PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER ANTI KORUPSI PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam OLEH NIDHAUL KHUSNA NIM: 11111033 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2015 i ii iii iv v MOTTO ْالاإلح َسانِ َج َزاءُ َه ْل ْ اإلح َسانُِإ ْ Tidakadabalasankebaikankecualikebaikan (pula) (Ar-Rahman:60) vi PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyra, saya persembahkan skripsi ini kepada: 1. Bapak dan Ibunda ku tercinta, Bapak Muhyidin dan Ibu Umi Rohmatun yang tiada henti selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, bimbingan dan nasihat dalam kehidupan ini. 2. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang membimbing dan mendidik ku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. 3. Semua dosen dan guru-guru ku yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada ku. 4. Seluruh kyai PP Salafiyah, terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku mendatang. 5. Kakak ku tersayang, Farikhatul Walidah yang selalu memberikan arahan dan motivasi, dan adik ku terkasih sebagai sumber inspirasi dalam hidup ku dan semoga kebahagian selalu menyertai kalian. 6. Teman-Teman PP Salafiyah Pulutan, terimakasih atas kasih sayang yang kalian berikan pada ku. Kalian adalah keluarga baru yang Allah anugrahkan dalam hidup ku. vii 7. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga Woro-Srikandi, PMII, IPPNU Kab.Smg, dan LPM Dinamika, yang telah memberikan tempat untuk aku menemukan banyak teman dan pengalaman. 8. TPQ Al-Ikhlas Tegalrejo Permai yang telah memberikan aku pengalaman dalam mengajar. 9. Sahabat-Sahabat ku, Khuzaimah, Ni’mah, Titik, Latri dan mbak Fajar terimakasih sudah menemani perjalanan hidup ku dan memberikan kecerian dalam hari-hari ku. 10. Teman –teman seperjuangan ku angkatan 2011, khususnya teman-teman jurusan PAI viii KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Rukhayati M.Ag. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 3. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 4. Bapak Rovi’in, M.Ag. selaku pembimbing akademik 5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. ix 6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 7. Keluarga besar SMK N 1 Salatiga yang telah memberikan penulis tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini. 8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb Salatiga, 17 Agustus 2015 Penulis, NidhaulKhusna x ABSTRAK Khusna, Nidhaul. 2015. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra.Djami’atul Islamiyah, M.Ag. Kata Kunci: Peran Guru PAI, Karakter, Anti Korupsi Peran guru agama Islam sebagai guru yang mengajarkan materi agama mempunyai peran penting dalam menumbuhkan sikap terpuji, termasuk dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi. Pembentukan karakter anti korupsi pada peserta didik, sebagai upaya mencegah korupsi dari bibit-bibitnya, karenapesertadidikmerupakanpemimpinpenerusbangsa.Penelitianinimembahasme ngenai Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana pendidikan nilai-nilai anti korupsi peserta didik SMK N 1 Salatiga 2014/2015. 2. Bagaimana peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. 3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting.Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi.Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan uji credibility, transferability, dependability danconfirmability. Temuan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pendidikan anti korupsi sangat penting untuk diajarkan pada peserta didik. Kurikulum anti korupsi sudah termuat dalam kurikulum PAI. Peran guru PAI sama dengan guru lain seperti, memberi informasi, memberi nasihat, memeberi arahan dan sebagai teladan. Cara yang ditempuh guru PAI dalam menumbuhkan karakter anti korupsi yaitu melatih shalat lima waktu secara tepat waktu, menghargai kejujuran, menggunakan metode pembelajaran yang mampu melatih sikap anti korupsi, peserta didik dilatih tanggungjawab, disiplin waktu, pembelajaran di luar kelas dan pemberian sanksi.Pendukung dalam menumbuhkan karakter anti korupsi di SMK N 1 Salatiga yaitu kerjasama semua guru, kantin sekolah, ekstrakulikuler, banyaknya media informasi tentang bahaya korupsi, peraturan yang tegas dari lembaga sekolah. Sedangkan yang menjadi hambatan yaitu adanya sikap guru yang cuek, keterbatasan dalam mengawasi peserta didik di luar sekolah, latar belakang peserta didik yang berbeda dan tidaknya adanya kesepakatan kurikulum. xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... v HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix ABSTRAK ................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah................................................................... 1 B. RumusanMasalah .......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 D. KegunaanPenelitian ....................................................................... 5 E. PenegasanIstilah ............................................................................. 7 F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan ................................................................... 9 18 xii BAB II KAJIAN TEORI A. Peran GuruPendidikan Agama Islam ............................................ 20 B. Karakter Anti Korupsi .................................................................... 29 C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi.................................................................... 39 BAB III GAMBARAN UMUN DAN HASIL PENELITIAN SMK N 1 SALATIGA A. GambaranUmumSMK N 1 Salatiga .............................................. 42 B. Hasil Penelitian .............................................................................. 48 BAB IV ANALISIS A. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Peserta Didik SMKN ISalatiga 2014/2015 ....................................................................... B. Peran dan Cara Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik .................................... C. Faktor-Faktor Pendukung 65 Dan Penghambat 68 Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik ........... 81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 88 B. Saran-Saran .................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Nota Pembimbing Skripsi 4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi 7. Daftar Pertanyaan 8. Deskripsi Wawancara 9. Silabus PAI SMK xiv DAFTAR GAMBAR i. Pembelajaran PAI ii. Presentasi Hasil Diskusi iii. Kegiatan Jum’at Bersih iv. Kajian Rutin Jum’at v. Kegiatan Ekstra Kulikuler vi. Kantin Kejujuran xv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini banyak terungkap kasus – kasus korupsi di beberapa daerah di Indonesia yang oknumnya kebanyakan berasal dari pegawai negeri yang seharusnya mengabdi untuk kemajuan bangsa ini. Tindakan korupsi sudah menjadi hal biasa yang dilakukan masyarakat indonesia, mulai dari kalangan pejabat sampai masyarakat biasa. Tingginya tindakan korupsi yang ada di Indonesia dibuktikan dari hasil survei PERC pada tahun 2002 dan 2006, yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat tertinggi di Asia (Muslich, 2011:3). Kasus korupsi berkaitan dengan penyalahgunaan Bulog senilai Rp.62,9 miliar (Hartanti, 2005:83). Korupsi mafia anggaran DPR di60-an proyek APBN sebesar 6.1 Triliun, rugikan negara sebesar 2.5 Triliun (www. kompas.com). Kasus korupsi terupdate di Indonesia saat ini yaitu berkaitan dengan korupsi bus transjakarta. Ketiga kasus korupsi tersebut merupakan sebagian kecil dari kasus – kasus korupsi yang ada di Indonesia. Banyaknya korupsi yang dilakukan para pegawai negara menunjukkan rendahnya pendidikan moral yang dimiliki bangsa Indonesia. Hal itu membuktikan para pegawai negara tidak semua mempunyai kecerdasan religious, meskipun secara kecerdasan intellectual banyak pegawai negara yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. 1 Sekolah bukan hanya sebagai tempat dalam proses belajar mengajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, tetapi sekolah mempunyai fungsi lebih, yaitu sebagai tempat pembentukan karakter. Melalui rancang bangun kurikulum sekolah mempunyai kegiatan yang mendukung bagi terbentuknya karakter peserta didik. Disamping itu untuk lebih menguatkan impressi tentang pentingnya pembentukan karakter, peran guru sebagai role model di sekolah dan upaya-upaya yang sinergi dengan tujuan tersebut sangat penting bagi suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sekolah memerlukan dukungan dari pihak pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan pendidikan. Pendidikan anti korupsi perlu dimasukkan dalam muatan kurikulum, sebagai cara pemerintah dalam memberantas korupsi sejak dini. Kurikulum yang didalamnya berisi tentang pendidikan anti korupsi akan mempermudah sekolah-sekolah yang telah mempunyai tekad memberantas korupsi sejak dini melalui penanaman karakter anti korupsi pada peserta didik. “Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktikan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti hidden curiculum,” ujar Direktur Pembinaan SMP, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Didik Suhardi, kepala pers, Jum’at (15/1/2010) (Muslich, 2011:9). Oleh karena itu ketika pendidikan karakter antikorupsi dimasukkan ke dalam kurikulum akan 2 terjadi keseimbangan antara teori pendidikan karakter antikorupsi dengan implementasi dalam kehidupan sehari-hari pada lingkungan peserta didik. Peserta didik akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik apabila diasuh dalam lingkungan sosial yang berkarakter. Hal ini memerlukan kesadaran pada seluruh pihak yang mempengaruhi kehidupan peserta didik (keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat-lembaga keagamaan) bahwa pendidikan karakter adalah hal vital untuk dilakukan (Zuchdi, 2009:58). Guru sebagai pendidik bukan hanya berperan untuk meningkatkan kecerdasan intellectual peserta didik. Namun, guru bertanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan religious dan sosial peserta didik dalam membentuk sikap anti korupsi, mengingat parahnya tindakan korupsi yang ada di Indonesia. Guru agama Islam sebagai guru agama mempunyai peranan yang lebih berat dibandingkan peranan guru pada mata pelajaran lain. Guru Agama Islam sebagai pendidik yang mengajarkan tentang pengetahuan agama mempunyai tugas yang dibebankan oleh masyarakat ataupun pihak-pihak terkait dalam menanamkan karakter yang baik pada peserta didik. Guru agama Islam mengajarkan tentang pendidikan agama yang didalamnya mengandung tentang akhlak yang mulia, sehingga peranan guru agama Islam berpengaruh besar dalam menanamkan karakter anti korupsi. Fenomena-fenomena mencontek, tawuran, penggunaan zat-zat aditif, penyalahgunaan uang SPP dll adalah bukti yang menggambarkan beberapa 3 kasus prilaku menyimpang dari peserta didik yang masih berada dalam periode masa remaja yang labil. Oleh sebab itu labilitas remaja tersebut menuntut lebih peran guru di sekolah dengan berbagai kegiatan yang mengarah pada terbentuknya karakter anti korupsi. Pemikiran tersebut dilandasi akan adanya kesadaran bahwa peserta didik merupakan kader-kader penerus bangsa di masa mendatang. Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia tidak akan terhenti, apabila moral pada peserta didik tidak diubah menjadi pribadi yang bermoral baik. Guru agama Islam sebagai guru yang mengajarkan materi agama mempunyai peran penting dalam menumbuhkan sikap terpuji, termasuk dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi. Bagaimana cara guru agama Islam dalam menanamkan karakter anti korupsi menjadi hal penting sebagai tanggung jawab yang secara tidak langsung dibebankan oleh masyarakat. Peneliti tertarik untuk mengetahui tentang bagaimana peran guru agama Islam didalam mencegah korupsi dengan menumbuhkan karakter anti korupsi. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan suatu penelitian yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER ANTI KORUPSI PESERTA DIDIK SMK N 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah: 4 1. Bagaimana pendidikan nilai-nilai anti korupsi peserta didik SMK N 1 Salatiga 2014/2015? 2. Bagaimana peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015? 3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui pendidikan nilai-nilai anti korupsi peserta didik SMK N 1 Salatiga 2014/2015. 2. Mengetahui peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. 3. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan ini di antaranya adalah: 5 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran tentang wacana keilmuan, terutama pengembangan wawasan mengenai peran guru agama Islam dalam pendidikan karakter yang menumbuhkan sikap anti korupsi pada peserta didik. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti mengenai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peran dan tanggungjawab dalam menumbuhkan karakter anti korupsi yang secara tidak langsung dibebankan pada guru agama. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang pemikiran berupa informasi atau pengetahuan bagi guru pada umumnya, dan khususnya bagi guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. c. Bagi Wali Murid Mampu memberikan pengetahuan bagi para wali murid terhadap pemahaman tentang pentingnya peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, sehingga perilaku korupsi dapat dicegah sejak dini melalui peran wali murid sebagai orang tua. 6 d. Bagi Pemerintah Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam upaya penanaman karakter anti korupsi dalam dunia pendidikan. E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam memahami topik penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah untuk beberapa kata yang kelihatannya masih abstrak, sehingga mempermudah pemahaman selanjutnya. Adapun pemahaman istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Peran Guru Agama Islam Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas, 2007:854). Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identik dengan andil, partisipasi, tugas dan konstribusi sebagai guru agama Islam. Guru adalah seorang yang bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap dan dapat diharapkan membangun dirinya, bangsa dan negara. Guru harus dapat melaksanakan tugas, yaitu mengajar, mendidik, melatih para siswanya (Asdiqoh, 2013:24). Guru tidak hanya sekedar memberikan pengajara ilmu pengetahuan, tetapi guru juga bertugas memberikan pendidikan akhlaq dan melatih peserta didik untuk bersikap dan betikngkah laku sesuai ajaran agama dan aturan sosial yang berlaku. 7 Kata Islam menurut KBBI adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan berpedoman pada kitab suci Al Qur’an yang diturunkan melalui malaikat Jibril sebagai wahyu Allah Swt (Depdiknas, 2007:444). Menurut pengetian di atas dapat dituliskan peran guru agama Islam yaitu tindakan seorang guru dalam partisipasinya untuk menjadikan peserta didik yang cakap, berpengetahuan luas dan bertingkah laku yang tidak menyimpang dari ajaran agama Islam yaitu Al Qur’an dan al hadist, sehingga berguna untuk dirinya sendiri, bangsa dan negara. 2. Karakter Anti Korupsi Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter (Kesuma, 2011:11). Karakter adalah watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak yang membedakan seseorang dengan yang lain. (Saliman dan Sudarsono, 1994:116) Melalui pengertian karakter di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetian karakter adalah suatu proses penetapan nilai yang dilakukan melalui pengembangan watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang baik dalam bentuk tindakan atau kebiasaan dalam seharihari. Korupsi adalah perbuatan yang buruk, seperti penggelapan uang ataupun penerimaan uang sogok (Depdiknas, 2007:524). Menurut UndangUndang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang 8 yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dapat disimpulkan pengertian karakter anti korupsi adalah kemampuan mengaplikasikan diri dalam mencegah tindakan –tindakan yang dapat merugikan negara, yang disebut dengan korupsi. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap objek yang dituju untuk mendapatkan data yang benar dan terpercaya tentang peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi di SMK N 1 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bersifat kualitatif, maksudnya adalah prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati. Penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maksudnya penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan detail untuk mendapatkan hasil yang akurat (Margono, 1997:36). 9 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti turun langsung ke objek penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain, agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat. 3. Lokasi Penelitian Salatiga mempunyai delapanbelas SMK negeri dan swasta. SMK negeri dan swasta di salatiga meliputi: SMK Al Falah, SMK Diponegoro, SMK Issuda Tingkir, SMK Kristen, SMK Kristen TI, SMK Muhammadiyah, SMK N I Salatiga, SMK N 2 Salatiga, SMK N 3 Salatiga, SMK Pancasila, SMK Pelita, SMK PGRI 1, SMK PGRI 2, SMK PGRI 3, SMK Plus Al-Madinah, SMK Saraswati, SMK Sultan Fatah, dan SMK Dharma Lestari (www.umm.ac.id). Peneliti mengambil SMK N 1 Salatiga dalam penelitian ini untuk mengetahui peran guru agama Islam dalam menumbumbuhkan sikap anti korupsi di SMK N 1 Salatiga beralamat di Jl. Nakula Sadewa. No.3, Dukuh, Sidomukti, Salatiga. 10 4. Sumber Data Pengumpulan data dilakukan dengan merujuk pada natural setting, sebagai sumber data primer. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan jalan melakukan pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen (Meleong, 2009:9). Pengamatan dilakukan untuk melihat secara riil kondisi sekolah mengenai penerapan sikap anti korupsi. Wawancara akan dilakukan terhadap guru yang mengajar agama Islam dan peserta didik. Dokumen yang dikumpulkan terkait dengan silabus PAI yang berhubungan dengan penanaman sikap anti korupsi, data-data kegiatan keagamaan, dan data-data lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. 5. Prosedur Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data antara lain sebagai berikut: a. Metode Observasi Metode observasi peneliti gunakan untuk melihat secara langsung bagaiamana peran guru agama Islam dalam menumbuhkan sikap anti korupsi dan penerapan dalam keseharian peserta didik. Kegiatan ini dialakukan pada jam-jam sekolah. b. Metode Interview Metode interview peneliti gunakan untuk mengetahui pemahaman peran guru agama Islam dalam menumbuhkan sikap anti korupsi dan cara yang dilakukan untuk menerapkan sikap anti korupsi. 11 Data ini peneliti dapatkan dari guru agama Islam dan peserta didik SMK N 1 Salatiga. Adapun pelaksanaannya dengan interview bebas terpimpin, karena akan memberikan kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban sehingga akan memperoleh data yang lebih mendalam. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data tertulis yang relevan dengan penelitian. Teknik dan metode dalam dokumentasi ini adalah menafsirkan sekaligus menghubungkan dokumen dengan fenomena yang lain dalam memperkuat keabsahan data. 6. Analisis Data Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Meleong, 2009:248). Analisis data dilakukan dengan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan 12 sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 335). 7. Pengecekan Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability dan confirmability (Sugiyono, 2011:366). a. Uji Kredibilitas Dalam uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono: 2011:368). 1) Perpanjangan Pengamatan Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan nara sumber yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. 2) Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan data berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan data adalah dengan 13 cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. 3) Triangulasi Triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibiltas data tentang peran guru, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan keguru dan peserta didik. Triangulasi Teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, atau dokumentasi. Triangulasi Waktu dipilih waktu yang tepat dalam pengumpulan data, sehingga memberikan data yang lebih valid. 4) Analisis Kasus Negatif Melakukan kasus negatif berarti peneliti mencari data yang beda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. 5) Member Check Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai 14 dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah pengumpulan data selesai atau setelah membuat suatu temuan, atau kesimpulan. b. Uji Transferability Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan urian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. c. Uji Dependability Dalam penellitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. d. Uji Konfimability Uji Konfimability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan . Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. 15 8. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2009:127). Adapun tahapan penelitian bertajuk Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi sebagai berikut: a. Tahap Pra-Lapangan Tahap pra-lapangan adalah sebelum berada di lapangan. Ada enam kegiatan yang harus dilakukan peneliti pada tahap pra-lapangan. Dalam tahap ini ditambah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu etika penelitian. Kegiatan tersebut antara lain: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Tahap ini digunakan sebelum peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti membuat rencangan kegiatan dan memilih salah satu lokasi untuk dijadikan objek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di SMK N 1 Salatiga. Selanjutnya peneliti melakukan observasi awal tentang lokasi yang dijadikan objek penelitian untuk melihat dan mengetahui kondisi guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi agar sesuai dengan pokok bahasan penelitian dan menentukan beberapa informan yang bertujuan untuk mencari gambaran awal tentang keadaan lokasi. 16 b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini merupakan tahapan yang sebenarnya. Tahap ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti terlibat langsung ke lokasi dan mengikuti kegiatan guru yang termasuk dalam fokus penelitian. Peneliti mencari tahu informasi tentang kegiatan-kegiatan tersebut dangan menggunakan metode wawancara terhadapa informan-informan yang ada. Melalui kegiatan itu peneliti akan mengumpulkan data-data yang sesuai fokus penelitian. c. Tahap Analisis Data Setelah data dapat dikumpulkan oleh peneliti, maka peneliti menganalisis data yang sudah ada dengan dukungan teori-teori yang sudah ada, sehingga dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian. Analisis data terdapat beberapa alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: 1) Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah kegiatan yang mengantisipasi kegiatan sebelum melakukan penelitian lapangan. Penelitian dirancang sehingga nanti mudah dalam menganalisis dan sebagai bukti pada penelitian. 17 2) Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. 3) Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data kita akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan dalam mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut. 4) Kesimpulan Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian menarik kesimpulan dari apa yang telah dianalisis. G. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan skripsi ini dikelompokkan menjadi lima bab. Di mana antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan. BAB I: Bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada bagian pertama ini akan di dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, 18 kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II: Berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan objek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi: pengertian, peran guru pendidikan agama Islam. Pengertian, pendidikan karakter, pengertian dan bentuk-bentuk korupsi, dan tindakan korupsi di tingkat sekolah, serta peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. BAB III: Bagian ini terdiri dari gambaran umum SMK N 1 Salatiga yang meliputi, letak geografis, sejarah berdirinya, Visi Misi dan tujuan, kegiatan ekstrakulikuler, dan hasil penelitian. BAB IV: Berisikan analisis data hasil penelitian. BAB V: Merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada bagian ini berisi kesimpulan peneliti dari seluruh pembahasan yang telah dikemukan dalam skripsi dan saran peneliti. 19 BAB II KAJIAN TEORI A. PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Peran Peran berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas, 2007:854). Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identik dengan andil, partisipasi, tugas dan konstribusi sebagai guru pendidikan agama Islam. 2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat atau swasta (Suparlan, 2005:12-13). Sedangkan pengertian guru menurut Uno merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar pendidikan (Uno, 2011:15). Menurut dua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa guru sebagai pendamping peserta didik dalam belajar dan seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar dan pendidik haruslah mempunyai keahlian khusus sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Jadi seorang guru lulusan Pendidikan Agama Islam sebaiknya mengajar mata pelajaran agama Islam, bukan mata pelajaran lain, begitu pula dengan mata pelajaran yang lain. 20 Guru bukan hanya sebagai pengajar atau pemberi materi pelajaran dalam kelas, tetapi juga mampu mendidik dan menjadikan peserta didik mempunyai moral yang mulia. Pengetian guru sebagai pendidik moral peserta didik sesuai dengan pengertian guru menurut Djamarah, guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik yaitu memberikan santapam jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan membenarkannya, maka menghormati guru adalah menghormati anak didik kita, menghargai guru berarti memberikan penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya guru itu melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya (Djamarah, 1997:42). Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk menciptakan kedewasaan tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan bukanlah hanya kognitif semata-mata melainkan mencakup semua aspek kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan (Muslich, 2010:23). Pendidikan dalam buku falsafah pendidikan Islam secara khusus diartikan sebagai rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan belajar, sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu, sosial dan dalam hubungannya dengan alam sekitar berada dalam nilai Islam, yakni normanorma syari’at dan akhlak yang mulia.(al-Syaibani, 1979:399). 21 Pengertian Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang materi bahasanya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlaq, dan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental-spiritul yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan (Nata, 2007:195). Menurut pengetian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pendidikan agama Islam adalah suatu proses untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar selalu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai dalam Islam yaitu akhlak mulia yang tercermin pada kehidupan keseharian melaui pendidikan yang didalamnya mengandung materi tentang nilai-nilai keislaman, seperti keimanan, ketakwaan, akhlaq, dan ibadah kepada Tuhan. Guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang berprofesi sebagai pendidik dan pendamping peserta didik dalam proses membimbing dan mengarahakan peserta didik untuk mengetahui, memahami dan mampu mengamalkan ajaran-ajaran Islam, seperti keimanan, akhlaq dan cara berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan kesehariannya. 3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru pada mata pelajaran lain tidak ada perbedaan. Seorang guru dapat berperan sebagai pembimbing, pengajar, dan sekaligus pelatih dengan kadar profesional tertentu (Samana,1994:79). Sebagai seorang pengajar sekaligus 22 pendidik seorang guru tidak hanya pandai menguasai materi pelajaran, tetapi mampu menyampaikan dan menerapkan dalam keseharian peserta didik. Guru dalam mendidik dan membimbing para siswanya tidak hanya dengan bahan yang disampaikan atau metode-metode penyampaian yang sesungguhnya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya (Isjoni, 2006:78). Penyampaian materi tidak selamanya menggunakan metodemetode pengajaran yang ada dalam dunia pendidikan, tetapi juga memerlukan kepribadian baik dari seorang guru sebagai teladan dalam menanamkan akhlaq terpuji pada peserta didik. Kepribadian guru sangat mempengaruhi perannya sebagai pembimbing dan pendidik. Guru merupakan mitra anak didik dalam kebaikan, sehingga guru berperan dalam memberi contoh teladan terhadap peserta didiknya. Pendidikan rohani untuk membentuk kepribadian peserta didik lebih dipentingkan. Peserta didik yang berilmu dan berketrampilan belum tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang berilmu dan berketrampilan, tetapi karena tidak mempunyai akhlak yang mulia, mereka terkadang menyalahgunakan ilmu untuk hal-hal yang negatif. Namun demikian bukan berarti orang yang berilmu dan berketrampilan tidak diharapkan, tetapi yang lebih diperlukan adalah orang yang berilmu dan berketrampilan serta berakhlak mulia (Djamarah, 1997:31). Kegiatan proses belajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa peserta didik. Semua norma yang diyakini 23 mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran (Djamarah, 1997:31). Guru dalam mengajar tidak hanya sekedar menyalurkan materi pelajaran agar peserta didik tahu tentang ilmu pengetahuam secara teori, tetapi juga menanamkan kedalam jiwa peserta didik, sehingga mampu diamalkan dalam hidup keseharian. Guru Pendidikan Agama Islam sebagi guru yang mengajar pengetahuan tentang agama yang didalamnya ada materi tentang normanorma Islam dan akhlaq terpuji, berperan untuk menanamkan kedalam hati peserta didik mengenai pengetahuan yang telah disampaikan dalam materi pelajaran. Guru Pendidikan Agama Islam harus mampu melatih peserta didik untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai ajaran agama Islam Guru sebagai ujung tombak pendidikan, memiliki peran yang sangat sentral dalam membangun peserta didik yang berkarakter. Peran guru bukan hanya menyampaiakan materi pelajaran, juga dituntut agar patut untuk ditiru dan digugu. Sebagaimana orang jawa menganggap guru adalah digugu lan ditiru. Seorang guru harus dapat menanamkan moral, nilali-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya kepada peserta didik. Peran guru dalam peraturan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Redaksi Sinar Grafika,2006: 2). 24 Salah satu tugas guru yaitu memberikan materi dalam ruang kelas. Dalam ruang kelas, suatu pendekatan komprehensif menuntut guru untuk: a. Bertindak sebagai model, mentor, memperlakukan para siswa dengan cinta dan penghargaan, menjadi contoh baik, mendukung perilaku prososial, dan mengkoreksi tindakan-tindakan yang menyakiti. b. Menciptakan sebuah komunitas moral di kelas, membantu para sisiwa untuk saling kenal, menghargai dan peduli antara siswa yang satu dengan lainnya, dan merasakan keanggotaan yang berharga dalam kelompok. c. Mempraktikkan disiplin moral, menggunakan penciptaan dan penegakan aturan-aturan sebagai peluang untuk menumbuhkan penalaran moral, kontrol diri, dan penghargaan terhadap orang lain. d. Menciptakan sebuah lingkungan ruang kelas yang demokratis, melibatkan para siswa dalam putusan-putusan dan berbagi tanggungjawab untuk membuat ruang kelas menajdi tempat yang baik untuk berada dan belajar. e. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, menggunakan mata pelajaran sebagai wahana untuk mengkaji isu-isu etis. f. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari anak-anak dengan watak dan ketrampilan tolong menolong dan berkerja sama. g. Mendorong refleksi moral melalui kegiatan membaca, menulis, diskusi, pembuatan-putusan dan debat. 25 h. Ajarkan pemecahan konflik agar para siswa memiliki kapasitas dan komitmen untuk memecahkan konflik dengan cara yang tidak memihak dan tanpa kekerasaan (Kesuma, 2011:81). Secara garis besar guru dalam mengajar di kelas mempunyai peran untuk mendidik peserta didik menjadi individu yang mampu mandiri, saling menghargai, disiplin, tanggungjawab, peduli terhadap orang lain dan tolong menolong, disamping tugas utamanya memberikan materi pelajaran sesuai dengan jurusan kependidikannya. Guru mempunyai peran dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam, seperti: guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, guru pustakawan, dan guru ekstrakurikuler. Semua guru tersebut mempunyai peran sebagai berikut: a. Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi pekerti luhur, akhlaq mulia seperti jujur, tekun, amanah dan sopan santun. Dalam konteks ini makna sikap dan perilaku guru menjadi semacam bahan ajar secara tidak langsung yang dikenal dengan hidden curriculum. 26 b. Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang displin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa. c. Sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk dapat membimbing siswa, memberikan dorongan psikologi agar siswa dapat mengesampingkan faktor-faktor internal dan eksternal yang akan mengganggu proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar. d. Sebagai pelatih, guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke dalam praktik, yang akan digunakan langsung dalam kehidupan (Suparlan, 2005:25-29) Guru juga mempunyai peran kepedulian, keadilan dan rasa hormat. Kepedulian merupakan sebuah istilah yang luas. Satu studi mendefinisikan kepedulian sebagai suatu tindakan yang menonjolkan halhal terbaik yang ada pada para murid, melalui penegasan dan penyemangatan. Jelas, karakteristik kepedulian sungguh melampaui mengenal para murid, yang meliputi kualitas-kualitas seperti kesabaran, kepercaya dan keberanian. Selain mendemostrasikan kepeduliam, guru efektif membangun hubungan harmonis dan kredibilitas bersama para murid dengan menitikberatkan, mencontohkan, dan mempraktikkan keadilan dan rasa hormat (Stronge, 2013:26-29). Guru menjalankan perannya dengan menerapkan pribadi yang peduli, memiliki sifat adil dan rasa hormat akan memberikan teladan bagi peserta didik. Peserta didik dapat mencontoh peran guru sebagai pribadi yang peduli, mempunyai rasa 27 adil dan rasa hormat tersebut dan hal itu baik bagi perkembnangan moral peserta didik. Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal dengan sebagai EMASLIMDEF (educator, manager, administrator, Supervisor, leader, inovator, motivator, dinamisator, evaluator dan facilitator). a. Educator Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik. b. Manager Pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan tata tertib yang disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan atau ramburambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. c. Administrator Guru memiliki peran untuk melaksanakan administrasi sekolah. d. Supervisor Peran guru supervisor terkait dengan pemberian bimbingan dan pengawasan kepada peserta didik, memahami permasahan yang dihadapi peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran, dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan masalahnya. 28 e. Leader Guru memberikan kebebasan secara bertanggung jawab kepada peserta didik. f. Inovator Seorang guru harus memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah pengetahuan dan ketrampilanya sebagai guru. g. Motivator Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar, yang utamanya berasal dari gurunya sendiri. h. Facilitator Memberikan bantuan teknis, arahan, atau petunjuk kepada peserta didik (Suparlan, 2005:29-32 ). B. KARAKTER ANTI KORUPSI 1. Pengetian Karakter Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter (Kesuma, 2011:11 ). Suatu nilai yang melekat pada kepribadian anak dan tercermin pada perilaku keseharian anak merupakan karakter yang dimiliki anak. Sedangkan Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan berkerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Muslich, 2010: 70). 29 Ilmu psikologi mengartikan karakter sebagai sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok, dan sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak dari kecil, atau sebagai hasil dari pengaruh pendidikan atau lingkungan sejak kecil (Ahmadi dan Sholeh, 2005:159). Kebanyakan orang menyamakan antara karakter dengan kepribadian, sebenarnya hal itu berbeda. Pengertian kepribadian lebih luas dan watak atau karakter merupakan bagian dari kepribadian. Karakter dipengaruhi oleh lingkungan ( nilai sosial, pengalaman dan pendidikan) dan aspek bawaan. Aspek sosial dan aspek biologis berpengaruh pada karakter. Inilah sebabnya orang berkata kita dapat mengadakan pendidikan karakter atau pembentukan watak. Karakter seseorang sepanjang hidupnya berubah karena lingkungan seseorang selalu berubah. Dengan demikian watak bukan hasil sesaat melainkan hasil dari suatu proses perkembangan total individu, dan ditampilkan dalam komunikasi antar individu. (Pasaribu dan Simanjuntak, 1984: 76). Ada sebagian orang mengartikan karakter itu sama dengan nilai. Dalam referensi Islam, nilai yang terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak atau perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad Saw, yaitu: sidik atau benar, amanah atau jujur, fatonah atau cerdas, dan tablig yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang menjadi lawan bicara Rasullah, maka orang tersebut akan mudah 30 memahami apa yang dibicarakan (Kesuma, 2011:12). Dalam menumbuhkan karakter pada peserta didik, pendidik perlu menengok karakter yang terdapat pada diri rasullallah Saw sebagai pribadi yang paling layak dijadikan teladan disepanjang masa. 2. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action) (Muslich, 2010: 29). Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2011:5). Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyosong masa depan. Dengan kecerdasan emosi seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis dan kehidupan. Pembentukan karakter berarti membentuk pribadi seseorang. Dalam ilmu psikologi karakter merupakan bagian dari kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri seseorang, termasuk dalam diri temperamen dan watak atau karakter (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 160). Teori kepribadian yang terdapat dalam psikologi dapat diterapkan dalam pembentukan karakter. Teori tesebut seperti, teori 31 behavioristik Skinner, teori belajar sosial Bandura dan teori kepribadian Kognitif. Teori behavioristik Skinner mengungkapkan bahwa organisme cenderung mengulangi respon yang diikuti oleh dampak yanng menyenangkan dan cenderung tidak mengulangi dampak yang netral atau tidak menyenangkan. Dampak yang menyenangkan, netral dan tidak mnyenangkan melibatkan reward, ekstingsi dan hukuman (Yusuf dan Nurihsan, 2008:130). Teori ini dapat diaplikasikan dalam pembentukan karakter, seseorang yang bertingkah laku baik mendapat penghargaan akan membuat seseorang membiasakan diri untuk selalu berbuat baik. Sedangkan seseorang yang melakukan perbuatan salah mendapat hukuman, akan menjadiakan jera untuk mengulangi tindakan yang sama. Teori Belajar Sosial Albert Bandura mengungkapkan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang sadar, berpikir, merasa dan mengatur tingkah lakunya sendiri. Kepribadian berkembang dalam konteks sosial, interaksi antara satu sama lainnya. Menurut teori belajar sosial, model itu memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian. Anak-anak belajar untuk percaya diri atau mandiri melalui obsevasi kepada orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu. Orang lain yang menjadi model anak adalah orang tua, saudara, guru atau teman (2005:132). Teori kepribadian kognitif dalam pandangan Kelly bahwa manusia berperilaku seperti scientist dalam mengkonstruk peristiwa- 32 peristiwa, dalam membuat prediksi dan dalam mencari perluasan sistem konstruknya (2005:174). Pendekatan kognitif Menurut para psikolog kognitif, otak menjadi tempat yang mengandung pikiran di mana kemungkinan proses-proses mental individu terjadi. Proses-proses tersebut diantaranya, mengingat, mengambil keputusan, menentukan tujuan dan kratif. Pendekatan kognitif menekankan pada proses-proses mental yang terlibat dalam mengetahui bagaimana kita mengarahkan perhatian, mempersiapkan, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam pandangan pendekatan kognitif ini, proses mental individu merupakan perilaku yang terkendali melalui ingatan, persepsi, citra, dan berpikir (http://www.slideshare.netproses-pembentukan-karakter-pada-manusia). Karakter seseorang dapat dibentuk lewat pengetahuan terlebih dahulu yang kemudian dipikirkan dan diterapkan menjadi suatu kebiasaan. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Muslich, 2010: 81). Dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan secara seimbang. 33 Dunia pendidikan kita telah mempersiapkan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan sangat meremehkan mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembenetukan karakter bangsa (Muslich, 2010: 17). Padahal melalui pendidikan karakter pada peserta didik akan mengurangi krisis akhlak yang melanda bangsa sekarang ini. Peserta didik yang berkarakter akan memunculkan pemimpin-pemimpin yang cerdas secara religius dan sosial, disamping cerdas secara pengetahuan. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila. kejahatan, tindakan kriminal pada semua sektor pembangunan dan lainlain). Korupsi semakin bertambah merajalela. Berdasarkan indeks prestasi korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009 ini naik menjadi 2,8% dari 2.6% pada tahun 2008 (Kesuma, 2011:3). IPK itu menunjukkan rendahnya moral yang dimiliki bangsa ini, dan menegaskan pentingnya pendidikan karakter dalam mengatasi rusaknya moral yang semakin meningkat. 3. Pengertian Korupsi dan Bentuk-bentuk Korupsi Korupsi adalah perbuatan yang buruk (Depdiknas, 2007:524). Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi (Klitgaard, 2001:31). Korupsi juga diartikan sebagai penyelewengan untuk 34 kepentingan pribadi atau orang lain. Korupsi juga dapat diartikan busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi) (Hartanti, 2005:9). Melalui pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan jabatan yang diamanahkan kepadanya dengan melakukan penggelapan uang untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang merugikan kepentingan umum. Korupsi terbagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya sebagai berikut: a. Korupsi murni yang murugikan negara Merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang, pegawai negeri sipil, dan penyelenggara negara yang melawan hukum, meyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang merugikan keuangan negara. b. Suap Tindak pidana korupsi suap pada prinsipnya tidak berakibat langsung pada kerugian keuangan negara ataupun perekonomian negara, karena sejumlah uang ataupun benda berharga yang diterima oleh pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara sebagai hasil dari perbuatan melawan hukum, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau 35 kedudukan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain bukan berasal dari uang negara atau aset negara tetapi melainkan dari uang atau aset orang yang melakukan penyuapan. c. Pemerasan Pemerasan adalah pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara yang meminta bahkan cenderung melakukan pemerasan kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan dari pegawai negeri sipil. d. Gratifikasi Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, discount, komisi, pinjam tanpa bunga, tiket perjalanan, dan pemberian fasilitas lain. (Djaja, 2010: 63-72). 4. Tindakan Korupsi di Tingkat Sekolah. Banyak kegiatan di sekolah yang tanpa disadari mendorong untuk timbulnya perilaku korupsi diantaranya adalah, mencontek ketika ulangan, membolos, terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan pekerjan rumah. Hal tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata, karena dapat menjadi kebiasan dan nantinya dapat berpengaruh terhadap pola pemikiran untuk melakukan apa saja meskipun itu juga melanggar peraturan yang ada (http://www.kompasiana.com/ariefma/bibit-bibitkorupsitumbuhdalambangku-sekolah). Akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan buruk peserta didik semasa sekolah sudah tercermin pada para pejabat negara yang tersandung 36 kasus korupsi. Mulai dari mengambil barang yang bukan haknya sampai meremehkan hukum yang berlaku di negara ini. Tindakan korupsi secara sederhana ditingkat sekolah apabila terus dibiarkan, maka pelajar yang merupakan pemimpin masa depan akan kehilangan karakter jujur dan tangggungjawab yang sangat dibutuhkan pada diri seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang tidak mempunyai karakter jujur, mandiri, disiplin dan tanggungjawab akan mudah goyang dengan amanah yang dipercayakan kepadanya. 5. Karakter Anti Korupsi Menurut Jalaludin nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat diinterprestasikan melalui lembaga pendidikan dengan cara memahami tata tertib sekolah, menghargai waktu, berlaku jujur, memenuhi tanggung jawab, serta bersikap adil, dan berpihak pada yang benar (Jalaluddin, 2006:189). Karakter-karakter anti korupsi harus tumbuh dalam jiwa peserta didik, sebagai benteng untuk menjadikan peserta didik sebagai generasi pemimpin bangsa yang jauh dari perbuatan korupsi. Karakter anti korupsi yang harus dimiliki peserta didik seperti, jujur, tanggung jawab, disiplin, peduli dan taat pada peraturan. 6. Usaha Pemberantasan Korupsi Dalam mencegah dan memberantas korupsi, tidak perlu banyak penyampaian kata-kata, cukup sikap kita yang terpuji yang terlihat nyata dalam kehidupan keseharian. Intergarasi moral tidak dapat dipisahkan dari budaya malu yang dimiliki seseorang, karena tidak mungkin seseorang 37 tidak merasa malu melakukan perbuatan tidak terpuji, kalau ia sudah bermoral sebagaimana diajarkan oleh agama Islam, bahwa malu itu sebagian dari iman (moral). Hanya orang bermoral yang malu melakukan perbuatan tidak terpuji. Orang yang mempunyai kepribadian seperti inilah yang mampu menjadi teladan (Lopa, 2001:82 ). Indonesia sebagai salah satu negara terkorup, menjadi PR tersendiri bagi lembaga pendidikan yang merupakan tempat perubahan sikap peserta didik menuju ke arah yang lebih baik. Sekolah sebagai jalur pendidikan formal mempunyai nilai-nilai yang harus dikenalkan dan dikembangkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Salah satu nilai yang perlu dikembangkan di sekolah yaitu nilai-nilai yang mencermikan perilaku anti korupsi, karena bahaya yang ditimbulkan dari tindakan korupsi meyangkut kesejahteraan umum. Korupsi terjadi karena karakter yang lemah. Karakter yang lemah inilah yang membuat akhirnya manusia menjadi tidak jujur. Bila dari bangku sekolah guru sudah menanamkan kejujuran dalam berbagai bentuk kegiatan di sekolah, maka ketika peserta didik terus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, kejujuran tetap menjadi panglimanya (Kusumah, 2012:294). Lingkungan yang mencerminkan karakter anti korupsi akan menumbuhkan sikap anti korupsi pada kepribadian peserta didik. Sekolah dapat menanamkan karakter anti korupsi melalui budaya anti korupsi, seperti kantin kejujuran, pemberian hukuman bagi peserta didik yang tidak 38 disiplin dan menghargai peserta didik yang jujur. Budaya anti korupsi yang ada di sekolah akan mampu menjadikan peserta didik mempunyai karakter anti korupsi dan melalui penanaman karakter tersebut akan menjadi cara dalam pemberantasan korupsi dari akar-akarnya yaitu dari perilaku pelajar itu sendiri sebagai generasi pemimpin bangsa. C. Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Sebenarnya, peran guru dalam memberantas korupsi itu dimulai dari penanaman nilai budi pekerti kepada siswa sejak dini. Kalau semua guru sejak SD sampai SLTA bahkan dosen mempunyai keseragaman budi pekerti dalam mendidik anti korupsi maka negara akan bebas dari korupsi. Sedangkan kalau memberantas secara langsung itu telah menjadi tugas pemerintah serta perangkat hukumnya. Tugas guru di sekolah memberikan pemahaman bahwa korupsi itu merugikan diri sendiri dan orang lain (Kusumah, 2012:225). Pemahaman ini seperti yang dijelaskan dalam UU No 14 Tahun 2005 terkait tugas utama guru dan membenarkan teori psikologi bahwa sekolah sebagai salah satu faktor lingkungan dalam pembentukan karakter. Peraturan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Redaksi Sinar Grafika,2006: 2). Berdasarkan UU tersebut tugas guru tidak hanya mengajar, mengevaluasi dan menilai hasil belajar pesrta didik, namun juga mendidik, membimbing dan mengarahkan peserta didik. Salah satunya yaitu mendidik 39 dan membimbing dalam menumbuhkan karakter anti korupsi melalui penanaman budi pekerti. Pembentukan karakter dipengaruhi oleh dua hal yaitu, bawaan dan lingkungan. Sesuai dengan teori kepribadian dalam psikologi bahwa pementukan karakter dapat dilakukan melalui kondisi lingkungan. Sekolah sebagai salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi terbentuknya karakter kepribadian seseorang. Dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik sekolah dapat menerapkan teori kepribadian dalam psikologi yaitu dengan role model, hukuman, reward dan pengetahuan yang diterapkan dalam keseharian peserta didik. Pada hakikatnya peran semua guru itu sama dalam hal mendidik akhlak peserta didik, apalagi dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi sebagai upaya mencegah korupsi. Namun, seringkali guru pendidikan agama Islam dianggap gagal menjalankan perannya karena adanya kasus-kasus kriminal. Hal itu sesuai buku yang ditulis Irfan (2009: 46-47), yaitu gagalnya pendidikan agama dan etika, berasal dari pemikiran Franz Magnis Suseno yang mengatakan bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap bahwa agama hanya berkuat pada masalah bagaimana cara beribadah saja, sehingga agama nyaris berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial 40 dibandingkan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang memiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat buruk. Moral keagamaan sebagai salah satu dimensi dalam menanamkan karakter anti korupsi. Seseorang akan menghindar atau menolak melakukan tindak kejahatan, termasuk korupsi, karena didalam hatinya mempunyai rasa takut berdosa melanggar larangan Tuhan lantaran karena mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Moral keagamaan yang dimiliki secara efektif dapat mencegah dirinya melakukan perbuatan korupsi. Keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan mendorong dirinya untuk melaksanakan perintah agama dan menghindar dari pelanggaran syari’atnya. (Poernomo, 2013:171-172). 41 BAB III GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN SMK NEGERI 1 SALATIGA A. Gambaran Umum SMK Negeri 1 Salatiga 1. Letak Geografis SMK Negeri 1 Salatiga Alamat sekolah: Jl. Nakula Sadewa 1/3 Salatiga a. Desa/ Kelurahan : Dukuh b. Kecamatan : Sidomukti c. Kabupaten/Kota : Salatiga d. Provinsi : Jawa Tengah e. Kode Pos : 50722 f. Telepon : (0298) 323566 g. E-Mail : [email protected] 2. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Salatiga Pada tahun 1968 di salatiga belum ada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Negeri). Sampai tahun yang sama dibentuklah panitia persiapan negeri, yang diketahui Bapak Walikotamadya Salatiga Letkol. S. Soegimin yang didukung oleh Bapak-Bapak Muspida. Dengan persetujuan kepala kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah No.IDPE/435/d/67, maka pada tanggal 17 Januari 1967 berdirilah SMEA Negeri dengan status persiapan di Salatiga. Pada tanggal 25 Mei 1968 terjadi peningkatan status persiapan menjadi negeri melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 42 Nomor: 191/UUK-3/1968. Hal inilah yang membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga SMEA Negeri Salatiga. Dibalik kegembiraan masih terselip keprihatinan sebab SMEA Negeri belum mempunyai gedung sekolah sendiri. Sehingga pada akhirnya SMEA Negeri masih menumpang pada SMEP Negeri sebanyak 44 lokal. Padahal SMEP sendiri masih menumpang di SPG Negeri. Oleh karena itu untuk melaksanakan proses belajar mengajar SMEA Negeri harus masuk siang. Pada tahun 1970 karena perkembangan, maka sebagian kelas numpang lagi ke sekolah lain yaitu SMA N 1 Salatiga di Jl Kartini Salatiga. Tahun 1973 Walikotamadya Bapak Letkol S Soegimin berkenan mengijinkan SMEA Negeri menempati gedung di Jl. A. Yani no. 14 Salatiga. Meskipun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki berkenaan dengan gedung dan fasilitas yang ditempati. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemerintah menaruh perhatian bahwa SMEA Negeri Salatiga, dimasukan dalam daftar proyek Voced ”II” (Scond Vocatinal Education). Yang kembali membawa kabar gembira, atas pendaftaran yang dilakukan pemerintah tersebut SMEA Negeri dibangunkan gedung di Jl. Nakula Sadewa 1/3 Kembangarum Salatiga. Diatas tanah seluas 13.795 meter persegi yang telah selesai dan diserahkan pada tanggal 1 Agustus 1992 dan peresmiaan pemakaianya oleh ka. Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Tengah yaitu Bapak Soewardi pada 23 Mei 1992. Seiring perkembangan pendidikan, pada tahun 1977 kurikulum SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas) berubah menjadi SMK 43 (Sekolah Menengah Kejuruan) dan perkembangan terakhir SMK Negeri pada tahun 2004 menyatakan diri sebagai SMK besar dengan membuka 3 program keahlian baru kelompok pariwisata hingga kini. Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 kita berusaha mencapai suatu Standard Manajemen Mutu yaitu ISO 9001-2008 agar dapat lebih memuaskan para pelanggan SMK Negeri 1 Salatiga. Dalam hal ini siswa-siswi beserta orang tuanya. Sejarah Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Salatiga: a. Sri Sadono, BA (1968-1982) b. R. Soeyono, MH (1982-1993) c. Soeparno (1993-1994) d. Dra. F.X. Soewito (1994-1960) e. Drs. Joko Legowo (1996- 1998) f. Soetopo, B.Sc (1998-1999) g. Moch. Boedhowie (1999- 2000) h. Moeljono, M.Pd (2000- 2007) i. Bambang Dwi Hersedianto (2007-sekarang) 3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Salatiga a. Visi “Menghasilkan lulusan yang beriman, Kompeten, dan Kompetitif serta berwawasan lingkungan” b. Misi 1) Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan peserta didik 44 2) Mendidik peserta didik menjadi warga Negara yanga bertanggungjawab dan berkarakter. 3) Mendidik peserta didik, mampu menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan pengetahuan, lingkungan dan seni 4) Mendidik dan melatih peserta didik memiliki keterampilan sesuai kompetensi keahliannya 5) Menumbuhkan jiwa dan semangat wirausaha 6) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan. c. Tujuan 1) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Menghasilkan lulusan yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, bertanggung jawab serta peduli terhadap lingkungan. 3) Menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, sebagai bekal untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4) Menghasilkan lulusan yang siap mengisi lapangan kerja di dunia usaha dunia industri sesuai dengan kompetensi keahliannya. 5) Menghasilkan lulusan yang mampu memilih karier, ulet, dan gigih dalam kompetisi, mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan siap mengembangkan sikap professional pada kompetensi keahliannya. 6) Menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa dan semangat wirausaha. 45 4. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMK Neeri 1 Salatiga antara lain: a. PMR/UKS : 1. Slamet Sudiyanti, S. Pd. 2. Tri Rahayu, S.Pd. (Busana) b. PKS : Drs. Prasetya Adi c. Bola Volley : Outsourching d. Basket : Sutanto, S. Pd. e. Pramuka : Drs. Untoro, M.Pd, Tedjo Sukmono, S, Pd.Qoriah Martini, S.Pd. dan Widhi Nurasih, S. Pd. f. Vocal : Apriliandini, S. Pd. g. Tari : Uchik Anggarani, S. Pd. h. Bahasa Jepang : Outsourching ( SMK 2 ) i. Kewirausahaan : 1. Puji Nur Zakiah, S. Pd.,M.M.Par 2. Kartika Dyah K, S. Pd. j. KIR : Praheni, S.S. k. Panahan : Drs. Prasetyo Adi l. Karate : Outsourching m. Wushu : Outsourching 5. Progam Keahlian SMK N 1 Salatiga berdiri sejak tanggal 25 Mei 1968, sampai dengan saat memiliki 6 Program Keahlian/Kompetensi Keahlian yaitu: 46 a. Akuntansi b. Administrasi Perkantoran c. Penjualan atau Pemasaran d. Tata Kecantikan e. Tata Busana f. Tata Boga Seluruh kegiatan belajar mengajar ditiap-tiap program keahlian didukung dengan fasilitas praktik yang memadai sehingga memungkinkan dikembangkan kegiatan belajar dengan komposisi 30% teori dan 70% praktik. 6. Sarana dan Prasarana a. 28 Ruang Teori Yang Representatif b. Laboratorium Bahasa c. Laboratorium Komputer d. Laboratorium Mengetik Manual e. Laboratorium Multimedia f.Laboratorium Akuntasi g. Laboratoriumadm. Perkantoran h. Laboratorium Penjualan i. Laboratorium Tata Kecantikan j. Laboratorium Tata Boga k. Laboratorium Tata Busana l. Perpustakaan 47 m. Lapangan Olahraga n. Aula o. Mushola B. Hasil Penelitian 1. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Pada bagian ini peneliti ingin mengetahui persepsi guru pendidikan agama Islam mengenai pentingya pendidikan anti korupsi pada peserta didik, muatan kurikulum PAI tentang pendidikan anti korupsi, dan gambaran umum tentang implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi di SMK N I Salatiga. Persepsi guru pendidikan agama Islam di SMK N 1 Salatiga tentang pentingnya pendidikan anti korupsi sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik dan bahkan perlu dijadikan kurikulum tersendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh SM: “Sangat penting, kalau tidak ada pendidikan tentang itu bagaimana dengan keadaan negara ini, sekarang saja para koruptor juga sudah banyak di negara ini, malah kalau menurut saya seharusnya pendidikan anti korupsi perlu dibuat kurikulum sendiri” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). “Cukup penting karena dalam rangka untuk meningkatkan iman kepada Allah dengan cara melatih kejujuran agar siswa menjadi generasi penerus yang benar-benar tangguh dalam menegakkan syariat Islam.” (W/G/MS/05-06-2015/13.00WIB). Pernyataan senada juga diungkapkan oleh U mengenai pentingnya pendidikan anti korupsi, sedangkan menurut responden U pendidikan anti korupsi tidak perlu menjadi kurikulum tersendiri: “Pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan, namun tidak perlu menjadi kurikulum tersendiri, karena dalam kurikulum pada 48 KI-1 dan KI-2 sudah memuat sikap religius dan sosial yang didalamnya memuat tentang kejujuran dan tanggungjawab” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Melalui hasil pengamatan peneliti dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai-nilai anti korupsi sangat penting dan bahkan perlu dibuatkan kurikulum tersendiri. Keadaan bangsa yang banyak para koruptor seperti saat ini membuat pendidikan nilai-nilai anti korupsi perlu diajarkan dan diterapkan dalam dunia pendidikan formal. Dalam kurikulum pendidikan agama Islam secara tidak langsung memuat tentang pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Nilai-nilai anti korupsi itu seperti, kejujuran, kedisplinan, tanggungjawab, dan mandiri. Sebagaimana diungkapkan responden U dan MS sebagai guru pendiidkan agama Islam: “Tentu sudah ada kurikulum pendidikan anti korupsi dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam KI 1 dan KI 2 didalamnya memuat tentang sikap religius dan sikap sosial, yang salah satunya ada kejujuran dan tanggungjawab, sedangkan untuk KI 3 berkaitan dengan pengetahuan, dan untuk KI 4 itu tentang ketrampilan” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). “Secara tidak langsung pendidikan nilai-nilai anti korupsi sudah masuk dalam kurikulum pendidikan agama Islam” (W/G/MS/0506-2015/13.00 WIB). Kurikulum pendidikan agama Islam di dalamnya memuat materi pelajaran tentang tauhid, ibadah dan aqidah. Materi tentang tauhid membahas tentang keimanan atau keyakinan. Materi keimanan atau lebih sering disebut rukun iman, salah satunya membahas tentang iman kepada malaikat. Para malaikat mempunyai tugas masing-masing, seperti malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu, sedangkan malaikat Raqib dan 49 malaikat Atid yang bertugas mencatat perbuatan baik dan buruk manusia. Materi Ibadah memuat tentang ketaatan menjalankan rutinitas sebagai seorang muslim. Dalam pelajaran pendidikan agama Islam pada materi ibadah mengandung nilai kedisplinan dan ketaatan. Sedangkan ilmu aqidah mempelajari tentang perilaku terpuji dan tercela manusia. Salah satunya yaitu kejujuran sebagai perilaku terpuji yang dianjurkan dalam Islam dan mencuri atau mengambil barang yang bukan haknya merupakan perbuatan yang harus dihindari oleh setiap manusia. “Dalam pembelajaran agama ada materi tentang kejujuran, rukun iman, rukun Islam dan ibadah. Menurut saya pendidikan nilai-nilai anti korupsi dapat dimasukkan dalam materi tersebut. Misalnya dengan mempelajari tentang rukun iman, di situ ada iman kepada malaikat berserta tugas-tugasnya. Salah Satu tugas malaikat yaitu mencatat perbutan baik dan buruk yang dilakukan manusia, yaitu malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu, anak menjadi merasa selalu ada yang mengawasi sehingga ketika melakukan pencurian atau perampokan, karena korupsi juga termasuk pencurian bahkan korupsi itu merupakan perampokan secara besar-besarankan, mereka akan merasa takut. Oleh karena itu, secara tidak langsung kurikulum PAI sudah memuat tentang pendidikan anti korupsi” (W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB). Dari pernyataan ketiga nara sumber yang peneliti wawancarai dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan nilai-nilai anti korupsi sudah termuat dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Pernyataan itu diperkuat dengan hasil temuan peneliti dari hasil wawancara kepada enam peserta didik yang dijadikan responden. Keenam peserta didik yang peneliti wawancarai memberikan pernyataan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam terdapat point-point yang mencerminkan karakter anti korupsi, seperti kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan mandiri. Seperti halnya yang 50 diungkapkan sebagai berikut: “Ada” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Ada” (W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB). “Ada” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB). “Terdapat” (W/S/YU/08-06-2015/07.20WIB). “Ada materi tentang kejujuran” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). “Ada” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB). Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat gambaran umun tentang implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi SMK N I Salatiga. Implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi SMK N 1 Salatiga tidak hanya dilakukan dalam kelas saja, tetapi juga diluar kelas. Kegiatan Majelis Doa Mawar Allah, dilatih infak, dan kegiatan rutin jum’at bersih merupakan penerapan karakter-karakter anti korupsi, seperti kejujuran, tanggungjawab, adil, dan disiplin yang dilaksanakan di luar kelas. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: “Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT, karena banyak anak yang suka menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih kejujuran, dan kegiatan jum‟at bersih dapat melatih tanggungjwab” ( W/G/U/0306-2015/10.04 WIB). Tanpa disadari kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah mampu melatih peserta didik dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Peserta didik yang mengikuti ekstrakulikuler akan belajar untuk mandiri dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Kantin kejujuran yang berada di SMK N 1 Salatiga merupakan 51 gambaran nyata implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi yang ada di sekolah. Perilaku jujur peserta didik dapat diuji melalui kantin kejujuran yang berada di sekolah. Peserta didik dapat mengambil barang yang dia suka, membayar sesuai harga barang yang tertera serta mengambil kembalian sendiri tanpa ada yang mengawasi. Hal itu akan melatih peserta didik untuk benar-benar menerapkan karakter anti korupsi dalam hal kejujuran. Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang uang yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang keluar, tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan. Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi sengaja tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau gimana kita tidak tahu. Selain itu, dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sekolah lebih menekankan pada kedisplinan dan tanggungjawab dalam menaati peraturan sekolah. Ekstrakulikuler juga mengajarkan sikap anti korupsi pada anak- anak karena mereka diajarkan tentang tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa kemandirian dalam diri anak-anak, dan menurut saya itu masuk pada poin-poin penananman sikap anti korupsi” (W/G/U/03-062015/10.04 WIB) 2. Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Guru pendidikan agama Islam mempunyai peran sebagai berikut, pemberi informasi, memberikan nasihat, role model, dan mediator. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: “Peran guru agama Islam tidak ada bedanya dengan guru pada mata pelajaran lain, karena sama-sama mempunyai peran dan 52 tanggungjawab dalam hal mendidik akhlak peserta didik. Hal itu tercantum dalam Ki 1 dan Ki 2 tadi yang menjuru kepada anti korupsi, humanisme, pluralisme dll. Peran-peran itu seperti, memberi informasi, memberikan nasihat, guru juga harus bisa menjadi teladan”(W/G/U/03-06-2015/10.04WIB). “Pada prinsipnya peran semua guru itu sama. Apalagi dalam menumbuhkan karakter anti korupsi karena korupsi merupakan musuh kita bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai pemberi informasi dan mediator” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). Hasil wawancara dan observasi mengungkapkan ada satu guru agama Islam yang berpendapat bahwa guru pendidikan agama Islam lebih berperan dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, dikarenakan guru agama Islam dalam menyampaikan segala sesuatu selalu berpegang teguh pada sumber yang terpercaya . Seperti yang diungkapkan SM: “Perannya sama dengan guru yang lain, hanya saja lebih dominan kalau sebagai guru agama, karena guru agama itu dalam menyampaikan segala sesutu mempunyai dalil, hadist, kaidah dll” (W/G/SM/08-06-2015/10.35WIB). Kejujuran merupakan kunci utama dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik. Sebagaimana cara yang dilakukan responden U, SM dan MS dalam menumbuhkan karakter anti korupsi melalui penerapan kejujuran pada peserta didik SMK N 1 Salatiga: “Anak-anak dilatih kejujuran dengan melakukan shalat lima waktu secara tepat waktu, peserta didik diberikan buku mentor sebagai pengendali yang diisi setiap kali shalat sebagai bukti ketaatan peserta didik dalam beribadah dan buku itu diisi baik di sekolah maupun di rumah” W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). “Selalu memberikan nasihat agar selalu berbuat jujur dalam segala aspek kehidupan karena Allah mengetahui segala yang dilakukan manusia” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). “Kita harus menanamkan sikap yang jujur pada anak didik, meskipun hal kecil seperti mencotek. Saya selalu menekankan pada anak-anak untuk selalu jujur dan percaya diri pada jawaban mereka. Saya lebih menghargai anak yang mendapat nilai sedang tetapi jujur, daripada mendapat nilai bagus dengan hasil 53 mencontek atau hasil kerja sama dengan teman” (W/G/SM/03-062015/10.35 WIB). Selain menerapkan kejujuran sebagai langkah dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, guru pendidikan agama Islam juga memberikan informasi, motivasi dan pengarahan disela-sela pelajaran agar peserta didik mempunyai akhlak yang mulia sebagai benteng dalam menghindari perbuatan korupsi. Seperti pernyataan SM: “Peran itu seperti memberi informasi, motovasi dan pengarahan disela-sela pembelajaran. Agar mereka mempunyai akhlak yang terpuji, termasuk jiwa yang anti korupsi”(W/G/SM/03-062015/10.35WIB). SM juga memberikan penjelasan bahwa guru agama Islam dalam menyampaikan materi pelajaran berpegang teguh dengan sumber hukum yang terpercaya yaitu al qur’an, hadist dan dalil-dalil lain. Guru pendidikan agama Islam juga perlu mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena yang ada, sehingga peserta didik dapat langsung mengambil pelajaran dari kondisi lingkungan sekitar. “Guru agama itu dalam menyampaikan segala sesuatu mempunyai dalil, hadist, kaidah dll. Saya selalu menyampaiakn meteri pelajaran dengan mencontohkan kondisi yang terjadi. Begitu halnya ketika menyampaikan materi tentang perbuatan tecela, seperti mencuri saya mengaitkan dengan perbuatan korupsi. Korupsi itu kan sama saja merampok uang rakyat, jadi sebagai guru agama juga harus mengaitkan dengan hukum-hukum Islam maka kita menjelaskan kepada anak-anak jika hukum Islam kalau mengambil barang yang bukan miliknya itu sangat berat hukamannya bahkan sampai dibunuh apalagi perbutan korupsi” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Peneliti juga bertanya tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang mampu menanamkan sikap anti 54 korupsi pada peserta didik. Jawaban yang diberikan para guru pendidikan agama Islam yang dijadikan responen bermacam-macam. Seperti yang diungkapkan U: “Dalam pembelajaran PAI saya dan teman-teman yang lain menerapkan beberapa metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya monoton guru ceramah di depan. Salah satu metode yang saya pakai yaitu belanja informasi. Belanja informasi yaitu anak-anak menggali informasi sendiri, kemudian temannya berbelanja informasi di situ, setelah itu informasi yang didapat disampaikan kepada teman-temannya. Informasi tersebut apakah untuk dirinya sendiri atau disampaikan kepada orang lain, apakah informasi tadi ditambahi atau dikurangi, hal itu juga bisa melatih kejujuran pada anak. Melalui metode pembelajaran tersebut mampu mengajarkan anak menjadi mandiri, tanggungjawab, kretif dalam menggali informasi, dan yang paling penting anak berani mengungkapkan apa yang sudah dia peroleh” ( W/G/U/03-06-2015/10.04WIB). Responden SM yang peneliti wawancarai mempunyai metode sendiri dalam pembelajaran: “Ketika pembelajaran anak tidak hanya menjadi pendengar saja, saya sering menyuruh mereka untuk mencari materi sendiri, kemudian mendiskusikan dan memperesentasikan hasil diskusi. Dalam proses pembelajaran tersebut anak selain belajar tanggungjawab juga dilatih mandiri, pecaya diri untuk menyampai hasil karnyanya, anak juga lebih kreatif dan yang lebih penting akan berlatih kuat dengan pendirian yang ada serta anak itu akan lebih menghargai orang lain, karena dalam presentasi anak tentu akan memperoleh sanggahan ataupun usulan dari kelompok lain” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Peneliti juga menggali data apakah guru hanya berperan melatih kejujuran dan memberikan informasi saja dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi. U mengungkapkan usahanya dalam memberantas korupsi dari yang paling bawah yaitu melalui penanaman sikap tanggungjawab: 55 “Setiap ada kegiatan anak-anak SKI itu selalu saya beri tanggungjawab sepenuhnya untuk mengatur sendiri kegiatan itu, saya hanya menyetujui asalkan tidak menyimpang dari aturan yang sudah digariskan sekolah. Mereka harus saya latih untuk mandiri, tanggungjawab, mampu memanage sendiri kegiatan yang ada. Saya rasa itu mampu menumbuhkan sikap mandiri dan tanggungjawab pada anak-anak, dan hal itu sangat bagus untuk masa depan mereka sebagai calon pemimpin” ( W/G/U/03-062015/10.04 WIB). SM memberikan pernyataan tentang cara yang dilakukan dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab sebagai karakter anti korupsi pada siswanya: “Dalam mengajarkan tanggung jawab itu biasanya saya sering menyuruh siswa meminjam dan mengembalikan barang-barang kepenggandaan, hla itu sacara tidak langsung mengajarkan mereka rasa tanggungjawab apakah segera dikembalikan atau tidak dan biasanya kalau telat mengembalikan barang yang dipinjam maka pihak penggandaan akan menanyakan ke guru yang menyuruh tadi, sehingga guru jadi tahu anak bertanggung jawab apa tidak” (W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB). Kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan dalam keseharian peserta didik dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Ketika peserta didik datang terlambat maka dia sudah melakukan korupsi secara sederhana yaitu korupsi waktu. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga mempunyai cara masing-masing dalam melatih peserta didik untuk selalu disiplin. Pemberian hukuman kepada peserta didik yang tidak disiplin sebagai salah satu cara yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi dalam hal kedisiplinan. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: “Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat waktu dalam memulai pembelajaran, dan selesai pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi jam tujuh tepat semua anak 56 wajib sudah berada di sekolah, bagi anak yang terlambat kita beri pengarahan dan kita suruh bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu cara pendidikan karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak terlambat berarti dia sudah melakukan korupsi waktu”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). “Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas, mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada siswa yang terlambat maka ada saknsi tersendiri” ( W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi dan nasihat, tetapi juga berperan sebagai role model. Disiplin, dalam memberi nasihat tidak hanya lewat omongan tetapi juga tindakan, berpegang teguh pada pendirian, dan tegas dalam menegakkan kebenaran merupakan cara yang ditempuh dalam menjalankan perannya sebagai guru. Seperti yang diungkapkan U: “Sebagai seorang guru kita harus mampu menjadi role model, dengan tidak meninggalkan mengajar, kecuali ketika mendapat tugas dari sekolah. Seperti siang ini saya harus ke semarang sampai hari sabtu, tetapi saya mempunyai surat tugas dari sekolah. Saya setiap hari selalu masuk sekolah, meskipun saya tidak ada jadwal mengajar. Saya juga mengajarkan mereka tentang berpegang teguh pada pendirian, ketika saya bilang A ya A, dan ketika saya bicara B Ya B jadi mereka selalu takut dengan saya dan tidak berani macam-macam. Itu merupakan cara saya mengajarkan kepada mereka bahwa orang itu yang dipegang adalah omongannya. Misalnya tata tertib sekolah yang mengharuskan memakai krudung yang kainnya sama dengan baju, jadi tidak boleh kain yang tipis dan harus bersepatu yang bertali, hitam, polos bagi anak yang melanggar harus diberi peringatan dan hukuman, bukan hanya itu barangnya juga harus di sita, di ruang sebelah itu banyak krudung yang di sita, krudungnya nanti dicuci dan diberikan anak yatim. Ketegasan saya tadi membuat mereka takut ketika mereka merasa melanggar peraturan tata tertib sekolah. Banyak anak yang lari ketika melihat saya, karena ya itu tadi mereka berbusana yang tidak sesuai dengan aturan sekolah” (W/G/U/03-06-2015/10.04WIB). Peneliti mengadakan wawancara yang berkaitan tentang peran guru 57 pendidikan agama Islam dalam hal pembelajaran di luar kelas mengenai peran guru agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Kegiatan majelis doa mawar Allah MDMA, melatih berinfak dalam acara besar Islam dan kegiatan jum’at bersih merupakan kegiatan yang dipilih guru SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan sikap jujur, disiplin dan tanggungjawab pada peserta didik diluar pembelajaran di ruang kelas. Sebagaimana ungkapan responden sebagai berikut: “Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan kegiatan majelis doa mawar Allah di MDMA setiap hari minggu pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT, karena banyak anak yang suka menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih kejujuran, dan kegiatan jum‟at bersih” ( W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Sedangkan SM dalam pembelajaran di luar kelas lebih menekan pada pemberian teladan. Pemberian nasihat dan motivasi merupakan salah satu cara yang ditempuh SM sebagai pembelajaran di luar kelas. Keterbatasan guru dalam mengawasi peserta didik dan usia peserta didik yang sudah beranjak dewasa menjadikan alasan SM lebih memilih pemberian nasihat dan motivator dalam pembelajaran di luar kelas. Salah pergaulan merupakan bahaya yang sangat mempengaruhi sikap dan pribadi peserta didik. Apalagi usia anak SMK sebagai usia dalam fase pertengahan yang masih labil dalam menjalani kehidupan ini. “Kalau di luar kelas lebih keteladanan, terutama orang tua karena guru hanya bisa mengawasi mereka sabatas di sekolah saja. Ketika anak-anak di luar kelas apalagi sudah di luar sekolah orang tualah yang menjadi teladan. Kalau menurut saya guru kalau di tingkat 58 SMK guru itu tidak terlalu berperan dalam menumbuhkan karakter atau kebiasaan dalam diri peserta didik, yang lebih berperan itu sebanarnya teman. Perkataan guru bahkan orang tua mereka sendiri terkadang tidak dianggap, anak usia segitu biasanya lebih sering mendengar perkataan teman sebayanya. Jadi saya selalu menasehati anak-anak untuk pandai memilih teman. Kalau mereka salah memilih teman, prilaku mereka juga kan mengikuti teman sebayanya. Misalnya jika mereka berteman sama orang yang suka mencuri, mencontek, sering bolos sekolah atau melanggar peraturan sekolah maka anak itu akan ikut-ikut berperilaku menyimpang. Hal itu bisa mempengaruhi kepribadian anak ketika dia dewasa dan bahkan ketika mereka sudah tidak menjalin hubungan dengan temannya tadi” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Peneliti dalam memperkuat hasil temuannya dari hasil wawancara kepada guru pendidikan agama Islam juga mengadakan wawancara kepada peserta didik. Sebagaimana pertanyaan peneliti terhadap peserta didik, sudahkah guru pendidikan agama Islam memberikan informasi dan nasihat agar selalu menerapkan karakter anti korupsi bagi peserta didik. “Sudah, dengan selalu mengingatkan untuk berbuat jujur” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Sudah. Menasehati untuk selalu berbuat jujur dan tanggungjawab atas tugas yang diberikan serta tidak boleh mencontek” (W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB). “Sudah, karena sering menyuruh untuk selalu bersikap jujur” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB). “Sudah, menasehati tentang kejujuran” (W/S/YU/08-062015/07.20WIB). “Iya dengan selalu memberi nasehat jangan mencuri apalagi korupsi” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). “Mereka selalu memberi nasehat akibat yang ditimbulkan dengan adany ketidakjujuran dan korupsi. (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB). Peneliti juga mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam memberi pelajaran sebagai metode menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Melalui hasil wawancara diketahui bahwa guru pendidikan agama 59 Islam SMK N 1 Salatiga lebih sering menggunakan metode pemberian informasi terkait pendidikan anti korupsi di sela-sela pelajaran, memberikan nasihat untuk selalu berbuat jujur, menggunakan metode diskusi dan metode pembelajaran dengan peserta didik mencari sendiri materi pelajaran sebagai langkah menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Hasil wawancara terhadap peserta didik tersebut membenarkan pernyataan guru pendidikan agama Islam mengenai metode pembelajaran yang digunakan. Pernyataan peserta didik tersebut sebagai berikut: “Diberi informasi mengenai kejujuran dan menyuruh untuk tidak curang dalam tes” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Mensisipkan disela-sela pelajaran dan dalam mengajar kita di suruh mencari informasi sendiri”(W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB). “Dinasehati diakhir pelajaran agar selalu jujur” (W/S/AB/08-062015/07.15 WIB). “Disisipkan pada saat pelajaran agama”(W/S/YU/08-062015/07.20WIB). “Ceramah, diskusi tentang kejujuran dan tukar informasi” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). “Memberi informasi tentang bahaya korupsi dan dosa yang sangat besar dalam Islam” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB). Kedisplinan merupakan salah satu karakter anti korupsi. Guru termasuk guru pendidikan agama Islam mempunyai peran sebagai teladan bagi peserta didik. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa peserta didik dalam mengetahui kedisplinan guru pendidikan agama Islam terutama dalam hal ketepatan mengajar. Hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut: “Salama ini sudah” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Kebanyakan iya, kalau ada keperluan saja keluar kelasnya lebih 60 cepat” (W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB). “Sudah on time” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB). “Sudah tepat waktu” (W/S/YU/08-06-2015/07.20WIB). “Sudah tepat waktu” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). “Tepat waktu” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB). Peneliti mengadakan penelitian dengan melakaukan wawancara kepada peserta didik dalam memperkuat pernyataan guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, terutama dalam hal tindakan peserta didik dalam mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah yang merupakan bibit-bibit korupsi. “Ditegur dan diberi hukuman” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Dinasehati dan diberi hukuman” (W/S/AU/08-06-2015/07.08 WIB). “Ditegur dan diberi hukuman” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB). “Dinasehati dan diberi hukuman” (W/S/YU/08-062015/07.20WIB). “Diberi teguran dan dinasehati juga” (W/S/WS/082015/07.25WIB). “Dinasehati” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB). Adanya kantin kejujuran merupakan sarana dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Peneliti dalam mengetahui tanggapan peserta didik terkait adanya kantin kejujuran sebagai sarana menumbuhkan karakter anti korupsi melakukan wawancara kepada beberapa peserta didik yang peneliti jadikan responden. “Sudah bisa melatih kita untuk bersikap jujur, meskipun masih ada yang curang ketika mengambil uang kembalian” (W/S/NF/08-062015/07.00WIB). “Sudah bisa membuat kita untuk jujur” (W/S/AU/08-062015/07.08 WIB). “Sudah, tapi masih ada yang curang ketika jajan di kantin” (W/S/AB/08-06-2015/07.15 WIB). “Sudah” (W/S/YU/08-06-2015/07.20WIB).“Mampu melatih kejujuran” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). 61 “Kurang karena masih ada yanng mengambil kembaliannya tidak sesuai” (W/S/S/08-06-2015/07.32WIB). 3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Peneliti menanyakan kepada guru pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Responden U memberikan pernyataannya mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi: “Dukungan dari sekolah hanya sebatas dukungan, untuk kegiatan ya begitulah sebagai sekolah negeri kita mempunyai anak didik ada sekitar 25% yang non muslim itulah yang menjadi masalah. Ketika ada jum‟at, acara PHBI, kajian anisa, mereka yang non muslim yang tidak berkewajiban mengikuti acara tersebut seringkali mempengaruhi temannya yang mempunyai kewajiban untuk mengikuti kegiatan tersebut. Adanya sebagian guru yang cuek, dan tidak mau peduli sama siswanya yang penting mereka mengajar di kelas, itu merupakan hambatan bagi saya dalam menumbuhkan karakter-karekter anti korupsi tersebut. Faktor keluarga siswa yang berbeda-beda juga merupakan hambatan bagi menanamkan sikap terpuji bagi saya sebagai guru agama Islam. Misalnya, ada anak yang di rumah dia baik, namun prilaku di sekolah dia sering melanggar peraturan. Adanya kerjasama beberapa guru dalam mengajarakan kejujuran dan kedisplinan pada peserta didik tentu menjadi dukungan dalam hal korupsi itu tadi, karena anak didik harus mempunyai jiwa yang jujur dan displin agar mereka kelak tidak mudah melakukan tindakan korupsi”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). “Kalau dukungan lebih kepada kerjasama semua guru dalam menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti kejujuran, disiplin, tanggungjawa, sikap-sikap itu bisa melatih anak untuk mempunyai sikap anti korupsi. Kalau hambatannya itu, guru agama tidak bisa mengawasi siswanya selama 24 jam, sehingga guru hanya mampu memberi motivasi, dorongan dan arahan agar anak menghindari prilaku pencurian atau bahkan korupsi itu tadi, sebagai guru agama dalam memberikan nasehat dan arahan tentu tidak lepas dari dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang ada dalam agama Islam. 62 Setelah anak keluar dari sekolah yang lebih berperan itu orang tua dan lingkungan masyarakat” (W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB). “Pendukung, segala media selalu menginformasikan tentang akibat berlaku korupsi. Penghambat kurang adanya kesepakatan” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). Melalui hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik sebagai berikut, adanya kerjasama semua guru, ketegasan sekolah dalam menjalankan tata tertib, adanya kantin kejujuran di sekolah, banyak informasi terkait pendidikan karater anti korupsi. Sedangkan faktor penghambat guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karkter anti korupsi di SMK N 1 Salatiga yaitu karena adanya guru yang masih cuek dengan pendidkan akhlaq peserta didik, keterbatasan guru dalam mengawasi peserta didik dan tidak adanya kesepekatan kurikulum. Dalam proses wawancara peneliti juga memberikan pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan kontribusi sekolah dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. U memberikan jawaban sebagai berikut: “Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang uang yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang keluar, tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan. Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi sengaja tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau ginama kita tidak tahu. Selain itu, dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sekolah lebih menekankan pada kedisplinan dan tanggungjawab dalam menaati peraturan sekolah. Ekstrakulikuler juga 63 mengajarkan sikap anti korupsi pada anak- anak karena mereka diajarkan tentang tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa kemandirian dalam diri anak-anak, dan menurut saya itu masuk pada poin-poin penananman sikap anti korupsi” (W/G/U/03-062015/10.04 WIB). SM memberikan pernyataan yang berkaitan dengan kontribusi sekolah dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi: “Kantin kejujuran, hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan, pihak sekolah mengambil kebijakan bagi siswa yang mendapat beasiswa uangnya itu tidak diberikan kepada siswa ataupun orang tua tetapi langsung digunakan untuk biaya pendidikan seperti membayar spp dll. Seperti pengalaman yang sudah-sudah ada anak yang sudah diberikan uang SPP oleh orang tuanya, tetapi tidak dibayarkan ke sekolah, sehingga sekolah mengambil keputusan seperti itu. Jadi peringatan sekolah dalam hal pembayaran SPP saya rasa termasuk kontribusi sekolah dalam hal tanggung jawab dan kejujuran” (W/G/SM/03-062015/10.35WIB). MS memberikan jawaban yang senada: “Kantin kejujuran sebagai kontribusi lembaga SMK N 1 dalam mencegah korupsi, karena dalam kantin kejujuran anak diajarkan praktik langsung untuk berbuat jujur”(W/G/MS/08-062015/13.00WIB). Melalui pernyataan responden di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi lembaga SMK N 1 Salatiga dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi cukup besar. Diadakannya kantin kejujuran sebagai kontribusi pihak lembaga SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Kepercayaan lembaga SMK N 1 Salatiga kepada peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dalam membuat kegiatan sendiri juga mampu melatih peserta didik untuk dapat mandiri dan tanggung jawab. Ketegasan pihak sekolah terhadap tata tertib sekolah sebagai gambaran kontribusi lembaga sekolah dalam melatih kedisiplinan sebagai wujud menumbuhkan karakter anti korupsi. 64 BAB IV ANALISIS DATA A. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Peserta Didik SMK N 1 Salatiga 2014/2015 Pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil wawancara dan observasi di SMK N 1 Salatiga terkait persepsi guru pendidikan agama Islam tentang pendidikan nilai-nilai anti korupsi dan kurikulum PAI yang include dengan pendidikan karakter anti korupsi, serta hasil temuan tentang gambaran nyata implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi di SMK N 1 Salatiga. Menurut hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa persepsi guru pendidikan agama Islam terhadap pendidikan nilai-nilai anti korupsi sangat penting untuk diberikan kepada peserta didik. Menurut pendapat dua responden yang peneliti wawancarai, pendidikan anti korupsi perlu dijadikan kurikulum sendiri, melihat banyaknya kasus korupsi yang melanda negeri ini. “Sangat penting, kalau tidak ada pendidikan tentang itu bagaimana dengan keadaan negara ini, sekarang saja para koruptor juga sudah banyak di negara ini, malah kalau menurut saya seharusnya pendidikan anti korupsi perlu dibuat kurikulum sendiri” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Namun, ada satu pendapat berbeda dari guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga terkait kurikulum anti Korupsi. “Pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan, namun tidak perlu menjadi kurikulum tersendiri, karena dalam kurikulum pada KI1 dan KI-2 sudah memuat sikap religius dan sosial yang didalamnya memuat tentang kejujuran dan tanggungjawab” (W/G/U/03-062015/10.04 WIB) Menurut responden U, pendidikan nilai-nilai anti korupsi tidak perlu dijadikan kurikulum sendiri karena pendidikan nilai-nilai anti korupsi cukup include 65 dengan kurikulum PAI. Sebagaimana tercantum dalam kurikulum PAI pada KI 1 dan KI 2 yaitu mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun dan ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas segala permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Dalam materi pendidikan agama Islam dijelaskan tentang al Qur’an, hadist, fiqih, dan akhlak. Karakter anti korupsi dapat dimasukkan ke dalam materi tersebut. Misalnya ketika membahas tentang rukun iman, salah satunya membahas iman kepada malaikat berserta tugas-tugasnya. Guru pendidikan agama Islam tidak hanya menyampaikan nama-nama malaikat dan apa saja yang menjadi tugasnya, tetapi juga menjelaskan bahwa salah satu tugas malaikat yaitu menulis perbuatan baik dan buruk manusia yaitu malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu, peserta didik akan merasa diawasi, sehingga dalam berbuat kemaksiatan seperti korupsi akan merasa takut. “Dalam pembelajaran agama ada materi tentang kejujuran, rukun iman, rukun Islam dan ibadah. Menurut saya pendidikan nilai-nilai anti korupsi dapat dimasukkan dalam materi tersebut. Misalnya dengan mempelajari tentang rukun iman, di situ ada iman kepada malaikat berserta tugas-tugasnya. Salah Satu tugas malaikat yaitu mencatat perbutan baik dan buruk yang dilakukan manusia, yaitu malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu, anak menjadi merasa selalu ada yang mengawasi sehingga ketika melakukan pencurian atau perampokan, karena korupsi juga termasuk pencurian bahkan korupsi itu merupakan perampokan secara besar-besarankan, mereka akan merasa takut. Oleh karena itu, secara tidak langsung kurikulum PAI sudah memuat tentang pendidikan anti korupsi” (W/G/SM/03-062015/10.35WIB). Karakter anti korupsi seperti kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan 66 dan mandiri yang termuat dalam kurikulum PAI diungkapkan oleh peserta didik, seperti yang diungkapkan responden sebagai berikut: “ Ada” (W/S/YU/08-06-2015/07.20 WIB). “Ada materi tentang kejujuran” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). SMK N 1 Salatiga sudah mencerminkan sebagai sekolah yang menanamkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Seperti banyaknya kegiatan yang mampu melatih peserta didik untuk mempunyai karakter anti korupsi, seperti kegiatan MDMA atau Majaelis Doa Mawar Allah, Infak, jum’at bersih, ekstrakulikuler dan terdapatnya kantin kejujuran. “Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT, karena banyak anak yang suka menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih kejujuran, dan kegiatan jum‟at bersih dapat melatih tanggungjwab” ( W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Kegiatan MDMA atau Majaelis Doa Mawar Allah yang diadakan SMK N 1 Salatiga melatih peserta didik untuk berbuat jujur. Kebiasaan peserta didik untuk menyuruh temannya mengabsenkan menjadi hal yang harus dicegah karena budaya yang seperti itu apabila tidak segera dicegah akan menimbulkan budaya tidak jujur dan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan di kehidupan mendatang. Peserta didik yang ketahuan berbuat curang dengan menyuruh temannya mengabsenkan, maka akan diberi hukuman sebagai balasan dari perbuatannya. Pemberian hukuman akan melatih peserta didik bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan dan membuat peserta didik jera dalam melakukan kecurangan. Selain itu dalam menumbuhkan sikap 67 tanggung jawab SMK N 1 Salatiga mengadakan kegiatan rutin setiap hari jum’at untuk bersih-bersih bersama. Peserta didik SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan sikap adil dilatih untuk berinfak. Kantin kejujuran yang berada di SMK N 1 Salatiga merupakan gambaran nyata implementasi pendidikan nilai-nilai anti korupsi yang ada di sekolah. Peilaku jujur peserta didik dapat diuji melalui kantin kejujuran yang berada di sekolah. Peserta didik dapat mengambil barang yang dia suka, membayar sesuai harga barang yang tertera serta mengambil kembalian sendiri tanpa ada yang mengawasi. Hal itu akan melatih peserta didik untuk benarbenar menerapkan karakter anti korupsi dalam hal kejujuran. Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang uang yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang keluar, tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan. Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi sengaja tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau gimana kita tidak tahu. B. Peran dan Cara Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Peran Guru Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Peran guru agama Islam sebagai guru mata pelajaran mempunyai peran yang sama, apabila dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain. Peran dan tanggung jawab semua guru yaitu mendidik akhlak peserta 68 didik, apalagi dalam menumbuhkan karkater anti korupsi karena korupsi merupakan musuh setiap individu dalam menegakkan hukum yang ada. Peran guru tersebut seperti, memberi informasi, memberikan nasihat, motivasi dan sebagai teladan atau role model. “Peran guru agama Islam tidak ada bedanya dengan guru pada mata pelajaran lain, karena sama-sama mempunyai peran dan tanggungjawab dalam hal mendidik akhlak peserta didik. Hal itu tercantum dalam KI 1 dan KI 2 tadi yang menjuru kepada anti korupsi, humanisme, pluralisme dll. Peran-peran itu seperti, memberi informasi, memberikan nasihat, guru juga harus bisa menjadi teladan”(W/G/U/03-06-2015/10.04WIB). “Pada prinsipnya sama karena korupsi merupakan musuh kita bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai pemberi informasi dan mediator” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). Melalui wawancara dan observasi peneliti menemukan ada satu guru agama Islam yang berpendapat bahwa guru pendidikan agama Islam lebih berperan dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, dikarenakan guru agama Islam dalam menyampaikan segala sesuatu selalu berpegang teguh pada sumber yang terpercaya . Seperti yang diungkapkan SM: “Perannya sama dengan guru yang lain, hanya saja lebih dominan kalau sebagai guru agama, karena guru agama itu dalam menyampaikan segala sesutu mempunyai dalil, hadist, kaidah dll” (W/G/SM/08-06-2015/10.35WIB). Peran guru yang disampaikan responden selaras dengan peraturan UndangUndang No 14 Tahun 2005 tentang tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Redaksi Sinar Grafika,2006: 2). 69 Mencermati uraian di atas, nampaknya ada keselarasan dalam menjalankan peran guru dengan teori kepribadian dalam hal pembentukan karakter. Sebagaimana yang diungkapkan sebagai berikut, teori behavioristik menurut skinner bahwa hukuman dan ganjaran menentukan perilaku. Dalam teori ini juga mengatakan bahwa lingkungan mempengaruhi karakter seseorang. Teori kognitif menjadi tempat yang mengandung pikiran di mana kemungkinan proses-proses mental individu terjadi. Proses-proses tersebut diantaranya, mengingat, mengambil keputusan, merencanakan, menentukan tujuan, dan kratif. Social learning theory yang merupakan teori miliki Albert Bandura ini mengemukakan bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon dan peniruan. Faktor pembentukan perilaku berdasarkan pendekatan ini adalah perhatian, representation melalui ingatan, peniruan tingkah laku model, motivasi dan penguatan. (Yusuf, dan Nurihsan. 2008: 127, 132 dan 168) Teori kepribadian tersebut sebagai teori yang digunakan dalam pembentukan karakter anti korupsi pada peserta didik di SMK N 1 Salatiga. Seabagimana hasil wawancara mengenai peran guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik, sebagai berikut: a. Memberi Informasi “Peran itu seperti memberi informasi, motovasi dan pengarahan disela-sela pembelajaran. Agar mereka 70 mempunyai akhlak yang terpuji, termasuk jiwa yang anti korupsi”(W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB). Disela-sela pelajaran guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga memberi informasi berkaitan merabahnya penyakit korupsi yang tengah melanda negeri ini. Penanaman akhlak terpuji pada peserta didik disela-sela pelajaran sebagai langkah membentengi peserta didik untuk mempunyai jiwa anti korupsi. b. Memberikan Nasihat “Selalu memberikan nasihat agar selalu berbuat jujur dalam segala aspek kehidupan karena Allah mengetahui segala yang dilakukan manusia” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). Pada proses pembelajaran guru pendidikan agama Islam memberikan nasihat kepada peserta didik untuk selalu berprilaku baik dan jujur, karena Allah Maha Mengetahui apa yang dilakukan manusia. Guru SMK N 1 Salatiga yang selalu memberi nasihat untuk selalu berbuat jujur disampaikan peserta didik yang berinesial NF: “Sudah, dengan selalu mengingatkan untuk berbuat jujur” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Sudah, menasehati tentang kejujuran” (W/S/YU/08-062015/07.20WIB). Selain kejujuran guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga selalu memberikan nasihat agar peserta didik cerdas dalam memilih teman. Peserta didik tingkat SMK tergolong sebagai pribadi dalam fase labil dan perilaku kehidupannya lebih terpengaruh pada lingkungan pergaulan. Pergaulan yang salah akan berpengaruh pada karakter yang dimiliki peserta didik di masa mendatang, sekalipun sudah tidak ada komunikasi dengan temannya tadi. 71 “saya selalu menasehati anak-anak untuk pandai memilih teman. Kalau mereka salah memilih teman, prilaku mereka juga kan mengikuti teman sebayanya. Misalnya jika mereka berteman sama orang yang suka mencuri, mencontek, sering bolos sekolah atau melanggar peraturan sekolah maka anak itu akan ikut-ikut berperilaku menyimpang. Hal itu bisa mempengaruhi kepribadian anak ketika dia dewasa dan bahkan ketika mereka sudah tidak menjalin hubungan dengan temannya tadi” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). c. Sebagai Teladan atau Role Model Guru pendidikan agama Islam harus mampu menjadi role model atau teladan dalam kehidupan keseharian, bukan hanya bisa bicara dan menyuruh kepada peserta didik untuk berprilaku terpuji. “Guru sebagai teladan harus bisa mengajarkan peserta didik melalui tindakan langsung, bukan hanya sekedar bicara saja. Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat waktu dalam memulai pembelajaran, dan selesai pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi jam tujuh tepat semua anak wajib sudah berada di sekolah, bagi anak yang terlambat kita beri pengarahan dan kita suruh bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu cara pendidikan karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak terlambat berarti dia sudah melakukan korupsi waktu”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Guru pendidkan agama Islam SMK N 1 Salatiga memberikan teladan kepada peserta didik diantaranya dengan on time dalam pembelajaran. Guru SMK N 1 Salatiga tidak hanya menyuruh peserta didik agar tepat waktu sampai di sekolah, tetapi juga memberi teladan dengan membiasakan diri untuk tepat waktu dalam setiap kegiatan. Peran guru sebagai role model dalam hal ketepatan waktu sudah tercermin dalam keseharian, seperti yang diungkapkan responden sebagai berikut: 72 “Salama ini sudah” (W/S/NF/08-06-2015/07.00WIB). “Sudah tepat waktu” (W/S/WS/08-2015/07.25WIB). d. Mediator Tugas dan peran Guru pendidikan agama Islam tidak hanya sebagai pengajar atau pemberi informasi saja, melainkan mampu menjadi perantara bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. “Pada prinsipnya sama karena korupsi merupakan musuh kita bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai pemberi informasi dan mediator” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). Guru pendidikan agama Islam berperan sebagai perantara dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. MS mengungkapkan bahwa korupsi merupakan musuh bersama, dan guru sebagai orang tua peserta didik di sekolah berperan dalam menumbuhkan karakter yang mencerminkan sikap anti korupsi. Peran guru sebagai perantara baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. 2. Cara Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Menurut KPK (Komisi Pemberantasan Komisi) yang tertuang dalam bukunya, Tunas Integritas, ada sembilan Integritas yang perlu ditanamkan pada anak sejak dini dalam usaha memerangi korupsi. Nilainilai anti korupsi itu seperti jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, mandiri dan adil (kompas.com). Cara guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sebagai berikut: a. Melatih shalat lima waktu secara tepat waktu 73 “Anak-anak dilatih kejujuran dengan melakukan shalat lima waktu secara tepat waktu, peserta didik diberikan buku mentor sebagai pengendali yang diisi setiap kali shalat sebagai bukti ketaatan peserta didik dalam beribadah dan buku itu diisi baik di sekolah maupun di rumah” W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Shalat secara tepat waktu merupakan sunnah bagi orang Islam. Ketaatan dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu mengandung banyak makna yang mencerminkan karakter anti korupsi. Ketaatan dalam menjalankan shalat lima waktu mengandung nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga memberikan buku mentor sebagai pengendali bagi peserta didik dalam menjalankan rukun Islam yang ke dua yaitu shalat. Buku tersebut sebagai bukti ketaatan peserta didik dalam beribadah. Melalui buku pengendali tersebut peserta didik dilatih untuk jujur terhadap diri sendiri, Allah dan orang lain. Lewat kedisiplinan peserta didik dalam menjalankan shalat lima waktu dapat melatih peserta didik untuk disiplin dalam segala hal. Pengisian buku mentor atau pengendali sebagai strategi guru pendidikan agama Islam dalam mendidik tanggung jawab pada peserta didik. b. Menghargai kejujuran peserta didik “Kita harus menanamkan sikap yang jujur pada anak didik, meskipun hal kecil seperti mencotek. Saya selalu menekankan pada anak-anak untuk selalu jujur dan percaya diri pada jawaban mereka. Saya lebih menghargai anak yang mendapat 74 nilai sedang tetapi jujur, daripada mendapat nilai bagus dengan hasil mencontek atau hasil kerja sama dengan teman” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Menghargai kejujuran peserta didik dalam menyelesaikan tugas maupun mengerjakan ujian sebagai cara yang ditempuh guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik SMK N 1 Salatiga. Menghargai hasil jawaban peserta didik yang jujur menjadikan peserta didik terhindar dari perbuatan mencontek ataupun kerja sama dengan temannya. Mencontek merupakan perbuatan tercela dalam kategori dosa ringan. Namun, akibat yang ditimbulkan dari budaya mencontek sangat fatal yaitu budaya korupsi. Peserta didik yang melakukan perbuatan mencontek berarti dia telah melakukan tindakan berbohong kepada dirinya sendiri, orang tua dan guru. Peserta didik yang terbiasa mencontek bukan tidak mungkin akan mudah melakukan kecurangan di masa dewasanya. Kebiasaan kerja sama dengan temannya ketika ujian akan membiasakan peserta didik untuk berani mengajak atau menerima ajakan dalam melakukan perbuata tercela. Kebiasaan tersebut apabila tidak dihentikan dapat melatih peserta didik untuk selalu menjalin kerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuannya, meskipun dengan perbuatan yang dilarang. Hal itu akan menjadi masalah besar ketika peserta didik telah dewasa, apalagi ketika peserta didik mejabat sebagai pemimpin bangsa ini. 75 c. Menggunakan metode pembelajaran yang mampu melatih sikap jujur, tanggungjawab, mandiri dan percaya diri. Metode tersebut seperti, pasar informasi dan diskusi. Dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa, kegiatan belajar mengajar dalam rangka mendapatkan informasi dan sebagainya lebih banyak dilakukan oleh murid. Dengan cara demikian, siswa sudah mulai terlatih bersikap kreatif, mandiri dan produktif, yakni memiliki sifat yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi masyarakat maju (Nata, 2007: 85). Hal itu selaras dengan metode pembelajaran yang digunakan guru SMK N 1 Salatiga, seperti yang diungkapkan responden sebagai berikut: “Dalam pembelajaran PAI saya dan teman-teman yang lain menerapkan beberapa metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya monoton guru ceramah di depan. Salah satu metode yang saya pakai yaitu belanja informasi. Belanja informasi yaitu anak-anak menggali informasi sendiri, kemudian temannya berbelanja informasi di situ, setelah itu informasi yang didapat disampaikan kepada teman-temannya. Informasi tersebut apakah untuk dirinya sendiri atau disampaikan kepada orang lain, apakah informasi tadi ditambahi atau dikurangi, hal itu juga bisa melatih kejujuran pada anak. Melalui metode pembelajaran tersebut mampu mengajarkan anak menjadi mandiri, tanggungjawab, kreatif dalam menggali informasi, dan yang paling penting anak berani mengungkapkan apa yang sudah dia peroleh”(W/G/U/03-06-2015/10.04WIB). Meminimalkan metode ceramah akan membuat pembelajaran lebih efektif dan tidak membosankan. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga menggunakan metode belanja informasi dan diskusi . Belanja Informasi yaitu peserta didik secara kelompok disuruh untuk 76 mencari informasi materi pembelajran sendiri, setelah itu pengetahuan tentang materi pembelajran disampaikan kepada kelompok lain. Guru juga menyampaikan materi kepada kelompok yang mendapat tugas mencari informasi, dan kelompok tesebut diberi tanggung jawab untuk menyampaikan kepada temannya. Melalui metode pasar informasi peserta didik dilatih untuk tanggung jawab atas tugas yang diberikan dan melatih peserta didik untuk jujur. Peserta didik yang tidak jujur tidak akan menyampaikan materi secara menyeluruh kepada temantemannya. Rasa peduli juga terbentuk dari metode pasar informasi ini, peserta didik dilatih untuk peduli dengan pemahaman temannya mengenai informasi yang disampaikan. Metode diskusi sebagai metode guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam melatih peserta didik untuk berkerja sama dengan orang lain. Mandiri, tanggung jawab, creative, percaya diri dan kuat pendirian akan tumbuh melalui metode diskusi. Metode diskusi juga mengajarkan peseta didik untuk berani menyampaikan hasil diskusi. Hal itu akan berguna di masa mendatang, peserta didik akan terbiasa berani terhadap kebenaran yang dia ketahui. Sebagaimana yang diungkapkan SM: “Ketika pembelajaran anak tidak hanya menjadi pendengar saja, saya sering menyuruh mereka untuk mencari materi sendiri, kemudian mendiskusikan dan memperesentasikan hasil diskusi. Dalam proses pembelajaran tersebut anak selain belajar tanggungjawab juga dilatih mandiri, pecaya diri untuk menyampai hasil karnyanya, anak juga lebih kreatif dan yang lebih penting akan berlatih kuat dengan pendirian yang ada serta anak itu akan lebih menghargai orang lain, karena 77 dalam presentasi anak tentu akan memperoleh sanggahan ataupun usulan dari kelompok lain” (W/G/SM/03-062015/10.35 WIB). d. Peserta didik dilatih tanggungjawab “Dalam mengajarkan tanggungjawab itu biasanya saya sering menyuruh siswa meminjam dan mengembalikan barangbarang kepenggandaan, hla itu sacara tidak langsung mengajarkan mereka rasa tanggungjawab apakah segera dikembalikan atau tidak dan biasanya kalau telat mengembalikan barang yang dipinjam maka pihak penggandaan akan menanyakan ke guru yang menyuruh tadi, sehingga guru jadi tahu anak bertanggungjawab apa tidak”(W/G/SM/03-06-2015/10.35). Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam proses pembelajaran seringkali menyuruh peserta didik untuk meminjam barang ke pengganaan sebagai cara guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter tanggungjawab. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab juga melalui kegiatan ekstrakulikuler. Peserta didik yang mengikuti ekstrakulikuler diberi tanggung jawab atas kegiatan yang telah direncanakan. Kebiasaan bertanggung jawab atas keputasan diambil merupakan bekal peserta didik dalam menyongsong kehidupan di masa dewasanya, karena pelajar sebagai penerus bangsa. SMK N 1 Salatiga juga mengadakan kegiatan rutin hari jum’at yaitu bersih-bersih bersama. Kegitan tersebut selain mengandung nilai keindahan dan kebersihan juga mengandunng nilai-nilai tannggung jawab. Peserta didik dilatih bertanggung jawab atas tugas yang yang 78 telah di bagi sesuai kelas, karena setiap tempat sudah ada bagian-nagian masing-masing dalam membersihkan. d. Melatih peserta didik untuk tepat waktu “Guru sebagai teladan harus bisa mengajarkan peserta didik melalui tindakan langsung, bukan hanya sekedar bicara saja. Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat waktu dalam memulai pembelajaran, dan selesai pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi jam tujuh tepat semua anak wajib sudah berada di sekolah, bagi anak yang terlambat kita beri pengarahan dan kita suruh bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu cara pendidikan karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak terlambat berarti dia sudah melakukan korupsi waktu”(W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Kedisiplinan sebagai karakter anti korupsi yang perlu ditanamkan dalam pribadi peserta didik. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga mengajarkan untuk tepat waktu kepada peserta didik. Kedisiplinan waktu tidak hanya ketika datang ke sekolah yaitu jam tujuh harus sampai sekolah, tetapi juga on time ketika mengumpulkan tugas maupun ketika masuk kelas. Sebagaimana yang disampaikan SM. “Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas, mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada siswa yang terlambat maka ada saknsi tersendiri” (W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). e. Pendidikan di luar kelas Peserta didik diwajibkan ikut kegiatan MDMA (Majelis Doa Mawar Allah), jum’at bersih, infak dan kajian an-Nissa. “Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua 79 dan RT, karena banyak anak yang suka menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum‟at itu melatih kejujuran, kajian melatih mereka displin juga, jum‟at bersih” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga tidak hanya melakukan pembejaran dalam kelas, namun juga di luar kelas. Guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga mengadakan kegiatan wajib diikuti oleh pesrta didik setiap hari minggu di minggu pertama, yaitu kegiatan majelis doa mawar Allah. Kegiatan tersebut merupakan kegitan amal dan doa bersama. Kegiatan MDMA akan melatih peserta didik untuk peduli dengan sesama. Guru pendidikan agama Islam juga mengabsen bagi peserta didik yang berangkat, dan bagi peserta didik yang tidak datang dia akan mendapat hukuman. Hukuman yang diberikan akan melatih peserta didik untuk tanggung jawab terhadap kewajiban yang diberikan kepada peserta didik. Infak dalam menyabut PHBI sebagai cara yang ditempuh guru pendidikan agama Islam dalam membangun rasa peduli pada peserta didik. Kegiatan rutin jum’at bersih sebagai cara yang ditempuh guru SMK N 1 Salatiga dalam melatih tanggung jawab. Biasanya kegiatan jum’at bersih tersebut dengan membagi setiap tempat untuk dijadikan tanggung jawab per kelas. Peserta didik SMK N 1 Salatiga dilatih menjadi pribadi yang tanggung jawab melalui kegiatan jum’at bersih tersebut. 80 f. Pemberian Sanksi “Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas, mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada siswa yang terlambat maka ada saknsi tersendiri”(W/G/SM/03-06-2015/10.35 WIB). Guru SMK N 1 Salatiga dalam memberikan hukuman bagi peserta didik yang terlambat, baik terlambat datang ke sekolah maupun masuk kelas, mengumpulkan tugas, melanggar peraturan sekolah dan lain-lain bukan dengan cara pemberian hukuman fisik. Guru SMK N 1 Salatiga dalam memberikan hukuman hanya sebatas membuat jera peserta didik, sehingga hukuman yang diberikan ialah hukuman yang mendidik. Hukuman tersebut seperti, diberi pengarahan, suruh bersihbersih, menulis ayat-ayat al qur’an yang ditanda tangani oleh RT dan membaca istighfar. Sebagaimana yang diungkapkan responden berikut: “Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur‟an yang ditandatangani orang tua dan RT” ( W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). C. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Pada Peserta Didik SMK N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 Korupsi jelas merupakan perbuatan tercela yang harus disingkirkan. Namun untuk memberantasnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, dan saling berkerja sama diantara sesama guru itu sendiri. Adanya kolaborasi yang cantik antara guru akan menjadi pemicu yang tepat sehingga peserta didik yakin dan percaya bahwa korupsi adalah penyakit manusia yang harus dihindari, dan sebisa mungkin 81 untuk dilawan dengan kekuatan moral dan ajaran agama yang benar (Kusumah, 2012: 226). 1. Faktor-Faktor Pendukung Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi Faktor pendukung guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik, sebagai berikut: a. Dukungan dan kerjasama mayoritas guru “Kalau dukungan lebih kepada kerjasama semua guru dalam menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti kejujuran, disiplin, tanggungjawab, sikap-sikap itu bisa melatih anak untuk mempunyai sikap anti korupsi” (W/G/SM/03-062015/10.35WIB). Dukungan dan kerja sama mayoritas guru merupakan dukungan bagi guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Tanpa adanya kerjasama dalam menumbuhkan karakter anti korupsi seperti, kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab maka tujuan dalam memberantas korupsi dari bibit-bibitnya tidak akan mampu untuk diwujudkan. b. Adanya fasilitas sekolah seperti kantin kejujuran “Kantin kejujuran sebagai kontribusi lembaga SMK N 1 dalam mencegah korupsi, karena dalam kantin kejujuran anak diajarkan praktik langsung untuk berbuat jujur”(W/G/MS/0806-2015/13.00WIB). Sikap jujur sebagai hal utama dalam menumbuhkan sikap anti korupsi pada peserta didik. Ketika seseorang sudah mempunyai benteng untuk selalu berbuat jujur, maka dia akan sulit tergoda untuk berbuat korupsi. Kantin kejujuran yang berada di SMK N 1 Salatiga merupakan dukungan pihak sekolah dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada 82 peserta didik. Peserta didik SMK N 1 Salatiga ditanamkan prilaku jujur dalam kesehariannya melalui kantin kejujuran. c. Ekstrakulikuler “Ekstrakulikuler juga mengajarkan sikap anti korupsi pada anak- anak karena mereka diajarkan tentang tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa kemandirian dalam diri anak-anak, dan menurut saya itu masuk pada poin-poin penanaman sikap anti korupsi” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Kepercayaan pihak sekolah terhadap peserta didik dalam manage kegiatan akan mengajarkan peserta didik untuk mandiri dan mempunyai tanggung jawab terhadap setiap keputasan yang diambil. Guru memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk mengadakan suatu kegiatan dalam ekstrakulikuler, dan guru hanya sebagai pengawas. Hal itu melatih peserta didik untuk memiliki sikap mandiri dan tanggung jawab sebagai karakter anti korupsi. d. Banyaknya media informasi tentang bahaya korupsi “Pendukung, segala media selalu menginformasikan tentang akibat berlaku korupsi” (W/G/MS/08-06-2015/13.00 WIB). Tekhnologi yang semakin canggih mampu membantu guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhka karakter anti korupsi. Melalui media informasi peserta didik dapat mengetahui informasi terkait korupsi yang sedang melanda negeri ini. Peserta didik juga dapat mengetahui mengenai akibat yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi. Informasi tersebut akan mempermudah guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi, karena guru dapat langsung mengambil fenomena yang terjadi lewat berita yang sedang berkembang. e. Peraturan yang tegas dari lembaga sekolah 83 “Kantin kejujuran, hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan, pihak sekolah mengambil kebijakan bagi siswa yang mendapat beasiswa uangnya itu tidak diberikan kepada siswa ataupun orang tua tetapi langsung digunakan untuk biaya pendidikan seperti membayar spp dll. Seperti pengalaman yang sudah-sudah ada anak yang sudah diberikan uang SPP oleh orang tuanya, tetapi tidak dibayarkan ke sekolah, sehingga sekolah mengambil keputusan seperti itu. Jadi peringatan sekolah dalam hal pembayaran SPP saya rasa termasuk kontribusi sekolah dalam hal tanggungjawab dan kejujuran” (W/G/SM/03-06-2015/10.35WIB). Peraturan yang tegas dari pihak sekolah dalam memberikan efek jera pada peserta didik sebagai dukungan bagi guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. Guru pendidikan agama Islam tidak akan berhasil secara maksimal dalam mendidik anak untuk disiplin dan taat terhadap peraturan, apabila pihak sekolah tidak tegas dalam pemberian hukuman. Dukungan pihak sekolah yang tegas terhadap peserta didik yang melanggar peraturan sebagai cara mendidik peserta didik dalam mempunyai sikap tanggung jawab, dan sebagai cara yang mampu membuat jera peserta didik dalam melanggar peratuaran. Ketegasan pihak sekolah untuk menggunakna beasiswa miskin bagi peserta didik sebagai biaya SPP merupakan cara agar beasiswa tersebut tepat sasaran. Belajar dari masa lalu, dimana ada orang tua peserta didik yang menyalahgunakan uang beasiswa untuk keperluan pribadi bukan keperlukan pendidikan akan merugikan pihak sekolah dan anak itu sendiri. Beasiswa yang diterima langsung dibayarkan pihak sekolah sebgai biaya pendidikan. Ketegasan pihak sekolah tersebut sebagai upaya agar uang beasiswa dari pemerintah tidak salah sasaran. 2. Faktor Penghambat Dalam Menumbuhkan Karakter Anti Korupsi 84 Faktor penghambat guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik, sebagai berikut: a. Belum meratanya kesadaran guru tentang akhlak peserta didik “Adanya sebagian guru yang cuek, dan tidak mau peduli sama siswanya yang penting mereka mengajar di kelas, itu merupakan hambatan bagi saya dalam menumbuhkan karakterkarekter anti korupsi tersebut” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Adanya guru yang hanya berperan sebagai pengajar tanpa mau peduli dengan pendidikan akhlak peserta dididk merupakan hambatan guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Guru yang hanya menyampaikan materi di kelas dan tidak memberi nasihat dan tidak mengarahkan peserta didik untuk mempunyai sifat-sifat terpuji seperti nilai-nilai yang tertanam dalam karakter anti korupsi, akan menjadikan peserta didik hanya tahu tetapi tidak diamalkan dalam kehidupan keseharian. b. Keterbatasan waktu dalam mengawasi peserta didik “Kalau hambatannya itu guru agama tidak bisa mengawasi siswanya selama 24 jam, sehingga guru hanya mampu memberi motivasi, dorongan dan arahan agar anak menghindari prilaku pencurian atau bahkan korupsi itu tadi, sebagai guru agama dalam memberikan nasehat dan arahan tentu tidak lepas dari dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang ada dalam agama Islam. Setelah anak keluar dari sekolah yang lebih berperan itu orang tua dan lingkungan masyarakat. (W/G/SM/03-062015/10.35WIB). Keterbatasan waktu guru dalam mengawasi peserta didik sebagai faktor penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. 85 Guru hanya mampu mengawasi peserta didik selama peserta didik berada di lingkungan sekolah, sedangkan di luar sekolah yang mampu mengawasi mereka yaitu orang tua dan lingkungan sekitar. Dalam mengatasi hal ini guru selalu memberikan motivasi, nasihat dan pengarahan agar peserta didik menghindari perbuatan tercela. Pemberian nasihat serta melatih langsung peserta didik untuk berperilaku terpuji sebagai cara yang di tempuh guru pendiidkan agama Islam dalam menyikapi tugas guru yang tidak dapat mengawasi peserta didik selama 24 jam. c. Latar belakang peserta didik yang beragam “Faktor keluarga siswa yang berbeda-beda juga merupakan hambatan bagi menanamkan sikap terpuji bagi saya sebagai guru agama Islam” (W/G/U/03-06-2015/10.04 WIB). Cara yang ditempuh orang tua dalam mendidik akhlak anak beragam dari keluarga satu dengan yang lainnya. Kondisi keluarga setiap peserta didik juga berbeda. Pendidikan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pribadi peserta didik. Latar belakang keluarga peserta didik yang berbeda tersebut sebagai salah satu faktor penghambat dalm menumbuhkan karakter anti korupsi. Ada peserta didik yang dari kecilnya sudah dilatih untuk mempunyai sikap disiplin, jujur, peduli dengan orang lain dan tanggung jawab. Namun, juga ada peserta didik yang tidak didik untuk menerapkan prilaku yang mencerminkan karakter anti korupsi tersebut. Peserta didik yang tidak dilatih jujur dan tanggung jawab di lingkungan rumah akan menjadi hambatan sendiri dalam menumbuhkan karakter anti korupsi. 86 d. Tidak ada keseragaman kurikulum “Penghambat kurang adanya kesepakatan” (W/G/MS/08-062015/13.00 WIB). Pendidikan anti korupsi hanya sebagi hidden curriculum. Kurikulum mengenai pendidikan anti korupsi hanya dilaksanakan melalui suri teladan yang menampakkan sikap dan perilaku anti korupsi, tanpa adanya tujuan dan program yang terencana. Adannya kesepakatan pemerintah terkait kurikulum anti korupsi, akan gmembuat pendidikan anti korupsi lebih terarah dan terlaksana dengan baik. 87 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian dan data yang penulis sajikan pada bab-bab sebelumnya dalam laporan skripsi ini, maka penulis mengambil kesimpulan: 1. SMK N 1 Salatiga sudah mencerminkan pendidikan anti korupsi di lingkungan sekolah. Pendidikan anti korupsi dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas. Sementara tentang perlunya kurikulum tersendiri mengenai anti korupsi terdapat dua pendapat. Sebagian guru PAI berpendapat kurikulum pendidikan anti korupsi tidak perlu ada tersendiri, karena sudah include dalam kurikulum PAI. Sebagian yang lain menekankan kurikulum pendidikan anti korupsi dibuat secara tersendiri, mengingat pentingnya pendidikan anti korupsi dalam konteks sekarang ini. 2. Guru pendidikan agama Islam mempunyai peran penting dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi. Peran tersebut seperti, memberi informasi atau pengetahuan, memberi nasihat, memeberi arahan atau pengarah dan sebagai teladan. 3. Cara yang ditempuh guru pendidikan agama Islam SMK N 1 Salatiga dalam menjalankan perannya untuk menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik, yaitu melatih shalat lima waktu secara tepat waktu, menghargai kejujuran peserta didik, menggunakan metode pembelajaran yang mampu melatih sikap anti korupsi seperti pasar informasi dan diskusi, peserta didik dilatih tanggungjawab, warung kejujuran, melatih 88 peserta didik untuk tepat waktu, pembelajaran di luar kelas dan pemberian sanksi. 4. Pendukung dalam menumbuhkan karakter anti korupsi di SMK N 1 Salatiga yaitu dukungan dan kerjasama moyoritas guru, adanya fasilitas sekolah seperti kantin kejujuran, kegiatan ekstrakulikuler seperti SKI, banyaknya media informasi tentang bahaya korupsi, peraturan yang tegas dari lembaga sekolah dll. Sedangkan yang menjadi hambatan yaitu belum meratanya kesadaran guru tentang akhlak peserta didik, keterbatasan waktu dalam mengawasi peserta didik, latar belakang peserta didik yang beragam dan tidaknya adanya keseragaman kurikulum. B. SARAN Berdasarkan Kesimpulan yang penulis uraikan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya ke arah yang lebih baik, yaitu : 1. Lembaga Sekolah Perlu diadakan kegiatan yang melatih kesadaran peserta didik untuk melawan dan mencegah tindakan korupsi dari hal yang paling kecil yaitu mencontek, membolos dan melanggar peraturan sekolah. 2. Bagi Orang Tua Pendidikan anti korupsi perlu diajarkan pada anak sejak kecil, seperti membiasakan bersikap jujur dan tanggung jawab. 89 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Abu dan Sholeh Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. Asdiqoh, Siti. 2013. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Trustmedia Publishing. Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djaja, Ermansjah. 2010. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika. Djamarah Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hartanti, Evi.2005. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika Irfan, Muhammad Nurul. 2009. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif Fikih Jinayah. Jakarta: Dapertemen Agama RI. Isjoni. 2006. Gurukah Yang Dipersalahkan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jalaluddin. 2006. Korupsi Hukum dan Moralitas Agama Mewacanakan Fikih Anti Korupsi. Yogyakarta: Gema Media Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, & Johar Permana. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Klitgaard, Robert. 2001. Membasmi Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Kusumah, Wijaya. 2012. Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya. Jakarta:Indeks. Lopa, Baharuddin. 2001. Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum. Jakarta:Kompas. Margono. 1997. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Moleong, Lexy.J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nata, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Saliman, Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan dan Pengajaran Umum.Jakarta: Rineka Cipta Samana. 1994. Profesionalisme Guru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. dan 90 Simanjuntak dan Pasaribu. 1984. Teori Kepribadian. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Stronge, James. 2013. Kompetensi Guru-Guru Efektif. Jakarta: Indeks. Poernomo, Hadi Soen’an. 2013. Berani Korupsi Itu Memalukan. Jakarta: Imania. Redaksi Sinar Grafika. UU Guru dan Dosen (UU RI No.14 Th.2005, ).2006. Jakarta: Sinar Grafika). Uno, Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Jakarta: Remaja Rosadakarya. Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-nilai Target. Yogyakarta:UNY Press. (http://www.kompasiana.com/ariefma/bibit-bibit-korupsi-tumbuh-dalam-bangkusekolah) diundah tanggal 25 Juli 2015. www.umm.ac.id diunduh pada tanggal 1 Mei 2015 www.kompas. com diunduh pada tanggal 1 Mei 2015. 91 DAFTAR NILAI SKK Nama : NIDHAUL KHUSNA NIM : 11111033 P.A. : Rovi’in, M.Ag No. 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jenis Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga Achievement Motivation Training (AMT) oleh Ittaqo dan CEC STAIN Salatiga Orientasi Dasar Keislaman (ODK) oleh STAIN Salatiga Seminar Entrepreneurship dan Koprasi oleh Kopma dan KSEI STAIN Salatiga USER EDUCATION oleh UPT PERPUSTAKAAN STAIN Pelatihan dan Latihan Calon Pramuka Pandega (PLCPP) ke-21 oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga Daurah Mar’atus Shalihah (DMS) “Let’s be an Inspiring Women” oleh LDK Darul Amal Public Hearing “Meningkatkan Kepekaan dan Transparansi Kinerja Lembaga Menuju Kampus yang Amanah” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga Pelatihan Penggunaan Maktabah Syamilah & Pengetikan Arab Cepat (STAIN ARABY) “Bahasa Arab Sebagai Penunjang Perkuliahan Mahasiswa” oleh Ittaqo STAIN Salatiga Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Djoko Tingkir Salatiga Seminar Regional Jurusan Progdi : Tarbiyah : PAI Pelaksanaan Jabatan Nilai 20-22 Agustus 2011 Peserta 3 23 Agustus 2011 Peserta 2 24 Agustus 2011 Peserta 2 25 Agustus 2011 Peserta 2 20 September 2011 Peserta 2 30 September – 03 Oktober 2011 Peserta 2 24 November 2011 Peserta 2 15 Maret 2012 Peserta 2 17 Maret 2012 Peserta 2 23-25 Maret 2012 Peserta 2 03 Mei 2012 Peserta 4 92 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. “Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran” oleh DEMA STAIN Salatiga Agenda Milad X LDK Darul Amal (Lomba Cerpen Islami) oleh LDK Darul Amal STAIN Salatiga Program Ma’had Mahasiswa selama 1 tahun. Amalan Ramadhan Racana (ARR) ke-14 oleh Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega (PLCPP) ke-22 oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga Dialog Publik dan SilaturahimNasional “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat” oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga Ijazah Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) oleh IAIN Surakarta Tabligh Akbar “Tafsir Tematik dalam Upaya Menjawab Persoalan Israel dan Palestina, Landasan QS. AlFath:c26-27” oleh JQH STAIN Salatiga SK Pengangkatan Dewan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga masa bhakti 2013 Short Course on TOEFL Preparation Focusing on Structure and Written Expression Test oleh PonPes. Salafiyah Pulutan, Salatiga Penataran Ustadz/Pengelola TKATPA Tingkat Dasar “Manajemen dan Administrasi TKA-TPA, Metodologi IQRO’ dan Pengelolaan Kelas” oleh Yayasan 17 Mei 2012 Peserta 2 07 Juli 2012 Peserta 2 03-07 Agustus 2012 Panitia 3 12-15 Oktober 2012 Panitia 3 10 November 2012 Panitia 3 12-17 November 2012 Peserta 2 01 Desember 2012 Peserta 2 31 Januari 2013 Ke-RT-an 4 09-16 Februari 2013 Peserta 2 10 Maret 2013 Peserta 2 93 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. Team Tadarus “AMM” Yogyakarta Kursus Singkat “TOEFL Focusing on Listening” oleh bagian Bahasa PonPes Salafiyah Pulutan Salatiga Seminar Nasional dan Dialog Publik “Minimnya Pasokan Energi dalam Negeri; Pemberantasan Subsidi BBM dan Peran Masyarakat dalam Penghematan Energi” oleh HMJ Tarbiyah & Syari’ah STAIN Salatiga Seminar Nasional “How to Develop the Best Generation” oleh CEC STAIN Salatiga Seminar Nasional “Mengawal Pengendalian BBM Bersubsidi, Kebijakan BLSM yang Tepat Sasaran Serta Pengendalian Inflasi dalam Negeri Sebagai Dampak Kenaikan BBM Bersubsidi” oleh DEMA STAIN Salatiga Amalan Ramadhan Racana (ARR) ke-15 oleh Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega (PLCPP) ke-23 oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga Temu Pramuka Penggalang Penegak 2 (TPPP II) oleh Racana Kususma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga Seminar Nasional “Mendetakkan Jantung Bangsa dengan Jurnalisme” oleh LPM Dinamika 17 Maret 2013 Peserta 2 20 April 2013 Peserta 8 01 Juni 2013 Peserta 8 08 Juli 2013 Peserta 8 25-28 Juli 2013 Panitia 3 20-23 September 2013 Panitia 3 05-06 Oktober 2013 Panitia 3 07 Oktober 2013 Panitia 8 94 95 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS DIRI Nama : Nidhaul Khusna Umur : 22 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/tanggal lahir : Boyolali, 25 Mei 1993 Agama : Islam B. Alamat : Jegoran, 08/1 Manyaran, Kec. Karanggede, Kab. PENDIDIKAN 1. SD Negeri Manyaran 1 lulus tahun 2005 2. SMP Negeri 2 Karanggede lulus tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Karanggede lulus tahun 2010 4. IAIN Salatiga jurusan tarbiyah (Pendidikan Agama Islam) Boyolali Salatiga, 17 Agustus 2015 Penulis Nidhaul Khusna NIM: 11111033 96 97 98 99 DAFTAR PERTANYAAN A. Guru PAI 1. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah? 2. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah memuat pendidikan anti korupsi? 3. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi? 4. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 5. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik? 6. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi? B. Peserta Didik 1. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? 2. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? 3. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? 4. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? 5. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? 6. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? 100 DISKRIPSI WAWANCARA A. Nama Responden : Drs. Untoro, M.Pd (U) Profesi : Guru Pendidikan Agama Islam Tanggal Wawancara : 03 Juni 2015 Pukul : 10.04 WIB 1. Assalamu’alaikum Pak? Jawab: Wa’alaikum salam 2. Begini Pak, saya mahasiswa IAIN Salatiga ingin mengadakan penelitian di SMK ini terkait peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik? Jawab: Iya 3. Mohon maaf Pak, mengganggu waktunya sebentar untuk wawancara? Jawab: Iya, silahkan mbak 4. Sebelumnya mohon maaf Pak, siapa nama lengkap Bapak? Jawab: Nama lengkap saya Untoro 5. Di Smk ini Bapak sebagai guru pendidikan agam Islam? Jawab: Iya 6. Apakah saya dapat langsung wawancara terkait judul penelitian saya? Jawab: Silahkan mbak, Insyaallah kalau saya bisa jawab saya akan menjawab 7. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah? Jawab:Pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan, namun tidak perlu menjadi kurikulum tersendiri, karena dalam kurikulum pada KI-1 dan KI-2 sudah memuat sikap religius dan sosial yang didalamnya memuat tentang kejujuran dan tanggungjawab. 8. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah memuat pendidikan anti korupsi? Jawab: Tentu sudah ada kurikulum pendidikan anti korupsi dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam KI 1 dan KI 2 didalamnya memuat tentang sikap religius dan sikap sosial, yang salah satunya ada 101 kejujuran dan tanggungjawab, sedangkan untuk KI 3 berkaitan dengan pengetahuan, dan untuk KI 4 itu tentang ketrampilan. 9. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi? Jawab: Peran guru agama Islam tidak ada bedanya dengan guru pada mata pelajaran lain, karena sama-sama mempunyai peran dan tanggungjawab dalam hal mendidik akhlak peserta didik. Hal itu tercantum dalam Ki 1 dan Ki 2 tadi yang menjuru kepada anti korupsi, humanisme, pluralisme dll. Peran-peran itu seperti, memberi informasi, memberikan nasihat, guru juga harus bisa menjadi teladan. 10. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di dalam kelas maupun di luar kelas? Jawab: Anak-anak dilatih kejujuran dengan melakukan shalat lima waktu secara tepat waktu, peserta didik diberikan buku mentor sebagai pengendali yang diisi setiap kali shalat sebagai bukti ketaatan peserta didik dalam beribadah dan buku itu diisi baik di sekolah maupun di rumah.Guru sebagai teladan harus bisa mengajarkan peserta didik melalui tindakan langsung, bukan hanya sekedar bicara saja. Dalam mengajarkan kepada mereka tentang kedisplinan, saya sendiri harus memberi contoh kepada mereka dengan tepat waktu dalam memulai pembelajaran, dan selesai pembelajaran pun juga harus tepat waktu. Terus setiap pagi jam tujuh tepat semua anak wajib sudah berada di sekolah, bagi anak yang terlambat kita beri pengarahan dan kita suruh bersih-bersih. Hal itu sebagai salah satu cara pendidikan karakter agar anak displin waktu, karena ketika anak terlambat berarti dia sudah melakukan korupsi waktu. Dalam pembelajaran PAI saya dan teman-teman yang lain menerapkan beebrapa metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya monoton guru ceramah di depan. Salah satu metode yang saya pakai yaitu belanja informasi. Belanja informasi yaitu anak-anak menggali informasi sendiri, kemudian temannya berbelanja informasi di situ, setelah itu informasi yang didapat disampaikan kepada teman-temannya. 102 Informasi tersebut apakah untuk dirinya sendiri atau disampaikan kepada orang lain, apakah informasi tadi ditambahi atau dikurangi, hal itu juga bisa melatih kejujuran pada anak. Melalui metode pembelajaran tersebut mampu mengajarkan anak menjadi mandiri, tanggungjawab, kretif dalam menggali informasi, dan yang paling penting anak berani mengungkapkan apa yang sudah dia peroleh. Sebagai seorang guru kita harus mampu menjadi role model, dengan tidak meninggalkan mengajar, kecuali ketika mendapat tugas dari sekolah. Seperti siang ini saya harus ke semarang sampai hari sabtu, tetapi saya mempunyai surat tugas dari sekolah. Saya setiap hari selalu masuk sekolah, meskipun saya tidak ada jadwal mengajar. Saya juga mengajarkan mereka tentang berpegang teguh pada pendirian, ketika saya bilang A ya A, dan ketika saya bicara B Ya B jadi mereka selalu takut dengan saya dan tidak berani macam-macam. Itu merupakan cara saya mengajarkan kepada mereka bahwa orang itu yang dipegang adalah omongannya. Kalau di luar kelas, kita selalu menyuruh anak malaksanakan kegiatan majelis doa mawar Allah di MDA setiap hari minggu pada awal bulan dan kita sediakan absen di situ. Bagi anak yang ketahuan bohong maka kita mengambil tindakan tegas untuk menulis ayat al Qur’an yang ditandatangani orang tua dan RT, karena banyak anak yang suka menyuruh temannya mengabsenkan. Selain itu, ketika PHBI anak-anak selalu dimintai iuran untuk acara tersebut, infak jum’at itu melatih kejujuran, dan kegiatan jum’at bersih dapat melatih tanggungjwab. Setiap ada kegiatan anak-anak SKI itu selalu saya beri tanggungjawab sepenuhnya untuk mengatur sendiri kegiatan itu, saya hanya menyetujui asalkan tidak menyimpang dari aturan yang sudah digariskan sekolah. Mereka harus saya latih untuk mandiri, tanggungjawab, mampu memanage sendiri kegiatan yang ada. Saya rasa itu mampu menumbuhkan sikap mandiri dan tanggungjawab pada anakanak, dan hal itu sangat bagus untuk masa depan mereka sebagai calon 103 pemimpin. 11. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik? Jawab: Dukungan dari sekolah hanya sebatas dukungan, untuk kegiatan begitulah sebagai sekolah negeri kita mempunyai anak didik ada sekitar 25% yang non muslim itulah yang menjadi masalah. Ketika ada jum’at, acara PHBI, kajian anisa, mereka yang non muslim yang tidak berkewajiban mengikuti acara tersebut seringkali mempengaruhi temannya yang mempunyai kewajiban untuk mengikuti kegiatan tersebut. Adanya sebagian guru yang cuek, dan tidak mau peduli sama siswanya yang penting mereka mengajar di kelas, itu merupakan hambatan bagi saya dalam menumbuhkan karakter-karekter anti korupsi tersebut. Faktor keluarga siswa yang berbeda-beda juga merupakan hambatan bagi menanamkan sikap terpuji bagi saya sebagai guru agama Islam. Misalnya, ada anak yang di rumah dia baik, namun prilaku di sekolah dia sering melanggar peraturan. Adanya kerjasama beberapa guru dalam mengajarakan kejujuran dan kedisplinan pada peserta didik tentu menjadi dukungan dalam hal korupsi itu tadi, karena anak didik harus mempunyai jiwa yang jujur dan displin agar mereka kelak tidak mudah melakukan tindakan korupsi. 12. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Adanya kantin kejujuran sekolah menjadi salah satu cara pihak sekolah dalam mengajarkan sikap anti korupsi. Meskipun, pada kenyataannya masih sering terjadi kehilangan, atau terkadang uang yang ada di kantin itu kurang dibandingkan barang yang keluar, tetapi kadang juga terjadi kelebihan pemasukan keuangan. Penyebabnya mungkin ada anak yang jajan di kantin tetapi sengaja tidak membayar, atau lupa membayar, ataupun mungkin mengambil kembaliananya terlalu banyak. Namun, dilain hari ada kelebihan pemasukan, mungkin dia sadar atau gimana kita tidak 104 tahu. Selain itu, dalam menumbuhkan karakter anti korupsi sekolah lebih menekankan pada kedisplinan dan tanggungjawab dalam menaati peraturan sekolah. Ekstrakulikuler juga mengajarkan sikap anti korupsi pada anak- anak karena mereka diajarkan tentang tanggungjawab, dan yang pasti ada rasa kemandirian dalam diri anak-anak, dan menurut saya itu masuk pada poin-poin penananman sikap anti korupsi. 13. Saya rasa penjelasan Bapak cukup menjawab pertannyaan dalam penelitian saya. Terimakasih atas bantuan Bapak, Assalamu’alaikum. Jawab: Iya sama-sama. Wa’alaikum salam B. Nama Responden : Muhammad Syafi’i (MS) Profesi : Pendidikan Agama Islam Tanggal Wawancara : 8 Juni 2015 Pukul : 13.00 WIB 1. Assalamu’alaikum Pak? Jawab: Wa’alaikum salam 2. Saya mahasiswa IAIN Salatiga ingin mengadakan penelitian di sini terkait peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik, dan saya mohon bantuan Bapak untuk menjadi nara sumber dalam penelitian saya? Jawab: Silahkan mbak, Insyaallah kalau saya bisa bantu saya akan membantu 3. Sebelumnya, mohon maaf Pak nama lengkap Bapak siapa? Jawab: Muhammad Syafi’i 4. Apakah Bapak sebagai guru pendidikan agama Islam? Jawab: Iya saya sebagai guru mata pelajaran pendidikan gama Islam 5. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah? Jawab: Cukup penting karena dalam rangka untuk meningkatkan iman kepada Allah dengan cara melatih kejujuran agar siswa menjadi generasi penerus yang benar-benar tangguh dalam menegakkan syariat Islam. 105 6. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah memuat tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Secara tidak langsung pendidikan nilai-nilai anti korupsi sudah masuk dalam kurikulum pendidikan agama Islam 7. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi? Jawab:Pada prinsipnya peran semua guru itu sama. Apalagi dalam menumbuhkan karakter anti korupsi karena korupsi merupakan musuh kita bersama dalam menegakkan hukum. Guru sebagai pemberi informasi dan mediator. 8. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di dalam kelas maupun di luar kelas? Jawab: Selalu memberikan nasihat agar selalu berbuat jujur dalam segala aspek kehidupan karena Allah mengetahui segala yang dilakukan manusia. 9. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik? Jawab: Pendukung, segala media selalu menginformasikan tentang akibat berlaku korupsi. Penghambat kurang adanya kesepakatan. 10. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi? Jawab:Kantin kejujuran sebagai kontribusi lembaga SMK N 1 dalam mencegah korupsi, karena dalam kantin kejujuran anak diajarkan praktik langsung untuk berbuat jujur. 7. Dalam wawancara kali ini cukup sekian, terima kasih sudah berkenan meluangkan waktu Bapak. Assalamu’alaikum. Jawab: Iya sama-sama mbak, Wa’alaikum salam C. Nama Responden : Siti Mutmainah (SM) Profesi : Guru Pendidikan Agama Islam Tanggal Wawancara : 03 Juni 2015 106 Pukul : 10.35 WIB 1. Assalamu’alaikum ? Jawab: Wa’alaikum salam 2. Begini Bu, saya mahasiswa IAIN Salatiga ingin mengadakan penelitian di SMK ini terkait peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Jawab: Iya mbak, apa yang bisa saya bantu 3. Sebelumnya mohon maaf, mengganggu waktu ibu sebentar untuk wawancara? Jawab: Iya, silahkan mbak 4. Sebelumnya siapa nama lengkap Ibu? Jawab: Siti Mutmainah 5. Apakah ibu mengajar meteri pendidikan agama Islam? Jawab: Iya 6. Apakah saya dapat langsung wawancara terkait peran guru dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik? Jawab: Silahkan mbak, Insyaallah kalau saya bisa jawab saya akan menjawab 7. Apakah pendidikan anti korupsi itu penting untuk diajarkan di sekolah? Jawab: Sangat penting, kalau tidak ada pendidikan tentang itu bagaimana dengan keadaan negara ini, sekarang saja para koruptor juga sudah banyak di negara ini, malah kalau menurut saya seharusnya pendidikan anti korupsi perlu dibuat kurikulum sendiri. 8. Apakah kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada saat ini sudah memuat pendidikan anti korupsi? Jawab: Sudah, karna Dalam pembelajaran agama ada materi tentang kejujuran, rukun iman, rukun Islam dan ibadah. Menurut saya pendidikan nilai-nilai anti korupsi dapat dimasukkan dalam materi tersebut. Misalnya dengan mempelajari tentang rukun iman, di situ ada iman kepada malaikat berserta tugas-tugasnya. Salah Satu tugas malaikat yaitu mencatat perbutan baik dan buruk yang 107 dilakukan manusia, yaitu malaikat Raqib dan Atid. Dengan begitu, anak menjadi merasa selalu ada yang mengawasi sehingga ketika melakukan pencurian atau perampokan, karena korupsi juga termasuk pencurian bahkan korupsi itu merupakan perampokan secara besar-besarankan, mereka akan merasa takut. Oleh karena itu, secara tidak langsung kurikulum PAI sudah memuat tentang pendidikan anti korupsi. 9. Apakah peran guru Pendidikan Agama Islam sama dengan guru pada mata pelajaran lain dalam hal menumbuhkan karakter anti korupsi? Jawab: Perannya sama dengan guru yang lain, hanya saja lebih dominan kalau sebagai guru agama, karena guru agama itu dalam menyampaikan segala sesutu mempunyai dalil, hadist, kaidah dll. Peran itu seperti memberi informasi, motovasi dan pengarahan disela-sela pembelajaran. Agar mereka mempunyai akhlak yang terpuji, termasuk jiwa yang anti korupsi. Saya selalu menyampaiakn meteri pelajaran dengan mencontohkan kondisi yang terjadi. Begitu halnya ketika menyampaikan materi tentang perbuatan tecela, seperti mencuri saya mengaitkan dengan perbuatan korupsi. Korupsi itu kan sama saja merampok uang rakyat, jadi sebagai guru agama juga harus mengaitkan dengan hukum-hukum Islam maka kita menjelaskan kepada anak-anak jika hukum Islam kalau mengambil barang yang bukan miliknya itu sangat berat hukamannya bahkan samapai dibunuh apalagi perbutan korupsi. 10. Bagaimana cara anda dalam menumbuhkan karakter anti korupsi baik di dalam kelas maupun di luar kelas? Jawab: Kita harus menanamkan sikap yang jujur pada anak didik, meskipun hal kecil seperti mencotek. Saya selalu menekankan pada anak-anak untuk selalu jujur dan percaya diri pada jawaban mereka. Saya lebih menghargai anak yang mendapat nilai sedang tetapi jujur, daripada mendapat nilai bagus dengan hasil mencontek 108 atau hasil kerja sama dengan teman. Kalau di luar kelas lebih keteladanan, terutama orang tua karena guru hanya bisa mengawasi mereka sabatas di sekolah saja. Ketika anak-anak di luar kelas apalagi sudah di luar sekolah orang tualah yang menjadi teladan. Kalau menurut saya guru kalau di tingkat SMK guru itu tidak terlalu berperan dalam menumbuhkan karakter atau kebiasaan dalam diri peserta didik, yang lebih berperan itu sebanarnya teman. Perkataan guru bahkan orang tua mereka sendiri terkadang tidak dianggap, anak usia segitu biasanya lebih sering mendengar perkataan teman sebayanya. Jadi saya selalu menasehati anak-anak untuk pandai memilih teman. Kalau mereka salah memilih teman, prilaku mereka juga kan mengikuti teman sebayanya. Misalnya jika mereka berteman sama orang yang suka mencuri, mencontek, sering bolos sekolah atau melanggar peraturan sekolah maka anak itu akan ikut-ikut berperilaku menyimpang. Hal itu bisa mempengaruhi kepribadian anak ketika dia dewasa dan bahkan ketika mereka sudah tidak menjalin hubungan dengan temannya tadi” Ketika pembelajaran anak tidak hanya menjadi pendengar saja, saya sering menyuruh mereka untuk mencari materi sendiri, kemudian mendiskusikan dan memperesentasikan hasil diskusi. Dalam proses pembelajaran tersebut anak selain belajar tanggungjawab juga dilatih mandiri, pecaya diri untuk menyampai hasil karnyanya, anak juga lebih kreatif dan yang lebih penting akan berlatih kuat dengan pendirian yang ada serta anak itu akan lebih menghargai orang lain, karena dalam presentasi anak tentu akan memperoleh sanggahan ataupun usulan dari kelompok lain. . Dalam mengajarkan tanggung jawab itu biasanya saya sering menyuruh siswa meminjam dan mengembalikan barangbarang kepenggandaan, hla itu sacara tidak langsung mengajarkan mereka rasa tanggungjawab apakah segera dikembalikan atau tidak 109 dan biasanya kalau telat mengembalikan barang yang dipinjam maka pihak penggandaan akan menanyakan ke guru yang menyuruh tadi, sehingga guru jadi tahu anak bertanggung jawab apa tidak.Siswa itu harus tepat waktu ketika masuk kelas, mengumpulkan tugas pun juga harus tepat waktu. Ketika ada siswa yang terlambat maka ada saknsi tersendiri. 11. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik? Jawab: Kalau dukungan lebih kepada kerjasama semua guru dalam menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti kejujuran, disiplin, tanggungjawa, sikap-sikap itu bisa melatih anak untuk mempunyai sikap anti korupsi. Kalau hambatannya itu, guru agama tidak bisa mengawasi siswanya selama 24 jam, sehingga guru hanya mampu memberi motivasi, dorongan dan arahan agar anak menghindari prilaku pencurian atau bahkan korupsi itu tadi, sebagai guru agama dalam memberikan nasehat dan arahan tentu tidak lepas dari dalildalil dan kaidah-kaidah yang ada dalam agama Islam. Setelah anak keluar dari sekolah yang lebih berperan itu orang tua dan lingkungan masyarakat” 12. Bagaimana kontribusi lembaga (sekolah) tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Kantin kejujuran, hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan, pihak sekolah mengambil kebijakan bagi siswa yang mendapat beasiswa uangnya itu tidak diberikan kepada siswa ataupun orang tua tetapi langsung digunakan untuk boasaya pendidikan seperti membayar spp dll. Seperti pengalaman yang sudah-sudah ada anak yang sudah diberikan uang SPP oleh orang tuanya, tetapi tidak dibayarkan ke sekolah, sehingga sekolah mengambil keputusan seperti itu. Jadi peringatan sekolah dalam hal pembayaran SPP saya rasa termasuk kontribusi sekolah dalam hal tanggungjawab dan kejujuran. 110 13. Penjelasan yang Ibu paparkan sangat membantu dalam penelitian saya, terima kasih Bu? Jawab: Iya sama-sama Mbak D. Nama Responden Kelas : Nur Farida (NF) :X Jurusan Wawancara : Tata Boga Tanggal : 08 Juni 2015 Pukul : 07.00 WIB 1. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam 2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik, terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik? Jawab: Iya Kak 3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa? Jawab: Nur Farida 4. Sekarang kelas berapa? Jawab: X 5. Ambil jurusan Apa? Jawab: Tata Boga 6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam? Jawab: Pak Untoro mbak 7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? Jawab: Iya ada tentang kejujuran dan tanggungjawab. 8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? Jawab: Sudah, dengan selalu mengiatkan untuk berbuat jujur 9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? 111 Jawab: Diberi informasi mengenai kejujuran dan menyruh untuk tidak curang dalam tes. 10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? Jawab: Salama ini sudah 11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? Jawab: Ditegur dan diberi hukuman 12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Sudah bisa melatih kita untuk bersikap jujur, meskipun masih ada yang curang ketika mengambil uang kembalian 13. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum? Jawab: Walaikum Salam E. Nama Responden :Amanah Uyun (AU) Kelas :X Jurusan : Tata boga Tanggal Wawancara : 08 Juni 2015 Pukul : 07.08 WIB 1. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam 2. Saya mahasiswa Iain Salatiga sedang mengerjakan skripsi yang berjudul peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi pada peserta didik. Saya ingin minta tolong adik untuk dapat diwawancarai terkait penelitian skripsi saya? Jawab: Iya mbak, silahkan 3. Sebelumnya nama lengkapnya siapa? Jawab: Amanah Uyun 4. Sekarang kelas berapa? Jawab: X tata boga mbak 5. Siapa yang mengajar Mapel pendidikan agama Islam? 112 Jawab: Pak Untoro 6. Langsung saja ke daftar pertannyaan ya? Jawab: Iya silahkan 7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? Jawab: Ada 8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? Jawab: Sudah. Menasehati untuk selalu berbuat jujur dan tanggungjawab atas tugas yang diberikan serta tidak boleh mencontek. 9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? Jawab: Mensisipkan disela-sela pelajaran dan dalam mengajar kita di suruh mencari informasi sendiri. 10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? Jawab: Kebanyakan iya, kalau ada keperluan saja keluar kelasnya lebih cepat. 11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? Jawab: Dinasehati dan diberi hukuman. 12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Sudah bisa membuat kita untuk jujur. 14. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum? Jawab: Walaikum Salam 113 F. Nama Responden : Aisyah Banu (AB) Kelas :X Jurusan : Tata Boga Tanggal : 08 Juni 2015 Pukul : 07.15 WIB 1. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam 2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik, terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik? Jawab: Iya Kak 3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa? Jawab: Aisyah Banu 4. Sekarang kelas berapa? Jawab: X 5. Ambil jurusan Apa? Jawab: Tata Boga 6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam? Jawab: Pak Untoro mbak 7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? Jawab: Ada 8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? Jawab: Sudah, karena sering menyuruh untuk selalu bersikap jujur. 9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? Jawab: Dinasehati diakhir pelajaran agar selalu jujur 10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? Jawab: Sudah on time 114 11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? Jawab: Ditegur dan diberi hukuman 12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Sudah, tapi masih ada yang curanng ketika jajan di kantin 15. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum? Jawab: Walaikum Salam G. Nama Responden : Yayatul Umami (YU) Kelas : XI Jurusan : Perkantoran Tanggal Wawancara : 08 Juni 2015 Pukul : 07.20 WIB 1. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam 2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik, terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik? 3. Jawab: Iya Mbak 4. Sebelunya, nama lengkapnya siapa? Jawab: Yayatul Umami 5. Sekarang kelas berapa? Jawab: XI 6. Ambil jurusan Apa? Jawab: Perkantoran 7. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam? Jawab: Pak Syafi’i 8. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? Jawab: Terdapat. 115 9. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? Jawab: Sudah, menasehati tentang kejujuran 10. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? Jawab: Disisipkan pada saat pelajaran agama. 11. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? Jawab: Sudah tepat waktu. 12. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? Jawab: Dinasehati dan diberi hukuman. 13. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Sudah 14. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum? Jawab: Walaikum Salam H. Nama Responden : Wahyu Septiani (WS) Kelas : XII Jurusan : Pemasaran Tanggal Wawancara : 08 Juni 2015 Pukul : 07.25 WIB 1. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam 2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik, terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik? Jawab: Iya 3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa? Jawab: Wahyu Septiani 4. Sekarang kelas berapa? 116 Jawab: XII 5. Ambil jurusan Apa? Jawab: Pemasaran 6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam? Jawab: Bu Mutmainah 7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? Jawab: Ada materi tentang kejujuran 8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? Jawab: Iya dengan selalu memberi nasehat jangan mencuri apalagi korupsi. 9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? Jawab: ceramah, diskusi tentang kejujuran dan tukar informasi. 10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? Jawab: Sudah tepat waktu 11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? Jawab: Diberi teguran dan dinasehati juga. 12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Mampu melatih kejujuran 13. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam I. Nama Responden : Singgih (S) Kelas : XI Jurusan : Tata Boga Tanggal Wawancara : 08 Juni 2015 Pukul : 07.32 WIB 117 1. Assalamu’alaikum? Jawab: Walaikum Salam 2. Saya mahasiswa Iain Salatiga ingin bertanya-tanya sebentar kepada Adik, terkait penelitian skripsi saya yang berjudul peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter anti korupsi peserta didik? Jawab: Iya Kak 3. Sebelunya, nama lengkapnya siapa? Jawab: Singgih 4. Sekarang kelas berapa? Jawab: XI 5. Ambil jurusan Apa? Jawab: Tata Boga 6. Siapa yang mengajar pelajaran pendidikan agama Islam? Jawab: Pak Syafi’i 7. Apakah dalam materi pelajaran PAI terdapat meteri tentang kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan dan percaya diri? Jawab: Ada 8. Apakah guru agama Islam sudah mampu memberi teladan dalam hal mencegah atau menanamkan sikap anti korupsi? Jawab: Mereka selalu memberi nasehat akibat yang ditimbulkan dengan adanya ketidakjujuran dan korupsi 9. Bagaimana metode yang digunakan guru PAI saat ingin memberi pelajaran tentang pentingnya karakter anti korupsi? Jawab: Memberi informasi tentang bahaya korupsi dan dosa yang sangat besar dalam Islam 10. Apakah guru PAI telah berkonsisten dengan ketepatan waktu mengajar (memulai dan mengakhiri pelajaran)? Jawab: Tepat waktu 11. Bagaimana sikap guru PAI ketika melihat ada siswa yang melakukan tindakan mencontek, mencuri dan melanggar peraturan sekolah? Jawab: Dinasehati 118 12. Apakah kantin kejujuran di sekolah sudah tepat sebagai media pembelajaran tentang pendidikan anti korupsi? Jawab: Kurang karena masih ada yanng mengambil kembaliannya tidak sesuai. 13. Terimakasih atas waktunya, selamat belajar. Assalamu’alaikum? Jawab: Wa’alaikum Salam 119 SILABUS PAI SMK A. Silabus Kelas X Kompetensi Inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI-3:Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan 120 Kompetensi Dasar: 1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Malaikat-malaikat Allah SWT. 1.2 Berpegang teguh kepada Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam 1.3 Meyakini kebenaran hukum Islam 1.4 Berpakaian sesuai dengan syari’at Islam dalam kehidupan seharihari 2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implemantasi dari pemahaman Q.S. Al-Maidah (5): 8, Q.S. AtTaubah (9): 119 dan hadits terkait. 2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra (17):23 dan hadits terkait 2.3 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Anfal(8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait 2.4Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2,serta hadits terkait 2.5 Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari 121 pemahaman Q.S. At-Taubah (9): 122 dan hadits terkait 2.6 Menunjukkan sikap keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakkal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman Asmaul Husna(al-Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, alMatiin, al-Jaami‟, al-„Adl, dan al-Akhiir) 2.7 Menunjukkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Mekah 3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah). 3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan menerapkannya dalam kehidupan. 4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 4.1.2Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. AlHujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10, dengan lancar. 3.3Menganalisis Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina. 3.4Memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan 122 perbuatan zina. 4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 4.2.2Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. AnNur (24) : 2 dengan lancar. B. SILABUS KELAS XI 1. Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Kitab-kitab Allah SWT 1.2 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT 1.3 Berperilaku taat kepada aturan 1.4 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam penyelenggaraan jenazah 1.5 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah di masyarakat 1.6 Menunjukkanperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implentasi dari pemahaman Q.S. At Taubah (9) : 119 dan hadits terkait 1.7 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai implentasi dari pemahaman Q.S. Al Isra’ (17) : 2324 dan hadits terkait 2.3.1 Menganalisis Q.S. Al-Maidah (5) : 48; Q.S. Az-Zumar (39) : dan Q.S. At-Taubah (9) : 105, serta hadits tentang taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja. 123 2.4.1Membaca Q.S. An-Nisa (4) : 59; Q.S. Al-Maidah (5) : 48; Q.S. At Taubah (9) : 105 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 2.4.2Mendemonstrasikan hafalan Q.S. An-Nisa (4) : 59; Q.S. AlMaidah (5) : 48; Q.S. At-Taubah (9) : 105 dengan lancar 3.2 Menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5)32, serta hadits tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan. 4.3 Membaca Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 4.4 Mendemonstrasikan hafalanQ.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. AlMaidah (5) : 32 dengan lancar 3.2Menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) :32, serta hadits tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan. 4.3 Membaca Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 4.4 Mendemonstrasikan hafalanQ.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. AlMaidah (5) : 32 dengan lancar 3.3Memahami makna iman kepada Kitab-kitab Allah SWT. 4.5 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Kitabkitab Suci Allah SWT 3.5 Memahami makna taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan, 124 dan bekerja keras. 4.7 Menampilkan perilaku taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan bekerja keras 3.7 Memahami bahaya perilaku tindak kekerasan dalam kehidupan. 4.9 Medeskripsikan bahaya tindak kekerasan dalam kehidupan. 3.9 Memahami pelaksanaan tatacara penyelenggaraan jenazah. 4.11 Memperagakan tatacara penyelenggaraan jenazah. 3.11 Menelaah perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan. 4.13Mendiskripsikanperkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan 3.12 Menelaah perkembangan Islam pada masa modern (1800sekarang). 4.14 Mendiskripsikan perkembangan Islam pada masa medern C. SILABUS KELAS XII 1. Kompetensi Dasar 1.1 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam melaksanakan pernikahan 1.2 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam melakukan pembagian harta warisan 1.3 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9) : 119 dan Q.S. Lukman (31): 14 serta hadits terkait 125 1.4 Menunjukkan perilaku hormat dan berbakti kepada orangtua dan guru Q.S. Al-Isra (17): 23 dan hadits terkait 1.5 Menunjukkan sikap kritis dan demokratis sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, serta hadits terkait. 1.6 Menunjukkan perilaku saling menasihati dan berbuat baik (ihsan) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Luqman (31) : 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83, serta hadits terkait. 1.7 Menunjukkan sikap mawas diri dan taat beribadah sebagai cerminan dari kesadaran beriman kepada hari akhir 1.8 Menunjukkan sikap optimis, berikhtiar dan bertawakal sebagasi cerminan dari kesadaran beriman kepada Qadha dan Qadar Allah SWT. 1.9 Menunjukkan sikap semangat melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan sebagai implementasi dari pemahaman dan perkembangan Islam di dunia 2. 3.1 Menganalisis Q.S. Ali Imran (3): 190-191, dan Q.S. Ali Imran (3): 159, serta hadits tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis. 2. 4.1.1 Membaca Q.S. Ali Imran (3): 190-191 dan Q.S. Ali Imran (3): 159; sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 2. 4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran (3): 190-191 dan Q.S. Ali Imran (3): 159 dengan lancar. 126 2.3.2 Menganalisis Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83, serta hadits tentang saling menasihati dan berbuat baik (ihsan). 2.4.2.1 Membaca Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 2.4.2.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83 denagn lancar. 3.4 Memahami makna iman kepada Qadha dan Qadar 4.4 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Qadha dan Qadar Allah SWT. 3.5Memahami hikmah dan manfaat saling menasihati dan berbuat baik (ihsan) dalam kehidupan. 4.5 Menyajikan hikmah dan manfaat saling menasihati dan berbuat baik (ihsan) dalam kehidupan 3.10 Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran dan kemunduran peradaban Islam di dunia. 4.10Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan peradaban Islam di dunia. 127 Daftar Gambar i. Pembelajaran PAI ii. Presentasi Diskusi Pembelajaran PAI 128 iii. Kegiatan Jum’at Bersih iv. Kajian Rutin Jum’at 129 i. Kegiatan Ekstra Kulikuler ii. Kantin Kejujuran 130