peran guru pendidikan agama islam dalam menumbuhkan karakter

advertisement
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER
ANTI KORUPSI PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
NIDHAUL KHUSNA
NIM: 11111033
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2015
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
ْ‫الاإلح َسانِ َج َزاءُ َه ْل‬
ْ ‫اإلح َسانُِإ‬
ْ
Tidakadabalasankebaikankecualikebaikan (pula) (Ar-Rahman:60)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyra, saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibunda ku tercinta, Bapak Muhyidin dan Ibu Umi Rohmatun
yang tiada henti selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan,
bimbingan dan nasihat dalam kehidupan ini.
2. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang membimbing dan mendidik ku
dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
3. Semua dosen dan guru-guru ku yang telah membimbing dan memberikan
ilmu kepada ku.
4. Seluruh kyai PP Salafiyah, terimakasih atas semua ilmu yang telah
diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku mendatang.
5. Kakak ku tersayang, Farikhatul Walidah yang selalu memberikan arahan
dan motivasi, dan adik ku terkasih sebagai sumber inspirasi dalam hidup ku
dan semoga kebahagian selalu menyertai kalian.
6. Teman-Teman PP Salafiyah Pulutan, terimakasih atas kasih sayang yang
kalian berikan pada ku. Kalian adalah keluarga baru yang Allah
anugrahkan dalam hidup ku.
vii
7. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga Woro-Srikandi, PMII, IPPNU
Kab.Smg, dan LPM Dinamika, yang telah memberikan tempat untuk aku
menemukan banyak teman dan pengalaman.
8. TPQ Al-Ikhlas Tegalrejo Permai yang telah memberikan aku pengalaman
dalam mengajar.
9. Sahabat-Sahabat ku, Khuzaimah, Ni’mah, Titik, Latri dan mbak Fajar
terimakasih sudah menemani perjalanan hidup ku dan memberikan kecerian
dalam hari-hari ku.
10. Teman –teman seperjuangan ku angkatan 2011, khususnya teman-teman
jurusan PAI
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati M.Ag. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
3. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
4. Bapak Rovi’in, M.Ag. selaku pembimbing akademik
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh
kasih sayang dan kesabaran.
7. Keluarga besar SMK N 1 Salatiga yang telah memberikan penulis tempat
dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, 17 Agustus 2015
Penulis,
NidhaulKhusna
x
ABSTRAK
Khusna,
Nidhaul. 2015. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1
Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra.Djami’atul Islamiyah, M.Ag.
Kata Kunci: Peran Guru PAI, Karakter, Anti Korupsi
Peran guru agama Islam sebagai guru yang mengajarkan materi agama
mempunyai peran penting dalam menumbuhkan sikap terpuji, termasuk dalam hal
menumbuhkan karakter anti korupsi. Pembentukan karakter anti korupsi pada
peserta didik, sebagai upaya mencegah korupsi dari bibit-bibitnya,
karenapesertadidikmerupakanpemimpinpenerusbangsa.Penelitianinimembahasme
ngenai Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi
Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Fokus penelitian
yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana pendidikan nilai-nilai anti korupsi peserta
didik SMK N 1 Salatiga 2014/2015. 2. Bagaimana peran guru agama Islam dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. 3. Faktor-faktor apa saja
yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka
kehadiran peneliti di lapangan sangat penting.Peneliti bertindak langsung sebagai
instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi.Data yang berbentuk
kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa
dokumen.Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data
dengan
menggunakan
uji
credibility,
transferability,
dependability
danconfirmability.
Temuan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pendidikan anti
korupsi sangat penting untuk diajarkan pada peserta didik. Kurikulum anti korupsi
sudah termuat dalam kurikulum PAI. Peran guru PAI sama dengan guru lain
seperti, memberi informasi, memberi nasihat, memeberi arahan dan sebagai
teladan. Cara yang ditempuh guru PAI dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
yaitu melatih shalat lima waktu secara tepat waktu, menghargai kejujuran,
menggunakan metode pembelajaran yang mampu melatih sikap anti korupsi,
peserta didik dilatih tanggungjawab, disiplin waktu, pembelajaran di luar kelas
dan pemberian sanksi.Pendukung dalam menumbuhkan karakter anti korupsi di
SMK N 1 Salatiga yaitu kerjasama semua guru, kantin sekolah, ekstrakulikuler,
banyaknya media informasi tentang bahaya korupsi, peraturan yang tegas dari
lembaga sekolah. Sedangkan yang menjadi hambatan yaitu adanya sikap guru
yang cuek, keterbatasan dalam mengawasi peserta didik di luar sekolah, latar
belakang peserta didik yang berbeda dan tidaknya adanya kesepakatan kurikulum.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ..............................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN DEKLARASI ..........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ix
ABSTRAK ...................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah...................................................................
1
B. RumusanMasalah ..........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
D. KegunaanPenelitian .......................................................................
5
E. PenegasanIstilah .............................................................................
7
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan ...................................................................
9
18
xii
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peran GuruPendidikan Agama Islam ............................................
20
B. Karakter Anti Korupsi ....................................................................
29
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan
Karakter Anti Korupsi....................................................................
39
BAB III GAMBARAN UMUN DAN HASIL PENELITIAN SMK N 1
SALATIGA
A. GambaranUmumSMK N 1 Salatiga ..............................................
42
B. Hasil Penelitian ..............................................................................
48
BAB IV ANALISIS
A. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Peserta Didik SMKN
ISalatiga 2014/2015 .......................................................................
B. Peran dan Cara Guru Agama
Islam Dalam Menumbuhkan
Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik ....................................
C. Faktor-Faktor
Pendukung
65
Dan
Penghambat
68
Dalam
Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik ...........
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
88
B. Saran-Saran ....................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Nota Pembimbing Skripsi
4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
6. Lembar Konsultasi
7. Daftar Pertanyaan
8. Deskripsi Wawancara
9. Silabus PAI SMK
xiv
DAFTAR GAMBAR
i.
Pembelajaran PAI
ii.
Presentasi Hasil Diskusi
iii.
Kegiatan Jum’at Bersih
iv.
Kajian Rutin Jum’at
v.
Kegiatan Ekstra Kulikuler
vi.
Kantin Kejujuran
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini banyak terungkap kasus – kasus
korupsi di beberapa daerah di Indonesia yang oknumnya kebanyakan berasal
dari pegawai negeri yang seharusnya mengabdi untuk kemajuan bangsa ini.
Tindakan korupsi sudah menjadi hal biasa yang dilakukan masyarakat
indonesia, mulai dari kalangan pejabat sampai masyarakat biasa. Tingginya
tindakan korupsi yang ada di Indonesia dibuktikan dari hasil survei PERC
pada tahun 2002 dan 2006, yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat
tertinggi di Asia (Muslich, 2011:3).
Kasus korupsi berkaitan dengan penyalahgunaan Bulog senilai
Rp.62,9 miliar (Hartanti, 2005:83). Korupsi mafia anggaran DPR di60-an
proyek APBN sebesar 6.1 Triliun, rugikan negara sebesar 2.5 Triliun (www.
kompas.com). Kasus korupsi terupdate di Indonesia saat ini yaitu berkaitan
dengan korupsi bus transjakarta. Ketiga kasus korupsi tersebut merupakan
sebagian kecil dari kasus – kasus korupsi yang ada di Indonesia.
Banyaknya
korupsi
yang
dilakukan
para
pegawai
negara
menunjukkan rendahnya pendidikan moral yang dimiliki bangsa Indonesia.
Hal itu membuktikan para pegawai negara tidak semua mempunyai
kecerdasan religious, meskipun secara kecerdasan intellectual banyak
pegawai negara yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata.
1
Sekolah bukan hanya sebagai tempat dalam proses belajar mengajar
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, tetapi
sekolah mempunyai fungsi lebih, yaitu sebagai tempat pembentukan karakter.
Melalui rancang bangun kurikulum sekolah mempunyai kegiatan yang
mendukung bagi terbentuknya karakter peserta didik. Disamping itu untuk
lebih menguatkan impressi tentang pentingnya pembentukan karakter, peran
guru sebagai role model di sekolah dan upaya-upaya yang sinergi dengan
tujuan tersebut sangat penting bagi suatu lembaga pendidikan yang disebut
sekolah.
Dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sekolah memerlukan
dukungan
dari
pihak
pemerintah
sebagai
penyelenggara
kebijakan
pendidikan. Pendidikan anti korupsi perlu dimasukkan dalam muatan
kurikulum, sebagai cara pemerintah dalam memberantas korupsi sejak dini.
Kurikulum yang didalamnya berisi tentang pendidikan anti korupsi akan
mempermudah sekolah-sekolah yang telah mempunyai tekad memberantas
korupsi sejak dini melalui penanaman karakter anti korupsi pada peserta
didik.
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada
implementasi, harus dipraktikan sehingga titik beratnya bukan pada teori.
Karena itu, pendidikan ini seperti hidden curiculum,” ujar Direktur
Pembinaan SMP, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Didik
Suhardi, kepala pers, Jum’at (15/1/2010) (Muslich, 2011:9). Oleh karena itu
ketika pendidikan karakter antikorupsi dimasukkan ke dalam kurikulum akan
2
terjadi keseimbangan antara teori pendidikan karakter antikorupsi dengan
implementasi dalam kehidupan sehari-hari pada lingkungan peserta didik.
Peserta didik akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik
apabila diasuh dalam lingkungan sosial yang berkarakter. Hal ini memerlukan
kesadaran pada seluruh pihak yang mempengaruhi kehidupan peserta didik
(keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat-lembaga keagamaan)
bahwa pendidikan karakter adalah hal vital untuk dilakukan (Zuchdi,
2009:58).
Guru sebagai pendidik bukan hanya berperan untuk meningkatkan
kecerdasan intellectual peserta didik. Namun, guru bertanggung jawab untuk
meningkatkan kecerdasan religious dan sosial peserta didik dalam
membentuk sikap anti korupsi, mengingat parahnya tindakan korupsi yang
ada di Indonesia.
Guru agama Islam sebagai guru agama mempunyai peranan yang
lebih berat dibandingkan peranan guru pada mata pelajaran lain. Guru Agama
Islam sebagai pendidik yang mengajarkan tentang pengetahuan agama
mempunyai tugas yang dibebankan oleh masyarakat ataupun pihak-pihak
terkait dalam menanamkan karakter yang baik pada peserta didik. Guru
agama Islam mengajarkan tentang pendidikan agama yang didalamnya
mengandung tentang akhlak yang mulia, sehingga peranan guru agama Islam
berpengaruh besar dalam menanamkan karakter anti korupsi.
Fenomena-fenomena mencontek, tawuran, penggunaan zat-zat aditif,
penyalahgunaan uang SPP dll adalah bukti yang menggambarkan beberapa
3
kasus prilaku menyimpang dari peserta didik yang masih berada dalam
periode masa remaja yang labil. Oleh sebab itu labilitas remaja tersebut
menuntut lebih peran guru di sekolah dengan berbagai kegiatan yang
mengarah pada terbentuknya karakter anti korupsi. Pemikiran tersebut
dilandasi akan adanya kesadaran bahwa peserta didik merupakan kader-kader
penerus bangsa di masa mendatang.
Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia tidak akan terhenti, apabila
moral pada peserta didik tidak diubah menjadi pribadi yang bermoral baik.
Guru agama Islam sebagai guru yang mengajarkan materi agama mempunyai
peran penting dalam menumbuhkan sikap terpuji, termasuk dalam hal
menumbuhkan karakter anti korupsi. Bagaimana cara guru agama Islam
dalam menanamkan karakter anti korupsi menjadi hal penting sebagai
tanggung jawab yang secara tidak langsung dibebankan oleh masyarakat.
Peneliti tertarik untuk mengetahui tentang bagaimana peran guru
agama Islam didalam mencegah korupsi dengan menumbuhkan karakter anti
korupsi. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan suatu penelitian yang
berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENUMBUHKAN KARAKTER ANTI KORUPSI PESERTA DIDIK SMK
N 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di
atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah:
4
1. Bagaimana pendidikan nilai-nilai anti korupsi peserta didik SMK N 1
Salatiga 2014/2015?
2. Bagaimana peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga
tahun pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa setiap kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Adapun tujuan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui pendidikan nilai-nilai anti korupsi peserta didik SMK N 1
Salatiga 2014/2015.
2. Mengetahui peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga
tahun pelajaran 2014/2015.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan ini di antaranya
adalah:
5
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran
tentang wacana keilmuan, terutama pengembangan wawasan mengenai
peran guru agama Islam dalam pendidikan karakter yang menumbuhkan
sikap anti korupsi pada peserta didik.
2. Secara Praktis
a.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti mengenai berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan peran dan tanggungjawab dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi yang secara tidak langsung dibebankan pada
guru agama.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang pemikiran berupa
informasi atau pengetahuan bagi guru pada umumnya, dan khususnya
bagi guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
pada peserta didik.
c. Bagi Wali Murid
Mampu memberikan pengetahuan bagi para wali murid terhadap
pemahaman tentang pentingnya peran guru agama Islam dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi, sehingga perilaku korupsi dapat
dicegah sejak dini melalui peran wali murid sebagai orang tua.
6
d. Bagi Pemerintah
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam upaya penanaman
karakter anti korupsi dalam dunia pendidikan.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam memahami
topik penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah untuk
beberapa kata yang kelihatannya masih abstrak, sehingga mempermudah
pemahaman selanjutnya.
Adapun pemahaman istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Peran Guru Agama Islam
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran berarti tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas, 2007:854).
Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identik dengan andil,
partisipasi, tugas dan konstribusi sebagai guru agama Islam.
Guru adalah seorang yang bertugas mempersiapkan manusia
susila yang cakap dan dapat diharapkan membangun dirinya, bangsa dan
negara. Guru harus dapat melaksanakan tugas, yaitu mengajar, mendidik,
melatih para siswanya (Asdiqoh, 2013:24). Guru tidak hanya sekedar
memberikan pengajara
ilmu pengetahuan, tetapi guru juga bertugas
memberikan pendidikan akhlaq dan melatih peserta didik untuk bersikap
dan betikngkah laku sesuai ajaran agama dan aturan sosial yang berlaku.
7
Kata Islam menurut KBBI adalah agama yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad dan berpedoman pada kitab suci Al Qur’an yang
diturunkan melalui malaikat Jibril sebagai wahyu Allah Swt (Depdiknas,
2007:444).
Menurut pengetian di atas dapat dituliskan peran guru agama
Islam yaitu tindakan seorang guru dalam partisipasinya untuk menjadikan
peserta didik yang cakap, berpengetahuan luas dan bertingkah laku yang
tidak menyimpang dari ajaran agama Islam yaitu Al Qur’an dan al hadist,
sehingga berguna untuk dirinya sendiri, bangsa dan negara.
2. Karakter Anti Korupsi
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter
(Kesuma, 2011:11). Karakter adalah watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
yang membedakan seseorang dengan yang lain. (Saliman dan Sudarsono,
1994:116) Melalui pengertian karakter di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengetian karakter adalah suatu proses penetapan nilai yang
dilakukan melalui pengembangan watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang baik dalam bentuk tindakan atau kebiasaan dalam seharihari.
Korupsi adalah perbuatan yang buruk, seperti penggelapan uang
ataupun penerimaan uang sogok (Depdiknas, 2007:524). Menurut UndangUndang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang
8
yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri, menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Dapat disimpulkan pengertian karakter anti korupsi adalah
kemampuan mengaplikasikan diri dalam mencegah tindakan –tindakan
yang dapat merugikan negara, yang disebut dengan korupsi.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan
(field research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap objek yang
dituju untuk mendapatkan data yang benar dan terpercaya tentang peran
guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi di SMK N 1
Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini bersifat kualitatif, maksudnya adalah prosedur data
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati. Penelitian ini dapat
dikatakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maksudnya penulis
menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan detail
untuk mendapatkan hasil yang akurat (Margono, 1997:36).
9
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument
sekaligus pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung
berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan,
wawancara mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti turun langsung ke objek
penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain, agar kegiatan yang
berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena
yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.
3. Lokasi Penelitian
Salatiga mempunyai delapanbelas SMK negeri dan swasta. SMK
negeri dan swasta di salatiga meliputi: SMK Al Falah, SMK Diponegoro,
SMK
Issuda
Tingkir,
SMK
Kristen,
SMK
Kristen
TI,
SMK
Muhammadiyah, SMK N I Salatiga, SMK N 2 Salatiga, SMK N 3
Salatiga, SMK Pancasila, SMK Pelita, SMK PGRI 1, SMK PGRI 2, SMK
PGRI 3, SMK Plus Al-Madinah, SMK Saraswati, SMK Sultan Fatah, dan
SMK Dharma Lestari (www.umm.ac.id).
Peneliti mengambil SMK N 1 Salatiga dalam penelitian ini untuk
mengetahui peran guru agama Islam dalam menumbumbuhkan sikap anti
korupsi di SMK N 1 Salatiga beralamat di Jl. Nakula Sadewa. No.3,
Dukuh, Sidomukti, Salatiga.
10
4. Sumber Data
Pengumpulan data dilakukan dengan merujuk pada natural
setting, sebagai sumber data primer. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini ditempuh dengan jalan melakukan pengamatan, wawancara,
dan penelaahan dokumen (Meleong, 2009:9). Pengamatan dilakukan untuk
melihat secara riil kondisi sekolah mengenai penerapan sikap anti korupsi.
Wawancara akan dilakukan terhadap guru yang mengajar agama Islam dan
peserta didik. Dokumen yang dikumpulkan terkait dengan silabus PAI
yang berhubungan dengan penanaman sikap anti korupsi, data-data
kegiatan keagamaan, dan data-data lain yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk
mengumpulkan data antara lain sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi peneliti gunakan untuk melihat secara
langsung bagaiamana peran guru agama Islam dalam menumbuhkan
sikap anti korupsi dan penerapan dalam keseharian peserta didik.
Kegiatan ini dialakukan pada jam-jam sekolah.
b. Metode Interview
Metode
interview
peneliti
gunakan
untuk
mengetahui
pemahaman peran guru agama Islam dalam menumbuhkan sikap anti
korupsi dan cara yang dilakukan untuk menerapkan sikap anti korupsi.
11
Data ini peneliti dapatkan dari guru agama Islam dan peserta didik
SMK N 1 Salatiga. Adapun pelaksanaannya dengan interview bebas
terpimpin, karena akan memberikan kebebasan pada pihak yang akan
diteliti dalam memberikan jawaban sehingga akan memperoleh data
yang lebih mendalam.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data
tertulis yang relevan dengan penelitian. Teknik dan metode dalam
dokumentasi ini adalah menafsirkan sekaligus menghubungkan
dokumen dengan fenomena yang lain dalam memperkuat keabsahan
data.
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Meleong, 2009:248).
Analisis data dilakukan dengan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
12
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,
2011: 335).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility, transferability, dependability dan confirmability (Sugiyono,
2011:366).
a. Uji Kredibilitas
Dalam uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check
(Sugiyono: 2011:368).
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan nara
sumber yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar
atau tidak.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan
ketekunan
data
berarti
melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Sebagai
bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan data adalah dengan
13
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
3) Triangulasi
Triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,
teknik, dan waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibiltas data tentang
peran guru, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah
diperoleh dapat dilakukan keguru dan peserta didik. Triangulasi
Teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, atau dokumentasi.
Triangulasi Waktu dipilih waktu yang tepat dalam pengumpulan
data, sehingga memberikan data yang lebih valid.
4) Analisis Kasus Negatif
Melakukan kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
beda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak
ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti
data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
5) Member Check
Member check merupakan proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
14
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member
check dapat dilakukan setelah pengumpulan data selesai atau setelah
membuat suatu temuan, atau kesimpulan.
b. Uji Transferability
Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif
sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan urian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
c. Uji Dependability
Dalam penellitian kualitatif, uji dependability dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Caranya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing
untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian.
d. Uji Konfimability
Uji Konfimability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan
dengan proses yang dilakukan . Bila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability.
15
8. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong,
2009:127). Adapun tahapan penelitian bertajuk Peran Guru Agama Islam
Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi sebagai berikut:
a. Tahap Pra-Lapangan
Tahap pra-lapangan adalah sebelum berada di lapangan. Ada
enam kegiatan yang harus dilakukan peneliti pada tahap pra-lapangan.
Dalam tahap ini ditambah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan
yaitu etika penelitian. Kegiatan tersebut antara lain: menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan,
menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian. Tahap ini digunakan sebelum
peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti
membuat rencangan kegiatan dan memilih salah satu lokasi untuk
dijadikan objek penelitian.
Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di
SMK N 1 Salatiga. Selanjutnya peneliti melakukan observasi awal
tentang lokasi yang dijadikan objek penelitian untuk melihat dan
mengetahui kondisi guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter
anti korupsi agar sesuai dengan pokok bahasan penelitian dan
menentukan beberapa informan yang bertujuan untuk mencari
gambaran awal tentang keadaan lokasi.
16
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini merupakan tahapan yang sebenarnya. Tahap ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian dan
persiapan
diri,
memasuki
lapangan,
berperan
serta
sambil
mengumpulkan data.
Pada tahap ini peneliti terlibat langsung ke lokasi dan
mengikuti kegiatan guru yang termasuk dalam fokus penelitian. Peneliti
mencari tahu informasi tentang kegiatan-kegiatan tersebut dangan
menggunakan metode wawancara terhadapa informan-informan yang
ada. Melalui kegiatan itu peneliti akan mengumpulkan data-data yang
sesuai fokus penelitian.
c. Tahap Analisis Data
Setelah data dapat dikumpulkan oleh peneliti, maka peneliti
menganalisis data yang sudah ada dengan dukungan teori-teori yang
sudah ada, sehingga dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian.
Analisis data terdapat beberapa alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah kegiatan yang mengantisipasi kegiatan
sebelum melakukan penelitian lapangan. Penelitian dirancang
sehingga nanti mudah dalam menganalisis dan sebagai bukti pada
penelitian.
17
2) Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
3) Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan tindakan. Melalui data kita akan memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan dalam mengambil
tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian
tersebut.
4) Kesimpulan
Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian menarik
kesimpulan dari apa yang telah dianalisis.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta
mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan skripsi
ini dikelompokkan menjadi lima bab. Di mana antara bab satu dengan bab
yang lainnya saling berhubungan.
BAB I:
Bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam bab
ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada
bagian pertama ini akan di dibahas beberapa sub bahasan, yaitu:
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
18
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
BAB II: Berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini
dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan objek formal
penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka pembahasan pada bab
ini berisi: pengertian, peran guru pendidikan agama Islam.
Pengertian, pendidikan karakter, pengertian dan bentuk-bentuk
korupsi, dan tindakan korupsi di tingkat sekolah, serta peran guru
agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi.
BAB III: Bagian ini terdiri dari gambaran umum SMK N 1 Salatiga yang
meliputi, letak geografis, sejarah berdirinya, Visi Misi dan tujuan,
kegiatan ekstrakulikuler, dan hasil penelitian.
BAB IV: Berisikan analisis data hasil penelitian.
BAB V: Merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada
bagian ini berisi kesimpulan peneliti dari seluruh pembahasan yang
telah dikemukan dalam skripsi dan saran peneliti.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Peran
Peran berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa (Depdiknas, 2007:854). Peran yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah identik dengan andil, partisipasi, tugas dan konstribusi sebagai
guru pendidikan agama Islam.
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator
sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan
kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik
yang didirikan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat atau swasta
(Suparlan, 2005:12-13). Sedangkan pengertian guru menurut Uno
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar pendidikan (Uno, 2011:15). Menurut dua pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa guru sebagai pendamping peserta didik dalam
belajar dan seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar
dan pendidik haruslah mempunyai keahlian khusus sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan. Jadi seorang guru lulusan Pendidikan Agama
Islam sebaiknya mengajar mata pelajaran agama Islam, bukan mata
pelajaran lain, begitu pula dengan mata pelajaran yang lain.
20
Guru bukan hanya sebagai pengajar atau pemberi materi pelajaran
dalam kelas, tetapi juga mampu mendidik dan menjadikan peserta didik
mempunyai moral yang mulia. Pengetian guru sebagai pendidik moral
peserta didik sesuai dengan pengertian guru menurut Djamarah, guru
adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik yaitu
memberikan santapam jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan
membenarkannya, maka menghormati guru adalah menghormati anak
didik kita, menghargai guru berarti memberikan penghargaan terhadap
anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang,
sekiranya guru itu melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya (Djamarah,
1997:42).
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan
kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk menciptakan
kedewasaan tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang
ingin dikembangkan bukanlah hanya kognitif semata-mata melainkan
mencakup semua aspek kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai
ketuhanan
(Muslich,
2010:23).
Pendidikan
dalam
buku
falsafah
pendidikan Islam secara khusus diartikan sebagai rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia
yang berupa
kemampuan-kemampuan dasar dan belajar, sehingga terjadilah perubahan
dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu, sosial dan dalam
hubungannya dengan alam sekitar berada dalam nilai Islam, yakni normanorma syari’at dan akhlak yang mulia.(al-Syaibani, 1979:399).
21
Pengertian Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang
materi bahasanya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlaq, dan
ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan
dengan pembinaan sikap mental-spiritul yang selanjutnya dapat mendasari
tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan (Nata, 2007:195).
Menurut pengetian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
pendidikan agama Islam adalah suatu proses untuk membimbing dan
mengarahkan peserta didik agar selalu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai
dalam Islam yaitu akhlak mulia yang tercermin pada kehidupan keseharian
melaui pendidikan yang didalamnya mengandung materi tentang nilai-nilai
keislaman, seperti keimanan, ketakwaan, akhlaq, dan ibadah kepada
Tuhan.
Guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang berprofesi
sebagai pendidik dan pendamping peserta didik dalam proses membimbing
dan mengarahakan peserta didik untuk mengetahui, memahami dan
mampu mengamalkan ajaran-ajaran Islam, seperti keimanan, akhlaq dan
cara berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan ajaran Islam dalam
kehidupan kesehariannya.
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru pada
mata pelajaran lain tidak ada perbedaan. Seorang guru dapat berperan
sebagai pembimbing, pengajar, dan sekaligus pelatih dengan kadar
profesional tertentu (Samana,1994:79). Sebagai seorang pengajar sekaligus
22
pendidik seorang guru tidak hanya pandai menguasai materi pelajaran,
tetapi mampu menyampaikan dan menerapkan dalam keseharian peserta
didik.
Guru dalam mendidik dan membimbing para siswanya tidak
hanya dengan bahan yang disampaikan atau metode-metode penyampaian
yang sesungguhnya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya (Isjoni,
2006:78). Penyampaian materi tidak selamanya menggunakan metodemetode pengajaran yang ada dalam dunia pendidikan, tetapi juga
memerlukan kepribadian baik dari seorang guru sebagai teladan dalam
menanamkan akhlaq terpuji pada peserta didik. Kepribadian guru sangat
mempengaruhi perannya sebagai pembimbing dan pendidik. Guru
merupakan mitra anak didik dalam kebaikan, sehingga guru berperan
dalam memberi contoh teladan terhadap peserta didiknya.
Pendidikan rohani untuk membentuk kepribadian peserta didik
lebih dipentingkan. Peserta didik yang berilmu dan berketrampilan belum
tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang berilmu dan berketrampilan,
tetapi karena tidak mempunyai akhlak yang mulia, mereka terkadang
menyalahgunakan ilmu untuk hal-hal yang negatif. Namun demikian
bukan berarti orang yang berilmu dan berketrampilan tidak diharapkan,
tetapi
yang
lebih
diperlukan
adalah
orang
yang
berilmu
dan
berketrampilan serta berakhlak mulia (Djamarah, 1997:31).
Kegiatan proses belajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah
norma ke dalam jiwa peserta didik. Semua norma yang diyakini
23
mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui
peranan guru dalam pengajaran (Djamarah, 1997:31). Guru dalam
mengajar tidak hanya sekedar menyalurkan materi pelajaran agar peserta
didik tahu tentang ilmu pengetahuam secara teori, tetapi juga menanamkan
kedalam jiwa peserta didik, sehingga mampu diamalkan dalam hidup
keseharian. Guru Pendidikan Agama Islam sebagi guru yang mengajar
pengetahuan tentang agama yang didalamnya ada materi tentang normanorma Islam dan akhlaq terpuji, berperan untuk menanamkan kedalam hati
peserta didik mengenai pengetahuan yang telah disampaikan dalam materi
pelajaran. Guru Pendidikan Agama Islam harus mampu melatih peserta
didik untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai ajaran agama Islam
Guru sebagai ujung tombak pendidikan, memiliki peran yang
sangat sentral dalam membangun peserta didik yang berkarakter. Peran
guru bukan hanya menyampaiakan materi pelajaran, juga dituntut agar
patut untuk ditiru dan digugu. Sebagaimana orang jawa menganggap guru
adalah digugu lan ditiru. Seorang guru harus dapat menanamkan moral,
nilali-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya
kepada peserta didik.
Peran guru dalam peraturan Undang-Undang No 14 Tahun 2005
tentang tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (Redaksi Sinar Grafika,2006: 2).
24
Salah satu tugas guru yaitu memberikan materi dalam ruang
kelas. Dalam ruang kelas, suatu pendekatan komprehensif menuntut guru
untuk:
a. Bertindak sebagai model, mentor, memperlakukan para siswa dengan
cinta dan penghargaan, menjadi contoh baik, mendukung perilaku
prososial, dan mengkoreksi tindakan-tindakan yang menyakiti.
b. Menciptakan sebuah komunitas moral di kelas, membantu para sisiwa
untuk saling kenal, menghargai dan peduli antara siswa yang satu
dengan lainnya, dan merasakan keanggotaan yang berharga dalam
kelompok.
c. Mempraktikkan
disiplin
moral,
menggunakan
penciptaan
dan
penegakan aturan-aturan sebagai peluang untuk menumbuhkan
penalaran moral, kontrol diri, dan penghargaan terhadap orang lain.
d. Menciptakan sebuah lingkungan ruang kelas yang demokratis,
melibatkan
para
siswa
dalam
putusan-putusan
dan
berbagi
tanggungjawab untuk membuat ruang kelas menajdi tempat yang baik
untuk berada dan belajar.
e. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, menggunakan mata
pelajaran sebagai wahana untuk mengkaji isu-isu etis.
f. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari anak-anak
dengan watak dan ketrampilan tolong menolong dan berkerja sama.
g. Mendorong refleksi moral melalui kegiatan membaca, menulis, diskusi,
pembuatan-putusan dan debat.
25
h. Ajarkan pemecahan konflik agar para siswa memiliki kapasitas dan
komitmen untuk memecahkan konflik dengan cara yang tidak memihak
dan tanpa kekerasaan (Kesuma, 2011:81).
Secara garis besar guru dalam mengajar di kelas mempunyai
peran untuk mendidik peserta didik menjadi individu yang mampu
mandiri, saling menghargai, disiplin, tanggungjawab, peduli terhadap
orang lain dan tolong menolong, disamping tugas utamanya memberikan
materi pelajaran sesuai dengan jurusan kependidikannya.
Guru mempunyai peran dan fungsi yang menjadi tanggung
jawabnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Guru memiliki satu
kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan
mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Berdasarkan tanggung
jawab yang diembannya, pengertian guru dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, seperti: guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan
dan konseling, guru pustakawan, dan guru ekstrakurikuler. Semua guru
tersebut mempunyai peran sebagai berikut:
a. Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan yang
memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh
siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap
dan perilaku, budi pekerti luhur, akhlaq mulia seperti jujur, tekun,
amanah dan sopan santun. Dalam konteks ini makna sikap dan perilaku
guru menjadi semacam bahan ajar secara tidak langsung yang dikenal
dengan hidden curriculum.
26
b. Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas
tentang displin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa.
c. Sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk
dapat membimbing siswa, memberikan dorongan psikologi agar siswa
dapat mengesampingkan faktor-faktor internal dan eksternal yang akan
mengganggu proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar.
d. Sebagai pelatih, guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan
kepada siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke dalam
praktik, yang akan digunakan langsung dalam kehidupan (Suparlan,
2005:25-29)
Guru juga mempunyai peran kepedulian, keadilan dan rasa
hormat. Kepedulian merupakan sebuah istilah yang luas. Satu studi
mendefinisikan kepedulian sebagai suatu tindakan yang menonjolkan halhal terbaik yang ada pada para murid, melalui penegasan dan
penyemangatan. Jelas, karakteristik kepedulian sungguh melampaui
mengenal para murid, yang meliputi kualitas-kualitas seperti kesabaran,
kepercaya dan keberanian. Selain mendemostrasikan kepeduliam, guru
efektif membangun hubungan harmonis dan kredibilitas bersama para
murid dengan menitikberatkan, mencontohkan, dan mempraktikkan
keadilan dan rasa hormat (Stronge, 2013:26-29). Guru menjalankan
perannya dengan menerapkan pribadi yang peduli, memiliki sifat adil dan
rasa hormat akan memberikan teladan bagi peserta didik. Peserta didik
dapat mencontoh peran guru sebagai pribadi yang peduli, mempunyai rasa
27
adil dan rasa hormat tersebut dan hal itu baik bagi perkembnangan moral
peserta didik.
Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang
dikenal
dengan
sebagai
EMASLIMDEF
(educator,
manager,
administrator, Supervisor, leader, inovator, motivator, dinamisator,
evaluator dan facilitator).
a. Educator
Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role
model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, dan
membentuk kepribadian peserta didik.
b. Manager
Pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan tata tertib
yang disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan atau ramburambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah.
c. Administrator
Guru memiliki peran untuk melaksanakan administrasi sekolah.
d. Supervisor
Peran guru supervisor terkait dengan pemberian bimbingan dan
pengawasan kepada peserta didik, memahami permasahan yang
dihadapi peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan
proses pembelajaran, dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan
masalahnya.
28
e. Leader
Guru memberikan kebebasan secara bertanggung jawab kepada peserta
didik.
f. Inovator
Seorang guru harus memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk
menambah pengetahuan dan ketrampilanya sebagai guru.
g. Motivator
Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa
perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya
sendiri maupun dari luar, yang utamanya berasal dari gurunya sendiri.
h. Facilitator
Memberikan bantuan teknis, arahan, atau petunjuk kepada peserta didik
(Suparlan, 2005:29-32 ).
B. KARAKTER ANTI KORUPSI
1. Pengetian Karakter
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter
(Kesuma, 2011:11 ). Suatu nilai yang melekat pada kepribadian anak dan
tercermin pada perilaku keseharian anak merupakan karakter yang dimiliki
anak. Sedangkan Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan
berkerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
(Muslich, 2010: 70).
29
Ilmu psikologi mengartikan karakter sebagai sifat-sifat yang
berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin,
pemalas, pembersih, penjorok, dan sebagainya. Sifat-sifat itu bukan
bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak
dari kecil, atau sebagai hasil dari pengaruh pendidikan atau lingkungan
sejak kecil (Ahmadi dan Sholeh, 2005:159). Kebanyakan orang
menyamakan antara karakter dengan kepribadian, sebenarnya hal itu
berbeda. Pengertian kepribadian lebih luas dan watak atau karakter
merupakan bagian dari kepribadian.
Karakter dipengaruhi oleh lingkungan ( nilai sosial, pengalaman
dan pendidikan) dan aspek bawaan. Aspek sosial dan aspek biologis
berpengaruh pada karakter. Inilah sebabnya orang berkata kita dapat
mengadakan pendidikan karakter atau pembentukan watak. Karakter
seseorang sepanjang hidupnya berubah karena lingkungan seseorang selalu
berubah. Dengan demikian watak bukan hasil sesaat melainkan hasil dari
suatu proses perkembangan total individu, dan ditampilkan dalam
komunikasi antar individu. (Pasaribu dan Simanjuntak, 1984: 76).
Ada sebagian orang mengartikan karakter itu sama dengan nilai.
Dalam
referensi
Islam, nilai
yang terkenal
dan melekat
yang
mencerminkan akhlak atau perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi
Muhammad Saw, yaitu: sidik atau benar, amanah atau jujur, fatonah atau
cerdas, dan tablig yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa
pun yang menjadi lawan bicara Rasullah, maka orang tersebut akan mudah
30
memahami
apa
yang
dibicarakan
(Kesuma,
2011:12).
Dalam
menumbuhkan karakter pada peserta didik, pendidik perlu menengok
karakter yang terdapat pada diri rasullallah Saw sebagai pribadi yang
paling layak dijadikan teladan disepanjang masa.
2.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu
yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action) (Muslich, 2010: 29). Pendidikan karakter, menurut
Ratna Megawangi yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2011:5). Dengan pendidikan
karakter, seorang anak akan menjadi cerdas secara emosi. Kecerdasan
emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyosong
masa depan. Dengan kecerdasan emosi seseorang akan dapat berhasil
dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis dan kehidupan.
Pembentukan karakter berarti membentuk pribadi seseorang.
Dalam ilmu psikologi karakter merupakan bagian dari kepribadian.
Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri seseorang,
termasuk dalam diri temperamen dan watak atau karakter (Ahmadi dan
Sholeh, 2005: 160). Teori kepribadian yang terdapat dalam psikologi dapat
diterapkan dalam pembentukan karakter. Teori tesebut seperti, teori
31
behavioristik Skinner, teori belajar sosial Bandura dan teori kepribadian
Kognitif.
Teori behavioristik Skinner mengungkapkan bahwa organisme
cenderung mengulangi respon yang diikuti oleh dampak yanng
menyenangkan dan cenderung tidak mengulangi dampak yang netral atau
tidak menyenangkan. Dampak yang menyenangkan, netral dan tidak
mnyenangkan melibatkan reward, ekstingsi dan hukuman (Yusuf dan
Nurihsan, 2008:130). Teori ini dapat diaplikasikan dalam pembentukan
karakter, seseorang yang bertingkah laku baik mendapat penghargaan akan
membuat seseorang membiasakan diri untuk selalu berbuat baik.
Sedangkan seseorang yang melakukan perbuatan salah mendapat
hukuman, akan menjadiakan jera untuk mengulangi tindakan yang sama.
Teori Belajar Sosial Albert Bandura mengungkapkan bahwa pada
hakikatnya manusia adalah makhluk yang sadar, berpikir, merasa dan
mengatur tingkah lakunya sendiri. Kepribadian berkembang dalam konteks
sosial, interaksi antara satu sama lainnya. Menurut teori belajar sosial,
model itu memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan
kepribadian. Anak-anak belajar untuk percaya diri atau mandiri melalui
obsevasi kepada orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu.
Orang lain yang menjadi model anak adalah orang tua, saudara, guru atau
teman (2005:132).
Teori kepribadian kognitif dalam pandangan Kelly bahwa
manusia berperilaku seperti scientist dalam mengkonstruk peristiwa-
32
peristiwa, dalam membuat prediksi dan dalam mencari perluasan sistem
konstruknya (2005:174). Pendekatan kognitif Menurut para psikolog
kognitif, otak menjadi tempat yang mengandung pikiran di mana
kemungkinan proses-proses mental individu terjadi. Proses-proses tersebut
diantaranya, mengingat, mengambil keputusan, menentukan tujuan dan
kratif. Pendekatan kognitif menekankan pada proses-proses mental yang
terlibat dalam mengetahui bagaimana kita mengarahkan perhatian,
mempersiapkan, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam
pandangan pendekatan kognitif ini, proses mental individu merupakan
perilaku yang terkendali melalui ingatan, persepsi, citra, dan berpikir
(http://www.slideshare.netproses-pembentukan-karakter-pada-manusia).
Karakter seseorang dapat dibentuk lewat pengetahuan terlebih dahulu yang
kemudian dipikirkan dan diterapkan menjadi suatu kebiasaan.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari
(Muslich, 2010: 81).
Dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan secara seimbang.
33
Dunia pendidikan kita telah mempersiapkan porsi yang sangat besar untuk
pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan
perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan sangat meremehkan
mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembenetukan karakter bangsa
(Muslich, 2010: 17). Padahal melalui pendidikan karakter pada peserta
didik akan mengurangi krisis akhlak yang melanda bangsa sekarang ini.
Peserta didik yang berkarakter akan memunculkan pemimpin-pemimpin
yang cerdas secara religius dan sosial, disamping cerdas secara
pengetahuan.
Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila.
kejahatan, tindakan kriminal pada semua sektor pembangunan dan lainlain). Korupsi semakin bertambah merajalela. Berdasarkan indeks prestasi
korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009 ini naik menjadi 2,8% dari 2.6% pada
tahun 2008 (Kesuma, 2011:3). IPK itu menunjukkan rendahnya moral
yang dimiliki bangsa ini, dan menegaskan pentingnya pendidikan karakter
dalam mengatasi rusaknya moral yang semakin meningkat.
3.
Pengertian Korupsi dan Bentuk-bentuk Korupsi
Korupsi adalah perbuatan yang buruk (Depdiknas, 2007:524).
Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang
menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau
melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi
(Klitgaard, 2001:31). Korupsi juga diartikan sebagai penyelewengan untuk
34
kepentingan pribadi atau orang lain. Korupsi juga dapat diartikan busuk,
rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya,
dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi)
(Hartanti, 2005:9). Melalui pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
korupsi adalah penyalahgunaan jabatan yang diamanahkan kepadanya
dengan melakukan penggelapan uang untuk kepentingan pribadi atau
kelompok yang merugikan kepentingan umum.
Korupsi terbagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya sebagai
berikut:
a. Korupsi murni yang murugikan negara
Merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang,
pegawai negeri sipil, dan penyelenggara negara yang melawan hukum,
meyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain yang merugikan keuangan
negara.
b. Suap
Tindak pidana korupsi suap pada prinsipnya tidak berakibat
langsung pada kerugian keuangan negara ataupun perekonomian
negara, karena sejumlah uang ataupun benda berharga yang diterima
oleh pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara sebagai hasil dari
perbuatan
melawan
hukum,
menyalahgunakan
kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
35
kedudukan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain bukan berasal
dari uang negara atau aset negara tetapi melainkan dari uang atau aset
orang yang melakukan penyuapan.
c. Pemerasan
Pemerasan adalah pegawai negeri sipil atau penyelenggara
negara yang meminta bahkan cenderung melakukan pemerasan kepada
masyarakat yang memerlukan pelayanan dari pegawai negeri sipil.
d. Gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, discount, komisi, pinjam tanpa bunga, tiket
perjalanan, dan pemberian fasilitas lain. (Djaja, 2010: 63-72).
4.
Tindakan Korupsi di Tingkat Sekolah.
Banyak kegiatan di sekolah yang tanpa disadari mendorong untuk
timbulnya perilaku korupsi diantaranya adalah, mencontek ketika ulangan,
membolos, terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan pekerjan rumah.
Hal tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata, karena dapat menjadi
kebiasan dan nantinya dapat berpengaruh terhadap pola pemikiran untuk
melakukan apa saja meskipun itu juga melanggar peraturan yang ada
(http://www.kompasiana.com/ariefma/bibit-bibitkorupsitumbuhdalambangku-sekolah).
Akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan buruk peserta didik
semasa sekolah sudah tercermin pada para pejabat negara yang tersandung
36
kasus korupsi. Mulai dari mengambil barang yang bukan haknya sampai
meremehkan hukum yang berlaku di negara ini. Tindakan korupsi secara
sederhana ditingkat sekolah apabila terus dibiarkan, maka pelajar yang
merupakan pemimpin masa depan akan kehilangan karakter jujur dan
tangggungjawab yang sangat dibutuhkan pada diri seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang tidak mempunyai karakter jujur, mandiri, disiplin
dan
tanggungjawab
akan mudah goyang dengan
amanah yang
dipercayakan kepadanya.
5.
Karakter Anti Korupsi
Menurut Jalaludin nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat
diinterprestasikan melalui lembaga pendidikan dengan cara memahami
tata tertib sekolah, menghargai waktu, berlaku jujur, memenuhi tanggung
jawab, serta bersikap adil, dan berpihak pada yang benar (Jalaluddin,
2006:189). Karakter-karakter anti korupsi harus tumbuh dalam jiwa
peserta didik, sebagai benteng untuk menjadikan peserta didik sebagai
generasi pemimpin bangsa yang jauh dari perbuatan korupsi. Karakter anti
korupsi yang harus dimiliki peserta didik seperti, jujur, tanggung jawab,
disiplin, peduli dan taat pada peraturan.
6.
Usaha Pemberantasan Korupsi
Dalam mencegah dan memberantas korupsi, tidak perlu banyak
penyampaian kata-kata, cukup sikap kita yang terpuji yang terlihat nyata
dalam kehidupan keseharian. Intergarasi moral tidak dapat dipisahkan dari
budaya malu yang dimiliki seseorang, karena tidak mungkin seseorang
37
tidak merasa malu melakukan perbuatan tidak terpuji, kalau ia sudah
bermoral sebagaimana diajarkan oleh agama Islam, bahwa malu itu
sebagian dari iman (moral). Hanya orang bermoral yang malu melakukan
perbuatan tidak terpuji. Orang yang mempunyai kepribadian seperti inilah
yang mampu menjadi teladan (Lopa, 2001:82 ).
Indonesia sebagai salah satu negara terkorup, menjadi PR
tersendiri bagi lembaga pendidikan yang merupakan tempat perubahan
sikap peserta didik menuju ke arah yang lebih baik. Sekolah sebagai jalur
pendidikan formal mempunyai nilai-nilai yang harus dikenalkan dan
dikembangkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Salah satu nilai yang
perlu dikembangkan di sekolah yaitu nilai-nilai yang mencermikan
perilaku anti korupsi, karena bahaya yang ditimbulkan dari tindakan
korupsi meyangkut kesejahteraan umum.
Korupsi terjadi karena karakter yang lemah. Karakter yang lemah
inilah yang membuat akhirnya manusia menjadi tidak jujur. Bila dari
bangku sekolah guru sudah menanamkan kejujuran dalam berbagai bentuk
kegiatan di sekolah, maka ketika peserta didik terus melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, kejujuran tetap menjadi panglimanya (Kusumah,
2012:294).
Lingkungan yang mencerminkan karakter anti korupsi akan
menumbuhkan sikap anti korupsi pada kepribadian peserta didik. Sekolah
dapat menanamkan karakter anti korupsi melalui budaya anti korupsi,
seperti kantin kejujuran, pemberian hukuman bagi peserta didik yang tidak
38
disiplin dan menghargai peserta didik yang jujur. Budaya anti korupsi
yang ada di sekolah akan mampu menjadikan peserta didik mempunyai
karakter anti korupsi dan melalui penanaman karakter tersebut akan
menjadi cara dalam pemberantasan korupsi dari akar-akarnya yaitu dari
perilaku pelajar itu sendiri sebagai generasi pemimpin bangsa.
C. Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi
Sebenarnya, peran guru dalam memberantas korupsi itu dimulai dari
penanaman nilai budi pekerti kepada siswa sejak dini. Kalau semua guru sejak
SD sampai SLTA bahkan dosen mempunyai keseragaman budi pekerti dalam
mendidik anti korupsi maka negara akan bebas dari korupsi. Sedangkan kalau
memberantas secara langsung itu telah menjadi tugas pemerintah serta
perangkat hukumnya. Tugas guru di sekolah memberikan pemahaman bahwa
korupsi itu merugikan diri sendiri dan orang lain (Kusumah, 2012:225).
Pemahaman ini seperti yang dijelaskan dalam UU No 14 Tahun 2005 terkait
tugas utama guru dan membenarkan teori psikologi bahwa sekolah sebagai
salah satu faktor lingkungan dalam pembentukan karakter.
Peraturan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang tugas utama
guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Redaksi Sinar
Grafika,2006: 2). Berdasarkan UU tersebut tugas guru tidak hanya mengajar,
mengevaluasi dan menilai hasil belajar pesrta didik, namun juga mendidik,
membimbing dan mengarahkan peserta didik. Salah satunya yaitu mendidik
39
dan membimbing dalam menumbuhkan karakter anti korupsi melalui
penanaman budi pekerti.
Pembentukan karakter dipengaruhi oleh dua hal yaitu, bawaan dan
lingkungan. Sesuai dengan teori kepribadian dalam psikologi bahwa
pementukan karakter dapat dilakukan melalui kondisi lingkungan. Sekolah
sebagai salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi terbentuknya
karakter kepribadian seseorang. Dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
pada peserta didik sekolah dapat menerapkan teori kepribadian dalam psikologi
yaitu dengan role model, hukuman, reward dan pengetahuan yang diterapkan
dalam keseharian peserta didik.
Pada hakikatnya peran semua guru itu sama dalam hal mendidik
akhlak peserta didik, apalagi dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi
sebagai upaya mencegah korupsi. Namun, seringkali guru pendidikan agama
Islam dianggap gagal menjalankan perannya karena adanya kasus-kasus
kriminal. Hal itu sesuai buku yang ditulis Irfan (2009: 46-47), yaitu gagalnya
pendidikan agama dan etika, berasal dari pemikiran Franz Magnis Suseno yang
mengatakan bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa
dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu
sendiri.
Pemeluk agama menganggap bahwa agama hanya berkuat pada
masalah bagaimana cara beribadah saja, sehingga agama nyaris berfungsi
dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa
memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial
40
dibandingkan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki relasi atau hubungan
emosional dengan para pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan
relasi emosional yang memiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi
bisa membawa dampak yang sangat buruk.
Moral keagamaan sebagai salah satu dimensi dalam menanamkan
karakter anti korupsi. Seseorang akan menghindar atau menolak melakukan
tindak kejahatan, termasuk korupsi, karena didalam hatinya mempunyai rasa
takut berdosa melanggar larangan Tuhan lantaran karena mengambil sesuatu
yang bukan miliknya. Moral keagamaan yang dimiliki secara efektif dapat
mencegah dirinya melakukan perbuatan korupsi. Keimanan dan kepercayaan
kepada Tuhan mendorong dirinya untuk melaksanakan perintah agama dan
menghindar dari pelanggaran syari’atnya. (Poernomo, 2013:171-172).
41
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN SMK NEGERI 1
SALATIGA
A. Gambaran Umum SMK Negeri 1 Salatiga
1. Letak Geografis SMK Negeri 1 Salatiga
Alamat sekolah: Jl. Nakula Sadewa 1/3 Salatiga
a. Desa/ Kelurahan
: Dukuh
b. Kecamatan
: Sidomukti
c. Kabupaten/Kota
: Salatiga
d. Provinsi
: Jawa Tengah
e. Kode Pos
: 50722
f. Telepon
: (0298) 323566
g. E-Mail
: [email protected]
2. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Salatiga
Pada tahun 1968 di salatiga belum ada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK Negeri). Sampai tahun yang sama dibentuklah panitia
persiapan negeri, yang diketahui Bapak Walikotamadya Salatiga Letkol. S.
Soegimin yang didukung oleh Bapak-Bapak Muspida. Dengan persetujuan
kepala kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa
Tengah No.IDPE/435/d/67, maka pada tanggal 17 Januari 1967 berdirilah
SMEA Negeri dengan status persiapan di Salatiga. Pada tanggal 25 Mei
1968 terjadi peningkatan status persiapan menjadi negeri melalui Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
42
Nomor: 191/UUK-3/1968. Hal inilah yang membawa kebahagiaan
tersendiri bagi keluarga SMEA Negeri Salatiga.
Dibalik kegembiraan masih terselip keprihatinan sebab SMEA
Negeri belum mempunyai gedung sekolah sendiri. Sehingga pada akhirnya
SMEA Negeri masih menumpang pada SMEP Negeri sebanyak 44 lokal.
Padahal SMEP sendiri masih menumpang di SPG Negeri. Oleh karena itu
untuk melaksanakan proses belajar mengajar SMEA Negeri harus masuk
siang. Pada tahun 1970 karena perkembangan, maka sebagian kelas
numpang lagi ke sekolah lain yaitu SMA N 1 Salatiga di Jl Kartini Salatiga.
Tahun 1973 Walikotamadya Bapak Letkol S Soegimin berkenan
mengijinkan SMEA Negeri menempati gedung di Jl. A. Yani no. 14
Salatiga. Meskipun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki berkenaan
dengan gedung dan fasilitas yang ditempati.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemerintah menaruh
perhatian bahwa SMEA Negeri Salatiga, dimasukan dalam daftar proyek
Voced ”II” (Scond Vocatinal Education). Yang kembali membawa kabar
gembira, atas pendaftaran yang dilakukan pemerintah tersebut SMEA
Negeri dibangunkan gedung di Jl. Nakula Sadewa 1/3 Kembangarum
Salatiga. Diatas tanah seluas 13.795 meter persegi yang telah selesai dan
diserahkan pada tanggal 1 Agustus 1992 dan peresmiaan pemakaianya oleh
ka. Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Tengah yaitu Bapak Soewardi pada 23
Mei 1992. Seiring perkembangan pendidikan, pada tahun 1977 kurikulum
SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas) berubah menjadi SMK
43
(Sekolah Menengah Kejuruan) dan perkembangan terakhir SMK Negeri
pada tahun 2004 menyatakan diri sebagai SMK besar dengan membuka 3
program keahlian baru kelompok pariwisata hingga kini. Pada Tahun
Pelajaran 2010/2011 kita berusaha mencapai suatu Standard Manajemen
Mutu yaitu ISO 9001-2008 agar dapat lebih memuaskan para pelanggan
SMK Negeri 1 Salatiga. Dalam hal ini siswa-siswi beserta orang tuanya.
Sejarah Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Salatiga:
a.
Sri Sadono, BA
(1968-1982)
b.
R. Soeyono, MH
(1982-1993)
c.
Soeparno
(1993-1994)
d.
Dra. F.X. Soewito
(1994-1960)
e.
Drs. Joko Legowo
(1996- 1998)
f.
Soetopo, B.Sc
(1998-1999)
g.
Moch. Boedhowie
(1999- 2000)
h.
Moeljono, M.Pd
(2000- 2007)
i.
Bambang Dwi Hersedianto
(2007-sekarang)
3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Salatiga
a. Visi
“Menghasilkan lulusan yang beriman, Kompeten, dan Kompetitif serta
berwawasan lingkungan”
b. Misi
1) Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan peserta didik
44
2) Mendidik
peserta
didik
menjadi
warga
Negara
yanga
bertanggungjawab dan berkarakter.
3) Mendidik peserta didik, mampu menerapkan hidup sehat, memiliki
wawasan pengetahuan, lingkungan dan seni
4) Mendidik dan melatih peserta didik memiliki keterampilan sesuai
kompetensi keahliannya
5) Menumbuhkan jiwa dan semangat wirausaha
6) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan.
c. Tujuan
1) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Menghasilkan lulusan yang sehat, cerdas, kreatif,
mandiri,
bertanggung jawab serta peduli terhadap lingkungan.
3) Menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, sebagai bekal
untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4) Menghasilkan lulusan yang siap mengisi lapangan kerja di dunia
usaha dunia industri sesuai dengan kompetensi keahliannya.
5) Menghasilkan lulusan yang mampu memilih karier, ulet, dan gigih
dalam kompetisi, mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan
siap
mengembangkan
sikap
professional
pada
kompetensi
keahliannya.
6) Menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa dan semangat wirausaha.
45
4. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMK Neeri 1 Salatiga antara lain:
a. PMR/UKS
: 1. Slamet Sudiyanti, S. Pd.
2. Tri Rahayu, S.Pd. (Busana)
b. PKS
: Drs. Prasetya Adi
c. Bola Volley
: Outsourching
d. Basket
: Sutanto, S. Pd.
e. Pramuka
: Drs. Untoro, M.Pd, Tedjo Sukmono, S,
Pd.Qoriah Martini, S.Pd. dan Widhi Nurasih, S.
Pd.
f. Vocal
: Apriliandini, S. Pd.
g. Tari
: Uchik Anggarani, S. Pd.
h. Bahasa Jepang
: Outsourching ( SMK 2 )
i. Kewirausahaan
: 1. Puji Nur Zakiah, S. Pd.,M.M.Par
2. Kartika Dyah K, S. Pd.
j. KIR
: Praheni, S.S.
k. Panahan
: Drs. Prasetyo Adi
l. Karate
: Outsourching
m. Wushu
: Outsourching
5. Progam Keahlian
SMK N 1 Salatiga berdiri sejak tanggal 25 Mei 1968, sampai
dengan saat memiliki 6 Program Keahlian/Kompetensi Keahlian yaitu:
46
a. Akuntansi
b. Administrasi Perkantoran
c. Penjualan atau Pemasaran
d. Tata Kecantikan
e. Tata Busana
f. Tata Boga
Seluruh kegiatan belajar mengajar ditiap-tiap program keahlian
didukung dengan fasilitas praktik yang memadai sehingga memungkinkan
dikembangkan kegiatan belajar dengan komposisi 30% teori dan 70%
praktik.
6. Sarana dan Prasarana
a. 28 Ruang Teori Yang Representatif
b. Laboratorium Bahasa
c. Laboratorium Komputer
d. Laboratorium Mengetik Manual
e. Laboratorium Multimedia
f.Laboratorium Akuntasi
g. Laboratoriumadm. Perkantoran
h. Laboratorium Penjualan
i. Laboratorium Tata Kecantikan
j. Laboratorium Tata Boga
k. Laboratorium Tata Busana
l. Perpustakaan
47
m. Lapangan Olahraga
n. Aula
o. Mushola
B. Hasil Penelitian
1. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga
Pada bagian ini peneliti ingin mengetahui persepsi guru pendidikan
agama Islam mengenai pentingya pendidikan anti korupsi pada peserta
didik, muatan kurikulum PAI tentang pendidikan anti korupsi, dan
gambaran umum tentang implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi di
SMK N I Salatiga.
Persepsi guru pendidikan agama Islam di SMK N 1 Salatiga
tentang pentingnya pendidikan anti korupsi sangat penting untuk diajarkan
kepada peserta didik dan bahkan perlu dijadikan kurikulum tersendiri.
Sebagaimana diungkapkan oleh SM:
“Sangat penting, kalau tidak ada pendidikan tentang itu
bagaimana dengan keadaan negara ini, sekarang saja para
koruptor juga sudah banyak di negara ini, malah kalau menurut
saya seharusnya pendidikan anti korupsi perlu dibuat kurikulum
sendiri” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
“Cukup penting karena dalam rangka untuk meningkatkan iman
kepada Allah dengan cara melatih kejujuran agar siswa menjadi
generasi penerus yang benar-benar tangguh dalam menegakkan
syariat Islam.” (W/G/MS/05-06-2015/13.00WIB).
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh U mengenai pentingnya
pendidikan anti korupsi, sedangkan menurut responden U pendidikan anti
korupsi tidak perlu menjadi kurikulum tersendiri:
“Pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan, namun tidak
perlu menjadi kurikulum tersendiri, karena dalam kurikulum pada
48
KI-1 dan KI-2 sudah memuat sikap religius dan sosial yang
didalamnya memuat tentang kejujuran dan tanggungjawab”
(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Melalui hasil pengamatan peneliti dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nilai-nilai anti korupsi sangat penting dan bahkan perlu
dibuatkan kurikulum tersendiri. Keadaan bangsa yang banyak para koruptor
seperti saat ini membuat pendidikan nilai-nilai anti korupsi perlu diajarkan
dan diterapkan dalam dunia pendidikan formal.
Dalam kurikulum pendidikan agama Islam secara tidak langsung
memuat tentang pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Nilai-nilai anti korupsi
itu
seperti,
kejujuran,
kedisplinan,
tanggungjawab,
dan
mandiri.
Sebagaimana diungkapkan responden U dan MS sebagai guru pendiidkan
agama Islam:
“Tentu sudah ada kurikulum pendidikan anti korupsi dalam
kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam KI 1 dan KI 2
didalamnya memuat tentang sikap religius dan sikap sosial, yang
salah satunya ada kejujuran dan tanggungjawab, sedangkan untuk
KI 3 berkaitan dengan pengetahuan, dan untuk KI 4 itu tentang
ketrampilan” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
“Secara tidak langsung pendidikan nilai-nilai anti korupsi sudah
masuk dalam kurikulum pendidikan agama Islam” (W/G/MS/0506-2015/13.00 WIB).
Kurikulum pendidikan agama Islam di dalamnya memuat materi
pelajaran tentang tauhid, ibadah dan aqidah. Materi tentang tauhid
membahas tentang keimanan atau keyakinan. Materi keimanan atau lebih
sering disebut rukun iman, salah satunya membahas tentang iman kepada
malaikat. Para malaikat mempunyai tugas masing-masing, seperti malaikat
Jibril bertugas menyampaikan wahyu, sedangkan malaikat Raqib dan
49
malaikat Atid yang bertugas mencatat perbuatan baik dan buruk manusia.
Materi Ibadah memuat tentang ketaatan menjalankan rutinitas sebagai
seorang muslim. Dalam pelajaran pendidikan agama Islam pada materi
ibadah mengandung nilai kedisplinan dan ketaatan. Sedangkan ilmu aqidah
mempelajari tentang perilaku terpuji dan tercela manusia. Salah satunya
yaitu kejujuran sebagai perilaku terpuji yang dianjurkan dalam Islam dan
mencuri atau mengambil barang yang bukan haknya merupakan perbuatan
yang harus dihindari oleh setiap manusia.
“Dalam pembelajaran agama ada materi tentang kejujuran, rukun
iman, rukun Islam dan ibadah. Menurut saya pendidikan nilai-nilai
anti korupsi dapat dimasukkan dalam materi tersebut. Misalnya
dengan mempelajari tentang rukun iman, di situ ada iman kepada
malaikat berserta tugas-tugasnya. Salah Satu tugas malaikat yaitu
mencatat perbutan baik dan buruk yang dilakukan manusia, yaitu
malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu, anak menjadi merasa
selalu ada yang mengawasi sehingga ketika melakukan pencurian
atau perampokan, karena korupsi juga termasuk pencurian bahkan
korupsi itu merupakan perampokan secara besar-besarankan,
mereka akan merasa takut. Oleh karena itu, secara tidak langsung
kurikulum PAI sudah memuat tentang pendidikan anti korupsi”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB).
Dari pernyataan ketiga nara sumber yang peneliti wawancarai dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan nilai-nilai anti korupsi sudah
termuat dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Pernyataan itu diperkuat
dengan hasil temuan peneliti dari hasil wawancara kepada enam peserta
didik yang dijadikan responden. Keenam peserta didik yang peneliti
wawancarai memberikan pernyataan bahwa kurikulum pendidikan agama
Islam terdapat point-point yang mencerminkan karakter anti korupsi, seperti
kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan mandiri. Seperti halnya yang
50
diungkapkan sebagai berikut:
“Ada” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Ada” (W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB).
“Ada” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB).
“Terdapat” (W/S/YU/08-06-2015/07.20WIB).
“Ada materi tentang kejujuran” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
“Ada” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat gambaran
umun tentang implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi SMK N I
Salatiga. Implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi SMK N 1 Salatiga
tidak hanya dilakukan dalam kelas saja, tetapi juga diluar kelas. Kegiatan
Majelis Doa Mawar Allah, dilatih infak, dan kegiatan rutin jum’at bersih
merupakan penerapan karakter-karakter anti korupsi, seperti kejujuran,
tanggungjawab, adil, dan disiplin yang dilaksanakan di luar kelas.
Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan
kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu
pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang
ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk
menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT,
karena banyak anak yang suka menyuruh temannya
mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai
iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih kejujuran, dan
kegiatan jum‟at bersih dapat melatih tanggungjwab” ( W/G/U/0306-2015/10.04 WIB).
Tanpa disadari kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah
mampu melatih peserta didik dalam menumbuhkan karakter anti korupsi.
Peserta didik yang mengikuti ekstrakulikuler akan belajar untuk mandiri dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.
Kantin kejujuran yang berada di SMK N 1 Salatiga merupakan
51
gambaran nyata implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi yang ada di
sekolah. Perilaku jujur peserta didik dapat diuji melalui kantin kejujuran
yang berada di sekolah. Peserta didik dapat mengambil barang yang dia
suka, membayar sesuai harga barang yang tertera serta mengambil
kembalian sendiri tanpa ada yang mengawasi. Hal itu akan melatih peserta
didik untuk benar-benar menerapkan karakter anti korupsi dalam hal
kejujuran. Sebagaimana hasil wawancara berikut:
“Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak
sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada
kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang
uang yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang
keluar, tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan.
Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi
sengaja tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin
mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada
kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau gimana kita tidak
tahu. Selain itu, dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
sekolah lebih menekankan pada kedisplinan dan tanggungjawab
dalam menaati peraturan sekolah. Ekstrakulikuler juga
mengajarkan sikap anti korupsi pada anak- anak karena mereka
diajarkan tentang tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa
kemandirian dalam diri anak-anak, dan menurut saya itu masuk
pada poin-poin penananman sikap anti korupsi” (W/G/U/03-062015/10.04 WIB)
2. Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi
Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga
Guru pendidikan agama Islam mempunyai peran sebagai berikut,
pemberi informasi, memberikan nasihat, role model, dan mediator.
Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
“Peran guru agama Islam tidak ada bedanya dengan guru pada
mata pelajaran lain, karena sama-sama mempunyai peran dan
52
tanggungjawab dalam hal mendidik akhlak peserta didik. Hal itu
tercantum dalam Ki 1 dan Ki 2 tadi yang menjuru kepada anti
korupsi, humanisme, pluralisme dll. Peran-peran itu seperti,
memberi informasi, memberikan nasihat, guru juga harus bisa
menjadi teladan”(W/G/U/03-06-2015/10.04WIB).
“Pada prinsipnya peran semua guru itu sama. Apalagi dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi karena korupsi merupakan
musuh kita bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai
pemberi informasi dan mediator” (W/G/MS/08-06-2015/13.00
WIB).
Hasil wawancara dan observasi mengungkapkan ada satu guru
agama Islam yang berpendapat bahwa guru pendidikan agama Islam lebih
berperan dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, dikarenakan guru
agama Islam dalam menyampaikan segala sesuatu selalu berpegang teguh
pada sumber yang terpercaya . Seperti yang diungkapkan SM:
“Perannya sama dengan guru yang lain, hanya saja lebih dominan
kalau sebagai guru agama, karena guru agama itu dalam
menyampaikan segala sesutu mempunyai dalil, hadist, kaidah dll”
(W/G/SM/08-06-2015/10.35WIB).
Kejujuran merupakan kunci utama dalam menumbuhkan karakter
anti korupsi peserta didik. Sebagaimana cara yang dilakukan responden U,
SM dan MS dalam menumbuhkan karakter anti korupsi melalui penerapan
kejujuran pada peserta didik SMK N 1 Salatiga:
“Anak-anak dilatih kejujuran dengan melakukan shalat lima waktu
secara tepat waktu, peserta didik diberikan buku mentor sebagai
pengendali yang diisi setiap kali shalat sebagai bukti ketaatan
peserta didik dalam beribadah dan buku itu diisi baik di sekolah
maupun di rumah” W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
“Selalu memberikan nasihat agar selalu berbuat jujur dalam
segala aspek kehidupan karena Allah mengetahui segala yang
dilakukan manusia” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB).
“Kita harus menanamkan sikap yang jujur pada anak didik,
meskipun hal kecil seperti mencotek. Saya selalu menekankan pada
anak-anak untuk selalu jujur dan percaya diri pada jawaban
mereka. Saya lebih menghargai anak yang mendapat nilai sedang
tetapi jujur, daripada mendapat nilai bagus dengan hasil
53
mencontek atau hasil kerja sama dengan teman” (W/G/SM/03-062015/10.35 WIB).
Selain
menerapkan
kejujuran
sebagai
langkah
dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi, guru pendidikan agama Islam juga
memberikan informasi, motivasi dan pengarahan disela-sela pelajaran agar
peserta didik mempunyai akhlak yang mulia sebagai benteng dalam
menghindari perbuatan korupsi. Seperti pernyataan SM:
“Peran itu seperti memberi informasi, motovasi dan pengarahan
disela-sela pembelajaran. Agar mereka mempunyai akhlak yang
terpuji, termasuk jiwa yang anti korupsi”(W/G/SM/03-062015/10.35WIB).
SM juga memberikan penjelasan bahwa guru agama Islam dalam
menyampaikan materi pelajaran berpegang teguh dengan sumber hukum
yang terpercaya yaitu al qur’an, hadist dan dalil-dalil lain. Guru pendidikan
agama Islam juga perlu mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena yang
ada, sehingga peserta didik dapat langsung mengambil pelajaran dari
kondisi lingkungan sekitar.
“Guru agama itu dalam menyampaikan segala sesuatu mempunyai
dalil, hadist, kaidah dll. Saya selalu menyampaiakn meteri
pelajaran dengan mencontohkan kondisi yang terjadi. Begitu
halnya ketika menyampaikan materi tentang perbuatan tecela,
seperti mencuri saya mengaitkan dengan perbuatan korupsi.
Korupsi itu kan sama saja merampok uang rakyat, jadi sebagai
guru agama juga harus mengaitkan dengan hukum-hukum Islam
maka kita menjelaskan kepada anak-anak jika hukum Islam kalau
mengambil barang yang bukan miliknya itu sangat berat
hukamannya bahkan sampai dibunuh apalagi perbutan korupsi”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
Peneliti juga bertanya tentang metode yang digunakan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam yang mampu menanamkan sikap anti
54
korupsi pada peserta didik. Jawaban yang diberikan para guru pendidikan
agama Islam yang dijadikan responen bermacam-macam. Seperti yang
diungkapkan U:
“Dalam pembelajaran PAI saya dan teman-teman yang lain
menerapkan
beberapa
metode
pembelajaran,
sehingga
pembelajaran tidak hanya monoton guru ceramah di depan. Salah
satu metode yang saya pakai yaitu belanja informasi. Belanja
informasi yaitu anak-anak menggali informasi sendiri, kemudian
temannya berbelanja informasi di situ, setelah itu informasi yang
didapat disampaikan kepada teman-temannya. Informasi tersebut
apakah untuk dirinya sendiri atau disampaikan kepada orang lain,
apakah informasi tadi ditambahi atau dikurangi, hal itu juga bisa
melatih kejujuran pada anak. Melalui metode pembelajaran
tersebut mampu mengajarkan anak menjadi mandiri,
tanggungjawab, kretif dalam menggali informasi, dan yang paling
penting anak berani mengungkapkan apa yang sudah dia peroleh”
( W/G/U/03-06-2015/10.04WIB).
Responden SM yang peneliti wawancarai mempunyai metode sendiri dalam
pembelajaran:
“Ketika pembelajaran anak tidak hanya menjadi pendengar saja,
saya sering menyuruh mereka untuk mencari materi sendiri,
kemudian mendiskusikan dan memperesentasikan hasil diskusi.
Dalam proses pembelajaran tersebut anak selain belajar
tanggungjawab juga dilatih mandiri, pecaya diri untuk menyampai
hasil karnyanya, anak juga lebih kreatif dan yang lebih penting
akan berlatih kuat dengan pendirian yang ada serta anak itu akan
lebih menghargai orang lain, karena dalam presentasi anak tentu
akan memperoleh sanggahan ataupun usulan dari kelompok lain”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
Peneliti juga menggali data apakah guru hanya berperan melatih
kejujuran dan memberikan informasi saja dalam hal menumbuhkan karakter
anti korupsi. U mengungkapkan usahanya dalam memberantas korupsi dari
yang paling bawah yaitu melalui penanaman sikap tanggungjawab:
55
“Setiap ada kegiatan anak-anak SKI itu selalu saya beri
tanggungjawab sepenuhnya untuk mengatur sendiri kegiatan itu,
saya hanya menyetujui asalkan tidak menyimpang dari aturan yang
sudah digariskan sekolah. Mereka harus saya latih untuk mandiri,
tanggungjawab, mampu memanage sendiri kegiatan yang ada.
Saya rasa itu mampu menumbuhkan sikap mandiri dan
tanggungjawab pada anak-anak, dan hal itu sangat bagus untuk
masa depan mereka sebagai calon pemimpin” ( W/G/U/03-062015/10.04 WIB).
SM memberikan pernyataan tentang cara yang dilakukan dalam
menumbuhkan sikap tanggung jawab sebagai karakter anti korupsi pada
siswanya:
“Dalam mengajarkan tanggung jawab itu biasanya saya sering
menyuruh siswa meminjam dan mengembalikan barang-barang
kepenggandaan, hla itu sacara tidak langsung mengajarkan
mereka rasa tanggungjawab apakah segera dikembalikan atau
tidak dan biasanya kalau telat mengembalikan barang yang
dipinjam maka pihak penggandaan akan menanyakan ke guru yang
menyuruh tadi, sehingga guru jadi tahu anak bertanggung jawab
apa tidak” (W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB).
Kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan dalam keseharian
peserta didik dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Ketika peserta
didik datang terlambat maka dia sudah melakukan korupsi secara sederhana
yaitu korupsi waktu. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga
mempunyai cara masing-masing dalam melatih peserta didik untuk selalu
disiplin. Pemberian hukuman kepada peserta didik yang tidak disiplin
sebagai salah satu cara yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi dalam hal kedisiplinan. Sebagaimana
hasil wawancara sebagai berikut:
“Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya
sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat waktu
dalam memulai pembelajaran, dan selesai pembelajaran pun juga
harus tepat waktu. Terus setiap pagi jam tujuh tepat semua anak
56
wajib sudah berada di sekolah, bagi anak yang terlambat kita beri
pengarahan dan kita suruh bersih-bersih. Hal itu sebagai salah
satu cara pendidikan karakter agar anak displin waktu, karena
ketika anak terlambat berarti dia sudah melakukan korupsi
waktu”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
“Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas, mengumpulkan
tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada siswa yang terlambat
maka ada saknsi tersendiri” ( W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi tidak hanya berperan sebagai pemberi
informasi dan nasihat, tetapi juga berperan sebagai role model. Disiplin,
dalam memberi nasihat tidak hanya lewat omongan tetapi juga tindakan,
berpegang teguh pada pendirian, dan tegas dalam menegakkan kebenaran
merupakan cara yang ditempuh dalam menjalankan perannya sebagai guru.
Seperti yang diungkapkan U:
“Sebagai seorang guru kita harus mampu menjadi role model,
dengan tidak meninggalkan mengajar, kecuali ketika mendapat
tugas dari sekolah. Seperti siang ini saya harus ke semarang
sampai hari sabtu, tetapi saya mempunyai surat tugas dari sekolah.
Saya setiap hari selalu masuk sekolah, meskipun saya tidak ada
jadwal mengajar. Saya juga mengajarkan mereka tentang
berpegang teguh pada pendirian, ketika saya bilang A ya A, dan
ketika saya bicara B Ya B jadi mereka selalu takut dengan saya
dan tidak berani macam-macam. Itu merupakan cara saya
mengajarkan kepada mereka bahwa orang itu yang dipegang
adalah omongannya. Misalnya tata tertib sekolah yang
mengharuskan memakai krudung yang kainnya sama dengan baju,
jadi tidak boleh kain yang tipis dan harus bersepatu yang bertali,
hitam, polos bagi anak yang melanggar harus diberi peringatan
dan hukuman, bukan hanya itu barangnya juga harus di sita, di
ruang sebelah itu banyak krudung yang di sita, krudungnya nanti
dicuci dan diberikan anak yatim. Ketegasan saya tadi membuat
mereka takut ketika mereka merasa melanggar peraturan tata
tertib sekolah. Banyak anak yang lari ketika melihat saya, karena
ya itu tadi mereka berbusana yang tidak sesuai dengan aturan
sekolah” (W/G/U/03-06-2015/10.04WIB).
Peneliti mengadakan wawancara yang berkaitan tentang peran guru
57
pendidikan agama Islam dalam hal pembelajaran di luar kelas mengenai
peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi.
Kegiatan majelis doa mawar Allah MDMA, melatih berinfak dalam acara
besar Islam dan kegiatan jum’at bersih merupakan kegiatan yang dipilih
guru SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan sikap jujur, disiplin dan
tanggungjawab pada peserta didik diluar pembelajaran di ruang kelas.
Sebagaimana ungkapan responden sebagai berikut:
“Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan
kegiatan majelis doa mawar Allah di MDMA setiap hari minggu
pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang
ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk
menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT,
karena banyak anak yang suka menyuruh temannya
mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai
iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih kejujuran, dan
kegiatan jum‟at bersih” ( W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Sedangkan SM dalam pembelajaran di luar kelas lebih menekan
pada pemberian teladan. Pemberian nasihat dan motivasi merupakan salah
satu cara yang ditempuh SM sebagai pembelajaran di luar kelas.
Keterbatasan guru dalam mengawasi peserta didik dan usia peserta didik
yang sudah beranjak dewasa menjadikan alasan SM lebih memilih
pemberian nasihat dan motivator dalam pembelajaran di luar kelas. Salah
pergaulan merupakan bahaya yang sangat mempengaruhi sikap dan pribadi
peserta didik. Apalagi usia anak SMK sebagai usia dalam fase pertengahan
yang masih labil dalam menjalani kehidupan ini.
“Kalau di luar kelas lebih keteladanan, terutama orang tua karena
guru hanya bisa mengawasi mereka sabatas di sekolah saja. Ketika
anak-anak di luar kelas apalagi sudah di luar sekolah orang tualah
yang menjadi teladan. Kalau menurut saya guru kalau di tingkat
58
SMK guru itu tidak terlalu berperan dalam menumbuhkan karakter
atau kebiasaan dalam diri peserta didik, yang lebih berperan itu
sebanarnya teman. Perkataan guru bahkan orang tua mereka
sendiri terkadang tidak dianggap, anak usia segitu biasanya lebih
sering mendengar perkataan teman sebayanya. Jadi saya selalu
menasehati anak-anak untuk pandai memilih teman. Kalau mereka
salah memilih teman, prilaku mereka juga kan mengikuti teman
sebayanya. Misalnya jika mereka berteman sama orang yang suka
mencuri, mencontek, sering bolos sekolah atau melanggar
peraturan sekolah maka anak itu akan ikut-ikut berperilaku
menyimpang. Hal itu bisa mempengaruhi kepribadian anak ketika
dia dewasa dan bahkan ketika mereka sudah tidak menjalin
hubungan dengan temannya tadi” (W/G/SM/03-06-2015/10.35
WIB).
Peneliti dalam memperkuat hasil temuannya dari hasil wawancara
kepada guru pendidikan agama Islam juga mengadakan wawancara kepada
peserta didik. Sebagaimana pertanyaan peneliti terhadap peserta didik,
sudahkah guru pendidikan agama Islam memberikan informasi dan nasihat
agar selalu menerapkan karakter anti korupsi bagi peserta didik.
“Sudah, dengan selalu mengingatkan untuk berbuat jujur”
(W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Sudah. Menasehati untuk selalu berbuat jujur dan tanggungjawab
atas tugas yang diberikan serta tidak boleh mencontek”
(W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB).
“Sudah, karena sering menyuruh untuk selalu bersikap jujur”
(W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB).
“Sudah, menasehati tentang kejujuran” (W/S/YU/08-062015/07.20WIB).
“Iya dengan selalu memberi nasehat jangan mencuri apalagi
korupsi” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
“Mereka selalu memberi nasehat akibat yang ditimbulkan dengan
adany ketidakjujuran dan korupsi. (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB).
Peneliti juga mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam memberi
pelajaran sebagai metode menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta
didik. Melalui hasil wawancara diketahui bahwa guru pendidikan agama
59
Islam SMK N 1 Salatiga lebih sering menggunakan metode pemberian
informasi terkait pendidikan anti korupsi di sela-sela pelajaran, memberikan
nasihat untuk selalu berbuat jujur, menggunakan metode diskusi dan metode
pembelajaran dengan peserta didik mencari sendiri materi pelajaran sebagai
langkah menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Hasil
wawancara terhadap peserta didik tersebut membenarkan pernyataan guru
pendidikan agama Islam mengenai metode pembelajaran yang digunakan.
Pernyataan peserta didik tersebut sebagai berikut:
“Diberi informasi mengenai kejujuran dan menyuruh untuk tidak
curang dalam tes” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Mensisipkan disela-sela pelajaran dan dalam mengajar kita di
suruh mencari informasi sendiri”(W/S/AU/08-06-2015/07.08
WIB).
“Dinasehati diakhir pelajaran agar selalu jujur” (W/S/AB/08-062015/07.15 WIB).
“Disisipkan pada saat pelajaran agama”(W/S/YU/08-062015/07.20WIB).
“Ceramah, diskusi tentang kejujuran dan tukar informasi”
(W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
“Memberi informasi tentang bahaya korupsi dan dosa yang sangat
besar dalam Islam” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB).
Kedisplinan merupakan salah satu karakter anti korupsi. Guru
termasuk guru pendidikan agama Islam mempunyai peran sebagai teladan
bagi peserta didik. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa peserta
didik dalam mengetahui kedisplinan guru pendidikan agama Islam terutama
dalam hal ketepatan mengajar. Hasil wawancara yang telah dilakukan
sebagai berikut:
“Salama ini sudah” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Kebanyakan iya, kalau ada keperluan saja keluar kelasnya lebih
60
cepat” (W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB).
“Sudah on time” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB).
“Sudah tepat waktu” (W/S/YU/08-06-2015/07.20WIB).
“Sudah tepat waktu” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
“Tepat waktu” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB).
Peneliti mengadakan penelitian dengan melakaukan wawancara
kepada peserta didik dalam memperkuat pernyataan guru pendidikan agama
Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, terutama dalam hal
tindakan peserta didik dalam mencontek, mencuri dan melanggar peraturan
sekolah yang merupakan bibit-bibit korupsi.
“Ditegur dan diberi hukuman” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Dinasehati dan diberi hukuman” (W/S/AU/08-06-2015/07.08
WIB).
“Ditegur dan diberi hukuman” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB).
“Dinasehati
dan
diberi
hukuman”
(W/S/YU/08-062015/07.20WIB).
“Diberi
teguran dan dinasehati
juga”
(W/S/WS/082015/07.25WIB).
“Dinasehati” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB).
Adanya kantin kejujuran merupakan sarana dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik. Peneliti dalam mengetahui
tanggapan peserta didik terkait adanya kantin kejujuran sebagai sarana
menumbuhkan karakter anti korupsi melakukan wawancara kepada
beberapa peserta didik yang peneliti jadikan responden.
“Sudah bisa melatih kita untuk bersikap jujur, meskipun masih ada
yang curang ketika mengambil uang kembalian” (W/S/NF/08-062015/07.00WIB).
“Sudah bisa membuat kita untuk jujur” (W/S/AU/08-062015/07.08 WIB).
“Sudah, tapi masih ada yang curang ketika jajan di kantin”
(W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB).
“Sudah”
(W/S/YU/08-06-2015/07.20WIB).“Mampu
melatih
kejujuran” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
61
“Kurang karena masih ada yanng mengambil kembaliannya tidak
sesuai” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB).
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menumbuhkan Karakter
Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1 Salatiga
Peneliti menanyakan kepada guru pendidikan agama Islam yang
berkaitan dengan pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik. Responden U memberikan
pernyataannya mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi:
“Dukungan dari sekolah hanya sebatas dukungan, untuk kegiatan
ya begitulah sebagai sekolah negeri kita mempunyai anak didik
ada sekitar 25% yang non muslim itulah yang menjadi masalah.
Ketika ada jum‟at, acara PHBI, kajian anisa, mereka yang non
muslim yang tidak berkewajiban mengikuti acara tersebut
seringkali mempengaruhi temannya yang mempunyai kewajiban
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Adanya sebagian guru yang
cuek, dan tidak mau peduli sama siswanya yang penting mereka
mengajar di kelas, itu merupakan hambatan bagi saya dalam
menumbuhkan karakter-karekter anti korupsi tersebut. Faktor
keluarga siswa yang berbeda-beda juga merupakan hambatan bagi
menanamkan sikap terpuji bagi saya sebagai guru agama Islam.
Misalnya, ada anak yang di rumah dia baik, namun prilaku di
sekolah dia sering melanggar peraturan. Adanya kerjasama
beberapa guru dalam mengajarakan kejujuran dan kedisplinan
pada peserta didik tentu menjadi dukungan dalam hal korupsi itu
tadi, karena anak didik harus mempunyai jiwa yang jujur dan
displin agar mereka kelak tidak mudah melakukan tindakan
korupsi”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
“Kalau dukungan lebih kepada kerjasama semua guru dalam
menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti kejujuran, disiplin,
tanggungjawa, sikap-sikap itu bisa melatih anak untuk mempunyai
sikap anti korupsi. Kalau hambatannya itu, guru agama tidak bisa
mengawasi siswanya selama 24 jam, sehingga guru hanya mampu
memberi motivasi, dorongan dan arahan agar anak menghindari
prilaku pencurian atau bahkan korupsi itu tadi, sebagai guru
agama dalam memberikan nasehat dan arahan tentu tidak lepas
dari dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang ada dalam agama Islam.
62
Setelah anak keluar dari sekolah yang lebih berperan itu orang tua
dan lingkungan masyarakat” (W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB).
“Pendukung, segala media selalu menginformasikan tentang
akibat berlaku korupsi. Penghambat kurang adanya kesepakatan”
(W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB).
Melalui hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
pendukung guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik sebagai berikut,
adanya kerjasama semua guru, ketegasan sekolah dalam menjalankan tata
tertib, adanya kantin kejujuran di sekolah, banyak informasi terkait
pendidikan karater anti korupsi. Sedangkan faktor penghambat guru
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karkter anti korupsi di
SMK N 1 Salatiga yaitu karena adanya guru yang masih cuek dengan
pendidkan akhlaq peserta didik, keterbatasan guru dalam mengawasi
peserta didik dan tidak adanya kesepekatan kurikulum.
Dalam proses wawancara peneliti juga memberikan pertanyaan
kepada responden yang berkaitan dengan kontribusi sekolah dalam hal
menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. U memberikan
jawaban sebagai berikut:
“Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak
sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada
kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang
uang yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang
keluar, tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan.
Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi
sengaja tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin
mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada
kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau ginama kita tidak
tahu. Selain itu, dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
sekolah lebih menekankan pada kedisplinan dan tanggungjawab
dalam menaati peraturan sekolah. Ekstrakulikuler juga
63
mengajarkan sikap anti korupsi pada anak- anak karena mereka
diajarkan tentang tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa
kemandirian dalam diri anak-anak, dan menurut saya itu masuk
pada poin-poin penananman sikap anti korupsi” (W/G/U/03-062015/10.04 WIB).
SM memberikan pernyataan yang berkaitan dengan kontribusi
sekolah dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi:
“Kantin kejujuran, hukuman bagi siswa yang melanggar
peraturan, pihak sekolah mengambil kebijakan bagi siswa yang
mendapat beasiswa uangnya itu tidak diberikan kepada siswa
ataupun orang tua tetapi langsung digunakan untuk biaya
pendidikan seperti membayar spp dll. Seperti pengalaman yang
sudah-sudah ada anak yang sudah diberikan uang SPP oleh orang
tuanya, tetapi tidak dibayarkan ke sekolah, sehingga sekolah
mengambil keputusan seperti itu. Jadi peringatan sekolah dalam
hal pembayaran SPP saya rasa termasuk kontribusi sekolah dalam
hal tanggung jawab dan kejujuran” (W/G/SM/03-062015/10.35WIB). MS memberikan jawaban yang senada:
“Kantin kejujuran sebagai kontribusi lembaga SMK N 1 dalam
mencegah korupsi, karena dalam kantin kejujuran anak diajarkan
praktik langsung untuk berbuat jujur”(W/G/MS/08-062015/13.00WIB).
Melalui pernyataan responden di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kontribusi lembaga SMK N 1 Salatiga dalam hal menumbuhkan
karakter anti korupsi cukup besar. Diadakannya kantin kejujuran sebagai
kontribusi pihak lembaga SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi. Kepercayaan lembaga SMK N 1 Salatiga kepada
peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dalam membuat
kegiatan sendiri juga mampu melatih peserta didik untuk dapat mandiri
dan tanggung jawab. Ketegasan pihak sekolah terhadap tata tertib sekolah
sebagai gambaran kontribusi lembaga sekolah dalam melatih kedisiplinan
sebagai wujud menumbuhkan karakter anti korupsi.
64
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1 Salatiga
2014/2015
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil wawancara dan
observasi di SMK N 1 Salatiga terkait persepsi guru pendidikan agama Islam
tentang pendidikan nilai-nilai anti korupsi dan kurikulum PAI yang include
dengan pendidikan karakter anti korupsi, serta hasil temuan tentang gambaran
nyata implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi di SMK N 1 Salatiga.
Menurut hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa persepsi
guru pendidikan agama Islam terhadap pendidikan nilai-nilai anti korupsi
sangat penting untuk diberikan kepada peserta didik. Menurut pendapat dua
responden yang peneliti wawancarai, pendidikan anti korupsi perlu dijadikan
kurikulum sendiri, melihat banyaknya kasus korupsi yang melanda negeri ini.
“Sangat penting, kalau tidak ada pendidikan tentang itu bagaimana
dengan keadaan negara ini, sekarang saja para koruptor juga sudah
banyak di negara ini, malah kalau menurut saya seharusnya
pendidikan anti korupsi perlu dibuat kurikulum sendiri”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
Namun, ada satu pendapat berbeda dari guru pendidikan agama Islam
SMK N 1 Salatiga terkait kurikulum anti Korupsi.
“Pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan, namun tidak
perlu menjadi kurikulum tersendiri, karena dalam kurikulum pada KI1 dan KI-2 sudah memuat sikap religius dan sosial yang didalamnya
memuat tentang kejujuran dan tanggungjawab” (W/G/U/03-062015/10.04 WIB)
Menurut responden U, pendidikan nilai-nilai anti korupsi tidak perlu dijadikan
kurikulum sendiri karena pendidikan nilai-nilai anti korupsi cukup include
65
dengan kurikulum PAI. Sebagaimana tercantum dalam kurikulum PAI pada KI
1 dan KI 2 yaitu mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun dan ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
segala permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
Dalam materi pendidikan agama Islam dijelaskan tentang al Qur’an,
hadist, fiqih, dan akhlak. Karakter anti korupsi dapat dimasukkan ke dalam
materi tersebut. Misalnya ketika membahas tentang rukun iman, salah satunya
membahas iman kepada malaikat berserta tugas-tugasnya. Guru pendidikan
agama Islam tidak hanya menyampaikan nama-nama malaikat dan apa saja
yang menjadi tugasnya, tetapi juga menjelaskan bahwa salah satu tugas
malaikat yaitu menulis perbuatan baik dan buruk manusia yaitu malaikat Raqib
dan Atid. Dengan begitu, peserta didik akan merasa diawasi, sehingga dalam
berbuat kemaksiatan seperti korupsi akan merasa takut.
“Dalam pembelajaran agama ada materi tentang kejujuran, rukun
iman, rukun Islam dan ibadah. Menurut saya pendidikan nilai-nilai
anti korupsi dapat dimasukkan dalam materi tersebut. Misalnya
dengan mempelajari tentang rukun iman, di situ ada iman kepada
malaikat berserta tugas-tugasnya. Salah Satu tugas malaikat yaitu
mencatat perbutan baik dan buruk yang dilakukan manusia, yaitu
malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu, anak menjadi merasa selalu
ada yang mengawasi sehingga ketika melakukan pencurian atau
perampokan, karena korupsi juga termasuk pencurian bahkan korupsi
itu merupakan perampokan secara besar-besarankan, mereka akan
merasa takut. Oleh karena itu, secara tidak langsung kurikulum PAI
sudah memuat tentang pendidikan anti korupsi” (W/G/SM/03-062015/10.35WIB).
Karakter anti korupsi seperti kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan
66
dan mandiri yang termuat dalam kurikulum PAI diungkapkan oleh peserta
didik, seperti yang diungkapkan responden sebagai berikut:
“ Ada” (W/S/YU/08-06-2015/07.20 WIB).
“Ada materi tentang kejujuran” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
SMK N 1 Salatiga sudah mencerminkan sebagai sekolah yang
menanamkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Seperti banyaknya
kegiatan yang mampu melatih peserta didik untuk mempunyai karakter anti
korupsi, seperti kegiatan MDMA atau Majaelis Doa Mawar Allah, Infak,
jum’at bersih, ekstrakulikuler dan terdapatnya kantin kejujuran.
“Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan
kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu pada
awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan
bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al
Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT, karena banyak anak
yang suka menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI
anak-anak selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu
melatih kejujuran, dan kegiatan jum‟at bersih dapat melatih
tanggungjwab” ( W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Kegiatan MDMA atau Majaelis Doa Mawar Allah yang diadakan
SMK N 1 Salatiga melatih peserta didik untuk berbuat jujur. Kebiasaan peserta
didik untuk menyuruh temannya mengabsenkan menjadi hal yang harus
dicegah karena budaya yang seperti itu apabila tidak segera dicegah akan
menimbulkan budaya tidak jujur dan menghalalkan segala cara dalam
mencapai tujuan di kehidupan mendatang. Peserta didik yang ketahuan berbuat
curang dengan menyuruh temannya mengabsenkan, maka akan diberi hukuman
sebagai balasan dari perbuatannya. Pemberian hukuman akan melatih peserta
didik bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan dan membuat peserta
didik jera dalam melakukan kecurangan. Selain itu dalam menumbuhkan sikap
67
tanggung jawab SMK N 1 Salatiga mengadakan kegiatan rutin setiap hari
jum’at untuk bersih-bersih bersama. Peserta didik SMK N 1 Salatiga dalam
menumbuhkan sikap adil dilatih untuk berinfak.
Kantin kejujuran yang berada di SMK N 1 Salatiga merupakan
gambaran nyata implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi yang ada di
sekolah. Peilaku jujur peserta didik dapat diuji melalui kantin kejujuran yang
berada di sekolah. Peserta didik dapat mengambil barang yang dia suka,
membayar sesuai harga barang yang tertera serta mengambil kembalian sendiri
tanpa ada yang mengawasi. Hal itu akan melatih peserta didik untuk benarbenar menerapkan karakter anti korupsi dalam hal kejujuran. Sebagaimana
hasil wawancara berikut:
“Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak
sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada
kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang uang
yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang keluar,
tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan.
Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi sengaja
tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin mengambil
kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada kelebihan
pemasukan, mungkin dia sadar atau gimana kita tidak tahu.
B. Peran dan Cara Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter
Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015
1. Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi
Peran guru agama Islam sebagai guru mata pelajaran mempunyai
peran yang sama, apabila dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain.
Peran dan tanggung jawab semua guru yaitu mendidik akhlak peserta
68
didik, apalagi dalam menumbuhkan karkater anti korupsi karena korupsi
merupakan musuh setiap individu dalam menegakkan hukum yang ada.
Peran guru tersebut seperti, memberi informasi, memberikan nasihat,
motivasi dan sebagai teladan atau role model.
“Peran guru agama Islam tidak ada bedanya dengan guru pada
mata pelajaran lain, karena sama-sama mempunyai peran dan
tanggungjawab dalam hal mendidik akhlak peserta didik. Hal itu
tercantum dalam KI 1 dan KI 2 tadi yang menjuru kepada anti
korupsi, humanisme, pluralisme dll. Peran-peran itu seperti,
memberi informasi, memberikan nasihat, guru juga harus bisa
menjadi teladan”(W/G/U/03-06-2015/10.04WIB).
“Pada prinsipnya sama karena korupsi merupakan musuh kita
bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai pemberi
informasi dan mediator” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB).
Melalui wawancara dan observasi peneliti menemukan ada satu
guru agama Islam yang berpendapat bahwa guru pendidikan agama Islam
lebih berperan dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, dikarenakan
guru agama Islam dalam menyampaikan segala sesuatu selalu berpegang
teguh pada sumber yang terpercaya . Seperti yang diungkapkan SM:
“Perannya sama dengan guru yang lain, hanya saja lebih
dominan kalau sebagai guru agama, karena guru agama itu
dalam menyampaikan segala sesutu mempunyai dalil, hadist,
kaidah dll” (W/G/SM/08-06-2015/10.35WIB).
Peran guru yang disampaikan responden selaras dengan peraturan UndangUndang No 14 Tahun 2005 tentang tugas utama guru yaitu mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Redaksi
Sinar Grafika,2006: 2).
69
Mencermati uraian di atas, nampaknya ada keselarasan dalam
menjalankan peran guru dengan teori kepribadian dalam hal pembentukan
karakter.
Sebagaimana
yang
diungkapkan
sebagai
berikut,
teori
behavioristik menurut skinner bahwa hukuman dan ganjaran menentukan
perilaku.
Dalam
teori
ini
juga
mengatakan
bahwa
lingkungan
mempengaruhi karakter seseorang. Teori kognitif menjadi tempat yang
mengandung pikiran di mana kemungkinan proses-proses mental individu
terjadi. Proses-proses tersebut diantaranya, mengingat, mengambil
keputusan, merencanakan, menentukan tujuan, dan kratif. Social learning
theory yang merupakan teori miliki Albert Bandura ini mengemukakan
bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri,
sehingga pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya
pembiasaan merespon dan peniruan. Faktor pembentukan perilaku
berdasarkan pendekatan ini adalah perhatian, representation melalui
ingatan, peniruan tingkah laku model, motivasi dan penguatan. (Yusuf,
dan Nurihsan. 2008: 127, 132 dan 168)
Teori kepribadian tersebut sebagai teori yang digunakan dalam
pembentukan karakter anti korupsi pada peserta didik di SMK N 1
Salatiga. Seabagimana hasil wawancara mengenai peran guru pendidikan
agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
pada peserta didik, sebagai berikut:
a. Memberi Informasi
“Peran itu seperti memberi informasi, motovasi dan
pengarahan disela-sela pembelajaran. Agar mereka
70
mempunyai akhlak yang terpuji, termasuk jiwa yang anti
korupsi”(W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB).
Disela-sela pelajaran guru pendidikan agama Islam SMK N 1
Salatiga memberi informasi berkaitan merabahnya penyakit korupsi
yang tengah melanda negeri ini. Penanaman akhlak terpuji pada peserta
didik disela-sela pelajaran sebagai langkah membentengi peserta didik
untuk mempunyai jiwa anti korupsi.
b. Memberikan Nasihat
“Selalu memberikan nasihat agar selalu berbuat jujur dalam
segala aspek kehidupan karena Allah mengetahui segala yang
dilakukan manusia” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB).
Pada proses pembelajaran guru pendidikan agama Islam memberikan
nasihat kepada peserta didik untuk selalu berprilaku baik dan jujur,
karena Allah Maha Mengetahui apa yang dilakukan manusia. Guru
SMK N 1 Salatiga yang selalu memberi nasihat untuk selalu berbuat
jujur disampaikan peserta didik yang berinesial NF:
“Sudah, dengan selalu mengingatkan untuk berbuat jujur”
(W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Sudah, menasehati tentang kejujuran” (W/S/YU/08-062015/07.20WIB).
Selain kejujuran guru pendidikan agama Islam SMK N 1
Salatiga selalu memberikan nasihat agar peserta didik cerdas dalam
memilih teman. Peserta didik tingkat SMK tergolong sebagai pribadi
dalam fase labil dan perilaku kehidupannya lebih terpengaruh pada
lingkungan pergaulan. Pergaulan yang salah akan berpengaruh pada
karakter yang dimiliki peserta didik di masa mendatang, sekalipun
sudah tidak ada komunikasi dengan temannya tadi.
71
“saya selalu menasehati anak-anak untuk pandai memilih
teman. Kalau mereka salah memilih teman, prilaku mereka
juga kan mengikuti teman sebayanya. Misalnya jika mereka
berteman sama orang yang suka mencuri, mencontek, sering
bolos sekolah atau melanggar peraturan sekolah maka anak
itu akan ikut-ikut berperilaku menyimpang. Hal itu bisa
mempengaruhi kepribadian anak ketika dia dewasa dan
bahkan ketika mereka sudah tidak menjalin hubungan dengan
temannya tadi” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
c. Sebagai Teladan atau Role Model
Guru pendidikan agama Islam harus mampu menjadi role
model atau teladan dalam kehidupan keseharian, bukan hanya bisa
bicara dan menyuruh kepada peserta didik untuk berprilaku terpuji.
“Guru sebagai teladan harus bisa mengajarkan peserta didik
melalui tindakan langsung, bukan hanya sekedar bicara saja.
Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya
sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat
waktu dalam memulai pembelajaran, dan selesai
pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi
jam tujuh tepat semua anak wajib sudah berada di sekolah,
bagi anak yang terlambat kita beri pengarahan dan kita suruh
bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu cara pendidikan
karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak
terlambat
berarti
dia
sudah
melakukan
korupsi
waktu”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Guru pendidkan agama Islam SMK N 1 Salatiga memberikan
teladan kepada peserta didik diantaranya dengan on time dalam
pembelajaran. Guru SMK N 1 Salatiga tidak hanya menyuruh peserta
didik agar tepat waktu sampai di sekolah, tetapi juga memberi teladan
dengan membiasakan diri untuk tepat waktu dalam setiap kegiatan.
Peran guru sebagai role model dalam hal ketepatan waktu
sudah tercermin dalam keseharian, seperti yang diungkapkan responden
sebagai berikut:
72
“Salama ini sudah” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB).
“Sudah tepat waktu” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB).
d. Mediator
Tugas dan peran Guru pendidikan agama Islam tidak hanya
sebagai pengajar atau pemberi informasi saja, melainkan mampu
menjadi
perantara
bagi
peserta
didik
untuk
mengembangkan
kemampuan yang dimiliki.
“Pada prinsipnya sama karena korupsi merupakan musuh kita
bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai pemberi
informasi dan mediator” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB).
Guru pendidikan agama Islam berperan sebagai perantara
dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. MS mengungkapkan bahwa
korupsi merupakan musuh bersama, dan guru sebagai orang tua peserta
didik di sekolah berperan dalam menumbuhkan karakter yang
mencerminkan sikap anti korupsi. Peran guru sebagai perantara baik
dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Cara Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti
Korupsi
Menurut KPK (Komisi Pemberantasan Komisi) yang tertuang
dalam bukunya, Tunas Integritas, ada sembilan Integritas yang perlu
ditanamkan pada anak sejak dini dalam usaha memerangi korupsi. Nilainilai anti korupsi itu seperti jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung
jawab, kerja keras, sederhana, mandiri dan adil (kompas.com).
Cara guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter
anti korupsi sebagai berikut:
a. Melatih shalat lima waktu secara tepat waktu
73
“Anak-anak dilatih kejujuran dengan melakukan shalat lima
waktu secara tepat waktu, peserta didik diberikan buku mentor
sebagai pengendali yang diisi setiap kali shalat sebagai bukti
ketaatan peserta didik dalam beribadah dan buku itu diisi baik
di sekolah maupun di rumah” W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Shalat secara
tepat waktu merupakan sunnah bagi orang Islam. Ketaatan dalam
menjalankan ibadah shalat lima waktu mengandung banyak makna
yang mencerminkan karakter anti korupsi.
Ketaatan dalam menjalankan shalat lima waktu mengandung
nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab. Guru pendidikan
agama Islam SMK N 1 Salatiga memberikan buku mentor sebagai
pengendali bagi peserta didik dalam menjalankan rukun Islam yang ke
dua yaitu shalat. Buku tersebut sebagai bukti ketaatan peserta didik
dalam beribadah.
Melalui buku pengendali tersebut peserta didik dilatih untuk
jujur terhadap diri sendiri, Allah dan orang lain. Lewat kedisiplinan
peserta didik dalam menjalankan shalat lima waktu dapat melatih
peserta didik untuk disiplin dalam segala hal. Pengisian buku mentor
atau pengendali sebagai strategi guru pendidikan agama Islam dalam
mendidik tanggung jawab pada peserta didik.
b. Menghargai kejujuran peserta didik
“Kita harus menanamkan sikap yang jujur pada anak didik,
meskipun hal kecil seperti mencotek. Saya selalu menekankan
pada anak-anak untuk selalu jujur dan percaya diri pada
jawaban mereka. Saya lebih menghargai anak yang mendapat
74
nilai sedang tetapi jujur, daripada mendapat nilai bagus
dengan hasil mencontek atau hasil kerja sama dengan teman”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
Menghargai kejujuran peserta didik dalam menyelesaikan
tugas maupun mengerjakan ujian sebagai cara yang ditempuh guru
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi
pada peserta didik SMK N 1 Salatiga. Menghargai hasil jawaban
peserta didik yang jujur menjadikan peserta didik terhindar dari
perbuatan mencontek ataupun kerja sama dengan temannya.
Mencontek merupakan perbuatan tercela dalam kategori dosa
ringan. Namun, akibat yang ditimbulkan dari budaya mencontek sangat
fatal yaitu budaya korupsi. Peserta didik yang melakukan perbuatan
mencontek berarti dia telah melakukan tindakan berbohong kepada
dirinya sendiri, orang tua dan guru. Peserta didik yang terbiasa
mencontek bukan tidak mungkin akan mudah melakukan kecurangan di
masa dewasanya.
Kebiasaan kerja sama dengan temannya ketika ujian akan
membiasakan peserta didik untuk berani mengajak atau menerima
ajakan dalam melakukan perbuata tercela. Kebiasaan tersebut apabila
tidak dihentikan dapat melatih peserta didik untuk selalu menjalin kerja
sama dengan orang lain dalam mencapai tujuannya, meskipun dengan
perbuatan yang dilarang. Hal itu akan menjadi masalah besar ketika
peserta didik telah dewasa, apalagi ketika peserta didik mejabat sebagai
pemimpin bangsa ini.
75
c. Menggunakan metode pembelajaran yang mampu melatih sikap jujur,
tanggungjawab, mandiri dan percaya diri. Metode tersebut seperti, pasar
informasi dan diskusi.
Dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa,
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mendapatkan informasi dan
sebagainya lebih banyak dilakukan oleh murid. Dengan cara demikian,
siswa sudah mulai terlatih bersikap kreatif, mandiri dan produktif, yakni
memiliki sifat yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi masyarakat
maju (Nata, 2007: 85). Hal itu selaras dengan metode pembelajaran
yang digunakan guru SMK N 1 Salatiga, seperti yang diungkapkan
responden sebagai berikut:
“Dalam pembelajaran PAI saya dan teman-teman yang lain
menerapkan beberapa metode pembelajaran, sehingga
pembelajaran tidak hanya monoton guru ceramah di depan.
Salah satu metode yang saya pakai yaitu belanja informasi.
Belanja informasi yaitu anak-anak menggali informasi sendiri,
kemudian temannya berbelanja informasi di situ, setelah itu
informasi yang didapat disampaikan kepada teman-temannya.
Informasi tersebut apakah untuk dirinya sendiri atau
disampaikan kepada orang lain, apakah informasi tadi
ditambahi atau dikurangi, hal itu juga bisa melatih kejujuran
pada anak. Melalui metode pembelajaran tersebut mampu
mengajarkan anak menjadi mandiri, tanggungjawab, kreatif
dalam menggali informasi, dan yang paling penting anak
berani
mengungkapkan
apa
yang
sudah
dia
peroleh”(W/G/U/03-06-2015/10.04WIB).
Meminimalkan metode ceramah akan membuat pembelajaran
lebih efektif dan tidak membosankan. Guru pendidikan agama Islam
SMK N 1 Salatiga menggunakan metode belanja informasi dan diskusi .
Belanja Informasi yaitu peserta didik secara kelompok disuruh untuk
76
mencari informasi materi pembelajran sendiri, setelah itu pengetahuan
tentang materi pembelajran disampaikan kepada kelompok lain. Guru
juga menyampaikan materi kepada kelompok yang mendapat tugas
mencari informasi, dan kelompok tesebut diberi tanggung jawab untuk
menyampaikan kepada temannya. Melalui metode pasar informasi
peserta didik dilatih untuk tanggung jawab atas tugas yang diberikan
dan melatih peserta didik untuk jujur. Peserta didik yang tidak jujur
tidak akan menyampaikan materi secara menyeluruh kepada temantemannya. Rasa peduli juga terbentuk dari metode pasar informasi ini,
peserta didik dilatih untuk peduli dengan pemahaman temannya
mengenai informasi yang disampaikan.
Metode diskusi sebagai metode guru pendidikan agama Islam
SMK N 1 Salatiga dalam melatih peserta didik untuk berkerja sama
dengan orang lain. Mandiri, tanggung jawab, creative, percaya diri dan
kuat pendirian akan tumbuh melalui metode diskusi. Metode diskusi
juga mengajarkan peseta didik untuk berani menyampaikan hasil
diskusi. Hal itu akan berguna di masa mendatang, peserta didik akan
terbiasa berani terhadap kebenaran yang dia ketahui. Sebagaimana yang
diungkapkan SM:
“Ketika pembelajaran anak tidak hanya menjadi pendengar
saja, saya sering menyuruh mereka untuk mencari materi
sendiri, kemudian mendiskusikan dan memperesentasikan hasil
diskusi. Dalam proses pembelajaran tersebut anak selain
belajar tanggungjawab juga dilatih mandiri, pecaya diri untuk
menyampai hasil karnyanya, anak juga lebih kreatif dan yang
lebih penting akan berlatih kuat dengan pendirian yang ada
serta anak itu akan lebih menghargai orang lain, karena
77
dalam presentasi anak tentu akan memperoleh sanggahan
ataupun usulan dari kelompok lain” (W/G/SM/03-062015/10.35 WIB).
d. Peserta didik dilatih tanggungjawab
“Dalam mengajarkan tanggungjawab itu biasanya saya sering
menyuruh siswa meminjam dan mengembalikan barangbarang kepenggandaan, hla itu sacara tidak langsung
mengajarkan mereka rasa tanggungjawab apakah segera
dikembalikan atau tidak dan biasanya kalau telat
mengembalikan barang yang dipinjam maka pihak
penggandaan akan menanyakan ke guru yang menyuruh tadi,
sehingga guru jadi tahu anak bertanggungjawab apa
tidak”(W/G/SM/03-06-2015/10.35).
Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam proses
pembelajaran seringkali menyuruh peserta didik untuk meminjam
barang ke pengganaan sebagai cara guru pendidikan agama Islam dalam
menumbuhkan karakter tanggungjawab.
Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam
menumbuhkan
sikap
tanggung
jawab
juga
melalui
kegiatan
ekstrakulikuler. Peserta didik yang mengikuti ekstrakulikuler diberi
tanggung jawab atas kegiatan yang telah direncanakan. Kebiasaan
bertanggung jawab atas keputasan diambil merupakan bekal peserta
didik dalam menyongsong kehidupan di masa dewasanya, karena
pelajar sebagai penerus bangsa.
SMK N 1 Salatiga juga mengadakan kegiatan rutin hari jum’at
yaitu bersih-bersih bersama. Kegitan tersebut selain mengandung nilai
keindahan dan kebersihan juga mengandunng nilai-nilai tannggung
jawab. Peserta didik dilatih bertanggung jawab atas tugas yang yang
78
telah di bagi sesuai kelas, karena setiap tempat sudah ada bagian-nagian
masing-masing dalam membersihkan.
d. Melatih peserta didik untuk tepat waktu
“Guru sebagai teladan harus bisa mengajarkan peserta didik
melalui tindakan langsung, bukan hanya sekedar bicara saja.
Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya
sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat
waktu dalam
memulai pembelajaran, dan selesai
pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi
jam tujuh tepat semua anak wajib sudah berada di sekolah,
bagi anak yang terlambat kita beri pengarahan dan kita suruh
bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu cara pendidikan
karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak
terlambat
berarti
dia
sudah
melakukan
korupsi
waktu”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Kedisiplinan sebagai karakter anti korupsi yang perlu
ditanamkan dalam pribadi peserta didik. Guru pendidikan agama Islam
SMK N 1 Salatiga mengajarkan untuk tepat waktu kepada peserta didik.
Kedisiplinan waktu tidak hanya ketika datang ke sekolah yaitu jam
tujuh harus sampai sekolah, tetapi juga on time ketika mengumpulkan
tugas maupun ketika masuk kelas. Sebagaimana yang disampaikan SM.
“Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas,
mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada
siswa yang terlambat maka ada saknsi tersendiri”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
e. Pendidikan di luar kelas
Peserta didik diwajibkan ikut kegiatan MDMA (Majelis Doa Mawar
Allah), jum’at bersih, infak dan kajian an-Nissa.
“Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan
kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu
pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak
yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas
untuk menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua
79
dan RT, karena banyak anak yang suka menyuruh temannya
mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu
dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih
kejujuran, kajian melatih mereka displin juga, jum‟at bersih”
(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik
guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga tidak hanya
melakukan pembejaran dalam kelas, namun juga di luar kelas. Guru
pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga mengadakan kegiatan wajib
diikuti oleh pesrta didik setiap hari minggu di minggu pertama, yaitu
kegiatan majelis doa mawar Allah. Kegiatan tersebut merupakan
kegitan amal dan doa bersama. Kegiatan MDMA akan melatih peserta
didik untuk peduli dengan sesama. Guru pendidikan agama Islam juga
mengabsen bagi peserta didik yang berangkat, dan bagi peserta didik
yang tidak datang dia akan mendapat hukuman. Hukuman yang
diberikan akan melatih peserta didik untuk tanggung jawab terhadap
kewajiban yang diberikan kepada peserta didik. Infak dalam menyabut
PHBI sebagai cara yang ditempuh guru pendidikan agama Islam dalam
membangun rasa peduli pada peserta didik.
Kegiatan rutin jum’at bersih sebagai cara yang ditempuh guru
SMK N 1 Salatiga dalam melatih tanggung jawab. Biasanya kegiatan
jum’at bersih tersebut dengan membagi setiap tempat untuk dijadikan
tanggung jawab per kelas. Peserta didik SMK N 1 Salatiga dilatih
menjadi pribadi yang tanggung jawab melalui kegiatan jum’at bersih
tersebut.
80
f. Pemberian Sanksi
“Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas,
mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada
siswa
yang
terlambat
maka
ada
saknsi
tersendiri”(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB).
Guru SMK N 1 Salatiga dalam memberikan hukuman bagi
peserta didik yang terlambat, baik terlambat datang ke sekolah maupun
masuk kelas, mengumpulkan tugas, melanggar peraturan sekolah dan
lain-lain bukan dengan cara pemberian hukuman fisik. Guru SMK N 1
Salatiga dalam memberikan hukuman hanya sebatas membuat jera
peserta didik, sehingga hukuman yang diberikan ialah hukuman yang
mendidik. Hukuman tersebut seperti, diberi pengarahan, suruh bersihbersih, menulis ayat-ayat al qur’an yang ditanda tangani oleh RT dan
membaca istighfar. Sebagaimana yang diungkapkan responden berikut:
“Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil
tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur‟an yang
ditandatangani orang tua dan RT” ( W/G/U/03-06-2015/10.04
WIB).
C. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Menumbuhkan
Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015
Korupsi jelas merupakan perbuatan tercela yang harus disingkirkan.
Namun untuk memberantasnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, dan saling berkerja sama diantara
sesama guru itu sendiri. Adanya kolaborasi yang cantik antara guru akan
menjadi pemicu yang tepat sehingga peserta didik yakin dan percaya bahwa
korupsi adalah penyakit manusia yang harus dihindari, dan sebisa mungkin
81
untuk dilawan dengan kekuatan moral dan ajaran agama yang benar
(Kusumah, 2012: 226).
1. Faktor-Faktor Pendukung Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi
Faktor pendukung guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga
dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik, sebagai
berikut:
a. Dukungan dan kerjasama mayoritas guru
“Kalau dukungan lebih kepada kerjasama semua guru dalam
menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti kejujuran, disiplin,
tanggungjawab, sikap-sikap itu bisa melatih anak untuk
mempunyai
sikap
anti
korupsi”
(W/G/SM/03-062015/10.35WIB).
Dukungan dan kerja sama mayoritas guru merupakan dukungan
bagi guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi. Tanpa adanya kerjasama dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi seperti, kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab maka tujuan
dalam memberantas korupsi dari bibit-bibitnya tidak akan mampu untuk
diwujudkan.
b. Adanya fasilitas sekolah seperti kantin kejujuran
“Kantin kejujuran sebagai kontribusi lembaga SMK N 1 dalam
mencegah korupsi, karena dalam kantin kejujuran anak
diajarkan praktik langsung untuk berbuat jujur”(W/G/MS/0806-2015/13.00WIB).
Sikap jujur sebagai hal utama dalam menumbuhkan sikap anti
korupsi pada peserta didik. Ketika seseorang sudah mempunyai benteng
untuk selalu berbuat jujur, maka dia akan sulit tergoda untuk berbuat
korupsi. Kantin kejujuran yang berada di SMK N 1 Salatiga merupakan
dukungan pihak sekolah dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada
82
peserta didik. Peserta didik SMK N 1 Salatiga ditanamkan prilaku jujur
dalam kesehariannya melalui kantin kejujuran.
c. Ekstrakulikuler
“Ekstrakulikuler juga mengajarkan sikap anti korupsi pada
anak- anak karena mereka diajarkan tentang tanggungjawab,
dan yang pasti ada rasa kemandirian dalam diri anak-anak,
dan menurut saya itu masuk pada poin-poin penanaman sikap
anti korupsi” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Kepercayaan pihak sekolah terhadap peserta didik dalam
manage kegiatan akan mengajarkan peserta didik untuk mandiri dan
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap keputasan yang diambil.
Guru memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk
mengadakan suatu kegiatan dalam ekstrakulikuler, dan guru hanya
sebagai pengawas. Hal itu melatih peserta didik untuk memiliki sikap
mandiri dan tanggung jawab sebagai karakter anti korupsi.
d. Banyaknya media informasi tentang bahaya korupsi
“Pendukung, segala media selalu menginformasikan tentang
akibat berlaku korupsi” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB).
Tekhnologi yang semakin canggih mampu membantu guru
pendidikan agama Islam dalam menumbuhka karakter anti korupsi.
Melalui media informasi peserta didik dapat mengetahui informasi terkait
korupsi yang sedang melanda negeri ini. Peserta didik juga dapat
mengetahui mengenai akibat yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi.
Informasi tersebut akan mempermudah guru pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, karena guru dapat langsung
mengambil fenomena yang terjadi lewat berita yang sedang berkembang.
e. Peraturan yang tegas dari lembaga sekolah
83
“Kantin kejujuran, hukuman bagi siswa yang melanggar
peraturan, pihak sekolah mengambil kebijakan bagi siswa yang
mendapat beasiswa uangnya itu tidak diberikan kepada siswa
ataupun orang tua tetapi langsung digunakan untuk biaya
pendidikan seperti membayar spp dll. Seperti pengalaman yang
sudah-sudah ada anak yang sudah diberikan uang SPP oleh
orang tuanya, tetapi tidak dibayarkan ke sekolah, sehingga
sekolah mengambil keputusan seperti itu. Jadi peringatan
sekolah dalam hal pembayaran SPP saya rasa termasuk
kontribusi sekolah dalam hal tanggungjawab dan kejujuran”
(W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB).
Peraturan yang tegas dari pihak sekolah dalam memberikan efek jera
pada peserta didik sebagai dukungan bagi guru pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Guru pendidikan agama
Islam tidak akan berhasil secara maksimal dalam mendidik anak untuk
disiplin dan taat terhadap peraturan, apabila pihak sekolah tidak tegas
dalam pemberian hukuman. Dukungan pihak sekolah yang tegas terhadap
peserta didik yang melanggar peraturan sebagai cara mendidik peserta
didik dalam mempunyai sikap tanggung jawab, dan sebagai cara yang
mampu membuat jera peserta didik dalam melanggar peratuaran.
Ketegasan pihak sekolah untuk menggunakna beasiswa miskin
bagi peserta didik sebagai biaya SPP merupakan cara agar beasiswa
tersebut tepat sasaran. Belajar dari masa lalu, dimana ada orang tua
peserta didik yang menyalahgunakan uang beasiswa untuk keperluan
pribadi bukan keperlukan pendidikan akan merugikan pihak sekolah dan
anak itu sendiri. Beasiswa yang diterima langsung dibayarkan pihak
sekolah sebgai biaya pendidikan. Ketegasan pihak sekolah tersebut
sebagai upaya agar uang beasiswa dari pemerintah tidak salah sasaran.
2. Faktor Penghambat Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi
84
Faktor penghambat guru pendidikan agama Islam SMK N 1
Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik,
sebagai berikut:
a. Belum meratanya kesadaran guru tentang akhlak peserta didik
“Adanya sebagian guru yang cuek, dan tidak mau peduli sama
siswanya yang penting mereka mengajar di kelas, itu
merupakan hambatan bagi saya dalam menumbuhkan karakterkarekter anti korupsi tersebut” (W/G/U/03-06-2015/10.04
WIB).
Adanya guru yang hanya berperan sebagai pengajar tanpa mau peduli
dengan pendidikan akhlak peserta dididk merupakan hambatan guru
pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan
karakter
anti
korupsi
pada
peserta
didik.
Guru
yang
hanya
menyampaikan materi di kelas dan tidak memberi nasihat dan tidak
mengarahkan peserta didik untuk mempunyai sifat-sifat terpuji seperti
nilai-nilai yang tertanam dalam karakter anti korupsi, akan menjadikan
peserta didik hanya tahu tetapi tidak diamalkan dalam kehidupan
keseharian.
b. Keterbatasan waktu dalam mengawasi peserta didik
“Kalau hambatannya itu guru agama tidak bisa mengawasi
siswanya selama 24 jam, sehingga guru hanya mampu memberi
motivasi, dorongan dan arahan agar anak menghindari prilaku
pencurian atau bahkan korupsi itu tadi, sebagai guru agama
dalam memberikan nasehat dan arahan tentu tidak lepas dari
dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang ada dalam agama Islam.
Setelah anak keluar dari sekolah yang lebih berperan itu orang
tua
dan
lingkungan
masyarakat.
(W/G/SM/03-062015/10.35WIB).
Keterbatasan waktu guru dalam mengawasi peserta didik
sebagai faktor penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi.
85
Guru hanya mampu mengawasi peserta didik selama peserta didik berada
di lingkungan sekolah, sedangkan di luar sekolah yang mampu
mengawasi mereka yaitu orang tua dan lingkungan sekitar. Dalam
mengatasi hal ini guru selalu memberikan motivasi, nasihat dan
pengarahan agar peserta didik menghindari perbuatan tercela. Pemberian
nasihat serta melatih langsung peserta didik untuk berperilaku terpuji
sebagai cara yang di tempuh guru pendiidkan agama Islam dalam
menyikapi tugas guru yang tidak dapat mengawasi peserta didik selama
24 jam.
c. Latar belakang peserta didik yang beragam
“Faktor keluarga siswa yang berbeda-beda juga merupakan
hambatan bagi menanamkan sikap terpuji bagi saya sebagai
guru agama Islam” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB).
Cara yang ditempuh orang tua dalam mendidik akhlak anak
beragam dari keluarga satu dengan yang lainnya. Kondisi keluarga setiap
peserta didik juga berbeda. Pendidikan keluarga sangat mempengaruhi
perkembangan pribadi peserta didik. Latar belakang keluarga peserta
didik yang berbeda tersebut sebagai salah satu faktor penghambat dalm
menumbuhkan karakter anti korupsi.
Ada peserta didik yang dari kecilnya sudah dilatih untuk
mempunyai sikap disiplin, jujur, peduli dengan orang lain dan tanggung
jawab. Namun, juga ada peserta didik yang tidak didik untuk menerapkan
prilaku yang mencerminkan karakter anti korupsi tersebut. Peserta didik
yang tidak dilatih jujur dan tanggung jawab di lingkungan rumah akan
menjadi hambatan sendiri dalam menumbuhkan karakter anti korupsi.
86
d. Tidak ada keseragaman kurikulum
“Penghambat kurang adanya kesepakatan” (W/G/MS/08-062015/13.00 WIB).
Pendidikan anti korupsi hanya sebagi hidden curriculum.
Kurikulum mengenai pendidikan anti korupsi
hanya dilaksanakan
melalui suri teladan yang menampakkan sikap dan perilaku anti korupsi,
tanpa adanya tujuan dan program yang terencana. Adannya kesepakatan
pemerintah terkait kurikulum anti korupsi, akan gmembuat pendidikan
anti korupsi lebih terarah dan terlaksana dengan baik.
87
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan data yang penulis sajikan pada bab-bab sebelumnya
dalam laporan skripsi ini, maka penulis mengambil kesimpulan:
1. SMK N 1 Salatiga sudah mencerminkan pendidikan anti korupsi di
lingkungan sekolah. Pendidikan anti korupsi dilaksanakan baik di dalam
maupun di luar kelas. Sementara tentang perlunya kurikulum tersendiri
mengenai anti korupsi terdapat dua pendapat. Sebagian guru PAI
berpendapat kurikulum pendidikan anti korupsi tidak perlu ada tersendiri,
karena sudah include dalam kurikulum PAI. Sebagian yang lain
menekankan kurikulum pendidikan anti korupsi dibuat secara tersendiri,
mengingat pentingnya pendidikan anti korupsi dalam konteks sekarang ini.
2. Guru pendidikan agama Islam mempunyai peran penting dalam hal
menumbuhkan karakter anti korupsi. Peran tersebut seperti, memberi
informasi atau pengetahuan, memberi nasihat, memeberi arahan atau
pengarah dan sebagai teladan.
3. Cara yang ditempuh guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga
dalam menjalankan perannya untuk menumbuhkan karakter anti korupsi
pada peserta didik, yaitu melatih shalat lima waktu secara tepat waktu,
menghargai kejujuran peserta didik, menggunakan metode pembelajaran
yang mampu melatih sikap anti korupsi seperti pasar informasi dan
diskusi, peserta didik dilatih tanggungjawab, warung kejujuran, melatih
88
peserta didik untuk tepat waktu, pembelajaran di luar kelas dan pemberian
sanksi.
4. Pendukung dalam menumbuhkan karakter anti korupsi di SMK N 1
Salatiga yaitu dukungan dan kerjasama moyoritas guru, adanya fasilitas
sekolah seperti kantin kejujuran, kegiatan ekstrakulikuler seperti SKI,
banyaknya media informasi tentang bahaya korupsi, peraturan yang tegas
dari lembaga sekolah dll. Sedangkan yang menjadi hambatan yaitu belum
meratanya kesadaran guru tentang akhlak peserta didik, keterbatasan
waktu dalam mengawasi peserta didik, latar belakang peserta didik yang
beragam dan tidaknya adanya keseragaman kurikulum.
B. SARAN
Berdasarkan Kesimpulan yang penulis uraikan diatas maka penulis
mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya ke arah yang
lebih baik, yaitu :
1. Lembaga Sekolah
Perlu diadakan kegiatan yang melatih kesadaran peserta didik untuk
melawan dan mencegah tindakan korupsi dari hal yang paling kecil yaitu
mencontek, membolos dan melanggar peraturan sekolah.
2. Bagi Orang Tua
Pendidikan anti korupsi perlu diajarkan pada anak sejak kecil, seperti
membiasakan bersikap jujur dan tanggung jawab.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu dan Sholeh Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asdiqoh, Siti. 2013. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Trustmedia Publishing.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djaja, Ermansjah. 2010. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar
Grafika.
Djamarah Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hartanti, Evi.2005. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika
Irfan, Muhammad Nurul. 2009. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam
Perspektif Fikih Jinayah. Jakarta: Dapertemen Agama RI.
Isjoni. 2006. Gurukah Yang Dipersalahkan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin. 2006. Korupsi Hukum dan Moralitas Agama Mewacanakan Fikih Anti
Korupsi. Yogyakarta: Gema Media
Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, & Johar Permana. 2011. Pendidikan Karakter
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset.
Klitgaard, Robert. 2001. Membasmi Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kusumah, Wijaya. 2012. Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya. Jakarta:Indeks.
Lopa, Baharuddin. 2001. Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum.
Jakarta:Kompas.
Margono. 1997. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Moleong, Lexy.J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi Revisi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana
Saliman, Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan dan Pengajaran
Umum.Jakarta: Rineka Cipta
Samana. 1994. Profesionalisme Guru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
dan
90
Simanjuntak dan Pasaribu. 1984. Teori Kepribadian. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Stronge, James. 2013. Kompetensi Guru-Guru Efektif. Jakarta: Indeks.
Poernomo, Hadi Soen’an. 2013. Berani Korupsi Itu Memalukan. Jakarta: Imania.
Redaksi Sinar Grafika. UU Guru dan Dosen (UU RI No.14 Th.2005, ).2006. Jakarta:
Sinar Grafika).
Uno, Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Jakarta: Remaja
Rosadakarya.
Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-nilai
Target. Yogyakarta:UNY Press.
(http://www.kompasiana.com/ariefma/bibit-bibit-korupsi-tumbuh-dalam-bangkusekolah) diundah tanggal 25 Juli 2015.
www.umm.ac.id diunduh pada tanggal 1 Mei 2015
www.kompas. com diunduh pada tanggal 1 Mei 2015.
91
DAFTAR NILAI SKK
Nama : NIDHAUL KHUSNA
NIM : 11111033
P.A. : Rovi’in, M.Ag
No.
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jenis Kegiatan
Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh
Dewan Mahasiswa (DEMA)
STAIN Salatiga
Achievement Motivation Training
(AMT) oleh Ittaqo dan CEC
STAIN Salatiga
Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) oleh STAIN Salatiga
Seminar Entrepreneurship dan
Koprasi oleh Kopma dan KSEI
STAIN Salatiga
USER EDUCATION oleh UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
Pelatihan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) ke-21
oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga
Daurah Mar’atus Shalihah (DMS)
“Let’s be an Inspiring Women”
oleh LDK Darul Amal
Public Hearing
“Meningkatkan Kepekaan dan
Transparansi Kinerja Lembaga
Menuju Kampus yang Amanah”
oleh Senat Mahasiswa (SEMA)
STAIN Salatiga
Pelatihan Penggunaan Maktabah
Syamilah & Pengetikan Arab
Cepat (STAIN ARABY)
“Bahasa Arab Sebagai Penunjang
Perkuliahan Mahasiswa” oleh
Ittaqo STAIN Salatiga
Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) oleh Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) Djoko Tingkir Salatiga
Seminar Regional
Jurusan
Progdi
: Tarbiyah
: PAI
Pelaksanaan
Jabatan
Nilai
20-22 Agustus 2011
Peserta
3
23 Agustus 2011
Peserta
2
24 Agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
20 September 2011
Peserta
2
30 September – 03
Oktober 2011
Peserta
2
24 November 2011
Peserta
2
15 Maret 2012
Peserta
2
17 Maret 2012
Peserta
2
23-25 Maret 2012
Peserta
2
03 Mei 2012
Peserta
4
92
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
“Peran Mahasiswa dalam
Mengawal BLSM (BLT) Tepat
Sasaran” oleh DEMA STAIN
Salatiga
Agenda Milad X LDK Darul
Amal (Lomba Cerpen Islami) oleh
LDK Darul Amal STAIN Salatiga
Program Ma’had Mahasiswa
selama 1 tahun.
Amalan Ramadhan Racana (ARR)
ke-14 oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) ke-22
oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga
Dialog Publik dan
SilaturahimNasional “Kemanakah
Arah Kebijakan BBM?
Mendorong Subsidi BBM Untuk
Rakyat” oleh Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) Kota Salatiga
Ijazah Kursus Pembina Pramuka
Mahir Tingkat Dasar (KMD) oleh
IAIN Surakarta
Tabligh Akbar
“Tafsir Tematik dalam Upaya
Menjawab Persoalan Israel dan
Palestina, Landasan QS. AlFath:c26-27” oleh JQH STAIN
Salatiga
SK Pengangkatan Dewan Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga masa bhakti 2013
Short Course on TOEFL
Preparation Focusing on Structure
and Written Expression Test oleh
PonPes. Salafiyah Pulutan,
Salatiga
Penataran Ustadz/Pengelola TKATPA Tingkat Dasar “Manajemen
dan Administrasi TKA-TPA,
Metodologi IQRO’ dan
Pengelolaan Kelas” oleh Yayasan
17 Mei 2012
Peserta
2
07 Juli 2012
Peserta
2
03-07 Agustus 2012
Panitia
3
12-15 Oktober 2012
Panitia
3
10 November 2012
Panitia
3
12-17 November
2012
Peserta
2
01 Desember 2012
Peserta
2
31 Januari 2013
Ke-RT-an
4
09-16 Februari 2013
Peserta
2
10 Maret 2013
Peserta
2
93
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Team Tadarus “AMM”
Yogyakarta
Kursus Singkat “TOEFL Focusing
on Listening” oleh bagian Bahasa
PonPes Salafiyah Pulutan Salatiga
Seminar Nasional dan Dialog
Publik
“Minimnya Pasokan Energi dalam
Negeri; Pemberantasan Subsidi
BBM dan Peran Masyarakat
dalam Penghematan Energi” oleh
HMJ Tarbiyah & Syari’ah STAIN
Salatiga
Seminar Nasional
“How to Develop the Best
Generation” oleh CEC STAIN
Salatiga
Seminar Nasional
“Mengawal Pengendalian BBM
Bersubsidi, Kebijakan BLSM
yang Tepat Sasaran Serta
Pengendalian Inflasi dalam Negeri
Sebagai Dampak Kenaikan BBM
Bersubsidi” oleh DEMA STAIN
Salatiga
Amalan Ramadhan Racana (ARR)
ke-15 oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) ke-23
oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga
Temu Pramuka Penggalang
Penegak 2 (TPPP II) oleh Racana
Kususma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
Seminar Nasional
“Mendetakkan Jantung Bangsa
dengan Jurnalisme” oleh LPM
Dinamika
17 Maret 2013
Peserta
2
20 April 2013
Peserta
8
01 Juni 2013
Peserta
8
08 Juli 2013
Peserta
8
25-28 Juli 2013
Panitia
3
20-23 September
2013
Panitia
3
05-06 Oktober 2013
Panitia
3
07 Oktober 2013
Panitia
8
94
95
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama
: Nidhaul Khusna
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/tanggal lahir
: Boyolali, 25 Mei 1993
Agama
: Islam
B. Alamat
: Jegoran, 08/1 Manyaran, Kec. Karanggede, Kab. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Manyaran 1 lulus tahun 2005
2. SMP Negeri 2 Karanggede lulus tahun 2008
3. SMA Negeri 1 Karanggede lulus tahun 2010
4. IAIN Salatiga jurusan tarbiyah (Pendidikan Agama Islam)
Boyolali
Salatiga, 17 Agustus 2015
Penulis
Nidhaul Khusna
NIM: 11111033
96
97
98
99
DAFTAR PERTANYAAN
A. Guru PAI
1. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah?
2. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah
memuat pendidikan anti korupsi?
3. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada
mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi?
4. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di
dalam kelas maupun di luar kelas?
5. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik?
6. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi?
B. Peserta Didik
1. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
2. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
3. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran
tentang pentingnya karakter anti korupsi?
4. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
5. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
6. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
100
DISKRIPSI WAWANCARA
A. Nama Responden
: Drs. Untoro, M.Pd (U)
Profesi
: Guru Pendidikan Agama Islam
Tanggal Wawancara
: 03 Juni 2015
Pukul
: 10.04 WIB
1. Assalamu’alaikum Pak?
Jawab: Wa’alaikum salam
2. Begini Pak, saya mahasiswa IAIN Salatiga ingin mengadakan penelitian di
SMK ini terkait peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik?
Jawab: Iya
3. Mohon maaf Pak, mengganggu waktunya sebentar untuk wawancara?
Jawab: Iya, silahkan mbak
4. Sebelumnya mohon maaf Pak, siapa nama lengkap Bapak?
Jawab: Nama lengkap saya Untoro
5. Di Smk ini Bapak sebagai guru pendidikan agam Islam?
Jawab: Iya
6. Apakah saya dapat langsung wawancara terkait judul penelitian saya?
Jawab:
Silahkan mbak, Insyaallah kalau saya bisa jawab saya akan
menjawab
7. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah?
Jawab:Pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan, namun tidak
perlu menjadi kurikulum tersendiri, karena dalam kurikulum pada KI-1
dan KI-2 sudah memuat sikap religius dan sosial yang didalamnya memuat
tentang kejujuran dan tanggungjawab.
8. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah
memuat pendidikan anti korupsi?
Jawab: Tentu sudah ada kurikulum pendidikan anti korupsi dalam
kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam KI 1 dan KI 2 didalamnya
memuat tentang sikap religius dan sikap sosial, yang salah satunya ada
101
kejujuran dan tanggungjawab, sedangkan untuk KI 3 berkaitan dengan
pengetahuan, dan untuk KI 4 itu tentang ketrampilan.
9. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada
mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi?
Jawab: Peran guru agama Islam tidak ada bedanya dengan guru pada
mata
pelajaran
lain,
karena
sama-sama
mempunyai
peran
dan
tanggungjawab dalam hal mendidik akhlak peserta didik. Hal itu
tercantum dalam Ki 1 dan Ki 2 tadi yang menjuru kepada anti korupsi,
humanisme, pluralisme dll. Peran-peran itu seperti, memberi informasi,
memberikan nasihat, guru juga harus bisa menjadi teladan.
10. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di
dalam kelas maupun di luar kelas?
Jawab: Anak-anak dilatih kejujuran dengan melakukan shalat lima waktu
secara tepat waktu, peserta didik diberikan buku mentor sebagai
pengendali yang diisi setiap kali shalat sebagai bukti ketaatan peserta didik
dalam beribadah dan buku itu diisi baik di sekolah maupun di rumah.Guru
sebagai teladan harus bisa mengajarkan peserta didik melalui tindakan
langsung, bukan hanya sekedar bicara saja. Dalam mengajarkan kepada
mereka tentang kedisplinan, saya sendiri harus memberi contoh kepada
mereka dengan tepat waktu dalam memulai pembelajaran, dan selesai
pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi jam tujuh tepat
semua anak wajib sudah berada di sekolah, bagi anak yang terlambat kita
beri pengarahan dan kita suruh bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu
cara pendidikan karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak
terlambat berarti dia sudah melakukan korupsi waktu.
Dalam pembelajaran PAI saya dan teman-teman yang lain
menerapkan beebrapa metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak
hanya monoton guru ceramah di depan. Salah satu metode yang saya pakai
yaitu belanja informasi. Belanja informasi yaitu anak-anak menggali
informasi sendiri, kemudian temannya berbelanja informasi di situ, setelah
itu informasi yang didapat disampaikan kepada teman-temannya.
102
Informasi tersebut apakah untuk dirinya sendiri atau disampaikan kepada
orang lain, apakah informasi tadi ditambahi atau dikurangi, hal itu juga
bisa melatih kejujuran pada anak. Melalui metode pembelajaran tersebut
mampu mengajarkan anak menjadi mandiri, tanggungjawab, kretif dalam
menggali informasi, dan yang paling penting anak berani mengungkapkan
apa yang sudah dia peroleh.
Sebagai seorang guru kita harus mampu menjadi role model,
dengan tidak meninggalkan mengajar, kecuali ketika mendapat tugas dari
sekolah. Seperti siang ini saya harus ke semarang sampai hari sabtu, tetapi
saya mempunyai surat tugas dari sekolah. Saya setiap hari selalu masuk
sekolah, meskipun saya tidak ada jadwal mengajar. Saya juga
mengajarkan mereka tentang berpegang teguh pada pendirian, ketika saya
bilang A ya A, dan ketika saya bicara B Ya B jadi mereka selalu takut
dengan saya dan tidak berani macam-macam. Itu merupakan cara saya
mengajarkan kepada mereka bahwa orang itu yang dipegang adalah
omongannya.
Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan
kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu pada awal
bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan bohong
maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur’an yang
ditandatangani orang tua dan RT, karena banyak anak yang suka
menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak
selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum’at itu melatih
kejujuran, dan kegiatan jum’at bersih dapat melatih tanggungjwab.
Setiap ada kegiatan anak-anak SKI itu selalu saya beri
tanggungjawab sepenuhnya untuk mengatur sendiri kegiatan itu, saya
hanya menyetujui asalkan tidak menyimpang dari aturan yang sudah
digariskan
sekolah.
Mereka
harus
saya
latih
untuk
mandiri,
tanggungjawab, mampu memanage sendiri kegiatan yang ada. Saya rasa
itu mampu menumbuhkan sikap mandiri dan tanggungjawab pada anakanak, dan hal itu sangat bagus untuk masa depan mereka sebagai calon
103
pemimpin.
11. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik?
Jawab: Dukungan dari sekolah hanya sebatas dukungan, untuk kegiatan
begitulah sebagai sekolah negeri kita mempunyai anak didik ada
sekitar 25% yang non muslim itulah yang menjadi masalah. Ketika
ada jum’at, acara PHBI, kajian anisa, mereka yang non muslim
yang tidak berkewajiban mengikuti acara tersebut seringkali
mempengaruhi temannya yang mempunyai kewajiban untuk
mengikuti kegiatan tersebut. Adanya sebagian guru yang cuek, dan
tidak mau peduli sama siswanya yang penting mereka mengajar di
kelas, itu merupakan hambatan bagi saya dalam menumbuhkan
karakter-karekter anti korupsi tersebut. Faktor keluarga siswa yang
berbeda-beda juga merupakan hambatan bagi menanamkan sikap
terpuji bagi saya sebagai guru agama Islam. Misalnya, ada anak
yang di rumah dia baik, namun prilaku di sekolah dia sering
melanggar peraturan. Adanya kerjasama beberapa guru dalam
mengajarakan kejujuran dan kedisplinan pada peserta didik tentu
menjadi dukungan dalam hal korupsi itu tadi, karena anak didik
harus mempunyai jiwa yang jujur dan displin agar mereka kelak
tidak mudah melakukan tindakan korupsi.
12. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak
sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada
kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang uang
yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang keluar,
tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan.
Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi sengaja
tidak membayar, atau lupa
membayar, ataupun mungkin
mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada
kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau gimana kita tidak
104
tahu. Selain itu, dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sekolah
lebih menekankan pada kedisplinan dan tanggungjawab dalam
menaati peraturan sekolah. Ekstrakulikuler juga mengajarkan sikap
anti korupsi pada anak- anak karena mereka diajarkan tentang
tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa kemandirian dalam diri
anak-anak,
dan menurut saya itu masuk pada poin-poin
penananman sikap anti korupsi.
13. Saya rasa penjelasan Bapak cukup menjawab pertannyaan dalam
penelitian saya. Terimakasih atas bantuan Bapak, Assalamu’alaikum.
Jawab: Iya sama-sama. Wa’alaikum salam
B. Nama Responden
: Muhammad Syafi’i (MS)
Profesi
: Pendidikan Agama Islam
Tanggal Wawancara
: 8 Juni 2015
Pukul
: 13.00 WIB
1. Assalamu’alaikum Pak?
Jawab: Wa’alaikum salam
2. Saya mahasiswa IAIN Salatiga ingin mengadakan penelitian di sini terkait
peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi pada peserta didik, dan saya mohon bantuan Bapak untuk menjadi
nara sumber dalam penelitian saya?
Jawab: Silahkan mbak, Insyaallah kalau saya bisa bantu saya akan
membantu
3. Sebelumnya, mohon maaf Pak nama lengkap Bapak siapa?
Jawab: Muhammad Syafi’i
4. Apakah Bapak sebagai guru pendidikan agama Islam?
Jawab: Iya saya sebagai guru mata pelajaran pendidikan gama Islam
5. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah?
Jawab: Cukup penting karena dalam rangka untuk meningkatkan iman
kepada Allah dengan cara melatih kejujuran agar siswa menjadi
generasi penerus yang benar-benar tangguh dalam menegakkan
syariat Islam.
105
6. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah
memuat tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Secara tidak langsung pendidikan nilai-nilai anti korupsi sudah
masuk dalam kurikulum pendidikan agama Islam
7. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada
mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi?
Jawab:Pada prinsipnya peran semua guru itu sama. Apalagi dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi karena korupsi merupakan
musuh kita bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai
pemberi informasi dan mediator.
8. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di
dalam kelas maupun di luar kelas?
Jawab: Selalu memberikan nasihat agar selalu berbuat jujur dalam segala
aspek kehidupan karena Allah mengetahui segala yang dilakukan
manusia.
9. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik?
Jawab: Pendukung, segala media selalu menginformasikan tentang akibat
berlaku korupsi. Penghambat kurang adanya kesepakatan.
10. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab:Kantin kejujuran sebagai kontribusi lembaga SMK N 1 dalam
mencegah korupsi, karena dalam kantin kejujuran anak diajarkan
praktik langsung untuk berbuat jujur.
7.
Dalam wawancara kali ini cukup sekian, terima kasih sudah berkenan
meluangkan waktu Bapak. Assalamu’alaikum.
Jawab: Iya sama-sama mbak, Wa’alaikum salam
C. Nama Responden
: Siti Mutmainah (SM)
Profesi
: Guru Pendidikan Agama Islam
Tanggal Wawancara
: 03 Juni 2015
106
Pukul
: 10.35 WIB
1. Assalamu’alaikum ?
Jawab: Wa’alaikum salam
2. Begini Bu, saya mahasiswa IAIN Salatiga ingin mengadakan penelitian di
SMK ini terkait peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik.
Jawab: Iya mbak, apa yang bisa saya bantu
3. Sebelumnya mohon maaf, mengganggu waktu ibu sebentar untuk
wawancara?
Jawab: Iya, silahkan mbak
4. Sebelumnya siapa nama lengkap Ibu?
Jawab: Siti Mutmainah
5. Apakah ibu mengajar meteri pendidikan agama Islam?
Jawab: Iya
6. Apakah saya dapat langsung wawancara terkait peran guru dalam
menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik?
Jawab: Silahkan mbak, Insyaallah kalau saya bisa jawab saya akan
menjawab
7. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah?
Jawab: Sangat penting, kalau tidak ada pendidikan tentang itu bagaimana
dengan keadaan negara ini, sekarang saja para koruptor juga sudah
banyak di negara ini, malah kalau menurut saya seharusnya
pendidikan anti korupsi perlu dibuat kurikulum sendiri.
8. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah
memuat pendidikan anti korupsi?
Jawab: Sudah, karna Dalam pembelajaran agama ada materi tentang
kejujuran, rukun iman, rukun Islam dan ibadah. Menurut saya
pendidikan nilai-nilai anti korupsi dapat dimasukkan dalam materi
tersebut. Misalnya dengan mempelajari tentang rukun iman, di situ
ada iman kepada malaikat berserta tugas-tugasnya. Salah Satu
tugas malaikat yaitu mencatat perbutan baik dan buruk yang
107
dilakukan manusia, yaitu malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu,
anak menjadi merasa selalu ada yang mengawasi sehingga ketika
melakukan pencurian atau perampokan, karena korupsi juga
termasuk pencurian bahkan korupsi itu merupakan perampokan
secara besar-besarankan, mereka akan merasa takut. Oleh karena
itu, secara tidak langsung kurikulum PAI sudah memuat tentang
pendidikan anti korupsi.
9. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada mata
pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi?
Jawab: Perannya sama dengan guru yang lain, hanya saja lebih dominan
kalau sebagai guru agama, karena guru agama itu dalam
menyampaikan segala sesutu mempunyai dalil, hadist, kaidah dll.
Peran itu seperti memberi informasi, motovasi dan pengarahan
disela-sela pembelajaran. Agar mereka mempunyai akhlak yang
terpuji,
termasuk
jiwa
yang
anti
korupsi.
Saya
selalu
menyampaiakn meteri pelajaran dengan mencontohkan kondisi
yang terjadi. Begitu halnya ketika menyampaikan materi tentang
perbuatan tecela, seperti mencuri saya mengaitkan dengan
perbuatan korupsi. Korupsi itu kan sama saja merampok uang
rakyat, jadi sebagai guru agama juga harus mengaitkan dengan
hukum-hukum Islam maka kita menjelaskan kepada anak-anak jika
hukum Islam kalau mengambil barang yang bukan miliknya itu
sangat berat hukamannya bahkan samapai dibunuh apalagi
perbutan korupsi.
10. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di
dalam kelas maupun di luar kelas?
Jawab: Kita harus menanamkan sikap yang jujur pada anak didik,
meskipun hal kecil seperti mencotek. Saya selalu menekankan pada
anak-anak untuk selalu jujur dan percaya diri pada jawaban
mereka. Saya lebih menghargai anak yang mendapat nilai sedang
tetapi jujur, daripada mendapat nilai bagus dengan hasil mencontek
108
atau hasil kerja sama dengan teman.
Kalau di luar kelas lebih keteladanan, terutama orang tua
karena guru hanya bisa mengawasi mereka sabatas di sekolah saja.
Ketika anak-anak di luar kelas apalagi sudah di luar sekolah orang
tualah yang menjadi teladan. Kalau menurut saya guru kalau di
tingkat SMK guru itu tidak terlalu berperan dalam menumbuhkan
karakter atau kebiasaan dalam diri peserta didik, yang lebih
berperan itu sebanarnya teman. Perkataan guru bahkan orang tua
mereka sendiri terkadang tidak dianggap, anak usia segitu biasanya
lebih sering mendengar perkataan teman sebayanya. Jadi saya
selalu menasehati anak-anak untuk pandai memilih teman. Kalau
mereka salah memilih teman, prilaku mereka juga kan mengikuti
teman sebayanya. Misalnya jika mereka berteman sama orang yang
suka mencuri, mencontek, sering bolos sekolah atau melanggar
peraturan sekolah maka anak itu akan ikut-ikut berperilaku
menyimpang. Hal itu bisa mempengaruhi kepribadian anak ketika
dia dewasa dan bahkan ketika mereka sudah tidak menjalin
hubungan dengan temannya tadi”
Ketika pembelajaran anak tidak hanya menjadi pendengar
saja, saya sering menyuruh mereka untuk mencari materi sendiri,
kemudian mendiskusikan dan memperesentasikan hasil diskusi.
Dalam
proses
pembelajaran
tersebut
anak
selain
belajar
tanggungjawab juga dilatih mandiri, pecaya diri untuk menyampai
hasil karnyanya, anak juga lebih kreatif dan yang lebih penting
akan berlatih kuat dengan pendirian yang ada serta anak itu akan
lebih menghargai orang lain, karena dalam presentasi anak tentu
akan memperoleh sanggahan ataupun usulan dari kelompok lain.
.
Dalam mengajarkan tanggung jawab itu biasanya saya
sering menyuruh siswa meminjam dan mengembalikan barangbarang kepenggandaan, hla itu sacara tidak langsung mengajarkan
mereka rasa tanggungjawab apakah segera dikembalikan atau tidak
109
dan biasanya kalau telat mengembalikan barang yang dipinjam
maka pihak penggandaan akan menanyakan ke guru yang
menyuruh tadi, sehingga guru jadi tahu anak bertanggung jawab
apa tidak.Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas,
mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada siswa
yang terlambat maka ada saknsi tersendiri.
11. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan
karakter anti korupsi pada peserta didik?
Jawab: Kalau dukungan lebih kepada kerjasama semua guru dalam
menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti kejujuran, disiplin,
tanggungjawa, sikap-sikap itu bisa melatih anak untuk mempunyai
sikap anti korupsi. Kalau hambatannya itu, guru agama tidak bisa
mengawasi siswanya selama 24 jam, sehingga guru hanya mampu
memberi motivasi, dorongan dan arahan agar anak menghindari
prilaku pencurian atau bahkan korupsi itu tadi, sebagai guru agama
dalam memberikan nasehat dan arahan tentu tidak lepas dari dalildalil dan kaidah-kaidah yang ada dalam agama Islam. Setelah anak
keluar dari sekolah yang lebih berperan itu orang tua dan
lingkungan masyarakat”
12. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Kantin kejujuran, hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan,
pihak sekolah mengambil kebijakan bagi siswa yang mendapat
beasiswa uangnya itu tidak diberikan kepada siswa ataupun orang
tua tetapi langsung digunakan untuk boasaya pendidikan seperti
membayar spp dll. Seperti pengalaman yang sudah-sudah ada
anak yang sudah diberikan uang SPP oleh orang tuanya, tetapi
tidak dibayarkan ke sekolah, sehingga sekolah mengambil
keputusan seperti itu. Jadi peringatan sekolah dalam hal
pembayaran SPP saya rasa termasuk kontribusi sekolah dalam hal
tanggungjawab dan kejujuran.
110
13. Penjelasan yang Ibu paparkan sangat membantu dalam penelitian saya,
terima kasih Bu?
Jawab: Iya sama-sama Mbak
D. Nama Responden
Kelas
: Nur Farida (NF)
:X
Jurusan Wawancara : Tata Boga
Tanggal
: 08 Juni 2015
Pukul
: 07.00 WIB
1. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik,
terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama
Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik?
Jawab: Iya Kak
3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa?
Jawab: Nur Farida
4. Sekarang kelas berapa?
Jawab: X
5. Ambil jurusan Apa?
Jawab: Tata Boga
6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam?
Jawab: Pak Untoro mbak
7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
Jawab: Iya ada tentang kejujuran dan tanggungjawab.
8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
Jawab: Sudah, dengan selalu mengiatkan untuk berbuat jujur
9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran
tentang pentingnya karakter anti korupsi?
111
Jawab: Diberi informasi mengenai kejujuran dan menyruh untuk tidak
curang dalam tes.
10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
Jawab: Salama ini sudah
11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
Jawab: Ditegur dan diberi hukuman
12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Sudah bisa melatih kita untuk bersikap jujur, meskipun masih ada
yang curang ketika mengambil uang kembalian
13. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum?
Jawab: Walaikum Salam
E. Nama Responden
:Amanah Uyun (AU)
Kelas
:X
Jurusan
: Tata boga
Tanggal Wawancara
: 08 Juni 2015
Pukul
: 07.08 WIB
1. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
2. Saya mahasiswa Iain Salatiga sedang mengerjakan skripsi yang berjudul
peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti
korupsi pada peserta didik. Saya ingin minta tolong adik untuk dapat
diwawancarai terkait penelitian skripsi saya?
Jawab: Iya mbak, silahkan
3. Sebelumnya nama lengkapnya siapa?
Jawab: Amanah Uyun
4. Sekarang kelas berapa?
Jawab: X tata boga mbak
5. Siapa yang mengajar Mapel pendidikan agama Islam?
112
Jawab: Pak Untoro
6. Langsung saja ke daftar pertannyaan ya?
Jawab: Iya silahkan
7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
Jawab: Ada
8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
Jawab: Sudah. Menasehati untuk selalu berbuat jujur dan tanggungjawab
atas tugas yang diberikan serta tidak boleh mencontek.
9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran
tentang pentingnya karakter anti korupsi?
Jawab: Mensisipkan disela-sela pelajaran dan dalam mengajar kita di suruh
mencari informasi sendiri.
10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
Jawab: Kebanyakan iya, kalau ada keperluan saja keluar kelasnya lebih
cepat.
11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
Jawab: Dinasehati dan diberi hukuman.
12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Sudah bisa membuat kita untuk jujur.
14. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum?
Jawab: Walaikum Salam
113
F. Nama Responden : Aisyah Banu (AB)
Kelas
:X
Jurusan
: Tata Boga
Tanggal
: 08 Juni 2015
Pukul
: 07.15 WIB
1. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik,
terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama
Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik?
Jawab: Iya Kak
3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa?
Jawab: Aisyah Banu
4. Sekarang kelas berapa?
Jawab: X
5. Ambil jurusan Apa?
Jawab: Tata Boga
6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam?
Jawab: Pak Untoro mbak
7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
Jawab: Ada
8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
Jawab: Sudah, karena sering menyuruh untuk selalu bersikap jujur.
9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran
tentang pentingnya karakter anti korupsi?
Jawab: Dinasehati diakhir pelajaran agar selalu jujur
10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
Jawab: Sudah on time
114
11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
Jawab: Ditegur dan diberi hukuman
12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Sudah, tapi masih ada yang curanng ketika jajan di kantin
15. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum?
Jawab: Walaikum Salam
G. Nama Responden
: Yayatul Umami (YU)
Kelas
: XI
Jurusan
: Perkantoran
Tanggal Wawancara
: 08 Juni 2015
Pukul
: 07.20 WIB
1. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik,
terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama
Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik?
3. Jawab: Iya Mbak
4. Sebelunya, nama lengkapnya siapa?
Jawab: Yayatul Umami
5. Sekarang kelas berapa?
Jawab: XI
6. Ambil jurusan Apa?
Jawab: Perkantoran
7. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam?
Jawab: Pak Syafi’i
8. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
Jawab: Terdapat.
115
9. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
Jawab: Sudah, menasehati tentang kejujuran
10. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi
pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi?
Jawab: Disisipkan pada saat pelajaran agama.
11. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
Jawab: Sudah tepat waktu.
12. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
Jawab: Dinasehati dan diberi hukuman.
13. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Sudah
14. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum?
Jawab: Walaikum Salam
H. Nama Responden
: Wahyu Septiani (WS)
Kelas
: XII
Jurusan
: Pemasaran
Tanggal Wawancara
: 08 Juni 2015
Pukul
: 07.25 WIB
1. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik,
terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama
Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik?
Jawab: Iya
3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa?
Jawab: Wahyu Septiani
4. Sekarang kelas berapa?
116
Jawab: XII
5. Ambil jurusan Apa?
Jawab: Pemasaran
6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam?
Jawab: Bu Mutmainah
7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
Jawab: Ada materi tentang kejujuran
8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
Jawab: Iya dengan selalu memberi nasehat jangan mencuri apalagi
korupsi.
9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi
pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi?
Jawab: ceramah, diskusi tentang kejujuran dan tukar informasi.
10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
Jawab: Sudah tepat waktu
11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
Jawab: Diberi teguran dan dinasehati juga.
12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Mampu melatih kejujuran
13. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
I. Nama Responden
: Singgih (S)
Kelas
: XI
Jurusan
: Tata Boga
Tanggal Wawancara
: 08 Juni 2015
Pukul
: 07.32 WIB
117
1. Assalamu’alaikum?
Jawab: Walaikum Salam
2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik,
terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama
Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik?
Jawab: Iya Kak
3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa?
Jawab: Singgih
4. Sekarang kelas berapa?
Jawab: XI
5. Ambil jurusan Apa?
Jawab: Tata Boga
6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam?
Jawab: Pak Syafi’i
7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran,
tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri?
Jawab: Ada
8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal
mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi?
Jawab: Mereka selalu memberi nasehat akibat yang ditimbulkan dengan
adanya ketidakjujuran dan korupsi
9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi
pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi?
Jawab: Memberi informasi tentang bahaya korupsi dan dosa yang sangat
besar dalam Islam
10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar
(memulai dan mengakhiri pelajaran)?
Jawab: Tepat waktu
11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan
tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah?
Jawab: Dinasehati
118
12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media
pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi?
Jawab: Kurang karena masih ada yanng mengambil kembaliannya tidak
sesuai.
13. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum?
Jawab: Wa’alaikum Salam
119
SILABUS PAI SMK
A. Silabus Kelas X
Kompetensi Inti:
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2: Menghayati
dan
mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
KI-3:Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
120
Kompetensi Dasar:
1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Malaikat-malaikat Allah
SWT.
1.2 Berpegang teguh kepada Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sebagai
sumber hukum Islam
1.3 Meyakini kebenaran hukum Islam
1.4 Berpakaian sesuai dengan syari’at Islam dalam kehidupan seharihari
2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai
implemantasi dari pemahaman Q.S. Al-Maidah (5): 8, Q.S. AtTaubah (9): 119 dan hadits terkait.
2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan
guru sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra (17):23
dan hadits terkait
2.3 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Anfal(8): 72; Q.S.
Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait
2.4Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas
dan perbuatan zina sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2,serta hadits terkait
2.5 Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan
menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari
121
pemahaman Q.S. At-Taubah (9): 122 dan hadits terkait
2.6 Menunjukkan sikap keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi
rasa aman, tawakkal dan perilaku adil sebagai implementasi dari
pemahaman Asmaul Husna(al-Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, alMatiin, al-Jaami‟, al-„Adl, dan al-Akhiir)
2.7 Menunjukkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran
sebagai
implementasi
dari
pemahaman
strategi
dakwah
Rasulullah SAW di Mekah
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12;
dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri
(mujahadah
an-nafs),
prasangka
baik
(husnuzzhan),
dan
persaudaraan (ukhuwah).
3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan
menerapkannya dalam kehidupan.
4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan
Q.S. Al-Hujurat (49) : 10 sesuai dengan kaidah tajwid dan
makhrajul huruf.
4.1.2Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. AlHujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10, dengan lancar.
3.3Menganalisis Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2,
serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.
3.4Memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan
122
perbuatan zina.
4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2
sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.2.2Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. AnNur (24) : 2 dengan lancar.
B. SILABUS KELAS XI
1. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Kitab-kitab Allah SWT
1.2 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT
1.3 Berperilaku taat kepada aturan
1.4 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam penyelenggaraan
jenazah
1.5 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam pelaksanaan khutbah,
tabligh dan dakwah di masyarakat
1.6 Menunjukkanperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai
implentasi dari pemahaman Q.S. At Taubah (9) : 119 dan hadits
terkait
1.7 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan
guru sebagai implentasi dari pemahaman Q.S. Al Isra’ (17) : 2324 dan hadits terkait
2.3.1 Menganalisis Q.S. Al-Maidah (5) : 48; Q.S. Az-Zumar (39) : dan
Q.S. At-Taubah (9) : 105, serta hadits tentang taat, kompetisi
dalam kebaikan, dan etos kerja.
123
2.4.1Membaca Q.S. An-Nisa (4) : 59; Q.S. Al-Maidah (5) : 48; Q.S.
At Taubah (9) : 105 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul
huruf.
2.4.2Mendemonstrasikan hafalan Q.S. An-Nisa (4) : 59; Q.S. AlMaidah (5) : 48; Q.S. At-Taubah (9) : 105 dengan lancar
3.2 Menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5)32,
serta hadits tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan.
4.3 Membaca Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32
sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.4 Mendemonstrasikan hafalanQ.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. AlMaidah (5) : 32 dengan lancar
3.2Menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) :32,
serta hadits tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan.
4.3 Membaca Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32
sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.4 Mendemonstrasikan hafalanQ.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. AlMaidah (5) : 32 dengan lancar
3.3Memahami makna iman kepada Kitab-kitab Allah SWT.
4.5 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Kitabkitab Suci Allah SWT
3.5 Memahami makna taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan,
124
dan bekerja keras.
4.7 Menampilkan perilaku taat kepada aturan, kompetisi dalam
kebaikan, dan bekerja keras
3.7 Memahami bahaya perilaku tindak kekerasan dalam kehidupan.
4.9 Medeskripsikan bahaya tindak kekerasan dalam kehidupan.
3.9 Memahami pelaksanaan tatacara penyelenggaraan jenazah.
4.11 Memperagakan tatacara penyelenggaraan jenazah.
3.11 Menelaah perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan.
4.13Mendiskripsikanperkembangan peradaban Islam pada masa
kejayaan
3.12 Menelaah perkembangan Islam pada masa modern (1800sekarang).
4.14 Mendiskripsikan perkembangan Islam pada masa medern
C. SILABUS KELAS XII
1. Kompetensi Dasar
1.1 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam melaksanakan
pernikahan
1.2 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam melakukan pembagian
harta warisan
1.3 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9) : 119 dan Q.S.
Lukman (31): 14 serta hadits terkait
125
1.4 Menunjukkan perilaku hormat dan berbakti kepada orangtua dan
guru Q.S. Al-Isra (17): 23 dan hadits terkait
1.5 Menunjukkan sikap kritis dan demokratis sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, serta
hadits terkait.
1.6 Menunjukkan perilaku saling menasihati dan berbuat baik (ihsan)
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Luqman (31) : 13-14
dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83, serta hadits terkait.
1.7 Menunjukkan sikap mawas diri dan taat beribadah sebagai
cerminan dari kesadaran beriman kepada hari akhir
1.8 Menunjukkan sikap optimis, berikhtiar dan bertawakal sebagasi
cerminan dari kesadaran beriman kepada Qadha dan Qadar Allah
SWT.
1.9 Menunjukkan sikap semangat melakukan penelitian di bidang
ilmu pengetahuan sebagai implementasi dari pemahaman dan
perkembangan Islam di dunia
2. 3.1 Menganalisis Q.S. Ali Imran (3): 190-191, dan Q.S. Ali Imran
(3): 159, serta hadits tentang berpikir kritis dan bersikap
demokratis.
2. 4.1.1 Membaca Q.S. Ali Imran (3): 190-191 dan Q.S. Ali Imran
(3): 159; sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
2. 4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran (3): 190-191 dan
Q.S. Ali Imran (3): 159 dengan lancar.
126
2.3.2 Menganalisis Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2):
83, serta hadits tentang saling menasihati dan berbuat baik
(ihsan).
2.4.2.1 Membaca Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2):
83 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
2.4.2.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Luqman (31): 13-14 dan
Q.S. Al-Baqarah (2): 83 denagn lancar.
3.4 Memahami makna iman kepada Qadha dan Qadar
4.4 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Qadha
dan Qadar Allah SWT.
3.5Memahami hikmah dan manfaat saling menasihati dan berbuat
baik (ihsan) dalam kehidupan.
4.5 Menyajikan hikmah dan manfaat saling menasihati dan berbuat
baik (ihsan) dalam kehidupan
3.10 Menganalisis
faktor-faktor
kemajuan
dan
kemunduran
dan
kemunduran
peradaban Islam di dunia.
4.10Mendeskripsikan
faktor-faktor
kemajuan
peradaban Islam di dunia.
127
Daftar Gambar
i.
Pembelajaran PAI
ii.
Presentasi Diskusi Pembelajaran PAI
128
iii.
Kegiatan Jum’at Bersih
iv.
Kajian Rutin Jum’at
129
i.
Kegiatan Ekstra Kulikuler
ii.
Kantin Kejujuran
130
Download