BAB IV PEMBAHASAN Kasus pada pasien ini masih belum dapat dipastikan murni karena terjadi kardiomiopati diabetik dikarenakan pasien ini sudah menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan juga penyakit arteri koroner yang terdiagnosa karena adanya gambaran abnormalitas pada EKG dan echocardiography. Riwayat diabetes pada pasien yang sudah ada sejak 14 tahun lalu dapat menjadi faktor penyebab yang sangat memungkinkan terjadinya kardiomiopati diabetik. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, pada stadium awal kardiomiopati diabetik sangat berhubungan dengan hiperglikemia dan perubahan metabolik yang terjadi karena kurangnya GLUT4, peningkatan FFAs, defisiensi karnitin, perubahan hemostasis kalsium dan resistensi insulin. Perubahan pada struktur miokardium (seperti dimensi ventrikel kiri, penebalan dinding, dan massa) belum secara signifikan terjadi, dan hanya terjadi perubahan struktural pada miosit. Namun gangguan fungsi diastolik sudah dapat terjadi pada stadium ini. Proses yang terus terjadi ini akan mengakibatkan pasien masuk ke dalam stage 2 dimana sudah terjadi perubahan selular seperti defek transportasi kalsium dan metabolisme asam lemak yang akan meningkatkan apoptosis dan nekrosis miosit, peningkatan angiotensin II, TGF-β1 yang juga memperberat menyebabkan kerusakan miosit, dan menyebabkan fibrosis miokardium dan hal ini akan menyebabkan aliran mitral yang abnormal yang pada akhirnya menurunkan fraksi ejeksi jantung. Pada stadium ini sudah terjadi hipertrofi selular dan fibrosis miokardial. Pasien pada stadium ini akan terjadi perubahan minor pada struktur mikardium, perubahan signifikan pada gangguan fungsi diastolik dan sistolik, yang dapat dideteksi dengan ekokardiografi. Dan hasil pada pasien ini berupa adanya dilatasi LA dan RV. LVH. Hipokinetik segmental di anterior septal dan lateral wall. Kalsifikasi aorta di RCC dan NCC, AR trivial, MR mild – moderate. TR mild. Fungsi LV sistolik dan diastolik menurun. Pada saat ini lesi vaskular miokardium tidak terjadi perubahan yang signifikan. Saat ini apabila benar pasien menderita kardiomiopati diabetik, maka pasien sudah memasuki stadium akhir pada kardiomiopati diabetik, yaitu dimana sudah terjadi perubahan mikrovaskular. Struktur mikrovaskular miokardium dan fungsinya akan berubah diikuti kekakuan pembuluh darah, sehingga kardiomiopati pada stadium ini akan berhubungan dengan hipertensi dan penyakit jantung iskemik pada diabetes. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pasien saat ini sudah mengalami penyakit arteri koroner. Tatalaksana pada pasien ini terutama adalah dengan pengontrolan kadar gula darah karena hal ini berhubungan dengan peningkatan level FFAs, stress oksidatif, hemostasis kalsium dan metabolime lipid apabila terjadi hiperglisemia. Pada pasien ini, masih banyak hal yang perlu dikaji dimana penyebab gagal jantung dalam kasus ini belum tentu dari kardiomiopati diabetik dikarenakan terdapat hipertensi dan juga penyakit jantung iskemik yang juga terjadi. Untuk memastikan apakah gagal jantung terjadi karena iskemia jantung atau bukan, diperlukan pemeriksaan angiografi jantung untuk melihat adanya stenosis pembuluh darah dan atau terdapat sumbatan yang akhirnya menyebabkan iskemia jantung dan berakhir pada gagal jantung. Pasien ini juga menderita penyakit ginjal kronik, dimana diketahui bahwa kerusakan pada ginjal akan mempengaruhi sistem RAA, ketidakseimbangan oksidasi nitrat dan oksigen reaktif (ROS), perubahan pada sistem saraf simpatis dan reaksi inflamasi dimana juga akan berpengaruh pada jantung. Penurunan sistem GFR juga dapat mempengaruhi fraksi ejeksi jantung sehingga gagal jantung dapat terjadi. Mekanisme pasti hal ini dapat terjadi belum sepenuhnya diketahui namun memang terdapat hubungan yang jelas antara kerusakan ginjal dengan terjadinya gagal jantung yang dikenal sebagai sindroma kardiorenal.6 Pemberian amplodipin yang merupakan pengambat kalsium dapat mencegah disfungsi dari jantung dimana akan menghambat kalsium berdeposit di dalam intraselular dan menghambat kerusakan miokardium pada diabetes. Pangambat kalsium juga dapat meningkatkan kontraksi dan relaksasi, menurunkan tekanan ventrikel kiri, dan meningkatkan tekanan diastolik dengan cara meningkatkan aktivitas ATPase miofibril, ATPase miosin, distribusi isoenzim dari miosin dan peningkatan pompa retikulum endoplasma Ca2+. Peningkatan sensitivitas insulin dan penurunan resiko fibrosis jantung dapat juga diberikan oleh efek dari penghambat kalsium. Pemberian captopril pada awal (sebelum dirawat) yang merupakan ACE-inhibitor dapat digunakan untuk peningkatan perfusi kapiler dan epikardium, dan dapat mencegah peningkatan tekanan perfusi koroner dan tekanan end-diastolic pada diabetes. Pemberian ACE-inhibitor juga dapat meningkatkan aktivitas insulin ke dalam sel. Selain itu, ACEinhibitor berfungsi menekan laju sekresi angiotensin-II yang berperan dalam pembentukan fibrosis miokardium dan perubahan fungsional dan struktural pada mikrovaskularisasi diabetes.