BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Organisasi Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik di dalam suatu organisasi tentunya segala proses di dalam organisasi tersebut dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi orgnisasi yang baik akan menyebabkan kemacetan sistem di dalam organisasi tersebut. Suatu organisasi pada dasarnya merupakan sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya, di mana hal ini tidaklah menjadi masalah, karena yang terpenting adalah bahwa mereka bekerja di dalam struktur tertentu. Di dalam organisasi terdapat struktur formal dan informal. Struktur formal adalah struktur organisasi dengan penempatan individu dan jabatan-jabatan tertentu sesuai kemampuannya dengan tujuan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan dalam organisasi. Terdapat rangkaian hierarki antara atasan dan bawahan yang sifatnya dinamis, artinya bahwa individu-individu yang menduduki jabatanjabatan dalam rangkaian tersebut dapat berganti-ganti pada setiap hari bila diperlukan. Sedangkan struktur informal adalah hubungan-hubungan yang tercipta di luar hubungan kerja. Struktur informal ini melayani kebutuhan manusiawi para 19 20 individunya dan mempertahankan mereka pada satu kesatuan. Kedua hubungan ini saling mendukung untuk menciptakan suasana di dalam suatu organisasi. Organisasi pada umumnya memiliki tujuan untuk menghasilkan pendapatan, akan tetapi terdapat tujuan lain yang mendukung tercapainya tujuan utama, misalnya agar diperoleh pendapatan maka harus mempertahankan sistem kerja yang efektif. Untuk mencapainya, maka organisasi harus memiliki orangorang yang bermotivasi yang bisa diperoleh jika organisasi mampu menghargai anggotanya dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. 2. Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pusat organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi terhadap kepentingan organisasi yang berisi cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus di lakukan dalam organisasi. Misalnya : Memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial, dimana orientasinya bukan pada organisasi tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Goldhaber ( 1986 ) memberikan definisi komunikasi organisasi yakni komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan pertukaran pesan dalam rangkaian hubungan yang saling berkaitan antara satu sama lain untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam suatu lingkungan tertentu. 21 Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidak pastian. Berikut penjelasannya: 1. Proses Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Hal tersebut dikarenakan gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada henti-hentinya sehingga dikatakan sebagai suatu proses. 2. Pesan Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang , objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif apabila pesan yang dikirmkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Misalnya, seorang pimpinan melihat pekerjaan bawahannya tidak beres, lalu berkata dengan suara keras “hei, apa ini pekerjaan kamu”, sambil memukul meja. Isi pesan ini adalah pernyataan rasa marah terhadap kesalahan bawahannya itu. Bila bawahan yang menerima pesan itu mengartikan bahwa pimpinannya marah karena pekerjaan itu, berarti pesan tersebut bersifat efektif. Sehingga simbolsimbol yang digunakan dalam pesan dapat berupa verbal dan nonverbal. 22 3. Jaringan Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya dua orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain; hubungan peranan, arah dan arus pesan, dan isi dari pesan. 4. Keadaan saling tergantung Konsep kunci organisasi keempat adalah keadaan saling tergantung antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Hal ini telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu juga halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi saling melengkapi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan, pimpinan tersebuat harus memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh. 5. Hubungan Konsep kunci yang kelima dari komunikasi organisasi adalah hubungan dikarenakan organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata lain jaringan melalui jalannya pesan dalam 23 suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Misalnya sikap, skill, moral dari seorang pengawas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi. 6. Lingkungan Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah personalia (karyawan), staf, golongan fungsional dari organisasi, dan komponen organisasi lainnya seperti tujuan, produk, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan eksternal dari organisasi adalah langganan, kompetitor, dan teknologi. 7. ketidakpastian Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Misalnya suatu organisasi memerlukan informasi mengenai aturan pemerintah yang berpengaruh terhadap produksi barangbarangnya. Jika organisasi ini banyak informasi mengenai hal ini maka mereka akan lebih pasti dalam memproduksi hasil organisasinya yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi bila mereka tidak memperoleh informasi tersebut maka mereka ragu-ragu memproduksi barang-barangnya apakah sesuai dengan standar yang ditentukan. 24 Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan diantara anggoya, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi , dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks yang integrasi yang tinggi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyak informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka. Oleh karena itu salah satu urusan utama dari komunikasi organisasi adalah menentukan dengan tepat berapa banyaknya informasi yang diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian tanpa informasi yang berlebih-lebihan. Jadi, ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang diperlukan dan juga karena terlalu banyak yang diterima. Komunikasi dalam organisasi tidak hanya memungkinkan seseorang untuk mengkoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain di dalam mencapai tujuan bersama dalam organisasi, tetapi juga mengharapkan pengaruh dari pelaku organisasi. Apabila pengaruh yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tentu saja hal tersebut diakibatkan karena adanya ketidaksesuain pemahaman pesan yang dikomunikasikan sehingga proses berjalannya tujuan organisasi pun menjadi terhambat. 3. Arus Komunikasi dalam Organisasi Dalam berkomunikasi organisasi terdapat beberapa arus komunikasi yang terjadi, diantaranya komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan dengan pimpinan, antara orang-orang dengan jabatan yang sama, serta komunikasi 25 yang terjadi antara bagian-bagian yang berbeda di dalam organisasi. Arus komunikasi itu sendiri merupakan penyaluran segenap informasi, emosi dan keinginan yang menyangkut semua unsure, tugas pekerja, dan relasi-relasi pribadi. Arus informasi ini dapat berupa: 1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi kebawah memiliki tujuan untuk menyampaikan tujuan, merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul dikarenakan kesalahpahaman informasi, mencegah kurangnya informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Berikut Pengklasifikasian lima tipe komunikasi ke bawah yaitu: 1. Intruksi tugas Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan, dilakukan oleh mereka dan bagaimana melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya. menggunakan 26 2. Rasional Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. 3. Ideologi Pesan Mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi, sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. 4. Informasi Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktek-praktek organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi rasional. 5. Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji tetapi dapat juga berupa kritikan atau peringatan terhadap pegawai. 27 Pada dasarnya terdapat 5 (lima) jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan terhadap bawahan sebagai berikut; 1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan prkatik-praktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai, dan 5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas 2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi ke semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas memiliki tingkat komunikasi yang tidak terlalu intensif. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap pegawai, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi dan dianggap penting karena beberapa alasan, yaitu : 1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. 28 2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka. 3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong bawahan untuk mengutarakan pendapat mereka atas ketidaksepahaman tugas ataupun sistem sehingga pimpinan mengetahui permasalahan yang terjadi yang terkadang dapat menghambat proses berjalannya suatu organisasi. 4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan organisasi. 5. Komunikasi ke atas mengizinkan pimpinan untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah. 6. Komunikasi ke atas membuat bawahan memiliki rasa memiliki dan merasa ikut terlibat dar berbagai proses organisasi yang terjadi. Hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Beberapa kesulitan diantaranya sebagai berikut: Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa 29 yang disampaikan pimpinannya. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi. Kurangnya reward berkomunikasi ke atau penghargaan atas. Seringkali terhadap pimpinan karyawan tidak yang memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Pimpinan terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk menemuinya. Kombinasi dari perasaan-perasaaan dan kepercayan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan. 3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi horizontal adalah petukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi di arahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, menyelesaian konflik, dan saling memberikan 30 informasi. Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Mengkoordinasikan tugas-tugas kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi yang terkadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas – aktifitas Ide dari banyak orang yang biasanya akan lebih baik dibandingkan ide yang berasal dari satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan. 3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan danmoral dari karyawan. 4. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik. 5. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unitunit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk 31 ini mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut. Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin menghalangi komunikasi horizontal dikarenakan bahwa organisasi yang agak lebih otoliter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung kepada informasi yang disampaikan secara vertikal. Pemerintahan yang otoriter adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal. Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa apabila komunikasi horizontal terlalu berkembang serta tidak terkontrol. Bila karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugasnya. 4. Komunikasi Lintas Saluran Komunikasi lintas saluran ini terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat informal atau pribadi. Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, meskipun ada itupun hanya beberapa. Hal tersebut dikarenakan komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang- 32 orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas-sesus (grapevine) atau kabar angin. Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Walaupun grapevine membawa informasi yang informal, tetapi ada manfaatnya bagi organisasi.Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan. Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. (Khomsahrial : 2011 : 176) B. Konseptualisasi Gaya Komunikasi (Pimpinan) 1. Pengertian Gaya Komunikasi (Pimpinan) Manusia mengucapkan atau menulis kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang memotivasi, menyatakan belas kasihan, menyatakan kemarahan, menyatakan pesan, agar suatu perintah cepat dikerjakan. Semua kombinasi ini adalah “gaya komunikasi”, gaya yang berperan untuk menentukan batas-batas tentang kenyataan dunia yang sedang dihadapi, tentang relasi dan sesama, tentang hubungan dengan suatu konsep tertentu. Keterampilan komunikasi melalui “gaya komunikasi”, mengisyaratkan kesadaran diri pada level yang tinggi. Setiap orang mempunyai “gaya komunikasi” yang bersifat personal, yang merupakan gaya khas seseorang didalam berkomunikasi. Sehingga gaya komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu kepribadian yang terdapat didalam diri setiap manusia yang sukar untuk diubah. 33 Keterampilan berkomunikasi melalui “gaya komunikasi” mengisyaratkan kesadaran diri pada level paling tinggi. Untuk memahami gaya berkomunikasi maka setiap orang harus berusaha menciptakan dan mempertahankan gaya komunikasi personal sebagai ciri khas pribadinya. Gaya itu sendiri merupakan suatu kepribadian yang terdapat pada setiap diri manusia. Sehingga kata sulit sangatlah pas ketika dihadapkan untuk mengubah “gaya komunikasi” itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan memaksa seseorang untuk mengubah “gaya komunikasi” yang dimilikinya tidaklah gampang karena “gaya komunikasi” itu sendiri telah melekat pada kepribadian seseorang. Berbicara mengenai gaya komunikasi pada dasarnya terdapat dalam setiap jenis atau bentuk komunikasi. Gaya komunikasi antarpersonal berbeda dengan gaya komunikasi melalui media massa (komunikasi massa). Perbedaan itu dikarenakan komunikasi antarpersonal mempunyai aspek-aspek teknis yang berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor psikologi seperti faktor kognitif maupun afektif. Sementara itu, gaya komunikasi massa mempunyai aspek-aspek teknis yang berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor sosiologis atau antropologis, psikologi massa dan teknologi komunikasi. Dalam kerangka komunikasi antarpersonal itulah manusia berkomunikasi dengan (sekurang-kurangnya) tiga gaya (meskipun secara actual setiap orang bisa saja mempunya hampir seribu “gaya komunikasi” yang berbeda), tetapi semua komunikasi selalu dilakukan secara: 1. Visual 34 Komunikasi yang dilakukan secara visual ketika kita berjumpa dengan seseorang yang disebut sebagai visual person maka mereka selalu berkomunikasi dengan bantuan gambar, image dan grafik.. sebagai contoh “lihatlah”, “pandanglah” sehingga yang ada didalam kosakata mereka dapat diartikan “saya melihat apa yang anda katakana”, “saya menggambarkan bahwa dipertemuan ini ada diskusi hebat”. 2. Auditorium Komunikasi yang dilakukan secara auditory person ketika kita berkumpul dengan beberapa orang tentunya dalam hal auditory person mereka akan menggunakan suara untuk berkomunikasi. Sebaai contoh hear digunakan untuk menjelaskan I hear ya!. Mereka berbicara dengan suara yang moderat dan dengan irama tertentu seperti alunan musik. 3. Kinesika Komunikasi yang dilakukan secara kinesthetic person, dimana ketika kita berjumpa dengan seseorang, maka mereka menggunakan peradaban dan berbuat suatu tindakan tertentu untuk berkomunikasi. Sebagai contoh, eyes contact dan hold yang digunakan pada saat berkomunikasi dengan frekuensi suara perlahan. Berarti setiap individu memiliki variasi preferensi “gaya komunikasi” dan orang lain yang dalam prakteknya manusia tidak hanya mengandalkan satu gaya berkomunikasi tetapi lebih dari satu. (Alo : 2011 : 308) Seperti yang telah dijelaskan pada pemaparan gaya komunikasi sebelumnya dimana secara umum gaya merupakan sikap, gerakan, tingkah laku, 35 gerak-gerik yang terangkum didalam kepribadian diri manusia dalam hal ini seorang pimpinan di suatu organisasi. Seorang pimpinan akan memiliki sekumpulan gaya yang digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Gaya komunikasi yang digunakan oleh seorang pimpinan di sini menggambarkan kombinasi perilaku antara gaya yang telah menjadi kepribadiannya dan gaya seorang pimpinan yang memiliki tiga pola dasar yakni mementingkan hubungan kerja sama, mementingkan pelaksanaan tugas dan hasil yang dapat dicapai, yang merupakan gaya dasar yang pada dasarnya harus dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Bentuk gaya komunikasi yang pada dasarnya dilakukan oleh seorang pimpinan secara umum yakni sebagai berikut: 1. Mengarahkan Gaya ini sama dengan gaya otokratis dimana bawahan mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari mereka. 2. Mendukung Pimpinan bersifat ramah terhadap bawahan sehingga tidak adanya kecanggungan mengenai jenjang jabatan atau hirarki. 3. Berpartisipasi Pimpinan selalu berusaha untuk menanyakan hasi kerja karyawan dan memberikan kebebasan untuk menerima ide ataupun saran yang berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi. 4. Berorientasi Terhadap Tugas 36 Pimpinan menyusun serangkain tujuan yang menantang bawahannya sehingga dari keempat tipe di atas pada akhirnya gaya kepemimpinan dibagi dalam dua dimensi, yaitu dimensi tugas dan dimensi manusia. Dimensi tugas disebut “mengarahkan” , berorientasi pada produk dan berujung pada gaya kepemimpinan otokratis, sedangkan dimensi manusia berhubungan dengan istilah “mendukung” yang berorientasi pada bawahan dan berujung pada tipe kepemimpinan bebas kendali. Seorang pimpinan yang efektif harus menggunakan gaya komunikasi yang berbeda dalam situasi yang berbeda, sehingga tidak tergantung pada satu pendekatan untuk semua situasi. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang pimpinan mampu membedakan gaya seperti apa yang harus dilakukan yang tentunya melihat dari situasi tertentu dan mampu menggunakan gaya tersebut secara benar. 2. Arti Penting Gaya Komunikasi (pimpinan) dalam komunikasi organisasi Dalam suatu organisasi yang diantaranya terdapat pimpinan dan bawahan tentunya memiliki peranan yang sangat kuat di dalam menjalankan fungsi dari organisasi tersebut. Gaya komunikasi seorang pimpinan tentu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat menurut Veithzal dan Deddy (2011 : 95) yang mengatakan terdapat 3 aspek kepemimpinan yang efektif yakni: 1. Intelegensi yang cukup tinggi; 2. Kemampuan melakukan analisis situasi dalam mengambil keputusan; 37 3.Kemampuan mengaplikasikan hubungan manusiawi yang efektif agar keputusan dapat dikomunikasikan. Oleh karena itu, seorang pimpinan berkewajiban memberikan kesempatan pada orang-orang yang dipimpinnya, untuk mencari dan mendapatkan pengalaman di dalam memimpin. Tentunya kesempatan itu terutama diberikan kepada orang-orang yang mempunyai sikap dan sifat bawaan yang mendukung untuk menjadi seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Sikap dan bawaan yang mendukung tersebut misalnya saja gaya demokratik. Gaya komunikasi ini bersifat adanya suatu hubungan manusiawi yang terjadi antara pimpinan dengan bawahan yang bekerja sama tanpa adanya keterpaksaan ataupun tekanan seorang bawahan di dalam mengemban tugasnya. Dalam hubungan kerja, tentu saja gaya komunikasi ini adanya suatu perhatian terhadap apa yang menjadi pemikiran dan keresahan bawahannya. Sehingga dengan begitu adanya penghargaan hak untuk menyadari bahwa bawahan mempunyai masalah yang bisa saja mempengaruhi hubungan kerja. Selanjutnya selain sikap demokratis, adanya kesadaran akan kepentingan bersama antara bawahan maupun atasan harus diadakan demi keberhasilan pekerjaan yang dijelaskan sebagai berikut: Komunikasi yang jelas tentang kepentingan organisasi, kepentingan atasan dan bawahan dalam keberhasilan mencapai tujuan, Motivasi berprestasi dan berhasil, Perlunya dihindari berbagai konflik atau pertentangan antara pihak-pihak yang berkepentingan, dan 38 Adanya kecekatan dalam menyesuaikan diri, terutama dari pihak atasan. 3. Gaya komunikasi (pimpinan), motivasi dan komunikasi organisasi. Berbicara tentang gaya komunikasi maka kita akan membahas tentang kepribadian diri seseorang yang dalam hal ini pimpinan yang tentunya akan berkaitan erat dengan motivasi kerja bawahan itu sendiri dalam konteks komunikasi organisasi. Melalui suatu gaya komunikasi, maka pimpinan akan menciptakan suatu sikap yang tentu saja bersifat postif. Misalkan saja dalam suatu organisasi terdapat pimpinan yang bersifat demokratis dan yang lainnya bersifat otoritas. Pimpinan yang demokratis tentu saja akan bersifat terbuka baik di dalam memberikan informasi maupun menerima berbagai pendapat, ide ataupun saran, tanpa mempertimbangkan jenjang jabatan secara formal, sementara pimpinan otoriter justru melakukan hal yang sebaliknya. Tentu saja hal tersebut akan menciptakan dampak yang berbeda terhadap bawahan yang terdapat di dalam organisasi itu sendiri dan dampak terbesar tentunya yang berhubungan dengan motivasi kerja. Dalam praktek komunikasi sehari-hari pada dasarnya terdapat banyak gaya komunikasi namun esensi utama yang dikemukakan oleh Alo Liliweri yakni sebagai berikut: 1. Emotive style, yang menggambarkan gaya komunikasi seseorang selalu aktif namun lembut, mengambil inisiatif sosial, merangkum dengan , menyatakan pendapat secara emocional. 2. Director style, yang menyampaikan pendapatnya sebagai orang sibuk, kadang-kadang mengirimkan informasi tetapi tidak 39 memandang orang lain, yang tampil dengan sikap serius dan suka mengawasi orang lain. 3. Reflektive style, yang suka mengontrol ekspresi emosi mereka, yang menunjukkan pilihan tertentu dan memerintah, cenderung menyatakan pendapat dengan terukur, dan melihat kesulitan yang harus kita ketahui. 4. Supportive style, yang diam dan tenang penuh perhatian, melihat orang dengan perhatian penuh, cenderung menghindari kekuasaan, dan dia membuat keputusan dengan mempertimbangkan semua pihak. (Alo : 2011 : 311) Pada dasarnya dari keempat gaya komunikasi di atas, masing-masing memilki esensi yang berbeda-beda yakni bersifat mendukung, memerintah, mengkoordinasi, terbuka dan juga memotivasi, yang sesuai dengan realitas kepribadian seseorang pada umumnya. Adanya suatu gaya gomunikasi dalam diri pimpinan tentunya akan berpengaruh terhadap motivasi karyawan. Motivasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Dengan kata lain motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Oleh karena itu, terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Bahkan, seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dala waktu yang berlainan. Perbedaan 40 motivasi itu pun dapat terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa kebutuhan ekonomi seperti gaji ataupun upah tidaklah selalu menjadi prioritas utama bagi beberapa orang. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor - faktor pendukung lain yakni seperti ; Kepribadian dan kehidupan emosional Faktor lingkungan kerja yang harmonis dan mendukung. Hal lain yang mempengaruhi motivasi pegawai adalah faktor kepemimpinan (leadership). Terdapat dua macam kepemimpinan di dalam teori motivasi tersebut yakni: Positif Leadership, kepemimpinan yang banyak menggunakan teknik – teknik motivasi yang positif. Negatif Leadership, kepemimpinan yang menggunakan sebanyak mungkin teknik – teknik motivasi negatif. Pimpinan berusaha memelihara motivasi bawahan untuk bekerja dengan memberikan dorongan yang menggembirakan atau harapan – harapan masa depan baik berupa promosi jabatan ataupun kenaikan gaji, yang digolongkan sebagai positif leadership. Sebaliknya seseorang yang berusaha memelihara motif bawahannya dengan melakukan ancaman, atau akibat-akibat buruk seperti ancaman PHK yang digolongkan sebagai negatif leadership. Untuk membangun gaya komunikasi dalam organisasi, pemimpin seharusnya mampu bersifat responsif terhadap hal-hal yang menyangkut “motivasi” seperti promosi, kenaikan pangkat, penghargaan, prestise serta hal-hal lain menyangkut penghargaan atas 41 pekerjaan seseorang. Dengan demikian kita dapat membantu salah satu unsurepenciptaan gaya komunikasi yang positif. C. Pendekatan Teori Terdapat beberapa teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu teori yang menyangkut gaya komunikasi dan motivasi. Berikut ini adalah teoriteori yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Teori kepribadian (Carl Jung) Teori ini mengidentifikasikan bahwa terdapat dua dimensi gaya komunikasi, yakni gaya komunikasi yang merujuk pada ekspresif dan gaya komunikasi yang merujuk pada asertif. Gaya ekspresif terjadi jikalau seseorang mengontrol emosi dan perasaan ketika adanya suatu hubungan antara sesama, misalnya saja antara pimpinan dan bawahan. Ketika gaya ekspresif dikaitkan dalam gaya komunikasi pimpinan maka gaya ini dapat dihubungkan dengan beberapa gaya dari keempat esensi utama gaya komunikasi yakni reflective style, dimana adanya pengontrolan ekspresi emosi seseorang, memberikan pilihan, perintah dan melihat kesulitan yang harus kita ketahui. Kemudian supportive style, yakni adanya suatu hubungan yang cenderung menghindari kekuasaan, dan lebih berpusat pada pemberian perhatian terhadap sesama relasi. Selanjutnya, gaya asertif merupakan gaya yang menciptakan semacam pengaruh atau control atas pemikiran dan tindakan orang lain, namun tidak bersifat agresif. Gaya komunikasi asertif pun dikemukakan melalui suara, vokal, volumen dan juga disampaikan melalui kontak mata, bahasa tubuh dan mimik muka. Sehingga gaya asertif ini memiliki dua penggabungan dari emotive style dan director style yang mampu 42 memberikan pengaruh secara emosional, moderat tetapi masih memiliki sikap serius dan tegas. 2. Teori Hierarki (Abraham H. Maslow) Teori ini mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan, yaitu sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga dengan kebutuhan psikologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian. Kebutuhan ini merupakan tingkat paling dasar berupa kebutuhan akan makan, minum, perumahan, pakaian, yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam upayanya untuk mempertahankan diri dari kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebutlah yang mendorong orang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, dikarenakan dengan bekerja itu maka ia akan mendapatkan imbalan (uang, materi) yang akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya tersebut. b. Kebutuhan rasa aman Menurut Maslow, setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi, maka seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya yang paling tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Kebutuhan ini akan dirasakan mendesak setelah kebutuhan pertama terpenuhi. Dari contoh di atas, jelas bahwa setelah kebutuhan tingkat dasar 43 terpenuhi, seseorang berusaha memenuhi kebutuhan ke tingkat yang lebih di atas, yaitu keselamatan, keamanan diri, dan harta benda. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keamanan ini dapat melalui: • Memberikan perlindungan asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang bekerja pada tempat rawan kecelakaan; • Memberi jaminan kepastian kerja, bahwa selama mereka bekerja dengan baik, maka tidak akan di PHK- kan, dan adanya jaminan kepastian pembinaan karir. c. Kebutuhan hubungan sosial Kebutuhan sosial yang sering pula disebut dengan sosial needs, atau affiation needs, merupakan kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama masyarakat, dikarenakan pada dasarnya orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan berasal dari diri sendiri. Misalnya: setiap orang normal butuh akan kasih saying, dicintai, dihormati, diakui keberadaannya, oleh orang lain. d. Kebutuhan pengakuan Setiap orang yang normal tentunya membutuhkan adanya penghargaan diri dan penghargaan prestise diri dari lingkungannya. Semakin tinggi status dan kedudukan seseorang di dalam 44 perusahaan, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan prestise diri yang bersangkutan. Penerapan pengakuan atau penghargaan diri ini biasanya terlihat dari kebiasaan orang untuk menciptakan simbolsimbol, yang dengan simbol tersebut maka kehidupan terasa lebih berharga. Dengan adanya simbol pun seseorang akan merasa bahwa statusnya meningkat dan dirinya sendiri disegani dan dihormati oleh orang lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihatkan kemampuan dirinya secara optimal di tempat masing-masing. Hal tersebut terlihat pada kegiatan pengembangan kapasitas diri melalui berbagai cara seperti mengikuti diskusi, seminar, yang keikutsertaannya tersebut bukan didorong untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi sesuatu yang berasal dari dorongan ingin memperlihatkan bahwa adanya motivasi untuk mengembangkan kapasitas prestasi yang optimal. Dalam teori Maslow ini menjelaskan bahwa apabila semua kebutuhan lainnya dapat terpenuhi secara memadai, karyawan akan termotivasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri. Tentunya karyawan akan mencari makna dan perkembangann pribadi dalam pekerjaannya serta secara aktif menjalankan tanggung jawabnya.