BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan atau periklanan, tetapi berpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia mempunyai preferensi yang berbeda dari produk maupun jasa yang dibutuhkan mereka, semakin banyak pula pilihan yang tersedia bagi konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Karena itu pemasar harus berusaha mengidentifikasikan preferensi tersebut dan memuaskan kebutuhan konsumen. Dibawah ini terdapat beberapa pengertian pemasaran menurut para ahli. Pengertian pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2007;6) yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan adalah sebagai berikut : Satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya . Sedangkan menurut Marketing Association of Australia and New Zealand (MAANZ) yang dikutip oleh Buchari Alma (2007;3), memberikan pengertian pemasaran sebagai berikut : Pemasaran adalah aktivitas yang memfasilitasi dan memperlancar suatu hubungan pertukaran yang saling memuaskan melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga dari barang, jasa, dan ide Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses yang membentuk hubungan antara produsen dengan individu, atau grup dalam menyampaikan jenis-jenis produk, barang dan jasa, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (needs and wants), guna mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi melalui penciptaan produk yang berkualitas agar tujuan perusahaan juga dapat tercapai. 2.2 Pengertian Manajeman Pemasaran Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2006;6) mendefinisikan manajemen pemasaran adalah sebagai berikut : The art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customer through creating, delivering, and communicating superior customer value. Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Manajemen Pemasaran tidak hanya berfungsi untuk menentukan dan mempertahankan target pasar, tetapi juga meningkatkan konsumen tersebut dengan cara menciptakan dan mengkomunikasikan nilai konsumen. Jadi Manajemen Pemasaran berusaha memilih dan mempertahankan target pasar serta dapat menjaga hubungan dengan konsumen, agar dapat mencapai nilai konsumen yang baik dan dapat membantu organisasi atau perusahaan mencapai sasarannya. 2.3 Jasa 2.3.1 Pengertian Jasa Produk yang merupakan barang berwujud maupun tidak, pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama. Produk diciptakan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan dari konsumen. Produk berupa barang tidak berwujud atau lebih dikenal dengan jasa, memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang berwujud. Untuk lebih memahami, mengenal tentang jasa, perlu diketahui tentang jasa sebagai berikut, Definisi jasa menurut Ziethaml dan Bitner (2007;4) jasa atau service adalah: Include all economic whose output is not a physical productor contruction is generally consumed at the time it is the produced and provides added value is from (such as convenience, amusement, timeliness, comfort or health) that are essentially intangible concers of its first purchase. Sedangkan menurut Cristopher Lovelock dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa (2007;5) mengartikan jasa sebagai berikut : Jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. Berdasarkan definisi diatas menyatakan bahwa pada dasarnya memiliki unsurunsur penting yaitu: suatu yang tidak berwujud, yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan konsumen. Selain itu, dalam memproduksi jasa dapat menggunakan bantuan suatu produk fisik tetapi bisa juga tidak. Disamping itu juga tidak mengakibatkan peralihan hak suatu barang secara fisik atau nyata, jadi jika seseorang pembeli jasa memberikan jasa kepada orang lain, maka tidak ada pemindahan hak milik secara fisik, terakhir dalam jasa terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan konsumen pada waktu yang bersamaan. 2.3.2 Klasifikasi Jasa Penawaran suatu perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa jenis jasa layanan. Komponen jasa layanan ini dapat merupakan bagian kecil ataupun bagian utama atau pokok dari keseluruhan penawaran tersebut. Berdasarkan klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization WTO), sesuai dengan GATS/WTO Central Product Classification/MTN.GNS/W120 yang dikutip oleh Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006;7), ruang lingkup klasifikasi bisnis jasa meliputi: 1. Jasa Bisnis 2. Jasa Komunikasi 3. Jasa Konstruksi dan Jasa Tenik 4. Jasa Distribusi 5. Jasa Pendidikan 6. Jasa Lingkungan Hidup 7. Jasa Keuangan 8. Jasa Kesehatan dan Jasa Sosial 9. Jasa Kepariwisataan dan Jasa Perjalanan 10. Jasa Rekreasi, Budaya dan Olahraga 11. Jasa Transportasi 12. Jasa Lain-lain. 2.3.3 Karakteristik Jasa Pelaksanaan bauran pemasaran jasa harus berpedoman pada empat karakteristik jasa. Menurut Fandy Tjiptono, (2006;15-18), yaitu : 1) Intangibility (tidak berwujud) Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum membeli dan jasa juga merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha (a service is dead, a performance, and effort). Bila kita membeli suatu barang, maka barang tersebut dipakai atau ditempatkan pada suatu tempat. Tapi bila membeli jasa, maka pada umumnya tidak ada wujudnya. 2) Inseparaibility (tidak dapat dipisahkan) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. 3) Variability (bervariasi) Jasa bersifat sangat variable karena merupakan nonstandarsized out-put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. 4) Perishability (daya tahan tidak lama dan tidak dapat disimpan) Sifat jasa itu mudah lenyap. Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. 2.4 Jasa Pendidikan Tinggi 2.4.1 Pengertian Jasa Pendidikan Berdasarkan tesis yang telah dikutip dari Iwan Ridwansyah (2008), jasa pendidikan adalah suatu pengalaman yang tidak dapat diloyalitas sebelum kita mengalami atau merasakan sendiri hasil jasa tersebut belum jelas atau nyata, sampai lulusannya dapat memperoleh pekerjaan dan menjadi seorang professional. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukkan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju tingkat kedewasaannya. 2.4.2 Jasa Pendidikan Tinggi Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006;148) ditinjau dari sudut lembaga pendidikan tinggi, karakteristik yang terdapat di dalamnya antara lain bahwa: 1) Perguruan tinggi termasuk kedalam kelompok jasa murni (pure service), dimana pemberian jasa yang dilakukan didukung alat kerja atau sarana pendukung semata. Seperti ruangan kelas, kursi, meja, dan buku -buku. 2) Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa (mahasiswa), yang dalam hal ini pelanggan mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk mendapatkan jasa yang diinginkan (meski dalam perkembangannya ada juga yang menawarkan program kuliah jarak jauh (distance learning), universitas terbuka, dan lain-lain). 3) Penerima jasa adalah orang, jadi merupakan pemberian jasa yang berbasis orang. Atau dalam jasa biasa disebut system kontak tinggi (high contact system), yaitu hubungan pemberian jasa dengan pelanggan tiggi. Pelanggan dan penyedia jasa terus berinteraksi selama proses pemberian jasa berlangsung. Dengan kata lain, untuk menerima jasa, pelanggan harus menjadi bagian dari sistem jasa tersebut. 4) Hubungan dengan pelanggan adalah hubungan keanggotaan (member relationship) dimana pelanggan telah menjadi anggota lembaga pendidikan tersebut. Sistem pemberian jasanya secara terus menerus dan teratur sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. 2.4.2.1 Jenis Jasa Pendidikan Tinggi Jasa pendidikan menurut Tampubolon dalam Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendi dikan (2008;277) terdiri atas : 1. Jasa kulikuler-JK yaitu : Kurikulum, silabus, GBPP, SAP, evaluasi, praktikum, bimbingan. 2. Jasa penelitian-JP antara lain : pembibingan tentang penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan penyediaan berbagai fasilitas. 3. Jasa pengabdian pada masyarakat-JPM meliputi : kegiatan-kegiatan untuk melayani masyarakat umum, terutama masyarakat ekonomi lemah atau tingkat pendidikannya masih rendah, dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu dan keterampilan yang merupakan jasa kurikulum dan jasa penel itian. 4. Jasa administrasi-JA meliputi jasa administrasi akademik dan umum 5. Jasa ekstrakulikuler-JE mencakup semua kegiatan pelayanan terhadap mahasiswa baik yang terkait langsung dengan JK, JP, dan JPM maupun yang tidak langsung seperti pengembangan minat mahasiswa, pembinaan kesejahteraan mahasiswa dan pembimbingan hubungan dengan dunia kerja. Melalui proses-proses produksi dan penyajian kelima jasa tersebut jasa pendidikan tinggi ditanamkan dan dibudayakan dalam diri siswa selama masa studi sehingga kemampuan serta keterampilan akademik dan profesionalnya terus tumbuh berkembang. 2.4.3 Peserta Didik Berdasarkan Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003, setiap peserta didik pada setiap tahun pendidikan berhak : a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuannya c. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membayar biaya pendidikan d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan e. Pindah pada program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang setara f. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan dan batas waktu yang ditetapkan. 2.4.4 Strategi Produk Jasa Perguruan Tinggi Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006;149-151), analisis terhadap jasa pendidikan dapat dilakukan berdasarkan pada tingkatan produk, yaitu: 1. Penawaran Inti (Core Offer) Pemasar harus memahami program apa yang diinginkan dan bermanfaat dari sudut pandang pelanggan. Selain itu, pemasar juga harus dapat menjelaskan manfaat program yang dapat memenuhi keinginan dan kepuasan pelanggan. 2. Penawaran Nyata (Tangible Offer) Penawaran nyata dapat digambarkan berdasarkan empat karakteristik, sebagai berikut: a. Fasilitas atau fitur (feature), komponen individual dari penawaran yang mudah ditambahkan atau dikurangi tanpa mengubah kualitas dan model jasa. Fitur jasa merupakan alat untuk membedakan program lembaga pendidikan yang satu dari pesaing lainnya. b. Kualitas (quality), mewakili tingkat penerimaan kinerja jasa. Kualitas jasa sangat penting karena sangat bervariasi, tergantung keahlian penyedia jasa, motivasi dan situasi kondisi seseorang, serta pengendalian dari lembaga itu sendiri. c. Kemasan (packaging), bagaimana kemasan dalam pemberian jasa akan berpengaruh terhadap peneriamaan jasa. Contoh: arsitertur gedung, halaman kampus, dan lingkungannya akan mendukung fungsi pendidikan dari suatu universitas. d. Merek (branding), progran dan jasa dari suatu lembaga pendidikan dapat diberikan suatu merek, seperti diberikan nama, simbol, dan desain atau beberapa kombinasi yang dapat membedakan mereka dari penawaran pesaing lainnya. 3. Penawaran Tambahan (Augmented Offer) Untuk menarik lebih banyak konsumen, suatu penawaran jasa dapat ditambahkan atau diperbesar. Persaingan baru bukanlah apa yang ditawarkan lembaga pendidikan didalam kelas, tetapi pada apa yang mereka tambahkan pada standar penawaran dari segi pengemasan, layanan, periklanan, pembiayaan, pengaturan penyampaian jasa sehingga dapat memberikan nilai baggi konsumen. Contoh: penawaran untuk keanggotaan dalam organisasi alumni. Jika lembaga ingin tetap bertahan dipasar, maka akan menghadapi pilihan strategi yang lebih jauh, diantaranya: Strategi berkelanjutan (continuation strategy), dalam hal ini perguruan tinggi memutuskan melanjutkan strategi pemasaran yang lalu. Dengan kata lain, melakukan segmen pasar, saluran distribusi, harga dan promosi yang sama. Hal demikian bisa mengakibatkan konsumen menyusut. Strategi konsentrasi (concentration strategy), mengonsentrasikan sumber daya yang ada hanya pada pasar yang paling potensial. Strategi pemotongan (Harvesting Strategy), menguragi biaya-biaya yang tidak begitu perlu untuk meningkatkan pamasukan atau arus kas positif (mengurangi yang negatif). 2.4.5 Corporate Culture di Perguruan Tinggi Budaya perguruan tinggi dimaknai sebagai karakteristik khas suatu perguruan tinggi yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya dan tindakan yang ditunjukan oleh seluruh personil yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem perguruan tinggi. Menurut Sallis yang dikutip oleh Aan Komariah dalam Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (2008;261), mengungkapkan ciri pendidikan bermutu adalah: a. Rencana strategis memberi visi jangka panjang yang diwujudkan dalam program yang bersifat operasional dalam menentukan pasar dan corak budaya yang diinginkan. b. Kebijakan mutu yang memberikan pola standar program utama yang berisi pernyataan tentang hak-hak peserta didik. c. Pertanggungjawaban manajemen dari peran-peran badan pemerintah dan aparat yang merealisasikan mutu. d. Organisasi mutu sebagai wadah kegiatan dalam mengatur, mengarahkan, dan memonitor pelaksanaan program. e. Pemasaran dan publisitas dalam membentuk informasi yang jelas, akurat dan up to date bagi masyarakat pemakai tentang apa yang ditawarkan dalam program. f. Penyelidikan dan pengakuan terhadap keberadaan peserta didik dalam wujud sistem administrasi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhannya. 2.5 Atribut Jasa 2.5.1 Pengertian Atribut Jasa Atribut jasa mempunyai pengaruh besar pada persepsi pembeli terhadap jasa tersebut. Hal itu disebabkan karena dengan apa yang dirasakan atribut jasa membawa berbagai macam manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan pembeli. Oleh karena itu setiap perusahaan, harus berhati-hati dalam mengambil keputusan yang bersangkutan dengan hal itu. Pengembangan produk dan jasa memerlukan pendefinisian manfaatmanfaat yang akan ditawarkan. Manfaat-manfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut jasa. Seperti diketahui lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani konsumen, berupa murid, siswa, mahasiswa dan juga masyarakat umum yang dikenal sebagai stakeholder . lembaga pendidikan pada hakekatnya bertujuan memberi layanan. Pihak yang dilayani ingin memperoleh kepuasan dari layanan tersebut, karena mereka sudah membayar cukup mahal kepada lembaga pendidikan. Layanan ini dapat dilihat dari berbagai bidang, mulai dari layanan dalam bentuk fisik bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan pengajar yang berkualitas (Buchari Alma, 2005;46). Menurut Asep Suryana Natawiria dalam Buchari Alma(2008;277), proses pelayanan yang terjadi dalam industri jasa mempengaruhi pikiran, perasaan dan jasmani pengguna jasa secara positif dan hal ini dapat terjadi sebaliknya bila kepuasan pelanggan tidak terpenuhi yang berdampak pada kerugian usaha tersebut. Daftar yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi alternatif produk dan jasa : Tabel 2.1 Kategori Atribut khusus Atribut biaya Harga beli, biaya operasi, biaya perbaikkan, biaya ekstra, biaya instalasi, pengembalian uang, nilai penjualan kembali. Atribut kinerja Ketahanan, kualitas material, konstruksi, ketergantuan, kinerja fungsi. Atribut sosial Reputasi merek, status image, popularitas antara teman, style fashion. Atribut ketersediaan Dikirim oleh tokoh lokal, syarat kredit, kualitas pelayanan, waktu pengiriman. Sumber : Hollensen, www.google.com Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa atribut jasa saling keterkaitan dengan konsep pemasaran jasa, misalnya konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep marketing, konsep kemasyarakatan, yang dipandang penting oleh konsumen serta dijadikan bahan pertimbangan konsumen dalam pengambilan keputusan dalam pembelian. Suatu atribut jasa merupakan suatu kesatuan dari bermacam-macam atribut yang membentuknya, dimana masing-masing atribut mempunyai kapasitas yang berbeda-beda dalam memberikan keputusan kepada pemakai produk tersebut. 2.5.2 Atribut Jasa Pendidikan Menurut Elisabeth Koes Soedijati dalam Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (2008;303) atribut jasa pendidikan yaitu: Produk, produk jasa yang ditawarkan universitas ialah reputasi/mutu pendidikan yang baik, prospek yang cerah dan pilihan konsentrasi yang bervariasi. Fasilitas, bukti fisik yang merupakan elemen-elemen yang berwujud yang akan memfasilitasi kinerja dimana konsumen akan melihat keadaan nyata dari benda-benda yang menghasilkan jasa tersebut. Harga, harga dalam konteks dunia pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan suatu jasa pendidikan yang ditawarkan oleh suatu PT. Citra, yakni mereflaksikan bonafiditas nama suatu perusahaan menurut pandangan lembaga atau kelompok tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Suta (2005;15) Pelayanan, meliputi sumberdaya manusia adalah semua orang/pelaku yang telibat dalam proses penyampaian jasa kepada konsumen, seperti para personel penyedia jasa, pelanggan, dan para pelanggan lain yang terkait dengan jasa tersebut. 2.5.3 Konsep Pemasaran dalam Jasa Pendidikan Ada beberapa tahap pengembangan konsep marketing yang digunakan oleh para pengusaha dalam menghadapi persaingan, menurut Buchari Alma (2005;46) terdapat lima tahap pengembangan proses marketing : 1) Konsep Produksi Konsep produksi dalam jasa pendidikan, harus tetap memegang teguh peningkatan mutu lulusannya, dan uang kuliah tidak terlalu tinggi. 2) Konsep Produk Dalam lembaga pendidikan, pimmpinan lembaga tidak boleh berbuat sekehendaknya, walaupun dalam rangka ingin meningkatkan mutu. Pimpinan sekali-kali harus memonitor apa kehendak konsumen, apa keluhan-keluhan yang di obrolkan oleh para mahasiswa diluuar ataupun dosen, tenaga administrasi dan sebagainya. Jadi pimpinan perguruan tinggi, tidak tinggal diam di kamar di kantornya, berlagak seperti birokrat sebuah departemen, yang sulit dihubungi. Pimpinan lembaga pendidikan harus sering turun kebawah melihat ruang kuliah, memperhatikan taman-taman kampus, bertegur sapa dengan mahasiswa, dosen dan orang lain yang berkunjung ke kampus. 3) Konsep Penjualan Pengusaha yang menganut konsep penjualan (selling concept) berpendapat bahwa yang penting produsen menghasilkan produk, kemudian produk tersebut dijual kepasar dengan menggunakan promosi secara besar-besaran. Produsen ini mempunyai keyakinan bahwa dengan jalan promosi, konsumen dipengaruhi, dirangsang, dimotivasi untuk membeli, maka mereka pasti akan membeli. Jika ini diterapkan pada lembaga pendidikan maka ada kecenderungan lembaga menggunakan surat kabar, TV untuk memasang iklan layaknya seperti iklan barang saja. Iklan ini bisa saja, asal ada bukti nyata yang menunjang kekuatan iklannya. Iklan tanpa usaha perbaikan mutu/performance lembaga pendidikan akan berakibat sebaliknya, menjadi boomerang bagi lembaga pendidikan sendiri. 4) Konsep Marketing (marketing concept) Lembaga pendidikan yang menganut konsep marketing ini, tahu persis apa yang harus dilakukan. Lembaga pendidikan, bisnisnya bukan hanya sekedar mengejar siswa tiap hari sesuai jadwal kemudian melaksanakan ujian, lulus, habis perkara. Tapi layanan lembaga dalam banyak hal misalnya dalam suasana belajar mengajar, ruang kelas yang bersih, taman yang asri, dosendosen yang ramah, perpustakaan, lab, lapangan olahraga, dan sebagainya harus siap melayani siswa. 5) Konsep Kemasyarakatan Sebuah perguruan tinggi harus bertanggung jawab terhadap masyarakat luas, atas mutu lulusan yang dihasilkannya. Jangan sampai lulusan yang dihasilkan malah membawa ekses di masyarakat. Lembaga pendidikan harus bertanggung jawab terhadap uang masyarakat yang dipungut dan yang digunakan, sehingga betul-betul memberikan hasil yang maksimal buat kepentingan masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa yang termasuk kedalam unsur-unsur atribut jasa dalam penelitian ini adalah produk, fasilitas, harga, citra, dan pelayanan. 2.6 Kepuasan Pelanggan 2.6.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan Pelanggan dalam menggunakan jasa tertentu akan menghasilkan tingkat kepuasan tertentu. Dari service performance (tampilan Pelayanan), maka perceived service (pelayanan yang diberikan) tidak mungkin selalu sama (sesuai) dengan customer expectation (harapan pelanggan). Masalah kepuasan adalah merupakan masalah yang sifatnya subyektif, karena kepuasan seseorang belum tentu sama dengan kepuasan yang dirasakan orang lain, walaupun jasa yang diberikannya mempunyai kualitas yang sama, karena itu kepuasan ini sangat sulit diukur secara kuantitatif. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keler (2007;177) yang dimaksud dengan kepuasan adalah : Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan . Menurut Engel et al yang dikutip oleh Tjiptono (2006;146) menyatakan kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut: Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan . Ada kesamaan di antara beberapa definisi di atas, yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan) Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. 2.6.2 Faktor-faktor Timbulnya Ketidakpuasan Pelanggan Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, diantaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji peusahaan dan para pesaing (Kotler dan Armstrong) yang dikutip oleh Tjiptono (2006;150). Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh pada pola prilaku selanjutnya, hal ini ditunjukan pelanggan setelah terjadi proses pembelian. Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukan besarnya kemungkinan untuk membeli kembali produk yang sama. Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan referensi yang baik terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan seorang pelanggan yang tidak puas. Pelanggan yang tidak puas dapat melakukan tindakan pengembalian produk, atau secara ekstrim bahkan dapat mengajukan gugatan terhadap perusahaan. Tentu banyak sebab-sebab timbulnya ketidakpuasan tersebut, menurut Buchari Alma (2004;286) munculnya rasa tidak puas terhadap sesuatu antara lain: 1. Tidak sesuai harapn dengan kenyataan 2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan 3. Perilaku personil kurang memuaskan 4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang 5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan harga tidak sesuai. 6. Promosi/iklan terlalu muluk, tidak sesuai dengan kenyataan. 2.7 Loyalitas Pelanggan 2.7.1 Pengertian Loyalitas Menurut Griffin (2005), loyalitas adalah : Loyalty is defined as non random purchase expressed by some decision making unit. Sedangkan menurut Lovelock dalam Service Marketing (2004;352), loyalitas adalah : Loyalty is describe a customer s willingness to continue patronizing a firm over the long term, purchasing and using its goods and services on a repeated and preferably exclusive basis, and recommending the firm s product to friends and associates . Artinya, loyalitas menggambarkan keinginan konsumen untuk terus berlangganan dalam jangka waktu yang panjang, melakukan pembelian dan menggunakan barang dan jasa secara berulang, dan merekomendasikan produk perusahaan kepada teman atau koleganya. Dari definisi di atas, loyalitas merupakan perilaku yang cenderung tetap dalam melaksanakan keputusan pembelian, dimana keputusan tersebut mengesampingkan faktor-faktor lain yang berpengaruh. Dengan kata lain pelanggan yang loyal merupakan pelanggan yang dalam keputusan pembeliannya tidak mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga, kualitas, jarak dan atribut lainnya yang berpengaruh dalam menentukan pilihannya, karena dalam benaknya telah tertanam bahwa produk perusahaan yang akan dibeli telah memenuhi kriterianya. 2.7.2 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Pelanggan yang loyal merupakan asset bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana yang diungkapkan Griffin (2005;31) pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian ulang secara teratur (repeat purchase). 2. Melakukan pembelian terhadap produk dan jasa lainnya (purchase across product and service lines). 3. Mempengaruhi orang lain (refers other). 4. Menunjukkan daya tahan terhadap pesaing (demonstrates immunity to the pull competition) 2.7.3 Keuntungan-keuntungan Memiliki Pelanggan yang Loyal Manfaat dari loyalitas dan dampaknya pada profitabilitas jauh dari sekedar penghematan biaya. Menurut Griffin (2005;13), lima alasan untuk menjadikan pelanggan pertama kali sebagai pembeli seumur hidup: 1. Penjualan naik karena pelanggan membeli lebih banyak dari perusahaan 2. Perusahaan dapat memperkuat posisinya bila pelanggan memebeli dari perusahaan bukan dari pesaing. 3. Biaya pemasaran menurun karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk promosi. 4. Perusahaan lebih terlindungi dari persaingan harga. 5. Pelanggan yang puas cenderung mencoba lini produk perusahaan, dengan demikian akan membentu perusahaan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. 2.7.4 Tipe-tipe Loyalitas Pelanggan Dalam cakupan yang lebih luas, loyalitas pelanggan (customer loyalty) dapat didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Definisi tersebut mencakup dua komponen penting, yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen itu menghasilkan empat situasi kemungkinan loyalitas atau disebut juga dengan tipe loyalitas pelanggan. Tipe-tipe loyalitas pelanggan menurut Dick dan Basu dalam Tjiptono (2007;393) diantaranya adalah : 1. No Loyalty Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua penyebabnya, yang pertama sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi bila suatu produk / jasa baru diperkenalkan atau perusahaan tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unik produknya. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa atau sama. 2. Spurious Loyalty Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya faktor situasional. Situasi ini dapat dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti familiarity (penempatan produk yang strategis pada rak pajangan, atau lokasi outlet di persimpangan jalan yang ramai, atau faktor diskon. 3. Latent Loyalty Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. Contohnya, seseorang yang bersikap positif terhadap restoran tertentu, namun tetap saja berusaha mencari variasi karena pertimbangan harga atau preferensi terhadap berbagai variasi makanan. 4. Loyalty Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Sedangkan menurut Griffin (2005;22), jenis-jenis loyalitas adalah: 1 Tanpa Loyalitas Perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal, mereka hanya berkontribusi sedikit pada kekuatan keuangan perusahaan. Tantangannya adalah menghindari membidik sebanyak mungkin orang-orang seperti ini dan lebih memilih pelanggan yang loyalotasnya dapat dikembangakan. 2 Loyalitas yang Lemah Keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Pelanggan ini membeli karena kebiasaan. Faktor nonsikap dan faktor situasi merupakan alasan utama membeli. Pembeli ini merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan, atau minimal tiada ketidakpuasan yang nyata. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang sering dibeli. 3 Loyalitas Tersembunyi Tingkat preferensi yang relative tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang. 4 Loyalitas Premium Jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua pelanggan di setiap perusahaan. 2.7.5 Proses Pengembangan Pelanggan Harus disadari bahwa pelanggan akan menjadi pergi, karena sebab-sebab tertentu seperti perusahaan mengalami kebangkrutan, kepindahan ke lokasi lain, konsumen merasa ketidakpuasan, dan lain sebagainya. Tantangan perusahaan adalah mengaktifkan kembali para pelanggan yang tidak puas melalui strategi mendapatkan kembali pelanggan. Sering kali tidak mudah untuk menarik bekas pelanggan dari pada mendapatkan pelanggan yang baru. Proses seorang calon pelanggan menjadi pelanggan yang loyal terhadap perusahaan terbentuk melalui beberapa tahapan. Tahapan loyalitas yang diungkapkan oleh Griffin dikenal dengan dengan istilah Profit Generator System seperti terlihat pada Gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Proses Pengembangan Pelanggan LOYALTY TOOLS Suspect Repeat Costume First Time Prospect Disqualifie d Prospect Client Advocat In Active Client or Customer Sumber : Griffin (2005 ; 36) Pertama, seluruh suspect masuk ke dalam system pemasaran, kemudian akan tersaring menjadi qualified prospect dan disqualified prospect, dalam hal ini disqualified prospect tidak menguntungkan bagi perusahaan, maka disqualified prospect keluar dari system, sementara qualified prospect masuk ke proses selanjutnya. Semakin cepat menentukan disqualified prospect, semakin menguntungkan bagi perusahaan karena proses ini manghabiskan uang dan waktu yang dimiliki. Kemudian seluruh disqualified prospect di fokuskan menjadi first time buyers, setelah itu didorong menjadi repeat costumer, loyal client dan yang paling akhir menjadikan mereka sebagai advocates bagi perusahaan dimana para advocates ini akan mempengaruhi orang lain agar membeli produk dari perusahaan. Bagi perusahaan yang telah memiliki first time buyers, repeat customers atau client tidak selamanya menguntungkan bagi perusahaan, karena setiap saat sebagian dari mereka dapat menghilang dari perusahaan atau tidak kembali lagi pada perusahaan, mereka dinamakan inactive customers/clients. Hal ini harus diperhitungkan karena kehilangan mereka berarti kerugian bagi perusahaan. 2.7.6 Agar Pelanggan Tetap Loyal Loyalitas pelanggan memiliki peranan penting dalam sebuah perusahaan, mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Menurut Griffin (2005;183), agar pelanggan tetap loyal adalah: Permudahlah pelanggan untuk memberi umpan balik. Salah satu kegiatan yang paling menguntungkan bagi perusahaan adalah mencari keluhan pelanggan, memudahkan pelanggan untuk memberi umpan balik. Bila pelanggan membutuhkan bantuan, berikanlah dengan segera. Setelah mendapatkan umpan balik dari pelanggan, langkah selanjutnya harus bertindak cepat untuk member respon dengan segera jika ada yang member keluhan. Kurangi kejengkelan atas reparasi, pembayaran kembali, dan pemberian jaminan. Reparasi, pembayaran kembali, dan pemberian jaminan sering menjadi sumber kekecewaan para pelanggan. Perhatikan bagaimana sebuah perusahaan bekerja untuk mencegah ketidakpuasan yang timbul selama penanganan masalah semacam itu. Belajar cara menghibur pelanggan yang marah. Dengan system umpan balik dan keluhan pelanggan yang meningkat mutunya, terjadi lebih banyak interaksi dengan pelanggan. Memperlakukan pelanggan yang marah dengan penuh perhatian adalah salah satu cara untuk menghibur pelanggan. 2.7.7 Dasar-Dasar Program Loyalitas Menurut Griffin (2005;200), dasar-dasar program loyalitas adalah: 1. Ukur dan telusuri loyalitas dengan menggunakan variable pengukuran loyalitas. 2. Perkenalkan terhadap semua pegawai perusahaan arti dan pentingnya loyalitas klien. 3. Masukkan sasaran loyalitas pelanggan dan klien kedalam pengukuran kinerja pegawai dan rencana kompensasi 4. Evaluasi dan tinjau kembali tingkat loyalitas setiap bulannya. 5. Libatkan para pegawai dalam mengembangkan dan mempertahankan program loyalitas. 6. Susunlah gabungan alat-alat pemasaran, penjualan, dan customer care yang ditujukan untuk memupuk loyalitas pada masing-masing tahapan pelanggan. 7. Identifikasikan lima penyebab utama hancurnya loyalitas pelanggan di perusahaan. 8. Lanjutkan dengan memodifikasi, fine-tune, dan course-correct system loyalitas. 2.8 Hubungan Atribut Jasa dengan Loyalitas Pelanggan Hubungan atribut apapun bentuk usahanya, memerlukan pemasaran untuk memasarkan produk, oleh karena itu diperlukan program bauran pemasaran yang terpadu agar dapat memasarkan sampai ketujuan dan pada waktu yang tepat. Atribut jasa pendidikan terdiri dari produk, harga, fasilitas, citra, pelayanan. Kombinasi atribut jasa yang telah ditentukan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maka pelanggan akan merasa puas. Kepuasan pelanggan inilah yang akan memenangkan persaingan perusahaan di pasar, jika tingkat kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan pelanggan yang memakai dari salah satu dari tingkat kinerja perusahaan. Pelanggan akan merasa puas jika kinerja yang dirasakan berada diatas harapan pelanggan, sedangkan pelanggan kurang puas jika kinerja yang dirasakan berada dibawah harapan pelanggan. Harapan pelanggan (expectation) diperoleh dari pengalaman pelanggan terlebih dahulu, yaitu komentar dari pelanggan lain, janji pemasar dan saingan perusahaan sejenis. Bila perusahaan menaikkan tingkat harapan pelanggan terlalu tinggi dan dalam pembeliannya tidak sesuai maka pelangan akan merasa tidak puas terhadap kinerja perusahaan. Memperoleh kepuasan saja tidak cukup untuk membengun atau membentuk basis pelanggan yang loyal. Kepuasan pelanggan merupakan semboyan bisnis, setiap orang sibuk mencari cara untuk membahagiakan palanggan dengan memenuhi dan bahkan melebihi harapan mereka. Terdapat anggapan bahwa kepuasan pelanggan akan meningkatkan pendapatan, khusus dari pembelian ulang, namun menurut Griffin hasil penelitiannya menunjukkan hal yang berbeda; tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi belum tentu menghasilkan pembelian yang berulang dan peningkatan penjualan. Seseorang yang membeli barang, atau yang masuk ke dalam suatu sistem perguruan tinggi, bermula dari adanya perhatian, timbul minat, muncul keinginan, lalu masuk dan berakhir dengan adanya kepuasan. Ini adalah idealnya, sehingga konsumen yang telah menikmati pendidikan itu betul-betul merasa tidak puas, dan kelak ia akan turut menginfornasikan kepuasan yang ia peroleh di PTS yang bersangkutan. Gambar 2.2 Kepuasan PTS dan Mahasiswa PTS Gedung Dosen Laboraturium Perpustakaan Fasilitas lain Sumber : Buchari Alma, 2005;99 K E P U A S A N M A H A S I S W A Atribut produk/jasa menjadi bahan pertimbangan utama para konsumen untuk memilihnya dalam jangka panjang. Konsumen akan membeli suatu produk/jasa jika ia bisa mengambil manfaat atau keuntungan lebih banyak dari harga dan usaha yang ia korbankan untuk produk/jasa tersebut. Pelanggan yang memiliki loyalitas merasakan adanya ikatan emosional dengan perusahaan. Ikatan emosional inilah yang membuat pelanggan menjadi loyal dan mendorong mereka untuk terus melakukan pembelian terhadap produk perusahaan serta memberikan rekomendasi. Menciptakan emosi dan perasaan positif sangat penting dalam membangun hubungan. Hubungan yang terjalin tanpa emosi menjadi sebuah aktivitas mekanis, proses perilaku, dan membuat pelanggan tidak memiliki alasan nyata untuk tinggal. Untuk meningkatkan loyalitas, perusahaan harus meningkatkan kepuasan setiap pelanggan dan mempertahankan tingkat kepuasan tersebut dalam jangka panjang. (James G.Barnes, 2001;39 dalam Buchari Alma 2005 ) Sepanjang suatu jasa dapat memberikan keuntungan yang maksimal dihati konsumen, maka konsumen itu akan loyal. Loyalitas pelanggan sangat diharapkan oleh perusahaan selain dapat meningkatkan laba, juga merupakan alat promosi yang paling baik. Karena pelanggan yang loyal akan menceritakan pengalamannya selama memakai produk dari perusahaan tersebut. Kepuasan dapat berbentuk loyalitas pelanggan dimana pelanggan yang loyal merupakan asset yang paling berharga bagi perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Loyalitas pelanggan lebih mengarah kepada perilaku yang ditujukan dengan pembelian rutin didasarkan pada unit kepuasan.