HAMBATAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS Tri Nova Hasti Yunianta Progdi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana [email protected] Pola berpikir kreatif dalam matematika dimulai dari adanya masalah matematika. Memecahkan masalah matematika memerlukan kemampuan berpikir kreatif matematis. Masalah yang muncul tidak selalu dapat diselesaikan dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis ini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah khususnya dalam matematika dengan berbagai macam cara. Kemampuan ini sangat diperlukan siswa dalam mempelajari matematika lanjut sehingga kemampuan ini perlu dikembangkan. Tidak mudah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis seseorang. Tujuan penelitian ini mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Ada lima aspek dalam berpikir kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi dan sensitivitas dalam berpikir. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan wawancara terhadap siswa SMA dan Mahasiswa. Observasi dilakukan melalui kegiatan perkuliahan maupun kegiatan pembelajaran di SMP maupun di SMA. Selain itu, untuk memperkuat data dilakukan telaah kajian teori berpikir kreatif secara umum serta membandingkan dengan data di lapangan. Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa faktor dari dalam dan dari luar individu. Ada tujuh hambatan utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis di dalam pembelajaran. Jika hambatan-hambatan ini dapat diatasi, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan baik dan membantu seseorang menemukan banyak solusi kreatif mengatasi permasalahan tentang matematika. Kata Kunci: Hambatan, Mengembangkan, Kemampuan, Berpikir Kreatif Matematis PENDAHULUAN mengungkapkan bahwa ”Genius is 1% inspiration Latar Belakang Masalah and 99% perspiration” (Munandar, 2009). Hal ini Thomas Alfa Edison pernah melakukan menunjukkan bahwa daya juang seseorang itulah banyak percobaan dalam langkah menemukan yang paling besar dalam menentukan hasilnya. bolam lampu yang sekarang sangat penting bagi Thomas Alfa Edison telah mencoba berbagai cara kehidupan pernah agar Ia mendapatkan hasil yang baik. Diperlukan mengalami kegagalan lebih dari 200 kali. Ia kemampuan dalam berpikir kreatif agar Ia dapat manusia. Thomas Edison 1 2 menciptakan benda yang bermanfaat. Ternyata dan kreativitasnya, dia mampu membuat bolam bolam lampu menjadi alat yang sangat penting lampu. Meskipun dalam kehidupan manusia. Meskipun matematika merupakan mengembangkan demikian, kemampuan tidak mudah berpikir kreatif pelajaran yang berisi konsep-konsep yang abstrak, matematis seseorang. Baik di dalam pembelajaran tetapi pengaruh matematika bagi kemajuan ilmu di Sekolah, Keluarga maupun masyarakat, sering pengetahuan kali ada tantangan yang harus dihadapi untuk sekarang ini. dan teknologi Oleh karena dapat itu dirasakan matematika mengembangkan kemampuan berpikir kreatif merupakan ilmu mendasar yang sangat penting seseorang. Artikel berikut ini akan mengkaji untuk dipelajari. Pembelajaran matematika melatih tentang kemampuan berpikir kreatif matematis dan siswa untuk mampu berpikir logis, analitis, tantangan mengembangkan kemampuan ini dilihat sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki dari faktor intern dan ekstern siswa. mampu Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis bekerja sama (Depdiknas, 2004). juga Potur & Barkul (2009) mendefinisikan memerlukan kemampuan berpikir kreatif agar berpikir kreatif adalah sebuah kemampuan kognitif siswa orisinil dan proses memecahkan masalah yang Mengerjakan dapat soal-soal matematika memecahakan masalah dalam memungkinkan matematika. Menurut Martono (1999), pola berpikir intelegensinya individu dengan cara menggunakan yang unik dan kreatif dalam matematika dimulai dari adanya diarahkan menuju pada sebuah hasil. Berpikir masalah matematika. Pengembangan kemampuan divergen merupakan akar dalam menemukan berpikir kreatif matematis ini diperlukan agar banyak jawaban yang mungkin untuk masalah siswa masalah-masalah tertentu atau tugas terbuka (Kiehn, 2007). Guilford khususnya dalam matematika dengan berbagai menyatakan bahwa berpikir divergen dipandang macam cara. Hal ini mendorong siswa dalam sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kehidupan sehari-hari, mereka mampu menemukan kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran, solusi kelenturan, orisinalitas dan elaborasi (Munandar, dapat dari menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang 2009). timbul dalam masyarakat. berpikir Potur & Barkul (2009) menekankan bahwa kreatif matematis ini sangat diperlukan agar siswa berpikir kreatif adalah kemampuan kognitif orisinil dalam mempelajari matematika lanjut, mereka dan proses pemecahan masalah. Siswa melibatkan dapat menemukan solusi-solusi dari masalah yang seluruh kemampuan berpikirnya untuk menemukan ada melalui cara-cara yang kreatif. Sama halnya jalan kepada solusi dari suatu masalah yang dengan Thomas Alfa Edison dengan kerja keras dihadapi. Meskipun terkadang terlalu banyak cara Pengembangan kemampuan akan menyulitkan sampai kepada hasil akhir, 3 pilihan akan Jadi kemampuan berpikir kreatif matematis kepada tujuan dapat diukur berdasarkan tingkat kelancaran, dibandingkan siswa yang memang benar-benar keluwesan, orisinalitas, elaborasi dan sensitivitas tidak memiliki cara untuk sampai kepada solusi dari siswa. Hal ini yang akan menjadi aspek-aspek masalahnya. Oleh karena itulah berpikir kreatif pengukuran sangat penting dalam diri seorang siswa. penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir namun dengan memungkinkan banyaknya siswa sampai di dalam penyusunan intrumen Menurut Livne (Mahmudi, 2010), berpikir kreatif siswa. Berikut ini disajikan tabel perilaku kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk berpikir kreatif dan artinya menurut aspek-aspek menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru yang diukur (Munandar, 2009: 192). terhadap masalah matematika yang bersifat Tabel 2.3 terbuka. Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif Perilaku Berpikir Kreatif dan Artinya menurut matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, Aspek-aspek yang Diukur elaborasi, dan sensitivitas (Munandar, 2009; Sumber: Munandar (2009); Evans (1994) Evans, 1991; Mann, 2005). Melalui aspek-aspek tersebut berpikir kreatif dapat diukur Perilaku No. ketercapaiannya dengan mengidentifikasi melalui pertanyaan terbuka. Berpikir kreatif 1. Kelancaran berkaitan dengan kemampuan Berpikir lancar untuk membangkitkan dengan mudah sejumlah besar ide-ide. Keluwesan merujuk 2. Berpikir luwes dan penemuan. Keaslian merupakan kemampuan (fleksibel) menghasilkan ide-ide luar biasa, untuk mengirimkan rincian gagasan yang beragam - mampu mengubah cara - arah pemikiran yang atau menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara seseorang - menghasilkan gagasan- atau pendekatan memecahkan masalah dalam cara yang luar biasa, yang luar biasa. Elaborasi merupakan kemampuan gagasan/jawaban yang - arus pemikiran lancer Keluwesan merupakan basis keaslian, kemurnian, untuk - menghasilkan banyak relevan, kepada kemampuan untuk membangkitkan banyak ide. Arti berbeda 3. guna Berpikir orisinil - memberikan jawaban yang tidak lazim, yang melengkapi hubungan yang ada atau bentuk yang lain dari yang lain, yang terkerangka. adalah jarang diberikan sebuah kebanyakan orang. kemampuan Sensitivitas untuk masalah mengakui bahwa masalah ada atau menembus rincian-rincian dan fakta-fakta yang menyesatkan untuk mengakui masalah nyata itu (Evans, 1994: 46-53). 4. Berpikir terperinci - mengembangkan, menambah, memperkaya 4 (elaborasi) penyelesaian secara matematis agar mendapatkan suatu gagasan - memperinci detail-detail efisiensi dan penghematan yang berarti. Sebuah - memperluas suatu contoh Sensitivitas Proyek ini diberikan agar siswa dapat terhadap langkah- membuat kontainer tempat sampah dengan desain langkah jawaban yang dari mahasiswa. Setelah itu, mahasiswa diminta mengarah kepada untuk menghitung penghematan yang dapat dibuat tujuan/hasil akhir setelah menggunakan penerapan teori Lagrange dalam Guilford (Munandar, 2009) membedakan antara merupakan non-aptitude traits teori harus dikerjakan mahasiswa (Stewart, 2003:409). - memiliki kepekaan dan memanfaatkan membuat tempat sampah sebagai proyek yang - kepekaan terhadap masalah aptitude dengan Lagrange dalam menghitungkan penghematan gagasan 5. adalah traitsnon-aptitude yang berhubungan dengan penentuan ukuran kontainer tempat samapah. Proyek semacam ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kemampuan berpikir kreatif kreativitas. Aptitude berhubungan dengan berpikir matematis kreatif siswa dan non-aptitude menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru berhubungan dengan sikap kreatif siswa. Meskipun kreativitas terhadap dipengaruhi oleh kedua hal tersebut, namun pada terbuka. lebih menekankan masalah matematika pada yang cara bersifat dasarnya berpikir kreatif siswa merupakan awal Jika kemampuan ini dimiliki mahasiswa/siswa dari hasil kreativitas siswa. Pentingnya berpikir maka harapannya mereka dalam aplikasi untuk kreatif juga telah diteliti oleh banyak orang seperti kehidupan sehari-hari mereka dapat menemukan Torrance, Cropley solusi-solusi yang kreatif. Bukan itu saja, menurut (Munandar, 2009). Hal inilah yang mendorong Treffinger (Munandar, 2009) mengatakan bahwa perlu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi matematis. dalam tindakan. Biasanya anak yang kreatif selalu Guilford, Munandar dan ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Matematis Munandar (2009: 35) menambahkan bahwa anak Kemampuan bukanlah sebuah berpikir kreatif kemampuan matematis yang dimiliki seseorang secara alami, melainkan perlu dilatih dan terus dikembangkan. Masalah dalam kehidupan sehari-hari banyak yang membutuhkan dan remaja yang kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Beberapa mengenai cara buku banyak mengembangkan mendiskusikan kemampuan berpikir kreatif. Masih sedikit yang fokus kepada 5 Langkah kemampuan berpikir kreatif matematis. David J. ketiga untuk mengembangkan dalam kemampuan berpikir kreatif adalah dengan cara mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ada praktekkan bertanya dan mendengarkan. Ketika 3 langkah yang dapat digunakan juga dalam menyelesaikan masalah perlu mempraktekkan mengembangkan kreatif untuk banyak menerima masukan dari sumber matematif. Adapun 3 langkah menurut Schwartz belajar. Selain bertanya, mahasiswa/siswa perlu (2007) adalah sebagai berikut: 1) percaya bahwa juga mendengarkan gagasan yang diberikan orang ada solusi dari setiap permasalahan; 2) jangan lain biarkan tradisi melumpuhkan pikiran kreatif; 3) kegiatan ini diharapkan mahasiswa/siswa dapat praktekkan bertanya dan mendengarkan. melatih kemampuan Schwartz menyatakan bahwa kemampuan berpikir Ketiga langkah tersebut dapat juga digunakan untuk menyelesaikan masalah. berpikir kreatif Melalui mereka berkembang. Masalah matematika yang sulit, perlu mengembangkan diselesaikan dengan mengkombinasikan jawaban kemampuan berpikir kreatif matematis. Langkah melalui bertanya dan juga mendengarkan gagasan pertama, hendak orang. Kemampuan berpikir kreatif matematis menyelesaikan masalah matematika, mereka harus dapat dikembangkan melalui proses bertanya dan percaya bahwa sesuatu dapat mereka lakukan mendengarkan ini. Meskipun pada awalnya mereka untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh seolah-olah mendapat jawaban yang sama dengan karena itu, masalah matematis tersebut pasti dapat orang lain, tetapi melalui kombinasi cara yang diselesaikan. Hanya saja cara yang digunakan diperoleh, mereka bisa mendapatkan solusi yang mungkin dapat bervariasi. bervariatif. sebagai langkah ketika untuk mahasiswa/siswa Langkah kedua untuk tidak membiarkan Rumusan masalah tradisi melumpuhkan pikiran maksudnya adalah Rumusan masalah dalam artikel ini adalah hal-hal bersikap apa menerima mahasiswa integral gagasan menyelesaikan lipat dua dengan baru. soal-soal koordinat Ketika kalkulus kutub, yang menghambat mengembangkan kemampuan seseorang dalam berpikir kreatif matematis. sebagaian besar mahasiswa menyebut bahwa soal Tujuan itu sulit untuk diselesaikan. Kata soal itu sulit Sejalan dengan rumusan masalah yang telah merupakan tradisi yang dianggap mahasiswa diuraikan sebelumnya, tujuan dari penulisan artikel sebagai sesuatu hal yang mereka selalu hadapi. ini adalah untuk mengkaji hambatan-hambatan Meskipun memang sulit untuk diselesaikan, pada seseorang mengembangkan kemampuan berpikir dasarnya soal-soal tersebut dapat diselesaikan. kreatif matematis. Oleh Manfaat karena itu, jangan melumpuhkan pikiran Anda. biarkan tradisi Artikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat jika hambatan dalam mengembangkan kemampuan 6 berpikir kreatif matematis telah diketahui, langkah ketakutan sendiri selanjutnya adalah mencari solusi penyelesaian mengganggu konsentrasi, energi yang terbatas, dari hambatan yang ada. kalau sudah diberikan satu contoh akan lebih suka METODE PENELITIAN sesuai Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. melakukan hal kreatif dalam matematika, tradisi Data diperoleh dengan wawancara dan observasi yang diturunkan oleh guru dan waktu yang sedikit lapangan. Sebelum melakukan kegiatan dilapangan sehingga membuat panik. dengan karena contoh susah, saja, ada tidak yang terbiasa dilakukan telaah kajian teori dahulu tentang Subyek keempat menyatakan bahwa hal ini kemampuan berpikir kreatif secara umum. Subyek disebabkan oleh ketika melihat soal atau masalah penelitian diambil dari siswa SMAN 2 Salatiga dan langsung malas berpikir, malas memahami soal siswa atau masalah, kalau sudah bisa kenapa harus cari SMAN 3 Salatiga serta mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan cara Ilmu memikirkan alternatif cara lain, kurang latihan, Pendidikan Universitas Kristen Satya lain, lebih fokus ke rumus daripada puas diri, waktunya yang terlalu singkat. Subyek Wacana. kelima menyatakan bahwa hal ini dikarenakan belum memahami dasar/konsepnya, mudah bosan, HASIL PENELITIAN Melalui wawancara dan observasi ditemukan bingung caranya sehingga menjadikan malas, hambatan dalam kurangnya berpikir kreatif pokoknya harus dengan cara ini (satu cara yang matematis. Adapun data-data yang diperoleh dari dianggap biasa), waktu yang tidak tepat atau subyek pertama adalah dikarenakan pikiran blank, terbatas, dikritik oleh orang lain. beberapa fakta mengembangkan mengenai kemampuan latihan, tidak suka matematika, materi yang dipelajari lupa, waktu yang terbatas, Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ada perasaan takut salah dalam menyelesaikan diperoleh ada dua faktor yang menghambat siswa masalah kurangnya terpaku matematika, latihan rumus, belum kuat, atau mahasiswa mengembangkan kemampuan soal, sering berpikir kreatif matematis yaitu faktor dari dalam lingkungan juga dan faktor dari luar. Tabel 1 memberikan konsep mengerjakan faktor mempengaruhi, kecapekan, cepat puas diri. Melaui subyek kedua diperoleh data bahwa gambaran mengenai faktor dari dalam individu yang menjadi hambatan. yang menghambat adalah wawasan kurang, cuek, Tabel 1 tidak ingin tahu, budaya Ujian Nasional, hanya Jenis menghafal rumus, wawasan kurang, malas, takut hambatan salah, perasaan kalah saing, kebiasaan tidak Pikiran kreatif, masalah waktu yang terbatas. Subyek ketiga menyatakan bahwa ini disebabkan oleh Deskripsi Hambatan pikiran blank, mengganggu ada yang konsentrasi, 7 bingung caranya sehingga menjadikan malas, tidak suka Adapun faktor dari luar diri individu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 matematika Malas Jenis hambatan Deskripsi Hambatan kurangnya latihan mengerjakan Kritikan dikritik oleh orang lain soal, Lingkungan lingkungan materi yang malas dipelajari berpikir, lupa, malas memahami soal atau masalah, juga mempengaruhi kurangnya latihan, kurang latihan Kebiasaan Cuek, tidak ingin tahu, budaya DISKUSI Ujian Nasional, hanya menghafal Hambatan rumus, kebiasaan tidak kreatif, Berpikir Kreatif matematis kalau sudah diberikan satu contoh Berpikir kreatif matematis Kemampuan sangat erat akan lebih suka sesuai dengan kaitannya dengan adanya masalah matematika. contoh terbiasa Polya (1985) mengajukan empat langkah fase kreatif dalam penyelesaian masalah yaitu memahami masalah, saja, melakukan hal matematika, tidak tradisi yang merencanakan penyelesaian, menyelesaikan diturunkan oleh guru kalau sudah masalah dan melakukan pengecekan kembali bisa kenapa harus cari cara lain, semua langkah yang telah dikerjakan. Pemecahan lebih fokus ke rumus daripada masalah inin bergantung pada kemampuan untuk memikirkan alternatif cara lain, mengatasi segala hambatan yang dihadapi dalam mudah bosan, pokoknya harus rangka mengembangkan berpikir kreatif. dengan cara ini (satu cara yang Rasa Takut Mengembangkan Olson (1992) menyatakan bahwa hambatan dianggap biasa), yang mungkin dihadapi dalam berpikir kreatif ada perasaan takut salah dalam yaitu 1) kebiasaan/tradisi; 2) waktu dan energi menyelesaikan yang masalah terbatas; 3) lingkungan; 4) perlunya matematika, perasaan takut kalah penanganan segera; 5) kritik yang dilancarkan saing orang lain; 6) takut gagal; dan 7) puas diri. Penguasaan konsep sering Kebiasaan atau tradisi adalah melaksanakan Konsep terpaku rumus, wawasan kurang, kegiatan/pekerjaan yang sama dengan cara yang belum sama dan dalam kondisi yang sama pula. Energi belum kuat, memahami dasar/konsepnya Kebiasaan/tradisi dalam mengerjakan penyelesaian Kecapekan, energi yang terbatas masalah matematika menjadi hal yang wajar dalam Rasa Puas Diri cepat puas diri pembelajaran sekarang ini. Guru memberikan contoh dan siswa menuliskan jawaban dari soal 8 yang diberikan sama dengan cara yang diberikan matematika tidak menyediakan lingkungan belajar guru. Oleh karena itu, kebiasaan/tradisi semacam yang kreatif, ini dapat mempengaruhi siswa untuk ini dapat menghambat siswa mengembangkan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Bahkan di matematis. Jadi lingkungan memiliki pengaruh SD, siswa merasa tidak yakin dengan jawaban dalam menghambat seseorang menjadi kreatif, orang lain meskipun mendapatkan hasil yang namun jika lingkungan ini diubah menjadi sama. lingkungan Mereka merasa jawaban guru yang yang mengajarlah yang perlu mereka percaya. Ini perlu berpikir mendapat berkembang. perhatian yang serius terkait kemampuan kreatif kreatif, berpikir maka matematis kreatif kemampuan siswa dapat Ketika siswa diminta untuk menyelesaikan kebiasaan/tradisi ini. dengan soal-soal matematika dengan segera dan tidak alasan memberikan kesempatan untuk bertanya dan seseorang untuk tidak menjadi kreatif. Siswa mendengarkan gagasan dari orang lain, maka sekarang lebih cenderung sibuk dan energi mereka kebiasaanlah habis hanya mengulang-ulang penyelesaian dengan penyelesaiannya. cara yang sama daripada mereka memikirkan cara seseorang untuk menjadi lebih kreatif. Waktu kesibukan. seringkali Kesibukan berhubungan ini merupakan yang Hal ini digunakan dalam menjadi hambatan kreatif untuk penyelesaian soal matematika yang Secara sengaja atau tidak sengaja, kritik mungkin lebih efektif dan efisien dalam hal waktu menghambat kreativitas seseorang (Oslon, 1992). dan energi. Siswa cenderung menghabiskan waktu Misalkan seorang siswa hendak menyelesaikan untuk masalah mengulang-ulang jawaban daripada sistem persamaan menggunakan penyelesaiannya. 1992) mengatakan, “caramu itu tidak sesuai dengan cara menyatakan “semakin banyak berpikir, semakin umumnya” atau, “cara itu tidak bisa digunakan banyak pula waktu yang Anda miliki”. Waktulah dalam pembelajaran”. Komentar-komentar yang yang dapat memberi keuntungan yang besar itu bersifat negatif ini mematahkan ide-ide kreatif dan akhirnya ini berarti menghemat waktu. seseorang. Sesuatu yang wajar jika gagasan kreatif (Oslon, Lingkungan bisa jadi faktor penghambat dalam kreatif mengembangkan matematis. kemampuan Ketika ada temannya dengan mempelajari cara yang kreatif namun efektif untuk Henry Ford matriks, linear yang matematis mendapat kritikan dari seseorang. Jika berpikir itu dapat menyelesaikan permasalahan dan dapat seorang diterima dalam hal konsep matematis, itu tidak siswa/mahasiswa berada pada lingkungan teman sebaya yang terbiasa menyelesaikan masalah menjadi masalah. Seseorang yang takut gagal masalah-masalah dalam matematika dengan cara yang biasa, ini dapat menyelesaiakan matematika mempengaruhi seseorang menjadi kreatif. Guru membuat orang tersebut tidak percaya diri. Jika juga mempunyai peran yang penting. Ketika guru tidak percaya bahwa ia mampu untuk mengatasi 9 masalah tersebut maka ini sangat menghambat terbatas; 3) lingkungan; 4) perlunya penanganan seseorang mengembangkan kemampuan berpikir sege kreatif matematisnya. ra; 5) kritik yang dilancarkan orang lain; 6) takut Selain itu puas diri merupakan sikap yang gagal; dan 7) puas diri. Jika hambatan-hambatan dapat menghambat seseorang mengembangkan ini dapat diatasi, seseorang kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Sikap mengembangkan puas diri ini dapat membuat seseorang berhenti matematis dan membantu seseorang menemukan untuk terus lebih kreatif, sebab mereka sudah banyak solusi kreatif mengatasi permasalahan merasa cukup dan puas dengan keadaannya tentang matematika. kemampuan akan dapat berpikir kreatif sekarang. Masih banyak masalah matematika yang tingkat kesulitan dan penyelesaiannya bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Hal ini sebenarnya memotivasi siswa lebih lagi [1] de Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung: mengembangkan Kaifa kemampuan berpikir kreatif [2] matematisnya. Berpikir kreatif merupakan kunci dari Evans, J. R. Berpikir Kreatif dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Jakarta: berpikir untuk merancang, memecahkan masalah, Bumi Aksara, 1994. untuk [3] Kiehn. M. T. Creative Thinking: Music melakukan perubahan dan perbaikan, memperoleh gagasan baru (de Bono, 2007). Improvisational Meskipun demikian banyak hambatan yang harus Elementary School Students. Journal of Education diatasi agar seseorang menjadi lebih kreatif. Ketika and hambatan-hambatan http://[email protected] (diunduh 14 Desember tersebut dapat diatasi, Human Skills Development Development among Vol 1. kemampuan berpikir kreatif matematis seseorang 2011), 2007. akan dapat meningkat dan membantu orang [4] Mahmudi, A. “Mengukur Kemampuan Berpikir tersebut dapat menemukan banyak solusi kreatif Kreatif Matematis”. Makalah. Konferensi Nasional mengatasi permasalahan matematika. Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010, 2010. [5] Mann, E. L. Mathematical Creativity and SIMPULAN School Mathematics: Indicators of Mathematical Berdasakan kajian di atas, dalam mengembangkan Creativity in Middle School Students. Dissertation. kemampuan University of Connecticut, 2005. berpikir kreatis matematis ada hambatan yang dapat menjadikan seseorang tidak [6] Martono, K. Kalkulus. Jakarta: Penerbit kreatif. Hambatan-hambatan tersebut di antaranya: Erlangga, 1999. 1) kebiasaan/tradisi; 2) waktu dan energi yang [7] Munandar, U. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta, 2009. 10 [8] Oslon, R. W. Seni Berpikir Kreatif. Jakarta: Erlangga, 1992. [9] Polya, G. How to Solve it. A New Aspect of Mathematical methods (2nd Edition). New Jersey: Pricenton University Press, 1985. [10] Potur, A. A. & O. Barkul. Gender and creative thinking in education: A theoretical and experimental overview. Journal, 6 (2), 44-57. http://www.az.itu.edu.tr/azv6n2, 2009. web/05poturbarkul0602.pdf (diunduh 14 Desember 2011). [11] Schwartz, D. J. Berpikir dan Berjiwa Besar. Batam: Binarupa, 2007. [12] Stewart, James. Kalkulus Jilid 2 Edisi Keempat (Terjemahan).Jakarta: Erlangga, 2003.