INDUKSI PADA PASIEN PEB DENGAN KARDIOMIOPATI DAN EDEMA PARU Shila Suryani, MM Rudi Prihatno 1 1 Laboratorium Anestesiologi dan Terapi Intensif FKIK Unsoed/RS.Margono Soekarjo ABSTRACT Preeclampsi is a desease that occur in pragnancy after 20 weeks gestaton with manifestation include multiorgans system such as pulmonary oedema and ventricel disfunction. Cardiomyopathy is a heart disorder that characterized by myocard disfunction and there is no relation with others heart desease before. This case report discuss about induction anesthesia management to a women, 22 years old diagnosed with GIP0A0, severe preeclampsi, pulmonary oedem, cardiomyopathy, and fetal distress underwent caesaria section. Its a challange for anesthesiologist, how anesthesia management to this patient. There are four thing that we should do when induction, that is : optimalitation of preoxygenation, give positive pressure ventilation with PEEP, minimal myocardial depressant effect of drugs, and keep normovolume. By doing these things we can keep adequate oxygenation so that can increase mother and baby outcome. Key Words: Preeclampsi, pulmonary oedema, cardiomyopathy, anesthesia management. Prevalensi preeklampsi berkisar PENDAHULUAN Preeklampsia merupakan suatu antara 2-10% kehamilan sedangkan penyakit multi organ yang dijumpai prevalensi pada kehamilan diatas 20 minggu. Salah peripartum sekitar 1 : 1500 hingga 1 : satu manifestasi preeklampsi adalah 4000 kehamilan dengan angka kematian edema paru yang disebabkan karena 18-56%. Kardiomiopati pada kehamilan kebocoran plasma1. Kardiomiopati peripartum adalah penyakit disebut terjadinya kardiomiopati PPCM (Peripartum jantung Cardiomiopathy) sekitar 70%, tipe lain yang dialami sewaktu kehamilan yang yang dapat dijumpai pada kehamilan ditandai yaitu dengan disfungsi miokard dimana tidak ditemukan penyakit yang mendasari sebelumnya2. Baik HOCM Cardiomyopathy) idopathic dilated (Hypertrophic sekitar 4% dan cardiomyopathy kardiomiopati dan preeklampsi dengan sekitar 4 %. Sampai laporan kasus ini edema paru memperlihatkan gejala yang dibuat penulis belum menemukan data hampir pasti sama seperti 3 kelelahan, dan edema . sesak nafas, tentang angka kejadian preeklampsi berat yang disertai dengan kardiomiopati4. 564 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru Pada pasien preeklampsi berat kami rencanakan anestesi umum dengan dengan edema paru derajat empat teknik intubasi, semi closed, nafas anestesi umum dengan intubasi menjadi kendali. Ketika pasien dimeja operasi pilihan. beberapa dilakukan preoksigenasi dengan oksigen permasalahan yang akan dijumpai saat 100% dengan face mask dengan posisi memulai menganestesi pasien ini yaitu tetap 1) Oksigenasi saat induksi dan intubasi maksimal (94% dalam waktu 5 menit). pada pasien edema paru derajat empat Dilakukan induksi dengan kombinasi dimana telah obat midazolam 5 mg, morphine 10 mg, manajemen sevoflurane dimulai dengan konsentrasi cairan 3) pemilihan obat dimana pasien 2 % dinaikkan secara bertahap hingga ini juga menderita kardiomiopati. pasien sudah terinduksi posisi pasien Namun, ada sebelumnya mengalami hipoksia pasien 2) semifowler hingga saturasi dibaringkan sambil diberikan bantuan LAPORAN KASUS Dikonsulkan pasien wanita 22 tahun didiagnosa dengan G1P0A0,PEB, edema paru, aterm fetal distress akan direncanakan sc emergency. Pasien merasa sesak nafas 5 jam sebelum datang ke RSMS. Tanda vital TD 160/110 mmHg, nadi 120 x/mnt irreguler, laju nafas 48 x/mnt, saturasi oksigen 84-88% dengan sungkup. Pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak sesak posisi semi fowler, pemeriksaan thorak dijumpai ronkhi diseluruh lapangan paru, iktus melebar di ICS 6 linea aksilaris anterior, akral dingin, edema anasarka. Gambaran nafas dengan ventilasi positif. Diberikan roccuronium 50 mg sebagai fasilitas intubasi. Ketika dibaringkan saturasi turun hingga 80 % kemudian naik kembali setelah diberikan ventilasi positif. Ketika dilakukan intubasi saturasi 94%. Pemeliharaan anestesi dengan morphine 10 mg, sevoflurane 11,5%, dan oksigen 70%. Dilakukan pemasangan CVP durante operasi dengan hasil pengukuran selama operasi 14-17 mmH2O. Hemodinamik selama operasi stabil TD 130-150/60-100 mmHg, HR 90-100 x/mnt, SaO2 9498%. echocardiografi global hipokinetik. Pada pemeriksaan penurunan laboratorium trombosit dijumpai 125.000/ml, urinalisa proteinuri 500 mg/dl. Pasien 565 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru Follow Up 567 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru PEMBAHASAN Preeklampsi adalah penyakit yang iskemik pada miokard, afterload minggu yang ditandai dengan adanya menyebabkan hipertropi ventrikel kiri hipertensi, atau dan terjadi disfungsi ventrikel kiri. dijumpai Edema paru pada preeklampsi sebagian Dikatakan besar disebabkan karena kebocoran trombositopeni adanya jika tidak poteinuri1,5. meningkat itu dijumpai pada kehamilan diatas 20 proteinuri yang selain dapat preeklampsi berat jika sudah terjadi plasma. Namun dapat komplikasi preeklampsi karenan kombinasi antara kebocoran seperti edema paru, infark miokard, plasma dan bendungan cairan karena stroke, gagal ginjal, koagulopati, dan adanya disfungsi ventrikel kiri1. lanjut dari juga terjadi cedera retina5,6. Preeklampsi terjadi Kardiomiopati adalah gangguan karena kegagalan remodeling arteri pada jantung yang dikarakteristikan spiralis pada plasenta sehingga terjadi dengan disfungsi miokard dimana tidak iskemik pada plasenta yang memicu dijumpai penyakit jantung lain yang lepasnya mediator inflamasi sehingga mendasari2. Berdasarkan morfologi dan terjadi peningkatan permeabilitas dan hemodinamik vasokontriksi yang menyeluruh7. menjadi empat tipe, yaitu : dilatasi, Vasokonstriksi yang menyeluruh ini juga terjadi di jantung menyebabkan kardiomiopati dibagi restriksi, hipertropi, dan obliterasi2. Seperti yang telah tertulis di 568 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru pendahuluan, kardiomiopati yang sering terjadinya pada PPCM. penegakkan diagnosa PPCM sendiri ada Kardiomiopati peripartum dapat terjadi empat, yaitu : 1) gagal jantung terjadi di trimester akhir kehamilan atau 1-5 pada kehamilan trimester akhir atau 1-5 minggu pasca kelahiran1,9. bulan kehamilan adalah Etiologi dari PPCM tidak begitu kardiomiopati. setelah melairkan Kriteria 2) tidak dijumpai dasar penyakit yang menjadi jelas beberapa faktor yang diduga penyebab menjadi adalah dijumpai tanda dan gejala gagal jantung inflamasi (miokarditis, sitokin), infesi di trimester pertama dan kedua 4) fraksi virus, autoimun, respon hemodinamik ejeksi ventrikel kiri < 45%3. penyebab abnormal selama oksidatif yang PPCM kehamilan, Berdasarkan jantung 3) gambaran tidak klinis, terjadinya preeklampsi berat yang disertai dengan kerusakan sel endotel dan apoptosis sel edema paru dan gangguan jantung vaskuler10. terjadinya sangat sulit dibedakan dengan PPCM. malnutrisi, Keduanya menunjukkan gejala yang kehamilan usia tua, multipara, hipertensi sama yaitu dispneu, ortopneu, batuk, gestaional, merokok, kelelahan dan edema. Perbedaan tanda riwayat keluarga (genetik). Menurut dan gejala preeklampsi dan peripartum cunningham dkk stres oksidatif yang kardiomiopati dapat dilihat pada tabel berkontribusi atau merupakan stimulan dibawah ini3. PPCM memicu stres gagal Faktor adalah risiko obesitas, preeklampsi, preeklampsi merupakan konsep kunci Tabel 1. Tanda dan gejala preeklampsi dan peripartum kardiomiopati3 569 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru sulit afterload, mempertahankan kontraktilitas, menegakkan diagnosa apakah pasien ini menjaga hemodinamik stabil, mencegah hanya menderita preeklampsi berat atau takikardi preeklampsi berat disertai kardiomiopati. uteroplasenta Adanya keterbatasan fasilitas dimana di penggunaan medikasi dihindari penggunaan rumah sakit kami echocardiogram belum obat-obatan dapat mengukur secara pasti fraksi ejeksi miokard3,11,12,14. Pada yang pasien merupakan penegakkan ini memang salah kriteria menjaga tetap oksigenasi adekuat. yang Induksi adalah Pada mendepresi pemberian obat kardiomiopati. intravena untuk membuat pasien dari sadar Namun, pada pasien ini pada rontgen thorak menjadi tidak sadar. Pada edema paru berat dijumpai kardiomegali yang signifikan dan hampir seluruh alveoli terisi cairan sehingga pemeriksaan pasien global diagnosa satu dan echokardiografi hipokinetik dijumpai tidak memiliki fungsional dapat residual volume lagi, apalagi ketika pasien gangguan dalam posisi supine dimana cairan akan kontraktilitas miokard yang merupakan ciri mengisi ketiga zona paru, pasien akan khas Walaupun langsung terjadi desaturasi saat diinduksi. kardiomiopati secara pasti baik diagnosa Karena itu dilkukan preoksigenasi agar dan tipenya belum dapat ditegakkan namun cadangan oksigen dalam pasien ini tetap dianggap kardiomiopati atau optimal. Setelah terinduksi PPCM. dilakukan dengan ventilasi positif dengan diperkirakan dari dimana ini kemungkinan kardiomiopati. Pemilihan teknik anestesi pada preeklampsi disertai edema paru adalah darah dapat okigenasi pemberian peep14. Pemilihan obat saat induksi sangatlah anestesi umum dengan teknik intubasi3. penting. Pesiapan sebelum dilakukan intubasi yang kasusnya menuliskan tentang keuntungan dilakukan yaitu perlengkapan intubasi sulit, penggunaan remifentanil dan etomidat pada monitoring, Idealnya pasien dengan peripartum kardiomiopati. pasien ini membutuhkan invasif monitoring Namun, pada rumah sakit daerah kedua seperti pemasangn arteri line dan swan obat ini tidak tersedia12. dan obat-obatan. Bilahjeni dkk dalam lapoan ganz, namun karena keterbatasan fasilitas Morfin merupakan salah satu agonis pasien ini hanya menggunakan monitoring opiod yang telah dienal sejak tahun 1803 standar (NIBP, EKG, puls oxymetri) serta dibandingkan dengan opioid yang lain onset CVP. baik pada dan durasi morfin lebih lama, efek PONV preeklampsi yang sudah terjadi edema paru yang lebih besar dibandingkan opioid yang dan disfungsi ventrikel disertai PPCM pada lain namun morfin memiliki efek yang prinsipnya hampir sama yaitu : menjaga menguntungkan tetap normovolume, mencegah peningkatan Morfin Manajemen anestesi memiliki pada efek kardiovaskuler. drug-induced 570 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 bradicardia dan mendepresi SA node Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru diagnostik sehingga laju jantung menjadi lebih lambat, menegakkan waktu diastolik dan pengisian koroner kardiomiopati. yang memadai dengan pasti untuk diagnosa menjadi lebih lama. Selain itu juga dapat Tiga hal yang harus diperhatikan menurunkan kebutuhan oksigen. Morfin saat memulai induksi yaitu oksigenasi, juga memiliki efek venodilatasi di perifer pemilihan obat yang tidak memperberat sehingga menguntungkan dengan edema paru. pada pasien kerja jantung, dan status cairan. Perlu Morfin dapat dilakukan preoksigenasi agar kadar oksigen menembus plasenta dan mendepresi janin dalam namun pada kasus ini skor APGAR masih pemasangan normal8,14. mengetahui pasien tetap dalam keadaan Midazolam merupakan salah satu obat golongan benzodiazepine yang darah optimal. CVC Selain dilakukan itu, untuk normovolume agar hantaran oksigen ke jaringan tetap baik. Kombinasi morfin, memiliki efek sedasi dan beronset cepat. midazolam, Penurunan tekanan darah karena SVR pilihan obat yang digunakan untuk induksi menurun ringan karena dengan mengkobinasikan obat ini itu efek kardiodepresan sangat minimal namun midazolam juga tidak menurunkan cardiac efek yang menguntungkan bagi jantung output. Diantara agen inhalasi yang lain, masih didapat. cenderung dibandingkan sevoflurane miokard lebih propofol, paling selain sedikit itu selain iskemik sevoflurane juga preconditioning dengan 1. pada mengkombinasikan 2. ketiga obat ini. Dengan mengkombinasi obat dosis yang diberikan lebih kecil dari dosis induksi sehingga efek yang merugikan 3. jantung dapat diminimalkan dan efek yang menguntungkan masih ada8,11,13,14 KESIMPULAN Kardiomiopati sulit menjadi DAFTAR PUSTAKA miokard. Pada pasien ini induksi anestesi dilakukan sevoflurane mendepresi merupakan gas anestesi yang digunakan sebagai dan dibedakan 4. dengan hipertropi/disfungsi ventrikel pada pasien preeklampsi berat disertai edema paru. Karena itu diperlukan penunjang 5. Stoelting RK., Dierdorf SF, Desease Associated with Pregnancy in Anesthesia and Co-Exixting Desease, Fourth Edition, Churchill Livingstone, Philadelphia, 2002, p: 655-660. Stoelting RK., Dierdorf SF, Cardiomyopathies in Anesthesia and Co-Existing Desease, Fourth Edition, Churchill Livingstone, Philladelphia, 2002, p: 117-125. Cunningham C.,Rivera J., Spence D., Severe Preeclampsia, Pulmonary Edema, and Peripartum Cardiomyopathy in a Primigravida Patient in AANA Journal, Vol 79, N0 3, 2011. Blackburn D., Bracco D, Heart Desease in PrenancyThe Anesthesiologist’s Perspective in Anesthesiology Rounds, Vol 9, Issue 3, McGill Medicine Anesthesia, 2011. Roberts MJ.,August PA.,Bakris G., Barton JR., Druzin M.,Gaiser 571 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 3. September 2014 R.,Granger JP.,Bernstein I., Manajemen Preeklampsi and HELLP syndrome in Hypertension in Pregnancy, American College of Obstreticians and Gynecologist., Washington, 2013, p 31-34. 6. Oh TE.,et al, Pre-eclampsia and eclampsia, Oh’s Intensive Care Manual, Fifth Edition, 7. Butterworth Heinemann, 2003, p: 593598. 8. Reed AP, Yudkowitz FS, Preeclamsia, Clinical Case In Anesthesia, Third Edition, Elsevier Mosby, 2005, p: 355360. 9. Stoelting RK., Hillier SC, Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice, Fourth Edition, Lippincott William & Wilkins, 2006 10. Stergiopoulus K., Hiang E., Bench T, Pregnancy in Patients With PreExisting Cardiomyopathy, Journal of the American College of Cardiology, Vol 58, No 4, 2011. 11. Bhakta P., Mishra P., Bakshi A., Langer V., Case Report and Miniliteratur Review : Anesthetic Management for Severe Peripartum Cardiomyopathy Complcated With Preeclampsia Using Sufentanil in Combined Spinal Epidural Anesthesia in Yonsei Medical Journal, Vol 52, No 1, 2011. Suryani, Kardiomiopati dan Edema Paru 12. Sahoo RK., Dash SK., Raut PS., Badole UR., Upasani CB, Perioperative Management of Patients With Hypertrophic Cardiomyopathy for Non Cardiac Surgery : A Case Series, Annals of Cardiac Anesthesia, Vol 13, No 3, 2010. 13. Bilehjani E., Kianfar A., Toofan M., Fakhari S., Anesthesia with Etomidate and Remifentanil For Caesarian section In A Patient With Severe Peripartum Cardiomyopathy A Case Report, M.E.J Anesthesia, Volume 19, No 5, 2008. 14. Morgan GE., Mikhail MS., Murray MJ, Clinical Anesthesiology, Fourth Edition, McGraw-Hill, 2006. 15. Neuenschwander J., Baliga R.,Acute Decompensated Heart Failur in Critical Care Clinics, Elsevier Saunders, 2007, p: 737-758. 572