh yang bertanggung jawab
penuh memenuhi kebutuhan sehari-hari anak
meliputi bermain, pendidikan (sekolah), kasih
sayang, kontrol perilaku (akhlak), perkembangan
jiwa (psikologis anak), prestasi, implementasi nilainilai edukatif dan keagamaan serta kesehatan.
Selama masa pembinaan, penguasaan bahasa
asing yakni Arab dan Inggris diwajibkan dan dibimbing langsung oleh para murabbi yang mahir dalam
bahasa Arab dan Inggris. Di Grha Aitam, disediakan asrama yang representatif dengan rasio yang seimbang
antara fasilitas asrama dengan jumlah penghuni.
Anak-anak asuh akan disekolahkan pada
lembaga-lembaga pendidikan terdekat dan ber-
pengalaman dalam mendidik anak, menanamkan
nilai-nilai edukatif dan memiliki lingkungan sosial
yang baik, serta terakreditasi A. Selain sekolah,
YAS juga menitikberatkan pendidikan entrepreneurkids. Menurut Syarif, program ini untuk menjamin semua lulusan Grha Aitam kelak tidak akan
menjadi pengangguran dan memiliki skill wirausaha sehingga siap berkompetisi di masyarakat.
“Semua dana, baik pembangunan gedung,
program-program untuk anak yatim diperoleh dari
donatur. Ini cara baru bagaimana kita mengajak
masyarakat untuk mencintai anak yatim. Peduli
pada anak yatim bukan cuma memberi uang, tapi
pikirkan juga masa depan mereka. Para yatim
juga punya hak dan kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan layak dan bisa menjadi
orang sukses,” jelas ayah dua anak ini.
Dalam program pemberdayaan yatim, YAS
merujuk pada hadis Nabi Muhammad, “…Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak
yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam
makan dan minumnya, sehingga mencukupinya
maka ia pasti masuk surga.” [HR. Abu Ya’la dan
Thobroni, Shohih At Targhib, Al-Albaniy : 2543].
Menurut Syarif, hadis itu tegas memotivasi umat
Islam khususnya untuk mencintai anak yatim,
JaTIMeYes
menGGemblenG anak yatim
menjadi menusia unggulan adalah
concern Yayasan Al Madina Surabaya
(YAS). Salah satunya, menggelar kompetisi menulis 1000 anak yatim dan berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), beberapa bulan
lalu. Hasilnya, karya 99 finalis 1000 yatim menulis dicetak dan diedarkan di
masyarakat.
Dalam sambutan kata pengantar
buku KAYA (Karya Anak Yatim), Gubernur Jatim Soekarwo sangat mengapresiasi usaha para anak yatim itu. Pakde
Karwo, yang sejak 2010 lalu diberi gelar
Abah Yatim Jawa Timur itu menginstruksikan jajaran Pemprov Jatim untuk
mendukung program pemberdayaan
anak yatim, khususnya di bidang pendidikan dan kewirausahaan.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim H
Harun Msi bahkan menyediakan kantornya untuk digunakan sebagai lokasi
pengembangan kreativitas anak-anak
yatim itu. Tidak mudah menulis dan
mengangkat tulisan untuk layak dijadikan buku dan diedarkan ke masyarakat.
Prosesnya cukup berliku. Dari pelaksanaan 1000 Yatim Menulis, diperoleh
99 finalis dari berbagai panti asuhan
dan selanjutnya memperoleh pelatihan
khusus menulis sebelum dibukukan.
Ketua Yayasan Al Madinah Surabaya
(YAS), Syarif Thayib MSi menegaskan,
poin penting penyelenggaraan festival
ini adalah untuk memulai pendidikan
anak yatim yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. “Ini langkah
awal dari perwujudan komitmen kami
untuk memberdayakan anak yatim.
Skill menulis hanya salah satu di antara
potensi para yatim. Dan posisi kami
hanyalah fasilitator untuk membangkitkan potensi itu. Sudah ada 7 judul
buku karya anak yatim. Itu ditulis oleh
mereka sendiri,” papar Syarif.
Target dari penulisan buku, ungkap
Syarif adalah bisa beredar di toko-toko
buku dengan harapan bisa mandiri dari
royalti karya mereka sendiri. Dengan
mengasah potensi/bakat anak yatim,
ke depan mereka bisa percaya diri dan
tidak bergantung dari hasil pemberian
orang lain. “Pesan yang ingin disampaikan adalah, sejak dini untuk mandiri.
Kelak kalau mereka besar, mereka akan
mampu menggali potensi dan kemampuannya,” jelas Syarif.
Syarif mengaku pelatihan menulis tidak akan berhenti. Para finalis itu
akan terus dilatih secara intensif oleh
YAS agar benar-benar menjadi penulis
produktif. “Tentu kami tidak bisa sendirian mengelola mereka. Alhamdulillah,
Pemprov Jatim berjanji akan membantu
program ini. Sementara Dinas Pendidikan Jawa Timur akan membantu untuk biaya penerbitannya,” ungkapnya.
Sementara itu Nindia Nurmayasari,
salah satu trainer 99 finalis 1000 Yatim
Menulis mengungkapkan, kegiatan
menulis untuk anak yatim ini mendapat support luar biasa dari berbagai
pihak diantaranya Klub Penulis Cilik
(KPC), FLP (Forum Lingkar Pena), Komunitas Insan Baca dan guru. Diungkapkan Maya, sapaan akrabnya, agar
karya pilihan 99 terbaik bisa dicetak dan
diterbitkan, pihaknya menghadirkan 12
mahasiswa jurusan Desain Produk dari
Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS) yang bertugas mengetik naskah
dan melakukan lay out sekaligus.
Buku-buku karya anak yatim yang
dibukukan kategori pendidikan antara
lain “Menggapai Cita-Cita”, karya
Roni dari Yayasan Nurul Hayat, untuk cerpen SD. Juga buku berjudul Di
Ufuk Barat karya Siti Alifatul Lutfiyah
dari Panti Asuhan Al Amanah Sidoarjo. Ada juga buku berjudul “Surat
Untuk Ayah” karya Nuris Sobah dari
Pasuruan.rizal hasan
sebagaimana Nabi Muhammad, yang terlahir sebagai yatim. Namun mengasuh anak yatim tidak
harus menyertakan seorang anak yatim secara
fisik tinggal satu rumah dengan orang tua asuh.
“Karena itu kami siapkan program 1 Rumah 1
Yatim. Globalnya begini, secara fisik anak yatim itu
di bawah binaan kami. Namun untuk uang makan,
biaya sekolah, buku dan lainnya menjadi tanggungan
dari orang tua asuhnya. Tugas kami hanya memfasilitasi orang tua asuh dan anak asuhnya. Kami juga menyediakan sarana dan prasarana,” jelas Syarif.
memastikan kalau si anak adalah yatim harus dilengkapi dengan surat keterangan meninggal orang tua
yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit dan atau Kepala
Desa. Dan untuk mengantisipasi anak yatim adalah
anak dari hasil perkawinan sah, diwajibkan menyertakan Kartu Keluarga (KK).
Untuk fasilitas, Grha Aitam akan dilengkapi dengan gedung 3 lantai, ruang belajar, ruang bermain,
hall (ruang pertemuan), alat-alat peraga, ruang tidur,
dapur (ruang makan), halaman untuk bermain, mobil
antar jemput sekolah, seperangkat komputer serta
laboratorium bahasa untuk 1 anak.
Menurut rencana, di tahun 2011 ini YAS siap
melaunching Panti Asuhan Internasional tersebut
sekaligus siap menjadi rujukan bagi panti-panti
asuhan lain untuk berbagi pengalaman guna sama-sama mengangkat derajat anak yatim melalui
pendidikan dan kewirausahaan. Ditegaskan Syarif, target atau gol yang diinginkan adalah penanaman spirit kewirausahaan, yakni para yatim dididik memiliki jiwa dan skill wirausaha, memiliki
character building yang positif serta jiwa tangguh
dan ulet (fighting spirit).
Peserta hasil seleksi ketat dari 1000 Yatim
menulis yang diluncurkan Yayasan Al Madina
Surabaya (YAS) di Gedung DBL pada Agustus 2010
tersebut kembali berkumpul, dan berlatih bersama
di Gedung Dinas Pendidikan Jawa Timur pada 20
Februari 2011.
Para trainer berpengalaman yang berasal dari
berbagai kalangan, dengan tekun dan telaten
mengantarkan yatim potensial itu menuju bakat
terbaiknya. Puluhan naskah yang sudah dikumpulkan jauh-jauh hari sebelum hari pelaksaan
pelatihan, dikoreksi ulang bersama. Kemudian
dipresentasikan kembali.
Yang menggembirakan dalam pelatihan periode ketiga ini, dalam sambutannya, Kepala Dinas
Pendidikan Jawa timur, Dr. Harun, M. Si, kembali
menegaskan tentang tekad pihak Diknas untuk
siap total membantu dana penerbitan buku para
finalis yang digagas YAS tersebut.
Bahkan ia memberikan rekomendasi khusus
bagi para finalis untuk menggunakan bagian dinas
arsip. “Koleksi buku bacaannya lengkap. Silahkan
anak-anak kita ini untuk membaca-baca di sana,”
tegas mantan Kepala Badan Pelatihan dan pendidikan Jatim itu. Kepala Dinas Pendidikan Jatim
itu juga berharap para peserta tidak terjebak pada
istilah pintar tidak pintar. Pasalnya, ketekunan
bisa menjadikan seseorang lebih sukses dari orang
yang pintar, namun memiliki sifat pemalas.
Penegasan Kepala Dinas Pendidikan Jatim
tentang komitmennya untuk mengawal langsung
penerbitan buku dengan bantuan pendanaan,
tentu akan membuat peta baru dunia kepenulisan
di tanah air. Pasalnya, jika pihak diknas benar-benar merealisasikan dukungan tersebut, karya para
yatim potensial itu tentu akan memenuhi rak-rak
toko buku di seluruh tanah air. Bukti bahwa, betapa para yatim pun sesungguhnya memiliki potensi
yang luar biasa, dan tak jauh beda dengan anakanak pada umumnya jika mendapatkan pengarahan yang tepat. rizal Hasan
sinergi Dengan Orang Tua
YAS melalui Grha Aitam mengefektifkan peran
orang tua (ibu) anak yatim dalam mewujudkan
visi dan misi Yayasan. Dijelaskan Syarif, orang tua
diberi akses dan waktu kasih sayang yang luas
terhadap anaknya yang tinggal di ‘pesantren tengah kota’ . Orang tua berkewajiban memberikan
“syahriyah” dari Al Madina kepada anaknya tanpa
sepengetahuan anak bahwa uang saku yang diterimanya berasal dari Yayasan. Ini dilakukan supaya
rasa kasih sayang dan perhatian orang tua kepada
anaknya tetap ada dan sebaliknya muncul rasa
terima kasih dan penghormatan yang tinggi dari
anak kepada orang tua kandungnya.
Untuk para penghuni, ditetapkan syarat yang
cukup ketat, antara lain anak Yatim (ditinggal wafat
Bapaknya) atau Yatim piatu (ditinggal wafat BapakIbunya) dengan usia antara 7-10 tahun. Lantas
memiliki Akte Kelahiran atau keterangan lain yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit atau Kepala Desa. Untuk
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
41
input
 Kios Koran Unik di Perumahan Sidokare Indah, Sidoarjo
Andalkan Kejujuran
Jual Koran Tanpa Dijaga
Himbauan berbuat jujur
bukan hanya dimonopoli
para tokoh agama, pemimpin
negara atau tokoh masyarakat.
Seorang pemilik kios koran di
Perumahan Sidokare Indah,
Sidoarjo, hampir 3 tahun
membiarkan korannya dijual
tanpa penjaga dan hanya
mengandalkan kejujuran
orang lain. Cukup disediakan
sebuah kotak, pembeli tinggal
memasukkan uang seharga
koran atau tabloid yang dicari.
Tak ada yang istimewa dari kios di
jalan masuk perumahan Sidokare itu.
Bangunannya pun sangat sederhana.
Tapi ada sebuah pesan di atas selembar kertas putih bertuliskan “Jangan
Berbuat Dzalim”, yang ditempel di
papan kios. Beragam dagangan bacaan
dijualnya, mulai koran harian dari
berbagai terbitan media massa, koran
mingguan, majalah dan tabloid.
Koran-koran itu dijepit di papan kios
sehingga bisa terlihat dari luar. Yang
membedakan kios itu dengan kios koran
lain adalah “kebebasan” yang diberikan
oleh Bagus Susilowanto, si pemilik kios
kepada para pembeli barang dagangannya. Sebuah pesan ditulis dengan spidol “Tempat Bayar Koran dan Tabloid”
dilekatkan di sebuah kotak gabus warna
putih, yang kerap kita jumpai biasa digunakan menyimpan es batu.
Pembeli yang hendak mencari koran tinggal melihat price list (daftar
harga) yang sengaja ditulis dan ditempel di papan dan bisa membawa koran
yang diinginkannya. Bagus mengaku
kalau daftar harga itu sengaja dibuat
untuk memudahkan pembeli mengetahui harga koran yang akan dibelinya.
Lantas, kalau tidak dijaga, bagaimana
soal uang kembalian? “Bisa langsung
diambil sendiri. Ya di dalam kotak itu.
Kan sudah ada uangnya, tinggal ambil
disesuaikan dengan harganya,” kata
bapak tiga anak itu.
Warga di Perumahan Sidokare In-
42
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
dah sudah familiar dengan kios milik
Bagus. Mereka sering mampir dan
memasukkan uang ke kotak lalu mengambil sendiri koran yang dicarinya.
Fatma (34), ibu rumah tangga di Perumahan Sidokare Indah ini mengaku
bahwa seluruh penghuni kompleks
sudah tahu cara kerja dan mekanisme
kios koran milik Bagus. “Orang di sini
sudah tahu semua. Ya memang begitu
caranya,” ujarnya sembari tertawa.
Keberanian Bagus merelakan kios
korannya tanpa dijaga itu sudah diikhlaskannya. Diakui Bagus, kios itu
merupakan salah satu pemasukan bagi
keluarganya selain sebagai agen iklan
koran. Ia juga membuka warung bakso dan jualan koran di rumahnya di
kawasan Magersari Sidoarjo, yang dikelola Puput Ernawati, istrinya. Bagus
percaya, masih banyak orang yang jujur, meski dia tahu tidak semua orang
bisa memenuhi harapannya.
Lebih dari dua tahun jebolan Filsafat
UGM 1994 itu mempraktikkan kejujuran
di kios koran miliknya. Ia percaya niat
baik selalu diridhoi Tuhan. Selama itu
pula Bagus mengaku tidak mengalami
kerugian besar. Pada hari biasa, pendapatan dari kotak gabus itu bisa mencapai
Rp 100 ribu. Namun jika hari akhir pekan bisa meningkat sampai Rp 250 ribuan. “Pernah suatu hari jumlah uangnya
kurang, tapi di hari lain ada yang kasih
lebih. Alhamdulilah,” kata pria kelahiran 3 Juni 1965 itu.
Di kios itu, Bagus hanya menjaga
sekitar pukul 09.00 WIB. Karena saat
itu adalah rame-ramenya pembeli. Di
atas itu, tidak menentu. Karena itu ia
memutuskan meninggalkan kios untuk melakoni aktivitas lain seperti menagih iklan yang sudah dipasang di
sebuah koran.
Sebelum nekat membiarkan kios
tanpa penjaga, ia dulu punya dua
pekerja. Namun, kehadiran pekerja
malah membebaninya. Alasannya,
ia tetap harus melakukan pekerjaan
administrative, seperti bon, nota, dan
rekap biaya retur ia lakukan sendiri.
Karena itu ia merasa lebih baik bekerja
dan mengelolanya sendiri.
Pengalaman uang tidak lengkap
juga dialaminya, meski tidak banyak.
Baginya, hal itu tidak menyurutkan
niatnya meneruskan konsep kios koran tanpa penjaga. Diakuinya, setahun
awal mencoba konsep ini, ia mengaku
rugi di bawah Rp 300 ribuan. Ia tahu,
ada orang yang sengaja mengambil
uang dari kotak.
Sebelum mengawali usaha kios koran, Bagus kerap gonta ganti pekerjaan
dari satu perusahaan ke perusahaan
yang lain. Ia juga sempat menerjuni
dunia jual beli mobil, bekerja di sebuah
radio di Surabaya dan di percetakan. Ia
mengaku dunianya adalah marketing.
Baru pada 2005, ia mencoba peruntungan sebagai agen iklan dan pengecer
koran. Rizal Hasan
Iptek
Oleh : Cak Rye
http://cak-rye.blogspot.com
BlOKIr
SITuS
dengan “eSCAn” Internet Security Suite
MicroWorld Software telah
menciptakan pelindung
server dan perangkat kerja
dari ancaman virus, hacker,
spyware, dan keylogger
berbasis OS Windows yang
diberi nama “eSCAN” Internet
Security Suite”.
SOFTWaRE pelindung ini memiliki keunggulan pada pencarian (scanner)
yang canggih dan berteknologi MWL
(MicroWorld Winsock Layer). Teknologi
ini memungkinkan eScan secara menyeluruh mencari dan proaktif memberikan
keamanan serta Real Time Security mulai
saat anda menghidupkan komputer sampai anda mematikannya.
Pada Windows, eScan mengantisipasi
ancaman terhadap keamanan level Windows Socket. Dengan mengkombinasikan
kekuatan email dan web scaning engine
serta MWL, eScan sanggup mendeteksi
ancaman malware dan konten yang tidak
diinginkan dalam email, attachment, dan
website. escan juga dapat meblokir situs
atau web berdasarkan keyword atau kata
kunci.
Daftar Fitur eScan :
antiVirus Engine: Mesin deteksi virus
yang cerdas, mendeteksi dan membersihkan virus yang masuk dalam sistem
Anda.
heuristic Scan Engine: Mendeteksi
virus yang tidak diketahui.
Content Security and Parental Control:
Memblokir pornografi dan situs lain.
Block Spam : Menghentikan surat
yang bersifat ofensif.
Block attachment: Menspesifikasi
tipe attachment untuk diblokir otomatis.
Keamanan Proaktif: Mencegah serangan dari ancaman baru yang mencurigakan sebelum ancaman tersebut
menyerang sistem Anda.
Kontrol aplikasi: Mencegah eksekusi
yang tidak diinginkan/Aplikasi terlarang
(program) pada sistem dan jaringan.
Kontrol uSB: Mencegah kebocoran
data, hanya orang-orang yang memiliki ijin akses pada alat USB. Memberikan
akses dasar yang aman untuk alat yang
dapat diambil.
Perangkat MWaV: Perangkat AntiVirus MicroWorld bermanfaat untuk mengeliminasi Adware dan Spyware.
Pengunduhan Otomatis update:
Pengunduhan gratis dan otomatis dari
situs MicroWorld.
Deskripsi Fitur
Proteksi
File antiVirus – Memonitor dan menjaga sistem Anda pada basis real-time
melawan virus, spyware, adware, dan
objek berbahaya lain saat akses file. Juga
memiliki fitur pindaian proaktif untuk file
atau objek yang diduga berbahaya bagi
sistem.
Mail antiVirus – Memindai seluruh
pesan yang masuk dan keluar akan bahaya virus, spyware, adware, dan objek
berbahaya lain.
anti Spam – Berdasarkan teknologi
NILP (Non Intrusive Learning Pattern),
dengan cerdas akan menyaring seluruh
timbunan pesan dan pesan spam.
Web Protection – Memindai seluruh internet trafik dan control situs yang
diblokir dan diperbolehkan.
Firewall – Memonitor seluruh aktivitas
jaringan kedalam maupun keluar pada
sistem Anda dan juga menjaga dari jaringan lain yang bersifat menyerang. Set-
ting awalnya adalah mode penyaringan
terbatas (hanya trafik yang masuk yang
disaring)
Endpoint Security – Memproteksi
dari ancaman yang dapat menjangkiti
sistem Anda melalui endpoints seperti
USB, alat portable dan menyediakan control aplikasi untuk mengatasi program
yang tak diinginkan (setting awal, kontrol
aplikasi dinonaktifkan )
Privacy Control – Menjaga informasi
pribadi dari ancaman dan menghapus informasi temporer yang tersimpan.
Scan/Pindai – memindai file, folder,
dan alat penyimpanan dari ancaman dan
bahaya dalam bentuk virus, spyware, dan
objek berbahaya lain.
Dalam pembahasan kali ini saya akan
memberikan tip langkah-langkah untuk
memblokir web atau situs dengan menggunakan software “eScan” Internet Security Suite.
Langkah pertama, Software eScan
dapat di download di http://update1.
mwti.net/akdlm/download/escan/escan10/iwn2k3ek.exe atau bisa dicari lewat mesin pencari yang serba bisa yakni
“mbah google”.
Langkah kedua, install eScan tersebut
ke dalam komputer server atau komputer
anda atau di labkom sekolah agar siswa
tidak bisa mengakses web yang tidak
seharusnya dibuka, dan pastikan semua
anti virus yang ada di komputer dimatikan, karena bisa terjadi crash/konflik. Setelah selesai proses instalasi klik double
untuk memulai aplikasi ini.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
43
iptek
Gambar 1. Proses Installasi
untuk menyimpan konfigurasi lalu klik “applay dan OK”
Gambar 4 : menu “edit profil” untuk menambahkan alamat web
yang akan di blokir.
Peringatan: kami merekomendasikan saat Anda memproses instalasi, harap matikan seluruh aplikasi terlebih dahulu.
Langkah ketiga, pilih menu web protection untuk memblokir situs
atau web yang tidak kita inginkan untuk diakses dan kemudian pilih
“setting” untuk mengatur web yang akan di blokir.
Gambar 2 : menu web protection
Langkah keenam, pada pojok kiri atas klik “enable” pada User yang
akan diproteksi agar setingan yang kita buat tadi diaktifkan kemudian
klik Ok untuk menyimpan semua konfigurasi.
Gambar 5 : menu “enable” untuk mengaktifkan proteksi user.
Ikon ini mengindikasikan dimulainya fitur
Ikon ini mengindikasikan dihentikannya fitur
Langkah keempat, masuk pada menu web protection setting
dimana anda bisa memilih user yang akan diproteksi apabila komputer
anda lebih dari satu user, atau bisa diabaikan saja sesuai defaultnya. Dan
pilih edit profile untuk mengedit atau mensetting web atau situs yang
akan di blokir.
Gambar 3 : user protection list, untuk memilih user yang akan
diproteksi.
Langkah kelima, klik 2x pada “website_allowed”, sebagai contoh kita
akan memblokir situs facebook.com. Untuk menambahkan situs yang
tidak diinginkan ketik nama situsnya lengkap dengan ekstensinya (contoh : facebook.com) kemudian pilih “add” setelah itu klik simpan (save)
Silahkan dicoba dengan menggunakan “internet exsplore” atau
software browser lainnya dan isikan alamat yang kita blokir tadi yaitu
“facebook.com” pada address bar.
Setelah membuka situs yang diblokir maka akan muncul tampilan
dari escan yang akan meminta memasukkan password administrator
untuk mengakses web tersebut. Jika anda bukan administratornya
maka web tersebut tidak akan terbuka alias di blok.
Contoh :
Gambar 6 : contoh memblokir situs facebook.com
Aplikasi ini sangat cocok diterapkan sebagai proteksi terhadap
situs-situs porno dan situs-situs yang berbahaya bagi anak-anak dalam
pendidikan moral dan mentalnya, terutama jika anda sebagai seorang
pendidik TIK di sekolah hendaknya masalah situs-situs berbahaya menjadi prioritas untuk pemblokiran.
Semoga sukses...!
Info seputar ICT : http://cak-rye.blogspot.com
44
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
perpustakaan
Program Kerja Pengembangan
Perpustakaan lPMP Jawa Timur
Oleh: Dra. Sri utami
Kasubag Umum LPMP Jatim
rasiOnal
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa
Timur mempunyai peran penting dalam pencapaian standar nasional pendidikan utamanya bagi pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi Jawa Timur. LPMP Jawa Timur
mempunyai tugas memberikan fasilitasi bagi peningkatan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan tugas tersebut adalah keberadaan perpustakaan sebagai basis pengembangan keilmuan dan keunggulan. Perpustakaan memberikan bekal
keilmuan bagi widyaiswara, pejabat dan pegawai LPMP
Jatim (human capital) dalam melaksanakan tugas dan
fungsi lembaga. Disamping itu LPMP Jawa Timur sebagai
kampus tempat menggembleng para pendidik dan tenaga
kependidikan mutlak harus didukung dengan perpustakaan
yang memadai.
Dasar HukuM
Program pengembangan perpustakaan LPMP Jawa
Timur disusun berdasarkan peraturan/perundang-undangan berikut ini:
 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
 Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7
Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan;
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49
Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
TuJuan
Program pengembangan perpustakaan LPMP Jawa
Timur bertujuan untuk:
 Meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi pustaka.
 Meningkatkan kenyamanan pengguna perpustakaan.
 Meningkatkan layanan kepada pengguna.
 Meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan.
 Menumbuhkan budaya membaca.
 Menyediakan sumber informasi mutakhir.
uraian prOgraM kerJa
Tahun 2011 Perpustakaan LPMP Jawa Timur diproyeksikan lebih meningkatkan kualitasnya sebagai foundament
dalam menyiapkan sumber daya manusia (meliputi: pejabat struktural, widyaiswara, pegawai, dan masyarakat dari
luar LPMP Jatim) yang mempunyai wawasan luas dan kemampuan berfikir kritis. Disamping itu perpustakaan juga
dapat memberikan kontribusi positif dalam mendukung
kegiatan yang diselenggarakan lembaga antara lain dalam
bentuk diklat atau workshop.
Program kerja yang disusun oleh Perpustakaan LPMP
Jatim selama tahun 2011 dilakukan melalui dua tahapan,
yaitu tahap pertama pengembangan internal perpustakaan
dan tahap kedua pemberdayaan perpustakaan.
Pada tahap pertama, Perpustakaan LPMP Jatim mengklasifikasikan programnya dalam 4 bagian besar, yaitu:
 BiDang pengaDaan Barang
Perpustakaan akan berfungsi optimal manakala
didukung dengan peralatan yang memadai, untuk itu
perpustakaan akan mengusulkan pengadaan sejumlah
barang, antara lain: komputer, meja komputer, printer
warna, meja baca, kursi, filing cabinet, almari.
 BiDang kOleksi
Kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan harus
ditingkatkan agar dapat mendukung kinerja lembaga.
Untuk itu dalam tahun 2011 akan mengusulkan program : Pemeliharaan koleksi termasuk di dalamnya penjilidan buku, pemberian dan/atau perbaikan sampul,
pemberian kapur barus, dan penyedotan debu.
Menyusun dan mengusulkan pengadaan buku baru.
Program ini dimulai dengan mendistribusikan form
usulan pengadaan buku baru ke pejabat, widayaiswara,
dan pegawai LPMP.
Mengusulkan pengadaan surat kabar, tabloid, majalah, dan jurnal cetak secara berlangganan.
Pengadaan koleksi pustaka berupa peraturan perundang-undangan.
Inventarisasi dan pengolahan koleksi pustaka
 BiDang pelaYanan pengguna
Perpustakaan diharapkan mampu memberikan
pelayanan kepada pengguna secara efektif dan efisien.
Jenis layanan pengguna meliputi kegiatan penelusuran
informasi koleksi pustaka, peminjaman, pencatatan
peminjaman, pengembalian, pencatatan pengembalian, dan pencatatan pengunjung. Untuk mewujudkan pelayanan tersebut Perpustakaan LPMP Jatim
mengupayakan percepatan data base buku pustaka sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilaksanakan
secara otomatis berbasis komputer.
Perpustakaan mengupayakan memberikan fasilitas
berupa akses internet gratis bagi pengguna perpustakaan dari luar LPMP Jatim setelah mendaftarkan diri
sebagai anggota perpustakaan LPMP.
 BiDang aDMinisTrasi
Program pada bidang administrasi diarahkan pada
tertib adminstrasi, meliputi pencatatan hasil kegiatan
seirkulasi, penyusunan laporan berkala (laporan bulanan dan laporan tahunan), penyimpanan surat-surat atau
berkas, pembuatan kartu anggota dari luar LPMP Jatim,
pembuatan kartu peminjaman, penyimpanan dan pe-
ngolahan data buku dan pengguna perpustakaan.
Pada Tahap Kedua merupakan tahap pemberdayaan
perpustakaan dimana perpustakaan mampu menjalankan fungsi lebih luas, antara lain meliputi upaya
meningkatkan minat untuk berkunjung ke perpustakaan, peningkatan budaya membaca, fasilitasi dan
pemberdayaan pustakawan sekolah.
Selanjutnya program pada tahap pertama dan tahap kedua tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan
umum berikut ini:
Tahap pertama:
Pengembangan Internal Perpustakaan
 Penataan ulang ruang perpustakaan.
 Penghapusan sebagian koleksi, dengan kriteria:
 Satu judul buku berjumlah lebih dari 5 eksemplar
 Diterbitkan tahun 1985 atau sebelumnya.
 Tidak berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi
lembaga.
 Menarik buku-buku yang ada di beberapa seksi
 Pembentukan tim entry catalog untuk mendukung
percepatan penyelesaian
 Berlangganan surat kabar, tabloid, dan jurnal.
 Pengadaan koleksi baru (100 judul buku sebanyak
200 eksemplar)
 Pemasangan wifi, penguatan bandwit internet ke
perpustakaan, dan penyediaan internet gratis bagi
pengguna perpustakaan dari luar LPMP Jatim.
 Pengadaan barang
 Mencetak peraturan/perundang-undangan dalam
bidang pendidikan.
 Pembuatan brosur
Tahap kedua:
 Pemberdayaan Perpustakaan (empowerment of library )
 Lomba karya tulis ilmiah bagi pegawai LPMP Jatim
 Lomba karya tulis ilmiah bagi pustakawan sekolah
SD
 Pelatihan pengelolaan perpustakaan bagi pustakawan sekolah SD.
 Bedah buku
 Pemutaran film pendidikan atau film documenter.
 Penerbitan kartu anggota bagi pemakai perpustakaan dari luar LPMP
 Selanjutnya program dan kegiatan tersebut akan diuraikan secara detail dan operasional.
penuTup
Keberhasilan program pengembangan perpustakaan ini akan sangat bergantung kepada komitmen
pimpinan dan kesadaran seluruh pegawai LPMP Jawa
Timur untuk bersama membangun dan memanfaatkan
perpustakaan secara optimal.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
45
perpustakaan
Menciptakan Perpustakaan
Berkelas Dunia
 untuk Mencapai Hasil yang Lebih Baik
Semakin maju zaman semakin cepat layanan yang diinginkan untuk
memuaskan hasrat manusia. Perpustakaan Indonesia pun sudah
sepatutnya mengikuti konsep tersebut guna meningkatkan intensitas
bangsa Indonesia dalam berkunjung ke perpustakaan. Sehingga secara
tidak langsung juga menyuruh mereka untuk gemar membaca. Oleh
karena itu dibutuhkan standar yang tinggi atau bertaraf internasional
dalam pengembangan perpustakaan itu sendiri.
Seperti yang kita tahu, lembaga pendidikan di Indonesia sekarang sedang belombalomba mengarahkan anak didiknya untuk
berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain.
Dengan kata lain dunia pendidikan Indonesia sudah mulai merambah ke kancah internasional. Penerapan standar
internasional pun juga bisa
ditemukan di beberapa sekolah swasta maupun negeri.
Hal tersebut tidak akan berjalan tanpa didukung dengan
perombakan kualitas sarana
dan prasarana termasuk ruang baca atau perpustakaan.
Karena perpustakaan memegang peran vital dalam
penyampaian informasi dan
pengetahuan kepada semua
pihak dalam pendidikan,
baik subjek maupun objek
pendidikan. Perkembangan
perpustakaan yang sesuai dengan perkembangan dunia
serta bertaraf internasional
juga akan mengangkat citra
dari sekolah-sekolah tersebut.
Sehingga banyak siswa yang memilih sekolah
tersebut untuk menjadi satu pilihan sekolah
favorit.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata ‘internasional’ menyatakan bangsa-bangsa
atau negeri-negeri seluruh dunia. Pada dasarnya
hal ini sangat berkaitan dengan cakupan ruang.
Namun pengertian yang dimaksudkan disini
adalah bertaraf (kualitas) internasional. Jadi perpustakaan bertaraf internasional mengandung
makna bahwa perpustakaan atau ruang baca
yang berfungsi sebagai penyedia informasi
berpedoman pada standar terbaik yang diakui
dunia, baik dari segi sistem pelayanan, SDM,
koleksi maupun fasilitas. Pada umumnya perpustakaan-perpustakaan ini terdapat di negaranegara maju yang sudah terbukti pengaruhnya
46
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
terhadap kemajuan negaranya. Berikut ini 3
univeritas yang memiliki perpustakaan terbaik
di dunia adalah Havard University, Yale University, University of Illionis-Urbana Champaign.
Tapi tidak dipungkiri jika perpustakaan bertaraf
seperti ini juga dikembangkan di negara-negara
berkembang ataupun terbelakang selama induk
lembaga dari perpustakaan tersebut memiliki
komitmen dan prospek untuk maju.
Ada beberapa kriteria yang dijadikan standar Amerika dalam mengukur kualitas suatu
perpustakaan, yakni: Services and collection
(pelayanan dan volume koleksi), Acessibility
(aksesibilitas), Variety of literary offerings (keanekaragaman literatur yang disediakan),
Comfort and availability of reading/ studyng
spaces (kenyamanan membaca), User Satisfication (kepuasan pengguna). Kriteria-kriteria
tersebut juga telah digunakan oleh Negara-negara Asia dalam mengukur kualitas dari perpustakaan-perpustakaan yang terdapat di Negara
mereka. Indonesia pun juga mulai memegang
pedoman tersebut untuk bangkit dari keterting-
galannya dengan Negara maju. Bahkan dalam
Seminar Internasional Libraries for World Class
Universities dengan mengamati perkembangan perpustakaan berkelas dunia, beberapa
pakar pustakawan menghasilkan parameter
pengkualifikasian perpustakaan menuju World
Class Library. Walaupun memang yang ditetapkan dalam seminar ini adalah standar internasional untuk perpustakaan pada universitas
tetapi tidak ada salahnya jika sekolah-sekolah
(terutama sekolah menengah) juga menjadikan
parameter ini sebagai pedoman. Berikut ini parameter yang telah dirumuskan (lihat tabel):
Dari Teks Pidato Ratnaningsih Di
Sidang Pengukuhan
Pustakawan Utama
Seharusnya untuk mencapai A World Class Library,
sudah sepantasnya sebuah
perpustakaan tidak hanya
memikirkan kuantitas dari
buku tetapi juga kualitas
koleksi. Percuma saja jika perpustakaan sudah mencapai
target standar internasional
dalam kuantitas tetapi tidak
memperhatikan kebutuhan
pelanggannya (buku apa saja
yang dibutuhkan). Sebaiknya
informasi di segala bidang
dapat diakses oleh mereka.
Dan bahkan perpustakaan
tidak hanya menyediakan
referensi-referensi dari dalam
negeri tetapi juga import dari
negara-negara lain. Jadi informasi global bisa sampai ke tangan masyarakat
yang berkewajiban membawa negara Indonesia ke pintu kesuksesan dan kemakmuran.
Di sisi lain globalisasi juga memberi pengaruh terhadap kemajuan teknologi di suatu
negara. Agar dapat menyeimbangkan hal ini,
sudah sepatutnya perpustakaan-perpustakaan
juga memanfaatkan IT dalam sistem pelayanan,
seperti e-books, e-library, e-catalogue, online
catalogue. Kecanggihan sistem pelayanan
tersebut bukan hanya untuk membantu memudahkan kerja pustakawan, tetapi juga untuk
membuka mata pelanggan terhadap kemajuankemajuan yang telah ada. Dalam hal ini perpustakaan tidak hanya menyediakan pustakawan
yang profesional saja, tetapi juga memerlukan
perpustakaan
staf khusus yang ahli dalam bidang IT. Sehingga
dalam menjalankan sistem ini, perpustakaan tidak menemukan kendala.
Perubahan menuju perpustakaan bertaraf
internasional tidak bisa dilaksanakan secara
sekejap, butuh banyak tahapan. Sedangkan
setiap tahapan tidak hanya membutuhkan
waktu saja tetapi juga dibutuhkan dana
dengan jumlah besar serta kekonsistenan
dari lembaga induknya. Perpustakaan memang tidak bisa berjalan sendiri tetapi sangat
dipengaruhi lembaga induknya masing-masing. Sehingga terkadang banyak ditemukan
hambatan dalam pengembangan perpustakaan yang disebabkan oleh faktor eksternal
(seperti: kebijakan ekonomi dan perkembangan lingkungan sekitar) maupun internal
(ketanggapan pustakawan terhadap kritikan
pelanggan).
Faktor eksternal
Memang susah jika sistem politik sudah
merembet pada dunia pendidikan karena akan
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
menimbulkan ketimpangan-ketimpangan, terutama dalam hal pemberian anggaran. Dalam
kemajuan perpustakaan anggaran juga menjadi hal vital guna mensukseskan konsep yang
telah dibuat untuk menuju perpustakaan bertaraf internasional. Bahkan anggaran perpustakaan harus (wajib a’in) masuk dalam rancangan
anggaran operasional tahunan dari lembaga
induknya. Seperti dalam Pedoman Penyelenggaraaan Perpustakaan Perguruan Tinggi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi memberikan rambu-rambu bahwa besar
dana yang dianjurkan untuk membiayai kegiatan perpustakaan secara normal sedikitnya lima
persen (5%) dari seluruh anggaran perguruan
tingginya. Padahal jika kita bandingkan dengan
perpustakaan di negara-negara maju, sedikitnya
10% dari total anggaran operasional pokok universitas dialokasikan untuk perpustakaan. Oleh
karena itu sudah sepatutnya anggaran perpustakaan yang masih minim itu lebih ditingkatkan
lagi dan dibersihkan dari sistem-sistem yang tidak sejalan (politik).
Parameter/Indikator
KOLEKSI
Jumlah Koleksi
Jumlah online database yang bisa diakses
Akses terhadap e-books
Pengadaan buku /tahun
Menyimpan seluruh karya siswa
LAYANAN
Jam buka/minggu
Waktu layanan
Penelurusan literatur yang dilakukan oleh 4 orang pakar subyek (S3) dan 4 orang resource person (S2)
Mengadakan information literacy/skill or training
FASILITAS
Jumlah komputer di perpustakaan untuk akses informasi & PC kerja siswa
Tempat duduk dibanding siswa
Ruang belajar khusus/study carrel untuk mahasiswa
pasca dan peneliti
Ruang diskusi
Bandwidth
KRITERIA PUSTAKAWAN
Sarjana
Magister
Doktor
ANGGARAN PERTAHUN
Anggaran perpustakaan utkpembelian bahan
Anggaran untuk pembelian buku
Anggaran untuk langganan sumber informasi elektronik (e-databases), e-journal dan e-books
Anggaran operasional
KERJASAMA INTERNASIONAL
Keanggotaan jaringan kerjasama berskala internasional
World Class University Library
>1.000.000
>300 databases
>10.000 judul
Minimum 100.000 eks
90%
>80 jam
Senin-minggu
Ada
Ada
1:10
1:90
25 ruang/rata-rata
10 buah/rata-rata
>30Mbps
Rata-rata 40% dari total staf perpustakaan
Rata-rata 30% dari total staf perpustakaan
Rata-rata 10% dari total staf perpustakaan
Rata-rata setara dengan Rp 25.000.000.000
Rata-rata setara dengan Rp 20.000.000.000
Rata-rata setara dengan Rp 6.000.000.000
Rata-rata setara dengan Rp 5.000.000.000
Anggota aktif
Jika memang lembaga induk tidak sanggup
memberikan dana terlalu besar, mereka bisa
mengakalinya dengan mengajukan kerjasama
sponsorship dengan perusahaan swasta. Beberapa perusahaan swasta memiliki program kerja
mengenai bentuk pengabdian terhadap masyarakat sekaligus pengenalan produknya dengan
membuka kerjasama dengan lembaga publik
berupa sponsorship, seperti yang bisa kita lihat
di perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya.
Perpustakaan ini memiliki program-program
yang membutuhkan dana tidak sedikit. Tetapi
untuk mensukseskan berbagai program tersebut Unair mengadakan kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti cinema (untuk memfasilitasi pemutaran film), DUBES Amerika
(berupa American Corner yang memfasilitasi
informasi perkembangan Amerika), dsb. Hal
ini bisa dijadikan contoh untuk perpustakaanperpustakaan lain yang ingin berkembang.
Faktor internal
Karena yang bisa menilai kualitas perpustakaan adalah pelanggan, jadi sebaiknya keluhan-keluhan yang disampaikan pelanggan
segera ditanggapi dan ditindak lanjuti. Jika
penangangan keluhan-keluhan itu berjalan
lambat, bisa dikatakan sistem perpustakaan
tersebut masih belum profesional. Akibatnya perkembangan perpustakaan pun ikut
melambat. Bahkan jika pustakawan berpikir
positif, kritikan-kritikan dari pelanggan bukan sebagai penghambat kemajuan perpustakaan melainkan sebagai sebuah pemicu
dari lembaga induk dari perpustakaan untuk
memperbaiki kinerja maupun sistemnya. Karena perpustakaan yang notabenenya adalah
sebuah lembaga penyedia jasa hanya bisa
berpedoman pada omongan pelanggan untuk mengetahui perkembangannya.
Sebagai contoh, untuk menjadi universitas
bertaraf internasional diperlukan adanya Research Output yang berkualitas. Oleh karena
itu publikasi ilmiah mestilah menjadi agenda
utama dari kerja intelektualnya. Kondisi objektif menyebutkan bahwa publikasi ilmiah
Indonesia di tingkat internasional hanya menyumbang 0,012 % dari total publikasi ilmiah
dari seluruh dunia. Padahal, menurut versi
Asiaweek, kategori hasil penelitian bernilai
25% dari keseluruhan kriteria yang digunakan
dalam penentuan peringkat universitas. Kekuatan publikasi ilmiah dari lingkungan akademis
perguruan tinggi berkaitan erat dengan daya
aksebilitas perpustakaan dalam memasok informasi dan ilmu pengetahuan yang akan
dikonsumsi oleh segenap civitas akademia
yang berkepentingan. Di sinilah titik fungsional
dari perpustakaan sebagai mediasi penelitian
yang produktif bagi kelangsungan reproduksi
wacana keilmuan.Bagus Priambodo
Referensi
Kalarensi Naibaho. Perpustakaan Sebagai Salah Satu Indikator Utama Dalam Mendukung Universitas Bertaraf Internasional. 2009
http://pinakesconsulting.wordpress.com/2009/05/20/perpustakaan-sebagai-salah-satu-indikator-utama-dalam-mendukung-universitas-bertaraf-internasional/
Ratnaningsih. Teks pidato Sidang Pengukuhan Pustakawan Utama Tahun 2008: Menuju Perpustakaan Perguruan Tinggi Berkelas Dunia. 2008
Rudtra. Menuju Perpustakaan Bertaraf Internasional. 2007 http://rudtra85.wordpress.com/2007/12/13/menuju-pepustakaan-bertaraf-internasional/
Yulianti. Perpustakaan, Siapkan Diri Menunjang World Class University!. 2008. http://lib.fikom.unpad.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunpadfikom-gdl-yuliantini-293
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
47
perpustakaan
Membenahi
Perpustakaan Sekolah
 Oleh: Kusnohadi
Mengutip pendapat Paulo Freire, pendidikan menjadi senjata untuk
pembebasan, pendidikan memerdekakan masyarakat dari jajahan
kebodohan dan pembodohan baik struktural maupun kultural. Maka
ketersediaan perpustakaan beserta bahan pustakanya menjadi
ujung tombak. Tulisan ini memaparkan kondisi pengembangan
perpustakaan sekolah khususnya pada jenjang SD dan peran
LPMP dalam melakukan penjaminan mutu pendidikan terhadap
perpustakaan sekolah dan pustakawannya.
Das Sollen dan Das Sein
Perpustakaan Sekolah
Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 pasal 45 mengamanatkan “Setiap
satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional,
dan kejiwaan peserta didik. Pasal 1 (8)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 menyebutkan yang dimaksud
dengan standar sarana prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang
diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
Standar nasional sarana dan prasarana
pendidikan di tingkat dasar dan menengah dimuat dalam Permendiknas
No. 24 Tahun 2007, pada Pasal 42 (1)
disebutkan: Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Pada komponen perpustakaan, setiap SD/MI harus menyediakan satu
eksemplar buku ajar per siswa ditambah dua eksemplar lagi per mata
pelajaran. Satu sekolah diharuskan
menyediakan buku pengayaan 840
judul. Juga harus tersedia perangkat
multimedia minimal TV 29 inci, radio,
48
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
dan pemutar VCD/DVD.
Di perpustakaan SMP/MTs harus
tersedia 870 judul buku pengayaan
ditambah 20 judul buku referensi,
sekurang-kurangnya Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,
dan ensiklopedia.
Dunia pendidikan di Jawa Timur dan
propinsi lainnya menghadapi persoalan
kompleks, sekolah-sekolah yang berada di pinggiran kota kondisinya tidak
sebaik yang berada di kota, bahkan beberapa sekolah di perkotaan kondisinya
juga memprihatinkan, terutama jenjang
pendidikan sekolah dasar.
Kondisi perpustakaan sangat tidak
representatif sebagai pusat pengembangan keilmuan. Indikasinya ruang
sempit, koleksi amat terbatas, tidak
tersedia pustakawan. Data Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas
menunjukkan, komponen buku ajar
SD/MI, rata-rata ketersediaan masih 35
persen. Ketersediaan buku ajar SMP/
MTs rata-rata 33 persen, sementara di
SMA/MA rata-rata 18 persen.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim
mengatakan, hanya 35,36 persen dari
27.197 SD/MI di Jatim yang mempunyai perpustakaan. Kondisinya pun
beragam dan tidak memadai. Dengan
kata lain, 17.569 SD/MI di Jatim tidak
memiliki perpustakaan (Kompas, 30
November 2007). Hasil penelitian M.Q.
Huda (2006) membenarkan pula bahwa
mayoritas (83,23 persen) perpustakaan
SD/MI hanya diisi buku-buku paket
terbitan lama yang tidak mendukung
proses belajar mengajar (Hafidz, 2008
dalam jawa pos dotcom).
Akses terhadap buku pelajaran
wajib merupakan tolak ukur kualitas
yang penting. Pada tingkat SD akses
terhadap buku adalah 75 persen un-
tuk bidang studi Bahasa Indonesia,
Matematika, dan IPA. Dari data yang
tersedia masih ada kesenjangan dalam akses terhadap buku wajib yang
berkisar dari 38,8 persen sampai 99,3
persen (persentase penyediaan buku
yang paling rendah adalah buku IPA).
Rata-rata akses terhadap buku pelajaran wajib pada tingkat SLTP sebesar
70 persen dengan kesenjangan berkisar
dari 37,6 persen sampai 99,5 persen.
Dari data yang ada, penyediaan bukubuku IPA, Fisika, dan Biologi masih
terbatas. Selain akses, mutu dari isi
pelajaran juga mungkin bermasalah.
Isi buku-buku teks biologi SD-SLTA di
Indonesia tertinggal 50 tahun, begitu
pula dengan buku teks geografi SLTP
yang menunjukkan banyak informasi
yang disajikan sudah usang.
Kualitas perpustakaan sangat bergantung pada komitmen pimpinan
atau kepala sekolah. Selama ini ada kecenderungan kepala sekolah lebih tergiur dan memberikan prioritas dalam
membangun fasilitas sekolah seperti
lapangan, membuat sekolah bertingkat, atau membeli pendingin ruangan,
tetapi pembangunan dan pengembangan perpustakaan sering luput.
Peran LPMP
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia
di harapkan mampu berperan dalam
mengawal implementasi standar sarana dan prasarana khususnya kondisi
perpustakaan sekolah. Dalam hal ini
berperan:
1. Melakukan kajian tentang mutu bangunan perpustakaan, kondisi dan
ketersediaan sarana dan prasarana
pada jenjang pendidikan prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, sehingga data tersebut
digunakan sebagai basis pembangunan infrastruktur pendidikan.
2. Memberikan fasilitasi terhadap
pustakawan dalam bentuk pelatihan, workshop, atau seminar.
3. Membangun perpustakaan keliling.
4. Memberikan bantuan dalam bentuk
blockgrand untuk pengembangan
perpustakaan sekolah atau pemberian bantuan buku.
Penutup
Salah satu indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari batas minimal nilai kelulusan. Pemerintah terus
menuntut mutu pendidikan dari aspek
nilai kelulusan, sehingga dari tahun ke
tahun batas minimal nilai kelulusan
dalam ujian nasional dinaikkan.
eRiN
GruWeLL
oleh:
CanDra paDMasVasTi
Konsultan & Guru Informal
www.freedomwriterfoundation.org
Ms. g, begitu erin gruwell biasa dipanggil para muridnya adalah seorang pengajar
ber-filosofi pendidikan yang sangat menghargai keberagaman. ayahnya mendidik untuk
selalu menekankan pentingnya persamaan hak dan selalu membela kaum yang lemah. pada
awal tahun 60an, ayah erin adalah pemain baseball pada sebuah liga kecil di daerahnya
Washington senators. Dia menyaksikan banyaknya ketidaksetaraan hak yang diterima oleh
rekan-rekan african american di timnya, mereka tidak diperbolehkan minum dari tempat
air yang sama dengan yang lain atau saat berada di restoran mereka harus makan terpisah.
“ayahku selalu berkata bahwa kita harus menilai pemukul bola lewat ayunannya bukan dari
warna kulitnya”, erin menegaskan prinsip yang ditanamkan ayahnya.
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
49
sosok
Apakah murid-muridku akan menyukaiku? Apa tanggapan mereka tentang aku? Pertanyaan macam apa yang
akan mereka ajukan? Apa komentar
kolega-kolega guru saat membicarakanku? Kita semua bergelut dengan
serangkaian pertanyaan pada hari-hari
awal kita mengajar bukan? Sepertinya
pertanyaan penuh kegelisahan tersebut adalah wajar dihadapi seorang
yang baru menjalani pekerjaan sebagai
guru. Begitu pun Erin Gruwell. Wanita
muda kulit putih ini berusaha meredam segala kecemasannya tersebut
dengan menunjukkan antusiasme dan
idealismenya bagi dunia pendidikan.
Rasa percaya adalah
syarat pertama proses
pembelajaran di kelas
Masih ingat bagaimana kita pertama kali belajar berenang ketika kecil?
Saat kita akhirnya berani masuk ke
bagian kolam yang dalam, lalu mulai
menggerakkan kaki dan tangan walaupun beresiko tenggelam. Ketakutan
kita hilang adalah karena adanya rasa
percaya kepada guru renang kita yang
berhasil menciptakan rasa aman bahwa kita berada ditangan orang yang
tepat.
Serupa dengan proses pembelajaran di kelas. Rasa percaya murid kepada guru merupakan syarat pertama
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga murid mau menerima informasi dan mau memberikan
respon. Erin Gruwell menyadari bahwa para muridnya di kelas 203 adalah
produk masyarakat yang saling tidak
percaya dan membenci satu sama lain.
Rasa percaya akan timbul ketika kita
menyadari bahwa kita memiliki persamaan.
“Saya bertanya kepada mereka,
‘Berapa dari kalian yang pernah berada
dalam ancaman tembakan?’ dan pada
saat itu seluruh kelas mengangkat tangan. Terlepas apakah hal itu benar
atau tidak, saat itulah momen keterikatan diantara mereka ada, pada saat
masing-masing anak mulai mengangkat tangannya dan menunjukkan luka
akibat tusukan dan pukulan”. – Erin
Gruwell, Be Heard You Tube Video
Series, Desember 2006. Cerita tentang
kekerasan tersebut mengguncang kesadaran Erin, ternyata persamaan yang
mereka miliki adalah bahwa mereka
terjebak dalam perang antar gang.
Kreativitas mengantar Erin menciptakan LINE GAME, sebuah permainan yang bersifat interaktif bertujuan
membantu murid-muridnya untuk
saling memahami tanpa ada perasaan
terancam antara satu sama lain. Hal ini
sangat sesuai dengan tema yang ia pilih untuk kelas ini yaitu toleransi.
Keberhasilan Erin membangun kepercayaan murid-muridnya lewat per-
50
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
mainan LINE GAME tidak berbanding lurus dengan kepercayaan yang
dia peroleh dari institusi dimana dia
bekerja. Sekolah tidak mengijinkan ia
mengajar di luar kurikulum dan metodologi pengajaran sekolah. Kolega
rekan guru mencemooh hasil kerja
kerasnya. Namun tekanan dari pihak
institusi tersebut justru makin menguatkan kepercayaan para muridnya
kepada Erin Gruwell.
Dalam satu wawancara, Erin mengungkapkan bahwa justru ia merasa
beruntung karena kelas 203 telah memberikan sebuah pelajaran berharga
baginya. Awalnya, seperti guru lainnya, dia diajarkan untuk memberikan
pendidikan yang mampu menyiapkan siswanya untuk dapat menjawab
soal-soal ujian. Dia merasa selama ini
seperti telah di braindwashed oleh metode konservatif tersebut bahwa proses
pembelajaran dianggap berhasil jika
murid dapat lulus dalam ujian. Kenyataannya, murid-murid di kelas 203
merasa bahwa Erin berbeda dengan
guru pada umumnya yaitu dia mengajar untuk memberikan pemahaman
sehingga mereka mampu menemukan jati diri mereka dan percaya setiap
anak mampu meraih mimpinya.
Pena lebih tajam dari
pada pisau
Saat ini peristiwa tawuran antar
murid sekolah bukan lagi menjadi
berita karena saking seringnya terjadi.
Baru menjadi berita kalau ada murid
yang meninggal atau mungkin warga yang terluka. Bahkan seakan-akan
tawuran menjadi budaya yang diwariskan kepada adik kelas secara turun
temurun. Walaupun kota-kota besar di
Indonesia berbeda dengan Long Beach
tapi tawuran antar sekolah memiliki
konotasi yang sama dengan perang
antar gang, yaitu masing-masing pihak
percaya bahwa mereka berkewajiban
membela kelompoknya. ‘We fight each
other for territory. We kill each other
over race, pride and respect.’
Beberapa sekolah di ibu kota rajin
melakukan razia senjata tajam. Pisau
lipat adalah senjata standar yang paling sering ditemukan. Apa kemungkinan terburuk yang dapat terjadi? Ya,
mereka bisa mati sia-sia atau terluka
dan cacat demi kesalahpahaman tentang harga diri dan rasa hormat pada
almamater. Lalu bagaimanakah guru
sebagai pengajar mampu memberikan
kesadaran kepada muridnya tersebut?
Erin Gruwell, pemegang gelar master dari California Education Foundation ini menggunakan buku sebagai
media pembelajaran. Salah seorang
siswa, Sharaud Moore adalah siswa
yang dipindah dari sekolah sebelumnya karena mengancam guru menggunakan pistol. Pada satu kesempatan,
sebuah karikatur yang menggambarkan Sharaud dengan bibir yang sangat
tebal beredar diantara para siswa pada
saat pelajaran. Keturunan African
American memang dikenal memiliki
bibir yang tebal. Saat kelas mentertawakan gambar tersebut Erin menegur
dengan keras dan membandingkan
karikatur rasis tersebut dengan apa
yang terjadi di Jerman saat Holocoust.
Seisi kelas menatap Erin dengan tatapan penuh tanda tanya, ternyata hanya
satu anak yang tahu tentang peristiwa
tersebut.
Terinspirasi oleh kenyataan bahwa
murid-muridnya tidak mengetahui kejadian Holocaust, maka Erin mengajak
mereka untuk mengunjungi museum
bangsa Yahudi ‘Wiesenthal Centre’
atau dikenal sebagai Museum of Tolerance di Los Angeles. Informasi yang
diperoleh dari museum membuat
murid-muridnya merasa bahwa apa
yang terjadi pada saat itu adalah ham-
sosok
pir sama dengan kondisi yang mereka
hadapi sekarang.
Erin kemudian membagikan buku
“The Diary of Anne Frank” yang sebagian uangnya berasal dari koceknya
sendiri. Anne Frank adalah seorang
gadis Yahudi yang menulis kejadian
dan perasaannya setiap hari sejak
usia 13 tahun pada saat dia berada di
persembunyiaan sampai saat berada
di concentration camp.
Seluruh murid di kelas 203 merasa
terinspirasi oleh Anne Frank dan mencoba menulis surat untuk Zlata dan
Miep Gies, wanita yang memberikan
perlindungan untuk Anne Frank dan
keluarganya. Saat Miep Gies berkunjung dan bercerita tentang Anne Frank,
dia menantang para murid tersebut
meneruskan perjuangan Anne Frank,
untuk menyampaikan semangat untuk
tetap bertahan dan kuat walaupun dalam bentuk perang yang berbeda.
Ms. G mengajak muridmuridnya untuk menanggalkan atribut pistol, pisau dan
senjata tajam lainnya untuk
mencari jawaban dari sejumlah masalah kehidupan yang
dihadapi oleh para muridnya, sebagai gantinya mereka
diberi pena dan buku harian
untuk menulis. Mendorong
mereka untuk melakukan
hal yang sama dengan Anne
Frank dan Zlata, menulis
tentang kehidupan yang
mereka rasakan. Setiap anak
mendapatkan giliran membacakan hasil tulisannya di
depan kelas dan memberikan kesempatan kepada murid lainnya untuk merespon.
Saat itulah seisi kelas bisa
menangis, tertawa dan saling
berbagi cerita. Mereka merasa bahwa mereka adalah sama.
A Tost for Change, adalah kegiatan
lain yang berasal dari ide kreatif Erin
Gruwell. Kegiatan ini merupakan kegiatan simbolis yang mampu membuat
para murid menyadari bahwa apapun
yang telah mereka lakukan sebelumnya menjadi tidak penting. Aktivitas
ini dianggap menjadi momen awal perubahan bagi para murid sebagai langkah awal untuk meraih kesuksesan.
Ms.G berdiri di depan kelas dengan
background tulisan berbunyi ‘Toast for
Change’, ia membagikan gelas champagne dari plastic yang diisi sparkling
apple cider dan mengajak seluruh murid di kelas 203 membuat lingkaran.
Kegiatan ini diakhiri dengan sebuah
toast dan komitmen para murid di
kelas 203 untuk berusaha mewujudkan mimpinya lulus dari perguruan
tinggi.
Freedom Writers
We discovered that writing
is powerful form of self
expression that could help
us deal with our past and
move forward.
Hasil tulisan yang berawal dari
sebuah tugas pelajaran bahasa Inggris
ternyata menjadi kisah indah yang
banyak menginspirasi banyak orang.
Bangga dan terharu, itulah yang dirasakan Erin Gruwell saat dia membaca
cerita yang ditulis oleh para muridnya.
Karena ingin berbagi
pengalaman
ini dengan semua orang di seluruh
dunia maka ia mencari penerbit yang
tertarik. Pada bulan November, 1999
seluruh cerita tersebut menjadi sebuah
buku yang diterbitkan dan diberi judul
The Freedom Writers Diary. Buku ini
kemudian memberikan inspirasi kepada anak muda untuk berani mengam-
bil kesempatan kedua guna merubah
hidupnya. Memberi kekuatan kepada
anak muda untuk memahami diri
dan lingkungannya, mendorong anak
muda untuk sukses dalam akademik
dan peduli pada masyarakatnya.
Buku dan kisah dibaliknya menjadi berita nasional, seiring dengan
hadirnya Erin Gruwell dan beberapa
muridnya di acara televisi utama seperti Oprah Show, Primetime Live,
Good Morning America dan the View.
Kurang dari dua minggu kemudian
buku tersebut berada di urutan ke
33 Daftar Buku Best Seller New York
Times. Sebagian uang royalti dari penjualan buku digunakan untuk membiayai ke 150 murid tersebut ke perguruan tinggi.
Selanjutnya, Erin mendirikan organisasi nirlaba yang diberi nama sama: ‘The
Freedom Writers Foundation’ untuk
membantunya menyebarkan metode
pengajarannya yang sukses. Bersama
beberapa murid dari kelas 203 termasuk
Maria Reyes, mereka terus menyebarkan pesan perubahan ke seluruh dunia.
Organisasi ini secara rutin menyelenggarakan pelatihan dan boot camp sebagai program pelatihan intensif bagi para
guru di seluruh dunia.
Di bulan Januari 2007, Paramount
Pictures meluncurkan film ‘The Freedom Writers’ yang diadaptasi dari seluruh kejadian diatas. Hillary Swank,
pemenang dua Piala Oscar memerankan Erin Gruwell dengan sangat
mempesona. Dalam film tersebut cerita menjadi lebih lengkap dan menyentuh dengan menampilkan masalah
pribadi yang dialami beberapa tokoh
sentral dari murid-murid ruang kelas
203. Film ini menjadi satu rujukan film
pendidikan yang patut ditonton oleh
para guru, mengingat terbatasnya film
Holywood (apalagi film Indonesia)
bertema pendidikan yang sukses di
pasaran. Sebut saja pendahulunya seperti: To Sir with
Love (Sidney Poiter), Up the
Dawn Staircase (Sandy Dennis), Stand and Deliver (Edward James Olmos), Dead
Poets Society (Robin Wiliams), Lean on Me (Morgan
Freeman) dan Dangerous
Mind (Michele Pfeiffer).
Erin Gruwell mengungkapkan bahwa sebagai guru
kita harus percaya dan mau
belajar dari murid kita. Saat
para muridnya kecewa karena
di akhir buku The Diary of
Anne Frank diketahui bahwa
Anne Frank gagal untuk bertahan hidup, maka salah seorang anak bernama Darius
berdiri dan berkata: ‘Tidak,
Anne Frank berhasil, karena ia
telah berhasil menulis tentang
dirinya dan karenanya dia akan terus hidup bahkan setelah ia mati.’ Anne Frank
telah berhasil membuktikan bahwa kekuatan kata-kata lewat menulis mampu
menjadikan penulisnya abadi. Anne
Frank akan terus hidup lewat semangatnya dan akan terus merubah kehidupan
pembacanya seperti kepada 150 muridnya di kelas 203.
Kisah tentang ketulusan hati seorang guru memberikan inspirasi bagi
para guru di seluruh dunia untuk tidak terjebak ke dalam sistem pendidikan yang baku. Mengutip salah satu
kalimat dalam buku The Diary of Anne
Frank : “The final forming of a person’s
character lies in their own hands” :
Pembentukan terakhir dari karakter
seseorang bergantung pada orang itu
sendiri. Erin Gruwell, hanya menyediakan ‘pancing dan mata kail’ lewat metode pengajarannya yang kreatif yaitu
mendorong murid-muridnya untuk
menulis, mengekspresikan diri. 
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
51
sukaduka
Hendra Christanto, S.Pd
Guru Multimedia, SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang
Tentang ILT Program di Negara Jerman
Dalam kesempatan ini, kami bergabung dalam pelatihan khusus bagi
para guru SMK RSBI (Rintisan Sekolah
Bertandar Internasional) Indonesia di
Negara Jerman selama 1 Tahun dari
tanggal 1 September 2008 sampai dangan 31 Agustus 2009 yang difokuskan
pada masalah Human Resource Management.
Pelatihan yang kami ikuti ini terbagi
dalam beberapa tahapan yaitu pelatihan bahasa Jerman (untuk memudahkan
komunikasi), internship di perusahaan
/ institusi di Jerman, teori manajemen
(di salah satu Universitas di Jerman),
seminar dan presentasi. Penyelenggaraan pelatihan dilakukan tidak hanya
disatu tempat (kota) saja yaitu Saarbruecken (1 bulan), Mannheim (3 bulan), Kota lain (Frankfrut, Hannover)
untuk internship di Kota Hannover
dan terakhir di Berlin (2 minggu).
Selama Internship, saya ditempatkan di sebuah Sekolah Vocational di
Kota Hannover yang bernama MMBBs
Berufbildende Schule (dalam Bhs Indonesia : Sekolah Kejuruan Multimedia)
3 bulan saya berada di sekolah tersebut
dan banyak hal yang telah saya dapatkan selama di sana.
Prinsipnya sekolah kejuruan di
Negara Jerman hampir sama dengan
di Indonesia, tapi yang membedakan
adalah, sekolah kejuruan di Jerman
siswanya adalah lulusan dari Gymnasium (kalau di Indonesia setara dengan SMA). Jadi kesimpulanya siswa
sekolah kejuruan di negara Jerman
dari tingkatan umur lebih tua daripada
siswa SMK di Indonesia. Sedang ilmu
teknik kejuruan yang dipelajari tidak
berbeda jauh dengan yang dipelajari
siswa di Indonesia, khususnya yang
52
MEDIAN | Edisi: 001 | Th-I | volume: 1 | 2011
saya alami (sesuai dengan bidang yang
saya geluti adalah Multimedia).
Teknik Multimedia di sekolah kejuruan di Negara Jerman, materi yang
dipelajari hampir sama dengan kurikulum yang ada di KTSP sekolah kami,
tetapi yang membedakan adalah dari
segi peralatan praktek siswa, peralatan mereka sangatlah lengkap, karena
Motto kepala sekolahnya adalah, jika
ingin siswanya laku di dunia Industri setelah lulus nanti…..siswa harus
dibekali kemampuan dan ketrampilan
menggunakan alat alat sesuai standar
Perusahaan. Seperti contoh di jurusan
Teknik Broadcasting, mereka menggunakan alat alat sesuai standar TV komersial, seperti peralatan TV Nasional
yang ada di Indonesia.
ILT (International Leadership Training) Program adalah sebuah pelatihan
untuk pengembangan SDM yang diselenggarakan oleh InWent (Internationale Weiterbildung und Entwiklung
gGmBH. Program pelatihan yang diselenggarakan meliputi berbagai macam
skil, manajemen dan bahasa terutama
bahasa Jerman. InWent merupakan
sebuah perusahaan non profit dibawah
kementrian ekonomi Jerman (BMZ).
Perusahaan ini adalah gabungan dari
CDC dan CDG.
Ide dasar dari dibentuknya perusahaan ini adalah bagaimana menjalin
kerjasama dan perdamaian dengan
bangsa lain dan sekaligus sebagai
bagian dari long term marketing ala
pemerintah Jerman, dimana dalam
konsep mereka perusahaan ini berdampingan dengan Lembaga Keuangan Jerman (KfW dan GTZ) dan Perusahaan Konsultansi.
Kami para peserta ILT dari Indone-
sia, Mesir, Syiria, Libanon, Yaman, dan
Negera-negara Afrika diajak ke Universitas Saarbrücken. Univ tersebut dibangun ditengah hutan, di lokasi bekas
tanksi militer. Pintu gerbangnya masih
sangat kental citarasa militernya, tapi
bangunan di dalamnya tidak lagi. Ada
banyak jurusan di sini, tapi dua yang
paling diunggulkan, yaitu informatika
komputer dan nano technology.
Kuliah disini “hanya” € 500 per semester. Itu saja masih sering diprotes,
karena katanya dulu sekolah di sini
gratis sejak SD sampai kuliah. Sistem
pendidikan di Jerman berbeda dengan
di Indonesia. Semua anak usia 6 – 10
wajib menempuh mandatory education,
semacam wajib belajar sampai tingkat
SD. Setelah itu anak dengan bimbingan
dan keputusan orangtua boleh memilih
untuk masuk jalur akademik (Gymnasium) atau jalur vokasional, hal ini sangat
tergantung kemampuan anaknya.
Orangtua di sini paham betul dengan hal itu, sehingga tidak ada yang
memaksakan harus masuk jalur akademik. Pada jalur vokasional mereka
memang disiapkan untuk jadi pekerja
di industri sesuai jurusan yang mereka
pilih. Mereka sekolah sampai sampai
umur 18 tahun, kemudian bekerja.
Bagi anak yang berprestasi dari jalur
ini dapat melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi (semacam program diploma/ahli madya di Indonesia), sehingga
mereka mejadi paramedis, teknisi di
industri, dll.
Pada jalur akademik (hanya untuk
anak-anak yang kemampuan akademisnya bagus) mereka mula-mula
belajar Bahasa Inggris dan Perancis. Setelah itu mereka belajar kimia,
matematika, sastra dll. Selama di sini
mereka menempuh tiga kali ujian, dan
mereka harus lulus untuk bisa mengikuti proses selanjutnya. Jika tidak
lulus mereka dapat mengulang satu
kali. Jika tidak lulus lagi mereka harus
(tidak boleh nawar) kembali ke jalur
vokasional.
Setelah menempuh tiga kali ujian
(umur 18an th) mereka bisa meneruskan ke universitas. Jurusan yang bisa
dipilih tergantung nilai mereka, misalnya untuk kedokteran, hanya menerima lulusan terbaik 1 – 10! Tidak ada
lagi tes masuk universitas. Kampus
sudah percaya dengan hasil ujian dari
sekolah sebelumnya. Kusno Hadi
PROGRAM BEASISWA UNGGULAN
Beasiswa Unggulan merupakan pemberian bantuan biaya pendidikan oleh pemerintah Indonesia atau pihak lain berdasarkan atas
kesepakatan kersjasama kepada putera – puteri terbaik bangsa
Indonesa dan mahasiswa asing terpilih. (Permendiknas RI Nomor
20 Tahun 2009)
SASARAN PROGRAM BEASISWA UNGGULAN
Beasiswa Unggulan diberikan kepada mereka yang memiliki
prestasi sebagai berikut:
1. Peraih medali Olimpiade Sains/ Teknologi tingkat Nasional/
Internasional;
2. Pemenang lomba LKS (Lomba Kompetensi Siswa) Tingkat
Nasional.
3. Pemenang Lomba tingkat Nasional/ Internasional, bidang
Sains, Teknologi, Seni Budaya, Olahraga, dll.
4. Lulusan terbaik SMA/ MA/ SMK/ Ponpes/ Perguruan Tinggi yang
diusulkan oleh Pemda (Propinsi/ Kabupaten/ Kota), Masyarakat
(LSM), dan Insdustri.
5. Lulusan Cumlaude dari Perguruan Tinggi/ Sekolah Tinggi/
Akademi.
6. Penulis, Pencipta, Peneliti, Seniman, Olahragawan, dan Tokoh
(P3SWOT) berprestasi.
7. Staf Pemda dan Staf Diknas dari unit- unit utama serta jajarannya.
8. Bukan Dosen (untuk reguler S1, S2, dan S3).
BENTUK BEASISWA UNGGULAN
1. Biaya Hidup.
2. Biaya Pendidikan.
3. Biaya Buku.
4. Biaya Penelitian.
5. Biaya Publikasi Ilmiah.
6. Tunjangan Prestasi.
7. Tunjangan Kreativitas.
8. Bantuan Beasiswa P3SWOT.
9. Biaya Transportasi/ Tiket Pesawat.
10. Biaya Asuransi Kesehatan.
11. Biaya Kedatangan dan Kepulangan.
12. Biaya Tunjangan Awal/ Akhir Program.
13. Biaya Matrikulasi.
14. Biaya Operasional, atau
15. Biaya lainnya.
JENIS BEASISWA
1. Beasiswa Jenjang DIV/ S1, S2, & S3
2. P3SWOT
3. Kreativitas Para Juara
4. Studi Lanjut Para Juara & Atlet Berprestasi
5. Beasiswa Mahasiswa Asing
6. BU – CIMB Niaga
7. Beasiswa Nusantara BU - BRI
8. Bantuan Kemitraan Alumni
PERSYARATAN PROGRAM BEASISWA UNGGULAN
1. Sudah diterima di Perguruan Tinggi dengan melampirkan Letter of Acceptance
2. Surat Pernyataan sanggup mengikuti peraturan pada Program
Beasiswa Unggulan
3. Mengisi data diri secara lengkap pada website Program Beasiswa Unggulan: http://www.beasiswaunggulan.kemdiknas.
go.id
4. Melampirkan proposal rencana usulan, tugas akhir/ Skripsi/
Tesis/ Disertasi
5. Syarat IPK & TOEFL untuk mengikuti seleksi:
UAN
IPK
TOEFL
S\1
> 7.25
> 3.00
450
S2
> 3.25
500
S3
> 3.25
550
Isi pada form online dengan melampirkan scan Ijazah & Transkrip
Nilai (untuk IPK & UAN) serta scan sertifikat TOEFL yang sudah
dilegalisir.
*) Apabila calon pelamar tidak memiliki sertifikat TOEFL, dapat
melampirkan sertifikat TOEIC, TOEFL IBT, IELTS, dll
6. Melampirkan Sertifikat penghargaan/ prestasi
7. Usia Pendaftar diprioritaskan:
a. DIV/ S1 tidak lebih dari 21 tahun
b. S2 tidak lebih dari 35 tahun
c. S3 tidak lebih dari 45 tahun
8. Melampirkan surat rekomendasi dari Instansi asal untuk mengikuti program Beasiswa Unggulan.
9. Membuat publikasi pada media masa nasional/
Internasional (ISR).
INFORMASI LEBIH LANJUT, HUBUNGI
Sekretariat Program Beasiswa Unggulan, Biro Perencanaan dan Kerja sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian
Pendidikan Nasional | Gedung C, lantai 6. Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 | Telp. 021 5711144 (ext. 2616) |
Fax. 021 5739290 | e-mail: [email protected] | http://www.beasiswaunggulan.kemdiknas.go.id
 DIUTAMAKAN BAGI MAHASISWA/I DOUBLE DEGREE/JOINT DEGREE
BEASISWA
PENELITI, PENULIS, PENCIPTA, SENIMAN, WARTAWAN DAN TOKOH
Beasiswa yang ditawarkan bagi peneliti, penulis, pencipta, seniman, wartawan, olahragawan dan tokoh (P3SWOT) merupakan stimulasi bantuan beasiswa untuk lingkup
nasional dan internasional dalam rangka menyiapkan para peneliti, pencipta, penulis,
seniman, olahragawan dan tokoh yang cerdas dan kompetitif sesuai dengan visi pendidikan nasional. Dengan adanya program Beasiswa Unggulan P3SWOT ini, diharapkan di akhir
program akan muncul critical mass para peneliti, penulis, pencipta, seniman, olahragawan
dan tokoh yang berdaya saing tinggi di masa yang akan datang. Disamping itu media yang
digunakan dalam mengekspresikan hasil karya tersebut bisa dalam bentuk digital maupun
non-digital. Agar pelamar P3SWOT lebih kompetitif, diharapkan melakukan kegiatan ISR
(Intellectual Social Responsibility) seperti yang di maksud di atas. Hal ini dilakukan seyogyanya sebelum kegiatan P3SWOT dibiayai oleh Beasiswa Unggulan, sehingga secara moral
pelamar sudah melakukan pertanggungjawaban sosial terhadap penggunaan dana yang
akan diterima. Sejak tahun anggaran 2010 ini pelamar untuk PENELITI diprioritaskan bagi
mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan. Sehingga diharapkan dana ini membantu penelitian studinya. Program untuk peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan
tokoh, diselenggarakan untuk menghasilkan insan Indonesia yang unggul dengan mempunyai kompetensi sebagai berikut:
KOMPETENSI UMUM
Alumni program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh dari daerah seluruh Indonesia akan mempunyai kompetensi secara
umum yaitu:
a. Mampu bersaing, bertahan dengan integritas dan disiplin.
b. Mampu dan berani mengambil resiko dalam bekerja.
c. Mampu memimpin, memberi keteladanan, dan menjadi pengikut yang baik.
d. Mampu berkomunikasi secara efektif, mendengarkan dan berbicara di depan publik
dalam bahasa internasional.
e. Mampu bekerja secara tim maupun mandiri.
f. Mampu memahami kebhinekaan budaya nasional, global dan spiritualitas.
KOMPETENSI KHUSUS
Dengan bekal ilmu yang diperoleh selama pendidikan, alumni program Beasiswa Unggulan
untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh, ini selain mempunyai kompetensi umum, juga menguasai kompetensi khusus yaitu:
a. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya secara kreatif.
b. Mampu membaca, menganalisis dan memberdayakan sumber daya yang ada
secara efektif dan inovatif.
c. Mampu mengembangkan dan mengimplementasikan produk unggulan daerah
dan institusi tempat mereka bekerja.
Untuk mendapatkan beasiswa program ini terdapat beberapa hal sebagai persyaratan yang
wajib dipenuhi. Sehingga di dalam proses implementasi program ini membutuhkan suatu
rangkaian proses pelaksanaan program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta,
penulis, seniman, olahragawan dan tokoh. Persyaratan beasiswa program ini berbeda
dengan jenis program Beasiswa Unggulan lainnya.
PERSYARATAN BEASISWA UNTUK PENULIS.
Program beasiswa penulis berlaku untuk pelamar yang telah menyelesaikan karya penulisan di berbagai bidang dengan prioritas pada bidang tersebut dalam Bab III. A:
• Ekonomi dan keuangan fokus Pengentasan Kemiskinan
• Perubahan ikilm, linkungan dan keanekaragaman hayati
• Energi baru dan terbarukan, sumberdaya alam
• Ketahanan dan keamanan pangan
• Kesehatan, Penyakit Tropis, gizi dan obat-obatan
• Pengelolaan dan Mitigasi Bencana
• Integrasi Nasional dan harmonisasi sosial
• Otonomi daerah dan desentralisasi
• Seni dan Budaya/ Industri kreatif (culture technology)
• Infrastuktur, Transportasi dan teknologi pertahanan (Satelit)
• Teknologi Informasi dan komunikasi
• Pembangunan Manusia dan Daya Saing Bangsa
• Maritim, teknologi Maritim
• Nano Teknologi.
Kriteria penulis yang memenuhi syarat untuk memperoleh beasiswa
program ini adalah :
a. Penulis yang berprestasi menghasilkan karya tulis yang sesuai dengan
bidang keahliannya
b. Penulis yang kreatif, inovatif dan unggul dalam bidangnya yang ditunjukan
dengan karya tulis dalam bentuk publikasi ilmiah dalam jurnal regional,
nasional, internasional, dan buku
c. Penulis yang telah memiliki produk dari hasil tulisannya yang sudah
dipublikasikan secara nasional
d. Penulis yang telah menghasilkan tulisan yang berguna bagi masyarakat
dan bangsa serta di publikasikan di media massa nasional.
e. Diprioritaskan penulis yang telah melakukan kegiatan ISR.
Pelamar program beasiswa ini bila lolos seleksi akan mendapatkan sejumlah dana yang
dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal yaitu :
a. Membiayai penyelesaian penulisan buku ilmiah dan populer dan memiliki ISBN;
b. Membiayai karya cipta penulisan buku yang siap diterbitkan oleh penerbit nasional;
c. Membiayai kelompok penulis yang akan mengadakan bedah buku.
d. Membiayai kegiatan ilmiah di dalam dan luar negeri dalam rangka penulisan
karya ilmiah, ilmiah praktis dan karya lainnya secara nasional dan internasional.
e. Membiayai penulisan naskah kuno, alih bahasa naskah kuno, dan manuskript.
f. Membiayai kegiatan yang berkaitan dengan hasil karya tulisnya.
INFO LENGKAP
Sekretariat Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional,
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270. Telp. 021-5711144 (Ext. 2616) Fax. 021-5739290 |
Email: [email protected] | Website: www.beasiswaunggulan.kemdiknas.go.id
Download