pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan suatu bangsa akan menempati posisi yang sangat strategis bagi
kemajuan bangsa di masa depan. Kemajuan suatu bangsa tidak lagi ditandai
dengan melimpahnya kekayaan alam, jumlah penduduk yang besar, wilayah
negara yang luas melainkan pada kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain
pendidikanlah yang akan menentukan kualitas manusia.
Berdasarkan studi UNDF tahun 1999 hingga 2006 kualitas sumber daya
manusia Indonesia ternyata sangat rendah, peringkat Bangsa Indonesia dalam
Indek Pembangunan Manusia (IPM) tahun 1999 ke-110 dan pada tahun 2006
menjadi ke-108 dari 177 negara yang di survei, berada di bawah Negara Asean
seperti : Singapura peringkat ke-25, Malaysia peringkat ke-34, Filipina peringkat
ke-84. sedangkan Vietnam, Myanmar dan Laos berada sedikit di bawah Indonesia
yaitu masing-masing ke-109, ke-130 dan ke-133 (Undp.org/hrd 2006).
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang
dimulai sejak dini usia. Hal ini dilakukan agar sumber daya manusia Indonesia
mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 ayat (3) bahwa “Pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat”. Dengan demikian
1
2
peningkatan mutu pendidikan harus dimulai sejak jenjang Taman Kanak-Kanak
yang merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan anak masuk ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SD/MI. Keberhasilan pendidikan
Taman Kanak-Kanak akan menberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan
anak dikemudian hari.
Komponen yang ada dalam Taman Kanak-Kanak terdiri dari Kepala TK,
guru, staf TU, siswa dan komite TK. Kepala dan guru merupakan smber daya
manusia yang menpunyai peranan strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Terkait dengan peran kepala TK dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di
TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, berdasarkan pengamatan tidak
formal (sementara) dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Beberapa guru di Kecamatan Cihideung dalam mengajar tidak dilengkapi
dengan pembuatan perencanaan pembelajaran (SKH) terlebih dahulu
sehingga akan berdampak pada pelaksanaan interaksi belajar mengajar
yang tidak direncanakan dan cenderung mengabaikan penilaian prestasi
peserta didik.
2. Perhatian Kepala TK terhadap guru belum dilaksanakan dengan maksimal
karena kesibukan tugas lain seperti rapat, penataran maupun pembuatan
pembukuan.
3. Masih ada Kepala TK yang belum maksimal dalam mensosialisasikan
program sekolah sehingga guru menemui hambatan untuk memposisikan
perarannya secara efektif
Mengingat bahwa peran kepala TK dalam sekolah adalah faktor dominan,
yang akan mendorong sekolah mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran melalui
program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap, maka sejalan
dengan pendapat Lipham (1985: 2) bahwa ”Kualitas kepemimpinan kepala
sekolah secara substansial berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah”. Gibson
(2002: 14) berpendapat bahwa ”Keberhasilan sekolah dalam menciptakan mutu
3
lulusan banyak ditentukan oleh kapasitas kepala sekolah”. Hal yang sama
dikemukakan oleh Mulyasa (2002: 42) bahwa : ”Kepala sekolah merupakan the
key person keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah
orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai
potensi masyarakat untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah”
Kepala TK sebagai kunci keberhasilan peningkatan pendidikan harus
mampu mengkomunikasikan visi, misi dan tujuan sekolah melalui programprogramnya. Menurut William V. Hanney (Effendy, 1997: 118) bahwa
”Komunikasi adalah suatu sine qua non bagi organisasi”. Artinya bahwa
komunikasi itu tidak boleh tidak bagi organisasi. Wursanto (2001: 29) bahwa
”Komunikasi yang efektif akan menciptakan iklim kerja kantor yang sehat dan
terbuka, hal ini sangat penting guna meningkatkan kreativitas dan dedikasi para
pegawai kantor”.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh
Kepemimpinan Situasional Dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Mengajar
Guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Uraiannya
sebagai berikut :
1. Kepala TK selaku pimpinan mempunyai peran besar dalam membantu guru
untuk berprestasi, sebagaimana dinyatakan oleh Emmy Fakry (2005: 192)
bahwa : ”Kepala sekolah bertanggungjawab atas pertumbuhan guru-guru
secara berkesinambungan, ia harus mampu menstimulir guru-guru untuk
mengembangkan metode dan prosedur mengajar” .Disamping itu Terry
(Kartini Kartono, 1990: 48) mengemukakan bahwa tugas kepemimpinan
4
adalah memberikan bantuan kepada bawahannya. Mulyasari (2003: 24)
mengemukakan bahwa ”Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang
sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan” , selanjutnya
Mulyasari (2003: 25) mengungkapkan bahwa ”Kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana”. R. Iyeng Wiraputra (1986: 44) dengan
jelas mengungkapkan bahwa ” Usaha yang paling menentukan dalam
meningkatkan kinerja personil sekolah terletak pada kepemimpinan sekolah”,
selanjutnya diungkapaka bahwa ”Pimpinan harus mampu memberikan
pengaruh agar semua bawahan guru-guru dan staf tata usaha berpartisipasi
aktif secara maksimal dalam pencapaian tujuan secara umum”.
2. Komunikasi merupakan dasar kehidupan organisasi. Seorang pimpinan
menggunakan 95% dari waktu berkomunikasi untuk mengkoordinasikan unsur
manusia dan unsur fisik dari organisasi agar satuan kerjanya efisien dan
efektip. Apabila komunikasi gagal kegiatan bersama juga gagal yang terjadi
tidak ada kegiatan (LAN-RI, 1985:59). Sejalan dengan itu berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa antara 75% sampai 90% dari waktu kerja
dipergunakan untuk berkomunikasi (Jiwanto, 1985:3). Dengan demikian
bahwa komunikasi merupakan kepentingan bersama untuk mewujudkan
tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan organisasi. Kominikasi
merupakan upaya pemahaman serta saling memberi informasi antara kepala
sekolah dan guru dalam lingkungan sekolah, dengan komunikasi yang baik
5
maka akan terhindar dari kesalahpahaman pandangan sehingga efektivitas
sekolah secara keseluruhan akan mudah tercapai.
3. Guru merupakan salah satu kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan
di Taman Kanak-Kanak. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan
merancang kegiatan belajar mengajar yang baik yaitu pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Kinerja mengajar guru Taman
Kanak-Kanak meliputi beberapa kompetensi Yaitu : ”penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar dan penilaian prestasi
belajar peserta didik”.
Mengingat banyaknya pengaruh terhadap kinerja mengajar guru seperti
iklim organisasi, produktivitas organisasi, sarana prasarana, pembiayaan, disiplin
guru, partisipasi orang tua, kompensasi, motivasi, manajemen sekolah dan lainlain, maka penelitian dibatasi pada dua faktor yang mempengaruhi kinerja guru
yaitu kepemimpinan situasional dan komunikasi internal. Oleh karena, masalah
penelitian dibatasi pada “Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional dan
komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah
secara
umum
yaitu
“
Bagaimana
pengaruh
kepemimpinan situasional dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar
guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ?”. Secara
rinci, rumusan masalah dijabarkan sebagai berikut :
6
1. Bagaimana gambaran kepemimpinan situasional Kepala Taman Kanak-Kanak
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya?
2. Bagaimana gambaran komunikasi internal Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya?
3. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya?
4. Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional terhadap kinerja mengajar
guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ?
5. Bagaimana pengaruh komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru
Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ?
6. Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal
terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
1. Kepemimpinan situasional Kepala Taman Kanak-Kanak
Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya
2. Komunikasi internal Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya
3. Kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya
4. Pengaruh kepemimpinan situasional terhadap kinerja mengajar guru Taman
Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
7
5. Pengaruh komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman KanakKanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
6. Pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal terhadap kinerja
mengajar
guru
Taman
Kanak-Kanak
Kecamatan
Cihideung
Kota
Tasikmalaya.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Secara teoretis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
bagi
perkembangan Ilmu Administrasi Pendidikan dan pengembangan kelembagaan
Taman Kanak-Kanak, khususnya pada bidang kepemimpinan situasioanal dan
komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi kepala TK, guru TK, pengawas satuan TK serta stakeholders
pendidikan dalam memimpin dan berkomunkasi guna meningkatkan
kinerja mengajar guru TK.
b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi
peneliti khususnya dan mahasiswa program strata dua Universitas
Pendidikan
Indonesia
(UPI)
pada
umumnya
tentang
pentingnya
8
pengembangan kepemimpinan situasional dan komunikasi internal agar
kinerja mengajar guru lebih baik
E. Kerangka Berpikir dan Paradigma Penelitian
1. Kerangka Berpikir
Penelitian ini berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia
yaitu variabel kepemimpinan situasional, komunikasi internal dan kinerja
mengajar guru TK. Perilaku manusia (individu) dipengaruhi oleh faktor intern
maupun ekstern. Surya (1976:37) mengemukakan tentang konsep interaksi
individu dengan lingkungan :
P=L–S–I–R
Keterangan :
P = Perilaku
L = Lingkungan
S = Stimulus
I = Individu
R = Respon
Perilaku individu antara lain disebabkan rangsangan dari lingkungan yang
mengakibatkan respon terhadap lingkungannya. Dapat diimplikasikan bahwa
perilaku kepala sekolah merupakan salah satu respon terhadap terbentuknya
kinerja mengajar guru.
Pimpinan harus memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya dan situasi
sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu (Rivai, 2008: 14).
Hersey dan Blanchard menggunakan studi Ohio State untuk mengembangkan
lebih lanjut gaya kepemimpinan yang dimiliki manajer (Rivai, 2008 : 24), yaitu :
9
“mengatakan/ telling, menjual/ selling, partisipasi/ participating dan Delegasi/
delegating”.
Mengatakan/ telling yaitu pimpinan pada tugas yang sangat tinggi artinya
banyak instruksi-instruksi yang perlu disampaikan mengingat bawahan baru
menghadapi pekerjaan dan situasi yang baru. Hubungan rendah artinya pimpinan
belum banyak memberikan motivasi yang bersufat dukungan, karena bawahan
belum siap karena memerlukan struktur sementara manajer masih mengamati.
Menjual/ selling yaitu tugas tinggi bawahan mulai belajar mengenal
tugasnya, perhatian dan tugas tetap penting karena mereka belum dapat bekerja
tanpa struktur, manager telah terbiasa dan mulai banyak memberikan dorongan
lebih jauh untuk keberhasilan
Partisipasi/ participating, dimana anggota mempunyai kemampuan lebih
besar dan motivasi berprestasi mulai tampak dan mereka secara aktif mencari
tanggung jawab yang lebih besar, pemimpin masih harus mendukung dan
memberikan perhatian tetapi tidak perlu lagi memberikan pengarahan
Delegasi/ delegating, anggota mulai percaya diri, dapat mengarahkan diri
dan berpengalaman, pemimpin dapat mengurangi jumlah perhatian dan
pengarahan
Hersey dan Blanchard, menjelaskan hubungan antara pimpinan dan
anggotanya mempunyai empat tahap/ fase yang diperlukan bagi pimpinan untuk
mengubah gaya kepemimpinannya, seperti pada gambar berikut :
10
Tinggi Hubungan tinggi dan
Tingkah laku hubungan
(memberikan tingkah
laku untuk mendukung)
Tugas tinggi dan
tugas rendah
hubungan tinggi
(3)
(2)
Hubungan rendah
Tugas tinggi dan
dan tugas rendah
hubungan rendah
(4)
(1)
Rendah
Rendah
Tinggi
Tingkah laku hubungan
(memberikan pedoman / pengarahan)
Gambar 1.1
Kuadran Kepemimpinan
Variabel selanjutnya yang dijadikan penelitian berkaitan dengan kinerja
setelah kepemimpinan adalah komunikasi, Komunikasi diartikan sebagai proses
penyampaian informasi atau pengiriman kepada penerima informasi (Rivai, 2008 :
350), dilahat pengaruhnya bahwa komunikasi merupakan esensi yang sangat
penting daripada sistem sosial dalam organisasi. Terdapat delapan unsur pokok di
dalam proses komunikasi menurut Rivai (2008: 350) yaitu :
a. Pengirim/ sumber (sender/ source), adalah orang yang mempunyai ide
atau berinisiatef untuk mengadakan komunikasi
b. Encoding, adalah lambang informasi agae dapat diteruskan dengan
menterjemahkan ke dalam serangkaian simbol atau syarat
c. Message, adalah bentuk fisik yang didalamnya oleh sender dipakai sebagai
pesan atau misi informasi
d. Channel, adalah ragam atau bentuk transmisi, seperti udara atau berbicara,
kata-kata, dan kertas untuk surat yang tidak bisa dipisahkan oleh message
e. Receiver adalah orang yang memberikan pengertian terhadap message
yang disampaikan oleh sender
f. Decoding, adalah proses interprestasi yang dilakukan oleh receiver
terhadap message yang diterima, yang kemudian menterjemahkannya ke
dalam informasi yang memiliki arti
11
g. Noise, adalah faktor yang meninbulkan gangguan, kebingungan terhadap
komunikasi
h. Feedback, adalah satu balikan dari proses komunikasi sebagai suatu reaksi
terhadap informasi yang disampaikan oleh sender
Komunikasi organisasi adalah memberikan pengaruh kepada seluruh
anggota organisasi agar mereka baik secara perseorangan atau secara bersamasama memahami misi dan tanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan
organisasi, dapat disimpulkan bahwa komunkasi sangat dibutuhkan dalam setiap
pekerjaan di setiap lembaga atau organisasi, terutama bidang personalia. Menurut
Rivai (2008: 351) apabila seorang pemimpin berhasil dalam menjalin komunikasi,
hal tersebut merupakan jaminan kesuksesan dalam usaha pencapaian tujuan dalam
memperbaiki kinerjanya.
Menurut Wursanto (2001 : 29) bahwa “Seorang manajer kantor harus
dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua pegawai kantor baik secara
horizontal maupun secara vertikal atau secara diagonal”. Implikasinya dalam
pendidikan bahwa kepala sekolah harus dapat berkomunikasi secara efektif
dengan semua pegawai yang ada di dalam lingkungan sekolah, karena komunikasi
yang efektif akan berkontribusi kepada meningkatnya kinerja mengajar guru.
Komunikasi internal yaitu komunikasi yang berlangsung di dalam suatu
organisasi itu sendiri. Di dalam lingkungan sekolah dapat terjadi berbagai macam
komunikasi, menurut Wursanto (2001: 41) secara struktural komunikasi di dalam
lingkungan organisasi dapat dibedakan menjadi empat macam :
a. Komunikasi dari atasan kepada bawahan (downward), dapat dibedakan
menjadi berbagai macam bentuk seperti petunjuk, keterangan umum,
perintah, teguran dan pujian.
b. Komunikasi dari bawahan kepada atasan (upward), dapat digolongkan
menjadi beberapa macam, seperti : laporan, keluhan, pendapat dan saran
12
c. Komunikasi yang berlangsung secara horizontal atau secara mendatar,
adalah komunikasi yang berlangsung antara pegawai yang mempunyai
kedudukan yang sama. Komunikasi horizontal disebut juga komunikasi
tidak formal, dilaksanakan pada saat istirahat-rekreasi-menjelang pulang
sekolah. Komunikasi ini dapat dibedakan menjadi :
1) Komunikasi antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat
2) Komunikasi antara bawahan dengan bawahan
d. Komunikasi yang berlangsung secara diagonal, adalah komunikasi yang
berlangsung antara pegawai pada tingkat kedudukan yang berbeda, pada
tugas atau fungsi yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang langsung
terhadap pihak lain
Implikasi komunikasi internal dalam lingkungan Taman Kanak-Kanak
bahwa : komunikasi dari atasan kepada bawahan adalah komunikasi dari ketua
yayasan penyelenggara TK kepada kepala TK, kepala TK kepada guru-guru,
kepala TK kepada bagian keamanan dan kebersihan, guru kepada anak TK;
komunikasi dari bawahan kepada atasan adalah komunikasi dari kepala TK
kepada penyelenggara TK, guru-guru kepada kepala TK, anak TK kepada guru;
komunikasi horizontal adalah komunikasi antara guru dengan guru, murid dengan
murid ; orang tua murid dengan orang tua murid; komunikasi diagonal kepala TK
dengan komite (ketua POM), guru-guru dengan bagian keamanan dan kebersihan.
Variabel selanjutnya yang diteliti adalah variabel kinerja mengajar guru.
Suryobroto (2002:20) mengatakan bahwa “kinerja mengajar guru dikatakan
berkualitas apabila seorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam
usaha mengajarnya”. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan tugas mengajar
dengan baik harus memiliki pengetahuan, keterampilan serta sikap yang baik.
Kinerja mengajar guru TK berdasarkan pedoan penilaian Kinerja TK yang
diterbitkan oleh Depdiknas meliputi :
a. Penyusunan rencana pembelajaran
13
b. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar
c. Penilaian prestasi belajar peserta didik
d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
Berdasarkan uraian diatas , tentang kepemimpinan situasiaonal kepala TK
sangat berkaitan dengan komunikasi internal serta akan berpengaruh terhadap
kinerja mengajar guru, dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran pada
gambar.1. 2 :
14
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SUMBER DAYA MANUSIA
WILAYAH PENELITIAN
KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL
1.
2.
3.
4.
Telling
Selling
Participating
Delegating
Kepemimpinan
situasional kepala
TK
KOMUNIKASI
INTERNAL
MASALAH YANG TAMPAK
1. Adanya kepa
la TK yang be
lum mampu
memecahkan
masalah /kon
flik dengan ca
ra yang mem
bangun
2. Adanya kepa
la TK yang ku
rang membe
rikan otoritas
dalam mende
legasikan tu
gas/wewenang
untuk meng
ambil keputu
san secara in
dependen
1. Laporan, kelu
han, pendapat
dan saran
kurang
mendapat
respon dari
kepala TK
2. Petunjuk, pe
rintah dan te
guran yang
kurang jelas
dan tepat
disampaikan
kepala TK
1. SKH dibuat tidak tepat waktu
2. Kurang menguasai materi dan
metode pembelajaran
3. Penilaian kadang-kadang tidak
dilaksanakan
Kinerja Mengajar Guru TK :
1. Perencanaan Pembelajaran
2. Pelaksanaan interaksi KBM
3. Penilaian prestasi belajar
MUTU PENDIDIKAN
Gambar 1.2
Kerangka Pemikiran
1.
2.
3.
4.
Upward
Downward
Horizontal
Diagonal
Komunikasi
internal guru TK
15
2. Paradigma Penelitian
Bertitik tolak dari uraian kerangka penelitian dapat digambarkan
paradigma penelitian sebagai berikut :
KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL
(X1)
r1y
R1,2y
KINERJA MENGAJAR
GURU TK
(Y)
KOMUNIKASI
INTERNAL
(X2)
r2y
Gambar .1.3
Paradigma Penelitian
F. Asumsi-Asumsi
Arikunto (2003:60-61) mengemukakan bahwa asumsi-asumsi atau
anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak
pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya
diterima oleh peneliti. Dalam merumuskan asumsi penelitian ini ditempuh melalui
telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Individu adalah hal yang unik juga khas, tidak ada dimuka bumi ini yang sama
meskipun terlahir dari rahim, bapak yang sama bahkan anak kembar sekali
pun. Demikian pula kepala Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya, diantara satu sama lainnya terdapat perbedaan baik dalam
16
kepemimpinan, cara berkomunikasi maupun kinerjanya. Kepemimpinan
kemungkinan
atau
situasional
adalah
suatu
pendekatan
terhadap
kepemimpinan yang menyatakan bahwa pimpinan dalam hal ini kepala TK
memahami prilaku, sifat-sifat dan situasi bawahannya sebelum menggunakan
suatu gaya kepemimpinan. Jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah
kepemimpinan pendidikan. Menurut Ngalim Purwanto (1993: 26) bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah "usaha untuk mempengaruhi anggota
kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih
banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati". Selanjutnya
menurut Goestch dan Davis (1994: 192 ) "kepemimpinan pendidikan
merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar
bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau
melampaui tujuan pendidikan".
2. Menurut Jiwanto (1985:3) bahwa 75% sampai 90% waktu kerja dipergunakan
untuk komunikasi. Berdasarkan teori kepemimpinan Gaffar, dkk (1992:28)
menyatakan bahwa “keterkaitan gaya kepemimpinan dengan komunikasi
banyak tergantung pada range dan style pimpinan. Efektivitas performance
pemimpin paling tidak ditentukan oleh gaya yang dianut dan bagaimana
implikasinya”.
3. Kepemimpinan situasional dan komunikasi internal berpengaruh terhadap
kinerja. Kinerja menurut Smith (1982:393) merupakan hasil atau output dari
suatu proses manusia atau yang lainnya. Selanjutnya Prawirosentoso (1992:2)
mengatakan bahwa kinerja berkaitan dengan : 1) unjuk kerja; 2) hasil kerja; 3)
17
daya guna melaksanakan kewajiban atau tugas; 4) suatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja; 5) pelaksanaan tugas pekerjaan
pada waktu tertentu yang sesuai. Hubungannya dengan kinerja mengajar guru
TK menurut Depdiknas (2004:23) adalah : 1) penyusunan rencana
pembelajaran; 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; 3) penilaian prestasi
belajar peserta didik.
G. Pengajuan Hipotesis
Sugiyono (1997:39) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
di bawah kebenaran, jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, karena baru
berdasarkan teori relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data.. Jadi hipotesa juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1
Ho: ρ = 0
Tidak Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK
Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya
Ho: ρ ≠ 0
Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK
Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya
2
Ho: ρ = 0
Tidak Terdapat Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kinerja
Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
Ho: ρ ≠ 0
Terdapat Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kinerja
Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
18
3
Ho: ρ = 0
Tidak Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK
Dan Komunikasi Internal Tterhadap Kinerja Mengajar Guru TK
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
Ho: ρ ≠ 0
Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK Dan
Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
Download