campur kode pada keterampilan berbicara siswa

advertisement
CAMPUR KODE PADA KETERAMPILAN BERBICARA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 87 JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Ayu Annisa
NIM 1110013000063
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
1
ABSTRAK
Ayu Annisa, 1110013000063, 2014, Campur Kode pada Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembimbing Dr. Nuryani, M.A.
Di era globalisasi ini pergaulan anak berkembang pesat. Mereka mudah
menerima bahasa-bahasa asing dan mudah pula menerapkannya ketika berbicara
sehingga mereka menjadi masyarakat yang bilingual. Oleh karena itu, banyak
siswa ketika berbicara memasukkan serpihan-serpihan bahasa asing atau bahasa
daerah. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud
campur kode yang terdapat pada negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta
dan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya campur kode. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui wujud campur kode siswa kelas X SMA Negeri 87
Jakarta dan menjelaskan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya campur
kode.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan
dokumentasi. Teknik penganalisisan data dibuat dengan menggolongkan campur
kode tersebut sesuai dengan wujud campur kode dari masing-masing kelompok.
Sumber data dari penelitian ini adalah rekaman tuturan siswa pada saat melakukan
dialog negosiasi.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa wujud campur kode terbanyak
yang dilakukan oleh siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta banyak menggunakan
dalam bentuk kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, dan idiom. Beberapa hal
yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu kesantaian penutur,
kebiasaan penutur, dan tidak ada padanan kata yang tepat untuk menggantikan
bahasa tersebut. Kesantaian penutur merupakan faktor utama yang mempengaruhi
siswa melakukan campur kode dalam negosiasinya.
Kata kunci: negosiasi, campur kode.
i
ABSTRACT
Ayu Annisa, 1110013000063, 2014, Code-mixing in Speaking Proficiency Class
X Students of 87 State Senior High School, Jakarta Academic Year 2013/2014.
Indonesia Language and Literature Education Department, Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University,
Jakarta. Advisor Dr. Nuryani, M.A.
In globalization era the social life in teenage are growing so fast. They can
learn and use foreign language easier in their life which at the end turns them into
bilingual speaker. Because of that reason, there are many students put some
elements of the foreign language or native language in the way the speak.
Problem that become foundation in this research is how the form of code-mixing
in the negotiation process for students class X of State SMA 87 Jakarta and the
background of why the code-mixing happen. The goal of this research is to know
the form of code-mixing in students class X of state SMA 87 Jakarta and the
background of why the code-mixing happen.
Method of research use in this study is qualitative descriptive. Data
collecting technique is observation and documentation. Technique of analysiz is
made by categorized each code-mixing into their group. Source of data is the
record of students’ oral negotiation dialogue.
The result of this research is to present the data of the most done codemixing form for students class X state SMA 87 Jakarta whether in form of words,
phrases, clauses, abbreviations, sentences, and idiom. Several factors that become
the background of code-mixing are the feeling of comfortable, habit, and the lack
of word synchronization to represent in the other language. The comfortable
feeling is the main reason of why the speakers do code-mixing in their
negotiation.
Key words: negotiation, code-mixing.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi berjudul “Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa Kelas
X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”, disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis
menyadari
bahwa
dalam
penyusunan
skripsi,
penulis
membutuhkan bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Sebagai
ungkapan rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih kepada
1. Dra. Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu
memberikan semangat.
3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu
memberikan semangat.
4. Dr. Nuryani, M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan
motivasi saat berjalannya penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah memberikan semangat untuk belajar.
6. Orangtua tercinta, yaitu Bapak Syamsul Bachri dan Ibu Ainah yang
telah memberikan doa dan motivasi yang selalu diberikan untuk
anaknya.
iii
7. Adik tersayang, yaitu Indah Maharani, Anggun Alsabila, dan
Muhammad Al Fachri Saputra yang selalu memberikan dukungan.
8. Kekasih tersayang, Negara Abdi yang telah memberikan doa,
semangat, dan meluangkan waktunya untuk membantu mencarikan
referensi skripsi ini.
9. Keluarga besar Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia khususnya
kelas B angkatan 2010 yang selalu kompak dan memberikan semangat
untuk penulis.
10. Sahabat-sahabat terbaik, yaitu Rike Rahmalia, Nurmah, Syafrida,
Kurnia Dewi Nurfadillah, Mohammad Indra Kusuma, Fahmi Nur
Muzaki, Zaki Mubarok (BTR), Uyee (Holida, Yanti, Sigit, Ival, dll),
Fajar Setio Utomo, yang selalu memberikan bantuan dalam mencari
referensi dan selalu memotivasi penulis.
11. Keluarga besar SMA Negeri 87 Jakarta khususnya Ibu Widarti S. Pd.,
dan siswa-siswi kelas X IPA 2 yang membantu terselenggaranya
dialog negosiasi dan semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga semua pihak yang telah membantu mendapat
balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Demikianlah yang dapat penulis
sampaikan, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam skripsi ini.
penulis menerima kritik dan saran untuk membangun skripsi ini. Semoga
kehadiran skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 14 Juli 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK.................................................................................................. i
ABSTRACT................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian............................................................................. 5
G. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 5
H. Metode Penelitian............................................................................. 5
I.
Sumber Data..................................................................................... 7
J.
Subjek Penelitian............................................................................... 7
K. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 7
L. Teknik Pengolahan Data................................................................... 8
M. Instrumen Penelitian…………………………………………......... 9
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN .... 10
A. Kerangka Teori...................................................................................... 10
1.
Sosiolinguistik................................................................................ 10
2.
Campur Kode................................................................................. 11
3.
Berbicara........................................................................................ 25
4.
Negosiasi........................................................................................ 27
v
B. Penelitian yang Relevan........................................................................ 30
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………....... 32
A. Profil Sekolah........................................................................................ 32
B. Klasifikasi Wujud Campur Kode.......................................................... 35
C. Analisis Data......................................................................................... 40
D. Latar Belakang Terjadinya Campur Kode............................................ 89
BAB IV PENUTUP……………………………………………………….... 90
A. Simpulan............................................................................................... 90
B. Saran..................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
UJI REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 1 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 3
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 2 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 4
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 3 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 5
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 4 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 6
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 5 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 7
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 6 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 8
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 7 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 9
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 8 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 10 : Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 9 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 11 : Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 10 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 12 : Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 11 siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 13 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 14 : Surat Keterangan Penelitian
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 1 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 2
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 2 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 3
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 3 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 4
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 4 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 5
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 5 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 6
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 6 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 7
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 7 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 8
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 8 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 9
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 9 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 10
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 10 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 11
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 11 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh
dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi.
Kaidah, aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata
bentuk, dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan dengan
baik, penutur dan petutur harus menguasai bahasanya. Ragam berbahasa
terbagi menjadi dua, yaitu bahasa tulisan dan bahasa lisan. Bahasa tulisan
adalah bahasa sekunder. Contoh bahasa tulis seperti bahasa undang-undang,
catatan, surat, majalah dan lain sebagainya. Ciri dari bahasa tulisan adalah
dengan menggunakan Ejaan yang disempurnakan (EYD).
Bahasa lisan merupakan bahasa primer. Contoh bahasa lisan seperti
bahasa dalam percakapan, berpidato, berdiskusi, dan lain sebagainya.
Bahasa lisan lebih ekspresif karena mimik, intonasi, dan gerakan tubuh
dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Bahasa lisan terbagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan formal dan
bahasa lisan nonformal. Komunikasi dalam bahasa lisan terjadi secara
langsung atau bertatap muka sehingga terikat oleh kondisi, waktu, dan
situasi.
Setiap keterampilan berbahasa, sangat berhubungan erat dengan
proses berpikir seseorang. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin
jelas bahasa yang ingin disampaikan oleh lawan tuturnya. Dalam bahasa
Indonesia,
ada
empat
keterampilan
berbahasa,
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
yaitu
keterampilan
Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, kita harus melalui suatu urutan yang teratur.
1
2
Mula-mula pada saat masih kanak-kanak, seseorang belajar menyimak
bahasa. Kemudian setelah proses menyimak tersebut berjalan dengan baik,
seorang anak akan belajar berbicara dan selanjutnya seorang anak belajar
membaca dan menulis.1
Kehidupan manusia tidak lepas dari kebutuhan interaksi atau
berhubungan dengan orang lain. Manusia memerlukan komunikasi untuk
memecahkan permasalahannya. Dalam komunikasi lisan, orang memerlukan
keterampilan berbicara agar orang lain memahami hal yang dibicarakan. Hal
tersebut mendasari adanya penekanan kemampuan berkomunikasi siswa
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Keterampilan berbicara yang baik sangat dibutuhkan agar pemahaman
yang diterima oleh pendengar bisa disampaikan dengan bahasa yang
komunikatif. Berbicara memiliki peranan sosial yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan, baik di
sekolah maupun diluar sekolah. Di sekolah, keterampilan berbicara
diperlukan untuk menyatakan suatu gagasan, pendapat, menggali informasi,
dan berinteraksi dengan orang yang ada di lingkungan sekolah. Di luar
sekolah keterampilan berbicara diperlukan untuk menunjang keberhasilan
berinteraksi dengan orang-orang sekitar yang ada di lingkungan tersebut.
Kemahiran
berbicara
seseorang
ditentukan
oleh
tingkat
pemahamannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kebahasaan.
Pembicara menyampaikan pikiran dan perasaan kepada pendengar melalui
suara. Pembicara dapat memperjelas pengertian yang ingin disampaikannya
dengan menggunakan intonasi, gerak-gerik dan mimik sesuai dengan
pikiran dan perasaan yang ingin dikemukakan. Seseorang harus memiliki
kemampuan berkomunikasi agar pendengar dapat memahami maksud dan
tujuan yang diutarakan oleh pembicara. Kebiasaan berbicara dengan bahasa
yang baik perlu diajarkan sejak seorang anak masih belajar berbicara. Pada
1
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Angkasa,
2008), h.1
3
saat memasuki sekolah pun seorang anak mulai diajarkan untuk berbicara
dengan menggunakan ekspresi dan bahasa yang dimengerti oleh lawan
bicaranya.
Di Indonesia pada umumnya adalah masyarakat bilingual, yang
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai bahasa pertama.
Tetapi, banyak juga terdapat masyarakat yang menggunakan banyak bahasa
(multilingual). Kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa tergantung
pada situasi dan kondisi yang melingkupinya. Seorang penutur bilingual
secara tidak sadar sering mencampur kedua bahasa yang ia kuasai, sehingga
dapat dikatakan bahwa ia melakukan campur kode dalam berkomunikasi.
Faktor ini disebabkan karena penutur tidak dapat menemukan padanan kata
untuk bahasa yang ia pakai, perpindahan penduduk, percampuran
pernikahan, dan faktor pendidikan yang mengajarkan siswa memakai bahasa
asing sehingga mereka terbiasa menggunakan lebih dari satu bahasa.
Di era globalisasi ini pergaulan anak berkembang pesat. Mereka
mudah menerima bahasa-bahasa asing dan mudah pula menerapkannya
ketika berbicara sehingga mereka menjadi masyarakat yang bilingual,
misalnya dengan mencampurkan serpihan bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia ketika berbicara. Permasalahan ini dapat ditemukan di SMA
Negeri 87 Jakarta. Sebagian murid di SMA tersebut menggunakan
percampuran bahasa dalam pembelajaran di sekolah.
Hal ini disebabkan karena kurangnya membiasakan siswa agar
berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Untuk
menerapkan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik tidaklah mudah. Guru
sangat berperan penting untuk mengajarkan keterampilan berbicara pada
siswanya. Seorang guru harus mampu membiasakan berbicara dengan
menggunakan bahasa Indonesia tanpa ada percampuran bahasa asing atau
daerah di sekolah agar murid terbiasa dan bertambah lancar dalam berbicara
bahasa Indonesia. Untuk mengetahui bahasa yang diujarkan oleh siswa, hal
ini akan diuraikan tentang campur kode pada keterampilan berbicara siswa
kelas X SMA Negeri 87 Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.
4
B.
Identifikasi Masalah
1.
Rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia dengan benar pada siswa
SMA Negeri 87 Jakarta.
2.
Kosa kata yang sering diucapkan dengan menggunakan campur kode.
3.
Banyaknya
pengaruh
bahasa
lain
ketika
melakukan
praktik
keterampilan berbicara.
C.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari materi, maka batasan
penelitian yang berjudul Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, fokus pada
pembahasan mengenai campur kode yang diujarkan siswa dalam materi
negosiasi kelas X IPA 2 semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di
sekolah SMA Negeri 87 Jakarta yang beralamat di Jalan Mawar II Bintaro,
Jakarta Selatan, dengan jumlah siswa 36 orang.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut
1.
Bagaimana wujud campur kode yang terjadi pada keterampilan
berbicara siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta?
2.
Apa yang melatarbelakangi siswa menggunakan campur kode dalam
berbicara?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk campur kode siswa kelas X SMA Negeri 87
Jakarta.
2. Untuk menjelaskan latar belakang siswa menggunakan campur kode
dalam berbicara di sekolah.
5
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk
perkembangan
ilmu
sosiolinguistik
khususnya
dapat
membantu
penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan campur
kode.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada diskusi,
pidato, meningkatkan kosakata, menelaah pemakaian bahasa sehari-hari,
dan sebagainya.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta, Jalan Mawar
II Bintaro, Rempoa, Jakarta Selatan. Peneliti melakukan tindakan
berupa pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan
menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian.
2.
Waktu
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014 dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2014.
H. Metode Penelitian
Fokus kajian dalam penelitian ini ingin melihat campur kode pada
keterampilan berbicara siswa di SMA Negeri 87 Jakarta. Peneliti akan
merekam tuturan siswa pada saat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas,
tepatnya saat melakukan kegiatan teks bernegosiasi.
6
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan
metode analisis isi. Sebagaimana pengertian penelitian kualitatif, yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan
simbol-simbol bahasa tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati, serta mampu memperoleh data yang akurat terhadap
fenomena tertentu.
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel, sumber data dilakukan secara purposive dan
snawball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan)
analisis bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna pada generalisasi.”2
Penelitian kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa
yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data.
Seorang peneliti kualitatif harus bersifat “perspective emic” artinya
memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa
yang dipikirkan peneliti, melainkan berdasarkan sebagaimana adanya yang
terjadi di lapangan.
Kirk dan Miller menjelaskan, penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.3
Artinya, yang dihasilkan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk deskriptif
dari hasil yang diamatinya selama kurun waktu yang telah ditentukan.
Penelitian kualitatif akan menghasilkan data akurat apabila disajikan katakata narasumber secara langsung. Peneliti menyuguhkan data dalam bentuk
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 15.
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),
h. 3.
7
dokumen resmi dan rekaman wawancara langsung dengan narasumber
terkait yang sudah dalam bentuk transkripsi.
I.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila
peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa
benda gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka sumber datanya adalah dokumen atau catatan yang
berisi variabel penelitian.4 Sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman
tuturan siswa pada saat melakukan dialog negosiasi. Penulis mengumpulkan
data campur kode dari rekaman tuturan siswa, kemudian menganalisis
wujud campur kode dan latar belakang terjadinya campur kode.
J.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri
87 Jakarta Selatan tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 36 orang.
K. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulannya adalah sebagai
berikut:
1.
Observasi
Pengamatan dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta yaitu pada
saat siswa kelas X berinteraksi dengan lawan tuturnya. Peneliti
mengamati ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung
maupun ketika istirahat. Dalam pengamatan tersebut, banyak
ditemukan siswa yang berbicara dengan menggunakan campur kode.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 172.
8
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui campur kode dalam
berbahasa yang diujarkan siswa selama berinteraksi.
2.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran
bagaimana sebuah penelitian dilakukan. Data yang dihasilkan dari
kegiatan ini berupa hasil rekaman praktik negosiasi antara siswa
dengan siswa. Peneliti melakukan dokumentasi dengan cara
memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa untuk melakukan
praktik negosiasi. Kemudian dibagi menjadi dua belas kelompok dan
satu kelompok terdiri atas tiga orang. Setelah itu, peneliti langsung
mendokumentasikan dengan merekam video saat praktik negosiasi
berlangsung.
L.
Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
analisis data yang memuat negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta.
Berikut ini langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan penulis secara
lebih rinci:
1.
Mengidentifikasi Data
Langkah awal mengidentifikasi data yaitu mentranskripsikan data
dengan cara mengetik dialog dari hasil rekaman video negosiasi siswa
kelas X IPA 2. Seluruh dialog dari kelompok satu hingga kelompok
dua belas ditranskripsikan agar lebih mudah diketahui campur kode
yang diujarkan siswa.
2.
Mengklasifikasi Data
Setelah diperoleh hasil dari proses identifikasi data dialog negosiasi
siswa, tahap selanjutnya yaitu mengklasifikasi data sesuai dengan
wujud campur kodenya dengan cara membuat tabel bagian kata, frasa,
klausa, singkatan, kalimat idiom pada masing-masing kelompok.
9
3.
Menganalisis Data
Selanjutnya dianalisis dengan prinsip kebahasaan pembicara dalam
dialog negosiasi. Peneliti menganalisis tipe campur kode, maksud
dialog, latar belakang terjadinya campur kode, fungsi campur kode,
batasan campur kode, struktur dan kaidah campur kode pada masingmasing dialog yang terdapat campur kode.
4.
Menyimpulkan Data
Setelah melakukan analisis data, selanjutnya menyimpulkan data
sehingga dapat diketahui wujud dan latar belakang campur kode yang
digunakan siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran
2013/2014.
M. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah diri penulis sendiri karena dalam
penelitian ini penulis mengerjakan penelitian dengan teknik observasi dan
dokumentasi. Adapun tabel analisis yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 1.1
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Siswa Kelas X SMA
Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
Frasa
Klausa
Singkatan Kalimat
Idiom
1.
2.
3.
Tabel di atas merupakan tabel untuk mengetahui wujud campur kode
yang diujarkan siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta. Peneliti
mengklasifikasikan wujud campur kodenya dengan membuat kolom kata,
frasa, klausa, singkatan, kalimat, idiom, yang kemudian akan peneliti
analisis.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A.
Kerangka Teori
1.
Sosiolingusitik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi
dan linguistik. Sosiologi adalah kajian objektif dan ilmiah mengenai
manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses
sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui
bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada.
Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang memperlajari bahasa,
atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. J.A
Fishman menyatakan sosiolinguitik adalah kajian tentang ciri khas
bahasa, variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai
bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling
mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.5 Artinya,
sosiolinguistik mengkaji unsur-unsur bahasa dalam masyarakat terkait
dengan pengguna bahasa dalam suatu tempat.
Pengertian lain menurut pandangan Appel yaitu sosiolinguistik
tidak terlepas dalam kehidupan masyarakat karena sosiolinguistik
merupakan bagian dari interaksi sosial masyarakat.
“Sosiolingusitik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan
komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan
kebudayaan tertentu sedangkan yang dimaksud dengan
pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi
dalam situasi konkret. Dengan demikian dalam linguistik,
bahasa tidak dilihat internal, tetapi dilihat sebagai sarana
interaksi/komunikasi di dalam masyarakat.”6
Dengan demikian, sosiolinguistik merupakan bagian dari
masyarakat dan tidak pernah terlepas dari masyarakat karena bagian
5
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Sabda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, Cet. Ke-2),
h. 2.
6
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 6.
10
11
sarana
interaksi
dalam
masyarakat.
Nababan
menyatakan,
sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan
dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat atau dapat juga
dikatakan bahwa sosiolinguistik itu mempelajari dan membahas
aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan
(variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktorfaktor kemasyarakatan (sosial).7 Sosiolinguistik membahas aspek
bahasa yang berkaitan dengan penuturnya seperti variasi bahasa,
dialek dalam masyarakat. Sedangkan menurut R. Kunjana Rahardi
dalam bukunya menyatakan bahwa sosiolinguistik mengkaji bahasa
dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dan masyarakat,
khususnya
masyarakat
penutur
bahasa
itu.
Sosiolinguistik
mempertimbangkan keterikatan dua hal, yaitu linguistik untuk segi
kabahasaan dan sosiologi untuk segi kemasyarakatan.8
Dari beberapa pendapat menurut para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari dan membahas aspek-aspek kebahasaan baik ciri maupun
variasinya serta hubungannya dalam masyarakat.
2.
Campur Kode
a.
Pengertian Campur Kode
Seseorang yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan
benar, biasanya masih memasukkan unsur-unsur bahasa lain ke
dalam bahasa percakapan sehari-harinya, terutama pada
masayarakat daerah seperti di Jawa, Sunda, dan lain sebagainya.
Masyarakat di darah tersebut biasanya masih mencampurkan
dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dengan bahasa daerahnya
dalam berinteraksi. Sebelum membahas campur kode, sebaiknya
kita mengetahui pengertian kode. Kode biasanya berbentuk
7
P. W. J Nababan, Sosiolingusitik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3.
R. Kunjana Rahardi, Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 16.
8
12
variasi bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota
suatu masyarakat bahasa. Kode bahasa ialah sistem bahasa
dalam suatu masyarakat.
Campur kode merupakan terjemahan dan padanan istilah
code mixing dalam bahasa Inggris. Nababan menjelaskan
campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain yaitu
bilamana orang mencampur dua (atau lebih bahasa) atau ragam
dalam suatu tindak berbahasa (speech act atau discourse) tanpa
ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu menuntut percampuran
bahasa tersebut.9 Campur kode terjadi apabila seorang penutur
bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur
bahasa daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia.
Dengan kata lain, seseorang yang berbicara dengan kode utama
bahasa
Indonesia
yang
memiliki
fungsi
keotomiannya,
sedangkan kode bahasa daerah yang terlibat dalam kode utama
merupakan
serpihan-serpihan
saja
tanpa
fungsi
atau
keotonomian sebagai sebuah kode. Seorang penutur misalnya,
yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan kata-kata
atau sedikit kalimat bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah
melakukan campur kode. Akibatnya, akan muncul satu ragam
bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan (jika bahasa daerahnya
adalah bahasa Jawa), kesunda-sundaan (jika bahasa daerahnya
adalah bahasa Sunda), dan lain sebagainya.
Thalender berpendapat, perbedaan alih kode dan campur
kode yaitu bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan
dari satu klausa suatu bahasa ke klausa lain, maka peristiwa
yang terjadi adalah alih kode, tetapi apabila di dalam suatu
peristiwa
tutur,
klausa-klausa
maupun
frasa-frasa
yang
digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid cluses,
hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak
9
P. W. J Nababan, op. cit., h. 32.
13
lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang
terjadi adalah campur kode, bukan alih kode. Fasold juga
menjelaskan
perbedaan
alih
kode
dan
campur
kode.
Menurutnya, jika seseorang menggunakan satu kata atau frasa
dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode. Tetapi
apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatikal satu
bahasa, dan klausa berikutnya disusun menurut struktur
gramatikal bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih
kode.10 Artinya, campur kode terjadi apabila dalam berbicara
terdapat dua bahasa dalam satu kalimat atau menggunakan
beberapa kata bahasa lain dalam satu kalimat.
Wardaugh menjelaskan bahwa campur kode terjadi ketika
seseorang menggunakan dua bahasa dengan sama fasihnya
sehingga mereka dapat menggunakan kedua bahasa tersebut
secara bergantian dalam sebuah tuturan tunggal.11 Hudson
mendifinisikan campur kode sebagai cara untuk melambangkan
situasi yang ambigu di mana tidak dapat dikatakan secara tepat
dalam bahasa lainnya, sehingga untuk memperoleh efek yang
tepat penutur menyeimbangkan bahasanya sebagai semacam
“koktail bahasa” (linguistic cocktai).12 Campur kode juga bisa
terjadi apabila tidak ada ungkapan yang tepat atau padanan kata
yang lain, sehingga seseorang memasukkan unsur-unsur bahasa
lain kedalam tuturannya.
Beberapa wujud campur kode adalah dapat berupa kata,
frasa, klausa, singkatan, kalimat, dan penyisipan ungkapan atau
idiom.
10
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 115.
11
Ronald Wardaugh, An Introduction to Sosiolinguistics, (Oxford: Basil Blackwell, 1986), h. 101.
12
R. A Hudson, Sociolinguistics, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), h. 53.
14
1). Kata
Kata dalam tataran morfologi adalah satuan
gramatikal yang bebas dan terkecil. Dalam tataran
sintaksis kata dibagi dua yaitu kata penuh (leksikal)
dan kata tugas (gramatikal). Kata penuh adalah kata
yang termasuk kategori nomina, verba, adjektiva,
adverbial,
dan
numeralia,
memiliki
makna
leksikal
sebagai
kata
masing-masing
penuh
dan
mengalami proses morfologi. Sebaliknya, kata tugas
adalah kata yang berkategori preposisi dan konjungsi,
tidak mengalami proses morfologi dan merupakan
kelas tertutup, dalam peraturan tidak dapat berdiri
sendiri.13 Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa
kelas kata. Kelas kata adalah perangkat kata yang
sedikit banyak berperilaku sintaktis sama. Pembagian
kelas kata dalam bahasa Indonesia yaitu:
a).
Verba, dapat diketahui dengan mengamati
perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk
morfologisnya. Contoh verba yaitu mati, jatuh,
mengering, mengecil, dan meninggal.
b).
Adjektiva
adalah
kata
yang
memberikan
keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang
dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Contoh
adjektiva yaitu aman, bersih, berat, ringan,
merah, dan putih.14
c).
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis
tidak mempunyai potensi untuk bergabung
dengan partikel tidak, dan mempunyai potensi
untuk didahului oleh partikel dari. Contoh
13
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, h.222.
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka,
2010), h. 91-177.
14
15
nomina yaitu batu, kertas, radio, udara, dan
ketela.
d).
Pronomina adalah kategori yang berfungsi
untuk menggantikan nomina. Contoh pronomina
yaitu kami-kami, dia, Pak Karta, memilikinya,
dengannya, dan aku.
e).
Numeralia
adalah
mendampingi
sintaksis,
kategori
nomina
yang
dalam
mempunyai
dapat
konstruksi
potensi
untuk
mendampingi numeralia lain, dan tidak dapat
bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Contoh Numeralia yaitu Dua tambah dua sama
dengan empat, gunung Semeru lebih dari 1000
kaki tingginya.
f).
Adverbia
adalah
kategori
yang
dapat
mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi
dalam konstruksi sintaksis. Contoh adverbia
yaitu alangkah, agak, akan, amat, bisa, dan
belum.
g).
Introgativa adalah kategori dalam interogatif
yang berfungsi menggantikan sesuatu yang
ingin
diketahui
mengukuhkan
apa
oleh
yang
pembicara
telah
atau
diketaui
pembicara. Contoh introgativa yaitu apa, bila,
kapan, mana, apakah, bagaimana, dan lain
sebagainya.
h).
Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi
untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di
luar wacana. Contoh demostrativa yaitu di sana,
di sini, di situ, ini, dan lain sebagainya.
16
i).
Artikula adalah kategori yang mendampingi
nomina dasar (misalnya si kancil, sang dewa,
para pelajar), nomina deverbal (misalnya si
terdakwa, si tertuduh), pronomina (misalnya si
dia, sang aku), dan verba pasif (misalnya kaum
tertindas,
si
tertindas)
dalam
konstruksi
ekosentris yang berkategori nominal.
j).
Preposisi adalah kategori yan terletak di depan
kategori
lain (terutama nomina) sehingga
terbentuk frase eksosentis direktif. Contoh
preposisi yaitu ia tinggal dalam rumah, di
antara mereka terjalin cinta kasih yang tulus,
dan lain sebaginya.
k).
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi
hipotaktis dan selalu menghubungkan dua
satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Contoh
konjungsi yaitu karena, maka, tetapi, dan lain
sebagainya.
l).
Kategori Fatis adalah kategori yang bertugas
memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
komunikasi antara pembicara dan kawan bicara.
Contoh kategori fatis yaitu kok, deh, selamat, lah, dan pun.
m).
Interjeksi
adalah
kategori
yang
bertugas
mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara
sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata
lain dalam ujaran.15
Jenis-jenis interjeksi adalah:
(1). Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih.
15
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h.
51-124.
17
(2). Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan,
buset, keparat, wah, yaa.
(3).
Interjeksi
kekaguman
atau
kepuasan:
aduhai, amboi, asyik, astaga, ai, hm, wah,
yahud.
(4). Interjeksi
kesyukuran:
syukur,
Alhamdulillah, nah.
(5). Interjeksi harapan: Insya Allah
(6). Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, loh,
duilah, eh, oh, ah.
(7). Interjeksi
kekagetan:
astaga,
astaghfirullah, masyaAllah.
(8).
Interjeksi ajakan: ayo, mari.
(9).
Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo.
(10). Interjeksi simpulan: nah.16
2). Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim
juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat. Pembentukan frasa
itu harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem
terikat. Contoh belum mandi dan tanah tinggi adalah
frasa, sedangkan tata boga dan interlokal bukan frasa,
karena boga dan inter adalah morfem terikat.17
3). Klausa
Klausa
adalah
satuan
sintaksis
berbentuk
rangkaian kata-kata yang berkontruksi predikatif, di
dalam klausa ada kata atau frasa yang berfungsi
sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai
16
17
Hasan Alwi, op. cit., 309.
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 222.
18
subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain
fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa
ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib,
sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.18
4). Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Misalnya:
a). Sdr.
: Saudara.
b). S. Pd : Sarjana Pendidikan.
c). DPR : Dewan Perwakilan Rakyat.
d). Dll
: Dan lain-lain.
e). Dsb
: Dan sebagainya.19
5). Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam
wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang
diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya
perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lainnya.20
6). Idiom
Idiom adalah bahasa yang teradatkan, artinya
bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam
suatu bahasa oleh para pemakainya. Idiom ini sudah
tidak dapat lagi menanyakan mengapa kata itu begitu
dipakai, mengapa begitu susunannya, atau mengapa
begitu artinya. Hubungan makna idiom itu bukanlah
18
Ibid., h. 231.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 23.
20
Hasan Alwi, op. cit., h. 317.
19
19
makna sebenarnya kata itu, idiom tidak dapat
diartikan secara harfiah ke dalam bahasa lain.
Misalnya, idiom duduk perut dalam bahasa Indonesia
yang artinya „hamil‟ (Wanita itu sedang duduk perut)
tak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan
mencari kamus kata duduk
lalu perut, kemudian
menjajarkannya seperti bahasa Indonesia itu.21
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
fenomena campur kode adalah seorang penutur pada dasarnya
menggunakan sebuah varian suatu bahasa. Pada penggunaan itu, dia
menggunakan serpihan-serpihan kode dari bahasa yang lain atau
terjadinya peristiwa campur kode. Wujud campur kode tersebut dapat
berupa kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, maupun idiom.
Campur kode merupakan fenomena yang terjadi karena
masuknya serpihan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain. Hal
ini tidak berarti bahwa tidak ada sebab terjadinya campur kode. Ada
kemungkinan campur kode terjadi karena faktor individu, seperti ingin
menunjukkan status, peran, dan kepakaran. Ada juga kemungkinan
sebab kurangnya unsur bahasa yang digunakan.
Jadi, dapat disimpulkan campur kode adalah percampuran dua
bahasa atau percampuran satu unsur kode ke kode lain yang
digunakan oleh seseorang dalam berinteraksi yang berlatarbelakang
kesantaian penutur atau situasi informal, tidak ada ungkapan yang
tepat, dan ingin memamerkan kedudukannya atau keterpelajarannya.
b.
Tipe Campur Kode
Suwito
menyatakan,
campur
kode
diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu campur kode bersifat ke dalam
(intern) dan campur kode bersifat keluar (ekstern). Campur
21
J. S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1996), h. 47-48.
20
kode ke dalam (intern) apabila
bersumber dari bahasa asli
dengan segala variasi-variasinya. Contoh campur kode ke dalam
(intern) dalam dialog, sebagai berikut:
“nanti masnya matur dulu aja ke orangtua, kalo biayanya
kurang lebih Rp. 300.000”
Kata matur dalam teks di atas adalah bentuk campur kode,
penggunaan kata matur sebenarnya bisa dihindari sebab kata
tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia,
penggunaan kata matur sesuai dengan budaya yang berlaku di
daerah tempat tuturan terjadi. Kata matur menunjukkan
perwujudan kedaerahan, yaitu Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa
yang hidup dalam wilayah politik sama dengan bahasa
Indonesia. Bahasa Jawa juga memiliki hubungan genetis dengan
bahasa Indonesia. Dengan demikian, teks di atas merupakan
campur kode intern atau ke dalam.
Campur kode ke luar (ekstern) yaitu apabila serpihan
bahasa tersebut bersumber dari bahasa asing. Dengan demikian,
hubungan campur kode tipe ini adalah keasingan antar bahasa
yang terlibat.
Contoh campur kode ekstern dalam dialog:
“data-data yang ada di phone memory kemungkinan akan
hilang seperti nomor-nomor telepon, pesan, kalender, dan
catatan.”
Kata Phone memory dalam teks tersebut berasal dari
bahasa Inggris. Bahasa Inggris tidak memiliki hubungan
kekerabatan dengan bahasa Indonesia, antara kedua bahasa
tersebut juga tidak ada hubungan genetis. Oleh sebab itu tipe
campur kode pada kata tersebut adalah tipe campur kode keluar
atau ekstern.22
22
Suwito, Sosiolinguistik Pengantar Awal, (Solo: Henary Offset, 1985). h 76.
21
Jadi dapat disimpulkan, tipe campur kode terbagi menjadi
dua yaitu campur kode ke dalam (intern code mixing), dan
campur kode ke luar (ekstern code mixing). Campur kode ke
dalam yaitu apabila bahasa tersebut masih memiliki hubungan
kekerabatan secara geografis, seperti bahasa daerah dicampur
dengan bahasa daerah yang lain. Campur kode ke luar yaitu
apabila bahasa tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan
secara geografis, seperti bahasa Indonesia dicampur dengan
bahasa asing.
c.
Latar Belakang Terjadinya Campur Kode
Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya campur
kode, yaitu:
1). Partisipan. Penutur yang melakukan campur kode terhadap
lawan bicaranya adalah kerena mereka memiliki tujuan dan
maksud tertentu. Apabila sekelompok orang berbicara
dalam bahasa mereka, lalu kemudian masuk penutur dalam
bahasa lain, maka mereka (kelompok bahasa pertama) akan
mengalihkan kode (bahasa), topik atau bahkan keduanya.
Melihat kepada sifat penutur bahasa pertama, ada maksud
dan tujuan dari campur kode tersebut sebagaimana
kelompok bahasa pertama akan mengubah situasi seketika
tanpa ada jeda atau jarak waktu. Contoh:
A
: Well I‟m glad I met you. Ok?
M
: Andale pues and do come again.
(That‟s alright than, and do come again)
“Ok kalau begitu, datanglah lagi”
(Campur kode antara bahasa Spanyol dan Inggris).
Dengan menggunakan kutipan bahasa Spanyol, M memberi
tanda kepada A bahwa dia menyadari relevansi dari
percampuran latar belakang etnik mereka yang berbeda.
22
Kutipan tersebut menunjukkan penanda keakraban antara
dua anggota kelompok etnis yang berbeda dimana
percakapan sebelumnya dituturkan dalam bahasa Inggris.23
2). Solidaritas. Penutur dapat melakukan alih kode/campur kode
ke dalam bahasa lain sebagai penanda dari kelompok
tertentu
dan
percampuran
etnis
dengan
pendengar.
Walaupun penutur tidak memiliki kemampuan yang
memadai
dalam
bahasa
kedua,
namun
ia
mampu
menggunakan kata-kata atau frasa-frasa yang singkat untuk
tujuan tertentu yang dimilikinya. Contoh:
Sarah : I think everyone‟s here except Mere.
John
: She said she might be a bit late but actually I think
that‟s her arriving now.
Sarah : You‟re right. Kia ora Mere. Haere mai. Kie te
pehea koe?
(Hi Mere. Come in. How are you?)
“Kamu benar. Hi Mere. Masuklah. Apa kabar?”
Mere : Kia ora hoa. Kei te pai. Have you started yet?
(Hello my friend. I‟m fine)
“Hai temanku. Saya baik-baik saja. Sudahkah anda
mulai?”
Pada percakapan di atas, campur kode terjadi dalam
percakapan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, dan Maori
sebagai kode yang dicampurkan. Beberapa orang terkadang
melakukan campur kode dalam sebuah situasi sosial atau
wilayah tertentu. Ketika terjadi suatu perubahan yang jelas
dalam sebuah situasi, seperti datangnya seseorang yang
baru, maka mudah dijelaskan mengapa campur kode
tersebut terjadi.24
23
24
Janet Holmes, An Inroduction to Sociolinguistics, (New York: Longman, 1993), h. 42
Ibid, h. 42
23
3). Status. Peralihan kode juga dapat merefleksikan perubahan
kepada dimensi yang berbeda, seperti hubungan status
antara beberapa orang atau keformalitasan interaksi mereka.
Semakin formal suatu hubungan, yang terkadang juga
melibatkan
perbedaan
administrator-klien,
status,
seperti
guru-murid.
dokter-pasien,
Status
kedekatan
menimbulkan kesenjangan sosial yang minim, seperti
tetangga atau teman. Contoh:
Jan
: Hello Petter. How is your wife now?
Petter : Oh she‟s much better thank you Jan. She‟s out of
hospital and convalesching well.
Jan
: That‟s good I‟m pleased to hear it. Do you think
you could help me with this Pesky from? Iam having
a great deal of difficult with it.
Petter : Of course. Give it there...
Percakapan
tersebut
terjadi
di
sebuah
tempat
di
Hemnesberget, antara dua orang yang bertetangga, Jan dan
Petter. Dalam percakapan tersebut terjadi perubahan topik
diskusi yang pada akhirnya juga menimbulkan pengalihan
kode. Kenyataannya perubahan topik di sini menyimbolkan
hubungan
yang
berbeda
antar
laki-laki.
Mereka
mengalihkan peran dari seseorang yang saling bertetangga
kepada peran mereka sebagai birokrat dan anggota
masyarakat. Mereka merubah interaksi pribadi mereka
kepada transaksi yang lebih formal.25
Dari pendapat Janet Holmes di atas, dapat disimpulkan
latar belakang terjadinya campur kode yang pertama adalah
partisipan, yaitu beberapa orang yang sedang berbicara,
kemudian muncul seseorang dengan menggunakan bahasa lain,
maka mereka akan mencampurkan kedua bahasa agar saling
25
Ibid, h. 42
24
mengerti maksud pembicaraan keduanya. Campur kode ini
memiliki tujuan dan maksud tertentu. Kedua solidaritas, yaitu
untuk menandakan seseorang dari kelompok tertentu. Ketiga
status, yaitu karena kesenjangan sosial yang mengakibatkan
pembicaraan semakin formal sehingga terjadinya campur kode.
Nababan menyatakan latar belakang terjadinya campur
kode adalah sebagai berikut:
1). Kesantaian penutur dan kebiasaan penutur dalam situasi
informal,
2). Tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang
dipakai, dan
3). Ingin memamerkan keterpelajarannya/ kedudukannya.26
Dari penjelasan Nababan di atas, latar belakang terjadinya
campur kode yaitu yang pertama adalah kesantaian penutur, hal
ini disebabkan santainya penutur ketika berbicara dengan lawan
tutur, sehingga terjadinya campur kode ketika mengucapkan
beberapa kata atau kalimat dalam menggunakan bahasa asing
atau bahasa daerah, yang tidak menuntut harus menggunakan
satu bahasa saja. Kedua adalah situasi informal, yaitu situasi
yang tidak resmi seperti di pasar, rumah, sekolah, dan lain
sebagainya yang tidak mengharuskan untuk menggunakan
bahasa resmi sehingga seseorang bebas untuk menggunakan dua
bahasa (bilingual). Ketiga adalah kebiasaan penutur, yaitu
seseorang terbiasa menggunakan serpihan bahasa asing atau
bahasa daerah karena bahasa tersebut sering diucapkan dalam
kehidupan
sehari-hari,
dalam
pergaulan
di
lingkungan
masyarakat maupun di lingkungan dalam rumah. Terakhir, tidak
ada ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang
sedang dipakai, maksudnya adalah seseorang memakai beberapa
kata menggunakan bahasa Inggris atau bahasa daerah karena
26
Nababan. loc. cit.
25
tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia,
sehingga penutur memakai beberapa serpihan bahasa asing atau
bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan lawan tuturnya.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai latar belakang
terjadinya campur kode, peneliti menggunakan latar belakang
terjadinya campur kode menurut Nababan yaitu kesantaian
penutur, situasi informal, kebiasaan penutur, dan tidak ada
ungkapan atau padanan kata yang tepat untuk menggantikan
bahasa tersebut.
3.
Berbicara
a.
Pengertian Berbicara
Kemampuan seseorang dalam berbicara dapat dilihat
melalui bahasa. Pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan
memperthatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi
pengertian bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.27
Berbicara
merupakan
bentuk
kemampuan
komunikasi antar manusia dalam bentuk verbal. Gagasan yang
ingin disampaikan seseorang kepada orang lain disampaikan
melalui media berbicara. Berbicara merupakan kemampuan
manusia yang tidak datang dengan sendirinya. Kemampuan
berbicara ditunjang oleh berbagai faktor, dari mulai faktor
imitasi terhadap lingkungan sekitar sampai pada faktor upaya
pelatihan.
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari
keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan
lingkungan
sang
pembicara,
kontak-kontak
sosial,
dan
pendidikannya. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
27
Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Nusa Indah, 1994), h. 1
26
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan
suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan
yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide
yang dikomunikasikan.
Pada hakikatnya, keterampilan berbicara merupakan
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan
kepada orang lain.28Berbicara adalah beromong, bercakap,
berbahasa mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang
dimaksudkan.29 Artinya, berbicara untuk mengutarakan pikiran
dan sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah bentuk
komunikasi dengan menggunakan media bahasa dan proses
penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran.
b.
Batasan dan Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.,
agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah
sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Pada dasarnya, berbicara mempunyai tiga
maksud umum, yaitu:
1). Memberitahukan dan melaporkan (to inform);
2). Menjamu dan menghibur (to entertain); dan
3). Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to
persude).30
28
Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja, 2008), h.241.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.
188.
30
Tarigan, op. cit., h. 17.
29
27
Jadi, dapat disimpulkan tiga maksud umum dalam
berbicara
melaporkan.
yang
pertama
Seseorang
adalah
berbicara
memberitahukan
untuk
dan
memberitahukan
informasi atau melaporkan sesuatu kepada orang lain sehingga
lawan tuturnya mengerti informasi yang disampaikan oleh
penutur. Kedua, berbicara bertujuan untuk menjamu dan
menghibur lawan tutur, maksudnya adalah memberikan suatu
hidangan, suatu suguhan atau mempersilahkan kepada lawan
tutur. Terakhir, berbicara untuk membujuk, mengajak, mendesak
dan meyakinkan lawan tutur agar mengerti dan melaksanakan
sesuatu yang diinginkan oleh penutur.
4.
Negosiasi
Negosiasi memiliki peranan penting dalam kehidupan. Dalam
menyelesaikan suatu permasalahan, terkadang muncul perbedaan
pendapat dengan seseorang. Salah satu cara untuk menyatukan
perbedaan tersebut adalah dengan melakukan negosiasi. Jadi,
kemampuan negosiasi diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
Secara umum, negosiasi dapat berlangsung di antara dua pihak yang
memiliki kepentingan. Keinginan kedua pihak dinegosiasikan untuk
mencapai keputusan yang saling menguntungkan.
a.
Pengertian Negosiasi
Negosiasi didefinisikan sebagai suatu bentuk interaksi sosial
untuk mengompromikan keinginan yang berbeda ataupun yang
bertentangan. Negosiasi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk
mencapai suatu kesepakatan melalui suatu bentuk diskusi atau
percakapan. Negosiasi adalah proses penetapan keputusan secara
bersama antara beberapa pihak yang memiliki keinginan berbeda.
Negosiasi merupakan suatu cara untuk menetapkan keputusan yang
28
dapat disepakati oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai kepuasan
pihak-pihak yang berkepentingan.31
Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial yang terdiri dari
dua orang atau lebih untuk menetapkan suatu keinginan dan berujung
pada kesepakatan di antara keduanya. Negosiasi dikatakan berjalan
dengan baik apabila kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan.
Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk
mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan
berbeda.32
Dalam
negosiasi,
seseorang
memiliki
kepentingan berbeda. Misalnya seorang mahasiswa ingin membeli
buku untuk keperluan perkuliahannya, sedangkan penjual, menjual
buku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keduaya melakukan
negosiasi jual beli. Si pembeli menawar dengan harga yang
diinginkannya, tetapi si penjual tetap mempertahankan harga jualnya.
Akhirnya mereka mengambil jalan tengah agar harga tersebut sesuai
oleh keduanya dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Gary
Goodpaster mengungkapkan bahwa negosiasi adalah proses bekerja
untuk mencapai suatu perjanjian dengan pihak lain, suatu proses
interaksi dan komunikasi yang sama dinamis dan variasinya, serta
halus dan bernuansa, sebagaimana keadaan atau yang dapat dicapai
orang.33 Artinya, negosiasi dilakukan agar suatu perjanjian dengan
orang lain tercapai dengan baik dan kedua belah pihak mencapai
kesepakatan bersama. Colin Robinson menyatakan, negosiasi adalah
suatu kecakapan tertentu yang dapat diterapkan dalam setiap
kesempatan. Negosiasi merupakan sarana kedua belah pihak yang
mempunyai minat dalam masalah finansil dan hasil yang memuaskan
dalam diskusi. Maksud negosiasi umumnya adalah untuk membujuk
pihak lawan agar sedikit bergeser dari tujuan mereka. Setelah masing31
Engkos Kosasih, Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga,
2013), h. 164-165.
32
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik, (Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013), h. 134.
33
Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi, (Jakarta: Proyek ELIPS, 1999), h. 1.
29
masing bergeser dari posisi mereka, mereka akan berada dalam posisi
baru, maka masing-masing pihak akan mencoba meraih tujuan baru,
baik yang lebih baik maupun yang lebih buruk dari tujuan semula.34
Maksudnya, setiap orang memiliki keinginan, tujuan dan keperluan
yang berbeda. Negoasiasi dilakukan agar kedua belah pihak tidak ada
yang merasa dirugikan, sehingga keduanya mencapai kesepakatan
bersama.
Jadi, negosiasi adalah interaksi sosial atau tawar-menawar antara
kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan bersama.
b.
Struktur Negosiasi
Ada beberapa struktur dalam bernegosiasi, di antaranya:
1). Negosiator 1 menyampaikan maksudnya.
2). Negosiator 2 menyanggah dengan alasan tertentu.
3). Negosiator 1 mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan
tujuan awalnya untuk disetujui negosiator 2.
4). Negosiator 2 kembali mengemukakan penolakan dengan alasan
tertentu pula.
5). Terjadinya kesepakatan.35
Dalam melakukan negosiasi, negosiator 1 harus menyampaikan
maksudnya terlebih dahulu agar orang lain mengerti. Kemudian
negosiator 2 menyanggah apabila hal tersebut kurang berkenan bagi
dirinya. Negosiator 1 berhak mempertahankan argumennya agar
disetujui oleh negosiator tetapi negosiator 2 pun berhak untuk
menolak apabila memiliki alasan yang kuat terhadap penolakan
tersebut. Terakhir, keduanya mencari jalan keluar agar memperoleh
kesepakatan bersama yaitu dengan mengambil jalan tengah di antara
keinginan keduanya.
34
35
Colin Robinson, Bagaimana Memenangkan Negosiasi, (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), h. 4-5.
Kosasih. loc. cit.
30
B.
Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang bahasan campur kode sebagai bahan panduan,
peneliti mengacu pada penelitian skripsi Rini Maryani mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, (2011), berjudul “Analisis Campur Kode dalam
Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy” untuk
meneliti campur kode bahasa asing (Arab dan Inggris).
Perbedaan penelitian Rini Maryani dengan skripsi ini yaitu peneliti
melakukan penelitian tentang campur kode bahasa daerah dan bahasa asing
melalui ujaran pada siswa SMA Negeri 87 Jakarta. Tahun penelitian yang
dilakukan Rini Maryani yaitu 2011, sedangkan peneliti melakukan
penelitian pada tahun 2014.
Skripsi Annisa Ramadhani mahasiswa Universitas Indonesia, (2011),
yang berjudul “Campur Kode Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris dalam
Acara Welcome to BCA di Metro TV”. Penelitian yang dilakukan saudari
Annisa Ramadhani, yaitu mengidentifikasi jenis campur kode dan unsurunsur bahasa Inggris yang masuk dalam ujaran.
Perbedaan penelitian Annisa Ramadhani dengan skripsi ini yaitu
peneliti melakukan penelitian campur kode bentuk bahasa dialog lisan yang
diujarkan oleh siswa SMA Negeri 87 Jakarta bahasan campur kode bahasa
daerah dan bahasa asing. Tahun penelitian yang dilakukan Annisa
Ramadhani yaitu 2011, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun
2014.
Skripsi Ratna Maulidini mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas
Sastra, (2007), yang berjudul “Campur kode sebagai Strategi Komunikasi
Costumer Service (Studi kasus Nokia Care Center Bimasakti Semarang)”,
penelitian yang dilakukan saudari Maulidini berupa studi kasus, yaitu
campur kode bentuk dialog lisan berupa bahasan campur kode yang
berkaitan dengan istilah pada telepon seluler yang dilakukan oleh para
Costumer Service kepada para calon pelanggan Nokia.
31
Perbedaan penelitian Ratna Maulidini dengan skripsi ini yaitu peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan subjek siswa kelas X SMA
Negeri 87 Jakarta. Tahun penelitian yang dilakukan Ratna Maulidini yaitu
2007, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun 2014.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum SMA Negeri 87 Jakarta
1.
Profil Sekolah
VISI:
Unggul dalam prestasi, menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ,
berbudi luhur dan berkarakter kebangsaan yang kuat.
MISI:
a. Meningkatkan pengembangan isi kurikulum.
b.Meningkatkan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan
c. Meningkatkan standar proses
d. Meningkatkan pengembangan fasilitas sekolah
e. Meningkatkan standar kelulusan
f. Meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen
g. Mengembangkan standar pembiayaan pendidikan
h. Mengembangkan standar penilaian
Nama Sekolah
: SMA Negeri 87 Jakarta
Alamat
: Jl. Mawar II - Desa/Kelurahan
Bintaro
Kecamatan
: Pesanggrahan
Kabupaten / Kota
:
Provinsi
: DKI Jakarta
Kode Pos
: 12330
Telepon
: 73881969
Fax
: 73887855
e-Mail
: [email protected]
Situs Web
: www.sman87jakarta.sch.id
32
Jakarta Selatan
33
2.
Pengajar dan Karyawan SMA Negeri 87 Jakarta
NO
NAMA GURU
BIDANG STUDI
1
Drs. E. Awaluddin, M.Pd.
Sosiologi
2
DR. Kidam, MS. Ed.
Bahasa Inggris
3
Dra. Hj. Siti Zahrotunisa, MM.
Ekonomi/Akuntansi
4
Dra. Hermastuti MR.
Biologi
5
Drs. Basuki Prayitno
Biologi
6
Drs. H. Salimin
Pendidikan Agama Islam
7
Dra. Mariam Rosita Pepe
Bahasa Indonesia
8
Drs. Sudarto, MM.
Geografi
9
Drs. Kukuh Hadi Sasmito, MM.
BK
10
Tuti Robiatul Hasanah, S.Pd
BK
11
Dra. Hj. Ratih
Kimia
12
Dra. Irdawati
Matematika
13
Hambali, S. Pd.
Sejarah
14
Dra. Bakti Utami
Sosiologi
15
Hj. Dwi Waluyanti, S. Pd.
Kimia
16
Budi Hartana, S. Pd.
Penjaskes
17
Dra. Nurdiati
Pendidikan Agama Islam
18
Ma‟mum, S. Pd.
Bahasa Indonesia
19
Drs. Supardi
PKn
20
H. Dadi Supriadi, S.Pd
PKn
21
Dra. Hj. Yetti Husna
Geografi
22
Dra. Rista Nababan
PKn
23
Hj. Winarti, S. Pd., MM
Matemtika
24
Padli, SH., S. Pd.
Pendidikan Seni Musik
25
Nuryanto, S. Pd., MM.
Bahasa Inggris
26
Ahmad Junaidi, S. Pd.
Mulok Elektronika
27
Hj. Erwati, S. Pd.
Bahasa Inggris
28
Setyo Warjanto, S. Pd.
Fisika
29
Suhadi, S. Pd.
Matematika
30
Siti Komariyah, S. Pd.
Fisika
31
Agus Heri, SE., MM.
Ekonomi / Akuntansi
32
Widarti, S. Pd.
Bahasa Indonesia
33
Eko Ardiawati, S. Pd.
Bahasa Inggris
34
Rosintan P., S. Th.
Pendidikan Agama Kristen
35
Dra. Sundus Elly
Bahasa Indonesia
36
Supadi, S.Pd
Ekonomi / Kewirausahaan
37
Suprayitno, S. Kom.
TIK
38
Nurhayati, S. Pd., M. Pd.
Kimia Lingkungan Mulok
(KLM)
39
Irma Rianti Dewi, S. Pd.
BK
40
Amy zahrawan
Pendidikan Seni Budaya
41
Melani, S. Kom.
TIK
42
Suprapti, S.Pd
Matematika
43
Asih Widayati, S. Pd.
Bahasa Jerman
44
Yuni Astuti, S. Pd.
Bahasa Inggris
45
Ummu Sahlah, S. Pd.
Bahasa Jerman
46
M. Suhfan, S. Pd.
Penjaskes
47
Jimmi, S. Pd.
Sejarah
48
Ivan Herdiansyah, S.Pd
BK
35
B.
Klasifikasi Wujud Campur Kode
Dari hasil transkripsi negosiasi siswa, peneliti mengklasifikasikan
wujud campur kode yang telah ditemukan dalam negosiasi siswa kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta dengan paparan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 1 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
Frasa
Klausa
Singkatan Kalimat
Idiom
√
1.
Hp
2.
Handphone
√
3.
Mbak
√
4.
Falling in Love
5.
Mas
√
6.
Deal
√
√
Tabel 3.2
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 2 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Sis
√
2.
Sweater
√
Frasa
Klausa Singkatan Kalimat
Idiom
36
Tabel 3.3
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 3 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
√
1.
Tv
2.
Pancake
3.
RAM
√
4.
GB
√
5.
Notebook
√
6.
Deal
√
√
Tabel 3.4
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 4 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Mbak
√
2.
Mas
√
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
Tabel 3.5
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 5 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Mas
√
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
37
Tabel 3.6
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 6 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Ape
√
2.
Ade
√
3.
La mahal
√
4.
Alamak
√
5.
Atuh neng
6.
Aya jeruk teu
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
√
√
kang?
√
7.
Aya atuh
8.
Sabaraha atuh
√
sakilona?
9.
√
Dalapan ribu
sakilona,
bonus biji
jeung kulitna,
dapet karesek
pula
√
10.
Atuh
11.
Nini jeung aki
12.
Nini teh
13.
Meserna
√
√
√
sabaraha kilo?
14.
Teu
√
bisa
dikurang atuh
kang?
15.
teu aya
√
Idiom
16.
Kurangin
√
17.
Palingan
√
18.
Kang
√
19.
Teu
√
20.
Jerukna
√
21.
Sami-sami
√
Tabel 3.7
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 7 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
√
Club
Tabel 3.8
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 8 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Internet
2.
Mas
3.
Best seller
4.
List-nya
5.
DHL
Frasa
Klausa
Singkatan
√
√
√
√
√
Kalimat
Idiom
39
Tabel 3.9
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 9 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
1.
Mbak
√
2.
Mas
√
3.
Sorry
√
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
Tabel 3.10
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 11 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
Frasa
Klausa
Singkatan
1.
Internet
√
2.
DP
√
Kalimat
Idiom
Tabel 3.11
Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 12 Kelas X
IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Data
Analisis
Kata
Frasa
Klausa Singkatan
√
1.
Handphone
2.
Hp
3.
Mbak
√
4.
Mas
√
5.
Second
√
√
Kalimat
Idiom
40
Berdasarkan tabel tersebut, terdapat 54 campur kode dialog dari
kelompok 1 sampai kelompok 12. Dari 54 campur kode yang ada, terdapat
23 campur kode bahasa Inggris, 10 campur kode bahasa Jawa, 15 campur
kode bahasa Sunda, 2 campur kode bahasa Betawi, 3 campur kode bahasa
Malaysia, dan 1 campur kode bahasa Medan.
Selanjutnya dari 54 data campur kode yang ada, sebanyak 23 campur
kode dengan bahasa Inggris berupa 12 campur kode dalam wujud kata, 1
campur kode dalam wujud frasa, 9 campur kode dalam wujud singkatan, 1
campur kode dalam wujud idom. Lalu,
10 campur kode bahasa Jawa
berwujud kata. 15 campur kode bahasa Sunda, 6 berwujud kata, 4 berwujud
frasa, dan 5 berwujud kalimat. Selanjutnya, 2 campur kode bahasa Betawi
berwujud kata, 3 campur kode bahasa Malaysia berwujud kata, dan
1
campur kode bahasa Medan berwujud kata.
C.
Analisis Data
Analisis data berdasarkan tabel tersebut sebagai berikut:
1.
Analisis wujud campur kode kelompok 1 pada negosiasi tahun
pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Handphone
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata handphone
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Mau beli handphone apa?”
: “Hmm saya mau beli handphone dong.”
: “Handphone apa mba?”
: “Handphone apa ya? Bagus-bagus ya
modelnya. Jadi bingung saya. Milih
handphone aja saya bingung apalagi milih
doi.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata handphone
Nina
Pridiska
Nina
Pridiska
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
handphone merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) karena kata handphone berasal dari bahasa asing
41
yaitu bahasa Inggris. Handphone berasal dari dua kata yaitu
hand dan phone. Hand memiliki arti „tangan/genggam‟,
sedangkan phone memiliki arti „telepon‟. Jadi, handphone
berarti „telepon genggam‟
yang berfungsi
sebagai
alat
komunikasi dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa
kemana-mana. Walaupun terdiri dari dua kata namun penulisan
kata handphone harus ditulis gabung karena kata tersebut
dikenal dengan istilah kata majemuk. Kelas kata yang terdapat
dalam kata handphone adalah kelas kata nomina dan pada dialog
“Hmm saya mau beli handphone dong” terdapat kelas kata
ketegori fatis pada kata „dong‟ yang digunakan untuk
menghaluskan perintah. Maksud dari dialog pertama pada kata
handphone yaitu seorang penjual menanyakan kepada pembeli
pertama tentang merek telepon genggam yang akan dibeli.
Dialog
kedua,
pembeli
kedua
memberitahukan
maksud
kedatangannya ke toko tersebut untuk membeli telepon
genggam. Dialog ketiga, penjual menanyakan kepada pembeli
kedua tentang merek telepon genggam yang akan dibeli,
kemudian dialog keempat, seorang pembeli kedua bermaksud
untuk memberitahukan kepada penjual bahwa ia bingung untuk
membeli telepon genggam merek lain.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata
handphone yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika
berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode dalam
dialog
tersebut
adalah
kebutuhan
kosakata,
penutur
menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud
dan maknanya dalam sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata handphone yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya si pembeli memberitahukan kepada penjual maksud
42
kedatangannya di toko tersebut, begitu juga dengan penjual yang
hendak melaporkan kepada pembeli merek apa yang akan dibeli.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya .
2). Mbak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan
kutipan sebagai berikut:
Vega : “Selamat siang mbak.”
Vega : “Kira-kira yang bagus apa ya mbak?”
Vega : “Yah mbak, saya uangnya kurang nih mbak.”
Vega : “Oh iya mbak. Ya udah deh mbak, 2.000.000 ya.”
Vega : “Nih mbak, itung dulu duitnya.”
Vega : “Iya. makasih mbak.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata
mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak
tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
sebagai pembeli (Vega dan Pridiska) menghormati lawan
tuturnya sebagai penjual (Nina). Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
43
3). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Ini bukannya kaya yang mas-mas tadi ya?”
: “Iya, mas-mas tadi juga beli sama. Soalnya
ini yang terbaru mba.”
Pridiska
: “Tapi saya denger sama mas-mas yang tadi
harganya Rp 2.000.000. Masa sama cowo Rp
2.000.000 sama cewe mahalan.”
Nina
: “Yaudah deh, karena mba udah dengar tadi
negosiasi saya sama mas tadi, boleh lah saya
kasih Rp 2.000.000.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut
Pridiska
Nina
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyebutkan seorang pembeli
pertama yang tidak disebutkan namanya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
(Pridiska dan Nina) mencari jalan termudah menyampaikan
maksud. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa
seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
44
4). Deal
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata deal dengan
kutipan sebagai berikut:
Pridiska
: “Baik. Ini deal ya 2.000.000?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata deal tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata deal
merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata deal berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Kata deal memiliki arti „perjanjian‟ yang berarti kesepakatan
perjanjian jual-beli di antara keduanya. Kata deal termasuk ke
dalam kelas kata verba. Maksud dari dialog tersebut adalah
setelah melalui tawar-menawar, pembeli melakukan perjanjian
harga kepada penjual bahwa harga yang ditentukan adalah Rp
2.000.000.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata deal
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam mengucapkan
bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
sebagai pembeli (Pridiska) mempertegas maksud tuturan kepada
lawan tutur sebagai penjual (Nina). Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata deal yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada lawan tutur tentang perjanjian yang telah
disepakati keduanya, misalnya dalam dialog di atas pembeli
mengucapkan kata deal kepada penjual untuk menetapkan
perjanjian harga yang telah disepakati. Struktur dan kaidah
negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
45
b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). Hp
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan hp dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Ini biasa, saya mau membeli hp.”
: “Ini mah kaya hp anak saya nih. Ini kayaknya
bagus nih. Ini berapaan nih?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan hp
Vega
Vega
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode pada
singkatan hp merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) sebab hp merupakan singkatan yang berasal dari
bahasa Inggris, dari singkatan handphone yang artinya telepon
genggam.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan hp
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan
bahasa asing sehingga lebih sering mengucapkan hp untuk
mempersingkat pengucapan kata handphone. Fungsi campur
kode terebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan
benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan
sendirinya.
Batasan
dan
tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan hp yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan
kepada penjual bahwa pembeli ingin membeli telepon genggam
dan memberitahukan kepada penjual bahwa telepon genggam
yang ditunjukkan oleh penjual tersebut sama dengan telepon
genggam milik anaknya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
46
c. Analisis Wujud Campur Kode Idiom
1). Falling in Love
Peristiwa campur kode dalam wujud idiom terdapat pada
idiom falling in love dengan kutipan sebagai berikut:
: “Yah, saya maunya yang ini. Saya sudah
falling in love sama yang ini.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada idiom falling in
Pridiska
love tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
idiom falling in love merupakan peristiwa campur kode keluar
(ekstern code-mixing) sebab idiom falling in love berasal dari
bahasa Inggris yang artinya jatuh cinta. Sementara itu, dalam
kutipan dialog di atas falling in love yang berarti jatuh cinta
pada suatu telepon genggam yang akan dibeli. Artinya, seorang
pembeli sudah sangat tertarik pada telepon genggam tersebut
sehingga ia akan membelinya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada idiom falling
in love yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara
dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah
penutur (Pridiska) menunjukkan keterpelajaran di depan lawan
tuturnya (Nina). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan
idiom falling in love yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada penjual bahwa si pembeli sudah sangat
tertarik atau jatuh cinta kepada telepon genggam tersebut.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
47
2.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 2 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Sis
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sis dengan
kutipan sebagai berikut:
Hanum : “Kaos lengan panjangnya ada, Sis?”
Hanum : “Ya udah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.”
“Eh Sis, berapaan?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sis tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata sis
merupakan peristiwa campur kode ke luar (ekstern code-mixing)
karena kata sis berasal dari bahasa Inggris. Kata sis memiliki arti
„kata sapaan terhadap wanita yang lebih muda/tua‟ yang
berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata sis termasuk ke
dalam kelas kata nomina. Maksud kata sis dari dialog tersebut
adalah untuk menyapa seorang penjual di toko.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sis yaitu
kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi
informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai
pembeli (Hanum dan Vintha) menghormati lawan tuturnya
(Almira). Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa
seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui
namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya .
2). Sweater
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sweater dengan
kutipan sebagai berikut:
Hanum
Hanum
: “Ya udah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.”
“Eh sis, berapaan?”
: “Tapi, mending sweater aja deh Vin,
soalnya lebih murah.”
48
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sweater
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
sweater merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata sweater berasal dari bahasa asing yaitu
bahasa Inggris. Kata sweater memiliki arti „kemeja dari wol‟
yang berfungsi sebagai pakaian yang terbuat dari bahan wol
(rajut). Kata sweater termasuk ke dalam kelas kata nomina.
Maksud dari dialog tersebut adalah Vintha dan Hanum
berkompromi untuk membeli antara kaos lengan panjang atau
sweater yang ingin dipakai untuk acara besok. Ketika mereka
melihat-lihat pakaian di butik tersebut, Hanum menemukan
sweater yang lucu sehingga ia ingin membelinya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sweater
yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang
dipakai. Seseorang akan menyebutkan sweater karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada padanan kata atau sinonimnya.
Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata,
penutur menyebutkan benda umum yang digunakan dalam
kehidupan (pakaian), sehingga lawan bicara mengerti maksud
dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata sweater yaitu untuk memberitahukan dan
membujuk lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya
Hanum memberitahukan kepada Vintha bahwa ada pakaian
berbahan dari wol yang lucu dengan harga yang lebih murah dan
membujuk Vintha untuk memilih sweater, kemudian pembeli
menanyakan kepada penjual harga pakaian tersebut. Struktur
dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi
hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
49
3.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 3 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Pancake
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata pancake dengan
kutipan sebagai berikut:
Ibu : “Ya sudah, Ibu sudah membuatkanmu Pancake. Segera
dimakan lah sebelum itu dingin.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata pancake
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
pancake merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata pancake berasal dari bahasa asing yaitu bahasa
Inggris. Kata pancake memiliki arti „kue dadar‟ yang berfungsi
sebagai sebutan untuk suatu makanan yang ada di luar Indonesia.
Kata pancake termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari
dialog tersebut adalah seorang ibu memberitahu anaknya bahwa ia
telah membuat kue dadar dan menyuruh anaknya untuk segera
memakan kue buatannya sebelum dingin.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata pancake
yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang
dipakai karena pancake merupakan sebutan untuk nama kue khas
dari negara luar Indonesia, jadi orang Indonesia menyebut kue
tersebut dengan nama pancake bukan dengan sebutan „kue dadar‟.
Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena
kata tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata pancake yaitu untuk memberitahukan dan
menjamu kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya seorang ibu memberitahukan kepada anaknya bahwa ia
telah membuat kue dan menjamu anaknya untuk memakan kue
buatannya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
50
melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan perjanjian hadiah
di antara keduanya .
2). Notebook
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata notebook dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Oh kalo yang ini notebook. Kalo notebook
harganya lebih murah. Ini I5 juga sama seperti
yang disampingnya. Cuma karena ini notebook,
harganya lebih murah kira-kira Rp 4.000.000.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata notebook
Penjual
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
notebook merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata notebook berasal dari bahasa asing yaitu
bahasa Inggris. Kata notebook memiliki makna yang sama seperti
laptop yang berfungsi sebagai komputer pribadi yang dapat
dibawa-bawa tetapi memiliki layar yang agak kecil dibandingkan
dengan laptop, yaitu 10 atau 11 inci. Kata notebook termasuk ke
dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut yaitu penjual
memberitahukan kepada pembeli tentang spesifikasi notebook dan
harganya yang lebih murah dari laptop.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata notebook
yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang
dipakai, sehingga perlu memakai kata notebook. Fungsi campur
kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata tersebut
sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat
dalam
bahasa
Indonesia.
Batasan
dan
tujuan
berbicara
menggunakan kata notebook yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya penjual memberitahu kepada Peter tentang spesifikasi dan
harga notebook tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
51
3). Deal
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata Deal dengan
kutipan sebagai berikut:
Penjual : “Saya cek dulu ya.”
“Ya, cukup uangnya Bu. Jadi, Anda setuju membeli
ini. Deal?”
Ibu
: “Deal.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata deal tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata deal
merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata Deal berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Kata Deal memiliki arti „perjanjian/sepakat‟ yang berarti
kesepakatan perjanjian jual-beli di antara keduanya. Kata deal
termasuk ke dalam kelas kata verba. Maksud dari dialog tersebut
adalah setelah melalui tawar-menawar, penjual dan pembeli
melakukan perjanjian bahwa harga yang ditentukan adalah Rp
4.500.000.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata deal yaitu
kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa
asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (penjual)
mempertegas maksud tuturan kepada lawan tutur (ibu). Batasan
dan tujuan berbicara menggunakan kata deal yaitu untuk
memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang
perjanjian yang telah disepakati keduanya, misalnya dalam dialog
di atas pembeli mengucapkan kata deal kepada penjual untuk
menetapkan perjanjian harga yang telah disepakati. Struktur dan
kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
52
b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). TV
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan TV
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Sedang apa kamu Peter? Tumben, biasanya kamu
kan nonton doraemon di TV.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan TV
Ibu
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan TV merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) sebab TV merupakan singkatan yang berasal dari
bahasa Inggris, yaitu Television yang artinya televisi.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan TV
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan
kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara
mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan
tujuan berbicara menggunakan singkatan TV yaitu untuk
memberitahukan bahwa Ibunya heran melihat Peter yang biasa
menonton film Doreaemon, tetapi kali ini Peter tidak menonton.
2). RAM
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan RAM
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo.
Processornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya
cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan RAM
Penjual
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan RAM merupakan peristiwa campur kode keluar
(ekstern code-mixing) sebab RAM merupakan singkatan yang
berasal dari bahasa Inggris, RAM berasal dari singkatan Random
Access Memory yang artinya memori utama dalam komputer
53
yang berfungsi untuk menyimpan berbagai data dan instruksi
program.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan
RAM yaitu tidak ada ungkapan atau sebutan yang tepat dalam
bahasa yang sedang dipakai, artinya seseorang mengucapkan
RAM karena tidak ada lagi sebutan selain itu dan sebutan
tersebut digunakan dalam dunia komputer. Fungsi campur kode
tersebut adalah kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut
sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat
dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan singkatan RAM yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada Peter bahwa komputer jinjing tersebut
memiliki kapastitas yang cukup banyak untuk menyimpan data.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya
3). GB
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan GB
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo.
Processornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya
cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan GB
Penjual
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan GB merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) sebab GB merupakan singkatan yang berasal dari
bahasa Inggris, GB berasal dari singkatan Giga Byte merupakan
istilah yang paling umum untuk menggambarkan ukuran
perangkat keras dan berfungsi untuk menggambarkan ruang
penyimpanan data dan memori sistem dalam komputer.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan GB
yaitu tidak ada ungkapan atau sebutan yang tepat dalam bahasa
54
yang sedang dipakai, artinya seseorang mengucapkan GB karena
tidak ada lagi sebutan selain itu dan sebutan tersebut digunakan
dalam dunia komputer. Fungsi campur kode tersebut kebutuhan
kosakata karena singkatan tersebut sudah umum digunakan dan
tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia.
Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan GB yaitu
untuk memberitahukan dan melaporkan kepada Peter bahwa
komputer
jinjing
tersebut
memiliki
kapastitas
ruang
penyimpanan yang cukup banyak untuk menyimpan data.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya .
4.
Analisis wujud campur kode kelompok 4 pada negosiasi tahun
pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Mbak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Oke, saya cari dulu ya.” (Fathur mencari
buku).
“Kebetulan mbak, tinggal satu.”
Fathur
: “Oh ada mba. Kebetulan tinggal satu, mba
yang ini mau beli.” (Menunjuk Gita).
Kania
: “Maaf mba bila saya lancang, saya ingin
membeli buku ini. Buku ini penting untuk
saya. Saya sudah mencarinya kemana-mana
namun tidak ada.”
Gita
: “Wah, saya juga harus membelinya mba.
Saya juga telah mencarinya keman-mana,
namun hanya toko ini yang ada.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak
Fathur
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang
55
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata
mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak
tersebut adalah untuk menyapa seorang kedua wanita yang ingin
membeli buku.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
2). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan
kutipan sebagai berikut:
Gita : “Wah, berapa harganya mas?”
Gita : “Wah, mahal sekali ya. Sepertinya saya harus
menghubungi orang tua saya terlebih dahulu.
Sebentar ya mas.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual
pertama yang tidak disebutkan namanya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
56
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya .
5.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 5 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan
kutipan sebagai berikut:
Utin : (Mencoba sepatu).
“Mas ini harganya berapa?”
Alya : “Kok mahal banget sih mas. kemarin aja saya beli
di sini cuma Rp 250.000.”
Alya : “Rp 400.000 deh, mas.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang pembeli
pertama yang tidak disebutkan namanya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
57
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
6.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 6 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Ape
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ape dengan
kutipan sebagai berikut:
Malvin
: “Mau beli ape dik?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata ape tersebut
merupakan campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena
kata ape berasal dari bahasa Malaysia. Kata ape memiliki arti
„apa‟. Kata apa termasuk ke dalam kelas kata interogativa.
Maksud dari dialog di atas adalah seorang penjual yang bernama
Malvin menanyakan kepada pembeli hendak membeli apa.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata ape
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„apa‟ menjadi ape dalam menggunakan bahasa Malaysia di
kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode dalam dialog
tersebut adalah mempertegas maksud tuturan, yaitu pembeli
menanyakan kepada penjual apa yang ingin dibelinya. Batasan
dan tujuan berbicara menggunakan kata ape yaitu untuk
menjamu lawan tuturnya, misalnya si penjual menanyakan
kepada pembeli hendak mencari dan membeli apa. Struktur dan
kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli
tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga
ia pergi dan membeli di tempat lain.
58
2). Ade
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ape dengan
kutipan sebagai berikut:
Malvin
: “Ade, mau yang manis apa yang asem?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata ade tersebut
merupakan campur kode keluar (intern code-mixing) karena kata
ade berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Malaysia. Kata ade
memiliki arti „ada‟. Kata ade termasuk ke dalam kelas kata
adverbia. Maksud dari dialog di atas adalah seorang penjual
yang bernama Malvin memberitahu kepada Tina (pembeli)
bahwa ia menjual jeruk dengan rasa asam dan manis.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata ade
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„ada‟ menjadi ade karena penutur biasa menggunakan bahasa
Malaysia di kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut
adalah membicarakan topik tertentu, yaitu membahas tentang
tersedianya jeruk. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan
kata ade yaitu untuk memberitahu dan menjamu lawan tuturnya,
misalnya si penjual memberitahukan bahwa ia memiliki jeruk
yang dicari oleh pembeli kemudian menanyakan kepada pembeli
hendak membeli yang rasanya asam atau manis. Struktur dan
kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli
tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga
ia pergi dan membeli di tempat lain.
3). La mahal
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata la mahal
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Oh kalo yang manis la mahal. 10 ringgit 1
kilo.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata la mahal
Malvin
tersebut merupakan campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata la mahal berasal dari bahasa Malaysia. Kata la
59
mahal memiliki arti „agak mahal‟. La mahal termasuk ke dalam
kelas kata adjektiva. Maksud dari dialog di atas adalah harga
buah yang agak mahal.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata la mahal
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„agak mahal‟ menjadi la mahal dalam menggunakan bahasa
Malaysia di kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut
adalah membicarakan topik tertentu yaitu tentang harga jeruk.
Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata la mahal yaitu
untuk memberitahu dan melaporkan lawan tuturnya, misalnya si
penjual memberitahukan bahwa harga jeruk sekarang sudah naik
dan mahal dari harga sebelumnya, yaitu satu ringgit perkilo.
Struktur dan kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena
pembeli tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual
sehingga ia pergi dan membeli di tempat lain.
4). Alamak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata alamak dengan
kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Alamak, mahal kali, tak bisa lah dikurang?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata alamak
tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing)
karena kata alamak berasal dari bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Medan. Kata alamak
memiliki arti „aduh ibu‟ yang berfungsi sebagai ungkapan kaget/
terkejut. Alamak termasuk ke dalam kelas kata interjeksi
kekagetan. Maksud dari dialog di atas adalah seorang pembeli
yang kaget ketika mengetahui harga jeruk yang sudah semakin
mahal.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata alamak
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„aduh ibu‟ menjadi alamak dalam situasi informal dengan
60
menggunakan bahasa Medan. Fungsi campur kode tersebut
adalah
kebutuhan
kosakata,
yaitu
penutur
menyebutkan
ungkapan terkejut sehingga lawan bicara mengeerti maksud dan
maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata alamak yaitu untuk mendesak lawan
tuturnya, karena dalam kutipan dialog di atas pembeli terkejut
dengan harga jeruk yang mahal kemudian mendesak penjual
untuk mengurangi harga jeruk tersebut. Struktur dan kaidah
negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli tidak
menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga ia
pergi dan membeli di tempat lain.
5). Teu
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata teu dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Haha. Akang ini bercanda aja atuh. Teu bisa
kurang?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata teu tersebut
Ina
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata teu
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata teu berasal dari bahasa daerah yang terdapat
di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. Kata teu
memiliki arti „tidak‟ yang berfungsi sebagai penolakan terhadap
sesuatu. Kata teu termasuk ke dalam kelas kata adverbia.
Maksud kata teu dari dialog tersebut adalah untuk menawar dan
meminta agar harga jeruk lebih murah.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata teu yaitu
kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „tidak‟
menjadi teu. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Ina)
mencari jalan termudah menyampaikan maksud. Batasan dan
tujuan berbicara adalah memberitahu harga tersebut terlalu
mahal dan meminta penjual agar menurunkan harga buah yang
ingin dibelinya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan
61
baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di
antara keduanya.
6). Nini teh
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata nini teh dengan
kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Buat nini jeung aki. Nini teh lagi sakit.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata nini teh
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata nini
teh merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata nini teh berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda.
Kata nini memiliki arti „nenek‟ sedangkan teh hanya sebagai
pelengkap untuk mengucapkan kata nini yang berfungsi sebagai
panggilan untuk seorang nenek. Kata nini termasuk ke dalam
kelas kata nomina. Maksud kata nini dari dialog tersebut adalah
untuk menyebutkan kata nenek.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata nini teh
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„nenek‟ menjadi nini. Fungsi campur kode tersebut adalah
penutur (Ina) mencari jalan termudah menyampaikan maksud.
Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu untuk
siapa ia membeli buah itu dan memberitahu keadaan neneknya
yang sedang sakit. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
7). Palingan
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata
palingan
dengan kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Palingan tiga kilo.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata palingan
tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing)
62
karena kata palingan berasal dari bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Betawi. Seharusnya
penutur menyebutkan paling karena kata paling+an menjadi
palingan tersebut merupakan bahasa Betawi. Kata palingan
memiliki arti „kira-kira‟ yang berati perkiraan atau menunjukkan
kemungkinan banyaknya sesuatu
yang diinginkan. Kata
palingan termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud dari
dialog tersebut adalah seorang pembeli mengira-ngirakan ingin
membeli buah sebanyak tiga kilogram.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata palingan
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„kira-kira‟ menjadi palingan. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, seseorang sudah mengerti maknanya
dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan
kata palingan yaitu untuk memberitahukan kepada lawan tutur
tentang
sesuatu
yang
dimaksud,
misalnya
pembeli
memberitahukan bahwa ia akan membeli buah kira-kira
sebanyak tiga kilo. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
8). Kurangin
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata kurangin
dengan kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Kurangin lagi atuh bang.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata kurangin
tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing)
karena kata kurangin berasal dari bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Betawi. Seharusnya
penutur menyebutkan kurangin karena kata kurang+in menjadi
kurangin tersebut merupakan bahasa Betawi. Kata kurangin
memiliki arti „dikurang” yang berarti mengurangi sesuatu yang
63
diinginkan. Kata kurangin termasuk ke dalam kelas kata
adjektiva. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang pembeli
meminta kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata kurangin
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„kurangi‟ menjadi kurangin. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, artinya kata umum yang biasa
digunakan sehinga orang-orang sudah mengerti maknanya
dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan
kata kurangin yaitu untuk memberitahu dan mendesak kepada
lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya pembeli
meminta kepada pedagang untuk mengurangi harga buah jeruk.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
9). Atuh
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata atuh dengan
kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Kurangin lagi atuh bang.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata atuh
tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing)
karena kata atuh berasal dari bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kata atuh
memiliki arti „dong' termasuk ke dalam kelas kata kategori fatis
yang digunakan untuk menghaluskan perintah. Kata atuh
termasuk ke dalam kelas kata kategori fatis menyatakan
perintah. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang pembeli
memerintahkan kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata atuh
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan
64
kosakata, artinya lawan tutur sudah mengerti maknanya dengan
sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata
atuh yaitu untuk memberitahu dan mendesak kepada lawan tutur
tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya pembeli memberitahu
bahwa harga tersebut terlalu mahal sehingga ia meminta untuk
dikurangi harga buah jeruk kepada pedagang. Struktur dan
kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
10). Kang
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata kang dengan
kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Yah, kang...”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata kang
tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing)
karena kata kang berasal dari bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kata kang
memiliki arti „akang‟ yang berarti sebutan untuk kakak laki-laki.
Kata kang termasuk ke dalam kelas kata nomina dan dalam
dialog “Yah, kang...” terdapat kelas kata interjeksi yang
menyatakan kekecewaan. Maksud dari dialog tersebut adalah
pembeli kecewa karena harga yang dikurangi pedagang hanya
sedikit.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata kang
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
(Ina) menghormati lawan tuturnya (Imam). Batasan dan tujuan
berbicara menggunakan kata kang yaitu untuk memberitahukan
rasa kekecewaan kepada lawan tutur, misalnya pembeli kecewa
karena harga jeruk hanya bisa diturunkan sedikit. Struktur dan
kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
65
11). Jerukna
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata jerukna dengan
kutipan sebagai berikut:
Imam : “Ini jerukna.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata jerukna
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
jerukna merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern
code-mixing) karena kata jerukna berasal dari bahasa daerah
yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa
Sunda. Kata jerukna memiliki arti „jeruknya‟ yang berfungsi
sebagai kepemilikan. Kata jerukna termasuk ke dalam kelas kata
pronomina. Maksud dari dialog tersebut adalah penjual
memberikan jeruk kepada pembeli.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata jerukna
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„jeruknya‟ menjadi jerukna karena menggunakan bahasa Sunda
dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut
adalah mempertegas sesuatu, yaitu pedagang memberikan jeruk
yang sudah dibeli Ina. Batasan dan tujuan berbicara adalah
untuk memberitahu bahwa jeruk tersebut sudah diberikannya.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
12). Sami-sami
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sami-sami
dengan kutipan sebagai berikut:
Imam : “Sami-sami.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sami-sami
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
sami-sami merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern
code-mixing) karena kata sami-sami berasal dari bahasa daerah
66
yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa
Sunda. Kata sami-sami memiliki arti „sama-sama‟ yang
berfungsi sebagai balasan ucapan terima kasih seseorang. Kata
sami-sami termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud kata
sami-sami dari dialog tersebut adalah membalas ucapan terima
kasih kepada pembeli.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata samisami
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „sama-sama‟ menjadi sami-sami karena penjual
terbiasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan seharihari. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata,
yaitu balasan ucapan terima kasih kepada lawan tutur. Batasan
dan tujuan berbicara adalah untuk menjamu lawan tutur dengan
membalas ucapan terima kasih. Struktur dan kaidah negosiasi
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
b. Analisis Wujud Campur Kode Frasa
1). Atuh neng
Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa atuh neng
dengan kutipan sebagai berikut:
Imam : “Ayo beli beli beli. Buah segar segar segar.”
“Beli atuh neng, murah ini mah.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa atuh neng
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa
atuh neng merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern
code-mixing) karena frasa atuh neng berasal dari bahasa daerah
yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa
Sunda dan termasuk frasa nomina. Frasa atuh neng memiliki arti
„dong dek‟ yang berfungsi sebagai permintaan untuk membeli.
Atuh neng merupakan frasa kategori fatis. Maksud dari dialog
67
tersebut adalah penjual meminta pembeli untuk membeli
buahnya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa atuh
neng
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „dong dek‟ menjadi atuh neng karena penutur
biasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi campur kode tersebut adalah ingin mencari jalan
termudah menyampaikan maksud, yaitu penutur meminta lawan
tutur untuk membeli buah tersebut. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk membujuk lawan tutur, misalnya
meminta
pembeli untuk membeli buah. Struktur dan kaidah negosiasi
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
2). Aya atuh
Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa aya atuh
dengan kutipan sebagai berikut:
Imam : “Aya atuh, yang manis kan?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa aya atuh
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena klausa aya atuh berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda.
frasa aya atuh memiliki arti „ada dong‟. Aya atuh termasuk ke
dalam frasa adverbia. Maksud dari dialog tersebut adalah
penjual memberitahukan bahwa terdapat buah jeruk yang
diinginkan pembeli.
Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa aya
atuh
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „ada dong‟ menjadi aya atuh karena penutur biasa
menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan sehari-hari.
Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata,
68
penutur (Imam) menunjukkan keakraban dalam situasi santai
kepada lawan tutur (Ina). Batasan dan tujuan berbicara adalah
untuk
memberitahu
lawan
tutur,
misalnya
penjual
memberitahukan kepada pembeli bahwa ia menjual jeruk yang
diinginkan pembeli. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
3). Nini jeung aki
Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa nini jeung aki
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Buat nini jeung aki. Nini teh lagi sakit.”
Ina
Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa nini jeung
aki tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa
nini jeung aki merupakan peristiwa campur kode ke dalam
(intern code-mixing) karena frasa nini jeung aki berasal dari
bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia,
yaitu bahasa Sunda dan termasuk frasa nomina. Frasa nini jeung
aki memiliki arti „nenek dan kakek‟. Nini jeung aki merupakan
frasa nomina. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli
memberitahukan bahwa ia akan membeli buah untuk nenek dan
kakeknya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa nini
jeung aki yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam
menyebutkan „nenek dan kakek‟ menjadi nini jeung aki. Fungsi
campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, unsur tersebut
merupakan hal yang umum yang biasa digunakan untuk
menyebut nenek dan kakek. Batasan dan tujuan berbicara adalah
untuk
memberitahu
lawan
tutur,
misalnya
pembeli
memberitahukan kepada penjual bahwa ia ingin membeli buah
jeruk untuk nenek dan kakeknya. Struktur dan kaidah negosiasi
69
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
3). Teu aya
Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa teu aya dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Hmmm kurangin lagi deh. Nanti teu aya uang
buat pulang, kan nanti harus naik angkot.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa teu aya
Ina
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa teu
aya merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena frasa teu aya berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda.
frasa teu aya memiliki arti „tidak ada‟. Teu aya merupakan frasa
adjektiva. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli
memberitahu bahwa uangnya tidak cukup jika harga jeruk tidak
bisa dikurangi.
Latar belakang terjadinya campur kode pada klausa teu
aya yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„tidak ada‟ menjadi teu aya. Fungsi campur kode tersebut karena
ingin mencari jalan termudah dalam menyampaikan maksud.
Batasan dan tujuan berbicara adalah memberitahu lawan tutur,
misalnya pembeli memberitahu kepada penjual bahwa uang
yang ia miliki tidak mencukupi, maka itu ia meminta kepada
penjual untuk mengurangi harga jeruk. Struktur dan kaidah
negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
c. Analisis Wujud Campur Kode Kalimat
1). Aya jeruk teu, kang?
Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat aya jeruk
teu kang dengan kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Aya jeruk teu, kang?”
70
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat aya jeruk
teu kang tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
kalimat aya jeruk teu kang merupakan peristiwa campur kode ke
dalam (intern code-mixing) karena kalimat aya jeruk teu kang
berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik
Indonesia, yaitu bahasa Sunda. kalimat aya jeruk teu kang
memiliki arti „ada jeruk tidak, kak?‟. Maksud dari dialog
tersebut adalah pembeli menanyakan kepada penjual apakah ia
menjual jeruk.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat aya
jeruk teu kang yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam
menyebutkan „ada jeruk tidak kak?‟ menjadi aya jeruk teu kang.
Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik
tertentu, yaitu penutur mencari buah yang diinginkannya dengan
bertanya kepada lawan tutur. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk memberitahu lawan tutur, misalnya pembeli
memberitahukan kepada penjual bahwa ia sedang mencari buah
jeruk. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
2). Sabaraha atuh sakilona?
Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat sabaraha
atuh sakilona? dengan kutipan sebagai berikut:
Ina : “Yaiyalah, masa yang asem. Buat apa? Sabaraha atuh
sakilona?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat sabaraha
atuh sakilona
tersebut merupakan campur kode ke dalam
(intern code-mixing) karena kalimat sabaraha atuh sakilona
tersebut berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah
Republik Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kalimat sabaraha atuh
sakilona tersebut memiliki arti „berapa dong sekilonya?‟ yang
berfungsi untuk menanyakan harga jeruk. Maksud dari dialog
71
tersebut adalah seorang pembeli menanyakan harga jeruk sekilo
kepada penjual.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat
sabaraha atuh sakilona tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan
penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur
kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu tentang
harga jeruk. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kalimat
sabaraha atuh sakilona yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya pembeli memberitahukan bahwa ia ingin jeruk yang
manis bukan yang asam dan menanyakan harga jeruk perkilo.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
tawar menawar dan kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
3). Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek
pula.
Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat dalapan
ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula
dengan kutipan sebagai berikut:
Imam : “Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna,
dapet karesek pula”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat dalapan
ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kalimat
dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek
pula merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung
kulitna, dapet karesek pula berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda.
kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet
karesek pula memiliki arti „delapan ribu sekilonya, bonus biji
72
dan kulitnya, dapet kantong plastik juga‟. Maksud dari dialog
tersebut adalah penjual memberitahu harga jeruk sekilonya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat
tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam
menyebutkan „delapan ribu sekilonya, bonus biji dan kulitnya,
dapet kantong plastik juga‟ menjadi Dalapan ribu sakilona,
bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula karena penutur
biasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik
tertentu, yaitu penutur membicarakan harga buah jeruk. Batasan
dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu lawan tutur,
misalnya penjual memberitahukan kepada pembeli bahwa harga
jeruk sekilonya yaitu Rp 8.000. Struktur dan kaidah negosiasi
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
4). Meserna sabaraha kilo?
Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat meserna
sabaraha kilo dengan kutipan sebagai berikut:
Imam : “Meserna sabaraha kilo?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat meserna
sabaraha kilo tersebut merupakan campur kode dialog. Campur
kode kalimat meserna sabaraha kilo merupakan peristiwa
campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kalimat
meserna sabaraha kilo berasal dari bahasa daerah yang terdapat
di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. kalimat
meserna sabaraha kilo memiliki arti „belinya berapa kilo?‟
Maksud dari dialog tersebut adalah menanyakan kepada pembeli
akan membeli berapa kilo.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat
tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam
menyebutkan „belinya berapa kilo?‟ menjadi meserna sabaraha
73
kilo? karena penutur biasa menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah
membicarakan topik tertentu, yaitu penutur membicarakan dan
menanyakan pembeli akan membeli jeruk berapa banyak.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
5). Teu bisa kurang atuh, kang?
Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat teu bisa
kurang atuh, kang dengan kutipan sebagai berikut:
Ina
: “Teu bisa kurang atuh, kang?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat teu bisa
kurang atuh, kang? tersebut merupakan campur kode dialog.
Campur kode kalimat teu bisa kurang atuh, kang? merupakan
peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena
kalimat Teu bisa kurang atuh, kang? berasal dari bahasa daerah
yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa
Sunda. kalimat teu bisa kurang atuh, kang? memiliki arti „tidak
bisa dikurang dong, kak?‟. Maksud dari dialog tersebut adalah
pembeli meminta kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat
tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara
dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah
membicarakan topik tertentu, yaitu tentang tawar-menawar
harga buah Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk
memberitahu dan meminta, misalnya pembeli memberitahu
bahwa ia meminta penjual untuk mengurangi harga jeruk.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
74
7.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 7 pada Negosiasi tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Club
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata club dengan
kutipan sebagai berikut:
Sony : “Selamat, Anda telah bergabung di club
Manchester City.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata club tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata club
merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata club berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Kata
club
memiliki
arti
„perkumpulan‟
yang
berarti
perkumpulan para pemain sepak bola. Kata club termasuk
termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog di
atas pada kata club yaitu seorang manager sepak bola yang ingin
mengontrak pemain sepak bola bernama Bagas untuk bermain di
perkumpulan sepak bolanya yang bernama Manchester City.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata club
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„perkumpulan‟ menjadi club dalam situasi informal. Fungsi
campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata
tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan
berbicara menggunakan kata club yaitu untuk memberitahukan
serta mengajak lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya Sony memberitahukan bahwa Bagas telah bergabung
di Manchester City. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
75
8.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 8 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Listnya
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata list dengan
kutipan sebagai berikut:
Vidi : “Kalo misalnya yang ada sama yang gak ada saya
tau dari mana ya? Bapak bawa listnya gak Pak?”
Said : “Bawa listnya sebentar, saya cek dulu ya.”
“Ini Bu listnya.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata list tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata list
merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata list berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Kata list memiliki arti „daftar‟ yang berarti daftar-daftar nama
buku. Kata list termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud
dari dialog di atas pada kata list yaitu seorang pembeli bernama
Vidi yang ingin melihat daftar nama-nama buku perusahaan
Bapak Adam.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata list yaitu
kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „daftar‟
menjadi list dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata karena unsur tersebut merupakan hal
yang
umum
yang
biasa
digunakan
orang-orang
untuk
menyebutkan sesuatu yang disebut daftar nama-nama barang
sehingga orang-orang sudah mengerti maknanya dengan
sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata list
yaitu untuk memberitahukan dan menjamu lawan tutur tentang
sesuatu yang dimaksud, misalnya Vidi meminta kepada Said
daftar buku yang ada pada Said, kemudian Said memberikan
daftar nama-nama judul buku pada Vidi. Struktur dan kaidah
negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-
76
menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara Adam,
Said, dan Vidi.
2). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan
kutipan sebagai berikut:
Vidi : “Liat dulu ya mas.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
mengohormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
b. Analisis Wujud Campur Kode Frasa
1). Best Seller
Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa best seller
dengan kutipan sebagai berikut:
Said : “Namanya juga best seller Bu, jadi cepet habis
Bu.”
Vidi : “Yah, namanya best seller mah harusnya ada
stoknya dong mas.”
77
Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa best seller
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa
best seller merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) karena frasa best seller berasal dari bahasa asing
yaitu bahasa Inggris. Kata list memiliki arti „daftar‟ yang berarti
daftar-daftar nama buku. Best seller merupakan frasa adjektiva.
Maksud dari dialog di atas pada kata list yaitu seorang pembeli
bernama Vidi yang ingin melihat daftar nama-nama buku
perusahaan Bapak Adam
Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa best
seller
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „penjualan terbaik‟ menjadi best seller dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kosakata
karena unsur tersebut merupakan hal yang umum yang biasa
digunakan orang-orang untuk menyebutkan sesuatu yang disebut
penjualan terbaik
sehingga orang-orang sudah mengerti
maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan frasa best seller yaitu untuk memberitahukan
pembeli bahwa buku tersebut merupakan penjualan terbaik.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan
harga di antara Adam, Said, dan Vidi.
c. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). Internet
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan internet
dengan kutipan sebagai berikut:
Vidi : “Ini Pak, saya melihat iklan di internet Bapak jual
buku William Shake Spare ya. Saya Vidi.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan
internet tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan internet merupakan peristiwa campur kode keluar
78
(ekstern code-mixing) karena singkatan internet berasal dari
bahasa Inggris, internet berasal dari singkatan Interconnectionnetworking
yang artinya
„jaringan
internasional‟
berarti
kumpulan dari jutaan komputer di seluruh dunia yang
terkoneksi. Maksud dari dialog di atas pada singkatan internet
yaitu seorang pembeli bernama Vidi melihat pada sebuat situs
penjualan bahwa Bapak Adam menjual buku-buku.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan
internet yaitu tidak ada ungkapan lain yang tepat dalam bahasa
yang sedang dipakai. Fungsi campur kode tersebut adalah
kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut merupakan hal
yang umum yang biasa digunakan dan tidak ada padanan kata
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan
internet
yaitu
untuk
memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya Vidi memberitahu kepada Adam bahwa ia melihat
usaha Bapak Adam yang tertera di internet. Struktur dan kaidah
negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawarmenawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara Adam,
Said, dan Vidi.
2). DHL
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan DHL
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Hmmm sebenarnya bisa lebih cepat lagi pakai
DHL itu bisa 1-2 minggu ditambah bea cukai
mungkin harganya lebih mahal Bu. Jadi gimana
Bu?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan DHL
Said
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan DHL merupakan peristiwa campur kode keluar
(ekstern code-mixing) karena singkatan DHL berasal dari bahasa
Inggris, DHL berasal dari singkatan Dalsey, Hillblom, dan Lynn
yaitu nama pendiri DHL yang merupakan perusahaan
79
multinasional dalam bidang kurir ekspres dan logistik yang
bermarkas di Bonn, Jerman dan Plantation, Florida, serta
Amerika Serikat. Maksud dari dialog di atas pada singkatan
DHL yaitu Said memberitahu kepada Vidi cara pengiriman
barang yang cepat.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan
DHL yaitu tidak ada ungkapan lain yang tepat dalam bahasa
yang sedang dipakai. Fungsi campur kode tersebut adalah
kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut merupakan hal
yang umum yang biasa digunakan dan tidak ada padanan kata
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan
DHL
yaitu
untuk
memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya Said memberitahu kepada Vidi cara pengiriman yang
cepat walaupun dengan biaya yang agak mahal. Struktur dan
kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan
tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara
Adam, Said, dan Vidi.
9.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 9 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Mbak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan
kutipan sebagai berikut:
Arvin : “Iya mba, permisi.”
Revy : “Oh ya, kita mau cari-cari gitar nih mba. Kira-kira
merk yang bagus apa ya, mba?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang
80
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata
mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak
tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
2). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Mau cari apa ya, mas? gitar? Senar? Buku
musik juga ada.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut
Natasha
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang pembeli.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya yang ingin membeli gitar. Batasan
dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak
81
menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah
negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga
mencapai kesepakatan harga di antara keduanya .
3). Sorry
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sorry dengan
kutipan sebagai berikut:
Revy : “Yah, sorry Vin.
Kurang berapa ya, mbak?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sorry
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
sorry merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata sorry berasal dari bahasa asing yaitu bahasa
Inggris. Kata sorry memiliki arti „maaf‟ yang berfungsi sebagai
permintaan maaf seseorang kepada orang lain atas sesuatu yang
telah diperbuat. Kata sorry termasuk ke dalam kelas kata
adverbia. Maksud dari dialog tersebut adalah Revy meminta
maaf kepada Arvin bahwa uang yang ia bawa untuk membeli
gitar ternyata tidak cukup.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sorry
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„maaf‟ menjadi sorry karena kata tersebut lebih sering
diucapkan
sehingga
menjadi
suatu
kebiasaan
berbicara
menggunakan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah
penutur (Revy) menunjukkan keakraban dalam situasi santai
kepada lawan tutur (Arvin). Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata sorry yaitu untuk memberitahukan serta
membujuk lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya
Revy meminta maaf kepada Arvin bahwa uangnya tidak cukup,
kemudian ia membujuk Arvin untuk membayar dengan
uangnya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya .
82
10.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 11 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). Internet
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan internet
dengan kutipan sebagai berikut:
Gani : “Saya lihat di internet, ini rumah yang menjual
furniture itu ya?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan
internet tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan internet merupakan peristiwa campur kode keluar
(ekstern code-mixing) karena singkatan internet berasal dari
bahasa Inggris, internet berasal dari singkatan Interconnectionnetworking yang artinya Singkatan internet memiliki arti
„jaringan internasional‟ yang berarti kumpulan dari jutaan
komputer di seluruh dunia yang terkoneksi. Maksud dari dialog
di atas pada singkatan internet yaitu seorang pembeli bernama
Gani melihat pada sebuah situs jejaring sosial bahwa di rumah
Ibu Anita menjual mebel.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan
internet yaitu tidak ada ungkapan lain yang tepat dalam bahasa
yang sedang dipakai. Fungsi campur kode tersebut adalah
kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut merupakan hal
yang umum yang biasa digunakan dan tidak ada padanan kata
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan
internet
yaitu
untuk
memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya Bapak Gani memberitahu kepada Bapak Andi bahwa
ia melihat penjualan mebel di rumah tersebut lewat situs jejaring
sosial. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
melalui kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai
kesepakatan harga di antara mereka.
83
2). DP
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan DP
dengan kutipan sebagai berikut:
: “Iya, kalau gitu nanti Bapak tanda tangan di
sini, terus nanti tulis alamat Bapak. Selama
dua hari ke depan mungkin barangnya akan
diantar. Tapi barangnya akan diantar kalau
bapak sudah bayar DP uangnya.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan DP
Bu Anita
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode
singkatan DP merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) karena singkatan DP berasal dari bahasa Inggris,
DP berasal dari singkatan Down Payment yang artinya „uang
muka‟, berarti seseorang harus membayar uang muka terlebih
dahulu ketika melakukan transaksi jual beli. Maksud dari dialog
di atas pada singkatan DP yaitu Bu Anita meminta kepada
Bapak Gani untuk membayar uang muka terlebih dahulu, setelah
itu barang akan di antar ke rumah Bapak Gani.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan DP
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam mengucapkan
singkatan DP dibandingkan dengan „uang muka‟. Fungsi
campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur
menyebutkan singkatan umum yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud
dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan singkatan DP yaitu untuk memberitahukan lawan
tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Ibu Anita
memberitahukan
kepada
Bapak
Gani
bahwa
ia
akan
mengantarkan barang mebel ke rumah Bapak Gani jika ia sudah
membayar uang muka. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga
mencapai kesepakatan harga di antara mereka.
84
11.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 12 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata
1). Handphone
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata handphone
dengan kutipan sebagai berikut:
Nindy : Wah, handphone baru tuh.
Febry: “Ini Mas teman saya katanya dia pengen beli
handphone promo kaya saya. Masih ada nggak?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata Handphone
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
handphone merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) karena kata Handphone berasal dari bahasa asing
yaitu bahasa Inggris. Handphone berasal dari dua kata yaitu
hand dan phone. Hand memiliki arti „tangan/genggam‟,
sedangkan phone memiliki arti „telepon‟. Jadi, handphone
berarti „telepon genggam‟
yang berfungsi
sebagai
alat
komunikasi dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa
kemana-mana. Walaupun terdiri dari dua kata namun penulisan
kata handphone harus ditulis gabung karena kata tersebut
dikenal dengan istilah kata majemuk. Kelas kata yang terdapat
dalam kata handphone adalah kelas kata nomina dan pada dialog
“wah, handphone baru tuh” terdapat kelas kata interjeksi pada
kata „wah‟. Maksud dari dialog pertama pada kata Handphone
yaitu Nindy menyindir Febry ketika Febry memiliki telepon
genggam baru. Dialog kedua, Febry memberitahu kepada
penjual (Iswara) bahwa temannya (Nindy) ingin membeli
telepon genggam promo sama seperti kepunyaannya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata
handphone yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam
menyebutkan „telepon genggam‟ menjadi handphone. Fungsi
campur kode dalam dialog tersebut adalah kebutuhan kosakata,
85
penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga lawan tutur mengerti maksud
dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan kata handphone yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud,
misalnya si pembeli memberitahukan kepada penjual maksud
kedatangannya di toko tersebut, begitu juga dengan penjual yang
hendak melaporkan kepada pembeli merek apa yang akan dibeli.
Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui
kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya .
2). Mbak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan
kutipan sebagai berikut:
Iswara
: “Permisi, mba. Ada yang bisa saya bantu?”
Iswara
: “Yang ada di meja ini saja, mba.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata
mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak
tersebut adalah untuk menyapa seorang pembeli yang ingin
membeli telepon genggam.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi
86
berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai
kesepakatan harga di antara keduanya.
3). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan
kutipan sebagai berikut:
Febry: “Ini mas teman saya katanya dia pengen beli
handphone promo kaya saya. Masih ada nggak?”
Nindy : “Iya mas, yang mana aja yang masih promo?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang
terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap
lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di
toko.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur
menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara
adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau
tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara keduanya.
4). Second
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata second dengan
kutipan sebagai berikut:
: “Pasti KW. Ini udah asli Mba. Yang lain
mah pasti second atau nggak KW-KWan.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata second
Iswara
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
87
second merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata second berasal dari bahasa asing yaitu
bahasa Inggris. Kata second memiliki arti „kedua‟ yang
berfungsi sebagai barang kedua/bekas. Kata second termasuk ke
dalam kelas kata adjektiva. Maksud dari dialog tersebut adalah
Iswara seorang penjual memberitahu kepda Nindy dan Febry
bahwa telepon genggam tersebut produk asli, bukan barang
bekas.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata second
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan
„barang bekas‟ menjadi second karena kebiasaan penutur dalam
menggunakan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah
kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan istilah umum yang
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan
bicara menegerti maksud dan makna dengan sendirinya. Batasan
dan tujuan berbicara menggunakan kata second yaitu untuk
memberitahu bahwa barang yang Iswara jual merupakan barang
asli, bukan barang bekas. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan
harga di antara ketiganya.
b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). Hp
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan hp dengan
kutipan sebagai berikut:
Nindy : “Oh promo? Beli dimana? Mau tuh, gue juga
pengen beli hp baru nih.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan hp
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode pada
singkatan hp merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern
code-mixing) sebab hp merupakan singkatan yang berasal dari
bahasa Inggris, dari singkatan handphone yang artinya telepon
88
genggam. Maksud dari dialog di atas adalah Nindy ingin
membeli telepon genggam baru.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan hp
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan
bahasa asing sehingga lebih sering mengucapkan hp untuk
mempersingkat pengucapan kata handphone. Fungsi campur
kode terebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan
benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan
sendirinya.
Batasan
dan
tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan hp yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan
kepada penjual bahwa Nindy telepon genggam baru yang sedang
promo. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara
keduanya.
D.
Latar Belakang Terjadinya Campur Kode
Latar belakang siswa menggunakan campur kode adalah sebagai
berikut:
1.
Kesantaian dan kebiasaan penutur dalam situasi informal. Siswa
mengujarkan beberapa serpihan campur kode secara santai dan terbiasa
karena bahasa tersebut sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam pergaulan di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan
dalam rumah.
2.
Tidak ada ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa tersebut.
Siswa memakai beberapa kata menggunakan bahasa Inggris atau
bahasa daerah karena, tidak ada pandanan kata yang tepat dalam
bahasa Indonesia, seperti kata internet, RAM, GB, dan lain sebagainya
sehingga penutur memakai beberapa serpihan bahasa asing atau bahasa
daerah ketika berkomunikasi dengan lawan tuturnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang campur kode dalam negosiasi siswa
kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Wujud campur kode dalam bentuk kata, frasa, klausa, singkatan,
kalimat, dan idiom dalam negoasiasi siswa kelas X SMA Negeri 87
Jakarta. Dari 54 data campur kode yang ada, sebanyak 34 campur kode
berwujud kata, 5 campur kode berwujud frasa, 9 campur kode
berwujud singkatan, 5 campur kode berwujud kalimat, 1 campur kode
berwujud idiom.
2. Campur kode dalam negosiasi siswa dilatarbelakangi oleh kesantaian
dan kebiasaan penutur dalam situasi informal, tidak ada ungkapan
yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, dan ingin memamerkan
keterpelajarannya/ kedudukannya. Tetapi, yang lebih dominan yaitu
karena kesantaian dan kebiasaan penutur dalam situasi informal ketika
berbicara, terdapat sebanyak 46 data dan latar belakang terjadinya
campur kode karena tidak ada kata, frasa, klausa, kalimat, singkatan,
dan idiom yang tepat untuk menggantikan bahasa tersebut, terdapat
sebanyak 8 data.
B. Saran
1. Hendaknya berhati-hati dalam menggunakan campur kode ketika
berbicara, agar fungsi bahasa Indonesia tidak bergeser dan tetap
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2. Diharapkan pada penelitian yang berikutnya agar meneliti kajian
tentang campur kode lebih luas lagi.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan
Balai Pustaka, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika
Aditama, 2007.
Badudu, J. S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1996.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Goodpaster,Gary. Panduan Negosiasi dan Mediasi. Jakarta: Proyek ELIPS, 1999.
Holmes, Janet. An Inroduction to Sociolinguistics. New York: Longman, 1993.
Hudson, R. A. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press, 1983.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif,
2013.
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah, 1994.
Kosasih, Engkos. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga, 2013.
Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia, 2007.
Nababan, P. W. J. Sosiolingusitik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan.
Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Rahardi, R. Kunjana. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Robinson, Colin. Bagaimana Memenangkan Negosiasi. Jakarta: Gunung Mulia,
1993.
Sitompul, Awii, Royke Rawung dan Sammy Oppier. http://worddialect.blogspot.com/2011/08/dialek-medan.html. Diunduh pada tanggal 2
Juli 2014.pukul 19.35 WIB.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sumarsono, Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda bekerja sama dengan Pustaka
Pelajar, 2012.
Suwito. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Solo: Hendri Offset, 1985.
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Jakarta: Angkasa, 2008.
Wardaugh, Ronald. An Introduction to Sosiolinguistics. Oxford: Basil Blackwell,
1986.
Wassid, Iskandar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja, 2008.
L
A
M
P
I
R
A
N
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA NEGERI 87 JAKARTA
Mata pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: X/2
Tema
: Seni Bernegosiasi dalam Kewirausahaan
Materi Pokok
: Teks Negosiasi
Alokasi Waktu
: 1 X Pertemuan (4x45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya
KI 2
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4
Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi
1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar,
dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks negosiasi.
2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan
masalah perburuhan, perdagangan, dan kewirausahaan.
3.5 Mengevaluasi teks negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
1. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi
2. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya
4.5 Mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan
struktur dan
kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan
1. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog
2. mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses mengamati berbagai fakta , menanya konsep, mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan peserta didik dapat:
1. mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan
menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks negosiasi.
2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan
masalah perburuhan, perdagangan, dan kewirausahaan.
3. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi dengan benar.
4. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya dengan
benar.
5. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog dengan benar.
6. mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek dengan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta
Teks negosiasi dari berbagai sumber
2. Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konversi adalah perubahan dari
satu bentuk (rupa dan sebagainya) ke bentuk (rupa dan sebagainya) yang
lain.
3. Prinsip
Kegiatan mengonversi teks negosiasi merupakan kegiatan mengubah
tulisan kedalam jenis teks yang lain. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa
mengubah isi pokok teks negosiasi, misalnya mengubah teks negosiasi
menjadi teks monolog dan teks drama pendek.
1. Jenis negosiasi
a. Negosiasi lisan
Negosiasi dilaksanakan dengan bahasa ragam lisan.
Contoh: negosiasi yang dilakukan ketika kedua belah pihak saling
bertemu dan melakukan negosiasi secara langsung (berdialog),
negosiasi melalui telepon,
b. Negosiasi tulisan
Negosiasi dilaksanakan dengan ragam bahasa tulis.
Contoh: proposal kegiatan, surat resmi.
 Proposal Kegiatan
a. Halaman judul
g. Penyelenggara
b. Latar belakang
h. Susunan panitia
c. Tujuan kegiatan
i. Susunan panitia
d. Tema dan nama kegiatan j. Rencana anggaran
e. Jenis kegiatan
k. Penutup
f. Peserta
 Surat resmi
1. Bagian-bagian surat resmi
a. Kepala surat
b. Tempat dan tanggal surat
c. Nomor surat
d. Lampiran
e. Hal/perihal
f. Alamat surat
g. Salam pembuka
h. Isi surat
i. Salam penutup
j. Nama pengirim dan tanda tangan
k. Tembusan
l. Inisial
2. Jenis-jenis surat
a. Surat dinas (surat keterangan, surat permohonan)
b. surat perjanjian (surat perjanjian utang piutang, surat
perjanjian sewa menyewa, surat perjanjian jual beli,
c. surat niaga (surat penawaran, surat pesanan, surat permintaan
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan
: saintifik
Metode
: learning community dan inquiry
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran



Media: Power Point,
Alat: LCD, laptop, teks laporan hasil observasi,
Sumber Belajar: Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik . 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahuluan
Inti
Deskripsi
Alokasi
waktu
1. Peserta didik merespons salam tanda mensyukuri 20 menit
anugerah Tuhan dan pertanyaan dari guru
berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya.
2. Peserta didik menerima informasi dengan proaktif
tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik mengambil undian bertuliskan nomor
1,2,3,4.
5. Peserta didik bekelompok sesuai dengan nomor yang
sama dengan jujur.
Mengamati

Peserta didik membaca teks tentang kaidah-kaidah
penulisan teks negosiasi.
 Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan
kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.
Mempertanyakan

Peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal yang
berhubungan dengan isi bacaan.
Mengeksplorasi

Peserta didik mencari dari berbagai sumber informasi
tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.
Mengasosiasikan

Peserta didik mendiskusikan kaidah-kaidah penulisan
teks negosiasi.

Peserta didik menyimpulkan hal-hal terpenting dalam
kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.
Mengomunikasikan



Penutup
1.
2.
3.
Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok
tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.
Peserta didik membacakan hasil kerja kelompok di
depan kelas dan peserta didik lain memberikan
tanggapan.
Peserta didik mengonversi teks negosiasi ke dalam
bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks
baik secara lisan maupun tulisan.
Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
30 menit
Siswa melakukan evaluasi pembelajaran.
Siswa saling memberikan umpan balik hasil evaluasi
pembelajaran yang telah dicapai.
H. Penilaian Autentik
1. Penilaian proses
Penilaian Sikap
No
Aspek yang dinilai
1.
Religius
2.
Tanggung jawab
3.
Disiplin
4.
Proaktif
5.
Jujur
Teknik
Penilaian
Pengamatan
Waktu
Penilaian
Proses
Instrumen Penilaian
Lembar Pengamatan
2. Penilaian Hasil
a. Penilaian Pengetahuan
No Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Instrumen
1.
mengevaluasi teks
Tes
negosiasi berdasarkan tertulis
struktur isi
Uraian
Evaluasilah teks negosiasi
yang kalian cari berdasarkan
struktur isi!
2.
mengevaluasi teks
Tes
negosiasi berdasarkan tertulis
kaidah
kebahasaannya
uraian
Evaluasilah teks negosiasi
yang telah kalian cari
berdasarkan kaidah
kebahasaannya!
b. Penilaian Keterampilan
3.
mengonversi teks
negosiasi menjadi
teks monolog
Tes
tertulis
Uraian
Konversilah teks negosiasi
yang telah kalian buat
menjadi teks monolog!
4.
mengonversi teks
negosiasi menjadi
teks drama pendek
dengan benar
Tes
tertulis
Uraian
Konversi teks negosiasi
yang telah kalian buat
menjadi teks drama pendek!
I. Pedoman Penskoran
1. penilaian pengetahuan
No.
Soal
1.
2.
Petunjuk Penskoran
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
Skor
50
40
30
50
40
30
2. penilaian keterampilan
No.
Soal
3.
4.
Petunjuk Penskoran
Skor
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
50
40
30
50
40
30
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
x 100
Jumlah skor maksimal
lampiran
Lembar Pengamatan Sikap
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS
: X IPA/ IPS
KD
: 1.
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No.
Nama Peserta
Didik
Religius
Tanggung
jawab
Disiplin
Proaktif
Jujur
S B C K S B C K S B C K S B C K S B C K
B
B
B
B
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
.
Transkripsi Dialog Negosiasi Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Tahun Ajaran
2013/2014
Kelompok 1
Negosiasi jual beli handphone
Nina Diana sebagai penjual handphone
Pridiska sebagai pembeli
Raina Vega sebagai pembeli
Vega : “Selamat siang mbak.”
Nina
: “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?”
Vega : “Ini biasa, saya mau membeli hp.”
Nina
: “Mau beli handphone apa?”
Vega : “Kira-kira yang bagus apa ya mbak?”
Nina
: “Hu banyak banget di sini. Kita menyediakan model-model terbaru.
Hmm banyak sih ada Nokia, ada Samsung, ada Advance. Kamu pilih
yang mana?”
Vega : “Kira-kira sih kata temen saya yang bagus Samsung.”
Nina
: “Tunggu sebentar ya.”
“Ini ada Nokia, ada Samsung, mau pilih yang mana?”
Vega : “Ini mah kaya hp anak saya nih. Ini kayaknya bagus nih. Ini berapaan
nih?” (menunjuk handphone Samsung).
Nina
: “Kalo ini sih Rp 2.500.000.”
Vega : “Wah bisa nego?”
Nina
: “Boleh lah, kan kamu kan kenal sama keponakan saya, jadi boleh lah.”
Vega : “Rp 1.500.000 ya mbak?”
Nina
: “Yah, jangan lah. Naikan lagi.”
Vega : “Ya udah deh, Rp 1.700.000?”
Nina
: “Jangan, saya kasih Rp 2.300.000.”
Vega : “Yah mbak, saya uangnya kurang nih mbak.”
Nina
: “Ya karena kamu teman keponakan saya, saya kasih deh hmm Rp
2.000.000.”
Vega : “Oh 2.000.000.”
Nina
: “Boleh dilihat-lihat, nih bisa dibuka dulu.” (Sambil membantu membuka
segelnya)
Vega : “Oh iya mbak. Ya udah deh mbak, 2.000.000 ya.”
Nina
: “Iya.”
Vega : (Mengeluarkan uang dari kantong celananya).
“Nih mbak, itung dulu duitnya.”
Nina
: “Oh iya.” (menerima uang kemudian menghitungnya).
“Oh iya, makasih ya. Kalau ada keperluan, silahkan datang lagi.”
Vega : “Iya. makasih mbak.”
Nina
: “Iya.”
Kemudian pembeli lain bernama Pridiska datang dan melihat-lihat handphone
sejak negosiasi antara Nina dan Vega berlangsung.
Nina
: “Ada yang cocok mbak?”
Pridiska
: “Hmm saya mau beli handphone dong.”
Nina
Pridiska
: “Handphone apa mba?”
: “Handphone apa ya? Bagus-bagus ya modelnya. Jadi bingung
saya. Milih handphone aja saya bingung apalagi milih doi.”
Nina
: “Mba bisa aja. Samsung mau mbak?”
Pridiska
: “Hmm coba deh lihat.”
Nina
: “Nanti dulu ya, saya ambilkan dulu.”
“Nih, mba bisa lihat-lihat. Tuh.”
Pridiska
: “Kalo ini apa mbak?”
Nina
: “Iya silahkan mbak di buka. Ini masih bergaransi loh.”
Pridiska
: “Ya.”
Nina
: “Dilihat-lihat dulu mbak silahkan.”
Pridiska
: “Ini bukannya kaya yang mas-mas tadi ya?”
Nina
: “Iya, mas-mas tadi juga beli sama. Soalnya ini yang terbaru
mbak.”
Pridiska
: “Oh yang terbaru. Coba saya lihat ya.”
Nina
: “Iya.”
Pridiska
: (Membuka segel)
Nina
:”Nah, tuh.”
Pridiska
: “Oh... ya ya. Saya pilih yang mana ya?”
Nina
: “Tapi ini harganya lebih mahal mbak.”
Pridiska
: “Kalo ini berapa?” (menunjuk handphone Samsung)
Nina
: “Rp 2.500.000.”
Pridiska
: “Kemahalan lah, masa Rp 2.500.000.”
Nina
: “Ya kan ini model baru mbak. Saya juga baru stok baru.”
Pridiska
: “Ya udah gimana kalau Rp 1.200.000?”
Nina
: “Rp 1.200.000 mah yg ini aja mbak.” (Menunjuk handphone yang
lain).
Pridiska
: “Yah, saya maunya yang ini. Saya sudah falling in love sama
yang ini.” (Menunjuk handphone Samsung)
Nina
: “Ini 2.500.000 mbak. Kalau mau Rp 1.200.000 yang ini.”
(Menunjuk handphone yang lain).
Pridiska
: “Yah, yaudah ini saya tawar Rp 1.500.000?”
Nina
: “Yah, ini aja harganya Rp 2.500.000 masa mau ditawar segitu.”
Pridiska
: “Ya udah mbak-nya nego berapa?”
Nina
: “Rp 2.300.000.”
Pridiska
: “Tapi saya denger sama mas-mas yang tadi harganya Rp
2.000.000. Masa sama cowo Rp 2.000.000 sama cewe mahalan.”
Nina
: “Ya kan itu dia temannya keponakan saya, jadi saya kenal ya saya
kasih segitu.”
Pridiska
: “Ya udah, kan kita sesama umat muslim, jadi seharusnya
harganya sama dong harga saudara.”
Nina
: “Yaudah deh, karena mbak udah dengar tadi negosiasi saya sama
mas tadi, boleh lah saya kasih Rp 2.000.000.”
Pridiska
: “Baik. Ini deal ya 2.000.000?”
Nina
: “Iya.”
Pridiska
: “Ini uangnya Rp 2.000.000.” (Memberikan uang kepada penjual).
Nina
: “Saya hitung dulu ya.”
Pridiska
: “Iya.”
Nina
: “Oh iya mbak, sudah.”
Pridiska
: “Makasih.”
Nina
: “Ya.”
Akhirnya Pridiska dan Vega sudah membeli hp antara penjual dan pembeli
seharga 2.000.000 dengan melalui proses tawar-menawar.
Kelompok 2
Jual Beli Baju
Adissa Vintha Junilla sebagai pembeli
Almira Reyhan sebagai penjual
Dwi Harnum sebagai pembeli
Vintha dan Hanum sedang berjalan-jalan di Tanah Abang mencari kaos lengan
panjang untuk acara besok. Setelah beberapa butik dikunjungi, sampailah mereka
di butik Almira.
Almira : “Selamat datang di butik Almira. Ada yang bisa saya bantu?”
Hanum : “Kaos lengan panjangnya ada, sis?”
Almira : “Oh ada tuh dibagian sana.” (Menunjuk tempat kaos).
Hanum : “Yaudah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.”
“Eh sis, berapaan?”
Almira : “Rp 80.000”
Hanum : “Oh...”
Vintha : “Num, ini juga Num lucu deh. “
“Ini kaos lengan panjang kan, sis?”
Almira : “Iya.”
Hanum : “Harganya berapaan, sis kalo yang itu?”
Almira : “Rp 110.000.”
Hanum : “Loh kok lebih mahal?”
Almira : “Coba dipegang aja, sis bahannya. Bahan kaos itu lebih bagus, adem tapi
gak tipis.”
Vintha : (Memegang kedua baju itu).
“Oh iya Num, kayaknya yang adem yang itu.”
Hanum : “Tapi, mending sweater aja deh Vin, soalnya lebih murah.”
Vintha : “Tapi kan besok bakalan panas Num.”
Hanum : “Tapi Rp 30.000 bedanya.”
Vintha : “Daripada kita beli, terus besok gak dipake kepanasan.”
Hanum : “Tapi tetap aja Rp 30.000 itu lumayan.”
Vintha : “Ngapain dibeli kalo besok gak dipake.”
Hanum : “Tapi kemahalan, Vin.”
Vintha : “Sis, turunin lah, sis.”
Almira : “Paling Cuma bisa Rp 100.000.”
Vintha : “Gimana Num?”
Hanum : “Gak mau gue kalo segitu.”
Almira : “Kualitas bahannya lebih bagus.”
Vintha : “Gimana Num?”
Almira : “Emang maunya berapa, sis?”
Hanum : “Rp 75.000 deh.”
Almira : “Gak bisa, sis. Gimana kalau Rp 170.000 dua?”
Vintha : “Gimana Num? Beda sedikit doang.”
Hanum : “Hmm ya udah deh.”
Vintha : “Oke, sis. Kes atau debit?”
Almira : “Kes aja, sis.”
Vintha : (Memberikan uang).
Almira : “Makasih, sis.”
Vintha : “Sama-sama, sis.”
Vintha dan Dwi meninggalkan butik Almira dengan dua potong kaos seharga Rp
85.000.
Kelompok 3
Jual Beli Laptop
Muhammad Fariza Ibrahim sebagai Peter Parker (Anak)
Nabila sebagai Ibu Peter Parker
M. Fikry Raka sebagai Penjual
Diceritakan, Peter Parker seorang anak SMA yang bertubuh tinggi dan kurus
dikenal pintar di kelasnya. Peter saat ini menduduki bangku kelas X. Tepatnya 9
bulan yang lalu ia memilih jurusan IPA pada peminatan di sekolah yang diadakan
di awal tahun. Dengan kemampuan akademiknya yang cenderung di atas rata-rata,
ia sering sekali mendapatkan nilai yang bagus dan memuaskan. Tetapi Peter tidak
seperti anak lainnya, ia bukanlah anak pintar, tapi anak pintar yang cupu atau anak
pintar tapi sombong. Ia dikenal sebagai orang yang rendah diri, mudah bergaul
dan pastinya memiliki banyak teman. Suatu hari, Peter sedang duduk di bangku
meja belajar di kamarnya. Ibunya merasa ada yang aneh pada dirinya. Hari itu,
hari Minggu pagi. Peter biasanya sedang duduk manis menonton kartun
kesayangannya di depan televisi. Akhirnya, Ibunya masuk ke kamarnya dan
menghampirinya.
Ibu
: “Sedang apa kamu Peter? Tumben, biasanya kamu kan nonton Doraemon
di tv.”
Peter : “Ini Bu, aku sedang belajar. Minggu depan soalnya ada UTS.”
Ibu
: “Oh ulangan toh, bagus lah kalau begitu.”
Peter : “Iya Bu.”
Ibu
: “Peter, selama ini Ibu lihat nilai kamu bagus-bagus ya.”
Peter : “Ah biasa aja Bu.”
Ibu
: “Sudahlah, kamu tidak perlu merendahkan dirimu terus menerus. Ibu
tahu, kamu ini berbeda kan dengan anak yang lainnya.”
Peter : “Berbeda apanya Bu?”
Ibu
: “Ya berbeda saja. Biasanya anak lainnya saat mereka mendapatkan nilai
yang bagus, mereka meminta hadiah kepada orang tuanya. Nah, sedangkan
kamu tidak meminta apapun kepada Ibu. Hmm, mungkin cuma buku.
Buku itupun untuk keperluan sekolah.”
Peter : “Ibu, aku ini memang suka Sains, jadi wajar aja kalau aku belajar. Paling
cuma baca-baca buku doang.”
Ibu
: “Kamu ini. Ibu ada ide.”
Peter : “Ide apa Bu?”
Ibu
: “Kan kamu akan menghadapi UTS, kalau kamu dapat nilai 100 lagi, Ibu
akan membelikanmu laptop. Mungkin laptop itu akan berguna untukmu.
Lagi pula, laptop itu gampang dibawa kemana-mana, tidak seperti
komputermu itu. Bagaimana?”
Peter : “Mau mau Bu. Tapi, nilai 100? Aku kurang yakin Bu.”
Ibu
: “Ya kamu harus yakinlah. Ibu yakin kamu pasti bisa.”
Peter : “Iya, akan aku usahakan Bu.”
Ibu
: “Ya sudah, Ibu sudah membuatkanmu Pancake. Segera dimakan lah
sebelum itu dingin.”
Peter : “Ya sudah. Ayo Bu.”
Peter dan Ibunya pun meninggalkan kamar. Singkat cerita, UTS pun telah
usai dan satu persatu nilai pun telah dibagikan hasilnya. Akhirnya, seperti yang
diduga Peter berhasil mendapatkan nilai 100. Setelah mengetahui kabar itu,
Ibunya pun merasa bangga. Pada hari itu juga Ibunya menepati janjinya. Ia
mengajak Peter untuk memilih laptop barunya. Ia mengajak Peter ke toko
elektronik di dekat rumahnya. Toko elektronik itu berbeda dari toko-toko
elektronik lainnya yang berada di mall atau dimanapun. Toko tersebut
memperbolehkan untuk tawar-menawar. Jadi, Ibunya memilih toko tersebut
dengan tujuan untuk mendapatkan laptop dengan harga yang relatif lebih murah.
Toko tersebut berada 100 meter dari rumahnya. Jadi, mereka tidak perlu memakai
kendaraan apapun. Setelah sampai, seperti biasa toko tersebut ramai dari pembeli.
Peter dan Ibunya langsung disambut oleh pria tua yang bertubuh tinggi dan
gemuk.
Penjual
: “Selamat pagi Bu, Dik. Silahkan masuk. Oh ya, Anda yang tadi
menelpon saya ya?”
Ibu
: “Iya Pak, betul.”
Penjual
: “Anda ingin membeli laptop kan? Perkenalkan, nama saya Dr.
Heri pemilik toko ini. Silahkan saya antar ke tempat yang Anda
inginkan.”
Ibu
: “Boleh, terima kasih Pak.”
Peter
: “Yang ini kayaknya bagus, Bu.”
“Pak yang ini harganya berapa ya?”
Penjual
: “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Prosesornya I5. RAMnya 4 GB.
Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.”
Peter
: “Oh, begitu ya. Kalo yang ini berapa ya?” (Menunjuk laptop yang
lain).
Penjual
: “Oh kalo yang ini notebook. Kalo notebook harganya lebih
murah. Ini I5 juga sama seperti yang disampingnya. Cuma karena
ini notebook, harganya lebih murah kira-kira Rp 4.000.000.”
Peter
: “Wah mahal juga ya.”
Penjual
: “Tenang saja, di toko ini pembelinya bisa tawar-menawar kok.”
Peter
: “Oh gitu ya.”
Penjual
: “Iya.”
Ibu
: “Jadi Peter, kamu mau membeli yang mana?”
Peter
: “Yang ini saja deh Bu.”
Ibu
: “Kamu yakin? Ibu tau kamu pasti lebih suka yang ini kan”.
(Menunjuk laptop yang lain).
Peter
: “Iya Bu.”
Ibu
: “Ya udah gak apa-apa. Jadi harganya Rp 5.000.000 Pak? Gak bisa
kurang?”
Penjual
: “Oh bisa kok Bu, boleh diturunkan asal harganya pas saja.”
Ibu
: “Bagaimana kalau Rp 3.500.000?”
Penjual
: “Wah kalau Rp 3.500.000 kayaknya terlalu murah. Ini laptop
keluaran baru loh Bu.”
Ibu
: “Oh gitu. Kalau Rp 4.000.000 deh gimana?”
Penjual
: “Kalau Rp 4.000.000 masih belum Bu. begini deh saya turunkan
harganya bagaimana kalau Rp 4.800.000.”
Ibu
: “Masih terlalu mahal Pak. Rp 4.200.000 deh, gimana?”
Penjual
: “Wah, masih tidak bisa Bu. Ini penawaran terakhir saya, laptop
ini saya jual seharga Rp 4.500.000. Bagaimana?”
Peter
: “Tapi Bu, harganya terlalu mahal.”
Ibu
: “Gak apa-apa Peter, Ibu sudah menabung.”
Peter
: “Terima kasih ya Bu.”
Penjual
: “Jadi kalian setuju? Oke baiklah. Pembayaran mari ke kasir.”
Ibu
: “Ini Pak, uangnya kes ya. di cek lagi.”
Penjual
: “Saya cek dulu ya.” (Menghitung uang).
“Ya, cukup uangnya Bu. Jadi, Anda setuju membeli ini. Deal?”
Ibu
: “Deal.”
Penjual
: “Silahkan, boleh diambil barangnya.”
Peter
: “Biar aku saja bu yang membawa.”
Ibu
: “Terima kasih Pak.”
Penjual
: “Iya sama-sama. hati-hati ya Bu. Jangan lupa kembali lagi ke sini
mungkin jika ada yang Ibu inginkan toko ini menjual keperluan
yang lainnya.”
Ibu
: “Oke, kami duluan ya Pak Heri.”
Penjual
: “Iya.”
Peter
: “Assalamu’alaikum Pak.”
Penjual
: “Waalaikumsalam.”
Setelah negosiasi mencapai kata sepakat, mereka pun pulang ke rumah dengan
perasaan yang gembira. Peter mendapat laptop barunya dan Ibunya bangga atas
prestasi anaknya. Keesokan harinya, Peter menggunakan laptop tersebut dan
digunakan dengan baik. Ibunya juga ikut senang, dan itu lah hasil dari cerita
laptop baru Peter ini.
Kelompok 4
Negosiasi Pembelian Buku
M. Fathurrahman Aria Bisma sebagai penjual
Febiana Gita. M sebagai pembeli
Kania Nur Ainiyah sebagai pembeli
Pada suatu hari, ada seorang gadis yang bernama Gita yang berkuliah di Jurusan
Sastra Indonesia. Ketika itu Gita harus mencari buku untuk mempersiapkan
seminar satu minggu yang diadakan Universitasnya. Dia telah pergi ke berbagai
toko buku untuk mencari buku itu, namun hasilnya nihil. Akhirnya salah satu toko
buku terdapat buku yang ia cari.
(Gita masuk ke toko buku)
Fathur : “Hallo selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?”
Gita
: “Selamat pagi. Saya ingin membeli Kamus Linguistik edisi ketiga.
Apakah ada?”
Fathur : “Oh kalau boleh tau, penerbit sama pengarangnya siapa ya?”
Gita
: “Hmm... Gramedia Pustaka.”
Fathur : “Oke, saya cari dulu ya.” (Fathur mencari buku).
“Kebetulan mbak, tinggal satu.”
Gita
: “Wah, berapa harganya mas?”
Fathur : “Rp 200.000.”
Gita
: “Wah, mahal sekali ya. Sepertinya saya harus menghubungi orang tua
saya terlebih dahulu. Sebentar ya mas.”
Fathur : “Baik.”
(Gita menghubungi orang tuanya). Kemudian datang pembeli yang lain bernama
Kania.
Fathur : “Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?”
Kania : “Saya mencari buku Lingusitik penerbit Gramedia Pustaka. Apakah
ada?”
Fathur : “Oh ada mba. Kebetulan tinggal satu, mba yang ini mau beli.”
(Menunjuk Gita).
Gita
: “Mas, saya jadi membeli buku itu.”
Kania : “Maaf mba bila saya lancang, saya ingin membeli buku ini. Buku ini
penting untuk saya. Saya sudah mencarinya kemana-mana namun tidak
ada.”
Gita
: “Wah, saya juga harus membelinya mba. Saya juga telah mencarinya
keman-mana, namun hanya toko ini yang ada.”
Fathur : “Maaf kalau boleh saran, bagaimana jika kalian berunding saja daripada
tidak jelas akhirnya bagaimana.”
Akhirnya mereka memutuskan untuk bernegosiasi dan menyepi agar tidak
mengganggu pengunjung lainnya.
Kania : “Bagaimana mba? Saya ingin menegaskan buku ini. Ini penting untuk
saya.”
Gita
: “Buku itu juga penting untuk saya mba. Saya harus memilikinya, untuk
seminar saya nanti. Hmm dosen saya juga telah menyuruh saya untuk
membawa buku ini saat seminar.”
Kania : “Namun, buku ini penting tidak untuk Anda?”
Gita
: “Dalam kenyataannya, seminar itu wajib oleh seluruh mahasiswa Jurusan
Sastra di Universitas saya dan berarti buku ini juga harus saya miliki untuk
memenuhi tuntutan dosen saya.”
Kania : “Tapi mbak, buku ini penting untuk saya. Saya akan menggunakannya
pada semester depan.”
Gita
: “Yah, maaf sekali mbak.”
Kania : “Bagaimana jika kita membelinya bersama? Kita membelinya dengan
cara patungan.”
Gita
: “Hmm sepertinya itu ide yang bagus. Kita dapat memakainya secara
bergantian, bukan?”
Kania : “Ya. makasih.”
Gita
: “Saya boleh meminta kontak kamu?”
Kania : (Memberikan kartu nama kepada Gita).
“Ini nomor saya.”
Gita
: “Oke.”
Akhirnya mereka berhasil memutuskan keputusan mereka. Akhirnya mereka pun
kembali menemui penjaga toko dan membeli buku tersebut.
Fathur : “Jadi, bagaimana keputusan kalian?”
Kania : “Kami bersepakat untuk membeli buku ini.”
Fathur : “Tapi kan bukunya Cuma satu. Jadi siapa yang ingin membeli buku?”
Gita
: “Hmm kita telah bernegosiasi dan kita akan membeli buku ini
bersamaan.”
Fathur : “Oh kalau begitu bagus deh.”
Kania : “Ini uangnya.” (Memberikan kepada Fathur).
Fathur : “Oke, kalau begitu ini bukunya mba.” (Memberikan buku kepada Gita).
Gita
: “Iya.”
Fathur : “Makasih ya. Jangan segan-segan datang kembali.”
Gita
: “Iya.”
Mereka pun akhirnya berpisah setelah keluar dari toko buku itu. Mereka berjalan
menuju tujuan yang berbeda, pergi ke rumahnya masing-masing. Tak lupa mereka
juga mengucapkan sampai jumpa.
Kelompok 5
Negosiasi Jual Beli Sepatu
Arengga Dian. P sebagai penjual
Austina Khadijah sebagai pembeli
Raden Ajeng A. A. M sebagai pembeli
Pada Rabu pagi di sekolah, Alya dan Utin sedang berbincang.
Utin
: “Al, sepatu lu bagus. Baru ya?”
Alya
: “Iya dong.”
Utin
: “Beli dimana?”
Alya
: “Toko Arengga.”
Utin
: “Berapa harganya?”
Alya
: “Rp 250.000 murah kan ya?”
Utin
: “Oh... Tar anterin gue pulangnya ya beli sepatu.”
Alya
: “Oke.”
Bel pulang sekolah berbunyi. Utin dan Alya bergegas menuju toko Arengga.
Sesampainya mereka di sana, Arengga selaku pemilik toko menyambut Alya dan
Utin dengan ramah.
Arengga
: “Selamat siang.”
Utin dan Alya : “Siang.”
Arengga
: “Ada yang bisa saya bantu?”
Utin
: “Ada sepatu olahraga gak?”
Arengga
: “Ada. Yang warna apa?”
Utin
: “Yang warna hitam gimana?”
Arengga
: “Merknya apa?”
Utin
: “Kalo Adidas gimana?”
Arengga
: “Ukurannya?”
Utin
: “Ukuran 41 yang kaya gini ada?” (Sambil menunjuk salah satu
model sepatu).
Arengga
: “Ada.”
Alya
: “Ini bagus Tin kaya gue tuh.”
Arengga
: “Silahkan dicoba.”
Utin
: (Mencoba sepatu).
“Mas ini harganya berapa?”
Arengga
: “Rp 500.000.”
Utin
: “Wah mahal banget. Gak bisa kurang?”
Alya
: “Kok mahal banget sih mas. kemarin aja saya beli di sini cuma
Rp 250.000.”
Arengga
: “Gak bisa Kak. Kemarin emang lagi diskon, tapi sekarang udah
nggak.”
Alya
: “Gimana, mau?”
Utin
: “Ya udah deh gak apa-apa. Berapa sih?”
Arengga
: “Ya udah deh buat Kakak gini aja, Rp 450.000 aja.”
Alya
: “Rp 450.000 Tin, mau? Mahal tau.”
Utin
: “Ya udah gimana lagi.”
Alya
: “Rp 400.000 deh, mas.”
Arengga
: “Gak bisa.”
Alya
: “Ya udah deh, terserah lu.”
Utin
: “Rp 450.000 kan?” (Mengeluarkan uang dari dompetnya).
Arengga
: “Iya.”
Utin
: “Nih.” (Memberikan uang).
Arengga
: “Makasih ya.”
Utin
: “Iya sama-sama.”
Akhirnya Untin pun menyetujui dan membeli sepatu di toko Arengga seharga Rp
450.000. Alya dan Utin pun meninggalkan toko Arengga.
Kelompok 6
Negosiasi Jual Beli Buah di Pasar
Imam Nududdin sebagai pedagang buah
Malvin Audriansyah sebagai pedang buah
Sakinatun Nufus sebagai pembeli
Pada suatu hari, Ina baru saja pulang dari sekolahnya. Ia berniat untuk
menjenguk nenek dan kakeknya yang ada di Papua. Sebelum pulang ke rumah, ia
mampir terlebih dahulu ke pasar tradisional yang ada di dekat sekolahnya untuk
membelikan nenek dan kakeknya buah-buahan.
Malvin : “Ayo ayo dibeli. Murah meriah... Murah meriah... Murah meriah...”
Ina
: (Datang meghampiri pedagang jeruk).
Malvin : “Mau beli ape dik?”
Ina
: “Ada jeruk gak bang?”
Malvin : “Ade, mau yang manis apa yang asem?”
Ina
: “Yang manis lah.”
Malvin : “Oh kalo yang manis la mahal. 10 ringgit 1 kilo.”
Ina
: “Alamak, mahal kali, tak bisa lah dikurang?”
Malvin : “Ya sudahlah kalo tak cukup, tak usah kau beli di sini.”
Ina
: “Ya sudahlah, abang ni nolak rejeki.”
Kemudian Ina menghampiri pedang buah yang lain.
Imam : “Ayo beli beli beli. Buah segar segar segar.”
“Beli atuh neng, murah ini mah.”
Ina
: “Aya jeruk teu kang?”
Imam : “Aya atuh, yang manis kan?”
Ina
: “Ya iyalah, masa yang asem. Buat apa? Sabaraha atuh sakilona?”
Imam : “Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula.”
Ina
: “Haha. Akang ini bercanda aja atuh. Teu bisa kurang?”
Imam : “Emang buat apa?”
Ina
: “Buat nini jeung aki. Nini teh lagi sakit.”
Imam : “Meserna sabaraha kilo?”
Ina
: “Palingan tiga kilo.”
Imam : “Oh... yaudah, Rp 25.000 aja.”
Ina
: “Teu bisa kurang atuh kang?”
Imam : “Rp 23.000, mau?”
Ina
: “Hmmm kurangin lagi deh. Nanti teu aya uang buat pulang, kan nanti
harus naik angkot.”
Imam : “Ya udah, Rp 22.000.”
Ina
: “Kurangin lagi atuh bang.”
Imam : “Wah bisa palingan Rp 21.000.”
Ina
: “Yah, kang...”
Imam : “Mau teu?”
Ina
: “Ya udah deh.” (Mengeluarkan uang di dompetnya).
“Ini kang uangnya.”
Imam : “Ini jerukna.”
Ina
: “Makasih ya kang.”
Imam : “Sami-sami.”
Akhirnya Ina pulang dengan gembira karena ia telah membelikan nenek dan
kakaeknya tiga kilogram jeruk. Keesokan harinya, Ina pun menjenguk nenek dan
kakeknya dan mereka tersenyum bahagia bersama. Tak lupa nenek dan kakeknya
berterimakasih kepada Ina yang telah membawakan mereka jeruk.
Kelompok 7
Negosiasi Transfer Pemain Bola
Bagas Priambodo sebagai pemain bola
Kenia. D sebagai Agen
Sony Arianto sebagai pembeli pemain bola
Suatu hari, di dalam sebuah kantor di gedung ada seorang perwakilan club sepak
bola ternama yang sedang berbincang-bincang dengan pemain bola yang sedang
naik daun akhir-akhir ini.
Sony : “Assalamu’alaikum.”
Bagas : “Wa’alaikumsalam.”
Sony : “Selamat sore.”
Bagas : “Iya selamat sore. Ada perlu apa, Pak?”
Sony : “Apakah kontrak Anda akan berakhir musim ini?”
Bagas : “Ya, sangat benar sekali. Memangnya kenapa Bapak menanyakan ini?”
Sony : “Saya sangat tertarik dengan permainan sepak bola Anda.”
Bagas : “Wah saya sangat berterimakasih atas penilaian Bapak.”
Sony : “Saya akan membawa Anda ke Etihad Stadium.”
Bagas : “Wah saya sangat senang sekali. Tetapi Anda harus membicarakan hal ini
kepada agen saya.”
Sony : “Oh, siapa namanya?”
Bagas : “Oh itu namanya Kenia, Pak.”
Sony : “Oh, tolong hubungi dia sekarang.”
Bagas : “Baik Pak, saya akan menghubunginya untuk membicarakan hal ini.”
Kemudian Bagas menelpon Kenia dan meminta untuk datang ke tempatnya.
Bagas : “Halo Bu, saya Bagas. Tolong ibu datang ke sini ya sekarang, secepatnya
karena ada hal penting. Iya bu.”
Bagas menutup pembicaraannya di telpon.
Setelah dihubungi, beberapa saat kemudian agen pun datang ke kantor
Kenia : “Maaf, apakah saya datang terlalu lama?”
Sony : “Oh tidak tidak, silahkan duduk.”
Kenia : “Terima kasih.”
“Jadi, Anda sangat tertarik dengan pemain saya?”
Sony :
“Iya
saya
sangat
tertarik
dengan
permainannya
dan
ingin
mempromosikan dia menjadi gelandang atau sayap kiri.”
Kenia : “Jadi, Anda ingin mengontraknya?”
Sony : “Iya.”
Kenia : “Oke, saya kasih harga 40.000.000 poundsterling”
Sony : “Oh, itu terlalu mahal untuk pemain muda yang pengalamannya belum
terlalu banyak.”
Kenia : “Hmmm yaudah, Bapak ingin menawarnya berapa?”
Sony : “Bagaimana kalau 25.000.000 poundsterling?”
Kenia : “25? Itu terlalu murah Pak. Bagaimana kalau 30.000.000?”
Sony : “Hmmm okelah, saya setuju.”
Kenia : “Oke, kalau begitu Anda tinggal transfer ke rekening saya.”
Kemudian Pak Sony menghampiri Bagas
Sony : “Bagas.”
Bagas : “Iya Pak?”
Sony :
“Saya
telah
berbicara
dengan
Agen
Anda.
Silahkan
Anda
menandatangani kontrak ini.”
Bagas : “Iya pak.”
Sony : “Selamat, Anda telah bergabung di club Manchester City.”
Bagas : “Wah saya mengucapkan terima kasih juga dan sangat senang sekali bisa
bergabung dengan tim Manchester City. Semoga saya dalam club ini bisa
memberikan permainan terbaik saya dalam permainan bola ini.”
Sony : “Aamiin...”
Akhirnya negosiasi berjalan dengan sukses dan bagas semakin bersemangat di
karir sepak bolanya.
Kelompok 8
Negosiasi Jual Beli Buku
Ahmad Said sebagai asisten Adam
M. Adam Sultansyah sebagai penjual
Vidi Raisa sebagai pembeli
Pada suatu senggang, Vidi seorang pengusaha toko buku sedang melakukan
searching di internet. Dia melihat-lihat barang-barang yang dijual di internet.
Tanpa sengaja ia melihat sebuah iklan di internet yang menjual sebuah buku dari
William Shake Spare yang best seller dari kalangan Jakarta. Vidi pun tertarik
untuk membeli buku tersebut untuk dijual kembali dari tempat yang lebih murah.
Vidi pun mencari informasi tentang buku itu. Dia pun mendapatkan nomor
telepon penjual buku tersebut lalu menelponnya.
Vidi
: “Hallo, dengan Bapak Adam ya?”
Adam : “Hallo, iya betul sekali. Maaf, ini dengan siapa?”
Vidi
: “Ini Pak, saya melihat iklan di internet Bapak jual buku William Shake
Spare ya. Saya Vidi.”
Adam : “Oh betul sekali. Ibu tertarik untuk membelinya, Bu?”
Vidi
: “Iya saya tertarik untuk membeli dalam jumlah yang banyak. Saya boleh
tau rincian harganya gak?”
Adam : “Oh, boleh sekali. Bagaimana kalau kita ketemu langsung aja biar jelas.
Saya kerja di Rempoa. Ibu tinggal di daerah mana?”
Vidi
: “Oh, saya tinggal di Tebet. Bagaimana kalau misalnya besok kita ketemu
di daerah Tebet? Soalnya hari ini saya nggak bisa.”
Adam : “Ya sudah, jam berapa bisa bertemu?”
Vidi
: “Bagaimana kalau jam 4?”
Adam : “Oh ya udah, saya tunggu di sana ya jam 4.”
Vidi
: “Iya, terima kasih.”
Keesokan harinya, mereka datang ke cafe yang mereka janjikan. Tapi saat
diperjalanan, Adam ditelpon isterinya bahwa anaknya tiba-tiba sakit. Maka Adam
menelpon karyawannya untuk mampir bertemu dengan Vidi.
Adam : “Hallo, saya bisa minta tolong bertemu dengan klien di daerah Tebet?”
Said
: “Oh oke Pak. Tapi, saya bisa ketemunya di daerah mana Pak kalau boleh
tau?”
Adam : “Cafe Tebet jam 4. Tepat waktu ya.”
Said
: “Cafenya Pak?”
Adam : “Cafe Doang.”
Said
: “Oh Cafe Doang Pak. Oke Pak, saya akan ke sana sebentar lagi.”
Said pun bergegas mewakili Adam bertemu dengan Vidi di Cafe tersebut. Ia
mengendarai sepeda motor untuk sampai ke sana. Setelah satu jam, akhirnya Said
sampai di sana. Klien Vidi sudah duduk sambil minum teh.
Said
: “Vidi, benar?”
Vidi
: “Oh iya, Bapak Adam ya?”
Said
: “Maaf, saya bukan Bapak Adam. Saya asistennya. Bapak Adam sedang
ada keperluan keluarga. Senang bertemu dengan Anda.”
Vidi
: “Oh iya saya juga senang bertemu dengan Anda. Silahkan duduk.”
Said
: “Jadi, langsung saja ke inti, langsung saja ke pembahasan kita. Bukubuku yang kami jual itu merupakan best seller dan sudah langka di Jakarta.
Buku-buku itu kami impor dari Inggris, jadi kualitasnya jauh.”
Vidi
: “Oh, begitu ya.”
Said
: “Untuk pengiriman, jika stoknya habis kami akan memesannya dan akan
datang dalam waktu 3 atau 4 minggu.”
Vidi
: “Wah, lama juga ya kalau 3 sampai 4 minggu.”
Said
: “Ya, namanya barang langka, sekarang kan lagi susah Bu.”
Vidi
: “Oh gitu ya.”
Said
: “Iya Bu.”
Vidi
: “Kalo misalnya yang ada sama yang gak ada saya tau dari mana ya?
Bapak bawa listnya gak Pak?”
Said
: “Bawa listnya sebentar, saya cek dulu ya.”
“Ini Bu listnya.”
Vidi
: “Liat dulu ya mas.”
Said
: “Ibu berencana mau menjual buku yang bagus-bagus kan?”
Vidi
: “Iya. Kok ini yang bagus-bagus malah gak ada ya?”
Said
: “Namanya juga best seller Bu, jadi cepet habis Bu.”
Vidi
: “Yah, namanya best seller mah harusnya ada stocknya dong mas.”
Said
: “Ya, mau gimana lagi Bu, namanya juga best seller. Minggu kemarin
kami sudah menstocknya mulai banyak, atpi minggu ini langsung terjual
habis oleh toko buku Fathur.”
Vidi
: “Oh, ya terus itu harganya berapa ya mas?”
Said
: “Untuk satu buku harganya Rp 150.000. Tapi kalau Ibu belinya di atas
10, Ibu dapat diskon deh Bu.”
Vidi
: “Oh iya dong pasti dapat diskon, saya kan belinya banyak mas.”
Karena urusannya sudah selesai, Adam pun memustuskan untuk bertemu dengan
Vidi. Adam pun langsung datang ke cafe dengan mobil. Setelah sampai Adam
langsung masuk ke cafe menemui Said dan Vidi.
Adam : “Selamat sore Bu Vidi.”
Vidi
: “Selamat sore Pak Adam.”
Said
: “Ini atasan saya, Bapak Adam. Silahkan duduk Pak.”
Adam : “Hmm maaf, ada keperluan tadi.”
Vidi
: “Iya gak apa-apa kok. Saya baru saja dikasih list stoknya sama Said. Itu
gimana, anaknya sudah sembuh?”
Adam : “Oh, lumayan baik lah semuanya. Lanjutkan saja, jadi rencananya Ibu
membeli berapa buku?”
Vidi
: “Saya rencananya mau beli 70 buku sih, terus kira-kira harganya berapa
ya?”
Adam : “Kalau harganya itu Rp 160.000 satu buku. Karena Ibu membeli banyak,
kami diskon jadi Rp 150.000.”
Vidi
: “Itu udah di diskon? Loh tadi kan harganya Rp 150.000 sama Mas Said.
Masa harganya sama sih Pak dengan sebelum didiskon?”
Adam : “Kamu ngasih harga ke Ibu ini Rp 150.000?” (Berbicara kepada Said).
Said
: “Oh sebentar ya, sebentar mas ya, saya cek dulu listnya.”
“Oh... Maaf Bu, Pak. Ini list yang sudah lama Bu. Kalo sekarang
harganya sedang naik karena Dollar sedang mahal-mahalnya. Sekarang
harganya Rp 180.000.”
Vidi
: “Rp 180.000?”
Said
: “Iya Bu.”
Vidi
: “Wah, mahal ya. Kalo begitu saya bisa rugi dong.”
Adam : “Kalo yang lain biasa jual Rp 200.000 per buku.”
Vidi
: “Terus itu saya juga nunggu ya?”
Adam : “Iya.”
Vidi
: “Oh ya, itu nunggunya sampai berapa lama?”
Adam : “Nunggunya 3-4 minggu.”
Vidi
: “Itu nggak bisa lebih cepat lagi?”
Adam : (Bertanya pada Said) “Gimana? Bisa cepat lagi gak?”
Said
: “Hmmm sebenarnya bisa lebih cepat lagi pakai DHL itu bisa 1-2 minggu
ditambah bea cukai mungkin harganya lebih mahal Bu. Jadi gimana Bu?”
Vidi
: “Kok jadi lebih mahal mas? Ada-ada aja orang saya nyari yang lebih
murah, masa Mas kasih yang mahal.”
Said
: “Wah, bisa saja kan Bu.”
Vidi
: “Ya udah deh saya minta 40 buku 99 Cahaya di langit Eropa, 20 buku
Insurgent, dan 15 buku Midnight Summer Dream. Itu jadi berapa ya?”
Adam : “Coba kamu itung dulu.” (Menyuruh Said).
Said
: “Sebentar ya Pak.”
“Sudah saya itung, 40 buku 99 Cahaya di langit Eropa 160.000 karena
kebetulan stoknya lagi ada. Kemudian, sekarang Insurgent itu adanya 15
stock bukunya cuma ada Rp 150.000. Jadi, untuk bisa 20, beli lagi.”
Vidi
: “Saya harus pesan lagi?”
Said
: “Iya, nah untuk 15 bukunya harganya Rp 150.000, karena Ibu mesen lagi
jadi Rp 200.000 dan satu lagi Midnight Summer Dream sudah abis jadi Ibu
harus memesan lagi dari sana jadi harganya Rp 200.000.”
Vidi
: “Lebih mahal ya, saya rugi dong jualnya.”
Adam : “Ya sudah deh karena awal agar jadi langganan saya diskon deh Rp
50.000 jadi Rp 11.450.000 deh Bu. Kalo Ibu mau nambah jadi 100 buku,
saya diskon lagi deh Bu.”
Vidi
: “Masa saya 75 aja baru mulai masa kok langsung 100.”
Said
: “Bisa saja kan Bu.”
Adam : “Yasudah tak apa Bu.”
Vidi
: “Jadi, saya harus bayar berapa ya?”
Said
: “Ibu bisa membayar 50% sekarang, 50%nya lagi nanti kalo stock
bukunya yang itu sudah sampai ke sini di tempat Ibu.”
Vidi
: “Itu datangnya pasti 3-4 minggu aja kan gak lebih?”
Said
: “Hmmm bisa lebih sih Bu, kan saya sudah bilang kalau berdasarkan bea
cukai karena sekarang Dollar naik jadi bea cukai agak susah Bu harus
menunggu. Paling bisa 2-3 hari setelah pengiriman.”
Vidi
: “2-3 hari atau 3-4 minggu?”
Said
: “Eh maksudnya 3-4 minggu.”
Vidi
: “Tapi, gak sampe seminggu kan?”
Adam : “Nggak lah Bu, ga sampe sehari. Kalo seminggu nanti saya kabari,
tenang aja.”
Vidi
: “Oh ya udah, saya bisa mengambil bukunya di mana nanti?”
Adam : “Hmmm Ibu bisa mengambil bukunya di kantor saya. Saya kasih
alamatnya.”
Vidi
: “Ya udah nanti saya lakukan pembayarannya, saya tunggu bukunya juga
ya. Ya udah, terima kasih Pak. senang bekerjasama dengan Anda.”
Adam dan Said: Iya Bu.
Mereka pun pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka senang karena sudah
berbisnis. Vidi senang karena buku tersebut akan dijual lagi dan mendapatkan
keuntungan. Adam dan Said juga senang karena mendapatkan keuntungan juga.
Kelompok 9
Negosiasi Jual Beli Gitar
Maghfira Azzania sebagai penjual yang bernama Natasha
M. Azmi Rabbani Suryo sebagai pembeli yang bernama Arvin
Ricky Rialdi Chandra sebagai pembeli yang bernama Revy
Suatu hari, ada dua gitaris yang ingin membeli gitar baru. Mereka sedang mencari
gitar yang memiliki kualitas bagus dan harga yang terjangkau. Mereka pun
mengunjungi sebuah toko musik dengan kualitas alat musik yang baik dan harga
terjangkau. Toko musik itu dimiliki oleh seorang perempuan bernama Natasha.
Toko Natasha sudah dikenal dengan alat-alat gitar, dengan kualitas baik seperti
gitar dan aksesorisnya. Kebetulan sekali, toko Natasha baru mndapatkan gitar
baru untuk di jual.
Natasha
: “Selamat datang di toko musik kami. Ada yang bisa saya bantu?”
Arvin
: “Iya mba, permisi.”
Natasha
: “Mau cari apa ya, mas? gitar? Senar? Buku musik juga ada.”
Revy
: “Oh ya, kita mau cari-cari gitar nih mba. Kira-kira merk yang
bagus apa ya, mba?”
Natasha
: “Oh ya, ada merek terbaru. Mau saya ambilkan?”
Revy
: “Oh ya mba, boleh.”
Natasha
: “Silahkan, boleh dilihat-lihat dulu.” (Memberikan gitarnya kepada
Revy).
Revy
: “Oh ya, diliat-liat dulu ya mba.”
Arvin
: “Oh ya mba, kalau aksesoris atau bonus-bonus lainnya dapat gak
mba kalau beli ini?”
Natasha
: “Karena ini merek terbaru, jadi tidak dapat. Hanya dapat gitarnya
saja.”
Arvin
: “Oh, gitu ya mba.”
Revy
: “Oh ya Vin, bagus nih gitarnya.”
“Jadi ini harganya berapa ya mba?”
Natasha
: “Karena itu jenis akustik, jadi kenanya 1,2.”
Revy
: “Wah mahal banget mba.”
Arvin
: “Iya mahal banget. Bisa turun dikit gak mba?”
Natasha
: “Bisa, mau berapa?”
Revy
: “Rp 1.000.000 bisa gak mba?”
Natasha
: “Yah, kejauhan mas.”
Arvin
: “Iya jauh banget Rp 1.000.000. Ya kali.”
“Rp 900.000 bisa gak mba?”
Natasha
: “Di pasaran aja Cuma Rp 1.450.000.”
Revy
: “Hmmm gitu ya mba. Kalo misalkan turun dikit, boleh gak mba?
Rp 1.200.000 bisa nggak?”
Natasha
: “Oh coba saya hitung dulu ya.”
Revy
: “Oh iya.”
Natasha
: “Yah, gak bisa mas. bisaya Rp 1.400.000 lah.”
Revy
: “Ya udah, tunggu sebentar ya mba.”
Revy berunding dengan Arvin
Revy
: “Jadi gimana Vin?”
Arvin
: “Gitarnya sih bagus, tapi harganya ga terjangkau gitu lah.”
Revy
: “Gue adanya Rp 1.300.000.”
Arvin
: “Ya udah coba tawar aja.”
Natasha
: “Gimana mas?”
Revy
: “Ya udah deh mba, harga mati Rp 1.300.000 mau gak?”
Natasha
: “Coba saya hitung dulu ya.”
“Boleh deh mas.”
Arvin
: “Nah gitu dong mba.”
Natasha
: “Mau kes atau kredit?”
Revy
: “kes aja. ini mba uangnya.”
Natasha
: “Saya hitung dulu ya.”
Revy
: “Iya.”
Natasha
: “Yah mas, uangnya kurang.”
Arvin
: “Ah, lu gimana sih udah nawar.”
Revy
: “Yah, sorry Vin. Kurang berapa ya mba?”
Natasha
: “Rp 200.000. Gimana sih mas? jadi apa nggak?”
Arvin
: “Oh ya, bentar ya mba. Saya ada kok mba.”
“Yah Vin, uang gue kurang gocap nih.”
Revy
: “Lu gimana sih.”
Natasha
: “Ya Allah mas, jadi apa nggak nih?”
Arvin
: “Nggak mba, saya bercanda kok. Nih uangnya.”
Natasha
: “Jadi uangnya pas ya mas.”
Revy
: “Iya.”
Natasha
: “Ada bonusnya, sebentar saya ambilkan dulu.”
Revy
: “Oh ada bonusnya ya mba.”
Natasha
: “Ini kwitansinya. Silahkan tanda tangan.”
“Diambil aja (memberikan bonnya). Ini gitarnya, terima kasih
ya.”
Revy
: “Makasih ya mba.”
Arvin dan Revy pun telah mendapatkan gitar baru yang mereka beli di toko musik
milik Natasha dengan gitar berkualitas baik dan harganya terjangkau walau harus
melakukan negosiasi terlebih dahulu. Kini gitar Natasha sudah terjual dan Revy
serta Arvin telah mempunyai gitar baru. Mereka mendapat keuntungan masingmasing. Negosiasi mereka berhasil untuk membeli gitar tersebut.
Kelompok 10
Negosiasi Jual Beli Parfum
Amin Nur Ambarwati sebagai pembeli
Firdha Utami sebagai pembeli
M. Azmi Rabbani sebagai penjual dan pemilik toko.
Suatu hari, Firdha pengusaha kaya ingin membeli parfum impor dari berbagai
negara-negara terkenal. Firdha juga sangat suka dengan mengoleksi parfumparfum dari berbagai negara. Dengan keinginannya itu, iamendatangi sebuah
perusahaan parfum yang diimpor langsung dari berbagai negara.
Azmi : “Selamat pagi. Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?”
Firdha : “Pak, saya ingin membeli parfum yang langsung diimpor dari paris.
Apakah ada?”
Azmi : “Oh iya ada. Mari saya antar untuk memilih parfum yang Ibu cari.”
Firdha : “Baiklah.”
Firdha dan Azmi menuju ke tempat parfum yang diimpor dari Negara Perancis.
Azmi : “Ini merupakan parfum yang terkenal di Negara Perancis. Parfum ini juga
banyak digunakan oleh artis-artis terkenal diberbagai negara. Wanginya
sangat begitu sedap, Bu.”
Firdha : “Boleh saya mencium aromanya?”
Azmi : “Iya, Bu silahkan.”
Firdha : “Hmm, wanginya sama seperti parfum saya yang dari Singapura kemarin
ya.”
“Apa bapak ada persediaan yang lain?”
Azmi : “Oh ada, Bu. Sebentar ya saya cari.”
Firdha : “Iya.”
Pelayan toko mencari parfum yang lain. Namun, saat menemukannya parfum itu
sudah ingin dibeli oleh pelanggan lainnya.
Amin : “Permisi Pak, maaf. Saya mau nanya, berapa harga parfum ini?
Wanginya sangat segar sekali.”
Azmi : “Oh itu harganya Rp 180.000, Bu.”
Amin : “Wah, apakah bisa kurang Pak seharga Rp 130.000?”
Azmi : “Wah tidak bisa itu, Bu. itu udah murah Bu.”
Amin : “Hmm bagaimana jika Rp 150.000? Bisa kan, Pak?”
Azmi : “Hmm yaudah nanti coba saya bicarakan dahulu kepada pemilik toko ini
ya, Bu.”
Amin : “Baik.”
Tiba-tiba tak lama datang Firdha untuk menanyakan kepada pelayan toko.
Firdha : “Hmmm gimana, Pak? Ada gak parfum dari Parisnya?”
Azmi : “Oh iya. Maaf Bu, saya sudah menemukannya namun parfumnya tinggal
satu dan sudah ingin dibeli oleh Ibu ini.”
Firdha : “Tapi tidak bisa Pak, saya kan sudah memesannya duluan.”
“Maaf Ibu, saya boleh cium aromanya ga?”
Amin : “Oh silahkan.”
Firdha : “Hmmm wanginya segar. Ini harganya berapa Pak?”
Amin : “Maaf Bu, ini parfum sudah saya beli seharga Rp 150.000. jadi sebaiknya
Ibu membeli parfum yang lainnya saja.”
Azmi : “Maaf Bu, mari saya tunjukkan parfum dari Italia.”
Firdha : “Oh tidak bisa begitu dong Pak, saya kan sudah memesannya duluan dan
saya ingin membayarnya Rp 200.000, tidak seperti Ibu ini yang membayar
hanya Rp 150.000.”
Amin : “Tidak bisa begitu dong, Bu. Saya sudah menawarnya Rp 150.000 dari
harga aslinya. Jadi, saya sudah mendapatkannya terlebih dahulu.”
Firdha : “Memang berapa harga aslinya Pak?”
Azmi : “Harga aslinya Rp 180.000.”
Firdha : “Baik, saya akan membelinya dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp
200.000.”
Azmi : “Aduh Bu, tapi...”
Amin : “Tidak bisa seperti itu dong Bu. Ibu boleh membayar dengan harga yang
tinggi, tapi saya telah mendapatkannya duluan.”
Firdha : “Terus gimana Pak?”
Tanpa disadari, Azmi meninggalkan kedua pelanggannya untuk menemui pemilik
toko. Tak lama pemilik toko datang dan menghampiri mereka
Pemilik Toko : “Maaf Ibu-ibu, ada apa sampai ribut-ribut seperti ini?”
Amin
: “Oh Bapak pemilik toko ini? Saya ingin membeli parfum ini, tapi
Ibu ini juga ingin membeli parfumnya, sedangkan parfumnya
hanya tinggal satu.”
Pemilik Toko : “Maaf ya Bu, parfum ini memang banyak yang mecari. Tapi,
kalau saya boleh tahu siapa yang lebih dulu mendapatkannya?”
Amin
: “Saya Pak.”
Firdha
: “Tapi saya memesannya lebih dulu Pak, dan saya ingin membayar
lebih dari harga aslinya.”
Pemilik Toko : “Oke, jadi itu permasalahannya. Baik, saya akan menaikkan
harganya sebesar Rp 300.000. Apakah ada yang tertarik?”
Amin
: “Tidak bisa seperti itu dong, Pak. Bapak bisa saja memberi harga
yang segitu besarnya, tapi saya?”
Pemilik Toko : “Maaf Bu, harga yang ditetapkan bisa saja saya ubah dengan
kehendak saya. Jika Ibu keberatan, sebaiknya Ibu mengambil
parfum yang lainnya saja, seharga Rp 150.000.”
Firdha
: “Baik, saya tidak akan keberatan mengambilnya dengan harga Rp
300.000.”
Amin
: “Baiklah, saya akan membeli parfum yang ini saja (mengambbil
parfum yang lain).”
“Tapi lan kali jangan mengambil harga seenaknya saja dong,
Pak.”
Pemilik Toko : “Iya Bu. Saya minta maaf, karena ini cara satu-satunya agar tidak
terjadi keributan di toko ini.”
Amin
: “Saya mengerti kok Pak.”
Pemilik Toko : “Oke, ini parfumnya Bu.” (Memberikan kepada Firdha).
Firdha
: “Iya. Makasih ya Pak.”
“Maaf ya Ibu.”
Amin
: “Iya, tidak apa-apa.”
Akhirnya Firdha mendapatkan parfum yang dicarinya dengan harga yang lebih
tinggi dari biasanya, sebesar Rp 300.000.
Kelompok 11
Negosiasi Jual Beli Furniture
Aisy Afiya sebagai Bu Anita
Abdul Ghaffar. S sebagai Gani
Ozananda F. A. Sebagai Pak Andi
Pada suatu hari, Bu Anita mendapat musibah kehilangan anak satu-satunya
meninggal dunia karena terkena demam berdarah. Anaknya mempunyai barangbarang banyak sekali dan masih bagus karena baru dibeli. Terlintas dipikiran Bu
Anita untuk membuka toko furniture, Bu Anita langsung mempromosikannya
lewat internet dan menyerahkan kepada Pak Andi untuk mengurus jika ada yang
berminat.
Gani
: (Mengetuk pintu).
Pak Andi
: “Silahkan Pak, pintu tidak saya kunci.”
Gani
: “Siang Pak.”
Pak Andi
: “Oh ya, siang. Ada perlu apa, Pak?”
Gani
: “Saya lihat di internet, ini rumah yang menjual furnitur itu ya?”
Pak Andi
: “Oh ya Pak, benar.”
Gani
: “Oh ya, bisa saya lihat barang-barangnya?”
Pak Andi
: “Iya, sini.”
Gani
: “Ini ya?” (Menunjuk salah satu meja).
“Ini kira-kira semuanya berapa?”
Pak Andi
: “Kata Ibunya sih Rp 3.250.000.”
Gani
: “Hah yang bener tuh? Gak kemahalan tuh? Ah kemahalan itu
mah...”
Pak Andi
: “Saya sih gak tau Pak, kata Ibunya sih gitu.”
Gani
: “Rp 2.500.000 aja lah, diusahakan dulu.”
Pak Andi
: “Hmmm sebentar saya tanya Ibunya dulu ya Pak.”
Gani
: “Iya.”
Pak Andi segera menghampiri Ibu Anita untuk menginformasikan harga yang
telah Gani tawar untuk barang-barang furniturenya.
Pak Andi
: “Ibu, ada yang mau beli barangnya tuh.”
Bu Anita
: “Bagus, suruh tunggu sekarang.”
Pak Andi
: “Tapi dia minta turunin harga.”
Bu Anita
: “Yah saya kira sudah sepakat sama harganya. Gini aja deh, saya
bisa turunkan harga Rp 2.900.000.”
Pak Andi
: “Yah tapi dia maunya 2.500.000.”
Bu Anita
: “Suruh cari di toko lain aja deh, saya sudah kasih murah banget.”
Pak Andi
: “Hmmm saya coba tanyakan Bapaknya dulu deh.”
Setelah meminta konfirmasi kepada Bu Anita, Pak Andi menghampiri Gani untuk
menginformasikan harga yang bisa Bu Anita berikan untuk barang-barang
furniturenya setelah melakukan penawaran.
Pak Andi
: “Pak, kata Ibunya boleh ditawar Rp 2.900.000.”
Gani
: “Hah Rp 2.900.000? Gak boleh Rp 2.700.000?”
Pak Andi
: “Katanya sih gitu, nggak boleh.”
Gani
: “Ya udah deh gak apa-apa Rp 2.900.000.”
Pak Andi
: “Bapak mau nanya Ibunya dulu?”
Gani
: “Ya udah boleh.”
Setelah menyepakati harga tersebut, mereka ke ruangan Bu Anita untuk
menyepakati secara resmi.
Pak Andi
: “Bu ini ada yang mau beli furniturnya tadi.”
Gani
: “Iya Bu, saya Gani. Saya ingin membeli furnitur yang tadi.”
Bu Anita
: “Sudah setuju dengan harganya Pak?”
Gani
: “Sudah, Rp 2.900.000 kan?”
Bu Anita
: “Iya, kalau gitu nanti Bapak tanda tangan di sini, terus nanti tulis
alamat Bapak. Selama dua hari ke depan mungkin barangnya akan
diantar. Tapi barangnya akan diantar kalau bapak sudah bayar DP
uangnya.”
Gani
: “Oh ya, saya bawa kok Bu uangnya.” (Memberikan sejumlah
uang kepada Bu Anita).
Bu Anita
: “Sisanya Rp 2.000.000 ya Pak. Nanti Bapak bisa melunasi pas
barangnya sudah sampai.”
Gani
: “Oh iya.”
Bu Anita
: “Terima kasih Pak atas kerjasamanya. Senang bekerja sama
dengan Bapak.”
Pak Andi
: “Saya mau mengantar Bapak ini keluar Bu.”
Bu Anita
: “Iya.”
Gani
: “Mari Bu.”
Bu Anita
: “Iya Pak.”
Setelah lima hari ditunggu, barang akhirnya sampai di rumah Pak Gani. Saat
anaknya pulang sekolah dan melihatnya, ia sangat senang karena barang-barang
dikamarnya sekarang sangat bagus dan unik sehingga ia tidak bosan belajar dan
bermain di kamar. Ia tidak lagi meminta ditemani tidurnya karena ia sudah merasa
terhibur dengan barang-barang bertokoh kartun yang ia sukai di kamarnya. Pak
Gani pun merasa senang karena anaknya sangat menyukai furniture-furniture yang
telah ia beli. Walaupun second, tetapi kualitasnya masih sangat bagus dan sangat
disukai.
Kelompok 12
Negosiasi Jual Beli Handphone
Anindia Alhumaira sebagai pembeli
Febryana Rizki Amalia sebagai negosiator
Iswara Dendy Arta sebagai penjual
Di sekolah saat sedang istirahat, Nindy dan Febry pergi ke kantin sambil
memainkan hadphonenya, Febri mendengarkan dan merespon pembicaraannya
dengan Nindy.
Nindy : Wah, handphone baru tuh.
Febry : “Iya nih, kenapa? Mumpung lagi promo.”
Nindy : “Oh promo? Beli dimana? Mau tuh, gue juga pengen beli hp baru nih.”
Febry : “Beli di toko elektronik langganan gue. Kenapa? Mau dianterin?”
Nindy : “Boleh deh ayo. Tapi nanti abis pulang sekolah ya.”
Febry : “Oke deh.”
Sepulang sekolah, Nindy dan Febry sudah siap untuk pergi ke toko elektronik
tersebut. Sesampainya di sana, Nindy dan Febry sedang melihat-lihat berbagai
macam handphone yang dalam masa promo.
Iswara : “Permisi, mba. Ada yang bisa saya bantu?”
Febry : “Ini mas teman saya katanya dia pengen beli handphone promo kaya
saya. Masih ada nggak?”
Nindy : “Iya mas, yang mana aja yang masih promo?”
Iswara : “Yang ada di meja ini saja, mba.”
Febry : “Yang ini kan handphone promo yang aku beli kemarin. Kamu mau beli
yang ini gak?”
Nindy : “Wah boleh nih bagus. Ini harganya berapa mas?”
Iswara : “Itu harganya Rp 1.900.000.”
Febry : “Wah mahal banget mas, kemarin saya beli Rp 1.600.000.”
Iswara : “Pasti KW. Ini udah asli mba. Yang lain mah pasti second atau nggak
KW-Kwan.”
Nindy : “Yah, kurangin lah mas, Rp 1.600.000 deh.”
Iswara : “Wah, nggak bisa mba. Rp 1.600.000 yang ini nih yang second dan KW
lagi.”
Febry : “Yah, terus gimana dong mas? Kalau Rp 1. 650.000 gimana, mau
nggak?”
Iswara : “Yah, saya rugi dong mba.”
Nindy : “Yah, gini aja deh Rp 1.730.000, gimana?”
Iswara : “Naik dikit lah.”
Febry : “Hmm kalau Rp 1.780.000 gimana mau gak mas?”
Iswara : “Nggak bisa mba.”
Febry : “Yah terus berapa dong mas? Rp 1.800.000?”
Iswara : “Mba maunya berapa?”
Nindy : “Yang tadi itu aja Rp 1.780.000.”
Febry : “Iya, Rp 1.780.000 aja. Kalo Rp 1.900.000 kemahalan mas.”
Iswara : “Yaudah deh.”
Febry : “Makasih ya mas.”
Nnidy : “Oh ya mas, ini uangnya. Makasih ya mas.”
Akhirnya, Nindy mendapatkan handphone yang ia inginkan dengan harga promo
dibantu oleh Febry dengan tawar menawar yang sengit.
BIODATA PENULIS
Ayu Annisa dilahirkan pada 2 Mei 1992 di
Tangerang. Anak pertama dari pasangan Syamsul
Bachri dan Ainah. Putri pertama dari empat
bersaudara ini memulai pendidikannya di Taman
Kanak-Kanak Al Hidayah. Selanjutnya pernah duduk
di bangku Sekolah Dasar Al Mubarak, Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang, Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Tangerang, dan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010. Sejak kecil
penulis gemar sekali menulis, membaca novel dan bermain bulu tangkis. Penulis
ingin sekali bercita-cita menjadi seorang pendidik sejak kecil. Bahkan, penulis
pernah membuat perpustakaan kecil saat kelas 5 SD bersama temannya. Moto
hidup penulis yaitu “Penggerak hidup seseorang adalah diri sendiri. Membiasakan
diri untuk terus hidup dengan rajin, karena orang yang pintar pun akan kalah
dengan orang yang rajin.”
Download