HUBUNGAN DISIPLIN GURU TERHADAP

advertisement
HUBUNGAN DISIPLIN GURU TERHADAP
PRILAKU KEBERAGAMAAN SISWA MENURUT PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
YUSUP ABDUL AZIZ
NIM: 205011000318
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/ 1432 H
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Yusup Abdul Aziz
Tempat/ Tgl. Lahir
: Lebak/ 20 Juli 1986
Nim
: 205011000318
Jurusan/ Prodi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi
: Hubungan Disiplin Guru Terhadap Prilaku Keberagamaan
Siswa Menurut Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
(Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).
Dosen Pembimbing
: Dr. Khalimi. MA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar
hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Jakarta, 15 Maret 2011
Penulis
Yusup Abdul Aziz
NIM. 205011000318
ABSTARK
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa salah satu faktor
penunjang hasil prestasi pendidikan agama Islam di sekolah terutama khususnya
di SMP adalah kedisiplinan guru dimana guru adalah orang yang dijadikan teladan
bagi anak didiknya ketika di Sekolah, namun ada pertanyaan sederhana apakah
disiplin guru itu sangat berpengaruh terhadap keberagamaan siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat disiplin guru dan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara disiplin
guru terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Islam YKS
Depok
Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan masalah dan agar penelitian ini
bisa terarah dengan baik, maka dalam hal ini penulis menggunakan kombinasi
pendekatan, yaitu pendekatan kuantitaf, dan dilengkapi dengan kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif Penelitian deskriptif dilakukan dengan menuturkan dan menafsirkan
data yang berkenaan dengan disiplin guru dalam hal KBM, juga fakta, keadaan,
dengan mengacu kepada kerangka pikir.
Dari perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa koefisien
determinasinya sebesar 5,76 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel X
(Kedisiplinan Guru) mempengaruhi atau memberikan kontribusi kepada avariabel
Y (Prestasi Belajar Pendidikan agama Islam Siswa) sebesar 5,76 %. Adapun
sisanya adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
pendidikan agama Islam siswa dan tidak diteliti oleh penulis
Berdasarkan hasil perhitungan yang menguji pengaruh disiplin guru
terhadap prestasi belajar PAI siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat di
ketahui pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel sebesar 0,433 sedangkan
pada taraf signifikan 1 % diperoleh “r” tabel sebesar 0,549. Ternyata rxy atau ro
yang besarnya 0,24 jumlahnya lebih kecil dari pada “r” tabel yang besarnya 0,433
dan 0,549. Maka dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) ditolak. Walaupun
hipotesa alternatif ditolak namun melalui analisa determinasi kedisiplinan seorang
guru masih mempunyai kontribusi terhadap prestasi belajar pendidikan agama
Islam siswa sebesar 5,76 %.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN DISIPLIN GURU
TERHADAP
PRILAKU
KEBERAGAMAAN
SISWA
MENURUT
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Studi Kasus di
SMP Islam YKS Depok).
Sholawat beserta salam semoga Allah SWT. curah limpahkan kepada
Baginda Rasul Muhammad SAW., keluarga, sahabat it’bauutabiin serta sampai
kepada kita semua selaku umatnya. Amiin.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi kesulitan dan
hambatan namun, berkat bimbingan dan dukungan dari semua pihak penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini sehingga selesai pada waktunya, khusunya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan FITK sekaligus Dosen
Seminar Skripsi
2. Bapak Bahrisalim, M. Ag selaku Kajur Pendidikan Agama Islam
3. Bapak Drs. Safiuddin Shidiq, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan PAI
4. Bapak Dr. Khalimi. MA selaku Pembimbing Skripsi
5. Bapak. Firdaus H. M, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok
yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat
melaksanakan penelitian ini.
6. Bapak Marto S.Pd I selaku Urusan Kurikulum SMP Islam YKS Depok yang
banyak membantu dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan selama
penulis dalam penelitian.
7. Bapak Gopur S.Ag Selaku guru yang selalu memberikan dorongan
ii
8. Almarhum ayah tercinta kami yang telah memberi kasih sayangnya dan
ibunda yang selalu dan tak henti-hentinya mendoakan kami, sehingga kami
bisa hidup mandiri dan terima kasih atas segala sesuatu yang telah diberikan
berupa bentuk materilnya.
9. Rasa sayang kepada istriku yang membantu dan sabar menanti untuk
menyeleseikan skripsi ini, atas motivasi dan suportnya.
10. Seluruh kawan-kawan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis sehingga penulis bisa menyeleseikan skripsi ini.
11. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang
tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyeleseikan skripsi.
Sebagai manusia dhoif, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik konstruktif kepada semua pihak demi perbaikan dimasa yang akan
datang.
Harapan terbesar penulis adalah semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi
siapa pun khususnya bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dan Keluarga Besar SMP Islam YKS
Depok, sehingga dapat menjadi shodaqotun jaariyah yang penulis dedikasikan
teruntuk Ayah Bunda dan Guru-guru penulis. Aamiin.
“Membiasakan menjadi disiplin di mulai dari hal-hal yang terkecil"
"Jadilah pribadi Disiplin maka anda akan menjadi pribadi yang kuat”
Jakarta, 15 Maret 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HAL
LEMBAR SAMPUL ............................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Identifikasi Maslah ...............................................................
5
C. Pembatasan Masalah ............................................................
6
D. Perumusan Masalah .............................................................
6
E. Tujuan Penelitian .................................................................
6
F. Kegunaan Hasil Penelitian...................................................
7
G. Sistematika Penulisan...........................................................
7
BAB II KAJIAN TEORI .....................................................................
8
A. Disiplin Guru .....................................................................
8
1. Pengertian Disiplin .........................................................
8
2. Pengertian Guru ..............................................................
11
3. Tugas dan Fungsi Guru ...................................................
13
4. Kode Etik Guru ...............................................................
17
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Guru .........
19
B. Prilaku Keberagamaan Siswa ...........................................
20
1. Pengertian Prilaku Keberagamaan Siswa .......................
20
iv
HAL
2. Ruang Lingkup Prilaku Keberagamaan ..........................
22
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prilaku Keberagamaan ....................................................
27
C. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ......................
28
1. Prestasi Belajar ................................................................
28
1.1. Pengertian Prestasi ...................................................
28
1.2. Pengertian Belajar ....................................................
28
1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar .........................................................
29
2. Pendidikan Agama Islam ................................................
30
2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................
30
2.2. Dasar-Dasar Pelaksanaan PAI..................................
32
2.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam .............................
33
D. Kerangka Konseptual .......................................................
35
E. Hipotesis Penelitian ...........................................................
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................
38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
38
B. Metode Penelitian ..............................................................
38
C. Variabel Penelitian .............................................................
38
D. Populasi dan Sampel ...........................................................
39
E. Instrumen Penelitian .........................................................
39
F. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
42
G. Teknik Analisa Data ..........................................................
44
H. Hipotesa Statistik ...............................................................
47
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................
48
A. Gambaran Umum Sekolah ................................................
48
1. Sejarah Berdirinya SMP Islam YKS Depok ....................
48
2. Profil Sekolah SMP Islam YKS Depok ...........................
49
v
HAL
3. Letak Geografis SMP Islam YKS Depok .......................
50
4. Visi Misi SMP Islam YKS Depok ...................................
51
5. Sarana dan Prasarana SMP Islam YKS Depok ...............
51
6. Keadaan Guru dan Siswa SMP Islam YKS Depok .........
52
7. Struktur Organisasi SMP Islam YKS Depok ..................
53
B. Deskripsi Data ....................................................................
53
1. Hasil Pernyataan Disiplin Guru .......................................
54
2. Hasil Pernyataan Prilaku Keagamaan Siswa dalam
Perspektif Prestasi Belajar PAI ......................................
66
a. Aspek Kognitf ..............................................................
66
b. Aspek Afektif ..............................................................
67
c. Aspek Psikomotorik .....................................................
75
C. Analisis Data .......................................................................
76
D. Interpretasi Data ................................................................
79
BAB V PENUTUP ................................................................................
81
A. Kesimpulan ...........................................................................
81
B. Saran .....................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
HAL
Tabel. 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Angket ...................................................
40
Tabel. 4.1 Kondisi Sarana .....................................................................
51
Tabel. 4. 2 Keadaan Guru ......................................................................
52
Tabel. 4. 3 Guru anda datang tepat waktu ketika mengajar ..................
54
Tabel. 4. 4 Guru anda sering terlambat ketika waktu mengajar ...........
54
Tabel. 4. 5 Para guru jarang hadir ketika upacara bendera ....................
55
Tabel. 4. 6 Guru anda ketika jama pelajaran berlangsung
mendadak pulang ..................................................................
55
Tabel. 4. 7 Guru anda bila berhalangan hadir memberitahukan
Terlebih dahulu ...................................................................
56
Tabel. 4. 8 Guru anda tiba-tiba tidak masuk ke sekolah tanpa
ada keterangan ......................................................................
56
Tabel. 4. 9 Guru anda keluar kelas pada pertengahan jam
pelajaran berlangsung ...........................................................
57
Tabel. 4. 10 Guru anda mengurangi jam pelajaran
Di waktu belajar ....................................................................
57
Tabel. 4. 11 Ketika guru anda memberikan tugas,
Tugas anda dikoreksi ............................................................
58
Tabel. 4. 12 Guru anda ketika KBM tidur dikelas ..................................
58
Tabel. 4. 13 Guru anda ketika KBM memberikan tugas belebihan .......
59
Tabel. 4. 14 Sebelum KBM berlangsung guru memeriksa
Daftar hadir siswa ................................................................
59
Tabel. 4. 15 Guru anda memberi evaluasi sesudah mengajar ................
60
Tabel. 4. 16 Dalam proses KBM guru anda sering menegor
Anda ketika berisik dikelas ...................................................
60
Tabel. 4. 17 Guru objektif dalam memberikan
nilai terhadap siswa ..............................................................
61
Tabel. 4. 18 Guru anada mengulang penjelasannya
ketika siswa ada yang belum mengerti .................................
vii
61
HAL
Tabel. 4. 19 Guru anda memperhatikan dan
Mendengarkan pendapat siswa ..........................................
62
Tabel. 4. 20 Untuk terciptanya hubungan yang baik antara guru dan
Siswa, guru memberikan teladan terhadap
tingkah laku siswa yang ....................................................
62
Tabel 4. 21 Guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar .......................................
63
Tabel. 4. 22 Guru anda memberi motivasi kepada
siswa agar berprestasi .........................................................
63
Tabel. 4. 23 Untuk membantu mengungkapkan pikiran dan perasaan
siswa, guru mendiskusikan bersama pendapat siswa .........
63
Tabel. 4. 24 Dalam KBM guru anda tidak memberikan kesempatan
untuk memberikan pendapat siswa ......................................
64
Tabel. 4. 25 Guru anda mengajar dengan tidak semangat .....................
64
Tabel. 4. 26 Guru anda membaca majalah sewaktu mengajar ................
65
Tabel. 4. 27 Guru anda jarang hadir ketika jam mengajar ......................
65
Tabel. 4. 28 Nilai Rata-Rata (mean) PAI Aspek Kognitif ......................
66
Tabel. 4. 29 Saya suka membaca al-Qur’an ............................................
67
Tabel. 4. 30 Pada Bulan Ramdhan saya enggan membaca al-Qur’an
karena cape dan ngantuk ......................................................
67
Tabel. 4. 31 Setiap selesai shalat wajib saya menyempatkan untuk
membaca al-Qur’an ..............................................................
68
Tabel. 4. 32 Dalam setiap tahunnya saya mengkhatamkan al-Quran
minimal satu khataman .......................................................
69
Tabel. 4. 33 Saya bangga mempunyai harta yang melimpah,
sehingga saya dapat bersenang-senang ...............................
69
Tabel. 4. 34 Ketik saya sibuk berjualan, adzan telah berkumandang,
saya bersiap-siap melaksankan shalat. ................................
70
Tabel. 4. 35 Saya berputus asa ketika mendapatkan musibah ...............
70
Tabel. 4. 36 Saya gelisah apabila tidak mendapat nilai yang bagus .......
71
viii
HAL
Tabel. 4. 37 Saya selalu membutuhkan orang lain,
tetapi tidak tergantung dengan orang lain ...........................
71
Tabel. 4. 38 Saya berintrospeksi diri, apabila melakukan kesalahan ......
72
Tabel. 4. 39 Saya menghasud antara satu teman
dengan yang lainnya ............................................................
72
Tabel. 4. 40 Saya menceritakan aib orang lain karena yang saya
ceritakan benar adanya ........................................................
73
Tabel. 4. 41 Dalam setiap tahunnya saya melakukan
puasa Ramdahan .................................................................
73
Tabel. 4. 42 Saya enggan melaksanakan puasa Ramadhan ....................
74
Tabel. 4. 43 Saya berzakat fitrah untuk membersihkan diri
dari sifat kikir dan akhlak yang tercela ................................
74
Tabel. 4. 44 Nilai Rata-Rata (Mean) Prestasi Belajar PAI
Aspek Psikomotorik .............................................................
75
Tabel. 4. 45 Skor Kedisiplinan Guru .....................................................
76
Tabel. 4. 46 Skor Prilaku Keberagamaan Siswa menurut
Prestasi Belajar PAI ............................................................
77
Tabel. 4. 47 Tabel Perhitungan Angka Indeks Korelasi antara
Disiplin Guru (X) dan Prilaku Keberagamaan Siswa
Menurut Prestasi Belajar PAI (Y) ......................................
ix
78
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Referensi
2. Surat Keterangan Uji Referensi
3. Struktur SMP Islam YKS Depok Tahun Pelajaran 2009/ 2010
4. Struktur Komite Sekolah SMP Islam YKS Depok
5. Struktur Osis SMP Islam YKS Depok Tahun Pelajaran 2009/ 2010
6. Denah Sekolah SMP Islam YKS Depok (Bawah dan Lantai II)
7. Jadwal Pelajaran SMP Islam YKS Depok
8. Pembagian Tugas mengajar, kelas dan jumlah jam mengajar
9. Berita Wawancara Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok
10. Berita Wawancara Guru Agama Islam SMP Islam YKS Depok
11. Surat Keterangan melakukan penelitian di Sekolah SMP Islam YKS
Depok
12. Angket Untuk Guru dan Siswa SMP Islam YKS Depok
13. Kunci Jawaban Instrumen Angket SMP Islam YKS Depok
14. Tabel Skala Likert Disiplin Guru
15. Tabel Skala Likert Prestasi Belajar PAI; Afektif
16. Tabel Hasil Kognitif True-False
17. Tabel Hasil Matriks Psikomotorik
18. Tabel Distribusi Frekuensi Disiplin Guru
19. Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar PAI
20. Surat Pengajuan Judul Skripsi
21. Surat Bimbingan Skripsi Pertama
22. Surat Bimbingan Skripsi Kedua
23. Surat Permohonan Penelitian
24. Surat Permohonan Izin Obsevasi
25. Surat Permohonan Riset/ Wawancara
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Bab II Pasal 6 menyatakan1:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Dari Undang-Undang diatas jelas bahwa guru mempunyai tanggung
jawab secara profesional dalam profesinya sehingga guru sangat bertanggung
jawab dalam keberhasilan peserta didik.
Sebuah kejadian ditemukan di sebuah sekolah PN Timah yang
berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi
pagar besi tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi
pendidikan di Kampung Belitong dari cerita Laskar Pelangi yang menggugah
para sastrawan dan masyarakat, dari kejadian di Belitong tersebut
bertentangan dengan undang-undang dimana para murid yang difasilitasi guru
yang profesional dan sarana prasarana yang lengkap telah kalah dalam lomba
1
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 4
1
2
cerdas cermat antar sekolah yaitu dengan sekolah SD Muhamadiyah yang
keadaannya jauh lebih ataupun sangat kurang dalam fasilitasi belajar
mengajar, tetapi sekolah SD Muhamadiyah menang dalam lomba cerdas
cermat tersebut2. Hal ini membuktikan bahwa guru yang profesional belum
menjadikan peserta didik berprestasi tetapi guru yang biasa menjadikan
peserta didik yang luar biasa.
Menurut Hamzah B. Uno menyatakan dalam bukunya Profesi
Kependidikan bahwa “Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar yang dapat ditunjukan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila
seseorang ingin menjadi guru yang profesional maka sudah seharusnya ia
selalu dapat meningkatkan wawasan pengetahuan akademis”3.
Begitu juga dalam UU RI No. 14 tentang Guru dan Dosen bahwa
Seorang guru harus mempunyai beberapa kompetensi yaitu sebagai berikut:
“Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional”4.
Adapun guru yang profesional disini adalah guru yang mampu
menjalankan kewajiban dan tanggumg jawabnya, dan guru yang bisa disiplin
dan dapat mendisplinkan peserta didik. Bagaimana peserta didik dapat
berdisiplin kalau guru tidak berdisiplin karena pada dasarnya guru
mempunyai pengaruh terhadap perubahan prilaku peserta didik5.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi
peserta didik, dimana guru adalah representasi dari sekelompok orang pada
suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan,
yang dapat digugu dan ditiru6.
2
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), h. 35 dan 363-384
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan eformasi
Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. IV, h. 17
4
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14…, h. 5
5
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kepen..., h. 17
6
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kepen..., h. 17
3
3
Seperti dijelaskan dalam al-Qur'an Q.S al-Ahzab, 33:21:
Q.S. Al-Ahzab: (33: 21)
      
       
)۲۱ :۳۳ / ‫ (االحزاب‬   
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Q.S. Al-Ahzab: (33: 21)
Salah satu tujuan pembangunan Nasional dibidang pendidkan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas mutu manusia
Indonesia seutuhnya, serta menjadikan masyarakat yang majemuk moderen dan
maju. Hal ini mendorong agar setiap warga masyarakat dapat mengembangkan
diri, baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah, yang
berhubungan dengan diri sendiri maupun dengan masyarakat setempat.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka salah satu ketercapaain kegiatan
pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang sering
mempengaruhi kegiatan pendidikan disuatu sekolah adalah seperti kurikulum,
metode belajar-mengajar, sarana dan prasarana guru maupun siswa, serta
adanya kedisiplinan semua pihak baik pihak sekolah seperti kepala sekolah
ataupun pendidik yaitu guru dan juga siswa itu sendiri, faktor yang paling
dominan yang mempengaruhi kegiatan pendidikan baik langsung ataupun tidak
langsung adalah guru, karena guru bagian yang terpenting yang sering
berhadapan langsung dengan siswa itu sendiri dibanding yang lain di
kehidupan sekolah.
Namun ketika penulis terjun kelapang sedikit menemukan hal yang
berberbeda antara teori dengan fakta yang ada.
Diantaranya yang harus disiapkan oleh seorang guru adalah
pengetahuan intelektual yang memadai, akhlak yang baik, bermoral, serta
disiplin yang tinggi, dan lain sebagainya.
4
Dengan demikian seorang guru dituntut untuk mengembangkan dirinya
seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, serta laju
perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat.
Agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan baik, maka
haruslah banyak intansi yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan
tersebut, diantaranya dukungan dan peranan tersebut beasal dari orang tua
siswa, masyarakat, intansi pemerintah, terutama para guru yang telibat
langsung di dunia pendidikan. Guru
amatlah penting, namun pada
kenyataannya masih banyak kendala yang dihadapi guru untuk dapat
meningkatkan kualitas murid dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal,
dengan demikian perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas belajar
mengajar melalui kulitas disiplin guru
Pendidik atau guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting,
karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan
pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan agama ia mempunyai tanggung
jawab yang amat berat dibanding pendidik pada umumnya, karena selain
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juaga tanggung jawab terhadap Allah SWT.7
Saat ini guru merupakan salah satu penunjang mutu pedidikan. Mutu
pendiikan akan lebih baik bila ditunjang dengan mutu pengajaran yang baik
dan bermutu. Guru dituntut untuk menguasai materi dan berbagai macam
metode mengajar yang baik, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
demontrasi, resitasi, dan sebagainya. Dalam proses belajar mengajar metode
belajar sangat erat hubungannya dengan belajar mengajar yang ingin dicapai
serta hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan, guru harus
mempunyai metode yang disertai dengan kedisiplinan kerja sebagai
penyeimbang dalam menggunakan metode yang tepat dan dapat melihat
kemungkinan untuk menggunakan metode tersebut.
7
hal. 34
Zuhairini. Dkk. Metode khusus pendidikan agama, (surabaya: usaha nasional,1983)
5
Peningkatan kualitas pendidikan tidak mungkin terbentuk tanpa adanya
pembinaan Performance dari guru, guru merupakan sumber daya yang sangat
menentukan keberhasilan pendidikan, karena itu guru merupakan sumber yang
sangat erat hubungannya dengan anak didik dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah.
Guru adalah panutan bagi anak didiknya, oleh karena itu guru harus
bisa menjaga segala tingkahlakunya baik itu ucapannya, serta perbuatannya,
guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu guru
harus membekali dirinya dengan keperibadian nasional dan budi pekerti luhur,
sehinggga dalam pelaksanaan tugas mulianya mampu menyelesaikan
pembangunan budaya dengan memilih budaya asing yang kiranya perlu di ikuti
dan yang tidak perlu diikuti serta budaya yang tidak sesui atau bertentangan
dengan budaya Indonesia.
Bila seorang guru dapat melaksanakan kedisiplinan dalam tugasnya,
maka akan menghasilkan out put yang baik, dengan kata lain
dapat
menghasilkan kualitas belajar mengajar sesuai dengan apa yang ingin dicapai.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar adalah ada kedisiplinan guru yang profesional dalam melaksanakan
tugasnya, dengan demikian proses belajar mengajar KBM akan berjalan dengan
baik, sehingga tujuan yang sudah diprogramkan dapat tercapai baik tujuan
institusional maupun tujuan tujuan Nasional.8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis paparkan
permasalahan yang muncul dan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masih banyak guru yang datang terlambat kesekolah
2. Masih adanya guru yang tidak membuat perlengkapan pembelajaran / RPP
3. Masih terlihat adanya keterlambatan pada pergantian jam pelajaran
4. Belum optimalnya pemberian pelajaran
8
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: :
Balai Pustaka, 1970.,
6
5. Masih terlihat nilai yang minim untuk pelajaran PAI
6. Masih adanya penyimpangan akhlak/ moral siswa di sekolah
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan
guru serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dan agar pembahasan
ini lebih terarah dan tercapainya sasaran sebagaimana yang dimaksudkan
dalam judul tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah di SMP Islam YKS
Depok
2. Masih adanya guru yang tidak membuat perlengkapan pembelajaran / RPP
3. Masih terlihat nilai yang minim untuk pelajaran PAI
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan yang diteliti
adalah: APAKAH KEDISIPLINAN GURU BERHUBUNGAN POSITIF
TERHADAP
PRILAKU
KEBERAGAMAAN
SISWA
MENURUT
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM? (Studi Kasus
di SMP Islam YKS Depok).
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
kedisiplinan guru berhubungan positif terhadap prilaku keberagamaan siswa
menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam (studi kasus di SMP Islam
YKS Depok).
1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat disiplin guru SMP Islam YKS
Depok
2. Untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara disiplin guru terhadap
prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama
Islam di SMP Islam YKS Depok
7
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan agar dapat berguna bagi pihak yang
membutuhkan yaitu sebagai berikut:
1. Sedikit banyaknya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
dunia pendidikan, khususnya terhadap disiplin guru
2. Menjadi bahan masukan bagi guru tentang pentingnya disiplin dalam
proses belajar mengajar
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi para mahasiswa yang sedang melakukan
penelitian untuk kasus yang sama.
G. Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan skripsi berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi” oleh Tim Penyusunan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Adapun susunan skripsi
ini terdiri dari lima bab, setiap bab dirinci ke dalam beberapa sub bab sebagai
berikut:
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Kajian Teori terdiri dari beberapa teori yaitu pengertian disiplin
guru, prilaku keberagamaan dan prestasi belajar, serta pendidikan
agama Islam.
Metode Penelitian terdiri dari variabel penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisa data, dan hipotesa statistik.
Hasil Penelitian terdiri dari gambaran umum sekolah SMP Islam
YKS Depok, deskripsi data, analisis data, interpretasi data yang
mengungkap hubungan disiplin guru terhadap prilaku
keberagamaan menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam.
Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Disiplin Kerja Guru
1. Pengertian Disiplin
Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Discrere” yang berarti
berawal dari kita, dasar ini timbul kata “displus” yang artinya murid adalah
pelajaran, dan kata “disciplina” yang artinya latihan1. Mendikbud
menambahkan arti disiplin dengan pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan tabiat2.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah disiplin mengandung
beberapa arti yaitu: tata tertib, ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata
tertib di bidang studi yang dimiliki obyek, system dan metode tertentu3.
Sejalan dengan itu Drs. Peter Salim dan Yeny Salim dalam Kamus
Bahasa Indonesia kontemporer mengartikan istilah disiplin “sebagai
kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan4, sehingga dalam
1
Neiny Racmaningsih, Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2,
Bandung: Srafindo Media Pratama, 1997., h. 58.
2
Morkijat, Manajemen Kepegawaian Personal Manajemen, Bandung: Alumni, 1987., h.
195.
3
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1970., h. 208.
4
Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:
Modern English Press, 1991., h. 345.
8
9
pembicaraan sehari-hari istilah tersebut mengikuti pola-pola tertentu yang
terarah ditetapkan terlebih dahulu5.”
Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Prof. Komarudin, yaitu
“suatu keadaan yang menunjukkan suatu yang ditertibkan dan teratur yang
dihasilkan oleh orang-orang yang berada di bawah naungan sebuah organisasi
karena peraturan yang berlaku harus dihormati dan ditaati”.6
Dalam Kamus Ilmiah Populer Istilah disiplin mengandung arti yaitu
tata tertib, ketaatan kepada peraturan7.
Sedangkan
dalam
Kamus
Saku
Bahasa
Indonesia
disiplin
mengandung arti latihan batin dan watak supaya menaati tata tertib;
kepatuhan pada peraturan8.
Adapun dalam Kamus Bahasa Arab-Indonesia, disiplin adalah
diambil dari kata ‫ إنْ َتّظَ َن – تَ َنّظَ َن – تَنَاظَ َن‬yang artinya menjadi tersusun, teratur,
terangkum dan
ِ‫ ِنّظَ ُن الحَيَاة‬yang artinya aturan hidup. Berasal dari kata ‫نّظن‬
yang artinya pertaturan9.
Dari pengertian-pengertian disiplin menurut etimolgi maka penulis
paparkan beberapa pengertian disiplin menurut terminolgisnya.
Pengertian disiplin menurut beberapa pakar, yang dikutip dari website
tentang Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP No. 30
Tahun 198010.
Newstrom (1985: 87) menyatakan bahwa disiplin adalah
tindakan manajemen untuk menegakan standar organisasi, Mathis
Jackson (2002: 314) berpendapat disiplin merupakan bentuk pelatihan
yang menegakan peraturan-peratauran perusahaan. Sedangkan
Simamora (1999: 749) mengatakan disiplin adalah prosedur yang
5
Soejono Soekanto, Remaja dan Masalahnya, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet-ke-2., h.
6
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, Cet. ke-2., h.239.
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: GITAMEDIA, 2006), Cet-ke 1, h.
79.
7
92
8
Pius Abdilah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya:
ARKOLA, t.t), h. 89
9
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1435
10
http//www.google,com. Pengertian Disiplin: Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan PP No. 30 Tahun 1980. (Jakarta, 2010), h. 1
10
mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan
atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan
dan pelaksanan organisasi.
Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan
seseorang untuk mempertahankan
dan meningkatkan tujuan
organisasi
secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi11.
Tidak jauh berbeda dengan Amir Achin dalam membahas pengertian
disiplin dalam bukunya “Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar”
dengan menyimpulkan disiplin sebagai pematuhan secara sadar adakan aturan
dengan ditetapkan”.12 Pematuhan secara sadar mengandung pengertian
menjunjung tinggi segala aturan yang berlaku baik di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat, hal ini disebabkan
antara lain dikatakan oleh Agus Suwanto bahwa tiap keluarga sekecil apapun
keluarga, misalnya kelompok bermain selalu mempunyai peraturan-peraturan
tertentu yang sedikit banyak berada antara satu dengan yang lainnya. Adanya
peraturan-peraturan itu tiada lain adalah untuk menjamin kehidupan yang
tertib dan tentang hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.13
Untuk menjaga dan memelihara peraturan-peraturan tersebut, maka
diperlukan sikap disiplin dalam arti sikap disiplin maupun dalam lingkungan
masyarakat luas.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal merupakan wadah
yang potensi untuk menyambungkan sikap disiplin. Bila dihubung dengan
sekolah
Soerganda berpendapat bahwa “disiplin di sekolah dapat diartikan
sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar)
dengan menggunakan system hukuman atau hadiah”.14
11
http//www.google.com. Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan Manajerial
SPMK. (Jakarta, 2010), h. 1
12
Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang:
IKIP Ujung Pandang Press), Cet-ke 2, hal 62
13
Agus Swasto, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Aksara Baru), ed. III, hal 118
14
Soergada Porba Kawatja dan H. A. H. Harahap, Enskologi Pendidikan, (Jakarta:
Gunung Agung, 1981), Cet-ke 2, hal 81
11
Dari pernyataan di atas memberikan kesan bahwa disiplin di sekolah
didasarkan sebagai suatu hal yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan
tetapi sebagaimana dikatakan oleh Drs. Ahmad Rohani dan Drs. Abu Ahmadi
dalam bukunya pengelolaan Pangajaran. “bahwa bila aturan ini dirasakan
sebagai suatu yang memang seharunsnya dipatuhi, secara sadar untuk
kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin sendiri (self
discipline)”.15
Guru turut peran dalam melakanakan program dan kegiatan sekolah,
oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik, sehingga
dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini disiplin kerja
yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi belajar
mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.
2. Pengertian Guru
Kata guru dalam bahasa Arab mempunyai banyak istilah diantaranya
guru disebut dengan murrabi (pemelihara), mu’allim (pemindahan ilmu
pengetahuan), mu’addib (pendidik). Dari ketiga istilah itu mempunyai makna
yang berbeda tetapi arti yang sama yaitu orang yang memberikan ilmu
pengetahuan. Adapun guru dalam kamus Saku Bahasa Indonesia mempunyai
makna “Orang yang kerjanya mengajar”16. Setelah mengetahui pengertian
guru secara etimologi, maka guru secara terminologis mempunyai banyak
arti, para pakar pendidikan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut:
Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti
mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi
konsep ideal mendidik17. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
15
Ahmad Rohani H. M. dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), Cet-ke-1, hal 139
16
Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya:
ARKOLA Offset, tth), h. 121
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendididkan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet-ke 14, h. 256
12
dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah18.
Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima, dan memikul sebagian tanggungjawab yang
terpikul dipundak para orang tua19.
Adapun menurut Marimba sebagaimana yang telah dikutip oleh
Ramayulis bahwa guru atau pendidik adalah “Sebagai orang yang memikul
pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena
hak dan kewajibannya bertanggungjawab tentang pendidikan peserta didik”20.
Guru merupakan profesi/ jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru21.
Sama dengan pendapat diatas menurut Laurence D. Hazkew dan
Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Learning, yang dikutip oleh
Hamzah B. Uno Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam
menata dan mengelola kelas22.
Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam
Foundation of Teaching, An Intruduction to Modern Education, dan juga
dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah mereka yang secara sadar
mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga
terjadi pendidikan23.
Adapun menurut Hamzah B. Uno sendiri “Guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata
dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan”24.
18
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 2
19
Zakiah Deradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Ed. 1,
Cet-ke 5, h. 39
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet-ke 4, h. 85
21
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rodakarya,
2005), Cet-ke 17, h. 6
22
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, h. 15
23
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan…, h. 15
24
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan…, h. 15
13
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memilki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin25.
Menurut E. Mulyasa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata
tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas
untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus
memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilakunya26.
Dari
pengertian-pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pengertian guru secara terminologis adalah merupakan suatu profesi yang
membutuhkan keteladanan, keprofesionalan dan memiliki kemampuan untuk
menjadikan peserta didik mempunyai budi pekerti tinggi, dan mencapai
kedewasaan.
3. Tugas dan Fungsi Guru
Keutamaan seorang guru disebabkan karena ada tugas mulia yang
diembannya dan tugas ini hampir sama kedudukannya dengan tugas Rasul
mengemban misi rahmatan lil alamin dan guru hendaklah bertolak dari amar
ma’ruf nahyu al-munkar.
Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis bahwa
tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan
hati manusia untuk ber-taqarub kepada Allah
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur
yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru bertugas
mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan
membangun dirinya dan membangun bangsa negara.
25
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet-ke 7, h. 37
26
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal…, h. 37-38
14
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya
sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan
kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru
sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik adalah tugas guru sebagai
suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai
pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada anak didik. “Tugas guru sebagai pelatih berarti
mengembangkan keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan demi masa
depan anak didik.”27
Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak bisa
guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan dimasyarakat
dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan
kepada anak didik dengan begitu anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan
sosial.
Guru turut bereperan dalam melakanakan program dan kegiatan
sekolah, oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik,
sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini
disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi
belajar mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan
di sekolah. Diantara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut28.
a. Sebagai pendidik dan pengajar
b. Sebagai anggota masyarakat
c. Sebagai pemimpin
27
Syaiful Fahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), Cet-ke 1, hal. 42
28
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h. 19
15
d. Sebagai administrator
e. Sebagai pengelola pembelajaran.
Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II
pasal 4 dan pasal 6 menyebutkan tentang Fungsi dan Tujuan yaitu29:
Guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).
Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan
nasional
dan
mewujudkan
pendidikan
nasional,
yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab (Pasal 6).
Dari
DITJEN
Dikti
P2TK
yang dikutip
dari
E.
Mulyasa
menjabarkarkan beberapa tugas dan fungsi guru berikut uraian tugasnya:
TUGAS
I. Mendidik,
mengajar,
membimbing,
dan melatih
FUNGSI
1. Sebagai Pendidik
2. Sebagai Pengajar
3. Sebagai
Pembimbing
29
URAIAN TUGAS
1.1 Mengembangkan potensi/
kemampuan dasar peserta
didik.
1.2 Menegembangkan
kepribadian peserta didik
1.3 Memberikan ketekadanan
1.4 Menciptakan suasana
pendidikan yang kondusif
2.1 Merencanakan
pembelajaran
2.2 Melaksanakan
pembelajaran
yang
mendidik
2.3 Menilai proses
didik memecahkan
masalah dalam
pembelajaran.
1.1 Mendorong
berkembangnya prilaku
positif dalampembelajaran
Presiden RI, UU RI Nomor 14 Tahun 2005..., (t.p. t.t), h. 4
16
4. Sebagai Pelatih
II. Membantu
Pengelolaan
dan
Pengembanga
n program
sekolah
5. Sebagai
Pengembang
program
III. Mengembang
kan
keprofesionala
n
7. Sebagai
tenaga
professional
6. Sebagai pengelola
program
1.2 Membimbing peserta
didik memecakan
masalah dalam
pembelajaran
4.1 Melatih
keterampilanketerampilan
yang
diperlukan
dalam
pembelajaran
4.2 Membiasakan
peserta
didik berprilaku positif
dalam pembelajaran
5.1 Membantu
mengembangkan program
pendidikan sekolah dan
hubungan kerjasama intra
sekolah
6.1 Membantu secara aktif
dalam menjalin hubungan
dan kerjasama antar
sekolah dan masyarakat
7.1 Melakukan upaya-upaya
untuk meningkaktkan
kemampuan profesional
Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas di sekolah, tetapi
juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bila dirinci lebih
jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N.K,
bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:
1. Memberikan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan,
dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar
Negara Pancasila.
3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-Undang
Pendidikan yang merupakan keputusan MPR NO. 11 Tahun 1983.
4. Sebagai perantara dalam belajar
5. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
6. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib
dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.
17
7. Guru sebagai administrator dan manajer.
Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata
usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji, dan
sebagainya, serta dapat mengkoordinasikan segala pekerjaan di sekolah
secara demokrasi, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa
kekeluargaan.
8. Pekerjaan guru sebagai profesi.
Guru harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.
9. Guru sebagai perencana kurikulum.
Guru membuat perencanaan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak
didiknya pada masa itu dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan
kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.
10. Guru sebagai pemimpin (guidance worker)
Sebagai pimpiman guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam
banyak
hal
seperti
memberikan
suri
tauladan
membimbing
dan
memenejemen.
11.
Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Guru harus turut aktif dalam segala aktivitas anak, misalnya dalam
ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.30
Dari poin-poin di atas dapat kita ketahui bahwa tugas guru tidaklah
ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat
melaksanakan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan
haknya secara profesional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi
profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan
kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.
4. Kode Etik Guru
Istilah kode etik terdiri dari dua kata, yakni “Kode” dan “Etik”. Etik
berasal dari bahasa Yunani “ethos” berarti watak, adat atau cara hidup
30
17
Ny. Roesitah NK, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet-ke, hal.
18
dengan kata lain etik adalah cara berbuat yang menjadi adat, karena
persetujuan dari kelompok manusia. Dan etik biasanya dipakai untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa
yang disebut “kode etik”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik.
Etika artinya tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan
dalam mnegerjakan suatu pekerjaan. Jadi kode etik guru diartikan sebagai
“aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gybson, kode etik (guru)
dikatakan sebagai suatu statment formal yang merupakan norma (aturan tata
susila) dalam mengatur tingkah laku guru.
Karena itu, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik
guru” sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian
kode etik guru. Ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dalam
perbuatan guru, jika guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral
berarti guru telah melanggar kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai
salah satu ciri yang ada pada profesi guru itu sendiri.
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai
ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam
melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari
pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulannya bahwa dalam
kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni31:
a. Sebagai landasan moral
b. Sebagai pedoman tingkah laku
Tujuan merumuskan kode etik dalam satuan profesi adalah untuk
kepentingan dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut32:
a. Menjungjung martabat profesi
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
c. Pedoman bertingkah laku.
31
32
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h.43
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h. 43-44
19
d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
dosen tentang Organisasi dan Kode Etik Pasal 41 dan Pasal 42 yaitu sebagai
berikut:
Pasal 41 Menjelaskan bahwasanya guru merupakan suatu profesi yang
bersipat independen dan berfungsi meningkatkan kompetensi, karir, dan
pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan sesuai UUD 1945.
Sedangkan Pasal 42 menjelaskan hak dan perlindungan terhadap guru dan
profesinya.
Kemudian rumusan hasil kongres PGRI XIII menjelaskan bahwa guru
harus bekerja profesional, diantaranya bisa berinteraksi baik dengan siswasiwinya, masyarakat dan juga lembaga sekolah itu sendiri.33
Dari pengertian disiplin dan guru maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa disiplin guru adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua
aturan dan norma yang ada dalam lembaga pendidikan sekolah dan
menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap
pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga
kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap
atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan
memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Agar memiliki kedisiplinan yang tinggi, maka kepala sekolah
sebagai pemimpin harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin kerja guru diantaranya. kesejahteraan pegawai, ini merupakan faktor
yang harus diperhatikan sesuai dengan kinerjanya, juga tidak kalah
pentingnya teladan peminpin lembaganya, karena bagaimanapun seorang
pemimpin merupakan contoh bagi bawahannya, disamping itu juga
33
49
Syaiful Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Rineka Cipta), hal.
20
pengawasanpun harus terus dilakukan guna mengetahui seberapa tinggi
disiplinkah guru dalam menjalankan tugasnya, dan terakhir sangsi dan
hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melanggar tindak indisipliner.
Pada dasarnya ada dua dorongan yang mempengaruhi disiplin:
1. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia yaitu dikarenakan adanya
pengetahuan, kesadaran, keamanan untuk berbuat disiplin
2. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu dikarenakan adanya perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, sanksi, hukuman yang disesuikan
dengan tingkat indisipliner dan sebagainya seperti dalam firman Allah
SWT.
Q.S. At-Tin (95:8)
)٨ :٩٥/ ‫ (التّين‬     
“Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”. Q.S. At-Tin (95:8)
B. Prilaku Keberagamaan Siswa
1. Pengertian Perilaku Keberagamaan Siswa
Perilaku dalam kamus bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan.34 Ini berarti pengertian
tentang perilaku diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku
adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dan dapat dilihat
atau bersifat konkrit. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap
seseorang. Perilaku dapat terjadi secara spontanitas tanpa melalui
pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembinaan
dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.
Sedangkan pengertian agama, menurut Harun Nasution: berdasarkan
asal kata yaitu al-Din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (Semit)
berarti undang-undang atau hukuman. Kemudian dalam bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka , 1996), h. 775
21
Bertitik tolak dari pengertian tersebut menurut Harun Nasution intisarinya
adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang lurus dipegang
dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap
dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari-hari.35
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku keberagamaan adalah suatu kecenderungan atau keadaan pada
diri seseorang yang berdasarkan pendirian, ketaatan dan keyakinan mengenai
agamanya yang tampak dalam tingkah lakunya yang mencerminkan nilainilai ajaran agamanya.
Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga
merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak
menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan
dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang
menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku
seseorang secara otomatis dari dalam.36 sebab perkembangan agama pada
masa anak-anak terjadi melalui pengalaman hidupnya waktu kecil, didalam
keluarga, di rumah dan dimasyarakat lingkungannya. Semakin banyak
pengalaman agama yang diperoleh, maka sikap, tingkah laku, kelakuan, dan
cara menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.37
Jadi pengertian perilaku keberagamaan anak dapat dibentuk melalui
pembinaan agama pada anak-anak yang dilaksanakan dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sehingga anak mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya.
35
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. Rev-9, h.
12
36
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Penerbit Gunung
Agung, 1986), h.57
37
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 2003), Cet. KeXXVI, h. 66
22
2. Ruang Lingkup Perilaku Keberagamaan Siswa
Keberagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan seseorang
yang
terdalam
terhadap
ajaran-ajaran
agamanya
yang
kemudian
direalisasikan dalam setiap sikap dan perilaku hidupnya. Semua yang
dilakukan berdasarkan keyakinan hatinya yang dilandasi dengan keimanan
(keyakinannya).
Maka, ruang lingkup perilaku keberagamaan anak sejalan dengan isi
pendidikan agama Islam di sekolah dasar, yang menjadi materi pelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah, meliputi empat unsur pokok yaitu:
1. Aqidah adalah kebutuhan akan adanya Tuhan tidak serta merta karena
kebutuhan sesaat saja namun terus menerus secara kontinuitas.
2. Akhlak adalah perbuatan yang bisa dilakukan tanpa memerlukan pikiran.
3. Ibadah yaitu menyerahkan diri kepada Allah dan selalu mengikuti
perintah-Nya dan menuruti yang dikehendaki-Nya.
4. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia.
Ruang lingkup bahan pelajaran diatas merupakan usaha untuk
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan manusia
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar.38
2.1. Aqidah
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu:
‫عقد – يعقد – عقدة – ؤعقيدة‬
yang artinya adalah ikatan atau perjanjian.
Menurut istilah, aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang
harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.39
38
Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (CV. Karya Manunggal,
1982), h. 3
39
Masan Alfat, Aqidah Akhlak, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,1987) h. 3
23
Manusia hidup berdasarkan kepercayaan terhadap suatu aqidah, tinggi
rendahnya kepercayaan memberikan corak bagi kehidupan, karena itulah
kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman.
2.2. Akhlak
Kata akhlak menurut bahasa berarti “perangai, sikap, perilaku, watak,
dan budi pekerti”.40 Sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Qalam: (68:4)
yang menggambarkan tentang akhlak terpuji yang terdapat pada Nabi
Muhammad SAW.
Q. S. Al-Qalam: (68:4):
)٤ :٦٨/ ‫ (القلن‬    
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Q. S. Al-Qalam: (68:4).
Sedangkan secara istilah akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam
jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.41
Definisi diatas memperlihatkan bahwa akhlak adalah sesuatu keadaan
yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan
secara langsung tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu
ada kalanya merupakan sifat alami (thabi’at) yang didorong oleh fitrah
manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti
rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana jiwa ada kalanya juga di
sebabkan oleh adat istiadat seperti yang membiasakan berkata benar secara
terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa.
Sehingga penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan
baik dan buruk, yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada orang lain
dengan menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Akhlak
40
41
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 11
Moh.Ardani, akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 27
24
merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak
dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat sebenarnya yang merupakan
gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.
Karena itu agama Islam sangat mengutamakan segi akhlak dalam
ajarannya, sehingga Nabi Muhammad menjelaskan bahwa risalahnya hanya
untuk menyempurnakan akhlak yang utama. Sabda Rasul:
)‫ (روه أحود‬.ِ‫خلَاق‬
ْ َ‫إِ َنوَا ُبعِثْتُ لِأُ َتوِ َن َهكَارِمَ اْأل‬
“Sesungguhnya aku diutus di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak”.
(H.R. Ahmad).42
2.3. Ciri-Ciri Akhlak Yang Baik
1) “Jujur/ benar” memberitakan tentang sesuatu sesuai dengan hakekat keadaan
yang sebenarnya. Benar atau jujur itu termasuk semulia sifat manusia yang
terpuji. Sikap ini membawa keselamatan dan manfaat bagi orang yang
bersangkutan dan bagi orang lain.43
2) “Sabar” yaitu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang
dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya
untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar
yang diumaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu lalu diakhiri
dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Tuhan.44
3) “Amanah” menunaikan segala hak-hak Allah, dan tidak membuka rahasia yang
dipercayakan kepadamu untuk menyimpannya. Termasuk pula contoh sifat
amanah, yaitu tidak mengurangi isi janji dari yang diucapkan oleh orang yang
berjanji; atau tidak mengurangi sesuatu barang yang dipercayakan kepadamu oleh
pemiliknya untuk menjaganya.45
42
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet-ke 2, h. 26
Abdurrahman Affandi Ismail, Pendidikan Budi Pekerti, (Semarang, CV. Toha Putra,
1982), h. 43
44
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 12
45
Abdurrahman Affandi Ismail… h. 36
43
25
4) “Ikhlas” memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dari
berbagai tendensi pribadi. Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal saleh
yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.46
5) “Bersyukur” suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya; baik yang bersifat pisik
maupun nonpisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang
memberi nikmat, yaitu Allah SWT.47
6) “Pemaaf” sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas.48
7) “Malu” pencegahan diri dari segala perbuatan jelek, atau pemeliharaan diri,
karena rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dibenci, yaitu hal-hal yang
bersifat universal dari syari’at, atau rasional atau kebiasaan.49 Sifat malu adalah
salah satu pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan
menjauhi yang buruk dan jahat, sehingga ia menjadi orang yang tingkah lakunya
dan sikapnya dalam bergaul bersih, sopan dan ramah tamah. Ia tidak akan
berdusta dalam percakapan, tidak akan mengkhianati orang
dan tidak
memperturutkan bahwa nafsunya melakukan hal-hal yang tidak diridhoi oleh
Allah serta perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma moral
dan akhlak yang luhur.
2.4. Ibadah
Ibadah, ahli lughat mengartikannya taat, menurut, mengikut, tunduk yang
setinggi-tingginya, dan doa.50 Dalam pengertian yang luas, ibadah ialah segala
bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat.
Semua perbuatan baik dan terpuji menurut norma ajaran Islam, dapat dianggap
ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Rupanya, niat itu merupakan
warna yang dapat membedakan perbuatan biasa dengan perbuatan ibadah. Niat yang
ikhlas karena Allah semata, membuat suatu pekerjaan berwarna ibadah, sehingga
syari’at Islam melihat perbuatan itu sebagai suatu ibadat.
46
Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, (Surabaya: Risalah Gusti, 1993), h. 1
Mahjuddin… h. 12
48
Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), h. 35
49
Muhammad Abdl. Ghoffar, Malu dan Manfaatnya, (Jakarta: Media Dakwah, 1997) h. 7
50
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, ( Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2000) h. 1
47
26
Ibadat dalam arti yang khusus ialah suatu upacara pengabdian yang sudah
digariskan oleh syari’at Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan
rukunnya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya 51
Dengan demikian jelaslah bahwa cakupan ibadah sangat luas, shalat,
zakat, puasa, haji dan segala aktifitas lahir batin yang diniatkan untuk
mencari keridhaan-Nya dan mengikuti syari’at agama-Nya itu adalah ibadah.
Ibadah bertujuan memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia.
Ibadah juga bertujuan untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan
akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Selain itu juga mengingatkan
manusia bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan abadi
telah menanti yaitu kehidupan akhirat.
2.5. Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul
fiqh Al-Qur’an berarti “kalam (perkataan) Allah yang diturunkannya dengan
perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dengan bahasa
Arab serta dianggap beribadah membacanya”.
52
Al-Qur’an adalah kitab
hidayah, yang berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Norma-norma tersebut tersusun secara sistematis dalam
suatu totalitas sehingga mempunyai hubungan fungsional dalam rangka
mengarahkan manusia kepada pembentukan individu yang sempurna.53
Al-Qur’an merupakan pedoman sekaligus menjadi dasarhukum bagi
manusia dalam mencapai kebahagiaandi dunia dan akhirat.
51
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. Ke-1, … h. 73
52
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), cet.
Ke-1, h. 79
53
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
h. 64
27
3. Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Perilaku
Keberagamaan
Pembentukan dan perubahan perilaku di pengaruhi oleh dua faktor,
yaitu: faktor Intren dan faktor Ekstren.
1) Faktor Intren, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia,
kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.54
2) Faktor Ekstren, faktor ini yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya
lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga:
a) Lingkungan
Keluarga,
yang
menjadi
fase
sosialisasi
awal
bagi
pembentukan jiwa keagamaan anak.
b) Lingkungan Institusional, baik formal seperti sekolah ataupun yang
nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah sebagai
institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu
perkembangan kepribadian anak. Melalui kurikulum yang berisi materi
pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan
antar temen di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang
baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya
dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c) Lingkungan Masyarakat, memiliki pengaruh pula dalam perkembangan
jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya
lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan
berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak.55
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perilaku keberagamaan seseorang
dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang berasal dari dalam diri seseorang
itu sendiri maupun dari luar diri seseorang.
54
55
Jalaluddin, Psikologi Agama,… h. 241
Jalaluddin, Psikologi Agama,… h. 248-250
28
C. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Prestasi Belajar
1.1. Pengertian Prestasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia prestasi ialah hasil yang telah
dicapai, dikerjakan dan sebagainya.56
Pengertian prestasi dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa
Belanda ialah “Prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia berubah menjadi
kata prestasi yang artinya hasil usaha57.
Dalam kamus populer dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang
diperoleh dengan kerja keras58.
Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah
kognitif saja, prestasi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif, afektif dan
sikomotorik, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan hsil dari cermin
proses seseorang, tidak hanya aspek pengetahuan pada materi tertentu saja,
tetapi lewat sikap dan prilaku yang ditunjukan lewat pergaulan baik secara
formal maupun non formal.
1.2. Pengertian Belajar
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia “Belajar” ialah berusaha
untuk mendapatkan pengetahuan.59 Sedangkan menurut kamus psikologi
belajar adalah:
1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah
laku, segai hasil dari praktek atau hasil pengamalan.
2. Proses mendapatkan reaksi-reaksi sebagai hasil dari pada praktik dan
latihan khusus.60
56
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Abditama,2001),
Cet-ke 1, h. 330
57
Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1999), h. 2.
58
S. P. Hayeh, Kamus Populer, (Jakarta; 1987), Cet-ke 2, h. 296.
59
Desy Anwar ,…h. 85
29
Setelah kedua pengertian itu ditemukan dan dapat dijelaskan satu
persatu pengertiannya maka ada beberapa tokoh yang mengemukakan
pendapatnya tentang kedua pengertian tersebut dintaranya:
Menurut S. Nasution prestasi belajar adalah “suatu perubahan individu
yang belajar, tidak hanya pengetahuan saja akan tetapi dapat juga membentuk
kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar”61.
Prestasi belajar merupakan hal yang bersifat perenial dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar
dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia
yang berada pada bangku sekolah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang
didapatkan oleh seseorang.
1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada dua
bagian, yaitu :
a. Faktor internal siswa diantaranya
1. IQ dan EQ anak
2. Kesehatan anak
3. Psiologis/ Psikologis anak
b. Faktor Eksternal siswa diantaranya
1. Sosial anak
2. Lingkungan/ masyarakat
3. Guru
4. Orang tua62.
60
J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grapindo Utama, 2002)
S. Nasution, Didaktik Dasar-Dasar Menagajar, (Bandung: Jemmars, 1995), h. 25.
62
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), Cet-ke 1, h. 60.
61
30
Dalam proses belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya,
menurut Wasty Soemanto, faktor yang mempengaruhi belajar dapat di
golongkan menjadi tiga macam.
1. Faktor stimuli belajar, segala hal diluar individu yang merangsang individu
untuk melakuakan perbuatan belajar, diantara setimuli belajar adalah lama
banyaknya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, suasana lingkungan
eksternal dan lain sebagainya.
2. Faktor-faktor metode belajar,
metode yang dipakai oleh guru, akan
menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Misal pengunaan
metode praktik, diskusi dan lain sebagainya, itu kan merubah proses
pembelajaran.
3. Faktor individual itu juga sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang
diantara faktor individual ialah, kematangan usia, jenis kelamin,
pengalaman dan lain-lain.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa IQ adalah sebagai salah satu
faktor penting dalam menentukan prestasi seseorang dalam belajar, namun
tidaklah selalu benar karena keberhasilan seseorang itu dipengaruhi oleh
banyak faktor lainnya dan faktor-faktor tersebut saling mendukung dan saling
mempengaruhi.
2. Pendidikan Agama Islam
2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian Agama Islam mengandung makna bahwa usaha yang
dilakukan guru Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan untuk menyiapkan peserta didik meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam harus benarbenar dilakukan dengan penuh kesabaran.
Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan dan
pembinaan serta kepribadian seseorang yang apabila hal itu terakumulasi
dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap suatu bangsa, karena
pengalaman keagamaan yang dialaui tersebut akan menjadi unsur penting
31
dalam kepribadiannya. Keprbadian yang terjalin di dalam nilai-nilai agama
akan membuahkan akhlak yang baik.
Pendidikan Agama dapat dirumukan sebagai bantuan dan pimpinan
yang diberikan pada perkembangan pribadi agar ia menjadi manusia
beragama yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang nampak
dalam cara berpikir, kebiasaan, dan sikap tingkah lakunya63. Sejalan dengan
hal tersebut Zuhairini berpendapat, pendidikan agama berarti “usaha-usaha
secara sistematis dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar supaya
mereka hidup sesuai dengan ajaran Agama Islam64.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, definisi Pendidikan Agama Islam,
yaitu Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam berupa
bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan mereka dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh pandangan hidupnya
demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak65.
Bahkan ditambahkan pula oleh Prof. H. M. Arifin, M. Ed. “bahwa
Pendidkan Agama Islam di negri kita, adalah merupakan bagian dari
pendidikan Islam dimana tujuan utamanya ialah membina dan mendasar
kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan
ilmu agama Islam, sehingga yang mampu mengamalkan syariat Islam secara
benar sesuai dengan pengetahuan agama66.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha yang dilakukan pendidik secara
sadar dan sistematis agar peserta didik bisa memahami dan mengamalkan
ajaran ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh menjadi
63
Dep. Agama RI, Penelitian Pengembangan dan Inovasi Pendidikan Agama, (Jakarta:
Litbang Agama Proyek Penelitian Keagamaan, 1983/ 1984), h. 31
64
Zuhairini, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), cet-ke 8, h. 27
65
Amir Abyan, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran PAI, (Jakrta: Dirjen
Bimbingan Islam dan UT, 1997), h, 16
66
Muzayyin Arifin, Pendidkan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta:
Golden Trayon Pers, tth), cet-ke 1, h. 9
Badab
32
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah begitu pula halnya dengan pendidikan agama
Islam harus diberikan dalam lingkungan lembaga pendidikan agama formal
maupun non formal. Peranan pendidikan agama Islam merupakan modal
dasar untuk menciptakan manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dan nantinya akan lahir manusia Indonesia yang dapat
menyumbangkan tenaga dan pikirannya pada bangsa dan negara berdasarkan
ketakwaannya tersebut.
Pendidikan agama Islam merupakan integral dari program pengajaran
pada setiap jenjang lembaga pendidikan tersebut serta merupakan usaha
bimbingan dan pembinaan guru terhadap peserta didik dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia
yang bertakwa dan menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian,
pendidkan agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menghayati dan mengamalkan
ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan masyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semanagt kebangsaan dan cinta tanah air,
mampu menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
2.5. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Ketika berbicara tentang sejarah perkembagan pendidkna gama, maka
timbul sutau motivasi yang besar untuk turut serta andil dalam
mengembangkan pelaksanaan pendidikan agama yang pernah ada sekarang
ini. Selanjutnya sebagai pelengkap status dan azaz keberadaan pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam, maka penulis akan menguraikan tentang dasar-
33
dasar pelaksanaan Pendidikan agama Islam baik dalam lingkungan formal
maupun non formal.
Pelaksanaan pendidikan agama memiliki tiga dasar, yakni, dasar
hukum (yuridis), dasar agama (religius), dan dasar sosial psikologis.
a. Dasar Hukum (Yuridis)
Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN Bahwa setiap
lembaga pendidikan mulai SD sampai Universitas wajib memasukan
pelajaran agama kedalam kurikulum pendidikan.67
b. Dasar Agama (Religius)
Seperti dalam kisah lukmanul hakim yang mengajarkan kepada
anaknya
dalam
mengerjarkan
ajaran
akidah,
akhlaq
dan,
ibadah
(sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit).
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan megekang
dengan kekangan berapi”. (H.R. Ibnu Majah)
c. Dasar Sosial Psikologis
Merupakan suatu pegangan hidup bagi setiap individu, guna
menjalankan perintah yang diyakininya. Seperti dijelaskan dalam ayat alquran
yang artinya: ketahuilah dengan mengingat kepada Allah hati akan menjadi
tenang.
2.6. Tujuan Pendidikan Agama
Tujuan pendidikan agama tidak terlepas dari tujuan hidup manusia
dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
67
Zuhairini.H. Drs Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya Usaha Nasional
1983. Hal. 23.
34
selalu bertakwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan bahagia di dunia
dan akhirat.68
Pendidikan Agama bertujuan untuk mendidik dan membimbing
peserta didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari baik untuk diri sendiri maupun untuk
lingkungan.
Menurut Prof. Mahmud Yunus tujuan pendidikan agama Islam adalah
menyiapkan anak didik supaya di waktu dewasa mereka cakap melakukan
pekerjan dunia dan akhirat dan dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Sedangkan menurut Hasan Langulung merumuskan tujuan akhir
pendidikan agama Islam, sebagai berkut.
1. persiapan untuk kehidupan akhirat.
2. perwujudan sendiri sesuai dengan pandangan islam
3. persiapan untuk menjadi warga yang baik.
4. bisa menjawab tantangan kehidupan masyarakat modern saat ini yang
semakin hari semakin berjarak dengan nilai-nilai Islam.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa pengertian prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah merupakan
hasil belajar anak didik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,
keseluruhan pencapaian hasil belajar yang merupakan hasil dari cermin
proses seseorang, tidak hanya aspek pengetahuan pada materi tertentu saja,
tetapi lewat sikap dan prilaku yang ditunjukan melalui pergaulan baik secara
formal maupun non formal yang diberikan secara sadar oleh pendidik kepada
peserta didiknya agar memiliki sikap hidup dan cara berfikir rasional serta
tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam serta cakap melakukan pekerjan
dunia dan akhirat dan dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
68
Dep. Agama RI, Pedoman Pendidikan Bagi Anak Putus Sekolah, (Jakarta: Bimbingan
Islam, 2003),h.10
35
D. Kerangka Konseptual
Kondisi disiplin guru saat ini ternyata masih banyak yang belum sesuai
dengan tuntutan UU guru atau lembaga sekolah, terlihat dari masih adanya guru
yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran penuh dalam menjalankan tugasnya
sebagai
seorang
guru/
pendidik,
terutama
dalam
menjalankan
proses
pembelajaran,
Akan tetapi kondisi yang diharapkan jauh berbeda dengan kenyataan yang
ada misalnya:
Kondisi yang diharapkan
a.
Tumbuhnya disiplin yang maksimal dalam proses pembelajaran
b.
Terjadinya interaksi yang positif antara guru dan siswa
c.
Adanya hasil nilai PAI yang memuaskan
d.
Terjadinya peningkatan nilai PAI
Jika dilihat secara sepintas maka terjadi kesenjangan yang sangat kontras
antara disiplin guru dengan kondisi yang dicita-citakan terlihat masih rendahnya
disiplin guru.
Melihat keadaan seperti ini perlu adanya peningkatan dalam hal
kedisiplinan guru diantaranya:
a. Teladan pemimpin, sebab pemimpin merupakan panutan bagi bawahannya
b. Kesejahteraan pegawai, memberikan insentif sebagai imbalan yang layak, agar
guru bisa semangat dalam bekerja.
c. Pengawasan yang melekat, pemimpin sekolah harus aktif dan langsung dalam
mengawasi prilaku, sikap dan disiplin kerja guru
d. Sanksi dan hukuman, hal ini diperlukan dalam memelihara kedisiplinan,
pemberian sanksi dan hukuman disesuaikan dengan tingkat indisipliner.
Dari paparan dan setrategi yang dijelaskan diatas diharapkan guru dan
lembaga sekolah bisa meningkatkan
kedisiplinan baik terhadap proses
pembelajaran seperti membuat prangkat pembelajaran, dan lain sebaginya.
8
KERANGKA KONSEPTUAL
INPUT
PROSES
KONDISI DISIPLIN
GURU
 Terdapat
kelemahan dan
kelambatan guru
dalam menjalankan
kedisiplinan dalam
proses
pembelajaran
STRATEGI/ SOLUSI
MASALAH
 Rendahnya
Disiplin
Guru
Sekolah harus meningkatkan:
2. Teladan pemimpin, sebab pemimpin
merupakan panutan bagi bawahannya
3. Kesejahteraan pegawai, memberikan
inisiatif sebagai imbalan yang layak,
membuat merasa semangat dalam
bekerja.
4. Pengawasan yang melekat, pemimpin
sekolah harus aktif dan langsung dalam
mengawasi prilaku, sikap dan disiplin
kerja guru
5. Sanksi dan hukuman, hal ini diperlukan
dalam memelihara kedisiplinan,
pemberian sanksi dan hukuman
disesuaikan dengan tingkat
indisipliner.
OUTPUT
KONDISI YANG
DIHARAPKAN
1. Tumbuhnya disiplin
yang maksimal dalam
proses pembelajaran
2. Terjadinya interaksi
yang positif antara
guru dan siswa
3. Adanya hasil nilai PAI
yang memuaskan
4. Terjadinya
peningkatan nilai PAI
di Sekolah tersebut.
8
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dalam penelitian ini dapat di
rumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin guru terhadap prilaku
keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam
(PAI) siswa SMP Islam YKS Depok.
Ho
: Tidak Terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin guru terhadap
prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama
Islam (PAI) siswa SMP Islam YKS Depok.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di SMP Islam YKS Depok pada tanggal 01
September 2010 – 18 Desember 2010.
B. Metode Penelitian
Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan masalah dan agar penelitian ini
bisa terarah dengan baik, maka dalam hal ini penulis menggunakan kombinasi
pendekatan, yaitu pendekatan kuantitaf, dan dilengkapi dengan kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif Penelitian deskriptif dilakukan dengan menuturkan dan menafsirkan
data yang berkenaan dengan disiplin guru dalam hal KBM, juga fakta, keadaan,
dengan mengacu kepada kerangka pikir yang telah dirumuskan pada bab II.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yang diteliti yaitu:
1. Variabel bebas adalah variabel yang diduga mempengaruhi yaitu Disiplin
Guru diberi simbol (X)
2. Variabel terikat adalah variabel yang diduga dipengaruhi yaitu Prilaku
Keberagamaan Siswa menurut Prestasi Belajar PAI, dilihat dari nilai angket
(Y).
38
39
D. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMP Islam YKS Depok
yang berjumlah 303 siswa, sesuai dengan tujuan penelitian ini maka populasi yang
di perlukan adalah populasi kelas VII dengan alasan karena siswa dan siswinya
sedang mengalami masa teransisi dari anak ke dewasa, dimana sikap prilaku dan
disiplinnya perlu di perhatikan secara utuh.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 20% dari jumlah populasi
terang sebanyak 105 siswa. Dasar penentuan sampel 20% ini disebabkan oleh sifat
dan karakter dari populasi yang relativ sama (homogen) dari latar belakang sosial
dan ekonomi.
Adapun teknik pengambilan sampelnya dengan Sampel Random Sampling
(mengambil sampel scara acak), sehingga diperoleh sampelnya 20%x105 = 21
orang.
Untuk melengkapi data yang bersumber dari angket kuantitatif, maka di
kembangkan pula penggalian data kualitatif melalui observasi secara langsug ke
sekolah dan wawancara.
Adapun responden untuk menggali data kualitatif ini maka diadakan
wawancara dengan :
1. Kepala sekolah SMP Islam YKS Depok
2. Guru 1 orang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dilakukan oleh peneliti adalah angket, pada variabel X
yaitu disiplin guru yang terdiri dari beberapa indikator yaitu kehadiran,
tanggung jawab, kerjasama dengan siswa dan semangat kerja, sedangkan pada
variabel Y yaitu prilaku keberagamaan menurut prestasi belajar PAI mengacu
pada beberapa ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ranah tersebut merupakan bagian dari indikator prestasi belajar,
sehingga peneliti membuat angket berdasarkan indikator dari prestasi belajar
PAI tersebut.
40
Adapun instrumen angket yang peneliti buat mengacu pada kisi-kisi
sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Kisi-kisi Instrumen Angket
Pengaruh Disiplin Guru terhadap Prilaku Keberagamaan Siswa
menurut Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
di SMP YKS Islam Depok
A. Disiplin Guru
No
Variabel
No.
Item
1, 2,
3, 4,
5, 6,
7, 8
9,
10,11,
12,13,
14,15,
16
17,
18,19,
20,
21, 22
23,
24, 25
Indikator
a. Kehadiran Guru
b. Tanggung Jawab
1
Disiplin
Guru
c. Kerjasama dengan Siswa
d. Semangat Kerja
B. Prilaku Keberagamaan Siswa menurut Prestasi Belajar PAI
No
2
Variabel
Prestasi
Belajar
PAI
Kelas VII
Semester
Ganjil
Aspek
Kognitif
Materi Pokok
Indikator
No.
Item
1
1. Iman Kepada  Menjelaskan
Kitab Allah
pengertian
beriman kepada
kitab-kitab Allah
2
 Menyebutkan
nama-nama kitabkitab Allah
2. Zuhud
dan  Menjelaskan
3, 4
Tawakal
pengertian zuhud
dan tawakal
3. Prilaku tercela
5, 6
 Menjelaskan
pengertian
ananiah, ghdhab,
41
hasad dan ghibah
Wajib  Menjelaskan
Puasa
ketentuan puasa 7, 8
wajib dan puasa
sunnah
5. Zakat
Fitrah  Menjelaskan
dan Zakat Mal
peng. zakat fitrah 9, 10
dan zakat mal
4. Puasa
dan
Sunnah
1. Iman Kepada
Kitab Allah
2. Zuhud
Tawakal
2
Prestasi
Belajar
PAI
Kelas VII
Semester
Ganjil
Afektif
dan
3. Prilaku tercela
4. Puasa
Wajib
dan
Puasa
Sunnah
5.
Psikomo
torik
Zakat Fitrah
dan Zakat Mal
 Menampilkan
perilkau sebagai
cermin
keyakinan ajan
sifat-sifat Allah
SWT.
 Menampilkan
contoh prilaku
zuhud
dan
tawakal
dan
membiasakan
dalam
kehidupan
sehari-hari
 Menghindari
prilaku ananiah,
ghadhob, hasad,
ghibah
dalam
kehidupan
sehari-hari
 Mempraktikan
puasa wajib dan
puasa
SeninKamis, syawal
dan Arafah
 Mempraktikan
pelakasanaan
zakat Fitrah dan
zakat Mal
PRAKTIK SUJUD SAHWI
11, 12
13, 14
15, 16
17, 18
19, 20
21, 22
23, 24
25
42
F. Teknik Pengumpualan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik
untuk pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistimatis terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti, observasi merupakan metode yang pertamatama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan disiplin
guru atau KBM
2. Kuesioner/angket, yaitu daftar pertanyaan untuk menggali data tentang
hubungan disiplin guru terhadap prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi
belajar pendidikan agama Islam.
Adapun isi angket terdiri dari 50 item yang dibagi pada dua bagian yaitu
disiplin guru yang menggunakan pengukuran afektif dengan jenis skala likert
yang berjumlah 25 item, sedangkan untuk prilaku keberagamaan siswa
menurut prestasi belajar PAI berjumlah 25 item yang dibagi kepada tiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Adapun pengukuran aspek kognitif menggunakan tes objektif true false
(Benar-Salah) sebanyak 10 item, dan pengukuran aspek afektif menggunakan
jenis skala likert sebanyak 15 item, serta untuk pengukuran aspek psikomotorik
dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan dan pengukuran
aspek ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran aspek kognitif sekaligus,
instrument yang digunkan mengukur keterampilan berupa matriks, kebawah
menyatakan bagian keterampilan yang akan diukur, kekanan menunjukan
besarnya skor yang dapat dicapai1.
3. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tanya jawab antara penanya dengan responden yaitu kepala sekolah, Guru 1
orang, guna mengetahui sejauh mana pengaruh disiplin kerja guru terhadap
1
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
Cet-ke3, Ed. Revisi, h. 165, 177, 182.
43
prestasi PAI, wawancara ini digunakan untuk melengkapi data angket dan
observasi.
Secara oprasional, pengolahan data tersebut digunakan dengan tahap-tahap
sebagai berikut.
1. Editing yaitu memeriksa semua angket satu-persatu tentang kelengkapan dan
ketetapan pengisiannya.
2. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan kedalam
bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase.
3. Skoring yaitu memberi nilai pada setiap data jawaban yang ada dalam angket,
penulis memberikan skor terhadap butir-butir pernyataan yang terdapat dalam
angket.
Skoring pada aspek kognitif yang menjawab benar setiap instrument diberi
skor 1 apabila menjawab benar semua maka jumlah instrument dikali tiga, dan
untuk aspek psikomotorik diberi skor 10 dari 3 kriteria, serta untuk aspek
afektif dan instrument pada disiplin guru yang menggunakan jenis skala likert
yang menjawab item positif diberi skor:
a. Alternatif jawaban A (selalu) mempunyai bobot nilai 4.
b. Alternatif jawaban B (sering) mempunyai bobot nilai 3.
c. Alternatif jawaban C (kadang-kadang) mempunyai bobot nilai 2.
d. Alternatif jawaban D (tidak pernah) mempunyai bobot nilai 1.
Sedangkan untuk responden yang menjawab item negatif diberi skor:
a. Alternatif jawaban A (selalu) mempunyai bobot nilai 1.
b. Alternatif jawaban B (sering) mempunyai bobot nilai 2.
c. Alternatif jawaban C (kadang-kadang) mempunyai bobot nilai 3.
d. Alternatif jawaban D (tidak pernah) mempunyai bobot nilai 4.
Sedangkan data hasil observasi dan wawancara akan diolah melalui proses
klasifikasi dan kategorisasi. Dimana data atau informasi yang semua
dikelompokkan dan kemudian disebut kategorisasinya, sesuai dengan kerangka
konseptual yang ada.
44
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan
cara sistimatik melalui beberapa rumus statistik yaitu nilai rata-rata hitung
(mean), distribusi frekuensi dan korelasi product moment.
1. Nilai Rata-Rata Hitung (Mean)
Adalah jumlah keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan
banyaknya angka (bilangan) tersebut.
Dalam mencari mean dapat dilakukan dengan berbagai macam cara;
tergantung dari data yang akan dicari Mean-nya itu; apakah Data Tunggal atau
Data Kelompokan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara pada data tunggal yang
sebagaian atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu yang pada tiapatiap skor atau nilai yang ada terlebih dahulu harus dikalikan dengan
frekuensinya masing-masing; setelah itu dijumlahkan, dan akhirnya dibagi
dengan N2.
Adapun Rumus Mean nya adalah:
MX = ∑fX
N
Keterangan:
Mx
: Mean yang kita cari
∑fX
: Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan
frekuensinya
N
: Number of cases
2. Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel distribusi frekuensi relative, atau dinamakan tabel prosentase.
Dinamakan frekuensi relative karena frekuensi yang disajikan disini bukanlah
2
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 79 – 83.
45
frekuensi yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang dituangkan dalam bentuk
angka persenan.
Rumus dari tabel distribusi frekuensi relative adalah3:
p=
x 100%
Keterangan:
p
: Angka persentase.
f
: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya.
N
: Number of cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu).
3. Korelasi Product Moment
Dalam menguji pengaruh antara kompetensi guru agama Islam terhadap
sikap keagamaan peserta didik, digunakan statistik “r” korelasi product moment
dengan rumus4:
rxy
=
Keterangan:
rxy
: Angka indeks korelasi “r” korelasi product moment
N
: Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑X
: Jumlah seluruh skor X
∑Y
: Jumlah seluruh skor Y
Setelah dipengaruhi keterpengaruhan dari dua variabel,
langkah
selanjutnya adalah diadakan interprestasi data dengan dua cara yaitu:
1) Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan hasil
perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah
ini:
3
4
Anas Sudijono, Pengantar ... h. 43
Anas Sudijono, Pengantar ... h. 206.
46
Besarnya “r”
Interprestasi
product moment (rxy)
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah/sangat
rendah
0,20 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau sangat tinggi
2) Interprestasi nilai “r” dengan rumus:
df = N - nr
Keterangan:
df
: degrees of freedom (derajat bebas)
N
: Number of cases (banyaknya responden yang diteliti)
nr
: banyaknya variabel yang dikoreksikan
Setelah itu hasilnya dicocokkan dengan tabel koefisiensi korelasi “r”
product moment dari Peason untuk berbagai df, pada taraf signifikansi 5% (dalam
lampiran).
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui beberapa besar kontribusi
variabel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
47
Keterangan:
KD
: Koefisiensi Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
r
: Koefisiensi Korelasi antara variabel X dengan variabel Y5.
Adapun analisis dari data observasi dan wawancara akan dianalisis melalui
proses klasifikasi, kategorisasi, dan interpretasi data dengan mengacu kepada
kerangka kerja (konseptual) yang telah dibuat dimana akan dilakukan proses
mencari persamaan dan perbedaan dari kategori yang muncul. Kemudian
dilakukan analisis deskriptif.
H. Hipotesa Statistik
Hipotesa statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin guru terhadap
prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan
agama Islam (PAI) SMP Islam YKS Depok.
Ho
: Tidak Terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin guru
terhadap prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar
pendidikan agama Islam (PAI) SMP Islam YKS Depok.
5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 180-192.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1.
Sejarah Berdirinya SMP Islam YKS Depok
SMP Islam YKS (terakreditasi “B”) merupakan salah satu SMP tertua
di Kelurahan Rangkepanjaya Baru. Sejak berdiri pada tahun 1983 SMP Islam
YKS, telah banyak mengalami kondisi pasang surut, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas siswa.
Seperti pada umumnya para pemrakarsa dan praktisi pendidikan, para
tokoh masyarakat, alim ulama, asatidz, dan pemerhati pendidikan di
Parungbingung, ingin turut serta berperan aktif mencerdaskan anak bangsa
melalui jalur pendidikan formal, khususnya yang berada di kampung
Parungbingung dan sekitarnya, maka didirikanlah sekolah lanjutan tingkat
pertama yang diberi nama SMP Islam YKS. Pada awal berdirinya, SMP Islam
YKS mendatangkan guru-guru dari SMP Negeri 1 Depok (sekarang SMPN 10
Depok) sebagai tenaga pengajar.
Berbekal pengalaman tersebut, sejak tahun 1994, SMP Islam YKS
mencoba untuk mempokuskan pada orientasi prestasi, pada tahun pelajaran
1997 berhasil meraih peringkat 24 dari 271 SMP Negeri dan Swasta se-Depok
dan Bogor pada EBTANAS Tahun Pelajaran 1996/1997.
48
49
Pada tahun 2002, prestasi SMP Islam YKS kembali mengalami
peningkatan, dengan menempati peringkat ke 7 dari 40 SMP Negeri dan
Swasta di Sub Rayon 03 Kota Depok pada Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun
Pelajaran 2001/2002. Tahun 2003 menempati peringkat ke 3 dari 40 SMP
Negeri dan Swasta di Sub Rayon 03 Kota Depok pada Ujian Akhir Nasional
(UAN) tahun Pelajaran 2002/2003. Tahun Pelajaran 2003/2004 menempati
peringkat 65 dari 130 SMP Negeri dan Swasta se Kota Depok, dan terakhir
Tahun Pelajaran 2004/2005 menempati peringkat ke 11 dari 129 SMP Negeri
dan Swasta se Kota Depok, dan pada Tahun Pelajaran 2005/2006 menempati
peringkat ke 6 dari 129 SMP Negeri dan Swasta se Kota Depok. Prestasi
tersebut cukup membanggakan, mengingat SMP Islam YKS mampu
mengungguli SMP negeri dan swasta pavorit yang berada Kota Depok.
SMP Islam YKS memiliki 2 gedung dengan 3 lantai dengan luas
lahan yang hanya 605 m2, dimana lantai tiga tersebut sedang dalam tahap
penyelesaian. Jumlah siswa yang hanya 188 dan jumlah guru sebanyak 25
orang, kami anggap sebagai perbandingan yang ideal sebagai salah syarat
pemenuhan Standard Pelayanan Minimal (SPM).
2. Profil Sekolah
PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah
: SMP ISLAM YKS
Alamat Sekolah
: Jl. Raya Depok Sawangan No.47
Kelurahan
: Rangkapanjaya Baru
Kecamatan : Pancoranmas
1. Nama Yayasan
Alamat Yayasan
Kota
: Depok
Kode Pos
: 16434
Telepon
: 021-77885137
: Yayayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)
: Jl. Raya Depok Sawangan No.47 Rangkapanjaya
50
Baru
Pancoranmas Depok 16434 Telp.021-77885137
2. NSS/NDS
NIS
: 202020501008 / B05142030
: 200370
3. Jenjang Akredita
: Terakreditasi “B”
4. Tahun didirikan
: 1980
5. Tahun beroperasi
: 1980
6. Kepemilikan Tanah
: Yayasan
a. Status Tanah
: Sertifikat Hak Milik (SHM)
b. Luas Tanah
: 605 m2
7. Status Bangunan
: Milik Yayasan
a. Luas Bangunan
: 460 M2
3. Letak Geografis SMP Islam YKS Depok
Letak yang di persimpangan jalan, yang juga merupakan salah satu
jalur “kuning”
Alamat Sekolah
: Jl. Raya Depok Sawangan No.47
Kelurahan
: Rangkapanjaya Baru
Kecamatan : Pancoranmas
Kota
: Depok
Kode Pos
: 16434
Telepon
: 021-77885137.
E-mail
: [email protected]
SMP Islam YKS memiliki 2 gedung dengan 3 lantai dengan luas lahan
yang hanya 605 m2, dimana lantai tiga tersebut sedang dalam tahap
penyelesaian. Jumlah siswa yang hanya 188 dan jumlah guru sebanyak 25
orang, kami anggap sebagai perbandingan yang ideal sebagai salah syarat
pemenuhan Standard Pelayanan Minimal (SPM).
Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) yang saat ini dipimpin Bapak
Ujang Tajudin serta jajaran pengurus lainnya memberikan dukungan penuh
51
bagi penyelenggaraan pendidikan di SMP Islam YKS, serta partisipasi
masyarakat yang baik, kami harapkan ke depan SMP Islam YKS dapat
menjadi sekolah unggulan, berwawasan global dengan tetap berpegang teguh
pada iman dan takwa.
4. Visi dan Misi SMP Islam YKS Depok
a. Visi
Kompetitif dalam prestasi, Berilmu Ilmiah, Beriman Amaliah, dan
Tanggap Terhadap Perubahan.
b. Misi
 Terciptanya sumber daya manusia yang berilmu ilmiah dan beriman
amaliah.
 Mewujudkan tercapainya peningkatan kwalitas dan kwantitas out put
serta epektifitas dan efisiensi pendidikan.
 Membina semangat kebersamaan dalam kegiatan berlandaskan
keimanan dan ketakwaan.
 Meningkatkan profesionalisme personal sehingga menumbuhkan
sikap disiplin yang kompetitif di kalangan personal dan peserta didik.
 Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.
 Menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman, bersih, kondusif
dan representatif.
5. Sarana dan Prasarana SMP Islam YKS Depok
a. Kondisi Sarana
Tabel. 4. 1
Kondisi Sarana
Ruang
Jumlah
Ruang
Jumlah
Kepala Sekolah
1
Lab. IPA
-
Guru
1
Lab Komputer
1
Tata Usaha
1
Gudang
-
52
Kelas
6
WC. Guru
1
Serba Guna
-
WC.Murid
1
Perpustakaan
1
Musholla
1
Lab.IPA
-
Lab.Bahasa
-
6. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Tabel. 4. 2
Keadaan Guru
No
Nama Guru
LP
1.
Marhasan.HN,BA L
2.
Ruslan.M,SH
L
3.
N. Mahroja,SE
L
4.
Supandi, S.Pd
L
5.
Endan Kusnendar
L
6.
Marto.HM,Drs
L
7.
Musa Al-Anshary
L
8.
A. Ghofur, S.Ag
L
Tempat
Tgl
Lahir
Bogor,
Pendidikan
Terakhir/Jurusa
n
Mengajar
Mapel
Sarmud/Hukum
P.Ag.Islam
S.1/Hukum
IPS Sejarah
Bogor,
S.1/A.IV/
Pembiasaa
12-01-1965
Manajemen
n
Bogor,
S.1/
22-12-1970
Ilmu Pendidikan
Bogor,
D.3/
24-11-1970
Kesenian
Bogor,
S.1/Pengembanga
IPS
10-06-1965
n Dakwah
Geografi
Bogor,
D.2/Pendidikan
15-04-1975
Agama Islam
Bogor,
S.1/Pendidikan
Akidah
05-08-1977
Agama Islam
Ahlak
07-06-1959
Bogor,
03-03-1964
IPA Fisika
Kertakes
PLH
53
9.
Maswanih.HM,Dr
a
P
10.
Muhidin, S.Ag
L
11.
Fachraeni, S.Pd
P
12.
H.Nurhasan.HM
L
13.
Suhainah, S.Ag
P
14.
Minarni,A.Md.K
P
15.
Wahyuddin,S.Sos
.I
L
16.
Ahnani,SE
L
17.
Safuroh,SE
P
18.
19.
20.
Agung
Sihotang,S.Pd
Maryanah,S.Pd
Dewi
Kusumowati,S.Pd
L
P
P
21.
Nasrulloh,A.Md
L
22.
Ibnu Cholil,S.Pd.I L
Bogor,
S.1/Pendidikan
Qur’an
02-11-1969
Agama Islam
Hadits
Bogor,
S.1/Pendidikan
07-05-1978
Agama Islam
Sayurmatingg
18-07-1963
Bogor,
06 April 1963
S.1/Matematika
Bhs.Inggris
Matematik
a
Matematik
MAN
a
Kuningan,
S.1/Pendidikan
Bahasa
11-11-1972
Agama Islam
Sunda
Bogor,
13 – 12 –1979
Bogor,
22-02-1977
D.3/Analis Kimia
S.1/Humas
S.1/Manajemen
09-09-1976
Ekonomi
Bogor,
S.1/manajemen
12-03-1977
Ekonomi
12-09-1979
Biologi
Penjaskes
Bogor,
Medan,
IPA-
S.1/IPA
TIK
IPS Sejarah
IPA Fisika
Bogor,
S.1/
15-07-1983
Indonesia
Indonesia
Jakarta,
S.1/Bahasa
Bahasa
04-03-1978
Indonesia
Indonesia
D.2/PPKN
PKn
Bogor,
17-04-1978
Jakarta,
15-09-1981
Bahasa Bahasa
S.1/Tarbiyah
Keterampil
an
54
7. Struktur Organisasi SMP Islam YKS Depok
Terlampir
B. Deskripsi Data
Berdasarkan data yang telah peneliti buat maka instrumen yang dibuat
sebayak 25 item, penelitian yang telah disebarkan kepada responden tentang
disiplin guru dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi.
Maka dapat dikumpulkan data-data kedisiplinan guru PAI sebagai
berikut:
1. Hasil Pernyataan Disiplin Guru
Tabel. 4. 3
Guru anda datang tepat waktu ketika mengajar
No
1
2
3
4
Alternatif Jawaban
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
Jumlah
F
4
6
11
0
21
%
19.1
28.6
52.3
100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
guru masuk kelas responden menjawab selalu tepat 19,1%, sering 28,6%,
kadang-kadang 52,3%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 0 % dari data
ini menunjukan sebagian besar responden (52,3%) menyatakan bahwa guru
kadang kadang masuk tepat waktu, kurangnya prestasi pendidikan agama
islam anak di SMP Islam YKS. Penyebabnya guru kurang memahami fungsi
disiplin pembelajaran.
Tabel. 4. 4
Guru anda sering terlambat ketika waktu mengajar
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
F
1
6
12
%
4.8
28.6
57.1
55
4
Tidak Pernah
Jumlah
2
21
9.5
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
waktu mengajar responden menjawab selalu terlambat 4,8%, sering 28,6%,
kadang-kadang 57,1%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 9,5 % dari data
ini menunjukan sebagian besar responden (57,1%) menyatakan bahwa guru
kadang kadang terlambat mengajar, kurangnya prestasi pendidikan agama
Islam anak di SMP Islam YKS. Penyebabnya guru kurang memahami fungsi
disiplin waktu pembelajaran.
Tabel. 4. 5
Para guru jarang hadir ketika upacara bendera berlangsung
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
5
0
6
9
20
%
25
30
45
100
Ada yang tidak mengisi angket
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru ketika upacara
bendera berlangsung responden menjawab selalu upacara 25%, sering 0%,
kadang-kadang 30%, dan yang menjawab tidak pernah upacara 45 % dari data
ini menunjukan sebagian besar responden (45%) menyatakan bahwa guru
tidak pernah ikut upacara bendera, kurangnya prestasi pendidikan agama
Islam anak di SMP Islam YKS. Penyebabnya guru tidak memberikan teladan
yang baik terhadap anak didiknya dan ini menunjukan bahwa guru tidak
memberikan budi pekerti yang baik.
56
Tabel. 4. 6
Guru anda ketika jam pelajaran berlangsung mendadak pulang
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
0
6
15
21
%
28.6
71.4
100
Dari table di atas, dapat diketahuai bahwa guru yang mendadak pulang
ketika berlangsung KBM responden menjawab selalu 0%, sering 0%, kadangkadang 28,6%,
dan yang menjawab tidak pernah
71,4% dari data ini
menunjukan sebagian besar responden (71,4%) menyatakan bahwa guru tidak
pernah meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran berakhir. Dari data ini
menunjukan bahwa guru agama mempunyai tanggung jawab yang tinggi dalm
kegiatan KBM.
Tabel. 4. 7
Guru anda bila berhalangan hadir memberitahukan terlebih dahulu
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
11
5
1
4
21
%
52.3
23.8
4.8
19.1
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa Guru anda bila berhalangan
hadir memberitahukan terlebih dahulu
Responden menjawab selalu 52,3%, sering 23,8%, kadang-kadang
4,8%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 19,1 % dari data ini menunjukan
sebagian besar
responden (52,3%) menyatakan bahwa
guru selalu
memberitahukan terlebih dahulu, data ini menunjukan guru mempunyai
tanggung jawab yang tinggi.
57
Tabel. 4. 8
Guru anda tiba-tiba tidak masuk ke sekolah tanpa ada keterangan.
No Alternatif Jawaban
F
%
1
Selalu
1
4.8
2
Sering
3
14.3
3
Kadang-Kadang
7
33.3
4
Tidak Pernah
10
47.6
Jumlah
21
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
guru masuk kelas responden menjawab selalu tepat 4.8%, sering 14.3%,
kadang-kadang 33.3%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 47.6% dari
data ini menunjukan sebagian besar responden (47.6%) menyatakan bahwa
guru tidak penah tiba-tiba tidak masuk ke sekolah tanpa ada keterangan ,
kurangnya prestasi pendidikan agama Islam anak di SMP Islam YKS.
Penyebabnya guru kurang memahami fungsi disiplin pembelajaran.
Tabel. 4. 9
Guru anda keluar kelas pada pertengahan jam pelajaran
berlangsung
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
1
3
14
3
21
%
4.8
14.3
66.6
14.3
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
guru masuk kelas responden menjawab selalu tepat 4.8%, sering 14.3%,
kadang-kadang 66.6%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 14.3% dari
data ini menunjukan sebagian besar responden (66.6%) menyatakan bahwa
guru kadang kadang keluar kelas pada pertengahan jam pelajaran berlangsung,
58
kurangnya prestasi pendidikan agama Islam anak di SMP Islam YKS.
Penyebabnya guru kurang memahami fungsi disiplin pembelajaran.
Tabel. 4. 10
Guru anda mengurangi jam pelajaran di waktu belajar
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
1
6
14
21
%
4.8
28.6
66.6
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
guru masuk kelas responden menjawab selalu tepat 0%, sering 4.8%, kadangkadang 28.6%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 66.6% dari data ini
menunjukan sebagian besar responden (66.6%) menyatakan bahwa guru
kadang kadang masuk tepat waktu, kurangnya prestasi pendidikan agama
Islam anak di SMP Islam YKS. Penyebabnya guru kurang memahami fungsi
disiplin pembelajaran.
Tabel. 4. 11
Ketika guru anda memberikan tugas, tugas anda dikoreksi
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
12
7
2
0
21
%
57.1
33.3
9.5
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
mengkoreksi tugas responden menjawab selalu tepat 57%, sering 33.3%,
kadang-kadang 9.5%, dan yang menjawab tidak pernah tepat 0% dari data ini
menunjukan sebagian besar responden (57%) menyatakan bahwa guru selalu
59
mengoreksi tugas yang di berikan kepada siswa hal ini menunjukan guru
sudah bias melaksanaka tugasnya dengan disiplin.
Tabel. 4. 12
Guru anda ketika KBM tidur di kelas
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
0
2
19
21
%
9.5
90.5
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
KBM berlangsung terdapat guru yang tidur responden menjawab selalu 0%,
sering 0%, kadang-kadang 9.5%, dan yang menjawab tidak pernah 90.5%
dari data ini menunjukan sebagian besar responden (90.5%) menyatakan
bahwa guru tidak pernah tidur ketika KBM berlangsung hal ini menunjukan
bahwa guru tersebut sudah menjalankan KBM dengan penuh disiplin.
Tabel. 4. 13
Guru anda ketika KBM memberikan tugas berlebihan
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
5
7
9
21
%
23.8
33.3
42.9
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
guru memberikan tugas secara berlebihan responden menjawab selalu 0%,
60
sering 23.8%, kadang-kadang 33.3%, dan yang menjawab tidak 42.9% dari
data ini menunjukan sebagian besar responden (42.9%) menyatakan bahwa
guru tidak pernah membeikan tugas dengan berlebihan hal ini menunjukan
bahwa guru tersebut telah memahami fungsi disiplin pembelajaran.
Tabel. 4. 14
Sebelum KBM berlangsung guru memerikasa daftar hadir siswa
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
15
2
4
0
21
%
71.4
9.5
19.1
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama
kepedulian guru terhadap daftar hadir anak responden menjawab selalu
71.4%, sering 9.5%, kadang-kadang 19.1%, dan yang menjawab tidak pernah
0% dari data ini menunjukan sebagian besar responden (71.4%) menyatakan
bahwa guru selalu memperhatikan kehadiran siswa di kelas.
Tabel. 4. 15
Guru anda memberi evaluasi sesudah mengajar
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
6
8
7
0
21
%
28.6
38.1
33.3
100
61
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
memberikan evaluasi kepada anak setelah belajar responden menjawab selalu
28.6%, sering 38.1%, kadang-kadang 33.3%,
dan yang menjawab tidak
pernah 0% dari data ini menunjukan sebagian besar responden (38.1%)
menyatakan bahwa guru sering mengevaluasi hasil belajar siswa.
Tabel. 4. 16
Dalam proses KBM guru anda sering menegor anda ketika
berisik dikelas
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
9
9
3
0
21
%
42.9
42.9
14.2
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama
kepedulian guru terhadap disiplin pembelajaran siswa responden menjawab
selalu 42.9%, sering 42.9%, kadang-kadang 14.2%, dan yang menjawab
tidak pernah 0% dari data ini menunjukan sebagian besar responden (42.9%)
menyatakan bahwa guru sering memperhatikan keadaan dan disiplin siswa di
kelas.
Tabel. 4. 17
Guru objektif dalam memberikan nilai terhadap siswa
No
1
2
Alternatif
Jawaban
Selalu
Sering
F
%
14
4
19.1
66.7
62
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
3
0
21
14.2
100
Dari table di atas, dapat diketahui bahwa disiplin guru terutama ketika
guru memberikan nilai terhadap siswa di kelas responden menjawab selalu
objektif 19.1%, sering 66.7%, kadang-kadang 14.7%, dan yang menjawab
tidak pernah objektif 0% dari data ini menunjukan sebagian besar responden
(66.7%) menyatakan bahwa guru sering memberikan nilai terhadap siswa
dengan objektif, hal ini menunjukan bahwa guru telah melakukan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab dan disiplin
Tabel. 4. 18
Guru anda mengulang penjelasannya ketika siswa ada
yang belum mengerti
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
15
3
2
0
20
%
75
15
10
100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru mengulang penjelasan
ketika ada siswa yang belum mengerti responden menjawab selalu sebesar
75%, sering 15 %, kadang-kadang 10%, dan responden yang menjawab tidak
pernah tidak ada sama sekali 0%. Dalam hal ini berarti guru memperhatikan
siswa yang belum mengerti penjelasannya, hal ini ditandai dengan guru
mengulang penjelasannya ketika ada siswa belum paham.
63
Tabel. 4. 19
Guru anda memperhatikan dan mendengarkan pendapat siswa
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
12
5
4
0
21
%
57.1
23.8
19.1
100
Dari tabel di atas diketahui, responden yang menjawab guru selalu
memperhatikan dan mendengarkan pendapat siswa sebanyak 57,1 %,
sresponden yang menjawab sering sebanyak 23,8 %, responden yang
menjawab kadang-kadang sebanyak 19,1 %, dan responden yang menjawab
tidak pernah tidak ada sama sekali 0 %. Hal ini menunjukan bahwa guru
memperhatikan dan mendangerkan pendapat siswa.
Tabel. 4. 20
Untuk terciptanya hubungan yang baik antara guru dan siswa, guru
memberikan teladan terhadap tingkah laku siswa yang baik
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
10
10
0
1
21
%
47.6
47.6
4.8
100
Dari jawaban di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab guru selalu memberikan teladan terhadap tingkah laku siswa yang
baik untuk terciptanya hubungan yang baik antara guru dan siswa sebanyak
47,6%, responden yang menjawab sering sebanyak 47,6 % juga, responden
yang mejawab kadang-kadang tidak ada sama sekali 0 %, dan hanya satu
responden (4,8 %) yang menjawan tidak perah.
64
Tabel. 4. 21
Guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar
No
1
Alternatif Jawaban
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
9
%
42.9
5
6
1
21
23.8
28.6
4.7
100
Dari jawaban di atas dapat diketahui bahwa, responden yang menjawab
guru selalu memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar sebanyak 42,9 %, yang menjawab sering sebanyak 23,8%,
responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 28,9 % dan responden
yang menjawab tidak pernah sebanyak 4,7 %.
Tabel. 4. 22
Guru anda memberi motivasi kepada
siswa agar berprestasi
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
16
4
1
0
21
%
76.2
19
4.8
100
Dari jawaban di atas dapat diketahui bahwa, responden yang
menjawab selalu sebanyak 76,2%, responden yang menjawab sering sebanyak
19%, responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4,8% dan tidak ada
sama sekali 0% siswa yang menjawab tidak pernah.
Tabel. 4. 23
Untuk membantu mengungkapkan pikiran dan perasaan siswa,
guru mendiskusikan bersama pendapat siswa
No
Alternatif Jawaban
F
%
65
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
3
14
4
0
21
14.3
66.6
19.1
100
Dari jawaban di atas dapat diketahui, bahwa responden yang
menjawab selalu sebanyak 14,3 %, responden yang mejawab sering sebanyak
66,6 %, responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 19,1 dan tidak
ada sama sekali responden yang menjawab tidak pernah.
Tabel. 4. 24
Dalam KBM guru anda tidak memberikan kesempatan
untuk memberikan pendapat siswa
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
3
11
7
21
%
14.3
52.4
33.3
100
Dari jawaban di atas dapat diketahui bahwa, tidak ada sama sekali
responden yang menjawab guru selalu tidak memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk memberikan pendapatnya dalam KBM, responden yang
menjawab sering sebanyak 14,3 %, responden yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 52,4 %, dan responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 33,3
%.
Tabel. 4. 25
Guru anda mengajar dengan tidak semangat
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
0
4
16
20
%
20
80
100
66
Dari jawab di atas dapt diketahui bahwa, tidak ada sama sekali
responden yang menjawab guru selalu mengajar dengan tidak semangat, tidak
ada sama sekali responden yang menjawab sering, responden yang menjawab
kadang-kadang sebanyak 20 %, dan 80 % responden menjawab bahwa guru
tidak pernah mengajar dengan tidak semangat. Ada satu responden yang tidak
menjawab.
Tabel. 4. 26
Guru anda membaca majalah sewaktu mengajar
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
1
4
15
20
%
5
20
75
100
Dari presentase di atas dapat diketahui bahwa, tidak ada sama sekali
responden yang menjawab bahwa guru selalu membaca majalah sewaktu
mangajar, 5 % responden menjawab sering, 20 % responden menjawab
kadang-kadang dan 75% responden menjawab guru tidak pernah mambaca
majalah sewaktu mengajar. Ada satu responden yang tidak menjawab.
Tabel. 4. 27
Guru anda jarang hadir ketika jam mengajar
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
4
13
3
20
%
20
65
15
100
Dari presentase di atas dapat diketahi tidak ada sama sekali responden
yang menjab selalu, 20 % responden menjawab sering, 65 % responden
menjawab sering, 65 % menjawab kadang-kadang dan 15 % responden
menjawab tidak pernah. Ada satu responden yang tidak menjawab.
67
Adapun hasil angket dari prilaku keberagamaan siswa menurut
prestasi belajar PAI yang disebarkan kepada responden sebayak 25 item
dengan tiga aspek yang berbeda yaitu aspek kognitif 10 item dengan cara
menjwab Betul atau Salah dan afektif 15 item dengan menggunakan skala
likert dan aspek yang terakhir yaitu aspek psikomotorik dengan cara
menuliskan bacaan doa sujud sahwi dengan kriteria kerapihan, ketepatan dan
tanda baca.
Maka dapat kita deskripsikan data angket dari prilaku keberagamaan
siswa menurut prestasi belajar PAI dengan menggunakan distribusi frekuensi
adalah sebagai berikut:
2. Hasil Prilaku Keberagamaan siswa menurut Prestasi Belajar PAI
(Pendidikan Agama Islam)
a. Aspek Kognitif
Tabel. 4. 28
Nilai Rata-Rata (Mean) Prestasi Belajar PAI
Aspek Kognitif
Nilai Prestasi Belajar
PAI pada aspek
Kognitif
24
f
fX
8
192
21
6
126
18
2
36
15
3
45
12
2
24
TOTAL
21 = N
423 = ∑fX
Dari tabel telah behasil kita peroleh ∑fX = 423 sedangkan N = 21.
Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan Mudah, dengan
menggunakan rumus:
MX = ∑fX
68
N
Maka, MX = ∑fX = 423 = 20.5
N
21
Dari perhitungan diatas dapat kita deskripsikan bahwa nilai mean
atau nilai rata-rata pada ranah kognitif adalah 20.5 hal ini menunjukan
bahwa siswa-siswi yang mempunyai nilai 20.5 keatas adalah siswa-siswi
yang memiliki nilai yang cukup dalam pendidikan agama Islam
disekolahnya.
b. Aspek Afektif
Tabel. 4. 29
Saya suka membaca al-Qur’an
No Alternatif Jawaban
F
%
1
Selalu
9
42.9
2
Sering
8
38
3
Kadang-Kadang
3
14.3
4
Tidak Pernah
1
4.8
Jumlah
21
100
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa siswa yang selalu membaca
al-Qur’an sebanyak 42.9% , dan yang sering 38% dari 21 orang siswa
sehingga hal ini menunjukan bahwa siswa-siswi sangat rajin dalam membaca
al-Qur’an dalam sehari-harinya, adapun orang yang tidak pernah membaca
hanya 4.8% dan yang kadang-kadangpun hanya 14.3% dari 21 orang siswa,
maka orang yang tidak pernah dan kadang-kadang bisa disupport oleh guru
agama dan teman-teman dalam membaca al-Quran sehingga semua siswasiswi semuanya dapat menyukai membaca al-Qur’an karena orang yang tidak
pernah dan kadang-kadang hanya sebagian kecil saja.
Tabel. 4. 30
Pada Bulan Ramdhan saya enggan membaca al-Qur’an
karena cape dan ngantuk
No
1
Alternatif Jawaban
Selalu
F
0
%
0
69
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
2
12
7
21
9.5
57.2
33.3
100
Dari tabel diatas menunjukan pada bulan Ramadhan yang enggan
membaca
al-Qur’an
karena
cape
dan
ngantuk
siswa-siswi
masih
menyempatkan untuk membaca al-Qu’ran hal ini dapat dilihat bahwa orang
yang tidak pernah enggan membaca al-Qur’an sebanyak 33.3% dan yang
kadang-kadang sebanyak 57.2% hal ini menunjukan bahwa siswa-siswi masih
ada yang tidak membaca al-Qur’an pada bulan Ramadhan karena cape dan
ngantuk.
Adapun yang selalu enggan membaca al-Qur’an sebanyak 0% berarti
hal ini tidak ada satu siswa dan siswi pun yang enggan akan tetapi yang sering
enggan membaca al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebanyak 9.5%, maka hal
ini menjai perhatian untuk para guru agama agar lebih meninggkatkan
motivasi anak didik untuk lebih menyukai membaca al-Qu’an pada bulan apa
saja terutama pada bulan Ramdhan dimana bulan Ramadhan adalah bulan
yang penuh banyak berkah dan magfirah.
Tabel. 4. 31
Setiap selesai shalat wajib saya menyempatkan untuk
membaca al-Qur’an
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
3
5
13
0
21
%
14.3
23.8
61.9
0
100
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa siswa-siswi yang
menyempatkan membaca al-Qur’an setiap selesei shalat wajib yang
70
menyatakan selalu; hanya 14.3% saja berbanding terbalik dengan yang
kadang-kadang yang membaca al-Qu’an setiap selesai shalat wajib sebanyak
61.9% hal ini menunjukan sebagian besar siswa banyak yang tidak membaca
al-Qur’an setiap selesei shalat wajib, akan tetapi orang yang sering pun tidak
kalah banyaknya sebesar 23.8%, akan tetapi hampir setiap siswa-siswi tidak
pernah tidak membaca al-Qur’an setiap selesei shalat wajib, maka siswa-siswi
masih bisa untuk diajak supaya membaca al-Qur’an setiap selesei shalat.
Sehingga hal ini menunjukan bahwa seorang guru agama harus lebih
berusaha untuk dapat lebih mendorong siswa-siswinya untuk bisa selalu
membaca al-Qur’an setiap selesei shalat.
Tabel. 4. 32
Dalam setiap tahunnya saya mengkhatamkan al-Quran
minimal satu khataman
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
Dari
tabel
diatas
siswa-siswi
F
1
3
13
4
21
yang
%
4.8
14.3
61.9
19
100
dalam
setiap
tahunnya
mengkhatamkan al-Qur’an satu khataman yang selalu sebanyak 4.8% saja
sedangkan yang seringpun hanya 14.3% hal ini cukup membanggakan untuk
guru agama karena anak didiknya masih ada yang sering mengkhatamkan alQur’an dalam setiap tahunnya, akan tetapi masih banyak siswa-siswi yang
tidak pernah khatam sebanyak 19% dan yang kadang-kadangpun sebanyak
61.9% jumlah yang cukup banyak akan tetapi yang kadang-kadangpun
bukannya tidak pernah sama sekali tetapi hanya saja dalam setiap tahun jarang
71
mengkhatamkan tetapi tahun-tahun sebelumnya pernah mengkhatamkan alQur’an.
Maka untuk tugas guru agama sebaiknya anak didik diberi reward
(hadiah) supaya anak didik dapat terpicu untuk mengkhatamkan al-Qur”an
setiap tahunya.
Tabel. 4. 33
Saya bangga mempunyai harta yang melimpah,
sehingga saya dapat bersenang-senang
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
1
0
4
16
21
%
4.8
0
19
76.2
100
Dari tabel diatas dapat kita ketahui dan menilai sikap anak yang
mempunyai orang tua yang berpenghasilan lebih, yang anak tersebut selalu
bersenang-senang ketika mempunyai banyak uang sebanyak 4.8% hal ini
menunjukan bahwa masih ada siswa-siswi yang berkepala besar (sombong).
Dan bagusnya yang sering bangga dan bersenang-senang akan uangnya yang
lebih tidak ada sama sekali 0%, akan tetapi tidak banyak juga yang kadangkadang siswa-siswi yang menghambur-hamburkan uangnya sebanyak 19%.
Adapun orang yang tidak pernah bangga dengan harta yang melimpah
dan dapat bersenang-senang sebanyak 76.2% sungguh sangat banyak hal ini
menunjukan bahwa sebagian besar siswa-siswi sangat menghargai akan usaha
orang tuanya.
Tabel. 4. 34
Ketik saya sibuk berjualan, adzan telah berkumandang,
saya bersiap-siap melaksankan shalat.
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
F
11
6
3
%
55
30
15
72
4
Tidak Pernah
Jumlah
0
20
0
100
Ada Yang Tidak Mengisi
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa orang yang sedang sibuk
berjualan lalu terdengar adzan yang selalu bersiap-siap melaksankan shalat
sebanyak 55% hal ini menunjukan bahwa ½ dari siswa-siswi masih ingat akan
kewajibannya walaupun ia dalam keadaan sibuk, adapun yang sering 30%, dan
yang kadang-kadang hanya 15% saja, berarti hal ini membuktikan pula bahwa
siswa-siswi walaupun dalam keadaan sibuk selalu ingat akan kewajiban yang
dilakykan dalam setiap waktu dan harinya.
Tabel. 4. 35
Saya berputus asa ketika mendapatkan musibah.
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
0
12
9
21
%
0
0
57.1
42.9
100
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa mental dari siswa-siswi yang
kadang-kadang putus asa dalam mengalami musibah sebanyak 57.1%, hal ini
sangat memprihatikan karena semangat dan yakin akan kesuksesan dari tiap
siswa-siswi sangat minim, tetapi hal ini sangat wajar karena setiap orang
mempunyai kondisi mental yang berbeda-beda dan bagusnya siswa-siswi yang
selalu ataupun yang sering 0%, dan yang tidak pernah pun hanya 42.1% cukup
banyak orang percaya dan yakin bahwa putus asa bukan hal yang harus
dilakukan. Untuk itu seorang guru agama harus terus memperhatikan dan
memberi motivasi-motivasi disela-sela mengajar yang kosong agar siswa-siswi
dapat terus semangat dalam belajarnya.
73
Tabel. 4. 36
Saya gelisah apabila tidak mendapat nilai yang bagus.
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel diatas dapat kita ketahui
F
%
2
9.5
6
28.6
8
38.1
5
23.8
21
100
bahwa kondisi siswa yang selalu
gelisah mendapatkan nilai yang tidak bagus sebanyak 9.5% dan yang sering
28.6% hal ini masih banyak siswa-siswi yang kurang percaya akan
kemampuan yang dimiliki, dan yang kadang-kadangpun sebanyak 38% serta
yang tidak pernah gelisah akan nilainya yang tidak bagus sebagus sebanyak
23.8%, prosentase yang sangat tinggi dan bagus untuk kondisi siswa-siswi
yang percaya akan kemampuan dan hasilnya yang mereka kerjakan.
Tabel. 4. 37
Saya selalu membutuhkan orang lain,
tetapi tidak tergantung dengan orang lain
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
6
7
5
3
21
%
28.6
33.3
23.8
14.3
100
Pada tabel yang kita lihat bahwa siswa-siswi yang selalu membutuhkan
orang lain, tetapi tidak tergantung dengan orang lain sebanyak 28.6% dan yang
sering sebanyak 33.3% hal ini menunjukan bahwa manusia sebagai makhluk
sosial butuh akan bantuan orang lain tetapi tidak menjadi alasan untuk
bermalas-malasan dalam belajar khususnya untuk siswa-siswi dalam
menghadapi ujian sebelum ujian peserta didik bisa belajar bersama, tetapi
ketika ujian tidak mengerjakan bersama-sama.
74
Adapun yang kadang-kadang yang tergantung orang lain sebanyak
23.8% dan yang tidak pernah membutuhkan orang lain dan tidak tergantung
orang lain sebanyak 14.3% hal ini menunjukan bahwa masih banyak yang
tergantung dengan orang lain dan orang tidak membutuhkan orang lain sangat
sedikit.
Tabel. 4. 38
Saya berintrospeksi diri, apabila melakukan kesalahan
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
8
9
2
2
21
%
38.1
42.9
9.5
9.5
100
Dari tabel diatas menunjukan siswa-siswi yang selalu berintrospeksi,
apabila melakukan kesalahan sebanyak 38.1% dan yang sering pun sebanyak
42.9% angka prosentase yang sangat tinggi dibanding siswa-siswi yang
kadang-kadang dan tidak pernah sebanyak 9.5 % hal ini berarti bahwa siswasiswi, dapat bermuhasabah diri dalam setiap melakukan kesalahan untuk tidak
melakukan kesalahan yang sama.
Tabel. 4. 39
Saya menghasud antara satu teman dengan yang lainnya.
No Alternatif Jawaban
F
1
Selalu
0
2
Sering
0
3
Kadang-Kadang
2
4
Tidak Pernah
18
Jumlah
20
Ada yang tidak mengisi angket
%
0
0
10
90
100
Dari tabel yang menunjukan sikap tercela yaitu suka menghasud
antara satu teman dengan teman yang lainnya hampir 90% siswa-siswi yang
tidak pernah melakukan perbuatan tersebut. Adapun yang kadang-kadang
hanya beberapa orang saja sebanyak 10%.
75
Maka, untuk hal ini sebagai tugas guru agama untuk yang 10% itu
harus bisa dinasihati dan diingatkan bahwa perbuatan tersebut bukan
perbuatan umat Nabi Muhamad SAW.
Tabel. 4. 40
Saya menceritakan aib orang lain
karena yang saya ceritakan benar adanya
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
0
5
16
21
%
0
0
23.8
76.2
100
Dari tabel diatas siswa-siwi yang selalu dan sering menceritakan aib
orang lain, yang terkadang yang diceritakan itu benar adanya tidak ada sama
sekali. Dan siswa-siswa yang tidak pernah melakukan hal tersebut pun
sebanyak 76.2% dan adapun yang kadang-kadang sebanyak 23.8% saja. Maka
hal ini harus menjadi perhatian bagi guru agama untuk lebih bisa menasehati
anak didiknya dalam menjalani sikap, apalagi dalam menceritakan sesuatu
bukan untuk diceritakan, akan tetapi harus menjadi pelajaran untuk kehidupan
sehari-harinya.
Tabel. 4. 41
Dalam setiap tahunnya saya melakukan puasa Ramdahan
No Alternatif Jawaban
F
%
1
Selalu
19
90.5
2
Sering
2
9.5
3
Kadang-Kadang
0
0
4
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
21
100
Dari tabel diats dapat dilihat bahwa siswa-siswi hampir selalu dan
sering melakukan puasa Ramadahan adapun prosentase menunjukan yang
selalu sebanyak 90.5% dan sering 9.5%, sedangkan yang kadang-kadang dan
76
tidak pernah pun tidak ada. Hal ini menunjukan bahwa akan kesadaran dari
setiap siswa-siswi sangat besar dalam menjalan ibadah puasa di bulan suci
Ranmadhan.
Tabel. 4. 42
Saya enggan melaksanakan puasa Ramadhan
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
0
0
1
20
21
%
0
0
4.8
95.2
100
Dari tabel dapat kita ketahui bahwa siswa-siswi yang enggan puasa
pada bulan Ramadahan hampir tidak pernah ada yaitu sebanyak 95.2%
sedangkan yang kadang-kadang hanya 4.8% saja hal ini membuktikan bahwa
siswa-siswi mengetahui akan kewajibannya sebagai umat Islam.
Tabel. 4. 43
Saya berzakat fitrah untuk membersihkan diri
dari sifat kikir dan akhlak yang tercela
No Alternatif Jawaban
1
Selalu
2
Sering
3
Kadang-Kadang
4
Tidak Pernah
Jumlah
F
18
2
1
0
21
%
85.7
9.5
4.8
0
100
Dari tabel dapat kita ketahui siswa-siswi yang selalu berzakat fitrah
dalam setiap tahunnya sebanyak 85.7% dan yang sering 9.5% prosentase ini
menunjukan bahwa hampir semua keluarga siswa-siswi mampu untuk berzakat
fitrah,adapun yang kadang-kadang hanya 4.8% saja hal ini wajar disebabkan
zakat ftrah adalah wajib bagi orang yang mampu.
c. Aspek Psikomotorik
77
Tabel. 4. 44
Nilai Rata-Rata (Mean) Prestasi Belajar PAI
Aspek Psikomotorik
Hasil Pengukuran
f
fx
9.7
1
9.7
9.3
5
46.5
9
2
18
8.7
6
52.2
8.3
2
16.6
8
2
16
7.7
1
7.7
7.3
1
7,3
7
1
7
TOTAL
21 = N
181 = ∑fX
Aspek Psikomotorik
Dari tabel telah behasil kita peroleh ∑fX = 181 sedangkan N = 21.
Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan Mudah, dengan
menggunakan rumus:
MX = ∑fX
N
Maka, MX = ∑fX = 181 = 8.6
N
21
Dari perhitungan diatas dapat kita deskripsikan bahwa nilai mean
atau nilai rata-rata pada aspek psikomotorik atau keterampilan dalam
menghafal dan menulis adalah 8.6 hal ini menunjukan bahwa siswa-siswi
yang mempunyai nilai 8.6 keatas adalah nilai yang bisa mewakili nilai-nilai
yang sangat terampil dalam menghafal dan menulis dalam bidang
pendidikan agama Islam khususnya pada materi sujud syahwi.
78
C. Analisis Data
Dari penelitian yang dilakukan kepada sejumlah siswa yang menjadi
sampel, penulis melakukan analisis data yang merupakan bagian penting
dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa
penulis memberikan nilai kepada jawaban angket mengenai kedisiplinan guru
(variabel X) dan perilaku keberagamaan siswa menurut prestasi Belajar PAI
(variabel Y).
Untuk mengetahui kedisiplinan guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4. 45
Skor Kedisiplinan Guru
R
X
X2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
∑
78
71
77
77
73
56
80
69
77
72
73
64
71
80
75
63
73
70
68
74
64
1505
6084
5041
5929
5929
5329
3136
6400
4761
5929
5184
5329
4096
5041
6400
5625
3969
5329
4900
4624
5476
4096
108607
Dari data tebel di ats dapat diketahui rata-rata dari variabel X
(Kedisiplinan Guru) ialah : Mx = ∑fx
79
N
Mx = 1505
21
= 71,66
Untuk mengetahui prestasi belajar PAI siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 4. 46
Skor Perilaku Keberagamaan Siswa menurut Prestasi Belajar PAI
R
Y
Y2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
∑
85
76.3
84
83.7
74.3
82.7
80.3
75.7
76.7
74.7
88.7
72
79
79.3
67.7
63
79.3
78.3
77.3
78.7
81.3
1638
7225
5821.7
7056
7005.7
5520.5
6839.3
6448.1
5730.5
5882.9
5580.1
7867.7
5184
6241
6288.5
4583.3
3969
6288.5
6130.9
5975.3
6193.7
6609.7
128441.4
Dari data tebel di ats dapat diketahui rata-rata dari variabel Y (Prilaku
Keberagamaan Siswa menurut Prestasi Belajar PAI) ialah : Mx = Σfx
80
N
Mx = 1638
21
= 78
Untuk mencari angka korelasi antara variabel X (kedisiplanan Guru)
dengan variabel Y (prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar PAI)
dengan menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:
Tabel 4. 47
TABEL PERHITUNGAN ANGKA INDEKS KORELASI ANTARA
DISIPLIN GURU (X) DAN PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA
MENURUT PRESTASI BELAJAR PAI (Y)
R
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
∑
rxy
X
78
71
77
77
73
56
80
69
77
72
73
64
71
80
75
63
73
70
68
74
64
1505
=
Y
85
76.3
84
83.7
74.3
82.7
80.3
75.7
76.7
74.7
88.7
72
79
79.3
67.7
63
79.3
78.3
77.3
78.7
81.3
1638
X2
6084
5041
5929
5929
5329
3136
6400
4761
5929
5184
5329
4096
5041
6400
5625
3969
5329
4900
4624
5476
4096
108607
Y2
7225
5821.7
7056
7005.7
5520.5
6839.3
6448.1
5730.5
5882.9
5580.1
7867.7
5184
6241
6288.5
4583.3
3969
6288.5
6130.9
5975.3
6193.7
6609.7
128441.4
XY
6630
5417.3
6468
6444.9
5423.9
4631.2
6424
5223.3
5905.9
5378.4
6475.1
4608
5609
6320
5077.5
3969
5788.9
5481
5256.4
5823.8
5203.2
117558.8
81
=
=
=
=
=
= 0.24
D. Interpretasi Data
Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data
dengan dua cara sebagai berikut:
a. Interpretasi kasar atau sederhana
Interpretasi kasar atau sedarhana dari perhitungan di atas, angka
indeks korelasi (rxy) berhasil diperoleh yaitu sebasar 0,24 dan tidak
bertanda negatif ini berarti korelasi antara variabel X (Kedisiplinan Guru)
dan variabel Y ( perilaku keberagamaan siswa menurut prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa) terdapat hubungan searah atau terdapat
korelasi yang positif diantara kedua variabel tersebut. Artinya: semakin
tinggi kedisiplinan guru , maka perilaku keberagamaan juga semakin baik,
demikian sebaliknya.
Selanjutnya besaran rxy yang diperoleh yaitu: 0,24 ternyata terletak
antara 0,20 - 0,40. Berdasarkan pedoman atau ancar-ancar dapat
dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y itu adalah
lemah atau rendah . dengan demikian secara sederhana penulis dapat
memberi interpretasi terhadap rxy tersebut, yaitu: Bahwa sekalipun
terdapat korelasi yang positif antara kedisiplinan guru dan perilaku
keberagamaan siswa menurut prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa, namun korelasi itu adalah korelasi yang lemah atau rendah.
b.
Interpretasi nilai “r” dengan berkonsultasi pada tabel “r” Product Moment,
dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (degrees of freedom)
dengan rumus:
df = N-nr
82
Siswa yang dijadikan sampel penelitian di sini adalah 21 siswa,
dengan demikian N= 21. Variabel yang penulis cari korelasinya adalah
variabel X dan variabel Y, jadi nr = 2. Dengan mudah dapat penulis
peroleh df-nya yaitu df = 21 - 2 = 19 (konsultasi Tabel Nilai “r”).
Dengan df sebesar 19 diperoleh r “tabel” pada taraf signifikan 5%
sebasar 0,433 sedangkan pada taraf signifikan 1% terdapat r “tebel”
sebesar 0,549. Dengan demikian ternyata rxy atau ro yang besarnya = 0,24
adalah jauh lebih kecil dari pada r “tabel”, baik pada signifikan 5%
maupun 1%. Karena ro lebih kecil dari pada r “tabel”,maka hipotesis
alternatif (Ha) ditolak, sedangkan hipotesis nihil (Ho) diterima atau
disetujui.
Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: korelasi
positif antara kedisiplinan guru dan perilaku keberagamaan siswa menurut
prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa di sini bukanlah korelasi
positif yang signifikan.
Untuk mengetahui berapa besar kontribusi kedisiplinan guru dilakukan
analisa determinasi dari angka indeks korelasi (rrx) Product Moment yang
telah diperolah, dengan rumus:
Kd
= r²
100 %
Kd
= (0,24)²
100 %
Kd
= 0,0576
100%
Kd
= 5,76 %
Dari perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa koefisien
determinasinya sebesar 5,76 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel X
(Kedisiplinan Guru) mempengaruhi atau memberikan kontribusi kepada
avariabel Y (perilaku keberagamaan siswa menurut prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa) sebesar 5,76 %. Adapun sisanya adalah
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku keberagamaan siswa dan
tidak diteliti oleh penulis.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti mengadakan penelitian dengan data-data yang dihimpun,
ditabulasikan dan diinterpretasikan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut: berdasarkan hitungan korelasi antara hasil penelitian angket kedisiplinan
guru dengan perilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan
agama Islam di SMP Islam YKS Depok) sebesar rxy = 0,24 terletak antara
rentang 0,20 – 0,40 yang menunjukan korelasi lemah atau rendah. Setelah
diketahui df = 19, dengan melihat tabel nilai “r” product moment maka dapat
diketahui bahwa dengan df 19 pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel
sebesar 0,433 sedangkan pada taraf signifikan 1 % diperoleh “r” tabel sebesar
0,549. Ternyata rxy atau ro yang besarnya 0,24 jumlahnya lebih kecil dari pada “r”
tabel yang besarnya 0,433 dan 0,549. Maka dengan demikian hipotesa alternatif
(Ha) ditolak. Walaupun hipotesa alternatif ditolak namun melalui analisa
determinasi kedisiplinan seorang guru masih mempunyai kontribusi terhadap
perilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam
siswa sebesar 5,76 %.
81
82
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menghasilkan hubungan
yang lemah antara Disiplin guru dengan prestasi belajar siswa. Untuk itu
penulis menyampaikan saran-saran bagi pihak-pihak terkait khususnya dan
yang membaca skripsi ini pada umumnya, antara lain:
1. Untuk pihak sekolah alangkah baiknya dapat menjadikan kedisiplinan
guru sebagai pertimbangan dalam menyeleksi guru agama, bahwa guru
agama alangkah baiknya harus memiliki tiga Apek, antara lain: pertama
aspek kepribadian yang dapat dilihat dari moral yang baik, sifat yang
dimiliki, disiplin dan tanggung jawab, selaras antara perkataan dan
perbuatan dan sikap pada saat mengajar. Kedua aspek intelektual yang
dapat diliat dari penguasaan materi, keterampilan menggunakan metode
dan memiliki pengetahuan yang luas. ketiga aspek sosial yang dapat dilihat
dari berperilaku terpuji dalam pergaulan dan memiliki pembawaan yang
menyenangkan. keempat aspek lahir (jasmani) yang dapat dilihat dari
penampilan (performance) yang baik dan intonasi suara yang jelas.
2. Untuk seorang guru alangkah baiknya terus berupaya meningkatkan
kedisiplinan, walaupun kedisiplinan guru tidak seutuhnya berperan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa namun dengan adanya disiplin pada
sosok seorang guru maka guru akan menjadi pribadi yang baik dihadapan
siswa dan masyarakat karena kodrat seorang guru adalah digugu dan ditiru
dan alangkah baiknya lagi guru terus berupaya semaksimal mungkin
dalam mencari cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, misalnya dengan
menerapkan metode-metode belajar yang menyenangkan.
3. Kepada para siswa diharapkan agar lebih semangat dalam belajar,
berusaha memiliki tanggung jawab yang tinggi, selalu ingin menjadi yang
terbaik, selalu memperhatikan umpan balik, dapat mempertimbangkan
83
resiko, bisa mengorbankan waktu agar dapat meningkatkan prestasi belajar
dan lebih menghormati guru.
4. Kepada orang tua alangkah baiknya memperhatikan prestasi belajar siswa
walau bagaimanapun orang tua berperan terhadap prestasi belajar siswa,
orang tua tidak boleh menyerahkan sepenuhnya kepada guru.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Pius dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya:
ARKOLA, t.t
Abyan, Amir, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran PAI, Jakarta: Dirjen
Bimbingan Islam dan UT, 1997
Achin, Amir, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, cet-ke 2
Alfat, Masan, Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Karya Toha Putra,1987
Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Karya Abditama, cetke 1, 2001
Ardani, Moh, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005
Arifin, Muzayyin, Pendidkan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, Jakarta:
Golden Trayon Pers, cet-ke 1, tth
Arifin, Zaenal, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999
Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grapindo Utama, 2002
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, Ed. 1,
cet-ke 5, 2004
_____________, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, Cet. KeXXVI, 2003
_____________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. Ke-1, 1995
_____________, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Penerbit
Gunung Agung, 1986
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Bagi Anak Putus Sekolah, Jakarta:
Bimbingan Islam, 2003
Departemen Agama RI, Penelitian Pengembangan dan Inovasi Pendidikan
Agama, Jakarta: Badab Litbang Agama Proyek Penelitian Keagamaan,
1983/ 1984
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1970
Djamrah, Syaiful Fahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, cet-ke 1, 2000
Faried, Ahmad, Menyucikan Jiwa, Surabaya: Risalah Gusti, 1993
Ghoffar, Muhammad Abdl., Malu dan Manfaatnya, Jakarta: Media Dakwah, 1997
Hayeh, S. P., Kamus Populer, Jakarta; cet-ke 2, 1987
Hidayat, Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, cet-ke 2,
tth
Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, Yogyakarta: Bentang, 2008
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999
Ismail, Abdurrahman Affandi, Pendidikan Budi Pekerti, Semarang, CV. Toha
Putra, 1982
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Ed. Rev-9,
2005
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, Jakarta: Kalam Mulia, 2009
Morkijat, Manajemen Kepegawaian Personal Manajemen, Bandung: Alumni,
1987
Mulyasa, E, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cet-ke 7, 2008
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia,, Cet. Ke-1, 1997
Nasution, S., Didaktik Dasar-Dasar Menagajar, Bandung: Jemmars, 1995
Nata, Abuddin, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005
NK, Ny. Roesitah, Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1998
Pengertian Disiplin: Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP
No. 30 Tahun 1980., dari http//www.google,com, Jakarta, 2010
Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan
http//www.google.com, Jakarta, 2010
Manajerial
SPMK.,
dari
Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, CV. Karya
Manunggal, 1982
Poerbakawatja, Soergada dan H. A. H. Harahap, Enskologi Pendidikan, Jakarta:
Gunung Agung, cet-ke 2, 1981
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen, t.d, t.t
Racmaningsih, Neiny, Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU
Kelas 2, Bandung: Srafindo Media Pratama, 1997
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, cet-ke 4, 2004
Rohani H. M, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka
Cipta, cet-ke-1, 1995
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet-ke 1
Salim, Peter dan Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,
Jakarta: Modern English Press, 1991
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Ash, Kuliah Ibadah, Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2000
Soekanto, Soejono, Remaja dan Masalahnya, (Jakarta: Balai Pustaka), cet-ke-2,
1990
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
Swasto, Agus, Psikologi Perkembangan, Bandung: Aksara Baru, ed. III
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendididkan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, cet-ke 14, 2007
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: GITAMEDIA, cet-ke 1, 2006
Uno, Hamzah B., [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia), Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2009
Usman , Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rodakarya,
cet-ke 17, 2005
Zein, Satria Effendi, M., Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, cet. Ke-1, 2005
Zuhairini, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional,
cet-ke 8, 1983
Download