ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR PRODUKSI DENGAN JUMLAH PRODUKSI PADI LAHAN SAWAH DI DAEARAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SOLO HULU KABUPATEN WONOGIRI Ariyanto, Eny Lestari, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email : [email protected] Telp : 087836620679 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya jumlah produksi yang diperoleh oleh petani padi di sekitar aliran Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Keduang serta untuk menganalisis hubungan antara faktor produksi dengan jumlah produksi padi lahan sawah di Sub DAS Keduang. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik survai. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo Hulu Kabupaten Wonogiri khususnya di sekitar Sub DAS Keduang. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan analisis korelasi linear berganda. Hasil analisis menunjukan bahwa besarnya produksi padi lahan sawah di sekitar Sub DAS Keduang pada musim penghujan untuk lokasi yang dekat dengan aliran Sub DAS Keduang adalah sebesar 3,8 ton/Ha gabah basah dan 4,2 ton/Ha gabah basah untuk lokasi yang jauh. Pada musim kemarau jumlah produksi sebesar 3,8 ton/Ha gabah basah untuk lokasi yang dekat dan 5 ton/Ha gabah basah untuk lokasi yang jauh dari Sub DAS Keduang. Secara simultan, hubungan antara faktor produksi dengan jumlah produksi adalah kuat. Secara parsial faktor produksi penggunaan benih, luas lahan, penggunaan tenaga kerja, penggunaan pupuk urea dan penggunaan pupuk phonska memiliki hubungan yang cukup berarti dengan jumlah produksi padi lahan sawah. Untuk faktor produksi penggunaan pestisida memiliki hubungan yang rendah/lemah namun pasti dengan jumlah produksi padi. Kata Kunci : Faktor Produksi, Produksi, Padi Lahan Sawah, Daerah Aliran Sungai (DAS), Sub DAS Abstract : This research aimed to assess total of rice production in Solo hulu watershed Wonogiri district and the relationship between production factor with the total of rice production in Solo Hulu Watershed Wonogiri. This research used analytic descriptive and survey technique. Determination of location for this research was purposive in Ngadirojo sub district. Sampling method was proportional random sampling. This research used regression analysed and multiple linear correlation analysed. The results showed that total of rice production in Solo hulu watershed Wonogiri district in rainy season where close to Keduang river flow is about 3,8 ton/Ha wet rise and 4,2 ton/Ha wet rise for remote locations. In dry season, total of rice production for the near is about 3,8 ton/Ha and 5 ton/Ha for remote locations. Simultaneously, the relationship between production factors with total of rice production was strong. Partially, the relationship between land area, number of employees, the amount of urea fertilizer, the amount of phonska fertilizer with total of rice production was significant. The relationship between the amount of pestisides with total of rice production was low/weak. Key Word : Production Faktor, Production, Number of Rice Production, Watershed (DAS), PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang lautannya lebih luas dari daratan. Luas lautan 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur didukung dengan iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian dan budidaya tanaman dan ternak menjadi kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi (Hernanto, 1991). Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Secara garis besar, pengertian pertanian dapat dringkas menjadi empat komponen yang tidak terpisahkan. Keempat komponen tersebut meliputi : proses produksi, petani dan pengusaha pertanian, tanah tempat usaha, dan usaha pertanian (farm business) (Soetriono, dkk. 2006). Daerah Aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian disalurkan ke laut melalui sungai utama. Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo merupakan salah satu DAS superprioritas di Indonesia yang segera memerlukan penanganan. Kondisi demikian terjadi baik di wilayah hulu maupun di hilir. Hulu Sungai Bengawan Solo terdapat di Pegunungan Seribu, Kabupaten Wonogiri. dimana aliran sungai dari sumber mata air tersebut ditampung di Waduk Serba Guna. Penggunaan lahan merupakan perpaduan antara penduduk sekitar dengan tingkat teknologi usahatani yang digunakan serta jumlah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Setiap pola penggunaan lahan mempengaruhi tingkat produktivitas lahan dan pendapatan, serta dapat menimbulkan dampak lingkungan (Sutrisno, dkk, 2012). Salah satu penggunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah DAS yaitu digunakan untuk usahatani padi lahan sawah. Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah yang dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo Hulu. Selain itu, juga terdapat Sub DAS yang melalui wilayah tersebut yaitu Sub DAS Keduang, Sub DAS Wiroko, Sub DAS Temon, Sub DAS Alang/ Unggahan, Sub DAS Wuryantoro dan Sub DAS Solo hulu. Sub DAS Keduang merupakan Sub DAS dengan wilayah paling luas dibandingkan dengan Sub DAS yang lainnya. Wilayah yang dilalui oleh Sub DAS Keduang ini terdiri dari 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Jatiroto, Slogohimo, Jatisrono, Jatipurno, dan Girimarto. Penduduk yang tinggal di sekitar Sub DAS Keduang mayoritas bermata pencarian sebagai petani padi sawah. Petani mengusahakan padi sawah karena lahan sawah dekat dengan sumber air. Petani tidak hanya mengandalkan air hujan untuk irigasi lahan sawah, sehingga petani dapat melakukan penanaman padi sawah lebih dari satu kali dalam satu tahun. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survai. Penelitian dilaksanakan di Tabel 1. Jumlah Petani Sampel Tiap Dusun di Desa Gedong Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No. 1 2 3 4 Dusun Gemawang Gedong Ngadirojo Lor Mlokomanis Wetan Jumlah Kecamatan Ngadirojo. Penentuan lokasi penelitian secara sengaja dengan pertimbangan Kecamatan Ngadirojo merupakan kecamatan yang dilalui oleh Sub DAS Keduang dengan jumlah produksi padi lahan sawah yang tertinggi. Dari kecamatan tersebut dipilih empat desa sebagai desa sampel secara purposive yaitu dua desa yang berlokasi dekat dengan Sub DAS Keduang yaitu Desa Gemawang dan Desa Gedong dan dua desa yang berlokasi jauh dari Sub DAS Keduang yaitu Desa Ngadirojo Lor dan Desa Mlokomanis Wetan. Metode Penentuan Sampel Responden Penentuan jumlah petani sampel dari masing-masing desa dilakukan secara proporsional random sampling dengan mempertimbangkan jumlah petani tiap desa, dengan rumus sebagai berikut. Ni ni X 60.......................................(1) N Dimana ni adalah jumlah sampel dari desa i, Ni adalah jumlah petani yang memenuhi syarat sebagai petani sampel dari desa i, N adalah jumlah petani seluruh desa sampel yang memenuhi syarat sebagai Jumlah petani 925 1.171 976 1.026 4.098 Jumlah petani sampel 13 17 15 15 60 petani sampel dan 60 adalah jumlah petani sampel yang akan diamati. Metode Analisis Data Untuk mengetahui besarnya produksi usahatani padi lahan sawah diperhitungkan dari jumlah padi yang diperoleh petani saat panen setiap musim tanam (musim penghujan dan musim kemarau). Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor produksi terhadap produksi padi sawah pada lahan sawah, dapat diketahui dengan analisis korelasi linear berganda. Variabel dimasukkan terlebih dahulu dalam persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui besarnya koefisien regresi masing masing variabel. Persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut : Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6+ e...............................(2) Dimana Y adalah produksi padi (kg/th), α adalah intersep, b adalah koefisien regresi, X1 adalah penggunaan benih (kg), X2 adalah luas lahan garapan (ha), X3 adalah penggunaan tenaga kerja (HKP), X4 adalah penggunaan pupuk urea (kg), X5 adalah penggunaan pupuk phonska (kg), X6 adalah penggunaan pestisida (lt) dan e adalah eror term. Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara variabel terikat 𝑏1 . ∑ 𝑥1 𝑦 + 𝑏2. ∑ 𝑥2 𝑦 + 𝑏3. ∑ 𝑥3 𝑦 + 𝑏4. ∑ 𝑥4 𝑦 + 𝑏5. ∑ 𝑥5 𝑦 + 𝑏6. ∑ 𝑥6 𝑦 𝑅𝑥1,..,𝑥6.𝑦 = √ . . . (3) ∑ 𝑦2 (Y) dengan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3,..., Xn) digunakan alat analisis yaitu korelasi linier berganda. Dengan korelasi linear berganda ini, keeratan atau kuat tidaknya hubungan (kuat, lemah, atau tidak ada hubungan sama sekali) antara variabel-variabel tersebut dapat diketahui. Keeratan hubungan ini dinyatakan dengan istilah koefisien korelasi. Koefisien korelasi linear berganda dapat dirumuskan seperti diatas (Alief, 2013). Dimana 𝑅𝑥1,..,𝑥6.𝑦 adalah koefisien korelasi, y adalah produksi (kg/MT), dan X1-X6 adalah variabel bebas, b adalah koefisien regresi masing-masing variabel. Sedangkan untuk mengetahu koefisien korelasi secara parsial, yaitu untuk mengetahui seberapa kuatkah hubungan satu variabel bebas dengan variabel tak bebas secara individu, dapat dirumuskan sebagai berikut : Rxi.y = 𝑛(∑ 𝑥𝑖.𝑦)−(∑ 𝑥𝑖)(∑ 𝑦) √{𝑛(∑ 𝑥 2)−(∑ 𝑥𝑖)2}{𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 } (4) Dimana ∑Xi adalah jumlah dari Xi, ∑Y adalah jumlah dari Y, ∑XiY adalah jumlah dari Xi.Y, ∑Xi2 adalah jumlah dari Xi2. Setelah koefisien korelasi diperoleh nilai koefisien determinan (KP) juga dapat diperoleh. Nilai KP pada persamaan di bawah menunjukan seberapa besar nilai variabel bebas x1 sampai dengan x6 mempengaruhi nilai variabel terikat y. Menurut Hasan (2002) nilai KP dapat diperoleh dengan persamaan berikut : KP = (Rx1,x2,x3,x4,x5,y)2 x 100%.......(5) Dimana KP adalah koefisien determinasi, Rx1,x2,x3,x4,x5,y adalah nilai keofisien korelasi simultan. PEMBAHASAN Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Rata-rata penggunaan benih pada usahatani padi sawah di sekitar Sub DAS Keduang untuk lokasi yang dekat dengan aliran adalah 71 kg/Ha dan untuk lokasi yang jauh adalah 64,68 kg/Ha. Jumlah ini sama untuk musim hujan dan musim kemarau. Rata-rata penggunaan pupuk urea pada usahatani padi sawah di sekitar Sub DAS Keduang untuk lokasi yang dekat dengan aliran adalah 308,63 kg/Ha dan untuk lokasi yang jauh adalah 310,59 kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk phonska pada usahatani padi sawah untuk lokasi yang dekat dengan Sub DAS Keduang adalah 240,74 kg/Ha sedangkan untuk lokasi yang jauh dari Sub DAS Keduang adalah sebesar 356,05 kg/Ha. Penggunaan obat-obat kimia berupa pestisida untuk lokasi yang dekat maupun jauh dengan Sub DAS Keduang menunjukan jumlah yang hampir sama yaitu 0,55 lt dan 0,54 lt. Petani hanya menggunakan pestisida apabila tanaman padi diserang oleh hama dan penyakit. Pestisida yang biasa digunakan adalah fastac, spontan dan amistartop. Penggunaan tenaga kerja manusia pada usahatani padi sawah irigasi dihitung dalam satuan HKP (hari kerja pria). Selain dengan upah uang, petani di lokasi penelitian juga masih ada yang menggunaka sistem bawon, yaitu dengan upah berupa gabah. Selain itu juga ada sistem gotong royong. Petani yang satu membantu petani yang lainnya secara bergantian tanpa diberi upah, istilahnya disini petani bertukar tenaga saja. Tenaga kerja mesin dikonversikan dalam satuan HKP dengan cara membagi nilai sewa mesin yang berupa traktor dengan rata-rata upah tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga kerja paling banyak adalah tenaga kerja luar keluarga. Hal ini disebabkan karena anggota keluarga yang ikut aktif dalam usahatani rata-rata hanyalah dua sampai tiga orang, sehinga mayoritas penggunaan tenaga kerja adalah tenaga kerja luar keluarga. Jumlah Produksi Padi Sawah di Sekitar Sub DAS Keduang Rata-rata jumlah produksi padi sawah untuk lokasi yang dekat maupun jauh dengan Sub DAS Keduang adalah lebih besar pada saat musim kemarau dibandingkan dengan musim penghujan. Untuk lokasi yang dekat dengan Sub DAS Keduang, pada musim penghujan rata-rata jumlah produksi padi yaitu sebesar 3.866,67 kg/Ha sedangkan untuk lokasi yang jauh adalah sebesar 4.209,81 kg/Ha. Pada musim kemarau, lokasi yang dekat dengan Sub DAS Keduang memperoleh ratarata produksi padi sebesar 3.870,37 kg/Ha dan untuk lokasi yang jauh sebesar 5.079,68 kg/Ha. Rata-rata jumlah produksi padi lebih besar pada musim kemarau ini bisa disebabkan karena pada musim penghujan jumlah hama yang menyerang tanaman padi lebih banyak dibandingkan dengan musim kemarau. Selain itu, menurut petani, pada musim penghujan peranakan tanaman padi tidak bisa banyak, sehingga akan mempengaruhi jumlah bulir padi yang dihasilkan setiap tanaman padi yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah produksi yang diperoleh petani Analisis Hubungan Faktor Produksi dengan Jumlah Produksi Padi Lahan Sawah di Sekitar Sub DAS Keduang Lokasi yang Dekat dengan Sub DAS Keduang. Persamaan regresi faktor-faktor produksi dengan jumlah produksi padi lahan sawah untuk lokasi yang dekat Sub DAS Keduang sebagai berikut : Y = -279,064 - 6,384X1 + 2519,093X2 + 11,517X3 + 6,681X4 + 1,142X5 - 840,257X6.................(6) Dari hasil analisis, diperoleh 2 nilai R sebesar 0,627. Angka ini berarti, bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska, dan jumlah pestisida secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebas yaitu jumlah produksi padi sebesar 62,7%, sedangkan sisanya sebesar 37,3% dijelaskan variabel-variabel lain di luar model misalnya curah hujan dan jumlah pupuk organik. Hasil uji F diketahui bahwa nilai probabilitas signifikansi 0,000a. Nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 10% (0,10). Hal ini menunjukkan bahwa H1 Tabel 2. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Dekat dengan Aliran Sub DAS Keduang Model Regresi Residu Total Jumlah Kuadrat 3.045 1.814 4.859 Derajat bebas 6 23 29 Rata-rata Kuadrat 5074449.968 788850.878 F 6.433 Sig α= 10% 0,000a Sumber: Hasil analisis data primer diterima dan H0 ditolak yaitu variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska, dan jumlah pestisida secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu jumlah produksi padi pada tingkat kepercayaan 90%. Uji t digunakan untuk mengetahui masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Penggunaan uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai thit dan ttabel. Variabel bebas yang mempunyai nilai thit lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi α =10% atau 0,10. Hal ini menunjukan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yaitu secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90% terhadap jumlah produksi padi. Variabel bebas yang berpengaruh secara individu terhadap jumlah produksi padi yaitu luas lahan garapan (X2) dan jumlah pupuk urea (X4). Variabel jumlah benih, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk phonska dan jumlah pestisida mempunyai nilai thit lebih kecil dari t tabel maka dapat diartikan bahwa variabel bebas ini tidak berpengaruh secara individu terhadap jumlah produksi padi. Hasil analisis dengan menggunakan SPSS pada matrik Pearson Correlation (PC) didapat nilai PC tertinggi yaitu 0,761, nilai VIF tertinggi adalah 3,340 dan diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram scatterplot menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang artinya dalam model tidak terjadi multikolinearitas maupun heterokedastisitas. Tabel 3. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Dekat dengan Aliran Sub DAS Keduang Variabel Jumlah benih (X1) Luas lahan garapan (X2) Jumlah tenaga kerja (X3) Jumlah pupuk urea (X4) Jumlah pupuk phonska (X5) Jumlah pestisida (X6) Sumber : Hasil Analisis Data Primer thit - 0,438 2,593* 0,768 2,021* 0,272 -0,884 ttabel 1,69 1,69 1,69 1,69 1,69 1,69 Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi Parsial Untuk Lokasi yang Dekat dengan Aliran Sub DAS Keduang. Variabel bebas (x) Variabel terikat (y) Penggunaan benih Jumlah produksi (y) (x1) Luas lahan (x2) Penggunaan tenaga kerja (x3) Penggunaan pupuk urea (x4) Penggunaan pupuk phonska (x5) Penggunaan pestisida (x6) Nilai koef. Sign. korelasi (R) 0,52 Signifikan 0,71 0,62 Signifikan Signifikan 0,65 Signifikan 0,55 Signifikan 0,34 Signifikan Sumber : Analisis Data Primer Setelah dilakukan analisis regresi di atas, dan nilai dari koefisien regresi masing-masing diketahui selanjutnya dilakukan analisis korelasi linear berganda. Hasil analisis menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,79. Hal ini menunjukan bahwa di lokasi yang dekat dengan aliran Sub DAS Keduang, antara variabel terikat yang berupa jumlah benih, luas lahan, jumlah tenaga kerja, juimlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska dan jumlah pestisida secara simultan mempunyai korelasi atau hubungan yang tinggi atau kuat dengan variabel bebasnya yaitu jumlah produksi padi. Sedangkan untuk hubungan secara parsial dari masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, hasilnya adalah sebagai berikut. Nilai Rx1,y sebesar 0,52 menunjukkan bahwa hubungan jumlah benih yang digunakan (X1) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi yang cukup berarti. Jumlah benih padi yang digunakan akan menentukan jumlah produksi padi yang akan diperoleh petani. Nilai Rx2,y sebesar 0,71 menunjukkan bahwa hubungan luas lahan (X2) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi atau hubungan yang tinggi/kuat. Hubungan antara luas lahan dengan jumlah produksi adalah positif. Hal ini berarti semakin luas lahan maka produksi akan semakin tinggi. Nilai Rx3,y sebesar 0,62 menunjukkan bahwa hubungan jumlah tenaga kerja (X3) dengan jumlah produksi (Y) memiliki hubungan yang cukup berarti. Demikian pula dengan nilai Rx4,y sebesar 0,65 juga menunjukkan bahwa hubungan jumlah pupuk urea (X4) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi atau hubungan yang cukup berarti. Nilai Rx5,y sebesar 0,55 menunjukkan bahwa hubungan jumlah pupuk phonska (X5) dengan jumlah produksi (Y) juga memiliki korelasi atau hubungan yang cukup berarti. Pupuk merupakan salah satu input yang dapat meningkatkan produksi padi. Petani di lokasi penelitian rata-rata hanya menggunkan pupuk urea dan phonska. Pupuk urea merupakan pupuk yang memiliki kandungan unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Sedangkan pupuk phonska memiliki kandungan unsur yang lebih lengkap. Pupuk phonska juga dapat menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit. Nilai Rx6,y sebesar 0,34 menunjukkan bahwa hubungan jumlah pestisida (X6) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi atau hubungan yang rendah/lemah tapi pasti. Ini disebabkan penggunaan pestisida oleh petani hanya dilakukan ketika tanaman padi benar-benar terserang hama penyakit, apabila tidak terserang maka petani tidak melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi. Setelah nilai koefisien korelasi simultan diperoleh, nilai koefisien determinan (KP). Dari hasil analisis diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar 79%. Nilai ini menunjukkan kontribusi semua variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan adalah sebesar 79%. Sementara itu 21% sisanya merupakan kontribusi dari faktorfaktor lain selain faktor yang diwakili oleh variabel bebas. Lokasi yang Jauh dengan Sub DAS Keduang. Persamaan regresi faktorfaktor produksi dengan jumlah produksi padi lahan sawah untuk lokasi yang dekat Sub DAS Keduang sebagai berikut : Y = 356,247 + 19,428X1 1233,306X2 + 5,806X3 + 1,637X4 + 2,069X5 + 1729,738X6................(7) Dari hasil analisis, diperoleh 2 nilai R sebesar 0,680. Angka ini berarti, bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska, dan jumlah pestisida secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebas yaitu jumlah produksi padi sebesar 68%, sedangkan sisanya sebesar 32% dijelaskan variabelvariabel lain di luar model misalnya curah hujan dan jumlah pupuk organik. Hasil uji F diketahui bahwa nilai probabilitas signifikansi 0,000a. Nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 10% (0,10). Tabel 5. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Jauh dari Aliran Sub DAS Keduang. Model Regresi Residu Total Jumlah Kuadrat 4836145.833 2279621.667 7115767.500 Derajat bebas 6 23 29 Sumber: Hasil analisis data primer Rata-rata Kuadrat 806024.305 99113.986 F 8.132 Sig α= 10% 0,000a Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yaitu variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska, dan jumlah pestisida secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu jumlah produksi padi pada tingkat kepercayaan 90%. Uji t digunakan untuk mengetahui masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas yaitu jumlah produksi padi lahan sawah. Penggunaan uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai thit dan ttabel. Hasil penghitungan uji t dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukan nilai thit dan ttabel dari masing-masing variabel bebas dari hasil penghitungan. Variabel bebas yang mempunya nilai thit lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi α =10% atau 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yaitu secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90% terhadap jumlah produksi padi. Variabel bebas yang berpengaruh secara individu terhadap jumlah produksi padi yaitu jumlah benih (X1) dan jumlah pupuk phonska (X5) dan jumlah pestisida (X6). Variabel luas lahan, jumlah tenaga kerja dan jumlah pupuk urea mempunyai nilai t hit lebih kecil dari ttabel pada taraf signifikansi α =10% atau 0,10 maka dapat diartikan bahwa variabel bebas ini tidak berpengaruh secara individu terhadap jumlah produksi padi. Pengujian model agar termasuk dalam BLUE (Best Linear Unbiased Estimation) dapat dilakukan dengan uji multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil analisis dengan menggunakan SPSS pada matrik Pearson Correlation (PC) didapat nilai PC tertinggi yaitu 0,762, nilai VIF tertinggi adalah 4,301 dan diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram scatterplot menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang artinya dalam model tidak terjadi multikolinearitas maupun heterokedastisitas Setelah dilakukan analisis regresi di atas, dan nilai dari koefisien regresi masing-masing diketahui, selanjutnya dilakukan analisis korelasi linear berganda. Hasil analisis menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,83. Tabel 6. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Jauh dari Sub DAS Keduang Variabel Jumlah benih (X1) Luas lahan garapan (X2) Jumlah tenaga kerja (X3) Jumlah pupuk urea (X4) Jumlah pupuk phonska (X5) Jumlah pestisida (X6) Sumber : Hasil Analisis Data Primer thit 1,766* -0,730 0,714 1,033 1,893* 1,822* ttabel 1,69 1,69 1,69 1,69 1,69 1,69 Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi Parsial Untuk Lokasi yang Jauh dengan Aliran Sub DAS Keduang. Variabel bebas (x) Variabel terikat (y) Penggunaan benih Jumlah produksi (y) (x1) Luas lahan (x2) Penggunaan tenaga kerja (x3) Penggunaan pupuk urea (x4) Penggunaan pupuk phonska (x5) Penggunaan pestisida (x6) Nilai koef. Sign. korelasi (R) 0,68 Signifikan 0,54 0,45 Signifikan Signifikan 0,43 Signifikan 0,67 Signifikan 0,34 Signifikan Sumber : Analisis Data Primer Hal ini menunjukan bahwa di lokasi yang jauh dengan aliran Sub DAS Keduang antara variabel terikat yang berupa jumlah benih, luas lahan, jumlah tenaga kerja, juimlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska dan jumlah pestisida secara simultan mempunyai korelasi atau hubungan yang tinggi atau kuat dengan variabel bebasnya yaitu jumlah produksi padi.Nilai Rx1,y sebesar 0,68 menunjukkan bahwa hubungan jumlah benih yang digunakan (X1) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi yang cukup berarti. Jumlah benih padi yang digunakan akan menentukan jumlah produksi padi yang akan diperoleh petani. Nilai yang positif menunjukkan hubungan yang positif antara jumlah benih dengan jumlah produksi. Nilai Rx2,y sebesar 0,54 menunjukkan bahwa hubungan luas lahan (X2) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi atau hubungan yang cukup berarti. Hubungan antara luas lahan dengan jumlah produksi adalah positif. Hal ini berati semakin luas lahan maka produksi akan semakin tinggi. Nilai Rx3,y sebesar 0,45 menunjukkan bahwa hubungan jumlah tenaga kerja (X3) dengan jumlah produksi (Y) memiliki hubungan yang cukup berarti. Demikian pula dengan nilai Rx4,y sebesar 0,43 juga menunjukkan bahwa hubungan jumlah pupuk urea (X4) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi atau hubungan yang cukup berarti. Nilai Rx5,y sebesar 0,67 menunjukkan bahwa hubungan jumlah pupuk phonska (X5) dengan jumlah produksi (Y) juga memiliki korelasi atau hubungan yang cukup berarti. Pupuk merupakan salah satu input yang dapat meningkatkan produksi padi. Petani di lokasi penelitian rata-rata hanya menggunakan pupuk urea dan phonska. Pupuk urea merupakan pupuk yang memiliki kandungan unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Sedangkan pupuk phonska memiliki kandungan unsur yang lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk urea. Pupuk phonska mengandung unsur N, P, K dan S. Pupuk urea ini dapat menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit serta kekeringan. Selain itu juga dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen. Nilai Rx6,y sebesar 0,34 menunjukkan bahwa hubungan jumlah pestisida (X6) dengan jumlah produksi (Y) memiliki korelasi atau hubungan yang rendah/lemah tapi pasti. Hal ini disebabkan pestisida digunakan oleh petani ketika tanaman padi benar-benar terserang hama penyakit, apabila tidak terserang maka petani tidak melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi. Setelah nilai koefisien korelasi simultan diperoleh, nilai koefisien determinan (KP) juga dapat diperoleh. Dari hasil analisis diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar 68%. Nilai ini menunjukkan kontribusi semua variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan adalah sebesar 68%. Sementara itu 32% (sisanya) merupakan kontribusi dari faktorfaktor lain selain faktor yang diwakili oleh variabel bebas. SIMPULAN Besarnya produksi padi lahan sawah di daerah aliran sungai (DAS) Solo hulu Kabupaten Wonogiri untuk lokasi yang dekat dengan aliran sungai Keduang pada musim penghujan adalah sebesar 3,8 ton/Ha gabah basah dan pada musim kemarau 3,8 ton/Ha gabah basah. Lokasi yang jauh dari aliran sungai Keduang pada musim penghujan menghasilkan 4,2 ton/Ha gabah basah dan 5 ton/Ha bagah basah pada musim kemarau. Hubungan antara faktor produksi secara bersama-sama menunjukkan hubungan yang kuat dengan jumlah produksi, baik itu untuk lokasi yang dekat ataupun yang jauh dengan aliran Sub DAS Keduang. Secara individu faktor produksi penggunaan benih, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk phonska dilokasi penelitian yang dekat dengan Sub DAS Keduang memiliki hubungan yang cukup berarti dengan variabel tak bebas dan untuk faktor produksi berupa luas lahan memiliki hubungan yang kuat dengan jumlah produksi. Untuk lokasi penelitian yang jauh dari Sub DAS Keduang faktor produksi berupa penggunaan benih, luas lahan, penggunaan pupuk urea dan penggunaan pupuk phonska memiliki hubungan yang cukup berarti dengan jumlah produksi. Hubungan faktor produksi berupa penggunaan pestisida dengan jumlah produksi adalah rendah/lemah untuk kedua lokasi penelitian. Petani diharapkan lebih mampu mengoptimalkan luas lahan yang dimiliki dengan menggunakan benih unggul agar produksi padi lebih optimal lagi. Petani di lokasi yang jauh dari aliran Sub DAS Keduang diharapkan tetap menggunakan pupuk phonska terutama pada saat musim kemarau, tentu saja dengan dosis penggunaan pupuk yang tepat. Dengan pertimbangan bahwa pupuk phonska ini dapat menambah daya tahan tanaman dari hama dan penyakit serta kekeringan. DAFTAR PUSTAKA Alief. 2013. Analisisi Korelasi Lebih dari 2 Variabel Bebas. http://aliefworkshop.wordpre ss.com/2013/07/24/analisikorelasi-lebih-dari-2variabel/. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2013 pukul 13.00 WIB. Hasan, M. Ibal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistika 1. Bumi Aksara. Jakarta. Soetriono. Suwandari, A. Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Bayu Media. Malang. Sutrisno, J. Sanim, B. Saefuddin, A. Sitorus, S.S.P. 2012. Valuasi Ekonomi Erosi Lahan Pertanian di Sub Daerah Aliran Sungai Keduang Kabupaten Wonogiri. SEPA. Vol.8 No.2. ISSN: 18299946.