BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Daftar Isi Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.2 Demografi 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.4 Tata Ruang Wilayah 2.5 Sosial dan Budaya 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga 3.1.2 Tatanan Sekolah 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.2.4 “Pemetaan” Media 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.2.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.3 Pengelolaan Persampahan 3.3.1 Kelembagaan 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.3.4 “Pemetaan” Media 3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.3.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan 3.4.1 Kelembagaan 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.4.4 “Pemetaan” Media 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.4.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1 Pengelolaan Air Bersih 3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga 3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1 Area Berisiko Sanitasi 5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini II- 1 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Istilah Daftar Istilah dapat mengacu pada Glossary Sanitasi di Lampiran Petunjuk Praktis ini. Gunakan sesuai istilah yang ada di dalam dokumen Buku Putih Sanitasi. II- 2 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Bab 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Gambaran Umum Wilayah menjelaskan kondisi umum Kota Salatiga yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab perangkat daerah. 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Geografis Kota Salatiga terletak antara 007.17’ - 007.17’.23” Lintang Selatan dan antara 110.27’.56,81” 110.32’.4,64” Bujur Timur. Adminstratif Kota Salatiga terdiri dari 4 kecamatan dan 22 kelurahan, sebagaimana tersebut pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan Dan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah Jumlah thd total Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Penduduk (Ha) (%) Kec. Tingkir Kec. Argomulyo Kec. Sidomukti Kec. Sidorejo 1. Kutowinangun 2. Gendongan 3. Sidorejo Kidul 4. Kalibening 5. Tingkir Lor 6. Tingkir tengah 1. Noborejo 2. Ledok 3. Salatigarejo 4. Kumpulrejo 5. Randuacir 6. Cebongan 1. Kecandran 2. Dukuh 3. Mangunsari 4. Kalicacing 1. Blotongan 2. Sidorejo Lor 3. Salatiga 4. Bugel 5. Kauman Kidul 6. Pulutan Jumlah Total Sumber: Salatiga Dalam Angka 2010 20.301 5.838 4.261 1.641 3.962 4.374 5.589 10.051 11.109 7.322 5.178 4.417 5.323 11.084 16.275 7.249 11.683 13.349 15.690 2.745 3.931 3.249 293,750 68,900 277,500 99,599 177,300 137,801 332,200 187,330 188,430 629,030 377,600 138,100 399,200 377,150 290,770 78,730 423,800 271,600 202,000 294,370 195,850 237,100 5.678,110 5% 1% 5% 2% 3% 2% 6% 3% 3% 11% 7% 2% 7% 7% 5% 1% 7% 5% 4% 5% 3% 4% 100 % II- 3 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Sumber: RTRW Kota Salatiga 2010-2030 Gambar 2.1 Peta Kota Salatiga dalam Konstelasi Jawa Tengah II- 4 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Sumber: RTRW Kota Salatiga 2010-2030 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Salatiga II- 5 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Kondisi Fisik Tinjauan morfologis, Kota Salatiga berada di cekungan kaki gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong. Dengan ketinggian antara 450 - 825 m dpl (dari permukaan air laut), dan pada aspek topografis, Kota Salatiga terdiri dari 3 bagian : Bergelombang ± 65 %, terdiri dari : a. Kelurahan : Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga dan Sidorejo Lor. b. Keluarahan : Bugel, Kumpulrejo dan Kauman Kidul. Miring ± 25 %, terdiri dari : a. Kelurahan : Salatigarejo, Mangunsari dan Sidorejo Lor. b. Keluarahan : Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir Tengah dan Cebongan. Datar ± 10 %, terdiri dari : a. Kelurahan : Kalicacing b. Keluarahan : Noborejo, Kalibening dan Blotongan Kondisi air tanah (ketinggian air tanah). Curah hujan di Kota Salatiga dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Menurut data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Salatiga (2011: 55-56) tercatat Curah hujan tertinggi sebesar 360 mm pada bulan Maret, sedangkan hari hujan terbanyak selama 19 hari pada bulan Januari dan bulan Desember. Jumlah curah hujan yang beragam sangat tergantung pada bulan dan letak stasiun pengamat. Menurut data SLHD jumlah curah hujan 3.577 mm, Jumlah Hari Hujan 172 hari dan Rata-rata Curah Hujan 20,80 mm/hari Kota Salatiga termasuk dalam DAS Tuntang, yang merupakan Wilayah Sungai Jragung, Sungai Tuntang, Sungai Serang, Sungai Lusi, dan Sungai Juwana, (WS Jratunseluna). Hulu DAS Tuntang berada di Kabupaten Semarang (Rawapening), sedangkan bagian tengah dan hilir DAS berada di Kabupaten Demak. DAS Tuntang terletak pada posisi 110° 18' 26" - 110° 51' 01" Bujur Timur dan antara 6° 45' 31'' - 7° 26' 55'' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 156.789,50 Ha dan debit ..........M3/det. DAS Tuntang memiliki tiga sub das di Kota Salatiga. (RTRW 2010-2030: III-62). Tabel 2.1 Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) di Wilayah Kota Salatiga Nama Sub DAS Sub DAS Jurang Gunting Sub DAS Banyu Putih Sub DAS Kali Taman Sumber .............. Luas (Ha) Debit (M3/dtk) 2.2 Demografi Demografi merupakan gambaran ringkas kondisi kependudukan di tingkat kecamatan (data kelurahan masuk lampiran), Rumus untuk menghitung proyeksi penduduk 5 tahun: Pt = Po (1 + r )t Keterangan: Pt = jumlah penduduk pada tahun t (2017). Po = jumlah penduduk pada tahun awal (2012) r = angka pertumbuhan penduduk t = waktu (5) II- 6 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk dan Proyeksi 5 tahun Nama Kecamata n Jumlah Penduduk 2007 41.158 2008 40.547 Kec. Tingkir Kec. 41.029 40.654 Argomuly o Kec. 36.050 36.129 Sidomukti Kec. 49.024 49.703 Sidorejo Sumber: RTRW 2010-2030 NO. 1. 2. 3. 4. Tahun 2009 40.262 2010 40.377 40.148 Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Tahun 2008 2009 2010 2007 11407 2008 11369 Tahun 2009 2010 11107 11.107 43.666 11366 11287 11574 11.574 2,10 40.007 39.931 9875 9850 10184 10.182 3,47 49.605 50.647 13583 13749 11345 11.345 1,09 2013 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK 2014 KECAMATAN 2011 2012 2011 2007 2015 2011 -0,64 2016 Kec. Tingkir Kec. Argomulyo Kec. Sidomukti Kec. Sidorejo Jumlah penduduk Kota Salatiga mengalami kenaikan sebesar 4.599 jiwa. Konsentrasi penduduk paling banyak berada di Kecamatan Sidorejo sebagai pusat permukiman. Penduduk di kecamatan ini mencapai 50.647 jiwa (29%) dari total penduduk Salatiga, disusul oleh Kecamatan Argomulyo, jumlah penduduk sebesar 43.666 jiwa (25%). Sementara penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Sidomukti, yaitu hanya 39.931 jiwa (22,86%). Dibanding tahun 2009, penduduk Kota Salatiga pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,63%. 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah II- 1 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Bagian ini menjelaskan kondisi keuangan dan perekonomian daerah meliputi: pendapatan dan belanja modal sanitasi daerah, kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal/ruang fiskal, data peta perekonomian dan data realisasi belanja modal sanitasi setiap SKPD. Tabel 2.4 Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir No (a) A 1 Anggaran 2007 (b) (c) Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Rp (PAD) 36.192.748.028,00 2 Dana Perimbangan (Transfer) Rp 266.495.890.647,00 3 Lain-lain Pendapatan yang Rp Sah Jumlah Pendapatan Rp 302.688.638.675,00 B Belanja 1 Belanja Tidak Langsung Rp 142.678.186.365,00 2 Belanja Langsung Rp 111.095.561.449,00 Jumlah Belanja Rp 253.773.747.814,00 Surplus/Defisit Anggaran Rp 48.914.890.861,00 2008 (d) 2009 (e) 2010 (f) Rp 45.149.901.979,00 Rp 53.055.833.309,00 Rp 51.549.747.508,00 Rp 340.886.288.132,00 Rp 318.659.347.694,00 Rp 4.480.275.000,00 Rp 376.195.456.003,00 Rp 335.299.006.904,00 Rp 60.611.340.067 Rp 417.562.170.854 Rp 24.655.685.094,00 - Rp 411.504.439.506,00 Rp 478.173.510.921 Rp 204.203.363.965,00 Rp 228.453.181.447,00 Rp 432.656.545.412,00 Rp 241.302.105.462,00 Rp 274.539.211.207,00 Rp 177.313.810.169,00 Rp 184.408.695.280,00 Rp 418.615.915.631,00 Rp 458.947.906.487,00 Rp Rp Rp Rp 19.225.604.434 22.327.311.194,00 -56.461.089.409,00 Rp 4.685.093.750,00 Rp 390.721.283.861,00 Rp 173.023.819.370,00 Rp 195.370.153.297,00 Rp 368.393.972.667,00 2011 (g) -7.111.476.125,00 Sumber: DPPKAD Kota Salatiga 2012 II- 2 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir No (a) A Subsektor/SKPD (b) Air Limbah 1 Dinas pekerjaan Umum 2 2007 (c) 243.750.000 2008 (d) 570.000.000 2009 (e) 700.720.000 2010 (f) 1.985.464.000 2011 (g) 2.396.929.000 93.750.000 - 160.000.000 - - Disnaker & Permas 100.000.000 100.000.000 - - - 3 Dinas Pasar & PKL 50.000.000 - - - - 4 DPLH - 470.000.000 - - - 5 Dinas tata kelolah - - 215.000.000 978.250.000 50.000.000 6 KLH - - 282.000.000 1.007.214.000 2.346.929.000 7 Disperindagkop & UMKM - - 43.720.000 - - B Persampahan 310.000.000 852.000.000 936.648.000 1.188.500.000 1.120.942.000 1 DPLH 310.000.000 827.000.000 - - - 2 Disnakertrans & Permas - 25.000.000 - - - 3 DTK - - 936.648.000 1.188.500.000 1.120.942.000 C Drainase 2.625.126.000 7.897.168.000 10.459.240.000 11.959.823.000 11.322.339.000 II- 3 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 1 DPU 2.301.876.000 7.602.328.000 10.459.240.000 11.959.823.000 11.322.339.000 2 BAPPEDA 323.250.000 294.840.000 - - - D 124.540.000 344.962.000 753.806.000 543.358.000 884.301.000 1 Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) Dinas Kesehatan 64.540.000 136.813.000 553.806.000 295.215.000 522.670.000 2 DPLH 60.000.000 - - - - 3 Disnakertrans & Permas - 208.149.000 - - - 4 Bapermas, Peremp, KB, dan KP - - 200.000.000 248.143.000 361.631.000 E Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping) Total Belanja APBD 3.303.416.000 9.664.130.000 12.850.414.000 15.677.145.000 2.383.416.000 8.373.130.000 8.687.414.000 12.446.645.000 253.773.747.814 482.466.340.530 485.111.546.463 472.104.586.200 F G H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%) I Jumlah penduduk J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) Sumber: DPPKAD Kota Salatiga 2012 15.724.511.000 10.748.311.000 518.883.551.889 0,01 0,02 0,03 0,03 0,03 167.261 19.750,07 167.033 57.857,61 170.022 75.580,89 174.621 89.778,12 xx174.621xx 90.049,37 II- 4 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Tabel 2.6 Data ruang fiskal Kota Salatiga 5 tahun terakhir Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: DPPKAD Kota Salatiga 2012 Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah (IRFD) Rp 149.500.779.514,00 Rp 145.782.930.577,00 Rp 159.976.861.484,00 Rp 119.298.560.780,00 Rp 136.317.992.871,00 Pertumbuhan ekonomi Salatiga tahun 2010 yang ditunjukkan oleh laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,01%. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009, dimana laju pertumbuhan sebesar 4,48%, maka pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh laju Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4.48% jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 dimana laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4.98% maka pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan karena dampak dari krisis global yang terjadi pada akhir tahun 2008, dan sektor riil mengalami dampak yang paling besar Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terakhir No Deskripsi 2007 2008 2009 2010 (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 PDRB harga konstan 792.680,46 832.154,88 869.452,99 913.020,05 (struktur perekonomian) (Rp.) 2 Pendapatan Perkapita 8.288.969,25 9.227.188,65 9.841.641,87 10.856.889,06 Kabupaten/Kota (Rp.) 3 Upah Minimum Regional 582.000 662.500 750.000 803.185 Kabupaten/Kota (Rp.) 4 Inflasi (%) 7,22 10,20 3,28 6,65 5 Pertumbuhan Ekonomi 5,39 4,98 4,48 5,01 (%) Sumber: Salatiga Dalam Angka 2012 2011 (g) xxx xxx 843.500 2,89 xxx 2.4 Tata Ruang Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal–Ungaran–Semarang–Salatiga–Purwodadi (Kedungsepur) yang berkelanjutan didukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan. Secara umum, untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kota Salatiga, maka ditetapkan strategi dan kebijakan perencanaan ruang wilayah serta strategi perencanaan ruang wilayah. Terkait dengan bidang sanitasi (air limbah, drainase dan persampahan) termasuk di dalam kebijakan pengembangan infrastruktur kota. Kebijakan Struktur Ruang Tujuan kebijakan struktur ruang adalah untuk mendorong proses pertumbuhan pada wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang serta untuk memacu pertumbuhan wilayah tersebut sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan tetap menjaga keberlanjutan pembangunannya. Kebijakan pengembangan struktur ruang kota, meliputi: 1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan sesuai dengan fungsinya dengan strategi: a. Menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang; II- 1 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 b. Mengembangkan pusat perdagangan berskala regional; c. Mengembangkan kegiatan pendidikan menengah kejuruan, akademi, dan d. perguruan tinggi hingga ke skala pelayanan regional; e. Mengembangkan pusat kegiatan olah raga; f. Mengembangkan kegiatan wisata budaya, wisata alam, dan wisata buatan; g. Mengembangkan kegiatan jasa pertemuan dan jasa pameran. 2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum, dengan strategi: a. Mengembangkan prasarana telekomunikasi nirkabel berupa tower BTS b. (Base Transceiver Station) bersama; c. Mengembangkan prasarana listrik dengan sumber energi alternatif; d. Meningkatkan dan mengembangkan ketersediaan air baku; e. Meningkatkan kualitas jaringan irigasi dan distribusi air. 3. Pengembangan sistem jaringan transportasi jalan yang memperlancar pergerakan antar pusat kegiatan, dengan strategi: a. Mengembangkan jaringan jalan lingkar; b. Menata fungsi jaringan jalan; dan c. Mengembangkan terminal tipe A, tipe C, dan terminal angkutan kota (angkota). Kebijakan pola ruang Tujuan kebijakan pola ruang adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan pengembangan pola ruang kota meliputi : 1. Peningkatan fungsi kawasan lindung, dengan strategi: a. menetapkan kawasan lindung; b. menjaga kelestarian kawasan lindung; c. mengembalikan dan mengatur pemanfaatan tanah sesuai peruntukan fungsi lindung; d. melestarikan kawasan lindung cagar budaya; e. melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung yang telah menurun fungsinya. 2. Penyediaan RTH Kota yang proporsional, dengan strategi: a. meningkatkan kuantitas RTH hingga 30 %; b. mengembalikan RTH sesuai fungsinya; c. mempertahankan RTH yang telah ada. 3. Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien, dengan strategi: a. menetapkan kawasan budi daya sesuai daya dukung dan daya tamping lingkungan; b. mengarahkan pengembangan kawasan industri di bagian Selatan kota; c. mengarahkan pengembangan kawasan pertanian lahan basah di bagian Timur kota; d. mendorong pengembangan kawasan budi daya secara vertikal di kawasan kepadatan tinggi; dan e. memperhatikan keterpaduan antar kegiatan budi daya; f. mengembangkan fasilitas olah raga berskala nasional dan internasional. 4. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, dengan strategi: a. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar b. kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan keamanan dengan kawasan budi daya terbangun; d. menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan. Cantumkan informasi mengenai wilayah rawan bencana dan kebijakan penataan ruang untuk wilayah perbatasan (apabila ada). Di wilayah Kota Salatiga, rawan bencana yang dimaksud adalah rawan longsor, rawan erosi permukaan tanah dan rawan genangan. Beberapa lokasi rumah atau perumahan dan permukiman di Kota Salatiga masih berada di daerah yang merupakan daerah rawan longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman yang ada tersebut. Banyak kawasan-kawasan rawan longsor yang ditempati penduduk sebagai tempat hunian. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan lindung yang terlarang untuk II- 2 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 permukiman. Selain itu, akibat dari kurang tegasnya pengendalian pembangunan dan aparat pemerintah Kota Salatiga. Seperti permukiman yang ada di Kelurahan Blotongan dan Bugel yang memiliki kelerengan > 40 %, dan untuk Kelurahan Sidorejo Lor tidak memiliki kelerengan yang tinggi, namun kelurahan ini memiliki kawasan rawan bencana berupa banjir. Kondisi ini dikarenakan kelurahan yang memiliki kelerengan tinggi dan semakin sedikit kawasan lindungan resapan air akibat dari kawasan ini dibangun untuk permukiman baru. Kebijakan yang akan dilakukan antara lain: pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di kawasan rawan longsor, kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik – aktivitas kawasan, kepadatan diarahkan < 30 unit/Ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2, kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase, pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan). Beberapa lokasi permukiman yang berada di daerah rawan longsor antara lain terdapat di Kelurahan Blotongan, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Bugel, Kelurahan Randuacir, dan Kelurahan Kumpulrejo. Walaupun jumlah tidak terlalu banyak dan belum pernah terjadi longsor namun lokasi tersebut membutuhkan pengendalian untuk pencegahan keberlanjutan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat atau pengembang. II- 3 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Gambar 2.2 Peta Rencana Pusat Layanan Kota II- 4 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kota II- 5 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 2.5 Sosial dan Budaya Kondisi sosial budaya menggambarkan keadaan prasarana pendidikan, jumlah penduduk miskin, serta kawasan kumuh yang terdapat di wilayah Kota Salatiga Tabel 2.8 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Salatiga Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs Kec. Tingkir 21+4 1+2 0 1+1 0+3 Kec. Argomulyo 22+0 2+0 1+1 0 0+3 1+0 Kec. Sidomukti 15+2 3+1 0+1 2+4 3+0 Kec. Sidorejo 24+5 4+8 2+3 0+6 0+3 0+1 Sumber: Profil Daerah Salatiga 2011 Nama Kecamatan MA 1+1 Jumlah penduduk Kota Salatiga cukup banyak, dan jumlah masyarakat miskin yang tesebar di seluruh wilayah kota Salatiga juga begitu besar. Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Nama Kecamatan Kec. Tingkir Kec. Argomulyo Kec. Sidomukti Kec. Sidorejo Sumber: Salatiga Dalam Angka 2011 Jumlah keluarga miskin (KK) 1.818 1.862 1.834 2.139 Jumlah rumah/KK. Berdasarkan kepadatan penduduk Kota Salatiga cukup padat, Jumlah rumah di kota Salatiga Tabel 2.10 Jumlah Rumah Per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Kec. Tingkir 7970 Kec. Argomulyo 9519 Kec. Sidomukti 7631 Kec. Sidorejo 9673 Sumber: Dinas kesehatan 2012 Berikan deskripsi tentang wilayah kumuh di kawasan perkotaan (apabila ada) Kawasan Kumuh. Tidak ada Kawasan Kumuh diganti Lingkungan Kumuh Sumber DCKTR 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah - Menjelaskan struktur organisasi pemerintah kota dan SOTK sesuai perundangan yang berlaku (lihat hasil kajian kelembagaan dan kebijakan). Dilengkapi: II- 6 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota/Kota (Ukuran A4) Struktur organisasi dari unit SKPD pengelola air limbah domestik di Kota Salatiga yaitu Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Dinas Kesehatan. II- 7 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Keterangan: unit pengelola air limbah domestik di Kota Salatiga pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah berbentuk Seksi (seksi sanitasi dan air bersih). Sedangkan pada Dinas Kesehatan unit pengelola air limbah domestik berbentuk ………….. Struktur organisasi dari unit SKPD pengelola persampahan di Kota Salatiga yaitu Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang beserta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. II- 8 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Keterangan: unit pengelola persampahan di Kota Salatiga pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah berbentuk Bidang dengan tiga seksi pendukung. Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang II- 9 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Keterangan: unit pengelola persampahan di kota Salatiga pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah berbentuk ……………… Struktur organisasi dari unit SKPD pengelola drainase di Kota Salatiga yaitu Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air. Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga, 2012 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air Keterangan: unit pengelola drainase di Kota Salatiga pada Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air adalah berbentuk ……………… II- 10