View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik di dalam
suatu organisasi tentunya segala proses di dalam organisasi tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya
komunikasi orgnisasi yang baik akan menyebabkan kemacetan sistem di dalam
organisasi tersebut. Suatu organisasi pada dasarnya merupakan sebuah kelompok
individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat
bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya, di mana hal ini tidaklah
menjadi masalah, karena yang terpenting adalah bahwa mereka bekerja di dalam
struktur tertentu.
Di dalam organisasi terdapat struktur formal dan informal. Struktur formal
adalah struktur organisasi dengan penempatan individu dan jabatan-jabatan
tertentu sesuai kemampuannya dengan tujuan untuk memperlancar pelaksanaan
kegiatan dalam organisasi. Terdapat rangkaian hierarki antara atasan dan bawahan
yang sifatnya dinamis, artinya bahwa individu-individu yang menduduki jabatanjabatan dalam rangkaian tersebut dapat berganti-ganti pada setiap hari bila
diperlukan. Sedangkan struktur informal adalah hubungan-hubungan yang tercipta
di luar hubungan kerja. Struktur informal ini melayani kebutuhan manusiawi para
19
20
individunya dan mempertahankan mereka pada satu kesatuan. Kedua hubungan
ini saling mendukung untuk menciptakan suasana di dalam suatu organisasi.
Organisasi pada umumnya memiliki tujuan untuk menghasilkan
pendapatan, akan tetapi terdapat tujuan lain yang mendukung tercapainya tujuan
utama, misalnya agar diperoleh pendapatan maka harus mempertahankan sistem
kerja yang efektif. Untuk mencapainya, maka organisasi harus memiliki orangorang yang bermotivasi yang bisa diperoleh jika organisasi mampu menghargai
anggotanya dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
2. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai
pusat organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya berorientasi terhadap kepentingan organisasi yang berisi
cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus
di lakukan dalam organisasi. Misalnya : Memo, kebijakan, pernyataan, jumpa
pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial, dimana orientasinya bukan pada organisasi tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Goldhaber ( 1986 ) memberikan definisi komunikasi organisasi yakni
komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan pertukaran pesan dalam
rangkaian hubungan yang saling berkaitan antara satu sama lain untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam suatu lingkungan tertentu.
21
Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan,
saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidak pastian.
Berikut
penjelasannya:
1. Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang
menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Hal tersebut
dikarenakan gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus
menerus dan tidak ada henti-hentinya sehingga dikatakan sebagai suatu
proses.
2. Pesan
Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang , objek,
kejadian
yang
dihasilkan
oleh
interaksi
dengan
orang.
Untuk
berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran dan
mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif
apabila pesan yang dikirmkan itu diartikan sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh si pengirim. Misalnya, seorang pimpinan melihat
pekerjaan bawahannya tidak beres, lalu berkata dengan suara keras “hei,
apa ini pekerjaan kamu”, sambil memukul meja. Isi pesan ini adalah
pernyataan rasa marah terhadap kesalahan bawahannya itu. Bila bawahan
yang menerima pesan itu mengartikan bahwa pimpinannya marah karena
pekerjaan itu, berarti pesan tersebut bersifat efektif. Sehingga simbolsimbol yang digunakan dalam pesan dapat berupa verbal dan nonverbal.
22
3. Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi
atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari
orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang
dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin
mencakup hanya dua orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi.
Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain; hubungan peranan, arah dan arus pesan, dan isi dari pesan.
4. Keadaan saling tergantung
Konsep kunci organisasi keempat adalah keadaan saling tergantung antara
satu bagian dengan bagian yang lainnya. Hal ini telah menjadi sifat dari
suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian
dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada
bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu
juga halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi saling
melengkapi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan,
pimpinan tersebuat harus memperhitungkan implikasi keputusan itu
terhadap organisasinya secara menyeluruh.
5. Hubungan
Konsep kunci yang kelima dari komunikasi organisasi adalah hubungan
dikarenakan organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, sistem
kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada
tangan manusia. Dengan kata lain jaringan melalui jalannya pesan dalam
23
suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan
manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku
komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari.
Misalnya sikap, skill, moral dari seorang pengawas mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi.
6. Lingkungan
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang
diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam
suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah personalia (karyawan),
staf, golongan fungsional dari organisasi, dan komponen organisasi
lainnya seperti tujuan, produk, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan
eksternal dari organisasi adalah langganan, kompetitor, dan teknologi.
7. ketidakpastian
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi
yang diharapkan. Misalnya suatu organisasi memerlukan informasi
mengenai aturan pemerintah yang berpengaruh terhadap produksi barangbarangnya. Jika organisasi ini banyak informasi mengenai hal ini maka
mereka akan lebih pasti dalam memproduksi hasil organisasinya yang
sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi bila mereka
tidak
memperoleh
informasi
tersebut
maka
mereka
ragu-ragu
memproduksi barang-barangnya apakah sesuai dengan standar yang
ditentukan.
24
Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan
menukar
pesan
diantara
anggoya,
melakukan
suatu
penelitian,
pengembangan organisasi , dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks
yang integrasi yang tinggi.
Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyak
informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk
menghadapi lingkungan mereka. Oleh karena itu salah satu urusan utama
dari komunikasi organisasi adalah menentukan dengan tepat berapa
banyaknya informasi yang diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian
tanpa informasi yang berlebih-lebihan. Jadi, ketidakpastian dapat
disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang diperlukan dan juga karena
terlalu banyak yang diterima.
Komunikasi dalam organisasi tidak hanya memungkinkan seseorang untuk
mengkoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain di dalam mencapai tujuan
bersama dalam organisasi, tetapi juga mengharapkan pengaruh dari pelaku
organisasi. Apabila pengaruh yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, tentu saja hal tersebut diakibatkan karena adanya ketidaksesuain
pemahaman pesan yang dikomunikasikan sehingga proses berjalannya tujuan
organisasi pun menjadi terhambat.
3. Arus Komunikasi dalam Organisasi
Dalam berkomunikasi organisasi terdapat beberapa arus komunikasi yang
terjadi, diantaranya komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan
dengan pimpinan, antara orang-orang dengan jabatan yang sama, serta komunikasi
25
yang terjadi antara bagian-bagian yang berbeda di dalam organisasi. Arus
komunikasi itu sendiri merupakan penyaluran segenap informasi, emosi dan
keinginan yang menyangkut semua unsure, tugas pekerja, dan relasi-relasi pribadi.
Arus informasi ini dapat berupa:
1.
Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari
atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi
kebawah memiliki tujuan untuk menyampaikan tujuan, merubah
sikap,
membentuk
pendapat,
mengurangi
ketakutan,
dan
kecurigaan yang timbul dikarenakan kesalahpahaman informasi,
mencegah kurangnya informasi
dan
mempersiapkan
anggota
organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Berikut
Pengklasifikasian lima tipe komunikasi ke bawah yaitu:
1. Intruksi tugas
Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada
bawahan mengenai apa yang diharapkan, dilakukan oleh mereka dan
bagaimana melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung
cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya
menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi
yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang
kompleks,
dimana
karyawan
diharapkan
pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya.
menggunakan
26
2. Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan
aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain
dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari
komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan
mengenai bawahannya.
3. Ideologi Pesan
Mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan
rasional. Pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan
kaitannya dengan perspektif organisasi, sedangkan pada pesan
ideologi sebaliknya mencari antusias dari anggota organisasi guna
memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
4. Informasi Pesan
informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktek-praktek
organisasi,
peraturan-peraturan
organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan
instruksi rasional.
5. Balikan
Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan
individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana
dari balikan ini adalah pembayaran gaji tetapi dapat juga berupa
kritikan atau peringatan terhadap pegawai.
27
Pada
dasarnya
terdapat
5
(lima)
jenis
informasi
yang
biasa
dikomunikasikan dari atasan terhadap bawahan sebagai berikut;
1.
Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2.
Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3.
Informasi mengenai kebijakan dan prkatik-praktik organisasi
4.
Informasi mengenai kinerja pegawai, dan
5.
Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi ke
semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang
paling atas memiliki tingkat komunikasi yang tidak terlalu intensif. Tujuan dari
komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan
mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan
moral dan sikap pegawai, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Dapat
dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana atau mekanisme
umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan.
Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi dan dianggap penting
karena beberapa alasan, yaitu :
1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi
kegiatan orang-orang lainnya.
28
2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada bawahan mereka siap
menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa
yang dikatakan kepada mereka.
3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong bawahan untuk
mengutarakan pendapat mereka atas ketidaksepahaman tugas ataupun
sistem sehingga pimpinan mengetahui permasalahan yang terjadi yang
terkadang dapat menghambat proses berjalannya suatu organisasi.
4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada
organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan
pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan organisasi.
5. Komunikasi ke atas mengizinkan pimpinan untuk menentukan apakah
bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
6. Komunikasi ke atas membuat bawahan memiliki rasa memiliki dan
merasa ikut terlibat dar berbagai proses organisasi yang terjadi.
Hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada
atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut.
Beberapa kesulitan diantaranya sebagai berikut:
 Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.
Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan
mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut
pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa
29
yang disampaikan pimpinannya.
 Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak tertarik kepada masalah mereka.
Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin
terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons
terhadap masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi
ke atas, karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan
atasan yang lebih tinggi.
 Kurangnya
reward
berkomunikasi
ke
atau
penghargaan
atas.
Seringkali
terhadap
pimpinan
karyawan
tidak
yang
memberikan
penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan
komunikasi ke atas.
 Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan berespons
terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Pimpinan terlalu sibuk untuk
mendengarkan atau karyawan susah untuk menemuinya. Kombinasi dari
perasaan-perasaaan dan kepercayan karyawan tersebut menjadikan
penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau
informasi oleh bawahan kepada atasan.
3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Komunikasi horizontal adalah petukaran pesan di antara orang-orang
yang sama tingkatan otoritasnya dalam organisasi. Pesan yang mengalir
menurut fungsi dalam organisasi di arahkan secara horizontal. Pesan ini
biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti
koordinasi, pemecahan masalah, menyelesaian konflik, dan saling memberikan
30
informasi. Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Mengkoordinasikan tugas-tugas kepala-kepala bagian dalam suatu
organisasi yang terkadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk
mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam
mencapai tujuan organisasi.
2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas – aktifitas
Ide dari banyak orang yang biasanya akan lebih baik dibandingkan ide
yang berasal dari satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal
sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang
suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat,
anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk
membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan.
3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada
dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan
masalah akan menambah kepercayaan danmoral dari karyawan.
4. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian
organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian
konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan dan emosional dari
anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.
5. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu
organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unitunit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk
31
ini mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk
mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut.
Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara
bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin
menghalangi komunikasi horizontal dikarenakan bahwa organisasi yang agak
lebih otoliter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Keterbatasan
informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan
meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung
kepada informasi yang disampaikan secara vertikal. Pemerintahan yang otoriter
adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal.
Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa apabila komunikasi horizontal terlalu
berkembang serta tidak terkontrol. Bila karyawan tidak mengajukan pertanyaan
dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan
dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja tidaklah menyangkut
hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan
dengan tugas-tugasnya.
4.
Komunikasi Lintas Saluran
Komunikasi lintas saluran ini terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan
yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka
pengarahan arus informasi bersifat informal atau pribadi. Informasi ini mengalir
ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi,
meskipun ada itupun hanya beberapa. Hal tersebut dikarenakan komunikasi
informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-
32
orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan
komunikasi lebih dikenal dengan desas-sesus (grapevine) atau kabar angin. Dalam
istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan
rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan
komunikasi formal. Walaupun grapevine membawa informasi yang informal,
tetapi ada manfaatnya bagi organisasi.Grapevine memberikan balikan kepada
pimpinan
mengenai
sentimen
karyawan.
Grapevine
dapat
membantu
menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah
dipahami oleh karyawan. (Khomsahrial : 2011 : 176)
B. Konseptualisasi Gaya Komunikasi (Pimpinan)
1. Pengertian Gaya Komunikasi (Pimpinan)
Manusia mengucapkan atau menulis kata-kata untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan yang memotivasi, menyatakan belas kasihan, menyatakan
kemarahan, menyatakan pesan, agar suatu perintah cepat dikerjakan. Semua
kombinasi ini adalah “gaya komunikasi”, gaya yang berperan untuk menentukan
batas-batas tentang kenyataan dunia yang sedang dihadapi, tentang relasi dan
sesama, tentang hubungan dengan suatu konsep tertentu. Keterampilan
komunikasi melalui “gaya komunikasi”, mengisyaratkan kesadaran diri pada level
yang tinggi. Setiap orang mempunyai “gaya komunikasi” yang bersifat personal,
yang merupakan gaya khas seseorang didalam berkomunikasi. Sehingga gaya
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu kepribadian yang terdapat didalam diri
setiap manusia yang sukar untuk diubah.
33
Keterampilan berkomunikasi melalui “gaya komunikasi” mengisyaratkan
kesadaran diri pada level paling tinggi. Untuk memahami gaya berkomunikasi
maka setiap orang harus berusaha menciptakan dan mempertahankan gaya
komunikasi personal sebagai ciri khas pribadinya. Gaya itu sendiri merupakan
suatu kepribadian yang terdapat pada setiap diri manusia. Sehingga kata sulit
sangatlah pas ketika dihadapkan untuk mengubah “gaya komunikasi” itu sendiri.
Hal
tersebut
dikarenakan
memaksa
seseorang untuk
mengubah
“gaya
komunikasi” yang dimilikinya tidaklah gampang karena “gaya komunikasi” itu
sendiri telah melekat pada kepribadian seseorang.
Berbicara mengenai gaya komunikasi pada dasarnya terdapat dalam setiap
jenis atau bentuk komunikasi. Gaya komunikasi antarpersonal berbeda dengan
gaya komunikasi melalui media massa (komunikasi massa). Perbedaan itu
dikarenakan komunikasi antarpersonal mempunyai aspek-aspek teknis yang
berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor psikologi seperti faktor kognitif maupun
afektif. Sementara itu, gaya komunikasi massa mempunyai aspek-aspek teknis
yang berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor sosiologis atau antropologis,
psikologi massa dan teknologi komunikasi.
Dalam kerangka komunikasi antarpersonal itulah manusia berkomunikasi
dengan (sekurang-kurangnya) tiga gaya (meskipun secara actual setiap orang bisa
saja mempunya hampir seribu “gaya komunikasi” yang berbeda), tetapi semua
komunikasi selalu dilakukan secara:
1. Visual
34
Komunikasi yang dilakukan secara visual ketika kita berjumpa dengan
seseorang yang disebut sebagai visual person maka mereka selalu
berkomunikasi dengan bantuan gambar, image dan grafik.. sebagai contoh
“lihatlah”, “pandanglah” sehingga yang ada didalam kosakata mereka
dapat diartikan “saya melihat apa yang anda katakana”, “saya
menggambarkan bahwa dipertemuan ini ada diskusi hebat”.
2. Auditorium
Komunikasi yang dilakukan secara auditory person ketika kita berkumpul
dengan beberapa orang tentunya dalam hal auditory person mereka akan
menggunakan suara untuk berkomunikasi. Sebaai contoh hear digunakan
untuk menjelaskan I hear ya!. Mereka berbicara dengan suara yang
moderat dan dengan irama tertentu seperti alunan musik.
3. Kinesika
Komunikasi yang dilakukan secara kinesthetic person, dimana ketika kita
berjumpa dengan seseorang, maka mereka menggunakan peradaban dan
berbuat suatu tindakan tertentu untuk berkomunikasi. Sebagai contoh, eyes
contact dan hold yang digunakan pada saat berkomunikasi dengan
frekuensi suara perlahan.
Berarti setiap individu memiliki variasi preferensi “gaya komunikasi” dan orang
lain yang dalam prakteknya manusia tidak hanya mengandalkan satu gaya
berkomunikasi tetapi lebih dari satu. (Alo : 2011 : 308)
Seperti yang telah dijelaskan pada pemaparan gaya komunikasi
sebelumnya dimana secara umum gaya merupakan sikap, gerakan, tingkah laku,
35
gerak-gerik yang terangkum didalam kepribadian diri manusia dalam hal ini
seorang pimpinan di suatu organisasi. Seorang pimpinan akan memiliki
sekumpulan gaya yang digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran
organisasi tercapai. Gaya komunikasi yang digunakan oleh seorang pimpinan di
sini menggambarkan kombinasi perilaku antara gaya yang telah menjadi
kepribadiannya dan gaya seorang pimpinan yang memiliki tiga pola dasar yakni
mementingkan hubungan kerja sama, mementingkan pelaksanaan tugas dan hasil
yang dapat dicapai, yang merupakan gaya dasar yang pada dasarnya harus
dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Bentuk gaya komunikasi yang pada dasarnya dilakukan oleh seorang pimpinan
secara umum yakni sebagai berikut:
1. Mengarahkan
Gaya ini sama dengan gaya otokratis dimana bawahan mengetahui secara
persis apa yang diharapkan dari mereka.
2. Mendukung
Pimpinan bersifat ramah terhadap bawahan sehingga tidak adanya
kecanggungan mengenai jenjang jabatan atau hirarki.
3. Berpartisipasi
Pimpinan selalu berusaha untuk menanyakan hasi kerja karyawan dan
memberikan kebebasan untuk menerima ide ataupun saran yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi.
4. Berorientasi Terhadap Tugas
36
Pimpinan menyusun serangkain tujuan yang menantang bawahannya
sehingga dari keempat tipe di atas pada akhirnya gaya kepemimpinan
dibagi dalam dua dimensi, yaitu dimensi tugas dan dimensi manusia.
Dimensi tugas disebut “mengarahkan” , berorientasi pada produk dan
berujung pada gaya kepemimpinan otokratis, sedangkan dimensi manusia
berhubungan dengan istilah “mendukung” yang berorientasi pada
bawahan dan berujung pada tipe kepemimpinan bebas kendali.
Seorang pimpinan yang efektif harus menggunakan gaya komunikasi yang
berbeda dalam situasi yang berbeda, sehingga tidak tergantung pada satu
pendekatan untuk semua situasi. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang
pimpinan mampu membedakan gaya seperti apa yang harus dilakukan yang
tentunya melihat dari situasi tertentu dan mampu menggunakan gaya tersebut
secara benar.
2. Arti Penting Gaya Komunikasi (pimpinan) dalam komunikasi organisasi
Dalam suatu organisasi yang diantaranya terdapat pimpinan dan bawahan
tentunya memiliki peranan yang sangat kuat di dalam menjalankan fungsi dari
organisasi tersebut. Gaya komunikasi seorang pimpinan tentu sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu organisasi.
Hal tersebut dapat dilihat menurut Veithzal dan Deddy (2011 : 95) yang
mengatakan terdapat 3 aspek kepemimpinan yang efektif yakni:
1. Intelegensi yang cukup tinggi;
2. Kemampuan melakukan analisis situasi dalam mengambil
keputusan;
37
3.Kemampuan mengaplikasikan hubungan manusiawi yang efektif
agar keputusan dapat dikomunikasikan.
Oleh karena itu, seorang pimpinan berkewajiban memberikan kesempatan
pada orang-orang yang dipimpinnya, untuk mencari dan mendapatkan
pengalaman di dalam memimpin. Tentunya kesempatan itu terutama diberikan
kepada orang-orang yang mempunyai sikap dan sifat bawaan yang mendukung
untuk menjadi seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Sikap dan bawaan yang
mendukung tersebut misalnya saja gaya demokratik. Gaya komunikasi ini bersifat
adanya suatu hubungan manusiawi yang terjadi antara pimpinan dengan bawahan
yang bekerja sama tanpa adanya keterpaksaan ataupun tekanan seorang bawahan
di dalam mengemban tugasnya.
Dalam hubungan kerja, tentu saja gaya komunikasi ini adanya suatu perhatian
terhadap apa yang menjadi pemikiran dan keresahan bawahannya. Sehingga
dengan begitu adanya penghargaan hak untuk menyadari bahwa bawahan
mempunyai masalah yang bisa saja mempengaruhi hubungan kerja. Selanjutnya
selain sikap demokratis, adanya kesadaran akan kepentingan bersama antara
bawahan maupun atasan harus diadakan demi keberhasilan pekerjaan yang
dijelaskan sebagai berikut:

Komunikasi yang jelas tentang kepentingan organisasi, kepentingan atasan
dan bawahan dalam keberhasilan mencapai tujuan,

Motivasi berprestasi dan berhasil,

Perlunya dihindari berbagai konflik atau pertentangan antara pihak-pihak
yang berkepentingan, dan
38

Adanya kecekatan dalam menyesuaikan diri, terutama dari pihak atasan.
3. Gaya komunikasi (pimpinan), motivasi dan komunikasi organisasi.
Berbicara tentang gaya komunikasi maka kita akan membahas tentang
kepribadian diri seseorang yang dalam hal ini pimpinan yang tentunya akan
berkaitan erat dengan motivasi kerja bawahan itu sendiri dalam konteks
komunikasi organisasi. Melalui suatu gaya komunikasi, maka pimpinan akan
menciptakan suatu sikap yang tentu saja bersifat postif. Misalkan saja dalam suatu
organisasi terdapat pimpinan yang bersifat demokratis dan yang lainnya bersifat
otoritas. Pimpinan yang demokratis tentu saja akan bersifat terbuka baik di dalam
memberikan informasi maupun menerima berbagai pendapat, ide ataupun saran,
tanpa mempertimbangkan jenjang jabatan secara formal, sementara pimpinan
otoriter justru melakukan hal yang sebaliknya. Tentu saja hal tersebut akan
menciptakan dampak yang berbeda terhadap bawahan yang terdapat di dalam
organisasi itu sendiri dan dampak terbesar tentunya yang berhubungan dengan
motivasi kerja.
Dalam praktek komunikasi sehari-hari pada dasarnya terdapat banyak gaya
komunikasi namun esensi utama yang dikemukakan oleh Alo Liliweri yakni
sebagai berikut:
1.
Emotive style, yang menggambarkan gaya komunikasi seseorang
selalu aktif namun lembut, mengambil inisiatif sosial, merangkum
dengan , menyatakan pendapat secara emocional.
2.
Director style, yang menyampaikan pendapatnya sebagai orang
sibuk, kadang-kadang mengirimkan informasi tetapi tidak
39
memandang orang lain, yang tampil dengan sikap serius dan suka
mengawasi orang lain.
3.
Reflektive style, yang suka mengontrol ekspresi emosi mereka,
yang menunjukkan pilihan tertentu dan memerintah, cenderung
menyatakan pendapat dengan terukur, dan melihat kesulitan yang
harus kita ketahui.
4.
Supportive style, yang diam dan tenang penuh perhatian, melihat
orang dengan perhatian penuh, cenderung menghindari kekuasaan,
dan dia membuat keputusan dengan mempertimbangkan semua
pihak. (Alo : 2011 : 311)
Pada dasarnya dari keempat gaya komunikasi di atas, masing-masing memilki
esensi
yang
berbeda-beda
yakni
bersifat
mendukung,
memerintah,
mengkoordinasi, terbuka dan juga memotivasi, yang sesuai dengan realitas
kepribadian seseorang pada umumnya.
Adanya suatu gaya gomunikasi dalam diri pimpinan tentunya akan
berpengaruh terhadap motivasi karyawan. Motivasi itu sendiri dapat dikatakan
sebagai suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja
seseorang. Dengan kata lain motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Oleh karena itu, terdapat perbedaan
dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi
situasi tertentu dibandingkan dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi
yang sama. Bahkan, seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam
menghadapi situasi yang berbeda dan dala waktu yang berlainan. Perbedaan
40
motivasi itu pun dapat terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa
kebutuhan ekonomi seperti gaji ataupun upah tidaklah selalu menjadi prioritas
utama bagi beberapa orang.
Hal tersebut dikarenakan adanya faktor - faktor pendukung lain yakni seperti ;

Kepribadian dan kehidupan emosional

Faktor lingkungan kerja yang harmonis dan mendukung.
Hal
lain
yang
mempengaruhi
motivasi
pegawai
adalah
faktor
kepemimpinan (leadership). Terdapat dua macam kepemimpinan di dalam teori
motivasi tersebut yakni:

Positif Leadership, kepemimpinan yang banyak menggunakan teknik –
teknik motivasi yang positif.

Negatif Leadership, kepemimpinan yang menggunakan sebanyak mungkin
teknik – teknik motivasi negatif.
Pimpinan berusaha memelihara motivasi bawahan untuk bekerja dengan
memberikan dorongan yang menggembirakan atau harapan – harapan masa depan
baik berupa promosi jabatan ataupun kenaikan gaji, yang digolongkan sebagai
positif leadership. Sebaliknya seseorang yang berusaha memelihara motif
bawahannya dengan melakukan ancaman, atau akibat-akibat buruk seperti
ancaman PHK yang digolongkan sebagai negatif leadership. Untuk membangun
gaya komunikasi dalam organisasi, pemimpin seharusnya mampu bersifat
responsif terhadap hal-hal yang menyangkut “motivasi” seperti promosi, kenaikan
pangkat, penghargaan, prestise serta hal-hal lain menyangkut penghargaan atas
41
pekerjaan seseorang. Dengan demikian kita dapat membantu salah satu
unsurepenciptaan gaya komunikasi yang positif.
C. Pendekatan Teori
Terdapat beberapa teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu
teori yang menyangkut gaya komunikasi dan motivasi. Berikut ini adalah teoriteori yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Teori kepribadian (Carl Jung)
Teori ini mengidentifikasikan bahwa terdapat dua dimensi gaya
komunikasi, yakni gaya komunikasi yang merujuk pada ekspresif dan gaya
komunikasi yang merujuk pada asertif. Gaya ekspresif terjadi jikalau seseorang
mengontrol emosi dan perasaan ketika adanya suatu hubungan antara sesama,
misalnya saja antara pimpinan dan bawahan. Ketika gaya ekspresif dikaitkan
dalam gaya komunikasi pimpinan maka gaya ini dapat dihubungkan dengan
beberapa gaya dari keempat esensi utama gaya komunikasi yakni reflective style,
dimana adanya pengontrolan ekspresi emosi seseorang, memberikan pilihan,
perintah dan melihat kesulitan yang harus kita ketahui. Kemudian supportive
style, yakni adanya suatu hubungan yang cenderung menghindari kekuasaan, dan
lebih berpusat pada pemberian perhatian terhadap sesama relasi. Selanjutnya, gaya
asertif merupakan gaya yang menciptakan semacam pengaruh atau control atas
pemikiran dan tindakan orang lain, namun tidak bersifat agresif. Gaya komunikasi
asertif pun dikemukakan melalui suara, vokal, volumen dan juga disampaikan
melalui kontak mata, bahasa tubuh dan mimik muka. Sehingga gaya asertif ini
memiliki dua penggabungan dari emotive style dan director style yang mampu
42
memberikan pengaruh secara emosional, moderat tetapi masih memiliki sikap
serius dan tegas.
2. Teori Hierarki (Abraham H. Maslow)
Teori
ini
mengemukakan
bahwa
kebutuhan
manusia
itu
dapat
diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan, yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga dengan
kebutuhan psikologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan
hidup dari kematian. Kebutuhan ini merupakan tingkat paling dasar
berupa kebutuhan akan makan, minum, perumahan, pakaian, yang
harus
dipenuhi
oleh
seseorang
dalam
upayanya
untuk
mempertahankan diri dari kelaparan, kehausan, kedinginan,
kepanasan dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan
tersebutlah yang mendorong orang untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan, dikarenakan dengan bekerja itu maka ia akan
mendapatkan imbalan (uang, materi) yang akan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhannya tersebut.
b. Kebutuhan rasa aman
Menurut Maslow, setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi, maka
seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya yang paling tinggi,
yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Kebutuhan ini
akan dirasakan mendesak setelah kebutuhan pertama terpenuhi.
Dari contoh di atas, jelas bahwa setelah kebutuhan tingkat dasar
43
terpenuhi, seseorang berusaha memenuhi kebutuhan ke tingkat
yang lebih di atas, yaitu keselamatan, keamanan diri, dan harta
benda.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dan keamanan ini dapat melalui:
•
Memberikan perlindungan asuransi jiwa, terutama bagi
karyawan yang bekerja pada tempat rawan kecelakaan;
•
Memberi jaminan kepastian kerja, bahwa selama mereka
bekerja dengan baik, maka tidak akan di PHK- kan, dan
adanya jaminan kepastian pembinaan karir.
c. Kebutuhan hubungan sosial
Kebutuhan sosial yang sering pula disebut dengan sosial needs,
atau affiation needs, merupakan kebutuhan tingkat ketiga dari
Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup bersama
dengan orang lain. Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama
masyarakat, dikarenakan pada dasarnya orang lainlah yang dapat
memenuhinya, bukan berasal dari diri sendiri. Misalnya: setiap
orang normal butuh akan kasih saying, dicintai, dihormati, diakui
keberadaannya, oleh orang lain.
d. Kebutuhan pengakuan
Setiap orang yang normal tentunya membutuhkan adanya
penghargaan diri dan penghargaan prestise diri dari lingkungannya.
Semakin tinggi status dan kedudukan seseorang di dalam
44
perusahaan, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan prestise diri
yang bersangkutan. Penerapan pengakuan atau penghargaan diri ini
biasanya terlihat dari kebiasaan orang untuk menciptakan simbolsimbol, yang dengan simbol tersebut maka kehidupan terasa lebih
berharga. Dengan adanya simbol pun seseorang akan merasa
bahwa statusnya meningkat dan dirinya sendiri disegani dan
dihormati oleh orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang
paling tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya
seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi karena
kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang
ingin memperlihatkan kemampuan dirinya secara optimal di tempat
masing-masing. Hal tersebut terlihat pada kegiatan pengembangan
kapasitas diri melalui berbagai cara seperti mengikuti diskusi,
seminar, yang keikutsertaannya tersebut bukan didorong untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi sesuatu yang berasal dari dorongan
ingin
memperlihatkan
bahwa
adanya
motivasi
untuk
mengembangkan kapasitas prestasi yang optimal.
Dalam teori Maslow ini menjelaskan bahwa apabila semua kebutuhan lainnya
dapat terpenuhi secara memadai, karyawan akan termotivasi oleh kebutuhan akan
aktualisasi diri. Tentunya karyawan akan mencari makna dan perkembangann
pribadi dalam pekerjaannya serta secara aktif menjalankan tanggung jawabnya.
Download