1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak yang khas dan unik memberikan ciri tersendiri yang perlu dipahami secara baik dan komprehensif, tidak sekadar asal-asalan saja agar proses pendidikan dan bimbingan pada anak tidak keliru dan salah kaprah. Karena pendidikan yang salah kaprah akhirnya akan merugikan orang tua dan anak itu sendiri. Menurut Rahman (2005: 6), secara umum ujuan pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai norma-norma dan nilai kehidupan yang dianut. Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf dan otot. Perkembangan motorik meliputi motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot besar, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa agar anak dapat melakukan gerakan menggunakan otot-otot besar dan otot-otot halus, maka anak sesering mungkin diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih. Sebaliknya bila tidak diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih, maka anak tidak bisa berkembang secara optimal. Dengan diberikan kesempatan 2 tersebut maka anak akan dapat berkembang secara optimal. Melalui bermain akan terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya. Seperti yang dijelaskan oleh Decaprio (2013: 21), bahwa setiap anak dapat mencapai tahapan perkembangan motorik halus yang optimal, asalkan mendapat stimulasi tepat dari guru serta lingkungan sekolahnya. Permainan meronce merupakan sebagian dari bentuk aktivitas peningkatan motorik halus, yaitu keterkaitan dengan rangsangan otak. Anak lahir dengan kemampuan membuat / meronce, belajar menemukan dan mencipta, dengan perkataan lain metafarma yaitu merujuk pada kegiatan mengubah sesuatu dari keadaan materi dari makna yang satu ke keadaan bentuk yang lain. Metafarma dimulai dengan memindahkan arti dan asosiasi baru dari satu objek atau gagasan ke gagasan yang lain (Toddsiler, 2022: 24). Anak perlu dibiasakan untuk bergerak dan berpikir. Meronce benda menjadi bentuk yang lain adalah membuat, menjelajah, belajar menemukan dan mencipta. Sedikit anak yang menguasai kemampuan ini dan sedikit yang belajar mengubah gagasan, pengetahuan dan pengalaman yang memiliki segudang informasi berguna dan sumber daya terbarukan seumur hidup. Pembelajaran mengembangkan motorik halus bagi anak di taman kanak-kanak melalui permainan meronce merupakan salah satu strategi dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir secara kognitif dan dapat menjadi alat bantu dalam melukiskan proses kreatif dan dapat pula menjadi alat bantu untuk menciptakan sesuatu yang dapat dipakai untuk membantu 3 mengembangkan motorik halus bagi anak. Meskipun penting perkembangan motorik halus tetapi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Melihat kondisi anak di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan Klaten belum semua anak motorik halusnya berkembang dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah guru kurang memberikan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan motorik halus, seperti: menyusun balok, membuat garis, menggunting kertas, melipat kertas, melukis maupun meronce. Dari hasil pengamatan awal dapat dijelaskan bahwa rata-rata kemampuan anak dalam menyusun balok adalah 39,3%, kemampuan anak dalam membuat garis sudah mencapai 54,8%, kemampuan anak dalam membuat lingkaran baru mencapai 42,9%, kemampuan anak dalam melipat kertas mencapai 36,9%, kemampuan anak dalam memegang pensil sudah mencapai 58,3%, kemampuan anak dalam memotong adonan dengan pisau mainan, baru mencapai 40,5%, dan rata-rata kemampuan anak dalam menggunting kertas adalah 35,7%, dari semua itu diperoleh rata-rata presentase kegiatan anak yang berkaitan dengan motorik halus adalah 44%. Guru belum menyediakan manik-manik atau permata palsu untuk dibuat rangkaian hiasan yang indah. Metode yang digunakan guru kurang tepat yaitu menggunakan metode meniru, memperhatikan atau menjiplak sehingga anak pasif dalam mengembangkan motorik halusnya. Mengembangkan kemampuan motorik halus anak bukanlah pekerjaan mudah, namun perlu pemilihan beberapa metode, strategi dan media yang sesuai dengan lingkungan dan kondisi anak. Minimnya cara yang dapat dipakai guru untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak dan alat 4 peraga yang kurang menarik menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten. Berdasarkan uraian di atas maka perlu strategi mengajar yang dapat menggugah dan mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Masalah tersebut perlu dicari solusinya. Guru perlu menguasai metode-metode pembelajaran agar guru dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak secara maksimal. Atas dasar permasalahan tersebut maka guru disarankan untuk mengganti metode yang digunakan dengan kegiatan meronce. Jika guru harus membuat adaptasi yang sesuai bagi anak baik dari segi isi dan gaya mengajar, maka pembelajaran menggunakan permainan meronce merupakan salah satu strategi dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak khususnya Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten. B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah melalui permainan meronce dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak-anak TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun 2012/2013? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak di kelas A Taman Kanak-Kanak Pertiwi, Rejoso, Jogonalan, Klaten melalui permainan meronce. 5 2. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan kemampuan motorik halus anak di kelas A Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun 2012/2013 melalui permainan meronce. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam penyusunan laporan suatu kegiatan. b. Menambah pemahaman penulis dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Taman Kanak-Kanak melalui permainan meronce. c. Menambah pengetahuan penulis dalam hal penerapan permainan meronce untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, dapat menambah ketrampilan mengajar khususnya bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus anak Taman Kanak-Kanak melalui permainan meronce. b. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui permainan meronce 6 c. Bagi sekolah, dapat meningkatkan mutu sekolah, khususnya tentang kinerja guru dan menjadi pemicu bagi guru lain dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran.