BAB 2 STUDI PUSTAKA

advertisement
BAB 2
STUDI PUSTAKA
2.1 Teori Umum
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu pengertian dan makna yang sangat luas jika
ingin dijabarkan. Perkembangan komunikasi yang terus menerus meningkat dan
terus berjalan semakin membuat pemahaman dan pengertian tentang apa itu
komunikasi pun terus berkembang dan terus memunculkan pengertian baru. Salah
satu dampak yang cukup signifikan yaitu pengertian atau definisi dari komunikasi
yang diungkapkan oleh para pakar tersebut. Dengan demikian, maka perlu diberikan
dan dipaparkan definisi yang dijabarkan oleh para pakar sehingga mendapatkan suatu
pengertian yang selaras berdasarkan definisi yang ada.
Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama
melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Lukiati Komala, 2009:73).
Seorang pakar di bidang komunikasi ini menjelaskan bahwa komunikasi adalah
suatu interaksi yang terjadi di antara lingkungan serta adanya hubungan antar sesama
yang saling melakukan pertukaran informasi, dll. Selain itu, beliau juga menjelaskan
bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
11
12
Melalui definisi tersebut, dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian
yang mendalam.
Membahas tentang komunikasi, tentu melihat pula tentang pengembangan
dan studi terhadap ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi adalah suatu upaya yang
dilakukan secara sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Sehingga dengan penjelasan tersebut, komunikasi
juga dapat digunakan untuk sebagai suatu proses menyortir, memilih dan
mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksudkan oleh sang komunikator.
Terlebih lagi, beliau menjelaskan bahwa komunikasi adalah transmisi
informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan
simbol-simbol dan sebagainya. Proses transmisi yang dilakukan tersebut yang biasa
disebut sebagai proses komunikasi. Selain itu, beberapa pakar komunikasi lain juga
memberikan definisi untuk lebih menjelaskan makna dari komunikasi tersebut.
Dengan beberapa pakar lain, maka lebih memberikan informasi dan pemahaman
lebih lengkap tentang definisi dari komunikasi.
Definisi lain yaitu komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana
individu-individu
menggunakan
simbol-simbol
untuk
menciptakan
dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. dengan penggunaan kalimat
yang berbeda namun dengan makna yang bertujuan sama sehingga memberikan
13
pandangan yang lebih jelas terhadap komunikasi(Richard West, 2009:5). Beliau
menambahkan bahwa pandangan tentang komunikasi juga mencakup komunikasi
tatap muka yang akan dibahas lebih lengkap maupun komunikasi dengan
menggunakan media. Dengan makna dari pengertian tersebut, maka terdapat lima
persepektif yang mewakili definisi tersebut, yaitu: sosial, proses, simbol, makna, dan
lingkungan. Kelima perspektif ini akan dijelaskan untuk mendapatkan penjelasan
yang jelas dan mendapatkan pemahaman tentang definisi komunikasi tersebut.
Pada awalnya beliau meyakini bahwa kegiatan atau hal tentang komunikasi
merupakan sebuah proses dalam sosial. Ketika melakukan interpretasi kegiatan
komunikasi secara sosial (social), maka tujuan dan maksud yang disampaikan adalah
berupa kegiatan komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Sehingga,
komunikasi akan melibatkan dua pihak yang saling berhubungan, yaitu pihak dari
penerima dan pihak pengirim.
Dengan pandangan yang menilai bahwa komunikasi merupakan sebuah
proses dalam sosial, maka proses tersebut akan menilai berbagai niat, motivasi dan
kemampuan. Kemudian, ketika membicarakan komunikasi sebagai proses, maka
komunikasi merupakan suatu hal yang berkesinambungan dan tidak akan berakhir.
Komunikasi pun juga dinilai memiliki nilai dinamis, kompleks, dan senantiasa
berubah. Sehingga dalam proses komunikasi yang dilakukan dan selama proses
komunikasi berlangsung, akan banyak terjadi hal yang tidak diprediksi sejak
terjadinya proses hingga akhir dari sebuah komunikasi.
Dengan adanya definisi dan penjelasan bahwa komunikasi merupakan sebuah
hal yang dinamis dan proses yang terus berubah, maka C. Arthur VanLear (2009:6)
14
berargumen bahwa karena proses yang terjadi secara dinamis maka membuat para
peneliti dan penyusun teori untuk mencari sebuah pola seiring dengan perkembangan
waktu karena perubahan yang terjadi karena dinamis tersebut.
Istilah ketiga yang dijabarkan dalam definisi diatas melalui kelima perspektif
tersebut yaitu simbol. Simbol adalah sebuah label arbitrer atau representasi dari
fenomena. Kata adalah sebuah simbol untuk konsep dan benda. Label dapat bersifat
ambigu, dapat berupa verbal dan non-verbal, dan dapat terjadi dalam komunikasi
tatap muka dan komunikasi dengan menggunakan media. Simbol yang digunakan
merupakan sebuah hal yang telah disepakati bersama dalam sebuah kelompok, tetapi
mungkin saja tidak dimengerti di luar lingkup kelompok tersebut.
Selain proses dan simbol, makna juga memegang peranan penting dalam
definisi komunikasi sebelumnya. Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan.
Dalam penggunaan di dalam komunikasi, pesan dapat memiliki lebih dari satu
makna dan bahkan berlapis-lapis makna, seperti halnya dapat bermakna ganda.
Istilah kunci yang terakhir dalam definisi komunikasi adalah lingkungan.
Lingkungan adalah situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi. Lingkungan
dimana terjadi proses komunikasi dapat terdiri dari beberapa elemen, seperti waktu,
tempat, periode sejarah, relasi dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar.
Pakar komunikasi berikutnya juga memberikan penjelasan dan definisi
tentang komunikasi. Seorang pakar komunikasi (Theodorson, 2009:10) mengatakan
bahwa komunikasi: The transmission of information, ideas, attitudes, or emotional
from one person or group to another (or others) primarily through symbols.
Penjelasan secara umum dari definisi tersebut yaitu bahwa komunikasi merupakan
15
kegiatan transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu
orang atau kelompok yang disampaikan ke pihak lain, terutama melalui simbolsimbol tertentu. C.E. Osgood (2009:10) juga memberikan definisi komunikasi, yaitu:
in the most general sense, system, a source, influence another, the destination by
manipulation of alternative symbols, which can transmitted over the channel
connecting them. Dalam pengertian secara umum, kita melakukan komunikasi
dimana saja merupakan satu sistem, adanya sumber, mempengaruhi pihak lain yang
bertujuan untuk memanipulasi simbol-simbol alternatif, dan dapat ditransmisikan
melalui suatu saluran untuk mengontak sasarannya. Selain itu pakar komunikasi
Gerbner (2009:13) memberikan batasan pengertian yaitu: communication may be
defined as social interaction through messages. Definisi komunikasi ini lebih
sederhana, bahwa komunikasi yang didefinisikan itu sebagai interaksi interaksi sosial
melalui pesan-pesan.
Maka melalui pengertian atau definisi yang diberikan oleh para pakar
komunikasi tersebut, maka McQuail & Windahl (2009:14) memberikan kesimpulan
bahwa komunikasi merupakan hal yang berkaitan erat dengan unsur-unsur seperti
channel, message, receiver, relationship between sender and receiver, an effect,
context in which communication occurs and a range of things to which messages
refer. Pengirim pesan, media saluran, pesan-pesan, penerima dan terjadi hubungan
antara penerima dan pengirim yang menimbulkan efek-efek tertentu, atau kaitannya
dengan kegiatan komunikasi dan suatu hal dalam rangkaian penyampaian pesanpesan.
16
2.1.1.1 Proses Komunikasi
Suatu bentuk komunikasi yang ideal adalah suatu proses yang dilakukan pada
individu dengan individu, yaitu kepada seorang kepada orang yang lainnya agar
menjadi efektif, namun kini komunikasi tersebut telah menjadi lebih berkembang
sebagai orang-orang dan menjadi organisasi yang melakukan komunikasi yang lebih
efektif dengan jumlah yang lebih luas, dan dengan demikian maka perkembangan
proses komunikasi telah berubah menjadi teknik yang lebih berkembang dan menjadi
sebuah bagian dari hubungan masyarakat. Perkembangan ini membuat penyebaran
informasi hanya bagian dari proses komunikasi, dan melakukan penerimaan pesan
dan teknik menerima pesan menjadi komponen lain yang penting.
Komunikasi merupakan suatu proses dengan beberapa cara, yaitu proses
komunikasi dapat dilakukan dengan proses secara verbal dan non-verbal terhadap
orang lain. Proses ini dapat meliputi segala hal, mulai dari cara berkomunikasi,
penggunaan kalimat yang digunakan, hingga kepada ekspresi, gaya bahasa dan ide
yang diterapkan, bahkan hingga meliputi kepada perasaan. Dalam proses komunikasi
ini terdapat suatu model atau proses yang paling sederhana, yaitu merupakan
komunikasi linear yaitu: Sender - Pesan-Channel – Receiver.
Faktor lain yaitu faktor tentang proses penerimaan pesan. faktor ini adalah
suatu faktor agar terjadinya proses komunikasi yang menjadi sempurna. Melalui
faktor ini, banyak hal yang dapat diulas dan dibahas, seperti model dan teori. Seiring
dengan perkembangan proses, maka faktor penerimaan pesan yaitu suatu hal yang
membuat pesan tersebut dapat menjadi suatu hal dalam penyaringan informasi,
pengolahan informasi hingga kepada pemanfaatan informasi yang menjadi efektif.
17
Proses komunikasi salah satunya yaitu menciptakan dan mempertahankan
suatu hubungan antara satu orang dengan yang lainnya, dan proses komunikasi yang
dilakukan menjadi suatu hal yang kompleks. Proses komunikasi dalam menciptakan
dan mempertahankan suatu hubungan yaitu dengan menyampaikan informasi, namun
pada prakteknya informasi yang disampaikan tidak efektif dan tidak sesuai dengan
tujuang yang diinginkan, sehingga menciptakan suatu kebingungan. Informasi
merupakan suatu berita atau hal yang ingin disampaikan dari seorang narasumber
atau orang yang memiliki informasi, ingin diberikan kepada orang lain atau pihak
yang ingin dituju. Informasi dapat berupa apa saja, tergantung dari sumber yaitu apa
yang ingin disampaikan. Tindakan untuk memberikan informasi kepada orang lain
yang merupakan bagian dari proses komunikasi.
2.1.1.2 Model Komunikasi
Dalam proses untuk terjadinya komunikasi, ada beberapa cara dalam
terjadinya komunikasi tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan melalui beberapa
model komunikasi yang terjadi. Proses komunikasi dapat terjadi dengan beberapa
model. Oleh karena itu, bagian ini akan memberikan penjelasan dan beberapa jenis
model yang terjadi dalam komunikasi. Dengan melalui pembahasan ini, akan
memberikan informasi bahwa bagaimana proses komunikasi tersebut.
Secara garis besar, model dapat dibedakan dalam dua macam, yakni model
operasional dan model fungsional (Lukiati Komala, 2009:93). Model operasional
yaitu menggambarkan proses dengan cara melakukan pengukuran dan proyeksi
18
kemungkinan-kemungkinan operasional, baik terhadap luaran maupun terhadap
faktor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya suatu proses.
Sedangkan
dalam
Model
fungsional
yaitu
berusaha
menjelaskan
menspesifikasi hubungan-hubungan tertentu di antara berbagai unsur dari suatu
proses serta menetralisasi menjadi hubungan-hubungan yang baru. Biasanya
penggunaan dengan menggunakan model fungsional banyak digunakan dalam
pengkajian ilmu pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan yang menyangkut tingkah
laku (behavioral science). Model komunikasi dibuat untuk dapat membantu
memberikan pengertian yang lebih jelas tentang komunikasi, dan memberikan
spesifikasi atau hal yang lebih mendalam tentang komunikasi yang terjadi dalam
hubungan-hubungan manusia.
Selain itu, model komunikasi juga dapat membantu untuk memberikan suatu
gambaran terhadap fungsi komunikasi dari segi alur kerja, serta dapat membantu
untuk membuat hipotesis riset dan juga untuk memenuhi perkiraan praktis dalam
strategi komunikasi.
2.1.1.3 Model Komunikasi Linear
Pada tahun 1949, seorang ilmuwan dari Bell Laboratories yang bernama
Claude Shanon bersama dengan seorang Profesor yang berasal dari sebuah
universitas terkemuka yaitu Massachussets Institute of Technology, serta bersama
seorang konsultan yang bekerja pada sebuah proyek di Sloan Foundation, yaitu
Warren Weaver, mereka mendeskripsikan (Lukiati Komala, 2009:98) komunikasi
bahwa komunikasi merupakan sebuah proses linear.
19
Konsep dari model komunikasi yang disebut model komunikasi linear ini
berasal dari sebuah ketertarikan dari radio dan yang telepon yang dijadikan sebagai
suatu saluran. Pendekatan komunikasi ini terdiri atas beberapa elemen kunci, yaitu
sumber (source) atau pengirim pesan, mengirimkan pesan (message) pada penerima
(receiver) yang akan menerima pesan tersebut. Penjelasan dari model komunikasi ini
yaitu bahwa semua komunikasi ini terjadi dalam sebuah saluran (channel) yang
merupakan jalan untuk berkomunikasi. Model komunikasi linear memiliki asumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Dengan asumsi dan pandangan
serta penjelasan model komunikasi linear ini menjadikan komunikasi merupakan
suatu pandangan yang sangat sempit terhadap para partisipan yang ada dalam suatu
proses komunikasi.
2.1.1.4 Model Komunikasi Interaksional
Wilbur Schramm (Lukiati Komala, 2009:99) mengemukakan bahwa dalam
proses terjadinya komunikasi, perlu mengamati bagaimana hubungan antara seorang
pengirim dan penerima. Beliau memberikan sebuah penjelasan yaitu dengan
mengonseptualisasikan model komunikasi interaksional yang menekankan proses
komunikasi dua arah di antara para komunikator.
Dengan kata lain, komunikasi yang terjadi dapat berlangsung secara dua arah,
yaitu dari pihak pengirim dan kepada penerima serta sebaliknya. Schramm juga
memberikan penjelasan dengan menggunakan elemen yang penting dalam Model
Komunikasi Interaksional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap
suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal atau nonverbal, sengaja maupun tidak
20
disengaja. Umpan balik juga dapat menjadikan suatu alat bantu kepada para
komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak
dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam Model Komunikasi Interaksional
yang dipaparkan oleh Schramm (Lukiati Komala, 2009:100) yaitu umpan balik
terjadi setelah pesan diterima, tidak pada saat pesan sedang dikirim.
Yang menjadi Elemen lain dalam Model Komunikasi Interaksional adalah
bidang pengalaman (field of experience) seseorang atau bagaimana budaya,
pengalaman dan keturunan seseorang mempengaruhi kemampuannya dalam
berkomunikasi dengan satu sama lain. Setiap orang akan memiliki ciri dan cara yang
berbeda serta akan menggunakan karakteristik bahkan membawa bidang pengalaman
yang unik dalam setiap cara mereka dalam berkomunikasi. Melalui elemen tersebut
yang akan menjadikan suatu pengaruh dalam komunikasi yang terjadi. Pandangan
komunikasi interaksional memiliki asumsi bahwa dua orang berbicara dan
mendengarkan, tapi tidak dalam saat yang bersamaan. Melalui asumsi yang
diuatarakan, mendorong untuk munculnya suatu model komunikasi transaksional.
2.1.1.5 Model Komunikasi Transaksional
Komunikasi yang bersifat secara transaksional (Lukiati Komala, 2009:101)
adalah merupakan sebuah proses kooperatif dimana pengirim dan penerima samasama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi.
Dalam penjelasan model komunikasi linear sebelumnya, proses komunikasi yang
terjadi yaitu sebuah pesan dikirim dari satu orang ke orang lainnya. Sedangkan dalam
Model komunikasi interaksional, proses komunikasi yang terjadi menghasilkan
21
sebuah umpan balik dan proses terjadi melalui adanya umpan balik dari pengirim dan
penerima.
Dalam penjelasan model komunikasi transaksional ini, orang membangun
kesamaan makna. Apa yang dikatakan orang dalam sebuah proses komunikasi yang
terjadi akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya dimasa lalu. Model komunikasi
interaksional berusaha untuk menuntut penerima atau pengirim pesan untuk
menyadari pengaruh satu pesan terhadap pesan lainnya. Satu pesan merupakan suatu
hasil dari pesan yang dibangun sebelumnya, karena itu perlunya sebuah hal yang
membuat adanya saling ketergantungan antara masing-masing komponen yang ada
dalam komunikasi. Dengan adanya perubahan yang terjadi pada suatu komponen,
akan mengakibatkan suatu perubahan pada komponen lainnya karena adanya
keterkaitan serta ketergantungan.
Model komunikasi transaksional juga memiliki asumsi bahwa saat terjadinya
suatu komunikasi yang berlangsung secara terus menerus, maka akan berurusan dan
berhubungan dengan elemen verbal maupun nonverbal dari proses komunikasi
tersebut. Dengan kata lain, para komunikator mengasosiasikan makna.
GAMBAR MODEL OSGOOD DAN SCHRAMM 1 dan 2.
22
Jika model Shannon dan Weaver menjelaskan dengan memberikan asumsi
bahwa komunikasi merupakan proses linear,
sedangkan model Osgood dan
Schramm dinilai merupakan sebuah sebagai sebuah sirkular dalam derajat yang
tinggi.
Perbedaan lain yang didapat adalah apabila Shannon dan Weaver
menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan
pengirim dan penerima atau dengan istilah lain komunikator dan komunikan. Wilbur
Schramm memberikan model proses komunikasi yang agak berbeda sedikit dengan
dua model sebelumnya. Beliau memberikan suatu pemahaman (Lukiati Komala,
2009,103) yaitu dengan memperlihatkan pentingnya peranan pengalaman
yang
menjadi suatu komponen penting dalam proses komunikasi.
Bidang pengalaman akan menjadikan suatu penentuan apakah pesan yang
dikirimkan kepada penerima telah diterima dan telah sesuai dengan apa yang
diinginkan atau apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Schramm juga
mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama,
latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan
yang diterima diinterpretasikan dengan benar.
GAMBAR MODEL KOMUNIKASI SCHRAMM SATU ARAH
23
Model ini merupakan model yang sama dengan model sebelumnya yaitu
dengan memperlihatkan proses komunikasi yang satu arah dan tidak dua arah.
Schramm menyadari bahwa pentingnya balikan dalam suatu proses komunikasi,
maka akhirnya menyempurnakan model ini menjadi model dua arah. Balikan
merupakan suatu proses penting dalam proses komunikasi karena akan menceritakan
kepada kita bagaimana pesan yang dikirimkan diinterpretasikan oleh yang menerima
pesan.
Bila penerima pesan memberikan balikan kepada pengirim maka penerima
akan berubah menjadi pengirim atau sumber sehingga komunikasi tidak satu arah
lagi tetapi satu lingkaran atau menjadi dua arah. Seorang individu dapat dipandang
sebagai pengirim atau penerima pesan.
GAMBAR MODEL KOMUNIKASI SCHRAMM DUA ARAH BENTUK
SIRKULER
2.1.1.6 Model Komunikasi Lasswell
Model komunikasi Lasswell merupakan asumsi sebuah model komunikasi
yang dianggap paling awal (Lukiati Komala, 2009:106). Lasswell menyatakan bahwa
24
cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab
pertanyaan: Who Says in which channel to whom with what effect. Model komunikasi
ini meruapakan salah satu model komunikasi yang tua tetapi masih digunakan orang
untuk tujuan tertentu. Model komunikasi ini dikemukakan oleh Harold D. Lasswell,
seorang ahli ilmu politik dari Yale University (Lukiati Komala, 2009:106). Beliau
menjelaskan model komunikasi ini dengan menggunakan lima pertanyaan yang
perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who says what
in which medium, to whom dan dengan what effect.
2.1.1.7 Model Komunikasi Helical Dance
Model komunikasi Helical merupakan sebuah model yang merupakan hasil
dari pengkajian dan sebagai pengembangan dari model sirkular dari Osgood dan
Schramm (Lukiati Komala, 2009:110). Ketika membandingkan dengan model
komunikasi linear dan sirkular, Dance mengatakan bahwa pada saat dewasa ini orang
banyak telah menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah yang paling tepat dalam
menjelaskan proses komunikasi. Helix yaitu merupakan suatu bentuk melingkar yang
semakin membesar yang menunjukkan perhatian kepada suatu fakta bahwa proses
komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan pada saat ini akan
25
mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang akan datang. Dance memberikan
pernyataan penting dengan menekankan pada sifat dinamik dari komunikasi.
Proses komunikasi, yaitu merupakan suatu hal yang terjadi seperti halnya
semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan lingkunganlingkungan yang terus menerus berubah. Helix menggambarkan bagaimana aspekaspek kognitif secara tetap membesar pada mereka yang terlibat.
2.1.1.8 Model Komunikasi Claude Shannon & Warren Weaver
Model Komunikasi yang banyak digunakan adalah model komunikasi dari
Claude Shannon atau lebih dikenal dengan model Shannon Weaver.
GAMBAR MODEL KOMUNIKASI SHANNON DAN WEAVER
2.1.1.9 Model komunikasi S-C-M-R
Rumus SCMR adalah singkatan dari istilah S sebagai Source, M sebagai
Message, C sebagai Channel, R sebagai Receiver.
26
GAM
BAR MODEL SCMR
2.1.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan bagian dari proses komunikasi yang
merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Beberapa
teori yang dinyatakan oleh pakar komunikasi dan teori yang dihasilkan sejak dulu
hingga banyak ditemukan dalam buku telah banyak menjelaskan tentang konteks
komunikasi interpersonal ini. Konteks ini tentu menjelaskan dan menghasilkan
banyak teori, dan mungkin merupakan konteks yang paling luas dibandingkan
konteks lainnya. Konteks interpersonal yang diungkapkan oleh Berger, Dainton, dan
Stafford (Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012: 2) banyak membahas tentang
bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan,
dan keretakan suatu hubungan.
Teori lain yaitu menyatakan bahwa Komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang terjadi terutama di antara dua atau beberapa orang yang bersifat
alamiah dan dapat menghasilkan suatu hubungan produktif secara terus menerus
27
(Lukiati Komala, 2009:159). Komunikasi Interpersonal juga mengacu pada pesanpesan yang dikirimkan oleh orang-orang secara intern, yang seringkali berhubungan
dengan diri mereka sendiri. Dalam personal communication atau komunikasi antar
personal ini bila dilakukan dengan tatap muka respon dan feedback akan lebih
mudah dilihat, kelebihannya terletak dari kesempatan komunikator dalam
memperbaiki pesan atau mengklarifikasikan pesan apabila ada pesan yang
dipersepsikan berbeda oleh komunikan pada waktu yang cepat bahkan pada saat
secara bersamaan.
Selain itu ada pula teori lain yang berpendapat dan memberikan asumsi
bahwa komunikasi interpersonal adalah proses transaksional untuk menciptakan
makna (Kim Harrison, 2008:3). Sebuah proses transaksional adalah satu di mana
pihak yang melakukan proses komunikasi berkomunikasi dengan saling bertanggung
jawab atas apa yang terjadi (Kim Harrison, 2008:3). Artinya proses tersebut dibuat
melalui pengiriman dan penerimaan pesan. Makna adalah ide-ide dan perasaan yang
ada dalam pikiran orang. Pesan mengandung unsur verbal dan non-verbal dan
simbol. Simbol adalah kata-kata, suara, dan tindakan yang mewakili makna.
Sebagai orang berbicara, mereka yang melakukan proses komunikasi memilih
kata-kata untuk menyampaikan makna mereka dengan berkomunikasi. Pada saat
yang sama, isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah, gerak tubuh dan nada suara
mengiringi kata-kata dan mempengaruhi arti pendengar dan sebagai suatu alat bantu
untuk penyampaian pesan tersebut. Sebagai orang mendengarkan, mereka yang
berkomunikasi mengambil baik simbol verbal dan isyarat nonverbal, dan
memberikan arti bagi mereka. Bila artinya kompleks, orang perlu berkomunikasi
28
dalam bagian atau dalam urutan tertentu, artinya harus diorganisir untuk dipahami
dengan benar.
Salah satu alasan selain peneliti mengangkat hal dan teori yang berhubungan
dengan komunikasi ini yang sesuai dengan pembahasan, hal lain juga karena teori
dan pembahasan ini juga merupakan konteks dan teori yang sangat kompleks dan
beragam. Berinteraksi dalam proses komunikasi yang berlangsung secara
interpersonal
dapat
memberikan
kesempatan
kepada
komunikator
untuk
memaksimalkan fungsi berbagai macam saluran (penglihatan, pendengaran,
sentuhan, dan penciuman) untuk digunakan dalam sebuah interaksi.
Konteks interpersonal sendiri terdiri atas beberapa konteks yang terkait.
Peneliti dan para pakar komunikasi interpersonal telah mempelajari proses
komunikasi interpersonal yang terjadi pada keluarga, pada hubungan pertemanan,
pada proses hubungan pernikahan berusia panjang, proses hubungan yang terjadi
antara dokter-pasien, dan hubungan komunikasi interpersonal melalui relasi di
lingkungan kerja.
Para peneliti juga telah mempelajari kaitan antara komunikasi interpersonal
yang terjadi dengan media massa, organisasi, dan lingkungan kelas serta banyak
pihak yang menjadi kedua pihak yang melakukan komunikasi.
Sebelum masuk dalam penjelasan yang lebih dalam, ada baiknya jika ada
penjelasan dan pemaparan terhadap definisi dari komunikasi interpersonal.
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang saling bergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten (Pearson, 2010:10). Tentu saja komunikasi tersebut akan memberikan
29
pengaruh terhadap satu dengan yang lainnya atau dapat dikatakan juga sebagai
komunikasi yang bersifat timbal balik.
Komunikasi interpersonal berbeda dengan proses komunikasi formal lainnya
yang memiliki ciri khas. Pada komunikasi yang berlangsung secara formal, orangorang yang terlibat dibedakan berdasarkan posisi mereka dalam masyarakat atau
lingkungan sosial dimana mereka saling mengetahui satu sama lain, namun tidak
terjadi hubungan yang lebih dalam.
2.1.2.1 Teori Dalam Komunikasi Interpersonal
Di dalam proses komunikasi, merupakan suatu hubungan dan interaksi yang
terjalin antara kedua belah pihak, jika melalui komunikasi interpersonal maka
komunikasi yang terlain yaitu merupakan suatu hubungan yang terjalin dengan
adanya interaksi, dan membangun ketertarikan. Melalui pembahasan ini, akan diulas
bagaimana sebenarnya proses komunikasi interpersonal dapat terjadi dan menjadi
suatu hubungan yang terus berjalan dan aktif bagi kedua belah pihak yang menjalani
hubungan tersebut. Dalam pembahasan yang lebih jelas, maka mengutip dari (Dian
Wisnuwardhani, Fatmawati Mashoedi, 2012:6) pembahasan teori yang ada akan
memberikan informasi tentang apa saja hal yang membuat komunikasi tersebut dapat
berjalan dengan baik.
•
Teori Attraction
Berdasarkan attraction theory, dasar bagi seseorang dalam membentuk sebuah
hubungan adalah ketertarikan (Devito, 2003: 7). Seseorang dapat membangun sebuah
30
ketertarikan pada seseorang dan tidak dapat membangun ketertarikan tersebut.
Dalam pembahasan melalui teori ini, ada empat faktor yang mempengaruhi
ketertarikan seseorang dengan orang lain, yaitu:
1. Similarity
Sesuai dengan prinsip similarity (kesamaan), bahwa seseorang akan
melakukan hubungan yang lebih atau melakukan suatu proses komunikasi
dalam jenjang waktu yang lama serta melakukan komunikasi secara terus
menerus terhadap orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya baik
dalam hal penampilan, perilaku, cara berpikir, dan-lain-lain.
2. Proximity
Dalam proximity (kedekatan) dikatakan bahwa orang akan lebih mudah
tertarik dengan orang-orang yang memiliki kedekatan secara fisik dengan
dengan dirinya. Kedekatan secara fisik memberikan kemungkinan yang
lebih besar pada orang-orang untuk saling bertemu dan akhirnya saling
menyukai seperti pepatah jawa yang mengatakan “witing tresno jalaran
suko kulino.” Dengan demikian, kedekatan merupakan faktor yang sangat
penting untuk terjadinya tahapan awal dari sebuah hubungan, yaitu
“kontak” (terjadinya interaksi).
3. Reinforcement
Melalui reinforcement dalam hal hadiah atau sesuatu yang dapat menarik
rasa perhatian dari seseorang, maka seseorang akan tertarik pada orang
lain yang memberikan hadiah pada dirinya, yaitu berupa hadiah kecil
(pujian) atau hadiah yang cukup mewah (benda tertentu yang mahal).
4. Physical Attracctiveness and personality
31
Daya tarik fisik dan kepribadian merupakan suatu faktor yang penting
untuk dapat membuat agar dapat disukai orang. Hal ini membuat orang
tertarik untuk membina interaksi dengan orang yang memiliki fisik dan
kepribadian menarik.
•
Relationship Rules Approach
Dalam Relationship Rules Approach, dalam kajian tentang suatu hubungan,
dilakukan peninjauan dari sudut pandang melalui aturan-aturan yang ada dan berlaku
dalam hubungan tersebut. Dalam Relationship Rules Approach, sebuah hubungan
yang terjalin seperti yang dilakukan atau proses hubungan berjalan sesuai dengan
keinginan jika kedua belah pihak yang menjalin hubungan tersebut mematuhi aturan
yang ada (Devito, 2003:7).
Relationship Rules Approach memberikan pemahaman melalui asumsi
dengan menjelaskan beberapa aspek dalam sebuah hubungan, yaitu teori yang
menjelaskan tentang beberapa tingkah laku yang ada pada sebuah hubungan yang
mampu berjalan dengan berhasil ataupun hubungan yang terjalin dengan gagal.
Kedua, dengan mengetahui beberapa tingkah laku pada sebuah hubungan yang
berhasil atau hubungan yang gagal tersebut, maka dapat diketahui bahwa mengapa
sebuah hubungan dapat menjadi suatu hubungan yang gagal dan bagaimana
memperbaikinya. Dengan demikian, bila dapat mengetahui aturan-aturan yang ada
dalam sebuah hubungan, maka pihak yang melakukan hubungan dapat memiliki
keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk dapat menciptakan suatu hubungan yang
berhasil dan mampu mempertahankan terbinanya hubungan yang baik.
•
Social Penetration Theory
32
Melalui Social Penetration Theory, asumsi yang dibangun tidak membahas
tentang bagaimana sebuah hubungan dapat dibentuk, namun memberikan asumsi
tentang apa yang terjadi dalam sebuah hubungan. Dalam sebuah hubungan,
percintaan, maupun kekeluargaan, hal yang dilihat adalah segi keluasan dan
kedalamannya. Keluasan dan kedalaman merupakan konsep yang penting dalam
teori ini yang dikembangkan oleh Irwin Altman dan Dalman Taylor (2010).
Pada tahap awal dalam suatu hubungan, biasanya ditandai dengan adanya
kesempitan, yaitu topik-topik yang dibahas hanya sedikit dan dangkal. Namun jika
pada tahap awal suatu hubungan telah membahas topik-topik secara mendalam, maka
biasanya pihak yang melakukan hubungan tersebut akan merasa tidak nyaman. Bila
hubungan yang terjalin dapat berkembang ke tingkat yang lebih akrab dan kuat,
maka baik keluasan dan kedalaman akan meningkat dan peningkatan ini akan
dirasakan nyaman oleh individu yang bersangkutan. Dengan demikian, sering
memudarnya suatu hubungan, seseorang akan mengurangi tingkat pengungkapan diri
dan mengurangi pengungkapan perasaan yang paling dalam dari diri seseorang
kepada pihak lawan dalam hubungannya.
•
Social Exchange Theory
Dalam pembahasan melalui Social Exchange Theory, memberikan asumsi bahwa
seseorang melakukan hubungan untuk komunikasi adalah untuk mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya (Thibaut & Kelley, 2010). Teori ini didasarkan pada
model ekonomi untung-rugi yang mengatakan bahwa keuntungan diperoleh dari
pendapatan (rewards) dikurangi biaya (cost). Rewards adalah segala sesuatu yang
menyenangkan dan untuk memperolehnya diperlukan biaya. Dalam hubungan sosial,
33
rewards dapat berupa uang, status, cinta, informasi, barang dan jasa (Baron, Byrne,
Branscombe, 2010). Cost adalah sesuatu yang pada umumnya dihindari karena
dianggap tidak menyenangkan atau menyulitkan.
•
Equity Theory
Equity theory memberikan asumsi dengan mengembangkan ide dari Social
Exchange Theory. Dalam pembahasan melalui teori ini, dijelaskan bahwa sebuah
hubungan akan dibangun dan dipertahankan apabila perbandingan manfaat dan biaya
dari orang lain (Bercheid et al., 2010).
•
Implicit Personality Theory
Asumsi dari teori ini yaitu dimana seseorang merupakan seorang psikolog yang
memiliki cara dan kemampuan dalam menilai psikologis orang lain, dimana psikolog
tersebut hanyalah seorang awam yang seperti memiliki kemampuan dalam
menganalisis tipe psikologis dari orang lain dengan cara tertentu. Asumsi teori ini
terjadi, karena:
1. Pengalaman melalui bagaimana interaksi dengan orang lain sebelumnya,
seorang yang menilai dengan psikologis yaitu karena orang tersebut telah
memiliki pengalaman dan banyak berinteraksi dengan berbagai macam dan
tipe orang sehingga telah memahami dan mengetahui bagaimana kepribadian
dari tiap orang.
2. Ketika orang tersebut melakukan interaksi dengan orang lain dengan
menganalisis karakter psikologisnya dan mengamatinya, orang tersebut dapat
melakukan evaluasi terhadap karakter psikologis orang lain tersebut sesuai
dengan ciri psikologis yang telah diketahui sebelumnya.
34
•
Response sets
Yaitu suatu teori yang berasumsi untuk melakukan predisposisi tertentu untuk
menyanggupi orang lain. Proses dalam teori yaitu beranggapan untuk melakukan
penyimpulan langsung secara cepat tentang perilaku dari orang lain. Asumsi teori ini
menjelaskan bahwa butuh waktu yang lama dan tidak mungkin mendapatkan
informasi tentang orang lain, maka dengan demikian menggunakan teori response
sets ini untuk mengambil kesimpulan secara cepat. Dengan melakukan proses ini,
maka kesalahan dalam menilai orang lain sangat mungkin terjadi.
•
Teori peranan
Asumsi dari teori ini yaitu merupakan suatu teori yang memandang bahwa
hubungan interpersonal merupakan sebuah panggung sandiwara. Dalam teori ini,
seseorang yang menjalin hubungan harus memainkan dan menjalan perannya sesuai
dengan apa yang telah dibuat oleh masyarakat.
2.1.2.2 Komponen Dalam Studi komunikasi Interpersonal
•
Konsep Diri
Konsep diri adalah komponen utama dalam studi komunikasi interpersonal.
Kadar keberhasilan atau kegagalan seorang komunikator bisnis ditemukan dengan
cara bagaimana sang komunikator dapat memandang kemampuannya. Komponen
komunikasi interpersonal yang ditekankan di sini adalah kepastian diri atau konsep
diri yang positif. Penghargaan diri adalah suatu perasaaan yang didapat oleh
seseorang pada saat tindakan seseorang tersebut sesuai dengan kesan pribadi sendiri
35
dan ketika kesan khusus mengira bahwa seseorang tersebut mampu memberikan nilai
ideal. Sedangkan konsep diri mengacu pada bagaimana seseorang menilai dirinya
sendiri, serta seberapa besar seseorang berpikir bahwa dirinya berharga sebagai
seseorang dan bagi orang lain.
Penentu sosial merupakan suatu hal yang paling tepat dan berarti dalam
memberikan pengertian tentang bagaimana cara seseorang berhubungan dengan
orang lain serta bagaimana cara merasakan diri sendiri. Salah satu caranya yaitu
dengan adanya kritik atau pesan atau interaksi yang dibentuk dan dihasilkan dalam
proses komunikasi dan berhubungan dengan pihak lain atau orang lain.
Dengan adanya respon dengan pesan, kritik dan sebuah nilai yang diberikan
dari hasil hubungan seseorang akan dipahami dan dimengerti bagaimana tipe dan
karakter serta bagaimana konsep diri dari orang tersebut. Pada saat berhadapan
dengan kritik, orang yang memiliki konsep diri positif yaitu mereka akan yakin dan
mengetahui bahwa dengan ada kritik maka akan membuat mereka dapat
meningkatkan perilaku dirinya sendiri. Mereka beradaptasi terhadap umpan balik.
Singkatnya, konsep diri merupakan penyaring semua informasi yang datang kepada
seorang individu.
•
Keterbukaan
Suatu hubungan yang dapat terjalin dengan kuat dan berjalan dengan produktif
merupakan sebuah proses yang didasari oleh pemenuhan bersama dalam hal
kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Keterbukaan melibatkan penyingkapan
terhadap orang lain, pelaporan reaksi untuk menstimuli dengan jujur, dan pemilikan
perasaan. Satu aspek yang penting yaitu keterbukaan merupakan suatu cara
36
bagaimana suatu informasi dibagikan, yaitu gaya komunikasi. Proses hubungan
tersebut yaitu terjadi dimana informasi tersebut dibagikan secara pribadi yang
dilakukan dengan penuh perhatian, dan dengan cara tertentu.
2.1.3 Public Relations
Definisi Menurut British Institute of Public Relations (IPR) yaitu Public
Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill)
dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Sedangkan Definisi Menurut Frank Jefkins (2003:10), Public Relations
adalah bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara
suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Definisi Menurut Pernyataan Meksiko (The Mexican Statement), pertemuan
asosiasi Public Relations yang diadakan di Mexico City pada bulan Agustus 1978,
telah menghasilkan sebuah pernyataan yang menjelaskan akan pengertian tentang
definisi Public Relations, yaitu praktik Public Relations adalah sebuah seni sekaligus
ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap
kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran para pemimpin
kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang
terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya.
37
Definisi Public Relations (Kim Harrison, 2008:30) adalah sebuah fungsi
kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi,
membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi. Beliau
juga menambahkan bahwa seorang praktisi public relations harus mampu
berkomunikasi dengan baik tehadap semua masyarakat internal dan eksternal yang
relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi
antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Selain itu, para praktisi public
relations juga harus mampu mengembangkan, melaksanakan dan mampu melakukan
evaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta
pemahaman di antara konstituen organisasi dan masyarakat.
2.1.3.1 Fungsi Public Relations
Sebagai fungsi manajemen bagi perusahaan atau organisasi (Kim Harrison, 2008:31),
peran public relations meliputi:
• Mengantisipasi, menganalisis dan menafsirkan opini publik, sikap, dan isu-isu yang
dapat mempengaruhi operasi dan rencana organisasi.
• Konseling manajemen di semua tingkatan dalam organisasi tentang keputusan
kebijakan, program aksi, dan komunikasi, dengan mempertimbangkan konsekuensi
publik dan tanggung jawab organisasi sosial atau kewarganegaraan.
• Meneliti, pelaksanaan dan evaluasi, secara berkelanjutan, program aksi dan
komunikasi untuk mencapai pemahaman publik informasi yang diperlukan bagi
keberhasilan tujuan organisasi.
38
Program komunikasi dapat meliputi:
• Pemasaran, keuangan, fundarising, karyawan, masyarakat dan hubungan
pemerintah, dan program lain
• Perencanaan dan pelaksanaan upaya organisasi untuk mempengaruhi atau
mengubah kebijakan publik.
• Menetapkan tujuan, perencanaan, penganggaran, perekrutan dan pelatihan staf,
pengembangan fasilitas, dan mengelola sumber daya untuk melaksanakan kegiatan
komunikasi.
2.1.3.2 Tujuan Public Relations
Tujuan Public relations dalam sebuah perusahaan, memiliki beberapa pokok
diantaranya:
•
Untuk mengubah citra umum di mata khalayal sehubungan dengan adanya
kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh,
suatu perusahaan yang semula hanya menangani transportasi truk tapi
kemudian mulai menjual mesin pemanas ruangan
•
Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
•
Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan
kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
•
Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka
pasar-pasar ekspor baru.
39
•
Untuk mempersiapkan penerbitan saham tambahan atau karena adanya
perusahaan yang akan go public.
•
Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya,
sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan
kecaman, kesangsian atau salah paham di kalangan khalayak terhadap niat
baik perusahaan.
•
Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan
mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan,
•
Untuk meyakinkan khalayak bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit
kembali setelah terjadinya suatu krisis.
•
Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam
menghadapi resiko pengambil-alihan.
•
Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru.
•
Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para
pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.
•
Untuk
mendukung
keterlibatan
perusahaan
sebagai
sponsor
dari
penyelenggaraan suatu acara.
•
Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatankegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang
bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan kebijakan
pemerintah yang merugikan.
•
Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan
perusahaan.
40
2.1.4 Strategi
Pengertian tentang makna dari strategi yaitu suatu proses penentuan rencana
para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuang jangka panjang organisasi, dan
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
tercapai (Stephanie Marrus, 2008:31).
Dalam proses melakukan definisi dan pemahaman makna tentang strategi,
definisi yang dilakukan merupakan definisi secara garis luar, karena pemahaman dari
strategi ini merupakan suatu pemahaman yang dapat dilakukan dalam segala hal.
Namun dalam pembahasan sesuai dengan teori ini, definisi yang dilakukan yaitu
berhubungan dan berkaitan dengan public relations, dimana makna dari strategi yaitu
suatu proses penentuan dan pelaksanaan rencana oleh para petinggi dari organisasi
yang bertujuan untuk memberikan perubahan dan peningkatan pada seluruh hal yang
mempengaruhi peran dari public relations yang memiliki dampak jangka panjang
(Husein Umar, 2008:32).
Berdasarkan pada definisi dan pemahaman tentang strategi, maka strategi
merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh organisasi, yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan memiliki jangka panjang, dan proses perencanaan
yang berhubungan dengan public relations yaitu suatu perencanaan yang dilakukan
dan dibuat dalam bidang public relations. Proses melakukan perencanaan dengan
istilah strategi, dapat dilakukan penjabaran dan melakukan klafisikasi perencanaan
strategi dengan menjabarkan tingkatan strategi yang disesuaikan dengan beberapa
tingkat, yaitu strategi generik yang merupakan penjabaran strategi yang dilakukan
oleh organisasi pada umumnya.
41
Penjabaran berikutnya yaitu strategi utama, dimana penjabaran strategi ini
dilakukan oleh organisasi dalam melakukan kegiatan operasional terhadap
perencanaan strategi. Penjabaran berikutnya yaitu dengan strategi kelompok, yaitu
strategi ini dilakukan dan ditentukan oleh kelompok yang terlibat, dan perencanaan
ini merupakan proses yang dilakukan secara spesifik (Husein Umar, 2008:34).
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Komunikasi / Pesan Persuasif
Pesan persuasif adalah proses mengubah sikap orang atau mempengaruhi
tindakan mereka (Mohamad Wahdi, 2011: 106). Pesan persuasif bertujuan untuk
dapat membina kredibilitas, menciptakan minat, dan mendorong keinginan dengan
menekankan manfaat yang diketahui yang menjadi perhatian bagi pihak yang
menerima pesan. Sesuai dengan penggunaan sifat dari pesan persuasif, apabila dapat
mengaitkan permintaan tadi atau manfaat akhir dan mempermudah pihak yang
menerima pesan persuasif tersebut, maka anda telah menulis pesan persuasif yang
baik.
2.2.1.1 Merencanakan Pesan Persuasif
Dapat dikatakan, sebuah pesan yang bersifat persuasif yang efektif adalah
sebuah pesan yang dihasilkan berdasarkan kemampuan dalam menyajikan pesan
dengan cara yang membuat pembaca atau pendengar merasa mempunyai pilihan dan
membuat mereka memilih untuk setuju.
42
Pada umumnya pesan bisnis merupakan sebuah pesan yang bersifat persuasif
dan merupakan sebuah pesan yang rutin,namun beberapa keadaan mengharuskan
pesan didesain untuk memotivasi atau membujuk orang lain. Dalam suatu organisasi,
pesan persuasif akan sangat penting dan berguna serta menjadi suatu pesan yang
justru harus dibuat untuk mencapai suatu keinginan yang ingin dicapai bersama dan
memberikan suatu hal yang positif.
Demikian juga berbagai pesan yang ditujukan kepada orang di luar organisasi
memerlukan teknik persuasif. Dalam pesan persuasif bagi luar organisasi merupakan
suatu cara untuk menarik perhatian untuk melakukan dan mengadakan suatu
kesepakatan yang akan disetujui. Sebenarnya, pesan persuasif eksternal merupakan
salah satu tugas tersulit yang akan dibuat. Dengan padatnya jadwal dan kegiatan
yang dilakukan, orang-orang enggan untuk melakukan sesuatu yang baru, apalagi
hingga dapat menyita waktu dan bahkan tidak memberi nilai imbalan. Alasan lain,
permintaan atau pesan persuasif yang ada banyak sekali.
Tidak seperti permintaan rutin, pesan persuasif bertujuan mempengaruhi
penerima yang cenderung untuk bertahan. Akibatnya, pesan persuasif pada umumnya
lebih panjang, lebih rinci, dan amat tergantung pada perencanaan strategis. Seperti
cara dalam pembuatan pesan rutin, seseorang yang ingin menulis pesan persuasif
yaitu memulai pesan persuasif dengan menganalisis penerima, memikirkan dan
memahami perbedaaan budaya, dan memilih pendekatan langsung atau tak langsung.
Pada pesan persuasif disamping menyampaikan gagasan utama dan alasan, pesan
tersebut perlu memotivasi penerima agar melakukan sesuatu. Untuk itu, penulis atau
pembuat dari pesan persuasif harus membina kredibilitas, membuat bingkai argumen
dengan hati-hati, memilih cara menghimbau, dan memperkuat posisi ketika
43
mengembangkan pesan (Mohamad Wahdi, 2011:110). Ada beberapa hal yang
menjadi pembahasan lebih dalam untuk memahami komunikasi persuasif (Mohamad
Wahdi, 2011:107)
2.2.1.2 Mengembangkan pesan Persuasif
Membuat pesan persuasif yang efektif dan tepat memiliki empat komponen
yang berbeda dan penting: membangun kredibilitas, membatasi argumentasi dengan
cara mengidentifikasikan persamaan dengan penerima pesan, berhubungan dengan
penerima pesan dengan menggunakan pertimbangan pada logika atau emosi, dan
memperkuat posisi penulis melalui pesan dengan bahasa yang jelas dan bukti tak
terbantah.
2.2.1.3 Membangun Kredibilitas pembuat pesan persuasif
Salah satu hambatan yang harus diatasi dalam membangun kredibilitas adalah
membujuk penerima yang skeptis atau bermusuhan, bahwa penulis dalam membuat
pesan persuasif mengetahui apa yang bicarakan dan mencoba untuk membantunya.
Kredibilitas penulis adalah kemampuan untuk dipercaya karena dapat diandalkan dan
percaya diri. Salah satu cara terbaik untuk memperoleh kredibilitas adalah dengan
mendukung pesan dengan fakta. Kesaksian, dokumen, garansi, statistik, hasil riset,
dan hal serupa tampaknya memberikan bukti objektif untuk apa yang harus
dilakukan dan dibuat dalam pesan, jadi semuanya menambah kredibilitas. Semakin
spesifik dan relevan bukti yang digunakan, semakin baik. Cara lain yang baik untuk
44
memperbaiki kredibilitas adalah memberikan nama sumber, terutama bila orang itu
dihargai oleh pendengar/pembaca. Cara lain untuk memperoleh kredibilitas
termasuk:
•
Menjadi seorang ahli, karena pengetahuan yang dimiliki dan didapat dalam
subjek yang dibicarakan akan membantu memberikan informasi bermutu
yang diperlukan penerima untuk membuat keputusan.
•
Bersikap antusias, ekspektasi dan semangat serta gairah yang ditunjukkan
pada suatu subjek dari pesan yang dibuat dapat menular pada penerima.
•
Bersikap objektif, pemahaman dan kesediaan untuk mengakui semua sisi dari
suatu masalah membantu dalam menyajikan argumen yang adil dan logis
dalam pesan persuasif.
•
Bersikap jujur, kejujuran keasilan maksud baik dan kecermatan dapat
membantu memfokuskan pada kebutuhan penerima.
•
Bersikap dapat dipercaya. Kejujuran dan sifat yang dapat diandalkan
membantu proses memperoleh respek penerima.
•
Mempunyai niat baik, kesediaan untuk tetap mengingat minat penerima
membantu dalam menciptakan pesan persuasif yang etis.
•
Menetapkan pijakan yang sama. Persamaan keyakinan, sikap, dan
pengalaman yang dimiliki dengan anggota penerima akan membantu mereka
beranggapan bahwa pesan tersebut merupakan suatu hal yang penting dan
menjadi bagian dari mereka.
45
2.2.2 Korporat / Korporasi
Korporasi dan korporat merupakan dua kata yang memiliki kesamaan makna
dan pengertian, karena korporasi dan korporat memiliki karakter dan bentuk yang
sama. Asal berkembangnya kata korporasi dan korporat sebenarnya berasal dari
bahasa asing dan dalam pengertian di bahasa asing telah cukup dikenal dan dipahami
dengan baik. Kata korporasi atau korporat dikenal dalam bahasa Belanda yaitu
dengan istilah corporatie, ada juga dalam bahasa Inggris yang dikenal dengan istilah
corporation, selain itu juga ada bahasa Jerman yaitu dengan istilah korporation, dan
dengan bahasa Latin yaitu dengan istilah corporatio (Muladi dan Dwidja Priyatno,
2012:1).
Korporasi atau korporat memiliki makna dan pengertian jika dipandang
dalam segi hukum, yaitu merupakan sebuah badan yang berbentuk hukum maupun
yang tidak berbentuk hukum. sehingga suatu korporasi atau korporat juga diakui di
dalam hukum. dalam hukum, korporasi atau korporat juga menjadi suatu badan yang
memiliki kewenangan, mulai sejak berdirinya sebuah korporasi hingga matinya
korporasi tersebut.
Beberapa pakar dan para ahli juga memberikan asumsi tentang pengertian
tentang korporasi atau korporat, yang meyakinkan bahwa makna dari korporasi atau
korporat tersebut, seperti menurut Andi
Zainal Abidin Farid (2012) yang
mengemukakan bahwa korporasi atau korporat dipandang sebagai realita
sekumpulan manusia yang diberikan hak oleh unit hukum, yang diberikan peribadi
hukum untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut Subekti dan Tjitrosudiro (2012)
yaitu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan korporasi (corporatie) adalah suatu
perseroan yang merupakan badan hukum.
46
Pakar lainnya juga mengemukakan pandangannya dengan berpendapat
tentang makna dari korporasi atau korporat, yaitu menurut Utrech dan M. Soleh
Djindang (2005), yang mengemukakan bahwa korporasi atau korporat adalah suatu
gabungan orang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu
subyek hukum tersendiri sebagai suatu personafikasi. Korporasi adalah badan hukum
yang beranggota, tetapi mempunyai hak dan kewajiban tersendiri yang terpisah dari
hak dan kewajiban anggota masing-masing.
2.2.2.1 Budaya korporat
Budaya korporat merupakan suatu bagian yang tidak dapat lekat dari
penjelasan mengenai korporasi atau korporat. Peran dari budaya yang melekat
memberikan pengaruh dan dampak yang signifikan dalam korporat tersebut. Hal ini
memberikan gambaran bahwa budaya yang ada dalam tiap korporat atau korporasi
menjadi suatu faktor penting dalam peran terhadap korporat atau korporasi.
Perkembangan tentang makna dan pengertian tentang budaya korporat juga terus
berkembang. Pembahasan tentang budaya korporat merupakan sebuah konsep baru
yang terus berkembang yang berasal dan merupakan hasil pengembangan dari ilmu
manajemen dan ilmu psikologi dalam industri dan organisasi.
Pengembangan dari bidang ilmu tersebut mencoba untuk mengupas lebih
dalam tentang pembahasan budaya korporat dengan tujuan untuk meningkatkan
kinerja organisasi yang dalam hal ini berbentuk korporasi atau korporat.
Pembentukan sebuah korporat, bagaimana berjalannya sebuah korporat atau
korporasi, hingga langkah yang dilakukan dalam segala kegiatan di internal dan
47
eksternal merupakan pembahasan yang diangkat dalam budaya korporat atau
korporasi. Dengan hal seperti ini, membuat ciri dan membentuk identitas dari
korporat atau korporasi tersebut.
Dalam penjelasan tentang budaya korporat atau korporasi, ada beberapa
pengertian dan definisi yang beragam. Ada pengertian yang bersifat kompleks hingga
pengertian yang bersifat sederhana, berdasarkan pada orientasi dari pakar atau
praktisi yang menyatakan pengertian dan asumsinya tentang budaya korporat atau
korporasi. Salah satu contohnya pengertian yaitu suatu pola dimensi milik bersama
yang dipelajari suatu kelompok pada saat memecahkan masalah adptasi eksternal dan
integrasi internal, yang telah cukup berhasil sehingga dianggap benar, karena itu
diajarkan kepada anggota kelompok baru sebagai suatu cara yang benar untuk
mempersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi masalah serupa (Schein,
2012,40). Pengertian lain yaitu sejumlah dimensi penting yang tidak dimiliki
bersama oleh angota-anggota suatu komunitas (Sathe, 2012,40).
Selain itu, Kotter dan Heskett (2012,40) menyatakan bahwa ada dua tingkat
dalam budaya korporat. Untuk tingkat yang lebih dalam merupakan bagian yang
kurang dapat diamati, sehingga diartikan sebagai nilai-nilai yang dimiliki bersama
oleh anggota-anggota di dalam suatu kelompok dan cenderung untuk menetap
bahkan apabila anggota-anggota kelompok telah berganti. Ada pula satu tingkat lagi
merupakan tingkat dimana merupakan tingkat yang lebih dapat diamati, maka
diartikan sebagai suatu pola perilaku atau gaya kerja di suatu perusahaan yang secara
otomatis dianjurkan oleh karyawan lama untuk diikuti rekan-rekan kerja mereka
yang baru. Budaya tingkat ini merupakan bagian yang lebih mudah untuk dilakukan
perubahan jika dibandingkan dengan budaya pada tingkat yang lebih dalam.
48
Asumsi lain menurut Schein yaitu bahwa budaya korporat mengacu kepada suatu
sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
korporat tersebut dengan korporat lain. Beberapa pakar juga memberikan tambahan
mengenai pembahasan ini, salah satunya Robbins (2003,18) yang memberikan tujuh
karakteristik budaya korporat, yaitu meliputi:
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko
2. Perhatian terhadap detiail
3. Berorientasi kepada hasil
4. Berorientasi kepada manusia
5. Berorientasi tim
6. Agresif
7. Stabil
2.2.3 Manajemen Strategis
Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam
merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen
strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran,
keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi komputer untuk mendapai keberhasilan organisasional.
Kadang istilah manajemen strategis digunakan untuk merujuk pada
perumusan, implementasi dan evaluasi strategi. Tujuan manajemen strategis adalah
untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk
49
esok, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, berusaha untuk mengoptimalkan trentren dewasa ini untuk esok. Pada intinya, rencana strategis adalah taktik permainan
sebuah perusahaan.
2.2.3.1 Tahap Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap(Fred R. David, 2003:4),
yaitu perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian strategi. Perumusan
strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman
eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal,
penetapan tujuang jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan
pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber
daya, sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi
mencakup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penerapan struktur
organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemarasan, penyiapan
anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan
kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.
Penerapan strategi juga sering disebut tahap aksi dari manajemen strategis.
Aktivitas penerapan strategis mempengaruhi semua karyawan dan manajer dalam
sebuah organisasi. Tantangan penerapan strategi adalah merangsang strategi tertentu
tidak berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang
akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus-menerus berubah.
50
Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah peninjauan ulang faktor-faktor
eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, pengukuran
kinerja, dan pengambilan langkah korektif.
•
Mengintegrasikan instuisi dan analisis
Proses manajemen strategis dapat dideskripsikan sebagai sebuah pendekatan
yang objektif, logis, dan sistematis untuk membuat keputusan-keputusan besar dalam
organisasi. Manajemen strategis berusaha mengorganisasi informasi kualitatif dan
kuantitatif sedemikian rupa, sehingga memungkinkan diambilnya keputusan yang
efektif dalam kondisi ketidakpastian yang melingkupinya. Namun demikian,
manajemen strategis bukan sebuah ilmu murni yang mampu menawarkan pendekatan
yang nyaman, rapi, dan sangat jelas.
Berdasarkan pengalaman, penilaian dan perasaan masa lalu, kebanyakan orang
mengakui bahwa intuisi sangat penting untuk membuat keputusan strategi yang baik.
Intuisi secara khusus berguna untuk membuat keputusan dalam situasi yang ditandai
oleh ketidakpastian atau sedikit saja presden. Intuisi juga membantu ketika terdapat
berbagai variabel yang saling terkait atau ketika orang mesti memilih dari beberapa
alternatif yang masuk akal. Walaupun beberapa organisasi dewasa ini dapat bertahan
dan berkembang pesat karena memiliki orang-orang jenius yang memimpin mereka,
kebanyakan yang lain tidak seberuntung itu. Sebagian besar organisasi organisasi
dapat memanfaatkan manajemen strategis, yang didasarkan pada integrasi intuisi dan
analisis dalam pengambilan keputusan.
51
Memilih pendekatan yang intuitif dan analitik dalam pengambilan keputusan
bukanlah sebuah proposisi yang saling bertentangan. Pemikiran analitik dan
pemikiran intuitif melengkapi satu sama lain.
Dalam pengertian tertentu, proses manajemen strategis adalah sebuah upaya
untuk menduplikasi apa yang ada di benak orang yang cemerlang dan intuitif yang
tahu soal bisnis sekaligus untuk menetapkannya pada analisis.
•
Mengadaptasi perubahan
Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi mesti
secara terus menerus memonitor berbagai peristiwa dan tren internal serta eksternal,
sehingga perubahan dapat dibuat pada waktu ketika dibutuhkan. Laju dan magnitudo
perubahan yang mempengaruhi organisasi meningkat secara dramatis. Untuk
bertahan, semua organisasi harus mampu dengan cerdik mengidentifikasi serta
menyesuaikan diri dengan perubahan. Proses manajemen strategis bertujuan
membantu organisasi untuk beradaptasi secara efektif terhadap perubahan dalam
jangka panjang.
2.2.4 Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu cara atau proses yang tanpa disadari, menjadi
suatu hal yang penting dan menjadi salah satu kegiatan dalam meningkatkan suatu
hal. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di
setiap aspek kehidupan manusia. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
52
Dalam kehidupan sehari-hari, proses negosiasi terjadi dengan mudah dan
tanpa disadari. mulai dari kegiatan yang selalu dilakukan seperti kegiatan di rumah
yaitu siapa yang mandi terlebih dahulu, siapa yang makan terlebih dahulu, hingga
kepada kegiatan di kantor atau lingkungan kerja seperti negosiasi dengan direksi,
manajer, dan lain-lain. Setiap orang melakukan kegiatan negosiasi dengan tipe dan
cara yang berbeda, ada yang dengan mudah melakukan negosiasi karena sudah
paham dan mudah dalam melakukan negosiasi, ada yang melakukan negosiasi
dengan sulit dan dengan tidak efektif. Ada yang melakukan negosiasi dengan baik,
yaitu dengan memenangkan negosiasi tersebut, ada yang melakukan negosiasi
dengan tidak baik atau tidak efektif, sehingga tidak memenangkan negosiasi tersebut.
Proses negosiasi ini merupakan proses yang akan dijalankan oleh semua kalangan
dan semua orang, dan proses negosiasi ini dapat terjadi dari siapapun kepada
siapapun tanpa ada memandang perbedaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negosiasi diartikan sebagai
proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan
pihak lain. Menurut Indah Budiarti (2011), Negosiasi adalah proses dimana dua atau
lebih kelompok yang mempunyai kepentingan yang sama atau berbeda berkumpul
bersama untuk pencapaian kesepakatan Definisi lain negosiasi yaitu suatu cara untuk
menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan
menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang
(Phil Baguley, 2012). Phil Baguley menjelaskan karakteristik utama dalam negosiasi,
yaitu:
53
•
Selalu melibatkan orang; baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
•
Memiliki ancaman dalam proses terjadinya suatu hal,
atau mengandung
suatu konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam
akhir negosiasi;
•
Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu – baik berupa tawar menawar
(bargain) maupun tukar menukar (barter);
•
Hampir selalu berbentuk tatap-muka – yang menggunakan bahasa lisan,
gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
•
Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
•
Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua
belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat
untuk tidak sepakat.
Pengertian lain mengenai negosiasi adalah negosiasi atau perundingan
merupakan proses mencapai kepuasan bersama melalui diskusi dan tawar menawar
(Mohamad Wahdi, 2011:192). Seseorang yang melakukan perundingan atau
negosiasi yaitu dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan, mengubah perjanjian
atau syarat-syarat, atau menilai komoditi atau jasa, atau permasalahan lain. Negosiasi
dapat berhasil dan berlangsung dengan baik jika masing-masing pihak harus benarbenar melakukan suatu persetujuan yang dapat diproses dan ditindaklanjuti dan
merupakan suatu perjanjian yang berlangsung dengan jangka panjang.
Dalam melakukan proses negosiasi oleh para pihak pimpinan perusahaan, atau
pejabat dari korporat atau perusahaan yang ada, pihak atau orang yang melakukan
54
negosiasi perlu melakukan beberapa fungsi yang membutuhkan dan memerlukan
keterampilan. Para pihak calon negosiator harus dapat membuat rencana dan
memiliki tujuan yang telah disusun dengan baik dan matang. Selain itu juga perlu
menyiapkan dan mempersiapkan setiap argument dengan lengkap dan disiapkan
dengan data yang lengkap juga. Selain itu juga pihak negosiator juga harus mempu
bersifat dan memiliki karakter secara luwes. Sehingga dengan kata lain bahwa
negosiasi merupakan proses yang dilakukan oleh dua pihak dalam melakukan
perundingan untuk mencapai persetujuan dan proses negosiasi juga merupakan suatu
cara yang mampu menyelesaikan dan memperbaiki konflik yang ada.
2.2.4.1 Faktor Mempengaruhi Negosiasi
Dalam melakukan proses negosiasi, memang melibatkan kedua belah pihak dan
kegiatan negosiasi ini merupakan pembahasan dan perundingan yang bersifat untuk
menentukan suatu keputusan atau perjanjian yang dihasilkan, atau dilakukan untuk
mengubah atau menyelesaikan suatu konflik yang ada, sehingga dengan demikian
maka akan melihat dan menyesuaikan dengan kepentingan yang ada pada kedua
belah pihak. Maka ada faktor-faktor yang ada dalam negosiasi yang perlu dipahami
dan dibahas agar kepentingan yang diinginkan oleh kedua belah pihak dapat saling
tercapai dan tepat sesuai dengan keinginan dalam kesepakatan yang dilakukan.
Beberapa faktor yang ada dalam melakukan rencana dalam proses negosiasi
(Prijosaksono & Sembel, 2011) yaitu:
1. Seberapa besar pihak tersebut membutuhkan pihak lain dan sebaliknya.
55
2. Apa yang ingin menjadi informasi dan diketahui oleh dari salah pihak,
terhadap pihak lain dan sebaliknya.
3. Apa yang menjadi informasi yang kedua belah pihak ingin diketahui namun
tidak ingin diungkap di tempat lain.
4. Tekanan waktu kedua belah pihak
5. Tingkat keterlibatan dan pengaruh kelompok sejawat
6. Perasaan takut gagal, kehilangan prestise atau rasa malu pada salah satu
pihak.
7. Pengaruh pada rencana masa depan tentang menang atau kalah
8. Kebutuhan untuk memperoleh pujian dan pengakuan
9. Kemampuan mempengaruhi secara formal atau informal
10. Kemampuan membuat pihak lain merasa bersalah
11. Perampasan kebebasan bertindak
12. Ancaman boikot
Dalam melakukan proses negosiasi, faktor-faktor tersebut akan menjadi hal yang
menjadi faktor yang mempengaruhi proses negosiasi. Dalam proses negosiasi yang
dilakukan, tidak akan dilakukan dengan mudah dan langsung mendapatkan
kesepakatan yang ada. Di samping itu, akan banyak hal dan unsur yang ada di
dalamnya yang akan menpengaruhi proses negosiasi tersebut. Namun bagaimana
caranya, proses negosiasi yang dilakukan merupakan suatu hal yang akan
berhubungan oleh kedua belah pihak untuk mencapai suatu kesepakatan dalam suatu
hal, atau dalam menyelesaikan dan mengubah suatu konflik yang ada. Sehingga
dalam proses negosiasi yang dilakukan, jika ada faktor yang mempengaruhi proses
56
negosiasi seperti faktor yang ada dijabarkan di atas, maka proses negosiasi akan tetap
dilakukan bagaimana caranya.
2.2.4.2 Cara Menetapkan Keputusan
Seorang negosiator yang tepat dan baik harus memiliki kemampuan dan
kapabilitas dlam membangun kerangka dasar yang penting dan tepat sesuai dengan
negosiasi yang dilakukan. Maka melalui proses negosiasi inilah proses dalam
menetapkan keputusan dan menentukan apa yang dapat disepakati dan dapat diterima
serta dijalankan oleh pihak-pihak yang terkait. Hasil akhir yang didapat dari
negosiasi yaitu merupakan poin atau butir dari kesepakatan yang dibuat dan dibahas
oleh kedua belah pihak. Dalam pelaksanaannya, akan banyak masalah dan gangguan
yang terjadi dalam proses negosiasi, maka dalam penyelesaian dan untuk
melancarkan proses negosiasi agar dapat mendapatkan keputusan dan kesepakatan,
perlu adanya suatu proses dengan cara pertukaran tentang suatu hal yang baik, yaitu
suatu hal yang bersifat bargaining maupun barter. Dalam membangun kerangka dasar
untuk dapat menghasilkan keputusan yang dapat disepakati bersama oleh pihak
terkait, ada tiga konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator (Zainal
Abidin Partao, 2006,123), yaitu:
1. Best Alternative to a Negotiated Agreement (BATNA)
Konsep ini merupakan suatu konsep yang dilakukan melalui langkah-langkah
atau alternatif yang dilakukan oleh seorang negosiator jika tidak adanya kesepakatan
yang dicapai atau tidak mencapai kesepakatan yang diinginkan oleh kedua belah
pihak. Konsep ini menjelaskan bahwa adanya suatu kegiatan yang dilakukan seperti
57
memberikan solusi untuk dapat mencapai kesepakatan, atau dengan membangun
suatu perjanjian baru yang dapat menciptakan kesepakatan atau juga memberikan
pilihan yang lebih menarik dan sesuai dengan keinginan, agar kesepakatan dapat
terjalin.
2. Reservation Price
Konsep ini menjelaskan bahwa salah satu pihak yang terkait dalam proses
negosiasi, yaitu memberikan nilai atau tawaran yang terendah yang dapat diterima
sebagai suatu hal yang yang disepakati dalam negosiasi. Dalam konsep ini, salah satu
pihak yang melakukan negosiasi memberikan penawaran dengan nominal yang
terendah agar adanya kesepakatan yan dapat dicapai dengan penawaran terendah
tersebut.
3. Zone of Possible Agreement (ZOPA)
Dalam konsep ini, pihak yang terkait dalam melakukan negosiasi melakukan
suatu proses dimana menentukan penentuan sebagai kisaran atau zona yang
ditentukan dimana zona tersebut akan merupakan suatu penentuan yang
memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi.
2.2.4.3 Taktik Negosiasi
Dalam melakukan proses negosiasi oleh pihak-pihak yang terkait, sering
terjadi perselisihan atau tidak adanya titik temu dalam melakukan kesepakatan yang
ada. Maka dalam hal ini, para negosiator memerlukan berbagai taktik yang dilakukan
58
agar dapat melakukan proses negosiasi dengan baik dan mendapatkan kesepakatan
yang ada. Arbono (2005), menyarankan beberapa taktik sebagai berikut :
1. Membuat Agenda.
Taktik ini digunakan agar dalam proses negosiasi berlangsung, dapat memberikan
waktu kepada pihak yang berselisih, untuk dapat memberikan pemahaman dan
memberikan gambaran terkait masalah yang terjadi dari adanya perselisihan tersebut,
dan mendorong untuk mencapai adanya kesepakatan atas keseluruhan perundingan
yang dilakukan.
2. Bluffing.
Taktik ini merupakan suatu taktik yang sudah berlangsung lama dan digunakan
sudah lama dimana taktik ini digunakan oleh para negosiator, yang bertujuan untuk
mengelabui pihak yang melakukan negosiasi dengan memberikan distorsi kenyataan
yang ada serta memberikan suatu gambaran yang tidak benar.
3. Membuat tenggat waktu (deadline).
Taktik ini digunakan kepada para negosiator dimana proses negosiasi yang dilakukan
menghadapi suatu hambatan yaitu tidak adanya kesepakatan waktu yang tidak
dibahas. Maka salah satu pihak yang terkait dalam negosiasi melakukan taktik ini
dengan menentukan dan memberikan tenggat waktu kepada pihak yang mengadakan
negosiasi untuk dapat cepat menentukan keputusan. Taktik ini juga dilakukan oleh
salah satu pihak ingin segera menyelesaikan proses negosiasi yang dilakukan
59
4. The art of Concecion.
Taktik ini dilakukan oleh para negosiator dengan menerapkan suatu cara yaitu
dengan meminta atau mengajukan konsesi dari pihak terkait dalam negosiasi atas
permintaan yang diajukan dalam negosiasi.
2.2.4.4 Manajemen Konflik dalam Negosiasi
Setiap negosiasi yang dilakukan, tentu memiliki potensi untuk terjadinya
konflik dalam seluruh prosesnya. Sehingga dengan adanya potensi konflik ini, maka
setiap orang yang melakukan proses negosiasi tentu harus memahami dan mengerti
bagaimana cara untuk mengatasi atau menyelesaikan konflik. Dalam cara
penyelesaian konflik, ada beberapa alternatif dari beberapa sudut pandang berdasar
empat kuadran (Reza Wismail, 2011) yaitu:
Kuadran I
Kuadran II
Kalah-Kalah
Menang – Kalah
(Menghindari Konflik)
(Persaingan)
(Negatif – Negatif)
(Positif – Negatif)
Kuadran III
Kuadran IV
Kalah – Menang
Menang – Menang
(Akomodasi)
(Kolaborasi)
(Negatif – Positif)
(Positif – Positif)
Tabel Kuadran Manajemen Konflik Negosiasi
60
• Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran ini menjelaskan bagaimana cara mengatasi konflik yaitu
dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Kuadran
ini juga berasumsi bahwa kedua belah pihak melakukan ketidaksepakatan
dalam menyelesaikan konflik, atau disebut juga suatu kesepakatan untuk
tidak mengatasi konflik tersebut. Alternatif ini hanya bisa digunakan dan bisa
dilakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu penting, serta
tidak memiliki dampak yang besar dan signifikan. Namun, sebaiknya dalam
penyelesaian di alternatif ini, sebaiknya segala konflik dan segala hal yang
memicu terjadi konflik sebaiknya dapat diselesaikan.
• Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran ini berasumsi bahwa salah satu pihak memiliki kepastian
dalam memenangkan konflik dan dapat menyatakan bahwa pihak lain kalah.
Dalam kuadran ini, pihak yang memiliki kuasa dan yang memiliki pengaruh
lebih besar yang akan menjadi pemenang dalam negosiasi, dan pihak yang
kalah akan lebih mempersiapkan diri dan lebih mematangkan segala hal
untuk dilakukan pada pertemuan negosiasi berikutnya, sehingga dengan
demikian membuat suatu persaingan antara kedua belah pihak. Penyelesaian
dengan menggunakan kuadran ini menjadi suatu penyelesaian yang tidak
tepat dan baik bagi pihak yang kalah, karena pihak yang kalah akan menjadi
pihak yang terpaksa menerima kekalahan dan tidak dapat menang dalam
negosiasi dengan penyelesaian konflik ini. namun kuadran penyelesaian ini
61
dapat digunakan bagi penyelesaian konflik yang membutuhkan penyelesaian
dengan membutuhkan keputusan yang cepat dan tegas.
• Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Untuk kuadran ini agak sedikit berbeda walau adanya kesamaan.
Kuadran ini yaitu suatu posisi dimana seseorang atau sebuah pihak berada
dalam posisi kalah untuk mengakomodasi kepetingan orang lain. Kuadran ini
juga dapat digunakan untuk menghindari suatu konflik atau suatu masalah
yang lebih besar. Selain itu, kuadran ini juga biasanya digunakan untuk
mengurangi tingkat ketegangan dari konflik dan bertujuan untuk menciptakan
suatu perdamaian yang diinginkan. Dalam hal ini, kondisi yang dialami yaitu
dengan kondisi mengalah, bukan dalam posisi kalah.
• Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran ini memiliki asumsi bahwa semua pihak yang terkait dan
berhubungan akan mendapatkan kemenangan dan mencari posisi yang samasama menguntungkan. Kuadran ini juga disebut sebagai manajemen konflik
kolaborasi, yang berarti adanya kesepakatan yang dijalani dan dilakukan
untuk memberikan keuntungan bagi semua pihak. Kuadran ini juga biasanya
akan memakan waktu yang lebih lama karena masing-masing pihak akan
membuat dan perlu mencari titik tengah untuk mendapatkan kesepakatan
yang ingin dijalani.
62
2.2.4.5 Langkah-langkah Bernegosiasi
•
Persiapan
Langkah awal dalam melakukan kegiatan negosiasi yaitu dengan adanya
persiapan. Dengan melakukan suatu persiap yang baik, akan menjadi suatu dasar
yang baik dan tepat serta merupakan suatu langkah yang tepat dalam melakukan
negosiasi. Hal yang perlu dilakukan dalam melakukan persiapan yaitu dengan
menentukan secara jelas apa yang ingin dicapai dan apa yang didapat melalui
negosiasi tersebut serta menentukan tujuan. Dengan menentukan tujuan yang
jelas, yang dapat diukur dan tepat, maka akan dengan mudah membentuk suatu
ide dan cara untuk membuat negosiasi tersebut.
Hal berikutnya yang menjadi bagian dari persiapan untuk negosiasi yaitu dengan
mempersiapkan mental. Dengan membangun mental yang siap dan kuat, maka
dengan banyaknya masalah atau halangan yang dihadapi akan mudah diatasi. Selain
itu, kondisi mental yang tenang menjadi suatu hal yang membantu dalam
menyiapkan mental. Jika negosiasi dijalani dengan mental yang tenang, maka akan
lebih mudah untuk mendapatkan ide untuk dengan mudah mendapatkan negosiasi
dengan tepat dan sesuai dengan tujuan.
•
Pembukaan
Tahap selanjutnya dalam negosiasi yaitu dengan membuat suatu kondisi yang
tepat dan menyenangkan untuk melakukan proses negosiasi. Tidak mudah dalam
membuat suatu proses negosiasi untuk menjadi lancar dan berhasil, banyak hal yang
harus dianalisis dan ditelaah, salah satunya yaitu kondisi yang memungkinkan untuk
63
negosiasi dengan menciptakan suasana yang tepat. Selain itu, rasa dalam diri juga
harus dipersiapkan, seperti rasa untuk percaya diri dalam melakukan negosiasi.
Dengan adanya percaya diri dan suasana yang mendukung, merupakan suatu langkah
dalam membuka proses negosiasi. Ada beberapa hal menjadi penting dalam
mengawali sebuah negosiasi, yaitu pleasant ( menyenangkan), assertive (tegas), dan
firm (teguh dalam pendirian). Memberikan suatu kesan yang menarik dan
menyenangkan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena akan memberikan
kesan yang positif kepada pihak yang dituju.
Langkah selanjutnya yang menarik yaitu dengan membangun pembicaraan awal
yang menarik dengan membangun common ground, yaitu suatu hal yang menjadi
kesamaan yang didapat antara kedua belah pihak dan menjadi suatu hal yang menjadi
landasan bahwa adanya kesamaan yang dimiliki untuk menjadi suatu rasa percaya
dan ketertarikan antara kedua belah pihak.
•
Memulai proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai sebuah proses negosiasi yaitu dengan
menyampaikan apa yang menjadi keinginan dan apa yang ingin dikehendaki dari
negosiasi tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian
tujuan adalah:
•
Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada
materi pokok negosiasi;
•
Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak secara jelas, singkat
dan penuh percaya diri;
64
•
Tekankan bahwa apa yang ingin dicapai merupakan suatu keinginan yang
ingin dilakukan melalui kesepakatan dengan pihak lain tersebut.
•
Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan
membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
•
menyampaikan bahwa adanya hasil atau dampak yang didapat dengan
beberapa butir kesepakatan yang ada. Sehingga pihak lain akan mengerti
dengan jelas apa yang harus diberikan dari salah satu pihak ke pihak lainnya
dan sebaliknya yang akan menjadi hasil kompensasi.
Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan
efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar
dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya
bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan
selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan berada dalam kondisi yang
relaks namun penuh perhatian.
•
Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)
Proses inti dalam negosiasi yaitu proses tawar menawar. Dalam proses tawar
menawar ini berada dalam zona dimana adanya proses penawaran yang diberikan
oleh pihak yang satu dengan yang lainnya, dan sebaliknya. Selain itu, adanya
kompensasi dan pengajuan atau adanya permintaan dari antar pihak. Dalam zona ini,
masing-masing pihak memiliki patokan yang menjadi patokan terendah yang akan
menentukan nilai keuntungan dari keduanya, dan proses tawar menawar akan
bertahan pada titik terendah dari salah satu pihak, dan akan mencoba untuk menekan
65
agar tidak mencapai titik terendah tersebut. Dalam proses ini juga kedua belah pihak
akan mencari kesepakatan yang tepat untuk menjadi hasil dari tawar menawar ini.
•
Membangun Kesepakatan
Langkah terakhir dalam melakukan proses negosiasi yaitu dengan membangun
kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika sudah adanya kesepakatan yang dibuat
oleh kedua belah pihak, maka proses tawar menawar akan berakhir dan akan
dilakukan proses menjabat tangan untuk sebagai tanda bahwa kesepakatan yang
dilakukan sudah sesuai dengan apa yang diinginkan kedua belah pihak dan menjadi
suatu hal yang akan dijalankan untuk kesepakatan yang terjadi.
2.3 Kerangka Berpikir
Komunikasi
Public
Relations
Komunikasi
Interpersonal
Korporat
Komunikasi
Persuasif
Manajemen
Strategis
Negosiasi
Kerjasama
Korporat
Download