ABSTRAK Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sistem Ekskresi pada

advertisement
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
ABSTRAK
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sistem Ekskresi pada Manusia
Menggunakan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Siswa Kelas XI IPA 1
SMA Negeri 6 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014
Oleh: Kaberi1
SMA Negeri 6 Banjarmasin1
Masih rendahnya nilai hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6
Banjarmasin pada konsep sistem ekskresi pada manusia maka dari itu
peneliti tertarik untuk melakukan perubahan dalam memberikan
pembelajaran pada konsep sistem ekskresi pada manusia. Penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep sistem ekskresi pada
manusia untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Aktivitas guru terhadap
keterlaksanaan langkah-langkah model inkuiri terbimbing pada
pembelajaran materi sistem ekskresi, (2) Aktivitas siswa dalam
pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran
materi sistem ekskresi, (3) Peningkatan hasil belajar siswa pada materi
sistem ekskresi dengan menggunakan inkuiri terbimbing, dan (4) Respon
siswa XI IPA 1SMA Negeri 6 Banjarmasin pada konsep sistem pada
konsep sistem ekskresi dengan menggunakan inkuiri terbimbing.Metode
penelitian adalah deskriptif melalui penelitian tindakan kelas. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah hasil penilaian langsung, dan
observasi. Teknik analisis data secara kuantitatif dengan persentase.Hasil
penelitian menunjukkan: (1) Aktivitas guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.
Selama proses pembelajaran dari siklus I meningkat pada siklus II. Pada
siklus I dengan rata-rata 78.80 meningkat menjadi 80.43 pada pertemuan
2 dengan kategori “baik”. Sedangkan pada siklus II pada pertemuan 1
aktivitas guru dengan rata-rata 81.52 meningkat menjadi 84.78 pada
pertemuan 2 dengan kategori“ amat baik, (2) Hasil belajar siswa siklus II
pertemuan 1 yaitu 27% dan hasil pos tes pada pertemuan 2 yaitu 86%.
Hal ini telah memenuhi batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu
85%, (3) Aktivitas siswa pada siklus 1 pertemuan 1 berada pada 49.93%
dengan kategori cukup baik meningkat pada pertemuan 2 menjadi 55.58%
dengan kategori cukup baik. Pada siklus II pertemuan 1 aktivitas siswa
berada pada 65.79% meningkat menjadi 69.65% pada pertemuan 2,
dengan kategori baik, dan (4) respon siswa positif terlihat dari besaran
jumlah siswa yang menjawab “ya” mencapai angka rata-rata 92.76%,
sedangkan yang menjawab “tidak” hanya sebesar 7.24%.
Kata kunci: upaya, meningkatkan, hasil belajar, ekskresi,
inkuiri terbimbing
20
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
PENDAHULUAN
Menyikapi penerapan Kurikulum
sesuai dengan penerapan
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Proses maka dapat
dilakukan antara lain dari perserta didik yang diberi tahu (pasif) menuju
perserta didik mencari tahu (aktif); dari guru sebagai satu-satunya sumber
belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber; dari pendekatan tekstual
menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenaranya multi dimensi; dari pembelajaran
verbalisme menuju keterampilan aplikatif; peningkatan dan keseimbangan
antara keterampilan fisikal (hardkills) dan keterampilan mental (softskills);
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efesiensi dan efektvitas pembelajaran.
Kenyataan yang dihadapi
dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 6
Banjarmasin, guru mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar
yaitu dalam hal mengaktifkan siswa untuk berfikir analitis terhadap
konsep-konsep pelajaran yang diajarkan. Hal tersebut menyebabkan
peserta didik cenderung hanya menghafal konsep-konsep yang sudah
ada pada buku pedoman yang mereka pakai tanpa memahami maksud
dari bacaan yang ada dibuku tersebut.Hal ini, tentu saja berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.Masih ada saja siswa yang belum mencapai
KKM
(Kriteria
Ketuntasan
Minimal)
yang
ditetapkan,
yaitu
70.Permasalahan ini tentunya mengharuskan guru selalu mengadakan
remedial bagi mereka yang nilainya belum mencapai nilai KKM.Hal ini
disebabkan masih kurangnya penerapan strategi pembelajaran yang
inovatif, sehingga peserta didik cenderung pasif pada saat proses
pembelajaran dan kemampuan berfikir analitis tidak terasah.
Masih rendahnya nilai hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA
Negeri 6 Banjarmasin pada konsep sistem ekskresi pada manusia maka
dari itu peneliti tertarik untuk melakukan perubahan dalam memberikan
pembelajaran pada konsep sistem ekskresi pada manusia.Sekarang
21
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
banyak model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman yakni;
pembelajaran
langsung,
pembelajaran
kooperatif,
pembelajaran
berdasarkan masalah yang di dukung oleh strategi.
Peneliti tertarik untuk menggunakanstrategi pembelajaran inkuiri
terbimbing
pada
konsep
sistem
ekskresi
pada
manusia
untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.Pembelajaran Inkuirimenurut
Sanjaya (2011: 196) merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dengan siswa. Secara umum langkah-langkah proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuiri yaitu orientasi; merumuskan masalah;
mengajukan hipotesis; mengumpulkan data; menguji hipotesis dan
merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan latar belakang di
atas, dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana aktivitas guru terhadap keterlaksanaan langkah-langkah
model inkuiri terbimbing pada pembelajaran materi sistem ekskresi
siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 6 Banjarmasin?
2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model
inkuiri terbimbing pada pembelajaran materi sistem ekskresi di kelas
XI IPA-1 SMA Negeri 6 Banjarmasin?
3) Bagaimana
Negeri
6
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1SMA
Banjarmasin
pada
materisistem
ekskresi
dengan
menggunakan inkuiri terbimbing?
4) Bagaimana respon siswa XI IPA 1SMA Negeri 6Banjarmasin pada
konsep sistem pada konsep sistem ekskresi dengan menggunakan
inkuiri terbimbing?
Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
22
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
1) Aktivitas guru terhadap keterlaksanaan langkah-langkah model inkuiri
terbimbing pada pembelajaran materi sistem ekskresi siswa kelas XI
IPA-1 SMA Negeri 6 Banjarmasin.
2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri
terbimbing pada pembelajaran materi sistem ekskresi di kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Banjarmasin.
3) Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1SMA Negeri 6
Banjarmasin pada materisistem ekskresi dengan menggunakan inkuiri
terbimbing.
4) Respon siswa XI IPA 1SMA Negeri 6Banjarmasin
sistem pada konsep sistem ekskresi
pada konsep
dengan menggunakan inkuiri
terbimbing.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian
tindakan kelas (classroom action research).Penelitian ini dirancang dalam
2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan dilakukan
selama dua jam pelajaran. Dimana pada siklus I dan II membahas materi
tentang sistem ekskresi pada manusia. Diharapkan dalam 2 siklus
pembelajaran, siswa mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik dan mampu meningkatkan proses dan hasil belajarnya.
Penelitian tindakan kelas terbagi menjadi empat tahapan yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanan, (3) pengamatan, (4) refleksi.Penelitian ini
bertempat di SMAN 6 Banjarmasin,dengan perkiraan waktu selama 3
bulan.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6
Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 29 orang.
Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas, hasil
belajar dan respon siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Banjarmasin
menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.
23
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Data hasil belajar produk dianalisis secara kuantitatif dengan angkaangka. Hasil belajar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
1) Ketuntasan Individu
Kunandar
(2013:310)
menyatakan
menentukan
hasil
belajar
ketuntasan individu digunakan rumus:
Nilai
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛
= 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Ketuntasan individual“ jika siswa memperoleh nilai ≥80”.
2) Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan jumlah siswa yang tuntas belajar, dihitung ketuntasan
belajar secara klasikal dengan rumus sebagai berikut: (Aqib, 2011:41)
Ketuntasan Klasikal =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100%
Ketuntasan klasikal “jika > 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan KKM yaitu ≥ 80 (Trianto, 2011:241). Kualifikasi ketuntasan
klasikal dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel1. Kualifikasi Ketuntasan Klasikal
Interval (%)
Kategori
≥ 80
Sangat Tinggi
60-79
Tinggi
40-59
Sedang
20-39
Rendah
<20
Sangat Rendah
(sumber: Aqib, 2011:41)
24
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
3) Aktivitas siswa
Aktivitas siswa dianalisis dari tahap-tahap model inkuiri terbimbing.
Aktivitas siswa merupakan data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan
dengan angka melalui rubrik penilaian yang dapat diukur dengan rumus
sebagai berikut:
𝑃𝑘 =
𝑆
× 100%
𝑆𝑁 × 𝑆𝑀
Keterangan: Pk = Persentase Keaktifan siswa
S = Jumlah skor Perolehan
SN = Jumlah Siswa
SM = Skor Maksimal
(sumber: Salam, 2012)
Kualifikasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kualifikasi aktivitas siswa
Tingkat
Arti
keberhasilan
≥ 80 %
Sangat baik
60-79 %
Baik
40-59 %
Cukup baik
20-39 %
Kurang baik
< 20 %
Kurang sekali
(sumber, pedoman model penilaian kelas kurikulum tingkat satuan
pendidikan (2006): 99, Aqib (2011):41 )
4) Aktivitas guru
Aktivitas
guru
merupakan
data
kualitatif
yang
kemudian
dikuantitatifkan dengan angka melalui rubrik penialaian yang dapat diukur
dengan rumus sebagai berikut:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
× 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kualifikasi aktivitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3. Kualifikasi aktivitas guru
Interval
Kategori
81-100
Baik sekali
70-80
Baik
≤ 69
Cukup
(sumber: Trianto, 2007:192)
25
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
5) Respon siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model inkuiri
terbimbing pada materi sistem ekskresi pada manusia dianalisis
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
𝐴
× 100%
𝐵
Keterangan: A = Proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
(sumber: Trianto, 2011:243)
Untuk melihat kualifikasi respon siswa dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4. Kualifikasi respon siswa
Persentase (%)
Kategori
90-100
Baik sekali
80-89
Baik
70-79
Cukup
< 70
Kurang
(sumber: Winataputra, 2007:143)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa ranah kognitif produk dinilai dari hasil pre tes
dan pos tes.Pre tes dilakukan pada awal siklus I dan siklus II, sedangkan
pos tes dilakukan diakhir siklus I dan II. Berdasarkan data Hasil belajar
siswa ranah kognitif produk dapat di lihat pada gambar berikut.
86%
100%
80%
60%
41%
20%
Pertemuan I
27%
40%
Pertemuan II
7%
0%
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Ranah Kognitif Produk
26
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukkan pertemuan 1.pada
siklus I dengan persentase 7% dan pada siklus II menunjukkan
persentase 27%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 siklus I
terajadi peningkatan ke pertemuan 1 siklus II.Pertemuan 2 pada siklus I
dan siklus II. Pada pertemuan 2 siklus I
dengan persentase 41%
meningkat menjadi 86% pada pertemuan 2 siklus II.
Hasil belajar kelompok diperoleh dari kegiatan pengisian Lembar Kerja
Siswa (LKS) menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing. Data hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif proses dapat dilihat pada gambar
berikut.
87,33
90
76,17
80
70
79,5
60
60
50
Pertemuan 1
40
Pertemuan 2
30
20
10
0
Siklus I
Siklus II
Gambar 2 Grafik hasil belajar ranah kognitif proses
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat terjadinya peningkatan hasil
belajar siswa ranah kognitif proses pada setiap siklusnya. Penilaian hasil
belajar dalam ranah kognitif proses didapat dari hasil siswa mengerjakan
LKS secara berkelompok pada setiap pertemuan selama 2 siklus. Pada
siklus I pertemuan 1 dengan rata-rata 60 meningkat menjadi 76.17 pada
pertemuan 2, dengan kategori baik.Pada sikus II pertemuan I dengan ratarata 79.5 dengan kategori baik meningkat menjadi 87.33 dengan kategori
amat baik pada pertemuan 2.
27
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Hasil belajar ranah afektif pada perilaku berkarakter siswa pada siklus
I. dapat dilahat pada gambar berikut.
80,00%
60,00%
68,30%
55,80%
75,20%
61,70%
pertemuan 1
40,00%
pertemuan 2
20,00%
0,00%
siklus I
siklus II
Gambar 3 Grafik hasil belajar ranah afektif
pada keterampilan karakter siswa
Perilaku berkarakter siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat
dari siklus I ke siklus II.Pada siklus I pertemuan 1 perilaku berkarakter
siswa menunjukkan 55.80% meningkat menjadi 68.30% pada pertemuan
2. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 perilaku berkarakter siswa
menunjukkan 61.70% meningkat menjadi 75.20% pada pertemuan 2.
Hasil belajar siswa ranah afektif pada keterampilan sosial siswa diamati
dalam 2 siklus.Keterampilan sosial dan siswa pada siklus I terhadap
pembelajaran meningkat ke siklus II. Hasil data dapat dilihat pada gambar
grafik hasil belajar ranah afektif keterampilan sosial siswa dalam proses
pembelajaran di bawah ini.
80,00%
60,00%
64,80%
56,50%
70,30%
66,20%
Pertemuan 1
40,00%
Pertemuan 2
20,00%
0,00%
Siklus I
Siklus II
Gambar 4 Grafik hasil belajar ranah afektif pada keterampilan sosial siswa
28
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Berdasarkan hasil pengamatan keterampilan soaial siswa dalam
proses
pembelajaran.Keterampilan
sosial
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II.Untuk keterampilan sosial
pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan 56.50% meningkat menjadi
64.80% pada pertemuan 2. Pada siklus II pertemuan 1 keterampilan sosial
siswa menunjukkan 66.20% meningkat menjadi 70.30% pada pertemuan
2.
Hasil belajar ranah psikomotor siswa pada siklus I meningkat pada
siklus II. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar. Hasil belajar siswa pada
ranah psikomotor didapat dari penilaian siswa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan percobaan dan mengisi
keterangan gambar untuk pengamatan pada LKS yang dilakukan setiap
pertemuan selama 2 siklus.
93,17%
94,00%
92,00%
90%
90,00%
88,00%
86,85%
85,58%
Pertemuan 1
86,00%
Pertemuan 2
84,00%
82,00%
80,00%
Siklus I
Siklus II
Gambar 5 Grafik hasil belajar ranah psikomotor
Berdasarkan hasil pengamatan psikomotor siswa dalam proses
pembelajaran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siklus I pertemuan
1 dengan persentase hasil belajar psikomotor berada pada 64%
meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu dengan persentase 70%.Untuk
29
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
siklus II pertemuan 1 hasil belajar ranah psikomotor dengan persentase
83%, dan tidak meningkat pada pertemuan 2.
2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II terhadap pembelajaran
dengan menggunakan inkuiri terbimbing pada pokok bahasan sistem
ekskresi pada manusia dapat dilihat dari hasil observasi atau pengamatan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang diamati
adalah secara individu pada
saat siswa berdiskusi dalam kelompok
proses pembelajaran berlangsung.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi
yang telah dilakukan di kelas XI IPA 1 SMAN 6 Banjarmasin. Hasil
observasi mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada
konsep
sistem
ekskresi
pada
manusia
dengan
pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada gambar berikut.
69,65%
65,79%
70,00%
60,00%
55,58%
49,93%
50,00%
40,00%
Pertemuan 1
30,00%
Pertemuan 2
20,00%
10,00%
0,00%
Siklus I
Siklus II
Gambar 6 Grafik aktivitas siswa
30
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa secara
secara kelompok mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Pada siklus I
pertemuan 1 aktivitas siswa
berada pada 49.93% meningkat pada
pertemuan 2 menjadi 55.58%. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1
aktivitas siswa berada pada 65.79% meningkat pada pertemuan 2 menjadi
69.65%.
3. Aktivitas Guru
Aktivitas guru selama proses pembelajaran diamati oleh dua orang
pengamat Hal ini dilakukan agar guru dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam proses pembelajaran.
Hasil data dapat dilihat pada gambar berikut.
86
84
82
80
78
76
74
84,78
80,43
78,8
81,52
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
Siklus II
Gambar 7 Grafik aktivitas guru
Berdasarkan gambar grafik aktivitas guru menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II.Pada siklus I pertemuan 1 aktivitas
guru
dengan
nilai
78.8
meningkat
pada
pertemuan
2
yaitu
80.43.Sedangkan pada siklus II dengan nilai 81.52 pada pertemuan 1
meningkat menjadi 84.78 padapertemuan 2.
31
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
4. Respon Siswa
Angket adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana respon atau tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran
biologi pada pokok bahasan sistem ekskresi pada manusia dengan
menggunaka pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dilakukan.
Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada siswa kelas XI IPA
1SMAN 6 Banjarmasin yang berjumlah 29 orang.
100,00%
92,76%
80,00%
60,00%
Ya
40,00%
Tidak
7,24%
20,00%
0,00%
Ya
Tidak
Gambar 8 Grafik respon siswa
Berdasarkan angket respon siswa di atas dapat dilihat bahwa respon
siswa terhadap
pembelajaran menggunakan inkuri terbimbing sangat
baik. Dalam hal ini siswa memberikan respon atau tanggapan positif
terhadap pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing.Respon
siswa menunjukkan 92.76% siswa merasa senang dan termotivasi untuk
belajar dengan pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing pada
konsep sistem ekskresi pada manusia, sedangkan 7.24% siswa
menyatakan tidak senang.
32
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Pembahasan
1. Proses Pembelajaran dengan Inkuiri
Banyaknya kekurangan selama siklus I maka telah dilakukan refleksi
untuk dilanujutkan ke siklus II. Hasilnya pada siklus II siswa menunjukkan
peningkatan dan kemajuan. Dalam merumuskan masalah siswa sudah
menunjukkan suatu pertanyaan dengan menggunakan pengetahuan dan
pemahaman. Dalam merumuskan hipotesis siswa sudah menunjukkan
suatu peningkatan dimana jawaban sementara yang diajukan sudah
sesuai dengan rumusan masalah. Mengumpulkan data siswa sudah teliti
dan sesuai dengan hasil pengamatan. Sedangkan dalam hal menganalisis
data siswa sudah dapat menjawab pertanyaan yang disediakan dengan
jawaban yang bervariasi namun sudah menunjukkan suatu jawaban yang
menggunakan seluruh data. Untuk menarik kesimpulan siswa sudah
antusias dalam menyampaikan haasil diskusi kelompom dan antusias
dalam menarik kesimpulan.
Ada
beberapa
hal
yang
menjadi
ciri
utama
pembelajaran
menggunakan inkuiri yaitu (i) inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari pelajaran itu sendiri. (ii)
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari jawaban
sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan
sikap
percaya
diri.
(iii)
tujuan
dari
penggunaan
pembelajaran inkuiri ini adalah untuk mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian , dalam pembelajarn inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
mengembangkan
kemampuan
berpikir
2011:196-197)
33
secara
optimal
(Sanjaya,
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
2. Hasil Belajar Siswa
Menurut Bloom dalam (Suprijono,2009:6-7) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.Domain kognitif adalah
pengetahuan, pemahaman, penerapan, menguraikan, mengorganisasikan
dan menilai.Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon,
menilai, organisasi, dan karakter.Sedangkan untuk domain psikomotor
meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan
intelektual.
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Produk
Berdasarkan hasil pre tes dan pos-test pada siklus I dan siklus II
dengan konsep sistem ekskresi pada manusia dengan pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing.Dapat diketahui bahwa pada siklus I
pengetahuan awal siswa menunjukkan hasil yang sangat rendah. Hal ini
terlihat pada hasil pre-test yang tuntas belajar hanya 2 orang dari 29 siswa
dengan ketuntasan klasikal yaitu 7%. Untuk Hasil post-test siswa yang
tuntas belajar meningkat daripada pre-tes yaitu 12 orang dari 29 siswa
dengan ketuntasan klasikal yaitu 41%, yang berarti bahwa masih dibawah
85% sebagai indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan karena siswa
kurang memahami materi yang diajarkan.Selanjutnya pada siklus II
mempelajari tentang sistem ekskresi pada manusia membahas tentang
paru-paru dan kulit. Hasil pre-test siklus II pada pertemuan 1 siswa yang
tuntas dalam belajar sebanyak 8 orang dari 29 siswa dengan ketuntasan
klasikal 27% dan hasil pos-tets pada pertemuan 2 siswa yang tuntas
belajar sebanyak 25 orang dari 29 siswa dengan ketuntasan klasikal 86%.
Berdasarkan test hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II telah
mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan klasikal pre-tes hanya
7% meningkat menjadi 27% pada siklus II.Hasil pos-test pada siklus I
hanya 41% meningkat menjadi 86% pada siklus II.Hal ini menunjukkan
34
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
bahwa adanya peningkatan sehingga indikator keberhasilan dapat
tercapai pada siklus II.
Proses (LKS)
Hasil belajar siswa ranah kognitif proses didapat dari hasil siswa
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). LKS merupakan salah satu bentuk
penilaian yang diberikan oleh guru kepada siswa atas hasil kerjasama
secara
berkelompok
dalam
mengerjakan
LKS.Kemampuan
setiap
kelompok dinilai dari LKS yaitu dalam merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan merumuskan
kesimpulan. Pada siklus I pertemuan 1 dengan rata-rata 60 dengan
kategori “cukup baik” meningkat menjadi 76.17 dengan kategori “baik”.
Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 rata-rata yang diperoleh yaitu
79.5 dengan kategori “baik” meningkat menjadi 87.33 dengan kategori
“amat baik”.
Berdasarkan hasil yang didapat pada siklus I dan siklus II dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif
proses dari rata-rata 76.17 pada akhir siklus I meningkat menjadi 87.33
pada akhir siklus II. Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa siswa
mengerjakan lembar kerja peserta didik yang diberikan oleh guru.
Penilaian proses dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar
yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan
umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa.
Dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap
yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab dan
disiplin (Usman, 2011:42)
Hasil Belajar Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ada
asumsi bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi dari
pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu.Dengan
35
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
demikian antara sikap dan pengetahuan memiliki hubungan yang sangat
erat dan saling mempengaruhi.Penilaian kompetensi sikap adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau
memperhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai,
mengorganisasikan
atau
mengelola
dan
berkarakter
(Kunandar,
2013:100).
Perilaku berkarakter siswa
Pada siklus I pertemuan 1 perilaku berkarakter siswa menunjukkan
55.80% meningkat menjadi 68.30% pada pertemuan 2 dengan kategori
“cukup baik”. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 perilaku berkarakter
siswa menunjukkan 61.70% dengan kategori “cukup baik” meningkat
menjadi 75.20% pada pertemuan 2 dengan kategori “baik”.
Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II dari kategori “cukup
baik” menjadi baik.Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
ketelitian dan bekerjasama meningkat karena siswa telah mengalami
perubahan perilaku selama belajar.
Keterampilan Sosial Siswa
Keterampilan sosial pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan 56.5%
dengan kategori “cukup baik” meningkat menjadi 64.8% pada pertemuan
2 dengan kategori “cukup baik”. Pada siklus II pertemuan 1 keterampilan
sosial siswa menunjukkan 66.2% dengan kategori “baik” meningkat
menjadi 70.30% pada pertemuan 2 dengan kategori “baik”.
Peningkatan keterampilan sosial siswa dari siklus I ke siklus II tidak
terlepas dari keingintahuan sebagian siswa terhadap materi yang
diajarkan.Sehingga
sebagian
siswa
menjadi
lebih
berani
untuk
bertanya.Sedangkan untuk menjadi pendengar yang baik siswa lebih
menghargai pendapat teman tanpa mencela atau meremehkan pendapat
tersebut.
36
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Hasil Belajar Ranah psikomotor
Hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor pada proses belajar
mengajar siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa secara berkelompok
melakukan
pengamatan
terhadap
fungsi
ginjal
dan
melakukan
pengamatan pada gambar struktur hati.Sedangkan pada siklus II siswa
secara berkelompok dalam melakukan pengamatan terhadap fungsi paruparu pada manusia dan melakukan pengamatan pada gambar struktur
kulit manusia pada LKS dengan data yang telah dikumpulkan pada saat
melakukan penyelidikan di LKS.
Berdasarkan hasil belajar dalam ranah psikomotor pada proses
belajar mengajar siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan 1 diperoleh
hasil rata-rata nilai 85.58%, dan pada pertemuan 2 sedikit meningkat yaitu
dengan hasil rata-rata nilai 86.85%, masuk dalam kategori “baik sekali”.
Selanjutnya dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa ranah psikomotor
pada siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil rata-rata nilai 90% dan pada
pertemuan 2 meningkat yaitu dengan hasil rata-rata nilai 93%, juga masuk
dalam kategori “baik sekali”.
Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
berhubungan
melalui
keterampilan
(skills)
sebagai
hasil
dari
tercapainyakompetensi pengetahuan dari peserta didik.Keterampilan itu
sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas
tertentu.Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa siswa melakukan
pengamatan sebagai keterampilan psikomotor pada siswa.
b. Aktivitas Siswa
Pada siklus I pertemuan I aktivitas siswa berada pada 49.93%
meningkat pada pertemuan 2 yakni menjadi 55.58% dengan kategori
“cukup baik”. Sedangkan pada siklus II pertemuan I aktivitas siswa berada
pada 65.79%
meningkat menjadi 69.65% pada pertemuan 2, dengan
kategori "baik”. Ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dalam hal memperhatikan penjelasan dari guru.
37
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikan dalam
suasana
yang
menyenangkan
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran.Hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik merupakan syarat
keberhasilan
pengelolaan
kelas.
Pengelolaan
kelas
yang
efektif
merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif (Djamarah, 2010:174).
c. Aktivitas Guru
Berdasarkan aktivitas guru selama proses pembelajaran diamati oleh
dua orang pengamat. Hal ini dilakukan agar guru dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dalam proses pembelajaran. aktivitas guru dalam
mengelola kelas dan membimbing siswa dalam belajar selama proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II.
Pada siklus I
aktivitas guru berada pada kategori “baik”. Pada siklus 1 pertemuan 1
aktivitas guru dengan rata-rata 78.80 meningkat menjadi 80.43 pada
pertemuan 2 dengan kategori “baik”. Sedangkan pada siklus II pada
pertemuan 1 aktivitas guru dengan rata-rata 81.52 meningkat menjadi
84.78 pada pertemuan 2 dengan kategori“ amat baik”.
Selama proses pembelajaran guru membimbing siswa dalam berbagai
hal seperti merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Guru juga membimbing
siswa dalam melakukan percobaan/ pengamatan tentang fungsi ginjal dan
fungsi paru-paru pada manusia serta membimbing siswa dalam
melakukan pengamatan terhadap gambar.
Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di
sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Guru dipandang sebagai faktor yang sangat
penting terhadap ketercapaian mutu prestasi belajar siswa, sehingga guru
dituntut untuk memiliki kemampuan tentang kompetensinya sebagai
38
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
pendidik. Kompetensi seorang pendidik itu meliputi: kinerja, penguasaan
materi akademik, profesional dan menguasai keterampilan/ proses kerja
(Yusuf, 2011:139).
d. Respon Siswa
Berdasarkan hasil respon siswa yang diambil dari angket respon
siswa menunjukkan bahwa siswa sangat menyukai pembelajaran
menggunakan
inkuiri
terbimbing.Pembelajaran
menggunakan
inkuiri
terbimbing mendapat respon positif dari siswa, hal ini terlihat dari besaran
jumlah siswa yang menjawab “ya dan tidak” (respon positif) mencapai
angka 92.75%, sedangkan yang menjawab “ya dan tidak” (respon negatif)
hanya sebesar 7.25 %.
Hasil analisis data jawaban angket ini dapat dinyatakan bahwa
berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing yang
diterapkan guru terhadap konsep sistem ekskresi pada manusia dapat
dikatakan berhasil dengan baik, karena dapat memotivasi siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan siswa antusias
serta secara keseluruhan siswa sangat senang dengan pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing melalui soal-soal LKStentang konsep
sistem ekskresi pada manusia sehingga dapat diterima siswa dengan
baik.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai
selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya
adalah metode.Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Dengan memanfaatkan metode yang akurat, guru akan mampu mencapai
tujuan pembelajaran. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang,
artinya metode harus menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.Jadi,
guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 2010:75).
39
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan, maka hasil
dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Aktivitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada siklus I dengan
rata-rata 78.80 meningkat menjadi 80.43 pada pertemuan 2 dengan
kategori “baik”. Sedangkan pada siklus II pada pertemuan 1 aktivitas
guru dengan rata-rata 81.52 meningkat menjadi 84.78 pada
pertemuan 2 dengan kategori“ amat baik”.
(2) Aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Banjarmasin pada
konsep sistem ekskresi pada manusia menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing meningkat dari siklus I ke siklus II.Aktivitas siswa
pada siklus 1 pertemuan 1 berada pada 49.93% dengan kategori
cukup baik meningkat pada pertemuan 2 menjadi 55.58% dengan
kategori cukup baik. Pada siklus II pertemuan 1 aktivitas siswa berada
pada 65.79% meningkat menjadi 69.65% pada pertemuan 2, dengan
kategori baik.
(3) Hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Banjarmasin pada
konsep sistem ekskresi pada manusia menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing meningkat dari siklus I ke siklus II, secara klasikal
dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan 1 pengetahuan awal
siswa menunjukkan hasil yang sangat rendah yaitu 7%, untuk hasil
pos tes siklus I pertemuan II meningkat yaitu 41%. Hasil pre tes siklus
II pertemuan 1 yaitu 27% dan hasil pos tes pada pertemuan 2 yaitu
86%. Hal ini telah memenuhi batas ketuntasan klasikal yang
ditetapkan yaitu 85%.
Peningkatan pemahaman siswa dari hasil
belajar kelompok dilihat pada Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siklus I
pertemuan 1 dengan rata-rata nilai 60 meningkat menjadi 76.17 pada
pertemuan 2, dengan kategori baik. Pada sikus II pertemuan I dengan
rata-rata 79.5 dengan kategori baik meningkat menjadi 87.33 dengan
40
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
kategori amat baik pada pertemuan 2.
Hasil belajar siswa ranah
afektif perilaku berkarakter pada siklus I pertemuan 1 perilaku
berkarakter siswa menunjukkan 55.80% meningkat menjadi 68.30%
pada pertemuan 2 dengan kategori cukup baik. Sedangkan pada
siklus II pertemuan 1 perilaku berkarakter siswa menunjukkan 61.70%
dengan kategori cukup baik meningkat menjadi 75.20% pada
pertemuan 2 dengan kategori baik. Hasil belajar siswa ranah afektif
keterampilan sosial pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan 56.50%
dengan kategori cukup baik meningkat menjadi 64.80% pada
pertemuan 2 dengan kategori cukup baik. Pada siklus II pertemuan 1
keterampilan sosial siswa menunjukkan 66.20% meningkat menjadi
70.30% pada pertemuan 2 dengan kategori baik. Hasil belajar siswa
ranah psikomotor menunjukkan bahwa siklus I pertemuan 1 dengan
persentase hasil belajar psikomotor berada pada 85.58% meningkat
pada siklus I pertemuan 2 yaitu dengan persentase 86.85% dengan
kategori sangat baik. Untuk siklus II pertemuan 1 hasil belajar ranah
psikomotor dengan persentase 90%, dan meningkat pada pertemuan
2 dengan persentase 93% dalam kategori sangat baik
(4) Respon siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Banjarmasin pada konsep
sistem ekskresi pada manusia menggunakan pembelajaran inkuiri
terbimbing menunjukkan respon positif terlihat dari besaran jumlah
siswa yang menjawab “ya” mencapai angka rata-rata 92.76%,
sedangkan yang menjawab “tidak” hanya sebesar 7.24%.Hal ini
menunjukkan sebagian besar siswa merasa senang dan termotivasi
selama pembelajaran.
41
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Bagi guru, dengan adanya data yang nyata dari penelitian ini
diharapkan dapat menerapkan model pembalajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi,
khususnya pada pokok bahasan sistem ekskresi pada manusia.
b. Bagi kepala sekolah, diharapkan PTK ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di
sekolah.
c. Bagi peneliti lain, diharapkan PTK ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan untuk panduan dalam melakukan penelitian lain dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing pada konsep-konsep yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama
Widya
Arikunto, S. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media.
Atmono, D. 2009.Panduan Praktis PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Kalimantan Selatan: Scripta Cendikia Balita Jaya Permai
Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Depdiknas.2006.”Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP untuk TK, SD/
MI, SMP/ MTs, SMA/ MA, SMK/MAK.Jakarta: BP.Cipta Jaya
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar edisi revisi.Jakarta:
PT Rineka Cipta
Hanafiah, N dan Suhana. 2012. Konsep strategi pembelajaran. Bandung:
PT refika Aditama
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo
persada.
42
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada
Listawati, M dan Rizki.2013.“Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Kognitif
dan Retensi Siswa Kelas XI IPA SMA Laboratorium UM
Malang”.Jurnal Pendidikan (Online).
Oktavira,
R.2012. “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada konsep Gaya Magnet
Siswa Kelas V SDN 012 Pangkalan Baru Kampar”. Jurnal
Pendidikan (Online)
Pratiwi, dkk.2006.Biologi untuk SMA Kelas XI.Jakarta: Erlangga
Sanjaya, W. 2011.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses
Pendidikan. Jakarta:Kencana.
Suprijono, A. 2009.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyadi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Usman,U.2011.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Yani, R, dkk. 2009. Buku Biologi untuk kelas XI SMA/ MA BSE. Jakarta:
PT. Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S.2011.Perkembangan Peserta didik. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Winataputra,S,U.2007.Teori
Universitas Terbuka
Belajar
43
dan
Pembelajaran.
Jakarta:
Download