BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan suatu bangsa akan menempati posisi yang sangat strategis bagi kemajuan bangsa di masa depan. Kemajuan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, jumlah penduduk yang besar, wilayah negara yang luas melainkan pada kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain pendidikanlah yang akan menentukan kualitas manusia. Berdasarkan studi UNDF tahun 1999 hingga 2006 kualitas sumber daya manusia Indonesia ternyata sangat rendah, peringkat Bangsa Indonesia dalam Indek Pembangunan Manusia (IPM) tahun 1999 ke-110 dan pada tahun 2006 menjadi ke-108 dari 177 negara yang di survei, berada di bawah Negara Asean seperti : Singapura peringkat ke-25, Malaysia peringkat ke-34, Filipina peringkat ke-84. sedangkan Vietnam, Myanmar dan Laos berada sedikit di bawah Indonesia yaitu masing-masing ke-109, ke-130 dan ke-133 (Undp.org/hrd 2006). Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang dimulai sejak dini usia. Hal ini dilakukan agar sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 ayat (3) bahwa “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat”. Dengan demikian 1 2 peningkatan mutu pendidikan harus dimulai sejak jenjang Taman Kanak-Kanak yang merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan anak masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SD/MI. Keberhasilan pendidikan Taman Kanak-Kanak akan menberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan anak dikemudian hari. Komponen yang ada dalam Taman Kanak-Kanak terdiri dari Kepala TK, guru, staf TU, siswa dan komite TK. Kepala dan guru merupakan smber daya manusia yang menpunyai peranan strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Terkait dengan peran kepala TK dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, berdasarkan pengamatan tidak formal (sementara) dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Beberapa guru di Kecamatan Cihideung dalam mengajar tidak dilengkapi dengan pembuatan perencanaan pembelajaran (SKH) terlebih dahulu sehingga akan berdampak pada pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang tidak direncanakan dan cenderung mengabaikan penilaian prestasi peserta didik. 2. Perhatian Kepala TK terhadap guru belum dilaksanakan dengan maksimal karena kesibukan tugas lain seperti rapat, penataran maupun pembuatan pembukuan. 3. Masih ada Kepala TK yang belum maksimal dalam mensosialisasikan program sekolah sehingga guru menemui hambatan untuk memposisikan perarannya secara efektif Mengingat bahwa peran kepala TK dalam sekolah adalah faktor dominan, yang akan mendorong sekolah mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap, maka sejalan dengan pendapat Lipham (1985: 2) bahwa ”Kualitas kepemimpinan kepala sekolah secara substansial berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah”. Gibson (2002: 14) berpendapat bahwa ”Keberhasilan sekolah dalam menciptakan mutu 3 lulusan banyak ditentukan oleh kapasitas kepala sekolah”. Hal yang sama dikemukakan oleh Mulyasa (2002: 42) bahwa : ”Kepala sekolah merupakan the key person keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah” Kepala TK sebagai kunci keberhasilan peningkatan pendidikan harus mampu mengkomunikasikan visi, misi dan tujuan sekolah melalui programprogramnya. Menurut William V. Hanney (Effendy, 1997: 118) bahwa ”Komunikasi adalah suatu sine qua non bagi organisasi”. Artinya bahwa komunikasi itu tidak boleh tidak bagi organisasi. Wursanto (2001: 29) bahwa ”Komunikasi yang efektif akan menciptakan iklim kerja kantor yang sehat dan terbuka, hal ini sangat penting guna meningkatkan kreativitas dan dedikasi para pegawai kantor”. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Kepemimpinan Situasional Dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Mengajar Guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Uraiannya sebagai berikut : 1. Kepala TK selaku pimpinan mempunyai peran besar dalam membantu guru untuk berprestasi, sebagaimana dinyatakan oleh Emmy Fakry (2005: 192) bahwa : ”Kepala sekolah bertanggungjawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, ia harus mampu menstimulir guru-guru untuk mengembangkan metode dan prosedur mengajar” .Disamping itu Terry (Kartini Kartono, 1990: 48) mengemukakan bahwa tugas kepemimpinan 4 adalah memberikan bantuan kepada bawahannya. Mulyasari (2003: 24) mengemukakan bahwa ”Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan” , selanjutnya Mulyasari (2003: 25) mengungkapkan bahwa ”Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. R. Iyeng Wiraputra (1986: 44) dengan jelas mengungkapkan bahwa ” Usaha yang paling menentukan dalam meningkatkan kinerja personil sekolah terletak pada kepemimpinan sekolah”, selanjutnya diungkapaka bahwa ”Pimpinan harus mampu memberikan pengaruh agar semua bawahan guru-guru dan staf tata usaha berpartisipasi aktif secara maksimal dalam pencapaian tujuan secara umum”. 2. Komunikasi merupakan dasar kehidupan organisasi. Seorang pimpinan menggunakan 95% dari waktu berkomunikasi untuk mengkoordinasikan unsur manusia dan unsur fisik dari organisasi agar satuan kerjanya efisien dan efektip. Apabila komunikasi gagal kegiatan bersama juga gagal yang terjadi tidak ada kegiatan (LAN-RI, 1985:59). Sejalan dengan itu berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa antara 75% sampai 90% dari waktu kerja dipergunakan untuk berkomunikasi (Jiwanto, 1985:3). Dengan demikian bahwa komunikasi merupakan kepentingan bersama untuk mewujudkan tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan organisasi. Kominikasi merupakan upaya pemahaman serta saling memberi informasi antara kepala sekolah dan guru dalam lingkungan sekolah, dengan komunikasi yang baik 5 maka akan terhindar dari kesalahpahaman pandangan sehingga efektivitas sekolah secara keseluruhan akan mudah tercapai. 3. Guru merupakan salah satu kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan merancang kegiatan belajar mengajar yang baik yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak meliputi beberapa kompetensi Yaitu : ”penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar dan penilaian prestasi belajar peserta didik”. Mengingat banyaknya pengaruh terhadap kinerja mengajar guru seperti iklim organisasi, produktivitas organisasi, sarana prasarana, pembiayaan, disiplin guru, partisipasi orang tua, kompensasi, motivasi, manajemen sekolah dan lainlain, maka penelitian dibatasi pada dua faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu kepemimpinan situasional dan komunikasi internal. Oleh karena, masalah penelitian dibatasi pada “Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah secara umum yaitu “ Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ?”. Secara rinci, rumusan masalah dijabarkan sebagai berikut : 6 1. Bagaimana gambaran kepemimpinan situasional Kepala Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya? 2. Bagaimana gambaran komunikasi internal Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya? 3. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya? 4. Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ? 5. Bagaimana pengaruh komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ? 6. Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya ? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui 1. Kepemimpinan situasional Kepala Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya 2. Komunikasi internal Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya 3. Kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya 4. Pengaruh kepemimpinan situasional terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. 7 5. Pengaruh komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman KanakKanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. 6. Pengaruh kepemimpinan situasional dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. D. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut : 1. Secara teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Administrasi Pendidikan dan pengembangan kelembagaan Taman Kanak-Kanak, khususnya pada bidang kepemimpinan situasioanal dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru Taman Kanak-Kanak Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. 2. Secara praktis a. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala TK, guru TK, pengawas satuan TK serta stakeholders pendidikan dalam memimpin dan berkomunkasi guna meningkatkan kinerja mengajar guru TK. b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi peneliti khususnya dan mahasiswa program strata dua Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada umumnya tentang pentingnya 8 pengembangan kepemimpinan situasional dan komunikasi internal agar kinerja mengajar guru lebih baik E. Kerangka Berpikir dan Paradigma Penelitian 1. Kerangka Berpikir Penelitian ini berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yaitu variabel kepemimpinan situasional, komunikasi internal dan kinerja mengajar guru TK. Perilaku manusia (individu) dipengaruhi oleh faktor intern maupun ekstern. Surya (1976:37) mengemukakan tentang konsep interaksi individu dengan lingkungan : P=L–S–I–R Keterangan : P = Perilaku L = Lingkungan S = Stimulus I = Individu R = Respon Perilaku individu antara lain disebabkan rangsangan dari lingkungan yang mengakibatkan respon terhadap lingkungannya. Dapat diimplikasikan bahwa perilaku kepala sekolah merupakan salah satu respon terhadap terbentuknya kinerja mengajar guru. Pimpinan harus memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu (Rivai, 2008: 14). Hersey dan Blanchard menggunakan studi Ohio State untuk mengembangkan lebih lanjut gaya kepemimpinan yang dimiliki manajer (Rivai, 2008 : 24), yaitu : 9 “mengatakan/ telling, menjual/ selling, partisipasi/ participating dan Delegasi/ delegating”. Mengatakan/ telling yaitu pimpinan pada tugas yang sangat tinggi artinya banyak instruksi-instruksi yang perlu disampaikan mengingat bawahan baru menghadapi pekerjaan dan situasi yang baru. Hubungan rendah artinya pimpinan belum banyak memberikan motivasi yang bersufat dukungan, karena bawahan belum siap karena memerlukan struktur sementara manajer masih mengamati. Menjual/ selling yaitu tugas tinggi bawahan mulai belajar mengenal tugasnya, perhatian dan tugas tetap penting karena mereka belum dapat bekerja tanpa struktur, manager telah terbiasa dan mulai banyak memberikan dorongan lebih jauh untuk keberhasilan Partisipasi/ participating, dimana anggota mempunyai kemampuan lebih besar dan motivasi berprestasi mulai tampak dan mereka secara aktif mencari tanggung jawab yang lebih besar, pemimpin masih harus mendukung dan memberikan perhatian tetapi tidak perlu lagi memberikan pengarahan Delegasi/ delegating, anggota mulai percaya diri, dapat mengarahkan diri dan berpengalaman, pemimpin dapat mengurangi jumlah perhatian dan pengarahan Hersey dan Blanchard, menjelaskan hubungan antara pimpinan dan anggotanya mempunyai empat tahap/ fase yang diperlukan bagi pimpinan untuk mengubah gaya kepemimpinannya, seperti pada gambar berikut : 10 Tinggi Hubungan tinggi dan Tingkah laku hubungan (memberikan tingkah laku untuk mendukung) Tugas tinggi dan tugas rendah hubungan tinggi (3) (2) Hubungan rendah Tugas tinggi dan dan tugas rendah hubungan rendah (4) (1) Rendah Rendah Tinggi Tingkah laku hubungan (memberikan pedoman / pengarahan) Gambar 1.1 Kuadran Kepemimpinan Variabel selanjutnya yang dijadikan penelitian berkaitan dengan kinerja setelah kepemimpinan adalah komunikasi, Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengiriman kepada penerima informasi (Rivai, 2008 : 350), dilahat pengaruhnya bahwa komunikasi merupakan esensi yang sangat penting daripada sistem sosial dalam organisasi. Terdapat delapan unsur pokok di dalam proses komunikasi menurut Rivai (2008: 350) yaitu : a. Pengirim/ sumber (sender/ source), adalah orang yang mempunyai ide atau berinisiatef untuk mengadakan komunikasi b. Encoding, adalah lambang informasi agae dapat diteruskan dengan menterjemahkan ke dalam serangkaian simbol atau syarat c. Message, adalah bentuk fisik yang didalamnya oleh sender dipakai sebagai pesan atau misi informasi d. Channel, adalah ragam atau bentuk transmisi, seperti udara atau berbicara, kata-kata, dan kertas untuk surat yang tidak bisa dipisahkan oleh message e. Receiver adalah orang yang memberikan pengertian terhadap message yang disampaikan oleh sender f. Decoding, adalah proses interprestasi yang dilakukan oleh receiver terhadap message yang diterima, yang kemudian menterjemahkannya ke dalam informasi yang memiliki arti 11 g. Noise, adalah faktor yang meninbulkan gangguan, kebingungan terhadap komunikasi h. Feedback, adalah satu balikan dari proses komunikasi sebagai suatu reaksi terhadap informasi yang disampaikan oleh sender Komunikasi organisasi adalah memberikan pengaruh kepada seluruh anggota organisasi agar mereka baik secara perseorangan atau secara bersamasama memahami misi dan tanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi, dapat disimpulkan bahwa komunkasi sangat dibutuhkan dalam setiap pekerjaan di setiap lembaga atau organisasi, terutama bidang personalia. Menurut Rivai (2008: 351) apabila seorang pemimpin berhasil dalam menjalin komunikasi, hal tersebut merupakan jaminan kesuksesan dalam usaha pencapaian tujuan dalam memperbaiki kinerjanya. Menurut Wursanto (2001 : 29) bahwa “Seorang manajer kantor harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua pegawai kantor baik secara horizontal maupun secara vertikal atau secara diagonal”. Implikasinya dalam pendidikan bahwa kepala sekolah harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua pegawai yang ada di dalam lingkungan sekolah, karena komunikasi yang efektif akan berkontribusi kepada meningkatnya kinerja mengajar guru. Komunikasi internal yaitu komunikasi yang berlangsung di dalam suatu organisasi itu sendiri. Di dalam lingkungan sekolah dapat terjadi berbagai macam komunikasi, menurut Wursanto (2001: 41) secara struktural komunikasi di dalam lingkungan organisasi dapat dibedakan menjadi empat macam : a. Komunikasi dari atasan kepada bawahan (downward), dapat dibedakan menjadi berbagai macam bentuk seperti petunjuk, keterangan umum, perintah, teguran dan pujian. b. Komunikasi dari bawahan kepada atasan (upward), dapat digolongkan menjadi beberapa macam, seperti : laporan, keluhan, pendapat dan saran 12 c. Komunikasi yang berlangsung secara horizontal atau secara mendatar, adalah komunikasi yang berlangsung antara pegawai yang mempunyai kedudukan yang sama. Komunikasi horizontal disebut juga komunikasi tidak formal, dilaksanakan pada saat istirahat-rekreasi-menjelang pulang sekolah. Komunikasi ini dapat dibedakan menjadi : 1) Komunikasi antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat 2) Komunikasi antara bawahan dengan bawahan d. Komunikasi yang berlangsung secara diagonal, adalah komunikasi yang berlangsung antara pegawai pada tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas atau fungsi yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lain Implikasi komunikasi internal dalam lingkungan Taman Kanak-Kanak bahwa : komunikasi dari atasan kepada bawahan adalah komunikasi dari ketua yayasan penyelenggara TK kepada kepala TK, kepala TK kepada guru-guru, kepala TK kepada bagian keamanan dan kebersihan, guru kepada anak TK; komunikasi dari bawahan kepada atasan adalah komunikasi dari kepala TK kepada penyelenggara TK, guru-guru kepada kepala TK, anak TK kepada guru; komunikasi horizontal adalah komunikasi antara guru dengan guru, murid dengan murid ; orang tua murid dengan orang tua murid; komunikasi diagonal kepala TK dengan komite (ketua POM), guru-guru dengan bagian keamanan dan kebersihan. Variabel selanjutnya yang diteliti adalah variabel kinerja mengajar guru. Suryobroto (2002:20) mengatakan bahwa “kinerja mengajar guru dikatakan berkualitas apabila seorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarnya”. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik harus memiliki pengetahuan, keterampilan serta sikap yang baik. Kinerja mengajar guru TK berdasarkan pedoan penilaian Kinerja TK yang diterbitkan oleh Depdiknas meliputi : a. Penyusunan rencana pembelajaran 13 b. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar c. Penilaian prestasi belajar peserta didik d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik Berdasarkan uraian diatas , tentang kepemimpinan situasiaonal kepala TK sangat berkaitan dengan komunikasi internal serta akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran pada gambar.1. 2 : 14 ADMINISTRASI PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA WILAYAH PENELITIAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL 1. 2. 3. 4. Telling Selling Participating Delegating Kepemimpinan situasional kepala TK KOMUNIKASI INTERNAL MASALAH YANG TAMPAK 1. Adanya kepa la TK yang be lum mampu memecahkan masalah /kon flik dengan ca ra yang mem bangun 2. Adanya kepa la TK yang ku rang membe rikan otoritas dalam mende legasikan tu gas/wewenang untuk meng ambil keputu san secara in dependen 1. Laporan, kelu han, pendapat dan saran kurang mendapat respon dari kepala TK 2. Petunjuk, pe rintah dan te guran yang kurang jelas dan tepat disampaikan kepala TK 1. SKH dibuat tidak tepat waktu 2. Kurang menguasai materi dan metode pembelajaran 3. Penilaian kadang-kadang tidak dilaksanakan Kinerja Mengajar Guru TK : 1. Perencanaan Pembelajaran 2. Pelaksanaan interaksi KBM 3. Penilaian prestasi belajar MUTU PENDIDIKAN Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran 1. 2. 3. 4. Upward Downward Horizontal Diagonal Komunikasi internal guru TK 15 2. Paradigma Penelitian Bertitik tolak dari uraian kerangka penelitian dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut : KEPEMIMPINAN SITUASIONAL (X1) r1y R1,2y KINERJA MENGAJAR GURU TK (Y) KOMUNIKASI INTERNAL (X2) r2y Gambar .1.3 Paradigma Penelitian F. Asumsi-Asumsi Arikunto (2003:60-61) mengemukakan bahwa asumsi-asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Dalam merumuskan asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Individu adalah hal yang unik juga khas, tidak ada dimuka bumi ini yang sama meskipun terlahir dari rahim, bapak yang sama bahkan anak kembar sekali pun. Demikian pula kepala Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, diantara satu sama lainnya terdapat perbedaan baik dalam 16 kepemimpinan, cara berkomunikasi maupun kinerjanya. Kepemimpinan kemungkinan atau situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pimpinan dalam hal ini kepala TK memahami prilaku, sifat-sifat dan situasi bawahannya sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan. Jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah kepemimpinan pendidikan. Menurut Ngalim Purwanto (1993: 26) bahwa kepemimpinan pendidikan adalah "usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati". Selanjutnya menurut Goestch dan Davis (1994: 192 ) "kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan pendidikan". 2. Menurut Jiwanto (1985:3) bahwa 75% sampai 90% waktu kerja dipergunakan untuk komunikasi. Berdasarkan teori kepemimpinan Gaffar, dkk (1992:28) menyatakan bahwa “keterkaitan gaya kepemimpinan dengan komunikasi banyak tergantung pada range dan style pimpinan. Efektivitas performance pemimpin paling tidak ditentukan oleh gaya yang dianut dan bagaimana implikasinya”. 3. Kepemimpinan situasional dan komunikasi internal berpengaruh terhadap kinerja. Kinerja menurut Smith (1982:393) merupakan hasil atau output dari suatu proses manusia atau yang lainnya. Selanjutnya Prawirosentoso (1992:2) mengatakan bahwa kinerja berkaitan dengan : 1) unjuk kerja; 2) hasil kerja; 3) 17 daya guna melaksanakan kewajiban atau tugas; 4) suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja; 5) pelaksanaan tugas pekerjaan pada waktu tertentu yang sesuai. Hubungannya dengan kinerja mengajar guru TK menurut Depdiknas (2004:23) adalah : 1) penyusunan rencana pembelajaran; 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; 3) penilaian prestasi belajar peserta didik. G. Pengajuan Hipotesis Sugiyono (1997:39) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban di bawah kebenaran, jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, karena baru berdasarkan teori relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.. Jadi hipotesa juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1 Ho: ρ = 0 Tidak Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Ho: ρ ≠ 0 Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya 2 Ho: ρ = 0 Tidak Terdapat Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Ho: ρ ≠ 0 Terdapat Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya 18 3 Ho: ρ = 0 Tidak Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK Dan Komunikasi Internal Tterhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Ho: ρ ≠ 0 Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala TK Dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya